hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap … · perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI
VISUAL ASAM ASETAT DALAM RANGKA DETEKSI DINI KANKER CERVIKS
(DI PUSKESMAS BLOOTO KECAMATAN PRAJURIT KULON MOJOKERTO)
TESIS
Guna memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Program Studi Kedokteran Keluarga
Minat Utama: Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh:
Ninik Artiningsih
NIM :S 541002042
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI
VISUAL ASAM ASETAT DALAM RANGKA DETEKSI DINI KANKER CERVIKS
(DI PUSKESMAS BLOOTO KECAMATAN PRAJURIT KULON MOJOKERTO)
Disusun Oleh:
Ninik Artiningsih
NIM :S 541002042
Telah disetujui oleh tim pembimbing
Dewan Pembimbing
Jabatan
Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Nunuk Suryani, M.Pd NIP 19661108 199003 2 001 Jarot Subandono, dr., M.Kes NIP 19680704 199903 1 002
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr., PAK.,MM., M.Kes
NIP 19480313 197610 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI
VISUAL ASAM ASETAT DALAM RANGKA DETEKSI DINI KANKER CERVIKS
(DI PUSKESMAS BLOOTO KECAMATAN PRAJURIT KULON MOJOKERTO)
Disusun Oleh:
Ninik Artiningsih
NIM :S 541002042
Telah disetujui oleh tim penguji
Pada tanggal…..
Jabatan
Nama Tanda Tangan
Ketua Sekretaris Anggota
Prof.Dr. Ambar Mudigdo, dr., Sp.PA (K) NIP 19490317 197609 1 001 Dr. Hermanu, M.Pd NIP 19560303198603 1 001 Dr. Nunuk Suryani, M.Pd NIP 19661108199003 2 001 Jarot Subandono, dr., M.Kes NIP 19680704 199903 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
Saling berlakulah jujur dalam ilmu dan jangan saling merahasiakannya. Sesungguhnya berkhianat dalam ilmu pengetahuan lebih berat hukumannya daripada berkhianat dalam harta. (HR. Abu Na’im)
Tuntutlah ilmu dan belajarlah ilmu untuk ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu. (HR. Ath-Thabrani)
Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke syorga. (HR. Muslim).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
LEMBAR PERSEMBAHAN
KUPERSEMBAHKAN KARYA INI KEPADA:
SUAMI DAN ANAK ANAKKU
DUNIA KEBIDANAN
ALMAMATERKU
Siapa yang ingin mencapai puncak sukses, dia harus memanjat dan mendakinya, bukan melompatinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : NINIK ARTININGSIH
NIM. : S.541002042
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis saya yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP
WANITA USIA SUBUR DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI
VISUAL ASAM ASETAT DALAM RANGKA DETEKSI DINI KANKER
CERVIKS (DI PUSKESMAS BLOOTO KECAMATAN PRAJURIT KULON
MOJOKERTO) Adalah benar-benar karya otentik saya sendiri. Hal-hal yang
terdapat dalam tesis ini dan yang bukan karya saya diberi tanda kutipan dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila diketahui di kemudian hari terbukti
bahwa pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut
Surakarta, April 2011
Yang membuat pernyataan,
NINIK ARTININGSIH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRAK
Ninik Artiningsih. S 541002042. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat Dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Cervik. Tesis Program Studi Magister Kedokteran Keluarga. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011
Kanker leher rahim (kanker serviks) merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh didalam rahim atau serviks yang dapat terjadi pada wanita usia 35-55 tahun. Hal ini dapat dicegah dengan tindakan yang efektif melalui IVA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan Wanita Usia Subur dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks
Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Sampel sebesar 100 WUS yang ada di wilayah Puskesmas Blooto Kota Mojokerto yang memenuhi criteria inklusi, diambil dengan teknik cluster random sampling. Variabel bebas adalah pengetahuan dan sikap WUS, sedangkan variabel terikatnya pemeriksaan IVA. Lembar kuesioner digunakan untuk pengumpulan data yang sudah diukur validitas dan reliabilitasnya dan selanjutnya data dianalisis dengan korelasi person dan regresi dengan bantuan komputer program SPSS.
Hasil analisis statistic menunjukkan ada hubungan yang bermakna dan positif antara pengetahuan WUS dengan perilaku pemeriksaan IVA (p=0,000 dan r=0,535). Ada hubungan yang bermakna dan positif antara sikap WUS dengan perilaku pemeriksaan IVA (p=0,000 dan r=0,381). Secara simultan pengetahuan dan sikap berpengaruh terhadap perilaku pemeriksaan IVA pada WUS di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto sebesar 49,3%
Kesimpulan penelitian ini adalah hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap WUS dengan pelaksanaan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker servik. Hendaknya dilakukan peningkatan pengetahuan wanita usia subur di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto mengenai pemeriksaan IVA. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan arus informasi baik melalui Puskesmas, dokter praktik pribadi, bidan praktik swasta, media elektronika, maupun penyuluhan-penyuluhan
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap WUS, Perilaku pemeriksaan IVA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRACT
Ninik Artiningsih. S 541002042. Relationship Between Level Knowledge and Attitudes of Fertile Aged Women with Behavior Inspection Visual Acetic Acid in the Context of Early Detection of Cervik Cancer. Thesis Studai Family Medicine Program. Graduate Program Sebelas Maret University of Surakarta. 2011
Cervical cancer is a malignant tumor that grows inside the uterus or cervix that may occur in women aged 35-55 years. This can be prevented by effective action through IVA. The purpose of this study to determine the relationship between the level of knowledge and Women Aged Fertile with IVA inspection within the framework of early detection of cervical cancer
This study is a cross sectional analytic approach. Samples of 100 women in the area of PHC Blooto Mojokerto who meet criteria for inclusion, extracted with cluster random sampling technique. The independent variable was the knowledge and attitude of women, while the dependent variable IVA behavior. Questionnaire used for data collection that has measured the validity and reliability and then the data were analyzed by correlation and regression persons with SPSS.
The result of statistical analysis showed there was significant and positive relationship between knowledge and behavior examination women IVA (p = 0.000 and r = 0.535). There is a significant and positive relationship between attitude and behavior examination women IVA (p = 0.000 and r = 0.381). Simultaneously, knowledge and attitudes influence the behavior of IVA on women in Blooto PHC, Prajurit Kulon Mojokerto City, amounting to 49.3% The conclusion of this research is a significant relationship between knowledge and attitude to the implementation of inspection women IVA in order the early detection of cervical cancer. It should be improving the knowledge of women of childbearing age in Blooto PHC, Prajurit Kulon, Mojokerto on behavior IVA. This can be done by increasing the flow of information through health centers, private practice physicians, midwife private practice, electronic media, and the extension-extension
Keywords : Knowledge, Attitude women, IVA Behavior
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
karunia dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul
“HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA
USIA SUBUR DENGAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT
DALAM RANGKA DETEKSI DINI KANKER CERVIKS”. Tesis ini disusun
untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Kesehatan pada
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penyusunan tesis ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak, sehingga pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H.M. Syamsul Hadi, dr., Sp.KJ., selaku Rektor Universitas Sebelas
Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
menjalani pendidikan Pascasarjana di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan surat
keputusan pengangkatan dosen pembimbing proposal mahasiswa program
studi Magister Kedokteran Keluarga.
3. Prof. Dr. Didik Gunawan Tamtomo, dr, PAK, MM, M.Kes, selaku ketua
Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
menempuh pendidikan di Program Studi Magister Kedokteran Keluarga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
4. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang senantiasa
membimbing dan memberikan arahan dalam penyelesaian tesis ini.
5. Jarot Subandono, dr., M.Kes., selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dalam penyelesaian tesis ini.
6. Suami dan anak anak tercinta, terima kasih dukungan moril, material dan
doanya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan
penulisan tesis ini.
7. Teman – teman seperjuangan mahasiswa pascasarjana kelas paralel I
Program Magister Kedokteran Keluarga Universitas Sebelas Maret
Surakarta 2010, terima kasih atas kerjasama selama pendidikan dan
penyusunan tesis ini.
Semoga semua kebaikan yang diberikan memperoleh imbalan dari Allah
SWT dicatat sebagai amal sholeh. Akhirnya saran dan kritik yang membangun
untuk perbaikan tesis ini sangat penulis harapkan.
Surakarta, Maret 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING………………………………
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI…………………………………….
MOTTO……………………………………………………………………….
PERSEMBAHAN……………………………………………………………
PERNYATAAN……………………………………………………………..
ABSTRAK…………………………………………………………………….
ABSTRACT…………………………………………………………………….
KATA PENGANTAR………………………………………………………
DAFTAR ISI………………………………………………………………….
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….
A. Latar Belakang…………………………………...…………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………..
C. Tujuan Penelitian…………………………………………….
D. Manfaat Penelitian…………………………………………...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………...…
A. Kajian teori………………………………………………….
1. Konsep Pengetahuan…………………………………….
2. Konsep Sikap……………………………………………
3. Konsep Wanita Usia Subur……………….………………
4. Inspeksi Visual Asam Asetat……………………………
B. Penelitian yang relevan……………………………………….
C. Kerangka Berfikir……………………..………………………
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
xi
xiv
xv
xvi
xvii
1
1
3
3
4
5
5
5
13
20
21
29
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
D. Hipotesis ……………………………………………………..
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………..
A. Desain Penelitian……………………………………………
B. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………
C. Populasi, Sampel dan Sampling………………………………
D. Identifikasi Variabel Penelitian……………………………..
E. Definisi Operasional Variabel………………………………
F. Instrumen dan Analisis Uji Coba Penelitian…………………
G. Teknik Pengumpulan Data……………………………………
H. Teknik Analisis Data………………………………………….
I. Etika Penelitian………….……………………………………
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN…………………..
A. HASIL PENELITIAN………………………………………………...
1. Data Umum Penelitian…………………………………………….
a. Umur Responden……………………………………………...
b. Pendidikan Responden………………………………………..
2. Data Khusus Penelitian……………………………………………
a. Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan IVA……………….
b. Sikap WUS terhadap prilaku pemeriksaan IVA………………
c. Perilaku WUS dalam pemeriksaan IVA………………………
3. Uji Hipotesis Penelitian ………………………………………...
a. Hubungan Pengetahuan WUS dengan Pemeriksaan IVA…….
b. Hubungan Sikap WUS dengan Pemeriksaan IVA……………
c. Hubungan antar Tingkat Pengetahuan dan Sikap WUS dengan
Pemeriksaan IVA……………………………………
B. PEMBAHASAN………………………………………………………
1. Hubungan Tingkat Pengetahuan WUS Dengan Pemeriksaan IVA.
2. Hubungan Sikap WUS Dengan Pemeriksaan IVA………………
32
33
33
33
33
35
35
37
43
44
48
49
49
49
49
50
50
50
52
53
55
55
56
57
59
59
62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
3. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap WUS Dengan
Pemeriksaan IVA Dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Cerviks…
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN………………………
A. SIMPULAN………………………………………………………
B. IMPLIKASI………………………………………………………….
1. Implikasi Teoritis…………………………………………………
2. Implikasi Managerial……………………………………………...
C. SARAN………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
LAMPIRAN…………………………………………………………………..
64
69
69
69
69
69
70
71
73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Perbandingan IVA dengan test penapisan lain……………
Hasil uji validitas variabel pengetahuan tentang IVA ……
Hasil uji validitas item butir soal variabel sikap………….
Hasil uji validitas item soal perilaku pemeriksaan IVA….
Hasil uji reliabilitas kuesioner…………………………….
Distribusi Kelompok Umur Wanita Usia Subur………….
Distribusi Tingkat Pendidikan Wanita Usia Subur……….
Distribusi Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang IVA…
Indikator Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang IVA….
Distribusi Sikap Wanita Usia Subur Terhadap IVA………
Indicator Sikap Wanita Usia Subur Terhadap IVA……….
Distribusi Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Pemeriksaan
IVA………………………………………………………..
Indikator Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Pemeriksaan
IVA……………………………………………………….
Hubungan Antara Pengetahuan Wanita Usia Subur dengan
Pemeriksaan IVA………………………………………….
Hubungan Antara Sikap WUS dengan Perilaku Pemeriksaan
IVA…………………………………………………………
Ringkasan Analisis Regresi Berganda……………………..
Analisis Regresi Berganda Berdasarkan Koefisien
Determinan…………………………………………………
23
39
40
41
42
49
50
50
51
52
53
53
54
55
56
58
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Kerangka berpikir……………………………………… 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH
Depkes RI = Departemen Kesehatan Republik Indonesia
HIV = Human Immunoe Virus
IVA = Inspeksi Visual Asam Asetat
Mupar = Muda Paritas Rendah
Puskesmas = Pusat Kesehatan Masyarakat
WUS = Wanita Usia Subur
% = Prosentase
p = Probability n = alfa atau tingkat kesalahan
r = koefisien korelasi
R2 = R kuadrat atau koefisien determinan
df = derajat bebas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Kisi kisi instrumen penelitian……………………..
Kuesioner Penelitian………………………………
Kunci Jawaban Kuesionar ……………………….
Permohonan menjadi responden………………….
Persetujuan menjadi responden…………………..
Jadwal Penelitian …………………………………
Lembar Konsul Dosen Pembimbing …………….
Rekapitulasi Data Hasil Penelitian………………..
Hasil Analisis Data……………………………….
73
74
77
80
81
82
83
84
90
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker leher rahim (kanker serviks) merupakan sebuah tumor ganas yang
tumbuh didalam rahim atau serviks yang dapat terjadi pada wanita usia 35-55
tahun. Kanker leher rahim dapat dicegah dengan tindakan yang efektif melalui
IVA (Sukaca, 2009). IVA singkatan dari Inspeksi Visual Asam Asetat adalah
cara yang mudah murah dan dapat dilakukan oleh bidan atau tenaga medis
puskesmas. prinsip kerja pemeriksaan ini adalah dengan cara mengolesi mulut
rahim dengan asam asetat. kondisi keasaman lendir di permukaan mulut rahim
yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan berubah warna menjadi putih.
melalui bantuan cahaya, petugas medis akan dapat melihat bercak putih pada
mulut rahim (Nurcahyo, 2010 ).
Data yang didapat dari yayasan kanker indonesia (2007) menyebutkan setiap
tahunnya sekitar 500.000 perempuan di diagnosa menderita kanker serviks dan
lebih dari 250.000 meninggal dunia (Sukaca, 2009). Angka kejadian kanker leher
rahim di Indonesia tahun 2008 diperkirakan sekitar 150 (0,15%) - 180 (0,18%) per
100.000 penduduk. Penderita kanker leher rahim umumnya datang kedokter
kandungan sudah terlambat, sehingga pengobatan yang didapat hanya perawatan
paliatif yang masih bisa dilakukan untuk tujuan peningkatan kualitas hidupnya
(Sherman, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pada tahun 2008 sekitar 20.000 perempuan di Jawa Timur didiagnosa
menderita kanker leher rahim dan 41 kasus meninggal dunia (Suhaemi, 2009). Di
Kota Mojokerto khususnya di Puskesmas Blooto jumlah Wanita Usia Subur
(WUS) dengan lesi prakanker ditemukan relative tinggi, pada pelaksananan
pemeriksaan IVA tanggal 14 april 2010 dari 40 Wanita Usia Subur yang
diperiksa 11 Wanita Usia Subur atau 27,5 % dinyatakan lesi pra kanker positif
,bulan Mei 2010 dilakukan pemeriksaan IVA pada 151 Wanita Usia Subur
dinyatakan IVA positif 36 Wanita Usia Subur atau 23,8% , dan Agustus 2010
diperiksa 60 Wanita Usia Subur dinyatakan IVA positif 20 Wanita Usia Subur
atau 33,3% . tingginya Wanita Usia Subur dengan lesi prakanker positif tidak
dibarengi dengan tingginya jumlah Wanita Usia Subur yang mau melakukan
pemeriksaan IVA, pada tahun 2009 Wanita Usia Subur yang diperiksa IVA
sebanyak 47 orang dari 5322 Wanita Usia Subur atau baru 0,87 %, pada tahun
2010 dari 5393 Wanita Usia Subur sudah diperiksa IVA 312 Wanita Usia Subur
atau 5,8% jumlah ini masih jauh dari target yang diharapkan yaitu 80%(Laporan
tahunan Puskesmas Blooto kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto, 2009-
2010). Berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Blooto kecamatan Prajurit
Kulon Kota Mojokerto pada tanggal 28 Nopember 2010 dilakukan wawancara
pada 10 wanita usia subur didapatkan 8 (80%) wanita usia subur tidak tahu
tentang IVA dan 2 (20%) wanita usia subur tahu tentang IVA. Dari 10 Wanita
Usia Subur hanya 1(10%) Wanita yang mau melakukan pemeriksaan IVA. Dari
data diatas menunjukkan kurangnya pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur
untuk mau diperiksa IVA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan terdiri dari umur, intelegensi,
kepribadian, pendidikan, lingkungan, sosial budaya, informasi, pengalaman,
motivasi, sumber informasi, minat dan pekerjaan (Meliono, 2008). Rendahnya
pengetahuan Wanita Usia Subur tentang IVA menyebabkan sikap Wanita Usia
Subur kurang dalam melakukan pemeriksaan IVA untuk deteksi kanker mulut
rahim. Dampak dari rendahnya sikap Wanita Usia Subur menyebabkan sebagian
besar wanita datang berkunjung dengan diagnosa kanker leher rahim stadium
lanjut (Sarwana, 2005). Oleh karena itu, penyampaian informasi pada wanita usia
subur tentang IVA sangat diperlukan untuk dapat merubah perilaku masyarakat
terutama wanita usia subur, tenaga kesehatan (bidan) dapat mendeteksi
kemungkinan kanker leher rahim dengan memperhatikan gejala klinik dan pada
pemeriksaan dalam.
Melihat latar belakang di atas maka peneliti tertarik mengadakan penelitian
dengan judul “ Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap Wanita Usia
Subur dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks di
Puskesmas Blooto kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto”.
B. Rumusan masalah
1. Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan Wanita Usia Subur dengan
pemeriksaan IVA ?
2. Adakah hubungan sikap Wanita Usia Subur dengan pemeriksaan IVA ?
3. Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur
dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan Wanita Usia
Subur dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks .
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi hubungan pengetahuan Wanita Usia Subur dengan
pemeriksaan IVA
b. Mengidentifikasi hubungan sikap Wanita Usia Subur dengan pemeriksaan
IVA
c. Menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap Wanita Usia
Subur dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai masukan dan pengetahuan tentang IVA (inspeksi visual asam
asetat) sehingga ibu dapat melakukan pencegahan dan pemeriksaan lebih
dini tentang kanker leher rahim atau serviks.
b. Sebagai sumber pembelajaran mahasiswa dalam mata kuliah kesehatan
reproduksi khususnya tentang kanker cerviks dan pemeriksaan IVA.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Puskesmas hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan
dan masukan bagi tenaga kesehatan,khususnya dalam memberikan
informasi tentang deteksi dini kanker serviks.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
b. Bagi peneliti hasil penelitian ini berguna untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan reproduksi pada Wanita Usia Subur khususnya dalam rangka
deteksi dini kanker cervik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Konsep Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007 ).
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh
manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda
atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya (Meliono, 2008)
Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi melalui proses sensoris,
khususnya mata dan telinga dalam proses tertentu.Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt
behaviour) (Sunaryo,2004).
b. Ranah Kognitif
Sunaryo (2004) berpendapat bahwa pengetahuan dibagi kedalam 6
domain yang meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1). Tahu (Know)
Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Tahu
artinya dapat mengingat kembali suatu materi yang pernah dipelajari
sebelumnya yaitu dapat menyebutkan, menguraikan, mendifinisikan dan
menyatakan.
2). Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
dan dapat menginterprestasikan dengan benar tentang objek yang
diketahui.
3). Penerapan (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada
situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum-hukum, rumus-
rumus, metode-metode dalam situasi nyata.
4). Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menguraikan objek ke dalam bagian-bagian
yang lebih kecil tetapi masih di dalam suatu struktur objek tersebut dan
masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah dapat
menggambarkan, membuat bagan, memisahkan membuat bagan, proses
adopsi perilaku dan dapat membedakan pengertian psikologi dan
fisiologi.
5). Sintesis (Synthesis)
Suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Ukuran kemampuan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
menyusun, meringkaskan, merencanakan, menyesuaikan suatu teori atau
rumusan yang telah ada.
6). Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek,
evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau dapat menyusun
sendiri (Sunaryo, 2004 ).
c. Proses Adopsi Perilaku
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum
orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri seseorang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1). Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek.
2). Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini
sikap subjek sudah mulai timbul.
3). Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik atau buruknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4). Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang dikehendaki oleh stimulus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
5). Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
(Notoatmodjo, 2007 )
d. Cara Memperoleh Pengetahuan
Notoatmodjo (2005) berpendapat bahwa pengetahuan sepanjang sejarah
dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara yang telah digunakan
untuk memperoleh kebenaran, yaitu :
1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
a). Cara coba-coba salah (Trial dan Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan dan
bahkan mungkin sebelum adanya peradapan yang dilakukan dengan
menggunakan kemungkinaan yang lain sampai masalah dapat
dipecahkan.
b). Cara kekuasaan atau otoriter
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang
dikemukakan oleh orang yang punya otoriter, tanpa terlebih dahulu
membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun
berdasarkan masa lalu.
c). Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang
dihadapkan pada masa lalu.
d). Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikiran, baik melalui induksi maupun deduksi.
Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-
pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi, sedangkan
deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan
umum kepada yang khusus.
2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut “ metode penelitian ilmiah “ atau lebih populer
disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh
Franeuis Bacor (1561-1626) kemudian dikembangkan oleh Deobold van
Dallien akhirnya lahir suatu cara penelitian yang dewasa ini kita kenal
sebagai metodologi penelitian ilmiah.
e. Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan
1). Faktor Internal
a). Umur
Menurut Hurlock yang dikutip oleh Nursalam dan Pariani (2001),
semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan sesorang akan
lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
b). Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan
berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.
Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari
proses belajar.Perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh
pula terhadap tingkat pengetahuan (Hendra AW,2008).
c). Kepribadian
Kepribadian adalah karakteristik individu yang bisa dipengaruhi
oleh lingkungan sekitarnya. Kepribadian yang terbuka akan memiliki
pengetahuan yang lebih tinggi dikarenakan terbuka pada semua informasi
baru yang datang dari luar. Sebaliknya kepribadian tertutup (introfet)
akan memiliki pengetahuan yang kurang (Desmita, 2006 ).
2). Faktor Eksternal
a). Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga
sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Tingkat pendidikan turut
pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan yang mereka peroleh (Hendra AW,2008).
b). Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan
pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku
orang atau kelompok (Nursalam dan Pariani,2001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c). Sosial budaya
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya
dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami poses
belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
d). Informasi
Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang juga dipengaruhi oleh
informasi. Semakin banyak orang menggali informasi baik dari media
cetak maupun media elektronik maka pengetahuan yang dimiliki
semakin meningkat.
e).Pengalaman
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk
memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
masalah yang dihadapi di masa lalu. Orang yang memiliki pengalaman
akan mempunyai pengetahuan yang baik dibandingkan dengan orang
yang tidak memiliki pengalaman.
f).Motivasi
Motivasi adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang
secara sadar maupun tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan
tertentu (Yasin, 2008 ).
g).Sumber Informasi
Informasi dapat diperoleh di rumah, di sekolah, lembaga
organisasi, media cetak dan tempat pelayanan kesehatan. Pemberian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
informasi seperti cara-cara pencapaian hidup sehat akan meningkatkan
pengetahuan masyarakat yang dapat menambah kesadaran untuk
berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
h). Minat
Minat sebagai sumber motivasi yang akan mengarahkan seseorang
pada apa yang akan mereka lakukan bila diberi kebebasan untuk
memilihnya. Bila mereka melihat sesuatu itu mempunyai arti bagi
dirinya, maka mereka akan tertarik terhadap sesuatu itu yang pada
akhirnya nanti akan meningkatkan pengetahuan seseorang.
i). Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Adanya suatu
pekerjaan pada seseorang akan menyita banyak waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut. Status pekerjaan yang rendah sering
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
f. Pengukuran Tingkat Pengetahuan
Kategori pengetahuan menurut Nursalam (2008) yaitu :
Baik : nilai 76 – 100%
Cukup : nilai 56 – 75%
Kurang : nilai < 56%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2. KONSEP SIKAP
a. Pengertian Sikap
Dalam memberikan definisi tentang sikap, diantara para ahli banyak
terjadi perbedaan. Terjadinya hal ini karena sudut pandang yang berbeda
tentang sikap itu sendiri. Studi mengenai sikap merupakan studi yang penting
dalam bidang psikologi sosial. Konsep tentang sikap sendiri telah melahirkan
berbagai macam pengertian diantara para ahli psikologi. Sikap pada awalnya
diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu tindakan. Konsep itu
kemudian berkembang semakin luas dan digunakan untuk menggambarkan
adanya suatu niat yang khusus atau umum, berkaitan dengan kontrol terhadap
respon pada keadaan tertentu Azwar (1995), menggolongkan definisi sikap
dalam tiga kerangka pemikiran. Pertama, kerangka pemikiran yang diwakili
oleh para ahli psikologi seperti Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles
Osgood. Menurut mereka sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi
perasaan. Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan
mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung
atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Kedua, kerangka
pemikiran ini diwakili oleh ahli seperti Chief, Bogardus, LaPierre, Mead dan
Gordon Allport. Menurut kelompok pemikiran ini sikap merupakan semacam
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan caracara tertentu. Dapat
dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecenderungan
yang potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu
dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon . Ketiga,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
kelompok pemikiran ini adalah kelompok yang berorientasi pada skema
triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan
konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi
didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa
sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial
untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif,
afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan
berperilaku terhadap suatu objek.
b. Pembentukan Sikap
Seseorang tidak dilahirkan dengan sikap dan pandangannya, melainkan
sikap tersebut terbentuk sepanjang perkembangannya. Dimana dalam
interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap
berbagai objek psikologis yang dihadapinya (Azwar, 1995).
Dari beberapa pendapat di atas, Azwar (1995) menyimpulkan bahwa
factor faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman
pribadi kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi
atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri
individu.
1). Pengalaman pribadi
Middlebrook (dalam Azwar, 1995) mengatakan bahwa tidak adanya
pengalaman yang dimiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis,
cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sikap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam
situasi yang melibatkan emosi, karena penghayatan akan pengalaman
lebih mendalam dan lebih lama membekas.
2). Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu pada umumnya cenderung memiliki sifat yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting yang didorong
oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari
konflik.
3) . Pengaruh kebudayaan
Burrhus Frederic Skin, seperti yang dikutip Azwar sangat
menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam
membentuk pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku
yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement yang kita
alami (Hergenhan dalam Azwar, 1995). Kebudayaan memberikan corak
pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaanlah yang
menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap berbagai masalah.
4). Media massa
Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar,
majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa memberikan
pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat, pesan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal
sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5). Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang
boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran
agama sangat menentukan system kepercayaan maka tidaklah
mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut
berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.
Apabila terdapat sesuatu hal yang bersifat kontroversial, pada umumnya
orang akan mencari informasi lain untuk memperkuat posisi sikapnya
atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap memihak.
Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga
pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi determinan tunggal
yang menentukan sikap.
6). Faktor emosional
Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran prustrasi atau pengalihan bentuk
mekamisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap
yang sementara dan segera berlalu begitu prustrasi telah hilang akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan
lama.
c. Perubahan dan Fungsi Sikap
Sikap ternyata dapat berubah dan berkembang karena hasil dari proses
belajar, proses sosialisasi, arus informasi, pengaruh kebudayaan dan adanya
pengalaman-pengalaman baru yang dialami individu (Davidoff, 1991).
Katz (dalam Azwar ,1995) menyebutkan fungsi sikap ada empat, yaitu :
1). Fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat yang menunjukkan bahwa
individu dengan sikapnya berusaha untuk memaksimalkan hal-hal yang
diinginkannya dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkannya.
Dengan demikian, maka individu akan membentuk sikap positif
terhadap hal-hal yang dirasakan akan mendatangkan keuntungan dan
membentuk sikap negatif terhadap hal-hal yang merugikannya.
2). Fungsi pertahanan ego yang menunjukkan keinginan individu untuk
menghindarkan diri serta melindungi dari hal-hal yang mengancam
egonya atau apabila ia mengetahui fakta yang tidak mengenakkan ,
maka sikap dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang
akan melindunginya dari kepahitan kenyataan tersebut.
3). Fungsi pernyataan nilai, menunjukkan keinginan individu untuk
memperoleh kepuasan dalam menyatakan sesuatu nilai yang dianutnya
sesuai dengan penilaian pribadi dan konsep dirinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
4). Fungsi pengetahuan menunjukkan keinginan individu untuk
mengekspresikan rasa ingin tahunya, mencari penalaran dan untuk
mengorganisasikan pengalamannya.
d. Penerjemahan Sikap Dalam Tindakan
Werner dan Pefleur (Azwar, 1995) mengemukakan 3 postulat guna
mengidentifikasikan tiga pandangan mengenai hubungan sikap dan perilaku,
yaitu postulat of consistency, postulat of independent variation, dan
postulate of contigent consistency.
Berikut ini penjelasan tentang ketiga postulat tersebut:
1). Postulat Konsistensi
Postulat konsistensi mengatakan bahwa sikap verbal memberi
petunjuk yang cukup akurat untuk memprediksikan apa yang akan
dilakukan seseorang bila dihadapkan pada suatu objek sikap. Jadi
postulat ini mengasumikan adanya hubungan langsung antara sikap dan
perilaku.
2). Postulat Variasi Independen
Postulat ini mengatakan bahwa mengetahui sikap tidak berarti
dapat memprediksi perilaku karena sikap dan perilaku merupakan dua
dimensi dalam diri individu yang berdiri sendiri, terpisah dan berbeda.
3). Postulat Konsistensi Kontigensi
Postulat konsistensi kontigensi menyatakan bahwa hubungan sikap
dan perilaku sangat ditentukan oleh faktor-faktor situasional tertentu.
Norma-norma, peranan, keanggotaan kelompok dan lain sebagainya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
merupakan kondisi ketergantungan yang dapat mengubah hubungan sikap
dan perilaku. Oleh karena itu, sejauh mana prediksi perilaku dapat
disandarkan pada sikap akan berbeda dari waktu ke waktu dan dari satu
situasi ke situasi lainnya. Postulat yang terakhir ini lebih masuk akal dalam
menjelaskan hubungan sikap dan perilaku.
Apabila individu berada dalam situasi yang betul-betul bebas dari berbagai
bentuk tekanan atau hambatan yang dapat mengganggu ekspresi sikapnya
maka dapat diharapkan bahwa bentuk-bentuk perilaku yang
ditampakkannya merupakan ekspresi sikap yang sebenarnya. Artinya,
potensi reaksi sikap yang sudah terbentuk dalam diri individu itu akan
muncul berupa perilaku aktual sebagai cerminan sikap yang sesungguhnya
terhadap sesuatu. Sebaliknya jika individu mengalami atau merasakan
hambatan yang dapat mengganggu kebebasannya dalam mengatakan sikap
yang sesungguhnya atau bila individu merasakan ancaman fisik maupun
ancaman mental yang dapat terjadi pada dirinya sebagai akibat pernyataan
sikap yang hendak dikemukakan maka apa yang diekspresikan oleh
individu sebagai perilaku lisan atau perbuatan itu sangat mungkin sejalan
dengan sikap hati nuraninya, bahkan dapat sangat bertentangan dengan apa
yang dipegangnya sebagai suatu keyakinan, Semakin kompleks situasinya
dan semakin banyak faktor yang menjadi pertimbangan dalam bertindak
maka semakin sulitlah mempediksikan perilaku dan semakin sulit pula
menafsirkannya sebagai indikator (Azwar, 1995).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
3. Konsep Wanita Usia Subur
a. Pengertian
Wanita usia subur (WUS) adalah wanita yang sudah mengalami
menstruasi dengan umur sampai 15 — 49 tahun (Hanafi, 2004 ).
WUS muda paritas rendah (Mupar) adalah WUS yang berumur dibawah 30
tahun dengan jumlah anak 0-2 orang. WUS bukan Mupar adalah WUS yang
berumur diatas 30 tahun dengan jumlah anak berapa saja atau umur istri
dibawah 30 tahun dengan jumlah anak 3 atau lebih (Wanda, 2009 ).
b. Faktor yang mendorong WUS melakukan IVA
Faktor-faktor yang mendorong wanita usia subur melakukan IVA menurut
(Sumarno, 2009) meliputi:
1) Faktor besarnya jasa pelayanan terhadap IVA dan tempat pelayanan
IVA
2) Faktor kualitas pelayanan terhadap pemeriksaan IVA,
3) Faktor aksesibilitas yang mendorong pemeriksaan IVA dan tempat
pelayanan IVA adalah faktor kemudahan sarana transportasi
4) Faktor dari keunggulan IVA yang murah sehingha mudah dijangkau
oleh masyarakat
5) Pelayanan IVA tidak didukung pemberian informasi yang memadai
6) Hubungan interpersonal yang baik antara petugas dengan WUS hanya
dengan pelayanan swasta
7) Penanganan tindak lanjut dalam pelayanan IVA masih sangat kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
3. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
1. Pengertian
IVA adalah cara yang mudah murah dan dapat dilakukan oleh bidan
atau tenaga medis puskesmas. prinsip kerja pemeriksaan ini adalah dengan
cara mengolesi mulut rahim dengan asam asetat. kondisi kesamaan lendir di
permukaan mulut rahim yang telah terinfeksi oleh sel prakanker akan berubah
warna menjadi putih. melalui bantuan cahaya, petugas medis akan dapat
melihat bercak putih pada mulut rahim (Nurcahyo, 2010 ).
Pemerikasaan serviks secara visual menggunakan asam cuka (IVA)
berarti melihat serviks dengan mata telanjang untuk mendeteksi
absornormalitas setelah pengolesan asam asetat atau cuka (3-5%). Daerah
yang tidak normal kan berubah warna dengan batas yang tegas menjadi putih
(acetowhite), yang mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki lesi
prakanker. IVA adalah praktik yang dianjurkan untuk fasilitas dengan
sumberdaya rendah dibandingkan dengan jenis penapisan lain (Depkes,
2007).
b. Keunggulan IVA
1).Aman, tidak mahal, dan mudah dilakukan
2).Kinerja tes tersebut sama dengan tes-tes lain yang digunakan untuk
penampisan kanker rahim
3).Dapat dipelajari dan dilakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan
disemua jenjang sistem kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
4).Memberikan hasil segera sehingga dapat segera diambil keputusan
mengenai penatalaksanaanya (pengobatan atau rujukan)
5).Sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayan ini mudah didapat
6).Pengobatan langsung dengan krioterapi berkaitan dengan penapisan,
dan
7).Tidak bersifat infasif dan dengan efektif dapat mengidentifikasi bebagai
lesi pra-kanker .(Depkes, 2007)
Tabel 2.1 Perbandingan IVA dengan test penapisan lain
Jenis tes Aman Praktis Terjankau Efektif Available
IVA ya ya ya ya ya
Pap smear ya tidak tidak ya tidak
HPV/DNA
Test
ya tidak tidak ya tidak
Cervicho
graphy
ya tidak tidak ya tidak
Sumber: Depkes, 2007
c. Syarat IVA
1). Dilakukan diluar siklus haid
2). Pada masa kehamilan, nifas dan paska keguguran
3). Sebelum menopause. Pada pasien menopause sudah tidak kelihatan,
deteksi bisa dilakukan dengan pap smear (Depkes RI, 2007 )
d. Faktor risiko penilaian IVA
1). Paritas
2). Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali menikah
3). Pemkaian alat KB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
4). Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali menikah
5). Riwayat infeksi menuklar seksual (termasuk HIV)
6). Merokok
7). Riwayat hasil tes pap sebelumnya yang abnormal
8). Ibu atau saudara perempuan kandung yang menderita kanker leher
rahim
9). Penggunaan steroids atau obat-obat alergi yang lama (kronis)
(Depkes RI, 2007)
Tujuan pemeriksaan IVA
1). Mendapatkan kanker servik pada stadium lebih awal.
2). Untuk mendeteksi secara dini adanya perubahan sel mulut rahim yang
dapat mengarah ke kanker mulut rahim beberapa tahun kemudian.
3). Penanganan secara dini dapat dilakukan sehingga terhindar dari kanker
mulut rahim
4). Pengobatan diharapkan berhasil lebih baik.
(Winkjosastro, 2005 )
d. Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk pemeriksaan IVA menurut
Depkes RI (2007 ):
1). Meja periksa gynecologi dan kursi.
2).Sumber cahaya yang memadai agar cukup menyinari vagina dan
serviks
3). Spekulum graves bivalved (cocor bebek)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
4). Nampan atau wadah.
5). Sarana pencegahan infeksi.
6). Kapas lidi
7). Sarung tangan periksa sekali pakai.
8). Spatula kayu yang masih baru.
9). Larutan asam asetat (3-5%)
10).Larutan clorin 0,5% untuk mensterilkan alat dan sarung tangan.
e. Kategori pemeriksaan IVA
Ada beberapa kategori yang dapat di pergunakan, salah satu kategori
adalah:
1). IVA negatif, maka akan menunjukkan leher rahim normal.
2). IVA radang, adalah serviks dengan radang (servisitis) atau kelainan
jinak lainnya (polip serviks)
3). IVA positif, adalah ditemukannya bercak putih (aceto white
epithelium), inilah gejala prakanker. Kelompok ini yang menjadi
sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA. sebab
temuan ini mengarah pada diagnosis serviks pra kanker (displasia
ringan, sedang, berat atau kanker serviks insitu).
4). IVA kanker serviks, pada tahap ini sangat sulit menurunkan temuan
stadium kanker serviks.
5). Walaupun demikian akan bermanfaat pada penurunan kematian, akibat
kanker serviks bila ditemukan masih dalam stadium invasiv dini
(Stadium IB-IIA).(Sukaca,2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
f. Tindakan IVA.
Tindakan IVA menurut (Depkes RI, 2007 ) meliputi:
1). Menanyakan riwayat singkat tengtang kesehatan reproduksi antara lain:
a). Paritas.
b). Usia pertama kali berhubungan seksual atau usia pertama kali
menikah.
c). Pemakaian alat KB.
d). Jumlah pasangan seksual atau sudah berapa kali menikah.
e). Riwayat infeksi menular seksual (termasuk HIV)
f). Merokok.
g). Riwayat hasil tes pap sebelumnya yang abnormal.
h). Ibu atau saudara perempuan kandung yang menderita kanker leher
rahim.
i). Penggunaan steroid atau obat-obatan alergi yang lama (kronis)
2). Langkah yang dilakukan :
a). Inspeksi genitalia eksterna , apakah terjadi discharge pada mulut
uretra.
b).Masukkan speculum sepenuhnya secara perlahan untuk melihat
serviks. Atur speculum sehingga seluruh leher rahim dapat terlihat
c). Pindahkan sumber cahaya agar serviks dapat terlihat dengan jelas.
d). Amati serviks apakah ada infeksi, keputihan, kista naboti
e). Gunakan lidi kapas untuk membersihkan cairan yang keluar. Buang
kapas lidi ke dalam wadah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
f). Identifikasi ostium servikalis dan daerah di sekitarnya
g). Basahi kapas lidi dengan larutan asam asetat dan oleskan pada servik
sampai seluruh permukaan serviks benar-benar telah teroles secara
merata. Buang kapas lidi yang telah dipakai
h). Tunggu 1 menit agar terserap dan memunculkan reaksi acetowhite.
i). Periksa serviks dengan teliti. Lihat apakah servik mudah berdarah.
Cari adanya bercak putih yang tebal atau epithel acetowhite yang
menandakan IVA positif.
j). Bila pemeriksaan visual telah selesai, gunakan kapas lidi yang baru
untuk menghilangkan sisa asam asetat dari serviks dan vagina. Buang
kapas lidi ke dalam wadah.
k). Lepaskan speculum secara halus.
l). Lakukan pemeriksaan bimanual dan rektrovaginal (bila ada indikasi).
3). Setelah tes IVA.
a). Bersihkan lampu secara PI
b). Celupkan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%
c). Cuci tangan dengan air sabun sampai benar-benar bersih dan
dikeringkan.
d). Minta ibu agar berpakain.
e). Catat temuan hasil tes IVA bersama temuan lain. Gambarkan sebuah
peta serviks pada area yang berpenyakit pada catatan.
f). Diskusi dengan klien hasil tes IVA dan pemerikaan panggul.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
g). Jika hasil negative, beritahu kapan harus control. Jika hasil tes positif
atau diduga kanker , beritahu pengobatan segera yang dapat diberikan
4). Klasivikasi IVA
Tes IVA negative : Halus berwarna merah muda, seragam, tidak
berfitur, ektropion, servitis, ovula Nabothin, dan lesi acetowhite tidak
signifikan .
Tes IVA positif : Bercak putih (acetowhite ephitelium sangat jelas
terlihat) dengan batas yang tegas dan meninggi, tidak mengkilap yang
terhubung atau meluas dari daerah squamo columnar juncon.
Dicurigai kanker : Pertumbuhan massa seperti kembang kol yang mudah
berdarah atau luka bernanah / ulcer
5). Pemberi Pelayanan IVA
Petugas Kesehatan yang terdiri dari:
a). Bidan terlatih IVA.
b). Dokter Umum terlatih IVA.
c). Dokter spesilis Obstretri dan Gynecologi
6). Tempat Pelayanan
a). Rumah Sakit.
b). Puskesmas
c). Puskesmas Pembantu.
d). Polindes.
e). Klinik Dokter Spesialis/ Dokter Umum / Bidan.
(Suhaemi, 2009)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
7). Orang yang harus dirujuk untuk tes IVA
a). Setiap wanita yang sudah atau pernah menikah
b).Wanita yang berisiko tinggi terkena kanker serviks, seperti perokok,
menikah muda, sering berganti pasangan
c).Memiliki banyak anak
d).Mengidap penyakit infeksi menular seksual (Sukaca, 2009)
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
1. Luluk Ikmanun 2009, hubungan antara tingkat pengetahuan dengan motivasi
Wanita Usia Subur melakukan pemeriksaan IVA di Desa cukur gulung
kabupaten Pasuruan . Metode penelitian analitik dengan analisis korelasi
sederhana dari pearson dan hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan
tingkat pengetahuan dan motivasi Wanita Usia Subur untuk melakukan
pemeriksaan IVA pada nilai p = 0,045, menyimpulkan adanya hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan dengan motivasi Wanita Usia Subur
untuk melakukan pemeriksaan IVA
2. Sri Lestari 2010, pengaruh persepsi wanita pasangan usia subur terhadap
pemanfaatan pelayanan IVA di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalifah
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun, Data dianalisis
dengan menggunakan uji regresi logistic berganda dengan tingkat kepercayaan
95%. Hasil penelitian melalui analisis regresi logistik menunjukkan bahwa
variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan IVA yaitu persepsi
keseriusan penyakit (ρ = 0,008), persepsi kerentanan diri (ρ = 0,015), persepsi
manfaat (ρ = 0,035) dan persepsi rintangan (ρ = 0,043). Tidak ada variabel yang
tidak berpengaruh.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
3. Ervin Nuraini 2010, Gambaran Tingkat pengetahuan WUS tentang manfaat IVA
di Desa Jatijajar Kecamatan Trawas, kabupaten Mojokerto. Berdasarkan hasil
penelitian tentang gambaran tingkat pengetahuan ibu dalam melakukan
pemeriksaan pap smear di Desa Jatijejer Kecamatan Trawas Kabupaten
Mojokerto dengan methode penelitian diskriptif dapat disimpulkan bahwa hampir
seluruh responden mempunyai pengetahuan sedang dalam melakukan
pemeriksaan IVA sebanyak 110 responden (90,91%).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
C. KERANGKA BERPIKIR
Kerangka berpikir dari kajian pustaka yang telah diuraikan sebelumnya adalah
sebagai berikut :
↓
Keterangan :
: Diteliti :Tidak diteliti
Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan sikap
WUS dengan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
dalam rangka Deteksi Dini Kanker Cerviks.
PENGETAHUAN WUS
SIKAP WUS
Faktor internal Pengetahuan
1. Umur 2. Intelegensi 3. Kepribadian
Faktor Eksternal Pengetahun 1. Pendidikan 6. Motivasi 2.LingkunganSosial 7. Minat 3. Budaya 8. Pekerjaan 4. Informasi 9. Pengalam 6. Sumber Informasi
Factor yang mempe ngaruhi sikap
1. Pengalaman pribadi 2. Pengaruh orang lain yang
dianggap penting 3. Pengaruh kebudayaan 4. Pengaruh kebudayaan 5. Lembaga pendidikan dan
lembaga agama 6. Faktor emosional
PEMERIKSAAN IVA
DETEKSI DINI KANKER CERVIKS
Pap smear HPV/DNA Test Cervicho graphy
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
D. HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian atau rumusan
masalah (Nursalam, 2008 ).
Dalam penelitian ini diajukan hipotesis penelitian :
a. Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan pemeriksaan inspeksi visual
asam asetat (IVA)
b. Terdapat hubungan antara sikap dengan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam
asetat (IVA)
c. Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan pemeriksaan
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
Pada Wanita Usia Subur dalam rangka deteksi dini kanker cerviks di
Puskesmas Blooto kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah penelitian
analitik dengan pendekatan cross sectional dimana peneliti melakukan observasi
atau pengukuran variabel pada saat yang sama.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah di Puskesmas Blooto kecamatan Prajurit Kulon
Kota Mojokerto Propinsi Jawa Timur. Pengumpulan data dilakukan pada bulan
Pebruari sampai April 2011
C. Populasi, Sampel, dan Sampling
1. Populasi
Populasi adalah objek penelitian atau objek yang akan diteliti
(Arikunto, 2006). Pada penelitian ini populasinya adalah semua Wanita Usia
Subur usia 15 – 49 tahun di wilayah Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit
Kulon Kota Mojokerto sebesar 5393 orang.
2. Sampel dan teknik sampling
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Arikunto, 2006).
Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan rumus slovin :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
n = N
N (d)² + 1
n = 5393 = 5393 = 98 dibulatkan 100
5393 (0,1)² + 1 54,93
Teknik sampling sampel dalam penelitian ini dengan teknik cluster
random sampling yaitu pengambilan sampel yang didasarkan pada kelompok
yang ada pada populasi dan dilakukan secara random. Dalam penelitian ini
sampel terbagi pada 5 puskesmas pembantu yaitu
- Puskesmas Pembantu Kemasan terdiri dari 20 WUS
- Puskesmas pembantu Pekuncen terdiri dari 20 WUS
- Puskesmas Pembantu Prajurit Kulon terdiri dari 20 WUS
- Puskesmas Pembantu Kranggan terdiri dari 20 WUS
- Puskesmas Pembantu Suratan terdiri dari 20 WUS
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk menghilangkan
bias hasil penelitian.Kriteria dalam pemilihan sampel penelitian ini meliputi :
a..Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari
suatu populasi target terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2008).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
1. WUS yang sudah menikah
2. WUS yang sehat jasmani dan rohani
3. WUS yang bersedia menjadi responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
b..Kriteria eksklusi
Merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili
sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
(Nursalam, 2008). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
1. WUS yang belum menikah
2. WUS yang ada pada saat penelitian tetapi sedang sakit
3. WUS yang tidak bisa baca tulis
D. Identifikasi Variabel
Pada penelitian ini variabelnya adalah:
1. Variabel pengaruh atau variabel bebas (independent variabel) yaitu tingkat
pengetahuan dan sikap Wanita Usia Subur
2. Variabel terpengaruh atau variabel terikat (dependent variabel) yaitu
pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks
E. Definisi Operasional
1. Tingkat pengetahuan tentang IVA adalah pemahaman responden tentang
pengertian ,tujuan, keuntungan, cara pemeriksaan,syarat, dan tempat
pelayanan. Cara pengukuran dengan menggunakan kuesioner terstuktur dan
responden diminta menyatakan jawabannya atas pernyataan tentang
pengetahuan yang terdiri dari 12 pertanyaan. Adapun criteria penilaian adalah
dengan memberikan skor 1 jika benar dan skor 0 jika salah untuk pertanyaan
positif (favourable), begitu pula sebaliknya untuk pertanyaan negative
(unfavourable) dengan pemberian skor 0 jika benar dan skor 1 jika salah,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
sehingga skor terendah 0 dan tertinggi 12. Pengukuran data dilakukan
berdasarkan jumlah total skor yang diperoleh responden .
Skala : kontinum
2. Sikap terhadap pemeriksaan IVA adalah pernyataan, pendapat atau anggapan
responden tentang pemeriksaan IVA.
Cara pengukuran dengan menggunakan kuesioner terstuktur. Pengukuran
sikap dilakukan dengan menanyakan sebanyak 12 pertanyaan kepada
responden yang harus menjawab salah satu dari 4 pilihan jawaban yaitu
sangat tidak setuju dengan skor 1, tidak setuju dengan skor 2, setuju dengan
skor 3, sangat setuju dengan skor 4 untuk pertanyaan positif (favourable),
begitu pula sebaliknya untuk pertanyaan negative ( unfavourable) maka
jawaban sangat tidak setuju dengan skor 4, tidak setuju dengan skor 3, setuju
dengan skor 2, sangat setuju dengan skor 1, sehingga kemungkinan skor
terendah adalah 12 dan tertinggi 48. Pengukuran data berdasarkan jumlah
total skor yang diperoleh responden.
Skala : kontinum
3. Pemeriksaan IVA adalah tindakan atau aktivitas yang dilakukan WUS dalam
rangka deteksi dini kanker cerviks yang dapat diamati langsung .
Cara pengukuran dengan menggunakan kuesioner terstuktur dan responden
diminta menyatakan jawabannya atas pertanyaan tentang perilaku yang terdiri
dari 8 pertanyaan. Adapun kriteria penilaian adalah dengan memberikan skor
1 jika jawaban ya dan skor 0 jika jawaban tidak untuk pertanyaan positif
(favourable), begitu pula sebaliknya untuk pertanyaan negative
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
(unfavourable), dengan pemberian skor 0 jika jawaban ya dan skor 1 jika
jawaban tidak, sehingga skor terendah 0 dan tertinggi 8. Pengukuran data
dilakukan berdasarkan jumlah total skor yang diperoleh responden.
Skala : kontinum
F. Instrumen dan Analisis Uji Coba Instrumen penelitian
1. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner penelitian untuk mengukur
pengetahuan, sikap dan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker
cerviks.
2. Analisis Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dipergunakan untuk mengetahui apakah instrumen
penelitian yang dibuat sudah memenuhi syarat sebagai alat pengukur yang
baik atau belum. Tujuan uji coba instrumen adalah mengetahui seberapa jauh
alat pengukur yang telah disusun memiliki validitas dan reliabilitas yang
sudah dikategorikan baik dan memenuhi persyaratan, kemudian dipersiapkan
untuk dibagikan kepada kelompok responden uji coba.
a. Uji Validitas
Arikunto (1998) mengemukakan : Uji validitas digunakan untuk
mengetahui valid tidaknya instrumen pengukuran. Dimana instrumen
dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang semestinya diukur atau
mampu mengukur apa yang ingin dicari secara tepat. Valid tidaknya suatu
instrumen dapat dilihat dari nilai koefisien karelasi antara skor item dengan
skor totalnya pada taraf signifikan 5%, item item yang tidak berkorelasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
secara signifikan dinyatakan gugur. untuk mencari validitas alat ukur dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh pearson dan dikenal sebagai
rumus korelasi product moment , yaitu :
r xy = N ∑ XY – (∑X)(∑Y) . √ {(N∑X2) – (∑X)2}{(N∑Y2) – (∑Y)2}
(Suharsini Arikunto.1991)
r xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
X = Skor masing masing item
Y = Skor total
XY =Jumlah perkalian X dan Y
X2 = Jumlah kuadrat dari X
Y2 = Jumlah kuadrat dari Y
N = Jumlah subyek
1). Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan IVA
Berdasarkan hasil analisis uji validatas instrumen variabel pengetahuan IVA
didapatkan semua item pertanyaan sebanyak 12 soal dinyatakan valid dan tidak
ada item pertanyaan yang tidak valid, sehingga semua item pertanyaan dapat
digunakan untuk pengambilan data, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 3.1 berikut ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan
Sumber data : Data Primer 2011
2). Hasil Uji validitas item butir soal variabel sikap
Berdasarkan hasil analisis uji validitas instrumen variabel sikap
menunjukkan bahwa semua item butir soal kuesioner pada variabel sikap
sebanyak 12 soal mempunyai nilai r hitung lebih besar dari dari r tabel sehingga
semua item butir soal kuesioner dinyatakan valid. Sehingga semua item
pernyataan dapat digunakan untuk mengambil data, hal ini dapat dilihat pada
tabel 3.2 berikut ini
No Item Rhitung rtabel n=30,
α=5%
Ktiteria
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
0,461
0,498
0,332
0,656
0,510
0,778
0,511
0,519
0,612
0,564
0,545
0,532
0,239
0,239
0,239
0,239
0,239
0,239
0,239
0.239
0,239
0,239
0,239
0,239
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Tabel 3.2 Hasil Uji validitas item butir soal variabel sikap
Sumber data : Data Primer 2011
3). Hasil Uji Validitas item soal perilaku pemeriksaan IVA
Berdasarkan tabel 3.3 hasil analisis uji validitas instrumen variabel
perilaku pemeriksaan IVA menunjukkan bahwa semua item butir soal kuesioner
pada variabel sikap sebanyak 8 soal mempunyai nilai r hitung lebih besar dari
dari r tabel sehingga semua item butir soal kuesioner dinyatakan valid. Sehingga
semua item pernyataan dapat digunakan untuk mengambil data, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut ini
No Item Rhitung rtabel n=30,
α=5%
Ktiteria
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
0,792
0,498
0,632
0,656
0,810
0,878
0,511
0,519
0,612
0,564
0,545
0,532
0,239
0,239
0,239
0,239
0,239
0,239
0,239
0.239
0,239
0,239
0,239
0,239
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas item soal perilaku pemeriksaan IVA
No Item rhitung rtabel n=30,
α=5%
Ktiteria
1
2
3
4
5
6
7
8
0,361
0,448
0,332
0,546
0,510
0,778
0,511
0,519
0,239
0,239
0,239
0,239
0,239
0,239
0,239
0.239
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Sumber data: Data Primer 2011
b. Uji reliabilitas
Singarimbun (1995) mendefinisikan reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan .
Cara untuk mengetahui apakah alat ukur reliabel atau tidak diuji dengan
menggunakan metode Alpha Cronbach . sebuah instrumen dianggap telah
memiliki tingkat keandalan yang dapat diterima, jika nilai koefisien reliabilitas
yang terukur adalah lebih besar atau sama dengan 0.6.
Suatu alat ukur dikatakan mempunyai taraf reliabilitas tinggi, jika alat
tersebut dikenakan pada kelompok yang sama memberikan hasil yang sama
meskipun pada waktu yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Untuk mengetahui reliabilitas digunakan rumus :
r 11 = k . 1 - ∑ab2
k-1 at2
keterangan :
r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
∑ ab2 = jumlah varians butir
αt2 = varians total
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner
Variabel Alpha Chronbach Keterangan
Pengetahuan
Sikap
Perilaku
0,816
0,916
0,889
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Sumber : Data Primer, 2011
Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel (pengetahuan, sikap dan
perilaku) memiliki nilai alpha Chronbach lebih besar dari 0,6 sehingga kuesioner
yang disusun untuk variabel variabel tersebut reliabel
G. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan methode kuesioner. Jenis kuesioner
yang digunakan adalah kuesioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah pertenyaan
yang sudah mengarahkan ke jawaban yang alternatifnya sudah ditetapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
(Notoatmojo S,2005). Jenis data primer meliputi : pengetahuan, sikap dan
pemeriksaan IVA. Kuesioner diberikan kepada responden pada saat responden
datang ke Puskesmas Blooto untuk memeriksakan diri.
H. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahapan
Editing, Coding, Scoring, dan Tabulating.
1 Editing
Adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti kembali apakah isian pada
lembar pada pengumpulan data (kuesioner) sudah cukup baik sebagai upaya
menjaga kualitas data agar dapat diproses lebih lanjut (Nazir, 2005).
2 Coding
Adalah Mengklasifikasikan jawaban dari responden menurut kriteria tertentu.
Klasifikasi pada umumnya ditandai dengan kode tertentu yang biasanya berupa
angka (Nazir, 2005).
3 Scoring
Adalah penentuan jumlah skor, dalam penelitian ini menggunakan skala ordinal
(Nazir, 2005).
4 Tabulating
Tabulasi adalah penyusunan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (Nazir,
2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
ANALISIS DATA
a). Pengetahuan WUS tentang inspeksi visual asam asetat (IVA)
Setiap pertanyaan yang dijawab oleh responden jika benar mendapatkan
nilai 1 dan jika salah mendapatkan nilai nol. Kemudian dianalisis dengan
menggunakan rumus :
f P = X 100% N Keterangan :
P : Persentase
f : Jumlah jawaban yang benar
N : Jumlah skor maksimal jika semua jawaban benar
(Budiarto, 2002)
Kemudian hasilnya dimasukkan dalam kriteria standar penilaian meliputi :
Pengetahuan Baik : 76 - 100%
Pengetahuan Cukup : 56 - 75%
Pengetahuan Kurang : < 56%
(Nursalam, 2008)
b. Sikap WUS melakukan pemeriksaan IVA
Skala Likert
Pernyataan positif Pernyataan Negatif
SS : 4 SS : 1
S : 3 S : 2
TS : 2 TS : 3
STS : 1 STS : 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus :
f P = X 100% N
Keterangan :
P : Persentase
f : Jumlah jawaban yang benar
N : Jumlah skor maksimal jika semua jawaban benar
(Budiarto, 2002)
Kemudian hasilnya dimasukkan dalam kriteria standar penilaian meliputi :
Sikap Baik : 76 - 100%
Sikap Cukup : 56 - 75%
Sikap Kurang : < 56%
c. Perilaku WUS tentang pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA)
Setiap pernyataan yang dipilih oleh responden jika sesuai mendapatkan
nilai 1 dan jika tidak sesuai mendapatkan nilai nol. Kemudian dianalisis
dengan menggunakan rumus :
f P = X 100% N
Keterangan :
P : Persentase
f : Jumlah jawaban yang benar
N : Jumlah skor maksimal jika semua jawaban benar
(Budiarto, 2002)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Kemudian hasilnya dimasukkan dalam kriteria standar penilaian meliputi :
Perilaku Baik : 76 - 100%
Perilaku Cukup : 56 - 75%
Perilaku Kurang : < 56%
(Nursalam, 2008)
d. Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap WUS dengan pemeriksaan
inspeksi visual asam asetat (IVA)
Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan pemeriksaan
IVA dianalisis dengan model korelasi analisis regresi berganda. Penelitian
korelasi adalah penelitian hubungan antara dua variabel pada suatu situasi
atau kelompok subjek. Untuk mengetahui korelasi antara suatu variabel
dengan variabel lain tersebut diusahakan dengan mengidentifikasi variabel
yang ada pada suatu objek, kemudian diidentifikasi pula variabel lain yang
ada pada objek yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antara keduanya
(Nursalam, 2008).Untuk mengetahui hubungan antara variabel, dilakukan uji
statistik Rank Spearman dengan tingkat signifikan 0,05 menggunakan SPSS
16 for windows untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel
yaitu variabel bebas dan variabel tergantung yang berskala ordinal dan
ordinal (Sugiyono, 2008).
Untuk indeks korelasi dapat diketahui yaitu :
Arah positif dinyatakan dalam tanda (+) dan arah negatif (-). Tanda
positif menunjukkan adanya korelasi sejajar searah, sedangkan tanda negatif
menunjukkan berlawanan arah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
1. Korelasi (+) makin tinggi nilai X makin tinggi nilai Y atau
kenaikan X diikuti kenaikan Y.
2. Korelasi (-) makin tinggi nilai X makin rendah nilai Y atau
kenaikan X diikuti penurunan Y.
Ada tidaknya korelasi dinyatakan dalam angka pada indeks. Berapapun
kecilnya indeks korelasi jika ρ < 0,05 maka H1 diterima atau H0 ditolak
artinya ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap WUS
melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) di Puskesmas
Blooto kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto. Tinggi rendahnya korelasi
dapat diketahui juga dari besar kecilnya angka dalam indeks coefficient
corelation. Makin besar angka dalam indeks korelasi, makin tinggilah
korelasi kedua variabel.
I. Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan kepada
institusi di Program Pasca Sarjana UNS Surakarta untuk mendapatkan
persetujuan. Setelah itu melakukan penelitian pada responden dengan
menekankan masalah etika yaitu :
1).Informed Consent (Lembar persetujuan)
Informed Consent diberikan sebelum penelitian dilakukan pada subjek
penelitian. Subjek diberi tahu tentang maksud dan tujuan penelitian. Jika
bersedia responden menandatangani lembar persetujuan.
2).Anonimity (Tanpa nama)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Responden tidak perlu mencantumkan namanya pada lembar
pengumpulan data. Cukup menulis nomor responden untuk menjamin
kerahasiaan identitas.
3).Confidentiality (Kerahasiaan)
Informasi yang diperoleh dari responden akan dijamin kerahasiaan oleh
peneliti. Penyajian data atau hasil penelitian hanya ditampilkan pada forum
Akademis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Data Umum Penelitian
a. Umur Responden
Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner penelitian pada wanita usia
subur dapat dijelaskan bahwa rata-rata umur wanita usia subur yang menjadi
sampel dalam penelitian ini adalah 32,78 tahun dengan standar deviasi 6,67. Umur
paling muda dari 100 responden yang menjadi sampel adalah berumur 21 tahun
dan umur paling tua adalah 45 tahun. Sedangkan berdasarkan kelompok umur
wanita usia subur dapat dijelaskan sebagai berikut
Tabel 4.1 Distribusi Kelompok Umur Wanita Usia Subur di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011
Kategori Umur Wanita Usia Subur Jumlah Persentase
< 30 tahun
30 – 40 tahun
> 40 tahun
36
46
18
36,0
46,0
18,0
Total 100 100,0
Tabel 4.1 tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar (46 orang
WUS atau 46,0%) berusia antara 30 – 40 tahun, sedangkan wanita usia subur yang
berusia < 30 tahun sebanyak 36 orang atau 36,0% dan berusia > 40 tahun
sebanyak 18 orang atau 18,0%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
b. Pendidikan Responden Tabel 4.2 Distribusi Tingkat Pendidikan Wanita Usia Subur di Puskesmas Blooto,
Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011
Tingkat Pendidikan WUS Jumlah Persentase
SD
SMP
SMA
Diploma/Sarjana
20
30
38
12
20,0
30,0
38,0
12,0
Total 100 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut dapat dijelaskan bahwa tingkat pendidikan
wanita usia subur di Puskesmas Blooto adalah setingkat SMA yaitu sebanyak 38
orang atau 38,0%. Selain itu juga diketahui bahwa jumlah wanita usia subur yang
hanya lulus SD juga masih cukup banyak yaitu 20 orang atau 20,0%, sedangkan
jumlah wanita usia subur yang mempunyai tingkat pendidikan diploma atau
sarjana sebanyak 12 orang atau 12,0% dan sebanyak 30 orang atau 30,0% lulus
SMP.
2. Diskripsi Hasil Penelitian
a. Pengetahuan WUS tentang Pemeriksaan IVA
Tabel 4.3 Distribusi Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011
Tingkat Pengetahuan WUS Jumlah Persentase
Kurang
Cukup
Baik
48
43
9
48,0
43,0
9,0
Total 100 100,0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Tabel 4.3 tersebut menjelaskan bahwa dari 100 wanita usia subur di
Puskesmas Blooto,Kecamatan Prajurit kulan Kota Mojokerto hampir separuhnya
(48 orang atau 48,0%) mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang tentang
pemeriksaan IVA, sedangkan wanita usia subur yang pengetahuannya baik hanya
9 orang atau 9,0% dan sebanyak 43 orang atau 43,0% mempunyai tingkat
pengetahuan kategori cukup. Berdasarkan indicator pengetahuan wanita usia
subur tentang pemeriksaan IVA dapat dijelaskan bahwa dari 12 macam
pertanyaan yang diajukan, wanita usia subur telah banyak mengetahui tentang
syarat pemeriksaan IVA, karena dari 100 orang wanita usia subur yang ada,
sebanyak 74 orang atau 74,0% dapat menjawab benar tentang syarat pemeriksaan
IVA, sedangkan pengetahuan wanita usia subur tentang keuntungan pemeriksaan
IVA, sebagian besar masih belum tahu, karena dari 100 wanita usia subur,
sebanyak 58 orang atau 58,0% salah dalam menjawab tentang keuntungan
pemeriksaan IVA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini
Tabel 4.4 Indikator Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011
No Indikator Pengetahuan Jumlah Jawaban
Salah Benar 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pengertian Pemeriksaan IVA (+) Pengertian pemeriksaan IVA (-) Tujuan IVA (+) Tujuan IVA (-) Keuntungan IVA (-) Keuntungan IVA(+) Kelemahan IVA (-) Kelemahan IVA(+) Syarat pemeriksaan IVA(+) Syarat pemeriksaan IVA (-) Tempat pelayanan IVA(+) Tempat pelayanan IVA (-)
47 48 49 56 58 51 54 54 26 42 39 33
53 52 51 44 42 49 46 46 74 58 61 67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
b. Sikap WUS terhadap perilaku pemeriksaan IVA
Hasil pengumpulan data tentang sikap pada wanita usia subur terhadap
pemeriksaan IVA, yang dilakukan dengan skala likert dapat disajikan pada tabel
berikut ini
Tabel 4.5 Distribusi Sikap Wanita Usia Subur Terhadap Pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011
Sikap WUS Terhadap Pemeriksaan IVA Jumlah Persentase
Kurang
Cukup
Baik
11
79
10
11,0
79,0
10,0
Total 100 100,0
Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dari 100 wanita usia
subur di Puskesmas Blooto Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto diketahui
bahwa sebagian besar (79 orang atau 79,0%) mempunyai sikap kategori cukup,
sedangkan sebanyak 11 orang atau 11,0% sikapnya terhadap pemeriksaan IVA
termasuk kategori kurang dan hanya 10 orang atau 10,0% yang mempunyai sikap
kategori baik. Berdasarakan analisis lebih mendalam untuk mengetahui sikap
wanita usia subur terhadap beberapa indicator sikap pada pemeriksaan IVA yang
meliputi resiko kanker cervik, deteksi dini kanker cervik dengan IVA dan
Pemanfaatan Puskesmas untuk pemeriksaan dan konsultasi kanker cervik dapat
dilihat pada tabel 4.6 berikut ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 4.6 Indikator Sikap Wanita Usia Subur Terhadap Pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011
No Indikator Sikap Jumlah WUS Menurut Kategori
Sikap Kurang Cukup Baik
1 2 3
Resiko Kanker Cervik Deteksi dini kanker cervik dengan IVA Pemanfaatan Puskesmas untuk pemeriksaan dan konsultasi kanker cervik
1 13
16
82 83
82
17 4 2
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut terlihat bahwa sebagian besar sikap wanita
usia subur terhadap ketiga indikator sikap tersebut adalah termasuk kategori
cukup. Selain itu juga dapat diuraikan bahwa sikap wanita usia subur terhadap
pemeriksaan IVA ditemukan sebanyak 16 orang atau 16,0% mempunyai sikap
kategori kurang terhadap pemanfaatan puskesmas untuk pemeriksaan dan
konsultasi kanker cervik. Sedangkan sikap wanita usia subur terhadap resiko
kanker cervik, diketahui sebanyak 17 orang atau 17,0% mempunyai sikap yang
baik
c. Perilaku WUS dalam Pemeriksaan IVA
Tabel 4.7 Distribusi Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011
Perilaku WUS dalam Pemeriksaan IVA Jumlah Persentase
Kurang
Cukup
Baik
48
44
8
48,0
44,0
8,0
Total 100 100,0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Tabel 4.7 tersebut menjelaskan bahwa dari 100 wanita usia subur di
Puskesmas Blooto Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto diketahui bahwa
hampir separuh wanita usia subur (48 orang atau 48,0%) mempunyai perilaku
dalam pemeriksaan IVA kategori kurang, sedangkan sebanyak 44 orang atau
44,0% perilakunya dalam pemeriksaan IVA termasuk kategori cukup dan hanya 8
orang atau 8,0% yang mempunyai perilaku dalam kategori baik. Berdasarkan
analisis lebih mendalam untuk mengetahui perilaku wanita usia subur terhadap
beberapa indicator perilaku dalam pemeriksaan IVA yang meliputi, deteksi dini
kanker cervik dan Pemanfaatan Puskesmas untuk pemeriksaan dan konseling
kanker cervik dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut ini
Tabel 4.8 Indikator Perilaku Wanita Usia Subur Dalam Pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011
No Indikator Perilaku Pemeriksaan IVA Jumlah WUS Menurut Kategori
Sikap Kurang Cukup Baik
1
2
Deteksi dini kanker cervik
Pemanfaatan Puskesmas untuk
pemeriksaan dan konseling
46
67
41
27
13
6
Tabel 4.7 tersebut menjelaskan bahwa dari 100 wanita usia subur di
Puskesmas Blooto Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto diketahui bahwa
sebagian besar perilaku deteksi dini kanker servik termasuk kategori kurang dan
cukup, sedangkan perilaku wanita usia subur dalam pemanfaatan puskesmas
untuk pemeriksaan dan konseling kanker cervik, sebagian besar termasuk kategori
kurang (67 orang atau 67,0%) dan hanya 6 orang atau 6,0% yang termasuk
kategori baik dalam hal pemanfaatan puskesmas untuk pemeriksaan dan konseling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
3. Uji Hipotesis Penelitian
a. Hubungan Pengetahuan WUS dengan Pemeriksaan IVA
Tabel 4.9 Hubungan Antara Pengetahuan WUS dengan Perilaku Pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011
Pengetahuan WUS tentang IVA
Perilaku WUS dalam Pemeriksaan IVA Kurang Cukup Baik
n % n % n % Kurang
Cukup
Baik
35
12
1
72,9
27,9
11,1
12
30
2
25,0
69,8
22,2
1
1
6
2,1
2,3
66,7
Total 48 48,0 44 44,0 8 8,0
p = 0,000 r = 0,535
Tabel 4.9 memperlihatkan adanya kecenderungan bahwa semakin baik
tingkat pengetahuan wanita usia subur, maka semakin baik pula perilakunya
dalam pemeriksaan IVA. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dari 48 orang wanita usia
subur yang mempunyai tingkat pengetahuan kurang, sebanyak 35 orang atau
72,9% perilaku dalam pemeriksaan IVA termasuk kategori kurang, 12 orang atau
25,0% cukup dan hanya 1 orang atau 2,1% yang mempunyai perilaku
pemeriksaan IVA kategori baik. Sedangkan pada 9 orang wanita usia subur yang
mempunyai pengetahuan kategori baik, ditemukan sebanyak 66,7% mempunyai
perilaku baik dalam pemeriksaan IVA. 2 orang atau 22,2% cukup dan hanya 1
orang atau 11,1% yang termasuk kategori kurang.
Berdasarkan hasil analisis spearman correlation terlampir diketahui
bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan wanita usia subur
dengan perilaku pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit
Kulon, Kota Mojokerto (p =0,000 < n 0,05). Hasil analisis spearman correlation
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
terlampir juga didapatkan nilai koefisien korelasi atau r = 0,535. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa hubungan antara pengetahuan dengan perilaku wanita usia subur
dalam pemeriksaan IVA termasuk kategori cukup kuat (r > 0,5) dan karena nilai
koefisien korelasi adalah bernilai positif, maka arah hubungan antara variabel
pengetahuan dengan variable perilaku pemeriksaan IVA adalah searah, artinya
semakin tinggi tingkat pengetahuan wanita usia subur, maka perilaku wanita usia
subur dalam pemeriksaan IVA juga semakin baik, demikian juga sebaliknya,
semakin rendah tingkat pengetahuan wanita usia subur, maka perilaku wanita usia
subur dalam pemeriksaan IVA juga semakin rendah.
b. Hubungan Sikap WUS dengan Pemeriksaan IVA
Tabel 4.10 Hubungan Antara Sikap WUS dengan Perilaku Pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, Tahun 2011
Sikap WUS
terhadap Pemeriksaan IVA
Perilaku WUS dalam Pemeriksaan IVA Kurang Cukup Baik
n % n % n % Kurang Cukup Baik
9 38 1
81,8 48,1 10,0
1 39 4
9,1 49,4 40,0
1 2 5
9,1 2,5 50,0
Total 48 48,0 44 44,0 8 8,0 p = 0,000 r = 0,381
Berdasarkan tabel 4.10 tersebut diketahui adanya kecenderungan bahwa
semakin baik sikap wanita usia subur, maka semakin baik pula perilakunya dalam
pemeriksaan IVA. Hal ini dapat dijelaskan bahwa dari 11 orang wanita usia subur
yang mempunyai sikap kategori kurang, sebanyak 9 orang atau 81,8% perilaku
dalam pemeriksaan IVA termasuk kategori kurang, 1 orang atau 9,1% cukup dan
serta 1 orang atau 9,1% yang mempunyai perilaku pemeriksaan IVA kategori
baik. Sedangkan pada 10 orang wanita usia subur yang mempunyai sikap kategori
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
baik, ditemukan sebanyak 5 orang atau 50,0% mempunyai perilaku baik dalam
pemeriksaan IVA. 4 orang atau 40,0% cukup dan hanya 1 orang atau 10,0% yang
termasuk kategori kurang.
Hasil analisis spearman correlation terlampir diketahui bahwa ada
hubungan yang bermakna antara sikap wanita usia subur dengan perilaku
pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota
Mojokerto (p =0,000 < n 0,05). Hasil analisis speraman correlation terlampir
juga didapatkan nilai koefisien korelasi atau r = 0,381. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa hubungan antara sikap dengan perilaku wanita usia subur dalam
pemeriksaan IVA termasuk kategori lemah (r < 0,5) dan karena nilai koefisien
korelasi adalah bernilai positif, maka arah hubungan antara variabel sikap dengan
variabel perilaku pemeriksaan IVA adalah searah, artinya semakin tinggi nilai
sikap wanita usia subur, maka perilaku wanita usia subur dalam pemeriksaan IVA
juga semakin baik, demikian juga sebaliknya, semakin rendah nilai sikap wanita
usia subur, maka perilaku wanita usia subur dalam pemeriksaan IVA juga
semakin rendah.
c. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap WUS Dengan
Pemeriksaan IVA
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan dan sikap terhadap perilaku WUS dalam pemeriksaan IVA
didapatkan tabel Anova sebagai berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 4.11 Ringkasan Analisis Regresi Berganda berdasarkan Tabel Anova
Berdasarkan tabel 4.11 tersebut dapat dijelaskan bahwa nilai signifikansi
atau nilai p = 0,000 atau lebih kecil dari n 0,05, hal ini dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap wanita usia subur
dengan perilaku pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit
Kulon, Kota Mojokerto. Berdasartkan tabel berikut juga diketahui bahwa besarnya
koefisien determinan (r2) atau besarnya pengaruh variabel pengetahuan dan sikap
terhadap perilaku pemeriksaan IVA pada wanita usia subur adalah 0,493. Hal ini
berarti bahwa pengaruh pengetahuan dan sikap secara bersama-sama terhadap
perilaku pemeriksaan IVA adalah sebesar 49,3%, sedangkan sisanya atau 50,7%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.12 Analisis Regresi Berganda Berdasarkan Koefisien Determinan
ANOVAb
15310,754 2 7655,377 47,091 ,000a
15768,933 97 162,566
31079,688 99
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Jumlah Skor Sikap, Jumlah Skor Pengetahuana.
Dependent Variable: Jumlah Skor Perilakub.
Model Summary
,702a ,493 ,482 12,75015 ,493 47,091 2 97 ,000Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
R SquareChange F Change df1 df2 Sig. F Change
Change Statistics
Predictors: (Constant), Jumlah Skor Sikap, Jumlah Skor Pengetahuana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
B. PEMBAHASAN
1. Hubungan Tingkat Pengetahuan WUS Dengan Pemeriksaan IVA
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang
menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2008).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Rogers
1974).
Hasil penelitian terhadap 100 wanita usia subur di Puskesmas
Blooto,Kecamatan Prajurit kulan Kota Mojokerto didapatkan bahwa hampir
separuhnya (48 orang atau 48,0%) mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang
tentang pemeriksaan IVA, sedangkan wanita usia subur yang pengetahuannya
baik hanya 9 orang atau 9,0% dan sebanyak 43 orang atau 43,0% mempunyai
tingkat pengetahuan kategori cukup.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Luluk Ikmanun (2009) yang
menyimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan
motivasi Wanita Usia Subur untuk melakukan pemeriksaan IVA dengan nilai
p = 0,045. Penelitian lain yang mendukung peneitian ini adalah Ervin Nuraini
(2010) di Desa Jatijajar bahwa 90,91% responden mempunyai pengetahuan
sedang dalam melakukan pemeriksaan IVA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Sementara dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Moegni (2005) di
Poliklinik RSUP-CM Jakarta, didapatkan hanya 2,9% responden yang memiliki
pengetahuan baik mengenai pemeriksaan IVA, sedangkan responden yang
memiliki pengetahuan cukup sebesar 21,6% dan yang berpengetahuan kurang
sebesar 75,5%. Akan tetapi dari hasil penelitian Wismar, etal (1998) yang
dilakukan di Amerika Serikat pada warga Negara Amerika keturunan Korea pada
bulan April 1998, diperoleh hasil yang sangat berbeda, yaitu sebesar 81,1%
responden memiliki pengetahuan baik mengenai deteksi kanker cerviks dengan
pap test
Perbedaan berbagai hasil penelitian tersebut mungkin disebabkan oleh
perbedaan kondisi masyarakat, seperti tingginya arus informasi yang diterima
masyarakat setempat, rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai
pentingnya pap smear di Indonesia banyak disebabkan oleh kurangnya tingkat
kewaspadaan masyarakat terhadap kanker servicks serta informasi mengenai cara
pencegahan dan deteksi dininya.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Notoatmodjo (2003) yang menyatakan
bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai
sumber informasi sehingga dapat membentuk suatu keyakinan bagi seseorang.
Sehingga dalam upaya peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai pap smear
perlu dilakukan sosialisasi mengenai pap smear yang dapat diterima melalui
televise, radio, majalah, serta kader ataupun petugas kesehatan dalam masyarakat.
Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang juga dipengaruhi oleh informasi.
Semakin banyak orang menggali informasi baik dari media cetak maupun media
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
elektronik maka pengetahuan yang dimiliki semakin meningkat. Selain itu
pengalaman juga merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk
memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah
yang dihadapi di masa lalu. Orang yang memiliki pengalaman akan mempunyai
pengetahuan yang baik dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki
pengalaman.
Informasi dapat diperoleh di rumah, di sekolah, lembaga organisasi,
media cetak dan tempat pelayanan kesehatan. Pemberian informasi seperti cara-
cara pencapaian hidup sehat akan meningkatkan pengetahuan masyarakat yang
dapat menambah kesadaran untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
dimiliki.
Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan berdasarkna karakteristik usia
dari hasil penelitian ini diperoleh keterangan bahwa proporsi terbesar wanita usia
subur yang memiliki pengetahuan kurang adalah pada usia > 40 tahun. Hal ini
sangat berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kayika,
Wawalumaya, Darnindo, dkk (2006) di rumah susun Klender Jakarta yang
memperlihatkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik justru terjadi pada
kelompok umur 45 – 54 tahun sebesar 42,9%.
Penelitian yang dilakukan oleh Klug,et al (2008) di Jerman menunjukkan
hasil senada dengan penelitian ini, yaitu ditemukan sebanyak 42,7% wanita usia
20 – 29 tahun memiliki pengetahuan yang baik mengenai pap smear. Keadaan ini
jelas memperlihatkan bahwa masih kurangnya keasadaran wanita di Wilayah kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Puskesmas Blooto Kota Mojokerto dalam mencegah terjadinya kanker servik
sedini mungkin serta masih kurangnya informasi yang diterima oleh wanita usia >
40 tahun, karena biasanya pada usia-usia tersebut banyak waktunya dihabiskan
untuk mengurus rumah tangga, sehingga sedikit waktu yang tersedia untuk
mendapatkan informasi mengenai kanker serviks.
Berdasarkan distribusi tingkat pengetahuan wanita usia subur
berdasarkan tingkat pendidikan, diperoleh keterangan bahwa responden yang
memiliki pengetahuan kurang, semuanya memiliki pendidikan yang rendah yaitu
lulus Sekolah Dasar atau SD. Hal ini memperlihatkan bahwa tingkat pengetahuan
seseorng mengenai pap smear banyak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, selain
paparan informasi yang diperolehnya.
Berdasarkan hasil analisis spearman correlation terlampir diketahui
bahwa ada hubungan yang positif dan kuat antara pengetahuan wanita usia subur
dengan perilaku pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit
Kulon, Kota Mojokerto (p =0,000 dan r = 0,535). Hal ini terjadi karena dengan
adanya pengetahuan yang baik, seseorang akan mencari informasi tentang
kesehatannya, terutama dalam hal pemeriksaan IVA. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Gamarra dkk (2005) yang menyatakan bahwa
pengetahuan berhubungan secara signifikan dengan pemeriksaan Pap smear
(p=0,01). Pengetahuan menurut peneliti tidak hanya diperoleh dari pendidikan
formal, tetapi juga diperoleh dari pelatihan, penyuluhan, teman, brosus, dan
semakin banyak memperoleh pengetahuan tentang pemeriksaan IVA maka akan
semakin besar kemungkinan untuk melakukan pemeriksaan IVA.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
2. Hubungan Sikap WUS Dengan Pemeriksaan IVA
Sikap adalah keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran
(kognisi) dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di
lingkungan sekitarnya (Azwar, 2007). Seseorang tidak dilahirkan dengan sikap
dan pandangannya, melainkan sikap tersebut terbentuk sepanjang
perkembangannya. Dimana dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi
membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang
dihadapinya (Azwar, 1995).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 wanita usia subur di
Puskesmas Blooto Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto diketahui bahwa
sebagian besar (79 orang atau 79,0%) mempunyai sikap kategori cukup,
sedangkan sebanyak 11 orang atau 11,0% sikapnya terhadap pemeriksaan IVA
termasuk kategori kurang dan hanya 10 orang atau 10,0% yang mempunyai sikap
kategori baik. Menurut Azwar (1995) bahwa factor faktor yang mempengaruhi
pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi kebudayaan, orang lain yang
dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga
agama, serta faktor emosi dalam diri individu. Berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh
yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa
memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat, pesan-pesan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga
terbentuklah arah sikap tertentu.
Hasil analisis spearman correlation terlampir diketahui bahwa ada
hubungan yang bermakna dan positif antara sikap wanita usia subur dengan
perilaku pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota
Mojokerto (p =0,000 dan r = 0,381). Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi nilai sikap wanita usia subur, maka perilaku wanita usia subur dalam
pemeriksaan IVA juga semakin baik, demikian juga sebaliknya, semakin rendah
nilai sikap wanita usia subur, maka perilaku wanita usia subur dalam pemeriksaan
IVA juga semakin rendah.
Penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri
Lestari pada tahun 2010 tentang pengaruh persepsi wanita pasangan usia subur
terhadap pemanfaatan pelayanan IVA di wilayah kerja Puskesmas Bandar
Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun, Data
dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistic berganda dengan tingkat
kepercayaan 95%. Hasil penelitian melalui analisis regresi logistik menunjukkan
bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan IVA yaitu
persepsi keseriusan penyakit (ρ = 0,008), persepsi kerentanan diri (ρ = 0,015),
persepsi manfaat (ρ = 0,035) dan persepsi rintangan (ρ = 0,043). Tidak ada
variabel yang tidak berpengaruh
Menurut H.L. Bloom dalam Notoatmodjo (2005), bahwa sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam
kehidupan sehari-hari, merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus social. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap sangat menentukan
seseorang kearah lebih baik. Upaya yang dapat dilakukan untuk membentuk sikap
tersebut antara lain dapat diwujudkan melalui pemberdayaan tenaga kesehatan
untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya pemeriksaan IVA kepada
masyarakat secara berkala. Sikap positif akan memunculkan perilaku wanita usia
subur yang lebih baik untuk melakukan pemeriksaan IVA.
3. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap WUS Dengan
Pemeriksaan IVA Dalam Rangka Deteksi Dini Kanker Cerviks
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 100 wanita usia subur di
Puskesmas Blooto Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto diketahui bahwa
hampir separuh wanita usia subur (48 orang atau 48,0%) mempunyai perilaku
dalam pemeriksaan IVA kategori kurang, dan hanya 8 orang atau 8,0% yang
mempunyai perilaku pemeriksaan IVA dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan
masih rendahnya kesadaran wanita usia subur untuk melakukan pemeriksaan guna
pencegahan secara dini terjadinya kanker cerviks. Banyaknya kasus kanker
serviks di Indonesia semakin diperparah disebabkan lebih dari 70% kasus yang
datang ke rumah sakit berada pada stadium lanjut.
Beberapa negara maju telah berhasil menekan jumlah kasus kanker
serviks, baik jumlah maupun stadiumnya. Pencapaian tersebut terutama berkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
adanya program skrining massal antara lain dengan see and treat. Namun di
Indonesia kebijakan penerapan program skrining kanker serviks kiranya masih
tersangkut dengan banyak kendala, antara lain luasnya wilayah dan juga
kurangnya sumber daya manusia sebagai pelaku skrining, khususnya kurangnya
tenaga ahli patologi anatomik/sistologi dan stafnya, teknisi sitologi/skriner.
Pemeriksaan IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara
inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asam asetat (IVA). Dengan metode
inspeksi visual yang lebih mudah, lebih sederhana, lebih mampu laksana, maka
skrining dapat dilakukan dengan cakupan lebih luas, diharapkan temuan kanker
serviks dini akan bisa lebih banyak.
Masalah lain dalam usaha skrining kanker serviks ialah keengganan
wanita diperiksa karena malu. Penyebab lain ialah kerepotan, keraguan akan
pentingnya pemeriksaan, kurangnya pengetahuan tentang pentingnya
pemeriksaan, takut terhadap kenyataan hasil pemeriksaan yang akan dihadapi,
ketakutan merasa sakit pada pemeriksaan, rasa segan diperiksa oleh dokter pria
atau pun bidan dan kurangnya dorongan keluarga terutama suami. Banyak
masalah yang berkaitan dengan pasien dapat dihilangkan melalui pendidikan
terhadap pasien dan hubungan yang baik antara dokter/bidan. Di samping itu,
inovasi skrining kanker serviks dalam pelayanan kesehatan masyarakat dapat
dilakukan bersamaan. Interval pemeriksaan sitologi (screening interval)
merupakan hal lain yang penting dalam metode skrining. Selain itu Strategi
program skrining kanker serviks harus memperhatikan golongan usia yang paling
terancam (high risk group), perjalanan alamiah penyakit (natural history) dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
sensitivitas tes Pap. The American Cancer Society menyarankan pemeriksaan ini
dilakukan rutin pada wanita yang tidak menunjukkan gejala, sejak usia 20 tahun
atau lebih, atau kurang dari 20 tahun bila secara seksual sudah aktif. Pemeriksaan
dilakukan 2 kali berturut-turut dan bila negatif, pemeriksaan berikutnya paling
sedikit setiap 3 tahun sampai berusia 65 tahun. Pada wanita risiko tinggi atau
pernah mendapat hasil abnormal harus diperiksa setiap tahun. Frekuensi yang
lebih sering tidak menambah faedah.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda antara pengetahuan dan
sikap WUS terhadap pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker cerviks,
dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan
sikap wanita usia subur dengan perilaku pemeriksaan IVA di Puskesmas Blooto,
Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto. Dan besarnya pengaruh secara
bersama-sama variabel pengetahuan dan sikap terhadap perilaku pemeriksaan
IVA pada wanita usia subur adalah sebesar 49,3%, sedangkan sisanya atau 50,7%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Hal ini menunjukkan bahwa rendahnya pengetahuan WUS tentang IVA
menyebabkan sikap WUS kurang dalam melakukan pemeriksaan IVA. Dampak
dari rendahnya sikap WUS menyebabkan sebagian besar wanita datang
berkunjung dengan diagnosa kanker leher rahim stadium lanjut (Sarwana, 2005).
Oleh karena itu, penyampaian informasi pada wanita usia subur tentang IVA
sangat diperlukan untuk dapat merubah perilaku masyarakat terutama wanita usia
subur, tenaga kesehatan (bidan) dalam memperkirakan kemungkinan kanker leher
rahim dengan memperhatikan gejala klinik dan pada pemeriksaan dalam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah
dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang
mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Jika cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam menilai
sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), di dalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yakni : 1) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek. 2) Interest (merasa tertarik)
terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul. 3)
Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik atau buruknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi 4). Trial,
dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus. 5). Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus
(Notoatmodjo, 2007 )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ada hubungan yang bermakna dan positif antara pengetahuan WUS dengan
perilaku pemeriksaan IVA (p=0,000 dan r=0,535)
2. Ada hubungan yang bermakna dan positif antara sikap WUS dengan perilaku
pemeriksaan IVA (p=0,000 dan r=0,381)
3. Pengetahuan dan sikap secara simultan berpengaruh terhadap perilaku
pemeriksaan IVA pada WUS di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit
Kulon, Kota Mojokerto sebesar 49,3%
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Pengetahuan dan sikap dapat meningkatkan perilaku wanita usia subur
dalam melaksanakan pemeriksaan IVA guna mendeteksi dini terjadinya kanker
cerviks. Dalam penelitian ini membuktikan bahwa pengetahuan dan sikap
wanita usia subur berhubungan signifikan terhadap perilaku pemeriksaan IVA
di Puskesmas Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto
2. Implikasi Managerial
Sehubungan dengan adanya hubungan pengetahuan dan sikap wanita usia
subur dengan perilaku pemeriksaan IVA, maka hal ini perlu dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
sosialisasi agar setiap wanita usia subur sudah pernah menikah untuk dapat
melakukan pemeriksaan IVA, agar dapat dicegah terjadinya kanker cerviks
sejak dini
C. Saran
1. Perlu dilakukan peningkatan pengetahuan wanita usia subur di Puskesmas
Blooto, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto mengenai pemeriksaan
IVA. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan arus informasi baik
melalui Puskesmas, dokter praktik pribadi, bidan praktik swasta, media
elektronika, maupun penyuluhan-penyuluhan
2. Diharapkan tempat pelayanan kesehatan umum dapat meningkatkan pelatihan
kepada petugas kesehatan sehingga dapat meningkatkan penyebarluasan
informasi kepada masyarakat khususnya kepada wanita usia subur
3. Kepada setiap wanita usia subur yang sudah menikah disarankan agar selalu
memperhatikan kesehatan reproduksi, salah satunya dengan melakukan
pemeriksaan IVA minimal setahun sekali
4. Peneliti berharap penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam
melakukan penelitian selanjutnya dengan memperluas variable-variabel lainnya
bagi Institusi dan Profesi Kebidanan