gabung filsafat 9 etika ilmu

Download Gabung Filsafat 9 Etika Ilmu

If you can't read please download the document

Upload: aremania-sejati

Post on 16-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

wqiugdoqwd wqdiqwhoid qoiwsoiqy wiehq eowqyro nnmbsi sihdq qiwdho. qoiw wqiyew oihq ihqoww iowdoiw qnwic qichoq riq iqwcvr.

TRANSCRIPT

27

ETIKA ILMU

OLEH :

Israfil131211123006

Fawas M Santoso131211123008

Kusmanto131211123012

Lilik Sriwiyati131211123020

Yulia131211123065

Yayik Lailatul Fajri131211123070

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2012

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada tingkat aksiologis, pembicaraan tentang nilai-nilai adalah hal yang mutlak. Nilai ini menyangkut etika, moral, dan tanggungjawab manusia dalam mengembangkan ilmu pengetahuan untuk dimanfaatkan bagi sebesar-besar kemaslahatan manusia itu sendiri. Karena dalam penerapannya, ilmu pengetahuan juga punya bias negatif dan destruktif, maka diperlukan patron nilai dan norma untuk mengendalikan nafsu manusia ketika hendak bergelut dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan. Di sinilah etika menjadi ketentuan mutlak, yang akan menjadi pendukung yang baik bagi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan derajat hidup serta kesejahteraan dan kebahagiaan manusia. Hakikat moral, tempat ilmuan mengembalikan kesuksesannya.

Etika adalah pembahasan mengenai baik, buruk, semestinya, benar, dan salah. Yang paling menonjol adalah tentang baik dan teori tentang kewajiban. Keduanya bertalian dengan hati nurani. Bernaung di bawah filsafat moral (Herman Soewardi 1999). Etika merupakan tatanan konsep yang melahirkan kewajiban itu, dengan argumen bahwa kalau sesuatu tidak dijalankan berarti akan mendatangkan bencana atau keburukan bagi manusia. Oleh karena itu, etika pada dasarnya adalah seperangkat kewajiban-kewajiban tentang kebaikan yang pelaksananya tidak ditunjuk. pelaksananya menjadi jelas ketika sang subyek menghadapi opsi baik atau buruk, yang baik itulah materi kewajiban pelaksana dalam situasi ini.

Rumusan Masalah

Bagaimanakah hubungan antara ilmu dan etika?Bagaimanakah cara membangun masyarakat ilmiah?Bagaimanakah cara menuju masyarakat berbudaya ilmu pengetahuan?Apakah peran etika ilmu dalam keperawatan?

2

Tujuan

Tujuan Umum

Setelah proses perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu memahami tentang landasan etika ilmu

Tujuan Khusus

Mahasiswa diharapkan mampu :

Menjelaskan tentang hubungan antara ilmu dan etikaMenjelaskan cara membangun masyarakat ilmiahMenjelaskan cara menuju masyarakat berbudaya ilmu pengetahuanMenjelaskan etika ilmu dalam keperawatan

BAB 2

ETIKA ILMU

Hubungan antara Ilmu dan Etika

2.1.1 Pengertian Etika

Dalam bahasa Inggris etika disebut ethic (singular) yang berarti a sistem of moral principles or rules of behaviour, atau suatu sistem, prinsip moral, aturan atau cara berperilaku. Akan tetapi, terkadang ethics (dengan tambahan huruf s) dapat berarti singular. Jika ini yang dimaksud maka ethics berarti the branch of philosophy that deals with moral principles, suatu cabang filsafat yang memberikan batasan prinsip-prinsip moral. Jika ethics dengan maksud plural (jamak) berarti moral principles that govern or influence a persons behaviour, prinsip-prinsip moral yang dipengaruhi oleh perilaku pribadi.

Dalam bahasa Yunani, etika berarti ethikos mengandung arti penggunaan, karakter, kebiasaan, kecenderungan, dan sikap yang mengandung analisis konsep-konsep seperti harus, mesti, benar-salah, mengandung pencarian ke dalam watak moralitas atau tindakan-tindakan moral, serta mengandung pencarian kehidupan yang baik secara moral.

4

Dalam bahasa Yunani Kuno, etika berarti ethos, yang apabila dalam bentuk tunggal mempunyai arti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, adat, akhlak, watak perasaan, sikap, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (ta etha) artinya adalah adat kebiasaan. Jadi, jika kita membatasi diri pada asal usul kata ini, maka etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Arti inilah yang menjadi latar belakang bagi terbentuknya istilah etika yang oleh Aristoteles (384-322 SM.) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Etika secara lebih detail merupakan ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh berkaitan dengan moralitas. Penyelidikan tingkah laku moral dapat diklasifikasikan dalam (i) etika deskriptif; (ii) etika normatif; (iii) metaetika.

Pertama, etika deskriptif yang mendeskripsikan tingkah laku moral dalam arti luas, seperti adat kebiasaan, anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan. Objek penyelidikannya adalah individu-individu, kebudayaan-kebudayaan.

Kedua, etika normatif. Dalam hal ini, seseorang dapat dikatakan sebagai participation approach karena yang bersangkutan telah melibatkan diri dengan mengemukakan penilaian tentang perilaku manusia. Ia tidak netral karena berhak untuk mengatakan atau menolak suatu etika tertentu.

Ketiga, metaetika. Awalan meta (Yunani) berarti melebihi, melampaui. Metaetika bergerak seolah-olah bergerak pada taraf lebih tinggi daripada perilaku etis, yaitu pada taraf bahasa etis atau hahasa yang digunakan di bidang moral.

Dan beberapa definisi di atas, tampak jelas bahwa kajian tentang etika sangat dekat dengan kajian moral. Etika merupakan sistem moral dan prinsip-prinsip dari suatu perilaku manusia yang kemudian dijadikan sebagai standardisasi baik-buruk, salah-benar, serta sesuatu yang bermoral atau tidak bermoral. Merujuk pada hubungan yang dekat antara etika dengan moral, berikut sedikit dibahas tentang ragam pengertian moral.

Moral berarti concerned with principles of right and wrong behaviour, or standard of behaviour, sesuatu yang menyangkut prinsip benar dan salah dan suatu perilaku dan menjadi standar perilaku manusia.

Moral berasal dan bahasa Latin moralis (kata dasar mos, moris) yang berarti adat istiadat, kebiasaan, cara, dan tingkah laku. Bila dijabarkan lebih lanjut moral mengandung empat pengertian; (i) baik-buruk, benar-salah, tepat tidak tepat dalam aktivitas manusia, (ii) tindakan benar, adil, dan wajar, (iii) kapasitas untuk diarahkan pada kesadaran benar-salah, dan kepastian untuk mengarahkan kepada orang lain sesuai dengan kaidah tingkah laku yang dinilai benar-salah, dan (iv) sikap seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.

Etika juga berarti timbul dari kebiasaan adalah cabang utama dari filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk dan tanggung jawab.

Etika sering kali disebut filsafat moral. Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam penilaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang sedang dinilai. Adapun etika dapat dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada. Istilah moral berasal dan kata Latin mores, yang merupakan bentuk jamak dari mos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan.

Hubungan antara Ilmu dan Etika

Etika adalah sebuah ilmu dan bukan sebuah ajaran. Jadi, etika dan ajaran moral tidak berada di tingkat yang sama. Yang mengatakan bagaimana bila harus hidup, bukanlah etika melainkan ajaran moral. Ilmu dan etika sebagai suatu pengetahuan yang diharapkan dapat meminimalkan dan menghentikan perilaku penyimpangan dan kejahatan di kalangan masyarakat. Di samping itu, ilmu dan etika diharapkan mampu mengembangkan kesadaran moral di lingkungan masyarakat sekitar agar dapat menjadi cendekiawan yang memiliki moral dan akhlak yang baik/mulia.

Sebagai suatu subjek, etika berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Dengan begitu dalam proses penilaiannya ilmu sangat berguna dalam menentukan arah dan tujuan masing-masing orang.

Etika sebagai ilmu ketertiban di mana pokok masalah moralitas dipelajari. Singkatnya, ilmu tata susila adalah ilmu moralitas. Ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat seseorang. Masalah moral tidak dapat dilepaskan dengan tekad manusia untuk menemukan kebenaran, sebab untuk menemukan kebenaran dan juga mempertahankan kebenaran diperlukan keberanian moral.

Etika memberikan semacam batasan maupun standar yang mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Etika ini kemudian dirupakan ke dalam bentuk aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat dibutuhkan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Ilmu sebagai asas moral atau etika mempunyai kegunaan khusus yakni kegunaan universal bagi umat manusia dalam meningkatkan martabat kemanusiaan.

Membangun Masyarakat Ilmiah

Dalam membangun masyarakat yang ilmiah, kita memerlukan sifat ilmiah karena sikap ilmiah itu adalah sikap kritis yang tidak hanya mencari verifikasi atas teorinya, melainkan juga tes-tes yang merefleksikan, meski tidak akan pernah mengukuhkannya.

Di dalam membangun masyarakat ilmiah juga diperlukan suatu tujuan agar tercipta masyarakat yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan rasional sehingga kehidupan masyarakat semakin maju dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dapat mengangkat manusia justru karena dengan ilmu pengetahuan manusia dapat berbuat banyak. Dampak ilmu pengetahuan terhadap cara berpikir manusia dan masyarakat dewasa ini sungguh dahsyat. Rasionalitas ilmu pengetahuan itu tidak hanya mengubah cara pandang tradisional kita tetapi juga teologi yang sering terlalu teosentris.

Manfaat ilmu pengetahuan bagi kemajuan umat manusia seperti mengurangi hal-hal buruk. Setiap orang mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan masyarakat ilmiah pada umumnya, yaitu taat pada adanya rasio. Inilah watak intelektual nomor satu dan satu-satunya. Salah satu ciri yaitu adanya keinginan untuk mengetahui fakta-fakta penting dan keengganan untuk terlibat ilusi-ilusi yang menyenangkan (yang disajikan oleh obat bius). Setiap orang harus memiliki keingintahuan untuk memahami fakta-fakta penting bagi kehidupan manusia dan siap membuka diri bagi kebenaran-kebenaran penting lainnya.

Membangun masyarakat ilmiah dengan berilmu pengetahuan adalah hal terpenting yang haruss dilakukan. Maka dari itu ilmu pengetahuan akhirnya berguna bagi kehidupan manusia, yakni bahwa ilmu pengetahuan berguna bagi manusia untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi dalam hidupnya. Jadi, ilmu pengetahuan bukan dikembangkan demi ilmu pengetahuan semata, melainkan juga demi menjawab berbagai persoalan hidup manusia.

Kebenaran ilmiah itu tidak hanya bersifat logis rasional dan empiris, melainkan juga bersifat pragmatis, yaitu bahwa kebenaran itu berguna untuk menjawab berbagai persoalan hidup manusia. Berkaitan dengan itu, harus dikatakan bahwa ilmu pengetahuan mempunyai daya tarik luar biasa besar sekarang ini, tidak hanya karena kecenderungan empiris dalam ilmu pengetahuan modern sekarang ini. Melainkan juga karena sifat pragmatis dan ilmu pengetahuan itu sendiri, yaitu karena ternyata ilmu pengetahuan berhasil menjawab berbagai persoalan hidupnya. Oleh karena itu, manusia modern sedemikian bergairah mengembangkan terus ilmu pengetahuan sekarang ini.

Menuju Masyarakat Berbudaya Ilmu Pengetahuan

Adib (2011) menjelaskan salah satu ciri masyarakat berbudaya ilmu pengetahuan adalah adanya tradisi berpikir atau merenung yang sangat luas dan dalam masyarakat dianjurkan untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang bebas dan kritis. Masyarakat sendirilah yang harus mengembangkan kemampuan berlogika, juga harus memiliki kemampuan yang mendalam dan reflektif. Salah satu cara untuk mengembangkan masyarakat berbudaya ilmu pengetahuan adalah dengan dibiasakannya masyarakat tersebut dengan membaca buku, sebab dengan membaca masyarakat dapat memperluas pengetahuan dan mendorong masyarakat untuk melakukan suatu perenungan.

Untuk membahas ini berikut diuraikan tentang : (i) kebudayaan dan pendidikan; (ii) ilmu pengetahuan dan pengembangan kebudayaan; (iii) nilai ilmiah dan pengembangan kebudayaan nasional; (iv) dampak intelektual; (v) dampak sosial praktis; (vi) watak intlektual; dan (vii) kecenderungan pragmatis.

Kebudayaan dan Pendidikan

Suatu masyarakat dapat berbudaya ilmu pengetahuan apabila masyarakat telah menempuh dan menerapkan pendidikan. Nilai kebudayaan dan pendidikan berpengaruh erat. Setiap kebudayaan mempunyai skala hierarki mengenai mana yang lebih penting dan mana yang kurang penting dari nilai nilai tersebut diatas serta mempunyai penilaian tersendiri dari tiap tiap kategori. Permasalahan dari pendidikan adalah menetapkan nilai nilai budaya apa saja yang harus dikembangkan. Hal tersebut harus dilakukan, karena disebabkan oleh dua hal. Pertama, nilai nilai budaya yang harus dikembangkan. Kedua, usaha pendidikan yang sadar dan sistematis mengharuskan kita untuk lebih eksplisit dan definitif tentang hakikat nilai nilai budaya tersebut.

Untuk menentukan nilai nilai mana yang patut mendapatkan perhatian kita sekarang ini, maka pertama sekali kita harus memperkirakan skenario dari masyarakat kita dimasa yang akan datang. Skenario masyarakat Indonesia dimasa akan datang tersebut memerhatikan indikator dan perkembangan yang sekarang ada, yang mempunyai karakteristik sebagai berikut: (i) memerhatikan tujuan dan strategi pembangunan nasional kita maka masyarakat akan beralih dari masyarakat tradisional yang rural agraris menjadi masyarakat urban yang bersifat industri; (ii) pengembangan kebudayaan kita dituju kearah perwujudan peradaban yang bersifat khas berdasarkan filsafat dan pandangan hidup bangsa Indonesia.

Karakteristik, pertama, mengharuskan kita untuk memusatkan perhatian kepada nila nilai yang relevan dengan masyarakat modern yang sedang dikembangkan dibandingkan dengan masyarakat tradisional, maka masyarakat modern mempunyai indikator indikator, seperti lebih bersifat analitik dan lebih bersifat individual dari pada komunal, terutama ditinjau dari segi pengembangan manusiawi yang survival.

Suatu masyarakat modern yang berasaskan efisiensi bertumpu kepada ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan utamanya. Semua aspek kehidupan bermasyarakat ditata secara rasional berdasarkan analisis kekuatan berpikir bersifat dominan dan mendesak kebelakang cara penarikan kesimpulan. Dalam masyarakat sekarang ini bersifat terbalik secara bertahap. Masyarakat tradisional yang berorientasi kepada status akan beralih menjadi masyarakat modern yang berorientasi pada prestasi yang didasarkan pada ilmu pengetahuan. Persaingan akan lebih tampak, umpamanya saja dalam mencari tempat dan sistem pendidikan yang berorientasi pada ilmu pengetahuan teknologi.

Ilmu Pengetahuan dan Pengembangan Kebudayaan

Ilmu merupakan pengetahuan dan pengetahuan merupakan suatu unsur dari kebudayaan. Sehingga ilmu pengetahuan merupakan bagian dari kebudayaan. Ilmu pengetahuan dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling bergantung dan saling mempengaruhi. Pada satu pihak pengembangan ilmu pengetahuan dalam suatu masyarakat tergantung dari kondisi kebudayaannya, sedangkan di pihak lain pengembangan ilmu pengetahuan memengaruhi jalannya kebudayaan.

Dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu pengetahuan mempunyai peranan ganda yakni : (i) ilmu pengetahuan merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya pengembangan kebudayaan nasional; dan (ii) ilmu pengetahuan merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.

Pada kenyataannya kedua fungsi ini terpadu satu dengan yang lainnya sehingga sukar untuk dibedakan. Pengkajian pengembangan kebudayaan nasional tidak dapat dilepaskan dari pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam kuru dewasa ini yang dikenal sebagai kurun ilmu pengetahuan dan teknologi, kebudayaan kita pun tidak terlepas dari pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi dan mau tidak mau harus memperhitungkan faktor ini. Untuk itu maka pengkajian kita fokuskan pada usaha untuk meningkatkan peranan ilmu pengetahuan sebagai sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan nasional, sehingga menciptakan masyarakat berbudaya ilmu pengetahuan.

Nilai Ilmiah dan Pengembangan Kebudayaan Nasional

Dalam pembentukan karakter bangsa sekitarnya bangsa Indonesia bertujuan untuk menjadi suatu bangsa yang modern, dalam artian bangsa yang telah memiliki kemajuan dalam ilmu pengetahuan . Permasalahan dalam bidang kemasyarakatan, teknologi dan pendidikan yang membutuhkan cara pemecahan masalah secara kritis, rasional, logis, objektif dan terbuka. Sedangkan sifat menjunjung kebenaran dan pengabdian universal merupakan factor yang penting dalam pembinaan suatu bangsa terlebih lagi masyarakat.

Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah perubahan dari kebudayaan yang sekarang bersifat konvensional kea rah situasi kebudayaan yang lebih mencerminkan aspirasi dan tujuan nasional. Proses pengembangan kebudayaan nasional ini pada dasarnya adalah penafsiran kembali dari nilai nilai konvensional agar lebih sesuai dengan tuntutan zaman serta penumbuhan nilai nilai baru yang fungsional. Sekiranya dapat diterima bahwa ilmu pengetahuan bersifat mendukung pengembangan kebudayaan nasional. Harus disadari bahwa keadaan masyarakat sekarang ini masih jauh dari tahap masyarakat yang berorientasi kepada ilmu pengetahuan. Bahkan, dalam masyarakat yang terdidik sekalipun ilmu pengetahuan masih merupakan koleksi teori teori yang bersifat akademik yang sama sekali tidak fungsional terhadap kehidupan sehari hari.

Ilmu pengetahuan merupakan bagian dari kebudayaan dan oleh sebab itu langkah langkah ke arah peningkatan peranan dan kegiatan keilmuan harus memperhatikan situs kebudayaan masyarakat kita. Hakikat ilmu pengetahuan sendiri adalah bersifat universal namun peranannya dalam kehidupan tidaklah terlepas dari matriks kebudayaan secara keseluruhan. Pada hakikatnya semua unsur kebudayaan harus diberi otonomi dalam menciptakan paradigm mereka sendiri. Suatu paradigma agar dapat berkembang dengan baik membutuhkan dua syarat yakni kondisi rasional dan kondisi psikososial kelompok.

Dampak Intelektual

Persoalan mengenai dampak ilmu pengetahuan atas life word merupakan suatu persoalan lama. Dunia ilmu pengetahuan merupakan dunia fakta, sedangkan life word mencakup pengalaman subjektif yang praktis. Apakah dengan munculnya ilmu pengetahuan manusia modern dengan sendirinya menggunakan simbol simbol ilmu pengetahuan menggantikan simbol simbol yang sudah ada lama berakar kuat dalam tradisi. Ilmu pengetahuan merupakan produk dari kebudayaan enlightenment (pencerahan).

Ilmu pengetahuan dilihat sebagai salah satu factor yang paling menentukan. Satu persatu gejala alam diterangkan dalam ilmu pengetahuan. Maka sebagai sistem berpikir rasional, ilmu pengetahuan menjadi sebab terdalam dari lenyapnya banyak kepercayaan tradisional. Secara umum dapat dikatakan 4 hal baru dari ilmu pengetahuan yang menyebabkan lenyapnya kepercayaan tradisional, yakni sebagai berikut: (i) pengamatan lawan otoritas; (ii) otonomi dunia fisik; (iii) disingkatnya konsep tujuan; dan (iv) tempat manusia dalam alam.

Pertama, pengamatan lawan otoritas. Ilmu pengetahuan tidak didasarkan pada otoritas melainkan pada pengamatan. Ilmu pengetahuan merintis jalan kepada kemandirian dalam berpikir berdasarkan pada pengamatan terhadap gejala gejala alam atau sosial. Tentu harus diakui disini bahwa sikap menghargai pengamatan, sebagai lawan tradisi dan otoritas, adalah sesuatu yang sulit. Ilmu pengetahuan menuntut agar orang tidak mudah percaya begitu saja pada tradisi atau otoritas tetapi percaya pada pengamatan dengan teknik teknik yang rasional.

Kedua, otonomi dunia fisik. Bahwa ilmu pengetahuan berangkat dari suatu filosofi alam sebagai sesuatu yang otonom, yang memiliki hukum sendiri. Dunia fisik mengikuti hukum hukum fisika, tidak ada pengaruh roh roh halus. Peranan dewa dewi sebagaimana dianut oleh banyak agama tradisional lenyap dengan sendirinya jika ilmu pengetahuan diterima secara konsekuen.

Ketiga, disingkatnya konsep tujuan. Bahwa ilmu pengetahuan hanya mengenal sebab efisien dari suatu peristiwa. Bagi ilmu pengetahuan masa lampau lebih penting dari pada masa depan. Sebab final tidak diberi tempat dalam pandangan ilmiah tentang dunia. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan lebih memerhatikan konsep kausalitas dibandingkan dengan konsep formalitas. Masyarakat yang dicerahi ilmu pengetahuan lebih percaya pada Darwinisme.

Keempat, tempat manusia dalam alam. Dari segi kontemplasi tampaknya ilmu pengetahuan merendahkan manusia. Namun, dari segi praktis ilmu pengetahuan dapat mengangkat manusia, justru karena dengan ilmu pengetahuan manusia dapat memperoleh kekuasaan dan dapat berbuat banyak. Kekuasaan dapat diperoleh manusia dengan memahami hukum hukum alam.

Ilmu pengetahuan membantu proses emansipasi manusia terhadap dewa dewi tradisional dan Tuhan Allah. Ilmu pengetahuan membangun suatu rasionalitas yang berbeda dari rasionalitas kepercayaan kepercayaan tradisional dan agama.

Dampak Sosial Praktis

Dalam konteks yang sama kita juga dapat berbicara tentang manfaat ilmu pengetahuan adalah dalam memperbesar kekuasaan manusia. Maka teori teori ilmiah, melalui tehnik, dapat menjadi instrumen yang ampuh untuk memperbesar kekuasaan manusia atas alam dan atas masyarakat. Kekuatan kekuatan teknik ilmiah itu semakin menjadi nyata ketika dikembangkan dalam interaksi komunitas manusia.

Kemampuan untuk mengontrol atau kemampuan untuk berkuasa tidak sama dengan kekuatan untuk hidup dan bertindak sebagaimana diharapkan orang orang yang dididik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan teknologi mengandaikan kepentingan sosial yang berkembang dalam masyarakat, dan itu berarti hal tersebut membutuhkan komunikasi antara kepentingan dalam masyarakat.

Watak Intelektual

Ilmu pengetahuan, sampai sekarang selalu didasarkan pada pengamatan dan tidak pernah pasti benar, melainkan hanya mengklaim probabilitas berdasarkan bukti yang ada. Efektivitas dari ilmu pengetahuan untuk memberikan harapan itu tidak diragukan lagi. Ilmu pengetahuan dapat menawarkan kemungkinan kesejahteraan hidup yang jauh lebih baik bagi umat manusia sehingga dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan dapat menciptakan suatu masyarakat yang enlightened, hanya bila masyarakat itu mengikuti rasionalitas ilmu pengetahuan yang taat pada rasio.

Kecenderungan Pragmatis

Kecenderungan pragmatis beranggapan bahwa ilmu pengetahuan dikembangkan demi mencari dan memperoleh penjelasan tentang berbagai persoalan dalam alam semesta ini. Ilmu pengetahuan memang bertujuan menemukan kebenaran, tetapi bagi mereka ilmu pengetahuan tidak berhenti sampai disitu saja, yang terpenting adalah bahwa ilmu pengetahuan pada akhirnya berguna bagi kehidupan manusia.

Etika Ilmu dalam Keperawatan

Keperawatan sebagai suatu ilmu

Nursalam & Efendi menjelaskan bahwa Body of Knowledge adalah unsur utama dalam mengembangkan pendidikan keperawatan. Berawal dari pernyataan Florence Nightingale (1859) sebagai orang pertama yang mengidentifikasi bahwa keperawatan sebagai suatu disiplin ilmu yang terpisah dengan ilmu medis (kedokteran). Pada filosof keperawatan terdapat tiga unsur utama yang menjadi keyakinan dan proses berpikir kritis dalam pengembangan ilmu keperawatan, yaitu humanism, holism, dan care.Keperawatan sebagai ilmu kesehatan tentang asuhan/ pelayanan keperawatan adalah asuhan/ pelayanan keperawatan sebagai pendukung/ bagian dalam ilmu kesehatan, sama halnya dengan seni sebagai bagian yang tidak terpisah dari ilmu keperawatan. Keperawatan (caring) merupakan bagian yang tidak terpisah dari ilmu kesehatan (health) dan keperawatan adalah ilmu (science) karena jelas lingkup bidang ilmunya/ fokus kegiatannya dan ada petunjuk yang jelas serta sistematis dalam mempelajari ilmu keperawatan.

Etika profesi keperawatan

Suhaemi (2004) memberikan penjelasan tentang etika profesi keperawatan sebagai berikut :

Pengertian

Kata etika berasal dari kata Yunani, yaitu Ethos berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya sautu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan. Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia(yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani. Faktor teknologi yang meningkat, ilmu pengetahuan yang berkembang (pemakaian mesin dan teknik memperpanjang usia, legalisasi abortus, pencangkokan organ manusia, pengetahuan biologi dan genetika, penelitian yang menggunakan subjek manusia) ini memerlukan pertimbangan yang menyangkut nila, hak-hak manusia, dan tanggung jawab profesi. Organisasi profesi diharapkan mampu memelihara dan menghargai, mengamalkan, mengembangkan nilai tersebut melalui kode etik yang disusunnya. Perawat harus membiasakan diri untuk menerapkan kode etik yang memberi gambaram tanggung jawabnya dalam praktik keperawatan. Perawat juga harus mengerti undang-undang dan hukum yang berhubungan dengan kesehatan, terutama undang-undang yang mengatur praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan dikenal sebagai practice dicipline, yang perwujudannya dikenal melalui asuhan/ praktitik keperawatan.

Keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional bertujuan untuk tercapainya kesejahteraan manusia. Sebagai suatu profesi, perawat mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat. Ini berarti masyarakat memberi kepercayaan bagi perawat untuk terus-menerus memelihara dan meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan. Untuk menjamin kepercayaan ini, pelayanan keperawatan harus dilandasi ilmu pengetahuan, metodologi, dan dilandasi pula dengan etika profesi.

Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat. Anggota profesi keperawatan dituntut oleh sesama perawat, profesi lain, dan masyarakat sebagai penerima pelayanan keperawatan untuk menaati dan menampilkan kode etik yang telah disepakati.

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat berhadapan dengan manusia/ klien. Perawat meyakini bahwa klien mempunyai harga diri, martabat, dan otonomi. Integritas perawat harus dipertahankan dalam memberi pelayanan/ asuhan keperawatan. Di samping itu, keperawatan mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang kualitas pelayanannya juga ditentukan oleh pertimbangan hak, nilai budaya, dan adat istiadat klien.

Tujuan

Secara umum tujaun etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan. Sesuai dengan tujuan tersebut, perawat ditantang untuk mengembangkan etika profesi secara terus-menerus agar dapat menapung keinginan dan masalah baru, dan mampu menurunkan etika profesi keperawatan kepada perawat generasi muda, secara terus-menerus juga meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat tetap menyenangi profesinya.

Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching, tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu :

Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatanMembentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam praktik keperawatanMenghubungkan prinsip moral/ pelajaran yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya

Menurut National League for Nursing (NLN), pendidikan etika keperawatan bertujuan :

Meningkatkan pemgertian peserta didik tentang hubungan antarprofesi kesehatan lain dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim kesehatan tersebutMengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moralitas, keputusan tentang baik dan buruk yang akan dipertanggungjawabkan kepada Tuhan sesuai dengan kepercayaannyaMengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional peserta didikMengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar praktik keperawatan profesional. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika keperawatan dalam praktik dan dalam situasi nyataKedudukan kode etik dalam profesi keperawatan

Etika adalah kode perilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok tertentu. Etika juga merupakan peraturan dan prinsip bagi perbuatan yang benar. Etika berhubungan dengan hal yang baik dan hal yang tidak baik, dan dengan kewajiban moral. Etika berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tindakan yang mempunyai prinsip benar atau salah, serta prinsip moralitas karena etika mempunyai tanggung jawab moral, menyimpang dari kode etik berarti tidak memiliki perilaku yang baik dan tidak memiliki moral yang baik.

Ada tiga aliran tentang etika, yaitu aliran deskriptif, aliran etika normatif dan etika pluralisme.

Aliran deskriptif

Aliran ini memberi gambaran dan penjelasan bagaimana manusia harus berperilaku dalam lingkungannya atau dalam masyarakat untuk memperoleh suatu tujuan

Aliran etika normatif

Aliran ini memberi jawaban atas pertanyaan tentang hal yang baik dan yang benar, jadi merupakan suatu ukuran untuk menilai suatu perilaku yang baik dan benar. ukuran ini didasari oleh sesuatu yang diajukan oleh agama dan didasari oleh kepercayaan pelaku masing-masing. Kepercayaan pelaku akan dipengaruhi oleh lingkungan sosial, budaya, sosial ekonomi, dan status tempat perilaku berada. Dengan demikian, manusia tidak pernah terlepas dari norma agama, norma masyarakat yang dipengaruhi sosial budaya, oleh karena manusia merupakan subsistem dari keluarga, kelompok, dan masyarakat yang saling tergantung dalam memperoleh kebutuhan dan mencapai tujuan.

Frankena (1973) membagi etika normatif menjadi :

Deontologi

Etika sebagai tolok ukur perilaku yang berfokus pada formalitas, misalnya tugas dan kewajiban yang dilakukan oleh manusia

Teleogis

Etika sebagai pedoman perilaku yang berfokus pada penggunaannya, bagaimana manusia menggunakan kode perilaku tersebut

Aliran etika pluralisme

Dalam aliran ini, etika sebagai pedoman perilaku yang mengumpulkan banyak informasi untuk mengukur kompleksitas situasi tertentu dan mempertimbangkan tindakan etik. Jadi, etika ini yang akan diambil manusia untuk melakukan tindakan yang bersifat etis.

Etika juga disebut ilmu yang memedomani perbuatan keputusan yang berhubungan dengan moralitas tindakan manusia. Etika merupakan cabang ilmu filsafat yang objeknya adalah perilaku manusia, termasuk ilmu dasar memberi kekuatan kepada manusia. Oleh karena itu etika disebut juga filsafat moral. Etika adalah ilmu yang memedomani keputusan manusia tentang perilaku, sedangkan moral adalah perilaku manusia dengan menggunakan etika yang dipertanggungjawabkan kepada Tuhan.

Cakupan etika profesi keperawatan

Etika dalam keperawatan mencakup dua hal, yaitu etik dalam hal kemampuan penampilan kerja dan etik dalam hal perilaku manusiawi. Etik yang berkaitan dengan penampilan kerja merupakan respons terhadap tuntutan profesi lain, yang mengharapkan bahwa sesuatu yang dilakukan oleh tenaga keperawatan memenuhi standar pelayanan yang telah ditetapkan oleh keperawatan sendiri, sedangkan etik yang berkaitan dengan perilaku manusiawi merupakan reaksi terhadap tekanan dari luar, yang biasanya adalah individu atau masyarakat yang dilayani. Etik dalam penampilan kerja dinyatakan dengan kata-kata teknis dan etika dalam perilaku manusia yang diwujudkan dalam bentuk kebutuhan yang ada dan nilai kehidupan manusia yang konkret.

Prinsip dan fungsi kode etik keperawatan

Prinsip bahwa dasar etik adalah menghargai hak dan martabat manusia, tidak akan pernah berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik dalam bidang pendidikan maupun pekerjaan. Juga dalam hak-haknya memperoleh pelayanan kesehatan.

Fungsi kode etik menurut Hipocrates :

Menghindari ketegangan antar manusiaMemperbaiki status kepribadianMenopang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan

Kode etik penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan dalam praktik keperawatan menurut Kozier & Erb (1990) :

Etika akan menunjukkan standar profesi untuk kegiatan keperawatan. Standar ini akan melindungi perawat dan pasienKode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional, memperbaiki, dan memelihara standar tersebutKode etik adalah pedoman resmi untuk tindakan profesional, akan diikuti orang-orang dalam profesi dan harus diterima sebagai nilai pribadi bagi anggota profesionalKode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk membuat keputusan dalam situasi keperawatan

Prinsip moral mempunyai peran yang penting dalam menentukan perilaku yang etis dan dalam memecahkan masalah etik. Prinsip moral merupakan standar umum dalam melakukan sesuatu sehingga membentuk suatu sistem etik. Prinsip moral berfungsi untuk membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam suatu keadaan. Terdapat tiga prinsip moral yang sering digunakan dalam diskusi moral, yaitu autonomy, non-meleficience, dan justice.

Otonomi

Otonomi berasal dari bahasa latin, yaitu autos yang berarti sendiri dan nomos artinya aturan. Otonomi merupakan kemampuan untuk menentukan sendiri atau mengatur diri sendiri. Prinsip otonomi sangat penting dalam keperawatan. Perawat harus menghargai harkat dan mertabat manusia sebagai individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya. Perawat harus melibatkan klien untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan klien tersebut.

Non-maleficience

Non-maleficience berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya/ cedera bagi orang lain. Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan orang lain.

Keadilan (Justice)

Keadilan adalah prinsip moral berlaku adil untuk semua individu. Tindakan yang dilakukan untuk semua orang sama. Tindakan yang sama tidak selalu identik, tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi yang relatif sama untuk kebaikan kehidupan seseorang.

BAB 3

PEMBAHASAN

Hubungan antara ilmu dan etika

Ilmu merupakan pengetahuan yang kita kenal sejak bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi. Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri. Dan sub-sub pokok bahasan itulah maka kita perlu membahas secara lebih dalam tentang unsur-unsur ilmu dan etika seperti kehendak manusia yang bebas, tujuan dan suatu perilaku cara atau jalan yang digunakan untuk mencapai tujuan, akibat yang ditimbulkan oleh masyarakat, tentang adanya pilihan bebas atau tidak, pemahaman tentang ada batas atau tidak ada batas nilai baik dan buruk itu, konsep tentang kesadaran moralitas adanya hakikat manusia, adanya hakikat Tuhan, perlawanan etis terhadap nilai baik dan buruk, dinamika diri manusia, yang mana mencari keseimbangan moral, sifat keras kepala dan hilangnya rasa malu dan dosa dari perilaku manusia.

Yang penting adalah bahwa prosesnya, baik dalam analisis maupun pembuktiannya, kita dapat memisahkan spekulasi mana yang dapat diandalkan dan mana yang tidak. Dari serangkaian spekulasi ini kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan sebagai titik awal dari penjelajahan pengetahuan tanpa menetapkan kritenia tentang apa yang disebut benar maka tidak mungkin pengetahuan lain berkembang di atas kebenaran, tanpa menetapkan apa yang disebut baik atau buruk maka kita tidak mungkin berbicara tentang moral.

Membangun masyarakat ilmiah

21

Untuk membangun masyarakat ilmiah menuju masyarakat berbudaya ilmu pengetahuan dan hubungan antara ilmu dan etika yang merupakan bagian dari ilmu humaniora belum memperoleh perhatian dan masyarakat atau para peneliti (sarjana). Dan sisilah masyarakat luas sangat membutuhkan terbentuknya konsep etika dan ilmu yang dapat rnengembangkan sikap dan perilaku yang baik di satu pihak dan menghilangkan, melenyapkan sikap dan perilaku huruk seperti perilaku penyimpangan dan kejahatan.

Suatu ilmu dan etika adalah suatu sumber pengetahuan yang diharapkan dapat meminimalakan dan menghentikan perilaku menyimpang di kalangan masyarakat. Untuk itu, pengkajian kita difokuskan pada usaha meningkatkan peranan ilmu sebagai sumber moralitas dalam mendukung pengembangan kebudayaan.

Menuju masyarakat berbudaya ilmu pengetahuan

Pada masa sekarang ini kesadaran masyarakat untuk membaca dan belajar ilmu pengetahuan sudah lebih baik dari zaman dahulu. Mudahnya sarana dan prasarana saat ini sangat mendukung masyarakat untuk belajar ilmu pengetahuan dengan cara membaca. Masyarakat tidak hanya dari buku, tapi juga bisa dari berbagai macam teknologi canggih yang ada pada saat ini. Akan tetapi memang ada masyarakat yang belum menggunakan teknologi tersebut dengan baik untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

Adib (2011) menjelaskan salah satu ciri masyarakat berbudaya ilmu pengetahuan adalah adanya tradisi berpikir atau merenung yang sangat luas dan dalam masyarakat dianjurkan untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang bebas dan kritis. Masyarakat sendirilah yang harus mengembangkan kemampuan berlogika, juga harus memiliki kemampuan yang mendalam dan reflektif. Salah satu cara untuk mengembangkan masyarakat berbudaya ilmu pengetahuan adalah dengan dibiasakannya masyarakat tersebut dengan membaca buku, sebab dengan membaca masyarakat dapat memperluas pengetahuan dan mendorong masyarakat untuk melakukan suatu perenungan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa cara untuk menuju masyarakat berbudaya ilmu pengetahuan adalah dengan membiasakan masyarakat untuk membaca. Saat ini banyak media yang bisa digunakan untuk membaca guna meningkatkan ilmu pengetahuan, baik dari buku ataupun teknologi yang lain. Akan tetapi tetap diperlukan himbauan pada masyarakat agar membiasakan diri untuk membaca dengan pemanfaatan media semaksimal mungkin demi menuju masyarakat berbudaya ilmu pengetahuan.

Etika ilmu dalam keperawatan

Pada saat ini keberadaan kode etik keperawatan sangat berperan dalam membimbing tenaga kesehatan khususnya tenaga perawat. Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan sudah mengacu pada kode etik yang telah ditetapkan. Dengan memandang klien sebagai manusia yang memiliki harga diri, martabat, dan otonomi, perawat telah menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan tetap menghormati martabat klien, tidak merendahkan harga diri klien dan tetap memberikan otonomi pada klien dalam perawatan dengan melibatkan klien dalam pemberian asuhan keperawatan.

Suhaemi (2004) menjelaskan bahwa etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat. Anggota profesi keperawatan dituntut oleh sesama perawat, profesi lain, dan masyarakat sebagai penerima pelayanan keperawatan untuk menaati dan menampilkan kode etik yang telah disepakati.

Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat berhadapan dengan manusia/ klien. Perawat meyakini bahwa klien mempunyai harga diri, martabat, dan otonomi. Integritas perawat harus dipertahankan dalam memberi pelayanan/ asuhan keperawatan. Di samping itu, keperawatan mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang kualitas pelayanannya juga ditentukan oleh pertimbangan hak, nilai budaya, dan adat istiadat klien.

Prinsip otonomi sangat penting dalam keperawatan. Perawat harus menghargai harkat dan mertabat manusia sebagai individu yang dapat memutuskan hal yang terbaik bagi dirinya. Perawat harus melibatkan klien untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan asuhan keperawatan klien tersebut.

Berdasarkan fakta dan teori di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa perawat dalam melakukan asuhan keperawatan telah mengacu pada kode etik keperawatan yang telah ditetapkan. Dengan menerapkan kode etik keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien, dapat meningkatkan kepercayaan klien terhadap perawat pada khususnya dan tenaga kesehatan pada umumnya. Maka dari itu perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan tetap berpedoman pada kode etik keperawatan.

BAB 4

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang sudah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Ilmu dan etika sebagai suatu pengetahuan yang diharapkan dapat meminimalkan dan menghentikan perilaku penyimpangan dan kejahatan di kalangan masyarakat. Di samping itu, ilmu dan etika diharapkan mampu mengembangkan kesadaran moral di lingkungan masyarakat sekitar agar dapat menjadi cendekiawan yang memiliki moral dan akhlak yang baik/mulia. Ilmu sebagai asas moral atau etika mempunyai kegunaan khusus yakni kegunaan universal bagi umat manusia dalam meningkatkan martabat kemanusiaan.Dalam membangun masyarakat yang ilmiah, diperlukan sifat ilmiah karena sikap ilmiah itu adalah sikap kritis yang tidak hanya mencari verifikasi atas teorinya, melainkan juga tes-tes yang merefleksikan, meski tidak akan pernah mengukuhkannya. Di dalam membangun masyarakat ilmiah juga diperlukan suatu tujuan agar tercipta masyarakat yang memiliki kemampuan berpikir kritis dan rasional sehingga kehidupan masyarakat semakin maju dengan ilmu pengetahuan.

25

Salah satu ciri masyarakat berbudaya ilmu pengetahuan adalah adanya tradisi berpikir atau merenung yang sangat luas dan dalam masyarakat dianjurkan untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir yang bebas dan kritis. Masyarakat sendirilah yang harus mengembangkan kemampuan berlogika, juga harus memiliki kemampuan yang mendalam dan reflektif. Salah satu cara untuk mengembangkan masyarakat berbudaya ilmu pengetahuan adalah dengan dibiasakannya masyarakat tersebut dengan membaca buku, sebab dengan membaca masyarakat dapat memperluas pengetahuan dan mendorong masyarakat untuk melakukan suatu perenungan.Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi keperawatan, yaitu perawat. Dalam melaksanakan praktik keperawatan, perawat berhadapan dengan manusia/ klien. Perawat meyakini bahwa klien mempunyai harga diri, martabat, dan otonomi. Integritas perawat harus dipertahankan dalam memberi pelayanan/ asuhan keperawatan. Di samping itu, keperawatan mempunyai tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang kualitas pelayanannya juga ditentukan oleh pertimbangan hak, nilai budaya, dan adat istiadat klien.

Saran

Untuk masyarakat

Demi tercapainya masyarakat ilmiah dan berbudaya ilmu pengetahuan, disarankan supaya masyarakat selalu menerapkan berfikir kritis dan rasioanal serta membiasakan diri untuk membaca demi mendapatkan ilmu pengetahuan, sehingga kehidupan masyarakat semakin maju dengan ilmu pengetahuan

Untuk keperawatan

Demi tercapainya penerapan asuhan keperawatan yang meliputi biopsiko, sosio dan spiritual serta untuk meningkatkan kepercayaan klien kepada perawat, maka perawat perlu melakukan asuhan keperawatan dengan berpedoman kepada kode etik keperawatan. Dalam melakukan perawatan perawat disarankan tetap menjunjung tinggi martabat, harga diri dan otonomi klien.

DAFTAR PUSTAKA

Adib, Mohammad. 2011. Filsafat Ilmu : Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nursalam & Efendi. Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Suhaemi, Mimin Emi, 2004. Etika Keperawatan : Aplikasi pada Praktik. Jakarta : EGC

27