hubungan kualitas hidup dengan derajat keparahan akne vulgaris pada pasien di poli kulit dan kelamin...

4
Hubungan Kualitas Hidup dengan Derajat Keparahan Akne Vulgaris pada Pasien di Poli Kulit dan Kelamin RSUD dr. Moewardi Surakarta Akne vulgaris adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea, ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul, dan kista pada tempat-tempat predileksinya (Wasitaatmadja,2007). Lokasi predileksi akne merupakan daerah dengan unit pilosebasous terbanyak yakni pada area wajah (dahi, pipi, hidung dan dagu), kulit kepala, dada dan punggung. Etiologi akne vulgaris belum diketahui secara pasti, namun diduga penyebabnya bersifat multifaktorial, meliputi faktor internal seperti hormon, genetik, produksi sebum dan stress, serta faktor eksternal seperti kosmetik, makanan, trauma dan lingkungan fisik (Cunliffe WJ, 1995). Insidensi akne vulgaris 80-100% pada usia remaja dan dewasa muda, yaitu 14-17 tahun pada wanita dan 16-19 tahun pada pria (Wasitaatmadja,2007). Secara garis besar, terdapat empat faktor yang berperan dalam patogenesis akne vulgaris, yaitu peningkatan produksi sebum, hiperkeratinisasi folikel, kolonisasi propionibacterium acne, dan proses inflamasi (Andrea L, Emmy M, dan Diane M, 2012 ), yang merangsang sistem imun bawaan pada lapisan kulit. Nomenklatur konvensional membagi akne berdasarkan ada tidakny proses inflamasi, yakni akne dengan inflamasi dan akne non- inflamasi. Akne inflamasi memiliki gambaran klinis berupa papul, nodul, pustul sampai dengan kista. Sedangkan akne non infalamasi atau akne komedonal merupakan bentuk lesi primer

Upload: anindya-prabasari

Post on 27-Sep-2015

25 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Hubungan Kualitas Hidup dengan Derajat Keparahan Akne Vulgaris pada Pasien di Poli Kulit dan Kelamin RSUD dr. Moewardi Surakarta

Akne vulgaris adalah penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea, ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul, dan kista pada tempat-tempat predileksinya (Wasitaatmadja,2007). Lokasi predileksi akne merupakan daerah dengan unit pilosebasous terbanyak yakni pada area wajah (dahi, pipi, hidung dan dagu), kulit kepala, dada dan punggung. Etiologi akne vulgaris belum diketahui secara pasti, namun diduga penyebabnya bersifat multifaktorial, meliputi faktor internal seperti hormon, genetik, produksi sebum dan stress, serta faktor eksternal seperti kosmetik, makanan, trauma dan lingkungan fisik (Cunliffe WJ, 1995). Insidensi akne vulgaris 80-100% pada usia remaja dan dewasa muda, yaitu 14-17 tahun pada wanita dan 16-19 tahun pada pria (Wasitaatmadja,2007). Secara garis besar, terdapat empat faktor yang berperan dalam patogenesis akne vulgaris, yaitu peningkatan produksi sebum, hiperkeratinisasi folikel, kolonisasi propionibacterium acne, dan proses inflamasi (Andrea L, Emmy M, dan Diane M, 2012 ), yang merangsang sistem imun bawaan pada lapisan kulit. Nomenklatur konvensional membagi akne berdasarkan ada tidakny proses inflamasi, yakni akne dengan inflamasi dan akne non- inflamasi. Akne inflamasi memiliki gambaran klinis berupa papul, nodul, pustul sampai dengan kista. Sedangkan akne non infalamasi atau akne komedonal merupakan bentuk lesi primer akne. Terdapat dua macam komedo, yakni komedo terbuka (black head) dan komedo tertutup (white head) (Bershad, 2008). Penilaian derajat keparahan akne terus menjadi tantangan para ahli dermatologi. Terdapat beberapa metode untuk mengklasifikasikan derajat keparahan akne vulgaris, diantaranya oleh Conference of Acne Clasification (1990), akne vulgaris diklasifikasikan menjadi derajat ringan sampai derajat berat berdasarkan wujud kelainan kulit (UKK) berupa papul, pustul ataupun nodule (Pochi dkk, 2001). Menurut Lechmann, dkk (2002) klasifikasi derajat keparahan akne ringan sampai berat didasrkan pada kombinasi antara lesi non inflamasi dengan inflamasi. Selain kedua metode tersebut, klasifikasi derajat keparahan akne dapat menggunakan metode Global Acne Grading System (GAGS) yang ditemukan oleh Doshi Zaheer dan Stiller pada tahun 1997. Sistem ini membagi wajah, dada dan punggung menjadi enam area, dan menetapkan factor dari tiap area sebagai dasar ukuran (Adittan, dkk, 2009)Wajah sebagai area tersering secara fungsional merupakan salah satu bagian penting tubuh, terutama dari segi kosmetik seseorang. Berbagai upaya dilakukan untuk memperoleh penampilan yang cantik dan menarik, sehingga adanya akne yang ringan sekalipun diwajah dirasakan sangat menganggu penampilan (Cunliffe dan Simpson, 1998). Selain itu kondisi hiperpigmentasi paska inflamasi maupun skar akne dapat bertahan beberapa tahun sampai seumur hidup juga memegang peran. Oleh sebab itu, terkadang dampak dari akne vulgaris bisa jauh lebih dalam dari permukaan kulit yang terkena akne, dimana dapat menjadi beban emosional dan psikologis pada pasien yang jauh lebih buruk daripada dampak fisiknya (Ayer dan Burrow, 2006). Beberapa penelitian terdahulu mencatat adanya dampak psikologis yang cukup signifikan pada sebagian besar penderita akne vulgaris terutama pada usia remaja dan dewasa muda. Sebagian besar penderita akne memiliki masalah self-esteem dan kesulitan dalam berinteraksi. Lebih dari 50% penderita mengalami kondisi tertekan oleh komentar ataupun gurauan oleh keluarga maupun lingkungannya. Ansietas dan depresi adalah perubahan psikologis yang paling sering didapatkan bahkan pada kondisi akne yang ringan sampai sedang. Akne memang tidak mengancam jiwa, tetapi dapat berdampak pada kualitas hidup penderitanya. Penderita akne vulgaris dilaporkan juga terjadi penurunan skor kualitas hidup dalam segala aspek (tan dkk, 2001). Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai seberapa besar dampak kualitas hidup penderita akne vulgaris berkaitan dengan derajat keparahan akne tersebut.

A. Metodelogi Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan pendekatn cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubunagn derajat keparahan akne dengan kualitas hidup penderita akne vulgaris menggunakan APSEA (assessment of psychological and social effects of acne)B. Lokasi Penelitian : di Poli Kulit dan Kelamin RSUD dr. Moewardi SurakartaC. Subjek Penelitian Teknik Sampling : Purposive SamplingKriteria : Inklusi : - Wanita dan pria usia 11 30 tahun- Menderita akne vulgaris - Skor L-MMPI dengan jawaban TIDAK < 10- Mau dan bersedia untuk menandatangani perjanjian menjadi subjek penelitian Eksklusi : Menderita penyakit kronik A. Identifikasi Variabel a. Variabel terikat : Kualitas hidupb. Variabel bebas : Derajat keparahan akne vulgaris c. Variabel luar terkontrol : Usia , Penyakit kronisd. Vriabel luar tak terkontrol : Lama menderita akne vulgaris