hubungan pengetahuan perawat...

81
i HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PANTI WALUYO SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : Ismiyati Rahayu NIM. ST 13-041 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Upload: trandien

Post on 03-Mar-2019

232 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

i

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG

PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT

DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT

PANTI WALUYO SURAKARTA

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Ismiyati Rahayu

NIM. ST 13-041

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

Page 2: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

i

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG

PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT

DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT

PANTI WALUYO SURAKARTA

SKRIPSI

HALAMAN JUDUL

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Ismiyati Rahayu

NIM. ST 13-041

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

Page 3: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PATIENT SAFETY

DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN

PLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT

PANTI WALUYO SURAKARTA

Oleh :

Ismiyati Rahayu

NIM.ST 13-041

Telah dipertahankan didepan penguji pada tanggal 05 Agustus 2015

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Keperawatan

Pembimbing Utama

S.Dwi Sulisetyawati,S.Kep.,Ns.,M.Kep

NIK. 200984041

Pembimbing Pendamping

Joko Kismanto,S.Kep.,Ns

NIK. 200670020

Penguji,

Ika Subekti Wulandari, S.Kep,Ns,M.Kep

NIK. 201189097

Surakarta, 05 Agustus 2015

Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,

Wahyu Rima Agustin,S.Kep,Ns,M.Kep

NIK. 201279102

Page 4: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

iii

SURAT PERYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ismiyati Rahayu

NIM : ST13-041

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1) Skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan

gelar akademik (Sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada Surakarta

maupun di perguruan tinggi lain.

2) Skripsi ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan

Tim Penguji.

3) Dalam Skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan nama pengarang dan dicantumkan

dalam daftar pustaka.

4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang

telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma

yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Surakarta, 10 Januari 2015

Yang membuat pernyataan,

(Ismiyati Rahayu )

Page 5: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “ Hubungan

Pengetahuan Perawat Tentang Patient safety dengan Perilaku Perawat dalam

Pencegahan Kejadian Plebitis Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluyo

Surakarta”.

Selama penyusunan penelitian ini, penulis banyak mendapat bimbingan

dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima

kasih kepada :

1. Dra. Agnes Sri Hartati, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Wahyu Rima agustin, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi STIKes

Kusuma Husada Surakarta

3. S.Dwi Sulisetyawati, S.Kep., Ns.,M.Kep selaku pembimbing utama yang telah

memberikan masukan dan dorongan dalam penyusunan penelitian ini.

4. Joko Kismanto, S.Kep., Ns selaku pembimbing pendamping yang telah banyak

meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan sehingga

penelitian ini terselesaikan dengan baik.

5. Ika Subekti Wulandari, S.Kep,Ns,M.Kep selaku Dosen Penguji yang

memberikan pertanyaan dan masukan.

6. Dr .T. Soebroto, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Panti Waluyo yang telah

memberikan ijin waktu dan tempat kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

7. Bambang Kamiwarno, S.Kep selaku Kabid Keperawatan yang telah

memberikan motivasi dan arahan dalam proses penelitian ini.

Page 6: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

v

8. Staf Rumah Sakit Panti Waluyo dan Responden yang sudah bersedia

meluangkan waktu membantu dalam penelitian.

9. Civitas Akademik Program studi S1 Keperawatan yang telah membantu dalam

proses penelitian ini.

10. Suamiku tercinta dan anak anakku yang selalu memberikan dukungan selama

menempuh pendidikan.

11. Teman-teman terkasih yang mendukung dalam penyelesaian Skripsi ini

Akhirnya penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaannya, serta semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan keperawatan.

Surakarta, Januari 2015

Penulis

Page 7: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii

SURAT PERYATAAN ......................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x

ABSTRAK ............................................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

1.3. Tujuan penelitian ........................................................................... 5

1.4. Manfaat penelitian ......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7

2.1. Tinjauan Teori ............................................................................... 7

2.2. Keaslian Penelitian ...................................................................... 34

2.3. Kerangka Teori ............................................................................ 36

2.4. Kerangka Konsep ........................................................................ 36

2.5. Hipothesis .................................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 38

3.1. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian.................................. 38

3.2. Populasi dan Sampel ................................................................... 38

3.3. Tempat Dan Waktu Penelitian .................................................... 40

3.4. Variabel dan Definisi Operasional .............................................. 40

3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data .............................. 41

3.6. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ........................................ 49

3.7. Etika Penelitian ............................................................................ 51

Page 8: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................... 53

4.1. Hasil Penelitian Uji Univariat ..................................................... 53

4.2. Hasil Penelitian Uji Bivariat ........................................................ 55

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ............................................... 57

5.1. Pembahasan Penelitian ................................................................ 57

BAB VI PENUTUP ............................................................................................ 63

6.1. Kesimpulan .................................................................................. 63

6.2. Saran ............................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67

LAMPIRAN

Page 9: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Keaslian Penelitian 34

3.1 Definisi Operasional 41

3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 42

3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Penhetahuan 45

3.4 Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku 46

3.5 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas 48

4.1 Distribusi Frekuesi Tingkat Pendidikan Responden 53

4.2 Distribusi Frekuesi Tingkat Lama Bekerja Responden 54

4.3 Distribusi Frekuesi Tingkat Pengetahuan Responden 54

4.4 Distribusi Frekuesi Perilaku Responden 55

4.5 Rangkuman Hasil Uji Kendall’s Tau 55

Page 10: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Proses Terbentuknya Perilaku 26

2.2 Kerangka Teori 36

2.3 Kerangka Konsep 36

Page 11: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran Keterangan

1. Surat Ijin Studi Pendahuluan

2. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

3. Surat Permohonan Uji Validitas dan Reliabilitas

4. Surat Balasan Uji Validitas dan Reliabilitas

5. Surat Ijin Penelitian

6. Surat Balasan Ijin Penelitian

7. Surat Permohonan Menjadi Informan

8. Surat Persetujuan Menjadi Informan

9. Instrumen Penelitian

10. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

11. Hasil Penelitian

12. Jadwal Penelitian

13. Lembar Konsultasi

Page 12: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

xi

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015 ABSTRAK

Ismiyati Rahayu

Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Patient safety dengan Perilaku

Perawat dalam Pencegahan Kejadian Plebitis Di Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta

Abstrak

Kemampuan petugas kesehatan khususnya perawat dalam mencegah transmisi infeksi di rumah sakit, dan upaya pencegahan infeksi adalah tidak lepas dari faktor yang mempengaruhinya yaitu pemahaman petugas kesehatan tentang patients safety. Dengan paradigma baru saat ini, masih dijumpai tenaga kesehatan yang bekerja tanpa menghiraukan keamanan pasien (patient safety), bekerja sekedar untuk mencari nafkah guna menghidupi keluarga, masuk kerja tidak tepat waktu dan bekerja sebagai formalitas tanpa ada rasa bersalah kepada masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang patient safety hubungannya dengan perilaku perawat dalam mencegah kejadian plebitis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

Penelitian ini dilakukan pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta yang berjumlah 33 sampel. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan explanatory research dengan menggunakan teknik analisis data Korelasi Kendall’s Tau-b.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengetahuan perawat tentang patients safety sebagian besar dengan kategori sedang sebesar 39,4%, dan perilaku perawat dalam pencegahan kejadian plebitis sebagian besar dikategorikan baik sebesar 57,6%. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan tentang tentang patients safety dengan perilaku perawat dalam pencegahan kejadian phlebitis dengan tingkat kepercayaan 95%.

Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan tentang patients safety dengan perilaku perawat dalam pencegahan kejadian phlebitis, hal ini dibuktikan oleh besarnya nilai ρ=0,017< 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%. Kata kunci: pengetahuan, patients safety, perilaku pencegahan, plebitis Daftar pustaka : 22 (2002-2015)

Page 13: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

xii

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2015

Ismiyati Rahayu

Correlation between Nurses’ Knowledge of Patients’ Safety and Their

Attitude in Plebitis Prevention at the Inpatient Room of Panti Waluyo

Hospital of Surakarta

Abstract

The ability of health workers, especially nurses in the prevention of infection transmission at a hospital and their effort of preventing the infection are not separated from their understanding on patients’ safety. With today's new paradigm, many health workers who ignore the patients’ safety are still met. They work only to earn a living to support their family, do not come to work on time, and regard their job as formality without any guilty feeling toward the community.The objective of this research is to investigate the correlation between nurses’ knowledge of the patients’ safety and their attitude in the plebitis prevention at the Inpatient Room of Panti Waluyo Hospital of Surakarta

This research used qualitative method with explanatory research design. he

samples of this research were 33 nurses. The data of research were analyzed by using the Kendall’s Tau-b’s Correlation.

The result of research shows that 39.4% of nurses had fair knowledge, and 57.6% of the nurses had good attitude. Thus, there was a positive and significant correlation between the nurses’ knowledge level of the patients’ safety and their attitude in the plebitis prevention at the Inpatient room of Panti Waluyo Hospital of Surakarta as indicated by the confidence level of 95%, and the ρ-value was 0.017, which was less than 0.05. Keywords : Knowledge, patients’ safety, prevention, plebitis References: 22 (2002-2015)

Page 14: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

1

BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Visi Indonesia sehat tahun 2015, merupakan wujud masyarakat

yang menjadi harapan masyarakat bangsa kita di masa depan sebagai

masyarakat Indonesia sehat. Salah satu upaya untuk mewujudkan harapan

masyarakat tersebut, maka ditetapkan misi pembangunan kesehatan, yaitu

dengan memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu,

merata dan melibatkan masyarakat serta lingkungan. Agar misi

pembangunan kesehatan tersebut dapat dilaksanakan secara efektif dan

efisien, maka salah satu strategi yang dikembangkan adalah reformasi

dibidang kesehatan yaitu dengan peningkatan kualitas tenaga kesehatan

salah satunya adalah dengan peningkatan perilaku kesehatan bagi perawat.

Perilaku perawat dan hasilnya juga sangat ditentukan oleh faktor internal

individu tersebut, yaitu anggapan maupun pengetahuan seseorang dalam

memberi arti terhadap stimuli dari lingkungannya yang dibawa masuk ke

dalam organisasi pelayanan kesehatan (Kemenkes RI, 2012).

Profesionalitas tenaga kesehatan khususnya keperawatan

ditunjukkan dari perilaku tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan

kesehatan termasuk pelaksanaan program menjaga keamanan pasien

(patient safety) berdasarkan standar pelayanan kesehatan, mandiri,

bertanggung jawab dan bertanggung gugat, serta mengembangkan

Page 15: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

2

kemampuan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Ciri Profesionalitas tenaga kesehatan tersebut harus tetap

dipelihara dan ditingkatkan dalam rangka mempertahankan standard mutu

yang tinggi. Perawat sebagai salah satu komponen utama pemberi layanan

kesehatan kepada masyarakat memiliki peran penting karena terkait

langsung dengan pemberi asuhan kepada pasien sesuai dengan

kemampuan yang dimilikinya. Perawat sebagai ujung tombak pelayanan

kesehatan yang ada di lapangan sangat menentukan dalam upaya

pencegahan dan memutus rantai transmisi infeksi dalam rangka memenuhi

kebutuhan kemanan pasien (Pusdiknakes RI, 2003).

Pengetahuan tentang patient safety adalah hasil dari tahu dan ini

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu (Notoatmodjo, (2003). Penginderaan terjadi melalui panca indera

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan tentang patient safety manusia diperoleh

melalui mata dan telinga. Pengetahuan tentang patient safety seseorang

mencakup ingatan mengenai hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan

dalam ingatan. Pengetahuan tentang patient safety atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt

behavior). Karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku

yang didasari oleh pengetahuan tentang patient safety akan lebih langgeng

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan tentang patient

safety.

Page 16: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

3

Kemampuan petugas kesehatan khususnya perawat dalam

mencegah transmisi infeksi di rumah sakit, dan upaya pencegahan infeksi

adalah tidak lepas dari faktor yang mempengaruhinya yaitu pemahaman

petugas kesehatan tentang program keamanan pasien (patients safety),

tersedianya peralatan kesehatan yang memadai, dana untuk menyediakan

pasokan yang dibutuhkan, misalnya sarung tangan dan masker, penyediaan

pasokan tersebut kurang, dan adanya standar operasional prosedur (SOP)

tetap yang berlaku (Cahyono, 2008).

Menurut data WHO tahun 2013 menunjukkan bahwa kejadian

infeksi nosokomial di rumah sakit mencapai 9% (variasi 3 – 21 %) atau

lebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa tingkat infeksi nosokomial yang terjadi di beberapa

negara Eropa dan Amerika adalah lebih rendah yaitu sekitar 1%

dibandingkan dengan kejadian di negera-negara Asia, Amerika Latin dan

Afrika yang tinggi hingga mencapai lebih dari 40%. Berdasarkan Data

Pengendalian Infeksi Nosokomial Rumah Sakit Panti Waluyo pada bulan

Juli - September 2014, dapat dijelaskan bahwa angka kejadian infeksi

Nosokomial plebitis sebesar 2.27%, Dikubitus sebesar 1.29%, infeksi

saluran kemih sebesar 1.6%.

Upaya yang sudah dilakukan oleh Pengendalian Infeksi

Nosokomial di Rumah Sakit Panti Waluyo untuk mencegah kejadian

tersebut adalah menetapkan dan pelaksanaan standar operasional prosedur

(SOP) bagi petugas pelayanan kesehatan setiap melakukan tindakan

Page 17: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

4

pemasangan infus seperti prosedur cuci tangan sebelum dan sesudah

melakukan tindakan, standar operasional prosedur (SOP) pemasangan

infus yang harus diganti setiap 3x24 jam, dan penyediaan sarung tangan

dan masker.

Berdasarkan studi pendahuluan terhadap beberapa teman sejawat di

Rumah Sakit Panti Waluyo, dengan paradigma baru saat ini, masih

dijumpai tenaga kesehatan yang bekerja tanpa menghiraukan keamanan

pasien (patient safety), bekerja sekedar untuk mencari nafkah guna

menghidupi keluarga, bekerja dengan malas-malasan, masuk kerja tidak

tepat waktu dan bekerja sebagai formalitas tanpa ada rasa bersalah kepada

masyarakat.

Filsafat profesionalitas perawat seperti diatas, sudah tidak ada pada

tempatnya di era reformasi kesehatan. Kecenderungan perilaku perawat

sebagai petugas kesehatan yang berbuat seperti tersebut diatas adalah

bukan semata-mata kesalahan pegawai itu saja, ada kemungkinan karena

pihak dimana bekerja kurang memperhatikan kondisi-kondisi yang

memungkinkan tumbuhnya nilai-nilai Profesional perawat pada diri tenaga

kesehatan (KKP-RS, 2008).

Berdasarkan beberapa substansi permasalahan yang telah diuraikan

tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan penelitian tentang

analisis pengetahuan perawat tentang patient safety dengan perilaku

perawat dalam mencegah kejadian plebitis di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit Panti Waluyo Surakarta dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan.

Page 18: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

5

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan

antara pengetahuan perawat tentang patient safety dengan perilaku perawat

dalam mencegah kejadian plebitis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti

Waluyo Surakarta.

1.3. Tujuan penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui pengetahuan perawat tentang patient safety

hubungannya dengan perilaku perawat dalam mencegah kejadian

plebitis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluyo

Surakarta.

1.3.2. Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi karakteristik perawat (tingkat pendidikan,

lama kerja) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluyo

Surakarta.

2. Mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang patient safety di

Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta

3. Mengidentifikasi perilaku perawat dalam mencegah kejadian

plebitis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluyo

Surakarta.

4. Menganalisis hubungan pengetahuan perawat tentang patient

safety kaitannya dengan perilaku perawat dalam mencegah

Page 19: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

6

kejadian plebitis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti

Waluyo Surakarta.

1.4. Manfaat penelitian

1.4.1. Bagi Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta

Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta

dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya

pelayanan keperawatan yang memperhatikan keamanan pasien

(patient safety).

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk mengembangkan konsep dan kajian yang lebih mendalam

tentang keamanan pasien (patient safety) sehingga diharapkan

dapat menjadi dasar dan pendorong dilakukannya penelitian yang

lebih mendalam tentang masalah tersebut.

1.4.3. Bagi Peneliti Lain

Memberikan gambaran yang lebih konkrit dan alternative

pemecahan masalah dan pengendalian infeksi nosokomial

khususnya plebitis, sehingga dapat dijadikan sumber informasi

untuk dilakukan penelitian yang akan datang.

1.4.4. Bagi Peneliti

Menambah wawasan, khasanah, ilmu pengetahuan, informasi dan

wacana tentang hubungan pengetahuan tentang patient safety

kaitannya dengan perilaku perawat dalam mencegah kejadian

plebitis.

Page 20: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1 Pengetahuan

2.1.1.1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan

ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang.

(Notoatmojo, 2007). Pendapat lain menurut Frankel,

(2007) menjelaskan bahwa pengetahuan adalah informasi

atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh

seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah

berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia

melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika

seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk

mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah

dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Berdasarkan definisi yang diuraikan oleh para ahli

diatas dapat dijelaskan bahwa pengertian pengetahuan

Page 21: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

8

adalah hasil penginderaan atau pengamatan inderawi

terhadap suatu objek yang belum pernah dilihat, didengar

atau dirasakan sebelumnya yang disadari oleh seseorang

dan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau

akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu

dan pengetahuan sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang. pengetahuan tentang patient safety

adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan tentang patient safety

manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan tentang patient safety atau kognitif

tindakan seseorang pengetahuan tentang patient safety

mencakup ingatan mengenai hal-hal yang pernah

dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Pengetahuan

tentang patient safety atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang (overt behavior). Karena itu dari pengalaman

dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan tentang patient safety akan lebih langgeng

Page 22: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

9

daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan

tentang patient safety (Frankel, 2007).

2.1.1.2. Klasifikasi Pengetahuan

Notoatmodjo (2007), menjelaskan bahwa

pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yaitu:

1. Tahu (know)

Tahu sebagai tingkatan yang paling rendah diartikan

sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang

spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan tentang abjek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

Dengan kata lain harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan

sebagainya.

Page 23: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

10

3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu

kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan

sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks

yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen-

komponen dalam suatu struktur organisasi yang masih

ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan ini dilihat

dari penggunaan kata kerja seperti dapat

menggambarkan, membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis). Sintesis menunjuk kepada suatu

kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan

Page 24: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

11

pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan

perilaku yang akan diambilnya, karena dengan

pengetahuan tersebut ia memiliki alasan dan landasan

untuk menentukan suatu pilihan. Kekurang

pengetahuan tentang kewaspadaan universal akan

mengakibatkan tidak terkendalinya proses

perkembangan penyakit, termasuk deteksi dini adanya

komplikasi penyakit. Pengetahuan perawat tentang

kewaspadaan universal adalah semua hal yang

diketahui perawat tentang kewaspadaan universal.

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman dan berbagai

macam sumber, misalnya media masa, media

elektronik, guru petunjuk, petugas kesehatan, media

poster, kerabat dekat dan lain sebagainya.

2.1.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan yaitu:

1. Faktor Internal, meliputi :

a. Kesehatan

Page 25: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

12

Sehat berarti keadaan fisik, mental dan sosial

seseorang berfungsi secara optimal dan seimbang.

Keseimbangan ini akan terganggu jika seseorang

sakit. Proses belajarpun akan terganggu jika

seseorang berada dalam keadaan yang tidak

optimal baik fisik, mental maupun sosial.

b. Intelegensi

Intelegensi sangat besar sekali pengaruhnya

terhadap pengetahuan seseorang. Orang yang

mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan

lebih berhasil dari pada yang mempunyai

intelegensi rendah.

c. Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang tinggi yang

semata-mata tertuju pada suatu objek. Jika

perhatian seseorang rendah atau kurang terhadap

suatu materi, maka pemahaman terhadap materi

tersebut akan berkurang atau menurun.

d. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang berbagai kegiatan.

Kegiatan yang diminati seseorang diperhatikan

Page 26: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

13

terus menerus disertai rasa senang. Berbeda

dengan perhatian yang sifatnya sementara.

2. Faktor Eksternal, meliputi :

a. Keluarga

Keluarga sangat menentukan dalam pendidikan,

karena keluarga adalah lembaga pendidikan yang

pertama dan utama.

b. Metode Pembelajaran

Metode pengajaran adalah suatu cara yang harus

dilalui dalam mengajar. Untuk menghindari cara

belajar yang salah perlu suatupembinaan. Dengan

metode belajar yang tepat dan efektif, akan efektif

pula hasil belajar seseorang.

c. Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga

mempengaruhi seseorang. Pengaruh ini terjadi

karena keberadaannya dalam masyarakat. Adapun

bentuk kegiatan seseorang dalam masyarakat adalah

berhubungan dengan mediamasa, teman bergaul dan

bentuk kehidupan masyarakat.

2.1.1.4. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi

Page 27: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

14

materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita

ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan

domain di atas (Notoatmodjo, 2007). Kriteria pengukuran

tingkat pengetahuan dapat dikategorikan secara kualitatif

dengan rumus statistik, yaitu:

Rendah : <65%

Sedang : 65-79%

Tinggi : 80-100%

(Santoso, 2006).

2.1.2 Patient safety

2.1.2.1. Definisi Patient safety

Institusi pelayanan kesehatan merupakan sistem

yang kompleks yang ditandai dengan penggunaan

teknologi tinggi dan "kebebasan" profesi. Kompleksitas itu

menimbulkan kerawanan kesalahan medik (medical

error). Keselamatan adalah hak pasien, dan para

profesional pelayanan kesehatan berkewajiban

memberikan pelayanan kesehatan yang aman. Karena itu,

upaya meningkatkan keselamatan pasien harus menjadi

prioritas utama para pemimpin pelayanan kesehatan.

"Safety is a fundamental principle of patient care and a

Page 28: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

15

critical component of hospital quality management."

(World Alliance for Patient safety, Forward Programme

WHO 2004).

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan

salah satu dimensi mutu yang saat ini menjadi pusat

perhatian para praktisi pelayanan kesehatan dalam skala

nasional maupun global. Hal ini tercermin dengan

diangkatnya patient safety sebagai isu utama pada

konfrensi ISQua yang diselenggarakan di Vancouver

Canada pada bulan Oktober 2005, sementara di Indonesia

patient safety juga merupakan salah satu isu utama yang

melatarbelakangi diberlakukannya Undang Undang

Nomor 29 Tahun 2004 yang juga mulai berlaku pada

bulan tersebut. Ketepatan (appropriateness) dalam

pelayanan kesehatan, kecepatan (timeliness), dan bebas

dari bahaya dan kesalahan (free from harm and error)

merupakan tiga unsur utama dari keselamatan pasien yang

dapat terwujud dengan adanya regulasi pelayanan

kesehatan, sistem informasi yang memadai, sumber daya

manusia kesehatan yang profesional, dan pengelolaan

sumber daya kesehatan lain (DepKes RI, 2006).

Keselamatan pasien di rumah sakit adalah sistem

pelayanan dalam suatu rumah sakit yang memberikan

Page 29: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

16

asuhan pasien yang aman. Termasuk di dalamnya

mengukur risiko, identifikasi dan pengelolaan risiko

terhadap pasien, analisa insiden, kemampuan untuk belajar

dan menindaklanjuti insiden serta menerapkan solusi

untuk mengurangi risiko. Gerakan keselamatan pasien

rumah sakit (GKP-RS) atau yang populer disebut sebagai

patient safety adalah suatu proses pemberian pelayanan

rumah sakit terhadap pasien yang lebih aman. Sistem ini

mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh

kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak

mengambil tindakan yang seharusnya diambil (DepKes

RI, 2006).

WHO, pada World Health Assembly yang ke-55,

yang dilaksanakan pada Mei 2002 ditetapkan suatu

resolusi yang mendorong negara-negara untuk

memberikan perhatian kepada permasalahan Patient

safety. Kemudian pada Oktober 2004 WHO dan berbagai

lembaga mendirikan World Alliance for Patient safety

yang bertujuan mengedepankan tujuan utama Patient

safety yaitu “First do no harm” dan menurunkan

morbiditas, cidera dan kematian yang diderita pasien. Di

Indonesia kegiatan keselamatan pasien sudah dilaksanakan

dalam bentuk elemen-elemennya saja belum secara

Page 30: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

17

komprehensif, misalnya Sistem Pengendalian Nosokomial,

Sistem K3, Manajemen Risiko, Informed Consent, Audit

Medis, Review Kasus Kematian, Program Perinatal Risiko

Tinggi, Evaluasi-evaluasi dalam berbagai program mutu

pelayanan (DepKes RI, 2006).

2.1.2.2. Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit terdiri dari

sistem pelaporan insiden, analisis, belajar dan riset dari

insiden yang timbul, pengembangan dan penerapan solusi

untuk menekan kesalahan, penetapan berbagai pedoman,

standar, indikator keselamatan pasien berdasarkan

pengetahuan dan riset, keterlibatan dan pemberdayaan

pasien, pengembangan toksonomi:konsep, klasifikasi,

norma, istilah dan sebagainya (DepKes RI, 2006).

2.1.2.3. Standar Keselamatan Pasien Rumah Sakit

Menurut Cahyono, (2008) menjelaskan tujuh standar

keselamatan pasien yang mengacu pada “Hospital Patient

safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint

Commision on Accreditation of Health Organizations

meliputi :

1. Hak pasien

Standarnya adalah pasien dan keluarganya mempunyai

hak untuk mendapatkan informasi tentang rencana dan

Page 31: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

18

hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya

KTD (kejadian tidak diharapkan).

2. Mendidik pasien dan keluarga

Standarnya adalah rumah sakit harus mendidik pasien

dan keluarganya tentang kewajiban dan tanggung

jawab pasien dalam asuhan pasien.

3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

Standarnya adalah menjamin kesinambungan

pelayanan dan menjamin koordinasi antar tenaga dan

antar unit pelayanan, mendesain proses baru atau

memperbaiki proses yang ada, memonitor dan

mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,

menganalisis secara intensif kejadian tidak diharapkan

dan melakukan perubahan untuk meningkatkan

kinerja.

4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk

melakukan evaluasi dan program peningkatan

keselamatan pasien

Standarnya adalah rumah sakit harus mendesign proses

baru atau memperbaiki proses yang ada, memonitor

dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,

menganalisis secara intensif kejadian tidak diharapkan,

Page 32: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

19

dan melakukan perubahan untuk meningkatkan

kinerja.

5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan

keselamatan pasien

Standarnya adalah pimpinan dorong dan jaminan

implementasi program keselamatan pasien, menjamin

berlangsungnya program proaktif identifikasi risiko

keselamatan pasien dan program mengurangi kejadian

tidak diharapkan, mendorong dan menumbuhkan

komunikasi dan koordinasi antar unit dan individu

berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang

kejadian tidak diharapkan, mengalokasikan sumber

daya yang adekuat untuk mengukur, mengkaji, dan

meningkatkan kinerja rumah sakit serta tingkatkan

kejadian tidak diharapkan, dan mengukur dan

mengkaji efektifitas kontribusinya dalam

meningkatkan kinerja rumah sakit dan kejadian tidak

diharapkan.

6. Mendidik staf tentang keselamatan pasien

Standarnya adalah rumah sakit memiliki proses

pendidikan, pelatihan dan orientasi untuk setiap

jabatan mencakup keterkaitan jabatan dengan

keselamatan pasien secara jelas, menyelenggarakan

Page 33: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

20

pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk

meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta

mendukung pendekatan interdisiplin dalam pelayanan

pasien.

7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk

mencapai keselamatan pasien

Standarnya adalah rumah sakit merencanakan dan

mendesain proses manajemen informasi keselamatan

pasien untuk memenuhi kebutuhan informasi internal

dan eksternal, transmisi data dan informasi harus tepat

waktu dan akurat.

2.1.3 Perilaku

2.1.3.1. Pengertian

Perilaku merupakan reaksi atau respons yang masih

tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Perilaku juga merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi

perasaan (Notoatmodjo, 2007). Sedangkan menurut

Newcomb dalam Notoatmodjo (2007), menyatakan

bahwa perilaku itu merupakan kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif

tertentu. Perilaku belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan

suatu prilaku. Perilaku merupakan reaksi atau responsyang

Page 34: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

21

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau

objek.

Beberapa batasan lain tentang perilaku ini seperti

yang dikutip dalam Notoadmodjo (2007) adalah sebagai

berikut: An individual’s social attitude is a syndrome of

response consistency with regard to social object

(Campbell, 1950), A mental and neuralstate of rediness,

organized through expertence, exerting adirective or

dynamic influence up on individual’s response to all

objects and situation with which it is related (Allport,

1954), Attitude entails an existing predisposition to

response to social objects which in interaction with

situational and other dispositional variable, guides and

direct the overt behaviour of the individual (Cardno,

1955). Dari batasan-batasan diatas dapat disimpulkan

bahwa manifestasi perilaku itu tidak dapat langsung di

lihat tetapi hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang

tertutup.

2.1.3.2. Komponen perilaku

Secord dan Bacman (1964) dalam

(Notoatmodjo,2007) membagi perilaku menjadi tiga

komponen yaitu:

Page 35: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

22

1. Komponen kognitif, adalah komponen yang terdiri

dari pengetahuan. Pengetahuan inilah yang akan

membentuk keyakinan dan pendapat tertentu tentang

objek perilaku.

2. Komponen afektif, adalah komponen yang

berhubungan dengan perasaan senang atau tidak

senang, sehingga bersifat evaluatif. Komponen ini

erat hubungannya dengan sistem nilai yang dianut

pemilik perilaku.

3. Komponen konatif, adalah komponen perilaku yang

berupa kesiapan seseorang untuk berperilaku yang

berhubungan dengan objek perilaku.

2.1.3.3. Klasifikasi Perilaku (Notoatmodjo,2007)

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek)

2. Merespon (responding)

Memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang dibeirikan adalah suatu

indikasi dari perilaku. Karena dengan suatu usaha

untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas

yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau

Page 36: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

23

salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide

tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah adalah indikasi perilaku

tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah

dipilihnya dengan segala resiko merupakan perilaku

yang paling tinggi.

2.1.3.4. Ciri-ciri perilaku

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku mempunyai

ciri-ciri sebagai berikut:

1. Perilaku tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari

(learnability) dandibentukberdasarkan pengalaman dan

latihan sepanjang perkembangan individu dalam

hubungan dengan objek.

2. Perilaku dapat diubah dalam situasi yang memenuhi

syarat untuk itu sehingga perilaku dapat dipelajari.

3. Perilaku tidak berdiri sendiri, tetapi selalu

berhubungan dengan objek perilaku.

4. Perilaku dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat

tertuju pada sekumpulan atau banyak objek.

Page 37: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

24

5. Perilaku dapat berlangsung lama atau sebentar.

6. Perilaku mengandung faktor perasaan dan motivasi

sehingga membedakan dengan pengetahuan.

2.1.3.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan perilaku

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

perilaku menurut Notoatmodjo (2007) terdiri dari:

1. Faktor internal

Faktor ini berasal dari diri individu. Dalam hal ini

individu menerima, mengolah dan memilih segala

sesuatu yang datang dari luar, serta menentukan mana

yang akan diterima dan mana yang tidak. Hal-hal

yang diterima atau tidak berkaitan erat dengan apa

yang ada dalam diri individu. Faktor internal ini

menyangkut motif dan perilaku yang bekerja dalam

diri individu pada saat itu, serta yang mengarah minat

dan perhatian (faktor psikologis) juga perasaan sakit,

lapar dan haus (faktor fisiologis).

2. Faktor eksternal

Faktor ini berasal dari luar diri individu, berupa

stimulus untuk membentuk dan mengubah perilaku.

Stimulus tersebut dapat bersifat langsung, misalnya

individu dengan individu, individu dengan kelompok.

Page 38: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

25

Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui

perantara seperti: alat komunikasi dan media massa

baik elektronik maupun non elektronik.

2.1.3.6. Pengukuran perilaku

Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara

langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat

ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan

responden terhadap suatu objek. Secara tidak langsung

dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis,

kemudian ditanyakan pendapat responden (Notoatmodjo,

2007). Selanjutnya perilaku seseorang dapat diketahui dan

diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif,

yaitu:

Rendah : < 65%

Sedang : 65%-79%

Tinggi : 80% -100%

(Santoso, 2006).

Perilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh

pengetahuan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan. Terbentuknya perilaku yang baru pada

seseorang dimulai dari domain kognitif terlebih dahulu

Page 39: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

26

mengetahui stimulus berupa materi atau objek luarnya

sehingga menimbulkan pengetahuan baru pada subjek

tersebut. Perilaku merupakan kesiapan seseorang untuk

bereaksi terhadap stimulus sebagai suatu penghayatan

terhadap objek.

Menurut Allport, (1954) dalam Notoatmodjo,

(2007) menjelaskan bahwa komponen pokok terbentuknya

perilaku adalah kepercayaan, ide, konsep terhadap objek,

emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, dan

kecenderungan untuk bertindak. Lebih lanjut dijelaskan

bahwa pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi sangat

menentukan perilaku yang utuh seseorang. Proses

terbentuknya perilaku seseorang dapat dilihat pada bagan

sebagai berikut :

Gambar 2.1 Proses Terbentuknya Perilaku Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo, 2007

Page 40: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

27

2.1.4 Plebitis

2.1.4.1. Pengertian

Plebitis adalah inflamasi vena yang disebabkan

oleh iritasi kimia maupun mekanik. Kondisi ini

dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah

dan hangat di sekitar daerah insersi/penusukan atau

sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak pada area insersi

atau sepanjang vena, dan pembengkakan. Insiden plebitis

meningkat sesuai dengan lamanya pemasangan jalur

intravena, komposisi cairan atau obat yang diinfuskan

(terutama pH dan tonisitasnya, ukuran dan tempat kanula

dimasukkan, pemasangan jalur IV yang tidak sesuai, dan

masuknya mikroorganisme saat penusukan (Makary,

2006).

Pertama akan terjadi vasokonstriksi sesaat yang

timbul segaera setelah cedera, kemudian akan diikuti

vasodilatasi dan peningkatan jumlah aliran darah dalam

mikrosikulasi. Terjadilah panas dan kemerahan.

Selanjutnya permeabilitas kapiler meningkat dan cairan

plasma bocor ke dalam jaringa inflamasi menimbulkan

pembengkakan (Smelter dan Bare, 2002). Sedangkan

menurut Rocca, dkk (1998), dikatakan plebitis apabila

Page 41: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

28

terdapat dua atau lebih tanda berikut ini: nyeri, kemerahan,

bengkak, indurasi, cord.

2.1.4.2. Penyebab

Menurut Makary (2006), plebitis bisa disebabkan karena

beberapa faktor:

1. Plebitis kimia

a. PH dan osmolaritas cairan infus yang ekstrem

selalu diikuti risiko plebitis tinggi. pH larutan

dekstrosa berkisar antara 3 – 5, di mana keasaman

diperlukan untuk mencegah karamelisasi

dekstrosa selama proses sterilisasi autoklaf, jadi

larutan yang mengandung glukosa, asam amino

dan lipid yang digunakan dalam nutrisi parenteral

bersifat lebih flebitogenik dibandingkan normal

saline. Obat suntik yang bisa menyebabkan

peradangan vena yang hebat, antara lain kalium

klorida, vancomycin, amphotrecin B,

cephalosporins, diazepam, midazolam dan

banyak obat khemoterapi. Larutan infus dengan

osmolaritas > 900 mOsm/L harus diberikan

melalui vena sentral.

b. Mikropartikel yang terbentuk bila partikel obat

tidak larut sempurna selama pencampuran juga

Page 42: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

29

merupakan faktor kontribusi terhadap flebitis.

Jadi, kalau diberikan obat intravena masalah bisa

diatasi dengan penggunaan filter 1 sampai 5 µm.

c. Penempatan kanula pada vena proksimal (kubiti

atau lengan bawah) sangat dianjurkan untuk

larutan infus dengan osmolaritas > 500 mOsm/L.

Hindarkan vena pada punggung tangan jika

mungkin, terutama pada pasien usia lanjut.

d. Kateter yang terbuat dari silikon dan poliuretan

kurang bersifat iritasi dibanding

politetrafluoroetilen (teflon) karena permukaan

lebih halus, lebih thermoplastik dan lentur. Risiko

tertinggi untuk plebitis dimiliki kateter yang

terbuat dari polivinil klorida atau polietilen.

e. Dulu dianggap pemberian infus lambat kurang

menyebabkan iritasi daripada pemberian cepat.

2. Plebitis Mekanis

Plebitis mekanis dikaitkan dengan penempatan kanula.

Kanula yang dimasukkan ada daerah lekukan sering

menghasilkan plebitis mekanis. Ukuran kanula harus

dipilih sesuai dengan ukuran vena dan difiksasi dengan

baik.

Page 43: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

30

3. Plebitis Bakterial

Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap plebitis

bakteri meliputi:

a. Teknik pencucian tangan yang buruk

b. Kegagalan memeriksa peralatan yang rusak.

Pembungkus yang bocor atau robek mengundang

bakteri.

c. Teknik aseptik tidak baik

d. Teknik pemasangan kanula yang buruk

e. Kanula dipasang terlalu lama

f. Tempat suntik jarang diinspeksi visual

2.1.4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Plebitis

Menurut Makary (2006), banyak faktor telah dianggap

terlibat dalam patogenesis plebitis, antara lain:

1. Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan

2. Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter,

lokasi dan lama kanulasi

3. Agen infeksius

4. Faktor pasien yang dapat mempengaruhi angka flebitis

mencakup, usia, jenis kelamin dan kondisi dasar

(yakni: diabetes melitus, infeksi, luka bakar)

2.1.4.4. Intervensi dan Pencegahan

1. Intervensi:

Page 44: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

31

a. Menghentikan IV dan memasang pada daerah lain

b. Tinggikan ekstremitas

c. Memberikan kompres hangat dan basah di tempat

yang terkena

2. Pencegahan:

a. Gunakan tehnik aseptik selama pemasangan

b. Menggunakan ukuran kateter dan jarum yang

sesuai dengan vena

c. Mempertimbangkan komposisi cairan dan

medikasi ketika memilih area insersi

d. Mengobservasi tempat insersi akan adanya

kemungkinan komplikasi apapun setiap jam

e. Menempatkan kateter atau jarum dengan baik

f. Mengencerkan obat-obatan yang mengiritasi jika

mungkin

Selain cara di atas, plebitis dapat dicegah dan diatasi

dengan cara berikut:

1) Mencegah plebitis bakterial

Pedoman ini menekankan kebersihan tangan,

teknik aseptik, perawatan daerah infus serta

antisepsis kulit. Walaupun lebih disukai sediaan

chlorhexidine-2%, tinctura yodium, iodofor atau

alkohol 70% juga bisa digunakan.

Page 45: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

32

2) Selalu waspada dan jangan meremehkan teknik

aseptik.

Stopcock sekalipun (yang digunakan untuk

penyuntikan obat atau pemberian infus IV, dan

pengambilan sampel darah) merupakan jalan

masuk kuman yang potensial ke dalam tubuh.

Pencemaran stopcock lazim dijumpai dan terjadi

kira-kira 45 – 50% dalam serangkaian besar

kajian.

3) Rotasi kanul

Menurut May,dkk yang dikutip oleh Iyan (2008),

melaporkan hasil 4 teknik pemberian PPN, di

mana mengganti tempat (rotasi) kanula ke lengan

kontralateral setiap hari pada 15 pasien

menyebabkan bebas plebitis. Namun, dalam uji

kontrol acak yang dipublikasi baru-baru ini oleh

Webster dkk disimpulkan bahwa kateter bisa

dibiarkan aman di tempatnya lebih dari 72 jam

jika tidak ada kontraindikasi.

4) Laju pemberian

Para ahli umumnya sepakat bahwa makin lambat

infus larutan hipertonik diberikan makin rendah

risiko plebitis. Namun, ada paradigma berbeda

Page 46: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

33

untuk pemberian infus obat injeksi dengan

osmolaritas tinggi. Osmolaritas boleh mencapai

1000 mOsm/L jika durasi hanya beberapa jam (Ian

D. Blier dikutip oleh Iyan, 2008).

Titratable acidity dari suatu larutan infus tidak

pernah dipertimbangkan dalam kejadian plebitis.

Titratable acidity mengukur jumlah alkali yang

dibutuhkan untuk menetralkan pH larutan infus.

Potensi plebitis dari larutan infus tidak bisa

ditaksir hanya berdasarkan pH atau titrable acidity

sendiri. Bahkan pada pH 4.0, larutan glukosa 10%

jarang menyebabkan perubahan karena titrable

acidity nya sangat rendah (0.16 mEq/L)

(Kuwahara, dkk dikutip oleh Iyan, 2008). Dengan

demikian makin rendah titrable acidity larutan

infus makin rendah risiko plebitisnya.

5) Heparin dan hidrokortison

Heparin sodium, bila ditambahkan ke

cairan infus sampai kadar akhir 1 unit/mL,

mengurangi masalah dan menambah waktu

pasang kateter (JA Nieto-Rodriguez, Randolph

dkk dikutip oleh Iyan, 2008).

Risiko plebitis yang berhubungan dengan

pemberian cairan tertentu (misal, kalium klorida,

Page 47: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

34

lidocaine, dan antimikrobial) juga dapat dikurangi

dengan pemberian aditif IV tertentu, seperti

hidrokortison. Pada uji klinis dengan pasien

penyakit koroner, hidrokortison secara bermakna

mengurangi kekerapan plebitis pada vena yang

diinfus lidokain, kalium klorida atau antimikrobial

(Michele L. Pearson dikutip oleh Iyan, 2008).

Pada dua uji acak lain, heparin sendiri atau

dikombinasi dengan hidrokortison telah

mengurangi kekerapan plebitis, tetapi penggunaan

heparin pada larutan yang mengandung lipid dapat

disertai dengan pembentukan endapan kalsium.

6) In-line filter

In-line filter dapat mengurangi kekerapan plebitis

tetapi tidak ada data yang mendukung

efektivitasnya dalam mencegah infeksi yang

terkait dengan alat intravaskular dan sistem infus

(Michele L. Pearson dikutip oleh Iyan, 2008).

2.2. Keaslian Penelitian

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian Nama Peneliti,

Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

Qalbia Muhammad Nur, H. Noer Bahry Noor, dan Irwandy (2013)

Relationship

Between Motivation

And Supervision On

Association Nurse

Performance In

Applying Patient

safety At Inpatient

Ward Of

Hasanuddin

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional study pada 64 responden.

Analisis data yang digunakan adalah univariat dan bivariat dengan uji

Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan signifikan antara motivasi dan supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam menerapkan patient safety di rumah

Page 48: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

35

Nama Peneliti,

Tahun Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian

University Hospital chi square

sakit

Solha Elrifda (2012)

Culture Patient

safety and Error

Characteristics

Services : Policy

Implications in One

Hospital

desain penelitian ini kualitatif dg pendekatan cross sectional Populasi dan sampel adalah petugas yang memberikan pelayanan pasien secara langsung di ruang rawat inap rumah sakit pada 191 sampel.

Hasil penelitian menunjukkan budaya patient safety secara umum direspons positif hanya 14,7% responden pada tingkat unit dan 26,2% pada tingkat rumah sakit. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah budaya patient safety di salah satu rumah sakit di kota Jambi kurang baik.

Selleya Cintya Bawelle, J. S. V. Sinolungan, Rivelino S. Hamel, (2013)

Related Knowledge

and Attitude Of

Nurse With The

Execution Patient

safety (Patient

safety) In The

Inpatient Hospital

Trillion Kendage

Tahuna

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan rancangan cross

sectional. Pemilihan sampel dengan purposive sampling

sebanyak 65 responden. Data yang diperoleh dianalisis dengan program komputerisasi

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna, p=0,014 (á<0,05). Ada hubungan sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna, p=0,000 (á<0,05).

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas

dapat dijelaskan ada persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang

akan dilakukan. Akan tetapi variabel bebas dan terikat, perumusan

masalah dan metode penelitian terdapat perbedaan. Perbedaan tersebut

terletak pada penempatan variabel independen dan dependen dan teknik

analisis. Penelitian ini akan menganalisis korelasi antar variabel yaitu

pengetahuan dengan perilaku perawat dalam mencegah kejadian plebitis di

Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Berdasarkan

perbedaan-perbedaan dan persamaan tersebut, kiranya cukup bagi penulis

Page 49: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

36

untuk memberikan penegasan bahwa penelitian yang sedang penulis susun

ini bukan merupakan replikasi dari penelitian yang pernah ada.

2.3. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Di adopsi dari Allport, 1954, dan dimodifikasi

dengan Notoatmodjo, (2007)

2.4. Kerangka Konsep

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Page 50: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

37

2.5. Hipothesis

Hiphothesis adalah hasil proses teoritik atau proses rasional yang

berbentuk pernyataan tentang karakteristik populasi (Sugiyono, 2007).

Ho : tidak ada hubungan pengetahuan tentang perawat tentang patient

safety dengan perilaku perawat dalam mencegah kejadian

plebitis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluyo

Surakarta

Ha : ada hubungan pengetahuan tentang perawat tentang patient

safety dengan perilaku perawat dalam mencegah kejadian

plebitis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluyo

Surakarta

Page 51: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

38

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan

explanatory research. Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan

hubungan dua variabel yaitu variabel bebas yang meliputi pengetahuan

perawat tentang patient safety (X1), pengetahuan (X2) dengan variabel

terikat yaitu perilaku perawat dalam mencegah kejadian plebitis pada

suatu saat tertentu.

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Sastroasmoro,

2010). Menurut Sugiyono (2010), menyebutkan bahwa populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/ objek yang

mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi dalam

penelitian ini adalah keseluruhan Perawat di Ruang Rawat Inap

Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta yang berjumlah 50 orang.

3.2.2 Sampel

3.2.2.2. Besar Sampel

Besarnya sampel dalam penelitian ini harus representatif

bagi populasi, oleh karena jumlah populasi kurang dari

Page 52: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

39

100.000 maka penentuan besarnya sampel menggunakan

rumus (Winarsunu, 2004).

)(1 2dN

Nn

+=

Keterangan:

n = Besarnya sampel

N = Besarnya populasi

d = Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang digunakan

yaitu sebesar 10 % atau 0.1

Dengan jumlah populasi perawat sebanyak 50 orang, maka

jumlah sampel yang ditemukan 33,3 reponden dibulatkan

menjadi 33 responden.

3.2.2.3. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah cara-cara yang dapat digunakan

peneliti untuk mengambil sampel (Sastroasmoro, 2010).

Pada penelitian ini teknik sampling yang digunakan dalam

penentuan sampel adalah purposive sampling. Karena

jumlah populasi dalam penelitian ini mencukupi dan

karakteristik populasi cukup homogen. Teknik penetapan

sampel ini dilakukan dengan cara memilih sampel diantara

populasi dengan mengacak sesuai dengan yang kriteria

sampel, sehingga setiap populasi mempunyai kesempatan

sebagai sampel dan dapat mewakili karakteristik populasi

yang telah dikenal sebelumnya (Sastroasmoro, 2010).

Page 53: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

40

3.2.2.4. Kriteria Inklusi

1. Perawat yang sedang masa aktif dalam pelayanan

kesehatan.

2. Perawat yang tidak sedang melanggar peraturan kerja

yang sudah diatur di Rumah Sakit Panti Waluyo

Surakarta.

3. Perawat yang bersedia menjadi responden dan ikut

terlibat dalam penelitian, yang ditandai dengan

penandatanganan pada lembar persetujuan menjadi

responden

3.2.2.5. Kriteria Eksklusi

1. Perawat yang sedang dalam keadaan cuti

2. Perawat yang sedang dalam keadaan sakit

3. Perawat yang sedang bermasalah dalam kedinasan

4. Perawat yang menolak berpartisipasi dalam penelitian

3.3. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bulan Maret sampai dengan Mei tahun 2015

Perawat ruang rawat inap di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

3.4. Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1. Variabel Penelitian

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap

menentukan variabel terikat (Sugiyono, 2007). Variabel bebas pada

Page 54: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

41

penelitian ini adalah pengetahuan perawat tentang patients safety.

Sedangkan variabel terikat yaitu perilaku perawat dalam mencegah

kejadian plebitis.

3.4.2. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi

Operasional Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Pengetahuan Patients

Safety

Pengetahuan adalah pemahaman yang dimiliki perawat tentang patient safety. Indikator untuk mengukur tingkat pengetahuan patients safety meliputi pemahaman tentang pengertian patient safety, dan klasifikasi patient safety

Kuisoner Kriteria pengukuran jika menjawab benar diberikan skor 1 dan salah diberi skor 0.

1. Rendah : < 65% 2. Sedang:65%-

79% 3. Tinggi:80%-

100%

Ordinal

2. Perilaku Perilaku dalam penelitian ini secara operasional adalah perilaku yang ditampilkan oleh seorang perawat dalam dalam mencegah kejadian plebitis di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta

Kuisoner Kriteria pengukuran jika menjawab Selalu diberi skor 4, sering diberi skor 3, kadang kadang diberi skor 2, dan tidak pernah diberi skor 1

1. Rendah : < 65% 2. Sedang:65%-

79% 3. Tinggi:80%-

100%

Ordinal

Sumber : Santoso, (2006)

3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1. Cara Pengukuran Instrumen

Kuesioner merupakan alat ukur yang tepat karena data yang

dihasilkan relatif obyektif dan konstan serta dapat untuk mengukur

Page 55: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

42

aspek psikososial, dapat digunakan dalam jumlah sampel banyak

dan relatif murah (Faisal, 2001). Kuesioner tingkat pengetahuan

tentang patient safety diukur melalui jawaban responden terhadap

pertanyaan-pertanyaan dan alternatif jawaban yang tersedia pada

kuesioner dengan kriteria pengukuran jika menjawab benar

diberikan skor 1 dan jika salah diberi skor 0, dan variabel perilaku

dengan kriteria jika menjawab Selalu diberi skor 4, sering diberi

skor 3, kadang kadang diberi skor 2, dan tidak pernah diberi skor

1. Kuesioner dalam penelitian ini di uji cobakan di Ruang Rawat

Inap Rumah Sakit Brayat Minulyo Surakarta yang berjumlah 30

orang.

3.5.2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi instrumen setiap variabel pada penelitian dijelaskan pada

tabel 3.2.

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian No Variabel Indikator No Item Pertanyaan

Favourable Unfavourable

1 Pengetahuan a. Pengertian keselamatan pasien

b. Sistem keselamatan Pasien c. Standar keselamatan Pasien

1,4,9,16 18 3,6,8,11, 17 7,12,14,19

5 2, 10 13, 15

2 Perilaku a. Pencegahan plebitis b. Kewaspadaan p lebtis c. Tindakan plebitis

2,4,8,9,11,16 1,5,7 10,17,18

3,14 6,15 12,13

3.5.3. Cara Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah

Page 56: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

43

3.5.2.1. Data Primer

Data primer adalah data atau materi yang dikumpulkan

sendiri oleh peneliti pada saat berlangsungnya suatu

penelitian. Metode pengumpulan data primer tentang

persepsi tentang profesionalitas, pengetahuan, motivasi

kerja, dan pelaksanaan program patient safety

menggunakan angket atau kuesioner. Angket atau

kuesioner pada dasarnya merupakan metode pengumpulan

data dengan pertanyaan atau pernyataan tertulis yang

disusun dan disebarkan untuk mendapatkan informasi

responden. Jenis angket yang di berikan kepada responden

adalah angket tertutup, dimana setiap pertanyaan

disediakan alternatif jawabannya. Alasan peneliti

menggunakan angket tertutup adalah untuk memudahkan

responden untuk menjawab pertanyaan yang telah

disediakan.

3.5.2.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari lingkungan

penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini adalah

tentang jumlah dan karakteristik tenaga kesehatan di

Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta yang diperoleh

melalui studi dokumentasi. Alasan digunakannya data

Page 57: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

44

dokumentasi karena mempunyai sifat obyektif, dan resmi

serta formal.

3.5.4. Uji Instrumen

3.5.4.1. Uji Validitas

Uji Validitas merupakan tingkat kemampuan suatu

instrumen untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi

sasaran pokok pengukuran yang dilakukan dengan

instrumen tersebut (Sugiyono, 2004). Suatu instrumen

dikatakan valid jika instrumen tersebut mampu mengukur

apa saja yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas

tiap item dari instrumen dengan menggunakan rumus

Korelasi Product Moment Pearson dengan formula

sebagai berikut :

Keterangan:

r = koefesien korelasi antara skor item dengan total

item

X = Skor pertanyaan

Y = Skor total

N = jumlah responden.(Suharsimi, 2002).

Kriteria pengukuran yaitu dengan membandingkan

antara r hitung denga r tabel. Pengukuran dinyatakan valid

jika r hitung > r tabel pada taraf signifikansi 95 %.

( )( )(( ){ } ( ){ }∑ ∑∑ ∑

∑ ∑∑−−

−=

2222 YYNxXN

YXXYNrXY

Page 58: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

45

Perhitungan uji validitas instrumen ini dilakukan dengan

Program SPSS for Windows Versi 18.00 (Singgih, 2006).

Hasil uji coba instrumen penelitian terhadap 20 responden

di Rumah Sakit Umum Brayat Minulyo Surakarta pada

masing – masing variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Variabel Pengetahuan

Berdasarkan data uji coba yang terkumpul dari 20

responden didapatkan nilai tabel kritis r product

moment dengan N=20 dan taraf signifikansi sebesar 5%

diperoleh r-tabel=0,444. Hasil uji coba validitas varibel

pengetahuan ditunjukkan pada tabel.3.3

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan No. Butir r hitung r tabel Status

1 0,693 0,444 Valid 2 0,759 0,444 Valid 3 0,832 0,444 Valid 4 0,801 0,444 Valid 5 0,476 0,444 Valid 6 0,683 0,444 Valid 7 0,809 0,444 Valid 8 0,245 0,444 Tidak Valid 9 0,759 0,444 Valid 10 0,579 0,444 Valid 11 0,700 0,444 Valid 12 0,470 0,444 Valid 13 0,940 0,444 Valid 14 0,768 0,444 Valid 15 0,792 0,444 Valid 16 0,629 0,444 Valid 17 0,471 0,444 Valid 18 0,798 0,444 Valid 19 - 0,171 0,444 Tidak Valid 20 0,693 0,444 Valid 21 0,594 0,444 Valid

Sumber : Data Primer (Diolah SPSS for Windows versi 18.0, 2009

Page 59: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

46

Berdasarkan tabel. 3.3 dapat dijelaskan bahwa

dari 21 butir pertanyaan diperoleh 19 item pertanyaan

yang dinyatakan valid karena nilai r hitung > r tabel dan

ada 2 item pertanyaan yang dinyatakan tidak valid atau

gugur yaitu nomor 8 dan 19.

2. Variabel Perilaku

Berdasarkan data uji coba yang terkumpul dari

20 responden didapatkan nilai tabel kritis r product

moment dengan N=20 dan taraf signifikansi sebesar 5%

diperoleh r-tabel = 0,444. Hasil uji coba validitas

varibel perilaku ditunjukkan pada tabel.3.4

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Variabel Perilaku No. Butir r hitung r tabel Status

1 0,865 0,444 Valid 2 0,775 0,444 Valid 3 0,705 0,444 Valid 4 0,832 0,444 Valid 5 0,770 0,444 Valid 6 0,865 0,444 Valid 7 0,722 0,444 Valid 8 0,912 0,444 Valid 9 0,896 0,444 Valid 10 0,823 0,444 Valid 11 0,450 0,444 Valid 12 0,735 0,444 Valid 13 0,408 0,444 Tidak Valid 14 0,659 0,444 Valid 15 0,348 0,444 Tidak Valid 16 0,881 0,444 Valid 17 0,912 0,444 Valid 18 0,450 0,444 Valid 19 0,735 0,444 Valid 20 0,912 0,444 Valid

Sumber : Data Primer (Diolah SPSS for Windows versi 18.0, 2009

Page 60: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

47

Berdasarkan tabel. 3.4 dapat dijelaskan bahwa dari

20 butir pertanyaan diperoleh 18 item pertanyaan yang

dinyatakan valid karena nilai r hitung > r tabel dan ada 2

item pertanyaan yang dinyatakan tidak valid atau gugur

yaitu nomor 13 dan 14.

3.5.4.2. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah suatu uji yang digunakan

untuk menguji sejauh mana alat ukur relatif konsisten

apabila pengukuran diulang dua kali atau lebih

(Winarsunu, 2004). Untuk menguji reliabilitas kuesioner

dalam penelitian ini digunakan rumus Koefisien Alpha

Cronbach dengan rumus:

R 11 =

−∑

2

2

11 St

Si

k

k

Keterangan:

K = banyaknya item

Si 2 = Jumlah varian item

St 2 = Varian total

Rumus varian total dan varian item :

St2 =

( )2

22

n

xt

n

xt ∑∑ −

Si2 =

2n

JKs

n

JKi−

Keterangan :

Jki = Jumlah seluruh skore Jks = Jumlah kuadrat subyek

Page 61: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

48

Setelah harga r11 diketahui, kemudian

diinterpretasikan dengan indeks korelasi : 0,800 < r 11 ≤

1,00 berarti sangat tinggi; 0,600 < r 11 ≤ 0,800 berarti

tinggi ; 0,400 < r 11 ≤ 0,600 berarti cukup ; 0,200 < r 11 ≤

0,400 berarti rendah ; 0,00 < r 11 ≤ 0,200 berarti sangat

rendah (Singgih, 2006). Pengukuran reliabilitas dapat

dilakukan dengan dua cara yaitu repeated measure dan

one shot. Pengukuran reliabilitas pada penelitian ini

menggunakan teknik one shot yaitu pengukuran sekali saja

yang kemudian hasilnya dibandingkan dengan koefisien

Cronbach Alpha ≥0.600 Hasil uji reliabilitas instrumen

masing – masing variabel pada penelitian ini dijelaskan

pada tabel 3.5

Tabel 3.5 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Koefisien Alpha

r-Kritis Status

Pengetahuan 0,952 0,800-1,00 Sangat Reliabel

Perilaku 0,963 0,800-1,00 Sangat Reliabel Sumber : Data Primer (Diolah SPSS for Windows versi 18.0, 2009

Berdasarkan tabel 3.5, dapat dijelaskan bahwa nilai

koefisien Cronbach Alpha pada variabel pengetahuan dan

perilaku nilainya pada rentang 0,800-1,00. Dengan

mengacu pendapat yang dikemukakan oleh Sugioyono

(2004), semua butir pertanyaan masing-masing variabel

dinyatakan reliabel (handal). Dengan demikian butir-butir

Page 62: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

49

pertanyaan dalam variabel penelitian ini dapat digunakan

untuk penelitian.

3.6. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

Pengolahan data pada penelitian ini akan dilakukan dengan tahap-tahap

sebagai berikut :

3.6.1. Editing

Editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian dalam

lembar kuesioner sudah lengkap. Editing dilakukan ditempat

pengumpulan data, sehingga jika ada data yang kurang dapat segera

dilengkapi. Dari hasil pemeriksaan kuesioner 33 responden telah

terisi dengan benar sesuai dengan petunjuk pengisian.

3.6.2. Coding

Teknik coding dilakukan dengan memberikan tanda pada masing-

masing jawaban dengan kode berupa angka. Selanjutnya

dimasukan ke dalam lembaran tabel kerja. Pemberian kode untuk

item pertanyaan tentang pengetahuan diberi kode tanda cek “ √ ”

pada kolom yang tersedia benar (B), salah (S), sedangkan item

pertanyaan tentang perilaku diberi kode Selalu (SL) skor 4, Sering

(SR) skor 3, Kadang - kadang (KK) skor 2, Tidak Pernah (TP)

skor 1.

Page 63: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

50

3.6.3. Scoring

Scoring adalah pemberian nilai atau skor masing jawaban dengan

kode berupa angka. Pemberian skor untuk item pertanyaan tentang

pengetahuan menjawab benar (B) diberi skor 1, salah (S) diberi

skor 0, sedangkan item pertanyaan tentang perilaku diberi kode

Selalu (SL) skor 4, Sering (SR) skor 3, Kadang - kadang (KK) skor

2, Tidak Pernah (TP) skor 1.

3.6.4. Entry Data

Entry data adalah memasukan data penelitian yang telah lengkap

ke komputer pada program SPSS for Windows Versi 18.0

3.6.5. Tabulating

Tabulating adalah langkah untuk memasukkan data hasil penelitian

ke dalam tabel-tabel kriteria. Setelah langkah-langkah di atas

dilakukan oleh peneliti kemudian data dianalisa melalui dua cara

yaitu analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat adalah

analisis yang menggambarkan tiap variabel dengan menggunakan

tabel distribusi Frekuensi. Dalam analisis univariat ini data-data

akan disajikan dengan tabel distribusi frekuensi sehingga akan

tergambar fenomena yang berhubungan dengan variabel yang

diteliti. Sedangkan analisis bivariat adalah analisa yang bersifat

untuk melihat hubungan antara dua variabel. Analisa bivariat

dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer Program SPSS

for Windows Versi 18.00. Sedangkan uji statistik yang digunakan

Page 64: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

51

adalah Korelasi Kendall’s Tau-b karena data yang penulis gunakan

adalah data ordinal atau berjenjang atau rangking (Sugiyono,

2004). Nilai kemaknaan yang dipahami dalam uji statistik adalah

95 %.

Rumus Kendall’s Tau :

Nc - Nd τ =

)1(−N Keterangan:

τ : Koefisien korelasi rank Kendall

Nc : Jumlah angka pasangan concordant

Nd : Jumlah angka pasangan discordant

N : Ukuran sampel.

3.7. Etika Penelitian

Sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan, peneliti akan mengajukan

permohonan ijin kepada Kepala RS. Panti Waluyo Surakarta untuk

mendapatkan proses persetujuan. Kemudian setelah mendapatkan

persetujuan kemudian melakukan penelitian dengan menekankan masalah

etika penelitian yang meliputi :

3.7.1. Lembar Persetujuan Penelitian

Lembar persetujuan diberikan kepada responden penelitian yang

dalam hal ini adalah perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit

Panti Waluyo Surakarta. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian yang akan dilakukan. Jika responden sepakat dan

Page 65: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

52

bersedia untuk dilakukan penelitian, maka mereka harus menanda

tangani lembar persetujuan tersebut (informed consent).

Selanjutnya jika responden tidak bersedia/ menolak/ mengundurkan

diri, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati

hak-haknya.

3.7.2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan

mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data, tetapi

cukup dengan memberi kode pada masing-masing lembar tersebut.

3.7.3. Confidentiallity

Semua informasi yang diberikan oleh responden dijamin

kerahasiannya oleh peneliti.

Page 66: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

53

BAB IV HASIL PENELITIAN

HASIL PENELITIAN

4.1. Hasil Penelitian Uji Univariat

4.1.1. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden

Dari 33 responden yang diteliti di Rumah Sakit Panti

Waluyo Surakarta sebagian besar responden mempunyai tingkat

pendidikan Akademi Keperawatan yaitu sebesar 29 (87,8%) orang,

dan sisanya S1 Keperawatan dan SPK masing-masing sebesar 2

(6,1%) orang. Distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden di

Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta dijelaskan pada tabel 4.1.

Tabel. 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden No Pendidikan Frekuensi Persentase

(%)

1 SPK 2 6,1 2 Akademi 29 87,8 3 S1 2 6,1 Jumlah 33 100

Sumber: Data Primer (Diolah SPSS for Windows versi 18.0, 2015)

4.1.2. Distribusi Frekuensi Lama Bekerja Responden

Dari 33 responden yang diteliti di Rumah Sakit Panti

Waluyo Surakarta sebagian besar lama bekerja menjadi perawat

adalah 6 sampai 10 tahun yaitu sebesar 18 orang (54,5%),

pengalaman kurang dari 5 tahun sebesar 9 orang (27,3%), dan lebih

diatas 10 tahun sebesar 6 orang (18,2%). Distribusi frekuensi lama

bekerja responden dijelaskan pada tabel 4.2.

Page 67: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

54

Tabel. 4.2 Distribusi Frekuensi Lama Bekerja Responden No Masa Kerja Frekuensi Persentase

(%)

1 < 5 tahun 9 27,3 2 6 sampai 10 tahun 18 54,5 3 >10 tahun 6 18,2 Jumlah 33 100

Sumber: Data Primer (Diolah SPSS for Windows versi 18.0, 2015)

4.1.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Patients Safety

Respoden

Dari 33 responden yang diteliti di Rumah Sakit Panti

Waluyo Surakarta sebagian besar perawat mempunyai pengetahuan

tentang Patients Safety dikategorikan sedang yaitu sebesar 13 orang

(39,4%), kategori tinggi sebesar 12 orang (36,4%), dan kategori

rendah sebesar 8 (24,2%). Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan

responden tentang Patients Safety dijelaskan pada tabel 4.3.

Tabel. 4.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1 Rendah 8 24,2 2 Sedang 13 39,4 3 Tinggi 12 36,4 Jumlah 33 100

Sumber: Data Primer (Diolah SPSS for Windows versi 18.0, 2015)

4.1.4. Distribusi Frekuensi Perilaku Dalam Pencegahan Plebitis

Responden

Dari 33 responden yang diteliti di Rumah Sakit Panti

Waluyo Surakarta sebagian besar perilaku responden dalam

pencegahan kejadian plebitis sebagian besar dikategorikan tinggi

yaitu sebesar 19 orang (57,6%), kategori sedang sebesar 12 orang

(36,4%), dan kategori rendah sebesar 2 orang (6,0%). Distribusi

Page 68: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

55

frekuensi perilaku responden dalam pencegahan kejadian plebitis

dijelaskan pada tabel 4.4.

Tabel. 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Responden No Perilaku Frekuensi Persentase

(%)

1 Rendah 2 6,01 2 Sedang 12 36,4 3 Tinggi 19 57,6 Jumlah 33 100

Sumber: Data Primer (Diolah SPSS for Windows versi 18.0, 2015)

4.2. Hasil Penelitian Uji Bivariat

Uji statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara

pengetahuan tentang patients safety dengan perilaku perawat dalam

pencegahan kejadian plebitis di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta

menggunakan Uji Statistik Kendall’s dengan bantuan Program SPSS for

Windows Versi 18.0. Kriteria perhitungan Uji Kendall’s Tau adalah jika

nilai probabilitas Uji Kendall’s Tau <0,05 dengan derajat signifikansi

95%, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan antara

pengetahuan tentang patients safety dengan perilaku perawat dalam

pencegahan kejadian plebitis di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

Perhitungan hasil uji statistik menggunakan Uji Kendall’s Tau dengan

bantuan program komputer aplikasi statistik SPSS for Windows Versi 18.0

dengan tingkat signifikansi 95% dijelaskan pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Uji Kendall’s Tau

Variabel ρ Kriteria Keterangan

Pengetahuan * Perilaku

0,017 ρ <0,05 Ada hubungan

Sumber : Data Primer (Diolah SPSS for Windows Versi 18.0, 2015)

Page 69: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

56

Berdasarkan tabel 4.5 diperoleh perbandingan nilai ρ n=33 sebesar

= 0,017 dengan kriteria α = 0,05. Berdasarkan kriteria perhitungan Uji

Kendall’s Tau adalah jika nilai ρ < 0,05 diperoleh perbandingan 0,017 <

0,05, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima atau ada hubungan antara

pengetahuan tentang patients safety dengan perilaku perawat dalam

pencegahan kejadian plebitis di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.

Page 70: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

57

BAB V PEMBAHASAN HASIL

PENELITIAN

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

5.1. Pembahasan Penelitian

5.1.1. Pendidikan Responden

Berdasarkan hasil uji statistik dari 33 responden yang diteliti

di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta sebagian besar responden

mempunyai tingkat pendidikan Akademi Keperawatan yaitu sebesar

87,8% orang, sisanya S1 Keperawatan dan SPK masing-masing

sebesar 6,1% orang. Tingkat pendidikan perawat di Rumah Sakit

Panti Waluyo Surakarta sebagian besar berlatar belakang pendidikan

akademi, hal ini karena di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta

memfasilitasi pegawainya dalam menempuh studi pendidkan yang

lebih tinggi dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan

kesehatan khususnya keperawatan terhadap pasien. Tingkat

pendidikan yang rendah akan mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang dalam mempersepsikan sesuatu. Hal ini sesuai dengan

teori yang disampaikan oleh Notoatmojo, (2007) yang menjelaskan

bahwa pengetahuan dan persepsi seseorang erat hubungannya

dengan tindakan seseorang dalam memenuhi kebutuhannya.

Selain itu menurut hasil penelitan Rahman, (2008) yang

menjelaskan bahwa pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui

pelatihan. Dengan pengetahuan yang dimiliki seseorang akan

Page 71: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

58

mendasari perilaku dalam memberikan tindakan dapat dilakukan

dengan lebih efektif.

5.1.2. Lama Bekerja Responden

Berdasarkan hasil uji satistik dari 33 responden yang diteliti

di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta sebagian besar lama bekerja

menjadi perawat adalah 6 sampai 10 tahun yaitu 54,5%, sisanya

kurang dari 5 tahun sebesar 27,3%, dan bekerja lebih diatas 10 tahun

sebesar 18,2%. Lama bekerja menjadi perawat mempengaruhi

seseorang dalam memperoleh suatu pengalaman melalui

penginderaan. Pengalaman tersebut kemudian menjadi bahan dasar

dalam membentuk pengetahuan perawat dalam menentukan sikap

untuk mengambil suatu keputusan (Notoatmojo,2007).

Hal ini sesuai penelitian yang dilakukan Aryani, (2015) yang

menjelaskan bahwa pengalaman pribadi dimasa lalu yang sangat

berkesan dan melibatkan faktor emosional akan mempengaruhi sikap

seseorang terhadap kesehatan. Sebagai contoh, pengalaman perawat

yang pertama kali masuk kerja pasti akan mempunyai perasaan

bingung tentang prosedur Patiens Safety dan kesan tersebut akan

mempengaruhi sikap perawat dalam menentukan tindakan tersebut.

5.1.3. Pengetahuan tentang Patients Safety Responden

Berdasarkan hasil uji satistik dari 33 responden yang diteliti

di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta sebagian besar perawat

mempunyai pengetahuan tentang Patients Safety dikategorikan

Page 72: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

59

sedang 39,4%, sisanya kategori tinggi sebesar 36,4%, dan kategori

rendah 24,2%. Pengetahuan responden tentang patients safety

sebagian besar termasuk kategori sedang, hal ini karena di Rumah

Sakit Panti Waluyo Surakarta sedang menjalankan program patients

safety dalam rangka menyongsong akreditasi rumah sakit sehingga

semua komponen harus mengetahuinya dan tersedia perpustakaan

rumah sakit khususnya sumber pustaka tentang patients safety. Hal

ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Notoatmojo, (2007)

yang menjelaskan bahwa pengetahuan dan persepsi seseorang erat

hubungannya dengan tindakan seseorang dalam memenuhi

kebutuhannya. Oleh karena itu latar belakang pengetahuan tentang

patients safety sangat penting diberikan pada petugas kesehatan

khususnya perawat sebagai ujung tombak dalam pelayanan

keperawatan dalam usaha meningkatkan pengetahuan dan

memberikan alternatif pilihan dalam dalam merencanakan tindakan

patients safety di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Selain itu

menurut teori Rahman, (2008) yang menjelaskan bahwa

pengetahuan seseorang dapat diperoleh melalui pelatihan. Dengan

pengetahuan yang dimiliki seseorang akan mendasari perilaku dalam

memberikan tindakan dapat dilakukan dengan lebih efektif.

5.1.4. Perilaku Responden Dalam Pencegahan Kejadian Plebitis

Berdasarkan hasil uji statistik dari 33 responden yang

diteliti di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta sebagian besar

Page 73: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

60

perilaku responden dalam pencegahan kejadian plebitis sebagian

besar dikategorikan tinggi sebesar 57,6%, sisanya kategori sedang

sebesar 36,4%, dan kategori rendah sebesar 6,0%. Perilaku

merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau obyek. Perilaku responden terbentuk

karena adanya proses pertimbangan terhadap stimulus dari perilaku

perawat dalam pencegahan kejadian plebitis pada pasien. Hal ini

sesuai pendapat yang disampaikan Notoatmodjo, (2007) yang

menjelaskan bahwa manifestasi dari sikap tidak dapat langsung

dilihat tetapi hanya ditafsirkan dari perilaku yang tertutup. Contoh

perilaku perawat sesuai hasil penelitian yang dilakukan adalah

melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

pemasangan infus, memperhatikan teknik aseptik antiseptik,

memperhatikan ukuran jarum infus, mengganti plester atau balutan

yang basah pada lokasi pemasangan infus pasien.

Hal ini juga didukung hasil penelitian yang dilakukan

Trimukaim, (2009) yang menjelaskan bahwa dengan pemberian

pelatihan akan mempengaruhi cara seseorang dalam mengambil

keputusan dalam merencanakan tindakan penanganan yang efisien.

5.1.5. Hubungan Pengetahuan tentang Patients Safety Perilaku Responden

Dalam Pencegahan Kejadian Plebitis

Berdasarkan hasil perhitungan uji statitistik menunjukkan

bahwa Pengetahuan responden tentang patients safety mempunyai

Page 74: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

61

hubungan yang positif dan signifikan terhadap perilaku perawat

dalam pencegahan kejadian plebitis di Rumah Sakit Panti Waluyo

Surakarta. Hal ini dibuktikan dari hasil uji statistik perbandingan

nilai probabilitas hitung Kendall’s Tau adalah = 0,017; α= 0,05

dengan tingkat kepercayaan 95%. Dengan demikian nilai ρ < 0,05,

maka Ho ditolak dan Ha diterima sehingga hipothesis yang

dirumuskan terbukti menunjukan ada hubungan yang signifikan

antara pengetahuan tentang patients safety dengan perilaku perawat

dalam pencegahan kejadian plebitis di Rumah Sakit Panti Waluyo

Surakarta.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan pendapat yang

disampaikan Warner (1985) yang dikutip oleh Notoatmojo, (2007),

yang menjelaskan bahwa aspek-aspek afektif seseorang

menunjukkan kemampuan seorang dalam memberikan pelayanan

pada orang lain termasuk sikap perawat dalam pencegahan kejadian

plebitis. Tingkat pengetahuan akan mempengaruhi perilaku

seseorang dalam memberikan pelayanan pada orang lain. Dengan

pengetahuan tersebut, seseorang akan lebih mudah menyadari

pentingnya memberikan pelayanan tersebut. Hal ini sangat relevan

dengan pendapat yang disampaikan Notoatmojo, (2007) yang

menjelaskan bahwa dengan semakin tinggi tingkat pengetahuan

seseorang semakin tinggi pula seseorang memahami pentingnya

melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. Selain itu, hasil

Page 75: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

62

penelitian ini juga didukung hasil penelitian yang dilakukan oleh

Trimukaim, (2009) yang menjelaskan bahwa pengetahuan

mempengaruhi perilaku seseorang dalam mengambil keputusan

untuk melakukan yang terkait dengan masalah kesehatan yang

sedang dihadapi.

Page 76: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

63

BAB VI PENUTUP

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Hasil penelitian terhadap 33 responden tentang pengetahuan tentang

patients safety dengan perilaku perawat dalam pencegahan kejadian

plebitis di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Karakteristik responden sebagian besar responden mempunyai tingkat

pendidikan Akademi Keperawatan yaitu sebesar 87,8%, dan lama

bekerja menjadi perawat adalah 6 sampai 10 tahun sebesar 54,5%.

2. Pengetahuan perawat tentang patients safety sebagian besar dengan

kategori sedang sebesar 39,4%.

3. Perilaku perawat dalam pencegahan kejadian plebitis sebagian besar

perilaku responden dalam pencegahan kejadian plebitis sebagian besar

dikategorikan baik sebesar 57,6%.

4. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif dan

signifikan antara pengetahuan tentang patients safety dengan perilaku

perawat dalam pencegahan kejadian plebitis di Rumah Sakit Panti

Waluyo Surakarta. Hal ini dibuktikan oleh besarnya nilai ρ=0,017<

0,05 dengan tingkat kepercayaan 95 %.

Page 77: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS
Page 78: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

65

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, berikut ini diusulkan saran

sebagai berikut :

6.2.1. Bagi RS Panti Waluyo Surakarta

Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan

masukan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan

khususnya patients safety hubungannya dengan kejadian Plebitis.

Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta hendaknya membuat dan

menetapkan standart operasional prosedur tentang patients safety

untuk mencegah kejadian plebitis.

6.2.2. Bagi Tenaga Kesehatan

Di harapkan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat sebagai

ujung tombak pelayanan kesehatan serta profesi kesehatan lain

untuk lebih intensif mengkaji dan menangani masalah-masalah

plebitis melalui program patients safety rumah sakit, juga faktor –

faktor yang lain yang bisa mempengaruhi lama perawatan pasien

yang mengalami plebitis seperti prosedur dan pengelolaan plebitis.

6.2.3. Bagi Peneliti lain

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang faktor – faktor lain

yang berpengaruh terhadap kejadian plebitis.

6.2.4. Bagi Pendidikan

Perlu diadakan kajian yang lebih mendalam tentang pencegahan

kejadian plebitis yang berhubungan dengan pengetahuan dan

Page 79: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

66

perilaku perawat dalam rangka meningkatkan profesionalitas

perawat.

6.2.5. Bagi Peneliti

Bagi peneliti dapat menerapkan teori ke dalam kegiatan nyata di

lapangan terutama penerapan metode penelitian berkaitan dengan

pengetahuan perawat hubungannya dengan pencegahan kejadian

plebitis.

Page 80: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

67

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., 2002. Modul Evaluasi Program Pendidikan. Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

Ariyani. (2009). Analisis pengetahuan dan motivasi perawat yang mempengaruhi

sikap mendukung penerapan program patient safety di Instalasi

Perawatan Intensif Di RSUD Moewardi Surakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana UNDIP. Dipublikasikan

Cahyono, S., 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien Dalam Praktik

Kedokteran. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Departemen Kesehatan R.I, 2006. Panduan nasional keselamatan pasien rumah

sakit. utamakan keselamatan pasien. Bakti Husada. Faisal, Sanarpiah, 2001. Dasar Dan Teknik Menyususn Angket. Penerbit Usaha

Nasional. Surabaya. Frankel A, Gandhi TK, Bates DW., 2003. Improving patient safety across a large

integrated health care delivery system. International Journal for Quality in Health care.

Iyan Darmawan, 2008. Penyebab dan Cara Mengatasi Plebitis. Diakses dari

http://[email protected] akses pada tanggal 18 Januari 2015. Kemenkes RI, 2012. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010 –

2014. Kementerian Kesehatan RI. Jakarta KKP-RS.,2008. Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP). Jakarta Makary M.A., Sexton J.B., Freischlag J.A., Millman E. A., Pryor D., Holzmueller

C., et al., 2006. Patient safety in Surgery. Annals of Surgery

Qalbia Muhammad Nur, H. Noer Bahry Noor, dan Irwandy, 2013. Relationship

Between Motivation And Supervision On Association Nurse Performance

In Applying Patient Safety At Inpatient Ward Of Hasanuddin University

Hospital. http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/5678. di akses pada tanggal 18 Januari 2015

Pusdiknakes Depkes RI, 2007. Dasar-Dasar Keperawatan : Pandangan Kini Di

Bidang Pendidikan Perawatan. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta

Page 81: HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANGdigilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/22/01-gdl-ismiyatira... · PATIENT SAFETY DENGAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN KEJADIAN PLEBITIS

68

Notoatmojo, S., 2007. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Penerbit PT Rineka Cipta. Jakarta

Rahman, N. (2008). Pengetahuan Perawat Tentang Kegawatan Nafas Dan

Tindakan Resusitasi Pada Neonatus Yang Mengalami Kegawatan di

Ruang NICU, Perinatologi dan Anak RSUD Gunung Jati Cirebon. Skripsi. Santoso, S., 2006. SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional.

Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Jakarta Sastroasmoro, Sudigdo Dan Ismael, 2010. Dasar-dasar Metodologi Penelitian

Klinis Edisi ke-2. Sagung Seto. Jakarta

Selleya Cintya Bawelle, J. S. V. Sinolungan, Rivelino S. Hamel, 2013. Related

Knowledge and Attitude Of Nurse With The Execution Patient Safety

(Patient Safety) In The Inpatient Hospital Trillion Kendage Tahuna. ejournal keperawatan (e-Kp) Volume1. Nomor 1. Agustus 2013

Solha Elrifda, 2012. Culture Patient Safety and Error Characteristics Services :

Policy Implications in One Hospital. http://www.jurnalkesmas.org/berita-346-budaya-patient-safety-dan-karakteristik-kesalahan-pelayanan-implikasi-kebijakan-di-salah-satu-rumah-sakit-di-kota-jambi.html di akses pada tanggal 18 Januari 2015

Smeltzer, S.C., and Bare, B.G., 2002. Brunner and Suddarth’s : Textbook of

Medical Surgical Nursing, 9 th edition. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelpia.

Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Administrasi. CV. Alfabeta. Bandung. Trimukaim. 2009. Pengaruh Pendidikan Basic Life Support Terhadap Tingkat

Pengetahuan dan Ketrampilan Menolong Klien Gawat Darurat Anggota

Karang Taruna Desa Nogosari Boyolali. Skripsi. Winarsunu, T., 2004. Statistik Dalam Penelitian Psikologi Dan Pendidikan.

Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.