keprop peran perawat
DESCRIPTION
peran perawatTRANSCRIPT
Peran Perawat Dalam Penerapan Permenkes No 4 Tahun 2012 Tentang
Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Professional di
Semester III
Disusun oleh :
Diana Nurfahmi Rahma J
Fiera Riandini
Habibah Apriliani
Nisvia Wardani
Siti Maria Ulfah
Tingkat 2B
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
BANDUNG
JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG
Jalan Dr. Otten No 32
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
Pasal 28H ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik, sejahtera, dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan dalam pasal 3
menyatakan bahwa Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia
yang produktif secara sosial dan ekonomis. Selanjutnya dalam pasal 46
dinyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu
dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya
kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk
kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.
Oleh karena itu tenaga kesehatan dan perawat berperan penting dalam
upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan dilakukannya promosi
kesehatan. Promosi kesehatan menurut Depkes, 2005 mempunyai
pengertian sebagai upaya pemberdayaan masyarakat untuk memelihara,
meningkatkan dan melindungi kesehatan diri dan lingkungannya melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar dapat
menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber
daya masyarakat, sesuai social budaya setempat dan didukung oleh
kebijakan publik yang berwawasan kesehatan yang dapat dilakukan di
berbagai lingkungan misalnya lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat,
pelayanan kesehatan, tempat kerja, dan rumah sakit.
Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai Peran Perawat
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 004
Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan peran?
2. Bagaimana peran perawat?
3. Apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan?
4. Apa tujuan promosi kesehatan di rumah sakit?
5. Bagaimana strategi promosi kesehatan masyarakat?
6. Siapa saja sasaran promosi kesehatan rumah sakit?
7. Bagaimana ruang lingkup promosi kesehatan?
8. Bagaimana peluang promosi kesehatan?
9. Bagaimana bentuk metode promosi kesehatan di rumah sakit?
1.3 Tujuan
Untuk memahami pengertian dari peran, peran perawatn, promosi
kesehatan, promosi kesehatan di rumah sakit, strategi promosi kesehatan
di rumah sakit, sasaran promosi kesehatan di rumah sakit, ruang lingkup
promosi kesehatan, peluang promosi kesehatan, bentuk dan metode
promosi kesehatan di rumah sakit.
1.4 Manfaat
Untuk memahami peran perawat dalam Penerapan Permenkes No 4 Tahun
2012 tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Peran
Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain
terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran
dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun dari luar dan bersifat
stabil (Fadli dalam Kozier Barbara, 2008).
2.2 Peran Perawat
Doheny (1982) mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat
professional, meliputi:
1. Care giver, sebagai pemberi asuhan keperawatan;
2. Client advocate, sebagai pembela untuk melindungi klien;
3. Counsellor, sebagai pemberi bimbingan / konseling klien;
4. Educator, sebagai pendidik klien;
5. Collaborator, sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat
bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain;
6. Coordinator, sebagai coordinator agar dapat memanfaatkan sumber-
sumber dan potensi klien;
7. Change agent, sebagai pembaru yang selalu dituntut untuk mengadakan
perubahan-perubahan;
8. Consultant, sebagai sumber informasi yang dapat membantu memecahkan
masalah klien.
Gambar 1. Peran perawat
1. Care giver
Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan, perawat dapat
memberikan pelayanan keperawatan secara langsung dan tidak langsung
kepada klien, menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi : melakukan pengkajian dalam upaya mengumpulkan data dan
informasi yang benar, menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan
hasil analisis data, merencanakan intervensi keperawatan sebagai upaya
mengatasi masalah yang muncul dan membuat langkah/cara pemecahan
masalah, melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang
ada dan melakukan evaluasi berdasarkan respon klien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilakukan.
ELEMENTS
COORDINATOR COUNSELOR
COLLABORATOR EDUCATOR
PATIENT ADVOCATE
CHANGE AGENT CONSULTANT
CARE GIVER
INTERPERSONAL PROCESS
Dalam memberikan pelayanan / asuhan keperawatan, perawat
memperhatikan individu sebagai mahkluk yang holistik dan unik.
Peran utamanya adalah memberikan asuhan keperawatan kepada klien
yang meliputi intervensi / tindakan keperawatan, observasi, pendidikan
kesehatan, dan menjalankan tindakan medis sesuai dengan pendelegasian
yang diberikan.
2. Client advocate
Sebagai advokat klien, perawat berfungsi sebagai penghubung antara
klien dengan tim kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien,
membela kepentingan klien dank lien memahami semua informasi dan
upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan
tradisional maupun profesional. Peran advokasi sekaligus mengharuskan
perawat bertindak sebagai narasumber dan fasilitator dalam tahap
pengambilan keputusan terhadap upaya kesehatan yang harus dijalani oleh
klien. Dalam menjalankan peran sebagai advokat (pembela klien) perawat
harus dapat melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam
pelayanan keperawatan.
Selain itu, perawat juga harus dapat mempertahankan dan melindungi
hak-hak klien
3. Counselor
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi
klien terhadap keadaan sehat-sakitnya. Adanya pola interaksi ini
merupakan dasar dalam merencanakan metode untuk meningkatkan
kemampuan adaptasinya. Memberikan konseling/bimbingan kepada klien,
keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai prioritas.
Konseling diberikan kepada individu/keluarga dalam mengintegrasikan
pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu, pemecahan masalah
difokuskan pada masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup kearah
perilaku hidup sehat.
4. Educator
Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan
kesehatannya melalui pemberian pengetahuan yang terkait dengan
keperawatan dan tindakan medik yang diterima sehingga klien/keluarga
dapat menerima tanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahuinya.
Sebagai pendidik, perawat juga dapat memberikan pendidikan kesehatan
kepada kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kader kesehatan, dan lain
sebagainya.
5. Collaborator
Perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lain dan keluarga dalam
menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna
memenuhi kebutuhan kesehatan klien.
6. Coordinator
Perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada,
baik materi maupun kemampuan klien secara terkoordinasi sehingga tidak
ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih.
Dalam menjalankan peran sebagai koordinator, perawat dapat melakukan
hal-hal sebagai berikut :
a. Mengkoordinasi seluruh pelayanan keperawatan
b. Mengatur tenaga keperawatan yang akan bertugas
c. Mengembangkan sistem pelayanan keperawatan
d. Memberikan informasi tentang hal-hal yang terkait dengan pelayanan
keperawatan pada sarana kesehatan.
7. Change agent
Sebagai pembaharu, perawat menggadakan invasi dalam cara berfikir,
bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan klien/keluarga
agar menjadi sehat. Elemen ini mencakup perencanaan, kerjasama,
perubahan yang sistematis dalam berhubungan dengan klien dan cara
memberikan perawatan kepada klien.
8. Consultant
Elemen ini secara tidak langsung berkaitan dengan permintaan klien
terhadap informasi tentang tujuan keperawatan yang diberikan. Dengan
peran ini dapat dikatakan perawat adalah sumber informasi yang berkaitan
dengan kondisi spesifik klien (Kusnanto, 2004:82-87).
Menurut Lokakarya Nasional (1983), peran perawat adalah :
1. Pelaksana pelayanan keperawatan
2. Pengelola pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan
3. Pendidik dalam keparawatan
4. Peneliti dan pengembang keperawatan
Menurut para sosiolog peran perawat adalah :
1. Peran terapeutik yaitu kegiatan yang ditujukan langsung pada
pencegahan dan pengobatan penyakit.
2. Expressive/mother substitute role yaitu kegiatan yang bersifat langsung
dalam menciptakan lingkungan dimana klien merasa aman, diterima,
dilindungi, dirawat dan didukung oleh perawat itu. Menurut Johnson dan
Mortin (1989), peran ini bertujuan untuk menghilangkan kegagalan dalam
kelompok pelayanan.
Menurut Schulman (1986), peran perawat adalah hubungan perawat dan klien
sama dengan hubungan ibu dan anak, antara lain :
1. Hubungan interpersonal disertai dengan kelembutan hati dan rasa kasih
sayang.
2. Melindungi dari ancaman dan bahaya
3. Memberi rasa nyaman dan aman
4. Memberi dorongan untuk mandiri (Ali H.Z., 2002:19-20).
2.3 Pengertian Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan mempunyai pengertian sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri
dan lingkungannya melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama
masyarakat, agar dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan
kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Depkes, 2005).
2.4 Tujuan Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
Menurut (Notoatmodjo, 2005) tujuan promosi kesehatan sesuai dengan
sasaran-sasarannya yaitu :
1) Bagi Pasien :
a) Mengembangkan perilaku kesehatan (healthy behavior):
promosi kesehatan di rumah sakit mempunyai tujuan untuk
mengembangkan pengetahuan sikap dan perilaku tentang kesehatan
khususnya masalah penyakit yang diderita pasien. Apabila pengetahuan,
sikap, dan perilaku ini dipunyai oleh pasien, maka pengaruhnya antara
lain:
1. Mempercepat kesembuhan dan pemulihan pasien.
2. Mencegah terserangnya penyakit yang sama atau mencegah
kekambuhan penyakit
3. Mencegah terjadinya penularan penyakit kepada orang lain atau
keluarga.
4. Menyebarluaskan pengalamannya tentang proses penyembuhan
kepada orang lain, sehingga orang lain dapat belajar dari pasien
tersebut.
b) Mengembangkan perilaku pemanfaatan fasilitas kesehatan.
2) Bagi Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang paling dekat dengan pasien.
Proses penyembuhan dan terutama pemulihan terjadi bukan hanya semata-
mata karena faktor Rumah Sakit, tetapi juga faktor keluarga. Oleh sebab itu
promosi kesehatan bagi keluarga pasien penting karena dapat:
a) Membantu mempercepat proses penyembuhan pasien.
b) Keluarga tidak terserang atau tertular penyakit
c) Membantu agar tidak menularkan penyakitnya ke orang lain.
3) Bagi Rumah Sakit
Pengalaman-pengalaman bagi rumah sakit yang telah melaksanakan
promosi kesehatan membuktikan bahwa mempunyai keuntungan bagi
Rumah Sakit antara lain:
a) Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit
b) Meningkatkan Citra Rumah Sakit
c) Meningkatkan angka hunian Rumah Sakit
2.5 Strategi Promosi Kesehatan Masyarakat
Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006) Strategi
Promosi kesehatan diharapkan dapat dilaksanakan secara paripurna
(komprehensif) khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan
Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi
kesehatan, yaitu: (1) advokasi; (2) gerakan pemberdayaan masyarakat dan; (3)
bina suasana yang diperkuat oleh kemitraan serta metode dan sarana
komunikasi yang tepat.
Advokasi menurut Hopkins dalam Notoatmodjo (2003) adalah usaha
untuk mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk
komunikasi persuasif. Advokasi diartikan sebagai upaya atau proses yang
strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari
pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Bina Suasana dijelaskan oleh
Departemen Kesehatan (2006) sebagai upaya menciptakan opini atau
lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau
melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau
melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada memiliki
opini yang positif terhadap perilaku tersebut. Selanjutnya pemberdayaan oleh
Notoatmodjo (2003) didefinisikan sebagai proses pemberian informasi secara
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu
sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar
(aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau
menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice).
Promosi kesehatan di Rumah Sakit telah diselenggarakan sejak tahun
1994 dengan nama penyuluhan kesehatan masyarakat Rumah Sakit (PKRS).
Seiring dengan perkembanganya, pada tahun 2003, istilah PKRS berubah
menjadi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS). Berbagai kegiatan telah
dilakukan untuk pengembangan PKRS seperti penyusunan pedoman PKRS,
advokasi dan sosialisasi PKRS kepada Direktur Rumah Sakit Pemerintah,
Pelatihan PKRS, pengembangan dan Distribusi media serta pengembangan
model PKRS antara lain di Rumah Sakit Pasar Rebo di Jakarta dan
Syamsuddin, SH di Sukabumi. Namun demikian pelaksanaan PKRS dalam
kurun waktu lebih dari 15 tahun belum memberikan hasil yang maksimal dan
kesinambungannya di Rumah Sakit tidak terjaga dengan baik tergantung pada
kuat tidaknya komitmen Direktur Rumah Sakit (www.Kemenkesstandarpkrs,
2010).
Berdasarkan hal tersebut, beberapa Isu Strategi yang muncul dalam
Promosi Kesehatan di Rumah Sakit yaitu :
1. Sebagian besar Rumah Sakit belum menjadikan PKRS sebagai salah satu
kebijakan upaya pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
2. Sebagian besar Rumah Sakit belum memberikan hak pasien untuk
mendapatkan informasi tentang pencegahan dan pengobatan yang
berhubungan dengan penyakitnya
3. Sebagian besar Rumah Sakit belum mewujudkan tempat kerja yang aman,
bersih dan sehat Sebagian besar Rumah Sakit kurang menggalang
kemitraan untuk meningkatkan upaya pelayanan yang bersifat Preventif dan
Promotif
2.6 Sasaran Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Sasaran promosi kesehatan rumah sakit adalah masyarakat rumah sakit,
yang dikelompokkan menjadi kelompok orang yang sakit (pasien),
kelompok orang yang sehat (keluarga pasien dan pengunjung rumah
sakit), dan petugas rumah sakit. Secara rinci sasaran promosi kesehatan di
rumah sakit ini diuraikan sebagai berikut :
Penderita (pasien) pada berbagai tingkat penyakit :
Pasien yang datang kerumah sakit sangat bervariasi, baik dilihat latar
belakang sosial eonominya, maupun dilihat dari tingkat keparahan
penyakit ddan jenis pelayanan perawattan yang diperlukan. Dari sudut
tingkat penyakitnya, dibedakan menjadi pasien dengan penyakit akut,
dan pasien dengan penyakit kronis. Dari jenis pelayanan yang
diperlukan, dibedakan dengan adanya pasien rawat jalan yang tidak
memerlukan rawat inap, dan pasien rawat inap dengan indikasi
memerlukan perawatan inap. Promosi kesehatan dengan berbagai jenis
sasaran pasien ini dengan sendirinya dijadikan dasar untuk menentukan
metode dan strategi promosi atau penyuluhan.
Kelompok atau individu yang sehat
Pengunjung rumah sakit yang sehat antara lain keluarga pasien yang
mengantarkan atau menemani pasien, baik pasien rawat jalan maupun
rawat inap. Disamping itu, para tamu rumah sakit lain yang tidak ada
kaitannya langsung dengan pasien juga merupakan kelompok sasaran
yang sehat bagi promosi kesehatan di rumah sakit. Teknik dan metode
promosi kesehatan untuk kelompok sasaran ini sudah barang tentu
berbeda dengan kelompok sasaran orang sakit atau pasien. Kelompok
sasaran orang sehat di rumah sakit ini penting untuk dijasikan sasran
promosi kesehatan, karena mereka ini akan dapat menunjang proses
penyembuhan pasien baik pada waktu masih dalam perawatan di
rumah sakit, maupun bila sudah pulang kerumah.
Petugas rumah sakit
Petugas rumah sakit secara fungsional dapat dibedakan menjadi :
petugas medis, para medis, dan non-medis. Sedangkan secara structural
dapat dibedakan menjadi : pimpinan tenaga administrasi, dan tenaga
teknis. Apa pun fungsinya dan strukturnya, semua petugas rumah sakit
mempunyai kewajiban untuk melakukan promosi kesehatan atau
penyuluhan kesehatan untuk pengunjung rumah sakit baik pasien
maupunkeluarganya, di samping tugas pokok mereka. Oleh sebab itu,
sebelum mereka melakukan promosi kepada para pasien atau keluarga
pasien, mereka harus dibekali kemampuan promosi atau penyuluhan
kesehatan. Agar para petugas rumah sakit mempunyai kemampuan
promosi atau penyuluhan, harus diberikan pelatihan tentang promosi
atau pendidikan kesehatan.
2.7 Materi Promosi Kesehatan di Rumah Sakit
Materi atau isi promosi kesehatan di rumah sakit adalah mencakup pesan-
pesan atau informasi-informasi kesehatan yang disampaikan kepada
pasien atau keluarga pasien. Materi promosi kesehatan di rumah sakit ini
dapat dikelompokkan menjadi 3 yakni :
1. Pesan kesehatan yang terkait dengan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan :
pesan-pesankesehatan yang terkait dengan pemeliharaandan
peningkatan kesehatan ini mencakup perilaku hidup sehat (healthy
behavior), antara lain :
a. makan dengan menu atau susunan makanan dengan gizi
seimbang, yakni keseimbangan jumlah dan susunan gizi
makanan sehari-hari. Gizi makanan yang seimbang
berarti mengandung karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup.
b. Aktivitas fisik secara rutin, termasuk olahraga.
Meskipun demikian aktivitas fisik tidak hanya dengan
olahraga. Seseorang yang setiap hari tugas atau
pekerjaannya sudah mengeluarkan tenaga seperti
berjalan kaki, mengangkat beban, mengayuh sepeda
atau becak, dan sebagainya sudah termasuk melakukan
aktivitas fisik
c. Tidak merokok atau minum minuman keras seperti
alkohol. Merokok dan alkohol dapat menyebabkan
orang kecanduan dan juga merusak kesehatan. Seperti
diketahui, rokok mengandung banyak zat racun bagi
tubuh. Tidak merokok sekurang-kurangnya dapat
mengurangi resiko untuk penyakit jantung koroner,
kanker paru-paru, hipertensi, dan sebagainya.
d. Meskipun stress adalah bagian dari kehidupan orang,
dan sering tidak dapat dihindari, namun dapat
dikendalikan atau dikelola (manajemen). Dengan
mengendalikan stress yang berkepanjangan dapat
mempengaruhi kesehatan.
e. Istirahat cukup, karena istirahat dapat mengendorkan
ketegangan-ketegangan yang dialami oleh seseorang.
Kurangnya istirahat dapat menurunkan daya tahan
tubuh, dan akhirnya mudah untuk terserang berbagai
macam penyakit, oleh sebab itu, untuk menjaga dan
mempertahankan kesehatan, seseorang perlu istirahat
yang cukup.
2. Pesan-pesan yang terkait dengan pencegahan serangan penyakit
:
Pasien yang sudah sembuh dari suatu penyakit, bisa saja
kerumah sakit terserang penyakit yang sama kambuh). Di
samping itu, apabila penyakit itu menular maka
kemungkinan penyakit itu tertularkan kepada orang lain.
oleh sebab itu, pesan-pesan tentang pencegahan berbagai
macam penyakit perlu dikemas dalam media leaflet atau
poster. Pesan-pesan tersebut sekurang-kurangnya mencakup
:
1. Gejala atau tanda-tanda penyakit
2. Penyebab penyakit
3. Cara penularan penyakit
4. Cara pencegahan penyakit
3. Pesan-pesan yang terkait dengan proses penyembuhan dan
pemulihan.
4. Pasien yang datang ke rumah sakit, baik untuk rawat jalan atau
rawat inap, tujuan akhirnya adalah agar sembuh dari sakit
dan pulih kesehatannya. Masing-masing penyakit
mempunyai proses penyembuhan yang berbeda. Oleh sebab
itu, informasi atau pesan-pesan kesehatan yang terkait
dengan proses penyembuhan dan pemulihan itu adalah
merupakan isi promosi kesehatan di rumah sakit.
2.8 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan
Adapun ruang lingkup promosi kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan Kesehatan (perubahan perilaku)
2. Kampanye Sosialisasi (social marketing)
3. Penyuluhan (komunikasi, informasi dan edukasi)
4. Upaya peningkatan (upaya promotif)
5. Advokasi (upaya mempengaruhi lingkungan)
6. Pengorganisasian dan penggerakkan dan pemberdayaan masyarakat
7. Upaya lain sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
2.9 Peluang Promosi Kesehatan
Banyak tersedia peluang untuk melaksanakan promosi kesehatan di RS
(Petunjuk Teknis PKRS. 2008), secara umum peluang itu dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Di Dalam Gedung
Di dalam gedung RS, PKRS dilaksanakan seiring dengan pelayanan
yang diselenggarakan Rumah Sakit. Oleh karena itu dapat dikatakan
bahwa di dalam gedung terdapat peluang-peluang:
1. PKRS di ruang pendaftaran/administrasi yaitu diruang dimana
pasien/klien harus melapor/mendaftar sebelum mendapatkan
pelayanan Rumah Sakit.
2. PKRS dalam pelayanan rawat jalan bagi pasien, yaitu dipoliklinik-
poliklinik seperti poliklinik kebidanan dan kandungan, poliklinik
anak, Bedah, poliklinik mata, poliklinik bedah, penyakit dalam, THT,
dan Lain-lain.
3. PKRS dalam pelayanan rawat inap bagi pasien yaitu diruang-ruang
darurat, rawat Intensif dan rawat inap.
4. PKRS dalam pelayanan penunjang medik bagi pasien, yang terutama
di pelayanan obat apotik, pelayanan laboratorium dan pelayanan
rehabilitasi medik bahkan juga kamar mayat.
5. PKRS dalam pelayanan bagi klien (orang sehat) adalah seperti di
pelayanan KB, konseling gizi, bimbingan senam, pemeriksaan
kesehatan (Chek Up), konseling kesehatan jiwa, konseling kesehatan
remaja dan
6. PKRS diruang pemberdayaan rawat inap yaitu di ruang dimana
pasien rawat inap harus menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap,
sebelum meninggalkan Rumah Sakit.
b. Di luar Gedung
Di luar gedung Rumah Sakit tidak tersedia peluang untuk melakukan
PKRS. Kawasan luar gedung Rumah Sakit pun dapat dimanfaatkan
secara maksimal untuk PKRS yaitu :
1. PKRS di tempat Parkir yaitu pemamfaatan ruang yang ada di
lapangan/gedung parkir sejak dari bangunan gardu parkir sampai ke
sudut-sudut lapangan/gedung parkir.
2. PKRS di taman Rumah Sakit yaitu taman-taman yang ada di depan,
samping/sekitar maupun di dalam/halaman dalam Rumah Sakit.
3. PKRS di dinding luar Rumah Sakit
4. PKRS di kantin/warung-warung/toko-toko/kios-kios yang ada di
kawasan Rumah Sakit.
5. PKRS di tempat ibadah yang tersedia di Rumah Sakit (mesjid dan
musholla)
6. PKRS di pagar pembatas kawasan Rumah Sakit
2.10 Tempat dan Kesempatan Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit
Pada waktu pasien akan menjalani perawatan dirumah sakit atau pasien yang
akan berobat jalan dirumah sakit, sudah barang tentu akan melalui prosedur
yang ditentukan oleh rumah sakit tersebut. Misalnya untuk pasien rawat jalan
prosedur yang dilalui sekurang-kurangnya adalah:
a. Pendaftaran
b. Masuk ke ruang tunggu
c. Masuk ke ruang pemeriksaan
d. Ke apotek atau tempat pengambilan obat
e. Pembayaran dikasir, dan seterusnya.
Di tempat-tempat atau bagian-bagian tersebut idealnya merupakan tempat-
tempat untuk dilaksanakan promosi atau penyuluhan kesehatan, terkait dengan
pelayanan yang diberikan. Namun demikian tidak semua titik pelayanan
tersebut efektif untuk dilakukan promosi kesehatan. Tempat-tempat atau
bagian-bagian pelayanan rumah sakit yang potensial dilakukan promosi
kesehatan, antara lain sebagai berikut:
1. Diruang tunggu
Diruang tunggu rumah sakit, baik ruang tunggu penggilan periksa dokter,
ruang tunggu obat, dan sebagainya, adalah kesempatan yang baik untuk
melakukan penyuluhan kesehatan. Karena pada umumnya, di ruang itulah
pasien atau pengantar pasien berkumpul dalam waktu relatif lama untuk
menunggu giliran pemeriksaan atau memperoleh obat. Di ruang ini dapat
dilakukan penyuluhan langsung atau ceramah kesehatan, atau dilakukan
penyuluhan tidak langsung, misalnya menggunakan rekaman radio kaset atau
video kaset. Pasien atau pengantar pasien diruang tunggu pada umumnya
merasa jenuh dan gelisah untuk menunggu giliran pemanggilan. Waktu ini
dapat dimanfaatkan dengan diberikan informasi-informasi atau pesan-pesan
kesehatan untuk mencegah kejenuhan atau kegelisahan pasien atau keluarga
pasien tersebut.
Disamping itu, diruang tunggu juga disediakan leaflet-leaflet atau selembaran-
selembaran yang dapat dibaca atau dibawa oleh pasien atau keluarga pasien.
Leaflet atau selembaran yang berisikan pesan-pesan atau informasi-informasi
terkait dengan penyakit-penyakit tertentu. Demikian pula pada dinding-
dinging ruang tunggu perlu ditempel poster-poster yang berisikan pesan-pesan
kesehatan.
2. Dikamar pasien
Dikamar periksa dokter, dokter gigi atau bidan, merupakan tempat dan
kesempatan yang baik memberikan pesan-pesan kesehatan, khususnya yang
terkait dengan masalah kesehatan atau penyakit pasien. Sambil memeriksa
pasien atau setelah selesai memeriksa pasien, petugas kesehatan atau dokter
dapat menjelaskan tentang penyakit yang diderita pasien, penyebabnya,
perjalanan penyakitnya, cara penularannya, cara pencegahannya, dan
pengobatan yang diberikan. Pasien dalam kondisi sakit dan ingin segera
sembuh dari penyakitnya, apabila diberikan pesan-pesan, informasi-informasi
atau anjuran-anjuran yang berkaitan dengan penyakitnya, akan lebih mudah
mematuhi atau menjalankannya dibanginkan kalau mereka dalam keadaan
sehat. Seorang dokter yang sedang memeriksa pasien, atau sedang
memberikan konsultasi dapat sekaligus memberikan informasi-informasi atau
penyuluhan kesehatan, khususnya tentang penyakit yang diderita oleh
pasiennya.
Untuk menunjang promosi atau penyuluhan kesehatan pada kesempatan-
kesempatan ke rumah sakit tersebut, seyogianya diruang periksa dilengkapi
dengan alat-alat peraga atau gambar-gambar terkait dengan penyakit tertentu.
Misalnya: kerangka manusia, pantom, gambar-gambar anatomi tubuh, gambar
jenis-jenis makanan bergizi, skema perjalanan suatu penyakit, gambar-gambar
atau model makanan bergizi dan sebagainya.
3. Diruang perawatan
Diruang perawatan peran perawat sangat penting karena ditempat ini, perawat
mempunyai waktu yang relatif banyak untuk berkomunikasi dengan pasien,
disbanding dengan petugas lain. Perawat di ruang rawat berkewajiban untuk
memberikan obat, melayani kebutuhan pasien yang lain seperti makan,
minum, membantu ke kamar mandi, dan sebagainya. pada kesempatan-
kesempatan itulah, perawat dapat menyampaikan pesan-pesan dan, atau
anjuran-anjuran yang harus dipatuhi oleh pasien dalam rangkan proses
penyembuhannya.
Seorang perawat pada waktu mengambil sampel darah, pada waktu mengukur
tekanan darah pasien, dan sebaginya, dapat sekaligus memberikan penyuluhan
kesehatan terkait dengan yang dihadapi oleh pasien tersebut.
2.11 Bentuk Metode Promosi Kesehatan Di Rumah Sakit
Istilah atau nama “Rumah Sakit”” di Indonesia memang tidak menguntungkan
dari segi promosi kesehatan. Karena rumah sakit yang merupakan terjemahan
dari bahasa Belanda membeikan kesan yang tidak menyenangkan,
menyeramkan, sakit, tidak enak dan tidak nyaman. Di negara-negara maju,
rumah sakit disebut Hospital atau keramahtamahan, sehingga bertentangan
dengan kesan rumah sakit seperti disebutkan di atas. Oleh sebab itu, promosi
kesehatan di rumah sakit seyogyanya menciptakan kesan rumah sakit tersebut
menjadi tempat yang menyenangkan, tempat untuk beramah tamah, dan
sebagainya. Untuk mengubah kesan tersebut seyogyanya bentuk atau pola
promosi kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Pemberian Contoh
Tahap pertama yang diperlukan untuk mengubah kesan rumah sakit
yang menyeramkan tersebut adalah dengna menampilkan bangunan
fisik dan fasilitas rumah sakit itu antara lain:
a. Bangunan dan lingkunga rumah sakit yang bersih dan rapi. Cat
bangunan rumah sakit tidak harus putih seperti biasanya atau
pada umumnya. Ruangan atau kamar perawatan dapat
menggunakana cat yang warna-warni. Dari hasil penelitian
mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, membuktikan
bahwa pasien yang dirawat di ruangan yang dicat berwarna,
lebih cepat sembuh dibandingkan dengan pasien yang dirawat
di ruangan yang hanya bercat putih.
b. Kamar mandi dan WC harus bersih dan tidak menimbulkan bau
tidak enak, tetapi justru berbau wangi. Air bersih seharusnya
mengalir dengan lancar dan cukup sebagai sarana umtuk
kebersihan kamar mandi dan WC.
c. Tersedianya tempat sampah di mana-mana, baik di luar ruangan
maupun di dalam ruangan. Rumah sakit yang kurang
menyediakan tempat sampah yang cukup, berarti tidak
menjadikan rumah sakit itu kondusif untuk berperilaku bersih
bagi pasien dan pengunjung lainnya.
d. Tersedianya taman hidup atau kebun di sekitar rumah sakit.
Taman yang indah atau kebun bunga di rumah sakit dapat
menghilangkan kesan yang kesring, sakit, yang kurang ramah
dan formal seperti perkantoran. Taman di rumah sakit akan
menimbulkan yang sejuk, sehat, senyum dan ramah.
e. Petugas atau karyawan rumah sakit sangat penting untuk
menimbukan kesan kesehatan, kebersihan, dan kesan
keramahtamahan. Oleh sebab itu, kebersihan dan cara
berpakaian petugas rumah sakit, terutama dokter dan perawat
yang secara langsung berkontak dengan pasien adalah perlu
dijaga dan dipertahankan supaya tetap bersih dan rapi. Biasanya
petugas rumah sakit terutama dokter dan perawat berpakaian
putih sebagai lambang kebersihan. Namun hal-hal seperti itu,
pada saat sekarang tidak dapat dipertahankan. Karena,
meskipun berpakaian putih tetapi kebersihan pemakainya
kurang. Oleh sebab itu, pakaian petugas rumah sakit saat ini
tidak harus putih, tetapi yang lebih penting adalah kebersihan
dan kerapian pakaian tersebut.
2. Penggunaan media
Media promosi atau penyulhan kesehatan di rumah sakit merupakan
alat bantu dalam menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada para
pasien dan pengunjungan rumah sakit lainnya. Media promosi yang
layak digunakan di rumah sakit di antaranya dalam bentuk: leaflet,
flayer atau selebaran, poster, dan spanduk, serta dalam bentuk media
elektronik, yakni radio kaset dan video kaset. Leaflet dan flyer yang
berisikan pesan-pesan kesehatan penyakit, gizi, sanitasi lingkungan,
dan sebagainya, adalah suatu bentuk promosi menggunkaan media.
Leaflet dan selebaran didistribusikan atau disediakan di ruang-ruang
tunggu , atau di lobi rumah sakit agar mudah dijangkau oleh para
pengunjung rumah sakit.
Media elektronik, baik radio kaset maupun video kaset yang berisi
pesan kesehatan bagi pasien dan keluarga pasiendapat digunakan di
ruang-ruang tunggu atau ruang rawat inap. Khusus media elektronik
yang digunakan di ruang-ruang rawat inap antara lain penggunaan
sound system yang dikendalikan dari ruang tertentu dapat
menyampaikan pesan-pesan dalam rangka proses penyembuhan pasien
di ruang rawat. Di samping itu, melalui media elektronik ini juga dapat
digunakan untuk program musik, dan siraman rohani untuk menghibur
dan memperkuat iman para penderita atau pasien.
3. Promosi atau penyuluhan langsung
Menyuluhan langsung dapat dilakukan secara terstruktur atau
terprogram, tetapi juga dapata dilakukan secara tidak terstruktur atau
tidak terprogram. Penyuluhan langsung secara terprogram harus
direncanakan secara baik, dan ditangani oleh petugas yang khusus
mempuntai kemampuan di bidang promosi kesehatan, khususnya
media. Bentuk program promosi langsung tidak terprogram dapat
dilakukan oleh para etugas media dan para media yang langsung
berhadapan dengan pasien.
Berdasarkan sasaran promosi kesehatan, bentuk promosi kesehatan
dapat dilakukan secara:
a. Individual
Penyuluhan atau promosi kesehatan secara individual dilakukan
dalam bentuk konseling. Konseling dilakukan oleh dokter,
perawat, atau petugas gizi terhadap pasien atau keluarga pasien
yang mempunyai masalah kesehatan khusus, atau penyakit
yang dideritanya.
b. Kelompok
Promosi atau penyuluhan langsung dengan sasaran kelompok
dilakukan di ruang tunggu bagi penyakit-penyakit sejenis,
misalnya ruang tunggu penyakit dalam, ruang tunggu penyakit
THT, ruang tunggu bagian anak, dan sebagainya. Penyluhan
langsung kelompok juga dapat dilaksanakan dengan
mengumpulkan pasien dengan kasus sejenis di ruangan
tertentu. Metode penyuluhan kelompok, seperti ceramah,
diskusi kelompok, simulasi, dan bermain peran (role play) tepat
digunakan dalam promosi kesehatan ini.
c. Massa
Bagi seluruh pengunjung rumah saki, baik pasien maupun
keluarga pasien dan tamu rumah sakit, adalah sasaran promosi
kesehatan dalam bentuk ini. Promosi kesehatan dengan sasaran
semacam ini perlu penyesuaian bentuk promosi kesehatannya
adalah dengan menggunakan metode penyuluhan massa, seperti
pengunaan poster dan spanduk.
Seperti halnya promosi kesehatan di tatanan-tatanan lainnya, pada
umumnya promosi kesehatan dengan menggunakan metode langsung dan
metode tidak langsung.
a. Secara langsung
Metode penyuluhan langsung digunakan pada waktu
pentuluhan langsung, yakni apabila antara sasaran (pasien dan
keluarga pasien) bertatap muka dengan petugas kesehatan
sebagai promotor kesehatan. Oleh karena itu, metode yang
digunakan adalah ceramah, diskusi kelompok, dan bermain
peran.
b. Secara tidak langsung
Promosi atau penyuluhan secara tidak langsung berarti
menggunakan media, dan antara petugas promosi kesehatan
tidak dapat bertatap muka dengan pasien atau keluarga pasien
sebagai clients. Oleh sebab itu, maka metode promosi secara
tidak langsung ini selalu menggunakan media atau alat bantu
pendidikan atau promosi, mislanya leaflet, booklet, selebaran,
poster, radio kaset, video kaset, dan sebagainya.
2.12Kaitan Promosi Kesehatan Rumah Sakit dengan Peran Perawat
1. Peran perawat dalam PKRS di ruang pendaftaran/administrasi :
Client advocate
Coordinator
Pengelola pelayanan keperawatan
2. Peran perawat dalam PKRS di pelayanan rawat jalan bagi pasien yaitu di
poliklinik :
Care giver
Client advocate
Educator
Counselor
Collaborator
Coordinator
Pelaksana pelayanan keperawatan,
3. Peran perawat dalam dalam PKRS di pelayanan rawat inap bagi pasien
yaitu diruang-ruang rawat darurat, rawat intensif, rawat inap:
Care giver
Client advocate
Educator
Counselor
Collaborator
Coordinator
Change agent
Consultant
Pelaksana pelayanan keperawatan
Pengelolaan pelayanan keperawatan
Peran terapeutik
Expressive/mother substitute role
Hubungan interpersonal
Melindungi dari ancaman dan bahaya
Memberi rasa nyaman dan aman
Memberi dorongan untuk mandiri
4. Peran perawat dalam PKRS di pelayanan penunjang medic bagi pasien,
yaitu terutama di pelayanan obat/apotik, pelayanan laboraturium, dan
pelayanan rehabilitasi medic, bahkan juga kamar mayat:
Collaborator
Consultant
Hubungan interpersonal disertai dengan kelembutan hati dan rasa
kasih sayang.
Memberi rasa nyaman dan aman
5. Peran perawat dalam PKRS di pelayanan bagi klien (orang sehat) seperti
di pelayanan kb, konseling gizi, bimbingan senam, check up:
Consultant
Collaborator
Counselor
Educator
Change agent
Melindungi dari ancaman dan bahaya
Memberi dorongan untuk mandiri
6. Peran perawat dalam PKRS di ruang pembayaran rawat inap:
Coordinator
Client advocate
BAB III
KASUS
3.1 Data
Kegiatan Promkes RS Sinjai
Penyuluhan berkelompok di Rawat inap
Rumah sakit daerah Sinjai berada di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan, sebagai rumah sakit dengan tipe C, Rumah Sakit Sinjai terus berupaya meningkatkan mutu pelayanan di antaranya melalui peningkatan promosi kesehatan. PKRS di bentuk dengan tujuan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong diri sendiri serta mengembangkan kegiatan yang bersumber dari masyarakat sesuai sosial budaya setempat.Maka dr. Andi Suryanto Asapa selaku direktur rumah sakit umum sinjai memandang perlu pembentukan Tim promosi kesehatan. Awal terbentuk PKRS pada akhir juli 2012 dan kemudian di lakukan revisi SK Tim PKRS pada bulan november 2012 serta menetapkan tujuan ,kebijakan,struktur dan sosialisasi PKRS kepada seluruh pegawai RS seiring dengan beragamnya kegiatan yang di lakukan oleh PKRS.
Penyuluhan berkelompok di Rawat inap (kelompok TB)
Kegiatan – kegiatan yang di lakukan PKRS antara lain penyuluhan kepada petugas,pembesuk, serta Penyuluhan berkelompok tentang pengendalian penyakit di rawat inap dengan sasaran pasien atau penjaga pasien. Adapun kegiatan rutin yang di lakukan adalah gerakan cuci tangan massal yang di lakukan setiap hari di masing- masing unit pelayanan dimana penanggung jawab PKRS di unit mengajak semua petugas,pasien,keluarga pasien untuk mencuci tangan yang baik dan benar sesuai 6 langkah mencuci tangan. kegiatan ini di lakukan sebagai bentuk peran PKRS dalam pengendalain dan penyebaran infeksi. Ada juga kegiatan fisik bersama direktur berupa pembentukan klub sepeda KS3 (komunitas sepeda sehat sinjai) kegiatannya berupa sepeda lintas alam atau sepeda santai.Dengan adanya program PKRS ini ,seluruh petugas di Rumah sakit umum daerah
sinjai semakin mengerti tentang PKRS dan meningkatkan peran dan kapasitas
mereka terutama dalam berbagi informasi kesehatan yang di bagikan kepada
pasien,keluarga dan pengunjung rumah sakit. Sementara itu untuk media-media
promosi kesehatan tersedia berbagai poster tentang penyakit, himbauan dan
ajakan untuk tetap berperilaku hidup bersih dan sehat serta selebaran hasil
penyuluhan yang bisa di bawa pulang.
Penyuluhan berkelompok di Rawat inap ( kelompok Asi Eksklusif )
Kedepannya partisipasi seluruh jajaran dan petugas rumah sakit umum daerah
Sinjai di harapkan untuk peningkatan pelayanan PKRS demi tercapainya mutu
pelayanan rumah sakit sinjai sesuai motto “ONE HEART FOR EXCELENT
SERVIS....MARI BERBAGI INFORMASI KESEHATAN DAN SEHAT
BERSAMA KAMI DI PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT SINJAI”
Kegiatan cuci tangan massal yang rutin dilaksanakan setiap hari sebelum memulai
pelayanan di tiap unit.
Loundry dan Cleaning servise ( CS ) melakukan cuci tangan massal sebelum
kegiatan rutin
Salah satu kegiatan PKRS adalah sosialisasi cuci tangan kepada pasien,petugas
dan pengunjung RS.
3.4 Analisa Data
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, dapat kami simpulkan
bahwa promosi kesehatan di rumah sakit telah di atur dalam Permenkes No 4
Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Di Rumah
Sakit, yang di dalamnya menjelaskan mengenai peluang, strategi dan
pendukung pelaksanaan promosi kesehatan di rumah sakit. Pada aspek
pendukung pelaksanaan promosi kesehatan, terdapat poin sumber daya, baik
itu sumber daya manusia maupun sarana. Sumber daya manusia mencakup
semua petugas rumah sakit yang melayani pasien, termasuk perawat.
Perawat di rumah sakit memiliki peran-peran yang telah dijelaskan oleh
Doheny, Lokakarya, para sosiolog, dan terakhir menurut Schulman (1986).
Kaitan antara peran-peran perawat tersebut dengan pelaksanaan promosi
kesehatan di rumah sakit di kategorikan berdasarkan peluang promosi
kesehatan, yaitu peluang PKRS di dalam gedung dan PKRS di luar gedung.
Peran perawat didominasi pada peluang PKRS di dalam gedung karena lebih
sering adanya interaksi langsung dengan sasaran promosi kesehatan itu
sendiri.
4.2 Saran
Kami selaku penyusun hanya mengambil data yang bersumber dari media
elektronik sehingga data yang diperoleh kurang lengkap, maka diharapkan
kepada penyusun makalah untuk selanjutnya melakukan penelitian langsung
kerumah sakit yang dituju agar memperoleh data yang kongkret dan dapat
melihat langsung penerapan promosi kesehatan di rumah sakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ali H.Z., 2002, Dasar-Dasar Keperawatan Profesional, Widya Medika: Jakarta.
Kusnanto, 2004, Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional, EGC:
Jakarta
Permenkes No 4 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Di
Rumah Sakit
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27588/4/Chapter%20II.pdf