hubungan hukum pekerja rumah tangga (prt), pengguna...

59
i Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna PRT, dan Lembaga Penyalur PRT (LPPRT) Kota Semarang Perspektif Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan SKRIPSI Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Oleh Devie Rakhmawati 8111415294 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

i

Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT),

Pengguna PRT, dan Lembaga Penyalur PRT (LPPRT)

Kota Semarang Perspektif Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

SKRIPSI

Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum

Oleh

Devie Rakhmawati

8111415294

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

ii

Page 3: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

iii

Page 4: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

iv

Page 5: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“Nothing words can say that we can’t do anything, we just act like there’s

nothing to do”-Devie

Persembahan:

Karya ini saya persembahkan untuk:

1. Tentunya yang pertama adalah kedua Orang Tua saya, Bapak H. Sumono

dan Ibu Hj. Masykuriyah yang telah mendukung, memotivasi, dan

mendoakan saya untuk menyelesaikan skripsi ini

2. Untuk ketiga kakak saya, Mas Danang, Mas Danu, dan Mas Deny beserta

Kedua kakak ipar saya tersayang Mba Festy dan Teteh Arin yang

walaupun kami semua terpisah jarak namun selalu mendoakan dan

menyemangati saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Teman-teman saya Cetrong Dinda, Asih, Dita, Pipit, dan Alif , dan Teman

masa kecil saya Natalia dan Elvira, serta adik tercinta Aina dan Awalia,

dan saudara BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memotivasi saya

untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Serta untuk Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

Page 6: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga Peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

“HUBUNGAN HUKUM PEKERJA RUMAH TANGGA (PRT), PENGGUNA

PRT, DAN LEMBAGA PENYALUR PRT (LPPRT) KOTA SEMARANG

PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NO 13 TAHUN 2003 TENTANG

KETENAGAKERJAAN”. Peneliti menyadari Penelitian ini dapat terselesaikan

atas bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu Peneliti mengucapkan

terimakasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si., Dekan Fakultas Hukum Universitas

Negeri Semarang.

3. Dr. Martitah, M.Hum., Wakil Dekan Bidang Akademik. Rasdi, S.Pd.,

M.H., Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan. Tri Sulistiyono, S.H.,

M.H., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Hukum Universitas

Negeri Semarang.

4. Dani Muhtada, M.P.A., Ph.D., Ketua Bagian HTN-HAN Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang.

5. Tri Sulistiyono, S.H., M.H., sebagai dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, motivasi, bantuan kritik, dan saran yang dengan

Page 7: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

vii

sabar, ikhlas, dan sepenuh hati sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan.

6. Seluruh Dosen dan Staff Akademik Fakultas Hukum Universitas Negeri

Semarang.

7. Bapak Arif selaku Staff Bidang Pelatihan Tenaga Kerja Dinas Tenaga

Kerja Kota Semarang yang telah bersedia memberikan ilmu, wawasan,

informasi secara jelas dan rinci dalam penelitian ini.

8. Bapak Rahmad dan Ibu Septi dari LPK Budi Asih yang bersedia sebagai

narasumber dalam penelitian ini.

9. Saudari Evi, Fatimah dan Uswatun yang telah bersedia menjadi informan

yang memberikan saya informasi dalam penelitian ini.

10. Kedua orang tua saya Bapak Sumono dan Ibu Masykuriyah yang telah

mendukung, memotivasi, dan mendoakan saya untuk menyelesaikan

skripsi ini.

11. Ketiga kakak saya Mas Danang, Mas Danoe, dan Mas Deny, serta kedua

kakak ipar saya Mba Festy dan Teteh Arin yang telah memberikan doa dan

memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan

ilmu, pengalaman, dan kekeluargakan yang sangat berharga.

13. Keluarga besar CETRONG, Umik Dita, Asih, Dinda, Pipit, dan Alif yang

telah memberikan motivasi, persahabatan, dorongan sejak awal perkuliahan

hingga saat ini.

Page 8: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

viii

14. Keluarga besar SAHABAT SULTAN Novia, Anis, Afif, Mulya, Rezal,

Dede, Apri, Ipang, Arik, Fahmi, Salman yang selalu memberikan

motivasi, persahabatan, dorongan untuk menjalankan skripsi ini.

15. Sahabat-sahabatku Natalia dan Elvira, serta adik-adikku Aina, dan Awalia

yang selalu memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan

skripsi ini.

16. Teman-teman seperjuangan Mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2015

dan senior yang telah memberikan dorongan dan semangat.

17. Almamater Universitas Negeri Semarang, dan Fakultas Hukum UNNES.

18. Serta semua pihak yang memberikan semangat dan berbagi ilmu

pengetahuan dalam proses penelitian ini hingga selesai.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda

kepada semuanya dan dimudahkan untuk segala urusannya. Akhir kata

semoga skripsi ini dapat bermanfaat, memberikan ilmu pengetahuan, dan

wawasan khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua.

Semarang, 29 April 2019

Penulis

Devie Rakhmawati

NIM. 8111415294

Page 9: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

ix

ABSTRAK

Rakhmawati, Devie. 2019. “Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT),

Pengguna PRT, Dan Lembaga Penyalur PRT (LPPRT) Kota Semarang

Perspektif Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan”.

Skripsi. Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing: Tri Sulistiyono, S.H., M.H.

Kata Kunci: Pekerja Rumah Tangga, Pengguna PRT, Hubungan Hukum,

Hak dan Kewajiban

Di Indonesia hak untuk bekerja merupakan hak dasar setiap manusia,

bahkan diyakinkan sebagai hak asasi manusia (Pasal 28D ayat 2 UUD 1945):

“Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan

yang adil dan layak dalam hubungan kerja.” Cukuplah kuat sebenarnya alasan

Indonesia untuk membuat peraturan perlindungan bagi warga negaranya

termasuk PRT.

Teori yang digunakan ada 3 yaitu : teori negara hukum merupakan

kesetaraan kedudukan dihadapan hukum, teori pelaksanaan hukum yang

menitikberatkan pada kepastian, kemanfaatan, dan keadilan, serta teori hukum

pembangunan yang memandang hukum ketenagakerjaan sebagai hukum yang

netral.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis

penelitian yuridis sosiologi. Sumber data penelitian berasal dari data primer

yaitu data yang dikumpulkan langsung dari hasil penelitian di lapangan yang

diperoleh langsung dari Disnaker Kota Semarang, Pekerja Rumah Tangga

(PRT), dan LPK Budi Asih, dan data sekuder yaitu dari Undang-Undang,

buku-buku, jurnal dan hasil penelitian lainnya, serta teori-teori hukum yang

terkait. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini yaitu wawancara, dan

studi dokumen.

Hasil penelitian dalam hubungan hukum antara PRT dengan Pengguna

PRT ditinjau dengan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 memenuhi unsur

hubungan kerja, namun kedudukan hukum PRT belum dianggap sebagai

seorang “pekerja” secara utuh. Hubungan antara PRT dengan LPPRT

merupakan hubungan antara pelatih dengan siswa. Kemudian, hubungan antara

LPPRT dengan Pengguna PRT yaitu penyedia jasa dengan Klien. Beberapa

kendala yang ditemukan yaitu, lemahnya wewenang Disnaker Kota Semarang,

lemahnya peraturan mengenai perlindungan hukum PRT, dan kurangnya

SDM.

Saran dari penulis yaitu, LPK Budi Asih seharunya melaksanakan tugas

sebagaimana mestinya, dan peran pemerintah yaitu tindakan tegas dari

Disnaker Kota Semarang serta Pemerintah sudah seharunya mengesahkan

RUU PRT agar perlindungan hukum PRT lebih terjamin.

Page 10: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii

PENGESAHAN ............................................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiv

DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2. Identifikasi Masalah ............................................................................ 7

1.3. Pembatasan Masalah ........................................................................... 7

1.4. Rumusan Masalah ............................................................................... 8

Page 11: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

xi

1.5. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8

1.6. Manfaat Penelitian .............................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 11

2.1. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 11

2.2. Landasan Teori .................................................................................... 14

2.2.1.Teori Negara Hukum……………………………………………. 14

2.2.2.Teori Pelaksanaan Hukum……………………………………… 17

2.2.3.Teori Hukum Pembangunan……………………………………. 20

2.3. Landasan Konseptual .......................................................................... 23

2.3.1.Pengertian Hubungan Hukum ...................................................... 23

2.3.2.Tinjauan Umum Hubungan Kerja ................................................ 23

2.3.3.Perjanjian Kerja ............................................................................ 25

2.3.4.Tinjauan Umum PRT.................................................................... 26

2.3.5.Pengguna PRT (Majikan)……………………………………….. 29

2.3.6.Lembaga Penyalur PRT (LPPRT)……………………………… 30

2.3.7.Kedudukan Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia……………. . 32

2.4.Kerangka Berfikir................................................................................. 34

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 35

3.1. Pendekatan Penelitian ......................................................................... 35

3.2. Jenis Penelitian .................................................................................... 36

3.3. Fokus Penelitian .................................................................................. 37

3.4. Lokasi Penelitian ................................................................................. 37

Page 12: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

xii

3.5. Sumber Data ........................................................................................ 38

3.6. Teknik Pengambilan Data ................................................................... 39

3.7. Validitas Data ...................................................................................... 41

3.8. Analisis Data ....................................................................................... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 46

4.1. Deskripsi Fokus Penelitian .................................................................. 46

4.1.1. Kota Semarang………………………………………………. 46

4.1.2. Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang…………………………. 48

4.1.3. Lembaga Pelatihan Kerja (LPK Budi Asih)…………………. 50

4.2. Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna PRT,

dan Lembaga Penyalur PRT (LPPRT) Kota Semarang…………… 53

4.2.1. Hubungan Hukum Antara PRT dengan Pengguna PRT…… 54

4.2.2. Hubungan Hukum Antara PRT dengan LPPRT…………… 69

4.2.3. Hubungan Antara LPPRT dengan Pengguna PRT………… 78

4.3. Kendala Dalam Pelaksanaan Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga

(PRT), Pengguna PRT, dan Lembaga Penyalur PRT (LPPRT) Kota

Semarang……………………………………………………............ 88

BAB V PENUTUP…………………..……………………………………… 95

5.1. Simpulan………………………………………………………….. 95

5.2. Saran……………………………………………………………… 97

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 99

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 13: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

xiii

DAFTAR SINGKATAN

PRT : Pekerja Rumah Tangga

ART : Asisten Rumah Tangga

LPPRT : Lembaga Penyalur Pekerja Rumah Tangga

LPK : Lembaga Pelatihan Kerja

PHK : Pemutusan Hubungan Kerja

ILO : International Labour Organization

BPS : Badan Pusat Statistik

SOP : Standar Operasional Prosedur

SDM : Sumber Daya Manusia

SIULPRT : Surat Izin Usaha Lembaga Penyalur PRT

UUK : Undang-Undang Ketenagakerjaan

PKWT : Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

PKWTT : Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu

HAM : Hak Asasi Manusia

UU : Undang-Undang

JALA PRT : Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga

RUU PPRT : Rancangan Undang-Undang Perlindungan Pekerja

Rumah Tangga

Page 14: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Obyek Hukum Dalam Hubungan Kerja

Bagan 2.2 Kerangka Berfikir

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Disnaker Kota Semarang

Bagan 4.2 Alur hubungan Hukum antara LPPRT dengan Majikan

Page 15: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kasus Kekerasan PRT

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Tabel 4.1 Perjanjian Antara PRT dengan Pengguna PRT

Tabel 4.2 Hak dan Kewajiban PRT

Tabel 4.3 Perbandingan Permenaker PPRT dengan RUU PPRT

Tabel 4.4 Komparisi Wewenang Pemerintah

Page 16: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Peta Kota Semarang

Gambar 4.2 Izin Penyelenggaraan Pelatihan LPK Budi Asih

Gambar 4.3 Susunan Organisasi LPK Budi Asih Semarang

Page 17: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian

Lampiran 3. Instrumen Penelitian Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang

Lampiran 4. Instrumen Penelitian PRT

Lampiran 5. Instrumen Penelitian LPPRT

Lampiran 6. Surat Pernyataan Kesanggupan Bekerja (PRT)

Lampiran 7. Perjanjian antara LPPRT dengan Pengguna PRT

Lampiran 8. Foto Wawancara

Page 18: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Indonesia hak untuk bekerja merupakan hak dasar setiap

manusia (Pasal 27 ayat (2) UUD Tahun 1945): “Tiap-tiap warga negara

berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”,

bahkan diyakinkan sebagai hak asasi manusia (Pasal 28D ayat 2 UUD

1945): “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan

perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.” Cukuplah kuat

sebenarnya alasan Indonesia untuk membuat peraturan perlindungan

bagi warga negaranya apapun jenis pekerjaannya agar mendapat

pekerjaan dan penghidupan yang layak dari pekerjaan tersebut, tak

terkecuali adalah Pekerja Rumah Tangga (PRT) (Agusmidah, 2017: 21)

Status hukum atau kedudukan hukum PRT masih semu hingga

dapat dikatakan sebagai seorang “pekerja”. Pelaksanaan kesepakatan

atau kontrak kerja PRT dengan majikan yang di dalamnya mencakup

pekerjaan, hari kerja, jam kerja, dan upah yang diterima belum

maksimal. Selain itu, hampir tidak ada PRT di Indonesia yang

mendapatkan jaminan perlindungan sosial (asuransi kesehatan dan

kecelakaan kerja). Hal ini terjadi karena PRT masih dianggap oleh

masyarakat sebagai “pembantu” bukan sebagai “pekerja”.Disamping itu,

kedudukan dari Pengguna PRT sendiri bukan merupakan perusahaan

Page 19: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

2

melainkan perseorangan.Perbedaan kedudukan ini sangat berpengaruh

dalam pelaksanaan hubungan kerja dari kedua belah pihak.

Ada baiknya sebelum terjadi perikatan hukum antara Pengguna

dengan PRT, hendaknya dibuat sebuah perjanjian kerja, yang bentuknya

bisa berupa lisan, namun lebih baik jika berbentuk tertulis, yang dapat

menjadi alat bukti jika suatu saat diperlukan. Dalam perjanjian kerja ini,

ditulis secara lengkap dan rinci mengenai job description dari pekerja

rumah tangga, upah yang diterima pekerja, fasilitas untuk pekerja, hak

dan kewajiban dari majikan maupun dari pekerja, penentuan hari libur

dan cuti, berapa lama waktu pekerja tersebut bekerja di rumah tersebut,

dan hal-hal lain yang jika dianggap penting dapat dituliskan dalam

perjanjian kerja tersebut. Menurut Ian Macneil yang dikutip dalam

jurnal yang berjudul “Employment as a Relation Contract”, dijelaskan

bahwa:

“Relational contract theory holds that agreements are not

always transactional occasions where by parties exchange only value.

Relational contract theorizes that parties to contracts develop a

relationship between one another that incorporates planning, trust,

and solidarity that foar exceed the therms of the originals document.

Relational contract theory emphasizes the importance of therms

outside of the written document that may arise through interpersonal

commercial contract, relational contract theory has influenced law

Page 20: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

3

and society, law and economics, libertarian and liberal communitarian

thinking” (Robert, 2005: 151-152).

Jadi dalam pembuatan suatu perjanjian kerja ataupun kontrak

kerja bukan hanya berdasarkan peraturan yang berlaku, namun

kesesuaian antara pihak yang terlibat langsung di dalam perjanjian dan

hal apa saja yang akan mereka luruskan agar tidak terjadi

kesalahpahaman dikemudian harinya. Selain itu, Ian Macneil juga

menjelaskan bahwa, dalam membuat suatu perjanjian kerja atau kontrak

kerja harus mengedepankan hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM).

Hal ini sesuai dengan penjelasan pada Permenaker No. 2 Tahun 2015

Pasal 5 yaitu : “Pengguna PRT dan PRT Wajib membuat Perjanjian

Kerja tertulis atau lisan yang memuat hak dan kewajiban dan dapat

dipahami oleh kedua belah pihak serta diketahui oleh Ketua Rukun

Tetangga atau dengan sebutan lain”. Sedangkan menurut Undang-

Undang No 13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan, pengertian perjanjian

kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau

pemberi kerja yang menurut syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban

para pihak. (Soepomo, 1987: 23)

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

sendiri belum cukup mengatur detail tentang PRT.Hak dan kewajiban

PRT dalam pelaksanaannya menjadi kabur karena belum ada sumber

hukum yang dapat menjadi payung hukum yang kuat bagi PRT.

Permenaker No. 2 Tahun 2015 tentang Perlindungan PRT hanya

Page 21: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

4

mengatur secara umum mengenai hak dan kewajiban dari PRT,

Pengguna PRT, dan LPPRT.Namun, hal-hal seperti besaran upah,

bagaimana perlindungan hukum, dan bagaimana penyelesaian

perselisihan tidak diatur di dalam Permenaker No. 2 Tahun 2015.Oleh

karena itu, perlunya peran pemerintah untuk segera membuat Undang-

Undang yang sudah mencakup segala hal dalam perlindungan hukum

bagi PRT.Salah satunya dengan mengesahkan RUU PRT.

PRT merupakan pekerjaan yang tergolong dalam pekerjaan

sektor informal yang berdasarkan data tahun 2014 dari Kepala Badan

Pusat Statistik (BPS), Suryamin, pihaknya persentase pekerja formal

hanya 39 persen dari total pekerja, sementara sisanya 61 persen adalah

informal pekerja pada Februari 2013. Pada bulan Februari 2014, jumlah

pekerja formal meningkat menjadi 40 persen dari total pekerja

sementara itu sisa 60 persen bekerja sebagai pekerja informal

(sindonews.com 5 Mei 2014) (Sulistiyono, 2016: 59).

Hasil analisa data Survey Tenaga Kerja Nasional (Sakernas)

tahun 2012 menunjukkan bahwa terdapat sekitar 2.555.000 PRT berusia

15 tahun ke atas yang bekerja di dalam negeri di Indonesia dan 1,7 juta

diantaranya bekerja di pulau Jawa (Technical Report:The Estimation of

Total Domestic Workers in Indonesia, ILO, 2013), Sementara itu Warga

Negara Indonesia yang bekerja di Luar Negeri (pekerja migran) tahun

2006-2012 tercatat sebanyak 3,9 juta. Sebagian besar adalah perempuan,

bekerja di sektor informal (BNP2TKI, 2012), diperkirakan yang bekerja

Page 22: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

5

sebagai PRT mencapai lebih dari 80% (ILO, 2012; World Bank, 2008).

Sekitar 75% PRT di Indonesia adalah perempuan dan sebagian besar

berasal dari kawasan pedesaan dan umumnya berpendidikan rendah.

Saat ini Indonesia belum ada peraturan hukum yang melindungi hak-hak

PRT sebagai pekerja seperti kepastian tentang batasan jam kerja, hari

libur, upah minimum dan syarat kerja, dan sebagainya. Analisa terhadap

data Sakernas tahun 2012 menunjukkan bahwa proporsi PRT yang

bekerja lebih dari 40 jam seminggu jauh lebih banyak daripada pekerja

pada umumnya, namun rata-rata penghasilan PRT jauh di bawah rata-

rata penghasilan pekerja pada umunya (ILO, 2013). Analisa terhadap

data Sakernas ini juga menunjukkan bahwa 63% PRT bekerja 7 hari

dalam seminggu menunjukkan bahwa tidak ada hari libur mingguan

bagi mereka.

Alasan lain bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini adalah

banyaknya terjadi kekerasan terhadap PRT di Indonesia. Kekerasan

terhadap PRT ini mayoritas dilakukan oleh Pengguna PRT (Majikan)

mereka sendiri.Berdasarkan data dari Jaringan Nasional Advokasi

Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT), kasus kekerasan atau penyiksaan

terhadap PRT pada tahun 2016, sebagai berikut:

Page 23: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

6

Tabel 1.1 Data Kasus Kekerasan PRT

DATA KASUS KEKERASAN – PENYIKSAAN TERHADAP

PRT TAHUN 2016

Jenis Kasus Multi

Kekerasan

Psikis, Fisik,

Ekonomi,

Trafficking,

Berakibat Fatal,

Luka Parah

Multi

Kekerasan,

Psikis, Fisik,

Ekonomi

Kekerasan

Ekonomi,

Upah Tidak

Dibayar

Total = 228 45 102 81

Sumber:https://www.ilo.org/jalaprtactivities

Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti memilih judul.

“HUBUNGAN HUKUMPEKERJA RUMAH TANGGA (PRT),

PENGGUNA PRT, DAN LEMBAGA PENYALUR PRT (LPPRT)

KOTA SEMARANG PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG

NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN”

Page 24: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

7

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dapat

diperoleh pengidentifikasian masalah sebagai berikut :

1. Masih banyaknya masalah ketenagakerjaan di Indonesia

2. Kebijakan yang terkait Pekerja Rumah Tangga belum menyentuh

secara detail dan belum sesuai dari keadaan yang terjadi atau fakta

di lapangan

3. Masih banyak terjadi kekerasan dan eksploitasi tenaga kerja

terutama pada PRT yang ada di Indonesia

4. Kurangnya pemahaman mengenai kedudukan hukum, hak dan

kewajiban, serta kesejahteraan yang ada pada PRT dilihat dari

statusnya sebagai pekerja dan dilihat dari perspektif Hukum

Ketenagakerjaan

5. Minimnya tindakan pemerintah untuk mengatasi masalah

ketenagakerjaan khususnya yang terjadi pada Pekerja Rumah

Tangga (PRT).

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas agar penelitian terfokus

pada permasalahan yang diangkat maka penulis merasa perlu untuk

melakukan pembatasan atas identifikasi permasalahan tersebut, yang

meliputi :

Page 25: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

8

1. Hubungan hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna PRT,

dan Lembaga Penyalur PRT (LPPRT) kota Semarang perspektif

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

2. Kendala dalam pelaksanaan hubungan hukum Pekerja Rumah

Tangga (PRT), Pengguna PRT, dan Lembaga Penyalur PRT

(LPPRT) Kota Semarang

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pembatasan masalah di atas, maka penulis

merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT),

Pengguna PRT, dan Lembaga Penyalur PRT (LPPRT) Kota

Semarang perspektif Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan ?

2. Apakah kendala dalam pelaksanaan hubungan hukum antara

Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna PRT, dan Lembaga

Penyalur PRT (LPPRT) Kota Semarang ?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi

tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikanhubungan hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT),

Pengguna PRT, dan Lembaga Penyalur PRT (LPPRT) Kota

Page 26: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

9

Semarang perspektif Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan

2. Menemukan kendala dalam pelaksanaan hubungan hukum Pekerja

Rumah Tangga (PRT), Pengguna PRT, dan Lembaga Penyalur

PRT (LPPRT) Kota Semarang

1.6. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaat dan

berguna karena nilai suatu penelitian ditentukan oleh besarnya manfaat

yang diambil dari penelitian. Adapun manfaat yang diharapkan penulis

dari penelitian ini antara lain :

1. Penelitian ini bermanfaat untuk menemukan bahwa masih banyak

permasalahan terkait PRT. Kedudukan hukum PRT, hak dan

kewajiban PRT yang masih dipandang sebelah mata. Dengan adanya

temuan peneliti tentang hal tersebut, maka kedudukan PRT dan hak

PRT akan menjadi fokus masyarakat untuk memandang PRT

sebagai seorang “pekerja” dan menjadi fokus Pemerintah selaku

pembuat kebijakan untuk lebih segera membuat kebijakan terkait

kedudukan hukum, hak dan kewajiban PRT secara detail agar

menjadi suatu perlindungan hukum bagi PRT.

Page 27: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

10

2. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi sebagai tambahan

atau pengembangan ilmu hukum yaitu Hukum Ketenagakerjaan

terhadap teori yang sedang dikaji oleh peneliti, yaitu teori Negara

hukum, pelaksanaan hukum, dan hukum pembangunan dalam

pelaksanaan hubungan hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT),

Pengguna PRT, dan LPPRT. Diharapkan hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai referensi dibidang karya ilmiah serta bahan

masukan bagi penelitian sejenis di masa yang akan datang.

Page 28: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam

melakukan penelitian sehingga penulis dapat mengembangkan teori

yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang sudah dilakukan oleh

penelitian sebelumnya menjadi suatu penelitian baru. Karna penelitian

dan kajian tentang Hukum Ketenagakerjaan telah banyak dituangkan ke

dalam bentuk tulisan, buku, maupun penelitian lain, maka untuk

menjaga orisinalitas tulisan yang telah dibuat oleh Penulis, maka

penulis perlu memaparkan beberapa penelitian-penelitian terdahulu

yang ada kaitannya dan relevansinya dengan masalah pada tulisan yang

akan menjadi objek penelitian untuk menghindari terjadinya kesamaan

dalam pembahasan dengan penelitian yang telah ada sebelumnya,

seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini :

Page 29: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

12

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No

Judul / Nama

Peneliti Persamaan Perbedaan Kebaruan

1

Tanggung Jawab

Pengguna Jasa PRT

Dengan

Pemenuhan

Kesejahteraan PRT

(Studi Kasus di

Kelurahan Gunung

Terang Kecamatan

Langkapura Bandar

Lampung)

(Skripsi)

Oleh:

Arrum Mulia

Anasis

Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu

Politik

Universitas

Lampung

(2017)

Sama-sama

membahas mengenai

PRT dilihat dari sisi

tenaga kerjanya.

Selain itu, dasar

hukumnya juga sama

menggunakan

Undang-Undang No.

13 Tahun 2003

Tentang

Ketenagakerjaan

ditambah sedikit

membahas RUU PRT

di dalamnya.

Pembahasan skripsi

saudari Arrum Mulia

Anasis ini mengacu

pada implementasi

atau pelaksanaan

perlakuan PJPRT

terhadap PRT dan

tanggungjawabnya.

Sedangkan penulis

mengkaji tentang

hubungan kerja,

kedudukan hukum,

serta pelaksanaan

perjanjian antara PRT

dan pemberi kerja.

Landasan yuridis yang

digunakan dalam

penelitian ini hanya

menggunakan RUU

Perlindungan PRT

sedangkan penulis

menggunakan UU No

13 Tahun 2003

Tentang

Ketenagakerjaan dan

Permenaker No 2

Tahun 2015 tentang

Perlindungan PRT.

Kebaruan dari

skrisi ini mengkaji

tentang hubungan

kerja, kedudukan

hukum, serta

pelaksanaan

perjanjian antara

PRT dan pemberi

kerja. Landasan

yuridis yang

digunakan dalam

penelitian ini

menggunakan

aturan terbaru

tentang PRT yaitu

Permenaker No 2

Tahun 2015

tentang

Perlindungan PRT.

2

Perlindungan Penelitian yang

dilakukan oleh saudari

Penelitian yang

dilakukan oleh saudari

Kebaruan dari

penelitian yang

Page 30: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

13

Hukum Terhadap

Upah, Waktu Kerja

Pekerja Rumah

Tangga Ditinjau

dari Permenaker

No 2 Tahun 2015

Tentang

Perlindungan

Pekerja Rumah

Tangga

(Skripsi)

Oleh:

Riris Marito

Marbun

Fakultas Hukum

Universitas

Sriwijaya

Palembang

(2017)

Riris Marito Marbun

fokus kepada

penelitian terkait

perlindungan hukum

mengenai upah, dan

waktu kerja yang di

laksanakan oleh

Pekerja Rumah

Tangga. Penelitian

saudara Riris ini

berkaitan dengan

penelitian ini yang

juga fokus

menggunakan

Permenaker No 2

Tahun 2015 Tentang

Perlindungan Hukum

PRT.

Riris Marito Marbun

fokus kepada

penelitian terkait

perlindungan hukum

mengenai upah, dan

waktu kerja yang di

laksanakan oleh

Pekerja Rumah

Tangga. Sedangkan

penelitian yang

dilakukan oleh penulis

adalah fokus terhadap

hubungan hukum

antara PRT, Pengguna,

dan LPPRT yang

mana menggunakan

dasar hukum Undang-

Undang No 13 Tahun

2013 Tentang

Ketenagakerjaan dan

Permenaker No. 2

Tahun 2015

dilakukan oleh

penulis adalah

fokus terhadap

hubungan hukum

antara PRT,

Pengguna, dan

LPPRT yang mana

menggunakan

dasar hukum

Undang-Undang

No 13 Tahun 2013

Tentang

Ketenagakerjaan.

Jadi terdapat

perbedaan yang

nyata yaitu di

bagian fokus

pembahasan dan

dasar hukumnya

3

Analisis Yuridis

Kedudukan dan

Perlindungan

Hukum Pekerja

Rumah Tangga

(PRT) Dilihat Dari

Perspektif

Peraturan

perudang-undangan

Bidang

Ketenagakerjaan

(Thesis)

Oleh:

Tri Dian April

Sesa, S.H.

Thesis ini

menitikberatkan pada

analisis yuridis

kedudukan dan

perlindungan hukum

Pekerja Rumah

Tangga di lihat dari

persfektif peraturan

perundang undangan

ketenagakerjaan.

Penelitian ini

menggunakan metode

penelitian yuridis

normatif.

Pendekatan penelitian

saudari Tri Dian

menggunakan yuridis

normatif. Sedangkan

penelitian dari penulis

menggunakan

pendekatan penelitian

yuridis sosiologis yang

beracuan pada hasil

wawancara yang

diperoleh dari

informan secara

langsung dan

dibandingkan dengan

teori hukum dan

bahan-bahan hukum

lainnya.

Kebaruan dari

penelitian ini

adalah fokus

mengkaji tentang

bagaimana

pelaksanakan

hubungan hukum

daripada ketiga

belah pihak yaitu

PRT, LPPRT, dan

Majikan

berdasarkan

Perspektif UU No.

13 Tahun 2003.

Page 31: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

14

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Teori Negara Hukum

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan

Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan, sebagai berikut: “Negara

Indonesia Negara hukum”. Negara hukum dimaksud adalah negara yang

menegakan supremasi hukum untuk menegakan kebenaran dan keadilan

dan tidak ada kekuasaan yang tidak dipertanggung jawabkan.Dengan

penjelasan tersebut, maka yang dimaksud dengan Negara Hukum ialah

Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan kepada

warga negaranya. Keadilan merupakan syarat bagi terciptanya

kebahagiaan hidup untuk warga negaranya, dan sebagai dasar dari pada

keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia

menjadi warga Negara yang baik. Demikian pula peraturan hukum yang

sebenarnya hanya ada jika peraturan hukum itu mencerminkan keadilan

bagi pergaulan hidup antar warga negaranya (Kusnardi dkk, 1988: 153)

Menurut Aristoteles:

Fakultas Hukum

Universitas

Tanjungpura

Program Magister

(2016)

Page 32: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

15

“yang memerintah dalam Negara bukanlah manusia sebenarnya,

melainkan fikiran yang adil, sedangkan penguasa sebenarnya

hanya pemegang hukum dan keseimbangan saja. Kesusilaan

yang akan menentukan baik tidaknya suatu peraturan undang-

undang dan membuat Undang-Undang adalah sebagian dari

kecakapan menjalankan pemerintahan Negara. Oleh karena itu

Menurut Aristoteles bahwa yang penting adalah mendidik

manusia menjadi warga Negara yang baik, karena dari sikapnya

yang adil akan terjamin kebahagiaan hidup warga negaranya”

Secara umum, dalam setiap Negara yang menganut paham

Negara hukum, selalu berlakunya tiga prinsip dasar, yakni supremasi

hukum (supremacy of law), kesetaraan di hadapan hukum (equality

before the law), dan penegakan hukum dengan cara tidak bertentangan

dengan hukum (due process of law). ‘

Prinsip penting dalam Negara hukum adalah perlindungan yang

sama (equal protection) atau persamaan dalam hukum (equality before

the law). Perbedaan perlakuan hukum hanya boleh jika ada alasan yang

khusus, misalnya anak-anak yang di bawah umur 17 tahun mempunyai

hak yang berbeda dengan anak-anak yang di atas 17 tahun.Perbedaan ini

ada alasan yang rasional. Tetapi perbedaan perlakuan tidak dibolehkan

jika tanpa alasan yang logis, misalnya karena perbedaan warna kulit,

gender agama dan kepercayaan, sekte tertentu dalam agama, atau

perbedaan status seperti antara tuan tanah dan petani miskin. Meskipun

demikian, perbedaan perlakuan tanpa alasan yang logis seperti ini

Page 33: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

16

sampai saat ini masih banyak terjadi di berbagai Negara termasuk di

Negara yang hukumnya sudah maju sekalipun.

Istilah due process of law mempunyai konotasi bahwa segala

sesuatu harus dilakukan secara adil. Konsep due process of

lawsebenarnya terdapat dalam konsep hal-hak fundamental

(fundamental rights) dan konsep kemerdekaan/kebebasan yang tertib

(ordered liberty) Konsep due process of law yang procedural pada

dasarnya didasari atas konsep hukum tentang “keadilan yang

fundamental” (fundamental fairness). Perkembangan, due process of

law yang prosedural merupakan suatu proses atau prosedur formal yang

adil, logis, dan layak, yang harus dijalankan oleh yang berwenang,

misalnya dengan kewajiban membawa surat perintah yang sah,

memberikan pemberitahuan yang pantas, kesempatan yang layak untuk

membela diri termasuk memakai tenaga ahli seperti pengacara bila

diperlukan, menghadirkan saksi-saksi yang cukup,memberikan ganti

rugi yang layak dengan proses negosiasi atau musyarawah yang pantas,

yang harus dilakukan manakala berhadapan dengan hal-hal yang dapat

mengakibatkan pelanggaran terhadap hak-hak dasar manusia, seperti

hak untuk hidup, hak untuk kemerdekaan atau kebebasan (liberty), hak

atas kepemilikian benda, hak mengeluarkan pendapat, hak untuk

beragama, hak untuk bekerja dan mencari penghidupan yang layak, hak

Page 34: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

17

pilih, hak untuk berpergian kemana dia suka, hak privasi, hak atas

perlakuan yang sama (equal protection) dan hak-hak fundamental

lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan due process of law yang

substantif adalah suatu persyaratan yuridis yang menyatakan bahwa

pembuatan suatu peraturan hukum tidak boleh berisikan hal-hal yang

dapat mengakibatkan perlakuan manusia secara tidak adil, tidak logis

dan sewenang-wenang.

2.2.2. Teori Pelaksanaan Hukum

Hukum berfungsi sebagai perlindungan kepentingan manusia.

Agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan.

Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai tetapi

dapat terjadi juga karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum

yang telah dilanggar itu harus ditegakkan. Melalui penegakan hukum

inilah hukum itu menjadi kenyataan. Dalam menegakkan hukum ada

tiga unsur yang selalu harus diperhatikan yaitu : kepastian hukum

(Rechtssicherheit), kemanfaatan (Zwaeckmassigkeit), dan keadilan

(Gerechtigkeit).

Hukum itu harus dilaksanakan dan ditegakkan, setiap orang

mengharapkan dapat diterapkannya hukum dalam hal terjadi peristiwa

yang konkrit. Hukum itu harus berlaku dan pada dasarnya tidak boleh

menyimpang. Itulah yang diinginkan oleh kepastian hukum. Masyarakat

Page 35: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

18

mengharapkan adanya kepastian hukum, karena dengan adanya

kepastian hukum masyarakat akan lebih tertib. Hukum bertugas

menciptakan kepastian hukum karena bertujuan untuk ketertiban

masyarakat. Sebaliknya masyarakat mengharapkan manfaat dalam

pelaksanaan atau penegakan hukum. Hukum adalah manusia, maka

pelaksanaan hukum atau penegakan hukum harus selalu member

manfaat atau kegunaan bagi masyarakat. Masyarakat sangat

berkepentingan bahwa dalam pelaksanaan atau penegakan hukum

haruslah memenuhi keadilan. Hukum tidak identik dengan keadilan,

hukum itu bersifat umum, mengikat setiap orang bersifat

menyamaratakan (Sudikno Mertokusumo, 2003: 160-161).

Penegakan hukum dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor yang

mempengaruhi penegakan hukum tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor hukumnya sendiri

Secara umum dapatlah dikatakan bahwa hukum itu adalah peraturan

hukum yang berlaku secara yuridis, sosiologis, dan filosofis.

Peraturan yang memenuhi ketiga unsur tersebut, akan dapat

berfungsi dengan baik

b. Faktor penegak hukum

Penegak hukum sebagai salah satu faktor yang menentukan proses

penegakan hukum, tidak hanya pihak-pihak yang menerapkan

hukum, tetapi juga pihak-pihak yang membuat hukum. Pihak-pihak

Page 36: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

19

yang terkait dalam proses penegakan hukum antara lain kepolisian,

kejaksaan, kehakiman, kepengacaraan, dan pemasyarakatan.

c. Faktor sarana atau fasilitas

Tanpa adanya sarana atau fasilitas, maka penegakan hukum tidak

akan dapat berjalan dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut

antara lain mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan

terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan

yang cukup dan seterusnya. Penegak hukum merupakan golongan

panutan dalam masyarakat yang hendaknya mempunyai

kemampuan-kemampuan tertentu sesuai dengan aspirasi

masyarakat.

d. Faktor masyarakat

Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk

mencapai kedamaian dalam masyarakat. Oleh sebab itu, masyarakat

berperan dalam penegakan hukum yaitu dengan adanya kesadaran

hukum masyarakat.

e. Faktor kebudayaan

Kebudayaan Indonesia mendasari adanya hukum yang berlaku di

Indonesia. Sebab kebudayaan pada dasarnya mencakup nilai-nilai

yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana yang

merupakan konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik

Page 37: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

20

(sehingga dituruti) dan apa yang dianggap buruk (sehingga

dihindari) (Titik Triwulan Tutik, 2006 : 223-235)

2.2.3. Teori Hukum Pembangunan

Teori Hukum Pembangunan yang digagas oleh Mochtar

Kusumaatmadja dipergunakan sebagai pengukuh pemikiran serta rambu

aplikasi dari konstruksi pandangan penulis mengenai arti penting nilai-

nilai pancasila pada peraturan-peraturan ketenagakerjaan dalam

membangun suatu bangsa, khususnya melalui pembenahan dalam

proses pembentukan hukum ketenagakerjaan di Indonesia, mengingat

keberadaan Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang. Terdapat

tiga hal baru yang dikembangkan oleh Mochtar Kusumaatmadja dalam

dunia hukum, yaitu: konsep hukum baru, hukum sebagai sarana

pembaruan masyarakat, dan hukum ada yang bersifat netral dan tidak

netral.

Teori ini mengatakan, bahwa hukum merupakan sarana

pembaruan masyarakat didasarkan atas anggapan bahwa adanya

keteraturan atau ketertiban dalamusaha pembangunan atau pembaruan

itu merupakan sesuatu yang diinginkan atau bahkan dipandang (mutlak)

perlu. Anggapan lain yang terkandung dalam konsepsi tersebut menurut

Mochtar adalah bahwa hukum dalam arti kaidah atau peraturan hukum

dapat berfungsi sebagai alat (pengatur) atau sarana pembangunan dalam

Page 38: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

21

arti penyalur arah kegiatan manusia ke arah yang dikehendaki oleh

pembangunan atau pembaruan.

Hal terakhir yang dikembangkan oleh Mochtar Kusumaatmadja

adalah mengenai hukum netral dan hukum tidak netral. Kusumaatmadja

menerangkan bahwa masyarakat negara berkembang dengan suatu

sistem yang pluralistik dimana sistem dan lembaga-lembaga hukum adat

berlaku berdampingan dengan sistem lembaga-lembaga hukum Barat

dan mungkin lembaga hukum asing lainnya menghadapi suatu masalah

yang khusus. Masalah tersebut dikarenakan hukum tidak dapat

dipisahkan dari sistem-sistem nilai yang dianut oleh suatu masyarakat

(Kusumaatmadja, 2006: 88).

Hukum Ketenagakerjaan termasuk ke dalam hukum netral didasari

atas pertimbangan sebagai berikut:

a. Hubungan Hukum dan Ekonomi

Satjipto Rahardjo menyatakan, bahwa pembahasan megenai

liberalisme dan kapitalisme dalam kaitannya dengan arah

pembangunan negara selama ini dilakukan oleh para ahli ekonomi

karena fungsi ekonomi dalam masyarakat yang secara konkret

berurusan dengan produksi dan pendistribusian barang-barang. Akan

tetapi, ekonomi kurang dapat bekerja dan melakukan perencanaan

dengan baik tanpa didukung oleh tatanan normatif yang berlaku

yang tidak lain adalah hukum. Untuk Indonesia, keadaan tersebut

Page 39: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

22

menjadi lebih tegas karena kata-kata dalam Penjelasan UUD yang

mengatakan, bahwa “Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka”. Pernyataan yang cukup

mendasar tersebut dapat dianggap, bahwa “proses ekonomi di negeri

ini berdasarkan atas hukum, tidak berdasarkan atas pertimbangan

ekonomi belaka” (Rahardjo, 2006: 21).

b. Bidang-bidang yang netral memiliki interelasi dengan faktor-faktor

lain dalam masyarakat terutama faktor-faktor ekonomi, sosial dan

budaya termasuk dalam bidang-bidang yang netral seperti hukum

kontrak (Sukarmi, 2008 : 16).

c. Hukum Ketenagakerjaan Berkaitan Erat dengan Ekonomi

Inti suatu sistem perekomomian ialah bagaimana kerja diorganisasi.

Persoalan perekonomian berkenaan dengan bagaimana kerja yang

ada di dalam masyarakat diorganisasi di antara anggotanya: siapa

saja yang harus mengerahkan tenaga kerja, siapa saja yang tidak

harus bekerja, siapa saja yang mendapatkan, serta seberapa besar

bagiannya dari pembagian hasil kerja-kerja itu, dan melalui sarana

kelembagaan apa saja kerjanya golongan pekerja dicurahkan dan

hasil kerjanya dibagi-bagi di antara kelas-kelas sosial yang ada.

Page 40: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

23

2.3. Landasan Konseptual

2.3.1. Pengertian Hubungan Hukum

Dalam hukum perdata, hubungan hukum merupakan suatu unsur

perikatan di dalam hukum kontrak. Hubungan hukum

(rechtsverhouding, legal relation) adalah hubungan yang di dalamnya

melekat hak pada salah satu pihak dan pada pihak lainnya melekat

kewajiban. Hubungan hukum dalam perikatan merupakan hubungan

yang diakui dan diatur oleh hukum itu sendiri. Antara hubungan hukum

dan hubungan sosial lainnya dalam kehidupan sehari-hari memeliki

pengertian yang berbeda, oleh karena hubungan hukm juga memiliki

akibat hukum apabila terjadi pengingkaran terhadapnya (Lukman, 2016:

6)

Hubungan hukum adalah hubungan yang diatur oleh hukum.

Hubungan hukum yang diatur oleh hukum itu adalah hak dan kewajiban

warga, pribadi yang satu terhadap warga, pribadi yang lain dalam hidup

bermasyarakat. Hak dan kewajiban hukum setiap warga atau pribadi

dalam hidup bermasyarakat. Hak dan kewajiban tersebut tidak terpenuhi

dapat dikenakan sanksi menurut hukum (Muhammad, 2000: 2).

2.3.2. Tinjauan Umum Hubungan Kerja

Hubungan kerja adalah hubungan hukum antara buruh dan

pemberi kerja yang memiliki unsur adanya pekerjaan, upah dan

Page 41: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

24

perintah. Hubungan kerja terjadi setelah adanya perjanjian kerja antara

buruh dengan majikan atau pemberi kerja. Hubungan kerja adalah suatu

hubungan hukum yang dilakukan oleh minimal dua subyek hukum

mengenai suatu pekerjaan. Subyek hukum yang melakukan hubungan

kerja adalah pengusaha/pemberi kerja dengan pekerja/buruh. Hubungan

kerja merpakan ini dari hubungan industrial (Wijayanti A. , 2015: 55).

Unsur-unsur hubungan kerja berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka

14 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 adalah:

a. Adanya pekerjaan (arbeid) ;

b. Di bawah perintah / gezag ver houding (maksudnya buruh

melakukan pekerjaan atas perintah majikan sehingga bersifat sub-

ordinasi) ;

c. Adanya upah tertentu / loan ; dan

d. Dalam waktu (tijd) yang ditentukan (dapat tanpa batas

waktu/pension atau berdasarkan waktu tertentu)

Sedangkan obyek dalam hubungan kerja tertuang di dalam

perjanjian kerja, peraturan perusahaan dan kesepakatan kerja

bersama.Kedudukan perjanjian kerja adalah di bawah peraturan

perusahaan, sehingga apalbila ada ketentuan dalam perjanjian kerja

yang bertentangan dengan peraturan perusahaan maka yang berlaku

adalah peraturan perusahaan.Peraturan perusahaan yang membuat

Page 42: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

25

adalah majikan secara keseluruhan.Perjanjian kerja secara teoritis yang

membuat adalah buruh dan majikan, tetapi kenyataanya perjanjian kerja

itu sudah dipersiapkan majikan untuk ditandatangani buruh saat buruh

diterima kerja oleh majikan.

Peraturan Perundang-undangan, Ketertiban Umum,

Kesusilaan

tidak boleh bertentangan dengan

berisi Hak dan Kewajiban

Dituangkan dalam Perjanjian Kerja/Perjanjian Kerja Bersama

Bagan 2.1 Obyek hukum dalam hubungan kerja

2.3.3. Perjanjian Kerja

Berdasarkan Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (4),

perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan

pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan

kewajiban para pihak. Pengertian perjanjian kerja juga terdapat pada

Pasal 1601a Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) dengan

istilah persetujuan perburuhan: persetujuan dengan mana pihak kesatu si

buruh mengikatkan dirinya di bawah perintah pihak lain, si majikan,

Buruh Pengusaha

Page 43: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

26

untuk sesuatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima

upah.

Perjanjian perburuhan adalah perjanjian yang diadakan antara buruh

dan majikan di mana mereka saling mengikatkan diri satu sama lain

untuk bekerja sama di mana buruh berjanji akan menyelenggarakan

perintah majikan sebagai pekerjaannya dengan baik dan majikan akan

menanggung kehidupan buruh dengan baik pula, selaras menurut

kemampuan dan persetujuan mereka masing-masing. Atau perjanjian

perburuhan adalah suatu perjanjian yang diadakan oleh majikan di satu

pihak dengan serikat buruh dilain pihak untuk menentukan batas-batas

persyaratan kerja yang seyogyanya ditetapkan dalam perjanjian kerja

Suatu perjanjian menjadi sah jika memenui persyaratan sesuai

dengan KUHPer Pasal 1320 sebagai berikut:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

b. Kecapakan untuk membuat suatu perikatan

c. Suatu hal tertentu

d. Suatu sebab yang halal

2.3.4. Tinjauan Umum Pekerja Rumah Tangga (PRT)

Pekerja Rumah Tangga adalah istilah yang dipakai dalam regulasi

yang ada, akan tetapi sampai saat ini keberadaan Pekerja Rumah Tangga

sebagai pekerja tidak diterima oleh semua pihak. Pekerja Rumah

Tangga tidak diakui sebagai tenaga kerja yang sama dengan 4 (Empat)

Page 44: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

27

tenaga kerja lainnya seperti Pegawai Negeri Sipil, pekerja pabrik,

perusahaan, dan lain-lain. Bahkan harus diakui bahwa dewasa ini

sebutan sebagai “pekerja” pun belum diterima oleh masyarakat. Pada

umumnya masyarakat lebih menerima untuk menyebut Pekerja Rumah

Tangga sebagai “Pembantu”. Oleh karena itu, Pekerja Rumah Tangga

dimasukkan dalam lingkup pekerjaan informal.

Secara khusus, pengaturan tentang Pekerja Rumah Tangga diatur

dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 2 Tahun 2-15 Tentang

Perlindungan Pekerja Rumah Tangga. Salah satu yang unik dari

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 2 Tahun 2015 adalah aturan

dibuat bukan karena derivasi atau perintah Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan atau Peraturan Pemerintah

melainkan dari Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah yang sama sekali tidak ada keterkaitannya. Di dalam

Pasal 7 Permenaker Nomor 2 Tahun 2015 disebutkan bahwa Pekerja

Rumah Tangga mempunyai hak:

a. Memperoleh informasi mengenai Pengguna;

b. Mendapatkan perlakuan yang baik dari Pengguna dan anggota

keluarganya;

c. Mendapatkan upah sesuai Perjanjian Kerja;

d. Mendapatkan makanan dan minuman yang sehat;

e. Mendapatkan waktu istirahat yang cukup;

Page 45: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

28

f. Mendapatkan hak cuti sesuai dengan kesepakatan;

g. Mendapatkan kesempatan melakukan ibadah sesuai dengan agama

dan kepercayaan yang dianutnya;

h. Mendapatkan tunjangan hari raya; dan

i. Berkomunikasi dengan keluarganya.

Berdasarkan penjelasan Pasal 1 ayat (1) Permenaker No. 2 Tahun

2015 Tentang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga, PRT adalah orang

yang bekerja pada orang perseorangan dalam rumah tangga untuk

melaksanakan pekerjaan kerumahtanggaan dengan menerima upah

dan/atau imbalan dalam bentuk lain. Sedangkan berdasarkan Konvensi

ILO Nomor 189 Tahun 2011 Tentang Ketenagakerjaan, menguraikan

bahwa seorang Pekerja Rumah Tangga (PRT) adalah seseorang yang

dipekerjakan dalam pekerjaan rumah tangga di dalam sebuah hubungan

kerja.

Pekerja rumah tangga dapat dibagi atas 2 (dua) bagian, yaitu

individu yang memiliki pekerjaan membantu dalam rumah tangga dan

individu yang memiliki keahlian khusus dalam bekerja/membantu suatu

pekerjaan rumah tangga. Berdasarkan dua bagian tersebut maka muncul

jenis-jenis pembantu rumah tangga berdasarkan keahlian khusus,

seperti:

1. Supir, yang bertugas mengemudikan mobil majikan

Page 46: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

29

2. Baby Sitter atau perawat bayi dan perawat lansia

3. Tukang cuci, yang memiliki pekerjaan mencuci pakaian

4. Tukang masak, adalah yang bertugas untuk memasak makanan

bagi suatu keluarga, bahkan pada saat sekarang ini, hal ini

mengalami perkembangan dimana suatu keluarga mengambil

keputusan untuk berlangganan makanan pada suatu pihak yang

biasa dikenal dengan sebutan rantangan.

5. Tukang jaga rumah, bertugas untuk menjaga rumah beserta isinya.

6. Tukang potong rumput, yang bertugas merapihkan di halaman

rumah

2.3.5. Pengguna PRT (Majikan)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan istilah

“majikan” mempunyai arti sebagai orang atau organisasi yang

menyediakan pekerjaan untuk orang lain berdasarkan ikatan kontrak

atau orang yang menjadi atasan (yang kuasa memerintah bawahan). Hal

itu dimaksudkan bahwa istilah atau sebutan majikan berarti seseorang

yang mempekerjakan, dan memberi upah orang lain berdasarkan

kontrak atau dalam hal ini disebut perjanjian kerja. Dalam pembahasan

kali ini kedudukan majikan diantara LPPRT, dan PRT lebih cenderung

berkaitan dengan PRT, karena dalam hal ini Majikan atau disebut

Pengguna Jasa dari LPPRT lebih mempunyai peran dalam hal

Page 47: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

30

pengupahan, jaminan sosial, dan hal lain menyangkut hak dan

kewajiban PRT.

Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 Pemenaker No 2 Tahun 2015 tentang

Perlindungan PRT, dijelaskan bahwa Pengguna PRT atau Pengguna jasa

adalah orang perseorangan yang mempekerjakan Pekerja Rumah

Tangga (PRT) dengan membayar upah dan/atau imbalan dalam bentuk

lain. Sedangkan, sebutan lain untuk Pengguna PRT adalah “majikan”

sebutan yang biasanya digunakan sehari-hari bagi seseorang yang

mempekerjakan PRT dirumahnya, yang kemudian PRT tersebut akan

melakukan pekerjaan yang ada di dalam rumah tangga mereka. Namun

dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan terdapat istilah pemberi kerja,

sama halnya dengan istilah yang ada di dalam Permenaker No 2 Tahun

2015 yaitu Pengguna PRT atau Pengguna jasa ialah pihak pemberi kerja

yang memberikan pekerjaan kepada PRT. Perbedaan istilah tersebut

adalah jika istilah pemberi kerja lebih tepat digunakan dalam sebuah

perusahaan atau badan hukum lainnya, sedangkan dalam pekerjaan

rumah tangga di masyarakat, istilah majikan tersebut lebih tepat

digunakan.

2.3.6. Lembaga Penyalur PRT (LPPRT)

Lembaga Penyalur PRT (LPPRT) merupakan sebutan atau istilah

yang ada didalam Permenaker No. 2 Tahun 2015. Namun, di

masyarakat luas lebih mengenal dengan istilah yang berbeda dan

Page 48: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

31

beragam, contohnya seperti agen penyalur PRT, yayasan penyalur PRT,

dan sebagainya. Mayoritas LPPRT yang ada di luaran berbentuk

Yayasan, atau berbentuk Lembaga Pelatihan Kerja, yang mana LPK

tersebut mewadahi para calon PRT yang akan dipekerjakan ditempat

majikan mereka. Pelatihan yang diselenggarakan oleh LPK sesuai

dengan SOP dan terdapat monitoring dari pemerintah setempat, dalam

hal ini oleh Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi setempat.

Berdasarkan Pasal 1 ayat 4 Permenaker No 2 Tahun 2015 Tentang

Perlindungan PRT dijelaskan bahwa, Lembaga Penyalur PRT yang

selanjutnya disingkat LPPRT adalah badan usaha yang telah mendapat

izin tertulis dari Gubernur atau pejabat yang ditunjuk untuk merekrut

dan menyalurkan PRT. Pada Pasal 1 ayat 5 Pemenaker No 2 Tahun

2015 disebutkan bahwa Surat Izin Usaha Lembaga Penyalur PRT yang

selanjutnya disingkat SIULSPRT adalh surat izin yang diberikan oleh

Gubernur atau pejabat yang ditunjuk. Klausa tersebut mempunyai arti

bahwa apabila seseorang ingin mendirikan suatu yayasan atau lembaga

penyalur Pekerja Rumah Tangga (PRT), maka harus memenuhi

persyaratan yang diberikan oleh pejabat yang berwenang. Dalam

pembuatan SIULPRT ini tidak dipungut biaya sehingga memudahkan

suatu lembaga akan didirikan. SIULPRT yang dibuat dpat pula

diperpanjang atau diberhentikan oleh pejabat yang telah mengeluarkan

SIULPRT tersebut apabila diketahui bahwa tidak memenuhi syarat

Page 49: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

32

administrasi maupun dalam hal merekrut Pekerja Rumah Tangga (PRT).

LPPRT tidak diperbolehkan memungut imbalan dari PRT yang

disalurkan namun berhak mendapatkan imbalan jasa dari Pengguna PRT

itu sendiri.

2.3.7. Kedudukan Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia

Hukum ketenagakerjaan adalah hukum yang mengatur mengenai

tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan setelah selesainya masa

hubungan kerja. (Pitoyo, 2010: 3). Dalam hal ini, hukum

ketenagakerjaan ini tidak hanya mengatur hubungan kerja tetapi juga

terkait pengaturan di luar hubungan kerja, karena sifat dari hukum

ketenagakerjaan ini bersifat publik, terbatas, dan sederhana.

Kedudukan hukum ketenagakerjaan di dalam tata hukum

Indonesia terletak di bidang hukum administrasi/tata Negara, hukum

perdata, dan hukum pidana. Hubungan antara pengusaha dan pekerja

didasarkan pada hubungan hukum privat. Hubungan itu didasarkan pada

hukum privat. Hubungan itu didasarkan pada hukum perikatan yang

menjadi bagian dari hukum perdata. Pemerintah hanya berlaku sebagai

pengawas atau lebih tepatnya dapat menjalankan fungsi fasilitator

apabila ternyata dalam pelaksanaan muncul suatu perselisihan yang

tidak dapat mereka selesaikan. Selain itu, fungsi pengawasan dari

pemerintah dapat maksimal apabila secara filosofis kedudukan

Page 50: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

33

pemerintah lebih tinggi daripada yang diawasi pekerja-pengusaha)

(Wijayanti, 2009: 14).

Terdapat 2 (dua) hal yang perlu diperhatikan ketika melihat

kedudukan hukum ketenagakerjaan di dalam hukum administrasi, yaitu

subjek hukum dalam penyelenggaraan negara dan bagaimana perannya.

Subjek hukum dalam penyelenggaraan negara menyangkut 3 (tiga) hal,

yaitu pejabat, lembaga, dan warga negara. Dalam hal ini, pejabat adalh

pejabat negara yang tunduk pada ketentuan hukum administrasi.

Peranannya berkaitan dengan menjalankan fungsi negara di dalam

pembuatan peraturan atau pemberian izin (bestuur), bagaimana negara

melakukan pencegahan terhadap sesuatu hal yang dapat terjadi dan

bagaimana hukumnya. Pemerintah sebagai penyelenggara negara di

bidang ketenagakerjaan harus dapat melaksanakan ketiga fungsi tersebut

dengan baik (Wijayanti, 2009 : 14).

Page 51: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

34

2.4. Kerangka Berfikir

1. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

2. Permenaker No. 2 Tahun 2015 Tentang Perlindungan PRT

Masalah :

1. Hubungan hukumPekerja

Rumah Tangga (PRT),

Pengguna PRT, dan Lembaga

Penyalur PRT (LPPRT) dalam

pelaksanaannya belum sesuai

dengan peraturan yang ada

2. Masih ada kendala dalam

pelaksanaan hubungan hukum

Pekerja Rumah Tangga (PRT),

Pengguna PRT, dan Lembaga

Penyalur PRT (LPPRT)

Metode:

1. Menggunakan

metode Yuridis-

Sosiologis yaitu

dengan

pengumpulan

data (wawancara

dan studi

dokumen)

2. Menarik

kesimpulan yang

bersifat umum

ke permasalahan

yang konkret

Teori :

1. Teori Negara

Hukum

2. Teori

Pelaksanaan

Hukum

3. Teori Hukum

Pembangunan

Pelaksanaan hubungan hukum antara PRT, Pengguna PRT, dan LPPRT sudah sesuai

dengan UU No 13 Tahun 2003 dan Permenaker No 2 Tahun 2015 dan teruraikannya faktor

kendala dari pelaksanaan hubungan hukum antara PRT, Pengguna PRT, dan LPPRT

Bagan 2.2 Kerangka Berfikir

Memberikan dampak terhadap kedudukan hukum PRT, pelaksanaan perlindungan hak-hak

PRT, dan kesejahteraan PRT sebagai seorang Pekerja

Page 52: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

95

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang “Hubungan

Hukum PRT, Pengguna PRT, dan LPPRT Kota Semarang Perspektif

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003”, maka dapat disimpulkan sebagai

berikut

1. Hubungan hukum PRT, Pengguna PRT, dan LPPRT dapat

dikategorikan menjadi 3 (tiga), yaitu:

a. Hubungan hukum antara PRT dengan Pengguna PRT

Ditinjau denganPasal 1 angka 14 Undang-Undang No. 13 Tahun

2003 Tentang Ketenagakerjaan, unsur dalam hubungan kerja sudah

memenuhi. Namun, dalam pelaksanaannya, kedudukan hukum PRT

tidak diartikan sebagai “pekerja” secara utuh.Sehingga hak dan

kewajiban PRT juga tidak bisa disamakan dengan seorang

“pekerja” seperti pada perspektif Undang-Undang

Ketenagakerjaan.

b. Hubungan hukum antara PRT dengan LPPRT

Hubungan hukum antara kedua belah pihak merupakan

hubungan antara lembaga swasta pelatihan kerja dengan siswa yang

dilatih.Dari hubungan hukum tersebut maka timbul hak dan

Page 53: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

96

kewajiban. Hak dan kewajiban tersebut ditinjau menggunakan

Permenaker No. 2 Tahun 2015 beberapa sudah terlaksana.Namun,

adapun beberapa hal yang tidak dilaksanakan oleh lembaga yaitu

pengeluaran bukti otentik bahwa siswanya sudah selesai melakukan

pelatihan.

c. Hubungan hukum antara LPPRT dengan Pengguna PRT

Hubungan hukum antara kedua belah pihak merupakan

hubungan antara lembaga penyedia jasa tenaga kerja bidang

kerumahtanggan dengan Klien.Objek dalam hubungan hukum

tersebut adalah kedua perjanjian tertulis yang telah disepakati

bersama yang berisikan: administrasi, hak klien, kewajiban klien,

sanksi-sanksi, dan lain-lain.

2. Kendala dalam pelaksanaan hubungan hukum antara Pekerja Rumah

Tangga (PRT), Pengguna PRT, dan Lembaga Penyalur PRT (LPPRT) di

kota Semarang ada 2 (dua) faktor, yaitu:

a. Faktor Internal

Kedudukan hukum PRT yang dalam pelaksanaannya belum

dianggap sebagai seorang “pekerja” yang hak-haknya jelas

dilindungi oleh Undang-Undang adalah kendala utama bagi

PRT.Selain itu, kendala lainnya yaitu upah yang didapat belum

sesuai dengan jam kerja yang tinggi, banyaknya pekerjaan, dan hari

Page 54: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

97

libur yang tidak menentu.Serta kurangnya SDM yang menjadi

kendala bagi LPK Budi Asih dalam melaksanakan tugasnya sebagai

lembaga pelatihan dan penyaluran PRT.

b. Faktor Eksternal

Lemahnya wewenang Disnaker Kota Semarang dalam menangani

segala hal tentang perlindungan PRT. Dalam fungsi pengawasan,

dan penyelesaian perselisihan terhadap PRT, Disnkaer juga tidak

mempunyai wewenang akan hal tersebut.

Berdasarkan pengamatan penulis, maka kesimpulan dalam penelitian

ini yaitu, dalam sistem ketenagakerjaan di Indonesia saat ini masih

mengesampingkan keberadaan PRT dengan kedudukannya sebagai pekerja.

Pemerintah sebagai pembuat kebijakan yang kedudukannya ada di tengah-

tengah antara korporasi dengan masyarakat terkesan telah mencederai Hak

Asasi Manusia PRT. Hak kesetaraan atau hak kesamaan kedudukan dari

PRT merupakan hal yang seharusnya menjadi fokus Pemerintah dalam

membuat kebijakan terkait ketenagakerjaan khususnya di bidang

kerumahtangaan atau pekerjaan informal lainnya.

5.2. Saran

1. Pelaksanaan hubungan hukum PRT, Pengguna PRT, dan LPPRT

seharusnya dilaksanakan sebagai berikut:

Page 55: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

98

a. Perjanjian antara PRT dengan Pengguna PRT seharunya

berbentuk tertulis agar memiliki kekuatan yang mengikat antara

kedua belah pihak dalam pelaksanaannya;

b. LPK Budi Asih sebagai lembaga pelatihan dan penyaluran PRT

seharusnya mengeluarkan bukti tertulis bahwa PRT telah

menjalankan pelatihan di lembaganya. Bukti tertulis tersebut

akan berdampak pada ketrampilan PRT yang sudah terbukti dan

diakui bahwa PRT tersebut mempunyai kemampuan atau skill

yang dapat dipertanggungjawabkan. Sehingga, dalam hubungan

hukum antara PRT dengan LPPRT tidak terkesan sepihak.

c. Perjanjian antara LPPRT dengan Pengguna PRT seharusnya

melibatkan PRT di dalamnya yang sekaligus berisi upah,

pekerjaan, hak dan kewajiban yang didapatkan oleh PRT.

sehingga secara sah LPPRT mengetahui dan bertanggungjawab

atas kinerja dari PRT yang disalurkan

2. Dalam mengatasi kendala dari pelaksanaan hubungan hukum PRT,

Pengguna PRT, dan LPPRT, maka seharusnya:

a. Pemerintah bersikap tegas untuk menangani hal-hal tersebut.

Jika telah ditemukan bahwa dalam kegiatan pelatihan dan

penyaluran tenaga kerja ada yang menyimpang dari sebagaimana

mestinya, maka Pemerintah seharusnya memberikan tindakan

Page 56: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

99

tegas sesuai dengan wewenangnya. Jika Disnaker Kota

Semarang tidak berwenang,

b. Sudah seharusnya Pemerintah segera mengesahkan Rancangan

Undang-Undang Perlindungan PRT. Dengan disahkannya RUU

tersebut, maka kedudukan hukum, dan hak-hak PRT akan

terlindungi oleh Undang-Undang. Karena, di dalam RUU PPRT

sudah dijelaskan secara detail mengenai kedudukan hukumnya

sebagai pekerja, pelaksanaan hubungan kerja, serta hak-hak yang

didapatkan oleh PRT.

Page 57: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

100

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Ashshofa, Burhan. 2010. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek.Jakarta:Rineka Cipta.

Emzir. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta:

PTRajaGrafindo Persada.

Halim, A. Ridwan, dkk. 1987. Seri Hukum Perburuhan Aktual.

Jakarta: Pradnya Paramita.

Kusumaatmadja, Mochtar. 2006. Konsep-Konsep Hukum dalam

Pembangunan.Bandung: Alumni.

Kusnardi, Muhammad. dan Ibrahim, Harmaily. 1998. Hukum Tata

Negara Indonesia. Jakarta: Sinar Bakti.

Mertokusumo, Sudikno. 2003. Mengenal Hukum. Yogyakarta: Liberty

Yogyakarta.

Moeloeng, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosda Karya.

Mahdi, Adnan dan Mujahidin. 2014. Panduan Penelitian Praktis Untuk

Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung: Alfabeta.

Rood, M.G. 1989.Hukum Perburuhan. Bandung: Fakultas Hukum

Universitas Padjajaran.

Muhammad, Abdulkadir. 2000. Hukum Perdata Indonesia. Bandung: PT.

Citra Aditya Bakti

Pitoyo, W. 2010.Panduan Praktis Hukum Ketenagakerjaan. Jakarta:

Visimedia

Rahardjo, Satjipto. 2006. Sisi Lain dari Hukum di Indonesia. Jakarta:

Page 58: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

101

Kompas.

Riyanto, Yatim. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan

Kuantitatif. Surabaya: UNESA University Press.

Santoso, Lukman. 2016. Hukum Perikatan. Malang: Setara Press.

Soekanto, Soejono. 1982. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press

Soepomo, Iam.1987.Pengantar Hukum Perburuhan. Jakarta:

Djambatan.

Soeroso, 2006.Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

________. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Bandung: Alfabeta.

Sukarmi. 2008. Cyber Law Kontrak Elektronik dalam Bayang-Bayang

Pelaku Usaha. Bandung: Pustaka Sutra

Triwulan, Titik. 2006.Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Prestasi Pustaka

Publisher

Udiana, I Made. 2011. Rekonstruksi Pengaturan Penyelesaian Sengketa

Penanaman Modal Asing. Denpasar: Udayana University Press

Wijayanti, Asri, 2015, Hukum Ketenagakerjaan Pasca

Reformasi.Jakarta: Sinar Grafika.

Peraturan Perundang-undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 2 Tahun 2015 Tentang

Perlindungan Pekerja Rumah Tangga

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 229 Tahun 2003 Tentang Tata

Cara Perizinan dan Pendaftaran Lembaga Pelatihan Kerja

Page 59: Hubungan Hukum Pekerja Rumah Tangga (PRT), Pengguna …lib.unnes.ac.id/36089/1/8111415294_Optimized.pdf · 12. Seluruh keluarga BEM FH UNNES Kabinet Serasi yang telah memberikan ilmu,

102

Penelitian dan Jurnal :

Agusmidah. 2017. “Membangun Aturan Bagi Pekerja Rumah Tangga,

Mewujudkan Hak Asasi Manusia”. Jurnal Hukum Samudera

Keadilan 12 (1): 21.

Bird. C. Robert. 2005. “Employment as a Relation Contract”, Journal of

Labour and Employment.8 (1): 151-152.

Agus, Dede. 2010. “Kedudukan Perjanjian Kerja terhadap Perjanjian

Kerja Bersama dalam Hubungan Kerja”. Jurnal Yustitia. 8.

Gunawan, Made Hendra dkk. 2016. “Perlindungan Hukum Terhadap

Tenaga Kerja Dengan Adanya Non Competition Clause Dalam

Sebuah Perjanjian Kerja”. Jurnal Kertha Semaya 4 (1).

Rismawati, dkk. 2005. “Membangun Konsep Ideal Hubungan Kerja Antara

Pekerja Rumah Tangga dan Majikan Berbasis Hak-Hak Buruh

Dalam Islam”. Jurnal Perempuan 39: 2381-2382.

Sulistiyono, Tri. 2016. “The Effectiveness Of Labour Regulation In

Protecting Informal”, International Journal of Business, Economics

and Law10.

Internet :

http://fh.unnes.ac.id/2017/06/Panduan-Skripsi.pdf (diakses pada hari

Jumat, 19 Oktober 2018, pukul 19:32 WIB)

http://www.gajimu.com/konvensi-ilo-seputar-hak-pembantu-rumahtangga-

prt (diakses pada hari Senin, 30 Oktober 2018, pukul 21:35 WIB)

https://www.ilo.org/jalaprtactivities (diakses pada hari Selasa 7 Mei 2019,

Pukul 20:13 WIB)