abstrak habib ferdiansyah...
TRANSCRIPT
ABSTRAK
Habib ferdiansyah
105011000096
Peran Rohis dalam Meningkatkan Sikap Keberagamaan Siswa
Kemerosotan dan kurangnya ahklak, serta sikap keberagamaan pada saat ini dapat
membawa dampak negatif bagi siswa dalam kehidupan masyarakat. Dikarenakan
kurangnya pengetahuan dan pendidikan agama yang mereka miliki. Perlu adanya
kegiatan yang dapat menumbuhkan sikap keberagamaan. Selain kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas, kegiatan di luar kelas yaitu ekstraskurikuler yang
bersifat agamis seperti Rohis dapat menumbuhkan sikap keberagamaan siswa.
Sikap keberagamaan sangat penting bagi setiap siswa untuk mengurangi
tingkat kemerosotan moral dan akhlak. Pendidikan agama haruslah ditanamkan
dari usia dini. Pendidikan agama yang baik dalam keluarga dan sekolah serta
masyarakat juga berpengaruh untuk membentuk sikap keberagamaan.
Penelitian ini menggunakan metode “deskriptif kolerasional” yaitu
penelitian yang bertujuan untuk menagnalisa dan menguji hipotesis. Adapun jenis
penelitian ini adalah penelitian lapangan yang menggunakan data kualitatif dan
kuantitatif. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar peran rohis dalam
meningkatkan sikap keberagamaan siswa maka penulis mengumpulkan data
dengan menyebarkan angket yang berisi sejumlah pertanyaan kepada siswa kelas
VIII. Kemudian untuk melengkapi data tersebut maka penulis melakukan
wawancara kepada Pembina Rohis.
Hasil pengolahan dan analisis data tentang Peran Rohis dalam
meningkatkan sikap keberagamaan siswa di SMP Negeri 10 Tangerang Selatan,
kemudian penulis menghitung kedua variabel dengan menggunkan rumus “r”
product moment untuk mengetahui tingkat kolerasi kedua variabel tersebut. Dari
anlisa dan interpretasi data penelitian menunjukan bahwa terdapat kolerasi positif
antara peran rohis dalam meningkatkan sikap keberagamaan di SMP Negeri 10
Tangerang Selatan, dengan besar rxy 0,4695 dan berada di indeks antara 0,40-
0,70 berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh untuk
hubungan rohis dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa menunjukan hasil
yang sedang atau cukup.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Masalah yang melanda kehidupan manusia dewasa ini adalah semakin
banyak manusia yang krisis moral dan merosotnya nilai-nilai dan norma –norma
dalam kehidupan masyarakat yang membawa dampak negatif. Kemerosotan
moral ini tidak hanya mempengaruhi orang dewasa akan tetapi juga siswa
menengah pertama yang menjadi generasi harapan untuk meneruskan cita-cita
bangsa Indonesia.
Merosotnya moral dan pergerseran nila-nilai agama yang terlihat dalam
prilaku sehari-hari pelajar sekarang ini disebabkan antara lain, kurangnya
pengetahuan dan penghayatan mereka kepada agama yang mereka dapatkan di
sekolah serta ketidak seimbangan pendidikan jasmani dan rohani yang bertumpu
pada pembinaan mental, dan akhlak. Sekolah merupakan pendidikan yang
formal mempunyai tugas berat.
Hal ini tidak dapat dihindari sebab peran lembaga pendidikan sangat
penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan siap
terjun di masyarakat sesuai kemampuan mereka untuk memperbaiki tatanan
kehidupan masyarakat ke arah yang lebih baik.
2
Aktivitas lembaga pendidikan seharusnya menekankan kepada pembinaan,
pendidikan, dan mempersiapkan generasi muda untuk menjadi generasi yang
mampu membangun masa depan yang lebih baik sesuai dengan tujuan nasional
itu sendiri yaitu bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia dan berbudi luhur memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani, dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Pendidikan merupakan proses pembinaan yang dilakukan terus-menerus
kepada anak dalam upaya membentuk manusia yang bertaqwa, berakhlak mulia,
bertanggung jawab dan berlaku jujur. Untuk mencapai tujuan tersebut tentu
tidak cukup dengan pendidikan formal saja melainkan diperlukan juga
bimbingan yang terarah di luar jam sekolah untuk menunjang dan menambah
pengetahuan yang didapat di sekolah.
Kegiatan ekstrakurikuler adalah suatu wadah untuk menyalurkan minat
dan bakat siswa. Dengan demikian siswa dapat menggali potensi yang ada
dalam diri mereka sehingga ketika keluar dari intstitusi sekolah, mereka telah
menjadi pribadi yang mengenal potensi dan bakat mereka masing-masing.
Kegiatan ekstrakurikuler dapat mengajarkan siswa tentang pendidikan
keorganisasian, kerja sama, sosialisasi, serta tanggung jawab yang perlu
ditanamkan dalam diri siswa sehingga mereka tidak hanya mendapatkan ilmu
sercara teoritis saja melainkan lebih kepada hal-hal yang bersifat priktis, yang
tentu saja dibutuhkan siswa ketika mereka berada di dalam lingkungan
masyarakat.
Kegiatan ekstakurikuler tidak hanya menuntut siswa untuk berkreasi
sesusai dengan bakat mereka saja, tetapi lebih dari itu. Karena walaupun hanya
kegiatan ekstrakurikuler saja, kegiatan tersebut mempunyai andil besar dalam
perkembangan siswa khususnya dari segi psikomotorik.
Setiap sekolah memiliki kegiatan ekstrakurikuler seperti, pramuka, PMR,
Futsal, Basket, Pencak silat, Rohis dan lain sebagianya. Hal ini dapat
membuktikan bahwa sekolah-sekolah sekarang ini sudah memahami bahwa
3
perlunya penyaluran bakat dan potensi melalui kegiatan ekstrakurikuler. Di
antra banyaknya kegiatan ekstrakurikuler tersebut bahkan dapat mengukir
prestasi yang bisa menjadi kebanggaan sekolah. Hal ini membuktikan bahwa
kegiatan ekstrakurikuler tidak hanya kegiatan biasa saja melainkan memiliki
dampak yang cukup besar dalam perkembangan siswa.
Setiap guru dan kepala sekolah berharap siswa-siswanya mampu
memanfaatkan kegiatan ekstrakurikuler yang mereka ikuti dengan sebaik-
baiknya sehingga hal ini dapat memperkecil kemungkinan siswa-siswanya
melakukan tindakan yang kurang baik.
Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang akan penulis teliti adalah Rohis.
Berbicara tentang Rohis, tentu akan berkaitan dengan pendidikan agama.
Pendididikan agama sekarang telah diakui oleh pemerintah sabagi salah satu
mata pelajaran yang diharuskan dalam institusi sekolah, hal ini tertuang dalam
UU No. 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional yang ditegaskan
bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pedidikan wajib memuat
pendidikan Pancasila, pendidikan agama dan pendidikan kewarganegaraan. Hal
ini dengan jelas memposisikan pendidikan agama sabagi salah satu muatan
wajib dalam kurikulum pendidikan apa pun. Di samping itu, menurut undang-
undang ini keberadaan pendidikan Islam diakaui secara jelas, hanya saja yang
menjadi persoalan bagaimana pendidikan Islam itu sendiri menempatkan dirinya
pada posisi yang tepat dan strategis, sehingga dapat menunjukan eksistensinya.1
Dibentuknya Rohis di sekolah diawali dengan kesadaran bahwa
transformasi ilmu Agama Islam yang ada pada kurikulum sangatlah kurang
dalam upaya pembinaan mental dan ahklak. Hal ini terlihat pada alokasi waktu
yang diberikan untuk mata palajaran Pendidikan Agama Islam adalah 2 jam/
minggu, hal ini tentu akan menghasilkan kompetensi siswa yang tidak
memuaskan karena kerebatasan penyampaian materi-materi tersebut.
Oleh karena itu keberadaan Rohis sebagai salah satu kegiatan
ekstrakurikuler agamis, diharapkan dapat melengkapi dan menyempurnakan
1 Hasbullah,Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
1996), hal.1
4
pembelajaran yang diperoleh siswa di kelas dan tentu saja aplikasi Rohis
melalui kegiatan-kegiatannya yang dapat membantu siswa untuk lebih
memahami ajaran-ajaran Agama Islam dengan lebih baik, serta memiliki
kecerdasan intelektual dan emosional spiritual serta kepribadian tangguh
berdasakan iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Hal ini karena Rohis mempunyai kegiatan-kegiatan yang cukup banyak, di
antaranya adalah bakti sosial, marawis, serta kreativitas siswa melalui madding.
Selain itu, siswa juga dididik dan dibina dengan ilmu-ilmu agama yang
berlandaskan Al-Quran dengan melakukan kegiatan-kegiatan peningkatan
bacaan Al-Quran, peringatan hari besar Islam, pesantren kilat dan kegiatan-
kegiatan yang lainya yang dapat memotivasi siswa untuk dapat mengamalkan
ajaran agama Islam dengan sebaik-baiknya. Supaya itu juga agar siswa menjaga
dalam hati agar iman mereka tidak mudah goyah dan hancur. Hal ini sesuai
dengan firman Allah :
“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya
(beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang
(berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang
benar.”
Dengan demikian pendidikan dapat dilalui dengan berbagai cara yaitu
melalui proses pendidikan formal, informal dan non formal baik pendidikan
umum dan pendidikan agama. Sebagimana yang dinyatakan oleh Zakiyah
Darajat “ Bahwa untuk memperoleh pendidikan Agama ada tiga jalur yang
harus ditempuh yaitu : keluarga sebagi jalur pendidikan informal, sekolah sebagi
jalur pendidikan formal dan masyarakat sebagi pendidikan non formal”2
2 Zakiyah Darajat, Kesehatan mental, (Jakarta: PT Gunung Agung,2001), h.121
5
Keberadaan Rohis tentu meberikan imbas yang positif bagi siswa, karena
mereka dapat memperoleh peajaran yang tidak hanya bersifat teoritis saja
melainkan lebih kepada hal-hal yang bersifat praktis dan diharapkan dengan
kegiatan-kegiatan ini siswa dibekali kreativitas dan potensi yang baik sehingga
dapat membantu mereka ketika dalam lingkungan masyarakat.
Peran Rohis dalam sekolah belum tentu menjamin para anggotanya
memiliki sikap keberagamaan yang cukup baik. Karena walupun proses dari
suatau kegiatan itu amat baik namun apabila hasilnya tidak memuaskan, maka
dapat dipastikan bahwa kegiatan tersebut tidak memiliki efek apapun. Hal ini
berarti harus ada yang diperbaiki dari kegiatan-kegiatan tersebut sehigga dapat
menghasilkan potensi unggul yang sesuai dengan harapan dan tujuan.
Di antara sikap-sikap yang perlu ditanamkan dalam diri siswa seperti
dijelaskan dalam buku Josephson Michael s, Val J Peter dan Tom Dowd yang
berjudul “Menumbuhkan 6 sikap remaja idaman”, adalah sikap amanah, hormat,
tanggung jawab, adil, peduli, kasih sayang dan sebagainya3. Hal ini baru dari
segi ahklak saja karena sikap keberagamaan harus memiliki aspek akidah,
ibadah dan ahklak tentunya.
Akan tetapi, sikap keberagamaan tersebut tidak muncul dengan sendirinya,
malainkan perlu adanya pembiasaan dan pelatihan dalam diri siswa itu sendiri.
Hal tersebut tentu saja hal tersebut diperoleh dari keikutsertaan mereka dalam
kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Rohis. Dengan demikian kegiatan-
kegiatan yang diadakan oleh rohis tersebut, maka diharapkan siswa-siswa dapat
bertindak, berprilaku dan bersikap baik sesuai dengan ajaran agama Islam.
Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian guna
mengetahui seberapa besar eksistenti Rohis dan peran rohis itu sendiri dalam
meningkatkan sikap keberagamaan siswa.
Akhirnya, penulis menetapkan judul penelitian skripsi dengan judul
“Peran Rohis Dalam Meningkatkan Sikap Keberagamaan Siswa Di SMP
Negeri 10 Tangerang Selatan Pondok Ranji Ciputat”.
3 Josephson, Michael s, Val J, Peter, dan Tom Dowd, Menumbuhkan 6 Sikap Remaja
Idaman, (Bandung: Kaifa, 2003), cet.1,hal.20-21
6
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka teridentifikasi
permasalahan sebagai berikut :
a. Usaha rohis dalam menggerakan keagamaan Rohani Islam serta
berperan aktif dalam menghidupkan dan mengembangkan sikap
keberagamaan siswa.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap keberagamaan
siswa.
c. Adakah peran Rohis dalam menigkatkan sikap keberagamaan siswa.
2. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dan luasnya permasalahan
yang hendak dibahas, dan untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka perlu
adanya pembatasan masalah. Oleh karena, itu penulis perlu membatasi masalah
sebagai berikut :
a. Rohis yang dimaksud di sini adalah suatu kegiatan ekstrakurikuler yang
bergerak dalam bidang keagamaan Islam.
b. Sikap Bergama yang dimaksud di sini adalah berkaitan dengan ibdah,
tingkah laku (ahklak) dan akidah siswa.
c. Siswa di sini adalah siswa yang mengikuti kegiatan Rohis yang terdiri
dari siswa kelas VIII.
3. Perumusan Masalah
Berkaitan dengan peranan seksi Rohani Islam dalam meningkatkan sikap
beragama siswa di sekolah maka ada beberapa hal yang dapat dirumuskan
permasalahanya yaitu :
a. Bagaimana kegiatan Rohis di SMP Negeri 10 Tangerang Selatan ?
7
b. Bagaimana sikap keberagamaan siswa di SMP Negeri 10 Tangerang
Selatan?
c. Bagaimana peran Rohis terhadap sikap keberagamaan siswa ?
C. Tujuan dan mamfaat penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui sejauh mana peran seksi Rohani Islam di lingkungan
sekolah SMP Negeri 10 Tangerang Seatan.
b. Untuk mengetahui sikap keberagamaan siswa di SMP Negeri 10
Tangerang Selatan
c. Untuk mengetahui pengaruh Rohis dalam meningkatkan sikap
keberagamaan siswa.
2. Manfaat penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
a. Bagi sekolah sebagai sumbangsih keilmuan terutama dalam
pengembangan pendidikan agama yang bersifat ekstrakulikuler di
SMP Negeri 10 Tangerang Selatan.
b. Bagi Rohis memberikan masukan yang berarti kepada seksi Rohis
terutama untuk pengembangan Rohis di masa depan
8
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Sikap Keberagamaan
a. Pengartian Sikap
Mengawali pembahasan mengenai sikap keberagamaan, maka terlebih
dahulu akan dikemukakan pengertian mengenai sikap dan beragama.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia sikap didefinisikan sebagai : “Sikap adalah
perilaku atau gerak-gerik yang berdasarkan pada pendirian (pendapat atau
keyakinan )”.1
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, dijelaskan pengertian sikap sebagai
berikut, “Sikap adalah faktor yang dapat mendorong/ menimbulkan tingkah laku
tertentu. Sikap senantiasa ada dalam diri manusia namun tidak selalu aktif setiap
saat. sikap merupakan kecenderungan untuk bereaksi secara positif untuk
(menerima) atau pun negatif (menolak) terhadap objek berdasarkan penilaian
diri.”2
Menurut M. Alisuf Sabri sikap (attitude) adalah kecenderungan untuk
mereaksi terhadap suatu hal, orang atau benda dengan suka, tidak suka, atau acuh
tak acuh.3 Pengertian ini serupa dengan definisi yang dikemukakan oleh Sarlito
1 Tim Penyusun, Kamus Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahsa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1999), h.838
2 Tim Penyusun Ensiklopedia Nasional Indonesia, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta
: PT Citra Adipustaka, 1991), h.31-32
3 M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996),Cet 2, h.83
9
Wirawan Sarwono, bahwa sikap adalah “Kesiapan pada seseorang untuk
bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu”4
Lebih lanjut menurut Akyas Azhari menjelaskan pengertian sikap (attitude)
sebagau berikut :
Sikap adalah suatu perbuatan atau tingkah laku atau reaksi atau
respon terhadap rangsangan (stimulus) yang disertai dengan
pendirian orang itu. Dalam hal ini sebagian psikolog bahwa sikap
diawali dengan perasan (emosi) baru menunjukan reaksi (respon)
atau kecenderungan untuk bereaksi. Sebagi sebuah reaksi, sikap
selalu berhubungan dengan dua alternatif; senang atau tidak
senang; melaksanakan atau menjahuinya.5
Menurut Ma’rat sebagimana dikutip oleh Jalaludin, meskipun belum
lengkap Allport telah menghimpun sebanyak 13 pengertian mengenai sikap. Dari
13 itu dirangkum menjadi 11 rumusan mengenai sikap. Rumusan umum tersebut
adalah bahwa:
1. Sikap merupakan hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan
sikap interaksi yang terus menerus dengan lingkungan (attitudes are
learned).
2. Sikap selau berhubungan dengan objek seperti manusia, wawasan,
peristiwa ataupun ide (attitudes are referent).
3. Sikap diperoleh dalam berinteraksi dengan manusia lain baik di rumah,
sekolah, tempat ibadat ataupun tempat lainya melalui nasihat, teladan atau
percakapan (attitudes are social learnings).
4. Sikap sebagai wujud dari kesiapan untuk bertindak dengan cara-cara
tertentu terhadap objek (attitudes have readiness to respond).
5. Bagian yang dominan dari sikap adalah perasaan dan afektif, seperti yang
tampak dalam menentukan pilihan yang apakah positif, negative, atau ragu
(attitudes are affective).
4 Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada), 2004, h.94.
5 Akyas Azhari, Psikologi Umum Dan Perkembangan, (Jakarta:Penerbit Teraju, 2004), Cet.
1 h. 161
10
6. Sikap memilki tingkat intensitas terhadap objek tertentu yakni kuat atau
lemah (attitudes are very intensive).
7. Sikap bergantung pada situasi dan waktu, sehingga dalam situasi dan saat
tertentu mungkin sesuai, sedangkan sedangkan di saat dan situasi yang
berbeda belum tentu cocok (attitudes have a timedimension).
8. Sikap dapat bersikap relatif Consistent dalam sejarah hidup individu
(attitudes duration factor).
9. Sikap merupakan bagian dari konteks persepsi atau kognisi individu
(attitudes are complex).
10. Sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai
konsekuensi tertentu bagi seseorang atau yang bersangkutan (attitudes
are evaloations).
11. Sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi
indikator yang sempurna atau bahkan tidak memadai (attitudes are
inferred).6
Definisi-definisi di atas menunjukan bahwa sikap merupakan kesiapan
dalam diri individu untuk bertindak senang atau tidak senang terhadap objek
tertentu yang mencakup komponen kognisi, afeksi, dan konasi. Komponen
kognisi akan menjawab tentang apa yang dipikirkan atau dipersepsikan tentang
objek. Komponen afeksi dikaitkan dengan apa yang dirasakan terhadap objek
(senang atau tidak senang). Adapun konasi berhubungan dengan kesediaan atau
kesiapan untuk bertindak terhadap objek. Dengan demikian, sikap merupakan
interaksi dari komponen-komponen tersebut secara kompleks.7
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu
keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah
laku (merespon) secara tertentu pula.
6 Jalaludin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1996),Cet 1, h.215.
7 Jalaludin, Psikologi Agama ,… h.216.
11
b. Proses pembentukan dan perubahan sikap
Pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau terjadi begitu saja.
Pembentukanya selalu berhubungan dengan interaksi sosial baik yang terjadi di
dalam maupun yang terjadi di luar kelompok, berjalan secara alamiah maupun
dengan bantuan teknologi informasi. Pada dasarnya proses pembentukan sikap
berawal dari lingkungan keluarga, kemudian interaksi dengan lingkungan
masyarakat dan tentu saja berhubungan dengan lingkungan pendidikan, baik
formal maupun informal. Selain itu sikap berhubungan dengan perbedaan bakat,
minat, dan intensitas perasan8.
Secara umum, pembentukan dan perubahan sikap dapat terjadi melaui empat
cara, yakni :
a. Adopsi. Kejadian dan peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus
menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap kedalam diri individu
dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.
b. Deferensiasi. Hal-hal yang terjadinya dianggap sejenis, berkembang
sejalan dengan berkembangnya intelegensi, pengalaman dan usia yang
kemudian dipandang tersendiri dan dilepas dari jenisnya.
c. Integrasi. Pembentukan sikap terjadi secara bertahap dimulai dengan
berbagi pengalaman yang berhubungan dengan hal tertentu sehingga
akhirnya terbentuk sikap megenai hal tersebut.
d. Trauma. Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang
meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.
Pengalaman-pegalaman yang traumatis dapat menyebabkan
terbentuknya sikap9.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap
Pembentukan sikap pada diri individu tak lepas dari adanya interaksi sosial
yang dialami oleh individu. Dalam interaksi sosial, terjadi hubungan yang saling
8 Akyas Azahari, Psikologi umum dan perkembangan…h. 162
9 Zikri Neni Iska, Psikologi pengantar pemahaman diri dan lingkungan, (Jakarta: Kizi
Brother’s, 2006), Cet 1 h. 110
12
mempengaruhi, meliputi hubungan antara individu dengan individu yang lainya,
individu dengan lingkungan fisik maupun lingkungan psikologis di sekelilingnya.
Dalam interaksi sosialnya, individu membentuk sikap tertentu terhadap objek
sikap tertentu. Di anatara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
dalam diri individu adalah :
a. Pengalaman pribadi. Pembentukan atau tanggapan terhadap objek
merupakan proses kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu
yang bersangkutan, situasi di mana taggapan itu terbentuk, dan atribut atau
ciri-ciri objektif yang dimiliki oleh stimulus. Untuk menjadi dasar
pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meniggalkan kesan yang
kuat. Karena sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi tersebut terjadi pada situasi yang melibatkan faktor emosional.
Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan
lebih mendalam dan berbekas.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu
cenderung unutk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap
orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi
oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan unutk menghindari konflik
dengan orang yang dianggap penting tersebut. Seseorang yang dianggap
penting tersebut akan banyak mempengaruhi pembentukan sikap kita
terhadap sesuatu. Di antara orang yang biasanya dianggap penting oleh
individu adalah orang tua, orang yang statusnya lebih tinggi, teman
sebaya, teman dekat, guru, teman kerja, istri atau suami, dan lain- lain.
c. Pengaruh kebudayaan. Kebudayaan di mana kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
d. Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
sperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dll. Mempunyai pengaruh besar
dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-
pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif
13
baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif
yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi
dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap
tertentu.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama. Lembaga pendidikan dan
lembaga agama sebagai suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis
pemisah antara garis yang diboleh lakukan atau yang tidak boleh
dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan dan serta
ajaran-ajaranya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat
menentukan sistem kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada
giliranya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap
individu terhadap sesuatu hal.
f. Pengaruh faktor emosional. Tidak semua sikap ditentukan oleh situasi
lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu
bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang
berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian merupakan sikap yang
sementara dan segera beralalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat
pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.
d. Pengartian tentang Agama, Beragama dan Keberagamaan
Sebelum mengemukakan definisi tentang keberagamaan, terlebih dahulu akan
dikemukakan pengertian agama yang merupakan kata dasar dari keberagamaan.
Kata keberagamaan ditinjau dari aspek bahasa berasal dari kata “agama” yang
berarti suatu ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta tata kaidah yang berhubungan
14
dengan pergaulan manusia dengan manusia serta manuasia dengan
lingkungannya .10
Sedangkan dalam Ensiklopedi Hukum Islam agama adalah aturan atau tata
cara hidup manusia yang dipercayainya bersumber dari Yang Maha Kuasa untuk
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.11
Secara terminologis (istilah), terdapat banyak definisi mengenai agama.
Banyak dan beragamnya definisi mengenai agama karena pengertian agama dari
sudut istilah ini sudah mengandung muatan subjektifitas dari orang yang
mengartikannya. Berikut di antaranya.
Menurut Quraish Shihab agama adalah “Hubungan antara makhluk dengan
khalikNya. Hubungan ini terwujud dalam sikap batinya serta tampak dalam
ibadah yang dilakukanya dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya.”12
Adapun menurut Muhamad Syaltut agama adalah “ketetapan-ketetapan Ilahi
yang diwahyukan kepada nabinya untuk menjadi pedoman hidup Manusia.”
Menurut H.A Mukti Ali yang dikutip oleh Mujdhaid Abdul Manaf “agama”
adalah keperayaan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan hukum yang
diwahyukan kepada utusan-utusan-Nya. Untuk kebahagiaan hidup manusia di
dunia dan di akhirat13
Menganalisa definisi agama di atas, dapat diakui kurang memuaskan dan
memang tidak ada definisi agama yang benar-benar memuaskan. Karena satu hal,
setiap agama mempunyai keanekaragamannya yang hampir tidak dapat
dibayangkan memerlukan deksripsi (penggambaran) dan bukan definisi (batasan).
Adalah merupakan tugas terpelajar untuk terus menerus menggali definisi agama
sesuai dengan tujuan yang bersifat khusus, yaitu definisi yang cukup khas sebagai
alat yang berguna untuk memahami kehidupan sosial.
10
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indnesia,… h. 12. 11
Tim Penyusun Ensiklopedi Hukum Islam, Ensiklopedi Hukum Islam, ( Jakarta : Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1996), Cet 1, h. 32
12
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung:Mizan,1994), h. 210
13
Mujdhaid Abdul Manaf, Ilmu Perbandingan Agama, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,1994), h. 4
15
Perbedaan definisi tersebut dapat dipahami karena setiap agama dan orang
mendefinisikan agama dengan karakteristik yang berbeda-beda, menjadi suatu hal
yang wajar apabila definisi-definisi tersebut kurang memuaskan.
Selanjutnya bila kata agama mendapatkan awalan ber- menjadi “beragama”
yang berarti beribadat, taat kepada agama.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “beragama” diartikan sebagai,
“ Menganut atau memeluk agama; Beribadah atau taat kepada agama atau lebih
konkritnya lagi kata beragama diartikan sebagai memeluk atau taat menjalankan
ajaran-ajaran yang dianut.”14
Kemudian ditambahkan lagi awalan ke- dan akhiran an-, menjadi
“keberagamaan” yang berarti perihal beragama.15
Dari uraian-uraian di atas,
mengenai sikap beragama, adapun pengertian sikap beragama dengan sendirinya
adalah keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong untuk bertingkah
laku berkaitan dengan agama. Agama menyangkut kehidupan batin manusia oleh
karena itu kesadaran beragama dan pengalaman agama seseorang lebih
menggambarkan sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu
yang sakral dan gaib. Dari kesadaran agama dan pengalaman agama maka
kemudian muncul sikap keberagamaan yang ditampilkan seseorang.
Pengertian sikap keberagamaan di atas sejalan dengan pendapat Jalaludin yaitu:
“Sikap beragama merupakan suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang
yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya
terhadap agama, sikap keberagamaan tersebut oleh adanya konsistensi antar
kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif perasaan terhadap agama
sebagai unsur efektif dan perilaku terhadap agama sebagi unsur konatif.”16
Oleh karena itu keberagamaan dalam Islam bukan hanya diwujudkan dalam
bentuk ritual saja, akan tetapi dalm akatifitas lainya. Islam menyuruh umatnya
untuk beragama secara menyeluruh. Setiap muslim baik dalam berfikir, bersikap
maupun bertindak harus secara Islami. Bahkan dalam melakukan aktifitas-aktifitas
14
Tim Penyusun, Kamus Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahsa Indonesia…h.211
15
Tim penyusun, KamusBesar Bahsa Indonesia,h. 12.
16
Jalaludin, Psikologi Agama… h. 184
16
lainya. Seorang muslim diperintahkan untuk melakukanya secara islami dalam
rangka beribadah kepada Allah semata.
Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat, bahwa
kondisi kedalaman keberagamaan akan terbentuk dalam diri pemeluk agama
apabila ia memiliki kesadaran keagamaan (religious counsciousness) dan
pengalaman keagamaan (Religious Experience). Kesadaran keagamaan
merupakan aspek mental dari prerilaku aktivitas agama. Adapun pengalaman
keagamaan dalam menumbuhkan keyakinan yang menghasilkan tindakan atau
amaliah.17
Dengan demikian secara kongkrit yang dimaksud dengan sikap keberagamaan
adalah tingkah laku yang taat kepada agama atau perbuatan yang mencerminkan
ketaatan dalam menjalankan ajaran agama yang didasarkan oleh pengetahuan dan
perasaan terhadap agama dengan harapan mendapat ridha Allah SWT.
Dari segi konteks keberagamaan dalam agama Islam menurut Yusuf Al
Qaradhowy memiliki dimensi-dimensi atau pokok-pokok Islam yang secara garis
besar dibagi 3 yaitu aqidah, ibadah atau praktek agama atau syari’ah, akhlak.18
1. Aqidah
“Aqidah secara etimologi yaitu kepercayaan”19
sedangkan secara
terminologi “disamakan dengan keimanan, yang menunjukan kepada
seberapa tingkat keyakinan seseorang terhadap kebenaran ajaran-ajaran
agamanya yang bersifat fundamental dan dogmatis.”20
2. Ibadah atau praktik agama ( syari’ah)
Ibadah atau praktik syari’ah merupakan peraturan-peraturan yang
mengatur hubungan langsung seorang muslim dengan Kholiknya dan
sesama manusia, yang menunjukan seberapa patuh tingkat ketaatan
17
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1996), Cet. 15, h. 3-4
18
Yususf Al Qaradhawi, Pengantar Kajian Islam, penerjemah setiawan Budi Utomo, (Jakarta:
Pustaka Al Kausar, 1997),h.55
19 Idrus Alkaf, Kamus Al Manar, (Surabaya: Karya Utama)
20 Yususf Al Qaradhawi, Pengantar Kajian Islam,… h.55
17
seseorang muslim yang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual
keagamaan yang diperintahkan dan dianjurkan, baik yang menyangkut
ibadah (ritual) dalam arti khusus maupun dalam arti yang luas yang
merupakan media komunikasi langsung dan integral serta sarana
komunikasi antara Khalik dan mahkluknya. Ibadah juga merupakan
perwujudan dari sikap keberagamaan seseorang dalam kehidupan.
3. Akhlak
“Kata akhlak sacara etimologi adalah tabiat, budi pekerti, kebiasaan atau
adat, keperwiraan, kesatriaan, kejantanan dan kemarahan”21
Sedangkan
menurut Imam Ghazali yang merupakan definisi secara terminologi
adalah” sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-
perbuatan yang dengan gamang dan mudah, tanpa memerluka pemikiran
dan pertimbangan”22
“Soegarda Poerbakawatja menjelaskan bahwa akhlak adalah budi perkerti,
watak kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan yang baik
yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Khaliknya dan
terhadap sesama manusia.”23
Dalam penjelasan Yusuf Al-Qaradhawy di atas merupkan pokok-pokok
Islam yang dapat dijadikan ruang lingkup dari sikap keberagamaan:
1. Aspek aqidah, ruang lingkup aqidah merupakan yang paling
mendasar dalam diri seseorang dikarenakan dengan aqidahlah
seseorang memiliki pondasi atas sikap keberagamaan, aqidah juga
merupakan alasan utama seseorang yang dapat berprilaku sebagai
hamba yang percaya kepada atas kekuasaan Tuhannya. Aqidah
berkaitan dengan iman dan taqwa hal inilah yang melahirkan
keyakinan-keyakinan atas yang ada pada setiap dirinya merupakan
21
Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1994) jilid III, h.58
22
Imam Ghazali, Ihya Ulumudin, (Kairo : Maktabah Mathbah al Masyad al Husainy, 1958) juz
III, h 58
23
Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedi Islam, (Jakarta : Gunung Agung, 1976), h.9
18
pemberian dari Tuhan, dan ia mengetahui bahwa ia akan kembali
kepada Tuhanya pula.
2. Aspek Syari’ah, ruang lingkup syariah merupakan realisasi atas
aqidah, iman yang tertanam dalam dirinya, ia berusaha melakukan
setiap kewajiban yang diperintahkan sang Khlaik, hal ini berkaitan
dengan dengan ritual atau praktik ibadah seperti shalat lima waktu,
shalat sunnah contahnya shalat dhuha dan salat tahajud serta lain
sebaginya, berdoa, puasa, membayar zakat dan lain sebaginya.
Aspek syariah ini bertautan sekali dengan rukun Islam.
3. Aspek Akhlak, ruang lingkup akhlak berkaitan dengan perilaku
dirinya sebagi muslim yang taat, dalam menjalankan kehidupannya
sehari-sehari yang semuanya itu sesuai dengan ajaran agama Islam.
Hal ini disebabkan ia memiliki kesadaran yang terdapat pada
jiwanya tentang ajaran agama yang sesungguhnya, juga setiap
ajaran agamaya itu telah meresap sebenar-benarnya dalam hatinya.
Sehingga lahirlah sikap yang mulia, dan dalam prilaku sehari-
harinya dapat mencerminkan sikap keberagamaan, seperti mudah
menolong, jujur, dan bersedekah dan sebagainya.
e. Terbentuknya sikap keberagamaan
Pembentukan sikap keberagamaan seseorang dapat dilalukan dengan
melalui 3 pendekatan yaitu pendektan rasional, emosional dan keteladanan.
a. Pendekatan rasional
“Pendekatan rasional adalah usaha memberikan peranan pada akal
(rasio) pesarta didik dalam memahami dan membedakan bahan ajar
dalam standar materi kaitannya dengan perilaku yang buruk dalam
kehidupan duniawi.”24
24
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam , (Jakarta : Kalam Mulia, 2004), Cet. 4, h 152
19
b. Pendekatan emosional
“Pendekatan emosional adalah upaya untuk merubah perasaan emosi
peserta didik dalam menghayati prilaku yang sesuai dengan ajaran
Islam dan budaya bangsa (serta dapat merasakan yang baik dan yang
buruk)”25
. Dalam konteks ini terdapat dua metode yaitu :
1) Metode nasehat merupakan salah satu metode dalam membentuk
sikap keberagamaan anak, mempersiapkan secara moral, psikis dan
sosial, dikarenakan nasehat sangat berperan dalam menjelaskan
kepada anak tentang segala hakekat, menghiasi dengan moral dan
mengajari tentang prinsip-prinsip Islam. “Dalam menggunakan
metode nasehat handaknya pendidik menghindari perintah atau
larangan secara langsung, sebaiknya menggunakan teknik-teknik
tidak langsung seperti membuat perumpamaan”.26
2) Metode pengawasan yaitu seorang pendidik mendampingi dan
mengawasi anak didiknya baik hal jasmani maupun rohani dalam
upaya pebentukan aqidah, moral dan sosial yang baik. Aspek
pengawasan juga harus memberikan nilai-nilai yang positif dan
optimal oleh karena itu harus dilakukan dengan cara yang tidak
mengekang anak, akan tetapi dengan cara menjelaskan dengan baik
dimengerti oleh anak.
c. Pendekatan keteladanan
Pendekatan keteladanan adalah menjadikan guru sebagai figur agama
dan non agama dengan seluruh warga sekolah sebagai cerminan
manusia yang berkepribadian agama. Keteladanan dalam pendidikan
amat penting dan lebih efektif, apalagi dalam usaha pembentukan sikap
keberagamaan, seorang anak akan lebih mudah memahami atau
mengerti apabila ada seseorang yang dapat ditirunya. Keteladanan ini
pun menjadi media yang amat baik bagi optimalnya pembentukan jiwa
keberagaman seseorang.
25
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,…h 151
26
Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos, 1995), h. 1192
20
“Keteladanan pendidik terhadap pesarta didik kunci keberhasilan
dalam mempersiapkan dan membentuk moral spiritual dan sosial
anak.”27
f. Manfaat Sikap Beragama
a. Aspek Aqidah
Manfaat sikap keberagamaan dalam aspek aqidah adalah merupakan hal
yang krusial, yaitu menambah kuatnya aqidah atau sebuah pemahaman.
Dengan adanya sikap keberagamaan yang merupakan relasasi dari sebuah
pemahaman maka akan terjadi keseimbangan yang baik antara ranah teoritis
dan ranah empiris.
Menurut Imam Al-Ghazali ada tiga cara untuk memantapkan aqidah
yaitu:
a) Membaca Alquran dengan mempelajari arti dan tafsirnya.
b) Membaca hadist dengan memahami maknanya.
c) Konsekuensi dalam menegakan segala tugas ibadah
“Menurut Imam Al Ghazali bahwa dengan tekun mengerjakan tiga
macam melakukan ibadah akan semakin bertambah mantap. Dan ini memang
bisa kita rasakan sendiri, asal kita melakukanya dengan hati yang ikhlas,
bukan karena ingin dipuji”28
Ciri-ciri aqidah yang benar berdasarkan keterangan dalam Al-Quran dan
hadist bahwa di antara ciri-ciri aqidah yang benar tarhadap Allah adalah
sebagi berikut :
1) Yakin akan keesaan Allah, tuhan yang sebenarnya dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu. Allah memerintahkan
umat manusia menyembah-Nya dan melarang manusia untuk
memeprsekutukan-Nya dengan sesuatu.
2) Tidak ada rasa takut kecuali kepada Allah, karena patuh kepada
perintah dan larangan Allah. Dalam surat Ali Imran ayat 175 :
27
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam ,…h 154
28
Abubakar Muhammad, Pembinaan manusia Dalam Isam, (Surabaya : Al Ihklas, 1994),
Cet 1, h.280
21
“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang
menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang
musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada
mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang
yang beriman”.
3) Berani menegakan kebenaran dan keadilan sesuai dengan ajaran
agama Islam, karena yakin barang siapa yang membela
kebenaran dan keadilan sesuai dengan agama Allah itu pasti
akan di tolong oleh Allah SWT, sebagimana firma Nya dalam
surat Muhammad ayat 7 :
“ Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah,
niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.”
4) Orang yang betul-betul beriman kepada Allah SWT pasti tidak
akan tunduk begitu saja dengan kehendak-kehendak orang-orang
kafir dan munafik maupun dengan sesama Islamnya bila
bertentangan dengan akidahnya. Mereka lebih tunduk kepada
Allah dan Rasulnya dari pada kepada manusia. Sesuai dengan
firman Allah dalam surat Al Ahzab ayat 48 :
“ Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan
orang- orang munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan
mereka dan bertawakkallah kepada Allah. dan cukuplah Allah
sebagai Pelindung.”
22
5) Orang yang beriman kepada Allah itu tidak akan berani angkuh
dan sombong dikala ia kuat, baik kuat dalam arti fisik maupun
dalam arti mempunyai kekuasaan. Adanya bersikap ankuh dan
sombong itu demi kemaslahatan dan kebahagiaan manusia itu
sendiri.
6) Orang yang benar dan baik imannya kepada Allah tidak akan
berani bersikap pura-pura baik di hadapan orang, karena yakin
bahwa niatnya pasti diketahui oleh Allah SWT. Allah
mengikatkan kita dalam surat Al An’am ayat 3
“Dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di
bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang
kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan”29
b. Aspek diri pribadi
Manfaat sikap keberagamaan dalam kehidupan seseorang
berpengaruh biasanya pada saat dia mengerti atau sudah dewasa. Dalam
hal ini secara pribadi atau individual diri paham akan kesehatan sebagi
anugrah dari Tuhan dan harus dijaga, dengan adanya sikap
keberagamaan ia akan berpikir untuk tidak merusak kesehatan atau
tubuhnya dengan melakukan hal-hal yang buruk sehingga
mengakibatkan kerusakan tubuhnya, meningkatkan kualitas psikologi
subtansi psikologis (kejiwaan/Rohaniah).
Dengan adanya sikap keberagamaan dalam jawanya potensi-
potensi yang ada akan dapat lebih menigkatkan kualitas kehidupan
psikologinya.
29
Abubakar Muhammad, Pembinaan manusia Dalam Isam, (Surabaya : Al Ihklas, 1994),
Cet 1, h.280
23
b. Aspek Rasa Tanggung Jawab Sosial
Edgar Shefield Brightman dalam buku A Philosophy of Reilegion
mengatakan bahwa agama suatu unsur mengenai pengalaman-
pengalaman yang dipandang mempunyai nilai-nilai yang tinggi,
pengabdian kepada suatu kekuasaan-kekuasaan yang dipercayai sebagai
sesuatu yang menjadi asal mula, yang menambah dan melestarikan
nilai-nilai ini, dan sejumlah ungkapan yang sesuai tentang urusan serta
pengabdian tersebut, baik dengan jalan malakukan upacara-upacara
yang simbolis maupun melaui perbuatan-perbuatan yang lain yang
bersifat perseorangan, serta yang bersifat kemsayarakatan.30
Dalam Al-Quran dan Sunnah sudah terdapat prinsip-prinsip umum
tentang pembinaan masyarakat yang harus kita jadikan landasan. Ada
beberapa kaidah sosial atau prinsip-prinsip yang kemasyarakatan yang
perlu diperhatikan oleh manusia dalam menyusun konsepsi bagi
masyarakat, Bangsa, dan Negara. Prinsip-prinsip sosial itu adalah
sebagai berikut :
1) Baik dan buruknya masyarakat tergantung kepada baik dan buruknya
akhlaq individu masyarakat itu. Dalam surat al Anfal ayat 53 :
“ (Siksaan) yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya Allah
sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah
dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah
apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan Sesungguhnya
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”
2) Rusaknya masyarakat banyak disebabkan oleh rusaknya moral para
pemimpin dan tokoh-tokoh masyarakat itu.
30
Inu Kencana Syafiie.Filsafat Kehidupan, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), Cet 1, h.55
24
Qaidah sosial kedua ini menegaskan bahwa penyebab utama
kerusakan moral masyarakat adalah karena meniru pemimpin yang
tokohnya sudah rusak itu. Dengan kata lain rusaknya moral
masyarakat adalah cermin rusaknya moral para pemimpin dan tokoh
masyarakat itu. Kerusakan moral rakyat kecil adalah kerusakan
moral orang-orang besar itu. Kenakalan para remaja, pemuda
sebenarnya korban kenakalan orang-orang yang dituakan dalam
suatu bangsa atau masyarakat.
3) Hanya kepada orang-orang yang saleh yang bisa dipercayakan untuk
memperbaiki keadaan ini. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
surat Al Anbiya ayat 105 :
“Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (kami
tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-
hambaKu yang saleh.”
Pada ayat ini harus diperhatikan sekali dan direnungkan oleh
generasi sekarang untuk dijadikan landasan dalam upaya pembinaan
generasi muda yang akan memegang estafet kepemimpinan bangsa
dan Negara. Pembinaan kualitas seseorang tidak hanya dinilai dari
segi intelektualnya saja akan tetapi yang paling penting adalah
kualitas rohaninya, kualitas ahklaknya. Atau kita harus megusahakan
generasi penerus ini menjadi manusia-manusia yang saleh bukan
manusia-manusia yang bangga dengan perbuatan yang salah.31
31
Abubakar Muhammad, Pembinaan manusia Dalam Isam, (Surabaya : Al Ihklas, 1994), Cet
1, h.280
25
g. Faktor Penunjang dan Penghambat Sikap Beragama
Manusia sebagai makhluk Allah memiliki salah satu kelebihan yang
tidak dimiliki oleh makhluk lain yaitu dianugrahinya kemampuan untuk
mengenal Tuhannya. Dari kemampuan untuk mengenal Tuhan inilah maka
timbul kemampuan sikap beragama. Terbentuk sikap pada diri seseorang tentu
saja tidak terjadi beguitu saja. Ini dapat dilihat dari adanya barbagai sikap dan
diperlihatkan manusia dalam setiap tingkah lakunya. Pada dasarnya manusia
mempunyai naluri untuk beragama yang dibawa sejak lahir. Dalam
perkembanganya ia memerlukan pendidikan dan dikembangkan secara
maksimal potensi yang dimilikinya supaya ia mempunyai pandangan hidup dan
berpegang teguh kepada ajaran agama yang dimilikinya.
Dalam Islam naluri agar tersebut disebut fitrah. Firman Allah dalam
Surat Ar-rum ayat : 30
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.
tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui”32
Dapat dipahami bahwa pembinaan agama melalui pemberian pendidikan
kepada seseorang mempunyai peranan penting, karena fitrah yang dibiarkan
tanpa pembinaan dapat menyimpang dan berubah dari fitrah dasarnya.
Dalam Hal ini, pendapat Zakiyah Darajat manarik untuk dikutip.
“Semakin banyak pula pengalaman yang bersifat agama (sesuai dengan ajaran
32
Inu Kencana Syafiie, Filsafat Kehidupan, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), Cet 1, h.55
26
agama) yang di dapatkan. Semakin banyak unsur agama, sikap, tindakan,
kelakuan dan caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama.”33
Penulis menyimpulkan bahwa terbentuknya sikap beragama pada diri
seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menunjang. Penulis
mengklsifikasikan faktor-faktor tersebut ke dalam dua bentuk yaitu :
1. Faktor internal atau faktor-faktor yang datang dari dalam diri pribadi
seseorang.
2. Faktor eksternal atau faktor-faktor yang datang dari luar pribadi
seseorang.
Berikut ini penulis uraikan satu persatu.
Adapun faktor-faktor penunjang terbentuknya sikap beragama seperti:
1. Faktor internal yaitu :
a. Kebutuhan manusia akan agama dimana kebutuhan manusia akan
pedoman hidup yang dapat menunjang jalan kearah kebahagiaan
dunia dan akhirat.
b. Adanya cita-cita untuk memperoleh kebahagian dunia dan akhirat.
c. Adanya dorongan unutk bersyukur, taat, patuh, atau mengabdi
kepada Allah swt, sebagaimana Allah menegaskan tentang tujuan
diciptakanya manusia dalam firmaNya Surat al-Dzariat ayat : 56
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”.34
33
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 55
34
Departemen Agama, Al Quran dan Terjemahanya, (Madinah: King Abdul Aziz,1412),
h. 862. Cetakan Saudi Arabia
27
2. Faktor Eksternal
Menurut pandangan Filsafat ketuhanan (theologi) manusia disebut
“Homo religious” (makhluk beragama), oleh karena itu ia memiliki
naluri agama tersebut dikenal dengan nafsu mutmainnah.
Pandangan falsafah ini, menggambarkan bahwa manusia memiliki
potensi dasar yang dapat dikembangkan menjadi makhluk yang
beragama. Manusia dalam kelahiranya dilengkapi oleh Allah potensi
kesiapan untuk menerima pengaruh dari luar, sehingga dirinya dapat
membentuk pribadi makhluk yang memiliki rasa dan prilaku keagamaan.
Potensi yang dimiliki ini secara umum disebut fitrah keagamaan yaitu
kecenderungan untuk bertauhid.
Faktor eksternal yang dinilai berpengaruh dalam perkembangan
perkembangan sikap beragama anak dan sifat lingkungan dapat dilihat
dari:
a. Lingkungan Keluarga
Orang tua adalah Pembina pribadi yang utama dan pertama untuk
anak. Sikap ia terhadap agama sangat dipengaruhi oleh sikap orang
tuanya terhadap agama. Pendidikan yang diberikan dalam keluarga dalam
bentuk contoh dan pembiasaan berpengaruh terhadap pembentukan
terhadap sikap bergamanya. Dalam pelaksanaan pendidikan, meliputi
keteladanan orang tua yang mencerminkan keimanan dan ketaatan
beragama, dipenuhi kasih sayang dan perhatian, latihan dan pembiasaan
untuk melaksanakan ajaran agama sejak kecil maka akan menimbulkan
sikap positip terhadap agama.
Orang tua telah diberikan tanggung jawab yang besar dalam
menentukan sikap beragama pada anak-anaknya, sehingga keluarganya
terhindar dari berbagai macam malapetaka di dunia dan di akhirat,
sebagaimana firman Allah dalam surat at-Tahrim ayat : 6
28
“ Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. ”35
.
Dan lebih spesifik lagi, sesuai dengan hadist nabi Muhammad saw
yang di riwayatkan oleh Bukhari.
ةكان يحدث قال ص م ما من مولود إال يولد على فطرة عن أبى هرير
فأبواه يهودانه أوينصرانه أويمجسانه
“Dari Abu Hurairah, bahwa Rosulullah SAW bersabda : Setiap
anak dilahirkan dalam keadaan fitrah(suci) kedua orang tuanya yang
mendidik menjadi Yahudi, Nasrani tau Majusi.”36
Atas dasar itulah tangggung jawab peran keluarga sangat besar sekali
terhadap perkembangan sikap keberagamaanya, hal ini senada dengan
pendapat Agus Sujarto bahwa betapa pentingnya peranan keluarga
sebagai peletak dasar pola pembentukan kepribadian remaja.
35
Departemen Agama, Al Quran dan Terjemahanya…,h. 951
36 Ahmad bin Ali bin Hajar Al Asqolani, Fathul Bari: Syarah Shaheh Bukhari, (Bariut:
Darul Fikr,1990)Juz 3, h.583
29
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah sebagai institusi formal mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap bergama pengaruh tersebut terjadi antara
lain karena interaksi kurikulum dengan siswa, siswa dengan siswa, dan
siswa dengan sarana ibadah. Melihat kaitanya dengan perkembangan
sikap beragama, keempat interaksi jelas mempengaruhi kehidupan
mereka.
Guru adalah tenaga pendidik yang secara teknik mempunyai bekal
ilmu dan keterampilan untuk membantu anak didik memperoleh sikap
dan prilaku terpuji. Dalam hal ini guru memiliki peranan penting dalam
menumbuh kembangkan sikap beragama siswa. Ini tentu saja beralasan,
karena guru berinteraksi lebih banyak dibandingkan dengan yang lainya.
c. Lingkungan Masyarakat
Umumnya siswa SMP menghabiskan waktunya di luar rumah
(sekolah dan masyarakat). Berbeda dengan di sekolah, umumya
pergaulan di masyarakat kurang memperhatikan kedisiplinan atau aturan
yang harus dipatuhi. Namun demikian kehidupan di masyarakat diatasi
oleh norma-norma atau nilai-nilai yang didukung oleh warganya. Norma-
norma dalam masyarakat biasanya dipengaruhi oleh nilai-nilai agama
yang dianut.
B. Rohis
A. Pengertian Rohis
Rohis kepanjagan dari kata Rohani dan Islam dalam bahasa arab berarti
“Ruh”, sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia arti rohani adalah roh yang
bertalian dengan yang tidak berbadan jasmani. 37
37
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pusaka, 1989), Cet ke-1, hal 752
30
Sedangkan menurut Abdul Halim Mahmud, ruh adalah bagian manusia yang
paling mulia karena ia adalah tiupan dari Allah SWT. Ia harus dididik dengan
tujuan untuk mempermudah jalan dihadapannya untuk bermakrifat kepada Allah
SWT dan membiasakan serta melatihnya untuk benar-benar ibadah kepada
Allah.
Ruh adalah nama bagi nafsu yang dengannya mengalir kehidupan, gerakan,
upaya mencari kebaikan, dan upaya menghindarkan keburukan dari dalam diri
manusia.38
Sedangkan pengertian Islam dalam buku ensiklopedi Islam disebutkan
bahwasannya, Islam diartikan dengan tunduk, patuh kepada ajaran yang dibawa
oleh Nabi Muhammad SAW.39
Rohis SMP Negeri 10 Tagerang Selatan berdiri setealah beberapa bulan
SMPN 10 Tangerang selatan dengan anggota tidak lain adalah siswa-siswi SMP
Negeri 10 tangerang selatan, ang langsug dibina oleh guru agama.
Rohis merupakan sebuah lembaga organisasi siswa dibidang keagamaan,
yang mendidik siswa-siswi yang tujuannya mempercayai adanya Allah, serta
patuh dan tunduk kepada ajaran Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW, dan melatih mereka benar-benar ibadah kepada Allah SWT dan Rohis di
SMP Negeri 10 Tangerang Selatan menjadi wadah atau sarana bagi siswa-siswi
yang ingin memperoleh pembinaan pengamalan ajaran agama Islam secara lebih
mendalam dalam rangka mengurangi kenakalan para pelajar yang terjadi selama
ini serta meningkatkan pretasi belajar pendidikan agama Islam dan
mengembangkan bakat, kemampuan dan memperluas pengetahuan tentang
ajaran agama Islam, dan senantiasa menanamkan, membudayakan,
mengabarkan, serta mengaktualisasikan nilai-nilai Islam dan untuk
meningkatkan keimanan dan ketakwaan bagi para siswa-siswi.
38
Ali Abdul Halim, Pendidikan Rohani, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000), Cet ke-1,
hal 65.
39
Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam, hal 422
31
B. Dasar Pemikiran Rohis
a. Dasar sosiologis
Sebagaimana diketahui misi utama ajaran Islam adalah mewujudkan
rahmat bagi seluruh alam, dan untuk mewujudkan misi itu pendidikan Islam
berada pada barisan terdepan, karena pendidikanlah yang secara langsung
berhadapan dengan umat manusia. Diadakan rohis adalah untuk menutupi
kekurangan pengatahuan agama di kelas. Pelajaran agama yang diberikan di
kelas seharusnya tidak berhenti hanya sekedar menjadi pengetahuan dan
keahlian, tetapi juga prilaku serta memiliki nilai transformatif bagi kehidupan
sosial. Dengan demikian Rohis sebagai program eksrakulikuler yang bergerak
dalam bidang agama Islam adalah untuk memberi pengetahuan agama kepada
siswa agar bermanfaat dalam ruang lingkup sekolah maupun keluarga dan
masyarakat.
b. Dasar Edukatif
Rohis merupakan sebuah lembaga organisasi siswa di bidang keagamaan,
yang menyelenggarakan sejumlah program kegiatan yang berfungsi untuk
mengali potensi keagamaan yang dimiliki oleh siswa. Rohis menjadi salah satu
wadah untuk sarana bagi siswa yang beragama Islam untuk memperoleh
pembinaan keagamaan secara lebih mendalam, dalam rangka menumbuh
kembangkan bakat, kemampuan serta memperluas pengetahuan tentang ajaran-
ajaran agama Islam dan senantiasa menanamkan, membudayakan serta
mengaktualisasikan nilai-nilai Islam untuk meningkatkan keimanan dan
ketakwaan bagi para siswa.
c. Dasar Diselenggarakan Rohis
Dasar pemikiran diselenggarakannya Rohis adalah remaja merupakan
generasi penerus yang menjadi harapan orang tua, bangsa, dan Negara. Mereka
sangat dibutuhkan dalam melanjutkan pembangunan.
32
Dari lain pihak banyak siswa yang sangat menurun prestasi pelajaran
agamanya di sekolah, maka dari itu dengan diadakannya kegiatan kerohanian
Islam agar prestasi belajar mereka bias berkembang pesat bermanfaat bagi orang
tua, bangsa dan Negara.40
C. Fungsi dan Tujuan Rohis
Kegiatan Rohis berfungsi untuk mempererat tali silaturahmi sesama siswa
dan sebagai wadah untuk memperdalam ajaran-ajaran Islam, agar dapat menjadi
siswa yang berakhlak mulia dan berguna bagi orang tua, Bangsa dan Negara.
Mengingat masa remaja adalah masa transisi yang penuh gejolak, maka dari itu
diperlukan suatu wadah yang dapat membina mental serta spiritual dan
meningkatkan prestasi belajar Agama mereka.
Sedangkan tujuan kerohanian Islam adalah meningkatkan kesadaran dan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memperbaiki akhlak dan budi
pekerti yang luhur, memahami hakekat hukum Islam, dan memupuk rasa
persatuan dan kesatuan sesama muslim, serta menumbuhkan kader-kader
(pemimpin-pemimpin Islam) agar mampu terjun dalam pembangunan Bangsa
dan Negara dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.41
D. Jenis-jenis Kegiatan Kerohanian Islam
Ada beberapa kegiatan kerohanian Islam (Rohis) yang menjadi kegiatan
harian, mingguan, hari besar Islam, libur semester, dan bulan suci Ramadhan.
Kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan Harian :
1) Melaksanakan shalat jamaah setiap dzuhur.
2) Mendiskusikan masalah-masalah keagamaan.
40
Program Kerja Rohis SMPN 4 PONDOK RANJI CIPUTAT TANGERANG,
Tangerang : 2004-2005 41
Wahyosumidjo, Kepemimpinan kepala Sekolah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
1999), hal. 257
33
3) Meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan dalam segala bidang.
b. Kegiatan Mingguan :
1) Melaksanakan shalat jum’at berjamaah
2) Mengumpulkan Infaq sebagai sumber dana.
3) Membuat edaran mingguan berupa mading
4) Mengumumkan dana Rohis.
c. Kegiatan Hari-hari besar Islam :
1) Merayakan hari-hari besar Islam seperti : 1 Muharram, Maulid Nabi
Muhammad, Isra Mi’raj, Shalat Iedul Fitri dan Iedul Adha.
2) Membuat edaran peringatan hari besar Islam.
d. Kegiatan Libur Semester :
1) Mengadakan tafakur alam.
2) Mengadakan bakti sosial kemasyarakatan di bawah bimbingan guru-
guru dan Pembina OSIS.
3) Mengadakan lomba keterampilan agama.
e. Kegiatan Bulan Suci Ramadhan :
1) Mengadakan pesantren kilat.
2) Mengadakan tadarus Al-Qur’an di sekolah atau masjid.
3) Mengadakan buka puasa bersama.
4) Mengadakan zakat fitrah.
Karena pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan
belum cukup. Jadi, kegiatan kerohanian Islam (Rohis) sangat dibutuhkan dalam
34
rangka membina ketaqwaan siswa dan kepribadian siswa, serta meningkatkan
sikap keagamaan siswa.42
E. Kerangka Berfikir
Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan, karena pendidikan
merupakan kebutuhan hidup yang mutlak, baik dalam kehidupan seseorang,
keluarga, dan negaranya yang harus dipenuhi demi tercapainya kesejahteraan di
dunia dan di akhirat, tetutama pendidikan agama yang amat penting bagi setiap
manusia.
Pendidikan agama harus ditanamkan sejak usia dini agar dewasa kelak anak-
anak tidak buta dengan agama. Dengan agama anak-anak mempunyai nilai-nilai
ahklak dan sikap keberagamaan yang baik.
Tetapi pada kenyataanya, banyak dari anak-anak kita terutama siswa SMP
yang sudah merosot ahklak dan sikap keberagamaanya. Mungkin ini disebabkan
kuarngnya penghayatan dan pengalaman agama yang merka terima dalam
lingkungan. keluarga, dan sekolah.
Di kelas meraka sangat kuarang dalam memerima pelajaran pendidikan
agama Islam. Maka dari itu perlu adanya jam tambahan di luar sekolah yaitu
pendidikan non formal seperti eksrtakulikuler yang dapat menambah wawasan
siswa serta sebagai wadah untuk menyalurkan bakat.
Rohis adalah salah satu bentuk eksrtakulikuler yang islami.dengan kegiatan-
kegiatan yang diadakan rohis bisa menabah wawasn keislaman siswa dan
membentuk sikap kebaragamaan siswa. Namun kegiatan rohis tidak menjamin
untuk para siswa tersebut mempunyai sikap keberagamaan yang baik. Karena
masih banyak faktor – faktor yang bisa membentuk sikap keberagamaan siswa,
sperti dari faktor keluarga, dan lingkungan masayarakat.
Dengan demikian terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel (X)
Rohis, dan variabel (Y) sikap keberagamaan siswa.
42
Tim Kerja Permanent Pembinaan Mental Pelajar DKI Jakarta, Buku Pedoman
Pembinaan Rohis-Osis Untuk Siswa SLTP-SMU DKI Jakarta, (Jakarta : Aries Lima, 1994), Cet
ke-1, hal 18
35
2. Rumusan Hipotesis
Dari permasalahan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho: tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara peran Rohis dalam
meningkatkan sikap keberagamaan siswa
Ha: terdapat pengaruh yang signifikan antara Peran Rohis dalam
menigkatkan sikap keberagamaan siswa
35
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 10 Kota Tangrang Selatan yang
beralamat di Jl.Yaktapena Raya No. 6 Pondok Ranji, Ciputat. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2009.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah kuantitatif, dan bersifat deskriptif
kolerasional, yaitu suatu metode penelitian yang berusaha melakukan analisis dan
uji hipotesis tentang peran Rohis dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa
di SMP negeri 10 Kota Tangerng Selatan.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik surevei, yaitu penelitian
yang menggambil sampel dari suatu populasi yang menggunakan kuesioner
sebagai alat pengukur data yang pokok.1
Penelitian ini mengkaji dua vaeiabel yaitu Peran Rohis sebagai variabel X
dan Sikap keberagamaan siswa sebagai variabel Y
1 Masri Singaribun dan Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta : LPES,1995),
Cet. II, h.5
36
C. Populasi dan Sampel
Yang dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.2
Populasi adalah unit tempat diperolehnya informasi. Elemen tersebut bisa
berupa individu, keluarga, rumah tangga, kelompok sosial, sekolah, kelas,
organisasi, dan lain-lain. Dengan kata lain, populasi adalah kumpulan dari
sejumlah elemen.3 Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah siswa SMP
Negeri 10 Kota Tangerang Selatan, yaitu kelas VIII pada semester II tahun
pelajaran 2009/2010, yang berjumlah 360 siswa.
Sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang memiliki sifat yang
sama dengan populasi.4 Guna untuk menyederhanakan proses pengumpulan dan
pengolahan data, penulis menggunakan teknik sampling. Dalam penelitian ini
yang menjadi sampel adalah sebanyak 10 % dari populasi yang ada. Suharsimi
Arikunto mengemukakan pendapat bahwa “jika objek penelitian lebih dari 100
orang, maka sampel yang diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih.
Namun dalam penelitian ini penulis mengambil sampel sebanyak 36 orang dengan
sistem random atau acak. Dengan cara seperti ini, diharapkan setiap anggota dari
populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih sebagai sampel
penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah:
2 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek hal. 115
3 Nana Sudjana, Peneliti Dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: PT. Sinar Baru, 1989), Cet.
Ke-1, hal. 84
4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, hal. 117
37
1. Observasi
Observasi adalah melakukan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki.5 Dalam hal ini
penulis mengadakan pengamatan langsung di SMP Negeri 10 Pondok Ranji
Ciputat Tangerang Selatan . Observasi yang dilakukan untuk mengetahui
tentang keadaan SMP Negeri 10 Pondok Ranji Ciputat Tangerang Selatan,
baik fisik (sarana dan prasarana), struktur organisasi, proses pendidikan,
keadaan guru dan siswanya.
2. Angket
Angket adalah pengumpulan data dengan cara menyusun item-item
pertanyaan dalam suatu daftar pertanyaan agar responden mengisi
pertanyaan tersebut dan dengan menambahkan petunjuk-petunjuk
pengisian. Metode ini ditujukan kepada siswa-siswi yang dijadikan
responden untuk mendapatkan data dan informasi yang berhubungan
dengan peran seksi rohaniawan Islam (Rohis) di SMP Negeri 10 Pondok
Ranji Ciputat Tangerang Selatan yang berjumlah 36 siswa. Kuesioner yang
dibuat merupakan kuesioner tertutup, disertai dengan empat alternatif
jawaban yang sudah disediakan, dan terdiri dari 30 item pertanyaan dalam
dua variabel yaitu tentang peran rohis dalam meningkatkan sikap
keberagamaan siswa di SMP Negeri 10 Tangerang Selatan.
Tabel 1
Kisi-kisi angket peran Rohis dalam meningkatkan sikap keberagamaan
siswa
Variabel Dimensi Variabel Indikator Item Jum
lah
Kegiatan
Rohis di SMP
10 Tangerang
Selatan
Eksistensi
Rohis di SMP
10 Tangsel
o keberadaan
Rohis.
o Keaktifan siswa
mengikuti Rohis
1,2
4
2
1
5 Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: PT Prasetia Widya Pratama, 2002), cet ke-9, hal 59
38
Kegiatan
mingguan
Kegiatan
tahunan
o Pemahamn siswa
tentang materi
Rohis
o Sikap siswa
terhadap Rohis
o Pengkaderan
Rohis
o Pengajian Rutin
o Marawis
o Infaq
o Mengadakan
kegiatan
Ramadhan
o Memperingati
hari-hari besar
Islam
15,6,7,
3,5,14
8
12
11
10
13
9
3
3
1
1
1
1
1
1
Sikap
keberagamaan
siswa di SMP
10 Tangsel
Aqidah
o Percaya kepada
Allah
o Percaya kepada
malaikat
o Percaya kepada
kiab-kitab Allah
o Percaya kepada
Rasul Allah
o Percaya Kepada
hari akhir
16
17
18
19
20
1
1
1
1
1
39
Ibadah
Akhlak
o Percaya kepada
qadha dan qadar
o Mendirikan salat
o Menjalankan
puasa
o Membayar zakat
o Akhlak kepada
orang tua
o Akhlak kepada
Guru
o Akhlak kepada
sesama manusia
o Akhlak kepada
sesama mahkluk
Allah
21
22,24
23
25
28
29
26,27
30
1
2
1
1
1
1
2
1
3. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya jawab secara lisan antara dua orang
atau lebih secara langsung. Metode ini digunakan untuk melengkapi
data yang dianggap perlu, sehingga lebih menyakinkan data yang di
peroleh dari sumber-sumber lainnya. Dalam pelaksanaan wawancara
ini penulis mengadakan wawancara langsung dengan guru Pembina
Rohis di SMP Negeri 10 Pondok Ranji Kota Tangerang Selatan.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam pengolahan data penulis menggunakan teknik sebagai berikut:
1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan dan pengisian angket atau
kuesioner yang berhasil dikumpulkan.
40
2. Skoring, yaitu memberikan nilai pada setiap jawaban angket sebagai
berikut: dalam skala ini terdapat empat katagori jawaban yaitu, Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS) dan Tidak Setuju (TS). Item-
item diberi skor berdasarkan jawaban yang responden pilih. Setiap
jawaban mempunyai angka kode sendiri untuk menghitung data tentang
penelitian ini dengan menggunakan angket, penulis memberikan skor pada
setiap poin jawaban yakni: untuk jawaban Sangat Setuju (SS) mendapat
poin 4, Setuju (S) mendapat poin 3, Kurang Setuju (KS) mendapat poin 2
dan Tidak Setuju (TS) mendapat poin 1.
Table 2
Klasifikasi skor hasil angket
No Skor Kategori
1 61 – 80 Baik
2 41 – 60 Cukup
3 20 – 40 Kurang
3. Tabulating, yaitu mentabulasikan data jawaban yang berhasil dikumpulkan
ke dalam tabel yang telah disediakan.
F. Teknik Analisis Data
Setelah pengumpulan data dilakukan, tahap berikutnya data tersebut dianalisa
dengan analisa kuantitatif secara deskripsif analisis yang sebelumnya telah
ditentukan prosentasenya dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi:
Rumus: P = 100xN
F
Keterangan:
P = Presentasi
F = Frekuensi
N = Banyaknya Responden
41
Kemudian untuk mengetahui peran Rohis (variabel X) dalam meningkatkan
sikap keberagamaan siswa (variabel Y), penulis menggunakan rumus product
moment dari Carl Pearson sebagai teknik analisis. Cara operasional data dilakukan
melalui tahap sebagai berikut:6
a. Mencari angka korelasi dengan rumus:
rxy = Y)²(-²X)²(-²
))((
YNXN
YXXYN
Keterangan:
rxy = Angka indeks korelasi "r" product moment
ΣX = Jumlah skor dalam sebaran X (Peran Rohis)
ΣY = Jumlah skor dalam sebaran Y (sikap kebergamaan siswa)
ΣXY = Jumlah hasil kali skor X dengan skor Y
ΣX² = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
ΣY² = Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
N = Banyaknya subyek (Number of Cases)
b. Memberikan interpretasi terhadap rxy yaitu:
1) Memberikan interpretasi sederhana dengan cara mencocokkan
hasil perhitungan dengan indeks korelasi "r" product moment seperti
di bawah ini:
Tabel 3
Indeks Korelasi Product Moment
Besarnya "r" Product
Moment (r xy) Interpretasi
0,00 - 0,20
Antara variabel X dan variabel Y memang
terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat
lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu
diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara
variabel X dan variabel Y).
6 Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Pt Rajawali Press, 2001), h. 180.
42
0,20 - 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang lemah atau rendah.
0, 40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sedang atau cukup.
0, 70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang kuat atau tinggi.
0,90 – 1, 00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat
korelasi yang sangat tinggi
2) Interpretasi terhadap indeks korelasi product moment dengan jalan
berkonsultasi pada tabel nilai "r" product moment. Apabila cara ini
akan ditempuh maka prosedur yang akan dilalui adalah sebagai
berikut:
a) Merumuskan Hipotesis Alternatif (Ha) dan Hipotesis Nol (Ho).
b) Menguji kebenaran dari hipotesa yang telah dirumuskan
dengan jalan membandingkan besarnya "r" product moment
dengan "r" yang tercantum dalam tabel (r) pada taraf signifikansi
5% namun terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau
Degrees or Freedomnya (df)
Rumusnya: df = N-nr
Keterangan:
Df : Degree of Freedom (derajat bebas).
N : Jumlah subyek penelitian (sampel).
Nr : Jumlah variabel.
Karena jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 36, maka dfnya adalah
(36 - 2 = 34), jika r hitung > dari r tabel maka korelasi dianggap signifikan atau
Ho ditolak dan Ha diterima, namun jika hasil r hitung < dari r tabel maka korelasi
tidak signifikan atau Ho diterima Ha ditolak.
Kemudian untuk mengetahui berapa besar kontribusi variabel X menunjang
keberhasilan variabel Y, maka dihitung terlebih dahulu suatu koefisien yang
43
disebut coefficient of determination (koefisien penentuan) dengan rumus sebagai
berikut:
KD = ²r x 100%
44
BAB IV
HASIL PNELITIAN
A. Gambaran Umun SMP 10 Tangerang Selatan
1. Sejarah singkat
Ciputat yang terletak di Kabupaten Tangerang merupkan daerah penopang
ibukota Jakarta dalam hal menyangkut kepadatan penduduk Ciputat
merupkan daerah tempat tinggal bagi pekerja di Jakarta. Hal ini terjadi karena
Ciputat dari segi ekonomi, living cost lebih murah untuk kalangan menengah
ke bawah.
Akibatnya adalah meledaknya jumlah penduduk baik karena kelahiran asli
maupun karena urbanisasi yang merupakan konsekuensi dari sistem ekonomi
terpusat.
Dari sisi lain terbatasnya sarana dan prasarana sosial dan pendidikan
sehingga banyak yang harus dibangun untuk kebutuhan pendidikan.
Cikal bakal SMPN 4 Ciputat yang berdiri pada tahun 1993 pada mulanya
adalah SMPN 3 Ciputat yang merupakan filial (sekolah kelas jauh) dari
SMPN 1 Ciputat (Sekarang SMPN 2 Ciputat) yang pada waktu itu belum
memiliki gedung sendiri masih menggunakan gedung SDN Pondok Ranji IV
selama 2 tahun.
Atas usulan warga khususnya Komplek Pertamina Pondok Ranji Ciputat
dan sekitarnya dalam bentuk penghibaan sebagian tanah yang dimiliki
Pertamina kepada pemerintah dalam hal ini DEKDIBHUD untuk pendirian
45
gedung seoklah baru. Dimana yang dihibahkan untuk SMPN 4 Ciputat seluas
6000 m2.
Pada tanggal 5 Oktober 1994 SMPN 3 Ciputat diresmikan berdasarkan SK
Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan provinsi
Jawa Barat dengan Nomor Statistik Sekolah (20.102.04.16.197) kemudian
berubah dengan Nomor Statistik Sekolah yang baru yaitu 20.128.03.10.020
sekaligus berubah menjadi SMPN 4 Ciputat.1
Berdasarkan peraturan walikota Tangerang Kota Selatan Nomor 10 tahun
2009 tentang perubahan nama sekolah pada jenjang pendidikan Sekolah
Dasar Negeri (SDN), Sekolah Menengah Pertama (SMPN), Sekolah Menegah
Atas Negeri (SMAN), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMKN), di
lingkungan pemerintah kota Tangerang Selatan, maka SMPN 4 Ciputat
dirubah menjadi SPMN 10 Tangerang Selatan.
2. Visi, Indikator, dan misi
Visi, Indikator, dan misi SMP Negeri 10 Tamgerang selatan:2
1. Visi
Visi SMPN 10 Tangerang Selatan adalah berprestasi dan berkhlak
mulia
2. Indikator
1. Berperstasi dalam bidang akademik
2. Berprestasi dalam bidang non akademik
3. Berdidiplin dan bertanggung jawab
3. Adapun misi SMPN 10 Tangerang Selatan adalah sebagai berikut ;
1. Melaksankan proses pembeljaran secara efektif dan efesien.
2. Menyediakan sarana dan prasarana yang memadai
3. Menigkatkan profesionalisme guru.
4. Menigkatan kualitas input penerimaan siswa baru.
1 Nindin Komarudin (ed), Selayang Pandang SMP Negeri 4 Ciputat, Ciputat: 2005
2 Nindin Komarudin (ed), Selayang Pandang SMP Negeri 4 Ciputat, Ciputat: 2005
46
5. Menigkatkan pembinaan seni budaya dan olahraga.
6. Menigkatkan pemahaman dan pengalaman nilai-nilai keagamaan
yang dianaut.
7. Menigkatkan pelaksanaan tata tertib.
8. Menigkatkan peran serta orangtua dan masyarakat dalam proses
pendidikan.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang sudah terkumpul maka dapat disajikan deksripsi
skor subjek tiap variabel yaitu variabel Rohis (X) dan sikap keberagamaan
siswa (Y). selanjutnya deksripsi data dilihat dari uraian sebagai berikut :
1. Deskripsi data Rohis
Data yang diperoleh dari penelitian tentang Rohis adalah sebagai
berikut :
Tabel 4
Hasil skor angket Peran Rohis
no Responden Skor Angket Rohis
1 A 59
2 B 55
3 C 51
4 D 54
5 E 54
6 F 53
7 G 57
8 H 54
9 I 54
10 J 54
11 K 59
12 L 55
47
13 M 59
14 N 56
15 O 57
16 P 56
17 Q 58
18 R 60
19 S 58
20 T 57
21 U 53
22 V 56
23 W 52
24 X 57
25 Y 57
26 Z 60
27 AA 58
28 AB 59
29 AC 59
30 AD 60
31 AE 59
32 AF 55
33 AG 52
34 AH 54
35 AI 56
36 AJ 59
JUMLAH 2026
2. Analisis Rohis di sekolah
Dari data yang diperoleh tentang Rohis, maka selanjutnya dilakukan
analisis. Untuk memudahkan dalam menganalisis dan menginterprestasikan,
48
tiap-tiap item di kemukakan dalam bentuk tabel dan setiap tabel berisi satu
pertanyaan.
Tabel 5
Keberadaan Rohis di Sekolah
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
1
Sangat setuju 27 75%%
Setuju 9 25%
Kurang setuju 0 0%
Tidak setuju 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas diketahui bahwa keberadaan Rohis di sekolah sangatlah
penting. Ini terbukti dengan banyaknya responden yang menjawab sangat
setuju dengan jawaban 75%, yang menjawab setuju 25% , dan yang menjawab
kurang setutu dan tidak setuju 0%
Tabel 6
Rohis aktif Mengadakan Kegiatan keagamaan
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
2.
Sangat setuju 26 72,2%
Setuju 10 27,8%
49
Kurang setuju 0 0%
Tidak setuju 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas diketahui bahwa Rohis aktif dalam menggadakan kegiatan
keagamaan. Hal ini terbukti dengan jawaban reponden 72,2% menjwab sangat
setuju, yang menjawab setuju 27,8%, yang menjawab kurang setuju 0%, dan
yang menjawab tidak setuju 0%.
Tabel 7
Siswa Senang mengikuti Rohis
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
3.
Sangat senang 29 80,6%
Senang 7 19,4%
Kurang senang 0 0%
Tidak senang 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang menjawab sangat senang
mengikuti rohis 80%, yang menjawab senang 19,4%, yang menjawab kurang
senag 0%, dan yang menjawab tidak senang 0%.
50
Tabel 8
Hadir ketika kegiatan Rohis
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
4.
Sangat sering 32 88,9%
Sering 4 11,1%
Kadang-kadang 0 0%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa hadir dalam kegiatan Rohis. Hal
ini terbukti dengan jawaban responden dengan yang menjawab hadir ketika
kegiatan rohis dengan jawaban sangat sering 11,1%, yang menjawab sering 0%,
yang menjawab kadang-kadang 0%, dan yang menjawan tidak pernah 5,5 %.
Tabel 9
Pengetahuan agama bertambah setelah mengikuti Rohis
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
5.
Sangat bertambah 25 69,5%
Bertambah 11 30,5%
Kurang bertambah 0 0%
Tidak bertambah 0 0%
Jumlah 36 100%
51
Tabel di atas menujukan pengetahuan agama bertambah stelah mengikuti
Rohis. Hal ini terbukti yang menjawab sangat bertambah 69,5%, bertambah
30,5%, kurang bertambah 0%, dan tidak bertambah 0%.
Tabel 10
Materi Rohis berkaitan dengan pelajaran di kelas
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
6.
Sangat setuju 28 77,8%
Setuju 7 19,4%
Kurang setuju 1 2,8%
Tidak setuju 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa materi Rohis berkaitan dengan pelajaran
yang ada di kelas. Hal ini tebukti dengan jawaban responden yang menjawab
sangat setuju 77,8%, setuju 19.4%, kurang setuju 2.8%, dan tidak setuju 0%.
Tabel 11
Rohis mengembangkan ilmu dan pengetahuan yang lain
No Alternatif jawaban frekuensi Persentase
7.
Sangat setuju 21 58,3%
Setuju 14 38,9%
Kurang setuju 1 2,8%
52
Tidak setuju 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa rohis juga mengembangkan ilmu dan
keterampilan yang lain. Hal ini terbukti dengan 58,3% responden menjawab
sangat setuju, 38,9% setuju, kurang setuju 2,8%, dan tidak setuju 0%.
Tabel 12
Pengkaderan Rohis
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
8.
Sangat setuju 21 58,3%
Setuju 14 38,9%
Kurang setuju 1 2,8%
Tidak setuju 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang sangat setuju dengan
pengkaderan rohis. Hal ini terbukti dengan responden yang menjawab sangat
setuju 58,3%, yang menjawab setuju 38,9%,yang menjawab kurang setuju 2,8%,
dan tidak setuju 0%
53
Tabel 13
Rohis mengadakan kegiatan keislamaan pada PHBI
No Alternatif jawaban frekuensi Persentase
9.
Selalu 35 97,2%
Sering 1 2,8%
Kadang-kadang 0 0%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa rohis mengadakan kegiatan keislamaan.
Hal ini terbukti dengan jawaban reponden yang menjawab selalu 97,2%, sering
2,8%, kadang-kadang 0%, dan tidak pernah 0%
Tabel 14
Mengumpulkan infaq setiap minggu
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
10.
Selalu 23 63,9%
Sering 13 36,1%
Kadang-kadang 0 0%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36 100%
54
Tabel di atas menunjukkan bahwa rohis mengumpulkan infaq setiap
minggu. Hal ini terbukti dengan jawaban responden selalu 63,9%, sering 36,1%,
kadang-kadang 0%, dan tidak pernah 0%.
Tabel 15
Senang dengan kegiatan marawis
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
11
Sangat senang 19 52,8%
Senang 17 47,2%
Kurang senang 0 0%
Tidak senang 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang menjawab sangat senang
dengan kegiatan marawis 52,8%, senang dengan kegiatan marawis 47,2%,
kurang senang dengan kegiatan marawis 0%, dan tidak senang dengan kegiatan
marawis 0%.
Tabel 16
Mengadakan pengajian rutin mingguan
No Alternatif jawaban frekuensi Persentase
12.
Selalu 26 72,2%
Sering 9 25%
Kadang-kadang 1 2.8%
55
Tidak pernah 0 %
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa rohis mengadakan pengajian rutin setiap
minngu. Hal ini terbukti dengan jawaban reponden yang menjawab selalu
72,2%, yang menjawab sering 25%, yang menjawab kagang-kadang 2,8%, dan
yang menjawab tidak pernah 16,7%.
Tabel 17
Pesantren kilat dapat menigkatkan keimanan dan ketaqwaan
No Alternatif jawaban frekuensi Persentase
13.
Sangat setuju 29 80,6%
Setuju 7 19,4%
Kurang setuju 0 0%
Tidak setuju 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa pesantren kilat dapat meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan. Hal ini terbukti dengan jawaban reponden yang
menjawab sangat setuju 80,6%, yang menjawab setuju 19,4%, yang menjawab
kurang setuju 0%, dan yang menjawab tidak setuju 0 %.
56
Tabel 18
Mengikuti kegiatan Rohis karena kemauan sendiri
No Alternatif jawaban frekuensi Persentase
14.
Sangat setuju 21 58,3%
Setuju 15 41,7%
Kurang setuju 0 0%
Tidak setuju 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang menjawab mengikuti rohis
karena kemauan sendiri dengan jawaban sangat setuju 58,3%, yang menjawab
setuju 41,7%, kurang setuju 0%, dan yang menjawab tidak setuju 0%.
Tabel 19
Dengan mengikuti Rohis nilai pendidikan agama bertambah baik
No Alternatif jawaban frekuensi Persentase
15.
Sangat setuju 23 58,3%
Setuju 13 26,1%
Kurang setuju 0 0%
Tidak setuju 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dengan mengikuti rohis nilai pendidikan
agama bertambah. Hal initerbukti dengan jawaban responden yang menjawab
sangat setuju 58,3%, setuju 261%, kurang setuju 0%, dan tidak setuju 0%.
57
3. Deskripsi Data Sikap keberagaman siswa
Data yang diperoleh dari penelitian tentang sikap keberagamaan siswa
adalah sebagai berikut :
Tabel 20
Hasil skor angket sikap keeragamaan siswa
NO RESPONDEN JUMLAH
1 A 57
2 B 53
3 C 47
4 D 56
5 E 43
6 F 43
7 G 58
8 H 51
9 I 58
10 J 54
11 K 59
12 L 52
13 M 59
14 N 51
15 O 56
16 P 57
17 Q 57
18 R 56
19 S 51
20 T 59
21 U 55
22 V 57
23 W 55
58
24 X 55
25 Y 54
26 Z 57
27 AA 58
28 AB 54
29 AC 51
30 AD 57
31 AE 54
32 AF 52
33 AG 56
34 AH 57
35 AI 51
36 AJ 53
Jumlah 1953
Tabel 21
Mengingat Allah SWT di manapun dan kapanpun
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
17.
Selalu 30 83,3%
Sering 6 16,7%
Kadang-kadang 0 0%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan siswa yang menjawab selalu mengingat Allah
SWT 83,3% reponden, siswa yang menjawab sering mengingat Allah 16,7 %
responden, siswa yang menjawab kadang-kadang mengingat Allah 0%
reponden, siswa yang menjawab tidak pernah mengingat Allah 0% reponden..
59
Tabel 22
Takut berbuat salah karena semua perbuatan dicatat oleh malaikat
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
18.
Sangat setuju 30 83,3%%
Setuju 6 26,1%
Kurang setuju 0 0%
Tidak setuju 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan siswa takut berbuat salah karena semua
perbuatan dicatat oleh malaikat. Hal ini terbukti dengan jawaban reponden yang
menjawab sangat setuju 83,3%, setuju 26,1%, kuarang setuju 0%, dan tidak
setuju 0% .
Tabel 23
Berusaha untuk menjalankan petunjuk yang terkandung dalam al-Quran
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
19.
Selalu 19 52,8%%
Sering 12 33,3%%
Kadang-kadang 5 13,9%%
Tidak setuju 0% 0%
Jumlah 36 100%
60
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa berusaha untuk menjalankan
petunjuk yang terkandung dalam Al-Quran. Hal ini terbukti dengan jawaban
reponden sangat setuju 52,8%, setuju 33,3%, kuarang setuju 13,9%, dan tidak
setuju.
Tabel 24
Mengikuti ajaran yang dibawa oleh Rasul
No Alternatif jawaban frekuensi Persentase
20.
Selalu 19 58,3%
Sering 12 26,1%
Kadang-kadang 5 13,9%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan siswa yang menjawab selalu mengikuti ajaran
Rosul 58,3% reponden, siswa yang sering mengikuti ajaran Rasul 26,1%
reponden, siswa yang kadang-kadang mengikuti ajaran Rasul 13,9%, dan siswa
yang tidak pernah mengikuti ajaran Rasul sebanyak 0%.
Tabel 25
Percaya dengan adanya hari akhir
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
21.
Sangat percaya 26 72,2%
Percaya 10 27,8%
61
Kurang percaya 0 0%
Tidak percaya 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa percaya kepada hari akhir. Hal ini
terbukti dengan jawaban reponden sangat percaya 72,2%, percaya 27,8%,
kurang percaya 0%, dan tidak percaya 0%.
Tabel 26
Percaya akan takdir Allah membuat yakin akan kekuasaan Allah
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
22.
Sangat setuju 29 80,6%
Setuju 7 19,4%
Kurang setuju 0 0%
Tidak setuju 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa percaya kepada takdir Allah. Hal
ini terbukti dengan jawaban responden sangat setuju 80,6%, setuju 19,4%,
kurang setutu 0%, dan tidak setuju 0%.
62
Tabel 27
Melaksanakan shalat wajib walaupun sibuk
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
23.
Selalu 20 55,6%
Sering 16 44,4%
Kadang- kadang 0 0%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang menjawab selalu
melaksanakan shalat wajib walaupun sibuk sebanyak 55,6% reponden, sering
melaksanakan shalat wajib walaupun sibuk sebanyak 44,4% reponden, kadang-
kadang melaksanakan shalat wajib walaupun sibuk sebanyak 0% reponden,
tidak pernah melaksnakan salat wajib walaupun sibuk sebanyak 0% reponden..
Tabel 28
Berpuasa dengan rasa senang
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
24.
Sangat senang 25 69,4%
Senang 11 30,6%
Kurang senang 0 0%
Tidak senang 0 0%
Jumlah 36 100%
63
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang menjawab sangat senang
menjalankan ibadah puasa sebanyak 69,4% reponden, siswa yang menjawab
senang menjalankan ibadah puasa sebanyak 30,6% reponden, siswa yang
menjawab kurang senang menjalankan ibadah puasa sebanyak 0% responden,
siswa yang menjawab tidak senang menjalankan ibadah puasa sebanyak 0%
responden.
Tabel 29
Merasa tenang setelah melaksanakan salat
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
25.
Sangat tenang 31 86,1%%
Tenang 5 13,9%
Kurang tenang 0 0%
Tidak tenang 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan siswa yang menjawab sangat tenang setelah
melaksanakan shalat sebanyak 86,1% responden, siswa yang menjawab tenang
setelah melaksankan shalat sebanyak 13,9% responden, siswa yang menjawab
kurang tenang setelah melaksanakan shalat sebanyak 0% responden, siswa yang
menjawab tidak tenag setelah melaksanakan shalat sebanyak 0% responden.
64
Tabel 30
Menunaikan zakat fitrah sebagai kewajiban
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
26.
Sangat setuju 22 61,1%%
Setuju 14 36,9%%
Kurang setuju 0 0%
Tidak setuju 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan menunaikan zakat fitrah sebagai kewajiban. Hal
ini terbukti dengan jawaban reponden yang menjawab sangat setuju 61,1%,
setuju 36,9%, kurang setuju sebanyak 0%, dan tidak setuju sebanyak 0%.
Tabel 31
Bersikap baik dengan siapapun
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
27.
Selalu 17 47,2%
Sering 15 41,7%%
Kadang-kadang 4 11,1%%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36 100%
65
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang menjawab selalu bersikap
baik kepada siapapun sebanyak 47,2% reponden, yang menjawab sering
bersikap baik kepada siapapun sebanyak 41,7,1% reponden, dan siswa yang
menjawab kadang bersikap baik kepada siapapun sebanyak 11,1% responden,
dan siswa yang menjawab tidak pernah bersikap baik kepada siapapun sebanyak
0% responden.
Tabel 32
Bersikap baik dengan teman yang berbeda agama
No Alternatif jawaban frekuensi Persentase
28.
Selalu 22 61,1%
Sering 14 38,9%
Kadang-kadang 0 0%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan siswa yang menjawab selalu bersikap baik
dengan teman yang berbeda agama sebanyak 61,1% reponden, yang menjawab
sering bersikap baik kepada teman yang berbeda agama sebanyak 38,9%
reponden, yang menjawab kadang-kadang bersikap baik kepada teman yang
berbeda agama sebanyak 0% reponden, dan yang menjawab tidak pernah
bersikap baik kepada yang berbeda agama sebanyak 0% responden.
66
Tabel 33
Mematuhi perintah dan orang tua
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
29.
Selalu 26 72,2%
Sering 10 27,8%
Kadang-kadang 0 0%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan siswa yang menjawab selalu mematuhi perintah
guru dan orang tua sebanyak 72,2% responden, yang menjawab sering
mematuhi perintah guru dan orangtua sebanyak 27,8% responden, siswa yang
menjawab kadang-kadang mematuhi perintah guru dan orang tua sebanyak 0%
reponden, dan siswa yang menjawab tidak pernah mematuhi perintah guru dan
orang tua sebanyak 0% reponden.
Tabel 34
Mematuhi perintah guru
No Alternatif jawaban frekuensi Persentase
16.
Selalu 22 61,1%
Sering 14 38,9%
Kadang-kadang 0 0%
Tidak pernah 0 0%
Jumlah 36 100%
67
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa siswa berusaha mematuhi perintah
guru. Hal ini terbukti dengan jawaban responden sangat setuju 61,6%, setuju
38,9%, kuarang setuju 0%, dan tidak setuju 0%.
Tabel 35
Menghargai makhluk ciptaan Allah
No Alternatif jawaban Frekuensi Persentase
30
Selalu 24 66,7%
Sering 11 30,5%
Kadang-kadang 1 2,8%
Tidak pernah 0 %
Jumlah 36 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang menjawab selalu
menghargai makhluk ciptaan Allah sebanyak 66,7% responden, siswa yang
menjawab sering menghargai makhluk ciptaan Allah sebanyak 30,5%
responden, siswa yang menjawab kadang-kadang menghargai makhluk ciptaan
Allah sebanyak 2,8% reponden, siswa yang menjawab tidak pernah
menghargai mahkluk ciptaan Allah sebanyak 0% reponden.
Untuk mengetahui hasil kolerasi antara peran Rohis dalam meingkatkan
sikap keberagamaan siswa, maka penulis menggunakan rumus product moment
sebagai teknik analisisnya. Cara oprasional dat dilakukan sebagai berikut :
68
1. Mencari angka kolerasi dengan rumus
rxy = Y)²(-²X)²(-²
))((
YNXN
YXXYN
Tabel 36
Hasil skor angket peran Rohis dalam meningkatkan sikap keberagamaan
siswa
NO RESPONDEN SKOR ANGKET
PERAN ROHIS (x) Skor angket sikap keberagamaan siswa(Y)
1 A 56 57
2 B 54 53
3 C 51 47
4 D 54 56
5 E 53 43
6 F 53 43
7 G 57 58
8 H 52 51
9 I 54 58
10 J 54 54
11 K 58 59
12 L 54 52
13 M 59 59
14 N 55 51
15 O 57 56
16 P 56 57
17 Q 58 57
69
18 R 60 56
19 S 57 51
20 T 57 59
21 U 52 55
22 V 55 57
23 W 52 55
24 X 57 55
25 Y 57 54
26 Z 59 57
27 AA 58 58
28 AB 59 54
29 AC 58 51
30 AD 60 57
31 AE 57 54
32 AF 54 52
33 AG 52 56
34 AH 53 57
35 AI 55 51
36 AJ 56 53
2003 1953
Setelah diketahui hasil skor angket dari dua variabel X dan Y maka data
tersebut dianalisa dengan product moment, dan peghitungannya sebagai
berikut :
70
Tabel 37
Data Perhitungan Kolerasi antara Peran Rohis dalam Meningkatkan
Sikap Keberagamaan siswa
No Responden
Skor angket
peran rohis
(x)
Skor angket
sikap
keberagamaan
sisiwa(y)
Xy X² Y²
1 A 56 57 3192 3136 3249
2 B 54 53 2862 2916 2809
3 C 51 47 2397 2601 2209
4 D 54 56 3024 2916 3136
5 E 53 43 2279 2809 1849
6 F 53 43 2279 2809 1849
7 G 57 58 3306 3249 3364
8 H 52 51 2652 2704 2601
9 I 54 58 3132 2916 3364
10 J 54 54 2916 2916 2916
11 K 58 59 3422 3364 3481
12 L 54 52 2808 2916 2704
13 M 59 59 3481 3481 3481
14 N 55 51 2805 3025 2601
15 O 57 56 3192 3249 3136
16 P 56 57 3192 3136 3249
17 Q 58 57 3306 3364 3249
18 R 60 56 3360 3600 3136
19 S 57 51 2907 3249 2601
20 T 57 59 3363 3249 3481
21 U 52 55 2860 2704 3025
22 V 55 57 3135 3025 3249
71
23 W 52 55 2860 2704 3025
24 X 57 55 3135 3249 3025
25 Y 57 54 3078 3249 2916
26 Z 59 57 3363 3481 3249
27 AA 58 58 3364 3364 3364
28 AB 59 54 3186 3481 2916
29 AC 58 51 2958 3364 2601
30 AD 60 57 3420 3600 3249
31 AE 57 54 3078 3249 2916
32 AF 54 52 2808 2916 2704
33 AG 52 56 2912 2704 3136
34 AH 53 57 3021 2809 3249
35 AI 55 51 2805 3025 2601
36 AJ 56 53 2968 3136 2809
N=36 Σx=2003 Σy=1953 ΣXY=108826 ΣX²=111665 ΣY²=106499
Dengan demikian dapat diketahui :
N = 36 ΣXY = 108826
ΣX = 2003 ΣX² = 111665
ΣY = 1953 ΣY² = 106499
Maka penghitungannya menggunakan rumus sebagai berikut :
rxy = Y)²(-²X)²(-²
))((
YNXN
YXXYN
=
22 195310649936200311166536
1953200310882636
72
= 3814209383396440120094019940
39118593917736
= 197557931
5877
=156676905
5877
=06,12517
5877
= 0,4695
C. Interpretasi Hasil Penelitian
1. Memberikan intepresi terhadap rxy
Untuk mengetahui hubungan kedua variabel x dan variabel y, maka
dilakukan dengan mencocokan hasil perhitungan dengan indeks “r”
product moment maka di dapatkan hasil yaitu r.hitung = 4695 dan
berada pada indeks antara 0,40-0,70 berdasarkan hasil tersebut dapat
diketahui bahwa hasil yang diperoleh untuk hubungan Rohis terhadap
sikap keberagamaan siswa menunjukan hubungan yang sedang/cukup.
2. Memberikan interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “r”
Kemudian untuk menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis
yang diajukan dengan jalan membandingkan besarnya “r” yang telah
diperoleh melalui perhitungan dengan “r” yang tercantum dalam tabel
(rt) dengan terlebih dahulu mencari derajat besarnya (db) atau degrees
of frodomnya (df) yang rumusnya sebagai berkut :
73
DF = N-nr
= 36-2
= 34
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui df sebesar 34 dan taraf
signifikan 5% diperoleh “r”tabel = 0,325 sedangkan pada taraf
signfikan 1% diperoleh “r” = 0,481, oleh karena itu karena rxy pada
taraf signifikan 5%, lebih besar dari “r”tabel (0,4695>0,325), maka
pada taraf 5% Hipotesa alternatif (Ha) diterima sedangkan Hipotesis
nol (Ho) ditolak. Berarati pada taraf signifikan itu memang terdapat
kolerasi positif (searah) yang signifikan antara variabel (X) dan
variabel (Y) selanjutnya karena pada signifikan 1% “r” hitung juga
lebih besar dari “r”tabel (0,4695 > 0,418), maka taraf signifikan 1%
Hipotesis alternatif (Ha) diterima dan Hipotesis nol (Ho) ditolak,
sehingga taraf ini juga terlihat bahwa memang terdapat kolerasi yang
positif yang (searah) yang signifikan antara variabel (X) dan variabel
(Y), maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah tinggi rendahnya
sikap keberagamaan siswa dipengaruhi oleh rohis di sekolah.
3. Menghitung koefesien determinan
Untuk mengetahui kontribusi Variabel X terhadap variabel Y maka
digunakan rumus
KD = r² x 100%
= 0,4695² x 100%
= 22%
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap keberagamaan siswa
dipengaruhi oleh Rohis sebesar 22% dan ada 78% faktor lain yang dapat
74
mempengaruhi sikap keberagamaan siswa yang bersekolah di SMP 10
Tangerang Selatan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keberagamaan siswa adalah
dari faktor internal seperti, kebutuhan manusia akan agama, adanya cita-cita
untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat dll, dan dari faktor eksternal
seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah.
75
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
dikemukakan temuan sebagai berikut :
1. Peran Rohis dalam meningkatkan sikap keberagamaan siswa baik.
Dalam hal ini kegiatan Rohis di SMP Negeri 10 Kota Tangerang
Selatan berupa pembinaan keimanan, pembinaan ibadah, dan
pembiaan akhlak.
2. Dengan mengikuti kegiatan yang diadakan Rohis bahwa sikap
keberagamaan siswa di SMP Negeri 10 Tangerang Selatan cukup
baik.
3. Terdapat hubungan positif anatara variabel (peran Rohis) x
(dalam meningktakan sikap keberagamaan siswa) y dengan nilai
koefisien kolerasi 0,4695 kedua variabel dikategorikan sebagai
hubungan positif yang signifikan dan masuk dalam katagori cukup/
sedang. Artinya ada hubungan tersebut dinyatakan adanya
kontribusi antara varibel (x) peran Rohis dan variabel (y) dalam
meningkatkan sikap keberagamaan siswa melalui koefisien
76
determinan. Dari perhitungan koefisien determinasi sebagaimana
telah diketahui nilai koefisien determinasinya adalah 21%.
B. IMPILKASI
1. Untuk meningkatakan sikap keberagamaan siswa diperlukannya
perhatian yang sangat tinggi dari pihak sekolah, salah satunya yaitu
dengan menambahkan jam pelajaran pendidikan agama Islam, baik
di dalam kelas maupun di luar kelas. Salah satuya adalah
mendukung kegiatan yang diadakan oleh Rohis.
2. Meskipun penelitian ini telah berhasil menguji adanya hubungan
positif antara peran Rohis dalam menigkatkan sikap keberagamaan
siswa, bukan berarti hanya Rohis saja yang dapat meningkatkan
sikap keberagamaan siswa. Masih ada 82% faktor lainya yang bisa
menigkatkan sikap keberagamaan siswa. Baik dari faktor eksternal
maupu dari faktir internal.
C. SARAN
1. Sekolah hendaknya lebih mengintensifkan pendidikan agama dan
kegiatan-kegiatan Rohis sehingga siswa lebih memahami tentang
agama. Dan sekolah hendaknya lebih meningkatkan lagi kegiatan-
kegiatan ekstrakulikuler, agar siswa dapat mengisi waktu kosong
dengan kegiatan yang bermanfaat.
2. Bagi Rohis untuk mewujudkan kegiatan yang baik, maka perlu
adanya perubahan cara melakukan kegiatan tidak hanya mengikuti
contoh kegiatan yang lama dan perlunya cara yang baru dan lebih
baik.
3. Guru hendaknya mendukung dan memberikan motivasi kepada
Rohis agar memiliki kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan
lebih banyak, sehingga siswa bisa mengisi waktu yang kosong
dengan kegiatan yang bermanfaat
77
4. Kepala sekolah hendaknya, mendukung kegiatan yang diadakan
oleh Rohis serta memantau kegiatan yang diadakan Rohis.
5. Bagi sekolah, hendaknya memfasilitasi dan lebih mengintensifkan
pendidikan agama dan kegiatan-kegiatan Rohis sehingga siswa
lebih memahami tentang agama dan mengamalkanya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad bin Ali bin Hajar Al Asqolani, Fathul Bari: Syarah Shaheh Bukhari,Bariut: Darul
Fikr,1990, Juz 3
Al Qardhawi, Yusuf, Pengantar Kajian Islam, penerjemah setiawan Budi Utomo, Jakarta:
Pustaka Al Kausar,1997
Alkaf, Idrus, Kamus Al Manar, Surabaya: Karya Utama
Ansari, Endang Safudin, Wawancra Islam: Pokok-pokok Pikiran Tentang Islam dan
Ummatnya, Jakarta: Rajawali :Press,1991,
Azhari, Akyas, Psikologi Umum Dan Perkembangan, Jakarta:Penerbit Teraju,2004,Cet. 1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai
Pusaka, 1989, Cetr ke-1
Daradjat, Zakiyah Ilmu Jiwa Agama, Jakarta : Bulan Bintang,1996 ,Cet. 15
Darajat, Zakiyah, Kesehatan mental, Jakarta: PT Gunung Agung,2001
Drs. Abubakar Muhammad, Pembinaan manusia Dalam Isam, Surabaya : Al Ihklas
1994,Cet 1
Drs. Hasbullah,Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,1996
Drs. Inu Kencana Syafiie.Filsafat Kehidupan, Jakarta : Bumi Aksara, 1995 ,cet 1
Drs. Mujdhaid Abdul Manaf, Ilmu Perbandingan Agama, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,1994
Halim, Ali Abdul, Pendidikan Rohani, Jakarta : Gema Insani Press, 2000, Cet ke-1
Imam Ghazali, Ihya Ulumudin, Kairo : Maktabah Mathbah al Masyad al Husainy,1958, juz
III
Iska, Zikri Neni, Psikologi pengantar pemahaman diri dan lingkungan, Jakarta: Kizi
Brother’s,2006, Cet 1
Jalaludin, Psikologi Agama Jakarta : PT Raja Grafindo Persada 1996, Cet 1,
Josephson, Michael s, Val J, Peter, dan Tom Dowd, Menumbuhkan 6 Sikap Remaja Idaman,
Bandung: Kaifa, 2003, cet.1
Masri Singaribun dan Sofyan Efendi, Metodologi Penelitian Survei, (Jakarta : LPES,1995),
Cet. II
Nana Sudjana, Peneliti Dan Penilaian Pendidikan, ( Bandung: PT. Sinar Baru, 1989), Cet.
Ke-1,
Panitia Mabis, Selayang Pandang SMP Negeri 4 Ciputat, Tangerang : 2005
Poerbakawatja, Soegarda, Ensiklopedi Islam, Jakarta : Gunung Agung,1976
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam , Jakarta : Kalam Mulia,2004, Cet. 4
Sabri, M. Sabri, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1996, Cet 2
Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2004
Shihab,Quraish, Membumikan Al-Quran, Bandung:Mizan,1994
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
Tim Kerja Permanent Pembinaan Mental Pelajar DKI Jakarta, Buku Pedoman Pembinaan
Rohis-Osis Untuk Siswa SLTP-SMU DKI Jakarta, Jakarta : Aries Lima, 1994, Cet I
Tim Penyusun Ensiklopedi Hukum Islam, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta:Ichtiar Baru
Van Hoeve,1996, Cet 1
Tim Penyusun Ensiklopedia Nasional Indonesia, Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jakarta :
PT Citra Adipustaka 19991
Tim Penyusun, Ensiklopedi Islam, Jakarta: PT Ikhtiar Baru Van Hoeve,1994 jilid III,h.58
Tim Penyusun, Kamus Pusat Pembinan dan Pengembangan Bahsa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 1999
Wahyosumidjo, Kepemimpinan kepala Sekolah, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1999