hubungan bimbingan agama habib hasan...

76
1 HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BIN JA’FAR ASSEGAF DALAM PEMBINAAN AKHLAK REMAJA DI MAJLIS TA’LIM NURUL MUSTHOFA, CIGANJUR JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) Oleh Abdullah NIM: 104052001966 JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M / 1430 H  

Upload: lycong

Post on 28-Aug-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

1

HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BIN

JA’FAR ASSEGAF DALAM PEMBINAAN AKHLAK REMAJA

DI MAJLIS TA’LIM NURUL MUSTHOFA, CIGANJUR

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Abdullah

NIM: 104052001966

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009 M / 1430 H

 

Page 2: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

2

HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BIN

JA’FAR ASSEGAF DALAM PEMBINAAN AKHLAK REMAJA

DI MAJLIS TA’LIM NURUL MUSTHOFA, CIGANJUR

JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh

Abdullah

NIM: 104052001966

Di bawah Bimbingan

Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA

NIP: 150 299 324

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009 M / 1430 H

 

Page 3: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

3

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Stara 1 (S1) di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 02 Februari 2009

Abdullah

 

Page 4: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

4

ABSTRAK

Abdullah

“Peran Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dalan Pembinaan

Akhlak Remaja Di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa”.

Peran adalah beberapa tingkah laku yang diharapkan dimiliki seseorang

yang berkedudukan di masyarakat dan harus dilaksanakan. Majlis Ta’lim

merupakan organisasi pendidikan Non-formal, yang memberikan pengajaran

khusus keagamaan.

Sebagai manusia yang hidup di zaman modern serba materi ini, rasanya

tak mudah kita jatuh cinta kepada Allah, Rasululullah, bakti kepada orang tua dan

guru. Tak mudah kita menjatuhkan pilihan hati dan hidup kita hanya kepada Allah

SWT, paling tidak tak semudah kita mengatakannya,mengapa demikian…?

Untuk menjawab rumusan masalah diatas penulis telah melakukan

penelitian terhadap remaja Majelis Talim Nurul Musthofa. Dalam penelitian

menggunakan desain studi kasus dengan metode deskriptif analisis dalam bentuk

korelasi dengan pendekatan data kuantitatif. Penelitian ini menggunakan variabel

bebas (independen variabel) dan variabel terikat (dependen variabel), yang

menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah peranan bimbingan agama

Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dalam pembinaan akhlak remaja Majelis Ta’lim

Nurul Musthofa

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan nilai indeks korelasi

product momoent sebesar 0,2472 yaitu nilai yang lebih besar dari-1. maka

disimpulkan bahwa telah terjadi peranan bimbingan agama Habib Hasan bin

Ja’far Assegaf dalam pembinaan akhlak remaja di Majelis Ta’lim Nurul

Musthofa. Dengan demikian maka hipotesa (Ha) diterima. Akan tetapi nilai

korelasi ini tergolong lemah. Sehingga sebagai masukan dan saran dalam skripsi

ini adalah supaya meningkatkan program pembinaan melalui bimbingan agama.

 

Page 5: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

5

DAFTAR PUSTAKA

A, Hallen, Bimbingan dan Konseling,. Jakarta: Ciputat pres,2002, Cet. Ke-1

Arifin, H.M Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta :

PT. Golden Terayon Press, 1998, Cet, Ke-6

Al-Qardawi, Yusuf, Al-Ibadah Fi-al-Islam, Beirut: Muasasah Al-risalah, 1997,

Cet. K-6

Alisut, Sabri M, Pengantar PsikologiUmum dan Perkembangan Anak dan

Remaja, (Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet, Ke-2

Bahreisj, Salim, Riydhus Shalihin, Bandubg: PT. Al-Ma’arif, 1987, Cet, Ke-10

Burhanudin,Yusuf,. Kesehatan Mental, Bandung : Pustaka Setia, 1999, Cet, Ke-1

Daradjat, Zakiah, Remaja Harapan dan Tantangan, Jakarta : Ruhama, 1995, Cet.

Ke-2

_____________, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976) Cet, Ke-2

Daud, Ma’mur, Terjemahan Shahih Mulim Jilid IV, Malaysia: Klang Book

Centre, Cet. Ke-2

David, Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Jakarta: Raja Grafindo

Persada,1995, Cet. Ke-5

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka. 1998

F.J, Monks, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya,

(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994) Cet, Ke-9

Hoevan Van, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru, 1994, Cet. Ke-1

Ilyas, Yunahar,. Kuliah Akhlak, Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan

Pengamalan Islam, 1991, Cet. Ke-1

Ketut, Sukardi Dewa,. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan

Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta,2000, Cet. Ke-1

Langgulung, Hasan, Manusia dan Pendidikan, Suatu Analisa Psikologi dan

Pendidikan, Jakarta: PT. al-Hasan Zikra, 1994, Cet. Ke. 3

 

Page 6: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

6

Musnawar Thohari, Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam,

Yogyakarta: UII Press, 1992, Cet, Ke-1

M, Dugun Save ,. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, Jakarta:LPKN.1997

M, Surya Jumhur,. Bimbingan Penyuluhan di Sekolah, Cevidenci dan Conseling,

Bandung: CV. Ilmu, 1975, Cet. Ke-4

Mahali, Mudjab,. Adab dan Pendidikan dalam syari'at Islam, Yogyakarta; BPFE,

1984, Cet. Ke-1

Manzu, Ibn, Al-Ifrig Lisan Al-Arab, Birut: Dar Sadir, 1994, Cet. Ke-2

Nasution, Harun, Islam di Tinjau Dari Berbagai Aspeknya,. Jakarta : UI Press,

1985, Cet. Ke-5

R, Tantawy, Kamus Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Pamator, 1997

Rahim, Ainur Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Yogyakarta : UII

Press, 2001, Cet .Ke-2

Rahmat ,Jalaludin, Pesantren Madrasah Sekolah, Jakarta: PT. Rineka Cipta,

1998, Cet. Ke-1

______________, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mutiara, 1998,

Cet. Ke-4

Rifai, Moh, Aqidah akhlak, Semarang: CV. Wicaksana, 1994, Cet. Ke-2

Salim, Abdullah,. Akhlak Islam Membina Rumah Tangga, Jakarta; media Da'wah,

1994, Cet. Ke-4

Sutarmadi, Ahmad dan Tirmizi, H,. Peranan Dalam Pengembangan Hadist dan

Fiqih, Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1998, Cet. Ke-2

Shihab, Quraish, M. Membumikan al-Qur'an, Mizan Anggota Ikapi, 1995, Cet.

Ke-IX

Utsman, Muhammad Najati. Psikologi Dalam Tinjauan Hadist Nabi, Kairo;

Daarusy Syuruuq, 2000, Cet. Ke- 4

Umar, H.M, Tartono, Bimbingan dan Penyuluhan , Bandung: PT. Pustaka Setia,

1998, Cet, Ke-1

Wirawan,.Sarwono Sarlito Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Press,

2000), Cet, Ke-3

 

Page 7: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

7

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv

ABSTRAK ........................................................................................................ v

KATA PENGANTAR...................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTARTABEL ............................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 5

D. Metodologi Penelitian .......................................................... 5

E. Sistematika Penulisan ........................................................... 11

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Bimbingan Agama ................................................................ 13

1. Pengertian Bimbingan Agama ........................................ 13

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama ........................... 17

3. Metode Bimbingan Agama ............................................. 19

4. Materi Bimbingan Agama .............................................. 21

B. Pembinaan Akhlak. .............................................................. 24

1. Pengertian Pembinaan Akhlak ........................................ 24

2. Fungsi Akhlak ................................................................ 29

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan

Akhlak ........................................................................... 30

4. Macam-Macam Akhlak .................................................. 32

C. Pengertian Remaja ................................................................ 34

 

Page 8: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

8

BAB III GAMBARAN UMUM MAJILIS TA'LIM NURUL

MUSTHOFA

A. Sejarah Berdirinya ................................................................ 39

B. Visi, Misi dan Tujuan ........................................................... 42

C. Sarana dan Prasarana ............................................................ 43

D. Struktur Organisasi ............................................................... 44

E. Profil Habib Hasan bin Ja’far Assegaf .................................. 46

1. Silsilah Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf ........................ 46

2. Pendidikan ...................................................................... 47

3. Karangan Habib Hasan bin Ja'far Assegaf ...................... 48

F. Kegitan Dan Pelaksanaan ..................................................... 49

G. Metode Yang Disampaikan ................................................. 51

BAB IV PERANAN BIMBINGAN AGAMA DALAM

ENINGKATKAN PEMAHAMAN KEAGAMAAN

REMAJA DI MAJLIS TA'LIM NURUL MUSTHOFA.

A. Deskripsi Data ....................................................................... 53

B. Analisa Data .......................................................................... 54

1. Analisis Variabel Bimbingan Agama .................................. 54

2. Analisis Pembinaan Akhlak Remaja Majelis Ta’lim Nurul

Musthofa .............................................................................. 58

3. Peranan Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far

Assegaf dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majelis

Ta’lim Nurul Musthofa ......................................................... 61

BAB V PENUTUP

A. ........................................................................................ Kes

impulan ................................................................................ 66

B. ........................................................................................ Sar

an-saran ................................................................................ 67

DAFTAR PUSTAKA

 

Page 9: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

9

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Operasional Variabel ........................................................................ 6

Tabel 2. Interpretasi Besarnya Product Momen ............................................. 10

Tabel 3. Data Remaja Majlis Ta’lim Nurul Musthofa ................................... 53

Tabel 4. Remaja dalam Memahami Tujuan Bimbingan Agama Di Majlis

Ta’lim Nurul Musthofa .................................................................... 55

Tabel 5. Tanggapan Remaja dalam Bimbingan Agama di Majelis Ta’lim

Nurul Musthofa ................................................................................ 55

Tabel 6. Akhlak Remaja dalam Proses Bimbingan Agama di Malis Ta’lim

Nurul Musthofa. ............................................................................... 56

Tabel 7. Remaja dalam Mengerjakan Berbagai Kegiatan Bimbingan Agama

di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa .................................................. 57

Tabel 8. Remaja Merasakan Proses Bimbingan Agama di Majelis Ta’lim

Nurul Musthofa ................................................................................ 57

Tabel 9. Akhlak Remaja Memahami Tugas dan Tujuan Hidup Manusia

dalam Melaksanakan Ibadah ............................................................ 58

Tabel 10. Akhlak Remaja dalam Memahami Syukur Kepada Allah ................ 59

Tabel 11. Akhlak Remaja dalam Pentingnya Kejujuran dan Tanggung Jawab . 59

Tabel 12 Remaja dalam memahami Akhlak Terhadap Adab kepada Orang

Tua ................................................................................................... 60

Tabel 13. Remaja Memahami Akhlak terhadap Kesabaran ............................. 60

Tabel 14. Akhlak Remaja dalam Bimbingan Agama (Variabel X)................... 61

Tabel 15. Pembinaan Akhlak Remaja (Variabel Y) ......................................... 62

Tabel 16. Nilai Peranan Bimbingan Agama Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf

dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majelis Ta’lim Nurul

Musthofa. ........................................................................................ 63

 

Page 10: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

10

BAB I

PENDAHULUAN

F. Latar Belakang Masalah

Agama berasal dari kata sankri, satu pendapat mengatakan bahwa kata

itu tersusun dari kata, a; tidak dan gam; pergi, tetapi di tempat, diwarisi turun

menurun. Agama memang mempunyai sifat demikian. Sumber lain

mengatakan bahwa, agama berarti teks atau kitab suci, dan agama-agama

memang memiliki kitab suci. “Gam” berarti tuntunan, memang agama

mengandung ajaran-ajaran yang menjadi tuntunan hidup bagi penganutnya.1

Agama juga merupakan kebutuhan fitri bagi manusia sebagaimana

dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ar-Ruum: 30

⬧ ◆

⧫⬧⬧

◼⧫ ⬧

⬧ ⬧◆ ◆⬧

⧫❑☺◼➔⧫

Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah,

(tetaplah atas) fitrah allah yang telah menciptakan manusia menurut

fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama

yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-

Rum: 30)

Mahmud Syaltut menyatakan bahwa “agama” adalah ketetapan Illahi

yang diwahyukan kepada Nabi-Nya untuk menjadi pedoman hidup sementara

1 Harun Nasution, Islam di Tinjau Dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985),

hal. 9.

 

Page 11: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

11

itu, Syaikh M. Abdullah Badrun, dalam bukunya Makhdal Ila Al-Adyan,

berupaya untuk menjelaskan arti agama dengan merujuk kepada al-Qur’an ia

memulai bahasanya dengan pendekatan kebahasaan. Jadi agama adalah

hubungan antara makhluk dan “Khaliknya”. Hubungan ini mewujudkan dalam

ibadah yang dilakukannya dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya.2

Islam memerintahkan setiap orang dalam ber-Islam mampu

menjalankan perintah-perintah agama dan menjauhi larangan-Nya dengan

penuh tanggung jawab. Orang yang memiliki kesadaran beragama secara

matang dan bertanggung jawab dengan keberagamaannya, akan mendapatkan

kebahagiaan dan ketenangan yang bisa mematangkan kepribadian serta

kemampuan untuk menganalisa masalah-masalahnya.3

Akhlak adalah gambaran jiwa yang muncul saat manusia akan

mengerjakan suatu perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

Jika manusia akan sehat, jika didukung oleh akhlak yang baik, oleh demikian

akhlak merupakan faktor yang sangat penting di dalam pemunculan tingkah

laku, dengan dasar akhlak yang ada pada diri manusia maka akan membentuk

pandangan hidup yang positif dan berorientasi pada dasar akhlak yaitu al-

Qur’an dan Hadits.

Ketidak berdayaan memilih perbuatan baik atau buruk untuk dilakukan

telah menjadi bukti bahwa masyarakat kita sedang mengalami demoralisasi

(kemerosotan moral). Kurangnya pemahaman baik tentang nilai-nilai akhlak

telah menjadikan sebagian masyarakat melakukan tindakan-tindakan yang

2 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur'an, (Jakarta: Mizan, 1995), hal. 209.. 3 Yusuf Burhanudin, Kesehatan Mental, (Bandung : Pustaka Setia, 1999), hal. 23.

 

Page 12: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

12

sangat berlawanan dengan norma-norma yang ada, karena demikian penting

kiranya menumbuhkan nilai-nilai akhlakul karimah terhadap anak-anak

terutama remaja agar mereka dapat bertindak sesuai dengan petunjuk agama.

Remaja adalah kelompok orang yang berada pada usia peralihan

menuju kedewasaan, yang mana ditandai dengan situasi psikologis yang tidak

seimbang sehingga pada waktu melewati tahapan sosialisasi kemungkinan

mereka akan memiliki kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan

keinginan sendiri dan tidak lagi berpedoman pada ajaran agama yang selalu

menganjurkan nilai-nilai akhlak yang baik dan pada masa puberitas remaja,

sikap atau perbuatan yang negatif seperti halnya merokok, arogan, sok jantan,

sikap kasar, tidak ingin terlalu diatur-atur dan lain-lain. Semua hal di atas

adalah karena pertumbuhan emosi dan kejiwaannya.

Menurut Zakiah Daradjat, bahwa manusia remaja adalah masa

pertumbuhan fisik cepat dan prosesnya terus berjalan ke depan sampai titik

tertentu. Perubahan yang berlangsung cepat dan tiba-tiba mengakibatkan

terjadi perubahan lain pada segi sosial dan kejiwaan, remaja semakin peka dan

sikapnya berubah-ubah, tidak stabil kelakuannya demikian pula kadang-

kadang ia patut, ragu, cemas dan sering melontarkan kritikan, kadang-kadang

pada keluarga, masyarakat atau terhadap adat kebiasaan.4

Memiliki akhlakul karimah memang tidak mudah, karenanya

diperlukan sekali bagi mereka keagamaan yang baik yang harus dilakukan

secara terpadu dalam kehidupan, baik itu keluarga maupun masyarakat,

4 Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, (Jakarta: Ruhama, 1995), Cet. ke-2,

hal. 14.

 

Page 13: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

13

melalui majlis ta’lim mereka mendapat bimbingan agama dengan cara

berkisanambungan karena bagaimanapun mereka adalah generasi penerus

bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, hal tersebut sangat mendorong penulis untuk mengkaji

Peranan Bimbingan Agama Terhadap Pembinaan Akhlak Remaja di Majlis

Ta’lim Nurul Musthafa Ciganjur, Jakarta Selatan.

G. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar dalam penulisan skripsi ini terarah, maka penulis membatasi

pada persoalan. Hubungan Bimbingan Agama dalam Pemahaman Agama

Remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa Ciganjur Jakarta Selatan.

2. Perumusan Masalah

Dari persoalan-persoalan yang ada tentang kajian Hubungan

Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’fgar Assegal dalam Meningkatkan

Pembinaan Akhlak Remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa, tentunya

akan banyak membutuhkan pembahasan yang luas oleh karena itu, agar

skripsi ini tidak melebar kepada tema-tema yang tidak perlu tetapi terarah

pada tema yang diharapkan, berkenaan dengan perumusan masalah

tersebut sebagai berikut:

Bagaimana Hubungan Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf

Dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa?

 

Page 14: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

14

H. Tujuan dan Manfa’at Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Peneliti ini bertujuan untuk:

Untuk mengetahui Hubungan Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far

Assegaf Dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majlis Ta’lim Nurul

Musthofa Ciganjur Jakarta Selatan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfa’at penelitian ini adalah

Manfaat Akademis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan literatur yang memadai

tentang Majlis Ta’lim Nurul Musthofa dalam meningkatkan

pemahaman agama.

Manfaat Praktis:

b. Menambah wawasan penulis berkaitan dengan sumber informasi

dengan peranan bimbingan agama dalam pemahaman meningkatkan

agama remaja.

I. Metodologi Penelitian

Dalam karya ilmiah ini menggunakan desain studi kasus dengan

metode deskripsi analisis dalam bentuk korelasi dengan pendekatan data

kuantitatif. Penelitian ini menggunakan variabel bebas (independent variabel)

dan variabel terikat (dependent variabel), yang menjadi variabel bebas dalam

 

Page 15: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

15

penelitian ini adalah peranan bimbingan agama Habib Hasan bin Ja’far

Assegaf sedangkan variabel terikat adalah terhadap akhlak remaja di Majelis

Ta’lim Nurul Musthofa.

Adapun dua variabel diatas mempunyai berbagai indikator. Untuk

menjelaskan kedua varibel tersebut dapat diamati dalam bagan dibawah ini:

Tabel. 1

Operasional variabel

Variabel Indikator Sub. Variable Ket.

Bimbingan

Agama

Habib

Hasan bin

Ja’far

Assegaf

1. Remaja memahami tujuan dari

proses bimbingan Agama di Majlis

Ta’lim Nurul

2. Remaja respek terhadap proses

bimbingan Agama di Majlis Ta’lim

Nurul musthofa

3. Remaja menyukai proses bimbingan

Agama Majlis Ta’limNurul

Musthofa

4. Remaja mengerjakan berbagai

kegiatan proses bimbingan Agama

di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

5. Remaja merasakan kegunaan dari

proses bimbingan Agama di Majlis

Ta’lim Nurul Musthofa

Persepsi Positif

1. Remaja tidak memahami tujuan dari

proses bimbingan Agama di Majlis

Ta’lim nurul Musthofa

2. Remaja acuh terhadap proses

bimbingan Agama di Majlis Ta’lim

Nurul Musthofa

3. Remaja membenci proses

bimbingan Agama di Majlis Ta’lim

Nurulmusthofa

4. Remaja tidak mengikuti proses

bimbingan Agama di Majlis Ta’lim

Nurul Musthofa

5. Remaja tidak merasakan kegunaan

proses bimbingan Agama di Majlis

Ta’lim Nurul Musthofa

Persepsi Negatif

 

Page 16: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

16

Akhlak

Remaja di

Majelis

Ta’lim

Nurul

Musthofa

1. Remaja memahami tugas dan

tujuan hidup manusia

2. Remaja melaksanakan ibadah shalat

lima waktu

3. Remaja memahami pentingnya

kejujuran

4. Remaja memahami pentingnya sifat

tanggung jawab

5. Remaja memahami berkata-kata

yang baik kepada orang tua

6. Remaja memahami percaya kepada

Allah SWT

7. Remaja memahami Nabi

Muhammad adalah Nabi yang

terakhir

8. Remaja akan bekerja dengan baik

dan bersungguh sungguh

9. Remaja memahami kesabaran

10. Remaja memahami komunikasi

yang baik kepada guru

1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan waktu selama 40 hari yaitu dari tanggal

18 September 2008 sampai dengan tanggal 6 2008. Penelitian ini

dilakukan di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa yang beralamat di Jl. RM.

Kahfi I GgManggis No. 9A, Ciganjur, Jagakarsa- Jakarta Selatan 12630

2. Populasi dan Sample

Adapun populasi penelitian adalah segenap para remaja yang terlibat

langsung dengan pelaksanaan bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far

Assegaf, 175 remaja Majlis Ta’lim Nurul Musthofa sedangkan yang aktif

hanya 29 remaja di majelis Ta’lim Nurul Musthofa.

Sedangkan sampel penelitiannya berjumlah 29 remaja, yang

dijadikan Penentuan subjek ditentukan secara purposive sampling, yang

 

Page 17: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

17

didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut

yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya.5

Lazimnya didasarkan atas kriteria dan pertimbangan tertentu, jadi tidak

melalui pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random.

Dengan kata lain, penetapan sample berdasarkan kriteria atau

pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Pencatatan data

dilakukan dengan sample bertujuan, dengan maksud menjaring sebanyak

mungkin informasi dari berbagai sumber.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, digunakan teknik pengumpulan data dengan

mengambil langkah sebagai berikut:

a. Menggunakan kuisioner tertutup dalam bentuk multiple choice item

sebagai data primer.

b. Wawancara terbuka, untuk memperoleh data dari para ahli, pimpinan

Majelis Ta’lim sebagai data sekunder.

c. Observasi, yaitu pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian

secara informal

4. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan skala likert dengan

ketentuan untuk jawaban pernyataan positif dari skor empat kebawah dan

penilaian sebaliknya untuk pernyataan negatif. Adapun nilai positif

diberikan skor sebagaimana berikut :

5 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h.12

 

Page 18: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

18

a. Sangat Setuju (SS) diberi skor 5

b. Setuju (S) diberi skor 4

c. Ragu-ragu (RG) diberi skor 3

d. Tidak setuju (TS) diberi skor 2

e. Sangat Tidak Setuju (STS) diberi skor 1

Untuk menghubungkan antara dua variabel diatas, sebagai langkah

untuk menentukan sebuah kesimpulan dan jawaban perumusan masalah

dalam skripsi ini, peneliti menggunakan rumus Korelasi Product Moment

dengan rumus sebagai berikut:

−−

−=

])()][([

))((

222 yyNxxN

xxxyNrxy

Keterangan:

= Angka indeks korelasi ”r” product moment

N = Number of cases

= Jumlah skor X

= Jumlah skor Y

= Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y

Untuk menentukan kesimpulan dari angka indeks korelasi “r”,

dilakukan interpretasi sederhana, jika nilai “r’ lebih dari -1 maka dinyatakan

telah terjadi hubungan dan apabila nilai “r” kurang dari -1 maka dinyatakan

tidak ada hubungan. Dengan demikian dirumuskan dalam hipotesa sebagai

berikut :

r

 

Page 19: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

19

Ha : Artinya, terdapat hubungan antara bimbingan agama Habib

Hasan bin Ja’far Assegaf dalam pembinaan akhlak remaja di

Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

Ho : Artinya tidak terdapat hubungan antara bimbingan agama Habib

Hasan bin Ja’far Assegaf dalam pembinaan akhlak remaja di

Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

Selanjutnya untuk memberikan interpretasi terhadap besar kecilnya

nilai “r” hubungan antara variabel x dan variabel y digunakan interpretasi

secara sederhana atau kasar dengan acuan tabel dibawah ini :

Tabel 2

Interpretasi Besarnya Product Moment

BESARNYA

“R” PRODUCT

MOMENT

Interpretasi

0,00 – 0,20

Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat

korelasi, akan tetapi sangat rendah. Maka dianggap tidak

ada korelasi

0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi lemah

atau rendah

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi sedang

0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi kuat

atau tinggi

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi sangat

kuat atau sangat tinggi

1. Teknik Penulisan

Untuk lebih memudahkan penulisan ini, penulis menggunakan

teknik penulisan yang didasarkan pada buku “Pedoman Penulisan Skiripsi,

Tesis dan Disertai yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

 

Page 20: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

20

diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality Development and Assurance)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Januari, 2007.

J. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan penulisan, maka penulis membagi pembahasan

skripsi ini menjadi lima bab dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan Terdiri dari: Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Metodelogi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis Terdiri dari: Pengertian Bimbingan Agama,

Tujuan Bimbingan Agama, Metode Bimbingan Agama, Materi

Bimbingan Agama Pengertian Pembinaan Akhlak, Fungsi

Akhkal, Faktor Yang Memppengaruhi Pembentukan Akhlak,

Macam-macam Akhlak, Pengertian Remaja

BAB III : Gambaran Umum Majlis Ta’lim Nurul Musthafa Terdiri dari:

Sejarah Didirikan Majlis Ta’lim Nurul Musthafa, Visi dan Misi,

Struktur Organisasi, Sarana dan Prasarana, Serta Profil Habib

Hasan bin Ja’far Assegaf., Materi dan Metode yang

Disampaikan.

BAB IV : Peranan Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf

Dalam Pembinaan Akhlak Remaja Di Majlis Ta’lim Nurul

Musthofa, Terdiri Dari: Deskirpsi Data, Analis Data, analisis

bimbingan agama Majelis Ta’lim Nurul Musthofa, Analisis

Pembinaan Akhlak Remaja di Majelis Talim Nurul Musthofa.

 

Page 21: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

21

Hubungan Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf

dalam pembinaan akhlak remaja di Majelis Ta’lim Nurul

Musthofa

BAB V : Penutup terdiri dari: kesimpulan dan saran.

 

Page 22: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

22

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

D. Bimbingan Agama

1. Pengertian Bimbingan Agama

Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari

bahasa Inggiris “Guidance” yang berasal dari kata kerja “to guide” yang

berarti “menunjukkan”. Sedangkan pengertian harfiahnya bimbingan

adalah menunjukkan, memberi jalan, atau menuntun orang lain, karena

tujuan yang bermanfa’at bagi hidupnya dimasa kini dan masa mendatang.6

Dalam kamus Bimbingan dan Konseling, Bimbingan adalah

proses bantuan atau pertolongan. Bimbingan adalah bantuan yang

ditujukan untuk membantu individu dalam memahami diri (bakat, minat,

kemauan) dan lingkungan agar mampu membuat keputusan sehingga

tercapai perkembangannya secara maksimal untuk kepentingan dirinya dan

masyarakat. Kata bimbingan mengandung pengertian: menolong,

membantu, menunjukkan jalan, memimpin, memberikan nasehat, dan

memberikan pengarahan.7

Para ahli memberikan pengertian yang berbeda-beda sesuai dengan

pandangan masing-masing. Untuk mendapatkan pengertian yang jelas,

dibawah ini penulis mengutip beberapa definisi dari para tokoh antara lain

sebagai berikut:

6 Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat pres,2002), Cet. ke-1, hal, 3. 7 Tantawy R, Kamus Bimbingan dan Konseling (Jakarta: PT Pamator, 1997) hal. 13.

 

Page 23: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

23

1) Arthur J. Jones yang dikutip oleh Dewa Ketut Sukardi bahwa:

“Bimbingan adalah bantuan yang diberikan seseorang kepada orang

lain dalam menetapkan pilihan dan penyesuian diri serta dalam

memecahkan masalah-masalah, bimbingan diarahkan untuk membantu

penerimaan secara bebas dan mampu bertanggung jawab terhadap

dirinya sendiri”.8

2) Stoops, seperti yang dikutip oleh Djumhur dan M Surya menyatakan

bahwa: Bimbingan adalah suatu proses yang terus menerus dalam

membantu perkembangan individu untuk mencapai kemampuannya

secara maksimal dalam mengarah manfaat yang sebesar-besarnya baik

bagi dirinya maupun masyarakatnya.9

3) Sedangkan dalam Konsep Islam bimbingan adalah “Proses pemberian

bantuan terhadap idividu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan

dan petunjuk Allah SWT, sehingga mencapai kebahagiaan hidup

didunia dan diakhirat".10

Kata “agama” dalam Bahasa Indonesia berarti sama dengan kata

Din dalam Bahasa Arab semit, atau dalam bahasa-bahasa Eropa sama

dengan bahasa Religion (Inggiris), Ia Religion (Prancis), De Religie

(Belanda), De Religion (Jerman), secara bahasa, perkataan “agama”

berasal dari Bahasa Sansekerta tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi turun

8 Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di

Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta,2000) Cet. ke-1, hal. 8. 9 Jumhur M Surya, Bimbingan Penyuluhan di Sekolah ( Cevidenci dan Conseling),

( Bandung: CV. Ilmu, 1975), hal. 25. 10 Thohari Musnawar, Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam, (Yogyakarta:

UII Press, 1992) hal. 76.

 

Page 24: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

24

menurun. Adapun kata Din mengandung arti menguasai, menundukkan,

patuh, utang balasan, atau kebiasaan.11

Pada hakikatnya agama adalah “Akhlak” (tingkahlaku). Setiap

orang yang beragama harus memiliki akhlak, khususnya akhlak

mahmudah (akhlakul karimah), karena orang yang paling tinggi derajatnya

dimata Allah dan dimata semua makhluk adalah mereka yang berakhlak

mulia. Karena manusia diberikan karunia oleh Allah berupa akal pikiran

dan perasaan (emosi). Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah

SAW:

ه خلقه كرم المؤمن دي نه ومروء ته عقله وحسب

Artinya: “Seorang mukmin menjadi mulia karena agama, (mempunyai)

kepribadian karena akhlak, dan menjadi terhormat karena

akhlak”.

Dengan dua karunia inilah manusia bisa menduduki tingkatan yang

paling tinggi di antara makhluk-makhluk lain, jika manusia memadukan

akal pikiran dengan perasaan dan menjadikannya mata penerang yang

akan menunjukkan jalan yang diridhai Allah.

Pada dasarnya agama mengandung pengertian tentang tingkah laku

manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa getaran batin

yang dapat mengatur dan mengarahkan tingkahlaku tersebut kepada pola

hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya. Dari aspek inilah

manusia dengan tingkah lakunya itu merupakan perwujudan dari pola

11 Ensiklopedi Islam Penyusun Dewan Redaksi ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru

Van horve, 1997) Cet. ke-4, hal. 102.

 

Page 25: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

25

hidup yang membudaya dalam batinnya. Dimana nilai-nilai keagamaan

telah membentuknya menjadi rujukan (referensi) dari sikap orientasi

hidup sehari-hari.

Para ulama sebagai pewaris para Nabi (Waratsat Al-anbiya)

bertugas menjadi mu’allim (guru) dan muhazzdib (pendidik) atau sebagai

mubassyir dan nadhir (penghibur dan petunjuk jalan) sebagaimana halnya

fungsi dan tujuan Nabi Muhammad SAW yang diutus menjadi Mu’allim

(guru) dan pendidik akhlak al-karimah sebagaimana sabda beliau:12

ا بعثت التمم مكارم األخالق إنم

Artinya: “Saya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”.

Jadi dapat kita ketahui bahwa bimbingan agama Adalah proses

bimbingan yang diarahkan kepada agama, baik tujuan materi ataupun

metode yang diterapkan. Bimbingan tersebut berupa pertolongan dibidang

mental spiritual, yang bertujuan agar dapat mengembangkan potensi fitrah

yang dibawa sejak lahir secara optimal dengan rasa menginternalisasikan

nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an dan hadist Rasulullah dalam

dirinya, sehingga ia hidup sesuai dengan apa yang dianjurkan Allah dan

Rasulullah.

Dengan berkembangnya fitrah beragama tiap individu secara

optimal, maka akan dapat menciptakan hubungan yang baik dengan Allah

SWT, dengan manusia, dengan alam sekitar, sekitar makhluk lainnya

12 H.M Umar, Tartono, Bimbingan dan Penyuluhan (Bandung: PT. Pustaka Setia, 1998)

Cet. ke-1, hal. 77.

 

Page 26: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

26

sebagai manifestasi dari perannya sebagai khalifah Allah dibumi yang

sekaligus juga berfungsi sebagai penyembah pengabdi kepada Allah SWT.

Dengan demikian, maka Nabi Muhammad SAW menduduki fungsi

sebagai counselor agung di tengah umatnya, yang di teladani oleh para

sahabatnya dan para ulama sepanjang zaman.

Dengan fenomena yang seperti inilah peran serta para ulama’

sangat dibutuhkan sebagai orang yang memahami agama Islam secara

mendalam, dan yang akan membimbing manusia ke jalan yang di ridhoi

Allah SWT.

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Agama

a. Tujuan Bimbingan Agama

Tujuan bimbingan menurut Ainurahim Faqih dalam bukunya

Bimbingan dan Konseling Islam dibagi menjadi dua, yaitu tujuan

umum dan khusus, sebagai berikut:

1) Tujuan Umum

Membantu individu guna mewujudkan dirinya menjadi manusia

seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di

akhirat kelak.

2) Tujuan Khusus

a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah,

maksudnya pembimbing berusaha membantu mencegah

jangan sampai individu menghadapi atau menemui masalah.

Dengan kata lain membantu individu mencegahnya timbul

masalah bagi diri sendirinya.

 

Page 27: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

27

b) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi

dan kondisi.

c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi

dan kondisi yang baik atau telah baik agar tetap baik atau

menjadi lebih baik.13

b. Fungsi Bimbingan Agama

Menurut Dewa ketut Sukardi, bila ditinjau dari sifatnya,

layanan bimbingan dapat berfungsi sebagai:

1) Fungsi Preventif yaitu layanan bimbingan ini dapat berfungsi

sebagai pencegahan, artinya, merupakan usaha pencegahan

terhadap timbulnya masalah.

2) Fungsi Pemahaman yaitu fungsi bimbingan yang akan

menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak

tertentu.

3) Fungsi Perbaikan yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan

terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami

individu (terbimbing)

4) Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan yaitu fungsi ini berarti

bahwa layanan bimbingan ini dapat membantu para individu dalam

memelihara dan mengembangkan pribadinya secara menyeluruh,

mantap, terarah dan berkelanjutan.14

13 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press,

2001), hal. 36. 14 Ibid., h. 26-27

 

Page 28: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

28

3. Metode Bimbingan Agama

Dalam pengertian harfiah, metode adalah jalan yang harus dilalui

untuk mencapai suatu tujuan.15 Metode barasal dari kata “meta” yang

berarti melalui dan “hodos’ berarti jalan. Namun pengertian hakikat dari

“metode" tersebut adalah segala sarana yang dapat digunakan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan, baik sarana tersebut bersifat fisik seperti

alat peraga, alat admistrasi yang menunjang pelaksanaan kegiatan, bahkan

pembimbing juga termasuk metode media.

Dengan penjelasan tentang “metode” di atas maka kita dapat

memahami tentang metode bimbingan agama adalah segala jalan atau

sarana yang dapat digunakan dalam proses bimbingan agama. Maka

metode yang dipakai dalam proses bimbingan agama itu adalah sebagai

berikut:

a. Wawancara

Wawancara adalah melakukan dialog dengan mereka untuk

mendapatkan gejala-gejala kejiwaan mereka. Dengan melakukan

dialog pembimbing akan masuk dalam kehidupan mereka, dan segera

akan mengetahui sebab-sebab mereka melakukan perbuatan yang

dianggap menyimpang oleh agama dan oleh masyarakat.

Wawancara baru akan bisa berjalan dengan baik bilamana

pembimbing memiliki persyaratan yang lain:

b) Pembimbing harus bersifat komunikatif kepada klien

15 H M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta : PT.

Golden Terayon Press, 1998), Cet. ke-6, hal. 43

 

Page 29: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

29

c) Pembimbing harus dapat dipercaya sebagai penyimpan rahasia

d) Pembimbing harus dapat menciptakan situasi dan kondisi yang

memberikan perasaan damai dan tentram.

e) Pembimbing harus bisa memberikan pertanyaan yang bersifat tidak

menyinggung perasaan .

f) Pembimbing harus menunjukan etika baiknya dan menjadi

tauladan yang baik agar dapat dipahami dengan rasional.

b. Metode Group Guidance (Bimbingan Secara Berkelompok)

Bimbingan kelompok adalah cara pengungkapan jiwa atau

batin serta pembinaannya melalui kegiatan kelompok. Dalam hal ini

para pembimbing atau ulama mengajak mereka bersama-sama dalam

kegiatan yang berhubungan dengan orang lain, berkelompok dengan

masyarakat lain.

Metode tersebut diatas menghendaki agar setiap individu

terbimbing melakukan komunikasi timbal balik dengan teman-

temannya melakukan hubungan satu sama lain dan bergaul melalui

kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi pembinaan pribadi masing-

masing. Dan sekaligus juga menghendaki individu terbimbing

melakukan pernyataan hidup, muhasabah, muroqobah (melakukan

pendekatan diri) kepada Allah SWT. Melalui ritual spiritual yang

diajarkan dan dijelaskan oleh pemimpin Majlis Ta’lim/ ulama.

 

Page 30: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

30

4. Materi Bimbingan Agama

Bimbingan agama merupakan salah satu bidang terpenting

seseorang di dalam menjalani kehidupannya baik itu yang sifatnya ke

Imanan dan juga kehidupan sehari-hari. Yang mana memiliki materi

sebagai berikut:

a. Aqidah: ialah iman atau keyakinan, kepercayaan, sumbernya adalah al-

Qur’an. Hakekatnya iman sebagaimana yang di teangkan oleh seorang

laki-laki dan ternyata malaikat Jibril yang menanyakan: apakah Iman,

Islam, Ihsan itu? Nabi menjawab:

نما نن جلوس عند عن عمر بن الطاب رضي هللا عنه قال: ب ي رسول هللا صلمى هللا عليه وسلمم ذات ي وم اذ طلع رجل شديد ب ياض

ف عر، ال ي ري عليه اث ر السم ر، وال ي عرفه منما الثمياب شديد سواد الشماحد حتم جلس ال النمبم صلمى هللا عليه وسلمم فاسند ركي ت يه ال د أخبن عن االسالم، يه على فخذيه، وقال ي ممم ركب ت يه ووضع كفم

لمى هللا عليه وسلمم: االسالم ان تشهد ان ال اله االم ف قال رسول هللا ص الة، وت ؤتى الزمكاة، وتصوم دا رسول هللا، وتقيم الصم هللا وانم ممم

جم الب يت ان استطعت اليه سبيال. قال: صد نا رمضان وت قت ف عجب قه. فأخبن عن االيان. قال ان ت ؤمن بهلل ومالئكته له يساله ويصدموكتبه ورسوله والي وم االخر وت ؤمن بلقدر خيه وشرمه ... )رواه

مسلم(

Artinya: dari Umar bin Khathab ra., ia berkata: ketika kami sedang

duduk di dekat Rasulullah SAW. Tiba-tiba muncul seorang

lelaki yang berpakaian putih, berambut hitam pekat, bekas

 

Page 31: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

31

jalannya tidak terlihat dan tidak seorang pun di antara kami

yang mengenalinya. Ia duduk menghadap beliau SAW., lalu menanyakan kedua lututnya kelutut Nabi dan meletakkan

kedua telapak tangannya di atas kedua paha Nabi. Seraya

berkata: Wahai Muhammad, terangkan kepadaku tentang

islam? Rasulullah SAW menjawab: Islam adalah hendaknya

engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan

Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat,

memberikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan

melakukan ibadah haji ke Baitullah jika memenuhi

syaratnya. Ia berkata: engkau benar? Kami keheranan

karenanya, dia bertanya tetapi membenarkannya, lebih

lanjut ia berkata: sekarang terangkanlah kepadaku tentang

Iman? Rasulullah SAW menjawab: yaitu engkau beriman

kepada Allah, kepada para malaikatnya, kitab-kitabnya,

para Rasulnya, dan hari akhirnya, serta engkau beriman

kepada baik dan jeleknya takdir….(HR. Muslim).16

Dengan demikian antara iman dan islam adalah satu kesatuan yang

saling terkait satu sama lain. Abdul A’ala al Mauhudi mengatakan:

hubungan antara iman dan islam laksana hubungan pohon dengan akarnya,

sebatang pohon tak akan tumbuh tanpa akar. Mustahil seorang yang tidak

memiliki iman untuk memulai dirinya menjadi seorang muslim.17 Masalah

aqidah merupakan hal yang fundamental. Aqidah sebagai motor penggerak

bagi seorang muslim. Dengan kata lain bahwa kepercayaan harus menjadi

keyakinan yang mutlak dan bulat, keyakinan yang mutlak kepada Allah

dengan membenarkan dan mengakui wujud (eksistensi) Allah, sifat,

hukum-hukum Allah, kekuasaannya, hidayah dan taufik allah.

Kepercayaan kepada Allah, termasuk kepercayaan kepada

malaikat, rasul-rasulnya, kitabnya, hari kemudian dan takdir unsur tersebut

16 Salim Bahreisj, Riyadhus Shalihin, (Bandubg: PT. Al-Ma’arif, 1987), Cet. ke-10,

hal. 34. 17 Moh Rifai, Aqidah akhlak, (Semarang: CV. Wicaksana, 1994), Cet. ke-2, hal.32.

 

Page 32: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

32

dalam islamologi disebut “ Arkanul Islam”.18 Dan Juga “ Rukun Islam”

yang mana di dalamnya mengungkapkan antar lain: mengucapkan dua

kalimat syahadat, mengerjakan shalat, membayar zakat, puasa dan juga

haji. Dan bagi seorang muslim kedua rukun ini sudah menjadi kewajiban

yang harus dijalankan dan diamalkan. Seorang muslim baru dapat

dikatakan sempurna iman setelah melaksanakan kewajibannya dan

hendaknya disertai dengan keikhlasan serta kejujuran, akhlak yang baik

tanpa itu semua segala amal perbuatan seorang akan menjadi sia-sia dan

tidak akan memperoleh pahala.

b. Ibadah

Menurut bahasa ibadah berarti patuh, tunduk. Ubudiya artinya

tunduk dan merendahkan diri. Menurut al-Azhari kata ibadah tidak dapat

disebutkan kecuali untuk kepatuhan kepada Allah.19

Dari beberapa keterangan yang dikutip Yusuf Al-Qadrawi

menyimpulkan bahwa: ibadah yang di syariatkan oleh islam itu harus

memenuh dua unsur:

1) mengikat diri (Iltizam) dengan syariat Allah yang diserukan oleh para

rasulnya meliputi perintah, larangan, penghalalan dan pengharaman

sebagai perwujudan ketaatan kepada Allah.

2) ketaatan itu harus tumbuh dari kesucian dari kecintaan hati kepada

Allah, karena sesungguhnya dialah yang paling berhak.20

18 Ibid., hal.33 19 Ibn Manzur, Al-Ifrig Lisan Al-Arab, (Birut: Dar Sadir, 1994), Cet. ke-2, hal.273 20 Yusuf Al-Qardawi, Al-Ibadah Fi-al-Islam, (Beirut: Muasasah Al-risalah, 1997), Cet.

ke-6, hal.32-33

 

Page 33: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

33

c. Akhlak

Akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia,

yang lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses

pemikiran, pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan (hal) tersebut

melahirkan perbuatan yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan

syarak (hukum islam) disebut akhlak yang baik, sedangkan jika perbuatan-

perbuatan yang timbul itu tidak baik dinamakan akhlak yang buruk.

Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat di dalam jiwa,

maka suatu perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa syarat.

Akhlak menempati tempat yang sangat penting dalam islam,

sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu beririentasi pada

pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia yang disebut dengan Al-

Akhlak Al-karimah

C. Pembinaan Akhlak

1. Pengertian Pembinaan Akhlak

Membina berarti membangun, mendirikan, mengusahakan supaya

lebih baik, pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang

dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil

yang lebih baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa,

pembinaan untuk manusia sebagai pribadi dan makhluk sosial melalui

pendidikan dikeluarga, sekolah, organisai, pergaulan, dan ideologi

agama.21

21 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka. 1980) h. 138

 

Page 34: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

34

Jika pembinaan kepribadian dan moral tidak disertakan dalam

pendidikan anak-anak maka akan lahirkah sarjana yang tinggi

pengetahuannya, tetapi tidak dapat memberikan manfaat yang betul-betul

kepada masyarakat. Karena mereka hanya akan memikirkan diri sendiri,

menggunakan ilmu dan kepandaiannya untuk mencari keuntungan dan

kesenangan dirinnya pribadi, tanpa menghiraukan apa yang akan terjadi

kepada orang banyak.

Dalam membina akhlak yang baik tidak didasarkan pada ajaran-

ajaran yang sifatnya perintah dan larangan semata, seperti seorang guru

berkata “berbuatlah begini, jangan berbuat begitu”. Tetapi pendidikan

akhlak dalam membentuk jiwa diatas aspek-aspak keutamaan yang

membbawa hasil sangat memerlukan waktu yang cukup dan

pengelolaannya yang terus menerus. Oleh karena itu seorang pendidik

harus mampu memberi tauladan yang baik, karena orang jahat dan buruk

laku tidak biasa memberi pengaruh yang baik pada jiwa orang

disekitarnya.

Pengaruh yang baik hanya bisa diharapkan dari orang-orang yang

memperhatikan pribadinya, hingga orang-orang disekitarnya bisa jatuh

hati dan tertarik pada perilakunya dan kesopanannya. Dengan demikian

mereka mengambil sifat-sifat baiknya dan mengikuti jejaknya, karena

terpikat dan cinta sejati padanya.

Suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang dari padanya

lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses pemikiran,

 

Page 35: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

35

pertimbangan atau penelitian. Jika keadaan tersebut melahirkan perbuatan

yang baik dan terpuji menurut pandangan akal dan syarak (hukum Islam),

disebut akhlak yang baik. Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata

Al-Khuluq atau Al-Khulq, yang secara etimologis berarti:1. tabiat, budi

pekerti. 2. kebiasaan atau adat. 3. keperwiraan, kesatrian, kejantanan, 4.

agama.

Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat didalam

jiwa, maka suatu perbuatan baru disebut akhlak kalau terpenuhi beberapa

syaat: 1. pebuatan itu dilakukan berulang-ulang, kalau suatu perbuatan

hanya dilakukan sekali saja maka tidak dapat disebut akhlak. 2. perbuatan

itu timbul dengan mudah tanpa dipikirkan atau diteliti lebih dahulu

sehingga ia benar-benar merupakan suatu kebiasaan. Jika perbuatan itu

timbul karena terpaksa atau setelah dipikirkan dan dipertimbangkan dan

diperhitungkan secara matang, tidak disebut akhlak.

Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam islam,

sehingga setiap aspek dari ajaran agama ini selalu berorientasi pada

pembentukan dan pembinaan akhlak yang mulia, yang disebut al-akhlaq

al-karimah. Hal ini tercantum antara lain dalam sabda Rasulullah SAW:

“sesungguhnya saya diutus untuk menyempurnakan akhlak” (HR. ahmad

baihaqi dan malik); “mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang

yang paling baik akhlaknya” (HR. Tarmizi). “orang yang paling ke

islamannya ialah orang yang paling baik akhlaknya” (HR.Ahmad). “takwa

kepada Allah dan akhlak yang baik adalah sesuatu yang paling banyak

 

Page 36: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

36

membawa manusia yang lebih berat dari prtimbangan orang mukmin pada

hari kiamat dari pada akhlaknya” (HR. Tarmizi).22

Secara istulah (terminologis) ada beberapa definisi tentang akhlak

diantaranya:

a. Menurut Imam Ghazali dalam kitabnya “Ihya Ulumuddin” memberi

batasan sebagai berikut:

ها تصدر االف عال بسهولة فس راسئة عن ئة ف الن م فاللق عبارة عن هي ويسر من غي حاجة ال فكر وروية

Artinya: akhlak adalah sifat yang tertanam dam jiwa yang

menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang

dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan

pertimbangan.

b. Dalam al-mu’jam al-wasith disebutkan definisi akhlak sebagai berikut:

“ akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengan nya

lahirlah macam-macam perbuatan baik dan buruk tanpa membutuhkan

pemikiran dan pertimbangan”.23

c. Menurut Dr. M. Abdullah Dirooz yang dikutip oleh Drs. H.A. Mustofa

bahwa: ” akhlak adalah suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap,

kekuatan dan kehendak mana berkombinasi membawa kecenderungan

pada pemilihan pihak yang benar (dalam hal akhlak yang baik) atau

pihak yang jahat (dalam hal akhlak yang jahat).”24

22 Ibid., h. 102 23 Anis Ibrahim, ( Mesir: Daarul Ma’arif, 1972) cet, Ke-2, h. 202 24 Musthofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV, Pustaka, 1999) cet, Ke-2, h. 14

 

Page 37: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

37

Dari beberapa definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa akhlak merupakan kondisi atau sifat yang tertanam dalam jiwa

seseorang dan menjadi kpribadian, sehingga menimbulkan berbagai

perbuatan-perbuatan yang spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa

memerlukan pemikiran. apabila dari kondisi tersebut menimbulkan

kelakuan dan terpuji, maka menurut syariat dan akal pikiran hal itu

dinamakan akhlak terpuji, sekalinya yang lahir kelakuan buruk maka hal

itu dinamakan akhlak tercela.

Dari keseluruhan dfinisi diatas, tampak tidak ada yang

bertentangan melainkan mempunya kesamaan antara yang satu dengan

yang lainnya. Definisi akhlak tersebut tampak saling melengkapi. Dapat

diberikan kesimpulan bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang

timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tampa tak ada paksaan

dan tekanan dari luar. Perbuatan akhlak adalah pebuatan yang dilakukan

atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan.

Untuk mencapai tujuan pembinaan akhlak yang memiliki sifat atau

ciri pembinaan sebagai berikut:

a. Pembinaan akhlak harus diselaraskan dengan pertumbuhan.

b. Pembinaan akhlak harus diselaraskan dengan perkembangan emosi

fisik mereka

c. Pembinaan akhlak tidak terlepas dai pembinaan agama

 

Page 38: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

38

d. Pembinaan akhlak tidak terlepas dari pembinaan lingkungan.25

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan

pembinaan akhlak adalah agar terjaga nilai-nilai agama (norma) yang

terpuji dan terealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari yang dikaitkan

dalam hubungannya dengan Allah SWT, hubungan dengan sesama

manusia, dan sesama makhluk yang lainnya. Juga agar terwujudnya

manusia yang bertakwa dan beriman kepada Allah SWT, juga untuk

menyempurnakan nilai-nilai kemanusiaan yag sesuai deng ajaran islam

yang taat beribadah menjadi manusia yang berkualitas dan berakhlak

mulia.

2. Fungsi Akhlak

Dilihat dari fungsi, dapat dikatakan bahwa etika, moral, susila dan

akhlak sama, yaitu menentukan hukum atau nilai dari suatu perbuatan

yang dlakukan manusia untuk ditentukan baik buruknya. Kessemuanya

istilah tersebut sama-sama menghendaki terciptanya keadaan masyarakat

yang baik, teratur, aman, damai, dan tenteram sehingga sejahtera bathiniah

dan lahiriyah.

Perbedaan antara etika, moral, dan susila dengan akhlak adalah

terletak pada sumber yang dijadikan patokan untuk menentukan baik dan

buruk. Jika dalam etika penilaian baik buruk berdasarkan pendapat akal

pikiran, dan pada moral dan susila berdasarkan kebiasaan yang berlaku

25 Nur A. Hafizh, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung: Al-Bayan, 1997), cet,

Ke-1, h, 178

 

Page 39: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

39

umum dimasyarakat, maka pada akhlak ukuran yang digunakan untuk

mnentukan baik dan buruk itu adalah Al-Qur’an dan Al-Hadist.

Namun demikian etika, moral, susila dan akhlak tetap saling

behubungan dan membutuhkan. Uraian tersebut diatas menunjukan

dengan jelas bahwa etika, moral, dan susila berasal dari produk rasio dan

budaya masyarakat yang secara selektif diakui sebagai yang bermanfaat

dan baik bagi kelangsungan hidup manusia. Sementara akhlak berasal dari

wahyu, yakni ketentuan yang berdasarkan petunjuk Al-Qur’an dan hadist.

Dengan kata lain jika etika, moral, dan susila berasal dari manusia,

sedangkan akhlak dari Tuhan. Dengan demikian akhlak sifatnya juga

mutlak, absolute, dan tidak dapat diubah. 26

3. Faktor Yang Mempengaruhi Pembetukan Akhlak

Manusia dilahirkan dalam keadaan membina fitrah, yaitu sebagai

kemampuan potensial bawaan dan kecenderungan sebagai muslim.

Manusia dibimbing untuk mengenal, memahami dan menghayati

fitrahnya, sehingga gerak tingkah lakunya dan tindakan sejalan dengan

fitrahnya tersebut. Pada dasarnya perbuatan atau tingkah laku seorang

anak adalah baik, tetap untuk kelanjutannya tergantung orang tuanya

dalam memelihara dan memberikan pendidikan kepada anak tersebut.

Rahmat Djatnika dam bukunya sistematika Islam mengemukakan

ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam berperilaku

yaitu faktor yang berasal dari dalam dirinya; (1) instink dan akalnya, (2)

26 H. Abuddin Nata, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2003) cet, Ke-5, h, 97-98

 

Page 40: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

40

adat, (3) kepercayaan, (4) keinginan-keinginan, (5) hawa nafsu, (6) hati

nurani sedangkan faktor-faktor yang berasal dari luar dirinya meliputi: (1)

keturunan, (2) lingkungan, (3) keluarga/rumah tangga, (4) sekolah,(5)

pergaulan, (6) penguasa atau pemimpin.27

Faktor-faktor diatas menggabung menjadi satu turut membentuk

dan mempengaruhi nilai-nilai akhlak yang dimiliki seseoranng, mana yang

lebih kuat, lebih banyak memberi corak pada mentalnya.

Hal ini seperti yang dikatakan oleh JJ. Rosseu yang dikutip oleh

Mujahiddin dalam bukunya bahwa “ faktor dari dalam diri manusia

termasuk pembinaan yang selalu membentuk akhlak bagi manusia,

sedangkan faktor dari luar termasuk lingkungan alam dan lingkungan

sosialnya adakalanya berpengaruh berpengarruh baik atau buruk. Ketika

manusia lahir dilingkungan yang baik maka pengaruhnya terhadap

pembentukan akhlaknya juga baik dan ketika ia lahir dilingkungan yang

kurang baik maka pengaruhnya juga menjadi tidak baik”.28

Perilaku remaja seringkali diwarnai oleh faktor-faktor sekolah dan

pergaulannya, dimana perubahan-perubahan fisik dan non fisik terjadi dan

mampu merubah semua tampilan yang seharusnya baik menjadi aneh dan

keluar dari kontrol norma-norma agama yang baik. Oleh karena itu

diperlukannya upaya bimbingan, pegarahan, dan perhatian yang cukup

dari berbagai pihak, agar mereka mampu menghadapi tantangan yang akan

datang.

27 Rahmat Djatmika, Sistem Etika Islam, (jakarta: Punjimas, 1992) cet, Ke-2, h, 27 28 Mujahiddin, Konsep Dasar Pendidikan Akhlak, (Jakarta: Kalam Mulia, 2000), cet, Ke-

1, h, 22

 

Page 41: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

41

4. Macam-Macam Akhlak

Pada pokoknya akhlak terbagi menjadi dua macam yaitu: akhlak

mahmudah dan akhlak madzmumah.

a. Akhlak Mahmudah

Yang dimaksud dengan akhlak mahmudah adalah akhlak yang

baik atau budi pekerti yang baik. Menurut Hamza Ya’qub akhlak

mahmudah adalah segala tingkah laku yang terpuji (yang baik) yang

biasa juga dinamakan “fadhillah” (kelebihan) atau keutamaan

(munjiyat), yang artinya kemenangan atau kejayaan.29

Al-ghazali berpendapat bahwa, akhlak mahmudah yaitu suatu

badan atau organisme yang melekat pada diri seseorang manusia yang

dapat menimbulkan perubahan baik.30

Akhlak mahmudah (akhlak mulia) adalah macam sikap dan

tingkah laku yang baik (terpuji). Akhlak mahmudah amat banyak

jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan tuhan

dan manusia dengan manusia, akhlak mahmudah dibagi pada 4

(empat) bagian:

1) Akhlak terhadap Allah SWT, yaitu akhlak yang diartikan sebagai

sikap perubahan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai

makhluk kepada tuhan sebagai khalik.

29 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, Pembinaan Akhlakul Karimah, (Bandung: CV

Diponegoro, 1985), Cet, Ke-2, Hal, 95 30 M Said, Imam Ghazali, Tentang Falsafah Akhlak, (Bandung: Al Ma’arif, 1987) h. 25

 

Page 42: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

42

2) Akhlak terhadap dirisendiri, yakni akhlak yang dapat diartikan

sebagai wujud menghormati, menghargai, menyayangi, dan

menjaga diri sendiri dengan sebaik-baiknya.

3) Akhlak terhadap sesama manusia, yaitu manusia adalah sebagai

makhluk sosial yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional

dan optimal banyak bergantung pada orang lain. Maka perlunya

kerja sama, saling menolong, dan saling menghargai satu sama

lainnya.

4) Akhlak terhadap lingkungan, yaitu akhlak terhadap lingkungan

berdasarkan pada Al-Qur’an, sesuai dengan tugas manusia dimuka

bumi sebagai khalifah. Kekhalifahan menurut adanya interaksi

antara manusia dengan sesamanya dan manusia dengan

lingkungannya.31

Akhlak atau sifat-sifat mahmudah diantaranya; al-amanah

(setia jujur, dapat dipercaya), As-shidqu (benar, jujur), Al-adl (adil),

Al-afwa (pemaaf), Al-alifah (disenangi), Al-wafa’ (menempati janji),

dan sebagainya.

b. Akhlak madzmumah

Sedangkan akhlak madzmumah (akhlak yang tercela) adalah

segala macam sikap dan tingkah laku yang tercela. Akhlak

madzmumah ini harus kita ketahui dan kita jauhi, jika ingin

memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

31 Ibid., h. 149-152

 

Page 43: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

43

Diantara akhlak madzmumah itu adalah sebagai berikut:

1) Berbohong, adalah memberikan atau menyampaikan informasi

yang tidak sesuai, tidak cocok dengan sebenarnya. Bohong itu ada

3 (tiga) macam; bohong dengan perbuatan, bohong dengan lisan,

dan bohong dengan hati.

2) Takabbur (sombong), adalah merasa atau mengaku diri besar,

tinggi mulia, dan melebihi orang lain.

3) Hasad (dengki), adalah rasa atau sikap tidak senang atas

kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk

menghilangkan kenikmatan itu dari orang tersebut.

4) Bakhil (kikir), adalah orang yang sangat hemat dengan apa yang

menjadi miliknya, tetapi hematnya demikian sangat dan sukar

baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimilikinya itu untuk

diberikan kepada orang lain. Dan masih banyak lagi sifat-sifat

madzmumah yang harus kita ketahui dan hindari.

D. Pengertian Remaja

Ada banyak definisi yang dapat ambil untuk memperoleh pengertian

tentang remaja diantaranya:

1. Save M. Dagon, menerangkan bahwa remaja merupakan tahap

pertumbuhan anak menuju dewasa, yang terjadi mulai saat puber sampai

usia 17-18 tahun.32

32 Save M Dugun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:LPKN.1997), hal. 956

 

Page 44: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

44

2. WHO (organisasi Kesehatan Dunia) sebagaimana yang dikutip oleh Sarlito

Wirawan Sarwono, mendefinisikan bahwa remaja adalah suatu masa

dimana:

a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda

seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksualnya

b. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola indentifikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantugan sosial ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.33

3. M. Alisut Sabri, menerangkan bahwa masa remaja merupakan masa yang

penting dalam rentang kehidupan. Masa ini dikenal sebagai suatu periode

peralihan, suatu masa perubahan usia bermasalah saat di mana individu

mencari identitas usia yang menakutkan masa tidak realistis dan masa

ambang dewasa.34

Dari beberapa definisi di atas dapat digaris besarkan bahwa remaja

adalah suatu masa transisi, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke masa

dewasa yang di dalamnya mengalami semua pekembangan sebagai persiapan

memasuki masa dewasa. Remaja adalah masa yang penuh dengan perubahan-

perubahan yang amat cepat menyangkut segi pertumbuhan dan kejiwaan

maupun yang bersifat sosial. Sehingga nampak adanya perubahan-perubahan

33 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali Press, 2000), Cet. ke-

3, hal. 6 34 M Alisut Sabri, Pengantar PsikologiUmum dan Perkembangan Anak dan Remaja,

(Jakarta:Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet. ke-2, hal. 160

 

Page 45: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

45

itu menyebabkan gejala-gejala kejiwaan dan perilaku sehari-hari yang kadang

terlihat normal dan kadang-kadang bernilai menyimpang.

Selanjutnya sering juga sebagai patokan pengertian remaja dikaitkan

dengan kata “puber” sebutan puber berasal dari “pubertas” dari bahasa latin.

”pubertas berarti laki-lakian yang menunjukkan kedewasaan yang dilandasi

oleh kematangan fisik yakni dari umur 12 tahun sampai 15 tahun, pada masa

ini terutama terlihat perubahan-perubahan jasmaniyah berkaitan dengan proses

kematangan jenis kelamin.

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa

yakni antara 12 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit untuk menentukan

batas umurnya. Masa remaja mulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan

berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada umur 11 tahun atau

12 tahun pada wanita dan laki-laki lebih tua sedikit.35

Dari uraian semua definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa pengertian remaja tidak dapat dipisahkan yaitu masa

remaja merupakan masa transisi (peralihan) dari anak-anak ke masa dewasa

yang mengalami semua perkembangan persiapan memasuki masa dewasa.

Masa yang penuh dengan perubahan-perubahan yang amat cepat menyangkut

segi kebutuhan, kejiwaan maupun bersifat pergaulan, sehingga nampak

adanya perubahan-perubahan itu menyebabkan gejolak-gejolak kejiwaan yang

terefleksikan dalam tingkah laku sehari-hari yang seringkali terlihat aneh dan

sulit dipahami oleh orang dewasa pada umumnya.

35 Ibid., h. 12

 

Page 46: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

46

Para ahli berbeda pendapat mengenai batasan umur kapan seorang

anak dapat dikatakan sudah memasuki usia remaja. Disini akan penulis

kemukakan beberapa pendapat para ahli mengenai batasan usia remaja dari

sudut pandang yang berbeda-beda:

1. Dari sudut pandang psikologi, maka “Batas usia remaja lebih banyak

tergantung kepada keadaan masyarakat di mana remaja itu hidup. Yang

dapat ditentukan dengan pasti adalah permulaannya, yaitu puber pertama

atau mulainya perubahan jasmani dari anak menjadi dewasa kira-kira umur

akhir 12 tahun atau permulaan 13 tahun”.36

2. Dari sudut pandang hukum dan perundang-undang, usia remaja adalah “Di

atas 12 tahun dan daibawah18 tahun serta belum menikah”. Artinya

apabila terjadi suatu pelanggaran hukum dari seseorang dalam usia

tersebut, maka hukuman baginya tidak sama dengan orang dewasa.37

3. Dilihat dari analisa terhadap semua aspek perkembangan dalam usia

remaja, maka “Secara global masa remaja berlangsung antara umur 12

tahun dan 21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun; masa remaja

awal, usia 15-18 tahun; masa remaja pertengahan, dan usia 18-21 tahun ;

masa remaja akhir”.38

Dari beberapa pendapat mengenai kapan seorang mulai memasuki usia

remaja terdapat kesamaan bahwa seseorang dikatakan sudah memasuki usia

remaja apabila telah mencapai usia 12 tahun, walaupun ada yang berpendapat

36 Zakiah Darajat, Pembinaan Remaja, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976) Cet. ke-2, h.10 37 Ibid., h. 36 38 F.J Monks Et. Al, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya,

(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994) Cet. ke-9, hal.203

 

Page 47: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

47

bahwa mulainya masa remaja pada umur 11 dan 13 tahun, hal ini dikarenakan

mulainya masa remaja ditandai dengan perubahan-perubahan fisik dan ada

beberapa orang yang mengalami perubahan lambat terhadap fisiknya ada pula

yang mengalami perubahan cepat.

Dalam hal ini dapat penulis simpulkan bahwa batasan usia remaja

adalah usia 12/13 tahun dan 21 tahun dengan pembagian masa remaja awal:

12/13 sampai 17 tahun dan masa remaja akhir: 17/18 sampai 21 tahun.

 

Page 48: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

48

BAB III

GAMBARAN UMUM MAJILIS TA'LIM NURUL MUSTHOFA

H. Sejarah Berdirinya

Pada tahun 1998 majlis ta’lim pertama kali di pimpin oleh Habib

Hasan bin Ja’far Assegaf majlis Al-Irfan. Jumlah jamaahnya pun hanya 10

orang. Lima dari bogor dan lima dari Jakarta. Kelima jamaah dari Jakarta

yaitu: Zainal, Syukri, Usman Aray, M. Yamin dan Ma’mun mereka

mengusulkan agar Habib Hasan bin Ja’far As segaf mengajar di Jakarta,

”kalau tetap di bogor dakwah Habib tidak akan berkembang".

Kemudian Habib Hasan melakukan shalat istikharah setelah

sebelumnya melakukan ziarah ke makam kakeknya, Habib Abdullah bin

Muhsin alattas. “setelah itu Habib Hasan bermimpi di suruh ziarah ke makam

Habib Ahmad bin Alwi al-Haddad, yang terkenal dengan sebutan Habib

Kuncung, di Rawajati Kalibata, Jakarta Selatan.

Maka Habib Hasan memulai dakwah dari Jakarta dengan cara

berkeliling dari rumah muridnya tersebut, yaitu Ciganjur, Cilindak, Pasar

Minggu, Kampung Kandang, dan Pondok Indah.

Pada tahun 1999 jama’ah Majlis Ta’lim Al-Irfan semakin banyak, atas

saran H. Jamalih bin H. Piun ssepuh setempat ia memindahkan tempat Ta’lim

ke Masjid Al-Akhyar di Kampung Kandang. Ketika saran itu di laksanakan

yang hadir ada sekitar lima ratus orang. Selanjutnya jalan terbuka lebar

sendiri, masjid-masjid sekitar Cilandak membuka pintunya untuk acara Majlis

Ta’lim Al-Irfan. Karena kewibawaan serta kharisma Habib Hasan, jumlah

 

Page 49: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

49

jama’ah pun bertambah banyak. Yang tadinya hanya sepuluh orang menjadi

seratus orang.

Pada tahun 2000, jama’ahnya bertambah kurang lebih delapan ratus

orang, atas saran Habib Umar bin Hafidz dari Tarim, dan setelah dimintakan

pertimbangan kepada Al-‘Alamah Habib Anis bin Al Habsyi, nama majlis

ta’lim al-Irfan diganti manjadi majlis ta’lim nurul musthofa. Majlis ta'lim

nurul musthofa adalah salah satu media untuk mendekatkan diri kepada Allah

SWT dan Rasulullah SAW, Nurul Musthofa diambil dari nama Rasulullah

SAW yang artinya “ Cahaya Pilihan”.

Pada tahun 2002, syiar Majlis Ta’lim Nurul Musthofa kian meluas

mulai dari Warung Buncit, Mampang Prapatan, sampai ke Kalibata. Jumlah

jama’ahnya pun bertambah menjadi sekitar dua ribu orang. Maka, Habib

Hasan pun membentuk tim Manajemen Nurul musthofa Tim manajemen

inilah yang melakukan gebrakan dan terobosan yaitu mengumpulkan

jama’ahnya dari di suatu tempat, kemudian menuju area pengajian secara

berkonvoi. Hal ini selain untuk menyemarakkan acara juga sebagai syiar

Islam.

Tahun 2003, Majlis Nurul Mustahofa mulai berpindah-pindah tempat

yang asalnya dari rumah menuju ke masjid-masjid, sehingga hampir kurang

lebih lima puluh masjid mendakwahkan ilmu-ilmu agama dengan pembacaan

Ratib Al- Alattas, Maulid Shimtud Durar, Shalawat Nabi, dan pembacaan

kitab Nasahadiniyah yang di karang oleh Al-Habib Abdullah bin Alwi Al

Haddad.39

39 "Majlis Ta'lim Nurul Musthafa", Majalah Al-Kisah, No. 04/Tahun VI/II, (Februari,

2008), hal, 123-125

 

Page 50: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

50

Tahun 2004, majlis Nurul Musthofa dari yang ratusan menjadi ribuan

orang yang, yang ditambah dengan Mo’idzoh Hasanah oleh guru-guru

diantaranya, KH. Abdul Hayyie Naim, Ust, Adnan Idris, Ust. Imam Wahyudi,

dan masih banyak lagi yang lain untuk mandakwahkan ilmunya dan

menuangkan ilmunya di Majlis Nurul Musthofa.40

Tahun 2005, jumlah jama’ah menjadi sepuluh ribu sampai lima belas

ribu orang. Habib Hasan pindah ke Kampung Manggis di depan Darul Aitam

(baru) di jalan Kahfi 1. di situ membangun rumah dan Mushallah di atas tanah

hibah dari H. Abdul Gofar, Hj. Nur Utami dan H. Masturoh. Pada tahun ini

juga Habib Hasan mengokohkan Yayasn Nuul Musthofa yang diketuai oleh

saudaranya, Habib Abdullah bin Ja’far As Segaf dan Habib Musthofa bin

Ja’far As Ssegaf. Yayasan ini pun mendapatkan izin resmi dari Departemen

Agama RI.

Tahun 2006, Majelis Ta’lim Nurul Musthofa berkembang semakin

pesat. Masyarakat, tua-muda, semakin antusias. Undangan datang tak hanya

dari masjid, tapi juga dari bebagai kalangan masyarakat. Dan dari lima puluh

masjid menjadi dua ratus lima puluh masjid di Jakarta. Pada tahun ini pula,

berdiri rumah kediaman Habib Hasan yang juga menjadi sekretaiat Yayasan

Nurul Musthofa.

Tahun 2007, Yayasan Nurul Musthofa mendirikan gedung khusus

kegiatan Ta’lim diatas tanah hibah, yang terletak persis di belakang kediaman

habib Hasan.

40 Wawancara Pribadi,Ustad Zaenal Arifin, Sekretaris Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

Jakarta, 20 September 2008.

 

Page 51: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

51

Kesibukan dakwah Habib Hasan memang padat. Ia menghabiskan

usianya yang masih muda dengan berjuang menegakkan kalimat Allah dan ia

mencurahkan tenaga dan pikirannya untuk berdakwah, mensyiarkan ajaran

Rasulullah SAW. Ia ibarat lentera yang menyinari kegelapan dan beliau

memberikan penerangan agama Islam kepada siapa saja yang

menginginkannya dan membutuhkannya.

Adapun tujuan dakwah habib Hasan Assegaf adalah menjujung tinggi

al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW. Mengajak para pemuda dan pemudi,

orang-orang tua maupun anak kecil berdzikir dan bershalawat. Mengikuti

kakek moyang beliau sampai kejunjung Nabi Besar Muhammad SAW. Dan

mengajak para muslimin dan muslimat membaca al-Qur’an, membaca Ratib

Al-Atas dan Ratib Al-Haddad, mengenalkan salaf sholihin dengan berziarah

kepada para wali Allah ke tempat orang-orang Shaleh, dan membesarkan

nama Rasulullah dengan pembacaan maulid Nabi.41

I. Visi, Misi dan Tujuan

Adapun visi, misi dan tujuan didirikannya Majlis Ta'lim Nurul

Musthofa adalah:

Visi :

Semata-mata untuk mengajak kepada Ummat manusia lebih khususnya

generasi muda untuk mendekatkan diri kepada Allah dan Rasul-Nya dan juga

untuk mengajak manusia untuk kembali kepada ajaran-ajaran agama Islam

yang sebenarnya.

41 Wawancara Pribadi, Ustad Zaenal Arifin, Sekretaris Majlis Ta’lim Nurul, Musthofa

Jakarta, 20 September 2008.

 

Page 52: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

52

Misi :

Mengkhususkan kepada generasi muda agar memfigurkan dan

mengidolakan satu sosok manusia pilihan yaitu Nabi Muhammad SAW agar

menjadi generasi muda yang mempunyai akhlak yang mulia.

Tujuannya :

Menggalang atau menjalin silaturahim diantara sesama ummat

manusia lebih khusus umat Islam

Yaitu dengan satu visi, misi dan tujuan yang tidak menyimpang

dengan tujuan adanya ajaran-ajaran agama Islam sebagaimana yang dibawa

oleh para Anbiya Walmursalin.

Visi dan misi diatas merupakan wujud nyata dari UUD 45 yang

tercantum dalam bab XII pasal 31 yang berbunyi; tiap-tiap warga Negara

berhak mendapatkan pengajaran.42

J. Sarana dan Prasarana

Sarana Prasarana Majlis Ta'lim Nurul Musthofa

2. Sekretariat Majlis Ta'lim Nurul Musthofa

3. Aula majlis ta'lim nurul musthafa

4. Outlet busana muslim

5. Komputer (3 buah)

6. Proyektor (6 buah)

7. Soudsystem

42 Undang-undang Dasar 1945 BAB XII Pasal 31.

 

Page 53: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

53

8. Hadroh (13 buah)

9. Layar (6 buah)

10. Panggung 43

K. Struktur Organisasi

Organisasi keberadaannya sangat diperlukan dalam suatu kelompok

manusia yang hidup bersama dalam rangka mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Apalagi dalam suatu lembaga pendidikan baik formal maupun

informal sebagai wadah dari usaha kerja sama sekelompok manusia dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan.

Sedangkan Burhanuddin mendefinisikan organisasi adalah suatu

system yang mempunyai struktur dan perencanaan yang dilakukan dengan

penuh kesadaran, di dalamnya orang-orang bekerja dan berhubungan satu

sama lain dengan satu cara yang terkoordinasi dengan baik dan komeratif guna

mencapai tujuan-tujuan yang telah di tetapkan.44

Dari definisi di atas menurut hemat penulis bahwa organisasi adalah

kumpulan dari beberapa orang yang bekerja sama untuk mewijidkan visi dan

misi yang ditetapkan.

Adapun struktur organisasi Majlis Ta'lim Nurul Musthofa adalah

sebagai berikut:

43 Wawancara Pribadi, Ustad Zaenal Arifin, Sekretaris Majlis Ta’lim Nurul,

Musthofa Jakarta, 20 September 2008 44 Burhanudin, Organisasi, Tugas, dan Fungsi Aparat Pendidikan, (Surabaya : IKIP

Malang, 1989), Cet. ke-2, hal.22.

 

Page 54: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

54

Pelindung : Bapak Dr. Ing. H. Fauzi Bowo (Gubernur DKI Jakarta)

Bapak KH. Hasyim Muzadi (Ketua PBNU)

Bapak Adrianto Supoyo

Pembina : Sayyed Hasan bin Ja’far Assegaf

Penasehat : Abu Bakar, SH, MM

Habib Musthafa bin Ja’far Assegaf

Bastriandi, SH

Drs. Djohari

Pengawas : Makmun Supriyadi, Skom

Ketua Umum : Habib Abdillah Assegaf

Sekretaris Umum : Zaenal Arifin

Bendahara Umum : Usman Array, SE

Bidang Dana : Dayat, Fauzan

Bidang Humas : Mulyadi, Kusyori

Bidang Keagamaan: Rohimin, M.Sholeh

Bidang Sosial : Kevin, Budiansyah

Anggota : Musthafa, Abdurrahman, Abdurrahim, Sugiyanto,

Solihin, H. Masturo, H. Ahmad, H. Abdullah, Ahmad,

Abdul Qodir, Lutfi, Muhammad Zein, Hendra, Ncas,

Bombom, Muammad Riva’i, Kahaerulloh, Jasa

Muhammad Robbi, ramdani, Rizal Muhammad, Zaini,

Helmi, Dan seluruh komunitas peduli Majlis Ta’lim

Nurul Musthafa Jabodetabek.

 

Page 55: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

55

L. Profil Habib Hasan bin Ja’far Assegaf

1. Silsilah Habib Hasan Bin Ja’far Assegaf

Al Habib Hasan Bin Ja’far bin Umar bin Ja’far bin Syaikh bin

Abdullah bin Segaf bin Ahmad bin Abdullah bin Alwi bin Abdullah bin

ahmad bin Abdurahman Seggaf bin Ahmad Syarif bin Abdurahman bin

Alwi bin Ahmad bin Alwi bin syekhul Kabir Abdurahman Asseggaf bin

Muhammad maula Dawileh bin Ali bin Alwi Ghuyur bin Al Faqihil

Muqqodam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shohibul Mirbath bin Ali

Kholi Qosam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin

Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad An Naqib bin Ali Al Uraidhi

bin Ja’far Sodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam

Husain Assibit bin Imam Ali Karamallah Wajha bin Fatimah Al Batul

Binti Nabi Muhammad SAW.45

Habib Hasan bin Ja’far Assegaf lahir di Bogor, 26 Februari 1977.

Habib Hasan adalah cucu dari seorang ulama yang besar pada zamannya

yaitu Al Imam Al Qutub Al Habib Abdullah bin Muhsin Alatas sebagai

pemimpin para wali dizamannya. Silsilah beliau manyambung dari

ibundanya, yaitu Fatimah binti Hasan bin Muhsin bin Abdullah Alatas.

Karena keberkahan dari sang kakek habib hasan bin ja'far assegaf menjadi

habib muda yang selalu berjuang menegakan kalimat Allah. Habib Hasan

Assegaf pada tahun 2004 melamar seorang gadis dari Jakarta Syarifah

Muznah binti Ahmad Al Haddad, keponakan Habib Abdul Qadir bin

45 Http : www. Google/ Nurul Musthafa. Com. Diakses pada tanggal 5 September 2008.

 

Page 56: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

56

Ahmad Al Haddad. Pernikahan ini berlangsung kini sudah di karunia tiga

anak: Rogayah (5), Attos Abdullah (4), dan Ali (3).46

2. Pendidikan

Habib Hasan Assegaf belajar dengan para habaib dan ulama,

diantaranya:

1. Al Imam Al Hafidz Al Musnid Al Habib Abdullah bin Abdul Qadir

Bilfaqih dan putera-putera beliau: Habib Abdul Qadir bilfaqih, Habib

Muhammad Bilfaqih, Habib Abdurrahman Bilfaqih (Pondok Pesantren

Darul Hadist Al Faqihiyah, Malang Jawa timur)

2. Syekh Abdullah Abdun (malang, Jawa timur)

3. Syekh Umar Bafadol (Surabaya, Jawa Timur)

4. Al Imam Al Arif Billah Al Habib Abdurrahman bin Ahmad bin abdul

Qadir Assegaf dan putera-putera beliau diantaranya Al Habib Ali bin

Abdurrahman Assegaf (yayasan Ats-Tsaqofah Al Islamiyah Tebet,

Jakarta Selatan)

5. Al Habib Muhammad Anis bin alwi Alhabsyi (selaku yang

mengijazahkan maulid Simtudduror)

6. Al Habib Abdullah bin Husain Syami Alatas

7. Al Habib Abu Bakar bin Hasan alatas, (Martapura)

8. KH. Dimyati (Banten)

9. KH. Mama Satibi (Cianjur)

46 Wawancara Pribadi dengan Habib Hasan bin Ja’far Assegaf Jakarta, 18 September

2008

 

Page 57: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

57

10. KH .Buya Yahya (Bandung)

11. Muallim Sholeh (Bogor)

3. Karangan Habib Hasan bin Ja'far Assegaf

Habib Hasan banyak mengarang atau menulis kitab-kitab shalawat

untuk mengenal generasi pemuda agar mengenal dan lebih cinta kepada

nabi Muhammad. Dan beliau menukil dari kitab-kitab shalawat daripada

orang-orang shaleh dan membuat satu buku yang buku tersebut adalah

berisi kepada shalawat kepada nabi Muhammad yang berjudul "Miftahul

Rubbaniyah" dan "40 shalawat pilihan".47

M. Kegiatan dan Pelaksanaan Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

Majlis Ta’lim Nurul Musthofa dalam hal ini melaksakan dan kegiatan

pengajian rutin, pengajian mingguan dan ziarah.

1. Pelaksaan dan Kegiatan Pengajian Rutin

Pelaksanaan dan kegiatan pengajian rutin dilaksakan di kediaman

Habib Hasan bin Ja’far Assegaf. Setiap malam ba’da magrib sampai isya.

Pengajian rutin ini dihadiri para jama’ah sekitar 200 samapai 300 jama’ah.

Kegiatan pengajian rutin diantaranya:

47 Wawancara Pribadi dengan Habib Hasan bin Ja’far Assegaf, 20 September 2008.

 

Page 58: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

58

N0 HARI KITAB

1

2

3

4

5

6

Malam Senin

Malam Selasa

Malam Rabu

Malam Kamis

Malam Jum’at

Malam Sabtu

Syarah Ainiyah

Safinatun Najah

Riyadhus Shalihin

Shalawat nama-nama Nabi

Kitab Arbain

Aqidatul Awwam

Pengajian rutin ini diajarkan langsung oleh Habib Hasan bin Ja’far

Assegaf

2. Pelaksanaan dan kegiatan pengajian mingguan.

Pelaksanaan dan kegiatan pengajian mingguan ini di laksanakan

berpindah-pindah di wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Barat,

Depok, Tanggarang dan sekitarnya.

Pengajian malam mingguan ini berbeda dengan pengajian rutin

karena pengajian mingguan ini yang digelar berpindah-pindah tempat yang

dihadiri ribuan jama'ah yang mayoritas para remaja dan pemuda dari

pelosok kota Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi, dan sekitarnya. Bagi mereka,

pengajian malam mingguan bersama Majelis Ta’lim Nurul Musthofa

pimpinan Habib Hasan bin Ja'far assegaf itu lebih bermanfaat dan berkah

ketimbang jalan-jalan.

Kegiatan pengajian malam mingguan Majlis Ta'lim Nurul

Musthafa antara lain:

1) Kegiatan Awal

Pembukaan disampaikan oleh Habib Abdullah Assegaf yaitu

mengucapkan terima kasih kepada sohibul hajat dan kepada sohibul

 

Page 59: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

59

wilayah atas terlaksananya Majlis Nurul Musthafa. Setelah itu

pembacaan ratib al-Athas, Asmaul Husna, dan maulid nabi yang di

bacakan oleh Habib Hasan bin Ja'far Assegaf secara bergantian. Dan

pembacaan kitab nashahi diniyah karangan Habib Abdullah Al haddad

yang dibaca oleh Habib Abdullah Assegaf.

2) Kegiatan Inti

Ceramah agama yang di sampaikan oleh Habib Hasan Assegaf,

dan para habaib dan ustad-ustad di antaranya Habib Musthafa Assagaf,

KH. Adnan Idris, KH. Hayyi Naim dan lain-lainya.

3. Kegiatan Akhir

Pembacaan do'a dengan kalimat tauhid yang di pimpin oleh Habib

Hasan Assegaf. Pada saat Habib Hasan bin Ja'far Assegaf menyebut nama

Nabi Muhammad SAW selalu diiringi dengan mengucurkan air mata. Hal

ini merupakan bukti kecintaan yang dalam dan tulus Habib Hasan Assegaf

kepada Rasulullah SAW. Begitu pula pada acara Majlis Ta'lim atau

pengajian mingguan Habib Hasan Assegaf selalu mengajak para jama'ah

bertawasul dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dengan

mengucurkan air mata. Tentu saja hal ini bukan dimaksud dengan di buat-

buat. bahwa perbuatan tersebut menyerupai perbuatan agama lain atau

acara-acara aliran sesat. Padahal bukti ketulusan cinta yang mendalam

apabila menyebut dan mengingat yang dicintai, sadar atau tidak sadar jiwa

akan bergetar. Dari getaran jiwa tersebut, karena kesucian dan keseriusan

cinta maka akan bercucurlah air mata.

 

Page 60: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

60

G. Metode Yang Di Sampaikan

Metode dakwah yang dilakukan oleh Habib Hasan bin Ja’far Assegaf

adalah metode Idividual yaitu Habib Hasan mengumpulkan anak muda dan

menasehatinya agar didalam hatinya timbul rasa untuk mencintai Allah SWT

dan Rasulnya Nabi kita Muhammad SAW, karena mnurutnya dengan cinta

manusia mengikuti orang yang dia sayangi dan dicintai. Habib Hasan memulai

dakwahnya debgan membaca Al-Qur’an dilanjutkan dengan pembacaan

Ratibul Haddad dan Ratibul Al-Athas kemudian dilanjutkan lagi dengan

membacakan maulid dan yang terakhir baru beliau ceramah agama.

Materi yang disapmpaikan oleh Habib Hasan adalah lebih menekankan

pada pengenalan para jama’ahnya kepada figur Nabi Muhammad SAW. Agar

anak muda lebih mengenal kepada figur-figur orang yang dekat dengan Allah,

karena menurutnya “Tidak akan mengenal suatu agama kecuali mereka harus

mengenal orang-orang yang membawa islam” yaitu pembacaan Maulid

Simtud durrar dan ratib al-Athos dan Ratib al-Haddad.

Kesuksesan dan kemajuan yang cepat dalam mensyiarkan agama islam

di karenakan Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dan para sahabatnya hanya

menyampaikan tentang kecintaan kepada Allah dan Rasulullah saw dan tidak

pernah berkeinginan berhubungan dengan politik dunia beliau hanya memilih

pelajaran tentang Nabi Muhammad SAW yang menjadi rahmatan lil’alamin

sehingga membuat pelajaran mudah dimengerti dan diterima.

Dengan kelembutan dan kasih sayang serta mengamalkan kelembutan

Illahi serta keindahan ajaran agama Nabi Muhammad SAW kepada seluruh

 

Page 61: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

61

lapisan masyarakat, dan juga dengan diiringi lantunan berbagai bacaan mulia

seperti shalawat, qhasidah burdah, dan perjalanan hidup Rasulullah yang

tercantum dalam Maulid Simtuddurrar.

Sekian banyaknya jama’ah khususnya para remaja yang mengikuti

majlisnya, karena beliau menekankan pada mereka tentang kasih sayang

sesama ummat seperti yang di contohkan oleh Rasulullah SAW..

Selain itu Habib Hasan bin Ja’far Assegaf juga menggunakan media

tulis seperti buku atau majalah dan media televisi dan radio Alaikassalam (Ras

95,5 FM).48

48 Wawancara Pribadi dengan Ustad Zaenal Arifin, sekretaris Majlis Ta’lim Nurul

Musthofa Jakarta, 20 September 208.

 

Page 62: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

62

BAB IV

HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BIN JA’FAR

ASSEGAF DALAM PEMBINAAN AKHLAK REMAJA

DI MAJLIS TA’LIM NURUL MUSTHOFA

A. Deskripsi Data

Dari hasil pengumpulan data penelitian yang di lakukan penulis,

selanjutnya penulis memilih 29 sampel remaja aktif di Majlis Ta’lim Nurul

Musthofa atau 30.70% dari populasi 175 remaja Majelis Ta’lim Nurul dan

telah memenuhi kriteria sampel yang telah ditentukan diantaranya adalah

telah mengikuti proses bimbingan Agama Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

sebagaimana dibawah ini :

Tabel 3

Data Remaja Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

NO NAMA Jenis

Pekerjaan Usia

1 Abdullah Pelajar 16

2 Abdul Rozak Pelajar 16

3 Abdul Qodir Pelajar 16

4 Zaenal Arifin Pelajar 20

5 Usman Array Pelajar 15

6 Hidayatullah Pelajar 17

7 Fauzan Pelajar 15

8 Suryadi bin Pelajar 15

9 Mulyadi Pelajar 17

10 Rohimin Pelajar 18

11 M. Sholeh Pelajar 18

12 Kevin Pelajar 19

13 Budiansyah Pelajar 19

14 Musthofa Pelajar 19

15 Abdurrahman Pelajar 20

16 Abdurrahim Pelajar 20

 

Page 63: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

63

17 Sugiyanto Pelajar 17

18 Lutfi Pelajar 21

19 M. Zein Pelajar 18

20 Hendra Pelajar 20

21 M. Riva’i Pelajar 16

22 Khairullah Pelajar 20

23 M. Rabbi Pelajar 20

24 Ramdani Pelajar 19

25 Rizal Muhamad Pelajar 19

26 Zaini Pelajar 19

27 Helmi Pelajar 17

28 Bom-bom Pelajar 17

29 Bastriadi Pelajar 16

B. Analisa Data

1. Analisis Variabel Akhlak Remaja Terhadap Bimbingan Agama

Habib Hasan bin Ja’far Assegaf

Hasil penelitian data kuisioner dari tiga puluh sampel remaja atau

30.70% dari populasi 175 remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa telah

didapatkan data-data yang akan dijelaskan sebagai berikut untuk

menjelaskan variabel bimbingan agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf

dalam pembinaan akhlak remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa. Untuk

mengetahui besarnya bimbingan agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf

dalampembinaan akhlak remaja di Majlis Talim Nurul Musthofa bagi 29

sampel, dapat diamati dari tabel dibawah ini :

 

Page 64: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

64

Tabel 4

Remaja Dalam Memahami Tujuan Bimbingan Agama

di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE

Sangat Paham 14 46,6 %

Paham 10 33,5 %

Ragu-ragu - -

Tidak Paham 6 20,5 %

Sangat Tidak Paham -

Jumlah 29 100 %

Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa remaja memahami

tujuan dari bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa adalah

baik, sehingga pada akhirnya remaja dapat memahami dan menerima apa

yang telah disampakan oleh pembimbing. Selanjutnya untuk mengetahui

besarnya akhlak remaja terhadap keberadaan bimbingan Agama di Majlis

Ta’lim Nurul Musthofa dari 29 sampel, yang merupakan indikator dari

variabel bimbingan agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dalam

pembinaan akhlak remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa dapat diamati

dari tabel dibawah ini :

Tabel 5

Tanggapan remaja dalam Bimbingan Agama

di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa

JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE

Sangat Setuju 12 36 %

Setuju 9 27 %

Ragu-ragu 9 27 %

Tidak Setuju - -

Sangat Tidak Setuju - -

Jumlah 29 100 %

 

Page 65: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

65

Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa tanggapan remaja dalam

bimbingan Agama Di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa dari 29 sampel

adalah sangat baik. Selanjutnya untuk mengetahui besarnya akhlak remaja

dalam proses bimbingan Agama Di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa yang

merupakan bagian dari indikator variabel bimbingan agama Habib Hasan

bin Ja’far assgaf dalam pembinaan akhlak remaja di Majlis Ta’lim Nurul

Musthofa dapat diamati dari tabel dibawah ini :

Tabel 6

Akhlak Remaja Dalam Proses Bimbingan Agama

di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE

Sangat Suka 9 27 %

Suka 4 12 %

Ragu-ragu 7 21 %

Tidak Suka 8 24 %

Sangat Tidak Suka 2 6 %

Jumlah 29 100 %

Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa akhlak remaja dalam

proses bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa adalah cukup

baik. Selanjutnya untuk mengetahui besarnya akhlak remaja dalam

mengerjakan berbagai kegiatan bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul

Musthofa dari 29 sampel yang merupakan indikator dari variabel

bimbingan Agama dalam pembinaan akhlak remaja di Majlis Ta’lim Nurul

Musthofa dapat diamati dari tabel dibawah ini

 

Page 66: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

66

Tabel 7

Remaja dalam Mengerjakan Berbagai Kegiatan Bimbingan Agama

di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE

Sangat Setuju 14 42 %

Setuju 10 33 %

Ragu-ragu 6 20 %

Tidak Setuju - -

Sangat Tidak Setuju - 100 %

Jumlah 29 100 %

Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa akhlak remaja dalam

mengerjakan berbagai kegiatan bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul

Musthofa adalah baik. Selanjutnya untuk mengetahui besarnya akhlak

remaja dalam proses dari bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul

Musthofa dari 29 sampel yang merupakan bagian dari indikator variabel

bimbingan agama dapat diamati dari tabel dibawah ini :

Tabel 8

Remaja Merasakan Proses Bimbingan Agama

di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE

Sangat berguna 10 33 %

Berguna 8 24 %

Ragu-ragu 8 24 %

Tidak Berguna 4 12 %

Sangat Tidak Berguna - -

Jumlah 29 100 %

Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa remaja dalam

merasakan proses bimbingan Agama di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

adalah baik. Dengan demikian dari data indikator bimbingan agama dalam

pembinaan akhlak remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa berdasarkan

 

Page 67: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

67

hasil analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum akhlak

remaja dalam bimbingan agama adalah baik, Selanjutnya untuk

mengetahui besarnya variabel aspek Akhlak remaja di Majlis Ta’lim

Nurul Musthofa dapat diamati dari tabel dibawah ini.

b. Analisis Pembinaan Akhlak Remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

Hasil penelitian data kuisioner dari tiga puluh sampel remaja atau

30.70% dari populasi 175 remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa telah

didapatkan data-data yang menjelaskan variabel pembinaan akhlak remaja

di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa. Untuk mengetahui besarnya variabel

dapat diamati dari tabel dibawah ini :

Tabel 9

Akhlak Remaja Memahami Tugas dan Tujuan Hidup Manusia

dalam Melaksanakan Ibadah

JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE

Sangat Paham 4 12 %

Paham 3 10 %

Ragu-ragu 5 16 %

Tidak Paham 6 20 %

Sangat Tidak Paham 12 36 %

Jumlah 29 100 %

Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa akhlak remaja dalam

memahami tugas dan tujuan hidup manusia dalam melaksanakan ibadah di

Majlis Ta’lim Nurul Musthofa adalah kurang baik. Selanjutnya untuk

mengetahui besarnya akhlak remaja dalam memahami bersyukur kepada

Allah di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa, dapat diamati dari tabel dibawah

ini:

 

Page 68: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

68

Tabel 10

Akhlak Remaja dalam Memahami Bersyukur Kepada Allah

JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE

Sangat Paham 1 3 %

Paham 3 10 %

Ragu-ragu 7 21 %

Tidak Paham 9 27 %

Sangat Tidak Paham 10 33 %

Jumlah 29 100 %

Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa akhlak remaja dalam

memahami bersyukur kepada Allah di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

adalah kurang baik. Selanjutnya untuk mengetahui besarnya akhlak remaja

memahami pentingnya kejujuran dan tanggung jawab, dapat diamati dari

tabel dibawah ini :

Tabel 11

Akhlak Remaja dalam Memahami Kejujuran dan Tanggung Jawab

JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE

Sangat Setuju 3 10 %

Setuju 2 6 %

Ragu-ragu 5 16 %

Tidak Setuju 5 16 %

Sangat Tidak Setuju 15 50 %

Jumlah 29 100 %

Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa akhlak remaja dalam

memahami kejujuran dan tanggung jawab di Majlis Ta’lim Nurul

Musthofa adalah kurang baik. Selanjutnya untuk mengetahui besarnya

akhlak remaja dalam memahami adab kepada orang tua, dapat diamati

dari tabel dibawah ini:

 

Page 69: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

69

Tabel 12

Akhlak Remaja dalam Memahami Adab Kepada Orang Tua

JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE

Sangat Paham 1 3 %

Paham 2 6 %

Ragu-ragu 8 24 %

Tidak Paham 8 24 %

Sangat Tidak Paham 11 36 %

Jumlah 29 100 %

Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa akhlak remaja dalam

memahami adab kepada orang tua adalah baik. Selanjutnya untuk

mengetahui besarnya akhlak remaja dalam memamahami kesabaran adalah

modal terpenting , dapat diamati dari tabel dibawah ini:

Tabel 13

Akhlak Remaja dalam Memahami

Kesabaran adalah Modal Terpenting

JAWABAN FREKUENSI PROSENTASE

Sangat Paham 1 3 %

Paham 3 10 %

Ragu-ragu 8 24 %

Tidak Paham 8 24 %

Sangat Tidak Paham 10 33 %

Jumlah 29 100 %

Dari data tabel di atas dapat diketahui bahwa akhlak remaja Dalam

Memahami Kesabaran adalah Modal Terpenting adalah kurang baik.

Dengan demikian dari data indikator pembinaan akhlak remaja di Majlis

Ta’lim Nurul Musthofa dapat disimpulkan bahwa secara umum adalah

cukup baik, Selanjutnya untuk mengetahui bimbingan agama Habib Hasan

dalam pembinaan akhlak remaja di Majlis Ta’lim Nuru Musthofa

dijelaskan di bawah ini

 

Page 70: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

70

c. Peranan Bimbingan Agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf dalam

Pembinaan Akhlak Remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa

Hasil penelitian data kuesioner dari tiga puluh sampel remaja atau

30.70% dari populasi 175 remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa telah

didapatkan data-data yang persepsi remaja terhadap bimbingan agama

dalam pembinaan Akhlak di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa. untuk

menjelaskan variabel terhadap proses bimbingan Agama dengan Akhlak

remaja di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa. dapat diamati dari tabel dibawah

ini:

Tabel 14

Pembinaan Akhlak Remaja

(Variabel X)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Jml

1 5 3 3 5 5 5 5 3 1 1 36

2 4 4 5 2 5 5 5 3 5 5 43

3 5 1 4 5 4 3 3 5 5 5 40

4 4 4 4 3 4 5 5 4 1 2 36

5 3 5 5 5 5 5 5 5 3 5 46

6 5 4 4 5 2 4 4 1 5 5 39

7 4 3 3 3 4 5 5 2 5 4 38

8 3 4 3 5 3 3 3 2 5 1 34

9 4 5 5 3 4 4 4 4 4 2 39

10 3 5 3 3 3 4 4 3 3 1 32

11 3 2 3 3 3 5 4 3 5 3 34

12 3 3 5 3 2 3 5 5 2 1 32

13 4 5 4 2 5 3 4 3 5 3 38

14 3 5 3 4 4 4 3 5 4 3 38

15 5 4 3 4 3 5 4 4 4 5 41

16 4 5 5 3 3 2 2 2 2 3 31

17 5 5 3 5 4 4 5 4 5 5 45

18 4 1 3 2 3 1 3 5 1 5 28

19 2 5 3 5 2 4 4 4 5 1 35

20 5 3 5 4 5 4 5 4 4 5 44

21 2 5 4 5 4 5 5 5 5 4 44

22 4 3 4 5 5 5 3 5 5 2 37

 

Page 71: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

71

23 4 2 4 4 5 3 4 4 4 5 35

24 2 3 5 2 5 3 3 4 4 4 35

25 4 3 5 3 4 5 4 3 2 5 38

26 5 5 3 5 5 3 5 5 5 2 41

27 4 5 3 3 3 3 5 2 2 5 39

28 4 5 5 4 3 4 5 4 4 3 40

29 2 4 3 3 4 4 4 2 2 4 35

Jml 1090

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa

secara umum akhlak remaja terhadap bimbingan Agama di Majlis Ta’lim

Nurul Musthofa adalah baik. Selanjutnya dijelaskan indikator pembinaan

akhlak remaja dalam tabel di bawah ini

Tabel 15

Aspek Akhlak Remaja

(Variabel Y)

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jml

1 2 5 3 4 5 3 4 4 4 3 37

2 4 5 4 3 3 3 4 3 4 4 37

3 5 4 3 5 5 3 5 4 4 3 41

4 4 4 5 5 5 3 5 4 3 3 41

5 4 3 4 2 4 4 5 5 5 5 41

6 5 5 3 1 5 5 2 5 4 2 37

7 5 5 5 5 5 5 2 5 3 5 45

8 5 3 2 4 5 3 4 3 4 3 36

9 4 2 1 1 3 1 4 1 5 4 26

10 2 2 3 2 3 2 2 1 2 3 22

11 5 4 5 5 4 4 5 5 5 4 46

12 4 3 5 5 4 4 5 4 4 4 42

13 4 3 4 3 5 3 4 4 5 4 39

14 2 2 2 2 2 3 4 4 4 3 28

15 4 3 4 4 4 3 2 3 3 4 34

16 4 2 4 4 4 3 4 3 4 4 36

17 5 4 4 2 5 3 4 4 3 5 39

18 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 39

19 5 4 3 4 3 3 4 3 4 3 36

20 5 4 4 3 5 3 4 5 3 5 39

21 4 4 4 4 3 2 5 3 4 4 37

22 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 49

23 5 5 3 3 5 4 5 4 5 5 44

24 2 3 2 2 3 1 2 3 4 3 25

 

Page 72: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

72

25 5 5 2 5 5 3 3 4 3 5 40

26 5 3 2 2 3 2 4 5 2 4 32

27 2 5 2 3 4 1 5 3 5 4 34

28 2 3 4 5 5 5 5 5 4 4 42

29 4 4 4 5 3 1 4 3 3 3 34

Jml 1078

Berdasarkan hasil analisis data di atas dapat disimpulkan bahwa

secara umum akhlak remaja di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa adalah

cukup baik. Selanjutnya dijelaskan analisis akhlak remaja terhadap

bimbingan agama di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa dengan langkah-

langkah analisis sebagai berikut:

Tabel 16

Hasil Nilai Peranan Bimbingan Agama Habib Hasab bin Ja’far Assegaf

dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majelis Ta’lim Nurul Musthofa

NO SUBJEK X Y XY X2 Y2

1 Abdullah 37 36 1332 1369 1296

2 Abdul Razak 37 43 1591 1369 1849

3 Abdul Kadir 41 40 1640 1681 1600

4 Zaenal Arifi 41 36 1476 1681 1296

5 Usman Array 41 46 1886 1681 2116

6 Hidayatullah 37 39 1443 1369 1521

7 Fauzan 45 38 1710 2025 1444

8 Mulyadi 36 34 1224 1296 1156

9 Rohimin 26 39 1014 676 1521

10 M.Sholeh 22 32 704 484 1024

11 Kevin 46 34 1564 2116 1156

12 Budiansyah 42 32 1344 1764 1024

13 Musthafa 39 38 1482 1521 1444

14 Abdurrahman 28 38 1064 784 1444

15 Abdurrahim 34 41 1394 1156 1681

16 Sugiyanto 36 31 1116 1296 961

17 Solihin 39 45 1755 1521 2025

18 Lutfi 39 28 1092 1521 784

19 M. Zein 36 35 1260 1296 1225

20 Hendra 39 44 1760 1600 1936

21 M. Riva’i 37 44 1628 1369 1936

22 Khairullah 49 37 1813 2401 1369

23 M. Robbi 44 35 1540 1936 1225

24 Ramdani 25 35 875 625 1225

 

Page 73: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

73

0608 , 0

83932

5106

704474442

5106

) 22041 ).( 31962 (

5106

] 1188100 1210141 ].[ 1162084 1194046 [

1175020 180126

] 1090 41729 . 29 ][ 1078 41174 . 29 [

) 1090 . (1078 ) 40694 . 29 (

] ) ( . ].[ ) ( . [

) . ( ) (

2 2

2 2 2 2

=

=

=

=

− −

− =

− −

− =

− −

− =

y y N x x N

y x xy N Rumus

25 Rizal Muhammad 40 38 1520 1600 1444

26 Zaini 31 41 1271 961 1681

27 Helmi 34 39 1326 1156 1521

28 Bom-bom 42 40 1680 1764 1600

29 Bastriadi 34 35 1190 1156 1225

N = 29 X =

1078

Y =

1090

XY

40694

X2

41174

Y2

41729

Dari hasil penghitungan data di atas didapatkan angka product

korelasi moment sebesar 0, 0608 yaitu nilai yang lebih kecil dari 0,20.

Dari angka tersebut secara sederhana dapat diinterpretasikan dari rumus

product momen bahwa telah terjadi hubungan positif antara variabel X dan

variabel Y atau dalam kata lain terdapat hubungan positif Habib Hasan bin

Ja’far Assegaf (X) dalam pembinaan akhlak remaja di Majlis Ta’lim Nurul

Musthofa (Y)

 

Page 74: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

74

Selanjutnya untuk mengetahui kekuatan sebuah hubungan,

selanjutnya diinterprtetasikan besarnya product momen dikonfirmasikan

dengan bagan interpretasi product momen dibawah ini :

BESARNYA

“R” PRODUCT

MOMENT

INTERPRETASI

0,00 – 0,20

Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat

korelasi, akan tetapi sangat rendah. Maka dianggap tidak

ada korelasi

0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi lemah

atau rendah

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi sedang

0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi kuat

atau tinggi

0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi sangat

kuat atau sangat tinggi

Dari tabel diatas angka product moment yang menunjukan sebesar

0, 0608 ada pada kelas kedua yang memiliki arti bahwa antara variabel X

dan variabel Y terdapat korelasi sangat atau sangat . Maka dari hasil

tersebut dapat disimpulkan tidak ada korelasi Bimbingan Agama Habib

Hasan bin Ja’far Assegaf dalam Pembinaan Akhlak Remaja di Majelis

Ta’lim Nurul Musthofa.

 

Page 75: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

75

BAB V

PENUTUP

C. Kesimpulan

Setelah penulis mempelajari, mengamati dan menganalisis berbagai

kegiatan bimbingan agama di Majlis Ta’lim Nurul Musthofa, akhirnya penulis

sampai pada tahap dari seluruh pembahasan dalam bab-bab tersebut. Maka

penulis merumuskan kesimpulan sebagai berikut:

Bentuk kegiatan Majlis Ta’lim Nurul Musthofa dalam meningkatkan

pemahaman keagamaan. Pengajian Majlis Ta’lim Nurul Musthofa ini

dilaksakan pada setiap hari minggu-sabtu jam 18.00-21 dan hari sabtu jam 21-

00. adapun bentuk kegiatannya yaitu pembacaan ratib al-Athas, mauled

simtuddurrar dan ceramah.

Metode yang digunakan bimbingan agama di Majlis Ta’li Nurul

Musthofa oleh Habib Hasan bin Ja’far Assegaf adalah ceramah, pembahasan

simtuddurar dan Tanya jawab dan terkadang menggunakan komunikasi antar

pribadi, biasanya metode yang terakhir Habib Hasan gunakan apabila jama’ah

sedang tidak terlalu banyak.

Selanjutnya karena tidak ada korelasi antara kegiatan bimbingan

agama Habib Hasan bin Ja’far Assegaf terhadap pembinaan akhlak remaja,

maka bisa pula tidak ada pengaruh bimbingan agama Habib Hasan bin Ja’far

 

Page 76: HUBUNGAN BIMBINGAN AGAMA HABIB HASAN BINrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/45739/1/ABDULLAH-FDK.pdf2 hubungan bimbingan agama habib hasan bin ja’far assegaf dalam

76

Assegaf terhadap pembinaan akhlak remaja di Majelis Ta’lim Nurul

Musthofa.

D. Saran-saran

Untuk memajukan serta meningkatkan keberadan Majlis Ta’lim nurul

Musthofa, maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Kepada pemerintah mudahkanlah segala perizinan apabila Habib Hasan

bin Ja’far Assegaf ingin melaksanakan dakwahnya agar para remaja dan

pemuda tidak bertambah dari kesesatan ajaran Allah dan Rasulullah.

2. Kepada para remaja teruslah berjuang dalam mencari ridha Allah dan

syafaat nabi Muhammad SAW.