hubungan filsafat dengan etika
DESCRIPTION
vhvjhTRANSCRIPT
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN ETIKA
A. PENDAHULUAN
Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan Tuhan kepada
makhluknya. Di dalam kehidupan, terdapat filsafat yang mengajarkan setiap
makhluk hidup mengenai dasar ilmu. Filsafat pula yang telah mendoktrin setiap
manusia sehingga mereka memiliki suatu sikap atau teori yang mendasari alam
pikirannya. Pada hakikatnya, sejak dahulu hingga sekarang, manusia senantiasa
bertanya tentang mana yang baik dan buruk. Betapa tidak, selama hidupnya ia
selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan etis yang seringkali tidak bisa dijawab
oleh agama dan ilmu pengetahuan. Inilah yang yang kemudian melahirkan
sebuah aliran dalam filsafat yang disebut etika. Segala sesuatu yang berkaitan
dengan kehidupan pasti, didasari oleh filsafat, seperti, logika, estetika,
epistemology, metafisika, dan juga etika. Hal-hal tersebut tidak dapat di
pisahkan, karena mereka saling tarik-menarik antar sesamanya sehingga
menciptakan suatu tatanan yang terstuktur dan seimbang.
B. PEMBAHASAN
a. Pengertian Filsafat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, filsafat berarti pengetahuan
dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yg ada,
sebab, asal, dan hukumnya; Teori yang mendasari alam pikiran atau
suatu kegiatan; Ilmu yg berintikan logika, estetika, metafisika, dan
epistemologi; Falsafah.
Filsafat dalam konteks modern, menurut Webster’s New World
Thesaurus, berfungsi untuk menuntun manusia menuju
kebijaksanaan dalam bersikap ( wisdom of attitude ).
Dari sisi etimologi, filsafat berasal dari kata philien dan sophos yg
artinya cinta dan kebijaksanaan. Jika digabungkan, maka filsafat
berarti cinta kebijaksanaan.
Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang
segala yang ada.
1
Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah
menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat
bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah
dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai
Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang
jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis
kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis
ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu
dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan
menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya .
Prof. Mr.Muhamad Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran ,
sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam
kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari
sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut
hakekat.
Harold H. Titus (1979 ): (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan
kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima
secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran
terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat
adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan;
(3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang
arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah
yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya
oleh para ahli filsafat.
b. Pengertian Etika
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan")
adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas
2
yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. (K.
Bertens. 2000. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 25.)
Menurut Maryani & Ludigdo (2001) “Etika adalah Seperangkat
aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia,
baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang di
anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau profesi”
Etika, menurut KBBI, adalah ilmu tentang apa yg baik dan apa yg
buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
c. Hubungan Filsafat dengan Etika
Filsafat, berdasarkan lokasi berkembangnya, dapat dibagi menjadi
filsafat barat dan filsafat timur. Filsafat timur kemudian terbagi menjadi
filsafat Islam dan filsafat Kristen.
Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di
universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat
ini berkembang dari tradisi filsafat orang Yunani kuno.
Dalam tradisi filsafat Barat, dikenal adanya pembidangan dalam
filsafat yang menyangkut tema tertentu. Pembidangan tersebut antara lain:
1. Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat
yang ada dan keberadaan (eksistensi) secara umum dikaji secara khusus
dalam Ontologi. Adapun hakikat manusia dan alam semesta dibahas
dalam Kosmologi.
2. Epistemologi mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan
(episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi
membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta
kebenaran suatu pengetahuan.
3. Aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada
kehidupan manusia. Dari aksiologi lahirlah dua cabang filsafat yang
membahas aspek kualitas hidup manusia: etika dan estetika.
4. Etika, atau filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya
manusia bertindak dan mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar
tindakan itu dapat diketahui. Beberapa topik yang dibahas di sini adalah
soal kebaikan, kebenaran, tanggung jawab, suara hati, dan sebagainya.
3
5. Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada
kehidupan. Dari estetika lahirlah berbagai macam teori mengenai
kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil budaya.
Etika merupakan salah satu bidang dari filsafat. Etika sendiri dalam
pembagian di atas merupakan bagian dari aksiologi yang juga merupakan
bidang dari filsafat.
Ruang lingkup Filsafat tidak terbatas, mencakup seluruh hal yang
dapat dipikir dan dispekulasikan. Hal ini sejalan dengan apa yang
dimaksudkan oleh Plato dan Aristoteles secara implisit melalu karya – karya
pemikirannya yang tidak dibatasi oleh sekat ilmu pengetahuan. Semua
pengetahuan yang memerlukan obsevasi, refleksi, dan dialog digolongkan ke
dalam filsafat.
Etika sendiri merupakan salah satu ilmu yang memerlukan observasi,
refleksi, dan dialog untuk terus disinambungkan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, sosial budaya, ilmu pengetahuan, teknologi, dan paradigma
masyarakat. Oleh karena itu, sudah sepatutnya etika dalam konteksnya
sebagai ilmu untuk terus - melalui filsafat – dikaji.
Dinamika sosial budaya serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
dekadansi paradigma masyarakat menjadi faktor – faktor utama yang
menuntut etika, sebagai suatu cabang ilmu, menyesuaikan diri. Dinamika,
perkembangan, dan dekadansi yang terjadi mengakibatkan timbulnya
masalah – masalah yang jauh lebih kompleks jika dibandingkan dengan
masalah – masalah yang timbul di masa – masa sebelumnya.
C. KESIMPULAN
Filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan tentang segala yang
ada akan selalu meng up-to-date etika seiring dengan kemajuan dan
perkembangan zaman. Sederhananya, etika adalah sebuah aliran filsafat
yang berusaha memecahkan persoalan tentang perbuatan yang baik dan
yang buruk. Secara singkat, jelaslah bahwa filsafat berhubungan erat dan
tidak dapat dipisahkan dengan etika karena filsafat merupakan pondasi yang
kuat untuk membentuk suatu etika bagi manusia dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari.
4
D. DAFTAR PUSTAKA
Davidson’s Principles & Practice of Medicine, Churchill Livingstone
Elsevier,Twenty-one edition, 2010.
New KBSM English-Malay Dictionary,Penerbit Fajar Bakti,First
edition,2002.
en.wikipedia.org/wiki/philosophy
en.wikipedia.org/wiki/ethics
5