hubungan kemampuan berpikir kreatif siswa …
TRANSCRIPT
HUBUNGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
SISWA DENGAN HASIL BELAJAR IPA SISWA
KELAS IV MI RAUDHATUL JANNAH JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk
Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd)
Oleh
Rizka Muzayyinatul Jannah
NIM 1110018300083
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017
i
ABSTRAK
Rizka Muzayyinatul Jannah, Hubungan Antara Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa dengan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV MI Raudhatul
Jannah Jakarta. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kemampuan berpikir
kreatif siswa dengan hasil belajar IPA siswa kelas IV MI Raudhatul Jannah Jakarta pada
materi kerangka manusia. Metode penelitian yang digunakan adalah Korelasional.
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Random Sampling. Sampel penelitian
berjumlah 30 siswa. Dalam penelitian ini, pengambilan data dilakukan dengan cara
teknik tes berupa tes hasil belajar, dan tes kemampuan berpikir kreatif . Hipotesis yang
diajukan dalam peneltian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara
kemampuan berpikir kreatif siswa dengan hasil belajar IPA siswa pada materi kerangka
manusia.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan
antara kemampuan berpikir kreatif siswa dengan hasil belajar IPA siswa kelas IV MI
Raudhatul Jannah Jakarta pada materi kerangka manusia. Dengan persamaan regresi Yˆ =
29,848 + 0,835 X1, diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,900 dan nilai koefisien
determinasi sebesar 0,809, atau variansi hasil belajar IPA 80,9% dapat dijelaskan oleh
variabel kemampuan berpikir kreatif..
Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kreatif, Hasil Belajar
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, tiada kata yang lebih pantas untuk mengungkapkan rasa Puji
dan Syukur penulis terhadap kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala
rahmat, kemudahan serta kelancaran kepada penulis dalam menyelesaikan studi di
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) seiring dengan selesainya tugas akhir ini. Sholawat serta salam
tak lupa penulis haturkan kepada junjungan besar nabi Muhammad SAW.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak terlepas
dari bantuan, bimbingan serta doa dari orang-orang yang ada dalam kehidupan
penulis. Tiada hal yang paling indah yang bisa penulis berikan selain ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya terhadap pihak-pihak yang telah membantu
serta untaian doa yang penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa akan
membalas semua kebaikan yang telah penulis dapatkan. Pada kesempatan ini,
penulis akan mengucapkan rasa terima kasih tersebut kepada:
1. Ayah H. Komari dan Ibu Umi Khaedaroh, S.Ag, sebagai penyemangat dan
motivasi bagi penulis, terima kasih atas dukungan, motivasi, kepercayaan,
pengertian dan bantuan baik secara moril maupun materi, terlebih lagi atas doa
dan kasih sayang yang ayah dan ibu senantiasa tak pernah henti panjatkan dan
curahkan kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan perjuangan ini.
Rasa terima kasih juga penulis ucapkan kepada kakak-kakak tersayang Riana,
Riani, Riandar, dan Rizal atas dukungan dan doa yang tulus kepada penulis.
2. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan
3. Dr. Khalimi, MA sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah dan Bapak Asep Ediana Latip, M.Pd sebagai Sekretaris Program
Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dan seluruh jajaran staf Jurusan.
4. Dr. Khalimi, MA sebagai Dosen Pembimbing yang juga telah memberikan
bimbingan, saran, kritik, dukungan serta motivasi kepada penulis dari awal
penyusunan tugas ini hingga akhir.
iii
5. Bapak Dr. Marzuki Mahmud, M. Ag dan Ibu Siti Masyitoh, M. Pd atas semua
kritik dan saran yang diberikan kepada penulis selama ujian skripsi.
6. Subur Hussein, S. Ag selaku Kepala MI Raudhatul Jannah serta guru-guru dan
siswa-siswa kelas IV yang telah membantu penulis dalama melakukan studi
penelitian untuk menyelesaikan karya ini
7. Partner dan sahabat seperjuangan Puguh Apria Rantau, Ari Mulyasari dan
Megatari Gumilar, terima kasih telah menjadi pelipur lara di tengah-tengah
penyusunan tugas akhir ini, terima kasih juga atas dukungan, bantuan, motivasi
dan doa yang tulus tiada henti kalian berikan kepada penulis.
8. Kakak-kakak, teman-teman “Soul Spectra”, dan adik-adik di keluarga besar
Pojok Seni Tarbiyah (POSTAR), terkhusus untuk Amalia Husein, Fikri Abet,
Nur Asih, Nurul Uyun, Repika, Annisa Rizkiana terima kasih telah menjadi
warna dan membawa keceriaan kepada penulis selama masa studi penulis,
terima kasih juga atas semangat, dukungan dan doa yang telah kalian berikan
kepada penulis.
9. Seluruh kawan-kawan seperjuangan di PGMI B 2010 yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu, khususnya kepada Rosa Indah Pratiwi, Resty Meidiana,
Della Triwidiastuti, Djehan Nur Mulyani, Risa Afriyanti, Tri Astuti
Nurhidayah, Intan Kartika, Istiqomah dan Siti Khodijah terima kasih telah
menjadi bagian dari cerita penulis selama masa studi, terima kasih juga atas
bantuan, saran, kritik, semangat, motivasi serta doa untuk penulis, semoga kita
semua bisa berjumpa kembali dengan membawa cerita kesuksesan masing-
masing, AAMIIN
10. Keluarga “Uncanny” family, Irfana Fadya, Mutia Rizki Amalia, Novi
Nazmi Kartika, Fitri Apriliana, Meita Ariani, dan Dian Noviyanti terimakasih
atas dukungan, motivasi, saran dan kritik serta doa tulus kepada penulis selama
menyelesaikan tugas akhir ini
Penulis hanya bisa mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materi
dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Untaian doa dan harapan senantiasa penulis
iv
panjatkan kepada Allah Swt agar membalas semua kebaikan-kebaikan yang telah
diberikan kepada penulis.
Besar harapan penulis semoga karya ini mampu memberikan manfaat bagi
yang membaca serta semua ilmu dan perjuangan yang telah penulis dapatkan dan
selesaikan menjadi sebuah pengingat bagi penulis untuk tetap bersyukur dan
nantinya akan penulis aplikasikan dalam kehidupan penulis di kemudian hari.
Saran dan kritik juga senantiasa penulis terima sebagai perbaikan untuk menjadi
lebih baik.
Jakarta, 2017
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................. 7
C. Pembatasan Masalah ................................................................. 8
D. Perumusan Masalah ................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian ....................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori ................................................................................ 10
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................... 31
C. Kerangka Berpikir ..................................................................... 31
D. Hipotesis Penelitian ................................................................... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 34
B. Metode Penelitian ..................................................................... 36
C. Populasi dan Sampel ................................................................. 36
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 37
E. Instrumen Penelitian ................................................................. 37
F. Teknik Analisis Data ................................................................... 43
G. Hipotesis Statistik …………………………………………….. 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ........................................................................ 48
B. Pengujian Hipotesis ............................................................... 49
vi
C. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................... 50
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................. 51
B. Saran ....................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Madrasah Ibtidaiyah (MI) merupakan lembaga pendidikan formal yang
berperan penting dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta
didik. Untuk itu pengembangan potensi peserta didik dilakukan melalui
proses belajar mengajar. Dalam hal ini pendidik sebagai fasilitator dan
mediator bagi peserta didik dalam menemukan informasi-informasi baru.
Untuk menciptakan pembelajaran yang diharapkan dapat memenuhi tujuan
pembelajaran, maka diperlukan tenaga pendidik yang berkompeten.
Tentunya, dalam hal ini penggunaan metode-metode dalam proses
pembelajaran merupakan hal yang penting demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
Menurut Permen Diknas No.23 tahun 2006, tujuan pendidikan dasar
ditingkat SD/MI adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut.1
Untuk mewujudkan itu semua,
pemerintah telah menetapkan serangkaian prinsip penyelenggaraan
pendidikan di MI yang diharapkan dapat mewujudkan seluruh cita-cita di
atas, sehingga MI dapat menjalankan fungsi utamanya sebagai lembaga
pendidikan yang dapat melahirkan generasi penerus yang religious, cerdas,
dan memiliki kepribadian.
Dalam Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), pembelajaran di
tingkat MI harus diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi, peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
1 UU RI No. 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta, Departemen Pendidikan
Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, 2003), hal. 1
2
didik.2
Berdasarkan pertimbangan itu, pembelajaran di MI harus
menitikberatkan pada proses pembelajaran berdasarkan pengalaman siswa
sendiri melalui interaksi dengan obyek, fenomena, dan interaksi dengan
lingkungannya, sehingga dapat mengembangkan seluruh aspek
perkembangan siswa yang sesuai dengan tahapan perkembangannya.
Selanjutnya menurut Undang-Undang RI No.20 pasal 40 ayat 2 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berbunyi: Guru dan tenaga
kependidikan berkewajiban: 1. Menciptakan suasana pendidikan yang
bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis; 2. Mempunyai
komitmen secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan; 3.
Member teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, kedudukan sesuai
dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.3
Dari landasan-landasan tersebut, diketahui bahwa peserta didik MI
dituntut untuk memiliki kecakapan-kecakapan setelah melalui proses
pembelajaran namun dalam hal ini seorang pendidik juga berkewajiban untuk
membimbing peserta didik dalam melaksanakan proses belajar. Pendidik
harus menciptakan suasana belajar yang nyaman bagi peserta didik agar
mereka mampu memahami pelajaran dengan baik dan tidak hanya mampu
dalam menghafal semua materi pelajaran, namun pendidik juga harus
membuat peserta didik mampu berpikir kreatif serta mandiri. Pendidik dan
peserta didik dalam hal ini saling berhubungan dan saling mempengaruhi
untuk dapat mewujudkan tujuan pendidikan itu sendiri.
Hasil belajar merupakan hasil akhir dari proses belajar yang berupa
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang tergolong dalam perubahan
tingkah laku dalam ranah kognitif, afektif, psikomotorik. Salah satu alat ukur
hasil belajar adalah dari kemampuan kognitifnya. Ranah kognitif
menunjukkan pada tujuan pendidikan yang terarah pada kemampuan-
kemampuan intelektual, kemampuan berpikir dan kecerdasan yang dicapai.
2 Badan Standar Nasiional Pendidikan tentang Standar Proses h. 5
3 Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional), (Bandung: Fokus Media,
2010, Edisi Revisi, h. 19
3
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi dan rendahnya
prestasi belajar siswa, termasuk di dalamnya faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor-faktor tersebut seringkali menjadi penghambat dan
pendukung keberhasilan siswa. Kreativitas merupakan faktor internal dalam
diri siswa yang dapat mendukung dan menghambat prestasi belajar, dalam hal
ini adalah pada mata pelajaran IPA.
Berdasarkan hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa terdapat 6
(enam) faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu (1) Faktor
psikologi siswa (27,54%), (2) Faktor lingkungan masyarakat (10,18%), (3)
Faktor lingkungan keluarga (8,70%), (4) Faktor pendukung belajar (6,98%),
(5) Faktor lingkungan keluarga (6,50%), (6) Faktor waktu sekolah (6,23%).
Faktor yang memberikan kontribusi paling besar yaitu faktor psikologi siswa
sebesar 27,54 % dan faktor dengan kontribusi paling kecil yaitu faktor waktu
sekolah sebesar 6,23%.4
Dari data-data tersebut menunjukkan bahwa kreativitas atau kemampuan
berpikir kreatif menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan hasil belajar
siswa . Selanjutnya, untuk dapat meningkatkan kreativitas siswa dalam proses
pembelajaran, salah satunya adalah dengan menggunakan metode yang
inovatif dan tidak monoton.
Berpikir adalah aktivitas mental untuk merumuskan pengertian,
mensintesis, menarik kesimpulan rasional tentang apa yang diperbuat atau
diyakini. Peserta didik yang mempunyai kemampuan berpikir kreatif berarti
peserta didik tersebut telah mempunyai kreativitas dan peserta didik yang
mempunyai kreativitas berarti mempunyai aktivitas yang cukup tinggi.
Aktivitas belajar merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh seorang
peserta didik dalam konteks belajar untuk mencapai tujuan. Tanpa ada
aktivitas, maka proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Aktivitas
peserta didik dalam proses pembelajaran tidak hanya mendengarkan dan
mencatat saja, tetapi semakin banyak aktivitas yang dilakukan peserta didik
4 Dana Ratf Suward, "Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar....", Economic
Education Analysis Journal Vol. 2, 2012, h.1
4
dalam belajar, maka kreativitas peserta didik akan semakin terlihat dan proses
pembelajaran yang terjadi akan semakin baik.
Sebuah hasil penelitian dalam jurnal pembelajaran IPA, diketahui hasil
penelitian dari hubungan kemampuan berpikir kreatif dengan hasil belajar
IPA disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
kemampuan berpikir kreatif dengan hasil belajar siswa sebesar 0,541. 5
Selanjutnya dalam sebuah hasil penelitian menunjukkan adanya
peningkatan kreativitas siswa pada pembelajaran IPA melalui pendekatan
Open-Ended dilihat dari presentase: (1) siswa sering mengajukan pertanyaan
yang baik dan berbobot dari 18,75% meningkat menjadi 75,00% (2) siswa
mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu dari 25%
menjadi 78,13%; (3) siswa mampu mengajukan pemikiran, gagasan
pemecahan masalah yang berbeda dari orang lain meningkat dari 15,63%
menjadi 71,88%.6
Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar bisa dipengaruhi oleh
kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki siswa dan dengan siswa memilik
Berawal dari pengamatan yang telah penulis lakukan mengenai
pembelajaran yang terjadi di sekolah-sekolah. Penulis menemukan beberapa
masalah terkait dunia pendidikan sekarang. Hambatan-hambatan dalam
proses pembelajaran yang dating dari pendidik, peserta didik, maupun
lembaga pendidikan itu sendiri.
Berdasarkan observasi yang telah penulis lakukan di MI Raudhatul
Jannah, pembelajaran yang banyak dilakukan oleh guru-guru di MI tersebut,
mayoritas dilakukan dengan metode yang konvensional,guru banyak
melakukan pembelajaran khusunya dalam penyampaian materi kepada
peserta didik dilakukan dengan metode ceramah dan pemberian tugas, hal ini
tentunya membuat aktivitas di dalam kelas menjadi monoton. Beberapa faktor
yang membuat hal demikian terjadi diantaranya adalah, kurangnya tenaga
5 Liesa, Arisa S, Undang Rosidin, dkk. Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif dan
Motivasi dengan Hasil Belajar melalui Model PBL. (dalam Jurnal Pembelajaran IPA)
6 Enggi, Erawati. Skripsi yang berjudul Peningkatan Kreativitas siswa pada Pembelajaran
melalui Pendekatan Open-Ended. 2015
5
pendidik yang memiliki kualifikasi yang sesuai dengan bidang pendidikan
guru MI, kemudian mayoritas guru di MI tersebut termasuk guru senior, yang
mana kurang bisa mengembangkan kompetensi pedagogik nya, sehingga
hanya terpaku pada metode-metode pengajaran yang biasa. Selanjutnya yang
terjadi adalah prasarana yang kurang memadai untuk menunjang kegiatan
pembelajaran serta kurang adanya program peningkatan kualitas mengajar
guru yang dilakukan secara internal sekolah.
Dari pengamatan yang telah penulis lakukan dalam proses pembelajaran,
masih ada pendidik yang kurang berkompeten dalam menjalankan tugasnya
sebagai pendidik. Contohnya, seperti minimnya penggunaan metode
pembelajran yang tidak variatif, serta penguasaan materi yang kurang
menyeluruh. Pendidik kebanyakan minim informasi mengenai hal-hal yang
dapat meningkatkan kualitas nya dalam mengajar. Selanjutnya hambatan dari
peserta didik salah satunya adalah rasa antusiasme yang kurang dalam
mengikuti proses pembelajaran, hal ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor.
Selanjutnya, adakalanya dalam proses pembelajaran, peserta didik hanya
menerima informasi dari pendidik tanpa dibimbing untuk dapat menemukan
sendiri dan memecahkan suatu permasalahan. Lembaga pendidikan juga
memiliki peran penting dalam proses mengembangkan potensi peserta didik.
Terkait dengan hal ini, lembaga menjadi fasilitator dalam keberlangsungan
proses pembelajaran, namun beberapa lembaga masih kurang dalam
ketersediaannya fasilitas yang memadai dalam menunjang proses
pembelajaran itu sendiri. Selanjutnya, hasil belajar peserta didik pada
beberapa mata pelajaran khusunya IPA dirasa kurang maksimal memenuhi
KKM yang sudah ditentukan.
Dengan tujuan pendidikan yang begitu spesifik, seharusnya bisa
diwujudkan secara optimal melalui lembaga pendidikan formal yang di
dalamnya melibatkan pendidik, peserta didik serta aspek-aspek lain dalam
lembaga pendidikan tersebut yang harus saling terkait. Seperti yang diketahui
bersama, terdapat tiga ranah yang harus dikembangakan dalam diri peserta
didik yaitu ranah kognitif, affektif, dan psikomotorik. Masing-masing ranah
6
tersebut memiliki tingkatan-tingkatan keterampilan yang harus dimiliki atau
dicapai oleh peserta didik. Jika penulis melihat dari pengamatan, kebanyakan
lembaga pendidikan lebih memfokuskan pada ranah kognitif yang berkaitan
dengan hasil belajar. Orientasi pada hasil belajar lebih mengedepankan
kepada angka-angka atau nilai akhir pada ujian dan raport yang harus
memenuhi standar nilau yang sudah ditentukan.
Salah satu mata pelajaran yang menuntut sistwa untuk terlibat aktif
membangun kebermaknaan antar obyek, fenomena, pengalaman dan
lingkungan adalah ilmu pengetahuan alam (IPA). IPA merupakan ilmu yang
berperan penting dalam memajukan daya pikir manusia dalam memecahkan
masalah kehidupan, karena pada dasarnya IPA adalah ilmu yang mempelajari
cara mencari tahu tentang alam semesta dan segala isinya secara sistematis.
IPA merupakan mata pelajaran yang sangat berguna bagi kehidupan siswa,
selain untuk mengetahui segala sesuatu yang adal dalam semesta ini, IPA
juga dijadikan suatu wahana bagi peserta didik untuk mempelajari tentang
diri sendiri dan cara menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Akan
tetapi, kenyataannya sebagian besar peserta didik menafsirkkan IPA sebagai
pelajaran yang tidak menarik. Tidak dapat dipungkiri, sebagian besar peserta
didik pada setiap jenjang pendidikan, khusunya pada tingkat SD/MI tidak
menyukai belajar IPA. Ketidaksukaan peserta didik tersebut dipengaruhi oleh
beberapa hal, diantaranya adalah karena mereka menganggap IPA sebagai hal
yang sulit dipahami.
IPA merupakan mata pelajaran yang sangat berguna bagi kehidupan
pesrrta didik, selain untuk mengetahui segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini, IPA juga dijadikan suatu wahan bagi peserta didik untuk
mempelajari tentang diri sendiri dan cara menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar. Oleh karena itu, proses pembelajaran IPA di MI/SD perlu
diupayakan strategi pembelajaran aktif yang mampu memberikan kondisi
kepada peserta didik untuk mengembangkan dan memahami konsep-konsep
yang dipelajari sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
7
Dari permasalahan-permasalahan tersebut, penulis melihat bahwa semua
komponen dalam proses pembelajaran harus saling terkait dan berhubungan
satu sama lain. Peserta didik membutuhkan tempat atau media untuk
menggali potensinya, untuk itu mereka membutuhkan seorang tenaga
pendidik yang dianggap mampu memenuhi semua keingintahuan dari peserta
didik. Seorang pendidik dalam melakukan pengajaran atau membantu peserta
didik dalam mengembangkan potensinya membutuhkan pendekatan-
pendekatan dan cara-cara yang sekiranya dapat membantu memudahkan
peserta didik memahami materi pelajaran dan agar proses pembelajaran yang
dilakukan terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik secara baik.
Kemudian dalam proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik
memerlukan fasilitas sebagai penunjang dalam melakukan pembelajaran agar
lebih optimal. Dalam hal ini, lembaga pendidikan atau sekolah membantu
dalam penyediaan sarana dan prasarana yang dapat menunjang proses
pembelajaran demi tercapainya tujuan yang diinginkan. Sejalan dengan itu,
sekolah memerlukan tenaga pendidik untuk menghasilkan lulusan-lulusan
yang memiliki keterampilan-keterampilan guna melaksanakan tugas sebagai
agen perubahan bagi bangsa.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa dengan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV MI Raudhatul Jannah”
B. Identifikasi Masalah
Masalah yang diidentifikasi sesuai dengan latar belakang yang
dipaparkan di atas adalah sebagai berikut:
1. Pendidik kurang menggunakan pembelajaran yang bervariasi sehingga
siswa mudah jenuh dalam menerima pelajaran
2. Pendidik kurang memiliki wawasan yang terkait dalam pengembangan
diri sebagai seorang pendidik
3. Pendidik kurang memahami cara mengaplikasikan strategi pembelajaran
aktif pada proses pembelajaran IPA
8
4. Orientasi pada hasil belajar masih terpaku pada nilai ujian atau raport,
padahal terdapat keterampilan-keterampilan lain yang harus dimiliki oleh
peserta didik selain mendapatkan nilai bagus, salah satu nya adalah
kreatifitas
5. Peserta didik kurang antusias dan potensi nya kurang digali dalam proses
pembelajaran
6. Kurangnya kesadaran bahwa segala komponen dalam proses
pembelajaran memiliki keterkaitan dan saling menunjang satu sama lain
7. Hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran IPA khusunya kurang
memenuhi standar KKM yang sudah ditentukan
C. Pembatasan Masalah
Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka penulis
membatasi pada masalah kemampuan berpikir kreatif siswa serta hasil belajar
IPA siswa kelas IV.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah dibatasi sebagaimana di atas, maka
perumusan masalah yang diajukan adalah “Apakah terdapat hubungan yang
signifikan dan positif antara kemampuan berpikir kreatif siswa dengan hasil
belajar IPA siswa kelas IV?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
kemampuan berpikir kreatif siswa dengan hasil belajar IPA siswa kelas IV.
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Secara
umum, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan
9
dalam dunia pendidikan. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi
pertimbangan bagi pendidik untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
mampu mengembangkan potensi peserta didik dengan baik. Penulis juga
berharap hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai data awal untuk
kepentingan penelitian-penelitian mengenai pendidikan selanjutnya.
10
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori
1. Berpikir Kreatif dalam Sains
a. Konsep Berpikir Kreatif
Betapa pentingnya kreativitas dalam pengembangan sistem
pendidikan yang ditekankan dalam UU RI Nomor 2 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Yakni pasal 8 ayat 2 bahwa “warga negarra
yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh
perhatian khusus.” . Dalam GBHN tahun 1993 juga dinyatakan bahwa
pengembangan kreativitas hendaknya dimulai pada usia dini, yaitu
dilingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dan dalam
pendidikan pra-sekolah.7
Pada setiap tahap perkembangan anak dan pada sampai jenjang
pendidikan. Mulai dari pendidikan pra-sekolah sampai pendidikan di
perguruan tinggi, bahwa kreativitas perlu dipupuk, dikembangkan serta
ditingkatkan disamping mengembangkan kecerdasan dan cirri-ciri lain
yang menunjang pembangunan.
Ditinjau dari sudut etimologi, kreativitas berasal dari bahasa
Inggris yaitu to create, yang artinya mencipta. Sedangkan menurut Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional dalam Kamus Bahasa Indonesia
mengartikan kreativitas sebagai “kemampuan untuk mencipta, daya
cipta.”8
Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh pakar
pendidikan berdasarkan sudut pandang masing-masing. Perbedaan dalam
sudut pandang ini menghasilkan berbagai definisi kreativitas dengan
7 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
Cet.4, h.16
8 Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi ketiga, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h.599
11
penekanan yang berbeda-beda. Menurut Baron (1982), kreativitas adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu hal yang baru.9
Dalam buku Muhammad Ali yang berjudul Psikologi Remaja,
dijelaskan "menurut Winkel, dalam kreativitas berpikir atau berpikir
kreatif, kreativitas merupakan tindakan berpikir yang menghasilkan
gagasan kreatif atau cara berpikir yang baru, asli, independen, dan
imajinatif. Kreativitas dipandang sebuah proses mental. Daya
kreativitas menunjuk pada kemampuan berpikir yang lebih orisinal
dibanding dengan kebanyakan orang lain." 10
Selanjutnya Ngalim Purwanto menjelaskan dalam buku Psikologi
Pendidikan, yaitu "menurut Guilford (1970), bahwa “kreativitas mengacu
pada kemampuan yang menandai cirri-ciri seorang kreatif.”"11
Yakni
dengan berpikir untuk mencari berbagai alternative jawaban terhadap suatu
persoalan (divergen) bukan berpikir bahwa hanya ada satu jawaban yang
benar (konvergen).
Dalam buku yang sama karya Muhammad Ali, dijelaskan bahwa
Rogers mendefinisikan kreativitas sebagai suatu proses munculnya hasil-
hasil baru ke dalam suatu tindakan. Kreativitas ini juga dapat terwujud
dalam suasana kebersamaan. Selanjutnya dijelaskan juga menurut
Drevdahl, kreativitas diartikan sebagai kemampuan untuk memproduksi
komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat berwujud aktivitas
imajinatif atau sintesis yang mungkin melinatkan pembentukan pola-pola
baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan
yang sudah ada pada situasi sekarang.12
Berdasarkan berbagai definisi kreativitas, Rhodes (1961)
mengelompokkan kreativitas kedalam empat dimensi atau lebih dikenal
9 Muhammad Ali, dkk., Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2004), Cet. 1, h.41
10 Ngalim Purwanto M, Psikologi Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hal.
513- 514
11 ibid. 12 op. cit. Muhammad Ali
12
dengan The Four P’s of Creativity, antara lain process, product, person dan
press.13
Dimensi process melihat kreativitas sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh seseorang berlangsung sejak dari mulai tumbuh sampai
dengan berwujudnya suatu perilaku kreatif. Dalam hal ini, memberikan
kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif
dengan tidak merugikan orang lain atau lingkungannya.
Dimensi product, menekankan pada hasil karya seseorang. Baik
yang sama sekali baru maupun kombinasi karya-karya lama sehingga
menghasilkan sesuatu yang baru. Selain itu hendaknya pendidik
menghargai produk kreativitas dengan mempertunjukkan dan
mengkomunikasikannya dengan orang lain sehingga akan lebih
menggugah minat untuk lebih berkreasi.
Dimensi person, memandang bahwa karakteristik kreatif sesorang
lebih mengacu kepada kemampuan individu itu sendiri. Atau berdasarkan
dari segi cirri-ciri individu yang menandai kepribadian orang kreatif atau
yang berhubungan dengan kreativitas.
Untuk dimensi press, penekanannya pada faktor dorongan.
Dorongan tersebut baik dari internal diri sendiri berupa keinginan dan
hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, juga dorongan
secara eksternal dari lingkungan social dan psikologisnya.
Menurut Elizabeth Hurlock (seorang pakar psikologi
perkembangan anak), "kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk
menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pad dasarnya
baru dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Ia dapat berupa kegiatan
imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan perangkuman. Ia
mungkin mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang
diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan pencangkokan hubungan lama
ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru. Ia
13 Fakultas Psikologi UPI Y.A.I, Portofolio Psikologi Kognitif, (Jakarta, 2002)
13
harus mempunya maksud atau tujuan, bukan fantasi semata, walaupun
merupakan hasil yang sempurna lengkap. Ia mungkin dapat bebentuk
produk seni, kesusastraan, produk ilmiah, atau mungkin bersifat prosedural
atau metodologis.14
Kreativitas dapat terbina melalui proses berpikir. Berpikir
merupakan proses dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau
jalannya. Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga
langkah, yakni pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan
penarikan kesimpulan.15
Menurut De Bono (dalam "Kreativitas Siswa dan Perilaku dalam
Tes" oleh Purwanto), "berpikir dibedakan menjadi 2 tipe, yakni berpikir
lateral dan berpikir vertical. Berpikir lateral merupakan kecenderungan
menemukan gagasan baru dalam berpikir untuk mencari ide yang
bervariasi. Dalam berpikir lateral, pemikirannya menyimpang dari jalan
yang telah dirintis sebelumnya. Berpikir vertical yakni menghubungkan
dengan membangun ide serta meneliti ide itu semua secara terurut
sehingga menjadi criteria gagasan yang objektif. Berpikir vertical memilih
pendekatan yang paling menjanjikan untuk setiap masalah, sementara
berpikir lateral menghasilkan banyak alternative gagasan untuk mencari
solusi suatu masalah. Berpikir kreatif adalah perpaduan antara berpikir
lateral dan berpikir vertical."16
Dalam buku yang sama, selanjutnya dijelaskan "menurut Sarwono,
kegiatan berpikir terbagi menjadi dua, yaitu berpikir asosiatif (tidak
terarah) dan berpikir terarah. Berpikir asosiatif adalah proses berpikir
dimana suatu ide menstimulus timbulnya ide baru. Jalan pikiran tidak
ditentukan atau diarahkan sebelumnya, sehingga ide-ide timbul secara
bebas. Yang termasuk dalam berpikir ini adalah asosiasi bebas, asosiasi
14 Hurlock, Elizabeth B, (2002). Perkembangan Anak Jilid 2 (Meitasari Tjandrasa.
Terjemahan) (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 4
15
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 54-
55
16
Moshe Barak, dkk., Using Portofolios to Enhance Creative Thingking, dalam
www.scholar.lib.vt.edu/ejourney/summer_fall_2000/pdf. , 30 Januari 2007
14
terkontrol, melamun, mimpi, dan berpikir artistic. Berpikir terarah adalah
proses berpikir yang sudah ditentukan sebelumnya dan diarahkan pada
sesuatu pemecahan persoalan. Yang termasuk dalam berpikir jenis ini
adalah berpikir kritis dan berpikir kreatif. Kemampuan berpikir inilah yang
menghasilkan kreativitas berpikir".17
Selanjutnya Hamzah B. Uno menjelaskan dalam bukunya "Model
Pembelajaran", Woolfolk menjelaskan bahwa keterampilan berpikir kreatif
“adalah suatu keterampilan seseorang dalam menggunakan proses
berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide baru, konstruktif, dan baik
berdasarkan konsep-konsep, prinsip-prinsip yang rasional, maupun
persepsi dan intuisi.”18
Purwanto juga menjelaskan dalam bukunya bahwa "kreativitas
berpikir atau berpikir kreatif adalah kreativitas sebagai proses dan berpikir
dilakukan secara terarah. Dalam berpikir kreatif, kreativitas merupakan
tindakan berpikir yang menghasilkan gagasan kreatif atau cara berpikir
yang baru, asli, independen, dan imajinatif. Kreativitas juga dipandang
sebuah proses mental. Daya kreativitas menunjuk pada kemampuan
berpikir yang lebih orisinil dibandingkan dengan kebanyakan orang
lain".19
Dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah kemampuan
berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak
kemungkinan jawaban (berpikir divergen) terhadap suatu masalah dimana
penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan beragam jawaban.
Semakin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap
suatu masalah maka semakin kreatif seseorang. Tentunya jawaban yang
dikemukakan harus sesuai dengan masalahnya.
17 Purwanto, Kreativitas Berpikir Siswa dan Perilaku dalam Tes, (Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan No. 055: Juli 2005), h.513
18
Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran…., h. 134
19
Purwanto, Kreativitas Berpikir Siswa dan Perilaku dalam Tes, Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan, (Jakarta: LIPI, 2005)
15
b. Karakteristik Siswa yang Kreatif
Secara operasional, kreativitas dirumuskan sebagai
kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan
(fleksibilitas), dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, dan merinci) suatu
gagasan. Torrance (1981) mengemukakan karakteristik kreativitas
sebagai berikut:20
1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar
2) Tekun dan tidak mudah bosan
3) Percaya diri dan mandiri
4) Merasa tertantang oleh kemajemukan atau kompleksitas
5) Berani mengambil resiko
6) Berpikir divergen.
Disisi lain, Utami Munandar mengemukakan cirri-ciri kreativitas
sebagai berikut:21
1) Senang mencari pengalaman baru
2) Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit
3) Memilki inisiatif
4) Memiliki ketekunan yang tinggi
5) Cenderung kritis terhadap orang lain
6) Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya
7) Selalu ingin tahu
8) Peka atau perasa
9) Enerjik dan ulet
10) Menyukai tugas-tugas yang majemuk
11) Percaya kepada diri sendiri
12) Mempunyai rasa humor
13) Memiliki rasa keindahan
20 Muhammad Ali, Psikologi Remaja “Perkembangan Peserta Didik”, h. 53
21
ibid, h. 52
16
14) Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi
Kreativitas berhubungan dengan faktor-faktor kognitif dan afektif.
Faktor-faktor tersebut diperlihatkan dalam cirri-ciri aptitude dan
non aptitude dari kreativias. Adapun cirri-ciri aptitude yang
berhubungan dengan kognitif meliputi:22
1.) Keterampilan berpikir lancer
Kelancaran dalam berpikir yang dimaksud adalah
kemampuan mencetuskan banyak gagasan, jawaban,
penyelesaian masalah, memberikan banyak cara atau saran
untuk melakukan banyak hal dan selalu memikirkan lebih dari
satu jawaban. Penekanannya disini adalah dalam waktu yang
singkat dapat menghasilkan gagasan atau ide tentang obyek
tertentu dalam jumlah yang banyak.
2.) Keterampilan berpikir luwes (fleksibel)
Fleksibel yang dimaksud adalah kemampuan
menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang
bervariasi. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang
yang berbeda, mampu mengubah cara pendekatan atau
pemikiran, dan mencari banyak alternative atau arah yang
berbeda-beda. Mereka yang memiliki tingkat fleksibilitas yang
tinggi mampu mengalihkan arah berpikir untuk memecahkan
suatu masalah. Sehingga penekanan fleksibilitasnya pada segi
keragaman gagasan, kaya akan alternative dan bukan kekakuan
dalam berpikir yang cenderung otoriter.
3.) Keterampilan berpikir orisinil
22 Utami Munandar, Mengembangkan Bakan dan Kreativitas Anak Sekolah, Cet. Ke-3,
(Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2000), h. 88
17
Orisinalitas yang dimaksud adalah kemampuan untuk
memberikan gagasan yang secara statistic unik dan langka
untuk populasi tertentu, kemampuan untuk melihat hubungan-
hubungan baru atau kombinasi baru antar bermacam-macam
unsure atau bagian. Semakin banyak unsure-unsur yang
digabung menjadi satu gagasan atau produk kreatif, maka
semakin orisinil pula pemikiran individu tersebut.
4.) Keterampilan memerinci (mengelaborasi)
Elaborasi yang dimaksud adalah kemampuan untuk
mengembangkan, memerinci, dan memperkaya atau
memperluas suatu gagasan atau ide sehingga menjadi lebih
menarik. Salah satunya adalah jika anak diberikan masalah
sebagai berikut: “Apa akibatnya jika air didingini?” bagi anak
yang tidak mempunyai kemampuan mengelaborasi atau kreatif
mungkin akan menjawab dengan satu jawaban saja, yaitu air
akan menjadi es, tetapi bagi anak yang mempunyai
kemampuan kreatif dalam hal ini mampu mengelaborasi, akan
menjawan lebih luas dan terperinci lagi, diantaranya adalah:
suhunya akan lebih enurun, struktur molekulnya dan
volumenya juga berubah dan lain sebagainya.
Ciri-ciri non aptitude yang berhubungan dengan sikap dan
perasaan adalah:23
1.) Rasa ingin tahu: terdorong untuk mengetahui lebih banyak,
mengajukan banyak pertanyaan, memperhatikan
orang/obyek/situasi, peka mengamati, mengetahui dan meneliti.
2.) Bersifat imajinatif: mampu memperagakan atau
membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi,
23 ibid, h.91
18
menggunakan daya khayal, tetapi mengetahui batas antara
khayalan dan kenyataannya.
3.) Merasa tertantang oleh kemajemukan: terdorong mengatasi
masalah yang sulit, tertantang oleh situasi yang sulit dan lebih
tertarik pada tugas-tugas yang rumit.
4.) Sifat berani mengambil resiko: berani memberi jawaban
meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal, tidak ragu
karena ketidakjelasan, dan hal-hal yang tidak konvensional atau
kurang berstruktur.
5.) Sifat menghargai: menghargai bimbingan dan pengarahan
dalam hidup, menghargai kemampuan dan bakat yang
berkembang.
Kedua aspek tersebut diatas mempunyai pengaruh besar
pada tingkat kreativitas seseorang. Siswa yang kreatif
biasanya sering mengajukan pertanyaan yang baik,
mempunyai motivasi ingin tahu yang besar, memberikan
banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah. Siswa
yang kurang kreatif , sebaliknya kurang mampu
menghasilkan banyak gagasan, tidak berani untuk
mengajukan pertanyaan dan lain sebagainya. Dengan
demikian semakin banyak cirri-ciri kognitif dan afektif
yang dimiliki seseorang maka semakin kreatiflah orang
tersebut.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Kreativitas bukanlah unsure bawaan yang dimiliki oleh sejumlah
anak saja, akan tetapi kreativitas dimiliki oleh semua anak. Oleh karena itu
kreativitas perlu diberi kesempatan dan rangsangan oleh lingkungan
sekitarnya agar dapat berkembang dengan baik.
19
Utami Munandar (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi kreativitas adalah sebagai berikut:24
1.) Usia
2.) Tingkat pendidikan orang tua
3.) Tersedianya sarana (fasilitas)
4.) Penggunaan waktu luang
Clark (1983) mengkategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi
kreativitas dalam dua kelompok, yaitu faktor yang mendukung dan faktor
yang menghambat. Faktor yang mendukung perkembangan kreativitas
adalah sebagai berikut:25
1.) Situasi yang memunculkan ketidaklengkapan serta keterbukaan
2.) Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak
pertanyaan
3.) Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu
4.) Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian
5.) Situasi yang menekankan inisiatif dari untuk menggali, mengamati,
bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat, menerjemahkan,
memperkirakan, menguji hasil perkiraan, dan mengomunikasikan.
6.) Kedwibahasaan yang memungkinkan pengembangan potensi
kreativitas secara lebih luas karena akan memberikan pandangan
dunia secara lebih bervariasi, lebih fleksibel dalam menghadapi
masalah, dan mampu mengekspresikan dirinya dengan cara yang
berbeda dari umumnya yang dapat muncul dari pengalaman yang
dimilikinya.
7.) Posisi keahiran (berdasarkan tes kreativitas, anak sulung laki-laki
lebih kreatif daripada anak laki-laki yang lahir kemudian).
24 M. Ali, op. cit., h. 53
25
M. Ali, ibid., h. 54
20
8.) Perhatian dari orang tua terhadap minat anaknya, rangsangan dari
lingkungan sekolah (pendekatan, metode pembelajaran), dan motivasi
diri.
Faktor-faktor yang dapat menghambat berkembangnya kreativitas
adalah sebagai berikut:26
1.) Adanya kebutuhan akan keberhasilan, ketidakberanian dalam
menanggung resiko, atau upaya mengejar sesuatu yang belum
diketahui
2.) Konformitas terhadap teman-teman kelompoknua dan tekanan social
3.) Kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi,
dan penyelidikan
4.) Stereotip peran seks atau jenis kelamin
5.) Diferensiasi antara bekerja dan bermain
6.) Otoritarianisme
7.) Tidak menghargai terhadap fantasi dan khayalan
Ahli lain, yaitu Torrance (1981) juga menekankan pentingnya
dukungan dan dorongan dari lingkungan agar individu dapat berkembang
kreativitasnya. Menurutnya, salah satu lingkungan pertama dan utama
yang dapat mendukung atau menghambat berkembangnya kreativitas
adalah lingkungan keluarga, terutama interaksi dalam keluarga tersebut.
Ini dapat dimungkinkan karena sebagian besar waktu kehidupan anak
berlangsung dalam keluarga. Dalam hal ini, Torrance mengemukakan lima
bentuk interaksi orang tua dengan anak yang dapat mendorong
berkembangnya kreativitas dan yang dapat menghambat berkembangnya
kreativitas, yaitu:
1.) Menghormati pertanyaan-pertanyaan yang tidak lazim
2.) Menghormati gagasan imajinatif
26 M. Ali, ibid., h. 55
21
3.) Menunjukkan kepada anak bahwa gagasan yang dikemukakan itu
bernilai
4.) Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar atas inisiatifnya
sendiri dan memberikan reward kepadanya
5.) Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dan melakukan
kegiatan tanpa suasana penilaian
Interaksi dalam keluarga yang dapat menghambat berkembangnya
kreativitas, antara lain:
1.) Terlalu dini dalam mengeliminasi fantasi anak
2.) Membatasi rasa ingin tahu anak
3.) Terlalu menekankan peran berdasarkan jenis kelamin
4.) Terlalu banyak melarang anak
5.) Terlalu menekankan kepada anak agar memiliki rasa malu
6.) Terlalu menekankan pada keterampilan verbal tertentu
7.) Sering memberikan kritik yang bersifat destruktif
d. Cara-cara Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Kreativitas siswa dalam belajar sangat bergantung pada
kreativitas guru dalam mengembangkan materi standard dan
menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Guru dapat
menggunakan berbagai macam pendekatan dalam meningkatkan
kreativitas siswa. Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan guru
untuk meningkatkan kreativitas siswa, antara lain:27
1.) Jangan terlalu banyak membatasi ruang gerak siswa dalam
pembelajaran dan mengembangkan pengetahuan baru
2.) Bantulah siswa memikirkan sesuatu yang belum lengkap,
mengeksplorasi pertanyaan, dan mengemukakan gagasan yang
orisinal
27 E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, h. 169
22
3.) Bantulah siswa untuk mengembangkan prinsip-prinsip tertentu ke
dalam situasi baru
4.) Berikan tugas-tugas secara independen
5.) Kurangi pengekangan dan ciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat
menstimulus otak
6.) Berikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir reflektif
terhadap masalah yang dihadapi
7.) Hargai perbedaan individu siswa, dengan melonggarkan aturan
dan norma kelas
8.) Jangan memaksakan kehendak terhadap siswa
9.) Tunjukkan perilaku-perilaku baru dalam pembelajaran
10.) Kembangkan tugas-tugas yang dapat menstimulus tumbuhnya
kreativitas
11.) Kembangkan rasa percaya diri siswa
12.) Kembangkan kegiatan-kegiatan yang menarik
13.) Libatkan siswa secara optimal dalam proses pembelajaran,
sehingga proses mentalnya bisa lebih dewasa dalam menemukan
konsep dan prinsip-prinsip ilmiah
Semua teknik yang dilakukan oleh guru pada dasarnya
menuntut siswa untuk berpikir divergen, yakni kemampuan dalam m
elihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang dan dapat
memberikan gagasan yang bervariasi. Dan bukan hanya memberikan
satu gagasan saja.
Kreativitas atau kemampuan berpikir kreatif itu bisa lahir
dari karakter individu sendiri yang memiliki jiwa kreatif, karenanya
kreatifitas adalah sebuah proses berpikir kreatif, menemukan gagasa-
gagasan yang baru, tentunya dalam sebuah proses berpikir terdapat
dorongan-dorongan yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir
tersebut. Dorongan-dorongan tersebut bisa dari dalam dan luar diri
individu tersebut, dari dalam merupakan karakter yang dimiliki
23
seorang individu, dan dari luar merupakan dorongan dari lingkungan
sekitar yang mampu mebantu dalam mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif. Dalam hal pembelajaran
di sekolah, siswa tentu memiliki jiwa kreatif yang berbeda-beda,
namun dalam hal ini dalam proses pembelajaran, guru yang mengajar
serta lingkungan belajarnya dapat menjadi faktor yang dapat
membantu siswa dalam mengembangkan dan meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif dalam proses pembelajaran.
2. Hasil Belajar Siswa
a. Pengertian Hasil Belajar
Kata hasil dapat diartikan sebagai sesuatu yang diadakan (dibuat,
dijadikan, dsb) oleh suatu usaha.28
Sedangkan Muhibbin Syah menjelaskan
bahwa "belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku
individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif."29
Berdasarkan kedua pengertian
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang
diadakan untuk melihat tingkat kemampuan seseorang dalam proses perubahan
tingkah laku yang melibatkan kognitif.
Menurut Nana, "hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau
pemakaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki
seseorang dan dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk
penguasaan, pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan
motorik."30
Selain itu , Agus Suprijono menjelaskan "hasil belajar juga dapat
diartikan sebagai pola-pola perbuatan, nilai- nilai, pengertian-pengertian, sikap-
28 Departemen Pendidikan Nasional,. op. cit. h. 86
29
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT REmaja Rosdakarya, 2009), h. 90
30
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 102
24
sikap, apresiasi dan keterampilan."31
Selain dari ranah kognitif, hasil belajar
juga diadakan untuk melihat sejauh mana perubahan siswa dalam sikap dan
keterampilan mereka.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil
belajar merupakan sesuatu yang diadakan berupa perubahan tingkah laku atau
sikap, keterampilan, dan kognisi siswa akibat adanya usaha pada perbuatan
yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar.Hasil belajar siswa
diperoleh dari usaha mereka dalam mendengar, membaca, mengikuti petunjuk,
mengamati, memikirkan, meniru, melatih, dan mencoba sendiri setiap kegiatan
yang dilakukan dalam proses pembelajaran.
Dalam sistem pendidikan nasional yang dijelaskan oleh Nana Sudjana
dalam bukunya "Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar", diketahui bahwa
"rumusan tujuan pendidikan dalam kurikulum maupun tujuan instruksional
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis
besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotorik. "32
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar
intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni mengingat, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta .Ranah afektif
berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian organisasi, dan internalisasi. Sedangkan ranah
psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan
bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni (1) gerakan refleksi, (2)
keterampilan gerakan dasar, (3) kemampuan perseptual, (4) keharmonisan atau
ketepatan, (5) gerakan keterampilan kompleks, dan (6) gerakan ekspresif dan
interpretatif.
Pada hakikatnya, hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan
31 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PIKEM, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013), h. 5
32
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), h. 22
25
pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat,
menganalisis dan memecahkan masalah, membuat rencana dan mengadakan
pembagian kerja; dengan demikian aktivitas dan produk yang dihasilkan dari
aktivitas belajar ini mendapatkan penilaian.33
Merujuk pada pemikiran Gagne, hasil belajar juga dapat berupa:34
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara
spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak
memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan
aturan.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampaun mempresentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengkategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta- konsep dan
mengembangkan prinsip- prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual
merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan
kaidah dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak
jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme
gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
33 Sukmadinata, op. cit. h. 79
34
Suprijono, op. cit, h. 5-6
26
b. Jenis- Jenis Hasil Belajar
Howard Kingsley membagi tiga jenis hasil belajar yang dijelaskan oleh
Sudjana. yaitu keterampilan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-
cita.35
Sedangkan Gagne membagi hasil belajar ke dalam lima kategori, yakni:
1) Informasi verbal, yaitu penguasaan informasi baik secara lisan maupun
tertulis, misalnya pemberian nama-na,a terhadap suatu benda, definisi,
dan sebagainya
2) Keterampilan intelektual, yaitu keterampilan individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-
simbol, misalnya penggunaan simbol matematik.
3) Strategi kognitif, merupakan cara-cara berpikir agar terjadi aktifitas
yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil
pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada
proses pemikiran
4) Kemampuan mengendalikan ingatan sikap, yaitu hasil pembelajaran
yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang
akan dilakukan.
5) Keterampilan motoris, yaitu hasil belajar yang berupa kecakapan
pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar itu
merupakan suatu pencapaian belajar yang diperoleh siswa yang dapat diukur
dari beberapa aspek, yang meliputi pengetahuan, pengalaman, maupun
perubahan sikap ke arah yang lebih baik melalui proses belajar.
c. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Muhibbin Syah menjelaskan, pada dasarnya hasil belajar siswa yang baik
dalam kegiatan pembelajaran di sekolah bukan hanya disebabkan oleh
kecerdasan siswa itu saja, akan tetapi masih ada hal lain yang juga menjadi
35 Sudjana, op. cit., h. 22
27
faktor penentu yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai keberhasilan
belajar siswa. Secara global, faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu:36
1) Faktor Internal dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor biologis
dan faktor psikologis. Yang dikategorikan faktor biologis antara lain:
usia, kematangan, dan kesehatan. Sedangkan ayng dikategorikan faktor
psikologis antara lain: kelelahan, suasana hati, minat dan kebiasaan
belajar.
2) Faktor Eksternal dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor dari
manusia itu sendiri dan faktor seperti alam, hewan dan lingkungan fisik.
d. Tes sebagai Instrumen Penilaian Hasil Belajar
Tes seringkali digunakan sebagai alat penilaian hasil belajar terutama hasil
belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan
tujuan pendidikan dan pengajaran.Dalam batasan tertentu, tes juga dapat
digunakan untuk mengukur atau menilai hasil belajar pada ranah afektif
maupun psikomotorik.Terdapat dua jenis tes, yaitu tes uraian dan tes objektif.
Tes uraian merupakan pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam
bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,
memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan
pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.37
Dalam tes
uraian, siswa dituntut untuk mengekspresikan gagasannya melalui bahasa
tulisan.Karena hal tersebut, tes uraian dinilai lebih baik jika dibandingkan
dengan tes objektif.
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara
objektif.38
Tes objektif seringkali digunakan untukmengukur hasil belajar
siswa, hal tersebut disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang
36 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 144.
37
Sudjana, op. cit,. h. 35
38
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.
164
28
dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan. Ada
beberapa bentuk dalam tes objektif, yakni bentuk jawaban singkat, benar –
salah, menjodohkan, dan pilihan ganda.
Untuk mengukur prestasi belajar siswa, dibutuhkan suatu alat ukur yang
akurat, dan dapat diandalkan. Jika tidak, maka informasi yang diperoleh tidak
dapat dipercaya dan mungkin tidak memberikan gambaran yang sebenarnya
tentang hasil belajar siswa. Itu sebabnya, penyusunan suatu instrumen
pengukuran harus memenuhi persyaratan tertentu, antara lain validitas,
reliabilitas, objektivitas, pembedaan (diferensiasi), dan pertanyaan-pertanyaan
evaluasi.39
Suatu alat tes dapat dikatakan baik jika alat tes tersebut dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur, dan suatu tes yang valid adalah tes
yang menuntut siswa untuk melakukan tingkah laku yang sama sebagaimana
telah dirumuskan dalam tujuan belajar mengajar. Selain itu, suatu alat tes dapat
dikatakan baik jika dapat memberikan atau menunjukkan prestasi siswa secara
konsisten (reliable), artinya hasil belajar siswa akan sama walaupun dilakukan
tes beberapa kali dengan alat tes yang sama.Alat tes yang baik juga dapat
dilihat dari objektivitas alat tes tersebut.Artinya, alat tes harus dibuat agar
mendapatkan hasil yang objektif sehingga guru tidak dapat mempertimbangkan
subjektifitas, baik yang sifatnya menguntungkan ataupun merugikan hasil tes
bagi siswa. Selain itu alat tes yang baik dapat dilihat dari seberapa besar alat
tes tersebut membantu membandingkan dan menunjukkan antara siswa yang
pandai dan yang tidak, juga mengandung pertanyaan-pertanyaan evaluasi dari
pelajaran-pelajaran yang sudah disampaikan selama proses belajar mengajar
berlangsung.
Hasil belajar merupakan sebuah perubahan tingkah laku dalam sebuah
proses pembelajaran melalui pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh
guru maupun pengalaman yang ditemukan sendiri oleh siswa dalam proses
pembelajaran. Hasil belajar kemudian menjadi salah satu penentu indikator
39 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2002), h. 215-216
29
keberhasilan siswa selama melakukan proses pembelajaran. Selanjutnya
banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasi belajar, yaitu guru, metode
pembelajaran, lingkungan belajar serta faktor dalam diri siswa itu sendiri.
3. Ilmu Pengetahuan Alam
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam
Ilmu Pengetahuan Alam adalah sebuah dinamika, dimana sebuah
proses berulang dilakukan untuk menemukan hasil sementara yang dapat
membantu kita memahami bagaimana dunia ini bekerja.40
Berdasarkan
pengertian tersebut dapat kita pahami bahwa IPA merupakan suatu ilmu
yang telah ditemukan dengan suatu proses percobaan berulangkali untuk
membantu kita memahami bagaimana dunia ini bekerja. Hasil dari setiap
percobaan yang dilakukan untuk memahami bagaimana dunia ini bekerja,
masih bersifat sementara karena dunia ini selalu berubah dengan seiring
waktu.
Pada hakikatnya, IPA dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu dari segi
produk, proses, dan pengembangan sikap.41
IPA sebagai produk merupakan
hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya berupa fakta, konsep
teori, hukum, prosedur informasi telah tersusun secara lengkap dan
sistematis dalam bentuk buku-buku teks dan film-film dokumen dalam
bentuk CD atau DVD yang kesemuanya dapat dianggap sebagai body of
knowledge. IPA sebagai proses adalah proses untuk mendapatkan IPA yang
dilakukan melalui metode ilmiah. Sedangkan IPA sebagai pemupuk sikap
merupakan upaya untuk membentuk sikap siswa dalam konteks pengajaran
IPA.Dalam konteks pengajaran IPA, sikap dibatasi pengertiannya pada
sikap ilmiah terhadap alam sekitar. Sikap ilmiah yang memungkinkan dapat
dikembangkan pada siswa SD/MI adalah: (1) sikap ingin tahu; (2) sikap
40 Joseph S. Karjcik, Charlene M. Czerniak, and CArl. F. Berger, Teaching Science in
Elementary and Middle School Classrooms. (New York: McGraw Hill, 2003), p. 16
41
Agus Sugianto, dkk, Pembelajaran IPA MI, (Surabaya: Aprinta, 2009), h. 1-12
30
ingin mendapatkan sesuatu yang baru; (3) sikap kerja sama; (4) sikap tidak
putus asa; (5) sikap tidak berprasangka; (6) sikap mawas diri; (7) sikap
bertanggung jawab; (sikap berpikir bebas); dan (9) sikap disiplin diri. Sikap
ilmiah tersebut dapat dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi,
percobaan, simulasi, atau kegiatan observasi lapangan.42
Setiap peristiwa yang dialami siswa atau setiap manusia di dunia
ini pasti berhubungan dengan IPA tersebut, karena IPA jelas mempengaruhi
setiap aspek dari kehidupan kita.Sebagai manusia, kita pasti memerlukan
pengetahuan dasar mengenai alamini agar kita dapat memahami kehidupan
ini dan bagaimana dunia ini bekerja.Selain itu, masih banyak alasan lain
mengapa siswa bahkan kita harus mempelajari ilmu mengenai alam ini.
Antara lain adalah untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang akan sangat berguna dalam hidup mereka, membantu
mereka untuk berpikir kritis, dapat membantu mereka untuk belajar
memecahkan masalah, membantu mereka untuk dapat memilih pilihan
mereka sendiri yang dapat membantu mengembangkan kualitas kehidupan
mereka nanti, dapat mengembangkan sikap (seperti rasa ingin tahu atau
sensitifitas terhadap lingkungan), membantu siswa memahami isu-isu
kehidupan, dan dapat membantu mereka untuk ikut serta atau berpartisipasi
dalam perkumpulan dunia (sebagai tanda masyarakat terpelajar).43
Dengan
mempelajari ilmu mengenai alam, siswa dapat memperoleh pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang akan berguna dalam kehidupan mereka,
seperti dalam memilih gaya hidup yang benar terhadap makanan dan
olahraga, melakukan kegiatan-kegiatan sehari-hari yang dapat memberikan
pengaruh baik terhadap lingkungan sekitar, dan dapat memecahkan masalah
sehari-hari.
42 ibid. h. 28
43
Karjcik, op. cit., p. 18-19
31
B. Hasil Penelitian yang Relevan
1. Eni Handayani, dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Kreativitas dan Cara Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar
Matematika Siswa Kelas III SLTP”, menyimpulkan bahwa kreativitas
siswa berpengaruh positif terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas
III SLTP sebesar 22.5 %.51
2. Efi Nur Afifah, dalam penelitiannya yang berjudul “ Hubungan Antara
Motivasi Berprestasi dan Kreativitas dengan Prestasi Belajar
Akuntansi Keuangan pada siswa Kelas II Program Keahlian Akuntansi
SMK Negeri 1 Tempel Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2004/2005”,
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara kreativitas dengan prestasi belajar Akuntansi keuangan siswa
kelas II program keahlian akuntansi SMK Negeri 1 Tempel Sleman
tahun ajaran 2004/2005 dengan r hitung sebesar 0.461 > r tabel
0.222 pada taraf signifikansi 5 %.52
3. Diah Kertasiwi, dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara
Partisipasi dalam Kegiatan OSIS dan Kreativitas Siswa dengan
Prestasi Belajar Sosiologi di SMA Negeri 10 Yogyakarta”,
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara kreativitas
dengan prestasi belajar Sosiologi di SMA Negeri 10 Yogyakarta yang dan
sumbangan efektif 11 %.53
C. Kerangka Berpikir
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kemampuan berpikir kreatif siswa dengan hasil belajar IPA
siswa. Dengan kata lain seberapa berarti sebuah kreatifitas yang dimiliki oleh
siswa terhadap hasil belajar yang akan diperoleh siswa. Penelitian ini berdasarkan
pada kerangka berpikir sebagai berikut:
32
Kreatifitas merupakan hasil belajar pada ranah kognitif selain hasil belajar
yang berupa nilai ujian atau nilai rapor dalam pembelajaran. Kreatifitas juga
merupakan hasil belajar yaitu berupa keterampilan yang harus dimiliki oleh
peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran maupun setelahnya.
Kreatifitas mencakup cara berpikir peserta terhadap masalah-masalah yang terjadi,
kemudian kreatifitas juga merupakan kecakapan dalam mengembangkan ilmu-
ilmu yang sudah dimiliki oleh peserta didik. Lebih lanjut, kreatifitas juga
mencerminkan bagaimana seorang peserta didik dalam memecahkan suatu
permasalahan. Dengan kata lain, di dalam proses pembelajaran sudah seharusnya
peserta didik memiliki kreatifitas agar terciptanya sebuah pembelajaran yang aktif
dan interaktif serta peserta didik mampu memecahkan masalah-masalah dengan
baik.
Hasil belajar merupakan pencapaian yang harus dimiliki oleh oeserta didik
setelah melakukan proses pembelajaran. Tentunya hasil belajar yang baik
merupakan wujud keefektifan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Sedangkan pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang mengarahkan siswa
untuk berpikir logis dan sistematis tentang diri sendiri, lingkungan dan jagad raya
ini. Khususnya dalam pelajaran IPA, peserta didik dituntut untuk memiliki
kreatifitas yang lebih untuk membaca fenomena-fenomena yang terjadi di
lingkungan sekitar. Untuk itu perlu cara berpikir yang kreatif serta kritis agar
informasi-informasi yang diperoleh dapat dipahami dan dianalisis secara
keseluruhan.
Berangkat dari pemikiran tersebut, ternyata kreatifitas sejalan dengan
karakteristik mata pelajaran IPA. Untuk itu penulis ingin mengetahui bagaimana
signifikasni antara kemampuan berpikir kreatif siswa dengan hasil belajar dalam
hal ini khususnya pada mata pelajaran IPA yang menuntut peserta didik untuk
berpikir secar logis serta sistematis dalam melhat fenomena-fenomena yang
terjadi di lingkungan sekitar.
33
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka teori dan alur berpikir yang telah dikemukakan di
atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
H0 : Tidak terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara kemampuan
berpikir kreatif siswa dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
H1 : Terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara kemampuan berpikir
kreatif siswa dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini di mulai dari bulan Maret sampai
dengan April 2017, pada semester genap yang dilakukan di kelas IV MI
Raudhatul Jannah. Dimulai dari persiapan penelitian, pelaksanaan, hingga
analisis data penelitian.
Tabel 3.1
Waktu dan Kegiatan Penelitian
Pertemuan Tanggal Kegiatan
Pertama 26 Maret 2017 Persiapan penelitian,
dimulai dari
menentukan objek
penelitian serta lokasi
penelitian
Kedua 02 April 2017 Menyiapkan
instrumen penelitian
Ketiga 09 April 2017 Melakukan
wawancara dengan
Kepala Sekolah
mengenai penelitian
yang akan dilakukan
Keempat 10 April 2017 Memohon izin untuk
melakukan penelitian
35
dengan menyertakan
surat izin penelitian
Kelima 11 April 2017
Observasi dan
wawancara dengan
guru kelas IV
Keenam 2 April 2017
Perkenalan dan
pemberian soal tes
hasil belajar IPA
Ketujuh 13 April 2017
Pemberian soal Tes
Kreativitas Verbal
untuk menguji
kemampuan berpikir
kreatif
Kedelapan 14 April 2017
Menganalisis hasil
data penelitian
Kesembilan 22 April 2017
Melengkapi berkas
yang dibutuhkan dari
sekolah tempat
penelitian
Sekolah ini cukup memiliki fasilitas yang baik namun kurang lengkap
dalam hal penunjang kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti memilih
sekolah ini untuk melakukan penelitian karena keterkaitan masalah yang
diambil dengan fasilitas yang ada.
36
B. Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional dan expost facto
dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan
penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan
antara dua atau beberapa variabel.44
Di katakan expost facto karena di
dalam penelitian ini tidak dibuat perlakuan pada objek penelitian
melainkan hanya mengungkapkan fakta pada diri responden. Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, artinya
semua informasi atau data penelitian diwujudkan dalam bentuk angka
yang dianalisis dengan statistik dan hasilnya dideskripsikan.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV MI
Raudhatul Jannah Jakarta tahun pelajaran 2016/2017 yang memiliki 2
rombongan belajar, dengan jumlah siswa keseluruhan sebanyak 46 siswa.
Pemilihan kelas IV sebagai subjek penelitian, mengingat kelas IV merupakan
bagian dari tingkatan kelas atas pada sekolah dasar, yang mana karakteristik
dari siswa-siswi kelas IV dirasa sesuai dengan masalah yang akan penulis
teliti.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu Random Sampling
atau pengambilan sampel acak. Pengambilan sampel secara acak adalah suatu
metode pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi dimana setiap anggota
populasi mempunyai peluang yang sama dan semua kemungkinan
penggabungannya yang diseleksi sebagai sampel mempunyai peluang yang
sama.45
44 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Rineka Cipta: Jakarta, 2000), h. 326
45
Consuelo G. Sevilla,dkk, Pengantar Metode Penelitian, (Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia, 1993), h. 163
37
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan pada penelitian ini
menggunakan teknik tes. Pemilihan teknik ini mengingat yang akan diukur
dalam penelitian ini adalah mengenai kemampuan berpikir kreatif siswa yang
mana kemampuan tersebut dapat diketahui dengan memberikan beberapa
soal-soal atau pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab oleh siswa. Dengan
begitu akan terlihat siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang
baik.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah alat ukur dalam penelitian, atau suatu alat
yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang
diamati.46
1. Variabel x (Kemampuan Berpikir Kreatif)
a. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrument yang digunakan berupa Tes
Kreativitas Verbal (TKV) oleh Utami Munandar.
Tes berpikir kreatif ini berdasarkan TKV Torrance. Tes ini bersifat
verbal (mengukur kemampuan berpikir divergen) dan sudah baku,
karena sudah diujikan ke beberapa Negara oleh Torrance. Pada tahun
1977, tes ini digunakan pertama kali di Indonesia oleh Utami
Munandar.47
Pada tahun 1986 tes ini dibakukan sebagai Standarisasi Tes
Kreativitas Verbal (TKV) oleh Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia, bagian Psikologi Pendidikan.48
Tes ini juga telah digunakan
untuk pengukuran kreativitas baik tingkat SD, SMP, dan SMU,
dikarenakan pelajar tingkat sekolah tersebut kegiatan utamanya banyak
menggunakan kegiatan secara verbal.
46 Sugiyono, op. cit., h. 148
47 Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2004), h. 68
48
Ibid., h. 69
38
TKV ini terdiri dari 6 dimensi kreativitas, antara lain:
kelancaran kata, kelancaran menyusun kata, kelancaran berekspresi,
kelancaran member ide, fleksibilitas dan orisinalitas, serta kelancaran
memberi ide dan elaborasi.
b. Kisi- kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif
Kisi-kisi instrumen penelitian untuk mengukur kemampuan
berpikir kreatif siswa, merupakan acuan dalam membuat soal instrumen
yang dibuat berdasarkan dimensi-dimensi mengenai kemampuan
berpikir kreatif.
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen Berpikir Kreatif Verbal
No. Dimensi Nama Tes Indikator
No Butir
Soal
1. Kelancaran
kata
Permulaan
kata
Membuat kata
dengan susunan
huruf tertentu
1,2
2. Kelancaran
menyusun
kata
Menyusun
kata
Membuat kata
dengan
memenuhi
strukturan
tertentu
3,4
3. Kelancaran
berekspresi
Membentuk
kalimat 3
kata
Menyusun
kalimat dari 3
huruf sebagai
permulaan kata
5,6
4. Kelancaran
memberi
Sifat-sifat
yang sama
Menyebutkan
objek yang
7,8
39
c. Skor Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif siswa diperoleh setelah diukur
dengan instrument Tes Kreativitas Verbal (TKV). Dalam hal ini data
dilakukan terhadap semuan dimensi, berpedoman pada Petunjuk
Praktis Tes Kreativitas Verbal yang disusun oleh lembaga
pengembangan sarana pengukuran dan pendidikan psikologi
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, antara lain:
a. Skor 0 untuk responden yang tidak menjawab
b. Skor 1 untuk responden yang menjawab alternative jawaban 1-2
c. Skor 2 untuk responden yang menjawab alternative jawaban 3-4
d. Skor 3 untuk responden yang menjawab alternative jawaban ≥ 5
d. Uji Validitas
Sebuah instrumen dapat dikatakan valid jika instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur. Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah
validitas isi. Setelah instrumen dikonsultasikan dengan ahli, maka
ide memiliki sifat
yang sama
5. Fleksibilitas
dan
orisinalitas
Macam-
macam
penggunaan
Menyebutkan
berbagai macam
kegunaan suatu
objek
9,10
6. Kelancaran
member ide
dan
elaborasi
Apa
akibatnya
Menjelaskan
akibat suatu
kondisi yang
tidak mungkin
terjadi
11,12
40
selanjutnya diujicobakan dan dianalisis dengan analisis item atau uji
beda. Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi antara
skor butir instrumen dengan skor total.
Untuk menguji tiap butir pada instrumen dikatakan valid
atau tidak maka dilakukan pengujian daya beda butir yaitu analisis
butir dari kesejajaran butir dengan skor total. Analisis yang
digunakan untuk menguji validitas butir angket adalah korelasi
product moment dari Karl Pearson.7
Penghitungan nilai korelasi
dibantu dengan Microsoft Excel
Dari hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel
berpikir kreatif, diperoleh kesimpulan bahwa dari 12 butir
dinyatakan terdapat 5 butir yang valid dan 7 butir yang tidak
valid/gugur. Hasil dari perhitungan validitas butir menunjukkan
bahwa butir angket valid dengan keterangan pada taraf signifikansi α
= 0,05 dan bernilai positif. Selanjutnya butir–butir tiap instrumen
yang valid digunakan untuk penelitian yang sebenarnya.
e. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berasal dari kata reliability. Pengukuran yang
memiliki realibilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel
atau ajeg. Reliabilitas memiliki berbagai istilah seperti:
keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, dan konsistensi.
Tidak ada kesepakatan diantara para ahli tentang berapa harga
reliabilitas yang dibutuhkan agar suatu alat ukur dinyatakan andal.
Akhirnya pendapat profesional (professional judgement)
pengembang tes yang akan menentukan.
Azwar, menyatakan bahwa: Pada umumnya, reliabilitas
dianggap memuaskan bila koefisiennya mencapai min rxx ' = 0,900 .
Namun demikian, kadang-kadang suatu koefisien tidak setinggi itu
41
pun masih dianggap cukup berarti dalam kasus tertentu, terutama
bila skala yang bersangkutan digunakan bersama-sama dengan tes-
tes lain dalam suatu perangkat (batrei) pengukuran....... Dengan
mengetahui tingginya koefisien reliabilitas suatu skala orang dapat
mengetahui sejauh mana ia boleh atau bersedia mempercayai skor
hasil tes tersebut. Karena keterpercayaan itu bersifat relatif, maka
signifikansi koefisien reliabilitas pun bersifat relatif. Adalah
ketergantungan kepada penilai atau pemakai tes itu sendiri untuk
menentukan apakah suatu koefisien reliabilitas sudah cukup
memuaskan bagi suatu keperluan atau belum.49
Koefisien reliabilitas instrumen dimaksudkan untuk melihat
konsistensi jawaban butir-butir pernyataan yang diberikan oleh
responden. Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat
ketepatan (keajegan) instrumen yang digunakan karena menyokong
terbentuknya validitas. Uji reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan SPSS 12.
Dari hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel
berpikir kreatif diperoleh koefisien reliabilitas sebesar r11 = 0,723
dan memiliki nilai Alpha Cronbach di antara 0,60 sampai 0,79
berarti hasil uji coba instrument memiliki reliabilitas tinggi.
2. Variabel y (Hasil Belajar)
a. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar
adalah dengan menggunakan tes. Tes di sini adalah berupa soal-soal
pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban yang berjumlah 30 soal.
b. Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar
Kisi-kisi instrumen hasil belajar diambil dari materi
49 Syaifuddin Azwar, Reliabilitas dan Validitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,
2003), hal. 117-119
42
pelajaran IPA kelas IV mengenai rangka manusia serta fungsinya.
Berikut ini adalah kisi-kisi soal tes hasil belajar pada materi kerangka
manusia serta fungsinya.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
c. Skor Instrumen Hasil Belajar
Hasil Belajar siswa diperoleh setelah diukur dengan Tes Soal
Pilihan Ganda yang berjumlah 30 butir soal, dengan skor:
a. Skor 0 untuk jawaban salah
b. Skor 1 untuk jawaban benar
d. Uji Validitas
Dari hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel hasil
belajar diperoleh kesimpulan bahwa dari 30 butir dinyatakan 21 butir
No Pokok Bahasan No Butir Soal
1. Pengertian rangka manusia 1, 2, 18, 19, 20, 23,
25
2. Bagian-bagian rangka manusia 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
11, 22
3. Persendian 12, 13, 14, 15, 16,
17, 24
4. Macam-macam penyakit tulang 26
5. Macam-macam gangguan pada
tulang belakang
27, 28, 29
6. Upaya memelihara rangka
tubuh
21, 30
43
yang valid dan 9 butir yang tidak valid/gugur. Hasil dari perhitungan
validitas butir menunjukkan bahwa butir angket valid dengan
keterangan pada taraf signifikansi α = 0,05 dan bernilai positif.
Selanjutnya butir–butir tiap instrumen yang valid digunakan untuk
penelitian yang sebenarnya.
e. Uji Reliabilitas
Dari hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel hasil
belajar diperoleh koefisien reliabilitas sebesar r11 = 0,852 dan
memiliki nilai Alpha Cronbach 0,08 sampai 1,00 berarti hasil uji coba
instrument memilki reliabitas sangat tinggi. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa seluruh butir valid dan reliabel seluruh
variabelnya, sehingga instrumen hasil belajar tersebut dapat digunakan
untuk pengukuran dalam rangka analisis lebih lanjut.
F. Teknik Analisis Data
Untuk memberikan gambaran mengenai hasil pengukuran terhadap
variabel, yakni kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa disajikan
melalui analisis deskriptif. Besaran statistik besaran statistik deskriptif antara
lain rata-rata (mean), nilai tengah (median), frekuensi terbanyak (mode),
simpangan baku (standard deviation).
Selanjutnya menentukan kecenderungan variabel. Pengkategorian
dilaksanakan berdasarkan Mean Ideal dan Standart Deviation Ideal yang
diperoleh:
Mean Ideal (Mi) = 1/2 (skor tertinggi + skor terendah)
SD Ideal ( SDi) = 16 (skor tertinggi – skor terendah)
Tingkat kecenderungan masing-masing variabel dikategorikan
menjadi empat macam dengan ketentuan sebagai berikut:
44
x ≥(Mi+1.SDi) :tinggi
(Mi+1.SDi)> x ≥Mi :cukup
Mi> x ≥(Mi–1.SDi) :kurang
x <(Mi–1.SDi) :rendah
Analisis statistik dilakukan dengan bantuan program SPSS 12.
Analisis statistik yang digunakan adalah regresi dan korelasional. Pengujian
hipotesis dilakukan dengan: (a) Mencari model linier sederhana (model
hubungan antar variabel); (b) Perhitungan dan pengujian koefisien korelasi
untuk melihat signifikansi regresi dan linieritas.
Pada koefisien korelasi product moment, tanda (+) menunjukkan
korelasi searah dan tanda (-) menunjukkan adanya korelasi berlawanan arah.
Interpretasi koefisien adalah sebagai berikut:
0,00 : tidak berpengaruh
0,01 – 0,20 : sangat lemah
0,21 – 0,40 : lemah
0,41 –0,60 : sedang (cukup)
0,61 – 0,80 : kuat
0,81 – 1,00 : sangat kuat
1. Uji Prasyrat Analisis Teknik analisis dalam penelitian ini yang digunakan adalah korelasi
sederhana, korelasi parsial, regresi sederhana, dan regresi ganda. Untuk
keperluan analisis, beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi terlebih dahulu
untuk memberi suatu kesimpulan meliputi hal berikut. Pertama, sampel yang
merupakan pasangan data variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) memenuhi
sampel minimum. Kedua, dalam analisis regresi dengan pendekatan kuadrat
terkecil asumsi yang perlu dipenuhi yaitu galat ei bila yi = α + βxi + ei
mempunyai ekspektasi nol atau galat tidak bias, varians- varians galat homogen
(sama/konstan) dan independen. Ketiga, galat taksiran ( Y − Y
) berdistribusi
normal. Untuk mengambil kesimpulan, dilakukan penilaian mengenai kelinieran
hubungan antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y) serta uji persamaan
regresi dan analisis varians untuk keberartian regresi. Persyaratan pertama
45
mengenai keacakan dan jumlah minimum telah dipenuhi.
a. Uji Normalitas
Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah galat taksiran (Y −Y )
persamaan regresi variabel terikat (Y) atas setiap variabel bebas (X) berasal
dari data populasi berdistribusi normal. Untuk keperluan tersebut dilakukan
melalui metode Kolmogorov-Smirnov (one sample test). Data diolah dengan
bantuan program SPSS Version 12.
Hipotesis:
H0 : galat taksiran berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : galat taksiran berasal bukan dari populasi berdistribusi normal
Jika D > D( α ,n) maka H0 ditolak dan jika D ≤ D( α ,n) maka H0 diterima.
(D(α ,n)= nilai kritis uji Kolmogorov-Smirnov).
Dengan mengacu pada nilai taksiran Y (Yˆ ) dan nilai Y dari persamaan
regresi Yˆ = 29,848 + 0,835 X diperoleh nilai D = 0,038. Sementara untuk n
= 30, D(0,01, 172) = 0,124. Dengan demikian, mengingat D < D(α ,n) maka
hipotesis dapat diterima (gagal menolak H0). Jadi, galat taksiran untuk
variabel kemampuan berpikir kreatif berasal dari data populasi yang
berdistribusi normal.
Dengan demikian galat taksiran (Y −Y ) dari setiap persamaan regresi Y
atas X mempunyai D hitung yang lebih kecil dari D tabel. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa galat taksiran persamaan regresi setiap variabel terikat Y
atas X berasal dari data populasi berdistribusi normal (Berikut rangkuman
hasil uji normalitas galat taksiran regresi Y atas variabel X
46
Tabel 3.4. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji Normalitas Varians Galat Taksiran
Regresi
Keterangan: H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
ns. : non significant / tidak signifikan (α = 0,01)
b. Uji Linieritas
Hipotesis:
Ho: persamaan regresi sederhana ( Yˆ = 29,848 + 0,835 X1) linier
H1: persamaan regresi sederhana ( Yˆ = 29,848 + 0,835 X1) tidak linier
Jika Fhit > Ftab maka H0 ditolak dan jika Fhit ≤ Ftab maka H0 diterima.
Diperoleh dari tabel 4.10, Fhit (1,679) < Ftab (1,821) maka dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima atau persamaan regresi sederhana ( Yˆ =
29,848 + 0,835 X1) adalah linier.
Tabel 3.5. ANAVA untuk Uji Signifikansi dan Linieritas Hasil Belajar
IPA (Y) atas Kemampuan Berpikir Kreatif (X)
No. Galat Taksiran (Y −Y ) Dhitung Nilai D(α ,n) Kesimpulan
1. Persamaan regresi Y atas X1 Yˆ =
29,848 + 0,835 X1 0,38
ns. 0,124
D < D(α ,n)
Galat
berdistribusi
normal
Sumber
Varians dk JK RJK Fhitung Ftabel (α = 0,01)
Total 171 12413,366 - - -
Regresi
Sisa
1
170
10046,375
2366,991
10046,375
13,923 831,005** 6,786
Tuna
cocok
Galat
32
132
771,186
1595,805
20,294
12,089 1,679
n.s. 1,821
47
Keterangan:
** = sangat signifikan (α = 0,01)
n.s. = tidak signifikan
JK = Jumlah Kuadrat
RJK = Rata-rata Jumlah Kuadrat
G. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:
H0 :
H1 :
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil dan pembahasan penelitian yang
dilaksanakan di MI Raudhatul Jannah Jakarta. Pada sub bab ini akan disajikan deskripsi
hasil penelitian yang meliputi: a. penyajian deskripsi data; b. pengujian hipotesis; dan c.
pembahasan.
A. Deskripsi Data Penelitian
Deskripsi hasil penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data pada dengan
instrumen penelitian berupa bentuk skor. Pemaparan tersebut meliputi variabel-
variabel: (1) Kemampuan Berpikir Kreatif, dan (2) Hasil Belajar IPA yang mencakup
mean, median, mode, standart deviation, rentang skor (range), skor minimum, dan
skor maksimum. Jika Y menyatakan variabel terikat atau variabel hasil belajar IPA. X
menyatakan variabel bebas, yaitu kemampuan berpikir kreatif, maka rangkuman skor
data variabel penelitian disajikan sebagai berikut:
Tabel 4.1. Skor Data Empirik Variabel Penelitian
Dari data di atas, diketahui mean variabel x sebesar 55,67 dan variabel y sebesar
76,35 kemudian median variable x sebesar 55,00 dan variabel y sebesar 76,0.
Selanjutnya, pada variable x diperoleh skor minimum 37 dan maksimum 76
sedangkan pada variabel y diperoleh skor minimum 50 dan maksimum 94.
Variabel
Ukuran
Kemampuan
Berpikir Kreatif
(X)
Hasil Belajar IPA (Y)
Mean 55,67 76,35
Standart Deviasi 9,176 8,520
Skor Minimum 37 50
Skor Maksimum 76 94
Rentang Skor 39 44
Median 55,00 76,0
Mode 53 75
49
Selanjutnya standar deviasi variabel x sebesar 9,176 dan variabel y sebesar 8,520.
B. Pengujian Hipotesis
Mengingat asumsi-asumsi yang dibutuhkan sebagai model regresi linier
antara variabel terikat Y dengan variabel bebas X telah dipenuhi, maka analisis
selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis penelitian. Pengujian hipotesis meliputi
hal berikut dengan hipotesis terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara
kemampuan berpikir kreatif siswa (X) dengan hasil belajar IPA siswa (Y).
1. Persamaan Regresi
Yˆ= 29,848 + 0,835 X atau hasil belajar = 29,848 + 0,835 kemampuan
berpikir kreatif
2. Uji Signifikansi Regresi Sederhana
Hipotesis:
Ho: persamaan regresi sederhana ( Yˆ = 29,848 + 0,835 X1) signifikan
H1: persamaan regresi sederhana ( Yˆ = 29,848 + 0,835 X1) tidak siginifikan
Jika Fhit < Ftab maka H0 ditolak dan jika Fhit ≥ Ftab maka H0 diterima
Diperoleh dari tabel 3.5, Fhit (831,005) > Ftab (6.786) maka dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima atau persamaan regresi sederhana ( Yˆ = 29,848
+ 0,835 X1) adalah signifikan.
3. KoefisienDeterminan
Pada Tabel 4.2, didapat nilai r2
Y1 sebesar 0,809. Nilai tersebut berarti
80,9% perubahan pada variabel prestasi belajar (Y1) dapat diterangkan oleh
kreativitas (X1), sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain.
4. Koefisien Korelasi
Pada Tabel 4.2, didapat bahwa hubungan kreativitas dengan prestasi
belajar bernilai 0,900. Ini artinya, hubungan kreativitas dengan prestasi belajar
kuat dan searah. Nilai ”+” (positif) artinya bila kreativitas semakin tinggi, maka
prestasi belajar akan semakin tinggi.
50
Tabel 4.2. Hasil Uji Keberartian Koefisien Korelasi antara Kemampuan
Berpikir Kreatif (X1) dengan Hasil Belajar (Y)
Keterangan: ** = signifikan (α = 0,01)
5. Kesimpulan
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kemampuan
berpikir kreatif siswa dengan hasil belajar siswa
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada hipotesis di atas mengenai hubungan antara kemampuan berpikir kreatif
siswa dengan hasil belajar IPA siswa kelas IV MI Raudhatul Jannah menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Hal ini ditunjukkan melalui
hasil analisis regresi sederhana, diperoleh nilai thitung sebesar 26,862. Harga thitung
jauh lebih besar dari nilai ttabel (t(0,01;170) = 2,348). Sedangkan koefisien
determinasi sebesar 0,809 menunjukkan 80,9% variansi hasil belajar IPA siswa dapat
dijelaskan melalui kemampuan berpikir kreatif. Artinya, semakin tinggi kemampuan
berpikir kreatif siswa, semakin tinggi pula hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini
sesuai dengan pendapat Utami Munandar yang menyatakan bahwa semakin kreatif
seseorang maka akan semakin memiliki ciri-ciri kognitif kreatif dan afektif kreatif.
Hasil belajar merupakan hasil tindakan yang berkenaan dengan ranah kognitif.
Jadi kemampuan berpikir kreatif siswa mempunyai pengaruh yang berarti terhadap
hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa maka kemampuan berpikir kreatif siswa perlu
diperhatikan.
n dk Koefisien
Korelasi
Koefisien
Determinasi thit ttab(α = 0,01)
172 169 rY1 =
0,900 r2
Y1 = 0,809 26,8
62** 2,348
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan dan positif antara kemampuan berpikir kreatif siswa
dengan hasil belajar IPA siswa pada kelas IV MI Raudhatul Jannah Jakarta. Kekuatan
hubungan tersebut ditunjukkan melalui koefisien korelasi sebesar 0,900 dan nilai
koefisien determinasi sebesar 0,809, atau variansi hasil belajar IPA 80,9% dapat
dijelaskan oleh variabel kemampuan berpikir kreatif siswa.
Selanjutnya, pada penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat
kreativitas siswa, maka semakin tinggi pula hasil belajar yang akan diperoleh oleh
siswa dan kemampuan berpikir kreatif dengan hasil belajar memiliki hubungan yang
positif satu sama lain. Oleh karena itu, faktor-faktor yang menjadi penentu dalam
meningkatkan kreativitas siswa harus diperhatikan oleh guru dan siswa agar dengan
meningkatnya kemampuan berpikir kreatif siswa maka hasil belajar siswa yang
diperoleh pun akan meningkat.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang kemudian ditarik beberapa
kesimpulan dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa, guru sebagai
fasilitator harus memperhatikan siswa. Pembelajaran maupun evaluasi yang
diberikan guru perlu mempertimbangkan bagaimana melatih aktualisasi siswa
dengan berpikir konvergen maupun divergen. Evaluasi proses juga harus memberi
peluang pada siswa untuk mengembangkan diri. Guru diharapkan lebih
memberikan motivasi sesuai dengan peranannya sebagai motivator serta
52
memperhatikan keunikan siswa sehingga kreativitas siswa lebih meningkat.
Misalnya, memberi tugas untuk membuat alat peraga IPA menggunakan bahan-
bahan di lingkungan tempat tinggal, membebaskan siswa dalam menyelesaikan
permasalahan IPA dengan cara penyelesaian yang lain dari cara penyelesaian yang
diajarkan guru.
2. Bagi Siswa
Siswa disarankan untuk lebih melatih diri dalam berpikir (divergen dan
konvergen) maupun praktik dalam berbagai permasalahan. Siswa juga disarankan
untuk lebih mengembangkan rasa keingintahuan, empati, fleksibilitas dan daya
tarik terhadap pelajaran matematika. Sehingga siswa mampu meningkatkan
kreativitasnya dan juga prestasi belajarnya.
3. Bagi Peneliti Lain
Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan penelitian sejenis, agar
lebih memperhatikan aktivitas-aktivitas siswa di dalam maupun di luar sekolah. Ini
dimaksudkan agar instrumen yang dibuat lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Conny R. Semiawan. (1997). Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Crowll, T.K. et. Al. (1997). Educational Psychology, Windows on Teaching. Dubuque,
IA: Brown & Benchmark Publisher.
Csikszentmihalyi, Mihally. (1996). Creativity, Flow and The Psychology of Discovery
and Invention. New Yotk: harper Collins Publisher.
Dedi Supriyadi. (1997). Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek. Bandung:
CV Alfabeta.
Diah Kertasiwi. (2009). Hubungan Antara Partisipasi dalam Kegiatan OSIS dan
Kreativitas Siswa dengan Prestasi Belajar Sosiologi di SMA Negeri 10
Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: FISE, UNY.
Efi Nur Afiyah. (2005). Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Kreativitas dengan
Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan pada siswa Kelas II Program Keahlian
Akuntansi SMK Negeri 1 Tempel Sleman Yogyakarta Tahun Ajaran 2004/2005.
Skripsi. Yogyakarta: FIS, UNY.
Eni Handayani. (2001). Pengaruh Kreativitas dan Cara Belajar Siswa terhadap Prestasi
Belajar Matematika Siswa kelas III SLTP. Skripsi. Yogyakarta: FMIPA, UNY.
Gardner, H. (1993). Creating minds, An Anatomy of Creativity. New York: Basic Books.
-------------. (1999). Intelligence Reframed, Multiple Intellegences for the 21st
Century.
New York: Basic Books.
Hamzah Uno, dkk. (2004). Landasan Pembelajaran. Gorontalo: Nurul Jannah.
Hurlock, Elizabeth B. (2002). Perkembangan Anak Jilid 2 (Meitasari Tjandrasa.
Terjemahan). Jakarta:Erlangga.
Mohammad Ali. (2005). Psikologi remaja. Jakarta: Bumi Aksara.
Morris, Wayne. (2006). Creativity: Its Place In Education.
http://www.jpb.com/creative/Creativity_in_Education.pdf diakses pada tanggal
23/12/08 pukul 13.14.
Muhibbin Syah. (2006). Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Naiman, Linda. (2006). What is Creativity?.
http://www.creativityatwork.com/articlesContent/whatis.htm. diakses pada
tanggal 23/12/08 pukul 13.19.
Nana Syaodih Sukmadinata. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto M. (2003) Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Saifuddin Azwar. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Smith, Mark K. (2001): http://www.infed.org/biblio/learning-humanistic.htm Strenberg,
R.J and Lubart T.I. (1999). Handbook of Creativity. UK: Cambridge University
Press.
Suharsimi Arikunto. (2000). Manajemen Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.
------------------------. (2002). Manajemen Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.
------------------------. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Rineka
Cipta: Jakarta.
Suryabrata S, (2002). Psikologi pendidikan. Jakarta: Fajar Interpratama Offset.
Utami Munandar S.C. (1999). Kreativitas dan Keberbakatan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
--------------------------. (1999). Mengembangkan bakat dan kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta: Gramedia.
Winkel, W.S. (1999). Psikologi Pengajaran. Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grasindo
Persada.
----------------. (2005). Psikologi Pengajaran. Edisi Revisi. Jakarta: Raja Grasindo
Persada.
Zainal Arifin. (1999). Evaluasi Instruksional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Lampiran 1
INSTRUMEN TES REATIVITAS VERBAL
(Tes Kemmapuan Berpikir Kreatif)
Pokok Bahasan : Rangka Manusia
Waktu : 34 menit
Tes ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa, data
dari hasil tes/soal ini akan digunakan sebagai data penelitian dalam rangka
penyusunan skripsi yang berjudul "Hubungan Antara Kemampuan Berpikir Kreatif
Siswa dengan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV MI Raudhatul Jannah".
Agar penelitian ini dapat memberikan gambaran yang objektif, maka
diharapkan adik-adik menjawab pertanyaan di bawah ini dengan baik dan sesuai
petunjuk yang benar.
Petunjuk Pengisian:
Bacalah dengan seksama setiap pertanyaan
Jawablah setiap butir soal dengan benar, dan semakin banyak hal yang
diuraikan, maka skor yang diperoleh akan semakin bagus
Setelah menyelesaikan soal-soal di bawah ini dengan baik, maka
kumpulkanlah kembali lembar jawaban
Tes I. Permulaan Kata
Petunjuk:
Buatlah sebanyak mungkin kata yang berhubungan dengan rangka manusia
yang dimulai dengan huruf yang tertulis di kertas.
Perhatikan contoh di bawah ini!
Contoh: B
Jawab: bisep, betis, bawah, belakang, dsb
Perhatian!
Boleh menggunakan istilah Indonesia maupun asing, tetapi jangan menulis
nama orang.
Sudah jelas?
Masih ada pertanyaan?
Jangan mulai sebelum diperintahkan!
Soal: 1. P
2. K
Waktu : 2 menit setiap soal
Tes II. Menyusun Kata
Petunjuk:
Susunlah sebanyak mungkin kata yang berhubungan dengan rangka manusia
dengan memakai huruf-huruf dalam kalimat yang tertulis di kertas. Kata tersebut
dapat disusun dengan menggunakan sebagian dari huruf-huruf dalam kalimat yang
telah diberikan.
Setiap huruf dari kata yang tersedia hanya boleh dipakai satu kali untuk
menyusun satu kata baru.
Perhatikan contoh di bawah ini !
Contoh: Bagian rangka manusia
Jawab: rahang, kalsium, sel, atas, belikat, dsb
Perhatian!
Boleh menggunakan istilah Indonesia maupun asing, tetapi jangan menulis nama
orang.
Sudah jelas?
Masih ada pertanyaan?
Jangan mulai sebelum diperintahkan!
Soal: 1. Gangguan pada tulang
2. Fungsi rangka manusia
Waktu: 2 menit setiap soal
Tes III. Membuat Kalimat dari Tiga Kata
Petunjuk:
Buatlah sebanyak mungkin kalimat yang berhubungan dengan rangka manusia
dan terdiri dari minimal tiga kata yang huruf pertama tiap kata diberikan dalam soal.
Urutan huruf-huruf boleh berubah. Tiap kalimat hanya boleh memakai satu
kata yang telah dipakai pada kalimat sebelumnya.
Perhatikan contoh di bawah ini!
Contoh: A - T - O
Jawab: - Otot bisep bagian dari tulang atas
- Bagian tubuh yang dapat menggerakan rangka adalah otot
- Osteoporosis adalah salah satu penyakit tulang
Perhatian!
Boleh menggunakan istilah Indonesia maupun asing, tetapi jangan menulis nama
orang.
Sudah jelas?
Masih ada pertanyaan?
Jangan mulai sebelum diperintahkan!
Soal: 1. K - T - P
2. B - A - O
Waktu: 5 menit setiap soal
Tes IV. Sifat- sifat yang sama
Petunjuk:
Tulislah sebanyak mungkin nama benda yang berhubungan dengan rangka
manusia yang semuanya memiliki kedua sifat yang ditentukan.
Perhatikan contoh di bawah ini!
Contoh: Sendi yang bergerak ke satu arah
Jawaban: engsel, tulang paha, kaki bawah, siku, dsb
Perhatian!
Boleh menggunakan istilah Indonesia maupun asing, tetapi jangan menulis nama
orang.
Sudah jelas?
Masih ada pertanyaan?
Jangan mulai sebelum diperintahkan!
Soal: 1. Sendi yang dapat bergerak ke dua arah
2. Sendi yang dapat bergerak ke segala arah
Waktu: 4 menit setiap soal
Tes V. Macam-macam Penggunaan
Petunjuk:
Pikirkanlah apa saja kata-kata di bawah yang dapat dipakai diluar
penggunaannya yang seperti biasa. Jangan menulis fungsi pada umumnya. Akan
tetapi pikirkanlah macam-macam penggunaan lainnya. Baik yang pernah dilihat atau
dialami sendiri, maupun yang dapat dibayangkan.
Perhatikan contoh di bawah ini!
Contoh: Ikan
Jawab: untuk dimakan, sebagai hiasan, untuk eksperimen, dsb
Perhatian!
Boleh menggunakan istilah Indonesia maupun asing, tetapi jangan menulis nama
orang.
Sudah jelas?
Masih ada pertanyaan?
Jangan mulai sebelum diperintahkan!
Soal: 1. Kacang-kacangan
2. Susu
Waktu: 4 menit setiap soal
Tes VI. Apa Akibatnya?
Petunjuk:
Setiap soal di bawah ini melukiskan suatu keadaan yang tidak terdapat atau
tidak mungkin terjadi. Bayangkanlah seandainya keadaan tersebut benar terjadi, apa
saja akibatnya?
Tulis sebanyak mungkin akibat-akibat atau apa saja yang akan terjadi jika
keadaan tersebut benar-benar terjadi.
Perhatikan contoh di bawah ini!
Contoh: Apa yang akan terjadu jika manusia tidak memiliki tulang?
Jawaban: - manusia tidak bisa bergerak
- manusia seperti angin
- manusia tidak bisa hidup
- dsb
Perhatian!
Boleh menggunakan istilah Indonesia maupun asing, tetapi jangan menulis nama
orang.
Sudah jelas?
Masih ada pertanyaan?
Jangan mulai sebelum diperintahkan!
Soal: 1. Apa yang akan terjadi jika manusia tidak memiliki otot?
2. Apa yang akan terjadi jika mausia hanya memiliki tulang?
Waktu: 4 menit setiap soal
Lampiran 2
ALTERNATIF JAWABAN INSTRUMEN
Tes. I. Permulaan Kata
1. Paha, pinggang, panggul, pipi, pergelangan, pengumpil, pelana, peluru, putar, dsb
2. Kaki, kalsium, kepala keropos, kacang-kacangan, kuning telur, kolagen, kifosis,
kiri, kanan, kursi, komplikasi, dsb
Tes II. Menyusun Kata
1. gerak, atas, udara, panggul, dada, lengan, telapak, nyeri
2. fosfor, rahang, mineral, sendi, ikan, dsb
Tes III. Membentuk Kalimat dari Tiga Kata
1. - kalsium merupakan zat mineral pada tulang
- rangka kepala pada umumnya disebut tengkorak
- rangka kepala dibentuk oleh tulang dahi, hidung, pipi, rahang atas dan bawah
2. - rangka badan adalah tersusun dari mulai tulang leher sampai ekor yang dibentuk
oleh 33 ruas
- otot pada tulang lengan atas yaitu bisep dan trisep
- osteoporosis adalah salah satu bentuk penyakit tulang
Tes IV. Sifat-sifat yang Sama
1. pelana, samping, depan, pangkal, ibu jari, tulang,pertama, pergelangan tangan
2. peluru, tulang lengan atas, lempeng bahu, panggul
Tes V. Macam-macam Penggunaan
1. untuk prakarya, alat penghitung dzikir, untuk dimakan, untuk bermain congklak,
sebagai hiasan
2. untuk mencuci, untuk bersih-bersih, untuk mandi, untuk diminum, untuk bermain.
Tes VI. Apa akibatnya?
1. - manusia tidak bisa melakukan aktifitas
- tulang akan rapuh
- tulang menjadi tidak berfungsi
- manusia menjadi kaku
2. - manusia seperti tengkorak
- manusia seperti hantu
- manusia tidak bisa bergerak
Lampiran 3
SOAL TES HASIL BELAJAR
ILMU PENGETAHUAN ALAM
KELAS IV
WAKTU: 30 MENIT
Nama: _______________________
Petunjuk:
Bacalah doa sebelum mengerjakan soal!
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan memberikan tanda silang
(x) pada salah satu jawaban a,b,c atau d yang telah disediakan!
Bacalah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan teliti!
SELAMAT MENGERJAKAN
SOAL-SOAL:
1. Rangka tersusun dari ....
a. tulang dan daging c. tulang dan kulit
b. tulang dan otot d. rangkaian tulang
2. Penghubung antartulang disebut....
a. otot c. rangka
b. sendi d. daging
3. Jumlah tulang pada manusia dewasa adalah....
a. 206 tulang rawan c. 206 tulang keras
b. 300 tulang rawan d. 300 tulang keras
4. Tulang yang mempengaruhi bentuk wajah seseorang adalah tulang....
a. dahi c. selangka
b. leher d. hasta
5. Tulang kaki bawah (tungkai) bagian depan yang terasa sangat sakit jika tekena
benda keras adalah tulang....
a. betis c. paha
b. kering d. tempurung lutut
6. Tulang-tulang yang menyusun rangka badan adalah....
a. tulang paha, tulang kering, dan tulang leher
b. tulang paha, tulang kering, dan tulang panggul
c. tulang rusuk, tulang dada, dan tulang betis
d. tulang dada, tulang punggung, dan tulang panggul
7. Tulang yang membentuk rangka anggota gerak atas adalah....
a. pengumpil c. betis
b. selangka d. bahu
8. Tulang rahang bawah pada gambar di samping ditunjukkan nomor.... a. 1 c. 3
b. 2 d. 4
9. Perhatikan gambar rangka di samping!. Tulang
dada ditunjukkan oleh nomor....
a. 4
b. 3
c. 2
d. 1
10. Bagian tubuh terpenting yang dilindungi rangka anggota badan adalah....
a. otak, paru-paru dan usus
b. paru-paru, jantung, dan hati
c. otak, jantung, dan hati
d. otak, hati, dan usus
11.
Tulang penyusun rangka badan ditunjukkan oleh gambar nomor....
a. 1, 2, dan 5 c. 1, 3, dan 4
b. 2, 3, dan 5 d. 3, 4, dan 5
12. Sendi yang dapat digerakkan ke satu arah adalah....
a. sendi pelana c. sendi putar
b. sendi peluru d. sendi engsel
13. Sendi yang bertindak sebagai poros adalah....
a. sendi peluru c. sendi geser
b. sendi putar d. sendi pelana
14. Sendi peluru terdapat di antara....
a. tulang paha dan tulang panggul
b. tulang paha dan kaki bawah
c. tulang paha dan tulang lengan atas
d. tulang pengumpil dan tulang hasta
15. Gambar di samping merupakan sendi....
a. sendi pelana c. sendi putar
b. sendi peluru d. sendi engsel
16. Gambar di samping merupakan sendi....
a. sendi peluru c. sendi geser
b. sendi putar d. sendi pelana
17.
1 2 3 4
Gambar yang menunjukkan sendi pelana adalah....
a. 1 c. 3
b. 2 d. 4
18.Karena rangka manusia dibungkus oleh daging dan otot, maka disebut....
a. eksoskeleton c. skeleton
b. endoskeleton d. silikon
19. Sebagian besar tulang anak-anak terdiri atas....
a. zat kapur c. tulang rawan
b. zat lemak d. zat besi
20. Sel-sel pembentuk tulang disebut....
a. osteosit c. leukosit
b. trombosit d. parasit
21. Agar tulang tumbuh kuat, kita perlu mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung....
a. kalsium dan magnesium
b. kalsium dan fosfor
c. fosfor dan sumsum
d. sumsum dan magnesium
22. Berikut ini merupakan tulang dari rangka kepala, kecuali....
a. tulang belikat c. tulang ubun-ubun
b. tulang baji d. tulang pelipis
23. Rangka kepala disebut juga....
a. tempurung c. tengkorak
b. batok d. toraks
24. Bagian tubuh yang dapat menggerakkan rangka adalah....
a. tulang c. sendi
b. rahang d. otot
25. Otot yang berada pada tulang lengan atas adalah....
a. bisep dan trisep c. otot lurik
b. otot polos d. otot jantung
26. Berikut merupakan penyakit yang menyerang tulang, kecuali ....
a. jantung c. osteoporosis
b. rematik d. TBC tulang
27.
1 2 3 4
Posisi duduk yang benar terdapat pada nomor ....
a. 4 c. 2
b. 3 d. 1
28.Gangguan pada tulang punggung yang terlalu bengkok ke belakang disebut....
a. osteoporosis c. kifosis
b. lordosis d. kritis
29.Lordosis adalah gangguan pada tulang punggung yang terlalu bengkok ke ....
a. depan c. kanan
b. belakang d. kiri
30.
1 2 3 4
Makanan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan tulang adalah ....
a. 1, 2, dan 3 c. 2,3, dan 4
b. 1, 2, dan 4 d. 1, 3, dan 4
Lampiran 4
KUNCI JAWABAN TES HASIL BELAJAR
ILMU PENGETAHUAN ALAM
KELAS IV
Bentuk Soal: Pilihan Ganda
Jumlah Soal: 30 butir
1. D 11. C 21. B
2. B 12. D 22. A
3. C 13. B 23. C
4. A 14. A 24. D
5. D 15. B 25. A
6. D 16. B 26. A
7. A 17. B 27. A
8. D 18. B 28. C
9. D 19. C 29. A
10. B 20. A 30. B