hubungan antara persepsi terhadap …eprints.ums.ac.id/57424/11/naskah publikasi.pdfkeperawatan...
TRANSCRIPT
i
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA
DENGAN BURNOUT SYNDROME PADA PERAWAT
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Psikologi
Oleh :
RORO VASTHY DWI ARDHANTI
F. 100130173
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
HALAMAN PERSETUJUAN
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA
DENGAN BURNOUT SYNDROME PADA PERAWAT
PUBLIKASI ILMIAH
Oleh :
RORO VASTHY DWI ARDHANTI
F. 100130173
Telah diperiksa dan disetujui oleh
Dosen Pembimbing
Achmad Dwityanto O.,S.Psi, M.Si
NIP/NIDN. 805/0609106802
ii
HALAMAN PENGESAHAN
HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN BURNOUT
SYNDROME PADA PERAWAT
OLEH
RORO VASTHY DWI ARDHANTI
F100130173
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta Pada tanggal 19 September 2017
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji:
1. Achmad Dwityanto, S.Psi., M.Si (……..…………..…..)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Drs. Mohammad Amir, M.Si, Psikolog (…………………..…)
(Anggota I Dewan Penguji)
3.Wisnu Sri Hertinjung, S.Psi., M.Si, Psikolog (……………………..)
(Anggota II Dewan Penguji)
Dekan
Dr. Moordiningsih,M.Si
NIK/NIDN. 876/0615127401
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam
pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya. .
Surakarta, 11 September 2017
Penulis
Roro Vasthy Dwi Ardhanti
F 100130173
1
HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN BURNOUT
SYNDROME PADA PERAWAT
Abstrak
Perawat merupakan salah satu jenis pekerjaan yang termasuk memiliki resiko
terkena tingkat stress yang tinggi. Salah satu faktor yang mengakibatkan tingkat
stress yang tinggi yaitu beban kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara persepsi terhadap beban kerja dengan burnout syndrome pada
perawat. Hipotesis yang diajukan yaitu adanya hubungan positif antara persepsi
terhadap beban kerja dengan burnout syndrome pada perawat. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan yaitu teknik quota sampling dengan subjek sebanyak 100
orang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan alat ukur
yaitu skala Persepsi beban kerja dan skala burnout syndrome . Analisis data pada
penelitian ini menggunakan SPSS 16.00 dengan teknik korelasi product moment,
diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,605 dengan signifikansi (p) = 0,000 (p ≤
0,01), yang berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi beban
kerjadengan burnout syndrome . Sumbangan efektif dari kedua variabel ditujukkan
oleh nilai ( ) sebesar 0,366. Hal ini menunjukkan bahwa variabel persepsi terhadap
beban kerja mempengaruhi burnout syndrome sebesar 36,6% dan 63,4% terdapat
faktor lain yang mempengaruhi diluar persepsi beban kerja. Kategori persepsi
terhadap beban kerja tergolong tinggi dengan rerata empirik (RE) sebesar 68,65 dan
rerata hipotetik (RH) sebesar 55. Sedangkan kategori burnout syndrome juga
tergolong tinggi dengan rerata empirik (RE) sebesar 93,00 dan rerata hipotetik (RH)
sebesar 75.
Kata Kunci: Persepsi terhadap beban kerja, Burnout Syndrome.
Abstract
Nurses are one type of work that includes having a high risk of stress. One
of the factors causing high stress level is workload. This study aims to determine the
relationship between the perception of workload with burnout syndrome in nurses.
The hypothesis proposed is a positive relationship between the perception of
workload with burnout syndrome on the nurse. The sampling technique used the
quota sampling technique with the subject of 100 people. This research uses
quantitative method by using measurement perception of work load scale and burnout
syndrome scale. Data analysis in this study using SPSS 16.00 with product moment
correlation technique, obtained correlation coefficient value of 0.605 with
significance (p) = 0,000 (p ≤ 0.01), which means there is a very significant positive
relationship between workload perception with burnout syndrome . The effective
contribution of the two variables is shown by the value ( ) of 0.366. This shows that
2
the variable of workload perception affecting burnout syndrome is 36,6% and 63,4%
there are other factors that influence outside perception of work load. Category of
work load perception is high with the empirical rate (RE) of 68.65 and the
hypothetical average (RH) of 55. While the burnout syndrome category is also quite
high with the empirical rate (RE) of 93.00 and the hypothetical (RH) of 75.00.
Keywords: Perception of work load, Burnout Syndrome.
I. PENDAHULUAN
Keperawatan adalah salah satu pekerjaan penuh ketegangan dan perawat,
sebagai anggota utama dari tim perawatan, memainkan peran penting dalam
meningkatkan kesehatan. Perawat adalah orang yang bertanggung jawab untuk
mengontrol pasien setiap hari dan terus dihadapkan dengan banyak faktor penuh
ketegangan.Dalam sebagian besar bangsal rumah sakit, kita temui perawat yang,
meskipun memiliki banyak disiplin dan ketekunan pada awal pekerjaan mereka,
biasanya mendapatkan lelah dan cenderung berhenti bekerja setelah bekerja di profesi
ini selama beberapa tahun dan menghadapi kesulitan pekerjaan dan tekanan dalam
lingkungan kerja. (Bemana,dkk. 2013). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
No. 44 tahun 2009 tentang rumh sakit menyatakan bahwa Perawat dituntut dapat
menjadi figur yang dibutuhkan oleh pasiennya, yang dapat bersimpati, selalu
perhatian, fokus, dan hangat kepada pasien (dalam Warsito,dkk. 2016). Berdasarkan
hasil survey yang dilakukan PPNI tahun 2006, sekitar 50,9 persen perawat yang
bekerja di 4 provinsi di Indonesia mengalami stress kerja, sering pusing, lelah, tidak
bisa beristirahat karena beban kerja yang tinggi dan menyita waktu (dalam Citrawati
, & Maryanti, 2012)
Menurut hasil wawancara yang dilakukan Fitri (liputan6.com,2016) pada
salah satu mantan perawat yang memilih untuk membuka pengobatan herbal yaitu
Yana (20) menyatakan bahwa Yana mengakui, alasan dirinya terjun ke terapi herbal
di latar belakangi dunia medis yang mempunyai tingkat stres lebih tinggi. Akibat
tuntutan kerja yang berat,
3
Rochmawati (dalam viva.co.id,2016) menyatakan berikut ini, adalah daftar
pekerjaan di 2016, yang kemungkinan besar akan meningkatkan stress salah satunya
adalah Perawat karena perawat bekerja sekeras dokter, tetapi pendapatannya kurang
jauh di bawah dokter. Mereka bekerja dalam bahaya, karena berdekatan langsung
dengan kumat, jenis penyakit, dan obat-obatan.Ditambah lagi, dengan jam kerja yang
panjang (biasanya di rumah sakit) dan harus selalu siaga jika ada pasien
membutuhkan setiap saat. Hal ini sesuai dengan pendapat Pangastiti (dalam Sari,
Y.N.L.P.D, 2015) bahwa tanggung jawab dan tuntutan pekerjaan yang banyak dapat
berpotensi menjadi stresor bagi perawat. Stresor yang terjadi secara terus menerus
dan tidak mampu diadaptasi oleh individu akan menimbulkan beberapa gejala yang
disebut dengan burnout syndrome.
Menurut Pines &Maslach (dalam Prijayanti, 2015) Burnout merupakan
sindrom kelelahan, baik secara fisik maupun mental yang termasuk di dalamnya
berkembang konsep diri yang negatif, kurangnya konsentrasi serta perilaku kerja
yang negatif.
Robbins (dalam Purwati,2016) menyatakan bahwa positif negatifnya beban
kerja merupakan masalah persepsi. Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses
dimana individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar
memberi makna kepada lingkungan mereka.
Permendagri No. 12/2008 menyatakan bahwa beban kerja merupakan besaran
pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil
kali antara volume kerja dan norma waktu. Jika kemampuan pekerja lebih tinggi
daripada tuntutan pekerjaan, akan muncul perasaan bosan. Namun sebaliknya, jika
kemampuan pekerja lebih rendah daripada tuntutan, pekerjaan, maka akan muncul
kelelahan yang lebih (dalam Prijayanti,2015)
Menurut Suma’mur (dalam Kusumaningrum,2016) beban kerja adalah
kemampuan kerja suatu tenaga kerja yang beda dari satu dan lainnya dan sangat
tergantung pada tingkat keterampilan, kesehatan jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin,
usia dan ukuran tubuh yang berbeda dari yang bersangkutan.
4
Fenomena lain didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Larasati
(2014) di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta menyatakan bahwa 26,1%
perawat memiliki stress kerja sedang, serta 17,4% mengalami stress berat.
Selanjutnya,peneliti telah melakukan wawancara terhadap perawat di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Surakarta yang berinisial D (30) mengatakan bahwa di ruang
inap ini Ia bekerja sepenuh jiwa sampai melewatkan waktu pulang dan makan siang
serta terkadang mudah lupa atau blank dan ruangan menjadi berantakan. Di samping
itu para perawat dengan keadaan lapar maupun sakit tetap bekerja sesuai aturan dan
jadwal serta banyak pasien yang susah diatur membuat tingkat emosional perawat
meningkat. Wawancara kedua yaitu dengan perawat berinisial Y (25) yang
menyatakan bahwa disini bekerja mau tidak mau harus saling bantu satu sama lain
karena pasiennya banyak dan kapasitas perawat jumlahnya tidak sebanding,pihak
atasan itu kurang mengerti keadaan di setiap ruangan seperti pada saat isi angket ini
disini padahal perawatnya tidak sampai dua puluh orang. Selanjutmya, perawat
tersebut meminta maaf jika terkesan tidak enak atau siniskarena banyaknya
pekerjaan.Hal diatas sesuai dengan yang diungkapkan Maslach (dalam Sari
Y.N.L.P.D, 2015)Burnout syndrome memiliki tiga dimensi atau aspek, yaitu
emotional and physicalexhaustion dimana adanya keterlibatan emosi yang
menyebabkan energi dan sumber-sumber dirinya terkuras oleh satu pekerjaan.
Rodahl dan Manuaba (dalam Kusumaningrum,2016) menyatakan bahwa
beban kerja dipengaruhi faktor – faktor sebagai berikut ;
a. Faktor eksternal yaitu beban yang berasal dari luar tubuh pekerja, seperti ;
1.) Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata
ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja,
sedangkan tugas-tugas yang bersikap mental seperti kompleksitas pekerjaan,
tingkat kesulitan pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan.
2.) Organisasi kerja seperti lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja
bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur organisasi,
pelimpahan tugas dan wewenang.
5
3.) Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik, lingkungan kimiawi,
lingkungan kerja biologis dan lingkungann kerja psikologis. Ketiga aspek ini
sering disebut sebagai stressor.
b. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri
akibat dari reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut Strain ,berat
ringannya strain dapat dinilai baik secara obyektif maupun subyektif. Faktor
internal meliputi faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status
gizi, kondisi kesehatan), faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan,
keinginan dan kepuasan)
Caputo (dalam Putri,2015) membagi faktor-faktor penyebab burnout menjadi dua ,
yaitu eksternal dan internal. Dimana faktor internal itu terdiri dari usia, jenis kelamin,
kepribadian, demografik, pendidikan dan status pernikahan Selanjutnya, yaitu faktor
eksternal diantaranya adalah lingkungan,beban kerja, konflik peran, ambiguitas peran
dan keterlibatan emosional saat pelayanan. Hal tersebut diatas saling berkaitan satu
sama lain dan sangat berpengaruh terhadap terjadinya burnout di lingkungan kerja.
Dari uraian diatas penulis ingin membuktikan hipotesis yaitu: ada hubungan
positif antara persepsi beban kerja dengan burnout syndrome pada perawat. Semakin
tinggi persepsi beban kerjamaka akan semakin tinggi burnout syndrome, begitu
sebaliknya semakin rendah persepsi beban kerjamaka akan semakin rendah burnout
syndrome pada perawat.
2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan variabel bebas yaitu
pesepsi beban kerja dan variabel tergantung yaitu burnout syndrome.Teknik
pengambilan sampel yang digunakan yaitu quota sampling dimana subjek penelitian
sudah ditetapkan oleh pihak dari tempat penelitian sebelumnya.Subjek yang dipakai
yaitu 100 perawat di Rumah Sakit Swasta di Surakarta.Pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan skala pengukuran psikologis, yaitu skala persepsi
6
terhadap beban kerja dan skala burnout syndrome. Jumlah pernyataan valid dalam
skala setelah dilakukan menggunkan rumus Aiken’s sebanyak 22 pernyataan untuk
skala persepsi beban kerja yang diadopsi dari Dewi (2013) dan 30 pernyataan untuk
skala burnout syndrome yang diadopsi Prihantoro, S. (2014). Untuk teknik analisis
data penulis menggunakan teknik analisis product moment untuk mengetahui
hubungan antara persepsi terhadap beban kerja dengan burnout syndrome.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi r
sebesar 0,605 dengan signifikansi (p) = 0,000 (p ≤ 0,01), yang berarti ada hubungan
positif yang sangat signifikan antara persepsiterhadap beban kerjadengan burnout
syndrome. Kategori untuk persepsi terhadap beban kerja tergolong tinggi dengan
rerata empirik (RE) sebesar 68,65 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 55. Sedangkan
kategori burnout syndrome juga tergolong tinggi dengan rerata empirik (RE) sebesar
93,00 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 75. Tingkat Burnout Syndrome juga
tergolong tinggi, hal ini ditunjukkan dengan rerata empirik (RE) sebesar dan rerata
hipotetik sebesar (RE > RH). Hasil ini menunjukkan bahwa Burnout Syndrome
tergolong tinggi, kondisi ini dapat dilihat dari adanya kelelahan fisik yang tinggi
seperti terkurasnya tenaga yang berlebihan, perubahan pola makan saat bekerja, rasa
mudah berprasangka buruk serta tidak puas dalam hasil dari pekerjaan yang subjek
lakukan. Menurut Maslach (dalam Sari, Y.N.L.P.D, 2015) manusia yang memiliki
konsep diri rendah rentan terhadap burnout karena mereka pada umumnya memiliki
percaya diri dan penghargaan diri yang rendah.
Cooper ( dalam S.M Nasrudin,2010) menyatakan sumber stress kerja adalah
salah satunya (1) kondisi pekerjaan diantaranya kondisi pekerjaan kerja yang buruk
seperti ruangan yang sempit, panas, gelap, kotor, pengap, berisik dan padat. (2)
Kelebihan beban (over load).
Manuaba (dalam Romadhoni, & Suryatni, M., 2015) menyatakan beban kerja
dikategorikan menjadi 2 yaitu a.)Beban kerja fisik dapat berupa beratnya pekerjaan
7
seperti mengangkat, merawat mendorong. b.) Sedangkan beban kerja psikologis atau
mental dapat berupa sejauh mana tingkat keahlian dan prestasi kerja yang dimiliki
individu dengan individu lainnya.
Menurut hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Prijayanti (2015),
menyatakan bahwa beban kerja berpengaruh positif dan signifikan tehadap burnout,
yang berarti semakin tinggi beban kerja yang diberikan maka semakin tinggi burnout
yang dirasakan.
Menurut Pangastiti (dalam Sari, Y.N.L.P.D, 2015) bahwa tanggung jawab dan
tuntutan pekerjaan yang banyak dapat berpotensi menjadi stresor bagi perawat.
Stresor yang terjadi secara terus menerus dan tidak mampu diadaptasi oleh individu
akan menimbulkan beberapa gejala yang disebut dengan burnout syndrome.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi beban kerja
berpengaruh terhadap burnout syndrome dengan nilai sebesar 36,6% yang didapatkan
dari nilai koefisien determinan ( ) sebesar 0,366. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat faktor-faktor lain sebesar 63,4% yang mempengaruhi burnout syndrome
diluar persepsi beban kerja. Faktor lain yang mempengaruhi diantaranya adalah
Faktor internal yaitu usia, jenis kelamin, kepribadian, pendidikan dan status
pernikahan Selanjutnya, yaitu untuk eksternal sendiri adalah lingkungan, konflik
peran, ambiguitas peran dan dukungan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan positif yang sangat
signifikan antara persepsi terhadap beban kerja dengan burnout syndrome pada
perawat di RS PKU Muhammadiyah Surakarta.Sehingga hipotesis yang diajukan
penulis diterima atau terbukti yaitu adanya hubungan positif antara persepsi terhadap
beban kerja dengan burnout syndrome.
4.PENUTUP
Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan diatas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara persepsi
terhadap beban kerja dengan burnout syndrome.Persepsi terhadap Beban Kerja pada
8
perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta tergolong tinggi dan
Burnout syndrome pada perawat di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta
juga tergolong tinggi.Berdasarkan hasil Sumbangan efekif persepsi terhadap beban
kerjadengan burnout syndrome adalah 36,6% yang didapatkan dari nilai koefisien
determinan ( ) sebesar 0,366. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor
lain sebesar 63,4% yang mempengaruhi burnout syndrome.Hal ini dapat diartikan
bahwa semakin tinggi persepsi terhadap beban kerjamaka akan semakin tinggi
burnout syndrome, begitu sebaliknya semakin rendah persepsi beban kerjamaka akan
semakin rendah burnout syndrome.
Dari hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan diatas, maka penulis ingin
menyumbangkan beberapa syarat yang diharapkan dapat bermanfaat yaitu :
1. Untuk Rumah Sakit :Hasil penelitian menunjukkan persepsi terhadap beban kerja
dan burnout syndrome tergolong tinggi, sehingga saran yang dapat diberikan pada
pihak manajemen yaitu diharapkan dapat lebih memperhatikan banyaknya beban
beban pekerjaan yang diberikanserta memperhatikan kapasitas jumlah perawat dan
pasien di RS PKU Muhammadiyah Surakarta. Cara yang dapat dilakukan dengan
memperhatikan aspek-aspek beban kerja.2.Untuk PerawatRumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta diharapkan dapat memanajemen beban kerja yang
dihadapi. Dengan cara memanajemen pekerjaan yang dihadapi maka tingkat burnout
akan semakin berkurang. Perawat diharapkan mampu menciptakan suasana kerja
yang baik agar terjalin hubungan yang harmonis antara dirinya dengan pemimpin
maupun perawat serta karyawan yang lain. Hal ini akan mendukung dalam
berkurangnya amarah, iri serta konflik dalam bekerja.3. Untuk Peneliti
Selanjutnyadiharapkan untuk menyempurnakan penelitian ini misalkan dengan
memperhatikan faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi burnout syndrome seperti
usia, jenis kelamin, pendidikan , lingkungan dan dukungan sosial. Selain itu, peneliti
selanjutnya diharapkan dapat lebih memperluas populasi dan memperbanyak sampel
serta menggunakan alat ukur yang sesuai dengan subjek yang akan digunakan
9
misalnya subjek perawat maka peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan skala
yang sesuai untuk meneliti perawat. Dengan begitu, akan diperoleh kesimpulan yang
lebih komprehensif.
PERSANTUNAN
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak dan Ibu penulis
serta Keluarga besar dari Bapak dan Ibu penulis yang selalu mendukung, membantu
dan mendoakan untuk kelancaran penelitian. Terimakasih untuk kakak dan teman-
teman penulis yang telah memberi dukungan dan doa. Serta Bapak Drs. Achmad
Dwityanto, S.Psi., M.Si yang telah memberikan ilmu serta bimbingan kepada penulis
dalam menyelesaikan naskah publikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bemana,dkk(2013). The relationship between Antecedents (Job Stressors) and
Burnout in Iranian Nurses.International Journal of Academic Research in
Business and Social Sciences December 2013, Vol. 3, No. 12 ISSN: 2222-
6990.
Citrawati & Maryanti. (2011). Burnout Pada Perawat Yang Bertugas Di Ruang Rawat
Inap Dan Rawat Jalan Rsab Harapan Kita. Jurnal Psikologi Volume 9 No 2,
Desember 2011.
Dewi, Irawaty Arie. (2013). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Beban Kerja
Dengan Komitmen Organisasi Karyawan Divisi Pelaksana Produksi Pt. Solo
Kawistara Garmindo.Skripsi (dipublikasikan). Semarang: Universitas
Diponegoro.
Fitri.(2016) http://m.liputan6.com/health/read/2649653/sosok-lia-baryana-perawat-
yang-kini-jadi-terapis-tradisional
Kasmarani., M. K. (2012). Pengaruh Beban Kerja Fisik dan Mental Terhadap Stress
Kerja pada Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Cianjur . Jurnal
Kesehatan Masyarakat Vol. 01. No. 02 , 767-776
10
Kusumaningrum.(2016) Pengaruh Beban Kerja Dan Karakteristik Individu Terhadap
Kinerja Perawat Melalui Burnout Sebagai Variabel Intervening Pada Pt.
Nusantara Medika Utama Rumah Sakit Perkebunan (Jember Klinik).
Skripsi(dipublikasikan).Jember :Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Jember.
Larasati, D. (2014). Hubungan Antara Stres dan Kejadian Hipertensi pada Perawat di
RS Pku Muhammadiyah Surakarta. Skripsi(dipublikasikan). Surakarta:
Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Prihantoro, S. (2014) Kecenderungan Burnout Pada Perawat Ditinjau dari Jenis
Kelamin dan Usia Dewasa di Rumah Sakit Islam Surakarta. Skripsi (tidak
dipublikasikan) Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Prijayanti, I. (2015). Pengaruh Beban Kerja dan Hubungan Sosial Terhadap Burnout
Pada Karyawan PT. X.Skripsi (tidak dipublikasikan). Jakarta: Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidyatullah.
Purwati. (2016). Pengaruh Keseimbangan Kehidupan Kerja (Work-Life Balance)
Terhadap Beban Kerja(Work Load) Divisi Penjualan Di PT. Ulam Tiba Halim
(Marimas) Cabang Sidoarjo.Skripsi(dipublikasikan). Malang: Psikologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Putri. (2015).Analisis Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Burnout pada
Perawat.Skripsi(dipublikasikan). Semarang: Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Diponegoro.
Rochmawati. (2016). Ini daftar pekerjaan dengan tingkat stres tinggi . Retrieved 10
2016, from http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/734488/ini-daftar-
pekerjaan-dengan-tingkat-stres-tinggi.
Romadhoni, & Suryatni, M. (2015). Pengaruh Beban Kerja, Lingkungan Kerja, dan
Dukungan Sosial Terhadap Burnout Pustakawan di Kota Mataram. jurnal ilmu
Perpustakan, Informasi, dan Kearsipan Khizanah Al- Hikmah, 3(2) , 125-145.
S.M Nasrudin., E. (2010). Psikologi Manajemen. Bandung: CV. PUSTAKA SETIA.
Sari Y.N.L.P.D. (2015). Hubungan Beban Kerja, Faktor Demografi, Locus of
Control, dan Harga Diri terhadap Burnout Syndrome Pada Perawat Pelaksana
Ird Rsup Sanglah. COPING Ners Journal ISSN: 2303-1298 Vol. 3 No.2 Mei-
Agustus.
11
Warsito,dkk. (2016). Analisis Karakteristik Individu Terhadap Kejenuhan Perawat.
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Edisi 2, ISSN 2502-1524 No. 1 Agustus
2016.