hubungan antropologi terhadap makanan

4
Idri Iqra Fikha 1411222051 1. Hubungan antropologi terhadap makanan, gizi, dan status kesehatan seseorang : Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk manusia dengan budayanya, atau juga berarti ilmu tentang manusia. Dalam antropologi diterangkan bagaimana hubungan manusia dengan budayanya dan apa pengaruhnya. Cakupan ilmu antropologi itu luas sekali, salah satunya antropologi kesehatan yang menerangkan tentang manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita dapat mengetahui kaitan antara budaya suatu masyarakat dengan kesehatan masyarakat itu sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut terdapat hubungan yang erat antara antropologi, makanan, gizi dan status kesehatan seseorang, diantaranya: Budaya mempengaruhi pola makan seseorang. Budaya dipandang sebagai determinan utama yang membentuk pilihan makanan pada manusia. Pada beberapa budaya, rasa muak dan penolakan terhadap satu jenis makanan sangat dipengaruhi oleh rasa takut terhadap ancaman mikrobiologis atau penularan yang sifatnya ideational melalui keterkaitan dengan objek. Antropologi sangat berhubungan dengan gizi karena banyak sekali orang yang kekurangan gizi yang bukan diakibatkan oleh masalah ekonomi, akan tetapi diakibatkan oleh kepercayaan atau kebudayaan mereka yang melarang memakan makanan yang sebenarnya mengandung banyak gizi. hubungan antropologi dengan status kesehatan seseorang : Dengan mempelajari antropologi akan memudahkan kita untuk meningkatkan derajat kesehatan, karena antropologi juga mempelajari bagaimana perkembangan kebudayaan manusia dan bagaimana hubungannya dengan kesehatan hal ini dapat menjadi gambaran apa yang baik dikonsumsi dan apa yang merugikan kesehatan seseorang, dengan hal tersebut dapat membantu seseorang dalam meningkatkan status kesehatannya. Berdasarkan ketiga poin di atas, juga terdapat hubungan yang mendasar antara antropologi, cara pemilihan makanan, gizi serta status kesehatan seseorang, yaitu : budaya merupakan satu factor dominan yang mendasari seseorang dalam membentuk pola makan seseorang. Misalnya masyarakat India menganggap mengkonsumsi daging sapi merupakan sesuatu yang menyalahi agama / kepercayaan mereka, maka dala kesehariannya mereka menghindari bahkan melarang konsumsi daging sapi. Pemiilihan makanan ini

Upload: inneke-putri

Post on 20-Feb-2016

291 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Antropologi Terhadap Makanan

Idri Iqra Fikha1411222051

1. Hubungan antropologi terhadap makanan, gizi, dan status kesehatan seseorang :Antropologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk manusia dengan budayanya, atau juga berarti ilmu tentang manusia. Dalam antropologi diterangkan bagaimana hubungan manusia dengan budayanya dan apa pengaruhnya. Cakupan ilmu antropologi itu luas sekali, salah satunya antropologi kesehatan yang menerangkan tentang manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita dapat mengetahui kaitan antara budaya suatu masyarakat dengan kesehatan masyarakat itu sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut terdapat hubungan yang erat antara antropologi, makanan, gizi dan status kesehatan seseorang, diantaranya:

Budaya mempengaruhi pola makan seseorang. Budaya dipandang sebagai determinan utama yang membentuk pilihan makanan pada manusia. Pada beberapa budaya, rasa muak dan penolakan terhadap satu jenis makanan sangat dipengaruhi oleh rasa takut terhadap ancaman mikrobiologis atau penularan yang sifatnya ideational melalui keterkaitan dengan objek.

Antropologi sangat berhubungan dengan gizi karena banyak sekali orang yang kekurangan gizi yang bukan diakibatkan oleh masalah ekonomi, akan tetapi diakibatkan oleh kepercayaan atau kebudayaan mereka yang melarang memakan makanan yang sebenarnya mengandung banyak gizi.

hubungan antropologi dengan status kesehatan seseorang : Dengan mempelajari antropologi akan memudahkan kita untuk meningkatkan derajat kesehatan, karena antropologi juga mempelajari bagaimana perkembangan kebudayaan manusia dan bagaimana hubungannya dengan kesehatan hal ini dapat menjadi gambaran apa yang baik dikonsumsi dan apa yang merugikan kesehatan seseorang, dengan hal tersebut dapat membantu seseorang dalam meningkatkan status kesehatannya.

Berdasarkan ketiga poin di atas, juga terdapat hubungan yang mendasar antara antropologi, cara pemilihan makanan, gizi serta status kesehatan seseorang, yaitu : budaya merupakan satu factor dominan yang mendasari seseorang dalam membentuk pola makan seseorang. Misalnya masyarakat India menganggap mengkonsumsi daging sapi merupakan sesuatu yang menyalahi agama / kepercayaan mereka, maka dala kesehariannya mereka menghindari bahkan melarang konsumsi daging sapi. Pemiilihan makanan ini selanjutnya akan berdampak pada gizi seseorang, dalam kasus yang sama masyarakat India yang melarang konsumsi daging sapi dapat berdampak buruk terhadap status gizi seseorang karena terhalang oleh kepercayaan yang mereka anut. Padahal dari segi biologis, banyak asam amino esensial yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh kita terdapat dalam daging sapi yang sangat berperan dalam masa pertumbuhan anak. Implementasi dari gizi ini berdampak pada status kesehatan seseorang, dimana anak yang kurang mengkonsumsi protein yang mencakup beberapa asam amino mengalami penurunan status kesehatan karena adanya zat yang dibutuhkan tubuh tidak terpenuhi akibatnya menyebabkan status kesehatan seseorang dapat dikatakan buruk.

Sumber : Gibney,Michael J.Gizi Kesehatan Masyarakat.Jakarta:EGC,2013Almatsier,Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta : Gramedia,2001Jurnal Antropologi Papua, Volume 1 Edisi 1, Agutus 2002

Page 2: Hubungan Antropologi Terhadap Makanan

Idri Iqra Fikha1411222051

2. Tanggapan mengenai kasus Ibu Way :Kondisi pertama : Ibu Way tidak pernah memberikan Zet ikan karena adanya anggapan di masyarakat ketika anak mengkonsumsi ikan maka anak bisa menderita kecacingan. Ikan merupakan sumber bahan pangan hewani yang mengandung 18-20% protein dan rendah lemak, serta banyak mengandung vitamin B kompleks yang sangat dibutuhkan tubuh. Ikan tidak menyebabkan kecacingan pada anak. Penyebab utama kecacingan adalah cacing yang disebabkan kurangnya kebersihan dari makanan. Dalam kondisi yang digambarkan bahwa masyarakat memelihara ikan-ikan di tambak-tambak yang di letakkan di pingggir sungai. Tambak tambak di pinggir sungai tidak menjamin bahwa tambk tersebut bebas dari kontaminasi cacing karena kemungkinan aktivitas masyarakat di sekitar sungai tersebut seperti membuat jamban di pinggiran sungai dapat menyebabkan ikan terkontaminasi oleh cacing yang terdapat dalam tinja. Anggapan masyarakat mengenai kecacingan karena mengkonsumsi ikan salah besar karena bukan daging ikan yang menyebabkan anak kecacingan, melainkan cacing yang hidup di dalam usus ikan seperti cacing pita pada ikan. Cacing pita (Diphyllobothrium latum). proglotid cacing pita ikan sering pecah dalam usus, karena sampai 1 juta telur dapat dilepaskan perhari, telur-telur tersebut dapat diamati dalam tinja. Telur cacing pita ikan menetas dalam air segar pada pemajanan terhadap cahaya, kemudian parasit yang baru lepas tertelan pada ikan air tawar dan ikan air tawar bermata besar sejenis ikan salmon. Konsumsi ikan mentah atau tidak dimasak menyebabkan infeksi cacing pita. Maka dari penjelasan biologis tersebut dapat disimpulkan kecacingan akibat mengkonsumsi ikan bisa saja terjadi jika ikan dikonsumsi dalam keadaan mentah karena terkontaminasi oleh cacing pita ikan, namun hal ini dapat ditanggulangi dengan memasak ikan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi. Kondisi kedua : Ibu Way hanya memberikan Zet makanan berupa nasi, telur dan kerupuk. Hal ini jelas jelas tidak memenuhi gizi seimbang yang dibutuhkan oleh tubuh anaknya yang masih berada dalam masa pertumbuhan. Karena hanya mencakup protein,lemak,dan karbohidrat sementara kebutuhan akan vitamin, dan mineral belum terpenuhi padahal daerah tempat tinggal ibu Way sangat mendukung ketersediaan bahan makanan yang mengandung makanan yang mengandung vitamin dan mineral seperti sayuran dan buah-buahan. Vitamin sangat dibutuhkan tubuh sebagai antioksidan dalam menangkal radikal bebas, terutama vitamin C yang terdapat pada jeruk, kangkung ,dan juga pisang. Kondisi Ketiga : Ibu Way pernah memberikan Zet daging namun akhirnya selama 3 hari Zet mengalami susah buang air besar. Hal ini disebabkan karena mengkonsumsi daging tidak diiringi dengan konsumsi serat yang dapat membantu melancarkan buang air besar. Hal ini disebabkan karena daging merah memiliki banyak kandungan Zat besi. Dimana mineral tersebut dapat memadatkan kotoran sisa penyerapan sari makanan (tinja). Hal ini jika tidak diiringi dengan mengkonsumsi serat yang bertujuan untuk mempermudah/ memperlancar pencernaan yang didapat melalui buah dan sayuran data menyebabkan konstipasi. Jadi penyebab konstipasi pada Zet karena tidak diiiringi dengan konsumsi serat.

Sumber : Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta:Gramedia,2001Widoyono,Penyakit Tropis. Jakarta : Erlangga ,2011Sumanto, Didik.Paparan telur Cacing Usus Pada Ikan Lele yang Dipelihara Pada Kolam Dengan Sumber Air Sungai,Jurnal Kesehatan Vol.4 tahun 2008.Muchtadi,Tien.Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan,Bandung:Alfabeta,2010