hubungan antara self-efficacy dengan...

81
HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh ASTRID INDI DWISTY ANWAR 051301007 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GANJIL, 2009/2010 Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Upload: vunhu

Post on 06-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN

KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA

MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Ujian Sarjana Psikologi

Oleh

ASTRID INDI DWISTY ANWAR

051301007

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GANJIL, 2009/2010

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 2: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Hubungan antara Self-efficacy dengan Kecemasan Berbicara Di depan

Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Univeristas Sumatera Utara

Astrid Indi Dwisty Anwar dan Rr. Lita Hadiati W.

ABSTRAK

Kecemasan berbicara di depan umum merupakan salah satu ketakutan

terbesar yang dialami oleh manusia. Kecemasan ini menghasilkan pengaruh yang

negatif terhadap berbagai aspek kehidupan, salah satunya aspek akademis.

Penanganan kecemasan antara satu individu dengan individu lainnya dapat

berbeda tergantung pada penilaian pribadi individu terhadap kemampuannya yang

disebut self-efficacy (Sarafino, 1994). Self-efficacy akan mempengaruhi cara

individu dalam bereaksi terhadap situasi yang menekan (Bandura, 1997)

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat korelasional yang

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan

berbicara di depan umum pada mahasiswa.

Sampel penelitian ini adalah 184 orang mahasiswa Fakultas Psikologi

USU. Penelitian ini menggunakan dua buah skala sebagai alat ukur, yaitu Skala

Self-efficacy dan Skala Kecemasan berbicara di depan umum yang disusun sendiri

oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

(Bandura, 1997) dan komponen kecemasan berbicara di depan umum (Rogers,

2004). Skala Self-efficacy nilai reliabilitas (rxx)=0.907 dan terdiri dari 39 aitem,

sedangkan Skala Kecemasan Berbicara Di Depan Umum nilai reliabilitas

(rxx)=0.948 dan terdiri dari 52 aitem.

Analisa penelitian menggunakan korelasi Pearson Product Moment.

Berdasarkan hasil analisa ditemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara self-

efficacy dengan kecemasan berbicara di depan umum dengan nilai r = -0,670, ρ

(0,01). Artinya semakin tinggi self-efficacy mahasiswa maka akan semakin rendah

tingkat kecemasannya berbicara di depan umum, dan sebaliknya, semakin rendah

self-efficacy mahasiswa maka tingkat kecemasan berbicara di depan umum akan

semakin tinggi.

Kata kunci : self-efficacy, kecemasan berbicara di depan umum

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 3: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Relationship between self-efficacy and public speaking anxiety among

students in Psychology Faculty of North Sumatera University

Astrid Indi Dwisty Anwar dan Rr. Lita Hadiati W.

ABSTRACT

Public speaking anxiety is one of greater fear that human faced. This

anxiety causes the negative influence for some aspects of life, one of them is

academic aspect. The handling of the anxiety is different between one person to

others depends on their individual assessment of their ability called self-efficacy

(Sarafino, 1994). Self-efficacy will affect their way reacting to pressured situation

(Bandura, 1997).

This research is a correlational research that aims to understand the

correlation between self-efficacy and public speaking anxiety among student in

Faculty of Psychology of Norh Sumatera University.

The subjects of this research were 184 students in Psychology Faculty of

North Sumatera University. This research using two scale as a measuring tools,

namely Self-efficacy Scale and Public Speaking Anxiety Scale organized by

researcher based on the aspects that formed Self-efficacy (Bandura, 1997) and

Public Speaking Anxiety (Rogers, 2004). The Self-efficacy Scale has a value of

reliability (rxx)=0.907 and consist of 39 items, whereas the Public Speaking

Anxiety Scale reliability value is (rxx)=0.948 and consist of 52 items.

The analysed of research data using Pearson Product Moment correlation

method. The result showed that there was a negative correlational between self-

efficacy and public speaking anxiety with correlation coefficient r = -0,670, ρ

(0,01). It means the higher student’s self-efficacy then their public speaking

anxiety level becomes lower, and on the contrary, lower student’s self-efficacy

then they public speaking anxiety level becomes higher.

Keywords : self-efficacy, public speaking anxiety

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 4: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas ridha-Nya

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini

adalah ”Hubungan Antara Self-efficacy dengan KecemasanBerbicara di depan

umum PadaMahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara”.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Skripsi

di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Tidak dapat disangkal butuh

usaha yang keras, kegigihan dan kesabaran untuk menyelesaikannya. Namun

disadari, karya ini tidak akan selesai tanpa orang-orang tercinta di sekeliling

penulis yang telah mendukung dan membantu.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :

Keluarga penulis (Ayah, Mama, Bang Andrie, Ananda) yang telah

memberikan dukungan moril dan materil selama penulis menyelesaikan

skripsi ini.

Prof. Dr. Chairul Yoel, Sp.A(K) selaku Dekan Fakultas Psikologi

Ibu Rr. Lita H. Wulandari, S.Psi., Psi, selaku dosen pembimbing skripsi.

Terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan dan bimbingan yang

telah diberikan kepada penulis

Ibu Dra. Josetta M. R. T., M.Si, selaku dosen pembimbing akademik.

Terima kasih yang sebanyak-banyaknya atas kesabaran dan bimbingan,

serta dukungannya selama ini.

Ibu Desvi Yanti Mukhtar, M.Si., Psi, Ibu Filia Dina Anggaraeni, M.Pd.,

Ibu Sri Supriyantini, S.Psi., Psi, Bang Tarmidi, M.Psi, Psi , kak Fasti Rola,

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 5: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

M.Psi, Psi, dan Kak Dian Ulfa Sari, M.Psi, Psi, selaku dosen Departemen

Psikologi Pendidikan.

Untuk dosen-dosen Psikologi USU atas semua ilmu yang telah diberikan,

mudah-mudahan ilmu ini dapat berguna dan dapat diterapkan dengan baik.

Untuk Sevi, Kinan, Roro, Raisa, Enni, Vicky, Mirna, Desti, dan Mitha,

yang selalu menemani, memberikan support, masukan, dan memberikan

semangat.

Untuk Teman-teman angkatan 2005 yang selalu memberikan dukungan

dan semangat.

Semoga segala kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkah

dari Allah SWT. Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih

jauh dari sempurna, karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu

penulis dengan segala kerendahan hati mengharapkan saran dan kritik yang

sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan penelitian ini.

Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang

terkait, lingkungan akademik Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Medan, serta para pembaca pada umumnya.

Medan, Desember 2009

Penulis

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 6: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah ................................................................. 1

B. Perumusan masalah ....................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 8

E. Sistematika Penelitian ..................................................................... 9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kecemasan Berbicara Di Depan Umum ....................................... 11

1. Pengertian kecemasan berbicara di depan umum ...................... 11

2. Komponen kecemasan berbicara di depan umum ..................... 14

3. Faktor yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan

umum ........................................................................................ 15

B. Self-efficacy ................................................................................... 18

1. Pengertian self-efficacy .............................................................. 18

2. Klasifikasi self-efficacy ............................................................. 19

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 7: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

3. Tahap perkembangan self-efficacy ........................................... 21

4. Faktor yang mempengaruhi self-efficacy .................................. 22

5. Aspek-aspek self-efficacy ......................................................... 24

C. Mahasiswa ..................................................................................... 25

1. Pengertian mahasiswa ............................................................... 25

2. Mahasiswa Fakultas Psikologi USU ......................................... 26

D. Hubungan Self-efficacy dengan kecemasan berbicara di depan

umum pada mahasiswa fakultas psikologi USU ........................... 27

E. Hipotesa ......................................................................................... 29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Identifikasi variabel ....................................................................... 30

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...................................... 30

C. Populasi dan Sampel ...................................................................... 32

D. Metode pengambilan data ............................................................. 35

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .............................................. 39

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .................................................... 45

1. Tahap Persiapan ......................................................................... 45

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian .................................................... 46

G. Metoda Analisis Data .................................................................... 46

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian ............................................. 48

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 8: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

1. Jenis Kelamin Subjek Penelitian ............................................... 48

2. Usia Subjek Penelitian .............................................................. 49

3. Stambuk Subjek Penelitian........................................................ 49

B. Hasil Penelitian .............................................................................. 50

1. Uji Asumsi................................................................................. 50

2. Hasil Analisa Data ..................................................................... 53

C. Hasil Tambahan ............................................................................. 58

1. Gambaran Skor self-efficacy berdasarkan jenis kelamin ........... 58

2. Gambaran Skor Kecemasan berbicara di depan umum

Berdasarkan jenis kelamin ............................................................. 59

3. Gambaran Skor Kecemasan berbicara di depan umum

berdasarkan stambuk ..................................................................... 60

D. Pembahasan ................................................................................... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................... 64

B. Saran .............................................................................................. 65

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 67

LAMPIRAN

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Jumlah Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara 27

Tabel 2 Blueprint Skala Kecemasan Berbicara di Depan Umum 37

Tabel 3 Blueprint Skala Self-efficacy 38

Tabel 4 Distribusi Aitem-aitem Skala Self-efficacy setelah

uji coba 41

Tabel 5 Distribusi Aitem-aitem Skala Self-efficacy pada

saat penelitian 42

Tabel 6 Distribusi Aitem-aitem Skala Kecemasan Berbicara

di Depan Umum setelah uji coba 43

Tabel 7 Distribusi Aitem-aitem Skala Kecemasan Berbicara

di Depan Umum pada saat penelitian 44

Tabel 8 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin 48

Tabel 9 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia 49

Tabel 10 Gambaran Subjek Berdasarkan Stambuk 50

Tabel 11 Normalitas Sebaran Variabel Self-efficacy dan

Kecemasan berbicara di depan umum 51

Tabel 12 Linearitas Hubungan Kedua Variabel 52

Tabel 13 Korelasi Pearson 54

Tabel 14 Gambaran Skor Empirik dan Hipotetik Self-efficacy 55

Tabel 15 Kategorisasi Data Empirik Self-efficacy 56

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 10: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Tabel 16 Gambaran Skor Empirik dan Hipotetik Kecemsan

Berbicara di Depan Umum 57

Tabel 17 Kategorisasi Data Empirik Kecemasan Berbicara di

Depan Umum 57

Tabel 18 Gambaran Skor Self-efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin 58

Tabel 19 Perbedaan Self-efficacy berdasarkan jenis kelamin 58

Tabel 20 Gambaran Skor Kecemasan Berbicara di Depan Umum

Berdasarkan Jenis Kelamin 59

Tabel 21 Perbedaan Kecemasan Berbicara di depan umum

berdasarkan Jenis Kelamin 59

Tabel 22 Gambaran Skor Kecemasan Berbicara di Depan Umum

Berdasarkan Stambuk 60

Tabel 23 Perbedaan Kecemasan Berbicara di Depan Umum

Berdasarkan Stambuk 60

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 11: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Scatter Plot Self-efficacy dan Kecemasan

Berbicara di depan umum 52

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 12: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan sangat erat kaitannya dengan komunikasi. Tidak ada

perilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh proses komunikasi, baik komunikasi

verbal, nonverbal, maupun komunikasi melalui media pembelajaran. Bidang

pendidikan tidak akan bisa berjalan tanpa dukungan komunikasi (Jourdan dalam

Yusuf, 1990). Komunikasi menggambarkan bagaimana seseorang memahami,

melihat, mendengar, dan merasakan tentang dirinya (sense of self) serta

bagaimana cara individu tersebut berinteraksi dengan lingkungan, dari

mengumpulkan dan mempresentasikan informasi, hingga menyelesaikan konflik.

Berbicara, mendengar, dan kemampuan memahami media (media literacy)

merupakan tiga elemen dari komunikasi. Seorang mahasiswa diharapkan dapat

menjadi pembicara, pendengar, dan pelaku media (media participant) yang

kompeten dalam berbagai setting lingkungan, seperti dalam situasi personal dan

sosial, di dalam kelas, di tempat kerja, maupun sebagai anggota masyarakat. Di

dalam setting kelas pada khususnya, esensi dari proses belajar mengajar adalah

komunikasi, yang terdiri dari transaksi verbal dan nonverbal antara dosen dan

mahasiswa maupun antar mahasiswa (Connor, 1996).

Elliot, Kratochwill, Littlefield Cook & Travers, (2000) menyatakan bahwa

komunikasi memegang peranan dalam pemantapan pembelajaran dan perilaku

yang diharapkan, hubungan interpersonal antara guru dengan siswa, dan

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 13: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

penyampaian instruksi, termasuk di dalamnya bertanya, memuji, dan umpan balik

individu. Selanjutnya, Arismunandar (2003) mengemukakan bahwa komunikasi

dan interaksi di dalam kelas sangat menentukan efektivitas dan mutu pendidikan.

Dosen yang menjelaskan, mahasiswa yang bertanya; berbicara dan mendengarkan

yang terjadi silih berganti, semuanya itu merupakan bagian penting dari

pendidikan.

Bertanya kepada dosen, mempresentasikan tugas, melakukan diskusi

kelompok, merupakan beberapa bentuk komunikasi yang dilakukan oleh

mahasiswa di dalam kelas, dimana mahasiswa tidak hanya berinteraksi dengan

dosen, tetapi juga dituntut untuk berbicara, mengemukakan pendapat dan ide-

idenya secara lisan di depan orang banyak. Demikian halnya pada mahasiswa

Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara (USU), dimana sebagai calon

psikolog, mahasiswa dituntut untuk memiliki kemampuan berbicara baik dalam

situasi personal maupun di depan umum, di samping keahlian mengungkapkan

pikirannya secara tertulis. Pada buku Panduan Perkuliahan Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara (2008) juga disebutkan bahwa salah satu kompetensi

lulusan Sarjana Psikologi USU yang diharapkan adalah mampu berpikir kritis,

berkomunikasi lisan dan tulis, kepemimpinan, percaya diri, penelurusan informasi

berdasarkan perubahan yg terjadi serta mengembangkan diri sebagai penyelesai

masalah. Oleh karena itu, seorang mahasiswa jurusan psikologi seharusnya

memiliki kemampuan berbicara di depan umum yang baik.

Demi memenuhi tuntutan tersebut, metode pembelajaran di Fakultas

Psikologi USU kebanyakan menggunakan sistem diskusi kelompok dan presentasi

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

guna membiasakan mahasiswa berbicara di depan umum. Namun, tidak jarang

mahasiswa merasa cemas untuk mengungkapkan pikirannya secara lisan, baik

pada saat diskusi kelompok, bertanya pada dosen, maupun ketika harus berbicara

di depan kelas saat mempresentasikan tugas. Ketiga kegiatan tersebut menuntut

mahasiswa untuk berbicara di depan umum, dan ketika mahasiswa merasa cemas

saat melakukannya dapat dikatakan mahasiswa tersebut mengalami kecemasan

berbicara di depan umum yang merupakan salah satu bentuk dari hambatan

komunikasi (communication apprehension).

Burgoon dan Ruffner (dalam Dewi & Andrianto, 2003) menyatakan

communication apprehension sebagai suatu reaksi negatif dari individu berupa

kecemasan yang dialami individu ketika berkomunikasi, baik komunikasi antar

pribadi, komunikasi di depan umum maupun komunikasi masa. McCroskey

(dalam Byers dan Weber, 1995) mendefinisikan communication apprehension

sebagai tingkat kecemasan individu yang diasosiasikan dengan salah satu

komunikasi, baik komunikasi yang nyata ataupun komunikasi yang diharapkan

dengan individu lain maupun dengan orang banyak.

Motley (dalam Byers dan Weber, 1995) menegaskan bahwa ketakutan atau

kecemasan berbicara di depan umum, mungkin adalah bentuk communication

apprehension yang paling umum. Kecemasan berbicara di depan umum dikatakan

sebagai salah satu ketakutan terbesar yang dialami oleh warga Amerika. Motley

juga menyatakan bahwa sekitar 85 % dari kita mengalami kecemasan yang tidak

menyenangkan berkenaan dengan berbicara di depan umum tersebut. Pada 15 %

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 15: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

sampai 20 % mahasiswa Amerika, ketakutan ini melemahkan, dan sangat

mengganggu pekerjaan individu.

Selain itu, Flax (dalam Tilton, 2002) menegaskan bahwa berdasarkan

penelitian terakhir, masyarakat Amerika menggolongkan berbicara di depan

umum sebagai ketakutan terbesar mereka. Tilton (2002) menambahkan, dalam

kenyataannya, banyak individu yang menyatakan lebih takut untuk berbicara di

depan umum dibanding ketakutan lainnya seperti kesulitan ekonomi, menderita

suatu penyakit, bahkan ketakutan terhadap kematian.

Penelitian mengindikasikan bahwa seseorang yang memiliki tingkat

kecemasan berbicara yang tinggi biasanya tidak dianggap secara positif oleh

orang lain (McCroskey dalam Byers & Weber, 1995). Mereka dianggap tidak

responsif, tidak komunikatif, sulit untuk mengerti, tidak memiliki ketertarikan

sosial dan seksual, tidak kompeten, tidak dapat dipercaya, tidak berorientasi pada

tugas, tidak suka bergaul, tidak suka menjadi pemimpin dan tidak produktif dalam

kehidupan profesionalnya (Merrill; Mulac & Sherman; McCroskey & Richmond,

dalam Byers & Weber, 1995). Intinya adalah bahwa kecemasan berbicara

menghasilkan pengaruh yang negatif terhadap kehidupan ekonomi, akademis,

politik, dan sosial individu (McCroskey dalam Byers & Weber, 1995).

Hal senada juga disampaikan oleh Bandura (1997) bahwa individu yang

mengalami kecemasan menunjukkan ketakutan dan perilaku menghindar yang

sering mengganggu performansi dalam kehidupan mereka, begitu pula dalam

situasi akademis. Lebih lanjut, Elliot, dkk (2000) menyatakan bahwa mahasiswa

sering mengalami kecemasan saat akan menghadapi ujian ataupun pada saat harus

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

berbicara di depan orang banyak, dan kecemasan tersebut akan mempengaruhi

perfomansinya. Ericson dan Gardner (dalam Tussey, 2002) menambahkan bahwa

kecemasan terbukti menimbulkan banyak efek yang merugikan terhadap

mahasiswa di dalam kelas.

Kecemasan berbicara di depan umum yang terjadi pada diri individu bisa

disebabkan oleh berbagai macam hal. Menurut Geist (dalam Gunarsa, 2000)

kecemasan tersebut dapat bersumber dari berbagai hal seperti tuntutan sosial yang

berlebihan dan tidak mau atau tidak mampu dipenuhi oleh individu yang

bersangkutan, standar prestasi individu yang terlalu tinggi dengan kemampuan

yang dimilikinya seperti kekurangsiapan untuk menghadapi situasi yang ada, pola

berpikir, dan persepsi negatif terhadap situasi atau diri sendiri. Beberapa

penelitian bahkan menghubungkan kecemasan berbicara dengan karakteristik

individu. MacIntyre dan Thivierge misalnya, mereka menemukan bahwa ciri

umum ekstraversi, kestabilan emosi, dan intelektulitas secara signifikan

berhubungan dengan kecemasan berbicara di depan umum (dalam Roach, 1999).

Ketika merasa cemas ataupun ketika dihadapkan dengan situasi-situasi yang

menekan, individu akan mengalami gejala-gejala fisik maupun psikologis. Nevid,

dkk. (1997) menyatakan bahwa kecemasan berbicara di depan umum biasanya

ditandai dengan gejala fisik seperti tangan berkeringat, jantung berdetak lebih

cepat, dan kaki gemetaran. Gitomer dan Plourde (dalam Boyce, dkk. 2007)

menambahkan bahwa mual, berkeringat, lutut lemas, dan mulut kering adalah

simptom-simptom yang diasosiasikan dengan ketakutan saat berdiri di hadapan

publik.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Di samping itu, kecemasan berbicara di depan umum juga ditandai dengan

adanya gejala-gejala psikologis, seperti takut akan melakukan kesalahan, tingkah

laku yang tidak tenang, dan tidak dapat berkonsentrasi dengan baik (Matindas,

2003). Individu yang merasa cemas baik secara psikis maupun biologis, dalam

dirinya akan terjadi gangguan antisipasi atau harapan pada masa yang akan

datang. Keadaan ini ditandai dengan adanya rasa khawatir, gelisah, dan perasaan

akan terjadi sesuatu hal yang tidak menyenangkan dan individu menjadi tidak

mampu menemukan penyelesaian terhadap masalahnya (Hurlock, 1997).

Penanganan kecemasan antara satu individu dengan individu lainnya dapat

berbeda tergantung pada penilaian pribadi individu terhadap kemampuan yang

dimilikinya yang disebut dengan self-efficacy (Sarafino, 1994). Bandura (1997)

mendefiniskan self-efficacy sebagai keyakinan individu bahwa ia dapat menguasai

situasi dan memperoleh hasil yang positif. Penilaian seseorang terhadap self-

efficacy memainkan peranan besar dalam hal bagaimana seseorang melakukan

pendekatan terhadap berbagai sasaran, tugas, dan tantangan.

Ketika menghadapi tugas yang menekan, dalam hal ini berbicara di depan

umum, keyakinan individu terhadap kemampuan mereka (self-efficacy) akan

mempengaruhi cara individu dalam bereaksi terhadap situasi yang menekan

(Bandura, 1997). Menurut Prakosa (1996) keyakinan terhadap diri sendiri sangat

diperlukan oleh pelajar ataupun mahasiswa. Keyakinan ini akan mengarahkan

kepada pemilihan tindakan, pengerahan usaha, serta keuletan individu. Keyakinan

yang didasari oleh batas-batas kemampuan yang dirasakan akan menuntut kita

berperilaku secara mantap dan efektif.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Tingginya self-efficacy yang dimiliki akan memotivasi individu secara

kognitif untuk bertindak lebih bertahan dan terarah terutama apabila tujuan yang

hendak dicapai merupakan tujuan yang jelas. Tidak mengherankan apabila

ditemukan hubungan yang signifikan antara self-efficacy dengan prestasi dan

perfomansi individu tersebut (Bandura, 1997).

Lebih lanjut, Bandura (1997) menyatakan bahwa self-efficacy berguna untuk

melatih kontrol terhadap stressor, yang berperan penting dalam keterbangkitan

kecemasan. Individu yang percaya bahwa mereka mampu mengadakan kontrol

terhadap ancaman tidak mengalami keterbangkitan kecemasan yang tinggi.

Sebaliknya mereka yang percaya bahwa bahwa mereka tidak dapat mengatur

ancaman, mengalami keterbangkitan kecemasan yang tinggi.

Pendapat yang sama dikemukakan juga oleh Feist & Feist (2002), bahwa

ketika seseorang mengalami ketakutan yang tinggi, kecemasan yang akut atau

tingkat stress yang tinggi, maka biasanya mereka mempunyai self-efficacy yang

rendah. Sementara mereka yang memiliki self-efficacy yang tinggi merasa mampu

dan yakin terhadap kesuksesan dalam mengatasi rintangan dan menganggap

ancaman sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan

berbicara di depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

B. Identifikasi Permasalahan

Rumusan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Apakah terdapat hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara di

depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan

kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu, khususnya

dalam bidang psikologi pendidikan mengenai hubungan antara sef-efficacy

dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa.

2. Manfaat praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah:

a. Pihak fakultas dapat mengetahui tingkat self-efficacy dan tingkat kecemasan

berbicara di depan umum pada mahasiswa di Fakultas Psikologi USU. Hal

ini berguna dalam memberikan pembinaan pada mahasiswa dalam

mengembangkan self-efficacy dan mengurangi kecemasan berbicara di depan

umum.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 20: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

b. Penelitian ini berguna sebagai input bagi mahasiswa tentang self-efficacy dan

kecemasan berbicara di depan umum, sehingga diharapkan dapat

dimanfaatkan dalam pengembangan diri mahasiswa terutama dalam

meningkatkan self-efficacy dan mengurangi kecemasan berbicara di depan

umum.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disajikan dalam beberapa bab dengan sistematika penulisan

sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Bab I terdiri atas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II : Landasan Teori

Bagian II berisi uraian teori yang menjadi acuan dalam

pembahasan masalah serta hipotesa. Teori-teori yang digunakan

dalam penelitian ini adalah teori kecemasan dalam berbicara di

depan umum dan teori self-efficacy.

BAB III : Metode Penelitian

Bab III berisi uraian yang menjelaskan tentang identifikasi variabel

penelitian, definisi operasional, populasi dan metode pengambilan

sampel, instrumen/alat ukur yang digunakan, validitas dan

reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian dan metode

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

analisis data untuk melakukan pengujian hipotesis yang digunakan

oleh peneliti dalam penelitian.

BAB IV : Analisa dan Interpretasi Data

Bab IV berisi uraian gambaran subjek penelitian, hasil penelitian,

dan deskripsi data penelitian.

BAB V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Bab V berisi uraian mengenai kesimpulan hasil penelitian, serta

saran metodologis dan praktis.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kecemasan Berbicara Di Depan Umum

1. Pengertian kecemasan berbicara di depan umum

Dalam kamus istilah psikologi, Chaplin (2000) mendefinisikan kecemasan

sebagai perasaan campuran berisi ketakutan dan keprihatinan mengenai rasa-rasa

mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Daradjat (1969)

menjelaskan kecemasan sebagai manifestasi dari berbagai proses emosi yang

bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan

(frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Ada beberapa jenis rasa cemas, yaitu

cemas akibat mengetahui ada bahaya yang mengancam dirinya, rasa cemas berupa

penyakit yang dapat mempengaruhi keseluruhan diri pribadi. Selanjutnya, rasa

cemas karena perasaan berdosa atau bersalah yang nantinya dapat menyertai

gangguan jiwa.

Sementara itu, menurut Lazarus (1976) kecemasan mempunyai dua arti,

yaitu:

a. Kecemasan sebagai respon, digambarkan sebagai suatu pengalaman yang

dirasakan tidak menyenangakan serta diikuti dengan suasana gelisah,

bingung, khawatir dan takut. Bentuk kecemasan ini dibedakan menjadi dua,

yaitu:

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

(1) State anxiety, merupakan gejala kecemasan yang sifatnya tidak menetap pada

diri individu ketika dihadapkan pada situasi tertentu, gejala ini akan tampak

selama situasi tersebut masih ada.

(2) Trait anxiety, kecemasan yang tidak tampak langsung dalam tingkah laku

tetapi dapat dilihat frekuensi dan intensitas keadaan kecemasan individu

sepanjang waktu, merupakan kecemasan yang sifatnya menetap pada diri

individu dan timbul dari pengalaman yang tidak menyenangkan pada awal

kehidupan. Kecemasan tersebut berhubungan dengan kepribadian individu

yang merupakan disposisi pada individu untuk menjadi cemas.

b. Kecemasan sebagai intervening variable, disini kecemasan lebih mempunyai

arti sebagai motivating solution, artinya situasi kecemasan tersebut dapat

mendorong individu agar dapat mengatasi masalah.

Sementara itu, Nevid, dkk. (1997) menganggap kecemasan sebagai suatu

keadaan takut atau perasaan tidak enak yang disebabkan oleh banyak hal seperti

kesehatan individu, hubungan sosial, ketika hendak menjalankan ujian sekolah,

masalah pekerjaan, hubungan internal dan lingkungan sekitar. Lebih lanjut,

Hudaniah dan Dayakisni (2003) menyatakan bahwa pada umumnya kecemasan

berwujud ketakutan kognitif, keterbangkitan syaraf fisiologis dan suatu

pengalaman subjektif dari ketegangan atau kegugupan. Beberapa individu juga

mengalami perasaan tidak nyaman dengan kehadiran orang lain, biasanya disertai

dengan perasaan malu yang ditandai dengan kekakuan, hambatan dan

kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial. Keadaan individu yang seperti

ini dianggap mengalami kecemasan sosial.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Salah satu bentuk kecemasan yang sering terjadi adalah kecemasan dalam hal

berkomunikasi. Burgoon dan Ruffner (dalam Dewi & Andrianto, 2003)

mendefinisikan communication apprehension sebagai suatu reaksi negatif dari

individu berupa kecemasan yang dialami individu ketika berkomunikasi, baik

komunikasi antar pribadi, komunikasi di depan umum maupun komunikasi masa.

Pada penelitian kali ini penulis akan menekankan pada kecemasan berbicara di

depan umum.

Selanjutnya, McCroskey (1984) menyebutkan ada empat jenis

Communication Apprehension (CA), yaitu CA as a trait, CA in generalized

context, CA with generalized people, CA as a state. Kecemasan berbicara di depan

umum termasuk dalam jenis CA in generalized context, dimana individu

mengalami kecemasan berbicara saat berada pada satu situasi tertentu, tapi tidak

pada situasi lainnya.

McCroskey menambahkan, beberapa individu mengalami kecemasan hanya

pada kondisi tertentu, maksudnya ada tipe general dari kondisi komunikasi yang

menimbulkan kecemasan, yaitu komunikator. Penekanannya adalah bahwa

fenomena kecemasan berbicara di depan umum berpusat pada pembicara. Konteks

yang paling banyak ditemui adalah berbicara di depan umum (Public Speaking),

misalnya memberikan pidato, presentasi di depan kelas, pada saat pertemuan atau

meeting. Individu akan mengalami kecemasan ketika mulai membayangkan

sampai berlangsungnya pengalaman berbicara di depan umum.

Sejalan dengan itu, Beaty (Opt & Loffredo, 2000) juga menyebut kecemasan

berbicara di depan umum dengan istilah “communication apprehension”. Beaty

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 25: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

menjelaskan bahwa kecemasan berbicara di depan umum merupakan bentuk dari

perasaan takut atau cemas secara nyata ketika berbicara di depan orang-orang

sebagai hasil dari proses belajar sosial.

Terdapat perbedaan antara berbicara di depan umum dengan pembicaraan

biasa, pada konteks pembicaraan biasa individu merasa aman untuk

menyampaikan pikiran-pikirannya. Bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

pembicaraan biasa adalah adanya proses memberi dan menerima, proses

komunikasi dua arah (dialog). Berbeda dengan berbicara di depan umum, begitu

individu mulai berbicara di depan umum, secara otomatis individu tersebut

menjadi pemimpin dan memegang kendali penuh dari banyak orang. Proses

komunikasi berubah menjadi satu arah (monolog). Ketakutan dan kecemasan

berbicara di depan umum ditandai dengan perasaan gelisah dan perasaan tertekan

(Rogers, 2004).

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kecemasan berbicara

di depan umum adalah suatu keadaaan tidak nyaman yang sifatnya tidak menetap

pada diri individu, baik ketika membayangkan maupun pada saat berbicara di

depan orang banyak. Hal ini akan ditandai dengan reaksi fisik dan psikologis.

2. Komponen kecemasan berbicara di depan umum

Rogers (2004) membagi komponen kecemasan berbicara di depan umum

menjadi tiga, yaitu :

a. Komponen fisik yang biasanya dirasakan jauh sebelum memulai

pembicaraan. Gejala fisik tersebut dapat berbeda setiap orangnya. Beberapa

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 26: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

contoh gejala fisik yang dimaksud adalah detak jantung yang semakin cepat,

suara yang bergetar, kaki gemetar, kejang perut, sulit untuk bernafas dan

hidung berlendir.

b. Komponen proses mental, misalnya : sering mengulang kata atau kalimat,

hilang ingatan secara tiba-tiba sehingga sulit untuk mengingat fakta secara

tepat dan melupakan hal-hal yang sangat penting. Selain itu juga

tersumbatnya pikiran sehingga membuat individu yang sedang berbicara tidak

tahu apa yang harus diucapkan selanjutnya.

c. Komponen emosional, yang termasuk dalam komponen emosional adalah

adanya rasa tidak mampu, rasa takut yang biasa muncul sebelum individu

tampil dan rasa kehilangan kendali. Biasanya secara mendadak muncul rasa

tidak berdaya seperti anak yang tidak mampu mengatasi masalah, munculnya

rasa panik dan rasa malu setelah berakhirnya pembicaraan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bawah komponen

kecemasan berbicara di depan umum terdiri dari komponen fisik, komponen

proses mental, dan komponen emosional.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan

umum

Kecemasan berbicara di depan umum dipengaruhi oleh berbagai macam hal.

Beberapa penelitian menghubungkan kecemasan berbicara dengan karakteristik

kepribadian individu. MacIntyre dan Thivierge (dalam Roach, 1999) misalnya,

menemukan bahwa ciri umum ekstraversi, kestabilan emosi, dan intelektualitas

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

secara signifikan berhubungan dengan kecemasan berbicara di depan umum.

Weaver, Sarget, dan Kiewitz juga menemukan hubungan antara tipe kepribadian

(Tipe A dan Tipe B) dengan kecemasan berbicara, dimana dilaporkan bahwa

individu Tipe A memiliki tingkat kecemasan berbicara yang lebih rendah

dibandingkan dengan individu Tipe B (dalam Roach, 1999).

Rogers (2004) meyakini bahwa yang sangat berpengaruh terhadap kecemasan

berbicara di depan umum adalah pola pikir yang keliru. Seseorang yang hendak

berbicara di depan umum berpikir bahwa dirinya sedang “diadili”, merasa bahwa

penampilan dan gerak-gerik dan ucapannya sedang menjadi perhatian banyak

orang. Sama halnya dengan pendapat Rahayu, dkk (2004) yang menyatakan

bahwa kecemasan berbicara di depan umum bukan disebabkan oleh

ketidakmampuan individu, tetapi disebabkan pada pikiran-pikirannya yang negatif

dan tidak rasional. Hasil penelitiannya yang dilakukan pada mahasiswa

Universitas Islam Negeri Malang juga menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan antara pola pikir positif dengan kecemasan berbicara di depan umum.

Maksudnya semakin tinggi pola pikir positif seseorang maka semakin rendah

kecemasan berbicara di depan umum, sebaliknya semakin rendah pola pikir

positifnya maka semakin tinggi kecemasan berbicara di depan umum.

Pada bukunya yang berjudul “Human Communication”, Burgoon dan Ruffner

(dalam Dewi & Andrianto, 2003) menyebutkan adanya satu faktor yang

menyebabkan kecemasan berbicara di depan umum, yaitu kurangnya pengalaman

atau adanya pengalaman yang tidak menyenangkan yang dirasakan individu. Hal

ini mengakibatkan individu cenderung mempunyai pikiran dan perasaan yang

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 28: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

negatif terhadap dirinya dan kemudian menghindari bicara di depan umum.

Individu meyakini bahwa kejadian yang buruk akan terjadi. Meskipun pada

kenyataannya tidak semua pikirannya akan menjadi kenyataan (McCroskey,

1984).

Faktor lain yang mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum adalah

citra raga individu (Triana, 2005). Hasil penelitian yang dilakukan pada

mahasisiwa Universitas Islam Indonesia menunjukkan bahwa semakin positif citra

raga individu maka semakin rendah kecemasannya dalam berbicara di depan

umum. Sebaliknya semakin negatif citra raga individu, maka kecemasan berbicara

di depan umum semakin tinggi.

Sejalan dengan penelitian Triana (2005), Matindas (2003) memandang

keyakinan atau kepercayaan diri seseorang sangat berpengaruh terhadap

kecemasannya berbicara di depan umum. Ketidakyakinan yang muncul dalam

bentuk rasa takut atau cemas menandakan adanya ketegangan yang sangat besar

dalam dirinya. Ketegangan inilah yang menyebabkan tersumbatnya memori atau

terganggunya kemampuan mengingat, keluar keringat dingin, dan jantung

berdebar.

Menurut Geist (dalam Gunarsa, 2000) kecemasan tersebut dapat bersumber

dari berbagai hal seperti tuntutan sosial yang berlebihan dan tidak mau atau tidak

mampu dipenuhi oleh individu yang bersangkutan, standar prestasi individu yang

terlalu tinggi dengan kemampuan yang dimilikinya seperti kekurangsiapan untuk

menghadapi situasi yang ada, pola berpikir, dan persepsi negatif terhadap situasi

atau diri sendiri.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 29: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Selain faktor-faktor di atas, perbedaan jenis kelamin juga telah menjadi fokus

dalam beberapa penelitian mengenai kecemasan berbicara di depan umum. Elliot

dan Chong (2004) menyebutkan bahwa perbedaan jenis kelamin merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum

dimana wanita memiliki tingkat kecemasan berbicara yang lebih tinggi

dibandingkan dengan pria.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum antara lain adalah pola pikir

yang keliru, pengalaman individu, citra diri individu, jenis kelamin, dan

keyakinan atau kepercayaan diri seseorang.

B. Self-Efficacy

1. Pengertian self-efficacy

Self-efficacy adalah keyakinan yang dipegang seseorang tentang

kemampuannya dan juga hasil yang akan ia peroleh dari kerja kerasnya

mempengaruhi cara mereka berperilaku (Bandura, 1977). Dalam teori sosial

kognitif, Bandura (1986) menyatakan bahwa self-efficacy ini membantu seseorang

dalam menentukan pilihan, usaha mereka untuk maju, kegigihan dan ketekunan

yang mereka tunjukkan dalam menghadapi kesulitan, dan derajat kecemasan atau

ketenangan yang mereka alami saat mereka mempertahankan tugas-tugas yang

mencakupi kehidupan mereka. Selanjutnya, Bandura (1997) menambahkan bahwa

self-efficacy merupakan keyakinan individu bahwa ia dapat menguasai situasi dan

memperoleh hasil yang positif. Di samping itu, Schultz (1994) mendefinisikan

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 30: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

self-efficacy sebagai perasaan kita terhadap kecukupan, efisiensi, dan kemampuan

kita dalam mengatasi kehidupan.

Baron dan Byrne (2000) mengemukakan bahwa self-efficacy merupakan

penilaian individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan

suatu tugas, mencapai suatu tujuan, dan menghasilkan sesuatu. Sedangkan, Feist

& Feist (2002) menyatakan bahwa self-efficacy adalah keyakinan individu bahwa

mereka memiliki kemampuan dalam mengadakan kontrol terhadapa pekerjaan

mereka terhadap peristiwa lingkungan mereka sendiri.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa self-efficacy

merupakan keyakinan atau kepercayaan individu terhadap kemampuan yang

dimilikinya dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang ia hadapi,

sehingga mampu mengatasi rintangan dan mencapai tujuan yang diharapkannya.

2. Klasifikasi self-efficacy

Secara garis besar, self-efficacy terbagi atas dua bentuk yaitu self-efficacy

yang tinggi dan self-efficacy yang rendah. Dalam mengerjakan suatu tugas,

individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi akan cenderung memilih terlibat

langsung, sementara individu yang memiliki self-efficacy rendah cenderung

menghindari tugas tersebut.

Individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung mengerjakan

suatu tugas tertentu, sekalipun tugas-tugas tersebut merupakan tugas yang sulit.

Mereka tidak memandang tugas sebagai suatu ancaman yang harus mereka

hindari. Selain itu, mereka mengembangkan minat intrinsik dan ketertarikan yang

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

mendalam terhadap suatu aktivitas, mengembangkan tujuan, dan berkomitmen

dalam mencapai tujuan tersebut. Mereka juga meningkatkan usaha mereka dalam

mencegah kegagalan yang mungkin timbul. Mereka yang gagal dalam

melaksanakan sesuatu, biasanya cepat mendapatkan kembali self-efficacy mereka

setelah mengalami kegagalan tersebut (Bandura, 1997).

Individu yang memiliki self-efficacy tinggi menganggap kegagalan sebagai

akibat dari kurangnya usaha yang keras, pengetahuan, dan keterampilan. Individu

yang ragu akan kemampuan mereka (self-efficacy yang rendah) akan menjauhi

tugas-tugas yang sulit karena tugas tersebut dipandang sebagai ancaman bagi

mereka. Individu seperti ini memiliki aspirasi yang rendah serta komitmen yang

rendah dalam mencapai tujuan yang mereka pilih atau mereka tetapkan. Ketika

menghadapi tugas-tugas yang sulit, mereka sibuk memikirkan kekurangan-

kekurangan diri mereka, gangguan-gangguan yang mereka hadapi, dan semua

hasil yang dapat merugikan mereka. Individu yang memiliki self-efficacy yang

rendah tidak berpikir tentang bagaimana cara yang baik dalam menghadapi tugas-

tugas yang sulit. Saat menghadapi tugas yang sulit, mereka mengurangi usaha-

usaha mereka dan cepat menyerah. Mereka juga lamban dalam membenahi

ataupun mendapatkan kembali self-efficacy mereka ketika menghadapi kegagalan

(Bandura, 1997).

Dari hal-hal di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa individu yang memiliki

self-efficacy tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Dapat menangani secara efektif situasi yang mereka hadapi.

b. Yakin terhadap kesuksesan dalam mengatasi rintangan.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

c. Ancaman dipandang sebagai suatu tantangan yang tidak perlu dihindari.

d. Gigih dalam berusaha.

e. Percaya pada kemampuan diri yang dimiliki.

f. Hanya sedikit menampakkan keragu-raguan.

g. Suka mencari situasi baru.

Individu yang memiliki self-efficacy rendah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Lamban dalam membenahi atau mendapatkan kembali self-efficacy ketika

menghadapi kegagalan.

b. Tidak yakin dapat menghadapi rintangan.

c. Ancaman dipandang sebagai sesuatu yang harus dihindari.

d. Mengurangi usaha dan cepat menyerah.

e. Ragu pada kemampuan diri yang dimiliki.

f. Tidak suka mencari situasi baru.

g. Aspirasi dan komitmen pada tugas lemah.

3. Tahap perkembangan self-efficacy

Bandura (1997) menyatakan bahwa self-efficacy berkembang secara teratur.

Bayi mulai mengembangkan self-efficacy sebagai usaha untuk melatih pengaruh

lingkungan fisik dan sosial. Mereka mulai mengerti dan belajar mengenai

kemampuan dirinya, kecakapan fisik, kemampuan sosial, dan kecakapan

berbahasa yang hampir secara konstan digunakan dan ditujukan pada lingkungan.

Awal dari pertumbuhan self-efficacy dipusatkan pada orang tua kemudian

dipengaruhi oleh saudara kandung, teman sebaya, dan orang dewasa lainnya.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 33: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Self-efficacy pada masa dewasa meliputi penyesuaian pada masalah

perkawinan dan peningkatan karir. Sedangkan self-efficacy pada masa lanjut usia,

sulit terbentuk sebab pada masa ini terjadi penurunan mental dan fisik, pensiun

kerja, dan penarikan diri dari lingkungan sosial.

Berdasarkan hal di atas dapat diambil kesimpulan bahwa tahap perkembangan

self-efficacy dimulai dari masa bayi, kemudian berkembang hingga masa dewasa

sampai pada masa lanjut usia.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi self-efficacy

Bandura (1997) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

self-efficacy pada diri individu antara lain :

a. Budaya

Budaya mempengaruhi self-efficacy melalui nilai (values), kepercayaan

(beliefs), dan proses pengaturan diri (self-regulatory process) yang berfungsi

sebagai sumber penilaian self-efficacy dan juga sebagai konsekuensi dari

keyakinan akan self-efficacy.

b. Gender

Perbedaan gender juga berpengaruh terhadap self-efficacy. Hal ini dapat

dilihat dari penelitian Bandura (1997) yang menyatakan bahwa wanita lebih

efikasinya yang tinggi dalam mengelola perannya. Wanita yang memiliki

peran selain sebagai ibu rumah tangga, juga sebagai wanita karir akan

memiliki self-efficacy yang tinggi dibandingkan dengan pria yang bekerja.

c. Sifat dari tugas yang dihadapi

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 34: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Derajat kompleksitas dari kesulitan tugas yang dihadapi oleh individu akan

mempengaruhi penilaian individu tersebut terhadap kemampuan dirinya

sendiri. Semakin kompleks suatu tugas yang dihadapi oleh individu maka

akan semakin rendah individu tersebut menilai kemampuannya. Sebaliknya,

jika individu dihadapkan pada tugas yang mudah dan sederhana maka akan

semakin tinggi individu tersebut menilai kemampuannya.

d. Insentif eksternal

Faktor lain yang dapat mempengaruhi self-efficacy individu adalah insentif

yang diperolehnya. Bandura menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat

meningkatkan self-efficacy adalah competent contingens incentive, yaitu

insentif yang diberikan oleh orang lain yang merefleksikan keberhasilan

seseorang.

e. Status atau peran individu dalam lingkungan

Individu yang memiliki status yang lebih tinggi akan memperoleh derajat

kontrol yang lebih besar sehingga self-efficacy yang dimilikinya juga tinggi.

Sedangkan individu yang memiliki status yang lebih rendah akan memiliki

kontrol yang lebih kecil sehingga self-efficacy yang dimilikinya juga rendah.

f. Informasi tentang kemampuan diri

Individu akan memiliki self-efficacy tinggi, jika ia memperoleh informasi

positif mengenai dirinya, sementara individu akan memiliki self-efficacy

yang rendah, jika ia memperoleh informasi negatif mengenai dirinya.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi self-efficacy adalah budaya, gender, sifat dari tugas yang

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 35: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

dihadapi, insentif eksternal, status dan peran individu dalam lingkungan, serta

informasi tentang kemampuan dirinya.

5. Aspek-aspek self-efficacy

Menurut Bandura (1997) terdapat tiga aspek dari self-efficacy pada diri

manusia, yaitu :

a. Tingkatan (Level)

Adanya perbedaan self-efficacy yang dihayati oleh masing-masing individu

mungkin dikarenakan perbedaan tuntutan yang dihadapi. Tuntutan tugas

merepresentasikan bermacam-macam tingkat kesulitan atau kesukaran untuk

mencapai perfomansi optimal. Jika halangan untuk mencapai tuntutan itu

sedikit, maka aktivitas lebih mudah untuk dilakukan, sehingga kemudian

individu akan memiliki self-efficacy yang tinggi.

b. Keadaan Umum ( Generality)

Individu mungkin akan menilai diri merasa yakin melalui bermacam-macam

aktivitas atau hanya dalam daerah fungsi tertentu. Keadaan umum bervariasi

dalam jumlah dari dimensi yang berbeda-beda, diantaranya tingkat kesamaan

aktivitas, perasaan dimana kemampuan ditunjukkan (tingkah laku, kognitif,

afektif), ciri kualitatif situasi, dan karakteristik individu menuju kepada siapa

perilaku itu ditujukan. Pengukuran berhubungan dengan daerah aktivitas dan

konteks situasi yang menampakkan pola dan tingkat generality yang paling

mendasar berkisar tentang apa yang individu susun pada kehidupan mereka.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 36: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

c. Kekuatan (Strength)

Pengalaman memiliki pengaruh terhadap self-efficacy yang diyakini

seseorang. Pengalaman yang lemah akan melemahkan keyakinannya pula.

Individu yang memiliki keyakinan kuat terhadap kemampuan mereka akan

teguh dalam berusaha untuk mengenyampingkan kesulitan yang dihadapi.

Berdasarkan hal-hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tiga aspek self-

efficacy yaitu level (tingkat kesulitan tugas), generality (keadaan umum suatu

tugas), dan strength (kekuatan atau keyakinan seseorang dalam menyelesaikan

tugas) .

C. Mahasiswa

1. Pengertian mahasiswa

Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan

tinggi tertentu (Basir, 1992). Menurut Winkel (1997) masa mahasiswa meliputi

rentang umur 18/19 tahun sampai 24/25 tahun. Rentang umur mahasiswa ini

masih dapat dibagi atas periode 18/19 tahun sampai 20/21 tahun, yaitu mahasiswa

dari semester 1 sampai dengan semester IV, dan periode 21/22 tahun sampai

24/25 tahun, yaitu mahasiswa semester V sampai dengan semester VIII.

2. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara adalah mereka

yang terdaftar dan belajar di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Dalam buku Panduan Perkuliahan Program Studi Strata 1 (S-1) Fakultas Psikologi

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 37: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Universitas Sumatera Utara (2008) ditegaskan bahwa kompetensi lulusan Sarjana

Psikologi Universitas Sumatera Utara yang diharapkan adalah :

a. Mampu menguasai konsep-konsep umum, perspektif umum, hasil-hasil

penelitian empiris, dan sebagainya dalam bidang psikologi

b. Mampu menguasai penelitian dasar, memiliki keterampilan wawancara,

observasi, desain penelitian mengenai skala, alat ukut psikologi dan

sejenisnya, dan mampu melakukan analisis baik dalam bentuk metode

kuantitatif maupun kualitatif

c. Mampu menguasai prinsip psikodiagnostik dasar serta mampu melakukan

pengamatan secara obyektif dan sistematis mengenai bakat, minat, dan

kepribadian

d. Mampu melakukan intervensi dalam bidang non klinis dan pelatihan

e. Mampu membangun hubungan yang konstruktif supaya memiliki

keterampilan dan menjaga hubungan interpersonal dan mengkomunikaskan

apa yang dimiliki

f. Mampu beretika dalam memberikan pelayanan kepada individu dan

kelompok, memahami perbedaan dan tidak membeda-bedakan

g. Mampu berpikir kritis, berkomunikasi lisan dan tulis, kepemimpinan, percaya

diri, penelusuran informasi berdasarkan perubahan yang terjadi serta

mengembangkan diri sebagai penyelesai masalah.

Jumlah mahasiswa Fakultas Psikologi USU saat ini mencapai 515 orang yang

terdiri dari dari angkatan 2003 sampai dengan 2009. Perincian jumlah mahasiswa

Fakultas Psikologi USU digambarkan dalam tabel 1 berikut:

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 38: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Tabel 1. Jumlah Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Angkatan Jumlah

2003 1

2004 20

2005 76

2006 102

2007 116

2008 102

2009 98

TOTAL : 515

Dari pemaparan di atas disebutkan bahwa seorang lulusan Sarjana Psikologi

Universitas Sumatera Utara yang diharapkan salah satunya adalah yang mampu

berpikir kritis, berkomunikasi lisan dan tulis, kepemimpinan, percaya diri,

penelusuran informasi berdasarkan perubahan yang terjadi serta mengembangkan

diri sebagai penyelesai masalah. Oleh karena itu, seorang mahasiswa jurusan

psikologi diharapkan memiliki kemampuan berbicara di depan umum yang baik.

D. Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan

Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Sebagai calon lulusan Sarjana Psikologi Universitas Sumatera Utara dan

sebagai calon psikolog, setiap mahasiswa diharapkan mampu berkomunikasi

secara lisan maupun tulisan, baik dalam komunikasi antar pribadi, komunikasi di

depan umum maupun komunikasi masa. Demi memenuhi harapan tersebut,

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 39: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

metode pembelajaran di Fakultas Psikologi USU kebanyakan menggunakan

sistem diskusi kelompok dan presentasi guna membiasakan mahasiswa berbicara

di depan umum. Namun, tidak jarang mahasiswa merasa cemas untuk

mengungkapkan pikirannya secara lisan, baik pada saat diskusi kelompok,

bertanya pada dosen, maupun ketika harus berbicara di depan kelas saat

mempresentasikan tugas. Dalam hal penanganan kecemasan ini, antara satu

individu dengan individu lainnya dapat berbeda tergantung pada penilaian pribadi

individu terhadap kemampuan yang dimilikinya yang disebut dengan self-efficacy

(Sarafino, 1994)

Ketika menghadapi situasi yang menekan, dalam hal ini berbicara di depan

umum, keyakinan individu terhadap kemampuan mereka (self-efficacy) akan

mempengaruhi cara individu dalam bereaksi terhadap situasi tersebut (Bandura,

1997). Menurut Bandura, self-efficacy berguna untuk melatih kontrol terhadap

stressor yang berperan penting dalam keterbangkitan kecemasan. Individu yang

percaya bahwa mereka mampu mengadakan kontrol terhadap ancaman tidak

mengalami keterbangkitan kecemasan yang tinggi. Sebaliknya mereka yang

percaya bahwa bahwa mereka tidak dapat mengatur ancaman, mengalami

keterbangkitan kecemasan yang tinggi. Pendapat yang sama dikemukakan juga

oleh Feist & Feist (2002), bahwa ketika seseorang mengalami ketakutan yang

tinggi, kecemasan yang akut atau tingkat stress yang tinggi, maka biasanya

mereka mempunyai self-efficacy yang rendah. Sementara mereka yang memiliki

self-efficacy yang tinggi merasa mampu dan yakin terhadap kesuksesan dalam

mengatasi rintangan dan menganggap ancaman sebagai suatu tantangan yang

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 40: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

tidak perlu dihindari. Dengan kata lain, semakin tinggi self-efficacy seseorang,

maka tingkat kecemasannya ketika berbicara di depan umum semakin rendah,

begitu pula sebaliknya.

Bandura (1997) berasumsi bahwa harapan mengenai kemampuan untuk

melakukan tindakan yang diperlukan itu menentukan apakah orang yang

bersangkutan akan berusaha untuk melakukannya, seberapa tekun ia

melakukannya, dan pada akhirnya akan menentukan seberapa keberhasilan yang

akan diperolehnya, jika ia memang memiliki kemampuan insentif yang layak. Hal

ini juga sesuai dengan pendapat Lent (1991) bahwa keyakinan yang kuat dalam

diri untuk mencapai performansi yang diharapkan akan memberi dorongan dan

kekuatan pada diri individu itu sendiri. Selain itu, Myers (1996) menambahkan

bahwa individu dengan self-efficacy yang tinggi tidak mudah mengalami depresi

dan kecemasan serta memiliki pola hidup yang terfokus, sehingga dapat hidup

lebih sehat dan sukses dalam bidang akademis.

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian teoritis yang telah dikemukakan, maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan antara negatif antara self-

efficacy dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Fakultas

Psikologi USU. Semakin tinggi self-efficacy maka tingkat kecemasan berbicara di

depan umum semakin rendah. Sebaliknya, semakin rendah self-efficacy maka

tingkat kecemasan di depan umum semakin tinggi.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 41: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

BAB III

METODE PENELITIAN

Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode

penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditentukan apakah hasil dari suatu

penelitian dapat dipertanggungjawabkan (Hadi, 2000). Penelitian ini

menggunakan metode kuantitatif yang bersifat korelasional, yang bertujuan untuk

untuk melihat hubungan antara satu varibel dengan variabel lain. Pembahasan

dalam penelitian ini meliputi identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional

variabel penelitian, populasi dan metode pengambilan sampel, metode

pengambilan data, validitas dan reliabilitas, dan metode analisis data.

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Identifikasi variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesa penelitian.

Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang digunakan yaitu :

1. Variabel terikat : Kecemasan berbicara di depan umum

2. Variabel bebas : Self-efficacy

B. Definisi Operasional

1. Kecemasan berbicara di depan umum

Kecemasan berbicara di depan umum adalah suatu keadaan tidak nyaman

yang sifatnya tidak menetap pada diri individu, baik ketika membayangkan

maupun pada saat berbicara di depan orang banyak. Kecemasan berbicara di

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 42: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

depan yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah kecemasan yang terjadi

pada individu ketika melakukan presentasi di depan kelas.

Kecemasan berbicara di depan umum diukur dengan menggunakan skala

kecemasan berbicara di depan umum yang disusun berdasarkan komponen-

komponen kecemasan berbicara di depan umum yang dikemukakan oleh Rogers

(2004), yaitu komponen fisik, komponen proses mental, dan komponen

emosional. Semakin tinggi nilai yang diperoleh dari skala kecemasan berbicara di

depan umum berarti semakin tinggi pula kecemasan berbicara yang dimiliki dan

sebaliknya semakin rendah nilai yang diperoleh dari skala kecemasan berbicara di

depan umum menunjukkan semakin rendah pula kecemasan berbicara yang

dimiliki.

2. Self-efficacy

Self-efficacy merupakan keyakinan atau kepercayaan individu terhadap

kemampuan yang dimilikinya dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas yang

dihadapinya sehingga dapat mengatasi rintangan dan mencapai tujuan yang

diharapkannya.

Self-efficacy diukur dengan menggunakan skala self-efficacy yang disusun

berdasarkan aspek-aspek self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura (1997),

yaitu tingkat (Level/Magnitude), keadaan umum (generality), dan kekuatan

(strength). Semakin tinggi nilai yang diperoleh dari skala self-efficacy berarti

semakin tinggi pula self-efficacy yang dimiliki dan sebaliknya semakin rendah

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 43: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

nilai yang diperoleh dari skala self-efficacy menunjukkan semakin rendah pula

self-efficacy yang dimiliki.

C. Populasi, Sampel, Dan Metode Pengambilan Sampel

1. Populasi dan sampel

Dalam penelitian masalah populasi dan sampel yang dipakai merupakan

salah satu faktor yang harus diperhatikan. Populasi adalah sejumlah individu yang

paling sedikit memiliki sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi dalam penelitian

ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki

penulis maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan

populasi yang dinamakan sampel. Sampel merupakan sebagian dari populasi atau

sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi. Sampel

sedikitnya harus memiliki satu sifat yang sama dengan populasi (Hadi, 2000).

Selain itu, Hadi juga menambahkan bahwa syarat utama agar hasil penelitian

dapat digeneralisasikan maka sebaiknya sampel penelitian harus benar-benar

mencerminkan keadaan populasinya atau dengan kata lain harus benar-benar

representatif.

Adapun karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Mahasiswa Fakultas Psikologi USU angkatan 2005 s/d 2008

Burgoon dan Ruffner (dalam Dew i & Andrianto, 2003) menyebutkan bahwa

pengalaman individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

kecemasan berbicara di depan umum. Ini dapat berarti bahwa semakin ke atas

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 44: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

tingkat perkuliahan seorang mahasiswa Fakultas Psikologi USU maka

pengalaman berbicara di depan umum (dalam hal ini melakukan presentasi di

depan kelas) akan semakin banyak. Dengan kata lain angkatan atau stambuk

dapat mewakili pengalaman individu dalam melakukan presentasi. Mengingat

mahasiswa angkatan 2009 baru mengikuti kegiatan perkuliahan selama satu

semester dimana pengalaman melakukan presentasi di depan kelas belum

terlalu banyak, dan untuk menghindari kesenjangan yang terlalu tinggi

dengan angkatan-angkatan di atasnya, maka peneliti membatasi subjek

penelitiannya hanya dari mahasiswa angkatan 2005 sampai dengan 2008 saja.

b. Masih aktif dalam perkuliahan/tidak sedang dalam masa Penundaan Kegiatan

Akademik (PKA)

2. Metode pengambilan sampel

Metode pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil

sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang

sesuai dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh

sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi (Hadi, 2000).

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik

nonprobability sampling, yaitu teknik pengembilan sampel yang tidak memberi

peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk

dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2007). Teknik nonprobability sampling yang

digunakan adalah teknik sampling purposive, yaitu teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007). Pada penelitian ini

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 45: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

peneliti tidak mengambil sampel dari setiap angkatan mahasiswa Fakultas

Psikologi USU yang masih aktif yaitu dari angkatan 2003 sampai dengan 2009,

namun peneliti hanya mengambil sampel dari angkatan 2005, 2006, 2007, dan

2008 saja. Peneliti mempertimbangkan beberapa hal dalam pengambilan sampel

ini. Sampel dari angkatan 2003 dan 2004 tidak diambil karena alasan terlalu

sedikitnya jumlah mahasiswa dan kesulitan untuk menemui mahasiswa dari

angkatan tersebut. Angkatan 2009 tidak diikutsertakan karena mengingat

mahasiswa angkatan 2009 baru mengikuti kegiatan perkuliahan selama satu

semester dimana pengalaman melakukan presentasi di depan kelas belum terlalu

banyak, dan untuk menghindari kesenjangan yang terlalu tinggi dengan angkatan-

angkatan di atasnya, maka peneliti membatasi subjek penelitiannya hanya dari

mahasiswa angkatan 2005 sampai dengan 2008 saja.

3. Jumlah sampel penelitian

Azwar (2007) menyatakan bahwa secara tradisional, statistik menganggap

jumlah sampel yang lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Sampel dalam

penelitian ini adalah 184 orang. Pengambilan jumlah sampel mengacu pada tabel

Nomogram Herry King dengan taraf kesalahan 5%. Jumlah mahasiswa dari

angkatan 2005 sampai dengan 2008 adalah 416 orang. Taraf kesalahan 5% berarti

interval kepercayaannya adalah 95%, sehingga faktor pengalinya adalah 1,195.

Dengan melihat nomogram Herry King tersebut, maka dari angka 416 ditarik

garis lurus melewati taraf kesalahan 5% dan ditemukan titik angka di atas 40,

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 46: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

kurang lebih ada di titik 37. Maka jumlah sampel yang diambil adalah 0,37 x 416

x 1,195 = 183,9 dibulatkan menjadi 184 orang.

D. Metode Pengambilan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah melalui

metode skala. Metode skala digunakan mengingat data yang ingin diukur berupa

konsep psikologis yang dapat diungkap secara tidak langsung melalui indikator-

indikator perilaku yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan

(Azwar, 2000).

Menurut Hadi (2002), skala psikologis mendasarkan diri pada laporan–

laporan pribadi (self report). Selain itu skala psikologis memiliki kelebihan

dengan asumsi sebagai berikut :

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Apa yang dikatakan oleh subjek tentang kepada peneliti adalah benar dan

dapat dipercaya.

3. Interpretasi subjek tentang pernyataan–pernyataan yang diajukan sama

dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Selain itu metode skala psikologis digunakan dalam penelitian atas dasar

pertimbangan:

1. Metode skala psikologis merupakan metode yang praktis.

2. Dalam waktu yang relatif singkat dapat dikumpulkan data yang banyak.

3. Metode skala psikologis merupakan metode yang dapat menghemat tenaga

dan ekonomis.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 47: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Penelitian ini menggunakan penskalaan model Likert. Penskalaan ini

merupakan model penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi

respons sebagai dasar penentuan nilai sikap (Azwar, 2000). Prosedur penskalaan

dengan metode Likert didasari oleh dua asumsi yaitu :

1. Setiap pernyataan sikap yang disepakati sebagai pernyataan yang favorable

(mendukung) atau yang unfavorable (tidak mendukung).

2. Jawaban dari individu yang mempunyai sikap positif harus diberi bobot yang

lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang

mempunyai sikap negatif.

Dalam penelitian ini, akan digunakan dua buah skala, yaitu skala kecemasan

berbicara di depan umum dan skala self-efficacy.

1. Skala kecemasan berbicara di depan umum

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kecemasan berbicara di depan

umum adalah skala kecemasan berbicara di depan umum yang dirancang sendiri

oleh peneliti dengan berdasarkan pada komponen-komponen kecemasan berbicara

di depan umum yang dikemukakan oleh Rogers (2004), yaitu komponen fisik,

komponen proses mental, dan komponen emosional.

Model skala ini menggunakan model skala Likert. Aitem-aitem dalam skala

ini merupakan pernyataan dengan empat pilihan jawaban, yaitu SL (selalu), SR

(sering), KD (kadang), dan TP (tidak pernah). Skala disajikan dalam bentuk

pernyataan favorable dan unfavorable. Skor yang diberikan bergerak dari 1

sampai 4. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu : SL = 4, SR = 3, KD

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 48: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

= 2, TP = 1, sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan unfavorable yaitu : SL =

1, SR = 2, KD = 3, TP = 4.

Semakin tinggi skor yang dicapai seseorang berarti semakin tinggi kecemasan

yang dimilikinya ketika harus berbicara di depan umum. Sebaliknya, semakin

rendah skor yang dicapai seseorang maka semakin rendah pula tingkat kecemasan

yang dimilikinya dalam berbicara di depan umum.

Penyusunan alat ukur ini untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam bentuk Blue

Print pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Blue Print Skala Kecemasan Berbicara di Depan Umum

No Aspek Indikator perilaku Jumlah aitem F

Fav Unfav

1. Komponen

fisik

1. Jantung jantung cepat

2. Suara yang bergetar

3. Kaki gemetar

4. Kejang perut

5. Sulit bernafas

6. Berkeringat

3

3

3

3

3

4

2

2

2

2

2

1

30

2. Komponen

proses mental

1. Sering mengulang kata atau

kalimat

2. Sulit untuk mengingat fakta

secara tepat

3. Melupakan hal-hal yang penting

4. Tidak tahu apa yang harus

diucapkan selanjutnya

3

3

3

3

2

2

2

2

20

3. Komponen

Emosional

1. Munculnya rasa tidak mampu

2. Munculnya rasa takut

3. Munculnya rasa kehilangan

kendali

2

3

3

3

2

15

Total 39 26 65

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 49: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

2. Skala self-efficacy

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur self-efficacy adalah skala self-

efficacy yang dirancang sendiri oleh peneliti dengan berdasarkan pada aspek-

aspek self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura (1997), yaitu level,

generality, dan strength.

Model skala ini menggunakan model skala Likert. Aitem-aitem dalam skala

ini merupakan pernyataan dengan empat pilihan jawaban, yaitu SS (sangat

sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai), STS (sangat tidak sesuai). Skala disajikan

dalam bentuk pernyataan favorable dan unfavorable. Skor yang diberikan

bergerak dari 1 sampai 4. Bobot penilaian untuk pernyataan favorable yaitu : SS =

4, S = 3, TS = 2, STS = 1, sedangkan bobot penilaian untuk pernyataan

unfavorable yaitu : SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4.

Semakin tinggi skor yang dicapai seseorang berarti semakin tinggi self-

efficacy yang dimilikinya. Sebaliknya, semakin rendah skor yang dicapai

seseorang berarti semakin rendah self-efficacy yang dimilikinya.

Penyusunan alat ukur ini untuk lebih jelasnya dijabarkan dalam bentuk Blue

Print pada tabel berikut ini :

Tabel 3. Blue Print Skala Self-Efficacy

No Aspek Jumlah Item

Total Fav Unfav

1. Level 10 10 20

2. Generality 10 10 20

3. Strength 10 10 20

T O T A L 60

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 50: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas

Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam

melakukan fungsi ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada

mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki

dengan tepat (Azwar, 2000). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

validitas isi (content validity). Validitas ini merupakan validitas yang diestimasi

lewat pengujian terhadap isi tes dengan analis rasional atau lewat professional

judgment (Azwar, 2000). Professional jugement di dalam penelitian ini adalah

dosen pembimbing penelitian ini.

2. Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur menunjukkan derajat keajegan atau konsistensi alat yang

bersangkutan, bila diterapkan beberapa kali pada kesempatan yang berbeda (Hadi,

2000). Reliabilitas alat ukur yang dapat dilihat dari koefisien reliabilitas

merupakan indikator konsistensi atau alat kepercayaan hasil ukur, yang

mengandung makna kecermatan pengukur (Azwar, 2000).

Uji reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

internal consistency (Cronbach’s alpha coefficient) yang hanya memerlukan satu

kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan

tujuan untuk melihat konsistensi di dalam tes itu sendiri. Teknik ini dipandang

ekonomis, praktis, dan berefisiensi tinggi, sehingga hasil penelitian dapat

digeneralisasikan pada populasi (Azwar, 2000).

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 51: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

3. Daya beda aitem

Uji daya beda aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem mampu

membedakan antara individu atau kelompok yang memiliki satu atau yang tidak

memiliki atribut yang diukur. Dasar kerja yang digunakan dalam analisis aitem ini

adalah dengan memilih aitem yang mengukur hal yang sama dengan yang diukur

oleh tes secara keseluruhan (Azwar, 2007).

Pengujian daya beda aitem ini menghendaki dilakukannya komputasi

koefisien korelasi antara distribusi skor pada setiap aitem dengan suatu kriteria

yang relevan yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini menghasilkan

koefisien korelasi item total yang dapat dilakukan dengan menggunakan formula

koefisien korelasi Pearson Product Moment. Prosedur pengujian ini akan

menghasilkan koefisen korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda

aitem (Azwar, 2007).

4. Hasil uji coba alat ukur

Uji coba skala self-efficacy dan kecemasan berbicara di depan umum

dilakukan terhadap 170 mahasiswa dari beberapa fakultas di USU meliputi

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Soasial dan Ilmu Politik, Fakultas

Ekonomi, dan Program Studi Keperawatan.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

a. Hasil uji coba skala self-efficacy

Hasil ujicoba skala self-efficacy menunjukkan bahwa alat ukur valid dan

reliabel, dimana nilai koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,907 dengan kisaran

nilai corrected item total correlation yang bergerak dari 0,305 – 0,570.

Jumlah aitem skala self-efficacy yang di ujicobakan adalah 60 aitem. setelah

dilakukan ujicoba jumlah aitem yang baik adalah sebanyak 39 aitem dengan

koefisien korelasi rxx minimal 0,300. Jumlah aitem yang baik tersebut didasarkan

pendapat Azwar (2000) yang menyatakan bahwa semua aitem yang mencapai

koefisien korelasi minimal 0,300, daya pembedanya dianggap memuaskan.

Distribusi aitem yang dipakai pada skala self-efficacy dapat dilihat pada

tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Aitem-aitem Skala Self-efficacy setelah uji coba

No. Aspek Aitem Jlh

F UF

1. Level 2, 13, 14, 25, 26, 37, 38,

50

7, 8, 19, 20, 31, 32, 44,

55

16

2. Generality 3, 4, 16, 27, 28, 39, 51,

52

9, 10, 22, 33, 34, 46, 57 15

3. Strength 5, 29, 41 12, 23, 24, 35, 47 8

Total 19 20 39

Sebelum skala digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu aitem disusun

kembali seperti pada tabel 5.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 53: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Tabel 5. Distribusi Aitem-aitem Skala Self-efficacy pada saat penelitian

No. Aspek Aitem Jlh

F UF

1. Level 1, 10, 11, 18, 19, 28, 29,

35

5, 6, 13, 14, 23, 24,

32, 38

16

2. Generality 2, 3, 12, 20, 21, 30, 36,

37

7, 18, 15, 25, 26, 33,

39

15

3. Strength 5, 29, 41 12, 23, 24, 35, 47 8

Total 19 20 39

a. Hasil uji coba skala kecemasan berbicara di depan umum

Hasil ujicoba skala kecemasan berbicara di depan umum menunjukkan bahwa

alat ukur valid dan reliabel, dimana nilai koefisien reliabilitas alpha sebesar 0,948

dengan kisaran nilai corrected item total correlation yang bergerak dari 0,324 –

0,669.

Jumlah aitem skala kecemasan berbicara di depan umum yang di ujicobakan

adalah 65 aitem. setelah dilakukan ujicoba jumlah aitem yang baik adalah

sebanyak 52 aitem dengan koefisien korelasi rxx minimal 0,300. Jumlah aitem

yang baik tersebut didasarkan pendapat Azwar (2000) yang menyatakan bahwa

semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,300, daya pembedanya

dianggap memuaskan.

Distribusi aitem yang dipakai pada skala kecemasan berbicara di depan

umum dapat dilihat pada tabel 6.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 54: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Tabel 6. Distribusi Aitem-aitem Skala Kecemasan berbicara di depan umum

setelah uji coba

No. Aspek Indikator

perilaku

Aitem Jlh

F UF

1. Komponen

Fisik

Jantung jantung

cepat

1, 14, 10 25 4

Suara yang

bergetar

3, 21, 27 8, 15 5

Kaki gemetar 4, 16, 30 9, 26 5

Kejang perut 5, 10, 17 - 3

Sulit bernafas 2, 11, 18 13, 29 5

Berkeringat 7, 19, 23, 28 - 4

2. Komponen

Proses Mental

Sering

mengulang kata

atau kalimat

31, 37, 42 34 4

Sulit untuk

mengingat fakta

secara tepat

33,44, 48 39, 50 5

Melupakan hal-

hal yang

penting

32, 41, 45 36 4

Tidak tahu apa

yang harus

diucapkan

selanjutnya

35, 43, 49 40, 47 5

3. Komponen

Emosional

Munculnya rasa

tidak mampu

54, 57 51, 60 4

Munculnya rasa

takut

56, 59, 64 - 3

Munculnya rasa

kehilangan

kendali

52 - 1

Total 37 15 52

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 55: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Sebelum skala digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu aitem disusun

kembali seperti pada tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Aitem-aitem Skala Kecemasan berbicara di depan

umum pada saat penelitian

No. Aspek Indikator perilaku Aitem Jlh

F UF

1. Komponen

Fisik

Jantung jantung

cepat

1, 12, 40 21 4

Suara yang

bergetar

23, 31, 45 7, 13 5

Kaki gemetar 4, 14, 26 33, 38 5

Kejang perut 9, 15, 39 - 3

Sulit bernafas 10, 16, 27 26, 46 5

Berkeringat 17, 24, 44, 52 - 4

2. Komponen

Proses Mental

Sering mengulang

kata atau kalimat

2, 22, 48 30 4

Sulit untuk

mengingat fakta

secara tepat

5, 29, 42 20, 34 5

Melupakan hal-

hal yang penting

18, 36, 51 32 4

Tidak tahu apa

yang harus

diucapkan

selanjutnya

8, 19, 43 35, 41 5

3. Komponen

Emosional

Munculnya rasa

tidak mampu

47, 49 3, 28 4

Munculnya rasa

takut

6, 37, 50 - 3

Munculnya rasa

kehilangan

kendali

11 - 1

Total 37 15 52

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 56: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut

yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan pengolahan data.

1. Persiapan penelitian

Tahap persiapan penelitian terdiri dari:

a. Pembuatan alat ukur

Sebelum alat ukur dibuat maka hal pertama yang dilakukan oleh peneliti

adalah menentukan aspek-aspek dari suatu alat ukur. Alat ukur yang digunakan

dalam penelitian ini ada dua, yaitu skala self-efficacy dan skala kecemasan

berbicara di depan umum. Skala skala self-efficacy disusun berdasarkan pada

aspek-aspek self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura (1997). Skala self-

efficacy yang disusun oleh peneliti berjumlah 60 aitem.

Skala kecemasan berbicara di depan umum disusun berdasarkan pada

komponen-komponen kecemasan berbicara di depan umum yang dikemukakan

oleh Rogers (2004). Skala perilaku diet yang disusun oleh peneliti berjumlah 65

aitem.

b. Uji coba alat ukur

Setelah alat ukur disusun, maka tahap selanjutnya yang dilakukan adalah

melakukan uji coba alat ukur. Uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 3

November 2009 sampai 10 Oktober 2009 kepada 170 mahasiswa dari beberapa

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 57: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

fakultas di USU meliputi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Soasial

dan Ilmu Politik, Fakultas Ekonomi, dan Program Studi Keperawatan.

c. Revisi alat ukur

Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur maka peneliti menguji validitas

dan reliabilitas skala. Setelah diketahui aitem-aitem yang memenuhi validitas dan

reliabilitasnya, maka kemudian peneliti menyusun aitem-aitem tersebut ke dalam

alat ukur yang digunakan untuk mengambil data penelitian. Skala dibuat dalam

bentuk buku dari kertas berukuran A4 yang dibagi dua dengan huruf Times New

Roman ukuran 14.

2. Pelaksanaan penelitian

Pengambilan data penelitian dilakukan pada tanggal 18 November 2009

sampai dengan 24 November 2009 kepada 184 mahasiswa Fakultas Psikologi

USU dari angkatan 2005 sampai dengan 2008.

G. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk melihat hubungan antara self-efficacy

dengan kecemasan berbicara di depan umum adalah dengan menggunakan

korelasi Pearson product moment. Cara penghitungannya dibantu dengan

menggunakan program SPSS 16.0 for windows.

Sebelum dilakukan analisa data terlebih dahulu akan dilakukan uji asumsi

terhadap hasil penelitian yang meliputi uji normalitas dan linearitas.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 58: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

1. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi dari

penelitian masing-masing variabel yaitu variabel bebas dan terikat telah

menyebar secara normal. Uji Normalitas sebaran dianalisis dengan

menggunakan Kolmogorov-Smirnov, dengan bantuan SPSS for windows

versi 16.

2. Uji linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data

penelitian, yaitu variabel bebas (self-efficacy) dan variabel terikat

(kecemasan berbicara di depan umum) memiliki hubungan linear. Uji

linearitas dilakukan dengan menggunakan analisa varians (ANAVA) dan

Scatter Plot dengan bantuan SPSS for windows versi 15.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 59: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai keseluruhan hasil penelitian.

Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum subjek penelitian

dilanjutkan dengan analisa dan pembahasan hasil penelitian.

A. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara. Subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Psikologi

Universitas Sumatera Utara angkatan 2008, 2007, 2006, dan 2005 berjumlah 184

orang.

Dari 184 orang subjek diperoleh gambaran subjek sebagai berikut.

1. Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian maka diperoleh gambaran

penyebaran subjek seperti terdapat pada tabel berikut:

Tabel 8.Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N Persentase

Perempuan 159 86,4 %

Laki – laki 25 13,6 %

Total 184 100%

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 60: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Berdasarkan data pada tabel 8, diketahui bahwa jumlah subjek berjenis

kelamin perempuan sebanyak 159 orang (86,4%), sedangkan subjek yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 25 orang (13,6 %).

2. Usia Subjek Penelitian

Berdasarkan usia subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran

subjek seperti terdapat pada tabel berikut:

Tabel 9.Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

Usia N Persentase

18 10 5,4 %

19 44 23,9 %

20 54 29,3 %

21 42 22,8 %

22 26 14,1 %

23 8 4,3 %

Total 184 100%

Berdasarkan data pada tabel 9, maka subjek yang paling banyak adalah

subjek yang berusia 20 tahun sebanyak 54 orang (29,3%), sedangkan yang paling

sedikit adalah subjek yag berusia 23 tahun yakni 8 orang (4,3 %).

3. Stambuk Subjek Penelitian

Berdasarkan stambuk subjek penelitian maka diperoleh gambaran penyebaran

subjek seperti terdapat pada tabel berikut:

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 61: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Tabel 10.Gambaran Subjek Berdasarkan Stambuk

Stambuk N Persentase

2005 34 18,5 %

2006 45 24,5 %

2007 51 27,7 %

2008 54 29,3 %

Total 184 100%

Berdasarkan data pada tabel 10, maka subjek yang paling banyak adalah

subjek yang berasal dari stambuk 2008 yaitu sebanyak 54 orang (29,3 %), dan

yang paling sedikit berasal dari stambuk 2005 yaitu sebanyak 34 orang (18,5 %)

B. Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi

Jumlah skala yang disebarkan kepada sampel penelitian sebanyak 184 skala

dan dari 184 skala yang disebarkan semuanya dikembalikan dan dapat tercapai

keseluruhannya. Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap skala tersebut maka

keseluruhan skala telah memenuhi syarat untuk dilakukan analisis.

Sebelum analisa data dilakukan, ada beberapa syarat yang harus dilakukan

terlebih dahulu yaitu uji asumsi normalitas sebaran pada kedua variabel penelitian,

baik variabel tergantung (kecemasan berbicara di depan umum) maupun variabel

bebas (self-efficacy). Selain itu dilakukan juga uji linearitas untuk mengetahui

bentuk korelasi antara masing-masing variabel. Pengujian asumsi dan analisa data

dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16,0 for windows.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 62: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

3. Uji Normalitas Sebaran

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian

telah menyebar secara normal. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan

metode Kolmogorov - Smirnov. Alasan peneliti menggunakan metode ini karena

kedua data penelitian merupakan data ordinal. Data dikatakan terdistribusi normal

jika harga ρ > 0,05. Untuk data self-efficacy diperoleh ρ = 0,272. Hasil ini

menunjukkan bahwa penyebaran data self-efficacy terdistribusi normal. Untuk

data kecemasan berbicara di depan umum diperoleh ρ = 0,250. Hasil ini

menunjukkan bahwa penyebaran data kecemasan berbicara di depan umum

terdistribusi normal.

Tabel 11. Normalitas Sebaran Variabel Self-efficacy dan Kecemasan berbicara di

depan umum

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Variabel Z ρ Keterangan

Self-efficacy 0.998 0.272 Sebaran normal

Kecemasan berbicara

di depan umum

1.019 0250 Sebaran normal

3. Uji Linearitas Hubungan

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian,

yaitu variabel self-efficacy dan variabel kecemasan berbicara di depan umum

memiliki hubungan linear. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan teknik

interactive graph yang menghasilkan diagram pencar (scatterplot) dan dengan

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 63: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Analisa Varians (ANAVA) dengan menggunakan bantuan SPSS for Windows

16.00.

Gambar 1. Scatter Plot Self-efficacy dan Kecemasan berbicara di depan umum

Tabel 12. Linearitas hubungan kedua variabel

F ρ Keterangan

Kecemasan berbicara

di depan umum*

self-efficacy

153.932 0.000 Linear

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 64: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dapat dikatakan linear

apabila nilai signifikansi ρ < 0.05. Berdasarkan tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai

signifikansi yang diperoleh yaitu 0.000 sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel self-efficacy dan variabel kecemasan berbicara di depan umum memiliki

hubungan yang linear.

B. 2. Hasil Analisa Data

1. Hasil Perhitungan Korelasi

Hipotesa dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara self-efficacy dengan

kecemasan berbicara di depan umum. Hal ini mengandung pengertian bahwa semakin

tinggi self-efficacy maka semakin rendah tingkat kecemasan dalam diri individu,

Sebaliknya, semakin rendah self-efficacy maka semakin tinggi tingkat kecemasan

yang dialami.

Untuk pengujian statistik, maka dilakukan perumusan hipotesa statistik

sebagai berikut :

Ho : ρ = 0

Ha : ρ > 0

Hipotesa nol (Ho) mengandung pengertian bahwa tidak ada hubungan antara

self-efficacy dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa

Fakultas Psikologi USU. Hipotesa alternatif (Ha) mengandung pengertian bahwa

ada hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara di depan umum

pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 65: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Berdasarkan tujuan penelitian, maka dilakukan analisa statistik dengan

menggunakan uji Pearson Correlation. Hasil uji statistik ini dapat dilihat pada

tabel 16 di bawah ini.

Tabel 13. Korelasi Pearson

Self-efficacy Kecemasan berbicara

di depan umum

Self-efficacy

Pearson

Correlation 1 -.670*

Sig. (2-tailed) .000

Kecemasan berbicara

di depan umum

Pearson

Correlation -.670* 1

Sig. (2-tailed) .000

* Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan hasil pengujian statistik yang telah dilakukan dengan

menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 16.0 for windows, diperoleh

nilai r = -0.670 dengan ρ (0,01) untuk korelasi antara self-efficacy dengan

kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU.

Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesa nol (Ho) ditolak dan hipotesa alternatif

(Ha) diterima yang artinya ada hubungan negatif antara self-efficacy dengan

kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU,

dimana semakin tinggi self-efficacy mahasiswa maka tingkat kecemasan mereka

akan semakin rendah dan begitu pula sebaliknya, semakin rendah self-efficacy

maka tingkat kecemasannya akan semakin tinggi.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 66: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

2. Kategorisasi

Berdasarkan data penelitian dapat dilakukan pengelompokan yang mengacu

pada kriteria kategorisasi. Kategorisasi ini didasarkan pada asumsi bahwa skor

populasi terdistribusi normal. Kriteria kategorisasi yang digunakan dalam

penelitian ini dibagi dalam tiga kategori yaitu tinggi, rendah dan sedang.

Kategorisasi ini dapat diperoleh melalui uji signifikansi perbedaan antara mean

skor empiris dan mean hipotetik.

a. Gambaran Skor Self-efficacy

Skala self-efficacy terdiri dari 39 aitem dengan empat pilihan jawaban yang

bergerak dari 1 sampai 4. Dari skala self-efficacy yang diisi oleh subjek maka

diperoleh gambaran skor empirik dan hipotetik seperti di bawah ini.

Tabel 14. Gambaran Skor Empirik dan Hipotetik Self-efficacy

N Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation

Empirik 184 75 150 109.55 10.487

Hipotetik 184 39 156 97.5 19.5

Berdasarkan hasil penelitian, didapat hasil perbandingan mean empirik dan

mean hipotetik dari variabel self-efficacy yang menunjukkan E>H yaitu

109.55 > 97.5 sehingga dapat disimpulkan bahwa skor self-efficacy pada

subjek penelitian lebih tinggi daripada self-efficacy pada populasi umumnya.

Rangkuman data penelitian tersebut selanjutnya digunakan oleh peneliti

untuk mengkategorisasikan self-efficacy pada mahasiswa Fakultas Psikologi

USU dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun norma. Subjek

dikategorikan menjadi tiga kategori dengan rumus:

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 67: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

a. Rendah = X < Mean – 1 (SD)

b. Sedang = Mean – 1 (SD) ≤ X < Mean + 1 (SD)

c. Tinggi = Mean + 1 (SD) ≤ X

Dengan memperhatikan mean empirik sebesar 109.55 dan standar deviasi

sebesar 10.487 maka kriteria kategorisasi untuk variabel self-efficacy pada

mahasiswa Fakultas Psikologi USU dengan jumlah dan pesentasi subjek di

dalamnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 15. Kategorisasi Data Empirik Self-efficacy

Variabel Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase

self-

efficacy

120,037 ≤ X Tinggi 16 8,7 %

99,063 ≤ X < 120,037 Sedang 141 76,6 %

X < 99,063 Rendah 27 14,7 %

Berdasarkan kriteria kategorisasi pada tabel, dapat dilihat bahwa sebagian

besar subjek penelitian termasuk dalam kategori self-efficacy sedang yaitu

berjumlah 141 orang (76,6%). Selebihnya, 16 orang subjek penelitian (8,7 %)

termasuk dalam kategori self-efficacy tinggi, dan 27 orang (14,7%) berada

pada kategori rendah.

b. Gambaran Skor Kecemasan berbicara di depan umum

Skala kecemasan berbicara di depan umum terdiri dari 52 aitem dengan

empat pilihan jawaban yang bergerak dari 1 sampai 4. Dari skala kecemasan

berbicara di depan umum yang diisi oleh subjek maka diperoleh gambaran skor

empirik dan hipotetik seperti di bawah ini.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 68: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Tabel 16. Gambaran Skor Empirik dan Hipotetik Kecemasan berbicara di depan

umum

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Empirik 184 59 177 107,29 22,994

Hipotetik 184 52 208 130 19,5

Berdasarkan hasil penelitian, didapat hasil perbandingan mean empirik dan

mean hipotetik dari variabel kecemasan berbicara di depan umum yang

menunjukkan E<H yaitu 107,29 > 130 sehingga dapat disimpulkan bahwa

kecemasan berbicara di muka umum pada subjek penelitian lebih rendah

daripada kecemasan berbicara di depan umum pada populasi umumnya.

Cara mengelompokkan skor untuk kecemasan berbicara di depan umum

sama dengan skor self-efficacy. Dengan memperhatikan nilai mean empirik

sebesar 107,29 dan standar deviasi sebesar 22,994 maka kriteria kategorisasi

untuk variabel kecemasan berbicara di depan umum dengan jumlah persentase

subjek di dalamnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 17. Kategorisasi Data Empirik Kecemasan berbicara di depan umum

Variabel Rentang nilai Kategori Frekuensi Persentase

Kecemasan

berbicara di

depan umum

130,284 ≤ X Tinggi 30 16.3 %

84,296 ≤ X < 130,284 Sedang 123 66.9%

X < 84,296 Rendah 31 16.8%

Berdasarkan kriteria kategorisasi pada tabel, dapat dilihat bahwa sebagian

besar subjek penelitian termasuk dalam kategori kecemasan berbicara di

depan umum sedang yaitu berjumlah 123 orang (66.9%). Selebihnya, 30 orang

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 69: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

subjek penelitian (16.3%) termasuk dalam kategori tinggi, dan 31 orang

(16.8%) berada pada kategori rendah.

C. Hasil Tambahan

Setelah dilakukan pengujian statistik untuk data utama dalam penelitian ini,

maka diperoleh hasil bahwa ada hubungan negatif antara self-efficacy dengan

kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU. Ada

beberapa hasil tambahan dalam penelitian ini yang diharapkan dapat memperkaya

hasil penelitian, antara lain perbedaan self-efficacy ditinjau dari jenis kelamin,

juga perbedaan kecemasan berbicara di depan umum ditinjau dari jenis kelamin

dan stambuk.

1. Gambaran Skor Self-efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 18. Gambaran Skor Self-efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin

Variabel Skor Empirik

N Min Maks Mean SD

Laki-Laki 25 96 145 112.24 11.315

Perempuan 159 75 150 109.13 10.325

Tabel 19. Perbedaan Self-efficacy Berdasarkan Jenis Kelamin

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 209.516 1 209.516 1.915 .168

Within Groups 19916.044 182 109.429

Total 20125.560 113

Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa subjek yang berjenis kelamin laki-laki

memiliki mean score yang lebih tinggi (112.24), jika dibandingkan dengan mean

score subjek yang berjenis kelamin perempuan (109.13). Dan dari tabel 19

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 70: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

diperoleh bahwa tidak terdapat perbedaan self-efficacy yang signifikan (ρ = 0, 168

> α = 0,05) antara siswa perempuan dan siswa laki-laki.

2. Gambaran Skor Kecemasan Berbicara di depan umum Berdasarkan Jenis

Kelamin

Tabel 20. Gambaran Skor Kecemasan Berbicara di depan umum

Berdasarkan Jenis Kelamin

Variabel Skor Empirik

N Min Maks Mean SD

Laki-Laki 25 80 163 105.76 21.667

Perempuan 159 59 177 107.53 23.251

Tabel 21. Perbedaan Kecemasan Berbicara di depan umum

Berdasarkan Jenis Kelamin

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 67.551 1 67.551 .127 .722

Within Groups 96686.183 182 531.243

Total 96753.734 183

Melalui tabel 20 dapat dilihat bahwa subjek yang berjenis kelamin laki-laki

memiliki mean score kecemasan yang lebih rendah (105.76), daripada mean score

kecemasan yang dimiliki oleh subjek yang berjenis kelamin perempuan (107.53).

Tidak terdapat perbedaan kecemasan yang signifikan (ρ = 0, 722 > α = 0,05)

antara siswa perempuan dan siswa laki-laki.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 71: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

3. Gambaran Skor Kecemasan Berbicara di depan umum Berdasarkan

Stambuk

Tabel 22. Gambaran Skor Kecemasan Berbicara di depan umum

Berdasarkan Stambuk

Variabel Skor Empirik

N Min Maks Mean SD

2005 34 60 166 111.21 24.374

2006 45 69 163 100.56 20.630

2007 51 61 177 109.98 22.765

2008 54 59 163 107.89 23.615

Tabel 23. Perbedaan Kecemasan Berbicara di depan umum

Berdasarkan Stambuk

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2950.750 3 983.583 1.887 .133

Within Groups 93802.984 180 521.128

Total 96753.734 183

Melalui tabel 22 dapat dilihat bahwa stambuk 2006 memiliki mean score

kecemasan yang paling rendah (100.56), sedangkan mean score kecemasan paling

tinggi berada pada stambuk 2005 (111.21). Berdasarkan tabel 23 dapat dilihat

bahwa tidak terdapat perbedaan kecemasan yang signifikan (ρ = 0, 133 > α =

0,05) antara mahasiswa dari setiap stambuk.

D. Pembahasan

Hasil utama penelitian ini memperlihatkan bahwa ada hubungan negatif

antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa

Fakultas Psikologi USU. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hipotesis yang

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 72: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

diajukan yaitu terdapat hubungan negatif antara self-efficacy dengan kecemasan

berbicara di depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU. Ini berarti

bahwa semakin tinggi self-efficacy mahasiswa maka akan diikuti pula dengan

semakin rendahnya tingkat kecemasan mereka dalam berbicara di depan umum.

Dimana tingkat korelasi antara kedua variabel ini adalah -0,670.

Menurut Geist (dalam Gunarsa, 2000), salah satu faktor yang mempengaruhi

kecemasan berbicara di depan umum adalah persepsi negatif seseorang terhadap

dirinya sendiri. Hal ini sejalan dengan Matindas (2003) yang memandang bahwa

keyakinan atau kepercayaan diri seseorang sangat berpengaruh terhadap

kecemasannya berbicara di depan umum. Self-efficacy sendiri merupakan

keyakinan individu terhadap kemampuan mereka yang mempengaruhi cara

individu tersebut dalam bereaksi terhadap suatu situasi (Bandura, 1997). Menurut

Bandura, self-efficacy berguna untuk melatih kontrol terhadap keterbangkitan

kecemasan. Feist & Feist (2000) mengemukakan bahwa ketika seseorang

mengalami kecemasan yang tinggi maka mereka biasanya memiliki self-efficacy

yang rendah, sementara mereka yang memiliki self-efficacy tinggi merasa mampu

mengatasi rintangan dan menganggap ancaman sebagai suatu tantangan yang

tidak perlu dihindari. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa semakin tinggi

self-efficacy seseorang maka tingkat kecemasannya dalam berbicara di depan

umum semakin rendah, begitu pula sebaliknya. Dalam penelitian juga ditemukan

bahwa pengaruh self-efficacy terhadap kecemasan berbicara di depan umum

adalah sebesar 44,9%. Ini berarti bahwa self-efficacy memiliki pengaruh yang

cukup besar terhadap kecemasan seseorang dalam berbicara di depan umum.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 73: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Menurut Bandura (1997) perbedaan jenis kelamin berpengaruh terhadap

self-efficacy dimana perempuan memiliki self-efficacy yang lebih tinggi

dibandingkan dengan laki-laki. Pernyataan Bandura tersebut tidak sesuai dengan

hasil tambahan penelitian. Tabel 18 menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki

ternyata memiliki self-efficacy lebih tinggi jika dilihat dari mean score yang

diperoleh. Selain itu, ditemukan juga bahwa tidak terdapat perbedaan self-efficacy

yang signifikan antara mahasiswa perempuan dan laki-laki.

Pada penelitian ini tidak ditemukan perbedaan kecemasan berbicara di

depan umum yang antara mahasiswa perempuan dan laki-laki. Hal ini tidak sesuai

dengan pendapat Elliot dan Chong (2004) yang menyebutkan bahwa perbedaan

jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan

berbicara di depan umum dimana wanita memiliki tingkat kecemasan berbicara

yang lebih tinggi dibandingkan pria. Meskipun begitu, terdapat beberapa

penelitian yang menyebutkan bahwa memang perbedaan jenis kelamin tidak

mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum. Philips, Jones, Rieger, &

Snell (dalam Elliot dan Chong, 2004) menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan

jenis kelamin pada hasil pengukuran self-report mengenai kecemasan presentasi

pada mahasiswa di Amerika. Sejalan dengan itu Pribyl, Keaten, & Sakamoto

(dalam Elliot dan Chong, 2004) tidak menemukan adanya perbedaan jenis

kelamin di antara mahasiswa Jepang yang menggunakan Personal Report of

Public Speaking Anxiety versi Bahasa Jepang.

Burgoon dan Ruffner (dalam Dewi & Andrianto, 2003) menyebutkan bahwa

pengalaman individu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 74: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

berbicara di depan umum. Ini dapat berarti bahwa semakin ke atas tingkat

perkuliahan seorang mahasiswa Fakultas Psikologi USU maka pengalaman

berbicara di depan umum (dalam hal ini melakukan presentasi di depan kelas)

akan semakin banyak. Dengan kata lain angkatan atau stambuk dapat mewakili

seberapa banyak pengalaman individu dalam melakukan presentasi. Jika dilihat

dari mean score pada tabel 22 mahasiswa dari angkatan 2006 memiliki skor

kecemasan yang paling rendah, dan skor kecemasan yang paling rendah berada

pada mahasiswa 2005. Hal ini dapat berarti bahwa ternyata semakin banyak

pengalaman seseorang dalam berbicara di depan umum belum tentu tingkat

kecemasannya semakin rendah. Berdasarkan tabel 20 juga dapat dilihat bahwa

tidak terdapat perbedaan kecemasan yang signifikan antara mahasiswa dari setiap

stambuk.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 75: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan, diskusi dan saran-saran sehubungan

dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan

dijabarkan kesimpulan dari penelitian ini yang dilanjutkan dengan diskusi

mengenai hasil yang diperoleh dan pada bagian akhir akan dikemukakan saran-

saran baik yang bersifat praktis maupun metodologis yang mungkin dapat berguna

bagi penelitian yang akan datang dengan topik yang sama.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat dibuat

beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Ada hubungan negatif yang signifikan antara self-efficacy dengan kecemasan

berbicara di depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara, dengan nilai r = -0.670 dengan ρ (0,01). Hal ini

mengandung pengertian semakin tinggi self-efficacy seorang mahasiswa maka

semakin rendah tingkat kecemasan mereka dalam berbicara di depan umum.

2. Tidak terdapat adanya perbedaan yang signifikan antara self-efficacy

mahasiswa berjenis kelamin perempuan dengan mahasiswa berjenis kelamin

laki-laki.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 76: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

3. Tidak terdapat perbedaan kecemasan berbicara di depan umum yang

signifikan baik berdasarkan jenis kelamin maupun stambuk mahasiswa.

4. Sumbangan efektif variabel self-efficacy terhadap kecemasan berbicara di

depan umum sebesar 44,9 %. Hal ini terlihat dari nilai R-square (r²) yang

diperoleh dari hubungan antara self-efficacy dan kecemasan berbicara di

depan umum sebesar 0,31.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka peneliti akan memberikan saran-

saran buat peneliti selanjutnya. Adapun saran-saran tersebut adalah:

1. Saran Metodologis

Untuk peneliti selanjutnya yang ingin membuat penelitian yang sejenis, maka

disarankan agar:

a. Mengontrol faktor-faktor lain yang diperkirakan mempengaruhi kecemasan

berbicara di depan umum maupun self-efficacy.

b. Menggunakan subjek penelitian yang cakupannya lebih luas untuk

dibandingkan hasilnya, seperti dari beberapa fakultas lain dari berbagai

jurusan.

c. Sebaiknya menggunakan jumlah sampel yang proporsional jumlahnya baik

dari segi usia, maupun variabel-variabel lainnya yang mempengaruhi, agar

mendapatkan hasil penelitian yang lebih representatif.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 77: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

2. Saran Praktis

a. Self-efficacy memiliki pengaruh terhadap kecemasan berbicara di depan

umum. Oleh karena itu, para mahasiswa diharapkan bisa lebih menghargai

diri dan yakin akan kemempuan yang dimiliki agar dapat mengurangi tingkat

kecemasan saat harus berbicara di depan umum.

b. Kecemasan berbicara di depan umum dapat dikurangi dengan melakukan

latihan. Bagi para mahasiswa yang akan melakukan presentasi di depan kelas,

diharapkan agar berlatih terlebih dahulu sebelum tampil guna membiasakan

diri berbicara di depan umum dan mengurangi kecemasan.

c. Insentif yang diberikan orang lain terhadap keberhasilan individu dalam

menghadapi tantangan dapat meningkatkan self-efficacy individu tersebut.

Oleh karena itu, suatu insentif baik dari pihak keluarga maupun tenaga

pengajar sangat dibutuhkan oleh mahasiswa guna meningktakan self-efficacy-

nya.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 78: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, Prof. W. (2003). Makalah Apresiasi Guru Besar Teknik Mesin:

Komunikasi dalam Pendidikan. Departemen Teknik Mesin ITB.

Azwar, S. (2000). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya (Edisi Kedua).

Yogyakarta : Pustaka Belajar.

------------- (2007). Penyusunan Skala Psikologi (Edisi Pertama). Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Offset.

Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavioral

Change. Psychology Review, 84, 191-215.

--------------- (1986). Social Foundation of Thought and Action: A Social

Cognitive Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.

--------------- (1997). Self-efficacy: The Exercise of Control. New York: Freeman

and Company.

Baron, R.A.,& Byrne, P.(1994). Social Psychology : Understanding Human

Interaction. Boston : Allyn and Bacon Inc.

Basir, B. (1992). Perguruan Tinggi Swasta Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Boyce, J. S., Alber-Morgan, S. R., & Riley, J. G. (2007). Fearless Public

Speaking: Oral Presentation Activities for the Elementary Classroom.

Childhood Education, 83, 142-150.

Byers, P.Y & Weber, C. S. (1995). The Timing of Speech Anxiety Reduction

Treatments in the Public Speaking Classroom. The Southern

Communication Journal, 60, 246-256.

Chaplin, J. P. (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 79: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Connor, M. A. (1996). The Importance of Speaking, Listening, and Media

Literacy. [On-line]. http://www.scassn.org/K12Stds.htm. Tanggal akses :

11 Januari 2009.

Darajdat, Z. (1969). Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung

Dewi, A. P. & Andrianto, S. (2007). Hubungan Antara Pola Pikir dengan

Kecemasan Berbicara di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas

Keguruan. [On-line].

http://www28.indowebster.com/ac2d8c89734f144a40a1a4f5790e6a83.p

hdf. Tanggal Akses: 7 Februari 2009.

Elliot, J. & Chong, J. L.Y. (2004). Presentation Anxiety: A challenge for some

student and a pit of despair for others. Curtin University of Technology.

Elliot, S. N., Kratochwill, T. R., Cook, J. L., & Travers, J. F. (2000). Educational

Psychology: Effective Teaching, Effective Learning (Third Edition).

United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Feist, J. & Feist, G. J. (2002). Theories of Personality (5th

ed). Boston: McGraw

Hill.

Gunarsa, S. (2000). Psikologi Praktis: Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta:

Penerbit PT. BPK Gunung Mulia.

Hadi, S. (2000). Methodology Research (Jilid 1-4). Yogyakarta: Yayasan

Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada.

Hudaniah & Dayakisni, T. (2003). Psikologi Sosial, Edisi Revisi. Malang:

Penerbitan Universitas Muhammadiyah.

Hurlock, E. B. (1997). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang

Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Lazarus, R. S. (1976). Pattern Of Adjusment and Human Efectivenees. New York

: Kogakusha McGraw Hill Book Company.

Lent, N. (1991). The Foundation of Social Research. New York: McGraw Hill.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 80: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Matindas, D. (2003). Psikologi: Menghilangkan Grogi di Depan Umum. [On-

line]. http://www.Kompas.com/Kesehatan/news/0302/28/020443.htm.

Tanggal akses : 11 Januari 2009.

McCroskey, J. (1984). The Communication Apprehension Perspective. [On-line].

http://www.jamescmccroskey.com/publications/bookchapters/003_1984_

C1.pdf. Tanggal akses : 7 Februari 2009.

Nevid, J. S., Rathus, S. A. and Greene, B. 1(997). Abnormal Psychology in a

Changing World (Third Edition). Prentice–Hall, Inc.

Opt, S. K. & Loffredo, D. A. (2000). Rethinking Communication Apprehension: A

Myers-Briggs Perspective. The Journal Psychology, 134(5), 556-570.

Panduan Perkuliahan Program Studi Strata 1 (S-1) Fakultas Psikologi Universitas

Sumatera Utara. (2008). [On-line].

http://www.usu.ac.id/id/files/panduan/psikologi.pdf. Tanggal akses: 9

April 2009.

Prakosa, H. (1996). Cara Penyampaian Hasil Belajar Untuk Meningkatkan Self-

efficacy Mahasiswa. Jurnal Psikologi No. 2, 11-22.

Rahayu, I.T., Ardani, T.A. dan Sulistyaningsih. (2004). Hubungan Pola Pikir

Positif Dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum. Jurnal Psikologi

UNDIP, Vol. 1, No. 2, 131-134.

Roach, K. D. (1999). The Influence of Teaching Assistant Willingness to

Communicate and Communication Anxiety in the Classroom.

Communication quarterly, 47, 166-182.

Sarafino, E. (1994). Health Psychology (2nd

ed). New York: John Wiley & Sons.

Schultz, D. & Schultz, E. S. (1994). Theories of Personality (5th

ed). California:

Brooks/Cole Publishing Company.

Sugiyono (2007). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz.

Tilton, J. E. (2002). Adventures in Public Speaking: A Guide for the Beginning

Instructor or Public Speaker. FBI Law Enforcement Bulletin, 71, 15-19.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.

Page 81: HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14504/1/10E00001.pdf · oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy

Triana, Ridha. 2005. Hubungan Antara Citra Raga dengan Kecemasan Berbicara

di Muka Umum. [On-line]. http://www.pdf-search-engine.com/berbicara-

di-depan-umum-pdf.html. Tanggal akses: 7 Februari 2009.

Tussey, J. (2002). Predicting Communication Anxiety through Students’

Motivational Variables. University of Kentucky.

Winkel, W. S. (1997). Bimbingan & Konseling di Institusi Pendidikan (Edisi

Revisi). Jakarta: PT Gramedia Wirasarana Indonesia.

Yusuf, P.M. (1990). Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Intruksional.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Astrid Indi Dwisty Anwar : Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kecemasan Berbicara Di Depan Umum Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, 2009.