hubungan iklim organisasi dengan konflik peran ganda...

45
Hubungan Iklim Organisasi Dengan Konflik Peran Ganda Sebagai Ibu Rumah Tangga dan Pekerja Pada Pegawai Negeri Sipil Wanita di Akademi Militer Magelang Oleh Lucxy Alfa Rahma Tedelina 802009091 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2013

Upload: hoangduong

Post on 09-Mar-2019

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

Hubungan Iklim Organisasi Dengan Konflik Peran Ganda

Sebagai Ibu Rumah Tangga dan Pekerja Pada Pegawai

Negeri Sipil Wanita di Akademi Militer Magelang

Oleh

Lucxy Alfa Rahma Tedelina

802009091

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi

Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan untukmencapai gelar Sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2013

Page 2: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick
Page 3: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick
Page 4: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick
Page 5: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick
Page 6: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

HUBUNGAN IKLIM ORGANISASI DENGAN KONFLIK PERAN GANDA SEBAGAI IBU RUMAH TANGGA DAN PEKERJA PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL WANITA DI

AKADEMI MILITER MAGELANG

Lucxy Alfa Rahma TedelinaSri Aryanti Kristianingsih, Jusuf Tjahjo Purnomo

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara iklim organisasi dan konflik peran ganda pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) wanita di Akademi Militer (AKMIL) Magelang. Subjek penelitian adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) wanita yang bekerja di Akademi Militer (AKMIL) Magelang dengan menggunakan teknik Teknik Purposive Sampling dengan jumlah sampel sebanyak 67 orang. Pengumpulan data untuk variabel konflik peran ganda menggunakan skala konflik peran ganda yang terdiri dari 19 item dan variabel iklim organisasi dengan skala iklim organisasi terdiri dari 15 item. Analisis data menggunakan uji korelasi Product Moment dari Karl Pearson. Hasil yang diperoleh dari perhitungan tersebut adalah r = -0,626 dengan sig. = 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan negatif yang signifikan antara iklim organisasi dan konflik peran ganda pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) wanita di Akademi Militer (AKMIL) Magelang. Hubungan ini mengindikasikan bahwa semakin baik iklim organisasi maka semakin rendah konflik peran ganda pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) wanita.

Kata kunci : Konflik Peran Ganda, Iklim Organisasi, PNS Wanita.

Page 7: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

PENDAHULUAN

Perkembangan pesat yang terjadi dalam berbagai bidang

telah membawa perkembangan yang sangat pesat pula dalam

bidang peran wanita. Bila pada masa lalu tugas wanita hanya di

rumah mengurus anak, suami dan rumah tangga, maka saat ini

peran tersebut sudah banyak bergeser, dan tidak mengherankan

lagi bahwa saat ini banyak wanita yang bekerja meniti karir.

Menurut Frone & Cooper (1992), memang secara naluriah

manusia itu berinisiatif untuk bekerja. Sudah menjadi hal yang

lazim bahwa bekerja merupakan salah satu hal yang sangat

penting bagi sebagian orang dewasa.

Di Indonesia, jumlah angkatan kerja wanita meningkat

dari 36.871.239 pada tahun 2000 menjadi 39,5 juta jiwa pada

tahun 2010 (BPS, Data komposisi angkatan kerja, 2000 & 2010).

Partisipasi wanita dalam angkatan kerja saat ini bukan sekedar

menuntut persamaan hak tetapi juga menyatakan fungsinya

mempunyai arti bagi pembangunan dalam masyarakat Indonesia.

Partisipasi wanita menyangkut peran tradisi dan transisi. Peran

tradisi atau domestik mencakup peran wanita sebagai istri, ibu

dan pengelola rumah tangga. Sementara peran transisi meliputi

pengertian wanita sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat dan

manusia pembangunan. Peran transisi wanita sebagai tenaga kerja

turut aktif dalam kegiatan ekonomis (mencari nafkah) di berbagai

kegiatan sesuai dengan keterampilan dan pendidikan yang

dimiliki serta lapangan pekerjaan yang tersedia.

Page 8: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

Pada kenyataannya, meningkatnya peran wanita sebagai

pencari nafkah keluarga dan kenyataan bahwa mereka juga

berperan untuk meningkatkan kedudukan keluarga, maka

bertambahlah pula masalah-masalah yang timbul. Kedua peran

tersebut sama-sama membutuhkan waktu, tenaga dan perhatian,

sehingga jika peran yang satu dilakukan dengan baik, yang lain

terabaikan sehingga timbullah konflik peran. Masalah ini timbul

apabila yang bekerja adalah ibu rumah tangga yang mempunyai

anak-anak dan masih membutuhkan pengasuhan fisik maupun

rohaniah (Ihromi, 1990).

Berdasarkan penelitian Moen dan McClain (1990)

terbukti bahwa dimana wanita yang bekerja full-time lebih ingin

mempersingkat jam kerjanya untuk mengurangi ketegangan

akibat peran pekerjaan dan keluarga dibandingkan dengan wanita

yang bekerja part-time. Mereka merasa bersalah karena dari

sekian banyak tugas rumah tangga, mungkin hanya tugas

merawat anak yang dapat dilakukan atau bahkan tugas seperti ini

pun sering dilakukan oleh baby sitter. Mereka juga merasa

bersalah apabila kegiatan rekreasi untuk keluarga pun harus

dibatasi karena urusan pekerjaan atau waktu bermain dengan

anak menjadi berkurang karena mereka sudah capek sepulang

dari kantor.

Hal tersebut, seperti dijelaskan dalam Hurlock (2000)

berakibat pada kehidupan rumah tangga pekerja wanita yang

menjadi terasa tidak memuaskan dan terkadang membuat mereka

Page 9: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

frustrasi. Banyaknya persoalan yang dialami oleh para ibu rumah

tangga yang bekerja di luar rumah, seperti bagaimana mengatur

waktu dengan suami dan anak hingga mengurus tugas-tugas

rumah tangga dengan baik. Yulia (2007) mengungkapkan ada

yang bisa menikmati peran gandanya, namun ada yang merasa

kesulitan hingga akhirnya persoalan-persoalan rumit semakin

berkembang dalam hidup sehari-hari.

Menurut Munandar (dalam Mudzhar, 2001), konflik peran

muncul jika seorang pekerja mengalami pertentangan antara

tangggung jawab yang dia miliki dengan tugas-tugas yang harus

dilakukannya. House dan Rizzo (dalam Lui & Steven, 2000)

mengatakan bahwa konflik peran secara umum didefinisikan

dengan kemunculan yang simultan dari dua atau lebih tekanan

peran. Kehadiran salah satu peran akan menyebabkan kesulitan

dalam memenuhi tuntutan peran yang lain. Kahn dkk (dalam

Hardyastuti, 2001) mengatakan bahwa harapan orang lain

terhadap berbagai peran yang harus dilakukan seseorang dapat

menimbulkan konflik. Konflik terjadi apabila harapan peran

mengakibatkan seseorang sulit membagi waktu dan sulit untuk

melaksanakan salah satu peran karena hadirnya peran yang lain.

Penelitian mengenai konflik peran kebanyakan

difokuskan pada ketidaksesuaian yang terjadi antara peran

pekerjaan dan peran dalam keluarga, terutama pada wanita

(Settles, Seller & Robert, 2002). Hal ini dikarenakan wanita yang

bekerja akan memegang dua peranan yang penting, yaitu sebagai

Page 10: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

pekerja dan perannya di rumah tangga. Hardyastuti (2001)

mengatakan bahwa konflik peran lebih dirasakan oleh wanita dari

pada laki-laki. Menurut Moen (dalam Hardyastuti, 2001),

perbedaan terjadi dikarenakan sifat permintaan peran yang

berbeda. Wanita lebih dihadapkan pada permintaan antara peran

kerja dan peran keluarga secara serentak yang memerlukan

prioritas dalam menjalankan kedua peran tersebut. Hal tersebut

dapat menimbulkan konflik apabila wanita tidak dapat membagi

waktu antara perannya sebagai ibu rumah tangga dan sebagai

pekerja. Ihromi (1990) juga menyatakan bahwa konflik peran

akan lebih dirasakan oleh wanita yang bekerja. Hal ini

disebabkan wanita yang bekerja akan menghadapi konflik peran

sebagai wanita karier sekaligus ibu rumah tangga. Terutama

dengan alam kebudayaan Indonesia, wanita akan dituntut

perannya sebagai ibu rumah tangga yang baik, sehingga banyak

wanita karier yang serba salah ketika harus bekerja.

O’Driscoll dan Michael (1997) menyatakan bahwa

konflik peran berdampak pada ketidakhadiran (absen), kepuasan

kerja, keadaan psikologis, kesehatan fisik serta konsekuensi

lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

(dalam Zatz, 1996) pada agen asuransi menyatakan bahwa

konflik peran akan berpengaruh pada keadaan keluarga. Efek

yang timbul antara lain adanya kecemasan, konflik keluarga,

jumlah anak serta keterlibatan yang rendah pada peran keluarga

dan pekerjaan. Selain itu, Orenstein (dalam Hastuti, 2008)

Page 11: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

mengungkapkan bahwa konflik peran ganda yang dialami oleh

wanita bekerja dapat meyebabkan hambatan dalam pekerjaan,

sulit memilih sukses di bidang pekerjaan, keluarga dan hubungan

interpersonal. Ketidakmampuan mereka dalam menyelesaikan

konflik peran ganda tersebut dapat menyebabkan mereka

menampilkan sikap kerja yang negatif, misal kurang termotivasi

dalam bekerja atau kurang konsentrasi karena urusan keluarga,

sehingga akan berpengaruh terhadap kinerja pribadi, organisasi

atau perusahaan secara keseluruhan.

Ada berbagai faktor yang memengaruhi konflik peran

ganda pada wanita yang bekerja dari segi pekerjaan menurut

Greenhause dan Beutell (1985), seperti jumlah jam kerja, jumlah

dan frekuensi lembur, jadwal kerja yang tidak fleksibel, ketidak

jelasan peran dalam pekerjaan, kurangnya dukungan dari atasan,

budaya kerja yang berubah-ubah, komunikasi interpersonal di

lingkungan kerja, dan konsentrasi yang dibutuhkan dalam

menajalankan pekerjaan, serta work involvement, yaitu sebuah

konsep yang menjelaskan tentang respon psikologis individu

tentang perannya dalam pekerjaan serta tingkatan dimana

individu secara psikologis mengidentifikasikan dirinya dengan

pekerjaannya, dan pentingnya pekerjaan tersebut terhadap

gambaran dan konsep dirinya. Sedangkan Stoner (1990)

mengungkapkan faktor yang memengaruhi konflik peran ganda

dari segi pekerjaan antara lain adalah Time pressure dan kepuasan

kerja. Dari pendapat Greenhause dan Beutell (1985) serta Stoner

Page 12: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

(1990), dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor yang

memengaruhi konflik peran ganda yang menggambarkan seluruh

keadaan seperti yang dijelaskan di atas adalah iklim organisasi.

Iklim organisasi yang baik/kondusif memberikan suatu

lingkungan kerja yang menyenangkan atau tidak menyenangkan

bagi orang-orang dalam organisasi, dalam hal ini selanjutnya

akan memengaruhi kepuasan kerja, motivasi dan prestasi kerja

(Handoko, 2001). Selain itu Hadipranata (1999) juga

mengungkapkan bahwa di dalam iklim organisasi yang kondusif,

dimana rekan kerja saling mendukung menciptakan situasi tolong

menolong, bersahabat, dan bekerja sama akan menciptakan

lingkungan kerja yang menyenangkan serta menimbulkan

kepuasan dalam bekerja. Kepuasan kerja inilah yang selanjutnya

akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya konflik peran ganda

yang dialami oleh seseorang (Stoner, 1990).

Oleh karena itu, menciptakan iklim organisasi yang

baik/kondusif merupakan harapan dari seluruh organisasi yang

ada, tidak terkecuali organisasi militer. Usaha organisasi militer

untuk menciptakan iklim organisasi yang baik/kondusif dikemas

dalam lingkungan yang berciri khas nilai-nilai dan tradisi yang

berlaku bagi TNI, seperti dedikasi, loyalitas dan militansi TNI

yang berisi keunggulan moral, sikap pantang menyerah, watak

rela berkorban dan senantiasa mampu manunggal dengan rakyat

dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, iklim organisasi militer

membentuk perilaku para pegawai dengan disiplin yang tinggi,

Page 13: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

otoritas yang kuat dari pimpinan, bertanggung jawab, serta

memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan baik untuk

pengabdian kepada lembaga, masyarakat serta bangsa dan negara

(www.akmil.ac.id).

Sejauh penelusuran peneliti, belum banyak penelitian

mengenai hubungan iklim organisasi dengan konflik peran ganda

wanita, terlebih yang terkait dengan iklim organisasi militer.

Peneliti hanya menemukan penelitian mengenai hubungan

beberada dimensi dalam iklim organisasi dengan konflik peran

ganda, yaitu penelitian Wiersma (1990), dimana ia menemukan

banyak tenaga kerja – baik laki-laki maupun perempuan – yang

mengalami konflik peran yang tinggi menunjukkan keinginan

kuat terhadap adanya kebijakan sumber daya manusia yang bisa

membantu meringankan tuntutan yang bisa menyebabkan konflik

antara kerja dan keluarga. Kebijakan yang diharapkan antara lain

waktu kerja yang fleksibel dalam memulai dan menyelesaikan

pekerjaan, pengurangan waktu kerja, bekerja di rumah, cuti

ketika anak sakit, jalur karir tanpa transfer, serta penyediaan

tempat penitipan anak di tempat kerja. Kebijakan-kebijakan

tersebut terbukti bisa mengurangi konflik peran ganda (Duxbury

& Higgins, 1991 & Wiersma, 1990).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin meneliti

apakah ada hubungan yang signifikan antara iklim organisasi

dengan konflik peran ganda pada Pegawai Negeri Sipil (PNS) di

Akademi Militer (AKMIL) Magelang.

Page 14: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

TINJAUAN PUSTAKA

Konflik Peran Ganda

Konflik peran digambarkan sebagai ketegangan psikologis

yang disebabkan oleh adanya konflik peran yang menekan,

dimana ini terjadi ketika individu terlibat dalam beberapa peran

yang bertentangan (Katz & Kahn, dalam Hammer & Thompson,

2003). Menurut Goode (dalam Kaltsum, 2006), konflik peran

ganda adalah kesulitan-kesulitan yang dirasakan dalam

menjalankan kewajiban atau tuntutan peran yang berbeda secara

bersamaan, dimana wanita karir dituntut untuk dapat

menyelesaikan tugas-tugasnya baik di dalam keluarga, di kantor,

sementara di sisi lain juga dituntut untuk dapat memberikan

unjuk kerja (performance) yang maksimal. Frone, Russell, &

Cooper (1992) mengatakan bahwa konflik peran ganda

merupakan konflik yang terjadi pada karyawan, dimana di satu

sisi ia harus melakukan pekerjaan di kantor dan di sisi lain harus

memerhatikan keluarga secara utuh, sehingga sulit membedakan

antara pekerjaan mengganggu keluarga dan keluarga

mengganggu pekerjaan. Dalam hal ini beban pekerjaan yang

cukup berat akan terbawa ke rumah dan akan memengaruhi

kehidupan keluarga. Sebaliknya, urusan keluarga yang cukup

rumit dan menyita waktu serta perhatian akan memengaruhi

pekerjaan karyawan di kantor.

Menurut Munandar (dalam Mudzhar, 2001), konflik peran

muncul jika seorang pekerja mengalami pertentangan antara

Page 15: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

tangggung jawab yang dia miliki dengan tugas-tugas yang harus

dilakukannya. Kahn dkk (dalam Hardyastuti, 2001) mengatakan

bahwa harapan orang lain terhadap berbagai peran yang harus

dilakukan seseorang dapat menimbulkan konflik, dimana konflik

terjadi apabila harapan peran mengakibatkan seseorang sulit

membagi waktu dan sulit untuk melaksanakan salah satu peran

karena hadirnya peran yang lain.

Konflik peran ganda didefinisikan oleh Zanden (1993)

sebagai suatu situasi yang tidak menyenangkan yang dapat

bersumber dari diri individu, pasangan perannya, lingkungan

sosial, sehingga cenderung dihindari atau berusaha dicari jalan

keluarnya. Selanjutnya Greenhauss dan Beutell (dalam

Voydanoff, 1988) menyatakan konflik peran ganda merupakan

bentuk dari interrole conflict, peran pekerjaan dan keluarga

membutuhkan perhatian yang sama. Lebih lanjut Beutell dan

Greenhauss (1985) mengatakan bahwa seseorang dikatakan

mengalami konflik peran ganda apabila merasakan suatu

ketegangan dalam menjalani peran pekerjaan dan keluarga karena

permintaan satu peran mengganggu seseorang dalam

berpartisipasi atau melakukan performansi peran yang lainnya.

Selanjutnya Noor (2002) menambahkan ketika seseorang

menggunakan waktu dan energi yang berlebihan terhadap peran

bekerja maka peran dalam keluarga akan mengalami kesulitan,

dan begitu juga sebaliknya, ketika seseorang menggunakan waktu

Page 16: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

yang berlebihan dan energi terhadap peran dalam keluarga maka

peran bekerja akan mengalami kesulitan.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti mengacu

pada definisi Beutell dan Greenhauss (1985) bahwa seseorang

dikatakan mengalami konflik peran ganda apabila merasakan

suatu ketegangan dalam menjalani peran pekerjaan dan keluarga

karena permintaan satu peran mengganggu seseorang dalam

berpartisipasi atau melakukan performansi peran yang lainnya.

Dimensi Konflik Peran Ganda

Menurut Greenhause dan Beutell (1985) konflik peran

ganda itu bersifat bi-directional dan multidimensi. Bi-directional

terdiri dari :

a. Work-family conflict yaitu konflik yang muncul dikarenakan

tanggung jawab pekerjaan yang mengganggu tanggung jawab

terhadap keluarga, dimana secara umum permintaan waktu dan

ketegangan yang diakibatkan oleh pekerjaan yang

mengganggu tanggung jawab keluarga.

b. Family-work conflict yaitu konflik yang muncul dikarenakan

tanggung jawab terhadap keluarga mengganggu tanggung

jawab terhadap pekerjaan, dimana secara umum permintaan,

waktu dan ketegangan dalam keluarga mengganggu tanggung

jawab pekerjaan.

Menurut Greenhause dan Beutell (1985), multidimensi

dari konflik peran ganda muncul dari masing-masing direction

Page 17: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

dimana antara keduanya baik itu work-family conflict maupun

family-work conflict masing-masing memiliki 3 dimensi yaitu:

a. Time Based Conflict

Merupakan konflik yang terjadi karena waktu yang

digunakan untuk memenuhi satu peran tidak dapat digunakan

untuk memenuhi peran lainnya, artinya pada saat yang

bersamaan seorang yang mengalami konflik peran ganda tidak

akan bisa melakukan dua atau lebih peran sekaligus. Tuntutan

waktu ini dapat terjadi tergantung dari alokasi waktu kerja dan

kegiatan keluarga yang dipilih berdasarkan preferensi dan nilai

yang dimiliki individu. Peran ganda mungkin dapat

menyulitkan dan seolah berlomba mendapatkan waktu

seseorang. Waktu yang dihabiskan dalam satu peran secara

umum tak bisa di curahkan kepada aktivitas dalam peran

lainnya. Dalam dimensi ini sumber konflik terbagi menjadi

dua:

1) Sumber konflik yang berasal dari pekerjaan.

Konflik pekerjaan-keluarga berhubungan positif dengan

jumlah jam kerja dalam setiap minggunya (Burke, Keith,

Schaf & Plect dalam Greenhaus & Beutell, 1985) dan

jumlah jam perjalanan pulang-pergi rumah ke tempat

kerja dalam setiap minggunya (Bohen & Viveros-Long

dalam Greenhaus & Beutell, 1985). Konflik pekerjaan-

keluarga juga memiliki hubungan yang positif dengan

jumlah dan frekuensi lembur serta adanya ketidak

Page 18: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

teraturan dalam pengaturan jam kerja (Pleck dalam

Greenhaus & Beutell, 1985). Jadwal kerja yang tidak

fleksibel juga akan menimbulkan konflik pekerjaan-

keluarga (Pleck dalam Greenhaus & Beutell, 1985),

khususnya pada ibu bekerja yang memiliki tanggung

jawab mengurus anak.

2) Sumber konflik yang berasal dari keluarga.

Karakteristik peran keluarga yang mengharuskan

seseorang menghabiskan sebagian besar dari waktunya

dalam aktivitas keluarga dapat menghasilkan konflik

pekerjaan-keluarga. Sependapat dengan itu, Herman &

Gyllstrom (dalam Greenhaus & Beutell, 1985)

menemukan bahwa orang-orang yang menikah lebih

banyak mengalami konflik Pekerjaan-keluarga

dibandingkan dengan mereka yang tidak menikah.

Selanjutnya, sejumlah studi menunjukan bahwa orang tua

dari anak yang masih kecil (usia prasekolah) merasakan

konflik yang lebih besar daripada orang tua yang memiliki

anak relatif sudah lebih besar (Beutell, Greenhaus,

Kopelman & Pleck dalam Greenhaus & Beutell, 1985).

Kesimpulannya, jadwal kerja, orientasi kerja,

pernikahan, anak-anak, dan pola pekerjaan pasangan

seluruhnya mungkin menghasilkan tekanan untuk

berpartisipasi secara luas dalam peran pekerjaan atau peran

Page 19: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

keluarga. Konflik dialami ketika tekanan-tekanan waktu ini

tidak kompetibel dengan tuntutan domain peran lain.

b. Strain Based Conflict

Merupakan ketegangan yang dihasilkan oleh salah satu

peran membuat seseorang sulit untuk memenuhi tuntutan

peran yang lain. Ketegangan yang ditimbulkan akan

mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan. Ketegangan

peran ini termasuk stres, tekanan darah meningkat, kecemasan,

cepat marah, dan sakit kepala.

Strain based conflict muncul saat ketegangan yang

diakibatkan dari menjalankan peran yang satu, mempengaruhi

performa individu di perannya yang lain. Peran-peran tersebut

menjadi bertentangan karena ketegangan akibat peran yang

satu membuat individu lebih sulit memenuhi tuntutan

perannya yang lain. Dalam dimensi ini sumber konflik terbagi

menjadi dua:

1) Sumber konflik yang berasal dari pekerjaan.

Peran dalam pekerjaan yang tidak jelas (ambigu) dan atau

konflik dalam peran di pekerjaan memiliki hubungan yang

positif dengan konlik pekerjaan-keluarga (Jones, Butler &

Kopelman dalam Greenhaus & Beutell, 1985). Kurangnya

dukungan dari atasan juga menyebabkan tingginya konflik

peran pekerjaan (Jones & Butler, dalam Greenhaus &

Beutell, 1985). Stresor yang berasal dari pekerjaan seperti

budaya kerja yang berubah-ubah, stres dalam komunikasi

Page 20: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

dan konsentrasi yang dibutuhkan dalam menajalankan

pekerjaan, menurut Bruke (dalam Greenhaus & Beutell,

1985) memiliki hubungan yang positif dengan konflik

pekerjaan-keluarga. Selain itu, penggunaan sebagian besar

waktu untuk melakukan salah satu peran juga dapat

mengakibatkan ketegangan. Seperti, jam kerja yang

panjang dan tidak fleksibel, serta adanya kerja lembur

dapat menyebabkan time based conflict begitu juga strain

based conflict. Walaupun keduanya merupakan konsep

yang berbeda, namun ada beberapa sumber konflik yang

dapat digolongkan kepada kedua dimensi konflik tersebut.

2) Sumber konflik yang berasal dari keluarga.

Menurut Beutell & Greenhaus (1985) perempuan yang

memiliki orientasi karier yang berbeda dengan suaminya,

merasakan tingkatan konflik antar peran yang lebih tinggi.

Besar kemungkinan perbedaan pasangan dalam

keyakinan-keyakinan fundamental dapat melemahkan

sistem dukungan mutual dan dapat menghasilkan stres.

Kesimpulannya, ketegangan, konflik, atau kurangnya

dukungan dari keluarga dapat menyebabkan konflik pekerjaan-

keluarga. Sedangkan pada domain pekerjaan, karakteristik

peran keluarga yang menghasilkan komitmen waktu ekstensi

juga dapat secara langsung atau tidak langsung memberikan

ketegangan.

Page 21: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

c. Behaviour Based Conflict

Merupakan konflik yang muncul ketika suatu tingkah

laku efektif untuk satu peran namun tidak efektif digunakan

untuk peran yang lain. Ketidak efektifan tingkah laku ini dapat

disebabkan oleh kurangnya kesadaran individu akan akibat

dari tingkah lakunya kepada orang lain atau perilaku-perilaku

yang diharapkan muncul pada saat menjalankan peran yang

satu kadang bertentangan dengan ekspektasi dari peran yang

lain. Misalnya seorang ibu yang diharapkan menekankan

perilaku yang tegas, stabil secara emosional dan objektif

(Schein dalam Greenhaus & Beutell, 1985), diharapkan oleh

anggota keluarganya untuk berperilaku hangat, penuh kasih

sayang, emosional dan peka saat berinteraksi dengan mereka.

Dalam dimensi ini sumber konflik terbagi menjadi dua:

1) Sumber konflik yang berasal dari pekerjaan.

Menurut Greenhaus & Beutell (1985) sumber konflik

yang berasal dari pekerjaan adalah work ambiguity dan

work involvement. Yang dimaksud dengan work

involvement adalah sebuah konsep yang menjelaskan

tentang respon psikologis individu tentang perannya

dalam pekerjaan serta tingkatan dimana individu secara

psikologis mengidentifikasikan dirinya dengan

pekerjaannya, dan pentingnya pekerjaan tersebut terhadap

gambaran dan konsep dirinya.

Page 22: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

2) Sumber konflik yang berasal dari keluarga.

Sumber konflik dari keluarga misalnya adalah peran yang

membingungkan di dalam keluarga (ambigu), konflik

intra keluarga, dukungan sosial dan family role

involvement. Family role involvement adalah sebuah

konsep yang menjelaskan tentang tingkatan dimana

individu secara psikologis mengidentifikasikan dirinya

dengan peran – peran dalam keluarga, pentingnya

keluarga terhadap konsep diri dan gambaran dirinya serta

komitmen individu terhadap peran – peran dalam keluarga

(Greenhaus & Beutell, 1985).

Faktor-faktor yang Memengaruhi Konflik Peran Ganda

Stoner et al. (1990) menyatakan mengenai faktor-faktor

yang memengaruhi konflik peran ganda, yaitu:

a. Time pressure, semakin banyak waktu yang digunakan untuk

bekerja maka semakin sedikit waktu untuk keluarga.

b. Family size dan support, semakin banyak anggota keluarga

maka semakin banyak konflik, dan semakin banyak dukungan

maka semakin sedikit konflik.

c. Kepuasan kerja, semakin tinggi kepuasan kerja maka konflik

yang dirasakan semakin sedikit.

d. Marital and life satisfaction, ada asumsi bahwa wanita bekerja

memiliki konsekuensi yang negatif terhadap pernikahannya.

Page 23: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

e. Size of firm, yaitu banyaknya pekerja dalam perusahaan

mungkin saja memengaruhi konflik peran ganda seseorang.

Iklim Organisasi

Setiap organisasi memiliki budaya, tradisi dan metode

yang berbeda-beda, yang secara keseluruhan akan membentuk

iklim dalam hubungan antar manusia di dalam organisasi

tersebut, dengan demikian iklim organisasi mencerminkan budaya,

tradisi dan metode tindakan yang dianut oleh sebuah organisasi

(Davis & Newstrom, 1987). Menurut Davis dan Newstrom (1996),

iklim organisasi adalah lingkungan manusia dimana para

karyawan melakukan pekerjaan mereka. Sedangkan Scneider dan

Snyder (dalam Jewel & Siegall, 1998) mendefinisikan iklim

organisasi sebagai konsep deskriptif yang berdasarkan pada persepsi

mereka terhadap lingkungan sosial organisasi.

Litwin dan R. A Stringer; 1968 (dalam Wirawan, 2007)

mendefinisikan iklim organisasi sebagai "a concept describbing the

subjective nature or quality of the organizational environment. Its

prpoerties canbe perceived or experienced by members of the

organization and reported by them in an appropriate

questionnaire". Menurut kedua tokoh tersebut, iklim organisasi

merupakan suatu konsep yang melukiskan sifat subjektif atau

kualitas lingkungan organisasi. Unsur-unsurnya dapat dipersepsikan

dan dialami oleh anggota organisasi dan dilaporkan melalui

kuesioner yang tepat. Menurut Wirawan (2007) iklim organisasi

adalah persepsi anggota organisasi (secara individual dan kelompok)

Page 24: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

dan mereka yang secara tetap berhubungan dengan organisasi

(misalnya pemasok, konsumen, konsultan, dan kontraktor) mengenai

apa yang ada atau yang terjadi di lingkungan internal organisasi

secara rutin, yang memengaruhi sikap dan perilaku organisasi.

Stringer (2002) mendefinisikan iklim organisasi sebagai

“...collection and pattern of enviromental determinant of aroused

motivation.” Iklim organisasi sebagai koleksi dan pola

lingkungan yang menentukan munculnya motivasi. Sedangkan

Kolb dan Rubin (1984) mengatakan bahwa iklim organisasi

merupakan suatu perangkat manajemen yang efektif untuk

memadukan motivasi individu dengan tujuan serta tugas-tugas

dalam organisasi. Selanjutnya Lumsdaine & Lumsdaine (1995)

mengungkapkan bahwa iklim organisasi merupakan persepsi

karyawan terhadap karakteristik dari prosedur yang ada dalam

sebuah perusahaan. Sejalan dengan Lumsdaine & Lumsdaine,

Jewell dan Siegall (1990) mengatakan bahwa iklim organisasi

menunjukkan konsensus dari persepsi para anggota mengenai

organisasi dan/atau, subsistemnya terkait dengan anggotanya dan

lingkungan luarnya. Sedangkan Mathis dan Jakson (1988)

menjelaskan bahwa iklim organisasi merupakan perasaan

karyawan terhadap perusahaan serta dimensi-dimensi yang ada di

dalamnya.

Tagiuri dan Litwin (dalam, Wirawan 2007)

mengungkapkan iklim organisasi sebagai kualitas lingkungan

internal organisasi yang secara relatif terus berlangsung, dialami

oleh anggota organisasi, memengaruhi perilaku mereka dan dapat

Page 25: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

dilukiskan dalam pengertian satu set karakteristik atau sifat

organisasi. Sedangkan Reksohadiprojo (1995) mendefinisikan

iklim organisasi sebagai suatu lingkungan intemal organisasi yang

terdiri dari elemen-elemen fisik, teknologi, sosial, politik, ekonomi.

Di mana elemen-elemen tersebut memengaruhi dan dipengaruhi

oleh kebijakan, prosedur dan kondisi kepegawaian sebagaimana

pandangan manajer. Ranupandojo (1994), memandang iklim sebagai

kepribadian organisasi seperti yang dilihat oleh para anggotanya.

Selanjutnya Handoko (1997) menyatakan bahwa iklim

organisasi merupakan suatu suasana organisasi yang diciptakan

beberapa komponen yang membentuk nilai kebijaksanaan, yang

pelaksanaannya sesuai dengan kepentingan kelompok kerja.

Komponen-komponen yang membentuk suasana ini meliputi:

praktik pengambilan keputusan yang lebi partisipatif dan berpola

kelompok, adanya arus komunikasi yang mengalir ke seluruh

jenjang organisasi secara memadai dalam arti jumlah dan mutu,

terciptanya kondisi kerja yang sedemikian rupa sehingga mendorong

dan merangsang para pegawai untuk bekerja giat, adanya

penghargaan yang penuh terhadap sumber daya manusia sebagai

modal dasar organisasi, adanya pengakuan pengaruh bawahan dalam

melaksanakan tugas pekerjaan, dan adanya penyediaan teknologi

oleh organisasi secaramemadai sesuai dengan kebutuhan untuk

melaksanakan tugas pekerjaan.

Hellriegel dan Slocum (dalam Muchinsky, 1991)

mendefinisikan iklim organisasi sebagai seperangkat atribut yang

dapat dirasakan atas fakta-fakta organisasi dan atau subsistem

Page 26: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

yang ada di dalamnya, yang dapat berpengaruh terhadap

kesepakatan yang akan terjalin antara anggota dan lingkungan

organisasi. Sedangkan Payne & Pheysey (dalam Gruneberg &

Well. 1984) menggambarkan iklim organisasi sebagai suatu

konsep yang menggambarkan isi dan kekuatan dari nilai-nilai

umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan dari sistem sosial

organisasi.

Dari seluruh definisi tersebut peneliti mengacu pada

definisi iklim organisasi menurut Stringer (2002) yang

mendefinisikan iklim organisasi sebagai koleksi dan pola

lingkungan yang menentukan munculnya motivasi.

Dimensi Iklim Organisasi

Robert Stringer (2002) mengatakan bahwa untuk

mengukur iklim organisasi terdapat enam dimensi yang

diperlukan, yaitu sebagai berikut :

a. Struktur

Struktur organisasi merefleksikan perasaan anggota

organisasi dalam organisasi secara baik serta mempunyai

peran dan tanggung jawab yang jelas dalam lingkungan

organisasi. Struktur tinggi jika anggota organisasi merasa

pekerjaan mereka didefenisikan secara baik. Struktur rendah

jika mereka merasa tidak ada kejelasan mengenai siapa yang

melakukan tugas dan mempunyai kewenangan mengambil

keputusan.

Page 27: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

b. Standar-standar

Standar-standar dalam suatu organisasi mengukur

perasaan tekanan untuk meningkatkan kinerja dan derajat

kebanggaan yang dimiliki oleh anggota organisasi dalam

melakukan pekerjaan dengan baik. Standar-standar tinggi

artinya anggota organisasi selalu berupaya mencari jalan untuk

meningkatkan kinerja. Standar-standar rendah merefleksikan

harapan yang lebih rendah untuk kinerja.

c. Tanggung jawab

Tanggung jawab merefleksikan perasaan anggota

organisasi bahwa mereka menjadi “bos bagi diri sendiri” dan

tidak memerlukan keputusannya dilegimitasi oleh anggota

organisasi lainnya. Tanggung jawab tinggi menunjukkan

bahwa anggota organisasi merasa didorong untuk

memecahkan problemnya sendiri. Tanggung jawab rendah

menunjukkan bahwa pengambilan resiko dan percobaan

terhadap pendekatan baru tidak diharapkan.

d. Penghargaan

Penghargaan mengindikasikan bahwa anggota organisasi

merasa dihargai jika mereka dapat menyelesaikan tugas secara

baik. Penghargaan merupakan ukuran penghargaan

dihadapkan dengan kritik dan hukuman atas penyelesaian

pekerjaan. Iklim organisasi yang menghargai kinerja

berkarakteristik keseimbangan antara imbalan dan kritik.

Page 28: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

Penghargaan rendah artinya penyelesaian pekerjaan dengan

baik diberi imbalan secara tidak konsisten.

e. Dukungan

Dukungan merefleksikan perasaan percaya dan saling

mendukung yang terus berlangsung diantara anggota

kelompok kerja. Dukungan tinggi jika anggota organisasi

merasa bahwa mereka bagian tim yang berfungsi dengan baik

dan merasa memperoleh bantuan dari atasannya, jika

mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas. Jika dukungan

rendah, anggota organisasi merasa terisolasi atau tersisih

sendiri.

f. Komitmen

Komitmen merefleksikan perasaan bangga anggota

terhadap organisasinya dan derajat kesetiaan terhadap

pencapaian tujuan organisasi. Perasaan komitmen kuat

berisolasi dengan kesetiaan personal. Level komitmen rendah

artinya anggota organisasi merasa apatis terhadap organisasi

dan tujuannya.

METODE PENELITIAN

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode

kuantitatif dengan menggunakan skala. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik

Purposive Sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan

berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriterianya

Page 29: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

antara lain adalah: 1) berusia 30 – 45 tahun, 2) menikah, 3)

mempunyai satu anak atau lebih yang tinggal bersama (dalam

satu rumah). Pengambilan sampel dilakukan di Akademi Militer

(AKKIL) Magelang.

Dalam penelitian ini peneliti membuat dua alat ukur

berupa skala konflik peran ganda dan skala iklim organisasi.

Skala konflik peran ganda merupakan modifikasi dari skala yang

disusun oleh Carlson, Kacmar and Williams (2000) berdasarkan

pada dimensi konflik peran ganda yang diungkap oleh

Greenhause dan Beutell (1985) yang digunakan untuk mengukur

konflik peran ganda pada PNS wanita, sedangkan skala iklim

organisasi disusun berdasarkan dimensi iklim organisasi yang

diungkapkan oleh Stringer (2002) yang digunakan untuk

mengukur iklim organisasi. Jumlah item yang diuji dalam skala

konflik peran ganda sebanyak 19 nomor yang terdiri dari 10 item

favorable dan 9 item unfavorable. Sedangkan jumlah item yang

diuji dalam skala iklim organisasi sebanyak 15 nomor yang

terdiri dari 7 item favorable dan 8 item unvaforable. Skala yang

digunakan adalah skala Likert.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil uji reliabilitas, diperoleh koefisien

Alpha dari konflik peran ganda sebesar 0.912. Menurut Azwar

(2003) jika koefisien Alpha lebih dari 0,8 maka menunjukkan

bahwa reliabilitas alat ukur termasuk dalam kategori baik,

Page 30: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

sehingga skala konflik peran ganda yang digunakan sebagai alat

ukur dalam penelitian ini termasuk dalam kategori baik. Begitu

juga hasil uji reliabilitas skala iklim organisasi, diperoleh

koefisien Alpha sebesar 0.832 yang menunjukkan bahwa skala

yang digunakan dalam penelitian ini tergolong baik pula.

Kategorisasi pada variabel konflik peran ganda

berdasarkan hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel berikut:

No Interval Kategori Mean N Presentase1 64,6 ≤ x ≤ 76 Sangat Tinggi

37,81

0 0%2 53,2 ≤ x < 64,6 Tinggi 0 0%3 41,8 ≤ x < 53,2 Sedang 24 35,82%4 30,4 ≤ x < 41,8 Rendah 31 46,27%5 19 ≤ x < 30,4 Sangat Rendah 12 17,91%

Jumlah 67 100%SD = 7,754 Min = 21 Max = 52

Secara lebih terperinci, kategorisasi pada variabel konflik

peran ganda berdasarkan masing-masing dimensi dapat dilihat

pada tabel berikut:

DimensiKategori

Mean Kategori

Sangat tinggi

Tinggi Sedang RendahSangat rendah

Keluarga memengaruhi

pekerjaan-berdasarkan

waktu

0 3 10 33 21 Rendah

Keluarga memengaruhi

pekerjaan-berdasarkan

perilaku

0 0 29 26 12 Sedang

Page 31: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

Keluarga memengaruhi

pekerjaan-berdasarkan

tekanan

0 5 13 28 21 Rendah

Pekerjaan memengaruhi

keluarga-berdasarkan

waktu

0 2 21 33 11 Rendah

Pekerjaan memengaruhi

keluarga-berdasarkan

perilaku

0 4 25 31 7 Rendah

Pekerjaan memengaruhi

keluarga-berdasarkan

tekanan

1 3 17 39 7 Rendah

Selain itu, kategorisasi pada variabel iklim organisasi

berdasarkan hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel berikut:

No Interval Kategori Mean N Presentase1 51 ≤ x ≤ 60 Sangat Baik

45,6612 17,91%

2 42 ≤ x < 51 Baik 38 56,72%3 33 ≤ x < 42 Sedang 17 25,37%4 24 ≤ x < 33 Buruk 0 0%5 15 ≤ x < 24 Sangat Buruk 0 0%

Jumlah 67 100%SD = 5,443 Min = 35 Max = 57

Page 32: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

Secara lebih terperinci, kategorisasi pada variabel iklim

organisasi berdasarkan masing-masing dimensi dapat dilihat pada

tabel berikut:

DimensiKategori

Mean Kategori

Sangat Baik

Baik Sedang BurukSangat Buruk

Struktur 15 32 19 1 0 BaikStandar 8 32 25 2 0 Baik

Tanggung jawab

6 27 0 30 4 Buruk

Penghargaan 14 21 17 13 2 Baik Dukungan 14 31 21 1 0 Baik Komitmen 25 40 2 0 0 Baik

Selanjutnya, untuk hasil perhitungan uji korelasi diperoleh

koefisien korelasi antara iklim organisasi dengan konflik peran

ganda sebesar -0,626 dengan sig. = 0,000 (p < 0.05) yang berarti

ada hubungan yang negatif dan signifikan. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin baik iklim organisasi maka semakin rendah

konflik peran ganda yang dialami PNS wanita. Iklim organisasi

memberikan kontribusi terhadap konflik peran ganda PNS wanita

sebesar 49,1% (diperoleh dari r²) dan sisanya sebesar 50,9%

dijelaskan oleh faktor lain.

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan

signifikan negatif antara iklim organisasi dengan konflik peran

ganda pada PNS wanita. Artinya makin baik iklim organisasi

maka konflik peran ganda pada PNS wanita makin rendah, dan

Page 33: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

makin buruk iklim organisasi maka konflik peran ganda pada

PNS wanita makin tinggi. Hal tersebut didasarkan atas hasil uji

korelasi keduanya yang memiliki r = -0,626 dengan sig. 0,000 (p

< 0,05) yang berarti bahwa hubungan antara kedua variabel

tersebut negatif dan signifikan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wiersma

(1990) yang menemukan bahwa kebijakan sumber daya manusia

dalam suatu organisasi, bisa membantu mengurangi konflik peran

ganda antara kerja dan keluarga. Kebijakan tersebut antara lain

waktu kerja yang fleksibel dalam memulai dan menyelesaikan

pekerjaan, pengurangan waktu kerja, kebebasan untuk bekerja di

rumah (tidak harus lembur), cuti ketika anak sakit, jalur karir

tanpa transfer, serta penyediaan tempat penitipan anak di tempat

kerja. Lebih lanjut Handoko (2001) menjelaskan bahwa iklim

organisasi yang baik/kondusif memberikan suatu lingkungan

kerja yang menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi orang-

orang dalam organisasi, dalam hal ini selanjutnya akan

memengaruhi kepuasan kerja, motivasi dan prestasi kerja. Selain

itu Hadipranata (1999) juga mengungkapkan bahwa di dalam

iklim organisasi yang kondusif, dimana rekan kerja saling

mendukung menciptakan situasi tolong menolong, bersahabat,

dan bekerja sama akan menciptakan lingkungan kerja yang

menyenangkan serta menimbulkan kepuasan dalam bekerja.

Kepuasan dalam bekerja tersebut selanjutnya menurut Stoner

Page 34: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

(1990) akan berpengaruh terhadap rendahnya konflik peran ganda

yang dialami oleh seseorang.

Dalam kategorisasi data pada variabel konflik peran

ganda, dapat dilihat bahwa 46,27% PNS wanita berada pada

kategori rendah dan sisanya masuk dalam kategori sangat rendah

dan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa konflik peran ganda

sebagian besar PNS wanita di AKMIL termasuk dalam taraf

rendah. Secara lebih rinci dapat dijelaskan bahwa hampir di

setiap dimensi konflik peran ganda, yaitu dimensi keluarga

memengaruhi pekerjaan-berdasarkan waktu, pekerjaan

memengaruhi keluarga-berdasarkan waktu, keluarga

memengaruhi pekerjaan-berdasarkan tekanan, pekerjaan

memengaruhi keluarga-berdasarkan tekanan, serta pekerjaan

memengaruhi keluarga-berdasarkan perilaku yang dialami PNS

wanita AKMIL tergolong dalam kategori rendah. Sedangkan

untuk dimensi keluarga memengaruhi pekerjaan-berdasarkan

perilaku pada konflik peran ganda yang dialami PNS wanita

AKMIL tergolong dalam kategori sedang.

Selanjutnya pada variabel iklim organisasi, 56,72% PNS

wanita AKMIL menilai bahwa iklim organisasi AKMIL termasuk

dalam kategori baik dan sisanya menilai dalam kategori sangat

baik dan sedang. Hal ini menunjukkan bahwa AKMIL memiliki

iklim organisasi yang baik. Secara lebih rinci dapat dijelaskan

bahwa hampir di setiap dimensi iklim organisasi, yaitu struktur,

standar, dukungan, komitmen, dan penghargaan, menurut

Page 35: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

penilaian PNS wanita termasuk dalam kategori baik, sedangakan

untuk dimensi tanggung jawab pada iklim organisasi mendapat

penilaian yang tergolong buruk dari PNS wanita AKMIL.

Sumbangan iklim organisasi terhadap konflik peran ganda

PNS wanita di AKMIL sebesar 49,1% (r = -0,626). Hal ini

menunjukkan masih terdapat faktor-faktor lain di luar iklim

organisasi yang turut memengaruhi konflik peran ganda PNS

wanita di AKMIL yaitu sebesar 50,9%. Faktor-faktor lain yang

memengaruhi konflik peran ganda tersebut menurut Stoner

(1990) antara lain time pressure, family size dan support,

kepuasan kerja, marital and life satisfaction, dan size of firm.

Sedangkan Hewlett (2003) menyebutkan beberapa faktor yang

memengaruhi konflik peran ganda yaitu usia anak, kualitas

pengganti peran ibu, jumlah orang yang membantu pekerjaan

rumah tangga, serta usia ibu bekerja. Walaupun hanya 49,1%, hal

tersebut membuktikan bahwa iklim organisasi memiliki pengaruh

cukup besar terhadap konflik peran ganda seseorang terutama

pada PNS wanita AKMIL.

Hasil penelitian di atas ternyata sesuai dengan hipotesis

peneliti yang mengatakan bahwa ada hubungan signifikan negatif

antara iklim organisasi dan konflik peran ganda pada PNS wanita

di AKMIL, dimana didapatkan hasil bahwa iklim organisasi

AKMIL baik sehingga konflik peran ganda PNS wanitanya

renda. Meskipun sesuai dengan hipotesis, namun tidak sesuai

dengan dugaan peneliti bahwa AKMIL memiliki iklim organisasi

Page 36: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

yang buruk sehingga PNS wanita AKMIL cenderung mengalami

konflik peran ganda. Hal tersebut dapat dijelaskan berdasarkan

wawancara peneliti dengan salah satu (Kepala Seksi) KASI pada

eselon pimpinan AKMIL yang mengatakan bahwa iklim

organisasi yang paling menonjol di AKMIL adalah adanya rantai

komando dimana selalu ada orang-orang yang berada di puncak

komando yang memegang otoritas penuh dan membawahi

beberapa anak buah, yang selanjutnya masing-masing anak buah

tersebut memiliki anak buah lagi dibawah pimpinannya, dan

seterusnya anak buah tersebut memiliki anggota. Hal tersebut

membentuk perilaku anggota organisasi yang taat dan tunduk

pada otoritas pimpinan serta memiliki loyalitas yang tinggi baik

terhadap pimpinan maupun organisasi mereka. Kondisi inilah

yang dimungkinkan berpengaruh pada perbedaan antara hasil

penelitian dengan dugaan awal peneliti.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang

diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Ada hubungan negatif yang signifikan antara iklim

organisasi dengan konflik peran ganda PNS wanita di

AKMIL. Makin baik iklim organisasi di AKMIL maka

makin rendah konflik peran ganda pada PNS wanita, dan

sebaliknya.

Page 37: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

2. Iklim organisasi memberikan kontribusi terhadap konflik

peran ganda sebesar 49,1%, sedangkan 50,9% dipengaruhi

faktor lain.

3. Sebagian besar PNS wanita (46,27%) di AKMIL dalam

penelitian ini memiliki tingkat konflik peran ganda yang

tergolong rendah, dan sebagian besar PNS wanita (56,72%)

AKMIL dalam penelitian ini memberikam penilaian bahwa

iklim organisasi di AKMIL tergolong baik.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka

peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Bagi PNS wanita

Hasil penelitian ini memberikan gambaran mengenai

keterkaitan antara iklim organisasi dan konflik peran ganda

pada PNS wanita. PNS wanita AKMIL perlu lebih

memerhatikan peran-peran apa saja yang harus dilakukannya

sebagai ibu rumah tangga ketika berada di rumah serta

membangun komitmen untuk melakukan peran-peran

tersebut supaya tidak terjadi ambiguitas peran di dalam

kehidupan rumah tangga, yang nantinya dapat berpengaruh

terhadap timbulnya konflik peran ganda. Hal tersebut perlu

mendapat perhatian karena hasil penelitian menunjukkan

bahwa pada dimensi keluarga memengaruhi pekerjaan

berdasarkan perilaku pada variabel konflik peran ganda yang

Page 38: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

dialami oleh sebagian besar PNS wanita AKMIL berada pada

kategori sedang. Oleh karena itu diharapkan PNS wanita

AKMIL dapat lebih menyadari tugas dan tanggung jawab

dalam setiap peran yang dijalani, yaitu sebagai pegawai negri

sipil dan sebagai ibu rumah tangga, sehingga dapat

menjalankan tugas dan tanggung jawab tersebut dengan

seimbang serta dapat memposisikan diri sesuai dengan

masing-masing perannya tersebut supaya tidak mudah

mengalami konflik peran ganda.

2. Bagi Pihak Lembaga Pendidikan (AKMIL Magelang)

Hasil penelitian ini memberikan pemahaman tentang

hubungan antara iklim organisasi dan konflik peran ganda

pada PNS wanita AKMIL sehingga pihak AKMIL

diharapkan dapat lebih memperhatikan iklim organisasinya

agar tercipta iklim organisasi yang lebih kondusif atau sehat.

Meskipun hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian

besar PNS wanita AKMIL menilai iklim organisasi AKMIL

sudah baik, namun dari dimensi tanggung jawab masih

dinilai buruk oleh PNS wanita AKMIL, sehingga perlu

adanya tindak lanjut dari pihak AKMIL. Hal ini

dimaksudkan supaya PNS wanita di AKMIL dapat lebih

menikmati iklim organisasi AKMIL sehingga tidak

menimbulkan konflik peran ganda antara pekerjaan dengan

keluarga yang nantinya akan berdampak pada kepuasan

kerja, produktivitas dan prestasi kerja mereka.

Page 39: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

3. Bagi peneliti selanjutnya

Kepada peneliti selanjutnya yang tertarik mengembangkan

penelitian ini disarankan untuk :

a. Menggunakan teori-teori yang secara khusus membahas

mengenai organisasi militer untuk digunakan sebagai

alat ukur, baik untuk mengukur iklim organisasi militer

maupun untuk mengukur konflik peran ganda Pegawai

Negeri Sipil wanita yang bekerja pada organisasi militer.

b. Mengkaji kembali karakteristik PNS wanita yang

mengalami konflik peran ganda sehingga dapat

memberikan batasan yang jelas antara PNS yang lebih

mengalami konflik peran ganda dan yang tidak.

Page 40: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2003). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Barnett, R. C., & Baruch, G. K. (1985). Women’s involvement in multiple roles and psychological distress. Journal of Personality and Social Psychology, 49, 135–145.

BPS: Data komposisi angkatan kerja th 2000 & 2010. Diunduh dari http://www.bps.go.id/index.php?news=548 pada tanggal 20 September 2012.

Carlson, D. S., Kacmar, K..M., & Williams, L. J. (2000). Construction and initial validation of a multidimensional measure of work-family conflict. Journal of Vocational Behavior, 56, 249–276.

Cherrington, D.J. (1994). The Management of Human Resources. Thirs Edition. Boston: Allyn Bacon.

Cropanzano, R., Howes, J. C., Grandey, A. A., & Toth, P. (1997). The relationship of organizational politics and support to work behaviors, attitudes, and stress. Journal of Organizational Behavior, 19, 159 – 180.

Davis, K. & Newstrom, J. W. (1989). Perilaku dalam Organisasi. Jilid l. Jakarta: Erlangga.

Davis, K., Newstrom, J. W. (1995). Perilaku dalam Organisasi. Edisi Ketujuh, Jilid I. Alih Bahasa: Agus Dharma. Jakarta: Erlangga

Davis, K. & Newstrom, J.W. (1996). Perilaku Organisasi. Jilid 1. Alih Bahasa: Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.

Duxbury, L. E. & Higgins, C. A. (1991). Gender differences in work-family conflict. Journal of Applied Psychology, 76 (1), 60-74.

Fenlason, K. J., & Beehr, T. A. (1994). Social support and occupational stress: effects of talking to others . Journal of Organizational Behavior, 15, 157 – 175.

Page 41: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

Frone, M. R., Russell, M., & Cooper, M. L. (1992). Antecedents and outcomes of work-family conflict: testing a model of the work-family interface. Journal of Applied Psychology, 77(1), 65-78. Dikutip pada tanggal 7 Mei 2012.

Gangster, D. C., Fusilier, M. R., & Mayes, B. T. (1986). The social support and health relationship: Is there a gender difference? Journal of Occupational Psychology, 59, 145-153.

Gibson, J. L., & John, M. (1996). Organisasi: Perilaku, Struktur, Proses, Jilid 1. Deterjemahkan oleh Nunuk Adiarni, Edisi Kedelapan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Greehaus, J. H., & Beutell, N. J. (1985). Sources of conflict between work and family roles. Academy of Management Review. 10, 76 – 88.

Greenberg, J. & R. A. Baron. (1993). Behaviour in Organizations. (Ed.4th, Terj). Boston: Allyn Bacon

Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. D. (1995). Psikologi keperawatan. Jakarta: BPK Gunung Muria.

Gutek, B. A., & Lardwood, L. (1987). Women’s Career Development. California: Sage Publications, Inc.

Gutek, B. A., Searle, S., & Klepa, L. (1991). Rational versus gender role explanations for work-family conflict. Journal of Applied Psychology, 76 (4), 560-568. Dikutip tanggal 6 Mei 2012.

Hadi, S. (2004). Metodologi research (Jilid 1). Yogyakarta: Andi.

Handoko, H. T. (2001). Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. Balai Penerbitan Fakultas Ekonomi. Yogyakarta: UGM.

Hammer, L. B., Allen, E., & Grigsby, T. D. (1997). Work-family conflict in dual earner couples: within-individual and crossover effects of work and family. Journal of Vocational Behavior, 50, 185 – 203.

Page 42: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

Hastuti, P. (2008). Hubungan Antara Konflik Peran Ganda Wanita Karir Dengan Sikap Kerja Negatif. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta : Fakultas Psikologi UMS.

Herst, D. E. Loran. (2003). Cross-cultural measurement invariance of work-family conflict scale across english-speaking sample. Disertasi (Tidak diterbitkan). Department of Psychology, College of Arts and Sciences, University of South Florida.

Hewlett, S. A. (2003). Wanita, karir dan keluarga. Yogyakarta: Dolphin Books.

House, R. and Rizzo, J. (1972). Role conflict and ambiguity as critical variables in a model of organizational behavior. Journal of Organizational Behavior and Human Performance, 7, 467-505.

Hurlock, E. (2000). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Ihromi, T. O. (1990). Para Ibu-Ibu yang Berperan Tunggal dan Berperan Ganda, Jakarta: Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Jewell, L. N., & Siegall, M. (1998). Psikologi Industri/Organisasi Modern: psikologi Terapan Untuk Memecahkan Berbagai Masalah di tempat Kerja, Perusahaan, Industri dan Organisasi. Jakarta: Arcan.

Katz, D., & Kahn, R. L. (1978). The social psychology of organization (2nd. ed.). New York: John Willey and Sons.

Kahn, R. L., Wolfe, D. M., Quinn, R., Snoek, J. D., & Rosenthal, R. A. (1964). Organizational Stress: studies in role conflict and ambiguity. New York: Wiley.

Kahn, W. A. (1990). Psychological condition of personal engagement and disengagement at work, Academic of Management Journal, 33, 692-724.

Kaltsum, U. (2006). Konflik Peran Ganda Pada Wanita Karir. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Guna Darma.

Page 43: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

Kolb, D. A., & Rubin, I. M. (1984). Organizational Psychology an Experiental Approach to Organizational Behavior. New Jersey: Prentice Hall Inc.

Major, V.S., Klein, K.J., & Ehrhart, M.G. (2002). Work time, work interference with family, and psychological distress, Journal of Applied Psychology, 87 (3), 427-436.

Mathis, R. L., & Jackson, J. H. (2006). Human Resources Management: Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 10. Jakarta:Salemba Empat

Meyer, J . A. (1997). Examining workplace flexibility across work and family domains. Dissertations Abstracts Internationals, 57 (8-B), 53 – 75.

Moen, R.H., & McClain, H. (1995). Care giving and women’s well-being: a life course approach. Journal of Health and Social Behavior. 36 (September), 259-273. Cornell University. Dikutip dari http://www.jstor.org/discover/10.2307/2137342?uid=3738224&uid=2&uid=4&sid=21101272068277 pada tanggal 8 Mei 2012.

Mudzhar, H. M., Sajida A. A., & Sadli, S. (2001). Wanita dalam Masyarakat Indonesia: Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan. Jogyakarta: Sunan Kalijaga Press.

Noor, M. A. (2002). Pengaruh Gender dan Locus of Control terhadap Kepuasan Kerja, Komitmen Organisasional dan Keinginan untuk Berpindah Auditor. Tesis (tidak di Publikasikan). Semarang: Program Studi Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro.

O’Driscoll, M. P., Ilgen, D. R., & Hildreth, K. (1992). Time devoted to job and off-job activities, interrole conflict, and affective experiences. Journal of Applied Psychology, 77, 272–279.

Prasetyo, B., & Jannah, L. M. (2010). Metode penelitian kuantitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Page 44: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

Rantenen, J. (2008). Work-family interference and psychological well-being. Disertasi (tidak diterbitkan). Faculty of Social Sciences of the University of Jyvӓskylӓ.

Rehman, R. R., & A. Waheed. (2012). Work-family conflict and organizational commitment : study of faculty members in Pakistan Universities. Journal of Social and Clinical Psychology Pakistan 2012, 9, (2), 23-26.

Settles, I. H., Sellers, R .M., & Damas, A. (2002). One role or two? The function of psychological separation in role conflict. Journal of Applied Psychology, 87,(3), 574-582. American Psychologycal Association.

Steers, R. M. (1971). The Concept of Organizational goal: a Research View. California: University of California Irvine.

Stoner, G., Albright, T., & Ramachandran, V. (1990). Transparency and coherence in human motion perception. Nature, 344, 153-155.

Stringer, R. (2002). Leadership and organizational climate. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall.

Sugiyono, H. (2001). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Thanacoody, P., Bartram, T., Barker, M., & Jacobs, K. (2006). Career progression among female academics: A comparative study of Australia and Mauritius. Women in Management Review. 21(7), 536-553.

Thomas, L. T., & Ganster, D. C. (1995). Impact of family-supportive work variables on work family conflict and strain: A control perspective. Journal of Applied Psychology, 80, 6 – 15.

Tjala, A. (1989). Faktor Diri dan Lingkungan Kerja dalam Hubungannya dengan Produktivitas Kerja Karyawan Usaha Servis Elektronika di Kotamadya Ujung Pandang. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Pascasarjana IKIP.

Page 45: Hubungan Iklim Organisasi dengan Konflik Peran Ganda ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/4026/2/T1_802009091_Full... · lainnya yang dirasakan seorang pekerja. Penelitian Mednick

Umstot, D. D. (1988). Understanding Organizational Behaviour. St. Paul: West Publishing Company.

Voydanoff, P., & Donnelly, B. W. (1988). Work role characteristics, family structure demands,and work-family conflict. Journal of Marriage and the Family, 50, 749-761.

Wiersma, U. J. (1990). Gender diverences in job attribute preferences: work-home role conflict and job level as mediating variables. Journal of Occupational Psychology, 63, 231-243.

Wirawan. (2007). Budaya dan lklim Organisasi, Teori Aplikasi dan penelitian. Jakarta: Salemba Empat.

www.akmil.ac.id. Dikutip tanggal 13 Mei 2012.

Yang, N., Chen, C., Choi, J., & Zou, Y. (2000). Sources of work-family conflict: a sino-US comparison of the effects of work and family demands. Academy of Management Journal, 43, (1), 113-123.

Zanden, J. W. V. (1993). Human development (fifth edition). New York: Mc. Graw hill, Inc.