hubungan antara tingkat pengetahuan dengan...

81
HUBUNGAN AN SIKAP POL HIDUP PAT Untuk Mem PROG NTARA TINGKAT PENGETAHUA LISI LALU LINTAS TENTANG BA P DASAR (BHD) DI UNIT LAKA DA ATROLI SATLANTAS POLRESTA SURAKARTA SKRIPSI menuhi PersyaratanMencapai Sarjana Keperawatan Oleh : Ambarwati NIM. S11002 GRAM STUDI S-1 KEPERAWATA STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 AN DENGAN ANTUAN AN n AN

Upload: hoangnga

Post on 06-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN

SIKAP POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN

HIDUP DASAR (BHD) DI UNIT LAKA DAN

PATROLI SATLANTAS POLRESTA

Untuk Memenuhi

PROGRAM STUDI S

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN

SIKAP POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN

HIDUP DASAR (BHD) DI UNIT LAKA DAN

PATROLI SATLANTAS POLRESTA

SURAKARTA

SKRIPSI

emenuhi PersyaratanMencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Ambarwati

NIM. S11002

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN

SIKAP POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN

HIDUP DASAR (BHD) DI UNIT LAKA DAN

Sarjana Keperawatan

1 KEPERAWATAN

Page 2: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

HUBUNGAN ANTAR

SIKAP POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN

HIDUP DASAR (BHD) DI

PATROLI

Untuk M

PROGRAM

i

ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN

POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN

HIDUP DASAR (BHD) DI UNIT LAKA DAN

PATROLI SATLANTAS POLRESTA

SURAKARTA

SKRIPSI

Memenuhi PersyaratanMencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

Ambarwati

NIM. S11002

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

PENGETAHUAN DENGAN

POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN

UNIT LAKA DAN

Sarjana Keperawatan

1 KEPERAWATAN

Page 3: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP

POLISI LALU LINTAS TENTANG BANTUAN HIDUP DASAR

(BHD) DI UNIT LAKA DAN PATROLI SATLANTAS

POLRESTA SURAKARTA

Oleh :

Ambarwati

NIM. S11002

Telah dipertahankan di depan penguji pada tanggal 30 Juli 2015 dan dinyatakan

telah memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan

Pembimbing Pendamping,

Galih Setia Adi, S.Kep., Ns., M.Kep

NIK. 201188089

Pembimbing Utama,

Atiek Murharyati,S.Kep., Ns., M.Kep

NIK. 200680021

Penguji,

Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep

NIK. 201279102

Surakarta, 30 Juli 2015

Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,

Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep

NIK. 201279102

Page 4: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

iii

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ambarwati

NIM : S11002

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada

Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.

2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri,

tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing dan masukan tim

penguji.

3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan

sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan

dicantumkan dalam daftar pustaka.

4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat

penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh

karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di

perguruan tinggi ini.

Surakarta, 13 Juli 2015

Yang membuat pernyataan,

Ambarwati

NIM. S11002

Page 5: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

iv

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur penulis hanturkan kehadirat Allah SWT, atas

segala rahmat, karunia, hidayah serta petunjuk yang telah dilimpahkan-

Nya.Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan

antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang bantuan hidup

dasar (BHD) di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta” sebagai tugas

akhir dalam menyelesaikan studi di program S-1 keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta.Dalam menyelesaikan penelitian ini penulis banyak

mendapatkan pengarahan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.Pada

kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

tulus kepada:

1. Drs. Agnes Sri Harti, M. Si selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns., M. Kep selaku Ketua Program Studi S-1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Wahyu Rima Agustin, S. Kep., Ns., M. Kep selaku penguji yang banyak

memberikan masukan serta saran yang bermanfaat dalam penyusunan skrisi

ini.

4. Atiek Murharyati, S.Kep.,Ns., M.Kepselaku pembimbing utama yang telah

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama

proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

v

5. Maria Wisnu Kanita, S.Kep., Ns selaku pembimbing pendamping yang telah

meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta masukan selama

proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.

6. Galih Setia Adi, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku pembimbing pendamping yang

telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan, arahan serta masukan

dalam penyusunan skripsi ini.

7. Segenap dosen Program Studi S-1 Keperawatan dan staf pengajar STIKes

Kusuma Husada Surakarta yang telah memberi ilmu dan bimbingan.

8. Kedua orang tua tersayang (Bapak Suradi dan Ibu Sukarsi) yang telah

memberikan semangat, dukungan,doa sertakasih sayang selama ini.

9. Keluarga tercinta Eko, Triyanto, Suroso, Dyah, Teti dan Gregorius yang

selalu memberikan semangat dan dukungan.

10. Sahabat Rini, Santi, Zia, Anisa, Umi, Fikres, Tatik yang telah memberikan

bantuan, dukungan dan semangat.

11. Teman – teman mahasiswa Program Studi S-1 Keperawatan angkatan 2011

yang telah memberikan bantuan dan dukungan.

12. Ketua Satlantas Polresta Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk

melakukan penelitian.

Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang

telah membantu, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca

pada umumnya terutama dalam bidang ilmu keperawatan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta, 13 Juli 2015

Peneliti

Ambarwati

Page 7: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

vi

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN ............................................................................. iii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi

DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xii

ABSTRAK ..................................................................................................... xiii

ABSTRACT ................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang ...................................................................... 1

1.2. Rumusan masalah ............................................................... 4

1.3. Tujuan penelitian.................................................................. 5

1.3.1. Tujuan umum ............................................................. 5

1.3.2. Tujuan khusus ............................................................. 6

1.4. Manfaat penelitian................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengetahuan ......................................................................... 8

2.2. Sikap..................................................................................... 14

2.3. Bantuan hidup dasar ............................................................. 19

2.4. Polisi lalu lintas .................................................................... 29

2.5. Kerangkateori ...................................................................... 31

2.6. Kerangka konsep ................................................................. 32

Page 8: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

vii

2.7. Hipotesis .............................................................................. 32

2.8. Keaslian penelitian ............................................................... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan rancangan penelitian ............................................. 34

3.2. Populasi dan sampel ............................................................. 34

3.2.1. Populasi ...................................................................... 34

3.2.2. Sampel ........................................................................ 35

3.3. Tempat dan waktu penelitian ............................................... 35

3.3.1. Tempat penelitian ....................................................... 35

3.3.2. Waktu penelitian ........................................................ 35

3.4. Variabel, definisi operasional, dan skala pengukuran .......... 36

3.5. Alat penelitian dan cara pengumpula data ........................... 37

3.5.1. Alat penelitian ............................................................ 37

3.5.2. Cara pengumpulan data .............................................. 40

3.6. Pengolahan data dan analisa data ........................................ 43

3.6.1. Pengolahan data ......................................................... 43

3.6.2. Analisa data ................................................................ 44

3.7. Etika penelitian .................................................................... 45

3.7.1. Informed consent ........................................................ 45

3.7.2. Anonymity (tanpa nama) ............................................ 46

3.7.3. Confidentiality (kerahasiaan) .................................... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Analisa univariat ................................................................... 47

4.1.1. Karakteristik responden ............................................. 47

4.1.2. Pengetahuan polisi lalu lintas tentang BHD .............. 48

4.1.3. Sikap polisi lalu lintas tentang BHD .......................... 49

4.2. Analisa bivariat ..................................................................... 49

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik responden ........................................................ 51

5.1.1. Usia responden ........................................................... 51

5.1.2. Tingkat pendidikan responden ................................... 53

Page 9: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

viii

5.1.3 Jenis kelamin responden ............................................ 53

5.2. Pengetahuan polisi lalu lintas tentang BHD ......................... 54

5.3 Sikap polisi lalu lintas tentang BHD .................................... 56

5.4 Hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu

lintas tentang BHD ............................................................... 57

BAB V I PENUTUP

6.1. Kesimpulan .......................................................................... 60

6.1.1. Karakteristik responden ............................................. 60

6.1.2. Pengetahuan polisi lalu lintas tentang BHD .............. 60

6.1.3. Sikap polisi lalu lintas tentang BHD .......................... 60

6.1.4. Analisa hubungan pengetahuan dengan sikap polisi

lalu lintas tentang BHD .............................................. 61

6.2. Saran ..................................................................................... 61

6.2.1. Keperawatan ............................................................... 61

6.2.2. Kepolisian .................................................................. 61

6.2.3. Peneliti lain ................................................................ 61

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 10: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

ix

DAFTAR TABEL

Nomor tabel Judul table Halaman

2.1 Keaslian penelitian 32

3.1 Variabel, definisi operasional, dan skala operasional 36

4.1 Usia responden 47

4.2 Jenis kelamin responden 48

4.3 Tingkat pendidikan responden 48

4.4 Tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang BHD 48

4.5 Sikap polisi lalu lintas tentang BHD 49

4.6 Hasil uji korelasi spearman rank 49

Page 11: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

x

DAFTAR GAMBAR

Nomor gambar Judul gambar Halaman

2.1 Pemeriksaan kesadaran korban 21

2.2 Berteriak minta tolong 22

2.3 Meletakkan tangan pada sternum 24

2.4 Menyatukan kedua tangan 24

2.5 Posisi lengan tegak lurus dan meluruskan siku 25

2.6 Melakukan penekanan dada 25

2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26

2.8 Memberikan bantuan nafas mulut ke mulut 27

2.9 Posisi pemulihan 29

2.10 Kerangka teori 31

2.11 Kerangka konsep 32

Page 12: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor lampiran Keterangan

1. Surat permohonan ijin studi pendahuluan

2. Surat permohonan ijin uji validitas dan reliabilitas

3. Surat balasan uji validitas dan reliabilitas

4. Surat permohonan ijin penelitian

5. Surat balasan telah selesai melakukan penelitian

6. Lembar permohonan menjadi responden

7. Lembar persetujuan menjadi responden (informed consent)

8. Kuesioner penelitian karakteristik responden

9. Kuesioner penelitian pengetahuan tentang BHD

10. Kuesioner penelitian sikap tentang BHD

11. Hasil analisa SPSS uji validitas dan reliabilitas

12. Hasil analisa SPSS uji normalitas

13. Hasil analisa SPSS univariat

14. Hasil analisa SPSS bivariat

15. Master data

16. Dokumentasi

17. Lembar konsultasi

18. Jadwal penelitian

Page 13: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

xii

DAFTAR SINGKATAN

AHA : American Heart Association

BHD : Bantuan Hidup Dasar

BLS : Basic Life Support

EMS : Emergency Medical Service

RJP : Resusitasi Jantung Paru

WHO : World Health Organization

Page 14: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

xiii

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

Ambarwati

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Polisi Lalu Lintas

tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di Unit Laka dan Patroli

Satlantas Polresta Surakarta

ABSTRAK

Tingginya angka kecelakaan lalu lintas mengakibatkan tingginya angka

kematian. Bantuan Hidup Dasar dapat menekan angka kematian pada korban

henti jantung dan henti nafas akibat kecelakaan lalu lintas. Polisi lalu lintas yang

bertugas sebagai penanganan kecelakaan lalu lintas penting untuk memiliki

pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisa hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas

tentang Bantuan Hidup Dasar di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta.

Desain penelitian yang digunakan adalahdescriptif corelational dengan

pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini

menggunakan teknik sampling jenuh sebanyak 60 responden yang bekerja di unit

laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan

penyebaran kuesioner. Data yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis

menggunakan bantuan komputer. Penelitian ini menggunakan uji korelasi

Spearman Rank.

Hasil penelitian didapatkan korelasi Spearman Rank 0,818 dengan p

value 0,000 (p value< 0,05), dengan demikian kekuatan hubungan antara

pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar di unit

laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta termasuk dalam kategori sangat kuat.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan bermakna

antara pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar di

unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta.

Kata kunci : Pengetahuan, sikap, BHD, polisi lalu lintas

Daftar Pustaka : 36 (2003 – 2014)

Page 15: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

xiv

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE

KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2015

Ambarwati

Correlation between Traffic Police’s Knowledge and Their Attitude of Basic

Life Support (BLS) at the Accident Investigation Squad and Patrol Squad of the

Traffic Unit of Police Department of Surakarta

ABSTRACT

The high number of traffic accidents lead to high number of mortalities.

Basic Life Support can reduce mortality on the victims of cardiac arrest and

stopped breathing due to traffic accidents. Traffic police who handle traffic

accidents must have knowledge of Basic Live Support. The objective of this

research is to investigate the correlation between the traffic police’s knowledge

level and their attitude of Basic Life Support at the Accident Investigation Squad

and Patrol Squad of the Traffic Unit of Police Department of Surakarta.

This research used the descriptive correlational method with cross

sectional design. The samples of research were 60 respondents working at the

accident investigation squad and patrol squad of traffic unit of police department

of Surakarta and were taken by using the saturation sampling technique. The data

of research were collected through questionnaire and analyzed by using the

Spearman’s Rank Correlation.

The result of Spearman’s Rank correlation was 0.018 and the p-value

was 0.000 which was less than 0.05, meaning that the correlation between traffic

police’s knowledge and their attitude of Basic Live Support at the Accident

Investigation Squad and Patrol Squad of the Traffic Unit of Police Department of

Surakarta.

Thus, there was a correlation between the traffic police’s knowledge and

their attitude of Basic Live Support at the Accident Investigation Squad and

Patrol Squad of the Traffic Unit of Police Department of Surakarta.

Keywords: Knowledge, attitude, Basic Life Support (BLS), traffic police References: 36 (2003 – 2014)

Page 16: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak

disengaja dan tidak disangka kejadiannya, melibatkan kendaraan dengan

atau tanpa pemakai jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau

kerugian harta benda. Kecelakaan lalu lintas bisa berupa korban mati, luka

berat dan luka ringan (Nur,2011). Menurut Dinas Perhubungan, kecelakaan

lalu lintas menjadi penyebab kematian nomor tiga di Indonesia setelah

serangan jantung dan stroke. Sementara itu Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) meramalkan pada tahun 2030 kecelakaan lalu lintas akan menjadi

faktor pembunuh manusia paling besar kelima di dunia (Wahyu,

Muhammad & Irhamah, 2012).

Data WHO tahun 2011 menyebutkan sebanyak 67% korban

kecelakaan lalu lintas berada pada usia produktif, yakni 22 – 50 tahun.

Terdapat 400.000 korban dibawah usia 25 tahun yang meninggal di jalan

raya, dengan rata – rata angka kematian 1.000 anak – anak dan remaja setiap

harinya. Bahkan kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama kematian

anak – anak di dunia, dengan rentang usia 10-24 tahun(Badan Intelijen

Negara Republik Indonesia, 2013).

Page 17: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

2

Data dari Korlantas Polri jumlah kecelakaan di Indonesia selama

tahun 2012 mencapai 177.949 kecelakaan dimana korban meninggal dunia

mencapai 29.544 jiwa. Jumlah kecelakaan pada tahun 2012 tersebut

meningkat 8% dari angka kecelakaan pada tahun 2011 yang mencapai

109.776 kecelakaan. Pelaku kecelakaan lalu lintas terbanyak berasal dari

masyarakat usia produktif yaitu usia 26 – 30 tahun dimana masyarakat usia

produktif tersebut mendominasi 28% atau setara dengan 35.072 orang dari

total pelaku kecelakaan lalu lintas di Indonesia (Badan Intelijen Negara

Republik Indonesia, 2013).

Propinsi Jawa Tengah merupakan propinsi yang angka kecekakaan

lalu lintas masih tinggi. Tahun 2011 data dari Badan Pusat Statistik

menunjukan bahwa dari 108.696 kecelakaan yang terjadi di Indonesia.

Propinsi Jawa Tengah angka kecelakaannya sebesar 17.764 kejadian

kecelakaan dari 33 propinsi. Kecelakaan di Indonesia pada tahun 2011

sebanyak16,34% terjadi di Propinsi Jawa Tengah (Badan Pusat Statistik,

2012).

Menurut penelitian Sayekti, Rahadyan &Vitalis (2008) kota Surakarta

angka kecelakaan lalu lintas masih cukup tinggi. Data kejadian kecelakaan

di wilayah kota Surakarta pada tahun 2012 kejadian kecelakaan sebesar 583

kejadian, 67 meninggal dunia, 1 luka berat, dan 599 kejadian luka ringan.

Pada tahun 2013 kejadian kecelakaan sebesar 533 kejadian 69 meninggal

dunia, 2 luka berat dan 544 luka ringan. Pada tahun 2014 dari bulan Januari

– November kejadian kecelakaan sebanyak 473 kejadian kecelakaan, 62

Page 18: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

3

meninggal dunia, 2 luka berat dan 475 kejadian luka ringan (Satlantas

Polresta Surakarta, 2014).

Keadaan para korban kecelakaan dapat semakin buruk atau berujung

pada kematian jika tidak ditangani dengan cepat. Satu jam pertama adalah

waktu yang sangat penting dalam pertolongan penyelamatan korban

kecelakaan yaitu dapat menekan sampai 85% dari angka kematian.

Pertolongan yang dimaksud disini adalah BHD (Pamaya, 2014).

BHD dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan untuk

mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada korban henti

jantung dan henti nafas (Hardisman, 2014). Setiap orang harusnya

memilikiketrampilan BHD, ketrampilan dan penerapan BHD tergantung

pada pelatihan, pengalaman dan kepercayan diri (AHA, 2010).

Polisi lalu lintas adalah unsur pelaksana tugas pokok yang berada di

bawah Kapolres, yang melaksanakan tugaspelaksanaan patroli jalan raya

serta penanganan kecelakaan lalu lintas sebagaimana tertulis dalam

peraturan kepala kepolisian negara Republik Indonesia Nomor 23 Tahun

2010 tentang susunan organisasi dan tata kerja pada tingkat kepolisian resor

dan kepolisian sektor. Peraturan ini menunjukkan bahwa keterampilan BHD

menjadi penting untuk diketahui oleh polisi dalam upaya menjalankan tugas

yang telah diembankan kepada aparat kepolisian lalu lintas (Elda Lunera

Hutapea, 2012).

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada tanggal 1

Desember 2014 di Satlantas Polresta Surakarta dengan melakukan

Page 19: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

4

wawancara dari 10 polisi didapatkan polisi yang mengetahui Bantuan Hidup

Dasar (BHD) sebanyak 3 orang. Berdasarkan wawancara yang ditinjau dari

sikap, 8 dari 10 polisi mengatakan tidak melakukan kompresi dada maupun

bantuan nafas buatan kepada korban kecelakaan lalu lintas yang mengalami

henti nafas karena polisi beranggapan nyawa pasien lebih utama untuk

diselamatkan dengan segera membawanya ke rumah sakit.

Penelitian yang dilakukan Pamaya dkk (2014) tentang hubungan

karakteristik polisi lalu lintas dengan tingkat pengetahuan Bantuan Hidup

Dasar (BHD) menunjukan hasil tidak terdapat hubungan yang signifikan

dari masing-masing karakteristik polisi lalu lintas dengan tingkat

pengetahuan BHD di Direktorat Lalu Lintas Polda Sulawesi Utara. Menurut

Notoatmodjo (2003), pengetahuan dan sikap sangat berkaitan erat satu

dengan lainnya dan memegang peranan penting dalam berperilaku secara

utuh.

Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik meneliti dan mencari

tahu adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu

lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di unit laka dan patroli Satlantas

Polresta Surakarta.

1.2 Rumusan Masalah

Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab kematian yang cukup tinggi

berdasarkan data – data yang sudah dijelaskan diatas.Jumlah kematian

akibat kecelakaan lalu lintas sebenarnya dapat ditekan apabila penolong

Page 20: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

5

kecelakaan lalu lintas memiliki pengetahuan dan sikap yang baik dalam

memberikan BHD kepada korban henti nafas dan henti jantung.Berdasarkan

rumusan masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian :

1. Bagaimana karakteristik responden ?

2. Bagaimana tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang BHD di unit

laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta ?

3. Bagaimana sikap polisi lalu lintas tentang BHD di unit laka dan patroli

Satlantas Polresta Surakarta ?

4. Bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan dengansikap polisi lalu

lintas tentang BHDdi unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap

polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di unit laka dan

patroli Satlantas Polresta Surakarta

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik responden.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang Bantuan

Hidup Dasar (BHD).

3. Mengetahui sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar

(BHD).

Page 21: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

6

4. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap

polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di unit laka dan

patroli Satlantas Polresta Surakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Keperawatan

Hasil penelitian ini bisa digunakan untuk mendapatkan informasi

pengetahuan dan sikap polisi lalu lintas tentang BHD sehingga tenaga

keperawatan dapat melakukan program peningkatan pengetahuan aparat

kepolisian tentang hal tersebut sehingga nantinya akan mengurangi jumlah

korban kecelakaan lalu lintas yang meninggal di rumah sakit.

1.4.2 Kepolisian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acunan aparat kepolisian

untuk memberikan pelatihan BHD kepada polisi lalu lintas sehingga akan

meningkatkan kualitas profesi aparat kepolisian lalu lintas dalam melayani

masyarakat.

1.4.3 Institusi pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menabah literatur dan pengembangan

ilmu pengetahuan, khususnya tentang BHD.

1.4.4 Peneliti Lain

Penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai sumber data dan acuan

bagi peneliti berikutnya dalam melaksanakan penelitian BHD yang lebih

luas respodennya.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

7

1.4.5 Peneliti

Menjadi pengalaman berharga bagi penulis dan dapat menambah

pengetahuan dan wawasan peneliti tentang BHD.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian pengetahuan

Menurut Notoatmodjo yang dikutip oleh Wawan & Dewi (2011),

pengetahuan merupakan hasil “tahu“ dan ini terjadi setelah orang

mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.Pengetahuan

sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa

dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut makin luas pula

pengetahuannya.Akan tetapi perlu ditekankan bukan berarti seseorang

yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula.

2.1.2 Tingkat pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang cukup didalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkat, (Notoatmodjo dalam Wawan &

Dewi, 2011) yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dan

Page 24: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

9

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (comprehention)

Memahami artinya sebagai sesuatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana

dapat menginterprestasikan secara benar.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi apapun kondisi rill

(sebenarnya).

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi

atau suatu objek kedalam komponen – komponen tetapi masih

didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu

sama lain.

5. Sintesis (syntesis)

Sistesis yang dimaksud menujukkan pada suatu kemampuan

untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian – bagian di dalam

sesuatu keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Page 25: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

10

2.1.3 Cara memperoleh pengetahuan

Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo yang dikutip

Wawan & Dewi (2011) adalah sebagai berikut :

1. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan.

a. Cara coba salah (trial and error)

Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang

lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

b. Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin –

pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama,

pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang

menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang

mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau

membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris

maupun penalaran sendiri.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan

permasalahan yang dihadapi masa lalu.

Page 26: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

11

2. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut

metodologi penelitian.

2.1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut (Budiman & Agus,

2014) yaitu :

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik

formal maupun non formal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan

adalah sebuah proses mengubah sikap dan perilaku seseorang atau

kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,

semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah seseorang

tersebut untuk menerima informasi. Pengetahuan sangat erat

kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan

pendidikan tinggi, orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya, namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah

pula.

2. Informasi / media massa

Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, informasi juga

dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan,

Page 27: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

12

menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan,

menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan

tertentu.Informasi dapat dijumpai pada kehidupan sehari – hari yang

diperoleh dari data dan pengamatan terhadap dunia sekitar kita, serta

diteruskan melalui komunikasi. Informasi mencakup data, teks,

gambar, suara, kode, program komputer dan basis data.

3. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan tradisi yang dilakukan orang – orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Status ekonomi

seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang

diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status sosial ekonomi

akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

4. Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

individu baik fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang

berada dalam lingkungan tersebut, hal ini terjadi adanya interaksi

timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan

oleh setiap individu.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang

kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah

Page 28: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

13

yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan akan memberikan pengetahuan dan ketrampilan

profesional serta dapat mengembangkan kemampuan mengambil

keputusan.

6. Usia

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya

semakin membaik. Pada usia muda individu akan lebih berperan aktif

dalam masyarakat.

2.1.5 Kriteria tingkat pengetahuan

Menurut Arikunto dalam kutipan Wawan & Dewi (2011)

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan

skala yang bersifat kuatitatif, yaitu :

1. Baik : Hasil presentase 76% - 100%

2. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%

3. Kurang : Hasil presentase < 56%

Page 29: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

14

2.2 Sikap

2.2.1 Pengertian sikap

1. Sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya

sendiri, orang lain, objek atau isu (Azwar dalam Wawan & Dewi,

2011).

2. Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap sesuatu stimulus atau objek (Notoatmodjo dalam

Wawan & Dewi, 2011).

3. Thomas & Znaniecki dalam Wawan & Dewi (2011) menegaskan

bahwa sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak

melakukan suatu perilaku tertentu, sehingga sikap bukan hanya

kondisi internal psikologis yang murni dari individu. Tetapi sikap

lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya individual.

2.2.2 Komponen sikap

Wawan & Dewi ( 2011) mengatakan bahwa ada 3 komponen yang

membentuk sikap yaitu :

1. Komponen kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang

berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal – hal

yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap

sikap.

2. Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang

berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek

sikap. Rasa senang merupkan hal yang positif sedangkan rasa tidak

Page 30: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

15

senang merupakan hal yang negatif. Komponen ini menunjukan arah

sikap, yaitu positif dan negatif.

3. Komponen konatif (komponen perilaku atau action component), yaitu

komponen yang berhubungan dengan kecenderungan bertindak

terhadap objek sikap. Komponen ini menunjukan intensitas sikap,

yaitu menunjukan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau

berperilaku seseorang terhadap objek sikap.

2.2.3 Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo dalam Wawan &

Dewi, 2011) :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (obyek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah sesuatu indikasi sikap

karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan.Lepas pekerjaan itu benar atau

salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat

tiga, misalnya seseorang mengajak ibu yang lain (tetangga,

Page 31: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

16

saudaranya, dsb).

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi.

2.2.4 Sifat sikap

Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Wawan &

Dewi, 2011).

1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi,

mengharapkan obyek tertentu.

2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai obyek tertentu.

2.2.5 Ciri – ciri sikap

Ciri – ciri sikap menurut (Wawan & Dewi, 2011) :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya.

2. Sikap dapat berubah – ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap

dapat berubah pada orang – orang bila terdapat keadaan – keadaan

dan syarat – syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk,

dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan sesuatu objek

tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

Page 32: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

17

merupakan kumpulan dari hal – hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi – segi motivasi dan segi – segi perasaan, sifat

alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan – kecakapan atau

pengetahuan – pengatahuan yang dimiliki orang.

2.2.6 Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap

Faktor – faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap

antara lain (Wawan& Dewi, 2011) :

1. Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi

haruslah meningkatkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih

mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut menjadi dalam

situasi yang melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dinggap penting.

3. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap

kita terhadap berbagai masalah.Karena kebudayaanlah yang memberi

corak pengalaman individi – individu masyarakat asuhannya.

4. Media massa

Dalam pemberitahuan surat kabar maupun radio atau media

komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan

secara obyektif cenderung dipengarui oleh sikap penulisnya,

Page 33: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

18

akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga

agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah

mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi

sikap.

6. Faktor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang

berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme ego.

2.2.7 Cara pengukuran sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan

sikap seseorang.Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang

mengatakan sesuatu mengenai obyek sikap yang hendak

diungkap.Pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal-hal yang

positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau

memihak pada obyek sikap, pernyataan ini disebut dengan pernyataan

yang favourable.Sebaliknya pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal

negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun

kontra terhadap obyek sikap.pernyataan seperti ini disebut dengan

pernyataan yang tidak favourable.

Skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas

pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang.

Page 34: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

19

Dengan demikian pernyataan yang disajikan tidak semua positif dan tidak

semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak atau tidak mendukung

sama sekali obyek sikap (Azwar dalam Wawan & Dewi 2011).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung.Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/

pernyataan responden terhadap suatu obyek.Secara tidak langsung dapat

dilakukan dengan pernyataan - pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan

pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo dalam Wawan &

Dewi, 2011).

2.2.8 Kriteria tingkat sikap

Menurut Arikunto dalam kutipan Siti Aspuah (2013), jika

presentase jawaban benar antara 76% - 100% termasuk kategori baik, 56%

- 75% termasuk ketegori cukup dan < 56% termasuk kategori kurang.

2.3 Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Menurut American Heart Association(AHA), 2010

2.3.1 Pengertian

Bantuan Hidup Dasar adalah sekumpulan intervensi yang bertujuan

untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi vital organ pada

korban henti jantung dan henti nafas.Intervensi ini terdiri dari pemberian

kompresi dada dan bantuan nafas (Hardisman, 2014). AHA 2010

mengeluarkan panduan perubahan standarisasi algoritma baru

penatalaksanaan BLS (Basic Life Support) dari urutan A-B-C sekarang

Page 35: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

20

menjadi C-A-B untuk pasien henti jantung.

2.3.2 Indikasi

1. Henti napas

a. Tanda – tanda: Henti napas ditandai dengan tidak adanya gerakan

dada dan aliran udara pernapasan dari korban.

b. Penyebab : Tenggelam, stroke, obstruksi jalan napas,

epiglotitis, Overdosis obat-obatan, tersengat listrik, infark

miokard, tersambar petir dan koma akibat berbagai macam kasus.

Pada awal henti napas oksigen masih dapat masuk ke dalam

darah untuk beberapa menit dan jantung masih dapat mensirkulasikan

darah ke otak dan organ vital lainnya, jika pada keadaan ini diberikan

bantuan napas akan sangat bermanfaat agar korban dapat tetap hidup

dan mencegah henti jantung.

2. Henti jantung

Pada saat terjadi henti jantung secara langsung akan terjadi

henti sirkulasi. Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan

otak dan organ vital kekurangan oksigen. Pernapasan yang terganggu

(tersengal-sengal) merupakan tanda awal akan terjadinya henti

jantung.

2.3.3 Tujuan

1. Menyelamatkan kehidupan.

2. Mencegah keadaan menjadi buruk.

3. Mempercepat kesembuhan.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

21

2.3.4 Langkah – langkah

1. Danger (bahaya)

Memastikan keamanan baik penolong, korban maupun

lingkungan, biasanya disingkat dengan 3A (tiga aman).Keamanan

penolong harus lebih diutamakan sebelum mengambil keputusan

untuk menolong korban agar tidak menjadi korban kedua atau korban

berikutnya.

2. Memeriksa respon klien

Memastikan keadaan pasien baik dengan menepuk atau

menggoyang bahu dengan lembut dan mantap untuk mencegah

pergerakan yang berlebihan dan berteriak “apakah anda baik – baik

saja ?” jika korban berespon atau terbangun, tinggalkan pada posisi

seperti pada saat ditemukan dan hindari kemungkinan resiko cedera

lain yang bisa terjadi. Minta bantuan dari tim gawat darurat, jika

sendirian tinggalkan korban sementara kemudian lakukan observasi

dan kaji ulang secara teratur.

Gambar 2.1 : Periksa kesadaran korban (Rudolph, at al, 2010).

Page 37: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

22

3. Panggil bantuan

Jika korban tidak memberikan respon terhadap panggilan segera

meminta bantuan dengan cara berteriak minta tolong untuk segera

mengaktifkan sistem gawat darurat / Emergency Medical Service

(EMS).

Gambar 2.2 : Berteriak Minta Tolong (Rudolph, at al, 2010).

4. Pengaturan posisi

a. Posisi pasien

Posisi terlentang pada permukaan keras dan rata, jika

korban ditemukan tidak dalam posisi terlentang maka

terlentangkanlah posisi korban dengan teknik log roll yaitu

menggulingkan korban secara bersamaan dari kepala, leher dan

bahu.

b. Posisi penolong

Posisi penolong berlutut sejajar dengan bahu korban agar

dapat memberikan Resusitasi Jantung Paru (RJP) secara efektif

tanpa harus mengubah posisi atau menggeser lutut.

Page 38: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

23

5. Circulation

Terdiri atas dua tahapan yaitu :

a. Kaji nadi

Memastikan ada tidaknya nadi korban ditentukan dengan

meraba arteri karotis yang berada di daerah leher korban (arteri

karotis) dengan menggunakan dua jari tangan (jari telunjuk dan

tengah) diletakkan pada pertengahan leher sehingga teraba

trakhea, kemudian kedua jari digeser kira – kira 2 - 3 cm ke sisi

kanan atau kiri (sebaiknya sisi yang terdekat dengan

penolong).Jika dalam 10 detik nadi karotis sulit dideteksi

kompresi dada harus segera dilakukan.

b. Kompresi dada

Bila nadi karotis tidak teraba, segera melakukan siklus 30

kompresi dan 2 ventilasi dengan teknik sebagai berikut :

1) Penolong berlutut sejajar bahu korban.

2) Posisi badan penolong tepat diatas dada pasien, bertumpu

pada kedua tangan.

3) Penolong meletakkan salah satu tumit telapak tangan pada

setengah sternum, diantara dua papila mammae jari – jari

tangan disatukan dan saling mengunci dan memastikan

tekanan tidak dilakukan diatas tulang rusuk korban. Posisi

lengan tegak lurus siku tidak boleh menekuk posisi lengan

tegak lurus dengan badan korban.

Page 39: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

24

Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dada

lurus kebawah secara teratur dengan kecepatan 100 kali per

menit (hampir 2 kali per detik) dengan kedalaman adekuat.

Kompresi dada dilakukan cepat dan dalam (push and

hard) dengan kedalaman yang adekuat, yaitu :

a) Dewasa 2 inchi (5 cm) rasio 30 : 2 (satu atau dua penolong).

b) Anak 1/3 diameter antero-posterior dada (± 5 cm) rasio 30 :

2 (satu penolong) dan 15 : 2 (dua penolong).

c) Bayi 1/3 diameter antero-posterior dada (± 4 cm)rasio 30 : 2

(satu penolong) dan 15 : 2 (dua penolong).

Gambar 2.3 : Meletakkan tangan pada sternum (Rudolph, at al, 2010).

Gambar 2.4 : Menyatukan kedua tangan(Rudolph, at al, 2010).

Page 40: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

25

Gambar 2.5 : Posisi lengan tegak lurus dan meluruskan siku

(Rudolph, at al, 2010).

Gambar 2.6 : Melakukan penekanan dada(Rudolph, at al, 2010).

6. Airway control

a. Penolong memastikan jalan nafas bersih dan terbuka sehingga

memungkinkan pasien dapat diberi bantuan nafas, langkah ini

terdiri atas dua tahapan yaitu :

1) Membersihkan jalan nafas

Membuka mulut dengan cara jari silang (cross finger), ibu

jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut

korban.

2) Memeriksa adanya sumbatan pada jalan nafas, jika

ditemukan sumbatan benda cair bersihkan dengan teknik

Page 41: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

26

finger swab(sapuan jari) yaitu menyusuri rongga mulut

dengan dua jari, bisa dilapisi dengan kasa atau potongan kain

untuk menyerap cairan. Jika ditemukan sumbatan benda

padat, dapat dikorek keluar dengan menggunakan jari

telunjuk yang dibengkokkan. Teknik ini harus dilakukan

dengan hati – hati karena dapat mendorong sumbatan

semakin kedalam.

b. Membuka jalan nafas

Setelah jalan nafas dipastikan bebas dari sumbatan benda

asing, jalan nafas korban harus dibuka dengan cara meletakkan

satu tangan pada dahi korban lalu mendorong dahi korban

kebelakang agar kepala menengadah dan mulut sedikit terbuka

yang dikenal dengan teknik head tilt. Pembukaan jalan nafas

dapat ditambah dengan menggunakan teknik chin lift yaitu

mengangkat dagu,namun jika korban di curigai terdapat trauma

servikal dapat menggunakan teknik jaw thrust yaitu dengan

mengangkat dagu menggunakan dua tangan sehingga rahang

gigi bawah berada lebih kedepan dari pada rahang gigi atas.

Gambar 2.7 :Teknik head tilt - chin lift dan jaw thrus(Rudolph, at al, 2010).

Page 42: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

27

7. Breathing support

Bantuan nafas dapat dilakukan dengan cara memberikan

hembusan nafas sebanyak dua hembusan. Waktu yang dibutuhkan

untuk tiap kali hembusan adalah 1,5 detik – 2 detik dan volume

udara yag dihembuskan adalah 400-600 ml (10 ml / kg) atau sampai

dada korban tampak mengembang.

Bantuan nafas dilakukan dengan cara :

a. Mulut ke mulut

Teknik ini merupakan cara yang cepat dan tepat untuk

memberikan udara ke paru – paru korban. Penolong memberikan

bantuan nafas langsung kemulut korban dengan cara mulut

penolong harus dapat menutup seluruh mulut korban dengan baik

agar tidak terjadi kebocoran saat menghembuskan nafas

penolong juga harus menutup lubang hidung koran dengan jari –

jari untuk mencegah udara keluar kembali dari hidung.

Gambar 2.8 : Memberi bantuan pernafasan dari mulut ke mulut

(Rudolph, at al, 2010).

b. Mulut ke hidung

Teknik ini direkomendasikan jika usaha bantuan nafas

dari mulut korban tidak memungkinkan, misalnya pada mulut

Page 43: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

28

mengalami luka yang berat. Teknik ini sama dengan mulut ke

mulut, perbedaannya pada saat memberikan hembusan pada

hidung korban penolong harus menutup mulut korban.

c. Ventilasi mulut ke mask

d. Ventilasi mulut ke bag-value-mask

Setelah dilakukan pemberian 2 kali hembusan nafas

(ventilasi) maka penolong segera melanjutkan kembali

pemberian kompresi dada 30 kali dan ventilasi 2 kali sampai 5

siklus.

8. Evaluasi (penilaian ulang)

Sesudah pemberian 5 siklus kompresi dan ventilasi (kira –

kira 2 menit), penolong kemudian melakukan evaluasi dengan

ketentuan sebagai berikut :

a. Jika tidak ada nadi karotis, penolong kembali melanjutkan

kompresi dan ventilasi dengan rasio sesuai kebutuhan seperti

yang sudah dijelaskan diatas sebanyak 5 siklus.

b. Jika ada nadi tetapi tidak ada nafas penolong memberikan

bantuan nafas sebanyak 10 – 12 kali per menit.

c. Jika nafas ada dan nadi sudah teraba tetapi pasien belum sadar

posisikan korban pada posisi pemulihan (recovery position) agar

jalan nafas tetap terbuka.

Page 44: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

29

Gambar 2.9 : Posisi pemulihan (recovery position) (Rudolph, at

al, 2010).

2.4 Polisi Lalu Lintas

2.4.1 Pengertian polisi lalu lintas

Polisi lalu lintas adalah aparat yang bertugas melaksanakan

Turjawali lalu lintas, pendidikan masyarakat lalu lintas (Dikmaslantas),

pelayanan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi,

penyidikan kecelakaan lalulintas dan penegakan hukum di bidang lalu

lintas sebagaimana tertulis dalam peraturan kepala kepolisian negara

Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 pasal 59 ayat 2 tentang

Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian Resor dan

Kepolisian Sektor.

2.4.2 Tugas polisi lalu lintas

Tata kerja kepolisian lalu lintas tertulis dalam Tata kerja kepolisian

lalu lintas tertera pada Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik

Indonesia mengeluarkan peraturan nomor 23 tahun 2010 pasal 59 ayat tiga

(3) yang berbunyi :

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

Satlantas menyelenggarakan fungsi:

Page 45: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

30

1. Pembinaan lalu lintas kepolisian.

2. Pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerja sama lintas sektoral,

dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas.

3. Pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka

penegakan hukum dan keamanan, keselamatan, ketertiban,

kelancaran lalu lintas (Kamseltibcarlantas).

4. Pelayanan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor

serta pengemudi.

5. Pelaksanaan patroli jalan raya, penindakan pelanggaran serta

penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum,

dan menjamin Kamseltibcarlantas di jalan raya.

6. Pengamanan atau penyelamatan masyarakat pengguna

jalan,perawatan dan pemeliharaan peralatan dan kendaraan.

Page 46: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

31

2.5 Kerangka Teori

Keterangan : Diteliti

: Tidak di teliti

Gambar 2.10 : Kerangka teori

Sumber : Wawan & Dewi (2011), Elda L H (2012), Budiman & Agus, (2014).

Faktor yang

mempengaruhi tingkat

pengetahuan :

- Pendidikan

- Informasi / media

massa

- Sosial budaya dan

ekonomi

- Lingkungan

- Pengalaman

- Usia

Kecelakaan

Sikap

Tingkat Pengetahuan

Polisi lalu lintas BHD

Faktor yang

mempengaruhi sikap :

- Pengalaman

pribadi

- Pengaruh orang

lain yang

dianggap penting

- Pengaruh

kebudayaan

- Media masa

- Lembaga

Page 47: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

32

2.6 Kerangka Konsep

Variable bebas variable terikat

Gambar 2.11 : Kerangka konsep

2.7 Hipotesis

H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi

lalu lintas tentang BHD

Ha : Ada hubungan tingkat antara pengetahuan dengan sikap polisi lalu

lintas tentang BHD

2.8 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang terkait dalam penelitian yang akan diteliti yaitu :

Tabel 2.1 : Keaslian penelitian

No Nama

Peneliti Judul Metode Hasil

1 Dede

Kharisma

Yanti Bala,

Abdul

Rakhmat,

Junaidi

2014

Gambaran

Pengetahuan

dan

Pelaksanaan

Bantuan Hidup

Dasar Perawat

Gawat Darurat

di Instalasi

Gawat Darurat

(IGD) RSUD

Labuang Baji

Desain penilitian

menggunakan deskritif

dengan metode survey

dengan cara

mengajukkan

pertanyaan kepada

responden

dengan menggunakan

kuesioner serta ceklis

observasi.Populasi

dalam penelitian ini

Hasil penelitian

dari 23 responden

yang memiliki

pengetahuan

tentang bantuan

hidup dasar baik

yaitu sebanyak 19

orang (82,6%),

sedangkan

pengetahuan

kurang sebanyak

Pengetahuan BHD Sikap

Page 48: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

33

Makassar adalah semua perawat

yang melakukan

tindakan keperawatan

di ruang Instalasi

Gawat Darurat,

penarikan sampel

dengan metode

sampling

jenuh berjumlah 23

responden.

4 orang (17,4 %).

dan dari 23

responden yang

melaksanakan

teknik pelaksanaan

bantuan hidup

dasar baik yaitu

sebanyak 19

orang (82,6%),

sedangkan

pelaksana bantuan

hidup dasar kurang

sebanyak 4 orang

(17,4 %).

2

Elda Lunera

Hutapea.

2012

Gambaran

Tingkat

Pengetahuan

Polisi Lalu

Lintas tentang

Bantuan Hidup

Dasar (BHD)

di kota Depok

Penelitian ini

menggunakan desain

penelitiandeskriptif

sederhana. Penyebaran

kuesioner dilakukan

secara random.Jumlah

sampel yang digunakan

yaitu 46polisi lalu

lintas.

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

50% persen memeliki

pengetahuan yang

kurang, 30,4%

responden memiliki

pengetahuan cukup,

19,6% responden

memiliki pengetahuan

buruk.

3 Pamaya

Emilia

Lumangkun,

Lucky T.

Kumaat,

Sefti

Rompas

2014

Hubungan

Karakteristik

Polisi Lalu

Lintas Dengan

Tingkat

Pengetahuan

Bantuan Hidup

Dasar (BHD)

Di Direktorat

Lalu Lintas

Polda

Sulawesi Utara

Desain penelitian ini

adalah deskriptif

korelatif yaitu

penelitian yang

bertujuan untuk

mengungkapkan

hubungan korelatif

antara variabel, dengan

pendekatan cross

sectional. Sampel

penelitian

menggunakan rumus

total sampling dari total

populasi 39 orang

anggota PJR Direktorat

Lalu Lintas Polda

Sulawesi Utara.

Hasil penelitian ini

menunjukan tidak

terdapat hubungan

yang signifikan dari

masing-masing

karakteristik polisi

lalu lintas dengan

tingkat pengetahuan

BHD di Direktorat

Lalu Lintas Polda

Sulawesi Utara.

Page 49: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan rancangan penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

kuantitatifdenganjenisrancangandescriptifcorelationalyaitupenelitian yang

dilakukanuntukmengetahuitingkathubunganduavariabelataulebih,

tanpamelakukanperubahantambahanataumanipulasiterhadap data

yangsudahada.

Penelitianinimenggunakanpendekatancrosssectionalyaitujenispenelitian

yang menekankanwaktupengukuranatauobservasi data

variabelindependendandependenhanyasatu kali padasatusaat.Padajenisini

variabel independendandependendinilaisecarasimultanpadasuatusaat,

jikatidakadatindaklanjut.Studiiniakandiperolehprevalensiatauefeksuatufeno

mena (variabeldependen) dihubungkanpenyebab (variabelindependen)

(Nursalam, 2009).

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalahkeseluruhansubjekpenelitian.

Apabilaseseoranginginmenelitisemuaelemen yang

adadalamwilayahpenelitian, makapenelitinyamerupakanpenelitipopulasi

Page 50: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

35

(Sugiyono, 2009).Populasipadapenelitianini adalah semua anggota polisi

lalu lintas Satlantas Polresta Surakarta yang berkerja di unit laka dan unit

patroli berjumlah 60

orang.Penelitimengambilduabagiantersebutkarenakeduabagiantersebutbert

ugasterjunlangsungkelalulintasdanmenanganilangsungapabilaterjadikecela

kaanlalulintas.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Pengambilan sampel pada penelitian iniadalah

semua anggota polisi lalu lintas Satlantas Polresta Surakarta yang bekerja

di unit laka dan unit patroli yaitu 60 orang, dengan menggunakan

tekniksampling jenuh yaitu dengan mengambil semua anggota populasi

sebagai sampel (Sugiyono, 2009).

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

1. Polisi lalu lintas yang bersedia menjadi responden.

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

1. Polisi lalu lintas yang sedang dinas di luar kota.

2. Polisi lalu lintas yang tidak masuk dinas.

3.3 Tempat dan waktu penelitian

3.3.1 Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Satlantas Polresta Surakarta.

Page 51: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

36

3.3.2 Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Maret 2015

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

Tabel 3.1 : Variabel penelitian, definisi operasional dan skala pengukuran

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Indikator

Penilaian

Skala

Ukur

Variabel independen

Pengetahuan

BHD

Merupakan pengetahuan polisi lalu

lintas tentang BHD

Kuesioner B

(kuesioner

pengetahuan

tentang

BHD) berisi

25

pertanyaan

dengan

jawaban

benar, salah

1. Kategori

baik yaitu

menjawab

benar

dengan

rentang

nilai15-20

2. Kategori

cukup

yaitu

menjawab

benar

dengan

rentang

nilai14-11

3. Kategori

kurang

yaitu

menjawab

benar

dengan

retang nilai

<11

Ordinal

Variabel dependen

Sikap BHD

Merupakansikappolisilalulintastentang

BHD

Kuesioner C

(kuesioner

sikap

tentang

BHD) berisi

25

pertanyaan

dengan

jawaban

1. Kategori

baik yaitu

apabila

menjawab

60-80

2. Kategori

cukup baik

apabila

menjawab

Ordinal

Page 52: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

37

sangat

setuju,

setuju, tidak

setuju dan

sangat tidak

setuju

44-59

3. Kategori

kurang

apabila

menjawab

< 44

Variabel perancu

Usia Usia seseorang terhitung saat

dilahirkan sampai meninggal

Kuesioner

A

(kuesioner

data

demografi)

1. 20 – 40

tahun

2. 41 – 60

tahun

Interval

Pendidikan Tingkat pendidikan terakhir Kuesioner

A

(kuesioner

data

demografi)

1. SMA

2. Sastra 1

(S1)

Ordinal

Jenis

Kelamin

Perbedaan kelamin antara laki – laki

dan perempuan

Kuesioner

A

(kuesioner

data

demografi)

1. Laki – laki

2. Perempuan

Nominal

3.5 Alat Penelitian dan cara pengumpulan data

3.5.1 Alat penelitian

Alat penelitianiniadalahkuesioner.

Kuesioneradalahteknikpengumpulan data yang

dilakukandengancaramemberiseperangkatpertanyaandanpernyataantertulis

kepadarespondenuntukdijawab (Wiratna, 2014).Kuesioner yang

digunakanadalahkuesionertertutupdimanasudahdisediakanjawabannyasehi

nggarespondentinggalmemilih (Nursalam, 2009).

1. Kuesioner A (kuesioner karakteristik responden)

Terdiri dari nomor responden, usia responden, pendidikan

terakhir responden dan jenis kelamin responden.

Page 53: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

38

2. Kuesioner B (kuesioner pengetahuan tentang BHD)

Kuesioneriniberisi 20 pernyataandenganjawabanbenar 16soal

(nomor 1, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 16, 17, 18, 19 dan 20)

danjawabansalah 4 (nomor 2, 6, 11 dan 15),

jikajawabanbenarmendapatnilai 1

danjikajawabansalahtidakmendapatnilaiatau0(Sugiyono,

2009).Dikatakanbaikapabilaresponden mampumenjawabbenar15 –

20, cukup apabila menjawab benar 14 – 11 dan kurang apabila

menjawab benar<11 (Wawan& Dewi, 2011).

3. Kuesioner C (kuesioner sikap tentang BHD)

Kuesioner ini berisi 20 pernyataan dengan pernyataan

favorable 14 (nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 12, 13, 14, 16 dan 18)

dan pernyataanunfavorable 6 (8, 11, 15, 17, 19 dan 20).Penilaian

menggunakan skalalikert untuk pernyataanfavorable jawaban sangat

setuju skor 4, setuju skor 3, tidak setuju skor 2 dan sangat tidak setuju

skor 1.Pernyataanunfavorable jawaban sangat setuju skor 1, setuju

skor 2, tidak setuju skor 3 dan sangat tidak setuju skor 4 (Sugiyono,

2009).Kategori baik yaitu apabila menjawab benar 60-80, cukup

apabila menjawab benar 44-59 dan kurang apabila menjawab benar <

44 (Siti, 2013).

4. Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan butir –

butir dalam suatu daftar pernyataan dalam mendefinisikan suatu

Page 54: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

39

variabel (Wiratna, 2014).Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan

di Satlantas Polres Karanganyar dengan mengambil 30 orang

responden.Uji validitas menggunakan rumus product Moment, yaitu

(Aziz, 2014) :

rhitung =

Keterangan :

rhitung = koefisien korelasi

ƩXi = jumlah skor item

ƩYi = jumlah skor total (item)

N = jumlah responden

Jika nilai t hitung > t tabel berarti valid demikian sebaliknya, jika nilai

t hitung < t tabel berarti tidak valid.

Uji validitas pada kuesioner tingkat pengetahuan tentang BHD

pada 30 responden, didapatkan hasil dari 25 item pernyataan, 20 item

diantaranya dinyatakan valid karena nilai t hitung > t tabel dengan

taraf signifikasi 5% (0,361). 20 item pernyataan yang valid yaitu

nomor 1, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10,12,13,14,16,17,18,20,21,22,23,24 dan 25.

Sama halnya dengan kuesioner pengetahuan tentang BHD, pada

kuesioner sikap tentang BHD juga dilakukan uji validitas. Dari 25

item pernyataan, 20 item diantaranya dinyatakan valid yaitu item

pernyataannomor 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18,

20, 21, 22, dan 24. Item pernyataan dari kedua kuesioner yang

n (ƩXY) – (ƩX) . (ƩY)

√[ n. ƩX2 – (ƩX)

2] . [ n. ƩY

2 – (ƩY)

2]

Page 55: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

40

dinyatakan tidak valid, selanjutnya tidak diikutsertakan dalam item

pernyataan kuesioner penelitian ini.

5. Uji reliabilitas

Adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta

atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali – kali dalam

waktu yang berlainan (Nursalam, 2009). Peneliti ini menggunakan uji

reliabilitas dengan rumus alpha cronbach (Wiratna, 2014) dengan

tingkat kepercayaan α = 5% :

Keterangan :

r = koefisien reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan

Ʃ��2 = total varians butir

�2t = total varians

Jika didapatkan nilai alpha cronbach > 0,60 maka reliabel.

Hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan dari 20 kuesioner

pengetahuan tentang BHD didapatkan nilai alpha cronbach 0,963

sedangkan 20 kuesioner sikap tentang BHD didapatkan nilai alpha

cronbach 0,905. Dari kedua kuesioner tersebut dinyatakan reliable

karena nilai alpha cronbach > 0,60, yang berarti kedua kuesioner

tersebut layak digunakan.

k

(k – 1) r 1 -

Ʃó�2

ó2t

Page 56: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

41

3.5.2 Cara pengumpulan data

1. Data primer

Data yang diperolehdarirespondenmelaluikuesioner (Wiratna,

2014).Dalampenelitianini data primer

didapatkandaripengisiankuesioner karakteristik, kuesioner

pengetahuandansikaptentang BHD yang

diisiolehpolisilalulintasbagian unit laka dan unit patroli di

SatlantasPolresta Surakarta.

2. Data sekunder

Data yang diperolehdarisumber yang

tidaklangsungmemberikan data padapengumpul data (Wiratna,

2014).Dalampenelitianini

datasekunderdidapatkandariSatlantasPolresta yaitu data laka lantas

Surakarta dari tahun ketahun,buku terkait dengan teori penelitian,

jurnal penelitian yang mendukung dan terkait dengan penelitian,

dansumber lain dari internet yang dapat dipercaya.

3. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi beberapa

tahap yaitu :

a. Tahap orientasi

1) Peneliti mempersiapkan beberapa materi dan konsep yang

mendukung penelitian yang akan diteliti dengan membaca

atau mencari beberapa literatur, misalnya dari jurnal penelitian

maupun buku.

Page 57: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

42

2) Peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mengetahui

pengetahuan dan sikap polisi lalu lintas tentang BHD di

Satlantas Polresta Surakarta dengan membawa surat pengantar

dari Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta.

3) Peneliti mengkonsultasikan ke pembimbing utama dan

pembimbing pendamping setelah itu menyusun proposal

dengan judul yang sudah disetujui.

4) Peneliti melakukan sidang proposal dan dinyatakan telah layak

untuk melakukan pengambilan data oleh pembimbing utama

dan pembimbing pendamping.

5) Peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian dari Prodi S-1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan

diserahkan kebagian koordinator Satlantas Polresta Surakarta.

b. Tahap pelaksanaan

1) Peneliti menentukan objek penelitian yaitu mengambil

populasi dari seluruh polisi lalu lintas yang bekerja di unit

patroli dan unit laka.

2) Peneliti mengambil sampel dari semua populasi dengan

kriteria inklusi dan eksklusi yang didapatkan sampel sebanyak

60 responden.

Page 58: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

43

3) Peneliti pengambilan data dengan menyebar kuesioner untuk

mengetahui karakteristik, pengetahuan dan sikap polisi lalu

lintas tentang BHD. Sebelum kusioner disebar peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta menyerahkan

informed consent kepada responden, jika responden bersedia

menjadi responden maka harus menandatangani informed

consentyang telah disediakan oleh peneliti.

4) Peneliti mengumpulkan dan mengecek kelengkapan data dari

kuesioner yang telah diisi responden.Peneliti menemukan 3

responden yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap,

sehingga peneliti mengkonfirmasi kembali jawaban yang

dipilih responden.

c. Tahap akhir

Data yang sudah lengkap diolah menggunakan komputer

program SPSS versi 15.0 dan peneliti membuat laporan hasil

penelitian.

3.6 Pengolahan data dan analisa data

3.6.1 Pengolahan data

1. Editing

Peneliti mengecek kembali kelengkapan data dari kuesioner

karakteristik, pengetahuan dan sikap yang telah diisi oleh

responden.Peneliti tidak menemukan responden yang tidak mengisi

kuesioner secara lengkap.

Page 59: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

44

2. Coding

Peneliti memberi kode pada variabel pengetahuan, sikap,

usiapendidikan dan jenis kelaminyang akan diteliti agar mempermudah

entri dan analisa data.Kodepada penelitian ini sesuai yang telah

dijelaskan pada definisi operasional yaitu dengan memberi kode angka

1,2,3.

3. Entridata

Peneliti memasukan data dari setiap responden yang telah

diberi kode kedalam program komputer untuk diolah.Peneliti

memasukkan data untuk diolah setelah data itu terkumpul semua.

4. Tabulasi

Penelitimelakukan tabulasi silang pada variabel pengetahuan,

sikap dan karakteristik responden.Dalam penelitian ini peneliti

melakukan tabulasi silang seperti karakteristik responden dengan

pengetahuan responden, karakteristik responden dengan sikap

responden dan pengetahuan responden dengan sikap responden.

3.6.2 Analisa data

1. Analisa univariat

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk

menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam

bentuk distribusi yang dinarasikan (Wiratna, 2014).Analisa univariat

dilakukan untuk menjelaskan variabel pengetahuan, sikap dan

karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan terakhir dan

Page 60: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

45

jenis kelamin yang dijelaskan menggunakan distribusi frekuensi

dengan ukuran presentase atau proporsi.

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan lebih dari dua

variabel, analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antara

dua variabel.

a. Uji normalitas

Untuk menentukan uji analisis statistik, maka diperlukan

perhitungan uji normalitas data. Uji ini digunakan untuk

mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak.

Pada penelitian ini, dilakukan uji normalitas menggunakan one

sample kolmogorovsmirnov. Dari hasil perhitungantingkat

pengetahuan BHD, didapatkan nilai probability (p) = 0,00.

Sedangkan sikap polisi lalu lintas tentang BHD didapatkan nilai

probality (p) = 0,01, karena nilai probability kedua variabel kurang

dari 0,05 maka kedua variabel tidak berdistribusi normal

(Arikunto, 2008).

b. Uji korelasi non parametrik

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan

sikap polisi lalu lintas tentang BHD dilakukan uji Spearman Rank.

Karena dua variabel berskala ordinal dan data tidak berdistribusi

normal(Aziz, 2014).

Inteprestasi hasil uji statistik bila :

Page 61: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

46

1) pvalue> α(0,05) maka H0diterima atau Haditolak, yangberarti

tidak ada hubungan pengetahuan dengan sikap

BHD(Agus,2013).

2) pvalue ≤ α(0,05) maka H0ditolak atau Haditerima, yangberarti

ada hubungan pengetahuan dengan sikap BHD (Agus,2013).

3.7 Etika penelitian

Masalah etika yang perlu diperhatikan antara lain adalah sebagai berikut :

3.7.1 Informed consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden

dengan memberikan lembar persetujuan.Informed consent tersebut

diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed Consent adalah

agar subjek mengerti maksud tujuan penelitian dan mengetahui

dampaknya. Jika responden bersedia maka harus menandatangani lembar

persetujuan.Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus

menghormati hak responden (Aziz, 2014).

3.7.2 Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencamtumkan nama responden pada lembar alat ukur

dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

peneltian yang akan disajikan (Aziz, 2014).

Page 62: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

47

3.7.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah – masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang yang akan dilaporkan

pada hasil riset (Aziz, 2009).

Page 63: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan tingkat

pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar di unit

laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta. Berdasarkan data yang diambil

selama 22 hari penelitian yaitu pada tanggal 27 Februari 2015 sampai 20 Maret

2015 dengan 60 responden yang telah memenuhi kriteria. Dari kegiatan

penelitian, didapatkan hasil sebagai berikut :

4.1 Analisis Univariat

4.1.1 Karakteristik responden

Analisa yang digunakan untuk melihat distribusi frekuensi data

dari respondenberikut klasifikasi karakteristik responden:

1. Usia responden

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik usiaresponden di unit laka

dan patroliSatlantas Polresta Surakarta.

(N=60)

No Usia (tahun) Frekuensi Persentase (%)

1 20–40 39 65,0

2 41–60 21 35,0

Total 60 100

Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

berada pada usia 20-40 tahun (Dewasa awal).

Page 64: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

49

2. Tingkat pendidikan responden.

Tabel 4.2Distribusi frekuensi karakteristik tingkat pendidikan

responden di unit laka dan patroliSatlantas Polresta Surakarta.

(N=60)

No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)

1 SMA 54 90,0

2 Sastra 1 (S1) 6 10,0

Total 60 100

Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwasebagian besar responden

berpendidikan terakhir SMA.

3. Jenis kelamin responden

Tabel 4.3Distribusi frekuensi karakteristik jenis kelamin responden di

unit laka danpatroliSatlantas Polresta Surakarta.

(N=60)

Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

berjenis kelamin laki - laki.

4.1.2 Tingkat pengetahuan responden tentang BHD

Tabel 4.4Tingkat pengetahuanresponden tentang BHD di unit laka dan

patroli Satlantas Polresta Surakarta.

(N=60)

No Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 18 30,0

2 Cukup 31 51,7

3 Kurang 11 18,3

Total 60 100

Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki pengetahuan cukup tentang BHD.

No Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)

1 Laki – laki 58 96,7

2 Perempuan 2 3,3

Total 60 100

Page 65: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

50

4.1.3 Sikap respondententang BHD

Tabel 4.5 Sikap responden tentang BHD di unit laka dan patroli Satlantas

Polresta Surakarta.

(N=60)

No Sikap Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 22 36,7

2 Cukup 36 60,0

3 Kurang 2 3,3

Total 60 100

Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

memiliki sikap cukup.

4.2 Analisa Bivariat

Analisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas

tentang BHD.

Tabel 4.6 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank hubungan antara tingkat

pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang BHD di unit laka dan

patroli Satlantas Polresta Surakarta

(N=60)

Sikap

No Baik Cukup Kurang Total (r) p

1 Pengetahuan Baik 18 0 0 18 0,818 0,000

2 Cukup 4 27 0 31

3 Kurang 0 9 2 11

Total 22 36 2 60

Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji statistik pengolahan data yang

menggunakan perhitungan korelasi Spearman Rank menghasilkan nilai

probabilitas sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α=0,05 maka dapat

disimpulkan Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan

bermakna antara pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentangBantuan

Hidup Dasar di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta.

Page 66: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

51

Berdasarkan uji korelasi Spearman Rank nilair = 0,818 maka

kekuatan hubungan antara pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas

tentang Bantuan Hidup Dasar di unit laka dan patroli Satlantas Polresta

Surakarta dalam kategori sangat kuat (Nanang Martono, 2010).

Page 67: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

52

BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada

polisi lalu lintas di Satlantas Polresta Surakarta. Hasil penelitian menunjukan

bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu

lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD).

Penelitian ini seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya bertujuan

untuk menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu

lintas tentang BHD di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta. Penelitian

ini telah dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2015 sampai 20 Maret 2015

dengan 60 responden yang telah memenuhi kriteria. Hasil penelitian ini

menguraikan karakteristik responden, tingkat pengetahuan polisi lalu lintas

tentang BHD di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta, sikap polisi lalu

lintas tentang BHD di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta dan

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang BHD

di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta.

5.1 Karakteristik responden

5.1.1 Usia responden

Menurut Hurlock (2006) tingkatan usia dewasa awal berada antara

usia 20 – 40 tahun dan dewasa tengah 41 – 60 tahun. Berdasarkan hasil

penelitian ini didapatkan sebagian besar responden berada pada usia 20 -

Page 68: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

53

40 tahun (Dewasa awal), yaitu sebanyak 39 responden atau 65,0%. Potter

& Perry (2009) menjelaskan bahwa pada masa dewasa awal perubahan -

perubahan kognitif tentunya belum terjadi. Individu pada masa dewasa

awal sangat mampu untuk menerima ataupun mempelajari hal baru,

semakin muda usia seseorang maka kemampuan mengingat akan semakin

baik. Secara fisik dewasa awal menampilkan pribadi yang sempurna dalam

arti bahwa pertumbuhan dan perkembangan aspek – aspek fisiologis telah

mencapai posisi puncak.

Dewasa awal memiliki daya tahan serta taraf kesehatan yang prima

sehingga untuk melakukan berbagai kegiatan tampak inisiatif, kreatif,

energik, cepat dan proaktif (Santrock, 2007).Pada masa dewasa awal ini

individu telah mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan

kapasitas berfikir abstrak, logis dan rasional.Hasil penelitian ini

menggambarkan kesesuai dengan teori bahwa sebagian besar responden

yang memiliki pengetahuan dan sikap baik dancukup tentang BHD berada

pada usia 20 – 40 tahun (dewasa awal) dibandingkan dengan usia 41 – 60

tahun (dewasa tengah).

Hasil penelitian terkait usia ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Suharty,Lucky dan Franly(2014)dimana pengetahuan baik

dan cukup yang diteliti terdapat lebih banyak pada tahapan usia dewasa

awal dibandingkan dengan usia dewasa tengah. Sesuai juga dengan

penelitian yang dilakukan Elda Lunera Hutapea (2012) yang juga

Page 69: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

54

menyatakan responden yang memiliki pengetahuan cukup lebih banyak

pada tahapan usia dewasa awal dibandingkan pada usia dewasa tengah.

5.1.2 Tingkat pendidikan responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di unit laka dan patroli

Satlantas Polresta Surakarta yang berjumlah 60 responden didapatkan hasil

bahwa sebagian besar polisi lalu lintas berpendidikan terakhir SMA yaitu

sebanyak 54 responden atau 90,0%. Polisi yang mempunyai latar belakang

pendidikan SMA mayoritas berpengetahuan dan bersikap cukup tentang

BHD.

Menurut teori Wawan & Dewi (2011) semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin mudah seseorang tersebut menerima informasi.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuannya. Pendidikan adalah sebuah proses

mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dan juga usaha

mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.Salah

satu yang berperan dalam pengetahuan seseorang adalah pendidikan,

seseorang dengan pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah

mendapatkan informasi dan menerima hal – hal baru yang berpengaruh

pada sikap positif (Budiman & Agus, 2004; Herijulianti, 2003).

5.1.3 Jenis kelamin responden

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di unit laka dan patroli

Satlantas Polresta Surakarta yang berjumlah 60 responden didapatkan hasil

Page 70: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

55

bahwa sebagian besar polisi lalu lintas berjenis kelamin laki - laki yaitu

sebanyak 58 responden atau 96,7%. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan Pamaya (2014) yang menyatakan sebagian besar

polisi lalu lintas berjenis kelamin laki-laki.Hasil penelitian ini lebih

banyak laki-laki karena pada umumnya polisi lebih banyak laki – laki

dibandingkan perempuan.

5.2 Tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar di

unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta.

Tingkat pengetahuan polisi lalu lintas di unit laka dan patroli

Satlantas Polresta Surakartaterbanyak pertama adalah kategori cukup

sebanyak 31 responden atau 51,7%, tingkat pengetahuan terbanyak kedua

adalah kategori baik sebanyak 18responden atau 30%dan pengetahuan

terbanyak ketiga adalah kategori kurang sebanyak 11 respondenatau 18,3%.

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang

mengadakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan terjadi

melalui panca indra manusia yakni : indra penglihatan, pendengaran

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui

mata dan telinga (melihat dan mendengar).Pengetahuan seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pengalaman, umur, tingkat

pendidikan, informasi, penghasilan dan sosial budaya (Notoatmojo, 2007).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan

bahwa pengetahuan yang dimiliki polisi lalu lintas tentang BHD sebagian

Page 71: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

56

besar memiliki pengetahuan cukup hal ini dipengaruhi oleh tingkat

pendidikan responden. Sebagian besar responden yang berpengetahuan

cukup tentang BHD mempunyai latar belakang pendidikan SMA.

Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin mudah seseorang tersebut untuk menerima informasi.

Pengetahuan sangat erat hubunganya dengan pendidikan dimana seseorang

yang berpendidikan tinggi orang tersebut akan semakin luas pula

pengetahuannya (Wawan & dewi, 2011).

Pengetahuan cukup tentang BHD selain dipengaruhi oleh

pendidikan dapat juga dipengaruhi oleh faktor informasi. Banyak polisi lalu

lintas yang belum terpapar informasi tentang BHD hal ini ditandai dari data

pengisian kuesioner responden, yaitu sebanyak 31 responden sudah

mengetahui tentang pengertian BHD tetapi sebanyak 31 responden tersebut

masih belum memahami tentang circulation dan breathing support.Semakin

banyak informasi yang didapat akan menambah pengetahuan seseorang,

karena dengan pengetahuan akan menimbulkan kesadaran yang akhirnya

seseorang akan bertindak sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya

(Notoatmojo, 2007).

Berdasarkan sumber dari kepolisian Satlantas Polresta Surakarta

hanya ada beberapa polisi yang sudah mendapatkan informasi tentang BHD

yaitu berupa pelatihan BHD dari petugas kesehatan. Dari beberapa respoden

yang sudah mendapatkan informasi berupa pelatihan BHD memiliki

pengetahuan baik tentang BHD. Hasil penelitian terkait pelatihan ini sesuai

Page 72: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

57

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Christie Lontoh (2013) yang

menyatakan bahwa ada pengaruh pelatihan teori Bantuan Hidup Dasar

(BHD) terhadap tingkat pengetahuan.

5.3 Sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar di unit laka dan

patroli Satlantas Polresta Surakarta.

Sikap merupakan suatu reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap sesuatu stimulus atau objek (Wawan & Dewi, 2011).Sikap

adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku

tertentu. Sikap seseorang dipengaruhi oleh : pengalaman pribadi, pengaruh

orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa,

lembaga pendidikan dan lembaga agama dan faktor emosional.

Sikap polisi lalu lintas tentang BHD didapatkan hasil sebagian

besar responden memiliki sikap cukup tentang BHD yaitu sebanyak 36

responden atau 60%. Hal ini ditandai dari data pengisian kuesioner

responden, yaitu sebanyak 24 responden masih banyak yang beranggapan

bahwa tindakan BHD itu hanya menunda korban untuk dibawa ke rumah

sakit responden juga beranggapan BHD itu hanya dilakukan jika jarak

korban kerumah sakit cukup jauh dan responden juga masih banyak yang

beranggapan bahwa dilakukan atau tidak dilakukannya tindakan BHD tidak

akan menyelamatkan korban kecelakaan lalu lintas.

Hal ini terjadi karena responden masih banyak yang belum

terpapar informasi tentang BHD sehingga masih banyak responden yang

Page 73: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

58

memiliki sikap negatif terhadap pernyataan – pernyataan diatas.

Pembentukan sikap tidak terlepas dari pengetahuan yang dimiliki seseorang

semakin tinggi pengetahuan seseorang maka akan semakin positif seseorang

itu bersikap karena dengan pengetahuan menimbulkan kesadaran yang

akhirnya seseorang akan bertindak sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya (Notoatmojo, 2007).

Tiga komponen yang dapat membentuk sikap antara lain

komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif. Komponen

kognitif (komponen perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan

pengetahuan, pandangan, keyakinan yaitu hal – hal yang berhubungan

dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap.(Wawan & Dewi,

2011). Menurut Notoadmojo (2007) setelah seseorang mengetahui stimulus

atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap sesuai stimulus

atau objek tersebut.

5.4 Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas

tentangBantuan Hidup Dasar di unit laka dan patroli Satlantas Polresta

Surakarta.

Secara teori sikap seseorang terdiri dari tiga komponen yaitu

komponen kognitif, komponen afektif dan komponen konatif (Wawan &

Dewi, 2011). Proses sikap seseorang dimulai dari pengetahuan yang

dimiliki. Pengetahuan seseorang dapat menentukan sikap orang tersebut dan

sikap dapat menjadi awalan suatu perilaku (Isti Chahyani, 2012). Beberapa

Page 74: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

59

penelitian telah membuktikan teori tersebut, sesuai dengan hasil penelitian

yang dilakukan Ahmad Ikhlasul Amal (2013) yang mengatakan ada

hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap ibu dalam pencegahan

keracunan pada anak usia 1- 5 tahun di kelurahan Karangrejo Semarang.

Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji statistik pengolahan data yang

menggunakan perhitungan korelasi Spearman Rank menghasilkan nilai

probabilitas sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α=0,05 maka dapat

disimpulkan ada hubungan bermakna antara pengetahuan dengan sikap polisi

lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar di unit laka dan patroli Satlantas

Polresta Surakarta.

Pengetahuan dan sikap sangat berkaitan erat satu dengan lainnya

dan memegang peranan penting dalam berperilaku secara utuh(Notoatmodjo,

2003).Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).BHD dapat menekan

angka kematian sampai 85 % akibat kecelakaan lalu lintas (Pamaya, 2014)

BHD penting untuk diketahui oleh polisi lalu lintas karena polisi lalu lintas

bertugas menangani kecelakaan lalu lintas sehingga akan sering menolong

korban kecelakaan lalu lintas. Pengetahuan polisi akan mempengaruhi sikap

polisi sedangkan pengetahuan dan sikap polisi akan menjadi awalan suatu

perilaku dalam pemberian penanganan BHD pada korban kecelakaan lalu

lintas.

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pertimbangan untuk

meningkatkan pengetahuan tentang BHD di anggota kepolisian lalu lintas

Page 75: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

60

sehingga akan meningkatkan kualitas profesi aparat kepolisian lalu lintas

dalam melayani masyarakat khususnya tentang penanganan korban

kecelakaan lalu lintas yang memerlukan pemberian bantuan BHD.

Page 76: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

61

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

6.1.1 Karakteristik responden

Sebagian besar responden berada pada usia 20 – 40 (dewasa awal),

sebagian besar responden berjenis kelamin laki – laki dan sebagian besar

responden berpendidikan terakhir SMA.

6.1.2 Tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang BHD

Tingkat pengetahuan polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar

(BHD) di unit laka dan patroli Satlantas Polresta Surakarta sebagian besar

berada pada kategori cukup.

6.1.3 Sikap polisi lalu lintas tentang BHD

Sikap polisi lalu lintas tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di unit laka

dan patroli Satlantas Polresta Surakarta sebagian besar berada pada

kategori cukup.

Page 77: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

62

6.1.4 Analisa hubungan pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas tentang

BHD.

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap polisi lalu lintas

tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di unit laka dan patroli Satlantas

Polresta Surakarta.

6.2 Saran

6.2.1 Keperawatan

1. Pelatihan tentang BHD harus dilakukan, khususnya kepada polisi lalu

lintas untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan tentang BHD.

2. Pelayanan keperawatan diharapkan dapat mengadakan training atau

penyegaransecara berkala tentangcara pemberian BHD kepada

anggota polisi lalu lintas.

6.2.2 Kepolisian

1. Institusi kepolisian diharapkan dapat bekerja sama dengan instansi

kesehatan untuk menambah pengetahuan BHD dengan cara

mengadakan pelatihan BHD untuk seluruh anggota polisi lalu lalu

lintas.

2. Perlu ditambahkannya pendidikan tentang BHD dalam akademi

kepolisian.

6.2.3 Peneliti lain

1. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan topik

penelitian terkait tentang BHD, dengan cara mencari korelasi

Page 78: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

63

hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku polisi lalu lintas

tentang BHD.

2. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan metode penelitian dengan

wawancara secara mendalam untuk dapat menggali informasi lebih

dalam tentang pengetahuan BHD.

Page 79: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz Alimul Hidayat.(2014). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik

Analisa Data.Jakarta : Salemba Medika

Agus Riyanto. (2013). Statistik Deskriptif.Yogyakarta : Nuha Medika

Agus Riyanto. (2013). Statistik Inferensial.Yogyakarta : Nuha Medika

Ahmad Ikhlasul Amal. (2013). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan

Sikap Ibu Dalam Pencegahan Keracunan Pada Anak Usia 1-5 Tahun.

Prosiding Konferensi Nasional PPNI Jawa Tengah.

American Heart Association (AHA).(2010). Adult Basic Life Support : Guidelines

for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.

diakses 9 desember 2014, dari

http://circ.ahajournals.org/content/122/18_suppl_3/S685.

American Heart Association (AHA).(2010). Adult Basic Life Support :

International Consensus on Cardiopulmonary Resuscitation and

Emergency Cardiovascular Care Science With Treatment

Recommendations. diakses 9 desember 2014,

http://circ.ahajournals.org/content/122/16_suppl_2/S298.

American Heart Association (AHA).(2010). CPR Overview : Guidelines for

Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.

diakses 9 desember 2014, dari

http://circ.ahajournals.org/content/122/18_suppl_3/S676.

American Heart Association (AHA).(2010). Pediatric Basic Life Support :

Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency

Cardiovascular Care. diakses 9 desember 2014, dari

http://circ.ahajournals.org/content/122/16_suppl_2/S298.

Arikunto, S. 2008. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka

Cipta.

Badan Intelijen Negara Republik Indonesia.(2013). Kecelakaan Lalu Lintas

Menjadi Pembunuh Terbesar Ketiga. Diakses 9 Desember 2014, dari

http://www.bin.go.id/awas/detail/197/4/03/2013/kecelakaan-lalu-lintas-

menjadi-pembunuh-terbesar-ketiga.

Page 80: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

Badan Pusat Statistik. (2012). Banyaknya Kecelakaan Lalu lintas dan Nilai

Kerugiannya di Wilayah Polda Jawa Tengah.diakses 9 desember 2014,

darihttp://jateng.bps.go.id/index.php?option=com_content&view=articled

=691:04-10-15&catid=47:sosial-2012&ltemid=88

Budiman, Agus, R. (2014). Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan Sikap

dalam Penelitian Kesehatan.Jakarta : Salemba Medika.

Christie Lontoh, Maykel Kiling & Djon Wongkar.(2013). Pengaruh Pelatihan

Teori Bantuan Hidup Dasar terhadap Pengetahuan Resusitasi Jantung Paru

Siswa- Siswi SMA Negeri 1 Toili.Ejournal keperawatan.Vol 1. No1

Dede Kharisma Yanti Bala, Abdul Rakhmat & Junaidi.(2014). Gambaran

Pengetahuan dan Pelaksanaan Bantuan Hidup Dasar Perawat Gawat

Darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Labuang Baji

Makassar.Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis.Vol 4. No 4

Depkes, RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia.Departemen Republik Indonesia.

Jakarta

Elda Lunera Hutapea. (2012). Gambaran Tingkat Pengetahuan Polisi Lalu Lintas

tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di kota Depok. Skripsi.Universitas

Indonesia.Depok.

Hardisman. (2014).Gawat Darurat Medis Praktis.Yogyakarta : Gosyen Publishing

Herjajulianti E dkk.(2003). Pendidikan Kesehatan Gigi.Jakarta : EGC

Hurlock, B. E. (2007). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Suatu

Rentang Kehidupan. Bandung : Airlangga

Isti Chahyani. (2012). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Mahasiswa

Reguler FIK UI Terhadap RUU Keperawatan.Skripsi.Universitas

Indonesia.Depok.

Nanang Martono. (2010). Statistik Sosial Teori dan Aplikasi Program

SPSS.Yogykarta : Gava Media

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan perilaku kesehatan.Jakarta :

Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku.Jakarta :

Rineka Cipta

Page 81: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-ambarwatin... · 2.7 Teknik head tilt-chin lift dan jaw thrust 26 2.8 Memberikan

Nursalam.(2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika

Nur Setiaji Pamungkas. (2011). Analisis Karakteristik Kecelakaan dan Faktor –

fakktor kecelakaan pada jalan bebas hambatan. Teknik.Vol 6. No 2.

Pamaya Emilia Lumangkun, Lucky T. Kumaat &Sefti Rompas.(2014). Hubungan

Karakteristik Polisi Lalu Lintas dengan Tingkat pengetahuan Bantuan

Hidup Dasar.E-Jurnal Keperawatan.Vol 2. No.2

Potter & Perry. (2009). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan

praktik. Jakarta : EGC.

Rudolph W. Koster, Michael A. Baubin, Leo L. Bossaert, Antonio Caballero,

Pascal Cassan, Maaret Castren, at al. (2010). European Resuscitation

Council Guidelines for Resuscitation 2010 Section 2.Adult basic life

support and use of automated external defibrillators.Resuscitation.diakses

9 desember 2014, dari http://www.resus.org.uk/pages/gl2010.pdf

Santrock, J.W. (2007). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga

Siti Aspuah. (2013). Kumpulan Kuesioner dan Instrumen Penelitian

Kesehatan.Yogyakarta : Nuha Medika

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :

Alfabeta CV

Suharty Dahlan, Lucky kumaat & Franly Onibala. (2014). Pengaruh Pendidikan

Kesehatan Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) terhadap Tingkat

Pengetahuan Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Wori Kecamatan Wori

Kabupaten Minahasa Utara.E-journal keperawatan.Vol 2. No 1

Sayekti Udi Utama, Rahadyan Magetsari, Vitalis Pribadi. (2008). Estimasi

Prevalensi Kecelakaan Lalu Lintas dengan Metode Capture -

Recapture.Berita Kedokteran Masyaraka.Vol. 24. No. 1

V. Wirtna Sujarweni. (2014). Metodologi Penelitian Keperawatan.Yogyakarta :

Gava Media

Wahyu Wulan Fitriah, Muhammad Mashuri & Irhamah.(2012). Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Keparahan Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Kota

Surabaya dengan Pendekatan Bagging Regresi Logistik Ordinal.Jurnal

sains dan seni ITS.Vol.1.No.1.

Wawan, A & Dewi M. (2011).Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan

Prilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika