bab iii metode penelitian a. tempat dan waktu penelitian 1. · berdasarkan ciri-ciri atau...
TRANSCRIPT
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 7 Gondang Sragen yang beralamat
di Dukuh Kebonagung, Desa Gondang, Kecamatan Gondang, Kabupaten
Sragen.Peneliti melakukan penelitian di sekolah ini dikarenakan sekolah ini
merupakan salah satu sekolah inklusi yang ada di Sragen yang cukup banyak
memiliki anak berkesulitan belajar.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2015/2016
dengan menyesuaikan materi yang akan diajarkan. Pelaksanaan penelitian ini
dibagi dalam tigatahapan, yang meliputi:
a) Tahap Persiapan
Pada tahap ini meliputi pengajuan judul, penyusunan proposal, perijinan,
penyusunan instrumen, dan validitas instrumen yang dilaksanakan pada bulan
Januari 2016 sampai dengan Februari 2016.
b) Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian meliputi pengukuran pretest, treatment, dan
pengukuran hasil posttest dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei
2016.
c) Tahap Penyelesaian
Pada tahap penyelesaian meliputi penyusunan laporan penelitian yang
dilaksankan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2016.
B. Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
eksperimen, karena dalam penelitian ini peneliti menagadakan percobaan untuk
mengetahui pengaruh penggunaan metode kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) terhadap peningkatan prestasi belajar matematika
37
materi perkalian anak kesulitan belajar melalui inklusi model kluster di SD Negeri
Gondang 7 Sragen Tahun Ajaran 2015/2016. Sugiyono (2011:109) menyatakan
bahwa, “eksperimen adalah metode penelitian yang dapat diartikan sebagai
metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu
terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”. Sanjaya (2013:87)
mengemukakan bahwa, “metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian
yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dari suatu tindakan atau perlakuan
tertentu yang sengaja dilakukan terhadap suatu kondisi tertentu”. Sedangkan
menurut Arifin (2012:68), “eksperimen merupakan cara praktis untuk
mempelajari sesuatu dengan mengubah-ubah kondisi dan mengamati pengaruhnya
terhadap hal lainnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh atau
hubungan sebab-akibat (cause and effect relationship) dengan cara
membandingkan hasil kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan dengan
kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan”. Menurut Sugiyono (2013:109)
ada empat macam bentuk desain eksperimen yaitu: pre-experimental design, true-
experimental design, factorial-experimental design, quasi experimental design.
Selanjutnya dari masing-masing desain penelitian tersebut memiliki prosedur
tersendiri.
Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan desain penelitian pre-
experimental design dengan bentuk One Group Prestest-Posttest, dimana subjek
penelitian yang dikenai pretest dan posttest adalah satu kelompok yang sama.
Pretest digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam materi dasar
perkalian sebelum diberi perlakuan (O1). Sedangkan Posttest digunakan untuk
mengukur kemampuan akhir anak dalam memahami perkalian setelah diberikan
perlakuan (O2). Pengaruh perlakuan X dapat diketahui dengan membandingkan
antara hasil O1 dan O2 dalam situasi yang terkontrol. Desain penelitian One
Group Pretest-Posttest dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel. 3.2 Desain Penelitian
Pretest Treatment Posttest
O1 X O2
Keterangan :
38
1. O1 : Tes awal (pretest) sebelum perlakuan diberikan. Kemudian hitung
rata-rata untuk menentukan prestasi awal mereka.
2. X :Treatment (perlakuan), yaitu melakukan pembelajaran dengan
metode kooperatif melalui inklusi model kluster.
3. O2 :Tes akhir (posttest) setelah diberikan perlakuan. Kemudian hitung
rata-rata untuk menentukan prestasi subjek setelah mendapat
perlakuan.
4. Bandingkan rata-rata hitung subjek antara pretest dan posttest untuk melihat
perbedaan prestasi atau pengaruh yang ditimbulkannya.
5. Gunakan tes statistik untuk melihat apakah perbedaan itu signifikan atau tidak
pada tingkat signifikan tertentu.
Penelitian dengan judul pengaruh penggunaan metode kooperatif tipe
Student Team Achievement Divisions (STAD) terhadap peningkatan prestasi
belajar matematika materi perkalian bagi anak berkesulitan belajar melalui inklusi
model kluster yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Gondang 7 mengandung
dua variabel, diantaranya yaitu:
1. Variabel Bebas (X)
Menurut Sanjaya (2013: 95), “Variabel bebas adalah kondisi atau
karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan dalam rangka untuk
menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi. Variabel
ini dilambangkan dengan variabel “X””.
Sedangkan menurut Sugiyono (2011: 61), “Variabel bebas
(independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya variabel terikat (dependent)”. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah metode kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions
(STAD).
2. Variabel Terikat (Y)
Menurut Sanjaya (2013: 95), “Variabel terikat atau tergantung
(dependent variable) adalah kondisi atau karakteristik yang berubah, yang
muncul atau yang tidak muncul ketika peneliti mengintroduksi, mengubah, dan
mengganti variabel bebas. Variabel ini dilambangkan dengan variabel “Y””.
39
Menurut Sugiyono (2011: 61) “Variabel terikat (dependent) sering
disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel
bebas”. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar matematika
materi perkalian bagi anak berkesulitan belajar melalui inklusi model kluster.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sanjaya (2013: 228) menyatakan bahwa, “Populasi adalah
keseluruhan yang menjadi target dalam menggeneralisasikan hasil penelitian”.
Sedangkan Arikunto (2006: 130) mengemukakan bahwa, “Populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa populasi yaitu keseluruhan subjek dalam wilayah lingkup
penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang ditetapkan peneliti
untuk dipelajari. Selain itu Margono (2010: 118) menyatakan bahwa, “Populasi
adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dlam suatu ruang lingkup dan
waktu yang kita tentukan”.
Sugiyono (2012: 80) menyatakan bahwa, “Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.”.
Selain itu, Sukmadinata (2006: 250) juga menjelaskan bahwa, “Populasi dalam
sebuah penelitian adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup
penelitian”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
populasi adalah keseluruhan subyek/obyek yang terdapat dalam
penelitian.Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD
Negeri Gondang 7 Sragen tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 33 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
populasi (Sugiyono, 2012:81). Sejalan dengan pendapat sebelumnya sampel
menurut Margono yaitu bagian dari populasi (2005: 121). Margono (2010:
40
120) mengemukakan bahwa, “sampel adalah sebagai bagian dari populasi”.
Selain itu menurut Arikunto (2012:131), “Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik purposive. Sugiyono (2007: 124) menjelaskan bahwa, “Purposive
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Sedangkan
menurut Arifin (2012:221), Purposive sampling adalah suatu cara pengambilan
sampel yang berdasarkan pada pertimbangan dan atau tujuan tertentu, serta
berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang sudah diketahui sebelumnya”.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Sugiyono (2011: 217) mengemukakan bahwa, teknik sampling
merupakan teknik pengambilan sampel. Teknik sampling pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua macam yaitu probability sampling dan
Nonprobability Sampling. Probability sampling merupakan teknik
pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur
(anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik sampel ini
meliputi, simple random, proportionate stratified random, disproportionate
stratified random, dan area random. Sedangkan Non-probability sampling
merupakan teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi, sampling sistematis,
sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh,
dan snowball sampling.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah tujuh
anak kesulitan belajar kelas IV SD Negeri Gondang 7 Sragen. Penetapan
subjek penelitian ini sesuai dengan asesmen akademik matematika yang telah
dilakukan. Asesmen akademik matematika adalah proses pengukuran terhadap
keterampilan matematika untuk memperoleh data tentang penguasaan
keterampilan kuantitatif maupun kualitatif (Yusuf, 2009: 80). Ciri-ciri anak
41
kesulitan belajar matematika diantaranya, 1) kesulitan proses informasi, 2)
kelemahan kemampuan membaca dan berbahasa, 3) kecemasan dalam
berhitung seperti sulit membedakan tanda-tanda dan sulit mengoperasikan
hitungan (Suparno, 2006: 56). Selain itu, subjek penelitian juga mengalami
daya pemahaman yang rendah terhadap materi perkalian dan mengalami
hambatan dalam berkonsentrasi memahami materi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data bertujuan untuk mendapatkan data yang
menjelaskan atau menjawab permasalahan peneliti secara objektif. Azwar (2013:
36) mengemukakan bahwa “Data penelitian bisa dikumpulkan baik lewat
isntrumen pengumpulan data, observasi, maupun lewat data dokumentasi. Data
yang harus dikumpulkan mungkin berupa data primer, sekunder, atau keduanya”.
Sugiyono (2011: 308) mengemukakan bahwa, “teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data”. Selain itu, informasi tidak akan kita peroleh
apabila kita tidak menggunakan alat pengumpul data.
Alat pengumpul data yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Tes
a. Pengertian Tes
Margono (2010: 170), “Tes ialah seperangkat rangsangan (stimuli)
yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban
yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka. Sedangkan menurut
Sanjaya (2013: 251) Tes adalah alat untuk mengumpulkan data tentang
keamampuan subjek penelitian dengan cara pengukuran
Arikunto (2010: 193) juga menyatakan bahwa, “Tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat
yang dimiiki oleh individu atau kelompok.
42
Selain itu menurut Arifin (2012: 226), “tes adalah suatu teknik
pengukuran yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, pernyataan, atau
serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh responden”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa tes adalah cara yang digunakan oleh seseorang untuk
mengukur kemampuan guna mengetahui kemampuan yang mereka miliki.
Tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes untuk
mengetahui kemampuan berhitung perkalian sebelum dan sesudah diberikan
intervensi dengan menggunakan metode kooperatif tipe Student Team
Achievement Divisions (STAD) terhadap peningkatan prestasi belajar
matematika materi perkalian bagi anak berkesulitan belajar melalui inklusi
model kluster.
b. Jenis-jenis Tes
Sanjaya (2013: 252) mengemukakan bahwa, “ada dua jenis tes
yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data, yakni tes standar dan tes
nonstandar. Tas standar adalah tes yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu
seperti kriteria reliabilitas dan validitas. Ini digunakan untuk mengukur
kemampuan subjek dalam menguasai sejumlah materi pembelajaran dalam
skala luas, sedangkan tes nonstandar adalah tes yang tidak diukur tingkat
reliabilitas dan validitasnya. Ini digunakan untuk melihat kemampuan
subjek dalam mencapai tujuan pelajaran dalam skala terbatas”.
Heaton dan Brown dalam Arifin (2012: 226) membagi tes menjadi
empat bagian, yaitu tes prestasi belajar (achievement test), tes penguasaan
(proficieny test), tes bakat (aptitude test), dan tes diagnostik (diagnostic test)
serta tes penempatan (placement test)
Sedangkan menurut Arifin (2012: 226) jenis-jenis tes dapat ditinjau
dari berbagai sudut pandang yaitu
Dalam bidang psikologi, tes dibagi menjadi tes intelegensia umum,
tes kemampuan khusus, tes prestasi belajar, dan tes kepribadian.
Berdasarkan jumlah peserta didik, tes prestasi belajar dibagi menjadi dua
jenis, tes kelompok dan tes perseorangan. Dilihat dari cara penyusunannya,
43
tes dibedakan menjadi tes buatan guru (teacher-made test) dan tes baku atau
tes standar (standardized test). Dilihat dari aspek kemampuan, tes dibagi
menjadi dua jenis, tes kemampuan (power test) dan tes kecepatan (speed
test). Ditinjau dari bentuk jawaban responden, tes didibagi menjadi tiga
jenis yaitu, tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan.
c. Bentuk-bentuk Tes
Margono (2010: 170) menyatakan bahwa, ada dua jenis tes yang
digunakan sebagai alat pengukur yaitu:
1) Tes lisan, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara lisan
tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari jawaban
yang diberikan secara lisan pula.
2) Tes tertulis, yaitu berupa sejumlah pertanyaan yang diajukan secara
tertulis tentang aspek-aspek yang ingin diketahui keadaannya dari
jawaban yang diberikan secara tertulis pula. Tes ini dibedakan dalam
dua bentuk berikut ini:
a) Tes essay (essay tes), yaitu tes yang menghendaki testee
memberikan jawaban dalam bentuk uraian.
b) Tes objektif, yaitu suatu tes yang disusun dimana setiap pertanyaan
tes disediakan alternatif jawaban yang dapat dipilih.
Selain itu Arifin (2009: 124) menyatakan bahwa, tes tertulis ada
dua bentuk, yaitu bentuk uraian (essay) dan bentuk (objective).
1) Tes Bentuk Uraian
a) Bentuk uraian objektif (BUO)
b) Bentuk uraian non-objektif (BUNO)
2) Tes Bentuk Objektif
a) Benar – salah (True – False, or Yes – No)
Bentuk tes benar – salah ( B – S ) adalah pernyataan yang
mengandung dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah.
b) Pilihan ganda (multiple – Choise)
44
Soal tes bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur
hasil belajar yang lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek
ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
c) Menjodohkan (matching)
Bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan
jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang
berbeda, yaitu kolom sebelah kiri menunjukkan kumpulan soal, dan
kolom sebelah kanan menunjukkan kumpulan jawaban.
d) Jawaban singkat (short answer) dan melengkapai (completion)
Kedua bentuk tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan
kalimat dan atau angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau
salah.
Bentuk tes yang digunakan pada penelitian ini adalah tes bentuk
uraian dan tes bentuk objektif dengan bentuk soal pilihan ganda (Multiple-
Choise). Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan berhitung
perkalian anak berkesulitan belajar matematika. Bentuk soal uraian dalam
penelitian ini adalah peneliti menyajikan soal perkalian kemudian siswa
menjawab dengan menguraikan jawaban dengan benar dan tepat. Sedangkan
untuk soal pilihan ganda (Multiple Choise), siswa menyilang dalam jawaban
pilihan ganda sesuai dengan jawaban yang tepat dari soal-soal perkalian
yang disajikan.
Terdapat langkah-langkah dalam menentukan soal. Soal yang
diberikan hendaknya sesuai dengan materi yang terdapat pada instrumen
yang telah ditetapkan. Sebelum membuat soal sebaiknya membuat kisi-kisi
terlebih dahulu. Kisi-kisi dalam penelitian ini sebagai dasar pengembangan
instrumen dan sesuai dengan kemampuan awal berhitung matematika.
Adapun kisi-kisi soal yang akan diujikan untuk anak berkesulitan
belajar matematika adalah sebagai berikut:
45
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal
No Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar Indikator
Jml
Soal
No
Soal
1 1. Memahami dan
menggunakan
sifat-sifat
operasi hitung
bilangan dalam
pemecahan
masalah
1.3 Melakukan
Operasi Perkalian
Siswa mampu
memahami
perkalian 1-10
4 1, 2, 3,
11
Siswa mmapu
menyelesaikan
soal tentang
perkalian 1-10
5 4, 5, 6,
12, 13
Siswa mampu
menyelesaikan
soal perkalian
yang berkaitan
dengan kehidupan
sehari-hari
6 7, 8, 9,
10, 14,
15
Jumlah soal 15
Tes yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes bentuk pilihan
ganda dan isian singkat. Jumlah tes pilihan ganda 10 butir soal sedangkan tes
bentuk isian singkat berjumlah 5 butir soal. Tes tersebut terdiri dari pretest dan
posttest. Sistem pemberian skor pada soal ini adalah :
1. Skor dalam soal :
a. soal pilihan ganda bila jawaban tepat 10, salah 0.
b. soal isian singkat bila jawaban tepat 10, salah 0. (betul semua 5 x 2).
c. maksimal skor 100
2. Nilai =
x 100
2. Observasi
a. Pengertian Observasi
Sukmadinata (2012: 220) mengemukakan bahwa “observasi atau
pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Kegiatan tersebut bisa berkenaan denngan cara guru mengajar, siswa
belajar, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan, personil
bidang kepegawaian yang sedang rapat, dsb”.
46
Sedangkan Arifin (2012: 230) menyatakan bahwa, “Observasi
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional
mengenai berbagai fenomen, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun
dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu”.
Selain itu Margono (2010: 156) mengemukakan bahwa “Observasi
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian”.
Observasi adalah kegiatan mengamati suatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera Arikunto (2010: 198)
Sedangkan menurut Sanjaya (2013: 270), “Observasi adalah teknik
pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung maupun tidak
tentang hal-hal yang diamati itu biasa gejala-gejala tingkah laku, benda-
benda hidup, ataupun benda mati.
b. Jenis-Jenis Observasi
Arifin (2012: 231) mengemukakan bahwa, obeservasi dibagi menjadi
beberapa jenis dilihat dari berbagai sudut pandang yakni:
Dilihat dari kerangka kerjanya, observasi dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu observasi berstruktur dan observasi tak berstruktur.
Sedangkan jika dilihat dari teknis pelaksanaannya, observasi dapat
ditempuh melalui tiga cara, yaitu observasi langsung, observasi tak
langsung dan observasi partisipasi
Dilihat dari persiapan maupun cara pelaksanaannnya observasi bisa
bersifat sistematis atau insidental. Jika dilihat dari sifat hubungan antara
observer dan observant, maka dapat dibedakan antara observasi partisipatif
dan observasi non-partisipatif (Sanjaya, 2013: 201)
Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi
sistematis, yaitu observer (peneliti) terlebih dahulu menyusun kerangka
yang memuat faktor-faktor yang akan diobservasi. Kegiatan observasi ini
dilakukan untuk mengetahui karakteristik siswa yang akan diberikan
perlakuan selama penelitian berlangsung.
47
3. Dokumentasi
Arifin (2012: 243) mengemukakan bahwa, “Studi dokumentasi adalah
teknik untuk mempelajari danmenganalisis bahan-bahan tertulis kantor atau
sekolah, seperti: silabus, program tahunan, program bulanan, program
mingguan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), catatan pribadi
peserta didik, buku raport, kisi-kisi, daftar nilai, lembar soal/tugas, lembar
jawaban, dan lain-lain.
Sedangkan Arikunto (2006: 200) mengemukakan bahwa, metode
dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
lengger, agenda, dan sebagainya. Dokumentasi yang digunakan untuk
memperoleh data tentang kemampuan berhitung perkalian anak berkesulitan
belajar matematika pada penelitian ini adalah data yang bersumber pada
dokumen yang sudah ada seperti di sekolah yang dapat berupa nilai rapot.
F. Teknik Uji Validitas
Arikunto (2010: 211) mengemukakan bahwa, “Validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen”. Instrumen valid berarti berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012: 122). Sedangkan
menurut Arifin (2012:246) yang menyebutkan bahwa jenis-jenis validitas
instrumen adalah sebagai berikut:
1. Validitas permukaan (face validity)
Validitas ini menggunkan kriteria yang sangat sederhana, karena
hanya melihat dari sisi muka atau tampang dari instrumen itu sendiri. Artinya,
jika suatu tes secra sepintas telah dianggap baik untuk mengungkap febomena
yang di ukur, maka tes tersebut sudah dapat dikatakan memenuhi syarat
validitas permukaan.
2. Validitas isi (centent validity)
Validitas isi sering digunakan dalam penilaian hasil belajar. Tujuan
utamanya adalah untuk mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai
pelajaran yang telah disampaikan, dan perubahan-perubahan psikologis apa
48
yang timbul pada diri peserta didik tersebut setelah mengalami proses
pembelajarn tertentu.
3. Validitas empiris (empirical validity)
Validitas ini biasanya menggunakan teknik statistik, yaitu analisis
korelasi. Hal ini disebabkan validitas empiris mencari hubungan antara skor tes
dengan kriteria tertentu yang merupakan suatu tolok ukur di luar tes yang
bersangkutan. Ada tiga macam validitas empiris, yaitu: (a) validitas prediksi,
(b) validitas kongkuren, dan (c) validitas sejenis.
4. Validitas konstruk (construct validity)
Validitas konstruk berkenaan dengan pertanyaan hingga mana suatu
tes betul-betul dapat mengobservasi dan mengukur fungsi psikologis yang
merupakan deskripsi perilaku peserta didik yang akan diukur oleh tes tersebut.
Untuk menguji validitas konstruk, dapat dilakukan dengan berbagai sumber,
antara lain validitas isi, validitas prediktiif, dan validitas konkuren.
5. Validitas faktor (factorial validity)
Dalam penilaian hasil belajar sering digunkan skala pengukuran
tentang suatu variabel yang terdiri atas beberapa faktor. Dengan demikian,
kriterium yang digunakan dalam validitas faktor ini dapat diketahui dengan
menghitung homogenitas skor setiap faktor dengan total skor, dan antara skor
dari faktor yang satu dengan skor dari faktor yang lain.
Dalam penelitian ini menggunakan validitas isi. Sugiyono (2012:
129)mengemukakan bahwa, “ validitas isi adalah membandingkan antara isi
instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan.Instrumen yang berbentuk
tes akan diuji validitasnya melalui perbandingan antara isi instrumen dengan
materi pelajaran yang diajarkan. Peneliti dalam meyusun instrumen penelitian
membandingkan soal dengan isi kurikulum dengan membuat kisi-kisi soal.
Instrumen penelitian disusun berdasarkan kisi-kisi soal tentang matematika materi
perkalian, kemudian instrumen diujikan kepada ahli untuk mengetahui validitas
instrumen yang akan diujikan. Instrumen tes ini terdiri dari 10 butir soal pilihan
ganda dan 5 butir soal isian singkat untuk mengukur kemampuan siswa pada
49
pretest (sebelum siswa diberikan perlakuan), dan untuk mengukur kemampuan
siswa pada posttest (setelah diberikan perlakuan).
Alasan mengapa peneliti menggunakan validitas isi, sebagai berikut :
1. Validitas isi cocok digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai
materi pelajaran setelah mengalami proses pembelajaran tertantu.
2. Kevalidan instrumen ditentukan berdasarkan pertimbangan ahli, sehingga
dapat memberikan pertimbangan item-item dalam tes telah mencakup
keseluruhan aspek yang diukur.
Para ahli yang terlibat dalam penyusunan instrumen ini adalah ahli
matematika, ahli pengukuran psikologi dan guru kelas sehingga tingkat validitas
instrumen dapat diakui.
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan untuk menguji
hipotesis yang peneliti ajukan tentang pengaruh metode kooperatif terhadap
prestasi belajar matematika materi perkalian anak kesulitan belajar matematika
melalui inklusi model kluster adalah dengan menggunakan analisis kuantitatif.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik non parametrik yaitu analisis
tes ranking bertanda (wilcoxon Sign Rank Test).
Alasan peneliti menggunakan anailsis ini antara lain:
1. Data yang diperoleh berwujud angka.
2. Dengan analisis statistik hasil pengolahan data akan bersifat objektif.
3. Dengan metode statistik dapat memberi keputusan secara pasti tentang
“Pengaruh penggunaan metode kooperatif tipe Student Team
achievement Divisions (STAD) terhadap peningkatan prestasi belajar
matematika materi perkalian bagi anak kesulitan belajar melalui
inklusi model kluster”.
Sebagai teknik analisis data hasil penelitian ini digunakan teknik analisis
secara kuantitatif. Teknik analisis data kuantitatif dalam penelitian ini digunakan
analisis non parametrik uji tes rangking bertanda Wilcoxon yang bersimbol T.
Alasan penulis menggunakan teknik analisis ini adalah:
50
1. Teknik ini cocok untuk mengkaji hipotesis tentang perbedaan dari dua
variabel yang datanya berhubungan dan tidak bebas. Dalam penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode kooperatif terhadap
prestasi belajar matematika materi perkalian anak kesulitan belajar
matematika melalui inklusi model kluster.
2. Adanya kesesuaian jenis data, dimana variabel bebas merupakan data
nominal dan data terikat merupakan data ordinal.
3. Adanya kesesuaian dengan jenis eksperimen yaitu menggunakan
pretest dan posttest. Dimana pengaruh perlakuan diukur dari
perbedaan antara pengukuran awal dan pengukuran akhir.
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Merumuskan Hipotesis
a. Ho : Tx = Ty (tidak ada pengaruh penggunaan metode kooperatif
tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) terhadap
peningkatan prestasi belajar matematika materi perkalian bagi
anak berkesulitan belajar matematika melalui inklusi model
kluster di SD Negeri Gondang 7 Sragen tahun ajaran 2015/2016)
b. Ha : Tx> Ty (ada pengaruh penggunaan metode kooperatif tipe
Student Team Achievement Divisions (STAD) terhadap
peningkatan prestasi belajar matematika materi perkalian bagi
anak berkesulitan belajar matematika melalui inklusi model
kluster di SD Negeri Gondang 7 Sragen tahun ajaran 2015/2016)
2. Memilih Taraf Signifikan (£)
Taraf signifikan yang digunakan adalah 5%
3. Penentuan Statistik Uji
a. Mencari selisih dari dua variabel yaitu X1 dan X2.
b. Merangking selisih nilai X1 dan X2 (dalam rangking tidak
memperhatikan tanda minus atau plus dari nilai rangking tersebut.
c. Memilahkan nilai rangking yang lebih kecil frekuensinya
sebagian tanda T.
51
4. Keputusan Uji
a. Jika T0> T1 maka H0 ditolak dan Ha diterima, oleh karena itu
hipotesis yang menyatakan ada pengaruh penggunaan metode
koopertif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)
terhadap peningkatan prestasi belajar matematika materi perkalian
bagi anak berkesulitan belajar matematika melalui inklusi model
kluster di SD Negeri Gondang 7 Sragen tahun ajaran 2015/2016
dapat dierima kebenarannya.
Jika T0 <T1 maka H0 diterima dan Ha ditolak, oleh karena itu hipotesis
yang menyatakan ada pengaruh metode kooperatif terhadap prestasi belajar
matematika materi perkalilan anak kesulitan belajar matematika melalui inklusi
model kluster tidak dapat diterima kebenarannya.
H. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian pengaruh penggunaan metode kooperatif
tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) terhadap peningkatan prestasi
belajar matematika materi perkalian bagi anak berkesulitan belajar melalui inklusi
model kluster yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Gondang 7 Sragen
meliputi, tahap persiapan, tahap perencanaan, tahap observasi,tahap pelaksanaan
dan tahap evaluasi, serta tahap analisis dan tahap tindak lanjutan, tahap
perencanaan,tahap perlakuan, dan tahap analisis data. Secara terperinci dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian
Perijinan Persiapan Validitas Pretest
Treatment Posttest Analisis Data Pelaporan
Hasil
52
1. Melakukan pengurusan perijinan kepada pihak sekolah yaitu SD Negeri
Gondang 7 Sragen.
2. Persiapan instrument, setelah mendapatkan ijin dari pihak yang sekolah
selanjutnya mempersiapakan instrumen yang akan digunakan pada penelitian.
3. Validitas instrument, setelah mempersiapkan instrumen selanjutnya menguji
validitas instrument sebelum melakukan penelitian.
4. Pengukuran pretest, pengukuran awal prestasi belajar matematika materi
perkalian sebelum diberikan intervensi yaitu metode kooperatif tipe Student
Team Achievement Divisions (STAD) melalui inklusi model kluster.
5. Treatment, setelah mengetahui kemampuan awal anak melalui
pretestselanjutnya pemberian treatment berupa metode kooperatif tipe Student
Team Achievement Divisions (STAD) melalui inklusi model kluster.
6. Pengkuran hasil treatment, setelah pemberian treatment selanjutnya anak akan
diberikan tes untuk mengetahui hasil treatment yang dilakukan.
7. Analisis data, setelah memberikan tes sebelum dan tes sesudah treatment
maka selanjutnya adalah analisis data dengan cara membandingkan nilai hasil
tes sebelum diberikan treatment dengan nilai hasil tes sesudah diberikan
treatment.
8. Pelaporan hasil, setelah analisis data prosedur yang terakhir adalah pelaporan
hasil penelitian yang telah dilaksanakan.