uji potensi ninik

28
UJI POTENSI ANTIBIOTIK NINIEK RAHMADHANI AA RAMLAN., S,Farm 150 2012 0447 I. KOMPETENSI UMUM Praktikan dapat mengetahui dan memahami cara penentuan potensi antibiotik terhadap mikroorganisme tertentu. II. KOMPENTENSI KHUSUS Praktikan dapat menentukan potensi antibiotika terhadap mikroba uji dengan medium NA dan suspensi bakteri Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar. III. PRINSIP Prinsip percobaan adalah t mengetahui sebesar potensi antibiotik Tetracycline ® yang digunakan sebagai obat yang dapat membasmi bakteri. Dengan menggunakan medium NA dan suspensi bakteri Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar. IV. LANDASAN TEORI Uji potensi antibiotika secara mikrobiologi adalah suatu teknik untuk menetapkan potensi suatu antibiotika dengan mengukur efek senyawa-senyawa tersebut pada pertumbuhan suatu mikroorganisme. Efek yang ditimbulkan pada senyawa yang diuji dapat berupa hambatan pertumbuhan (Djide, 2008). Aktivitas atau potensi antibiotik dapat ditunjukkan pada kondis yang sesuai dengan efek daya hambat terhadap mikroorganisme. Suatu penurunan aktivitas antimikroba juga dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidakdapat ditunjukkan oleh metode kimia sehingga pengujian secara mikrobiologi atau biologibiasanya

Upload: walitum

Post on 08-Oct-2015

108 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

laporan ini membahas tentang praktikum mikrobiologi terapan

TRANSCRIPT

UJI MIC DAN KOEFISIEN FENOL

UJI POTENSI ANTIBIOTIKI. KOMPETENSI UMUMPraktikan dapat mengetahui dan memahami cara penentuan potensi antibiotik terhadap mikroorganisme tertentu.II. KOMPENTENSI KHUSUSPraktikan dapat menentukan potensi antibiotika terhadap mikroba uji dengan medium NA dan suspensi bakteri Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar.III. PRINSIP Prinsip percobaan adalah t mengetahui sebesar potensi antibiotik Tetracycline yang digunakan sebagai obat yang dapat membasmi bakteri. Dengan menggunakan medium NA dan suspensi bakteri Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar.IV. LANDASAN TEORIUji potensi antibiotika secara mikrobiologi adalah suatu teknik untuk menetapkan potensi suatu antibiotika dengan mengukur efek senyawa-senyawa tersebut pada pertumbuhan suatu mikroorganisme. Efek yang ditimbulkan pada senyawa yang diuji dapat berupa hambatan pertumbuhan (Djide, 2008).Aktivitas atau potensi antibiotik dapat ditunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya hambat terhadap mikroorganisme. Suatu penurunan aktivitas antimikroba juga dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia sehingga pengujian secara mikrobiologi atau biologi biasanya merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan hilangnya aktivitas (Harmita, 2006).Mutu sediaan terutama antibiotika, mulai dalam bahan baku, selama dalam proses pembuatannya sampai diedarkannya, biasanya potensi masih tinggi, setelah diedarkan beberapa waktu sering mengalami penurunan potensi. Potensi antibiotik yang rendah hanya mampu menghambat atau mematikan mikroba dalam jumlah terbatas, bahkan dapat menstimulir mikroba untuk membentuk mekanisme kekebalan terhadap antibiotik. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pengawasan mutunya perlu diperhatikan, agar penggunaan dapat dipertanggung jawabkan (Djide, 2008).Antibiotik adalah bahan kemoterapeutik yang secara primer bekerja melawan organisme parasit dan bukan terhadap pejamu. Bahan ini secara luas dapat diklasifikasikan menjadi bakterisidal dan bakteriostatik. Bahan bakteriostatik menghambat pertumbuhan mikroorganisme tapi sesungguhnya tidak membunuhnya. Bahan bakterisidal secara aktif membunuh bakteri. Banyak antibiotic yang menghambat sintesisi dinding sel bakteri, sementara yang lain merusak sintesis protein oleh ribosom bakteri. Jenis antibiotik lainnya mengganggu replikasi DNA bakteri, dan yang lain merusak fungsi sawar membrane sel (David, 2011).Suatu antibiotik memperlihatkan toksisitas yang selektif, dimana obatnya lebih toksis terhadap mikroorganismenya dibandingkan pada sel hospes. Hal ini terjadi karena pengaruh obat yang selektif terhadap mikroorganisme atau karena obat pada reaksi-reaksi biokimia penting dalam sel parasit lebih unggul dari pengaruhnya terhadap sel hospes. Disamping itu juga struktur sel mikroorganisme berbeda struktur sel manusia (hospes, inang) (Djide, 2003).Antibiotik mempunyai mekanisme kerja utama, ada lima cara antara lain (Djide, 2003):1. Bersifat sebagai antimetabolit2. Penghambat terhadap sintesa dinding sel3. Penghambat fungsi permeabilitas membran sel4. Penghambat sintesis protein5. Penghambat asam nukleatYang berguna hanyalah antibiotika yang mempunyai kadar hambatan minimum (KHM) in vitro lebih kecil dari kadar zat yang dapat dicapai dalam tubuh dan tidak toksik. Mekanisme kerja antibiotika umumnya dapat dijelaskan secara terperinci (Mutschler, 2007) :1. Antibiotikaa. Menghambat biosintesis dinding sel (penisilin, sefalosporin, sikloserin, basitrasin)b. Meninggikan permeabilitas membran sitoplasma, (sefalosporin, sikloserin, basitrasin)Ada 2 metode umum yang dapat digunakan, yaitu penetapan dengan lempeng silinder atau cara lempeng atau penetapan dengan turbidimetri atau cara tabung. Metode pertama berdasarkan difusi antibiotic dari silinder yang dipasang tegak lurus pada lapisan agar padat dalam cawan petri atau lempeng. Jadi, mikroorganisme yang ditambahkan dihambat pertumbuhannya pada daerah berupalingkaran atau zona di sekeliling silinder yang berisi larutan antibiotic. Metode turbidimetri berdasarkan hambatan pertumbuhan biakan mikroorganisme dalam larutan antibiotic serba sama dalam media cair yang dapat menumbuhkan mikroorganisme dengan cepat jika tidak terdapat antibiotic (Henry, 2009).Desain pengujian yang digunakan harus dapat menyebabkan perbandingan potensi anti biotika yang diuji terhadap potensi baku pembanding yang dilakukan pada kondisi yang sama dan sergam mungkin. Untuk itu pemilihan pola pengujian atau desain tergantung sebenarnya dari proposisi yang diinginkan dicapai. Akan tetapi didalam buku-buku seperti Farmakope- Farmakope menyarangkan mengguna-kan desain kuadrat latin atau desain lainnya. Desain pengujian yang sering digunakan adalah 2/1, 2/2, 3/3 dan 5 + 1 (Dirjen POM, 1995).a. Desain 2/1 artinya satu baku pembanding dan satu contoh dengan 2 dosis sediaan dan satu dosis sediaan uji.b. Dosis 2/2 artinya satu baku pembanding dan satu contoh masing-masing dengan 3 tingkat dosis diperlukan dalamsatu gel agar.c. Desain 3/3 artinya satu baku pembanding dan satu contoh dengan masing masing dengan 3 tinggkat dosis diperlukan dalam satu cawan patri.d. Desain 5+1 yaitu satu pembanding dan satu contoh dengan satu tingkat dosis, namun yang diperlakukan dalam satu cawan patri hanya contoh baku pembanding dengan tingkat dosis menengah saja (dosis acuan). Desain 2/1, 2/2, 3/3 dimuat dalam F.I.III, 1979, sedangkan desain pengujian 5+1 di muat dalam FI IV, 1995 (Djide, 2008).Disamping itu uji potensi antibiotika juga perlu di perhatikan pula (Djide, 2008) :1. Standar atau Baku Antibotika Sesuai dengan namanya sebagai pembanding, maka antibiotika pembanding harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:a. Harus homogen sempurnab. Harus stabilc. Secara kualitatif harus identik dengan zat yang akan diujid. Sebaiknya merupakan zat tunggal 2. Mikroorganisme UjiMikroorganisme yang digunakan sebagai mikroorganisme uji dalam pengujian potensi suatu antibiotika adalah mikroorganisme dalam strain tertentu. Mikroorganisme tersebut harus memberikan respon yang bertingkat sesuai dengan kenaikan tingkat dosis antibiotika yang diuji. Pada Farmakope Indonesia III (F.I.III) 1979, tercantum daftar nama-nama jenis mikroorganisme yang khusus untuk setiap jenis antibiotika yang diuji.3. Penyiapan Inokolum Mikroorganisme uju dari stok (agar miring)diinokulasikan ke dalam botol Roux yang mengandung media sebanyak 250ml, sebarkan dengan menggunakan butir kaca steril dan inkubasikan pada suhu dan waktu tertentu. Pada akhir inkubasi, mikroorganisme tersebut dipanen dengan cara membuat suspensi persediaan dengan mengumpulkan biakan pada permukaan media dari botol Roux dengan menggunakan 50ml larutan Natrium Klorida 0,9% steril.4. Media dan Larutan Pengencer Media yang digunakan untuk pengujian potensial suatu antibiotika dapat diliat pada daftar media dalam F.III, 1979 atau dapat juga diliat pada daftar table 23 penyiapan inokulum dalam F.I.IV.19955. Pola PengujianSelain hubungan dosis-respon, maka perlu juga mendapat perhatian untuk memperoleh penetapan yang di percaya adalah pola pengujian atau desain pengujian. Desain pengujian yang digunakan harus dapat menyebabkan perbandingan potensi anti biotika yang diuji terhadap potensi baku pembanding yang dilakukan pada kondisi yang sama dan sergam mungkin. Untuk itu pemilihan pola pengujian atau desain tergantung sebenarnya dari proposisi yang diinginkan dicapai. Akan tetapi didalam buku-buku seperti Farmakope- Farmakope menyarangkan mengguna-kan desain kuadrat latin atau desain lainnya. Desain pengujian yang sering digunakan adalah 2/1,2/2,3/3 dan 5 + 1 (Ditjen POM, 1995).Pada saat sekarang ini dengan adanya keaktifan dan dalam bidang kimia sitesis, untuk memperoleh bahan yang bersifat sebagai antibiotika, yang dibuat secara sintesa, maka menjadi perlu menambahkan kualifikasi dari defenisi tersebut untuk senyawa-senyawa yang diperoleh secara sintetik . Oleh karena itu suatu bahan diklasifikasikan sebagai antibiotika, apabila (Djide, 2003):1. Bahan tersebut merupakan produk metabolisme (meskipun ia ditiru atau telah diantisipasi secara sintesis kima).2. Bahan tersebut adalah produk sintesis yang dihasilkan sebagai analog struktur suatu antibiotika yang terdapat di alam.3. Bahan tersebut mengantagonis pertumbuhan dan atau keselamatan satu spesies mikroorganismeatau lebih.4. Bahan tersebut efektif dalam konsentrasi rendahTetrasiklin adalah suatu grup senyawa yang terdiri dari 4 cincin berdifusi dengan sutu sistem ikatan ganda konjugasi. Perbedaannya yang kecil yaitu dalam efektivitas klinik menunjukkan variasi farmakokinetik secara individual akibat substitusi pada cincin-cincin tersebut (Mycek, 2001).Mekanisme kerja. Masuknya obatini ke dalam mikroorganisme yang rentan diperantarai oleh transpor protein ke dalam membra dalam sitoplasmik bakteri. Pengikatan obat ke subunit 30S ribososm bakteri dipercaya dapat menghamabat aksi protein amino asil-tRNA menjadi kompleks ribosom mRNA di akseptor, sehingga menghambat sintesis protein bakteri (Mycek, 2001).Mekanisme kerja dari obat antibiotik adalah dinding sel kuman terdiri dari suatu jaringan peptidoglikan, yaitu polimer dari senyawa amino dan gula, yang saling terikat satu dengan yang lain dan dengan demikian memberikan kekuatan mekanis pada dinding dimana menghindarkan sintesa lengkap dari polimer ini yang spesifik bagi kuman dan disebut murein. Bila sel tumbuh dan plasmanya bertambah atau menyerap air dengan jalan osmosis, maka dinding sel yang tak sempurna itu akan pecah dan bakteri musnah. Dinding sel manusia dan hewan tidak terdiri dari murein maka antibiotika ini tidak toksit untuk manusia (Tjay, 2002).Uji atau penetapan potensi antibioik dapat dilakukan dengan cara (1) kimia, fisikokimia dan (20 secara mikrobiologik atau biologik. Pada uji atau penetapan secara mikrobiologik lebih menggambarkan tentang khasiat antibiotik dan vitamin tersebut (Djide, 2006).Metode difusi adalah proses pemindahan molekul secara acak dari satu posisi ke posisi lain. Pada difusi tersebut, yang perlu diperhatikan adalah dosis, kecepatan da energi kinetik dari proses tersebut. Metode difusi terbagi atas dua yaitu difusi liniar dan difusi radial (Djide, 2006).Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi yaitu antara lain (Djide, 2006):1. Faktor fisik meliputi waktu predifusi, suhu inkubasi, ketebalan lempeng, nilai pH, viskositas medium dan larutan uji.2. Faktor biologis meliputi populasi mikroorganisme, kompoisi medium dan konsentrasi kritis antibiotik. Disamping itu, uji potensi antibiotik juga perlu diperhatikan pula (Djide, 2006):1. Standat atau baku antibiotik; Sesuai dengan namanya sebagai pembanding, maka antibiotik pembanding harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut: harus homogen sempurna, harus stabil, secara kualitatif harus identik dengan zat yang diujikan, dan sebaiknya merupakan zat tunggal. Mikroorganisme uji; mikroorganisme yang digunakan sebagai mikroorgnisme uji dalam pengujian potensi suatu antibiotik adalah mikroorganisme dengan strain tertentu. Mikroorganisme tersebut harus memberikan respon yang bertingkat sesuai dengan kenaikan tingkat dosis antibiotik yang diuji. Pada farmakope Indonesia III 1979, tercantum daftar nama-nama jenis mikroorganisme yang khusus untuk setiap jenis antibiotik yang diuji.

V. Metode KerjaA. Alat yang digunakanAdapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah : autoklaf, batang pengaduk, botol pengencer, cawan petri, erlenmeyer, gelas kimia, gelas ukur, inkubator, korek api, lampu spiritus, ose bulat, oven, rak tabung, sendok tanduk, spoit steril 1 ml, 5 ml, dan 10 ml, tabung reaksi, dan timbangan analitik.B. Bahan yang digunakanBahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu Staphylococcus aureus, tetrasiklin (generik), tetrasiklin baku, Medium NA.C. Cara kerjaPengujian Potensi Antibiotika Terhadap Bakteri Uji1. Alat dan bahan disiapkan.2. Dimasukkan 1 ml suspensi biakan bakteri Staphylococcus aureus ke dalam cawan petri steril.3. Ditambahkan Medium NA ke dalam cawan petri steril sebanyak 10 ml lalu dihomogenkan dan dibiarkan memadat.4. Setelah medium NA memadat, dimasukkan paper disk yang telah direndam pada tetrasiklin baku dan tetrasiklin generik5. Cawan Petri tersebut diinkubasi dalam inkubator selama 1 x 24 jam pada suhu 37C.6. Diamati dan diukur diameter zona hambatan (berupa daerah bening) dengan menggunakan mistar.VI. Hasil PraktikumA. Foto

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPANFAKULTAS FARMASIUNIVLERSITAS MUSLIM INDONESIA TetrasiklinMedium Nutrient Agar (NA)s3 dan U3 (TAMPAK BELAKANG)

Paper diskMedium NAS3U3

u3 dan s3 (TAMPAK DEPAN)

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI TERAPANFAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS MUSLIM INDONESIAOksitetrasiklinMedium Nutrient Agar (NA)

Paper diskMedium NAU3S3

Data PengamatanNoDiameter Zona Hambatan (mm)

Baku PembandingSampel

S1S3S2S3S4S3S5S3U3S3

177887687186

277888677186

368998677196

4777108876186

5768119876186

6678108876186

77781010876176

86781210976176

967811 10867186

Jumlah59637270786763586154

Rata-rata6,55787,78,667,4476,4417,896

Korektor0,225--0,15--0,6--0,28--5,945-

Hasil koreksi6,775-7,85-8,05-6,72-11,945-

Pengolahan data potensi antibiotika Oxytetrasiclinkonsentrasi larutan bakuLog S=XDiameter zona hambatan (mm) = yX2Y2XY

S1 = 0,15-0,826,7750,6745,90-5,55

S2 = 0,19-0,727,850,5161,62-43,61

S3 = 0,24-0,628,050,3864,80-4,99

S4 = 0,30-0,526,720,2740,19-3,49

S5 = 0,38-0,4211,9450,1845, 16-5,01

Jumlah-3,141,342,01257,67-62,65

Jadi,Hasil Koreksi S1= 6,55+ 7 2= 6,775Hasil Koreksi S2= 8 + 7 2= 11,5Hasil Koreksi S4= 8,66 + 7,44 2= 12,38Hasil Koreksi S5= 7 + 6,44 2= 10,22

Hasil Koreksi U= 17,89 + 6 2= 20,89

Korektor S1= 6,55 7=-0,45Korektor S2= 8 7,7=0,3Korektor S4= 8,66 -7,44=1,22Korektor S5= 7 6,44=0,56Korektor U= 17,89 6=11,89y= a + bx= 4,4176 + (-6,37) (-0,62)= 4,4176 + 3,9494= 8,367yu= { y + (u S3u) }= { 8,367 + (8,11 8) }= 8,367 0,11= 8,477yu= a + bxu8,477= 4,4176 + (-6,37) xu8,477= 4,4176 - 6,37 xuxu= -0,64xu= 10 (log dosis uji)dosis uji= anti log (xu)= anti log (-0,64)= 0,22

Potensi Uji = x 100%=0,22 x 100% 0,23= 0,9565 x 100%= 95,65 % 96 %

VII. PEMBAHASANAntimikroba (AM) ialah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba yang merugikan manusia. Dalam pembicaraan di sini, yang dimaksud dengan mikroba terbatas pada jasad renik yang tidak termasuk kelompok parasit Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi mikroba jenis lain.Uji potensi antibiotika secara mikrobiologi adalah suatu teknik untuk menetapkan potensi suatu antibiotika dengan mengukur efek senyawa-senyawa tersebut. Uji mikrobiologi ini ada 2 macam yaitu metode cawan (difusi agar) serta metode tabung (turbidimetri). Dalam percobaan ini akan dilakukan uji potensi antibiotika dengan menggunakan metode lempeng (difusi agar), dimana menggunakan medium padat yang telah diinokulasikan dengan mikroorganisme. Potensi itu sendiri adalah suatu daya atau kekuatan dalam mengukur ataukah menentukan jumlah suatu bahan.Penurunan potensi dari antibiotika tentu saja akan menyebabkan ketidakefektifan dari produk tersebut dan dapat menimbulkan bahaya bagi konsumen. Hal ini disebabkan oleh terjadinya penurunan dosis antibiotika yang dapat menyebabkan proses penyembuhan semakin lambat dan bahkan dapat menimbulkan resistensi bagi beberapa mikroba tertentu.Tetrasiklin selain digunakan pada infeksi pernapasan dan acne, juga digunakan pada infeksi saluran kemih berhubung kadarnya yang tinggi dalam kemih (sampai 60 %). Spectrum kerjanya luas dan meliputi banyak cocci Gram-positif dan Gram-negatif serta kebanyakan bacilli, kecuali pseudomonas dan proteus. Spektrum kerjanya ini mirip dengan Ampicillin. Mekanisme kerja berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman yaitu dengan mengganggu ikatan aminoasil t-RNA dengan ribosom m-RNA kompleks.Pada percobaan ini digunakan metode difusi, dimana dilakukan dengan menggunakan paper disk yang mengandung obat dalam jumlah tertentu ditempatkan pada pembenihan padat yang telah ditanami dengan biakan mikroorganisme yang diperiksa. Setelah diinkubasi, garis tengah daerah hambatan jernih yang mengelilingi obat dianggap sebagai ukuran kekuatan hambatan obat terhadap organisme yang diperiksa. Metode ini dipengaruhi banyak faktor fisik dan kimiawi disamping interaksi antara obat dengan organisme, misalnya pembenihan dan daya difusi, ukuran molekul dan stabilitas obat. Kesulitan terbesar adalah laju pertumbuhan yang beragam diantara berbagai mikroorganisme.Pada percobaan potensi antibiotik ini digunakan sampel uji tetrasiklin dan sampel tetracyclin baku sebagai pembanding, dimana kedua bahan ini dibuat dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang berbeda-beda untuk melihat sejauh mana potensi sediaan antibiotik tersebut membunuh Staphylococcus aureus . potensi antibiotik dapat diketahui berdasarkan kemampuannya untuk menghambat pertumbuhan suatu mikroorganisme dalam hal ini adalah bakteri uji Staphylococcus aureus yang ditentukan dengan mengukur luasnya zona hambatan yang terbentuk pada daerah sekitar paper disk.Alasan digunakan disk blank karena disc blank memiliki daya serap yang tinggi dan merupakan media transpor antibiotik yang baik dengan mekanisme kerja dari disk blank yang mentranspor zat antibiotik karena adanya perbedaan konsentrasi di dalam disk blank dan di medium. Zat akan berpindah menuju ke medium karena konsentrasi pada medium lebih rendah dari pada di disk blank.Disk blank digunakan dengan direndam dalam antibiotic dengan konsentrasi berbeda. Penggunaan disk blank mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan pencadang yaitu pada penggunaannya tidak membutuhkan base layer dan seed layer. Akan tetapi juga mempunyai kekurangan yaitu kadar obat yang terkandung didalamnya berkemungkinan tidak sama karena tergantung daya penyerapan disk blank yang berbeda.Pada percobaan ini desain yang digunakan adalah 5 + 1 diman 5 baku yang berbeda konsentrasi dengan 1 sampel pembanding. Digunakan desain pengujian 5 + 1 karena 5 tingkat dosis dan satu sampel dengan satu tingkat dosis yang setara dengan dosis menengah (dosis acuan) baku pembanding. Pada desain S1 + S3 (S2 + S3) dimaksudkan untuk membandingkan dosis dibawah dosis maksimum, sedangkan untuk desain S4 + S3 (S5 + S3) dimaksudkan untuk membandingkan dosis diatas dosis maksimum. Dan untuk U + S3 dimaksudkan untuk membandingkan dosis baku dengan dosis yang beredar dipasaran.Bakteri uji yang digunakan adalah Staphylococcus aureus. Infeksi yang ditimbulkan oleh kuman ini terutama menimbulkan penyakit pada manusia,setiap jaringan ataupun alat tubuh dapat diinfeksi olehnya dan menyebabkan penyakit dengan tanda tanda khas yaitu peradangan, nekrosis dan pembentukan abses. Infeksinya dapat berupa furunkel yang ringan pad kulit sampai berupa suatu piemia yang fatal.Mekanisme kerja obat tetrasiklin yaitu menghambat sintesis protein bakteri dengan mengikat ribosom 30 S. Hasil yang diperoleh yaitu terbentuk daerah hambatan berupa zona bening disekitar disk blank yang kemudian diukur dengan menggunakan mistar(penggaris). Zona bening ini terbentuk karena didaerah tersebut pertumbuhan mikroba uji dihambat oleh sampel uji.Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diperoleh hasil persentase potensi antibiotik l adalah sebesar 96 %.Adapun beberapa faktor kesalahan yang dapat mempengaruhi hasil percobaan antara lain konsentrasi dari sampel yang digunakan tidak sesuai dan pengukuran zona hambatan yang terbentuk tidak akurat.

VII. KESIMPULANBerdasarkan hasil praktikum maka didapatkan kesimpulan bahwa tetrasiklin memiliki daya hambat yang baik terhadap Salmonella thyposa hal ini ditandai dengan zona bening yang merupakan parameter untuk mengetahui zona hambatan dari tetrasiklin dan potensi antibiotikanya 96%.

XI. DAFTAR PUSTAKADirjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta

Djide, Natsir dan Sartini. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi Farmasi. Lembaga Penerbit Universitas Hasanuddin : Makassar Djide Natsir. 2008. Mikrobiologi Farmasi Dasar. Universitas Hasanuddin : Makassar.

Gunawan, Gan Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia : Jakarta.

Harmita. 2006. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi 3. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Henry Welch. 2009. Antibiotics & Chemotherapy. Washington Institute of Medicine : USA.

Mutschler, Ernest. 2007. Dinamika Obat Edisi V. ITB : Bandung.

Mycek. M. J., Harvey. R. A., dan Champe. P. C., 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya Medika : Jakarta

Tjay, T.H., Rahardja, K., (2002), Obat-Obat Penting, Edisi V, PT Elex Media Komputindo, Gramedia, Jakarta.

LAMPIRANSKEMA KERJA1. Uji Potensi Antibiotika

Suspensi biakan bakteri Medium NA ( Nutrient Agar)

III

0,02 ml (1 ose) 10 ml

Dihomogenkan

Cawan petri steril

S3S1/S2/S4/S5/U1

S1/S2/S4/S5/U1

S3

Paper Disc

S3

S1/S2/S4/S5/U1

Diinkubasi pada suhu 37C selama 1 x 24 jamdi inkubator

Diamati dan diukur zona hambatan

Pengolahan data

2. Perhitungan Bahana. Pembuatan medium Nutrient Agar (NA).1. Komposisi untuk 1000 ml : Ekstrak Beef 3 gram Pepton 5 gramAgar 15 gramAir suling ad 1000 ml2. Komposisi untuk 250 ml :Ekstrak beef = 250/1000 ml x 3 g = 0,75 g Pepton = 250/1000 ml x 5 g = 1,25 gAgar= 250/1000ml x 15 g = 3,75 gAir suling add 250 ml

3. Perhitungan :Persamaan garis :y = a + bxyu= {y + (U S3u)}yu= a + bxuDimana :y = diameter hambatanbakuyu= diameter hambatanujix = Log dosisbakuU = Diameter hambatanujipadacawanujiS3u = Diameter baku 3 (S3) padacawan yang mengandungujiXu= Log dosisujiJadi,y= a + bx= 4,13 + (-6,78) (0,24)= 4,13 6,78 (0,24)= 4,13 1,63= 2,37yu= { y + (u S3u) }= { 2,37 + (7,7 8) }= 2,37 0,3= 2,07yu= a + bxu2,07= 4,13 + (-6,78) xu2,07= 4,13 + 6,78 xuxu= -0,30xu= 10 (log dosis uji)dosis uji= anti log (xu)= anti log (-0,30)= 1,99Potensi Uji = x 100%=x 100%= 8,29%

B. Uraian BahanOxytetrasiklin (Ditjen POM; 1979. MIMS, 2010)Nama resmi: OXYTETRACYCLINI HYDROCHLORIDUMSinonim: OxytetrasiklinhidrokloridumRM : C22H24N2O9Pemerian: Serbuk hablur, kuning tidak berbau, rasa pahit, higroskopik.Kelarutan: larut dalam 2 bagian air, yang jika dibiarkan akan mengabut, larut dalam 45 bagian etanol (95%) P dan dalam lebih kurang 45 bagian metanol P, praktis tidak larut dalam kloroform P dan dalam eter P.Indikasi: Infeksi saluran pernafasa, saluran cerna, saluran kemih (termasuk GO), kulit dan jaringan lunakEfek samping: Mual, muntah, kulit memerah, urtikaria, diare, fotosensitivitas, peningkatan kadar urea darah, animea diuritik.diare, eritemaan kemih, sakit kepala, dan gangguan penglihatan.Dosis: 2,2 mg/kgBB/12 jam.

C. Uraian Bakteri UjiStaphylococcus aurues (Garrity,2004)a. KlasifikasiDomain: BacteriaPhylum: FirmicutesClass: BaciliOrdo: BacillalesFamilia: StaphylococcaceaeGenus: StaphylococcusSpesies: Staphylococcus aureusb. Sifat dan morfologiStaphylococcus aureus adalah bakteri gram positif,sel sel berbetuk bola, berdiameter 0,5 1,5 m, terdapat tunggal dan berpasangan dan secara khas membela diri lebih dari satu bidang sehingga membentuk gerombol yang tidak teratur. Dinding sel mengandung dua komponen utama : peptidoglikan dan aamteioat. Metabolisme secara respratif dan fermentatif. Tumbuh lebih cepat dan lebih banyak dalam keadaan aerob.

NINIEK RAHMADHANI AA RAMLAN., S,Farm150 2012 0447