hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan...

21
1 HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENGGUNAAN MINYAK JELANTAH PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN KLEAK KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO Ferat F. K. Imbiri*, Lery Suoth *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Minyak jelantah adalah minyak goreng yang digunakan secara berulang kali (≥2 kali) tanpa penambahan minyak yang baru. Minyak goreng yang digunakan berulang kali (minyak jelantah) akan mengalami oksidasi. Hal ini bisa menyebabkan iritasi saluran pencernaan, diare dan kanker. Selain itu minyak goreng tersebut juga akan mengalami ketengikan sehingga merusak tekstur dan citra rasa bahan makanan yang digoreng. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan penggunaan minyak jelantah pada ibu rumah tangga di Kelurahan Kleak Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga di Kelurahan Kleak Kecamatan Malalayang Kota Manado. Sampel sebesar 50 responden. Data diperoleh menggunakan kuesioner. Pengolahan data menggunakan uji Fisher’s Exact dengan tingkat kepercayaan 95% dan α = 0,05. Kesimpulan, berdasarkan uji univariat responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 31 orang (62%), responden yang memiliki sikap baik sebanyak 36 orang (72%) dan responden yang memiliki tindakan baik sebanyak 33 orang (66%). Berdasarkan uji bivariat, tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan tindakan penggunaan minyak jelantah pada ibu rumah tangga di Kelurahan Kleak Kecamatan Malalayang Kota Manado yaitu nilai (p = 0,058) dan terdapat hubungan anatara sikap dengan tindakan penggunaan minyak jelantah pada ibu rumah tangga di Kelurahan Kleak Kecamatan Malalayang Kota Manado yaitu nilai (p = 0,047). Peneliti menyarankan kepada Dinas Kesehatan provinsi / kota, BPOM Provinsi Sulawesi Utara kiranya dapat melaksanakan penyuluhan mengenai efek yang akan ditimbulkan bagi kesehatan jika sering melakukan penggorengan bahan makanan menggunakan minyak goreng yang digunakan berulang kali (minyak jelantah). Kata kunci: Minyak jelantah, Ibu rumah tangga, Pengetahuan, Sikap, Tindakan ABSRTACT Jelantah cooking oil is cooking oil that has been repeatedly used (≥ 2 times) with addition of new cooking oil. Repeatedly used cooking oil (jelantah cooking oil) will be oxidized. This may cause irritation of the digestive tract, diarrhea, cancer. In addition, this kind of oil will undergo rancidity thus ruining the texture and flavor of the fried food. The objective of this research was to find out the relationship between knowledge and attitude with the practice of jelantah cooking oil usege by housewife of Kleak Village of Malalayang Sub District of Manado City. The type of this research was analytical survey with a cross sectional study desing. The population of this research was the housewife of Kleak Village of Malalayang Sub District of Manado City. The sample ware 50 respondents. The data were collected using questionnaires. The data ware analyzed using Fisher's Exact Test with the confidence interval 95% and α = 0,05. Based on the univariate test, the findings show that 31 respondents (62%) had good knowledge, 36 respondents (72%) had good attitude, and 33 respondents (66%) had good practice. Based on the bivariate test, there was no relationship between knowledge and practice of jelantah cooking oil usege by the housewife of Kleak Village of Malalayang Sub District of Manado City, the value is (p = 0,058), but there was a relationship between attitude and practice of jelantah cooking usege by the housewife of Kleak Village of Malalaya City, the value (p = 0,047). It is then suggested that the Provincial/City Health Office and BPOM North Sulawesi provice conduct health education sessions on the health effects resulting from frequent usege of repeatedly used cooking oil (jelantah cooking oil). Keywords: Jelantah cooking oil, Housewife, Knowledge, Attitude, Practice

Upload: nguyenphuc

Post on 06-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

1

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN

PENGGUNAAN MINYAK JELANTAH PADA IBU RUMAH TANGGA DI KELURAHAN

KLEAK KECAMATAN MALALAYANG KOTA MANADO Ferat F. K. Imbiri*, Lery Suoth

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK

Minyak jelantah adalah minyak goreng yang digunakan secara berulang kali (≥2 kali) tanpa penambahan

minyak yang baru. Minyak goreng yang digunakan berulang kali (minyak jelantah) akan mengalami oksidasi.

Hal ini bisa menyebabkan iritasi saluran pencernaan, diare dan kanker. Selain itu minyak goreng tersebut

juga akan mengalami ketengikan sehingga merusak tekstur dan citra rasa bahan makanan yang digoreng.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan tindakan penggunaan

minyak jelantah pada ibu rumah tangga di Kelurahan Kleak Kecamatan Malalayang Kota Manado. Jenis

penelitian ini adalah survei analitik dengan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah

ibu rumah tangga di Kelurahan Kleak Kecamatan Malalayang Kota Manado. Sampel sebesar 50 responden.

Data diperoleh menggunakan kuesioner. Pengolahan data menggunakan uji Fisher’s Exact dengan tingkat

kepercayaan 95% dan α = 0,05. Kesimpulan, berdasarkan uji univariat responden yang memiliki pengetahuan

baik sebanyak 31 orang (62%), responden yang memiliki sikap baik sebanyak 36 orang (72%) dan responden

yang memiliki tindakan baik sebanyak 33 orang (66%). Berdasarkan uji bivariat, tidak terdapat hubungan

antara pengetahuan dengan tindakan penggunaan minyak jelantah pada ibu rumah tangga di Kelurahan Kleak

Kecamatan Malalayang Kota Manado yaitu nilai (p = 0,058) dan terdapat hubungan anatara sikap dengan

tindakan penggunaan minyak jelantah pada ibu rumah tangga di Kelurahan Kleak Kecamatan Malalayang

Kota Manado yaitu nilai (p = 0,047). Peneliti menyarankan kepada Dinas Kesehatan provinsi / kota, BPOM

Provinsi Sulawesi Utara kiranya dapat melaksanakan penyuluhan mengenai efek yang akan ditimbulkan bagi

kesehatan jika sering melakukan penggorengan bahan makanan menggunakan minyak goreng yang digunakan

berulang kali (minyak jelantah).

Kata kunci: Minyak jelantah, Ibu rumah tangga, Pengetahuan, Sikap, Tindakan

ABSRTACT

Jelantah cooking oil is cooking oil that has been repeatedly used (≥ 2 times) with addition of new cooking oil.

Repeatedly used cooking oil (jelantah cooking oil) will be oxidized. This may cause irritation of the digestive

tract, diarrhea, cancer. In addition, this kind of oil will undergo rancidity thus ruining the texture and flavor

of the fried food. The objective of this research was to find out the relationship between knowledge and attitude

with the practice of jelantah cooking oil usege by housewife of Kleak Village of Malalayang Sub District of

Manado City. The type of this research was analytical survey with a cross sectional study desing. The

population of this research was the housewife of Kleak Village of Malalayang Sub District of Manado City.

The sample ware 50 respondents. The data were collected using questionnaires. The data ware analyzed using

Fisher's Exact Test with the confidence interval 95% and α = 0,05. Based on the univariate test, the findings

show that 31 respondents (62%) had good knowledge, 36 respondents (72%) had good attitude, and 33

respondents (66%) had good practice. Based on the bivariate test, there was no relationship between

knowledge and practice of jelantah cooking oil usege by the housewife of Kleak Village of Malalayang Sub

District of Manado City, the value is (p = 0,058), but there was a relationship between attitude and practice

of jelantah cooking usege by the housewife of Kleak Village of Malalaya City, the value (p = 0,047). It is then

suggested that the Provincial/City Health Office and BPOM North Sulawesi provice conduct health education

sessions on the health effects resulting from frequent usege of repeatedly used cooking oil (jelantah cooking

oil).

Keywords: Jelantah cooking oil, Housewife, Knowledge, Attitude, Practice

Page 2: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

2

PENDAHULUAN

Minyak goreng merupakan bahan makanan yang

digunakan sehari-hari oleh masyarakat untuk

memasak makanan. Minyak goreng lebih digemari

karena mempunyai penampakan, rasa dan tekstur

yang lebih menarik daripada makanan yang diolah

dengan cara lain (Ambarita, 2002). Jenis dan jumlah

minyak goreng yang dikonsumsi sehari-hari sangat

erat kaitannya dengan kesehatan. Minyak goreng

yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah

yang berbahan baku minyak sawit (>70%), diikuti

dengan minyak kelapa (Elisabeth, 2002 dalam Lin,

2011).

Lemak atau minyak yang dioksidasikan secara

sempurna dalam tubuh menghasilkan 9,3 kalori

lemak per gram, sedangkan protein dan karbohidrat

masing-masing menghasilkan 4,1 dan 4,2 kalori

setiap gram. Lemak atau minyak yang ditambahkan

ke dalam bahan pangan atau yang dijadikan sebagai

bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-

sifat tertentu. Minyak dan lemak juga memegang

peranan penting dalam menjaga kesehatan tubuh

manusia. Lemak memberikan energi kepada tubuh

sebanyak 9 kalori tiap gram lemak. Minyak nabati

pada umumnya merupakan sumber asam lemak tidak

jenuh, beberapa diantaranya merupakan asam lemak

esensial, misalnya asam oleat, linoleat, linolenat dan

asam arachidonat. Asam-asam lemak esensial ini

dapat mencegah timbulnya gejala artherosclerosis,

karena penyempitan pembuluh-pembuluh darah.

Minyak dan lemak juga berfungsi sebagai sumber

dan pelarut bagi vitamin-vitamin A, D, E, dan K

(Ketaren, 2008). Oleh karena itu penggunaan minyak

goreng sering kali digunakan dalam pengolahan

bahan makanan yang digoreng.

Minyak goreng yang sering digunakan oleh

masyarakat terdiri dari dua jenis, minyak goreng

bermerek dan minyak goreng tidak bermerek.

Minyak goreng bermerek merupakan minyak yang

proses pengolahannya dilakukan di pabrik dengan

berbagai perlakuan. Minyak goreng tak bermerek

(curah) merupakan minyak goreng hasil olahan

pengusaha industri kecil yang memerlukan

penanganan yang lebih mengingat proses

pengolahannya yang bersifat tradisional (Trubus,

2005 dalam Rahayu dkk, 2007). Karena proses

pengolahannya berbeda maka akan berpengaruh pula

pada mutu minyak termasuk pada minyak

jelantahnya.

Masyarakat Indonesia biasanya menggunakan

cara deep frying dalam menggoreng bahan makanan,

yaitu dengan merendam seluruh bahan makanan

dalam minyak panas. Dengan cara tersebut, akan

diperoleh minyak goreng bekas. Minyak goreng

bekas tersebut biasanya akan digunakan kembali

dalam menggoreng bahan makanan yang lain dengan

atau tanpa menambah sedikit minyak goreng yang

baru pada minyak goreng bekas (Lin, 2011). Minyak

goreng digunakan berulang kali akan mengalami

oksidasi. Hal ini bisa menyebabkan iritasi saluran

pencernaan, diare dan kanker. Selain itu minyak

goreng tersebut juga akan mengalami ketengikan

sehingga merusak tekstur dan citra rasa bahan

makanan yang digoreng (Khomsan, 2004). Minyak

goreng yang digunakan berulang kali (≥2 kali) tanpa

penambahan minyak goreng yang baru, biasanya

disebut minyak jelantah (Fransiska, 2010).

Penelitian oleh Jonarson, (2004) tentang

analisa kadar asam lemak minyak goreng yang

digunakan penjual makanan jajanan gorengan di

padang menyebutkan bahwa terdapat rata-rata

perbedaan jumlah asam lemak jenuh dan tidak jenuh

pada minyak goreng yang belum digunakan hingga 3

kali pemakaian. Penelitian dilakukan untuk melihat

perbedaan rata-rata kadar asam lemak jenuh dan

asam lemak tidak jenuh pada minyak goreng yang

belum digunakan hingga pemakaian ketiga. Semakin

sering minyak goreng tersebut digunakan, maka

semakin tinggi kandungan asam lemak jenuhnya

yaitu pada minyak yang belum dipakai (45,96%), 1

kali pakai (46,09%), 2 kali pakai (46,18%), 3 kali

pakai (46,32%). Semakin sering minyak goreng

tersebut digunakan maka kandungan asam lemak

tidak jenuh minyak goreng tersebut akan semakin

berkurang. Kandungan asam lemak tidak jenuh pada

minyak yang belum dipakai (53,95%), 1 kali pakai

(53,78%), 2 kali pakai (53,69%), 3 kali pakai

(53,58%).

Ibu rumah tangga memegang peran penting

dalam pemenuhan kebutuhan makan keluarga.

Seluruh bahan makanan sehari-hari biasanya diolah

oleh ibu rumah tangga. Pengolahan makanan yang

dilakukan oleh ibu rumah tangga biasanya dilakukan

dengan proses menggoreng, merebus, menumis dan

olahan lainnya. Kenaikan harga bahan sembako

setiap tahunnya membuat ibu rumah tangga berpikir

ulang untuk mengelola keuangan keluarga. Harga

minyak goreng yang semakin membumbung tinggi

Page 3: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

3

membuat ibu rumah tangga untuk menghemat

pemakaian minyak goreng. Salah satu cara yang ibu

rumah tangga gunakan adalah dengan meggunakan

minyak goreng berulang kali tanpa mengetahui

akibat yang akan ditimbulkan (Fransiska, 2010).

Kebanyakan ibu-ibu rumah tangga sering

melakukan penggorengan bahan makanan dengan

cara terputus-putus, artinya minyak yang sudah

terpakai didinginkan dan kemudian digunakan lagi

untuk menggoreng bahan pangan lainnya.

Penggorengan terputus ini mengakibatkan kerusakan

minyak semakin cepat karena terjadi penambahan

hidroperoksida selama pendinginan yang diikuti

dengan dekomposisi jika minyak dipanaskan lagi

(Khomsan, 2004).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kleak

Kecamatan Malalayang Kota Manado mulai dari Mei

2012 sampai dengan Agustus 2012. Jenis Penelitian

ini adalah penelitian survei analitik dengan desain

cross sectional study.

Populasi dan Sampel :

1. Populasi : Ibu rumah tangga di Kelurahan

Kleak Kecamatan Malalayang Kota Manado

dengan besar sampel 1480 jiwa.

2. Sampel : Sampel dalam penelitian ini ditentukan

secara non probability sampling yaitu secara

purposive sampling. Sampel ditentukan sebesar

50 responden dengan pertimbangan memenuhi

kriteria sampel besar yaitu ≥ 30.

HASIL dan PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas

organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Dari

sudut pandang biologis, semua makhluk hidup mulai

dari tumbuhan, hewan dan manusia berperilaku,

karena punya aktifitas masing-masing. Perilaku

manusia adalah semua tindakan atau aktivitas

manusia,baik yang dapat diamati langsung amaupun

yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Maulana,

2009).

Dari hasil penelitian uji univariat karakteristik

responden yang dinilai yaitu jenis kelamin, tingkat

pendidikan, umur dan penghasilan/bulan. Dalam

penelitian ini responden berjumlah 50 orang yaitu ibu

rumah tangga yang berada di Kelurahan Kleak

Kecamatan Malalayang Kota Manado.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat

pendidikan responden terbanyak adalah

SMA/sederajat yaitu 22 orang (44%) dan tingkat

pendidikan terendah adalah SMP yaitu 4 orang (8%).

Seorang yang memiliki tingkat pendidikan yang

lebih tinggi tidak sama pemahamannya dengan

dengan orang yang berpendidikan rendah. Semakin

tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka semakin

mudah juga orang tersebut untuk menerima

informasi dan pada akhirnya semakin banyak juga

pengetahuan yang miliki (Notoadmodjo, 2003).

Apabila dilihat dari segi umur responden 23-

34, 35-46, 47-56, maka penelitian ini menunjukan

bahwa responden yang memiliki umur 35-46 adalah

yang terbanyak yaitu 25 orang (50%) dan responden

yang memiliki umur terendah adalah 47-56 yaitu 8

orang (16%). Berdasarkan penghasilan/bulan,

penelitian ini menunjukan responden yang memiliki

penghasilan/bulan terbanyak adalah <1.250.000

yaitu sebanyak 27 0rang (54%) dan responden yang

memiliki penghasilan/bulan sedikit adalah

≥1.250.000 yaitu sebanyak 23 orang (46%).

Pengetahuan Responden Tentang Penggunaan

Minyak Jelantah

Hasil penelitian uji univariat tentang responden

memiliki pengetahuan baik sebanyak 31 orang

(62%), responden yang memiliki pengetahuan cukup

sebanyak 14 orang (28%) dan responden yang

memiliki pengetahuan tidak baik sebanyak 5 orang

(10%). Hasil penelitian ini juga sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Fransiska (2010)

tentang karakteristik, pengetahuan, sikap, dan

tindakan ibu rumah tangga tentang penggunaan

minyak goreng berulang kali di desa tanjung selamat

kecamatan sunggal tahun 2010 yaitu hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa pengetahuan ibu

rumah tangga tentang penggunaan minyak goreng

berulang kali umumnya berada pada kategori

pengetahuan cukup sebanyak 63 orang (63%). Hasil

penelitian ini juga sama dengan penelitian yang

dilakukan oleh Lin (2011) karakteristik pengetahuan

sikap dan tindakan penjual gorengan tentang

penggunaan minyak goreng di kawasan kampus

universitas sumatera utara medan pada tahun 2011

yaitu pengetahuan penjual gorengan berdasarkan

hasil wawancara mengenai penggunaan minyak

goreng hanya 21 orang (67,7%) penjual gorengan

yang memiliki pengetahuan berkategori yang baik,

Page 4: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

4

10 orang (32,3%) memiliki pengetahuan berkategori

sedang dan tidak ada penjual gorengan yang

memiliki pengetahuan kurang.

Untuk mengukur tahu tentang sesuatu, dapat

menyebutkan dan menanyakan mengenai hal

tersebut sedangkan tingkat memahami adalah

kemampuan mengingat dan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan denagan benar. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui indra

penglihatan (mata) dan pendengaran (telinga).

Pengetahuan sangat penting dalam terbentuknya

tindaan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Notoadmojo (2007), ada 6 hal yang

mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, yaitu

pendidikan, pekerjaan, umur, minat, pengalaman dan

informasi. Informasi memengang peranan yang

cukup besar dalam mempegaruhi pengetahuan

seseorang. Selain itu pengalaman yang berasal dari

berbagai macam sumber, misalnya media cetak,

media elektronik, media poster, bahkan kerabat dekat

yang dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga

seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan

tersebut.

Hasil penelitian ini menunjukkan pengetahuan

responden yang dinilai berkategori baik. Minyak

goreng di gunakan berulang kali (minyak jelantah)

akan mengalami oksidasi. Hal ini bisa menyebabkan

iritasi saluran pencernaan, diare dan kanker. Selain

itu minyak goreng tersebut juga akan mengalami

ketengikan sehingga merusak tekstur dan citra rasa

bahan makanan yang digoreng (Khomsan, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian responden tentang

pengetahuan penggunaan minyak jelantah, dapat

diketahui bahwa responden yang menjawab benar

dalam pertanyaan pengaruh minyak goreng yang

digunakan berulang kali (minyak jelantah) akan

mengalami oksidasi (reaksi dengan udara) yang

berpotensi bisa mengakibatkan iritasi saluran

pencernaan sebanyak 40 orang (80%). Hasil

penelitian tentang penggunaan minyak jelantah,

responden yang menjawab benar dalam pertanyaan

minyak goreng yang digunakan berulang kali akan

mengalami oksidasi yang berpotensi mengakibatkan

diare sebanyak 39 orang (78%). Responden yang

menjawab benar dalam pertanyaan minyak goreng

berulang kali akan mengalami oksidasi yang

berpotensi mengakibatkan kanker sebanyak 43 orang

(86%).

Kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL)

disebut juga kolesterol jahat karena bila kadarnya

berlebihan akan menyumbat dinding pembuluh

darah sehingga akhirnya timbullah penyakit jantung

koroner (Khomsan, 2004). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa responden yang menjawab

benar dalam pertanyaan efek kesehatan yang akan

terjadi jika terus-menerus mengkonsumsi makanan

yang menggunakan minyak goreng berulang kali

dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner

sebanyak 42 orang (84%). Penggunaan minyak

jelantah untuk menggoreng bahan makanan

berprotein, akan menurunkan nilai gizi proteinnya,

bahkan minyak jelantah yang sudah terlalu lama

digunakan dapat membahayakan kesehatan tubuh,

karena banyak mengandung senyawa peroksida

(radikal) serta asam lemak tidak jenuh trans

(Muchtadi, 2009). Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan responden yang menjawab benar

dalam pertanyaan minyak goreng yang digunakan

berulang kali dalam menggoreng bahan makanan

berprotein akan menurunkan nilai gizi proteinnya

sebayank 46 orang (92%). Responden yang

menjawab benar dalam pertanyaan kerusakan

minyak goreng akibat digunakan berulang kali untuk

menggoreng bahan makanan dapat menyebabkan

hipertensi sebanyak 32 orang (64%).

Pengaruh suhu dan lama proses menggoreng

(deep frying) terhadap pembentukan asam lemak

trans. Asam lemak trans (elaidat) baru terbentuk

setelah proses menggoreng (deep frying) setelah

penggulangan ke-2, dan kadarnya akan semakin

meningkat sejalan dengan penggunaan minyak

(Sartika, 2009). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa responden yang menjawab benar dalam

pertanyaan asam lemak trans (lemak jahat) dalam

minyak goreng yang digunakan berulang kali

terbentuk setelah penggoreng yang ke- 2 sebanyak 37

orang (44%). Asam lemak trans dapat meningkatkan

Kolesterol LDL dan menurunkan Kolesterol-HDL

akibatnya akan menyebabkan dislipidemia dan

arterosklerosis yang ditandai dengan adanya

timbunan atau endapan lemak pada pembuluh darah.

Timbunan lemak ini akan menyumbat aliran darah

pada beberapa bagian tubuh seperti jantung dan otak.

Bila penyumbatan terjadi di jantung akan

menyebabkan jantung koroner dan bila penyumbatan

terjadi di otak akan menyebabkan stroke (Sartika,

2007). Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa

Page 5: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

5

responden yang menjawab benar dalam pertanyaan

kerusakan minyak goreng akibat digunakan berulang

kali untuk menggoreng bahan makanan dapat

menyebabkan stroke sebanyak 39 orang (78%).

Penggorengan terputus-putus mengakibatkan

kerusakan minyak semakin cepat karena terjadi

penambahan hidroperoksida selama pendinginan

yang diikuti dengan dekomposisi jika minyak

dipanaskan lagi (Khomsans, 2004). Hasil penelitian

menunjukkan responden yang menjawab benar

dalam pertanyaan penggunaan minyak terputus-

putus atau minyak yang sudah terpakai didinginkan

kemudian digunakan kembali untuk menggoreng

bahan pangan lainnya akan mengakibatkan

kerusakan minyak semakit cepat sebanyak 40 orang

(80%). Minyak yang telah rusak tidak hanya

mengakibatkan kerusakan nilai gizi, tetapi juga

merusak tekstur dan rasa dari bahan pangan yang

digoreng (Ketaren 2008). Hasil penelitian

menunjukkan bahwa responden yang menjawab

benar dalam pertanyaan minyak goreng yang telah

rusak dan digunakan kembali akan merusak tekstur

dari bahan pangan yang digoreng sebanyak 41 orang

(82%).

Sikap Responden Tentang Penggunaan Minyak

Jelantah

Berdasarkan hasil penelitian uji univariat responden

tentang sikap tentang penggunaan minyak jelantah,

dapat diketahui bahwa responden yang memiliki

sikap baik sebanyak 36 orang (72%), responden yang

memiliki sikap tidak baik sebanyak 14 orang (28%).

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang

dilakukan oleh Fransiska (2010) yaitu penelitiannya

menunjukkan bahwa sikap ibu rumah tangga tentang

penggunaan minyak goreng berulang kali di Desa

Tanjung Selamat Kecamatan Sunggal Tahun 2010

umumnya berada pada kategori baik sebanyak 97

orang (97%). Hasil penelitian ini juga sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Lin (2011) tentang

karakteristik pengetahuan sikap dan tindakan penjual

gorengan tentang penggunaan minyak goreng di

kawasan kampus universitas sumatera utara medan

pada tahun 2011 dapat diketahui bahwa sebagian

besar responden memiliki sikap yang baik tentang

penggunaan minyak goreng sebanyak 20 orang

(64,5%). Sebagian kecil lagi memiliki sikap yang

sedang tentang penggunaan minyak goreng yaitu

sebanyak 11 orang (35,5%). Tidak ada responden

yang memiliki sikap yang kurang tentang

penggunaan minyak goreng.

Sikap dapat dirumuskan sebagai

kecenderungan untuk berespon (baik secara positif

maupun negatif) terhadap orang, objek atau situasi

tertentu. Sikap mengandung suatu penilaian

emosional (afektif) disamping komponen

pengetahuan (koknitif) serta kecenderungan untuk

bertindak (konatif) (Sarwono, 1997 dalam Lin 2011).

Sikap dapat merupakan suatu pandangan tetapi

dalam hal ini masih berbeda dengan suatu

pengetahuan yang dimiliki orang. Pengetahuan

mengenai objek tidak sama dengan sikap terhadap

objek itu (Gerungan, 2004 dalam Fransiska 2010).

Berdasarkan hasil penelitian tentang sikap

penggunaan minyak goreng jelantah, sikap

responden dikatakan berkategori baik yaitu

responden dengan menjawab setuju dalam

pertanyaan minyak goreng yang sudah digunakan 1

kali sebaiknya tidak digunakan kembali sebanyak 33

orang (66%). Responden yang menjawab tidak

setuju dalam pertanyaan menggunakan minyak

goreng berulang kali tidak menyebabkan ganguan

pada kesehatan sebanyak 45 orang (90%). Hasil

penelitian sikap responden yang menjawab setuju

dalam pertanyaan minyak goreng yang sudah rusak

sebaiknya tidak digunakan kembali untuk

menggoreng bahan makanan karena akan

menurunkan nilai gizi pada makanan tersebut

sebanyak 36 orang (72%). Responden yang

menjawab setuju dalam pertanyaan minyak goreng

berulang kali yang sudah mengalami oksidasi (reaksi

dengan udara) sebaiknya tidak digunakan kembali

karena dapat mengakibatkan kanker sebanyak 39

orang (78%). Hasil penelitian sikap responden yang

menjawab tidak setuju dalam pertanyaan

menggoreng makanan yang berbeda sebaiknya

menggunakan minyak goreng yang sama sebanyak

40 orang (80%). Sikap responden yang menjawab

setuju dalam pertanyaan minyak goreng berulang

kali yang sudah mengalami oksidasi (reaksi dengan

udara) sebaiknya tidak digunakan kembali karena

dapat mengakibatkan hipertensi sebanyak 38 orang

(76%).

Tindakan Responden Tentang Penggunaan

Minyak Jelantah

Berdasarkan hasil penelitian uji univariat responden

tentang tindakkan penggunaan minyak jelantah,

dapat diketahui bahwa responden yang memiliki

Page 6: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

6

tindakan baik sebanyak 33 orang (66%), responden

yang memiliki tindakan tidak baik sebanyak 17 orang

(34%). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian

yang dilakukan oleh Fransiska (2010) yaitu

penelitiannya menunjukkan bahwa tindakan ibu

rumah tangga tentang penggunaan minyak goreng

berulang kali di Desa Tanjung Selamat Kecamatan

Sunggal Tahun 2010 umumnya berada pada kategori

baik sebanyak 92 orang (92%). Hasil penelitian ini

juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Lin

(2011) tentang karakteristik pengetahuan sikap dan

tindakan penjual gorengan tentang penggunaan

minyak goreng di kawasan kampus universitas

sumatera utara medan pada tahun 2011 yaitu

penelitiannya menunjukkan bahwa tindakan penjual

gorengan tentang penggunaan minyak goreng pada

kategori sedang sebanyak 23 orang (74,2%).

Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa sikap

tidak selalu terwujud dalam setiap tindakan. Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan faktor pendukung atau situasi yang

memungkinkan seperti sarana dan prasarana dan

juga dukungan dari pihak lain. Hal ini sesuai dengan

kenyataan bahwa suatu sikap yang sudah positif

terhadap nilai-nilai dalam kesehatan belum tentu

terwujud dalam suatu tindakan yang nyata.

Berdasarkan hasil penelitian frekuensi

tindakan responden tentang penggunaan minyak

jelantah, hasil penelitian ini dikatakan baik karena

sebagian besar responden yang menjawab ya untuk

pertanyaan apakah ibu menggunakan minyak goreng

yang baru setiap kali menggoreng jenis makanan

yang berbeda sebanyak 32 orang (64%). Tindakan

responden yang menjawab ya untuk pertanyaan

apakah ibu berusaha untuk tidak menggunakan

minyak goreng berulang kali dalam menggoreng

bahan pangan sebanyak 36 orang (72%). Responden

yang menjawab ya untuk pertanyaan apakah ibu

menyaring minyak goreng yang telah selesai

dipergunakan sebelum digunakan kembali sebanyak

32 orang (64%) Tindakan responden yang menjawab

tidak untuk pertanyaan apakah ibu tetap

mempergunakan minyak goreng bekas walaupun

sudah berubah warna menjadi coklat kehitaman

sebanyak 44 orang (88%).

Hubungan antara Pengetahuan dengan Tindakan

Penggunaan Minyak Jelantah pada Ibu Rumah

Tangga di Kelurahan Kleak Kecamatan

Malalayang Kota Manado

Berdasarkan hasil penelitian uji bivariat diketahui

bahwa nilai p value sebesar 0,058 yang menyatakan

bahwa tidak terdapat hubungan antara pengetahuan

dengan tindakan penggunaan minyak jelantah pada

ibu rumah tangga di Kelurahan Kleak Kecamatan

Malalayang Kota Manado.

Hasil penelitian hubungan antara pengetahuan

dengan tindakan tentang penggunaan minyak

jelantah menunjukkan bahwa responden yang

berpengetahuan baik sebanyak 31 orang (62%) dan

responden yang memiliki tindakan baik sebanyak 33

orang (66%), responden yang berpengetahuan cukup

14 orang (28%) sedangkan responden yang

berpengetahuan tidak baik 5 orang (10%) dan

responden yang memiliki tindakan tidak baik

sebanyak 17 orang (34%). Hasil penelitian ini sama

dengan penelitian yang dilakukan oleh Fransiska

(2010) yaitu penelitiannya menunjukkan bahwa 35

responden yang tingkat pengetahuannya baik,

keseluruhannya memiliki tingkat tindakan yang baik

juga. Dari 63 responden yang berpengetahuannya

cukup terdapat 56 orang (56%) responden yang

tindakannya baik dan 7 orang (7%) responden

tindakannya cukup. Dari 2 responden yang tingkat

pengetahuannya kurang terdapat 1 orang (1%)

responden tindakannya cukup.

Perubahan-perubahan perilaku dalam diri

seseorang dapat diketahui melalui persepsi. Persepsi

adalah pengalaman yang dihasilkan melalui indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, dan

sebagainya. Setiap orang mempunyai persepsi yang

berbeda, meskipun objeknya sama. Motivasi

diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk

mencapi suatu tujuan tertentu. Hasil dari dorongan

dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku.

Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan

aktivitas, yang merupakan hasil akhir jalinan yang

saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala

seperti perhatian, pengamatan, pikiran, ingatan dan

fantasi. Gejala itu muncul bersamaan dan saling

mempengaruhi. Oleh karena itu, perilaku manusia

selalu kompleks (Notoadmodjo, 2007).

Tindakan yang didasari dari pengetahuan akan

lebih baik dari pada tindakan yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Pengetahuan membuat manusia tidak

ragu-ragu dalam bertindak. Pengetahuan yang baik

Page 7: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

7

diharapkan dapat menghasilkan tindakan yang baik

juga (Fransiska, 2010).

Hubungan antara Sikap dengan Tindakan

Penggunaan Minyak Jelantah pada Ibu Rumah

Tangga di Kelurahan Kleak Kecamatan

Malalayang Kota Manado

Berdasarkan hasil penelitian uji bivariat diketahui

bahwa nilai p value sebesar 0,047 yang menyatakan

bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan

tindakan penggunaan minyak jelantah pada ibu

rumah tangga di Kelurahan Kleak Kecamatan

Malalayang Kota Manado.

Hasil penelitian antara hubungan sikap dengan

tindakan pengguanaan minyak jelantah pada ibu

rumah tangga menunjukkan bahwa responden yang

memiliki sikap baik sebanyak 36 orang (72%)

sedangkan responden yang memiliki tindakan baik

sebanyak 33 orang (66%), responden yang memiliki

sikap tidak baik sebanyak 14 orang (26%) sedangkan

responden yang memiliki tindakan tidak baik

sebanyak 17 orang (34%). Hasil penelitian ini sama

dengan penelitian yang dilakukan oleh Fransiska

(2010) dimana keterkaitan tingkat sikap responden

dengan tingkat tindakan responden tentang

penggunaan minyak goreng berulang kali (≥2 kali)

menunjukkan bahwa dari 92 orang (90%) responden

yang memiliki tingkat sikap baik terdapat 90 orang

(90%) yang tingkat tindakan baik .dan 2 orang (2%)

responden yang tingkat tindakan cukup. Dari 8 orang

(8%) responden yang memiliki tingkat sikap yang

cukup terdapat 7 orang (7%) responden yang tingkat

tindakan baik dan 1 orang (1%) responden yang

tingkat tindakan cukup.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang

masih tertutup dari seseorang terhadap suatu

stimulus atau objek. Newcomb, salah seorang ahli

psikologis sosial, menyatakan bahwa sikap itu

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak,

dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan

sikap tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau

tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan

kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan

terhadap objek (Notoadmodjo, 2007).

Sikap dapat diartikan sebagai suatu

kecenderungan untuk merespon. Sikap tidak selalu

otomatis dapat terwujud menjadi sebuah bentuk

tindakan, namun sikap merupakan kesiapan manusia

untuk bertindak (Fransiska, 2010).

Sikap akan dicerminkan dalam bentuk

tindakan, namun tidak dapat dikatakan bahwa suatu

sikap dan tindakan yang memiliki hubungan yang

sistematis, atau dengan kata lain bahwa suatu sikap

belum tentu terwujud dalam suatu tindakan

(Notoadmodjo, 2005). Sikap ibu rumah tangga yang

baik sejalan dengan tindakan ibu rumah tangga yang

baik. Sikap responden yang baik menandakan

responden sudah siap untuk bertindak. Sikap

responden yang baik membuat responden melakukan

tindakan yang baik juga (Fransiska, 2010).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan

dengan tindakan penggunaan minyak jelantah

pada ibu rumah tangga di Kelurahan Kleak

Kecamatan Malalayang Kota Manado.

2. Terdapat hubungan antara sikap dengan tindakan

penggunaan minyak jelantah pada ibu rumah

tangga di Kelurahan Kleak Kecamatan

Malalayang Kota Manado.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, M T D.2002. Transesterifikasi Minyak

Goreng Bekas Untuk Produksi Metil Ester.

Tesis. Program Studi Ilmu Pangan Paska

Sarjana IPB.

Budiarto, E. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran

dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Fadhilla, R A.2008.Analisis Kepuasan Dan

Loyalitas Konsumen Minyak Goreng

Kemasan Merek Bimoli (Kasus : Rumah

Tangga Di Kota Bogor). Skripsi. Fakultas

Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Fransiska, E. 2010. Karakteristik,Pengetahuan,

Sikap dan Tindakan Ibu Rumah Tangga

tentang Penggunaan Minyak Goreng

Berulang Kali di Desa Tanjung Selamat

Kecamatan Sunggal Tahun 2010. Skripsi.

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara Medan.

Handoko, Tiyono, Narsito, Dewi T .2009.

Peningkatan Kualitas Minyak Jelantah

Page 8: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

8

Menggunakan Adsorben H5-NZA dalam

Reaktor Sistem Fluid fixed bed.

Jurnal,Vol.10,No.2, Hal 122. Jurusan

Kimia.

Jonarson. 2004. Analisa Kadar Asam Lemak Minyak

Goreng yang Digunakan Penjual Makanan

Jajanan Gorengan di Padang Bulan Medan

Tahun 2004. Skripsi FKM USU, Medan.

Ketaren, S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan

Lemak Pangan. Jakarta: Universitas

Indonesia

Kusnandar, F. 2010. Kimia Pangan Komponen

Makro. Jakarta: PT. DIAN RAKYAT

Lin, L W. 2011. Karakteristik, Pengetahuan, Sikap

dan Tindakan Penjual Gorengan tentan

Penggunaan Minyak Goreng di Kawasan

Kampus Universitas Sumatera Utara

Medan pada Tahun 2011. Skripsi. Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Medan.

Maulana, H D J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Muchtadi, D.2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung:

Alfabeta

Notoatmodjo, S. 2003. Pengantar Pendidikan dan

Ilmu perilaku Kesehatan. Jakarta Rineka

Cipta.

Notoadmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori

dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.

Natoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu

Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta

Natoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Rahayu, A, Husamah, Nugroho, A.D. 2007. Studi

Frekuensi Penggorengan Dari Minyak

Jelantah Bermerek Dan Tidak Bermerek

Terhadap Nekrosis Sel Hati. PKM

penulisan Ilmiah. Universitas

Muhammadiyah Malang.

Riyanto, A. 2011. Pengolahan dan Analisis Data

Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rukmini, A. 2007. Regenerasi Minyak Goreng

Bekas dengan Arang Sekam Menekan

Kerusakan Organ Tubuh. Seminar Nasional

Teknologi.Yogyakarta: Universitas Widya

Mataram Yogyakarta.

Sartika, R A D. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama

Proses Menggoreng(Deep Frying) tehadap

Pembentukan Asam Lemak Trans. Jurnal

Kesmas Nasional,Vol.13,No.1, Hal 26.

Sartika, R A D. 2007. Pengaruh Asam Lemak Jenuh,

Tidak Jenuh dan Asam Lemak Trans

Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesmas

Nasional Vol.2,No.4. Hal 159.

Khomsan, A. 2004. Pangan dan Gizi Untuk

Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Winarno, FG. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama

Page 9: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

9

ANALISIS PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT DI PUSKESMAS RAWAT INAP DI

KOTA MANADO Stevinus Pamuna*, Lery Suoth

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sukantoro (2010) disimpulkan bahwa pengelolaan limbah klinis

tajam Puskesmas di Kota Yogyakarta belum memenuhi kaidah pengelolaan limbah layanan kesehatan yang

aman, angka kecelakaan limbah klinis tajam dalam satu tahun dialami oleh 17,20 % petugas yang melayani

pasien, 11,11% petugas pengumpul limbah. Kecelakaan juga dialami oleh petugas pengangkut limbah yang

berjumlah satu orang. Limbah medis padat mencakup semua hasil buangan yang berasal dari instalasi

kesehatan, fasilitas penelitian, dan laboratorium dalam bentuk padatan. Selain itu, limbah layanan kesehatan

juga mencakup limbah yang berasal dari sumber-sumber kecil atau menyebar misalnya limbah hasil peralatan

yang dilakukan di rumah.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis proses pemilahan, pengangkutan, penyimpanan

sementara dan pemusnahan limbah medis padat di puskesmas rawat inap di kota manado. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif yang bertujuan mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang

bagaimana pengelolaan limbah medis padat puskesmas di Kota Manado. Lokasi penelitian adalah 3 unit

puskesmas yang memiliki insenerator di Kota Manado, yaitu Puskesmas Bahu, Puskesmas Paniki, dan

Puskesmas Minanga.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli tahun 2012.Berdasarkan

observasi yang dilakukan ditemukan bahwa proses pemilahan, pengangkutan, penyimpanan sementara dan

pemusnahan limbah medis padat belum dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dari WHO karena banyaknya

kendala teknis dan operasional.

Kata kunci: Pemilahan, Pengangkutan, Penyimpaan sementara dan Pemusnahan

ABSRACT

Based on research by sukantoro in 20th Century, a health care waste management in jogjakarta district still

very low compared to WHO’s standar procedures, in one year there is 17,20% accident among health staff

and 11,11% on people who work on healt care waste management. Solid waste from health care activities is

all waste come from health care institute, farm facilities and laboratory which in a solid form. Soled waste

from health care activities also classified from a multiple sources as example from health care activities in

home.

The main purpose of this study is to analyse the segregation, transportation, collecting room, and the

annihilation process of this waste from healthcare activities in manado region. This study using qualitative

design to get more information about waste from health care activities on paniki bawah health centre, minanga

health centre and bahu health centre on june to july 2012.

Based on the observation and indepth interview the conclusion is the waste of health care activities

management on 3 health instalation in manado district still below the WHO’s standar because of lack of a lot

tecnical and operational problems

.

Keyword: Segregation, Transportation, Collecting room and The Annihilation

Page 10: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

10

PENDAHULUAN

Saat ini limbah merupakan masalah yang cukup

serius, terutama di kota-kota besar. Banyak upaya

yang dilakukan oleh pemerintah daerah, swasta

maupun secara swadaya oleh masyarakat untuk

menanggulanginya, dengan cara mengurangi,

mendaur ulang maupun memusnahkannya. Namun

semua itu hanya bisa dilakukan bagi limbah yang

dihasilkan oleh rumah tangga saja. Lain halnya

dengan limbah yang di hasilkan dari upaya medis

seperti Puskesmas, Poliklinik, dan Rumah Sakit.

Jenis limbah yang dihasilkan oleh instalasi

kesehatan termasuk dalam kategori biohazard yaitu

jenis limbah yang sangat membahayakan

lingkungan, dimana disana banyak terdapat buangan

virus, bakteri maupun zat zat yang membahayakan

lainnya, sehingga harus dimusnahkan dengan jalan

dibakar dalam suhu diatas 800 derajat celcius. WHO

(2010) menegaskan bahwa penanganan limbah

medis sudah sangat mendesak dan menjadi perhatian

Internasional (Pruss, 2005).

Pusat Kesehatan Masyarakat atau

Puskesmas sebagai salah satu instalasi kesehatan

yang menghasilkan limbah, memiliki kewajiban

untuk memelihara lingkungan dan kesehatan

masyarakat, serta memiliki tanggung jawab khusus

yang berkaitan dengan limbah yang dihasilkan

tersebut. Kewajiban yang dimaksud diantaranya

adalah kewajiban untuk memastikan bahwa

penanganan, pengolahan serta pembuangan limbah

yang dilakukan tidak akan menimbulkan dampak

yang merugikan kesehatan dan lingkungan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Sukantoro (2010) disimpulkan bahwa

pengelolaan limbah klinis tajam Puskesmas di Kota

Yogyakarta belum memenuhi kaidah pengelolaan

limbah layanan kesehatan yang aman, angka

kecelakaan limbah klinis tajam dalam satu tahun

dialami oleh 17,20 % petugas yang melayani pasien,

11,11% petugas pengumpul limbah. Kecelakaan

juga dialami oleh petugas pengangkut limbah yang

berjumlah satu orang. Kota Manado yang terdiri dari

9 kecamatan, 87 kelurahan dan memiliki 15 unit

puskesmas dimana 6 diantaranya melayani

pelayanan rawat inap. Namun, pengelolaan limbah

medis padatnya belum dilakukan dengan baik.

Berdasarkan survey awal yang diakukan di

salah satu puskesmas didapati bahwa meskipun

pemilahan limbah medis padatnya telah di

programkan tetapi sisa-sisa kegiatan medisnya

seperti kapas yang bercampur darah pasien masih

menyatu dengan sampah umum, perilaku petugas

pengangkut sampah yang mencampurkan sampah

medis padat dengan sampah umum juga menjadi

masalah. Berdasarkan keterangan dari Kepala Dinas

Kesehatan Kota Manado untuk kedepannya seluruh

puskesmas di Kota Manado akan beroperasi 24 jam

yang pastinya akan meningkatkan volume limbah

medis, sementara fasilitas pemusnah limbah medis

berupa incenerator yang berfungsi dengan baik

hanya 4 dari 15 puskesmas.

Menyadari pentingnya pengelolaan limbah

medis sesuai prosedur yang dianjurkan dan melihat

kenyataan bahwa program pengelolaan limbah

medis padat puskesmas di wilayah Kota Manado

belum dilaksanakan sebagaimana mestinya, maka

penulis tertarik untuk meneliti gambaran

pengelolaan limbah medis padat di masing-masing

puskesmas yang ada di Kota Manado.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang

bertujuan mendapatkan informasi yang lebih

mendalam tentang bagaimana pengelolaan limbah

medis padat puskesmas di Kota Manado. Lokasi

penelitian adalah 3 unit puskesmas yang memiliki

insenerator di Kota Manado, yaitu Puskesmas Bahu,

Puskesmas Paniki, dan Puskesmas Minanga.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

dengan bulan Juli tahun 2012. Data dalam penelitian

ini terdiri dari:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara

langsung oleh peneliti berdasarkan observasi di

lapangan dan wawancara mendalam terhadap

informan. Informan yang dimaksud ialah:

a. Kepala puskesmas yang terdiri dari:

1. Kepala Puskesmas Minanga

2. Kepala Puskesmas Bahu

3. Kepala Puskesmas Paniki Bawah

b. Kepala bidang kesehatan lingkungan

puskesmas yang terdiri dari:

1. Kepala bidang kesehatan

2. lingkungan di Puskesmas Minanga

3. Kepala bidang kesehatan lingkungan di

Puskesmas Bahu

4. Kepala bidang kesehatan lingkungan di

Puskesmas Paniki Bawah

Page 11: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

11

5. Kepala seksi penyehatan dan pengelolaan

lingkungan Dinas Kesehatan Kota Manado.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui

sumber lain mengenai gambaran umum puskesmas

terkait yang diambil dari profil Dinas Kesehatan

Kota Manado. Untuk menetapkan keabsahan data,

dilakukan dengan teknik pemeriksaan melalui

beberapa kegiatan antara lain dengan triangulasi.

Adapun trianguasi yang dilakukan ialah:

1. Triangulasi Sumber

Dilakukan wawancara dengan informan yang

berbeda, yaitu selain diambil dari Kepala

Puskesmas, juga diambi dari Staff Kesehatan

Lingkungan, dan pengelola teknis limbah padat di

masing-masing puskesmas.

2. Triangulasi Metode

Selain menggunakan wawancara mendalam,

menggunakan panduan observasi langsung serta

penelusuran dokumen.

Penyajian data dianggap selesai apabila telah

memenuhi kriteria kesesuaian dan kecukupan

adekuasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil observasi proses pemilahan di

Puskesmas Minanga, Bahu dan Paniki Bawah telah

dilakukan, yaitu sampah dipilah berdasarkan

jenisnya sampah medis dan sampah nonmedis.

Prosedur pemilahan limbah medis padat lanjutan

seperti yang dianjurkan WHO yaitu sampah medis

dipilah berdasarkan jenisnya belum dilakukan. Hal

ini merupakan kebijakan dari kepala masing-masing

puskesmas dengan tujuan untuk meminimalisasi

biaya dan mempermudah managemen pengelolaan

limbah mengingat seluruh limbah medis

dimusnahkan di insenerator, padahal WHO

merekomendasikan bahwa limbah medis harus

dipilah berdasarkan jenisnya karena masing-masing

jenis limbah medis memerlukan wadah serta

penanganan khusus, yaitu kantung kuat anti robek

untuk limbah benda tajam. Di Puskesmas Minanga

tempat sampah medisnya tidak memilih tutup seperti

di tempat sampah medis di Puskesmas Paniki Bawah

dan Bahu, padahal seharusnya tempat sampah medis

harus tertutup rapat karena limbah infeksius seperti

kapas beresiko bila dapat diakses bebas oleh vektor

(WHO,2006).

Pemilahan limbah medis padat telah dilakukan

di setiap ruangan pelayanan medis dan sesuai

observasi di lapangan petugas medis telah

meletakkan limbah medis terpisah dari sampah

nonmedis. Wadah tempat sampah terpisah tersedia

di setiap ruangan pelayanan medis, sedangkan

tempat sampah umum disetiap puskesmas telah

dipilah antara sampah basah dan sampah kering

semuanya dalam wadah tertutup dan dalam kondisi

yang baik sesuai dengan ketentuan dari WHO.

Secara keseluruhan di Puskesmas Bahu, Minanga

dan Paniki tidak memprogramkan adanya training

khusus mengenai pengelolaan limbah kepada staf

puskesmas, sementara WHO dalam Pruss et all

(2005) menuliskan bahwa sebagai proses yang

paling penting, seharusnya pihak instansi melakukan

training teknik pengeolaan limbah medis bagi staf

operasional pengelolaan limbah medis maupun para

perawat yang secara langsung menempatkan limbah

medis.

Petugas operasional penanganan limbah medis

yang walaupun latar belakang pendidikannya S1 dan

D3 Kesehatan lingkungan harus tetap diingatkan

mengenai pentingnya kondisi terpilah ini agar

bertahan hingga tahap akhir yaitu pemusnahan

karena jika proses segregasi dilakukan dengan baik

maka akan menghemat biaya pengelolaan hingga

40% (Pruss, 2005). Berdasarkan hasil wawancara,

Puskesmas Paniki dulunya mengalami kendala

dalam pemilahan limbah medis padat, yaitu

ditemukan sampah medis di tempat sampah umum.

Walaupun hal ini sudah tidak terjadi di masa

sekarang tetapi tetap menjadi pertimbangan serius

melihat di Puskesmas Bahu, Minanga, dan Paniki

belum dilakukan proses pengontrolan selama

pemilahan, padahal WHO sendiri menganjurkan

pentingnya pemantauan khusus selama pemilahan

limbah medis, hal ini perlu ditindak lanjuti agar

kedepannya tidak terjadi kerugian-kerugian yang

seharusnya dapat dicegah. (WHO 2006).

Pengangkutan di Puskesmas Bahu, Paniki, dan

Minanga dilakukan sesuai dengan frekuensi limbah

medisnya. Di puskesmas Minanga yang limbah

medisnya relatif sedikit diangkut saat kantong

limbah medisnya ¾ dan itu memakan waktu

beberapa hari. Di Puskesmas Bahu dan Paniki

limbah medisnya diangkut seminggu sekali saat

kantong limbah sudah ¾, tapi jika banyak sampah

medis yang mengandung darah hari itu juga

Page 12: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

12

diangkut. Menurut WHO (2005) limbah medis harus

diangkut setiap hari, tetapi untuk asas efisiensi hal

itu belum dilakukan di ketiga puskesmas ini

mengingat kuantitas limbah medis yang sebagian

besar berasal dari luar instansti dan periode

pembakaran insenerator yaitu 2 minggu sekali.

Pengangkutan off-site hanya terdapat di puskesmas

bahu dengan angkutan khusus untuk pengangkutan

limbah medis, pengangkutan on-site masih

dilakukan secara manual oleh petugas yang mana di

Puskesmas Paniki dan Minanga petugas

operasionalnya menggunakan APD saat

pengumpulan, sementara di Puskesmas Bahu staf

operasionalnya tidak menggunakan APD sesuai

anjuran karena alasan kenyamanan. Hal ini perlu

mendapat perhatian khusus mengingat belum

tersedianya troli pengangkut dan pangangkutan

secara manual sangat rentan akan kecelakaan akibat

limbah benda tajam (sukantoro 2010).

Di Puskesmas Minanga, yang walaupun limbah

medisnya sedikit tetapi melayani pemusnahan

limbah medis dari siloam hospital dalam jumlah

yang relative besar belum memiliki ruang

penampungan sementara limbah medis. Limbah

medis padanya diletakkan didekat incenerator yang

mana dapat diakses oleh tikus dan serangga yang

menjadi vektor berbagai penyakit. Di puskesmas

paniki yang melayani pemusnahan limbah medis

sebagian besar puskesmas masih meletakkan limbah

medisnya di ruangan sementara yang masih dapat

diakses oleh vektor penyakit seperti tikus dan

serangga. Puskesmas bahu telah memiliki ruang

tetap untuk penampungan sementara limbah medis

namun ruang penampungannya belum bebas hewan

pengerat dan serangga, sementara WHO

mengharuskan ruang tertutup bebas serangga dan

hewan pengerat sebagai ruang penampungan

sementara. Untuk waktu penampungan telah

melewati standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu

limbah medis ditampung maksimal selama 48 jam

(WHO, 2006), mengingat kapasitas incenerator yang

frekuensi pembakarannya sekali dalam 2 minggu

mengharuskan limbah medis ditampung sedikit

lama. Hal ini kiranya dapat menjadi acuan

kedepannya untuk system penampungan limbah

medis padat yang baik.

Pemusnahan limbah medis padat puskesmas di

Kota Manado secara keseluruhan menggunakan

incenerator. Baru-baru ini Dinas Kesehatan Kota

Manado menempatkan 2 unit incenerator di

puskesmas minanga dan puskesmas paniki, yang

diharapkan dapat menjawab kebutuhan puskesmas

mengenai pengelolaan limbah medis padat. Secara

keseluruhan tahapan ini mengalami kendala, di

Puskesmas Bahu yang inceneratornya lebih dahulu

ada, saat ditempatkan di areal puskesmas mendapat

protes dari warga sekitar karena asap sisa

pembakaran dari incenerator berwarna hitam dan

dinilai mencemari lingkungan namun sekarang telah

direlokasi ke tempat yang jauh dari pemukiman. Di

Puskesmas Minanga inceneratornya tidak berfungsi

dengan maksimal karena gangguan teknis yaitu

aliran listrik yang seringkali padam, mengakibatkan

sampah medis tidak terbakar sempurna, kemampuan

incenerator yang seharusnya dapat membakar botol

bekas dan jarum suntik dalam sekali bakar juga

belum dicapai, hal ini juga dibuktikan oleh staff

operasional Puskesmas Minanga yang mengatakan

untuk botol dan jarum hancur menjadi abu saat

pembakaran yang kelima kali. Sementara

seharusnya incenerator harus membakar habis

semua jenis sampah dalam sekali pembakaran

(WHO 2005). Ketiga puskesmas ini juga mengalami

kendala dalam penganggaran yang masih

mengandalkan kebijakan khusus dari pihak

puskesmas untuk sumber anggaran yang seharusnya

sudah di anggarkan oleh dinas kesehatan. Namun

pemusnahan limbah medis padat di kedua

puskesmas ini dalam kurun waktu 1 dekade terakhir

dinilai tidak mengganggu lingkungan dan

masyarakat. Kontrol dan Evaluasi dari Dinas

Kesehatan Kota Manado Pengawasan dari pihak

Dinas Kesehatan Kota Manado telah sesuai dengan

apa yang dianjurkan oleh WHO yaitu 1x24 jam.

Dinas kesehatan harus bekerjasama dengan seluruh

puskesmas Kota Manado untuk menemukan solusi

bersama yang tepat berdasarkan kendala yang ada,

koordinasi yang baik harus ditingkatkan agar tidak

terjadi miskomunikasi antara kedua belah pihak.

Penampungan sementara dan pemusnahan yang

banyak mengalami kendala teknis dan operasional

harus segera dicari pemecahannya agar kedepannya

pengelolaan limbah medis padat tidak mengganggu

keseimbangan ekologis, mungkin proses

pemusnahan dilakukan secara community based

seperti di negara asia lainnya dapat dianut karena

dinilai lebih baik daripada sistem parsial (WHO,

1997).

Page 13: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

13

KESIMPULAN

1. Sistem pemilahan limbah telah dilakukan pada

Puskesmas Bahu, Puskesmas Minanga dan

Puskesmas Paniki Bawah. Limbah umum telah

terpilah dari limbah medis namun limbah

medisnya belum dipilah mengingat kuantitas dan

efektifitas teknik pemusnahannya dimana limbah

medis dimusnahkan sekaligus di insenerator, saat

ini sudah tidak pernah ditemukan sampah medis

yang bercampur dengan sampah nonmedis yang

mengindikasikan sampah medis padatnya telah

terpilah.

2. Sistem pengangkutan limbah medis padat di

puskesmas Bahu, Puskesmas Minanga dan

Puskesmas Paniki Bawah masih dilakukan

secara manual dimana petugas operasional di

puskesmas minanga dan paniki telah memakai

peralatan pelindung sesuai dengan yang

dianjurkan, kecuali di puskesmas bahu.

Pengangkutan off-site hanya dilakukan di

puskesmas bahu dengan menggunakan angkutan

khusus puskesmas berupa mobil pick-up yang

tidak digunakan untuk fungsi lain.

3. Penampungan sementara di Puskesmas Bahu,

Puskesmas Minanga dan Puskesmas Paniki

memerlukan perhatian khusus, mengingat hanya

Puskesmas Bahu yang memiliki ruang

penampungan sementara limbah medis padat dan

belum bebas serangga serta hewan pengerat,

limbah medis di Puskesmas Paniki Bawah masih

ditempatkan sementara di ruangan baru yang

belum difungsikan. Namun, kedepannya pihak

puskesmas akan menyediakan ruang khusus

untuk penampungan limbah medis. Di

Puskesmas Minanga yang jumlah limbah

medisnya sedikit tidak menampung limbah

medis mereka, limbah medis diangkut saat akan

dimusnahkan. Namus, Puskesmas Minanga

melayani pemusnahan limbah medis padat dari

Rumah Sakit Siloam yang jumahnya reatif besar

dan ditenpatkan di dekat insenerator karena

belum memiliki ruang penampungan sementara

limbah medis padat.

4. Sistem pemusnahan limbah medis padat di

puskesmas Bahu, Puskesmas Minanga dan

Puskesmas Paniki menggunakan Insenerator

dimana dalam pengoperasiannya masih banyak

mengalami kendala teknis dan operasional yang

perlu dievaluasi dan ditindaklanjuti, di

Puskesmas Paniki Bawah dan Puskesmas

Minanga memiliki type insenerator yang sama

dimana belum mampu memusnahkan seluruh

jenis sampah medis dalam sekali pembakaran

sedangkan di Puskesmas Bahu sebelum

direlokasi mendapat protes dari masyarakat

sekitar karena dinilai mengganggu kenyamanan.

Ketiga puskesmas ini juga memiliki kendala

teknis berupa kelangkaan bahan bakar serta

kendala operasional mengenai pembiayaan yang

sifatnya masih ditanggung puskesmas secara

mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan.

Jakarta : Binarupa Aksara.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004.

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.

128/Menkes/SK/II/2004 Tentang Kebijakan

Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta :

Departemen Kesehatan RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2004.

Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas.

Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Dinas Kesehatan Kota Manado. 2010. Profil Dinas

Kesehatan Kota Manado. Manado

Mukono, H.J 2006. Prinsip dasar kesehatan

lingkungan, Airlangga University Press

Mulyani sri. 2010. Evaluasi pengelolaan kesehatan

lingkungan puskesmas poned omben kabupaten

sampang, www.pub-med.com/journal//14th

edition (online) diakses 6 maret 2012

Notoatmodjo. S. 2010. Metodologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Pruss, A., Giroult, E. & Rushbrook, P. 2005. Safe

Management of Waste from Health Care

Activities. 1st Edition. Alih Bahasa. Widyastuti,

P. Pengelolaan Aman Limbah Layanan

Kesehatan. Jakarta: EGC

Reinhardt PA, Gordon JH.1991. Infectious and

medical waste. Chelsea MI, Lewis

Pubishers. Satori, D & Komariah, A. 2010.

Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung

:Alfabeta

Sukantoro. 2010. Pengelolaan limbah klinis tajam

puskesmas kota Yogyakarta, www.pub-

Page 14: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

14

med.com/journal 23th edition(online) diakses 6

maret 2012

UN.1997.Recommendation on the transport of

dangerous goods- model regulations 10th

revised ed. New York, United Nations

WHO. 1997. Survey of hospital wastes management

in South-East Asia Region. New Delhi, World

Health Organization regional Office for South-

East Asia.

WHO.2011.Waste from Heath-care Activities

(online) diakses 27 februari 2012

WHO.1996. Healthy cities-healthy island. Guides

for manucipal solid waste management in pacific

island countries. Manila, World Health

Organization Regional Office for the Western

Pacific (Document series,no.6)

WHO. 1996. Suggested guiding principles and

practices for the sound management of hazardous

hospital wastes. Regional consultation on sound

management of hospital waste in chiang mai,

thailand, november 1996. New delhi, world health

organization regional office for south-

Page 15: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

15

Page 16: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

16

ANALISIS KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli DI PESISIR PANTAI MALALAYANG

II KOTA MANADO Sarini Marlina Paendong *, Rizky Najoan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

ABSTRAK Pantai Malalayang II adalah salah satu pantai yang banyak dikunjungi oleh wisatawan. Dengan semakin

ramainya daerah ini, maka resiko kontaminasi atau masuknya bahan pencemar seperti bakteri akan semakin

tinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan E. coli pada air laut di pesisir pantai wisata

laut Malalayang II Kota Manado saat tidak hujan dan saat hujan apakah sesuai dengan baku mutu air laut untuk

wisata bahari, serta untuk mengetahui apakah ada beda kandungan bakteri E. coli pada saat tidak hujan dan

hujan.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dimana hasil pemeriksaan kandungan E. coli

pada air laut dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari Kepmen L.H. No. 179 Tahun 2004.

Penentuan lokasi pengambilan sampel air laut bersifat purposive sampling. Pengambilan sampel dilakukan di 6

titik sepanjang jalur objek wisata pesisir pantai Malalayang II. Pemeriksaan sampel dilaksanakan di

Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BTKL-PPM) Manado.

Pemeriksaan E. coli menggunakan metode MPN Coli tinja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan bakteri E. coli yang diambil pada saat tidak hujan; tiga

dari enam sampel sudah melebihi baku mutu air laut untuk wisata bahari (>200 MPN/100ml sampel air).

Kandungan bakteri E.coli yang diambil pada saat hujan semuanya sudah melebihi 200 MPN/100 ml sampel air.

Ada beda kandungan bakteri E. coli pada saat tidak hujan dan hujan. Disarankan kepada masyarakat dan

pedagang yang berada di sekitar pantai dan aliran air sungai agar melakukan pengelolahan yang tepat untuk air

limbah, pembuangan tinja, pengelolahan sampah, agar kandungan E. coli tidak melebihi baku mutu air laut untuk

wisata bahari.

Kata Kunci : Escherichia coli, pantai Malalayang, kualitas air laut

ABSTRACT Malalayang Beach II is one of the beach that visited by many tourist. With increasingly hectic this area, the risk

of contamination or entry of contaminants such as bacteria will be higher. The purpose of this study is to determine

the content of E. coli in the coastal of Malalayang II Manado When it does not rain and when it rains they are

compatible with sea water quality standart for marine tourism and to investigate whether there are differences

bacterial content of E. coli in the absence of rain or not.

This study is an observational study in which the results of the analytical content of E.coli in sea water

compared to the sea water quality standard for marine tourism decree L.H. No 179 in 2004. Determination of sea

sampling is purposive sampling.samples were taken ar 6 points along the coastal attractions malalayang II.

Examination of samples carried out in the laboratory of engginering center for environmental healths and

communicable Disease (BTKL-PPM) Manado. Examination of E. coli Fecal coli MPN method.

The results showed that the content of the bacterium E. coli in three of six samples taken when no rain

has exceeded the quality standard sea water for marine tourism (> 200 MPN/100ml water sample). The content

of E. coli taken in the rain everything is exceeding 200 MPN/100ml water sample. There are differences in the

content of the bacterium E. coli in the absence of rain and rain. The writer suggests to the public, visitors, and

vendors who are in coastal and river water flow to avoid defecating or feces on the beach and river, doing the

right administration of the waste water, sewage treatment, so that the content of E. coli does not exceed marine

water quality standards for marine tourism.

Keywords : Escherichia coli, Malalayang Beaches, Sea water quality

Page 17: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

17

PENDAHULUAN

Wilayah pesisir dan lautan yang kaya raya dan

beragam sumber daya alamnya telah dimanfaatkan

oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber

bahan makanan utama khususnya protein hewani,

sejak berabad-abad lamanya. Kekayaan hidrokarbon

dan mineral lainya yang terdapat di wilayah ini juga

telah dimanfaatkan untuk menunjang pembangunan

ekonomi nasional. Selain menyediakan berbagai

sumber daya tersebut, wilayah pesisir Indonesia

memiliki berbagai fungsi lain seperti transportasi

dan pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan

agroindustri, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan

pemukiman dan tempat pembuangan limbah (Dahuri

dkk, 2004).

Salah satu sumber daya alam pesisir yang

dapat dimanfaatkan, yaitu menjadikan objek wisata

bahari. Berbagai jenis organisme yang ada di daerah

dapat menjadi nilai jual seperti terumbu karang,

hutan bakau, serta adanya keindahan pantai. Di saat

Indonesia mengalami masa krisis berkepanjangan,

sektor pariwisata merupakan salah satu aset negara

dalam menanggulangi masalah tersebut. Melalui

pemanfaatan dan pengembangan wilayah pesisir

bisa mendapat konstribusi yang positif yaitu

menjadikan wilayah pesisir dan laut sebagai

kawasan wisata bahari.

Berdasarkan Keputusan Menteri

Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 179

Tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk wisata

bahari, standar untuk kandungan bakteri E. coli

dalam air laut adalah 200 Most Propable Number

(MPN)/100 ml. Jadi apabila kandungannya sudah

melebihi batas yang diperbolehkan maka

mengindikasikan telah adanya pencemaran laut.

Berdasarkan penelitan yang dilakukan oleh

Sineri (2006), di perairan kota Manado yang

berlokasi di perairan pantai Tumumpa, muara sungai

Tondano, pantai belakang Mega Mall, pantai

belakang Bahu mall, muara sungai Bahu, pantai

Bahu, pantai Malalayang belakang Politeknik

Kesehatan, pantai Malalayang, diperoleh hasil

kandungan E. coli berada pada kisaran 10 MPN/100

ml – 80 MPN/100 ml. Secara umum, E. coli dapat

ditemukan mengkontaminasi hampir sebagian besar

perairan pantai kota Manado, karena terdeteksi pada

semua lokasi sampling.

Salah satu pantai yang banyak dikunjungi

oleh masyarakat, para turis domestik maupun manca

negara adalah pantai Malalayang II. Pantai

Malalayang II diminati oleh masyarakat karena

mudah dijangkau dan merupakan tempat rekreasi

pantai yang paling murah serta ditunjang oleh

pemandangan alam yang indah. Setiap hari minggu

maupun hari libur, pantai ini selalu ramai dikunjungi

masyarakat yang ingin mandi/berenang atau sekedar

duduk-duduk melihat keindahan laut.

Di sisi lain, dengan semakin ramainya

daerah ini, maka resiko kontaminasi atau masuknya

bahan pencemar seperti bakteri akan semakin tinggi.

Aktivitas manusia di sekitar pesisir laut Malalayang

seperti adanya limbah rumah tangga, maupun limbah

dari bantaran sungai juga perilaku masyarakat yang

membuang sampah ke laut dapat menyebabkan

terjadinya pencemaran mikroorganisme seperti

bakteri E. coli di perairan. Hal ini diperparah lagi

dengan wc umum yang kurang memadai di daerah

tersebut. Faktor-faktor inilah yang bisa

meningkatkan risiko kontaminasi bakteri E. coli di

pantai Malalayang II. Kandungan bakteri E.coli

yang sudah melewati baku mutu berpotensi sebagai

penyebab penyakit, maka keberadaannya berbahaya

bagi kesehatan wisatawan yang mandi/berenang di

pantai. Selain itu, dampak pencemarannya secara

langsung ataupun tidak langsung akan

mempengaruhi ekosistem perairan di pesisir laut.

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang

kandungan bakteri pada air laut khususnya pada

kawasan pesisir pantai Malalayang II, sehingga

hasilnya dapat dijadikan acuan untuk menyusun

perencanaan-perencanaan agar kestabilan ekologi

terjaga.

METEDOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional

analitik yang bertujuan untuk menganalisis

kandungan bakteri Escherichia coli di pesisir pantai

Malalayang II Kota Manado dan

membandingkannya dengan baku mutu air laut

untuk wisata bahari. Penelitian ini dilakukan di

pesisir Pantai Malalayang II, pada bulan Maret

sampai Juni 2012. Populasi dalam penelitian ini

adalah air laut di pesisir pantai Malalayang II, Kota

Manado Provinsi Sulawesi Utara. Penentuan lokasi

Page 18: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

18

pengambilan sampel air laut bersifat purposive.

Pengambilan sampel dilakukan di 6 titik. Untuk

lokasi/titik 1 diambil pada muara sungai Malalayang

II, sedangkan untuk lokasi/titik 2 sampai 6 diambil

sepanjang jalur objek wisata pantai malalayang II.

Tipe sampel yang diambil adalah sampel sesaat

(Grab Sampling). Variabel yang akan diteliti adalah

kandungan E. coli pada air laut saat tidak hujan dan

saat hujan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan sampel dilakukan pada saat tidak hujan

dan saat hujan dan dilakukan pada sore hari. Pada

setiap lokasi ditentukan titik koordinatnya melalui

alat Global Positioning System (GPS).

Tabel 1. Jumlah E. coli pada Sampel Air Laut Berdasarkan Lokasi dan Cuaca Pengambilan Sampel

Cuaca

Pengambilan

Kandungan E. coli (MPN/100ml)

TP I TP II TP III TP IV TP V TP VI

Tidak Hujan 350 94 280 0 63 280

Hujan 16000 450 450 780 450 4900

*TP=Titik Pengambilan

Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui bahwa pada

saat tidak hujan kandungan E. coli yang paling

tinggi terdapat pada TP I yaitu sebanyak 350

MPN/100ml dan paling rendah terdapat pada TP IV

yaitu 0 MPN/100 ml.

Pada saat hujan kandungan E. coli pada semua titik

pengambilan sampel sudah melewati baku mutu air

laut untuk wisata bahari karena semuanya sudah

melewati 200 MPN/100 ml.

Tabel 2. Nilai Mean, Median, Maximal, Minimal dari Kandungan E. coli Pada Sampel Berdasarkan Waktu

Pengambilan Sampel

Waktu

Pengambilan

Kandungan E. coli (MPN/100ml)

X Median Max Min SD P

Tidak Hujan 178 187 350 0 143 0,03

Hujan 3838 615 16000 450 6210

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa rata-rata nilai

kandungan E. coli pada waktu tidak hujan adalah

178 sedangkan pada waktu hujan adalah 3839. Nilai

mediannya pada waktu tidak hujan adalah 187

sedangkan pada waktu hujan adalah 615.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan

uji wilcoxon diperoleh hasil p=0,03 (p<0,05). Hasil

ini menunjukan bahwa ada perbedaan antara

kandungan E. coli pada saat tidak hujan dan hujan.

Berdasarkan hasil penelitian pada saat tidak

hujan, kandungan E. coli di tiga lokasi penelitian

sudah tidak memenuhi syarat dan di tiga lokasi

lainnya masih memenuhi syarat yang nilainya sesuai

dengan Kepmen Lingkungan Hidup Nomor 179

tahun 2004 tentang baku mutu air laut dengan

peruntukan wisata bahari. Hal ini dikarenakan lokasi

Page 19: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

19

pengambilan sampel yang pertama merupakan

muara sungai. Masyarakat yang ada di sekitar sungai

ada yang membuang sampah dan limbah rumah

tangga di sungai. Dua lokasi lainnya berada dekat

dengan saluran-saluran pembuangan dan toilet yang

ada di rumah-rumah makan. Selain itu dari

pengamatan yang dilakukan, dapat dilihat bahwa di

tempat-tempat tertentu masih ada orang maupun

hewan-hewan peliharaan yang membuang tinja di

pesisir pantai.

Berdasarkan hasil penelitian pada saat

hujan, kandungan E. coli yang ada di semua lokasi

penelitian sudah tidak memenuhi syarat karena

sudah melebihi baku mutu menurut Kepmen

lingkungan hidup nomor 179 tahun 2004 tentang

baku mutu air laut dengan peruntukan wisata bahari.

Pada saat hujan kandungan E. coli meningkat dari

saat tidak hujan. Tingginya kandungan E. coli pada

beberapa lokasi pengambilan sampel menunjukkan

kurang baiknya kualitas lingkungan akibat

perembesan air buangan atau saluran yang bocor dari

jamban ke pantai. Hal ini diperkuat dengan

pengamatan di lapangan bahwa pada umumnya

jambannya berada pada daerah tepi pantai yang

secara langsung masih dipengaruhi oleh pergerakan

masa air laut ada saat surut dan pasang. Kondisi

buruknya sanitasi dan hygiene lingkungan pesisir

pantai juga dikarenakan ada kebiasaan masyarakat

membuang tinja/feces dan sampah ke sembarang

tempat khususnya di pesisir pantai. Selain aktivitas

manusia, kotoran hewan peliharaan seperti anjing

berpotensi memberikan kontaminan E. coli di pesisir

pantai Malalayang II. Ternak anjing yang dilepaskan

begitu saja tanpa kurungan akan menjadi pemicu

sumber keberadaan bakteri di perairan karena

bakteri yang berada pada kotoran hewan tersebut

akan hanyut ke laut oleh air hujan. Aspek lain yang

dapat memberikan peningkatan terhadap jumlah

koliform dan E. coli di pantai berhubungan langsung

dengan drainage/selokan air limbah dan sungai yang

bermuara di pantai.

Ijong dan Dien (2011), telah melakukan

penelitian bakteriologis pada perairan teluk Manado

(sungai Tondano, Sario dan Bahu) dan pulau

Bunaken. Hasil penelitian menunjukan bahwa total

coliform dan E. coli yang ada di muara sungai yang

ada di pesisir teluk Manado cukup tinggi yaitu

2,4x104-1,1x106MPN/100 ml. Total coliform dan total

E. coli untuk lokasi sampling Pulau Bunaken relatif

lebih rendah dibandingkan dengan lokasi sampling

di muara sungai yang ada di pesisir Teluk Manado.

Menurut Kuswandi (2001) dalam Feliatra

(2002) bakteri fecal masuk ke perairan melalui aliran

sungai serta limpasan air hujan sehingga kelimpahan

bakteri akan semakin tinggi pada saat hujan.

Keadaan yang demikian disebabkan oleh konsentrasi

materi organik, perubahan salinitas, suhu maupun

intensitas cahaya. Ruyito dan Soeminarti (1994)

dalam Feliatra (2002) menyatakan bahwa derajat

kematian kelompok bakteri coli yang berada di

lingkungan laut makin berkurang dengan naiknya

salinitas, suhu maupun intensitas cahaya matahari.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pada

12 sampel air laut yang diambil pada saat tidak

hujan dan hujan, maka dapat disimpulkan:

1. Kandungan bakteri E. coli yang diambil pada

saat tidak hujan, tiga dari enam sampel sudah

melebihi 200 MPN/100ml sampel air, sehingga

sudah melewati baku mutu air laut untuk wisata

bahari. Tiga sampelnya masih berada di bawah

baku mutu air laut untuk wisata bahari.

2. Kandungan bakteri E. coli yang diambil pada

saat hujan semuanya sudah tidak memenuhi

syarat sesuai baku mutu air laut untuk wisata

bahari karena melebihi 200 MPN/100 ml

sampel air.

3. Terdapat perbedaan kandungan bakteri E. coli

pada saat tidak hujan dan hujan.

DAFTAR PUSTAKA

American Asosiation, 2005. Standar Methods For

the Examination of Water& Waste Water.

Contennial Edition

Anonimous. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Staf

Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. Jakarta: Binarupa Aksara.

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan

Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran.

Dahuri R, Rais J, Ginting P, Sitepu J. 2004.

Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir

dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: P.T

Pradnya Paramita.

Page 20: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu

20

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi

Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan

Perairan. Yogyakarta: Konisius.

Entjang, I. 2003. Mikobiologi& Parasitologi.

Bandung:PT Citra Aditya Bakti.

Fardias, S. 2012. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta:

Kansius

Feliatra. 2002. Sebaran Bakteri Escherichia coli di

Perairan Muara Sungai Bantan Tengah

Bengkalis Riau. (Online)

http://www.unri.ac.id/jurnal/jurnal_natur/

vol4%282%29/feliatra2.pdf, (diakses 29

Februari 2012).

Hadi, A. 2007. Prinsip Pengelolaan Pengambilan

Sampel Lingkungan. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Ijong F, Dien H. 2011. Karakteristik Bakteri

Pereduksi Merkuri (Escherichia coli)

Diisolasi dari Perairan Pantai Teluk

Manado. Manado: Jurnal Perikanan dan

Kelautan Tropis. Volume 3, No. 3

hal.103-108.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.179,

2004. Baku Mutu Air Laut Pada Wisata

Bahari. Jakarta: Menteri Lingkungan

Hidup.

Kusnoputranto, H. 1997. Air Limbah dan Ekskreta

Manusia Aspek Kesehatan Masyarakat

Dan Pengelolaannya. Jakarta: Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Mulia, R. 2005. Kesehatan Lingkungan.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Notoadmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan

Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. 2010. Metedologi Penelitian

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sineri, Y. 2006. Analisis Kandungan Bakteri

Escheriscia Coli Di Sepanjang Pantai

Kota Manado. (Tesis). Program Pasca

Sarjana Universitas Sam Ratulangi

Manado.

Supardi dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi Dalam

Pengolahan Dan Keamanan Pangan.

Bandung: Alumni.

Suyono dan Budiman. 2011. Ilmu Kesehatan

Masyarakat Dalam Konteks Kesehatan

Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Suriawiria, U. 2005. Air Dalam Kehidupan dan

Lingkungan yang Sehat. Bandung: P.T

Alumni.

Tururaja T, Mogea R. 2010. Bakteri Coliform di

Perairan Teluk Doreri, Manokwari Aspek

Pencemaran Laut dan Identifikasi

Species, (Online)

(http://www.ejournal.undip.ac.id/index.p

hp/ijms/article/download/1409/1194.)

diakses 26 Juni 2012.

Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Lingkungan.

Malang: Universitas Muhammadiyah

Malang

Wardhana, W.A. 2004. Dampak Pencemaran

Lingkungan. Jogjakarta : Andi.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN …jkesmasfkm.unsrat.ac.id/wp-content/uploads/2015/02/maret-2014.pdf · bahan pangan perlu memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu