hubungan kemampuan pedagogical content …

71
HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE (PCK) DENGAN LATAR BELAKANG MAHASISWA CALON GURU KIMIA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : NARYANTO NIM. 1112016200018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT

KNOWLEDGE (PCK) DENGAN LATAR BELAKANG

MAHASISWA CALON GURU KIMIA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

NARYANTO

NIM. 1112016200018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

ii

Page 3: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

iii

Page 4: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

iv

Page 5: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

v

ABSTRAK

Naryanto (NIM 1112016200018). Hubungan Kemampuan Pedagogical

Content Knowledge (PCK) Dengan Latar Belakang Mahasiswa Calon Guru

Kimia. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya kualitas Pedagogical

Content Knowledge (PCK) yang dilihat dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG)

tahun 2015, 2016, dan 2017. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

kompetensi PCK calon guru kimia ditinjau dari aspek jenis kelamin, asal sekolah,

dan jalur masuk calon guru kimia di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta. Metode yang digunakan adalah korelasional. Sampel penelitian berjumlah

45 mahasiswa calon guru kimia angkatan 2014, 5 mahasiswa laki-laki dan 40

mahasiswa perempuan yang diambil secara purposive sampling. Teknik

pengumpulan data menggunakan tes pilihan ganda yang dikembangkan dari 7

aspek dan 18 indikator PCK. Data dihitung menggunakan SPSS 22. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa (1) kompetensi PCK calon guru kimia laki-laki

sebesar 62,09 sedangkan calon guru kimia perempuan sebesar 56,00, sehingga

kemampuan kompetensi PCK calon guru laki-laki lebih baik dibandingkan calon

guru kimia perempuan; (2) kompetensi PCK calon guru kimia yang berasal dari

sekolah swasta sebesar 59,16 sedangkan calon guru kimia yang berasal dari

sekolah negeri sebesar 56,08, sehingga kemampuan kompetensi PCK calon guru

kimia yang berasal dari sekolah swasta lebih baik dibandingkan calon guru kimia

yang berasal dari sekolah negeri; (3) kompetensi PCK calon guru kimia yang

berasal dari jalur tertulis sebesar 58,87 sedangkan calon guru kimia yang berasal

dari jalur raport sebesar 46,97, sehingga kemampuan kompetensi PCK calon guru

kimia yang berasal dari jalur tertulis lebih baik dibandingkan dengan calon guru

kimia yang berasal dari jalur raport; (4) calon guru kimia sudah menguasai semua

aspek pada indikator PCK dengan nilai rata-rata sebesar 62%. Penelitian ini

berguna untuk menyiapakan calon guru yang kompeten dan profesional dalam

pelaksanaan pembelajaran.

Kata kunci: Kompetensi PCK, calon guru kimia, jenis kelamin, asal

sekolah, dan jalur masuk.

Page 6: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

vi

ABSTRACT

Naryanto (NIM 1112016200018). Correlation of Pedagogical Content

Knowledge (PCK) with Preservice Chemistry Teacher’s Backgrounds. Skripsi.

Chemistry Education Department. Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences.

Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

This research is motivated by the still low quality Pedagogical Content

Knowledge (PCK) seen from the results of the Uji Kompetensi Guru (UKG) in

2015, 2016, and 2017. Purpose of this research is to analyze the preservice

chemistry teacher’s competence of PCK in terms of gender, source of school, and

the entry point for preservice chemistry teacher at Syarif Hidayatullah State

Islamic University Jakarta. Method used a correlational method. Research

sample consisted of 45 students of the 2014 preservice chemistry teacher, 5 male

students and 40 female students who were taken by purposive sampling. Data

collection techniques used multiple choice tests developed from 7 aspects and 18

PCK indicators. The data is calculated using SPSS 22. Results showed that (1)

competence of PCK from male preservice chemistry teacher at 62.09 while the

female preservice chemistry teacher at 56.00, so the ability of PCK competence

male preservice chemistry teacher better than female preservice chemistry

teacher; (2) PCK competency of preservice chemistry teacher from private

schools amounted to 59.16 while preservice chemistry teacher from national

schools amounted to 56.08, so the PCK competency ability of preservice

chemistry teacher from private schools was better than from public schools; (3

competence of preservice chemistry teacher from written paths was 58.87 while

preservice chemistry teacher from report cards were 46.97, so the preservice

chemistry teacher competency abilities from written paths were better than

preservice chemistry teacher coming from report cards; (4) preservice chemistry

teacher have mastered all aspects of PCK indicator with an average value of

62%. This research is useful for preparing competent and professional preservice

teacher in the implementation of learning.

Keywords: PCK competence, preservice chemistry teacher, gender, source of

school, and admissions of university.

Page 7: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

vii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim,

Alhamdulillah segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

nikmat ihsan, nikmat iman, dan nikmat islam, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan baik. Salawat serta salam senantiasa dicurahkan

kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para

pengikutnya hingga akhir zaman.

Selama penulisan skripsi yang berjudul “Hubungan Kemampuan

Pedagogical Content Knowledge (PCK) Dengan Latar Belakang Mahasiswa

Calon Guru Kimia.” ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Strata I (S1) pada Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan dan

hambatan yang dialami. Namun, berkat do’a, perjuangan, kesungguhan hati dan

dorongan serta masukan-masukan yang positif dari berbagai pihak untuk

penyelesaian skripsi ini, semua dapat teratasi. Penulis mengucapkan terima kasih

kepada pihak yang telah membantu, diantaranya kepada:

1. Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Burhanudin Milama, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Tonih Feronika, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan

waktu, ilmu, bimbingan dan saran kepada penulis dengan penuh

kesabaran.

4. Luki Yunita, M.Pd selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan

waktu, ilmu, bimbingan dan saran kepada penulis dengan penuh

kesabaran.

5. Salamah Agung, Ph.D selaku dosen pembimbing akademik yang telah

memberikan banyak ilmu dan motivatsi juga tidak pernah bosan untuk

selalu menerima keluh kesan dari mahasiswanya.

Page 8: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

viii

6. Evi Sapinatul B, M.Pd dan Nanda Saridewi, M.Si selaku validator

instrumen yang telah memberikan kritik dan saran selama proses validasi.

7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada

penulis.

8. Ayah tercinta Nasori dan Mamah yang amat terkasih Almh. Dainem yang

selalu memberikan do’a, dukungan, motivasi yang tidak pernah putus dan

kesabaran yang tak terhingga kepada penulis.

9. Semua Kakak tercinta (Mba Tar, Mas Waryono, Mas Kamto, Mba Entin,

Mba Narti, Mas Narkim, dan Mas Sopan) yang selalu sabar dan terus

mendo’akan juga memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

10. Sahabat seperjuangan yang sudah lulus duluan, Tiwi, Melinda, Arum dan

Aini yang selalu memotivasi kepada penulis supaya cepat selesai. You are

the best!!!

11. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Pendidikan Kimia Angkatan 2012

FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama Nina, Rere, Putri, Ainul,

Ikhwan, Faisal, Dewi, Fitri, Lilik, dan Bang Ben yang telah banyak

memberikan pengalaman dan kenangan yang berharga kepada penulis.

12. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

membantu selama pembuatan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu, penulis meminta kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata

semoga skripsi ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca

pada umumnya.

Jakarta, 26 Maret 2019

Penulis

NARYANTO

NIM. 1112016200018

Page 9: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... .......i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSIError! Bookmark not

defined.ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ................................................................ ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................................. v

ABSTRACT .......................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................... 3

C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 4

D. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4

E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4

F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORITIK ........................................................................ 6

A. Kajian Teori ................................................................................................. 6

1. PCK (Pedagogical Content Knowledge) .................................................. 6

2. Kompetensi Guru.................................................................................... 15

3. Guru ........................................................................................................ 23

B. Penelitian Yang Relevan ........................................................................... 27

C. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 30

D. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 32

Page 10: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

x

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 33

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 33

B. Metode dan Desain Penelitian ................................................................... 33

C. Prosedur Penelitian .................................................................................... 33

D. Populasi dan Sampel ................................................................................. 35

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 35

F. Instrumen Penelitian .................................................................................. 36

G. Uji Instrumen ............................................................................................. 38

1. Uji Validitas Soal ................................................................................... 38

2. Uji Reliabilitas Soal ................................................................................ 40

3. Uji Daya Beda Soal ................................................................................ 40

4. Uji Tingkat Kesukaran Soal ................................................................... 41

H. Teknik Analisis Data ................................................................................. 42

1. Uji Prasyarat ........................................................................................... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............. Error! Bookmark not defined.

A. Hasil Penelitian .......................................... Error! Bookmark not defined.

1. Data Hasil Penelitian ............................... Error! Bookmark not defined.

2. Analisis Data ........................................... Error! Bookmark not defined.

B. Pembahasan ................................................ Error! Bookmark not defined.

1. Aspek Content ......................................... Error! Bookmark not defined.

2. Aspek General Pedagogical Knowledge. Error! Bookmark not defined.

3. Aspek Pedagogical Content Knowledge . Error! Bookmark not defined.

4. Aspek Curriculum Knowledge ................ Error! Bookmark not defined.

5. Aspek Knowledge of Learners and Their Characteristis ................ Error!

Bookmark not defined.

6. Aspek Knowledge of Educational Contexts .......... Error! Bookmark not

defined.

7. Aspek Knowledge of Educational Ends Purposes and Values ....... Error!

Bookmark not defined.

Page 11: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

xi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 47

A. Kesimpualan .............................................................................................. 47

B. Saran .......................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 48

LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................. Error! Bookmark not defined.

Page 12: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Populasi dan Sampel ........................................................... 35

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Penyusuna Instrumen PCK .............................................. 37

Tabel 3.3 Indeks Validitas ............................................................................... 39

Tabel 3.4 Indeks Daya Pembeda ..................................................................... 41

Tabel 3.5 Indeks Tingkat Kesukaran .............................................................. 42

Tabel 3.6 Kategori Penguasaan Konsep .......................................................... 43

Tabel 3.7 Interprestasi Nilai Koefisien Korelasi ............................................. 46

Tabel 4.1 Perbandingan Hasil PCK Jenis Kelamin ......................................... 48

Tabel 4.2 Perbandingan Hasil PCK Asal Sekolah .......................................... 48

Tabel 4.3 Perbandingan Hasil PCK Jalur Masuk ............................................ 49

Tabel 4.4 Uji Normalitas Data PCK Jenis Kelamin ........................................ 50

Tabel 4.5 Uji Normalitas Data PCK Asal Sekolah ......................................... 51

Tabel 4.6 Uji Normalitas Data PCK Jalur Masuk ........................................... 51

Tabel 4.7 Uji Homogenitas Variabel Jenis Kelamin ....................................... 52

Tabel 4.8 Uji Homogenitas Variabel Asal Sekolah ........................................ 53

Tabel 4.9 Uji Homogenitas Variabel Jalur Masuk .......................................... 53

Tabel 4.10 Uji Korelasi Jenis Kelamin dengan PCK ...................................... 54

Tabel 4.11 Uji Korelasi Asal Sekolah dengan PCK ....................................... 54

Tabel 4.12 Uji Korelasi Jalur Masuk dengan PCK ......................................... 55

Tabel 4.13 Persentase PCK pada Jenis Kelamin ............................................. 56

Page 13: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

xiii

Tabel 4.14 Persentase PCK pada Asal Sekolah .............................................. 57

Tabel 4.15 Persentase PCK pada Jalur Masuk ................................................ 57

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Komponen Pembentuk PCK ....................................................... 6

Gambar 2.2 Kerangka Perpikir ....................................................................... 31

Gambar 3.1 Model Hubungan Kausal ............................................................. 33

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian .................................................................. 34

Page 14: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Tes PCK .................................................................... 81

Lampiran 2. Data Responden .......................................................................... 101

Lampiran 3. Hasil Persentase Keseluruhan Konten Kimia ............................. 102

Lampiran 4. Hasil Persentase Keseluruhan Konten Pedagogi ........................ 103

Lampiran 5. Hasil Persentase Konten Kimia Calon Guru Laki-Laki ............. 104

Lampiran 6. Hasil Persentase Konten Kimia Calon Guru Perempuan ........... 105

Lampiran 7. Hasil Persentase Konten Kimia Calon Guru dari Sekolah Negeri

.................................................................................................... 106

Lampiran 8. Hasil Persentase Konten Kimia Calon Guru dari Sekolah Swasta

.................................................................................................... 107

Lampiran 9. Hasil Persentase Konten Kimia Calon Guru dari Jalur Tertulis .

.................................................................................................... 108

Lampiran 10. Hasil Persentase Konten Kimia Calon Guru dari Jalur Raport

.................................................................................................... 109

Lampiran 11. Hasil Persentase Konten Pedagogi Calon Guru Laki-Laki ...... 110

Lampiran 12. Hasil Persentase Konten Pedagogi Calon Guru Perempuan .... 111

Lampiran 13. Hasil Persentase Konten Pedagogi Calon Guru dari Sekolah Negeri

.................................................................................................... 112

Lampiran 14. Hasil Persentase Konten Pedagogi Calon Guru dari Sekolah Swasta

.................................................................................................... 113

Lampiran 15. Hasil Persentase Konten Pedagogi Calon Guru dari Jalur Tertulis

.................................................................................................... 114

Lampiran 16. Hasil Persentase Konten Pedagogi Calon Guru dari Jalur Raport

.................................................................................................... 115

Lampiran 17. Indeks Kesukaran Soal Pedagogik ........................................... 116

Lampiran 18. Validitas Soal Pedagogik .......................................................... 117

Page 15: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

xv

Lampiran 19. Daya Beda Soal Pedagogik ....................................................... 118

Lampiran 20. Validitas Soal Kimia ................................................................. 119

Lampiran 21. Indeks Kesukaran Soal Kimia .................................................. 120

Lampiran 22. Daya Beda Soal Kimia ............................................................. 121

Lampiran 23. ANATES Soal Kimia ............................................................... 122

Lampiran 24. ANATES Soal Pedagogik ........................................................ 129

Lampiran 25. Hasil Deskriptif Kimia Berdasarkan Jensi Kelamin ................. 138

Lampiran 26. Hasil Deskriptif Kimia Berdasarkan Asal Sekolah .................. 139

Lampiran 27. Hasil Deskriptif Kimia Berdasarkan Jalur Masuk .................... 140

Lampiran 28. Hasil Deskriptif Pedagogik Berdasarkan Jensi Kelamin .......... 141

Lampiran 29. Hasil Deskriptif Pedagogik Berdasarkan Asal Sekolah ........... 142

Lampiran 30. Hasil Deskriptif Pedagogik Berdasarkan Jalur Masuk ............. 143

Lampiran 31. Uji Normalitas .......................................................................... 144

Lampiran 32. Uji Homogenitas ....................................................................... 146

Lampiran 33. Uji Hipotesis ............................................................................. 148

Lampiran 34. Lembar Uji Validitas ................................................................ 152

Lampiran 35. Surat Bimbingan Skripsi ........................................................... 154

Lampiran 36. Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................ 156

Lampiran 37. Surat Permohonan Responden .................................................. 157

Lampiran 38. Lembar Uji Referensi ............................................................... 158

Page 16: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

xvi

Page 17: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

71

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Sholeh (2006, hlm. 5) bahwa salah satu cita-cita kemerdekaan

nasional Indonesia adalah keinginan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

sesuai dengan Pembukaan UUD 1945. Melalui komitmen ini, proses

penyemaian generasi masa depan harus diikuti dengan menyiapkan

mahasiswa calon guru profesional melalui sistem pendidikan guru yang

bermutu dan akuntabel. Maka sebagai tenaga profesional, mahasiswa calon

guru dituntut untuk selalu mengembangkan diri sejalan dengan kemajuan

ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam proses pembelajaran.

Mahasiswa calon guru profesional harus memiliki empat kompetensi

dasar seperti yang dijelaskan pada Permendikbud No. 43 Tahun 2015 bahwa

guru harus memiliki empat kompetensi dasar yaitu kompetensi pedagogik,

kompetensi profesional, kompetensi pribadi, dan kompetensi sosial,

(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 43 Tahun 2015). Dari

keempat kompetensi dasar tersebut, kompetensi pedagogik disebut dengan

Pedagogical Content Knowlegde (PCK). PCK menurut Shulman (1987)

adalah penggabungan dari ilmu pedagogik dan konten materi, yang berarti

bahwa cara penyampaian materi harus sesuai dengan tujuan dalam

pembelajaran yang digunakan.

Fakta menunjukkan bahwa guru-guru di Indonesia masih jauh dari kata

kompeten dan profesional dimana hal ini dapat dilihat pada capaian hasil

rerata UKG tahun 2015, 2016, dan 2017 yang masih tergolong kategori

rendah. Menurut media komunikasi Jendela Pendidikan dan Kebudayaan

Edisi 17 Tahun 2017 (2017, hlm. 4) bahwa kemampuan guru jika dilihat dari

hasil UKG pada 2015 belum memuaskan, dimana rerata nasional UKG hanya

di angka 39,48 sedangkan pada 2016 mengalami peningkatan yang cukup

signifikan dengan hasil rerata sebesar 64,92. Sementara menurut

Page 18: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

2

Kemenetarian Pendidikan dan Kebudayaan (2017) data hasil UKG 2017

untuk pulau Jawa masih di bawah target capaian dari pemerintah dimana

target pemerintah pada tahun 2017 untuk hasil rerata UKG 2017 sebesar 70.

Fakta lain yang didapat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2017)

adalah rendahnya kualitas siswa adalah capaian nilai UN, dimana data rerata

nilai UN Kimia 2017 secara nasional sebesar 33,40 menjadi nilai terendah

kedua. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis kompetensi PCK

pada mahasiswa calon guru kimia.

Mahasiswa calon guru kimia yang menjadi subjek penelitian ini adalah

mahasiswa calon guru kimia dari Program Studi Pendidikan Kimia

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Mahasiswa calon guru

kimia memperoleh pengetahuan PCK pada perkuliahan Kapita Selekta,

Perencanaan Pembelajaran Kimia, Pengajaran Mikro, dan Praktek Profesi

Keguruan Terpadu untuk membangun konsep yang lebih besar dengan

mengintegrasikan PK (Pedagogy Knowledge) dan CK (Content Knowledge)

dalam struktur perkuliahannya.

Mahasiswa calon guru kimia juga harus mengikuti Ujian Komperhensif

yang terdiri dari mata kuliah pendidikan dan kimia. Ujian ini berbentuk lisan

dan tertulis, dimana soal-soal yang digunakan terkait dengan PK, CK, dan

PCK. Pelaksanaan Ujian Komperhensif bulan Januari 2017 yang diikuti oleh

76 mahasiswa calon guru kimia ternyata masih banyak yang belum lulus baik

dalam ujian komperhensif kependidikan dan juga kimia. Hasilnya dari 76

mahasiswa calon guru kimia hanya 17 (22,37%) yang dinyatakan lulus.

Berdasarkan jenis kemamin untuk mahasiswa calon guru kimia perempuan

6,25% yang lulus, sedangkan laki-laki sebesar 16,67%. Berdasarakan asal

sekolah, untuk mahasiswa calon guru kimia yang berasal dari sekolah negeri

hanya 5% yang lulus dan 12,5% dari sekolah swasta yang dinyatakan lulus.

Sedangkan berdasarkan jalu masuk 11,76% lulus berasal dari jalur raport dan

6,78% yang lulus berasal dari jalur tertulis. Hasil ini menunjukkan bahwa

masih rendahnya CK, PK, dan PCK pada mahasiswa calon guru kimia di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 19: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

3

Sesuai dengan landasan sosiologis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Surat Keputusan Rekor Nomor 10 Tahun 2015 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta) yang menyatakan bahwa Kurikulum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dikembangkan berlandaskan pada Kerangkan Kualifikasi Nasional Indonesia

(KKNI) Peraturan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta No. 10 Tahun

2015. Beberapa program outcomes dari Program Studi Pendidikan Kimia

yang sesuai dengan KKNI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yaitu

menghasilkan mahasiswa yang memiliki diantaranya: 1) Pengetahuan:

pengetahuan tentang konsep-konsep teoritis pendididkan secara umum dan

pendidikan kimia secara khusus, konsep dan teori pedagogik, profesional

keguruan, kepribadian, sosial, dan konsep sains (kimia). 2) Keterampilan:

kemampuan menerapkan keahlian di bidang pendidikan dan pengajaran kimia

di institusi pendidikan, khususnya pada tingkat menengah atas (Madrasah

Aliyah dan atau Sekolah Menengah Atas) dan pengajaran sains secara umum

pada tingkat dasar dan menengah pertama yang mengintegrasikan nilai-nilai

keIslaman (Rosyada, Suralaga, Arifin, dan Berlianti, 2015, hlm. 98).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Antara Sistem Seleksi Masuk

Perguruan Tinggi, Jenis Kelamin, dan Asal Sekolah Dengan

Kemampuan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Mahasiswa Calon

Guru Kimia ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas terdapat beberapa masalah

yang dapat dikaji, diantaranya:

1. Mahasiswa calon guru kimia harus memiliki empat kompetensi dasar guru.

2. Rendahnya rata-rata hasil UKG pada 3 tahun terakhir (2015,2016, dan

2017).

3. Rendahnya hasil ujian komperhensif mahasiswa calon guru kimia

berdasarkan jenis kelamin, asal sekolah, dan jalur masuk.

4. Tuntutan lulusan pendidikan kimia UIN Syarif Hidayatullah sesuai KKNI.

Page 20: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

4

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini terarah, maka dalam penelitian ruang lingkup

masalah yang diteliti dibatasi pada hal-hal berikut:

1. Content Knowledge (CK) diukur dengan tes kontet sesuai konsep kimia di

SMA/MA.

2. Pedagogy Knowledge (PK) diukur dengan tes pedagogi.

3. Penelitian ini terbatas hanya untuk mahasiswa pendidikan kimia angkatan

2014 FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka

penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan kompetensi PCK

mahasiswa calon guru kimia?

2. Apakah terdapat hubungan antara asal sekolah dengan kompetensi PCK

mahasiswa calon guru kimia?

3. Apakah terdapat hubungan antara jalur masuk dengan kompetensi PCK

mahasiswa calon guru kimia?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian yang dilakukan

bertujuan:

1. Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dengan kompetensi PCK

mahasiswa calon guru kimia?

2. Mengetahui hubungan antara asal sekolah dengan kompetensi PCK

mahasiswa calon guru kimia?

3. Mengetahui hubungan antara jalur masuk dengan kompetensi PCK

mahasiswa calon guru kimia?

Page 21: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

5

F. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan manfaat yang dapat

diperoleh adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan evaluasi dalam pembekalan Pedagogy Knowledge (PK),

Content Knowledge (CK) dan Pedagogical Content Knowledge (PCK)

mahasiswa calon guru kimia Program Studi Pendidikan Kimia khususnya di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sebagai referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu pendidikan

khususnya perkembangan Pedagogical Content Knowledge (PCK).

3. Bagi instansi terkait dapat memberikan gambaran sejauh mana kemampuan

Pedagogical Content Knowledge (PCK) mahasiswa calon guru kimia

dalam menyiapkan calon guru kimia yang profesional.

Page 22: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

71

BAB II

LANDASAN TEORITIK

A. Kajian Teori

1. PCK (Pedagogical Content Knowledge)

a. Pengertian PCK

Pedagogical conten knowledge yang biasa disingkat dengan PCK

menurut Shulman dalam Newsome (1999, hlm. 3-4) menyatakan bahwa

PCK merupakan gambaran tentang konten, ilustrasi atau contoh,

penjelasan atau analogi, dan demontrasi yang kuat dan sangat berguna,

dapat juga dikatakan sebagai cara-cara merumuskan dan

mempresentasikan subjek yang dapat dipahami oleh orang lain dalam

pembelajaran. Shulman (1997, hlm. 502) menyimpulkan bahwa kita tidak

dapat hanya mengandalkan reformasi yang hanya fokus pada pembelajaran

siswa, karena guru juga harus belajar untuk terus berkembang dan juga

sekolah harus menjadi lingkungan yang dirancang untuk mendidik para

siswa dan juga guru.

Menurut Koppelmann (2008) dalam Lestari (2015) bahwa PCK

dapat dilihat sebagai interaksi antara pedagogi dan konten yang memiliki

hubungan membentuk PCK yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Komponen Pembentuk PCK

Page 23: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

7

Menurut Shulman (1986) dalam Windarto (2016) bahwa

pengetahuan konten meliputi pengetahuan tentang konsep, teori, ide,

kerangka perpikir,metode pembukti dan bukti. Senada dengan

pengetahuan konten ini adalah kompetensi profesional guru, dimana

menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 dalam Lestari

(2015) bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam

menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan

budaya yang diampunya sekurang-kurangnya meliputi penguasaan materi

pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program

satuan pendidikan. Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74

Tahun 2008 pasal 3 ayat 2 dalam Windarto (2016) bahwa materi pelajaran

yang hendak disajikan harus dikuasai dengan sungguh-sungguh keseluasan

dan kedalamannya oleh guru sehingga guru dapat mengorganisasikannya

dengan tepat dan baik dari segi kompleksitasnya maupun dari segi

keterkaitannya.

Pengetahuan tentang pedagogi sama dengan kompetensi pedagogi

guru menurut Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3

butir (a) bahwa kompetensi pedagogi adalah kemampuan mengelola

pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta

didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,

dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya (Saudagar dan Idrus, 2011, hlm. 34). Lebih

lanjut, dalam RPP tentang Guru dikemukanan bahwa: Kompetensi

pedagogi merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran

peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal yang tekait

dengan pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman

terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus, perancangan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan

dialogis,pemanfaatan teknologi pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar

(Mulyasa, 2013, hlm. 75).

Page 24: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

8

Menurut penelitian yang dilakukan Sukaesih, Ridlo, dan Saptono

(2017) bahwa PCK merupakan konsep berpikir yang memberikan

pengertian bahwa untuk mengajar sains tidak cukup hanya memahami

konten materi (knowing science) tetapi juga cara mengajar (how to teach),

dimana guru sains harus mempunyai pengetahuan mengenai peserta didik,

kurikulum, strategi instruksional, dan asesmen sehingga dapat melakukan

transformasi science knowledge dengan efektif. Menutut Resbiantoro

(2016) sebagai agen pengubah (the agent of change) seorang guru

seharusnya terus mengembangkan proses mengajarnya di kelas dan calon

guru terus melatih analisisnya dalam merancang pembelajaran, salah

satunya dengan memahami Pedagogical Content Knowledge (PCK) yang

berkembang setiap waktu dari pengelaman, sehingga menghasilkan guru

yang profesional.

Sedangkan PCK menurut (Marks, 1990; Driel, Verloop, & de Vos,

1998; Newsome, 1999; Loughran, Milroy, Berry, Gunstone, & Mulhall,

2001; Loughran, Berry & Mulhall, 2004; Lee & Luft, 2008) dalam

Anwar, Rustaman, dan Widodo (2012) adalah kumpulan pengetahuan

yang terintegrasi, konsep, kepercayaan, dan nilai yang dikembangkan oleh

seorang guru dalam kegiatan pembelajaran. Sementara dalam The National

Science Educational Standards (National Research Council, 1996) dalam

Anwar, Rustaman, Widodo, dan Redjeki (2014) bahwa PCK merupakan

komponen esensial bagi pengembangan profesional pengajar terkait

dengan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran (Magnusson,

Krajcik, & Borko, 1999) dan PCK merupakan pengetahuan yang penting

dan harus dimiliki oleh seorang guru dan calon guru (Shulman, 1986 &

1987).

Abbit dalam Agustina (2015) menyatakan bahwa PCK adalah

pengetahuan tentang pedagogi, praktek pembelajaran dan perencanaan

pembelajaran, serta metode yang tepat untuk mengajarakan suatu materi.

Sementara PCK menurut (Mishra dan Koehler, 2006; Suryawati, 2004)

Page 25: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

9

dalam Agustina (2015) adalah pengetahuan pedagogik yang berlaku untuk

pengajaran konten yang spesifik.

Berdasarkan pengertian beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa PCK

merupakan gabungan dari ilmu pengetahuan terkait tentang pedagogi dan

konten materi dalam kegiatan pembelajaran yang berpengaruh terhadap

keprofesionalan seorang guru. Guru yang profesional adalah guru yang

tidak hanya paham terhadap suatu materi pelajaran tetapi juga harus

memahami bagamiana cara mengajar.

b. Aspek PCK

Menurut Mulyasa (2013, hlm. 27) bahwa pembelajaran yang

mendidik terdiri atas pemahaman konsep dasar pendidikan (pedagogical

knowleldge) dan pembelajaran bidang studi yang bersangkutan (content

knowledge), serta penerapannya dalam pelaksanaan dan pengembangan

pembelajaran.

Sedangkan Magnusson, Krajcik & Borko (1999) dalam Soraya 2017

mengelompokkan PCK menjadi 5 aspek yaitu:

1) Orientasi terhadap pembelajaran kimia, terdiri dari pengetahuan guru

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2) Penegtahuan tentang kurikulum, terdiri dari pengetahuan tentang tujuan

dan sasaran kurikulum serta pengetahuan tentang program spesifik

kurikulum.

3) Pengrtahuan tentang pemahaman siswa terhadapa materi kimia, terdiri

dari pengetahuan tentang syarat-syarat dalam pembelajaran.

4) Pengetahuan tentang penilaian, terdiri dari pengetahuan tentang dimensi

penilaian dan metode penilaian pembelajaran kimia.

5) Pengetahuan tentang strategi pembelajaran, terdiri dari pengetahuan

strategi pembelajaran kimia dan topik kimia.

Komponen PCK yang harus dimiliki oleh guru menurut Shulman

(1987, hlm. 8) yaitu:

Page 26: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

10

1) Pengetahuan Tentang Konten Materi

Sebagai seorang pendidik sudah menjadi keharusan untuk memahai

materi-materi pempelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik.

Tidak hanya secara personal melainkan harus relevan dengan kebutuhan

dan kemampuan peserta didik. Menurut Hasan (2004) dalam Mulyasa

(2013, hlm. 139) bahwa beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam

memilih dan menentukan materi stadar yang akan diajarkan kepada peserta

didik mencakup validitas atau tingkat ketepatan materi, keberartian atau

tingkat kepentingan materi, relevansi, kemenarikan, dan kepuasan.

Selanjutnya menurut Irwanto dan Sunarya (2016, hlm. 246) bahwa

materi pembelajaran adalah segala sesuatu yang bisa berupa sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang menjadi isi kurikulum, baik yang

bersifat nasional atau lokal, yang harus dikuasai oleh peserta didik sesuai

dengan indikator pencapaian kompetensi dasar setiapa mata pelajaran

dalam satuan pendidikan tertentu.

2) Pengetahuan Tentang Ilmu Pedagogik Secara Umum

Komponen ini merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki

oleh seorang guru profesional. Menurut Irwanto dan Sunarya (2016, hlm.

52) menyatakan bahwa dalam kompetensi ini guru dituntut mampu

menetapkan berbagai pendekatan, strategi, metode, dan teknik

pembelajaran yang mendidik secara kreatif sesuai dengan standar

kompetensi guru. Sedangkan menurut Mulyasa (2013, hlm. 53)

menyatakan bahwa pendidik sebagai agen pembelajaran (learning agent)

yang berarti peran pendidik antara lain sebagai fasilitator, motivator,

pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik dimana peran-

peran tersebut berhubungan satu sama lain untuk membentuk kompetensi

dan pribadi peserta didik.

Page 27: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

11

3) Pengetahuan Tentang Kurikulum

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah

kompetensi pengembangan kurikulum. Menurut Sanjaya dalam Irwanto

dan Sunarya (2016, hlm. 145) menyatakan bahwa kurikulum merupakan

salah satu komponen yang memiliki peran penting dalam sistem

pendidikan karena dalam kurikulum bukan hanya dirumuskan tentang

tujuan yang harus dicapai sehingga memperjelas arah pendidikan, akan

tetapi juga pemahaman tentang pengalaman belajar yang harus dimiliki

setiap siswa. Oleh karean itu, guru dituntut mampu menyusun silabus

sesuai dengan tujuan terpenting kurikulum dan menggunakan RPP sesuai

dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran.

Menurut Yamin (2006, hlm. 67) bahwa guru dalam pengembangan

kurikulum harus memiliki “pandangan mata burung” (a bird eye view)

mengenai proses pengembangan kurikulum. Dimana hal ini berarti bahwa

guru bekerja di kelas untuk menyampaikan kurikulum yang real, yaitu apa

yang dialami oleh siswa-siswa ketika berada dalam kelas. Sedangkan

menurut Kunandar (2007, hlm. 235) bahwa implementasi kurikulum

mencakup tiga kegiatan pokok, yakni pengembangan program,

pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Menurut Irwanto

dan Sunarya (2016, hlm. 147) menyatakan bahwa berdasarkan format

Penilaian Kinerja Guru yang berlaku paling efektif 1 Januari 2013, ada

empat indikator kompetensi pengenbangan kurikulum yang wajib dimiliki

dan dilaksanakan oleh guru antara lain mencakup kemampuan-

kemampuan (1) menyusun silabus yang sesuai dengan kurikulum, (2)

merancang rencana pembelajaran yang sesuai dengan silabus untuk

membahas materi ajar tertentu agar peserta didik dapat mencapai

kompetensi dasar yang ditetepakan, (3) mengikuti urutan materi

pembelajaran dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, dan (4)

memilih materi yang (a) sesuai dengan tujuan pembelajaran, (b) tepat dan

mutakhir, (c) sesuai dengan usia dan tingkat kemampuan belajar peserta

Page 28: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

12

didik, (d) dapat dilaksanakan di kelas, dan (e) sesuai dengan konteks

kehidupan sehari-hari peserta didik.

4) Pedagogical Content Knowledge (PCK)

Kompetensi ini salah satunya adalah kompetensi melaksanakan

kegiatan pembelajaran yang mendidik. Dimana guru dituntut mampu

menyususn dan melakasanakan rencana pembelajaran yang mendidik

secara lengkap, melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan peserta didik, menyusun dan menggunakan berbagai materi

pembelajaran dan sumber belajar sesuai dengan kerekteristi peserta didik,

serta memanfaatkan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) untuk

kepentingan pembelajaran (Irwanto dan Sunarya, 2016, hlm. 219).

Menurut Mulyasa (2013, hlm. 77) menyatakan bahwa secara

operasional, kemampuan mengelola pembelajaran menyangkut tiga fungsi

manajerial, yaitu perencanaan yang menyangkut penetapan tujuan,

kompetensi, dan memperkirakan cara mencapainya, pelaksanaan atau

implementasi, dan pengendalian atau evaluasi.

Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan

lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik

(Kunandar, 2007, hlm. 287). Selanjutnya berdasarkan PP No. 19 Tahun

2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV Standar Proses, Pasal

19 (1) dalam Irwanto dan Sunarya (2016, hlm. 222), proses pembelajaran

yang dimaksud dalam Undang-Undang tersebut harus diselenggarakan

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bangi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik dan psikologi peserta didik. Sedangkan

pembelajaran yang mendidik merupakan suatu upaya untuk menyediakan

seperangkat kondisi lingkungan yang dapat merangsang peserta didik

untuk melakukan aktivitas belajar (Irwanto dan Sunarya, 2016, hlm. 222).

Page 29: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

13

5) Pengetahuan Karakteristik Peserta Didik

Peserta didik pada hakikatnya adalah individu sebagai anggota

masyarakat yang berusaha mengembangkan berbagai potensi diri melalui

proses pendidikan atau pembelajaran untuk menjadi manusia yang sesuai

dengan tujuan pendidikan yang diharapkan (Irwanto dan Sunarya, 2016,

hlm. 10). Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu

kompetensi yang harus dimilikia oleh seorang guru, dimana sedikitnya

terdapat empat hal yang harus dipahami guru dari peserta didiknya, yaitu

tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik, dan perkembangan kognitif

(Mulyasa, 2013, hlm. 79).

Kompetensi menguasai karakteristik peserta didik menyatakan

bahwa guru mencatat dan mengunakan informasi tentang karakteristik

peserta didik unutk membantu proses pembelajaran, dimana karakteristik

terkait dengan aspek fisik, intelektual, sosial emosional, moral, dan lata

belakang sosial budaya (Irwanto dan Sunarya, 2016, hlm. 8). Selanjutnya

Irwanto dan Sunarya (2016, hlm. 18-19) menyatakan bahwa dengan

memahami atau menguasai karakteristi peserta didik, guru diharapakan

dapat merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan bahkan

pembelajaran yang tepat, efisien, dan sesuai bagi peserta didik, selain itu

menyelenggarakan proses pembelajaran yang membantu berbagai aspek

perkembangan peserta didik yang meliputi aspek kognitif, psikimotorik,

afektif, kreativitas, emosi, bakat khusus, hubungan sosial, kemandirian,

bahasa, dan aspek moral.

6) Pengetahuan Tentang Pendidikan

Secara fisiologi bahwa pendidikan itu merupakan suatu usaha yang

disadari, bukan suatu perbuatan yang serampangan begitu saja, dan harus

dipertimbangkan segala akibatnya dari perbuatan mendidik itu (Salam,

1997, hlm. 4). Sebagai tenaga pendidik, guru harus menguasai beberapa

wawasan kependidikan diantaranya adalah memahami landasan

Page 30: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

14

kependidikan dengan indikator menjelaskan tujuan dan hakikat pendidikan

dan kebijakan kependidikan dengan indikator menjelaskan visi, misi, dan

tujuan pendidikan nasional (Jamal dalam Arifin dan Barnawi, 2012, 122-

123).

Terkait dengan tujuan dan hakikat pendidikan nasional Mulyasa

(2014, hlm. 20) menyebutkan bahwa secara makro pendidikan nasional

bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom

sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan, sedangkan secara

mikro pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beretika, memiliki nalar,

bersosial, dan berbadan sehat sehingga menjdai manusia mandiri.

Sementara untuk visi pendidikan nasional juga terbagi menjadi 2, yaitu

visi secara makro yang berarti untuk mewujudkan masyarakat madani

sebagai bangsa dan masyarakat Indonesia baru dengan tatanan kehidupan

yang sesuai dengan amanat proklamasi, visi secara mikro berarti

mewujudkan individu manusia baru yang memiliki sikap dan wawasan

keimanan dan akhlak yang tinggi, demokrasi, toleransi, dan berwawasan

global (Mulyasa, 2014, hlm. 17).

7) Pengetahuan Tujuan Pendidikan, Penilaian, Sejarah dan Filisofi

Pendidikan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003

tetang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 (1), bahwa evaluasi dilakukan

dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai

bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada penyelenggara

pendidikan (Ratnawulan dan Rusdiana, 2015, hlm. 14). Menurut Irwanto

dan Sunarya (2016, hlm. 440) bahwa evaluasi menjadi bagian kompetensi

yang harus dimiliki guru, dimana guru melakukan evaluasi atas efektivitas

proses dan hasil belajar dan menggunakan informasi hasil penilaian dan

evaluasi untuk merancang program pengayaan.

Page 31: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

15

Informasi evaluasi dapat digunakan untuk kegiatan antara lain: (a)

membantu memutuskan kesesuaian dan keberlangsungan dari tujuan

pembelajaran dan kegunaan materi pembelajaran, (b) mengetahui tingkat

efisiensi dan efektivitas dari strategi pengajaran yang digunakan

(Ratnawulan dan Rusdiana, 2015, hlm. 14). Sedangkan menurut Irwanto

dan Sunarya (2016, hlm. 441) menyatakan bahwa dalam upaya memiliki

kompetensi penilaian dan evaluasi dan melaksanakannya sebagai bagian

dari kinerja, setidaknya guru harus memiliki pengetahuan tentang hal-hal

berikut:

(a) Pengertian pengukuran, penilaian, dan evaluasi dalam pendidikan

dan pembelajaran

(b) Prinsip dan prasyarat penilaian dan evaluasi dalam pendidikan dan

pembelajaran

(c) Pengertian, tujuan, fungsi, sarana, ruang lingkup, jenis, teknis, dan

prosedur evaluasi

(d) Penilaian (asesmen) autentik sesuai tuntutan Kurikulum 2013

(e) Program pengayaan dan remidial sebagai tindak lanjut evaluasi hasil

dan proses pembelajaran.

2. Kompetensi Guru

a. Pengertian

Menurut Kurniasih dan Sani (2015, hlm. 8) komptensi adalah

kecakapan, kewenangan, kekuasaan, dan kemampuan atau seperangkat

pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,

dikuasai oleh seorang guru atau dosen dalam melaksanakan tugas

keprofesionalan. Selain itu, ada yang berpendapat bahwa kompetensi

merupakan kombinasi kompleks dari pengetahuan, sikap, keterampilan,

dan nilai-nilai yang ditunjukkan oleh guru dalam konteks kinerja tugas

yang diberikan kepadanya (Sukiman, 2015, hlm. 85). Menurut Irwanto dan

Sunarya (2016, hlm. 1) bahwa kompetensi yang harus dimiliki oleh guru

Page 32: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

16

dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya adalah komptensi yang

utuh dan integratif yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku atau harus kompeten secara utuh.

Kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh seorang guru secara

konstitusional telah ditetapkan pada UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru

dan Dosen (Bab IV pasal 10) yang menyebutkan bahwa

kemampuan/kompetensi guru dibedakan ke dalam empat kelompok, yaitu

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi

(Sukiman, 2015, hlm. 103). Menurut Mudlofir (2012, hlm. 75)

menyatakan bahwa keempat bidang kompetensi tersebut tidak berdiri

sendiri-sendiri, melainkan saling berhubungan dan saling memengaruhi

satu sama lain dan mempunyai hubungan yang hierarkis, artinya saling

mendasari satu sama lainnya kompetensi yang satu mendasari kompetensi

yang lainnya.

b. Kompetensi Pedagogik

Menurut Irwanto dan Sunarya (2016, hlm. 3) bahwa kompetensi

pedagogik merupakan kompetensi instruksional-edukatif (mengajar dan

mendidik) yang esensial dan fundamental bagi guru dalam pelaksanaan

tugas keprofesionalannya, terutama tugas mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik. Sedangkan menurut Sukiman (2015, hlm. 115) mengemukakan

bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,

perancangan, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan

pengembangan pesrta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi

yang dimilikinya. Sedangkan menurut Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 33)

bahwa yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah sejumlah

kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengara siswa.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahawa

Page 33: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

17

kompetensi pedagogik secara singkat merupakan kemampuan seorang

guru yang berkenaan dengan penguasaan teoritis dan proses aplikasinya

dalam pembelajaran.

Menurut Irwanto dan Sunarya (2016, hlm. 4) bahwa Penilaian

Kinerja Guru (PKG) berdasarkan Permediknas No. 35 Tahun 2010 tentang

Petunjuk Teknis Pelaksaan Jabatan Fungsioanl Guru dan Angka Kreditnya

bahwa cakupan dari kompetensi pedagogik terdiri dari tujuh kompetensi,

yaitu:

1) Menguasai karakteristik peserta didik.

2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik.

3) Pengembangan kurikulum.

4) Kegiatan pembelajaran yang mendidik.

5) Pengembangan potensi peserta didik.

6) Komunikasi dengan peserta didik.

7) Penilaian dan evaluasi.

Sementara menurut Sukiman (2015, hlm. 116-118) berdasarkan

Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik

dan Kompetensi Guru, bahwa kompetensi pedagogik terdiri dari:

1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,

sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik.

3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang

diampu.

4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

kepentingan pembelajaran.

6) Memfasilitasi pengembangan potensi pesrta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

Page 34: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

18

7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta

didik.

8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran.

10) Melakukan tindakan reflektif unutk peningkatan kualitas

pembelajaran.

Sedangkan menurut Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 34-35) bahwa

ruang lingkup kompetensi pedagogik guru mempunyai kemampuan

sebagai berikut:

1) Menguasai landasan mengajar.

2) Menguasai ilmu mengajar (didaktik metodik).

3) Mengenal siswa.

4) Menguasai teori motivasi.

5) Mengenal lingkungan masyarakat.

6) Menguasai penyusunan kurikulum.

7) Menguasai teknik penyusunan RPP.

8) Menguasai pengetahuan evaluasi.

c. Kompetensi Kepribadian

Secara bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kepribadian

adalah keadaan manusia sebagai perseorangan; keseluruhan sifat-sifat

yang merupakan watak orang biasa yang bergeser berarti; orang yang baik

watak dan sifatnya (Izzan dan Damaryadi, 2016, hlm. 41). Kepribadian

sebenarnya adalah suatu masalah abstrak, yang hanya dapat dilihat dari

penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dalam menghadapai setiap

persoalan (Musriadi, 2018, hlm. 207). Berdasarkan Suyanto dan Jihad

(2013, hlm. 16) menyatakan bahwa kepribadian yang harus ada pada diri

guru adalah kepribadian yang matang dan sehat, dimana ciri-ciri seorang

guru yang mempunyai kepribadian yang matang dan sehat adalah :

Page 35: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

19

1) Meningkatkan kesadaran diri dan melihat sisi lebih dan kurang dar

diri.

2) Mampu menjalin relasi yang hangat dan tidak sebatas relasi di sekoah,

tetapi juga relasi di lingkungan sosial.

3) Memiliki kemampuan untuk mengontrol emosi dan mampu menjauhi

sikap yang berlebihan.

4) Memiliki persepsi yang realistis pada kenyataan.

5) Memiliki pemahaman akan diri sendiri.

Menurut Sukiman (2015, hlm. 114) bahwa Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan merumuskan kompetensi guru yang salah satunya adalah

kompetensi personal/kepribadian yang berarti bahwa kompetensi ini

berkaitan dengan hal-hal atau sikap kepribadian yang harus dimiliki oleh

seorang guru yang mencakup:

1) Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai

guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan.

2) Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang

seyogianya dimiliki guru.

3) Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai anutan dan

teladan bagi para siswanya.

Menurut Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 42) bahwa yang dimaksud

dengan kompetensi kepribadian adalah kompetensi yang berkaitan dengan

tingkah laku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai

luhur sehingga terpantul dalam perilaku sehari-hari. Sedangkan menurut

UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Bab IV pasal 10) bahwa

kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,

berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik

(Sukiman, 2015, hlm. 103).

Kompetensi kepribadian itu adalah hal yang bersifat universal, yang

artinya harus dimiliki guru dalam menjalankan fungsinya sebagai makhluk

hidup yang menunjang terhadap keberhasilan tugas guru yang diembannya

Page 36: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

20

(Sudagar dan Idrus, 2011, hlm. 45). Kepribadian seorang guru akan

tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan

membimbing anak didiknya (Musriadi, 2018, hlm. 207). Menurut

Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 45) bahwa fungsi dari kompetensi

kepribadian guru adalah memberikan teladan dan contoh dalam

membimbing, mengembangkan kreativitas, dan membangkitkan motivasi

belajar siswa.

d. Kompetensi Sosial

Menurut Sukiman (2015, hlm. 115) yang dimaksud kompetensi

sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta

didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Keterampilan sosial merupakan kemampuan seseorang untuk

menunjukkan perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat

sedang menjalankan aktivitas sosial, sehingga interaksi sosial yang baik

dan efektif (Rofa’ah, 2016, hlm. 47). Sedangakan menurut Izzan dan

Damaryadi (2012, hlm. 49) bahwa kompetensi sosial merupakan

kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk

berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan, menggunakan teknologi

komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan

peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali

peserta didik dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

Menurut Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 63) guru profesional

hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sosial

yang diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya

sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki

kemampuan berinteraksi sosial. Dimana menurut Rofa’ah (2016, hlm. 47)

dalam kompetensi sosial kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat

yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk:

Page 37: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

21

1) Berkomunikasi lisan, tulisan, dan atau isyarat yang santun.

2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.

3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta

didik.

4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan

mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku.

5) Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

Sedangkan kompetensi sosisl yang dimaksud dalam Permenag No.

16/2016 ayat 1 meliputi: 1) sikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak

diskriminatif berdasarkan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik,

latarbelakang keluarga, dan status sosial ekonomi; 2) sikap adaptif dengan

lingkungan sosial budaya tempat bertugas; dan 3) sikap komunikatif

dengan komunitas guru, warga sekolah dan warga masyarakat (Mudlofir,

2012, hlm. 107). Menurut Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 70-71) bahwa

guru diharapkan menjadi pelopor di dalam pelaksanaan pembangunan

dengan menyadari posisinya di tengah-tengah masyarakat berperan

penting , yakni sebagai; 1) motivator dan inovator dalam pembangunan

pendidikan, 2) perintis dan pelopor pendidikan, 3) penelitian dan

Pengkajian Ilmu Pengetahuan, 4) pengabdian.

e. Kompetensi Profesional

Menurut Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 5) bahwa profesioanl

adalah orang yang menyandang suatu profesi dalam pekerjaannya.

Sedangkan menurut Rusyan (2014, hlm. 13) bahwa seorang profesional

menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau kemmpuan

dan sikap yang dimiliki seseorang yang sesuai dengan tuntutan profesinya.

Menurut Danim (2011, hlm. 2-3) bahwa dilihat dari dimensi sifat dan

substansinya, setidaknya ada empat ranah (taxonomy) yang tersedia untuk

mewujudkan guru yang bener-benar profesional, yaitu; 1) penyediaan guru

berbasis perguruan tinggi, 2) induksi guru pemula berbasis sekolah, 3)

Page 38: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

22

profesionalisasi guru berbasis prakarsa istitusi, 4) profesionalisasi guru

berbasis individu. Semetara kompetensi profesional menurut Izzan dan

Damaryadi (2012, hlm. 41) bahwa kemampuan menguasai materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan guru dapat

membimbing peserta didik untuk mencapai standar kompetensi yang

diharapkan. Menurut Samani dalam Lutfi, Sudirman, dan Pramitha (2013,

hlm. 94) bahwa kompetensi profesional ialah kemampuan menguasai

penegtahuan bidang ilmu, teknologi, atau seni yang mempunyai

penguasaan (1) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar

isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata

pelaran yang dipunyai, (2) konsep dan metode dislipin keilmuan,

teknologi, dan atau seni yang relevan yang secara konseptual menaungi

atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau

kelompok mata pelajaran yang akan dipunyai.

Kompetensi profesioanl menurut Mudlofir (2012, hlm. 108)

sebagaimana dimaksud pada Permenag No. 16/2016 ayat 1 meliputi:

1) Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran;

2) Penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran;

3) Pengembangan materi pemebelajaran mata pelajaran secara kreatif;

4) Pengembangan profesionalitas secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif;

5) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk

berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Sedangakan menurut Saudagar dan Idrus (2011, hlm. 57-62)

menyatakan bahwa kemampuan profesioanal yang harus dimiliki oleh

seorang guru antara lain sebagai berikut:

1) Kemampuan penguasaan bahan materi/bahan bidang studi,

2) Kemampuan mengelola program pembelajaran,

3) Kemampuan mengelola kelas,

Page 39: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

23

4) Kemampuan mengelola dan menggunakan media serta sumber belajar,

5) Kemampuan penguasaan pengetahuan tentang landasan kependidikan,

6) Kemampuan menilai prestasi belajar pesrta didik,

7) Kemampuan memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan

program pendidikan di sekolah,

8) Kemampuan menguasai metode berpikir,

9) Kemampuan meningkatkan dan menjalankan misi profesional,

10) Kemampuan memberi bantuan dan bimbingan kepada pesrta didik,

11) Kemampuan memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan,

12) Kemampuan memahami karakteristik peserta didik,

13) Kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah,

14) Kemampuan memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan

15) Kemapuan mengambil keputusan,

16) Kemampuan memahami kurikulum dan pengembangannya,

3. Guru

a. Pengertian

Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik (guru) dan peserta

didik (siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan (Sukmadinata,

2011, hlm. 191). Menurut Nurdin (2002, hlm. 8) yang menyatakan bahwa

seorang guru bukan hanya sekedar memberi ilmu pengetahuan kepada

murid-muridnya akan tetapi, dia seorang tenaga profesional yang dapat

menjadikan murid-muridnya mampu merencanakan, menganalisis, dan

menyimpulkan masalah yang dihadapi. Sedangkan menurut Saudagar dan

Idrus (2011, hlm. 6) bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Tenaga pengajar atau pendidik profesional itu sendiri mempunyai

arti menurut Moelione dalam Nurdin (2002, hlm. 15) yakni bersangkutan

Page 40: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

24

dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya,

dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya. Sementara

menurut Mudlofir (2012, hlm. 75) bahwa guru yang profesional adalah

guru yang memiliki seperangkat kompetensi (pengetahuan, keterampilan,

dan perilaku) yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam

melaksanakan tugas keprofesionalannya. Seseorang dianggap profesional

apabila mampu mengerjakan tugas dengan selalu berpegang teguh pada

etika profesi, independen, produktif, efektif, efisien, dan inovatif serta

didasarkan pada prinsip-prinsip pelayanan prima yang didasarkan pada

unsur-unsur ilmu atau teori yang sistematis, kewenangan profesional,

pengekuan masyarakat, dan kode etik yang regulative (Musriadi, 2018,

hlm. 8).

Sebagai tenaga kependidikan yang merupakan suatu komponen yang

penting dalam penyelenggaraan pendidikan dengan tugas utamanya adalah

mengajar. Oleh karena itu, seorang guru harus mempunyai wewenang

mengajar berdasarkan kualifikasi sebagai tenaga pengajar. Menurut

Sukmadinata (2011, hlm. 193-194) mengatakan bahwa perbuatan

mendidik harus dilandasi oleh sikap dan keyakinan sebagai pengabdi pada

nusa, bangsa, dan kemanusiaan, untuk mencerdaskan bangsa, untuk

melahirkan generasi pembanguna, atau generasi penerus yang lebih andal,

dan sebagainnya.

b. Sertifikasi Guru

Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk disebut sebagai

guru profesional yaitu sebagaimana pada Pasal 11 UU Guru dan Dosen

No. 14 Tahun 2005 yaitu guru harus sudah lulus proses sertifikasi

(Mudlofir, 2012, hlm. 109). Menurut Sujanto (2009, hlm. 6) bahwa guru-

guru yang bisa mengikuti program sertifikasi adalah guru-guru yang telah

mengajar pada jenjang pendidikan tertentu, baik pendidikan usia dini,

pendidikan dasar maupun pendidikan menengah yang berada di bawah

payung Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama.

Page 41: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

25

Menurut Mudlofir (2012, hlm. 109) dalam Pasal 11 UU Guru dan Dosen

No. 14 Tahun 2005 tentang sertifikasi:

1) Sertifikasi pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diberikan

kepada guru yang telah memenuhi persyaratan.

2) Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinngi yang

memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi

dan ditetepkan oleh pemerintah.

3) Sertifikasi pendidik dilaksanakan secara objektif, transparan, dan

akuntabel.

Sedangkan sertifikasi guru merupakan program yang didesain untuk

melihat kelayakan guru dalam berperan sebagai agen pembelajaran yang

dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional karena telah mempunyai

kualifikasi mengajar (Sujanto, 2009, hlm. 7-8).

Menurut Kunandar (2007, hlm. 85-87) bahwa pelaksanaan sertifikasi

guru didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) Dilaksanakan

secara objektif, transparan, dan akuntabel; (2) Berujung pada peningkatan

mutu pendidikan nasional melalui peningkatan mutu guru dan

kesejahteraaan guru; (3) Dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan; (4) Dilaksanakan secara terencana dan sistematis; (5)

Menghargai pengalaman kerja guru; (6) Jumlah peserta sertifikasi

ditetapkan oleh pemerintah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.

18 Tahun 2007 pasal 2 menyatakan, bahwa sertifikasi bagi guru jabatan

dilakukan melalui uji kompetensi (dalam bentuk portofolio) untuk

memperoleh sertifikat pendidik (Suprihatinungrum, 2016, hlm. 218).

Menurut Suprihatiningrum (2016, hlm. 219) komponen penilaian

portifolio mencakup (1) kualifikasi akademik; (2) pendidikan dan

pelatihan; (3) pengalaman mengajar; (4) perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran; (5) penilaian dari atasan dan pengawas; (6) prestasi

akademik; (7) karya pengembangan profesi; (8) keikutsertaan dalam forum

Page 42: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

26

ilmiah; (9) pengamalamorganisasi di bidang kependidikan dan sosial; (10)

penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

Pada dasarnya pelaksanaan sertifikasi guru mempunyai banyak

tujuan dan manfaat sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sujanto (2009,

hlm. 8-9), berikut beberapa tujuan utama sertifikasi.

1) Menemukan kelayakan sebagai agen pembelajaran

2) Meningkatakan proses dan mutu pendidikan

3) Meningkatkan martabat guru

4) Meningkatakan profesionalisme.

Manfaat utama dari sertifikasi guru adalah sebagai berikut.

1) Melindungi profesi guru dari praktik-praktik yang merugikan citra

profesi guru

2) Melindungi masyarakat dari praktik pendidikan yang tidak

berkualitas dan profesional

3) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi guru (Sujanto, 2009, hlm. 10-

11).

Sedangkan menurut Wibowo dalam Mulyasa (2013, hlm. 35),

mengungkapkan bahwa sertifikasi bertujuan untuk hal-hal sebagai berikut.

1) Melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan

2) Melindungi masyarakat dari praktik-prakti yang tidak kompeten,

sehingga merusak cirta pendidik dan tenaga kependiidkan

3) Membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan,

dengan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan

seleksi terhadap pelamar yang kompeten

4) Membangun cirta masyarakat terhapad profesi pendidik dan tenaga

kependidikan

5) Memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan

dan tenaga kependidikan

Page 43: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

27

Untuk kepentingan tersebut, perlu dilakukan suatu sistem pengujian

terhadap kompetensi, atau melakukan uji kompetensi yang merupakan

bagian terpenting dari standar kompetensi dan sertifikasi guru sesuai

dengan amanat Undang-undang Guru dan Dosen (Mulyasa, 2013, hlm.

191). Menurut Mulyasa (2013, hlm. 191-194) pentingnya uji kompetensi

dalam standar kompetensi dan sertifikasi guru antara lain.

1) Sebagai alat untuk mengembangkan standar kompetensi guru

2) Merupakan alat seleksi penerimaan guru

3) Untuk mengelompokkan guru

4) Sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum

5) Merupakan alat pembinaan guru

6) Mendorong kegiatan dan hasil belajar.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian relevan yang terkait dengan PCK (Pedagogical Content

Knowlwdge) pada calon guru adalah sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Haryani, Prasetya, dan Rusmawati (2016)

dengan judul “Pedagogical Content Knowledge (PCK) Calon Guru dan

Guru Kimia Pada Materi Buffer”. Penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan subjek penelitian adalah 2 orang calon guru Kimia yang

mengontrak mata kuliah Perencanaan Pembelajaran Kimia (PPK) dan 2

guru Kimia peserta kegiatan MGMP Kota Semarang. Kemampuan PCK

dianalisis dari hasil pengisian CoRe serta keterekaitannya dengan RPP dan

LKS. Hasil analisis CoRe menunjukkan bahwa gambaran PCK calon guru

lebih runtut, detail, dan lebih lengkap dibandingkan guru.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Tritiyatma, Putri, Hayatunnufus, dan

Paristiowati (2016) dengan judul “Pengembangan Pedagogical Content

Knowledge (PCK) Calon Guru Kimia Menggunakan Content

Representation (CoRe) Framework dan Pedagogical and Professional-

Experience Repertoires (Pap-eRs) Pada Pembelajaran Larutan Penyangga

Page 44: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

28

dan Reaksi Reduksi-Oksidasi (Redoks)”. Penelitian dilakukan di SMA

Negeri 70 Jakarta, SMA Islam Al-Azhar 3 Jakarta, SMA Negeri 13

Jakarta, dan SMA Mahatma Gading Jakarta. Subjek penelitian adalah 4

orang guru kimia yang sudah berpengalaman mengajar lebih dari 10 tahun,

calon guru, seswa kelas X dan XI MIPA. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pembelajaran materi larutan Penyangga memerlukan review materi

Asam-Basa dan Kesetimbangan Kimia, sedangkan pada pembelajaran

Reaksi Reduksi-Oksidasi (Redoks) memerlukan review materi Ikatan

Kimia dan Struktur Atom. Calon guru dapat mengembangkan PCK dengan

baik dilihat dari hasil rubrik PCK yang telah diobservasi oleh guru

berpengalaman dan rekan calon guru. PCK calon guru akan semakin

berkembang seiring dengan banyaknya pengalaman mengajar, oleh

karenanya calon guru diharapkan untuk berkolaborasi dengan guru

berpengalaman agar mendapat banyak informasi dan pengalam mengajar.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Wiyarsi, Hendayana, Firman, dan Anwar

(2015) dengan judul “Pengembangan Curriculum Knowledge Calon Guru

Melalui Analisis Konten Kimia Konteks Kejuruan”. Desain penelitian

yang digunakan adalah one group pretest-postest design dan diterapkan

pada Mata Kuliah Kimia SMK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar calon guru kimia mengalami peningkatan dalam

kemampuan menganalisis konten kimia sesuai konteks kejuruan.

Penguasaan curriculum knowledge calon guru mengalami peningkatan

pada kriteria sedang.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Melanie, William, Soonhy, and Birgit

(2013) dengan judul “Development and use of a instrumen to measure

biology teacher’s content knowledge (CK) and pedagogical content

knowledge (PCK)”. Penelitian ini mendeskripsikan metode untuk

mengembangkan intrumen yang valid, reliabel, dan objektif dalam

mengukur CK dan PCK dengan menggunakan 4 tahapan dengan data

empiris siswa, selain itu dilakukan tes tertulis guna mengukur dan

mengetahui perbedaan pengetahuan CK dan PCK. Sampel yang digunakan

Page 45: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

29

adalah 158 guru dengan pengolahan statistik menggunakan skala Rasch.

Hasilnya adalah instrumen yang digunakan untuk mengukur CK dan PCK

guru merupakan instrumen yang valid, objektif, dan reliabel, sehingga

peneliti menyarankan agar intrumen ini dapat dikombinasikan dengan

observasi kelas untuk mengetahui kualitas mengajar pada pembelajaran.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2015) dengan judul

“Pengambangan PCK (Pedagogical Content Knowledge) Mahasiswa

Calon Guru Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta Melalui

Simulasi Pembelajaran”. Penelitian ini adalah penelitian tindakan yang

bertujuan untuk mengetahui efektifitas simulasi pembelajaran dalam

mengembangkan PCK mahasiswa. Populasi dari penelitian ini dalah 140

mahasiswa pada mata kuliah Strategi Pembelajaran Biologi. Sampel

diambil secara random sampling dari 2 kelas paralel yang berjumlah 75

mahasiswa. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis gain

score ternormalisasi rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor

PCK mahasiswa mengalami peningkatan sebelum dan sesudah simulasi

pembelajaran. Hasil analisis gain score menunjukkan nilai gain

ternormalisasi rata-rata sebesar 0,38 (medium) sehingga dapat dikatakan

bahwa simulasi pembelajaran cukup efektif untuk mengebangkan PCK

mahasiswa.

6. Penelitian yang dilakukan oleh Jong, Driel, and Verloop (2005) dengan

judul “Preservice Teacher’s Pedagogical Content Knowledge of Using

Particle Models in Teaching Chemistry”. Penelitian ini mengguankan 12

sampel dengan beberapa instrumen, yaitu pretest, postest, dan laporan

diskusi. Selajutnya calon guru mendeskripsikan mengenai kesuliatan siswa

berdasarkan hasil tes yang digunakan. Hasilnya bahwa setengah dari

sampel calon guru menyadari untuk lebih cermat dalam menghadapi

beberapa kemungkinan dan batasan pada setiap model pembelajaran.

Selajutnya untuk dapat mengembangkan PCK dilakukan melalui

pembelajaran dengan menggunakan beberapa model.

Page 46: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

30

C. Kerangka Berpikir

Penulis berasumsi bahwa guru yang profesional harus memiliki

kompetensi PCK yang baik. Sosok guru profesional diharapkan memiliki

keriteria yang meliputi, kesalehan pribadi, kepekaan sosial, integritas

keilmuan, keahlian pedegogis, dan kepemimpinan (Suyanto dan Jihad, 2013,

hlm. 29-30). Alur pemikiran penelitian dituangkan pada kerangka berpikir

seperti berikut:

Page 47: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

31

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir

Mahasiswa Calon Guru Profesional

Empat Kompetensi Dasar dalam Uji Kompetensi Keguruan

Kompetensi

Pedagogik

Kompetensi

Kepribadian

Kompetensi

Sosial

Kompetensi

Profesional

Pedadodgical

Content Knowledge

Memiliki Tujuh

Aspek

Knowledge of Educational Ends

Purposes and Values

Knowledge of Educational Contexts

Kwonledge of Learners and Their

Characteristis

Content Knowledge

General Pedagogical Knowledge

Pedagogical Content Knowledge

Curriculum Knowledge

Page 48: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

32

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori dan kerangkan perpikir yang telah dikemukakan,

maka hipotesis yang dapat diajukan adalah terdapat hubungan yang signifikan

anatara jenis kelamin, asal sekolah, dan jalur masuk dengan kompetensi PCK

calon guru kimia.

Page 49: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara mandiri di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada

bulan April – Mei 2017.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

korelasional. Metode ini dapat mencari hubungan atau pengaruh satu atau

lebih variabel independen dengan satu atau lebih variabel dependen (Suryani

dan Hendrayadi, 2015, hlm. 119). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

hubungan antara jenis kelamin, asal sekolah, dan jalur masuk mahasiswa

calon guru kimia dengan Kompetensi Pedagogical Content Knowledge

(PCK) FITK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Jenis

korelasi yang digunakan adalah hubungan kausal karena variabel X (variabel

bebas) dapat mempengaruhi variabel Y (variabel terikat). Berikut gambar 3.1

model hubungan kausal:

Gambar 3.1 Model Hubungan Kausal

Keterangan:

X : Variabel jenis kelamin, asal sekolah, dan jalur masuk

Y : Variabel PCK

C. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga tahap pelaksanaan, yaitu tahapan

persiapan penelitian, tahapan pelaksanaan penelitian, dan tahapan

penyelesaian penelitian. Alur penelitian yang digunakan adalah sebagai

berikut:

1. Tahapan Persiapan Penelitian

X Y

Page 50: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

34

a) Melakukan analisis indikator pada aspek PCK.

b) Menyususn instrumen penelitian yaitu instrumen tes berupa soal pilihan

ganda sesuai dengan konsep PCK.

c) Menguji validitas instrumen tes kepada ahli dan memperbaiki

instrumen tes sesuai dengan yang diarahkan oleh ahli, kemudian

menguji coba instrumen tes untuk mengetahui validitas, reliabilitas,

daya pembeda, dan tingkat kesukaran.

2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

a) Menentukan kelas penelitian (kelas A dan kelas B semester 6).

b) Melaksanakan penelitian.

3. Tahapan Penyelesaian Penelitian

a) Mengolah data hasil penelitian dengan teknik analisis data.

b) Menuliskan hasil dan pembahasan.

c) Membuat kesimpulan.

Gambar 3.2 Bagan Alur Penelitian

Tahap

Penyelesaian

Tahap

Persiapan

Tahap

Pelaksanaan

Analisis indikator PCK Penyusunan Instrumen

Analisis dan mengolah

data

Penarikan Kesimpulan

Uji validitas

instrumen

Tidak Valid → Revisi

Valid → Perbanyak Instrumen

Melaksanakan penelitian

Page 51: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

35

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Riduan (2012, hlm, 54) populasi merupakan objek atau

subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu

terkait dengan masalah penelitian. Populasi dan sampel dalam penelitian ini

adalah semua mahasiswa calon guru kimia FITK Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta semester 6 periode 2016/2017 yang berjumlah 45

mahasiswa terdiri dari 5 mahasiswa laki - laki dan 40 mahasiswa perempuan.

Adapun rinciannya terlihat dalam tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

Jumlah Populasi dan Sampel Mahasiswa Pendidikan Kimia

Semester 6 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun Akademik

2016/2017

Kelas Mahasiswa

Laki-Laki

Mahasiswa

Perempuan

Jumlah

Mahasiswa

A 4 20 24

B 1 20 21

Total 5 40 45

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan

teknik purposive sampling, dimana sampel yang digunakan disesuaikan

dengan kriteria-kriteria yang sudah peneliti tetapkan (Margono, 2010, hlm.

128). Teknik sampling ini dipakai saat menghadapi populasi yang relatif

kecil. Oleh karena itu, semua mahasiswa kimia FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta semester 6 periode 2016/2017, berjumlah kurang dari

100 termasuk dalam penelitian populasi. Menurut Hadjar (1996, hlm. 147)

yang menyatakan bahwa tidak ada aturan yang pasti beberapa banyak agar

sampel dapat mewakili populasi, akan tetapi semakin besar sampel semakin

besar kemungkinan dapat mencerminkan populasinya. Dalam penelitian ini

variabel yang digunakan adalah:

Page 52: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

36

1. Content Knowledge

2. General Pedagogical Knowledge

3. Pedagogical Content Knowledge

4. Curriculum Knowledge

5. Kwonledge of Learners and Their Characteristis

6. Knowledge of Educational Contexts

7. Knowledge of Educational Ends Purposes and Values

F. Instrumen Penelitian

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan sebuah instrumen untuk

mengumpulkan data dan informasi mengenai hal-hal yang ingin dikaji dalam

penelitian. Menurut Riduwan (2012, hlm. 78) bahwa instrumen penelitian

digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Instrumen yang

digunakan pada penelitian ini berupa :

1. Tes Tertulis

Tes tertulis yang digunakan berupa tes konten pedagogik yang

dikembangkan sesuai dengan kompetensi guru kimia sekolah menengah

menurut Permendiknas. Tes konten kimia dan pedagogik terdapat 45 soal

pilihan ganda yang terdiri dari 15 soal tentang konten kimia dan 30 soal

tentang konten pedagogik (PCK). Tes konten kimia dan pedagogik

diharapkan mampu mengukur kemampuan tingkat penguasaan mahasiswa

calon guru kimia tentang konsep kimia (konsep dasar kimia SMA/MA

termasuk aplikasinya), perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pengajaran.

Kemudian instrumen divalidasi dosen pembimbing dan ahli sebelum

digunakan. Adapun rincian dari instrumen adalah sebagai berikut:

Page 53: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

37

Tabel 3.2

Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Pedagogical Content Knowledge

(PCK) Mahasiswa Calon Guru Kimia FITK Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta

Aspek PCK Indikator Item

Pertanyaan

Jumlah

Item

Content

Knowledge

Pengetahuan materi kimia

SMA/MA IPA yang

meliputi:

1) Konsep-konsep

kimia

2) Hukum-hukum dasar

kimia

3) Teori-teori kimia

yang meliputi

struktur, dinamika,

kinetika, serta

penerapannya

1, 2, 3, 4, 5,

6, 7, 8, 9,

10, 11, 12,

13, 14, 15

15

General

Pedagogical

Knowledge

Pengatahuan tentang

pedagogis secara umum,

yaitu :

1) Proses pembelajaran

2) Teori belajar

3) Strategi

pembelajaran

4) Prinsip-prinsip

pembelajaran

16, 17, 18,

19, 20 5

Pedagogical

Content

Knowledge

Pengetahuan tentang

Pedagogical Content

Knowledge, yaitu :

1) Ciri-ciri teori belajar

2) Pembelajaran kimia

yang sesuai dengan

keadaan kelas

3) Prinsip-prinsip

pembuatan RPP

kimia

4) Penggunan media

dan model dalam

pembelajaran kimia

21, 22, 23,

24, 25 5

Curriculum

Knowledge

Pengetahuan tentang

undang-undang, terkait

tentang:

1) Pendidikan

2) Guru dan dosen

3) Perencanaan

26, 27, 28,

29, 30 5

Page 54: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

38

Aspek PCK Indikator Item

Pertanyaan

Jumlah

Item

pembelajaran

4) KTSP dengan

Kurilulim 2013

Kwonledge of

Learners and

Their

Characteristis

Pengetahuan tentang

karakteristik belajar peserta

didik

31, 32, 33,

34, 35 5

Knowledge of

Educational

Contexts

Pengetahuan tentang

kependidikan yang

meliputi, pelatihan, tujuan

pendidikan nasional, wadah

pembinaan profesional guru

SMA/MA

36, 37, 38,

39, 40 5

Knowledge of

Educational

Ends Purposes

and Values

Pengetahuan tentang

dimensi penilaian

pembelajaran kimia

41, 42, 43,

44, 45 5

Instrumen pengumpul data yang baik dan dapat dipercaya adalah yang

memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi. Oleh karena itu,

sebelum instrumen tes ini digunakan terlebih dahulu akan dilakukan uji coba

pada mahasiswa calon guru kimia yang ada dalam populasi. Uji coba

dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran,

dan daya pembeda instrumen tersebut.

G. Uji Instrumen

1. Uji Validitas Soal

Menurut Arikunto (1999, hlm. 65) sebuah tes dikatakan valid apabila

tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur, dalam bahasa Indonesia valid

disebut juga shahih. Sedangkan menurut Sudaryono (2012, hlm. 138) bahwa

validitas atau kesahihan yang berarti sejauh mana ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Instrumen dikatakan valid

apabila mampu mengungkapkan data yang diteliti secara tepat. Selanjutnya

validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil

pengalaman (validitas logis dan validitas empiris) (Arikunto, 1999, hlm. 65).

Menurut Arikunto (1999, hlm. 66) bahwa ada dua macam validitas logis,

Page 55: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

39

salah satunya adalah validitas isi yang berarti bagi sebuah instrumen

menunjuk suatu kondisi sebuah instrumen yang disusun berdasarkan isi

materi pelajaran yang dievaluasi. Uji validitas terhadap instrumen yang

digunakan dimaksudkan untuk mengetahui apakah instrumen yang

dipergunakan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara

tepat pengujian validitas untuk instrumen Pedagogical Content Knowledge

(PCK) yang terdiri dari:

a) Content Knowledge

b) General Pedagogical Knowledge

c) Pedagogical Content Knowledge

d) Curriculum Knowledge

e) Kwonledge of Learners and Their Characteristis

f) Knowledge of Educational Contexts

g) Knowledge of Educational Ends Purposes and Values

Menurut Suharsaputra (2014, hlm. 102) pengujian validitas

menggunakan rumus korelasi product-moment, yakni sebagai berikut:

rxy =

Keterangan:

rxy = angka indeks korelasi “r” Product Moment

N = Number of Cases

= jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y

= jumlah seluruh skor X

= jumlah seluruh skor Y

Tabel 3.3

Indeks validitas diklasifikasikan

Keterangan

0,00 – 0,20 Korelasi sangat rendah

0,20 – 0,40 Korelasi rendah

0,40 – 0,60 Korelasi cukup

0,60 – 0,80 Korelasi tinggi

0,80 – 1,00 Korelasi sangat tinggi

(Arikunto, 1999, hlm. 75)

Page 56: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

40

2. Uji Reliabilitas Soal

Reliabilitas menurut Arikunto (1999, hlm. 86) berhubungan dengan

masalah tingkat kepercayaan. Menurut Suprananto (2012, hlm. 82) bahawa

reliabilitas memiliki karakteristik yaitu reliabilitas merujuk pada konsistensi

dari suatu pengukuran yang didapat melalui sebuah instrumen tes.

Perhitungan terkait dengan reliabilitas dapat dilakukan dengan

menggunakan program SPSS. Menurut Rustam, Dewi, dan Yunita (2018,

hlm. 92-96) berikut langkah-langkah perhitungan reliabilitas menggunakan

SPSS:

a) Klik “Data View” lalu copy data dari program Excel.

b) Klik “Variabel View” lalu ketik nama responden pada kolom

“name” pada kolom “type” pilih “string”, pada kolom “decimal”

dibuat 0, pada kolom “measure” kilk Nominal untuk nama.

c) Ketik Butir 1 pada kolom “Name”(bawah responden), pada kolom

“type” pilih Numeric, pada kolom “decimal” dibuat 0, pada kolom

“measure” klik scale.

d) Ketik Butir 2 pada kolom “Name”(bawah responden), pada kolom

“type” pilih Numeric, pada kolom “decimal” dibuat 0, pada kolom

“measure” klik scale. Lanjutkan hingga butir terakhir.

e) Klik “Analize-scale-Reliability analis”.

f) Selajutnya centang pada “kotak descriptif klik item, scale, dan

scale if item deleted”, continue, Ok.

3. Uji Daya Beda Soal

Daya pembeda soal menunjukkan kemampuan soal untuk

membedakan antara siswa berkemampuan tinggi dengan siswa

berkemampuan kurang (Arikunto, 1999, hlm. 211). Suatu perangkat tes yang

baik harus bisa membedakan antara yang pandai, rata-rata, dan yang kurang

pandai karena dalam suatu populasi biasanya terdiri dari tiga kelompok

tersebut. Sehingga hasil evaluasinya tidak baik semua atau sebaliknya, tetapi

harus berdistribusi normal. Hal ini artinya yang mendapat nilai baik dan yang

mendapat nilai jelek terwakili meskipun sedikit.

Page 57: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

41

Menurut Arikunto rumus untuk mengukur daya pembeda adalah

(1999, hlm. 213-214):

Keterangan :

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu

dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal

dengan benar

Tabel 3.4

Indeks daya pembeda diklasifikasikan

D Keterangan

0,00 – 0,20 Jelek (poor)

0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory)

0,40 – 0,70 Baik (good)

0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)

(Arikunto, 1999, hlm. 218)

4. Uji Tingkat Kesukaran Soal

Soal perlu dianalisis tingkat kesukaranya untuk mengetahui derajat

kesukaran dalam butir soal. Butir-butir soal dikatakan baik, jika butir-butir

soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah (Arikunto, 1999, hlm.

207). Dengan kata lain derajat kesukarannya sedang atau cukup. Menurut

Arikunto (1999, hlm. 208) rumus mencari taraf kesukaran adalah:

P =

Keterangan:

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering

diklasifikasikan sesuai dengan data yang terdapat pada tabel di bawah ini:

D =

Page 58: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

42

Tabel 3.5

Indeks tingkat kesukaran diklasifikasikan

P Keterangan

0,00 – 0,30 Soal sukar

0,30 – 0,70 Soal sedang

0,70 – 1,00 Soal mudah

(Arikunto, 1999, hlm. 210)

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan tujuan untuk mengolah data

yang dapat menguji hipotesis dalam menarik kesimpulan. Analisis ini

berbentuk deskriptif persentase ynang digunkan untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh variabel Pedagogical Content Knowledge (PCK). Hasil

jawaban mahasiswa calon guru kimia pada tes pungasaan konsep dan

keseluruhan pedagogi tersebut diolah dengan menggunakan rumus berikut,

(Purwanto, 2012, hlm. 102):

Kerangan :

NP = Nilai persentase

R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

SM = Skor maksimal dari tes tersebut

Selanjutnya dilakukan penafsiran persentase pengusaan konsep

mahasiswa calon guru kimia berdasarkan hasil perhitungan di atas.

Penafsiran ini dilakukan berdasarkan kategori menurut Purwanto (2012,

hlm. 103) sebagai berikut :

Page 59: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

43

Tabel 3.6

Kategori Persentase Penguasaan Konsep dan Pedagogi Mahasiswa

Calon Guru Kimia

Persentase (%) Predikat

86 – 100 Sangat Baik

76 – 85 Baik

60 – 75 Cukup

55 – 59 Kurang

≤ 54 Sangat Kurang

Hasil tes penguasan konsep yang diperoleh selanjutnya digunakan

untuk mengecek kemampuan kognitif mahasiswa calon guru kimia pada

konsep kimia SMA/MA. Sedangkan hasil tes pedagogi digunakan untuk

mengecek kemampuan mahasiswa calon guru kimia tentang pedagogi secara

keseluruhan.

1. Uji Prasyarat

a. Uji Normalitas

Menurut Kadir (2015, hlm. 144) menjelaskan bahwa uji normalitas

digunakan untuk uji pendahuluan yang menjadi syarata dalam pengujian

suatu hipotesis. Uji normalitas yang digunakan adalah uji Kolmogorov

Smirnov dan Shapiro-Wilk (Kadir, 2015, hlm. 156-157).

Berikut langkah-langkah uji normalitas Kolmogorov Smirnov:

1) Buka file “Metakognisi”.

2) Input data lalu klik Analyze, lalu pilih Descriptive statistic.

3) Klik Explore lalu ceklis Plot pilih Normal dan OK.

4) Tentukan nilai Dtabel dengan rumus: Dt pada tingkat kepercayaan

dan jumlah sampel (n), jima n > 30 maka gunakan rumus:

Dt =

Page 60: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

44

5) Menarik kesimpulan dari output uji Normalitas.

a) Hipotesi

H0 = Data berdistribusi normal

H1 = Data tidak berdistribusi normal

b) Kriteria Pengujian

H0 diterima, jika Dhitung ≤ Dtabel

H0 ditolak, jika Dhitung > Dtabel

Jika probabilitas (sig) > α (0,05), maka H0 diterima

Jika probabilitas (sig) < α (0,05), maka H0 ditolak

b. Uji Homogenitas

Menurut Kadir (2015, hlm. 143) bahwa homogrnitas lebih

didasarkan pada homogenitas konseptual daripada homogenitas secara

empiris melalui pengujian dengan data sampel. Menurut Riadi (2016,

hlm. 137) mengatakan bahwa uji homogenitas Levene dengan IBM SPSS

paling umum digunakan untuk menguji sebaran data dari dua varian atau

lebih. Berikut langkah-langkah uji homogenitas Levene, (Kadir, 2015,

hlm. 167-168):

1) Masukkan data pada Data View, kolom 1 skor kompentsi PCK calon

guru kimia daln kolom 2 variabel yang digunakan (jenis kelamin, asal

sekolah, dan jalur masuk) dengan pemberian kode pada masing-

masing variabel.

2) Klik Analyze, General Linear Model, dan klik Univariate.

3) Pindahkan “PCK” ke dalam Dependent Variable dan “jenis kelamin,

asal sekolah, dan jalur masuk” ke fixed factor (s), kemudian klik

options.

4) Kemudian masukkan data “PCK” ke Dispaly Means for, pilih

Homogenity Test dan continue dan klik OK.

Page 61: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

45

5) Tentukan nilai Ftabel dengan cara: Ftabel(α ; k-1; n-k) dengan

keterangan, k adalah jumlah varians, (Riadi, 2016, hlm. 137)

6) Menarik kesimpulan dari output uji homogenitas Levene.

Menggunakan ketentuan penerimaan atau penolakan H0 sebagai

berikut:

a) Hipotesis

H0 = Data homogen

H1 = Data tidak homogen

b) Kriteria pengujian

H0 diterima, jika Fhitung ≤ Ftabel

H0 ditolak, jika Fhitung > Ftabel

Jika sig > α (0,05), maka H0 diterima

Jika sig < 0,05, maka H0 ditolak

c. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan adalah uji korelasi dengan tujuan

untuk mengetahui hungungan pada variabel X dan Y. Sesuai dengan yang

dijelaskan oleh Reksoatmodjo (2007, hlm. 133) bahwa uji korelasi

merupakan sebuah bilangan yang menunjukkan tingkat kedekatan

hubungan antara dua variabel, dan menggambarkan sejauh mana variansis

pada satu variabel berdampak atas variansis variabel lainnya. Data dari

penelitian ini termasuk ke dalam skala interval dan nominal sehingga

korelasi yang digunakan adalah korelasi point biserial (Nurgiyantoro,

2012, hlm. 145). Berikut langkah-langkah uji korelasi point biserial

(Margono, 2010, hlm. 219-221).

1) Buka aplikasi IBM SPSS 22. Klik New dan klik data.

2) Klik Variabel View pada Name tuliskan “PCK”(sebagai variabel Y,

lalu pada baris kedua tuliskan “jenis kelamin, asal sekolah, dan jalur

masuk”(sebagai variabel X) yang dilakuakn secara sendiri-sendiri

pada masing-masing variabel X.

3) Klik Analyze pilih Scale, dan klik Reliability Analysis.

Page 62: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

46

4) Pindahkan masing-masing variabel X dan Y ke kotak Items, kemudian

klik Statistics, dan klik Correlations lalu klik Continue dan klik OK.

5) Membuat kesimpulan dengan melihat kriteria pengujian:

Jika sign > α (0,005) maka tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara jenis kelamin, asal sekolah, dan jalur masuk dengan kompetensi

PCK.

Jika sign < α (0,005) maka terdapat hubungan yang signifikan antara

jenis kelamin, asal sekolah, dan jalur masuk dengan kompetensi PCK.

Jika sign > α (0,005) maka H0 diterima

Jika sign < α (0,005) maka H0 ditolak

6) Menentukan interprestasi dari nilai korelasi.

Menurut Suharsaputra (2014, hlm. 138) bahwa untuk menentukan

nilai interprestasi dari nilai korelasi dapat menggunakan tabel dari nilai r

sebagai berikut:

Tabel 3.7

Interprestasi Nilai Koefisien Korelasi

r Interprestasi

0 Tidak Berkorelasi

0,01 – 0,20 Sangat Rendah

0,21 – 0,40 Rendah

0,41 – 0,60 Sedang

0,61 – 0,80 Cukup

0,81 – 0,99 Tinggi

1 Sangan Tinggi

Page 63: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

71

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpualan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan,

maka dapat disimpulakan bahwa antara jenis kelamin, asal sekolah, dan jalur

masuk calon guru kimia memiliki hubungan yang cukup dengan kompetensi

PCK (Pedagogik dan Konten). Hal ini berarti bahwa jenis kelamin, asal

sekolah, dan jalur masuk calon guru kimia memiliki pengaruh yang cukup

terhadap kompetensi PCK calon guru kimia.

B. Saran

Sebagai bahan tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka diberikan

beberapa saran yaitu:

1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk menganalisis dan mengkaji

variabel penelitian lainnya, yaitu pekerjaan orang tua (guru dan non-guru),

prestasi mahasiswa (IPK), dan teknik pengumpulan data yang dapat

dilakukan dengan mengobservasi calon guru saat miroteching di kelas atau

saat PPKT di sekolah serta wawancara terstruktur.

2. Bagi para pendidik, harus menguasai keempat kompentensi dasar guru

profesional khususnya pada kompetensi pedagogik dan profesional guru

supaya dapat menguasai pengelolaan kelas serta pemahaman materi yang

mumpuni sehingga siswa dapat dengan mudah memahami materi pelajaran

yang disampaikan oleh guru.

Page 64: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, P. (2015). Pengambangan PCK (Pedagogical Content Knowledge)

Mahasiswa Calon Guru Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah

Surakarta Melalui Simulasi Pembelajaran. Jurnal Penelitian dan

Pembelajaran IPA, 1(1), 1-15, e-ISSN: 2477-2038.

Anwar, Y., Rustaman, N. Y., dan Widodo, A. (2012). Kemampuan Subjek

Specific Pedagogy Calon Guru Biologi Program Pendidikan Profesional

Guru (PPG) yang Berlatarbelakang Basic Sains Pra dan Post Workshop. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, JPII 1(2), 157-162.

Anwar, Y., Rustaman, N. Y., Widodo, A., dan Redjeki, S. (2014). Kemampuan

Pedagogical Content Knowledge Guru Biologi yang Berpengalaman dan

yang Belum Berpengalaman. Jurnal Pengajaran MIPA, 19(1), 1-140, ISSN:

1412-0917.

Arifin, M., dan Barnawi. (2012). Etika dan Profesi Kependidikan. Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media.

Arikunto, S. (1999). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

Asmani, J. M. (2011). Tips Sukses PLPG. Yogyakarta: Diva Press.

Avila, S., Mahanal, S., dan Zubaidah, S. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran

Biologi Berbasis Reading-Concept Map-Cooperative Script dan Gender

Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Malang.

Prosiding Seminar Pendidikan IPA Pascasarjana UM, 2, ISBN: 978-602-

9286-22-9.

Awan, A. S., Khan. T. M, dan Aslam. T. M.. (2010). Gender Disparity in

Misconceptions about the Concept of Solution at Secondery Level Students

in Pakistan. Journal of Elementary Education, 22(1), pp. 65-77.

Claudya, Y., Ngadimin, dan Melvina. (2017). Perbedaan Prestasi Belajar

Mahasiswa Berdasarkan Jalur Masuk Jurusan Pendidikan Fisika Universitas

Syiah Kuala. Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika, 2(3), 321-

325.

Danim, S. (2011). Pengembangan Profesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Induksi, ke

Profesional Madani. Jakarta: Kencana.

Efiyana, R. (2013). Prestasi Belajar Menurut Jalur Masuk Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru Di Politeknik Kemenkes Jakarta II. Jurnal Jurusan

Biostatistik dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia.

Page 65: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

Firdaus, H. M, Widodo, A., dan Rochintaniawati, D. (2018). Analisis

Kemampuan Kreatif dan Proses Pengembangan Kemampuan Berpikir

Kreatif Siswa SMP pada Pembelajaran Biologi. Assimilation Indoneian

Journal of Biology Education, 1(1): 21-28.

Hadjar, I. (1996). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif dalam

Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Haryani, S., Prasetya A. T., dan Rusmawati, D. I. (2016). Pedagogical Content

Knowledge (PCK) Calon Guru dan Guru Kimia Pada Materi Buffer. Unnes

Science Educational Journal, 5(3), 1432-1439, ISSN: 2252-6617.

Hidayat, S. (2017). Pengembangan Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Irwanto, N., dan Sunarya, Y. (2016). Kompetensi Pedagogik. Sidoarjo: Genta

Group Production.

Izzan, A, dan Damaryadi, M. (2012). Membangun Guru Berkatakter. Bandung:

Humaniora.

Jabar, C. S. A. (2013). Pencapaian Keunggulan pada SMA Negeri dan Swasta

Berkategori Unggul di Kota Bandung. Artikel Ilmiah Dosen Jurusan

Administrsasi Pendidikan FIP UNY, ISSN: 1412-565X.

Jong, O, D., Driel, J, H, V., dan Verloop, N. (2005). Preservice Teacher’s

Pedagogical Content Knowledge of Using Particle Models in Teaching

Chemistry. Journal of Research in Science Teaching, 42(8), PP.947-964,

DOI 10.1002/tea.20078.

Juttner, M., Bone, W., Park, S., dan Neuhaus, B. J. (2013). “Development and

use of a instrumen to measure biology teacher’s content knowledge (CK)

and pedagogical content knowledge (PCK)”. Educ Asse Eval Acc, DOI

10.1007/s11092-013-9157-y.

Kadir. (2015). Stasistik Terapan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Kemendikbud. (2017). Data capaian nilai UN 2017

(https://jendela.data.kemdikbud.go.id/, diakses tanggal 24 September 2018).

Kemendikbud. (2017). Data hasil UKG 2017 (https://npd.kemdikbud.go.id/,

diakses tanggal 24 September 2018).

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017, November). Media Komunikasi

dan Inspirasi Jendela Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi XVII. Jakarta.

Khairunnisa, C. (2015). Faktor yang Mempengaruhi Kelulusan Mahasiswa

Program Studi Kedokteran Universitas Malikussaleh. Jurnal Penelitian

Ilmu-Ilmu Alam dan Teknik, 9(1), ISSN 1979-0236.

Page 66: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

Kunandar. (2007). Guru Profesional (Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru). Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada.

Kurnia, F., Zulherman, dan Fathurohman, A. (2014). Analisis Bahan Ajar Fisika

SMA Kelas XI di Kecamatan Indralaya Utara Berdasarkan Kategori Litersi

Sains. Jurnal Inovasi dan Pembelajaran Fisika, 1(1), 43-47, ISSN: 2355-

7109.

Kurnia, L. (2011). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan

Akademik Mahasiswa STAIN Batusangkar. Jurnal Sainstek, III(2), 97-111, ISSN: 2085-8019.

Kurniasih, I, dan Sani, B. (2015). Ragam Pengembangan Model Pembelajaran.

Tanpa Kota: Kata Pena.

Lestari, A. A. (2015). Pengembangan Pedagogical Content Knowledge (PCK)

Menggunakan Content Representation (CoRe) Framework pada Materi

Larutan Penyangga Terintegrasi Pendidikan Lingkungan Hidup dengan

Metode Inkuiri. Skripsi Pendidikan Kimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA

UNJ. Jakarta.

Londang, H, dan Palennari, M. (2010). Perbandingan Prestasi Akademik

Mahasiswa Jurusan Biologi Jalur PMJK/PMDK dengan SPMB. Bionature,

11(1), hlm: 50-53, ISSN: 1411-4720.

Lutfi, M., Sudirman, dan Pramitha, R. (2013). Sisi-Sisi Lain Kebijakan

Profesionalisme Guru. Malang: Universitas Brawijaya Press (UB Press).

Margono, S. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Mongi, C. E., dan Hatidjah, D. (2016). Perbandingan SMA Negeri dan Swasta

Berdasarkan Nilai Akreditasi dan Nilai Ujian Nasional Menggunakan Uji-t

di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Sains, 16(2), 91-97.

Mudlofir, A. (2012). Pendidik Profesional (Konsep, Strategi, dan Aplikasi dalam

Peningkatan Mutu Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.

Mulyasa. (2013). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Mulyasa. (2014). Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Munawaroh, F. (2015). Pengaruh Jalur Masuk Terhadap Prestasi Mahasiswa

Program Studi Pendidikan IPA pada Mata Kuliah Dasar Listrik Magnet.

Jurnal Pena Sains, 2(2), 72-78, ISSN: 2407-2311.

Musriadi. (2018). Profesi Kependidikan Secara Teoritis dan Afektif. Yogyakata:

CV Budi Utama.

Page 67: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

Newsome, J. G., dan Ledermen, N. G. (1999). Examining Pedagogical Content

Knowledge. Kluwer Academic Publisher: Dordrecht/ Boston/ London.

Nizam. (2016). Ringkasan Hasil-hasil Asesmen Belajar dari Hasil UN, PISA,

TIMSS, INAP. Artikel Ilmiah Hasil Seminar Puspendik Kementrian

Pendidikan dan Kebudayaan.

Nurdin, S. (2002). Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta:

Ciputat Press.

Nurgiyantoro, B., Gunawan, dan Marzuki. (2012). Statistik Terapan untuk

Penelitian Ilmu-ilmu Politik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nurhasanah, Purwati, dan Ahmad, H. (2018). Pengaruh Sistem Seleksi Masuk

Perguruan Tinggi Terhadap Indeks Prestasi Mahasiswa Jurusan Pendidikan

Matematika Universitas Papua (UNIPA). Prosiding Seminar Nasional, 3(1),

114-120, ISSN: 2443-1109.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 43 Tahun 2015

(http://jdih.kemendikbud.go.id/, diakses tanggal 24 September 2018).

Priansa, D. J. (2016). Pengembangan Strategi & Model Pembelajaran (Inovatif,

Kreatif, dan Prestatif dalam Memahami Peserta Didik). Bandung: CV

Pustaka Setia.

Purwaningsih, I., Mahanal, S., Prasetyo, T. I., dan Zubaidah, S. (2017). Pengaruh

Model Pembelajaran Biologi Reading-Concept Map-Numbered Heads

Together dan Gender terhadap Keterampilan Bepikir Kritis Siswa Kelas X

SMAN 10 Malang. Prosiding Seminar Pendidikan IPA Pascasarjana UM,

2, ISBN: 978-602-9286-22-9.

Purwanto, N. (2012). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ratnawulan, E., dan Rusdiana. (2015). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: C.V

Pustaka Setia.

Reksoatmodjo, T. N. (2007). Stasitika untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung:

PT. Refika Aditama.

Resbiantoro, G. (2016). Analisis Pedagogical Content Knowledge (PCK)

Terhadap Buku Guru SD Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan dan

Pembelajaran Anak Sekolah Dasar, 2(1), 114-121, e-ISSN: 2477-8486.

Retnaningtyas, S., Wiyono, B. B., dan Supriyanto, A. (2018). Perbedaan Motivasi

Belajar dan Prestasi Akademik antara Mahasiswa Bidikmisi dan Reguler.

Jurnal Manajemen dan Supervisi Pendidikan (JMSP), 2(3), 202-209, ISSN:

2541-4429.

Riadi, E. (2016). Statistika Penelitian. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Page 68: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

Riduwan. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: Alfabeta.

Rofa’ah. (2016). Pentingnya Kompetensi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran

dalam Perspektif Islam. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Rosyada, D., Suralaga, F., Arifin, Z., dan Berlianti, Y. (2015). Pedoman

Akademik Program Strata 1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta 2015/2016. Jakarta: UIN Jakrta.

Rustam, A., Kumalasari, E. D., dan Yunita, L. (2018). Staistika Pengukuran

Pendidikan (Analisis Menggunakan SPSS, Iteman, dan Lisrel). Bogor: PT. Ilham Sejahtera Persada.

Rusyan, T. (2014). Membangun Guru Berkualitas. Jakarta: PT. Pustaka

Dinamika.

Salam, B. (1997). Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu Mendidik). Jakarta:

PT. Rineka Cipta.

Saputra, K. E. A. (2016). Studi Komparatif Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan

Pendidikan Ekonomi Ditinjau dari Jalur Penerimaan Mahasiswa Baru Tahun

2011. Jurnal Jurusan Pendidikan Ekonomi (JJPE), 6(1), 1-10.

Saputro, S. P. (2013). Perbandingan Minat Belajar Antara Siswa Sekolah Negeri

dan Sekolah Swasta dalam Permainan Sepak Bola. Jurnal Pendidikan

Olahraga dan Kesehatan, 01(03), 672-676, ISSN: 2338-798X.

Saraswati, E. (2015). Perbedaan Hasil Belajar Laki-Laki dan Perempuan dalam

Mata Pelajaran Matematika Semester 2 Materi Sudut dan Pecahan

Kabupaten Sleman. Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP UNY.

Saudagar, F., dan Idrus, A. (2011). Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta:

GP Press.

Sayidani, A., Irianto, W. S. G., dan Fuady, M. J. (2016). Perbandingan Prestasi

Belajar Mahasiswa Lulusan SMA dan SMK Pada Prodi S1 Pendidikan

Teknik Informatika Universitas Negeri Malang. Jurnal Teknologi dan

Kejuruan, 39(2), 156-162.

Setiani, Y., dan Budiyono. (2010). Kemampuan Siswa SMP Negeri dan SMP

Swasta Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal-Soal Matematika Sekolah

Dasar. Artikel Ilmiah Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah

Purworejo.

Sholeh, A. N. (2006). Membangun Profesionalitas Guru (Analisis Kronologis

atas Lahirnya UU Guru dan Dosen). Jakarta: ELSAS Jakarta.

Shulman, L. S. (1987). Knowlegde and Teaching: Foundations of the New

Reform. Harvard Educational Review, 57(1), 1-20.

Page 69: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

Shulman, L. S. (1997). Professional Development: Learning From Experience.

Tanpa Kota: Jossey-Bass A Wiley Imprint.

Sofyan, A. (2016). Interest to be Teacher and Cumulative Grade Point Average

(CGPA) Analyzed by The Admissions Of UIN Jakarta. Journal of

Educational Muslim Society, 3(1), 107-120, P-ISSN: 2356-1416, e-ISSN:

2442-9848, DOI: 10.15408/tjems.v3il.3407.

Soraya, R. (2017). Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Kimia. Skripsi

Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta.

Jakarta.

Sudaryono. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Sugiharyanto, Widiastuti, A., dan Wibowa, S. (2013). Perbedaan Prestasi Belajar

Mahasiswa Jurusan IPS, FIS, UNY (Studi pada Mahasiswa Angkatan 2010

sampai dengan 2012). Laporan Penelitian Jurusan Pendidikan IPS Fakultas

Ilmu Sosial UNY.

Suharsaputra, U. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.

Bandung: PT. Refika Aditama.

Suherman, D. P., Purwianingsih, W., dan Diana, S. (2018). Analisis Hubungan

Self-efficacy dan Metakognitif terhadap Hasil Belajar Siswa SMA

Berdasarkan Gender pada Konsep Genetika. Assimilation Indonesian

Journal of Biology Education, 1(1): 14-20.

Suherman. (2013). Studi Tentang Pencapaian Hasil Belajar Mahasiswa Jurusan

Matematika FMIPA UNP Menurut Jalur Masuk. Prosiding Semirata

FMIPA Universitas Lampung, 505-508.

Sujanto, B. (2009). Cara Efektif Menuju Sertifikasi Guru. Depok: Raih Asa

Sukses.

Sukaesih, S., Ridlo, S., dan Saptono, S. (2017). Analisis Kemampuan

Technological Pedagogical and Content Knowledge (TPACK) Calon Guru

pada Mata Kuliah PP Bio. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Sains

UNS.

Sukiman. (2015). Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Sunardi, N. (2008). Perbandingan Prestasi Belajar Antara Siswa Sekolah Dasar

Unggulan dan Siswa Sekolah Dasar Non-Unggulan di Kabupaten Serang.

Jurnal Pendidikan Dasar, 1(9), 1-5.

Page 70: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

Suprananto, K. (2012). Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Suprihatinungrum, J. (2016). Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi Guru.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Surat Keputusan Rekor Nomor 10 Tahun 2015 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(http://lpm.uinjkt.ac.id/wp-content/uploads/2017/05/Lampiran-3-SK-

Rektor-No-10-thn-2015-ttg-Pedoman-Pengembangan-Kurikulum-UIN-

SYarif-Hidayatullah-Jakarta.pdf, diakses tanggal 24 Sepetmber 2018).

Suryani dan Hendrayadi. (2015). Metode Riset Kuantitatif Teori dan Aplikasi Pada Penelitian Bidang Manajemen dan Ekonomi Islam. Jakarta:

Prenadamedia Group.

Sutrisno, S. (2017). Teacher’s Belief dalam Pembelajaran Matematika dan Faktor-

faktor yang Mempengruhinya. Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika

(JPPM), 10(2), 1-7.

Suwena, K. R. (2017). Jalur Penerimaan Mahasiswa Baru Bukan Penentu Prestasi

Belajar Mahasiswa. Ekuitas Jurnal Pendidikan Ekonomi, 5(2), 1-69.

Suyanto dan Jihad, A. (2013). Menjadi Guru Profesional (Strategi Meningkatkan

Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global). Jakarta: Esensi Eralangga

Group.

Trianggono, M. M., dan Yuanita, S. (2018). Karakteristik Keterampilan Berpikir

Kreatif dalam Pemecahan Masalah Fisika Berdasarkan Gender. Jurnal

Pendidikan Fisika dan Keilmuan (JPFK), 4(2), 98-106, ISSN: 2442-904X,

DOI: 10.2572/jpfk.v4i2.2980.

Tritiyatma, Putri, G., Hayatunnufus, R., dan Paristiowati, M. (2016).

Pengembangan Pedagogical Content Knowledge (PCK) Calon Guru Kimia

Menggunakan Content Representation (CoRe) Framework dan Pedagogical

and Professional-Experience Repertoires (Pap-eRs) Pada Pembelajaran

Larutan Penyangga dan Reaksi Reduksi-Oksidasi (Redoks). Prosiding

Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya Jurusan Kimia FMIPA

Universitas Negeri Surabaya, B-(55-64), ISBN: 978-602-0951-12-6.

Usman. (2015). Analisis Perbandingan Prestasi Belajar Fisika Dasar Mahasiswa

Berdasarkan Jalur Penerimaan Mahasiswa Di Jurusan Fisika Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar.

Jurnal Sains dan Pendidikan Fisika (JSPK), 11(1), 40-48, ISSN: 1858-

330X.

Windarto, A. (2016). Deskripsi Pedagogical Content Knowledge Guru pada

Materi Aljabar Kelas VII di SMP Kecamatan Bringin. Artikel Skripsi

Pendidikan Matematika FKIP Univeritas Kristen Satya Wacana. Salatiga.

Page 71: HUBUNGAN KEMAMPUAN PEDAGOGICAL CONTENT …

Wiyarsi, A.,Hendayana, S., Firman, H., dan Anwar, S. (2015). Pengembangan

Curriculum Knowledge Calon Guru Melalui Analisis Konten Kimia

Konteks Kejuruan. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains Tahun III,

3(1), 30-38.

Yamin, M. (2006). Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: GP Press.

Yulianto, A. (2010). Dapatkah Prestasi Akademik Mahasiswa diprediksi dari

Kecerdasan Umum Non-Verbal?. Arikel Ilmiah Psikologi Untuk

Kesejahteraan Masyarakat Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 273-

283.

Yuniarti. (2017). Perbadingan Prestasi Belajar Mahasiswa Laki-laki dan

Mahasiswa Perempuan pada Mata Kuliah Matematika I Angkatan 2014-

2016 Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar. Skripsi Pendidikan Guru

Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Makassar.