hubungan antara pemanfaatan perpustakaan dan …/hubungan... · kelas viii smp negeri 3 doplang...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN DAN MINAT PADA PELAJARAN SEJARAH DENGAN
PEMAHAMAN NILAI KESEJARAHAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 DOPLANG
TAHUN AJARAN 2008/2009
Skripsi Oleh:
Titis kuncoro wati K.4405035
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2009
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan selalu menjadi sorotan dan topik yang menarik sampai saat
ini bagi semua kalangan. Hal ini tidak terlepas dari kepentingan masing – masing
pihak yang mempunyai pandangan yang berlainan mengenai arti pentingnya
pendidikan. Pendidikan juga dipandang sebagai hak individu dan keharusan bagi
negara untuk menyelenggarakannya. Hak atas pendidikan di Indonesia diatur
dalam Undang – Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yang menyatakan bahwa
“Tiap – tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Arti penting
pendidikan didasarkan pada pertimbangan tentang faedah bagi bangsa dan negara.
Pendidikan tidak hanya menyampaikan pengetahuan untuk keperluan sehari –
hari, tetapi lebih dari itu yaitu untuk mengembangkan potensi secara optimal,
sehingga dengan pendidikan diharapkan siswa dapat menggunakan keadaan
sekarang untuk mengantisipasi dan memprediksi kemungkinan di waktu yang
akan datang.
Perubahan di suatu negara sebagian besar ditentukan oleh perkembangan
pendidikan. Ini berarti bahwa pendidikan mempunyai peranan besar dalam
menciptakan masa depan bangsa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:
232) “Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan”. Mengingat pentingnya pendidikan ini, maka negara Indonesia
selalu berusaha meningkatkan pembangunan di bidang pendidikan. Pesatnya
perubahan zaman tersebut menuntut adanya tenaga – tenaga terdidik dan terlatih
serta memiliki keahlian dengan kemampuan yang dapat diandalkan untuk
mengejar dan mengiringi perkembangan ilmu pengetahuan.
Pendidikan mempunyai tanggung jawab yang besar dan menjadi
tumpuan harapan bangsa. Dari pendidikan akan lahir manusia – manusia yang
berkualitas. Perwujudan masyarakat berkualitas tersebut menjadi tanggung jawab
pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subyek yang
1
semakin berperan yang menunjukkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif
dan mandiri serta profesional pada bidangnya masing – masing. Dalam Undang –
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS sebagai
dasar pelaksanaan pendidikan di Indonesia dicantumkan dalam Bab II Pasal 3
bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal (sekolah),
pendidikan informal (keluarga), dan pendidikan nonformal (lingkungan).
Pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah
melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan.
Sekolah memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk mengembangkan
kemampuan – kemampuan dirinya yang masih bersifat potensial, sehingga
bermanfaat untuk kepentingan hidupnya sebagai individu maupun sebagai warga
negara.
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pendidikan antara
lain buku-buku pendidikan, laboratorium, alat-alat peraga dan perpustakaan. Hal
ini sesuai dengan isi Bab XII pasal 45 Undang – Undang SISDIKNAS Nomor 23
Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa “Setiap satuan pendidikan formal dan
nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan
pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik,
kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”. Salah satu
sarana prasarana yang paling penting dan harus ada di sekolahan adalah
perpustakaan. Perpustakaan merupakan salah satu sumber belajar yang amat
penting yang memungkinkan tenaga kependidikan serta peserta didik memperoleh
kesempatan untuk memperluas dan memperoleh pengetahuan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Lasa Hs (2007: 13) yang menyatakan bahwa “Keberadaaan
perpustakaan sekolah diharapakan berfungsi sebagai media pendidikan, tempat
belajar, penelitian sederhana, pemanfaatan teknologi informasi, kelas alternatif,
dan sumber informasi”. Dengan adanya perpustakaan diharapkan tujuan
pendidikan dapat tercapai. Seperti yang diungkapkan oleh Sulistyo Basuki (1991:
51) bahwa “Tujuan khusus perpustakaan sekolah ialah membantu sekolah
mencapai tujuannya sesuai dengan kebijakan sekolah tempat perpustakaan
tersebut bernaung”.
Perpustakaan mempunyai peran yang sangat besar karena dalam
perpustakaan tersimpan buku – buku dan bahan pustaka lain yang dapat
membantu peserta didik dan tenaga kependidikan dalam proses belajar mengajar.
Ibrahim Bafadal (1992: 3) menyatakan bahwa “Perpustakaan tidak hanya sebagai
tumpukan buku tanpa ada gunanya, tetapi secara prinsip, perpustakaan harus dapat
dijadikan atau berfungsi sebagai sumber informasi bagi setiap yang
membutuhkan”. Peserta didik yang tidak mempunyai buku – buku pegangan
pelajaran dapat memanfaatkan perpustakaan sekolah. Buku – buku dan bahan
pustaka lain dapat dijadikan sumber informasi yang diperlukan untuk menambah
wawasan dan pengetahuan. Peserta didik dapat memanfaatkan buku – buku yang
tersedia di perpustakaan, sehingga buku – buku yang tersedia tidak hanya
dijadikan pajangan atau hiasan. Guru dapat memberikan tugas kepada siswa yang
mengarah kepada pencarian hal – hal yang baru yang dapat diperoleh di
perpustakaan utamanya dalam pelajaran sejarah.
Di sekolah diajarkan beberapa mata pelajaran, dan siswa biasanya
mempunyai kecenderungan untuk menyukai atau mempunyai minat terhadap
salah satu atau beberapa mata pelajaran. Mata pelajaran sejarah adalah salah satu
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Meskipun pelajaran sejarah secara
umum adalah golongan pelajaran yang terpinggirkan, tetapi tidak menutup
kemungkinan ada siswa yang menyukai atau mempunyai minat pada pelajaran
sejarah. Minat merupakan salah satu faktor yang kuat dalam menetukan
keberhasilan seseorang. Muhibbin Syah (1995: 136) menyatakan bahwa “Minat
dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang –
bidang studi tertentu”. Dalam hal ini siswa yang mempunyai minat pada
pelajaran sejarah akan sungguh – sungguh dalam mengikuti proses belajar
mengajar di sekolah. Ia akan berusaha sebaik mungkin agar mendapatkan hasil
yang optimal dalam pelajaran sejarah.
Minat pada pelajaran sejarah yang ada pada diri siswa akan mendorong
siswa tersebut untuk mencari informasi lebih jauh mengenai hal – hal yang
berhubungan dengan peristiwa sejarah. Dengan mengetahui peristiwa – peristiwa
yang telah terjadi siswa akan mudah untuk memahami nilai – nilai yang
terkandung di dalam peristiwa sejarah. Hal ini mendorong siswa mempunyai
kepekaan terhadap hal – hal yang terjadi di sekitarnya dan mengambil hikmah dari
peristiwa yang terjadi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Wang Gungwu
dalam Dudung Abdurrahman (2007: 15) bahwa :
“Sejarah memiliki beberapa kegunaan. Pertama, untuk melestarikan identitas kelompok dan memperkuat daya tahan kelompok itu guna kelangsungan hidup. Kedua, untuk mengambil pelajaran dan teladan dari contoh – contoh di masa lalu sehingga memberikan azas manfaat secara lebih khusus demi kelangsungan hidup. Ketiga, sebagai sarana pemahaman mengenai makna hidup dan mati”.
Berdasarakan uraian diatas, dapat dikatakan bahwa pemanfaatan sarana
dan prasarana yang ada di sekolah utamanya perpustakaan sangatlah penting
karena dapat menunjang keberhasilan belajar siswa khususnya dalam pelajaran
sejarah. Jika siswa mempunyai minat pada pelajaran sejarah, maka siswa tersebut
akan mudah untuk memahami nilai-nilai yang ada dalam peristiwa sejarah, yang
mana nilai – nilai tersebut sangat penting bagi kehidupan siswa itu sendiri baik
kehidupan di rumah, lingkungan tempat tinggalnya maupun di sekolah. Dengan
memahami nilai – nilai kesejarahan, siswa menjadi peka terhadap kejadian –
kejadian yang sedang berlangsung di sekitarnya dan dapat mengambil hikmah
atau pelajaran dari setiap peristiwa penting yang ada. Melihat hal tersebut maka
dilakukanlah suatu penelitian yang berjudul “HUBUNGAN ANTARA
PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN DAN MINAT PADA PELAJARAN
SEJARAH DENGAN PEMAHAMAN NILAI KESEJARAHAN SISWA KELAS
VIII SMP NEGERI 3 DOPLANG TAHUN AJARAN 2008/2009”.
B. Identifikasi Masalah
Adapun permasalahan yang diidentifikasikan berkaitan dengan latar
belakang masalah yang telah diuraikan diatas adalah sebagai berikut :
1. Pemanfaatan perpustakaan dalam proses belajar mengajar sangat penting,
karena siswa dapat memanfaatkan perpustakaan untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan. Apakah siswa menyadari pentingnya pemanfaatan
perpustakaan untuk memperoleh informasi ?
2. Buku – buku di perpustakaan bisa dimanfaatkan siswa untuk memperdalam
pengetahuan, ataupun mencari informasi yang berhubungan dengan pelajaran
yang belum dipahaminya. Apakah siswa sering memanfaatkan buku – buku
yang ada di perpustakaan ?
3. Apakah pemanfaatan perpustakaan akan mempengaruhi minat pada pelajaran
sejarah siswa ?
4. Apakah minat pada pelajaran sejarah akan mempengaruhi pemahaman nilai
kesejarahan siswa ?
5. Apakah siswa sadar akan pentingnya pemahaman nilai kesejarahan ?
6. Apakah terdapat hubungan antara pemanfaatan perpustakaan dan minat pada
pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa kelas VIII SMP
Negeri 3 Doplang ?
C. Pembatasan Masalah
Agar suatu masalah dapat dikaji ssecara mendalam, maka perlu adanya
pembatasan masalah. Hal ini dilakukan agar masalah yang dikaji menjadi jelas
dan dapat mengarahkan perhatian dengan tepat, karena apabila suatu masalah
terlalu luas maka akan menyulitkan untuk dikaji dan diteliti secara mendalam.
Untuk memudahkannya maka masalah tersebut harus dibatasi terlebih dahulu
sehingga dalam pemecahannya dapat dilakukan secara jelas dan terarah.
Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan keterbatasan dari peneliti,
maka permasalahan dibatasi pada hubungan antara pemanfaatan perpustakaan,
minat pada pelajaran sejarah, dan pemahaman nilai kesejarahan siswa. Untuk
memperjelas masalah tersebut, akan diuraikan satu persatu sebagai berikut :
1. Pemanfaatan perpustakaan adalah tingkat pemanfaatan perpustakaan oleh
siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang tahun ajaran 2008/2009 sebagai
sarana terpenting dalam proses balajar mengajar di sekolah.
2. Minat pada pelajaran sejarah adalah minat siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Doplang tahun ajaran 2008/2009 pada mata pelajaran sejarah sebagai salah
satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
3. Pemahaman nilai kesejarahan adalah pemahaman siswa kelas VIII SMP
Negeri 3 Doplang tahun ajaran 2008/2009 terhadap nilai – nilai yang
terkandung dalam peristiwa – peristiwa sejarah yang sudah terjadi, sehingga
siswa dapat memetik pelajaran dari peristiwa – peristiwa tersebut.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka perumusan masalah
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan dengan
Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang
Tahun Ajaran 2008/2009?
2. Apakah terdapat hubungan antara Minat pada Pelajaran Sejarah dengan
Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang
Tahun Ajaran 2008/2009 ?
3. Apakah terdapat hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan dan Minat pada
Pelajaran Sejarah secara bersama – sama dengan Pemahaman Nilai
Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran
2008/2009 ?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan dan
Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang
Tahun Ajaran 2008/2009.
2. Untuk mengetahui hubungan antara Minat pada Pelajaran Sejarah dan
Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang
Tahun Ajaran 2008/2009.
3. Untuk mengetahui hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan dan Minat
pada Pelajaran Sejarah secara bersama – sama dengan Pemahaman Nilai
Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran
2008/2009.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis :
a) Memberikan tambahan pengetahuan ilmu sejarah, khususnya yang
berkaitan dengan topik : Pemanfaatan Perpustakaan dan Minat Pada
Pelajaran Sejarah dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan.
b) Dengan penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
2. Manfaat Praktis :
a) Untuk memberikan bahan masukan dan sumbangan kepada pihak
terkait, agar dapat dipergunakan sebagai bahan pengalaman pada
umumnya.
b) Sebagai titik tolak untuk melaksanakan penelitian sejenis secara
mendalam.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Perpustakaan
a. Perpustakaan
Menurut kaidah Bahasa Indonesia, kata perpustakaan terbentuk dari kata
dasar “pustaka”, mendapat awalan “per” dan akhiran “an”. Poerwodarminto
(1987: 782) mengartikan kata “pustaka” sebagai “buku atau kitab”, sehingga
“Perpustakaan” dapat diartikan sebagai “kumpulan buku-buku atau bacaan”.
Pengertian lain dikemukakan oleh Sulistyo Basuki (1991: 3) bahwa
“Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah ruangan, atau gedung itu
sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang
biasanya menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk
dijual”. Pengertian terbitan adalah mencakup majalah, koran, laporan, naskah dan
lain sebagainya yang dapat dijadikan sebagai sumber informasi.
Muljani A. Nurhadi (1983: 4) mendefinisikan “Perpustakaan adalah
suatu unit kerja yang merupakan tempat mengumpulkan, menyimpan dan
memelihara koleksi bahan pustaka yang dikelola secara tertentu, untuk
dipergunakan secara kontinyu oleh pemakainya sebagai sumber informasi”.
Sebagai unit kerja, perpustakaan harus mempunyai komponen – komponen yang
mendukung pelaksanaan program perpustakaan, antara lain adanya petugas,
sarana dan biaya. Petugas perpustakaan merupakan pengelola agar perpustakaan
dapat berjalan dinamis, sarana yang diperlukan untuk kelengkapan fisik dalam
menyediakan koleksi bahan pustaka, sedangkan biaya dipergunakan untuk
mencukupi seluruh komponen yang diperlukan dalam perpustakaan.
Istilah koleksi bahan pustaka dipergunakan untuk menunjukkan bahwa
yang disimpan dan dipelihara bukan hanya buku, tetapi juga semua bahan yang
memuat informasi. Koleksi yang sudah ada perlu diatur, dikelola, disusun dan
diorganisasi secara sistematis agar buku dan bahan pustaka yang dikehendaki
mudah ditemukan secara cepat dan tepat sewaktu – waktu dibutuhkan. Menurut
8
pendapat Soeatminah (1992: 35) “Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang
ada di sekolah sebagai sarana pendidikan untuk menunjang pencapaian tujuan
pendidikan pra sekolah, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.
Perpustakaan sekolah adalah kumpulan bahan pustaka, baik berupa buku – buku
maupun bukan buku (non book materials) yang diorganisasi secara sistematis
dalam suatu ruang sehingga dapat membantu murid – murid dan guru – guru
dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa keberadaan perpustakaan
sekolah bertujuan untuk memberi pelayanan kepada sekolah, khususnya bagi para
siswa dan guru agar kegiatan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
lancar. Oleh sebab itu bahan – bahan perpustakaan yang ada di sekolah
disesuaikan dengan tujuan tersebut. Dalam hal ini peranan perpustakaan sekolah
sangat penting karena dapat menyumbangkan bantuan yang besar sekali
manfaatnya dalam menunjang proses pendidikan. Dengan demikian dapat diambil
kesimpulan bahwa perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada di
lingkungan sekolah yang menyediakan bahan – bahan pustaka yang berupa buku
maupun bukan buku yang diorganisasi secara sistematis dalam suatu ruangan
sehingga dapat dimanfaatkan oleh para siswa dan guru dalam proses belajar
mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang optimal.
b. Ciri – ciri Perpustakaan Sekolah
Menurut Ibrahim Bafadal (2001: 2) ciri – ciri perpustakaan sekolah
adalah sebagai berikut :
1) Perpustakaan itu suatu unit kerja. Adanya perpustakaan tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu.
2) Perpustakaan mengelola sejumlah bahan pustaka. Di perpustakaan disediakan sejumlah bahan pustaka. Bahan pustaka bukan hanya berupa buku – buku, tetapi juga bukan berupa buku (non book materials). Bahan – bahan pustaka tersebut tidak hanya disusun dan disimpan tetapi dikelola sebaik – baiknya menurut aturan tertentu.
3) Perpustakaan harus digunakan oleh pemakai. Tujuan pengelolaan atau pengaturan bahan – bahan pustaka tidak lain adalah agar dapat digunakan dengan sebaik – baiknya oleh pemakainya. Lebih lanjut lagi adalah bagaimana agar dengan pengaturan tersebut
dapat membangkitkan minat setiap pemakai untuk selalu mengunjungi perpustakaan.
4) Perpustakaan sebagai sumber informasi. Perpustakaan tidak hanya sebagai tumpukan buku tanpa ada gunanya, tetapi secara prinsip perpustakaan harus dapat dijadikan atau berfungsi sebagai sumber informasi bagi setiap yang membutuhkan. Dengan kata lain, tumpukan buku yang dikelola dengan baik itu bisa dikatakan sebagai perpustakaan apabila dapat memberikan informasi bagi setiap yang memerlukan.
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat bahwa perpustakaan sekolah
merupakan suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang
mengelola bahan – bahan pustaka, baik berupa buku maupun bukan berupa buku
(non book material) yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu
sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh setiap pemakainya.
c. Fungsi Perpustakaan Sekolah
Fungsi perpustakaan sekolah merupakan suatu tugas atau jabatan yang
harus di lakukan di dalam perpustakaan tersbut. Menurut Ibrahim Bafadal (2001:
6) fungsi perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut :
1) Fungsi edukatif. Di dalam perpustakaan sekolah disediakan buku – buku baik buku – buku fiksi maupun non fiksi. Selain itu di dalam perpustakaan sekolah tersedia buku – buku yang sebagian besar pengadaanya disesuaikan dengan kurikulum sekolah. Hal ini dapat menunjang penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
2) Fungsi informatif. Perpustakaan yang sudah maju tidak hanya menyediakan bahan – bahan pustaka berupa buku – buku, tetapi juga menyediakan yang bukan berupa buku (non book material). Semua ini akan memberikan informasi atau keterangan yang diperlukan oleh murid – murid.
3) Fungsi tanggung jawab administratif. Setiap murid yang akan masuk ke perpustakaan sekolah harus menunjukkan kartu anggota atau kartu pelajar, tidak diperbolehkan membawa tas, tidak mengganggu teman – temannya yang sedang belajar. Apabila ada murid yang terlambat mengembalikan buku pinjamannya didenda, dan apabila ada murid yang menghilangkan buku pinjamannya harus menggantinya, baik dengan cara dibelikan di toko, maupun difotokopikan. Semua ini mendidik murid – murid ke arah tanggung jawab, juga membiasakan murid – murid bersikap dan bertindak secara administratif.
4) Fungsi riset. Adanya bahan pustaka yang lengkap, murid –murid dan guru – guru dapat melakukan riset, yaitu mengumpulkan data atau keterangan – keterangan yang diperlukan.
5) Fungsi rekreatif. Adanya perpustakaan sekolah dapat berfungsi rekreatif. Ini tidak berarti bahwa secara fisik pergi mengunjungi tempat – tempat tertentu, tetapi secara psikologisnya. Selain itu, fungsi rekreatif berarti bahwa perpustakaan sekolah dapat dijadikan sebagai tempat mengisi waktu luang seperti pada waktu istirahat, dengan membaca buku – buku cerita, novel, roman, majalah, surat kabar, dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian – pengertian di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa fungsi perpustakaan sekolah adalah sebagai pusat belajar bagi
para siswa. Hal ini tampak pada kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada setiap
kunjungannya di perpustakaan sekolah. Siswa bertujuan untuk belajar berbagai
hal yang berhubungan langsung dengan mata pelajaran yang diberikan di sekolah.
Selain itu para siswa dapat berlatih menelusuri koleksi buku – buku perpustakaan
sekolah, mencari informasi maupun hanya sekedar rekreatif untuk mengisi waktu
senggangnya.
d. Ruang Perpustakaan Sekolah
Tempat yang disediakan untuk perpustakaan harus terpisah dari aktivitas
lain. Membaca dan belajar memerlukan konsentrasi dan ketenangan, oleh karena
itu letak ruang pepustakaan sekolah sebaiknya tidak terlalu berdekatan dengan
ruang pendidikan jasmani atau ruang musik. Dalam mendirikan gedung
perpustakaan sekolah harus mempertimbangkan dengan cermat tentang lokasi,
untuk itu ada beberapa asas atau pedoman yang perlu diperhatikan pada waktu
mendirikan gedung perpustakaan sekolah, atau dalam memilih salah satu ruangan
untuk kepentingan perpustakaan sekolah.
Menurut Ibrahim Bafadal (2001: 152) asas atau pedoman dalam memilih
ruang untuk kepentingan perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut :
1) Fungsi utama perpustakaan sekolah adalah sebagai sumber belajar. Keberadaannya berhubungan langsung dengan proses belajar mengajar di kelas. Oleh karena itu gedung atau ruang perpustakaan sekolah berdekatan dengan kelas – kelas yang ada.
2) Gedung perpustakaan sekolah sebaiknya tidak jauh dari tempat parkir. Asas ini perlu dipertimbangkan, khususnya pada sekolah – sekolah yang luas sekali, dan lebih – lebih melayani pengunjung pada sore hari.
3) Gedung atau ruang perpustakaan sekolah sebaiknya jauh dari kebisingan yang sekiranya mengganggu ketenangan murid – murid yang sedang belajar di perpustakaan sekolah.
4) Gedung atau ruang perpustakaan sekolah sebaiknya mudah dicapai kendaraan yang akan mengangkut buku – buku.
5) Gedung atau ruang perpustakaan sekolah harus aman, baik dari bahaya kebakaran, kebanjiran maupun dari pencurian.
6) Gedung atau ruang perpustakaan sekolah sebaiknya ditempatkan di lokasi yang kemungkinannya mudah diperluas pada masa yang akan datang.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang perpustakaan
sekolah sebaiknya berpedoman pada asas – asas tersebut, sehingga dapat
menunjang proses belajar mengajar yang baik dan para siswa maupun guru dapat
merasakan kenyamanan selama menggunakan ruang perpustakaan sekolah. Tata
ruang perpustakaan diatur secara sistematis oleh para petugas perpustakaan,
penataan ruang perpustakaan sekolah memiliki beberapa manfaat yang harus
dicapai. Manfaat tersebut menjadi pedoman atau bahan pertimbangan pada setiap
aktivitas penataan ruang. Manfaat – manfaat yang diharapkan melalui penataan
ruang perpustakaan sekolah menurut Ibrahim Bafadal (2001: 170) adalah sebagai
berikut :
1) Dapat menciptakan suasana aman, nyaman dan menyenangkan untuk belajar bagi murid, guru maupun pengunjung lain.
2) Mempermudah murid, guru dan pengunjung lain dalam mencari bahan – bahan pustaka yang diinginkan.
3) Petugas perpustakaan sekolah mudah memproses bahan pustaka, memberikan layanan dan melakukan pengawasan.
4) Bahan – bahan pustaka aman dari segala sesuatu yang merusaknya. 5) Memudahkan petugas perpustakaan sekolah dalam melakukan
perawatan terhadap semua perlengkapan perpustakaan sekolah.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam
penataan ruang perpustakaan sekolah penting untuk memperhatikan sistem
pelayanan perpustakaan yang digunakan. Tujuan yang hendak dicapai dengan
adanya penataan ruang perpustakaan sekolah yang memperhatikan sistem
pelayanan yang digunakan untuk memperlancar proses pekerjaan – pekerjaan
yang dikerjakan oleh petugas perpustakaan sekolah, dan untuk menciptakan
suasana yang menyenangkan bagi murid – murid, guru – guru dan pengunjung
lainnya.
e. Bahan Pustaka
Agar dapat melaksanakan proses belajar mengajar yang dinamis,
perpustakaan sekolah diharapkan menjadi pusat pelayanan yang menyuguhkan
bahan pustaka yang dipilih dengan seksama mengenai semua mata pelajaran dan
tingkat kemampuan membaca. Isi perpustakaan sekolah mencakup bukan hanya
buku – buku saja, tetapi juga pamflet, gambar – gambar, surat kabar, slide film,
globe, peta, tape dan bahan – bahan audio visual lainnya.
Menurut Ibrahim Bafadal (2001: 27) jenis bahan pustaka bisa ditinjau
dari bentuk fisiknya dan dari isinya, yang meliputi :
1) Ditinjau dari bentuk fisik, bahan – bahan pustaka dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : a) Bahan – bahan pustaka berupa buku – buku, seperti buku tentang
psikologi, buku bahasa Indonesia, buku – buku tentang ilmu pengetahuan sosial, buku tentang agama, buku tentang ilmu pengetahuan alam.
b) Bahan – bahan pustaka bukan berupa buku, seperti surat kabar, majalah, peta, globe, piringan hitam. Bahan – bahan pustaka yang bukan berupa buku ini dapat dibagi lagi mejadi dua kelompok, yaitu sebagai berikut :
(1) Bahan – bahan tertulis, seperti surat kabar, majalah, brosur, laporan, karangan – karangan, kliping.
(2) Bahan – bahan berupa alat pengajaran, seperti piringan hitam, radio, tape recorder, film slide projector, film strip projector.
2) Ditinjau dari isinya, bahan – bahan pustaka dapat dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu sebagai berikut : a) Bahan – bahan pustaka yang isinya fiksi, atau disebut buku – buku
fiksi, seperti buku cerita anak – anak, cerpen, novel. b) Bahan – bahan pustaka yang isinya non fiksi, atau disebut buku –
buku non fiksi, seperti buku referensi, kamus, biografi, ensiklopedi, majalah dan surat kabar.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dari
bahan pustaka adalah kumpulan sumber informasi baik yang berupa buku maupun
bukan buku, buku fiksi maupun buku non fiksi yang menunjang kegiatan belajar
mengajar dan memberikan pengetahuan umum yang sesuai dengan tingkat
kecerdasan, kemampuan membaca dan perkembangan jiwa siswa dan tuntutan
profesi guru.
f. Pustakawan
Pustakawan adalah orang yang ahli di bidang kepustakaan. Untuk
mengelola perpustakaan sekolah dibutuhkan orang – orang yang mampu
mengelola perpustakaan dengan baik, petugas yang profesional, mengetahui
tujuan, memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang organisasi, administrasi
dan pekerjaan yang bersifat teknis perpustakaan.
Menurut Soeatminah (1992: 132) persyaratan pustakawan yang
profesional adalah sebagai berikut :
1) Memiliki kemampuan dan kemauan untuk melayani orang lain dengan ramah, sopan dan tekun.
2) Berpenampilan menyenangkan sehingga orang tidak segan bertanya atau minta tolong.
3) Pandai bergaul sehingga orang merasa diperhatikan. 4) Memiliki pengetahuan umum yang luas sehingga dapat diajak bicara
mengenai berbagai macam topik dan lain – lain.
Menurut Irawati Singarimbun(1982: 47) sistem pelayanan perpustakaan
ada dua macam :
1) Sistem tertutup. Pada sistem tertutup, pembaca tidak dapat langsung ke rak buku. Dia hanya dapat mengetahui koleksi melalui katalog. Bila ada yang diinginkan, maka nomor buku dicatat dan diberikan kepada petugas. Petugas yang akan mengambilkannya dari rak.
2) Sistem terbuka. Pada sistem terbuka, pembaca dapat langsung ke rak buku. Sistem ini sangat menguntungkan bagi pembaca, tetapi bagi perpustakaan risiko buku hilang sangat besar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung jawab
pustakawan tidak hanya memberikan pelayanan kepada siswa saja tetapi juga
menciptakan suasana lingkungan yang nyaman, tenang dan tertib sehingga siswa
yang mengunjungi perpustakaan merasa betah tinggal di dalam perpustakaan.
Selain itu dalam memberikan pelayanan juga memperhatikan kebutuhan dan
kondisi siswa sehingga siswa tidak kecewa dengan pelayanan yang diberikan oleh
pustakawan.
g. Manfaat Perpustakaan.
Informasi selalu dibutuhkan setiap orang dalam kehidupannya sehari-
hari, tanpa informasi seseorang tidak akan mencapai tujuan yang diinginkan.
Informasi dapat diperoleh dari banyak sumber, baik manusia, media cetak ataupun
media elektronik.
Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting
karena perpustakaan sebagaimana yang dikatakan oleh Pawit M. Yusuf (1988: 10)
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1) Tempat dihimpunnya beraneka ragam sumber informasi.
2) Tempat diolahnya beraneka ragam sumber informasi.
3) Tempat disebarluaskannya beraneka ragam sumber informasi.
4) Dalam hal – hal tertentu berfungsi sebagai lahirnya informasi.
Sedangkan menurut pendapat Ibrahim Bafadal (2001: 5) manfaat
perpustakaan sekolah adalah sebagai berikut :
1) Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan murid – murid terhadap membaca.
2) Perpustakaan sekolah dapat memperkaya pengalaman belajar murid. 3) Perpustakaan sekolah dapat menanamkan kebiasaan belajar mandiri
yang akhirnya murid – murid mampu belajar mandiri. 4) Perpustakaan sekolah dapat mempercepat proses penguasaan teknik
membaca. 5) Perpustakaan sekolah dapat membantu perkembangan kecakapan
berbahasa. 6) Perpustakaan sekolah dapat melatih murid – murid ke arah tanggung
jawab. 7) Perpustakaan sekolah dapat memperlancar murid – murid dalam
menyelesaikan tugas – tugas sekolah. 8) Perpustakaan sekolah dapat membantu murid – murid menemukan
sumber – sumber pengajaran. 9) Perpustakaan sekolah dapat membantu murid – murid, guru – guru, dan
anggota staf sekolah dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perpustakaan sebagai salah satu sumber informasi di sekolah penting
artinya baik bagi guru maupun siswa. Guru mencari informasi untuk perbaikan
pengajarannya, sedangkan siswa mencari informasi untuk menunjang
keberhasilan belajarnya. Dari perpustakaan guru dapat menggunakan buku-buku
yang tersedia untuk menyiapkan bahan-bahan pelajaran yang akan disampaikan
kepada siswa. Hal ini dilakukan guru karena adanya tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan yang pesat serta adanya anggapan bahwa guru harus mempunyai
pengetahuan yang lebih luas dari siswanya.
Menyadari manfaat perpustakaan yang demikian, juga ditunjang oleh
adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, banyak sekolah yang
melengkapi perpustakaannya dengan alat – alat seperti gambar, grafik, bagan –
bagan ataupun benda – benda tiruan yang dapat memperjelas informasi yang
dibutuhkan guru dan peserta didik. Berdasarkan gambaran di atas, maka
disebutkan manfaat perpustakaan sekolah dalam kaitannya dengan keberhasilan
belajar dan mengajar sebagi berikut:
1) Bagi peserta didik :
a) Perpustakaan sekolah dapat memberikan dasar – dasar studi mandiri.
b) Perpustakaan sekolah dapat memberikan jawaban yang cukup memuaskan
peserta didik terhadap rasa keingintahuannya terhadap sesuatu, karena
dengan mempelajari buku – buku atau bahan pustaka lainnya, pertanyaan
yang terdapat dalam hatinya bisa terjawab.
c) Perpustakaan sekolah dapat dijadikan sebagai batu loncatan bagi peserta
didik untuk malanjutkan kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca yang
sudah dimiliki dapat mendorong kemauan peserta didik berpikir secara
rasional, kritis dan kreatif, sehingga pengetahuan yang mereka peroleh
akan semakin luas.
2) Bagi guru :
a) Perpustakaan sekolah dapat memberikan masukan baru bagi guru untuk
memperbaiki pengajarannya.
b) Perpustakaan sekolah dapat membantu memperluas pengetahuan guru
tentang materi pengajarannya, guru dapat menghidupkan kelas, terutama
bagi guru bidang studi sejarah.
Indikator – indikator yang digunakan untuk mengukur pemanfaatan
perpustakaan oleh siswa antara lain sebagai berikut :
1) Kesadaran siswa dalam memanfaatkan perpustakaan
2) Kebutuhan membaca ke perpustakaan.
3) Mengerjakan tugas-tugas di perpustakaan
4) Mencari dan meminjam buku – buku atau literatur serta studi pustaka.
5) Sistem pelayanan yang diterapkan
6) Suasana lingkungan
7) Penataan buku
2. Minat Pada Pelajaran Sejarah
a. Pengertian Minat
Minat merupakan salah satu unsur yang berasal dari anak dan
mempengaruhi keberhasilan belajar. Tanpa adanya minat terhadap materi belajar
hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Menurut H.C.Witherington
(1983: 110) “Minat adalah kesadaran seseorang pada suatu obyek, suatu soal atau
suatu situasi yang mengandung sangkut paut dirinya”. Sedangkan W.S.Winkel
(1991: 105) berpendapat bahwa “Minat adalah kecenderungan yang menetap
dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang tertentu dan merasa senang
berkecimpung dalam bidang itu”. Poerwodarminto (1987: 650) “Minat adalah
perhatian; kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu; keinginan”.
Kartini Kartono (1996:112) “Minat merupakan momen dari
kecenderungan yang terarah secara intensif kepada obyek yang dianggap
penting”. Definisi lain menyebutkan bahwa minat adalah kecenderungan orang
untuk tertarik dalam suatu pengalaman dan untuk terus demikian itu, sementara
aversi (kebencian, keengganan) ialah kecenderungan untuk berpaling dari
pengalaman lain.
Dari pengertian dan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa minat
adalah suatu kesadaran dan kecenderungan dari seseorang yang mendorong orang
tersebut untuk merasa tertarik pada sesuatu obyek atau bidang tertentu dan
memberikan stimuli untuk memperhatikan seseorang atau sesuatu barang yang
dapat berpengaruh terhadap pengalamannya, maupun untuk menerima atau
menolak suatu kegiatan.
Elizabeth B. Hurlock (1999:114) mengatakan bahwa “Minat memainkan
peranan yang penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang
besar atas perilaku dan sikap – sikap”. Jadi apabila seseorang benar – benar
berminat terhadap suatu obyek, maka akan berpengaruh terhadap segala sikap dan
perilakunya. Minat yang dimiliki oleh seseorang dapat menjadi fasilitas dasar atau
landasan dalam melaksanakan suatu aktivitas sehingga dapat diperoleh hasil yang
optimal. Minat berperan dalam mendorong seseorang untuk mencapai tujuannya.
Tujuan seseorang akan tercapai jika motif yang ada dalam dirinya selalu
mendorong dan memacunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ngalim Purwanto
(1990:56) yang mengatakan “Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan
dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu”. Minat dapat menjadi sumber
motivasi yang mendorong orang untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan
keinginannya. Besar kecilnya minat turut mempengaruhi dorongan seseorang
untuk beraktivitas. Setiap aktivitas yang dikerjakan dengan penuh minat maka
dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik, tetapi apabila aktivitas yang dikerjakan
tanpa disertai minat, maka hasilnya kurang optimal.
b. Pengertian Sejarah
Menurut Alfian yang dikutip oleh Dudung Abdurrahman (2007: 14)
“Sejarah” dikatakan berasal dari bahasa Arab “syajarah” artinya “pohon”. Dalam
bahasa asing lainnya, istilah sejarah disebut histore (Prancis), geschichte
(Jerman), histoire atau geschiedenis (Belanda) dan history (Inggris). Akar kata
history ini berasal berasal dari historia (Yunani) yang berarti pengetahuan tentang
gejala-gejala alam terutama mengenai umat manusia yang bersifat kronologis,
sedangkan yang tidak bersifat kronologis dipakai kata scientia atau science.
Kuntowijoyo (2001: 1) memberi batasan kata sejarah berasal dari bahasa Arab
syajara yang berarti terjadi, syajarah yang berarti pohon, syajarah anasab berarti
pohon silsilah; bahasa Inggris history, bahasa Latin dan Yunani historia, bahasa
Yunani history atau istor berarti orang pandai. Sejarah adalah rekonstruksi masa
lalu (Kuntowijoyo, 2001: 18).
Secara umum, sejarah merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan
manusia di masa lampau maupun sekarang. Sejarah dapat berarti subyektif dan
juga obyektif. Disebut subyektif tidak lain karena sejarah memuat unsur – unsur
dan isi subyek (pengarang, penulis). Baik pengetahuan maupun gambaran sejarah
adalah hasil penggambaran atau rekonstruksi dari pengarang, maka mau tidak
mau membuat sifat – sifatnya, gaya bahasanya, struktur pemikirannya,
pandangannya dan sebagainya. Sedangkan bersifat obyektif adalah menunjuk
kepada kejadian atau peristiwa itu sendiri.
Jadi minat belajar sejarah adalah kecenderungan dari suatu pengalaman
yang mempelajari suatu proses pembentukan pribadi untuk memahami sejarah
sebagai ilmu pengetahuan yang berlangsung terus menerus dalam hubungannya
dengan kecenderungan tingkah laku untuk tertarik pada sejarah. Dapat
disimpulkan bahwa minat sejarah adalah suatu kecenderungan seseorang untuk
tertarik dan memusatkan perhatian pada pelajaran sejarah dengan melakukan
pengkajian dan latihan – latihan untuk mencapai pemahaman akan peristiwa –
peristiwa masa lampau, menggambarkan pertumbuhan yang terus menerus dari
alam dan manusia. Minat belajar sejarah yang telah berada pada diri anak didik
akan memberikan kemungkinan penelaahan lebih lanjut tentang makna – makna
sejarah, karena pengetahuan tentang fakta sejarah tanpa adanya kajian tentang
nilai – nilai yang terdapat pada mata pelajaran sejarah hanya akan membawa
matinya minat belajar sejarah pada siswa.
Indikator – indikator untuk mengukur minat siswa terhadap mata
pelajaran sejarah antara lain sebagai berikut:
1) Pandangan siswa terhadap mata pelajaran sejarah.
2) Kemauan siswa untuk mempelajari sejarah.
3) Kepekaan siswa dalam menanggapi masalah dan peristiwa penting dalam
sejarah.
4) Rasa ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran sejarah.
5) Kemauan siswa untuk belajar di rumah.
3. Pemahaman Nilai Kesejarahan
a. Hakikat Pemahaman
Setiap manusia sebenarnya telah mempunyai pemahaman tertentu
tentang dirinya dan dunianya betapa pun sederhananya. Tanpa hal ini tidak
mungkin manusia menjalankan kehidupannya di dunia. Pemahaman berfungsi
sebagai pedoman bagi berbagai kegiatan hidupnya. Perilaku tidak hanya
ditentukan oleh lingkungan hidupnya, tetapi juga ditentukan oleh pemahamannya
tentang diri dan dunianya. Dalam proses belajar mengajar, pada umumnya
kemampuan intelektual serta ketrampilan siswa yang diharapkan lebih ditekankan
pada peningkatan pemahaman. Hal ini dikarenakan apabila siswa berhadapan
dengan informasi, maka ia harus tahu apa yang dikomunikasikan serta dapat
mengambil ide – ide dari apa yang diinformasikan tersebut. Penekanan dari
pemahaman di sini lebih pada tujuan, perilaku serta respon dari individu sehingga
ia mampu memahami isi dari suatu pesan.
Setiap pemahaman merupakan hasil dari proses belajar. Oleh karena itu
pemahaman seseorang dapat berbeda atau bahkan bertentangan dengan
pemahaman orang lain, sebagai akibat dari perbedaan proses belajar yang
berlangsung dalam diri masing – masing. Mereka mempunyai perbedaan
pengalaman, lingkungan sosial atau lingkungan pendidikan dimana proses belajar
berlangsung. Dengan kata lain, setiap pemahaman manusia adalah relatif,
tergantung pada lingkungan hidupnya. Poerwodarminto (1987: 694) pemahaman
berasal dari kata paham yang berarti mengerti benar atau tahu benar. Sedangkan
pemahaman sendiri adalalah suatu proses, cara, perbuatan memahami atau
memahamkan.
Benjamin S. Bloom (1984:17) memasukkan kategori pemahaman
(comprehension) ke dalam klasifikasi ranah kognitif. Klasifikasi itu disusun
secara heirarkis mulai dari taraf yang paling rendah ke taraf yang lebih tinggi,
yaitu : (1) pengetahuan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3)
penerapan (application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (syinthesis), dan (6)
evaluasi (evaluation). Selanjutnya Bloom mengklasifikasikan kategori
pemahaman menjadi tiga, yaitu : pertama translation atau terjemahan, kedua
interpretation atau interpretasi dan yang ketiga adalah ekstrapolation atau
ekstrapolasi (Benjamin S Bloom, 1971:89).
Translation atau terjemahan maksudnya adalah individu dapat
menggunakan informasi yang diterima ke dalam bahasa lain, situasi lain, dan pada
komunikasi yang lain. Aktivitas pada kegiatan menerjemahan ini meliputi
pemberian variasi pada bagian – bagian komunikasi, dan memisahkan arti bagian
komunikasi – komunikasi tersebut sesuai dengan konteks dan idenya. Perilaku
translation ini menempati posisi antara klasifikasi pengetahuan dengan tipe
perilaku interpretasi, ekstrapolasi, analisis, sintesis, aplikasi dan evaluasi
(Benjamin S Bloom, 1984:92). Ini didasarkan pada asumsi bahwa seseorang yang
berkompeten dalam perilaku ini secara langsung berhubungan dengan
pengetahuan. Dalam setiap komunikasi digunakan lambang – lambang yang
merupakan konsep – konsep umum atau kumpulan ide – ide yang relevan.
Abstraksi ide – ide ini dibutuhkan untuk ditransformasikan, sehingga menjadi
dasar untuk berpikir yang lebih kompleks dengan menggunakan simbol sebagai
alat berpikir, dibanding dengan analisis, sintesis maupun aplikasi.
Klasifikasi yang kedua adalah interpretation, kegiatan interpretasi
meliputi hubungan antara susunan komunikasi dengan ide yang dipahami
sehingga membentuk konfigurasi baru dalam pemikiran individu. Termasuk di
dalamnya hubungan yang penting antara ide – ide dan relevannya dalam
pembuatan generalisasi. Wujud dari perilaku ini ditunjukkan dengan adanya
kesimpulan atau generalisasi yang dibuat individu. Tipe ketiga dari aspek
pemahaman ini adalah ekstrapolation, yang meliputi kegiatan pembuatan estimasi
atau prediksi yang berdasar pada pengertian dan kecenderungan atau kondisi –
kondisi yang diterangkan dalam komunikasi. Termasuk didalamnya adalah
pembuatan kesimpulan yang berkenaan dengan implikasi dan konsekuensinya,
serta efek – efek yang timbul dari adanya komunikasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemahaman adalah suatu proses,
perbuatan dan pikiran untuk menangkap arti dari suatu paham yang telah
dipelajari yang terlibat antara lain dalam kemampuan seseorang menafsirkan
informasi, meramalkan akibat suatu peristiwa dan kemampuan sejenis.
Pemahaman adalah suatu perilaku belajar yang meliputi tiga kegiatan yaitu
translation atau menerjemahkan, interpretation atau menginterpretasikan dan
ekstrapolation atau membuat estimasi dan prediksi. Aspek pemahaman dalam
taksonomi termasuk kawasan kognitif, sehingga untuk mengukurnya
menggunakan tes kemampuan.
b. Nilai Sejarah
Nilai adalah sesuatu yang abstrak, sehingga sulit untuk dirumuskan
dalam suatu pengertian yang jelas. Banyak penulis dan peneliti yang
mengemukakan definisi yang berbeda tentang nilai. Namun, secara umum definisi
tersebut mempunyai persamaan – persamaan. Nilai merupakan suatu yang luhur,
yang baik dan senantiasa dikejar dan ingin dicapai oleh setiap manusia. Nilai itu
sifatnya abstrak dan metafisis, yang hanya menjadi nyata atau tampak dalam
perilaku seseorang yang menghayatinya. Nilai tidak pernah terpisah dari pribadi
manusia. Pengalaman nilai itu pun bersifat sangat personal.
Nilai adalah keyakinan yang dipilih dan dipergunakan untuk
mempertimbangkan semua tindakannya, dan tiap orang memiliki nilai tertentu
yang berbeda antara satu orang dengan orang yang lain. Nilai adalah kepercayaan
yang bertahan lama pada diri seseorang yang berasal dari pengalaman yang
diperoleh, kemudian dihayati dan diambil menjadi milik pribadinya. Nilai sangat
mempengaruhi tingkah laku dalam hidup pribadi dan hidup masyarakat.
Poewodarminto (1987: 677) “Nilai adalah sifat – sifat (hal – hal) yang penting
atau berguna bagi kemanusiaan”. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan
bahwa nilai adalah sesuatu yang dihayati oleh seseorang, sesuatu yang penting
bagi manusia. Nilai diperoleh dan berkembang karena pengaruh kebudayaan,
masyarakat dan kepribadian seseorang. Nilai – nilai akan memberi arah kepada
seseorang dalam bertingkah laku.
Berdasarkan berbagai definisi dan penjelasan tentang sejarah diatas
dapat disimpulkan bahwa sejarah hendaknya dapat memberikan pengertian,
penerangan dan pemahaman tentang masa lampau, sebagai cermin untuk masa
kini dan memprediksi masa depan. Diharapkan dengan belajar sejarah seseorang
akan dapat menafsirkan dan memahami sebab akibat suatu peristiwa sejarah.
Karena tujuan mempelajari sejarah ialah menjadi manusia yang berkepribadian
kuat. Ia tidak memerlukan hafalan, melainkan mengerti sesuatu agar dapat
menentukan sikapnya. Jadi yang dimaksud pemahaman nilai kesejarahan adalah
suatu proses, perbuatan dan pikiran untuk menangkap arti dari keyakinan yang
dipilih dan dipergunakan untuk mempertimbangkan semua tindakannya yang
dalam hal ini berhubungan dengan kehidupan manusia pada masa lampau.
Pemahaman sejarah siswa adalah kemampuan siswa untuk menangkap makna
sejarah, yang meliputti kemampuan menerjemahkan, menginterpretasi ide atau
simbol serta kemampuan membuat prediksi dari kesimpulan yang dibuatnya.
Indikator – indikator untuk mengukur pemahaman nilai kesejarahan
siswa antara lain sebagai berikut :
1) Mengidentifikasikan kebijakan – kebijakan pemerintah kolonial.
2) Mengidentifikasikan pengaruh yang ditimbulkan oleh kebijakan – kebijakan
pemerintah kolonial.
3) Mengidentifikasikan bentuk – bentuk perlawanan rakyat dan kerajaan –
kerajaan menentang koloni Barat di berbagai daerah di Indonesia.
4) Nilai – nilai kesejarahan.
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan kajian teori diatas dapat dikemukakan kerangka berpikir
sebagai berikut:
1. Hubungan pemanfaatan perpustakaan dan pemahaman nilai kesejarahan siswa.
Pemanfaatan perpustakaan adalah pemanfaatan perpustakaan sebagai
salah satu sumber informasi di sekolah yang apabila dimanfaatkan dengan
baik akan dapat memperluas pengetahuan dan daya nalar siswa. Semakin
luasnya pengetahuan dan daya nalar siswa, maka siswa akan lebih mudah
dalam memahami nilai – nilai yang terdapat dalam peristiwa – peristiwa
sejarah. Dengan demikian, diduga ada hubungan antara pemanfaatan
perpustakaan dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa.
2. Hubungan minat pada pelajaran sejarah dan pemahaman nilai kesejarahan
siswa.
Minat pada pelajaran sejarah adalah rasa ketertarikan siswa terhadap
mata pelajaran sejarah yang telah berada pada diri anak didik, dengan adanya
minat pada pelajaran sejarah maka akan memberikan kemungkinan
penelaahan lebih lanjut kepada siswa tentang makna – makna/nilai – nilai
yang terdapat dalam peristiwa – peristiwa sejarah. Dengan demikian, diduga
ada hubungan antara minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai
kesejarahan siswa.
3. Hubungan pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah dengan
pemahaman nilai kesejarahan siswa.
Pemanfaatan perpustakaan adalah pemanfaatan perpustakaan sebagai
salah satu sumber informasi di sekolah yang apabila dimanfaatkan dengan
baik akan dapat memperluas pengetahuan dan daya nalar siswa. Minat pada
pelajaran sejarah adalah rasa ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran
sejarah. Dengan memanfaatkan perpustakaan sekolah siswa dapat mencari
bahan – bahan/ sumber – sumber untuk memperdalam pengetahuannya
tentang sejarah. Dari sini akan terbentuk pribadi yang mampu memahami nilai
– nilai yang terdapat dalam peristiwa sejarah. Nilai – nilai yang dipilih dan
dihayati akan dipergunakan untuk mempertimbangkan semua tindakannya
yang berkaitan dengan pemilihan mana yang penting, tidak benar dan tidak
baik. Dengan demikian, diduga ada hubungan antara pemanfaatan
perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai
kesejarahan siswa.
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Ada hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan dan Pemahaman Nilai
Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran
2008/2009.
2. Ada hubungan antara Minat pada Pelajaran Sejarah dan Pemahaman Nilai
Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran
2008/2009.
3. Ada hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan dan Minat Pada Pelajaran
Sejarah secara bersama – sama dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa
Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran 2008/2009.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Setiap kegiatan penelitian, peneliti harus dapat memilih metode
pemecahan masalah yang tepat dan sesuai dengan obyek penelitian. Pemilihan
suatu metode harus berorientasi pada tujuan penelitian serta rancangan penelitan
yang telah ditetapkan. Metodologi berasal dari kata “methodos” yang berarti cara
atau jalan dan “logos” yang berarti ilmu. Jadi, yang disebut metodologi adalah
cara atau jalan untuk memecahkan masalah. Menurut Winarno Surakhmad (1998:
13) “Metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya
untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta alat – alat
tertentu”.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metodologi adalah
suatu ilmu yang membahas cara atau metode yang ditempuh dalam kegiatan
penelitian ilmiah. Metodologi dalam penelitian ini meliputi tempat dan waktu
penelitian, desain penelitian, variabel dan definisi operasional, populasi dan
sampel, teknik dan alat pengumpulan data, teknik analisis data dan hipotesis
statistik.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Doplang yang terletak di
Desa Bangkleyan, Kecamatan Jati, Kabupaten Blora dengan alasan sebagai
berikut :
1. Tersedianya data yang diperlukan dalam penelitian ini.
2. Adanya keterbukaan pihak sekolah sehingga memudahkan peneliti dalam
mengumpulkan data yang diperlukan dengan masalah yang diteliti.
3. Lokasi sekolah cukup dekat dari tempat tinggal peneliti sehingga
mempermudah untuk melakukan penelitian, baik dari segi transportasi, tenaga
dan biaya.
26
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan setelah pengajuan proposal penelitian yang
disetujui oleh dosen pembimbing skripsi dan telah mendapatkan ijin dari berbagai
pihak yang berwenang. Adapun jadwal kegiatan penelitian tersusun dalam tabel di
bawah ini :
Tabel 1 : Tabel kegiatan penelitian tentang Hubungan Antara Pemanfaatan Perpustakaan Dan Minat Pada Pelajaran Sejarah Dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran 2008/2009.
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Bulan/minggu
Kegiatan I-IV I-IV I-IV I-IV I-IV
Penyusunan proposal ü
Penulisan angket ü ü
Uji coba ü
Pengumpulan data ü
Analisis data ü
Penulisan ü
B. Metode Penelitian
Suatu penelitian pada dasarnya harus menggunakan cara tertentu yang
dilaksanakan dengan terencana dan sistematis. Penentuan metode penelitian yang
tepat akan memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian, sehingga hasil
penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Menurut Suharsimi
Arikunto (1998: 136) “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Sedangkan menurut Winarno
Surakhmad (1998: 13) “Metode adalah cara utama yang digunakan untuk
mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan
menggunakan teknik serta alat – alat tertentu”.
Dari pendapat di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa metode
penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk menguji kebenaran dengan
menggunakan teknik dan alat tertentu dalam rangka untuk mencapai tujuan
penelitian. Oleh karena itu, untuk memperoleh data yang benar dan akurat, maka
peneliti dituntut untuk dapat memilih dan menggunakan metode penelitian yang
tepat. Dalam penelitian terdapat beberapa metode yang dapat digunakan oleh
peneliti. Secara umum metode penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam, sebagaimana diungkapkan oleh Winarno Surakmad (1998: 132), yaitu :
1. Metode penelitian historis
2. Metode penelitian deskriptif
3. Metode penelitian eksperimen
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional, sebab penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemanfaatan perpustakaan dan
minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa. Tujuan
penelitian deskriptif adalah untuk membuat suatu deskripsi atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan fenomena yang diselidiki.
Metode deskriptif bermaksud mengungkapkan situasi variabel sesuai dengan
keadaan yang ada pada saat penelitian ini dilaksanakan. Pelaksanaan metode –
metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data, tetapi
meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu sendiri.
1. Desain Penelitian
Menurut Moh. Nazir (1988: 99) “Desain penelitian adalah semua proses
yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian ataupun hanya
mengenai pengumpulan dan analisis data”. Desain penelitian yang digunakan
harus mengikuti metode penelitian. Penelitian ini melukiskan dan menafsirkan
keadaan yang ada terhadap masing – masing variabel, baik variabel bebas maupun
variabel terikat, maka penelitian ini bersifat deskriptif.
Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang dikaji meliputi dua
variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebasnya adalah pemanfaatan
perpustakaan (X1) dan minat pada pelajaran sejarah (X2), sedangkan variabel
terikatnya adalah pemahaman nilai kesejarahan siswa (Y). Penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara pemanfaatan
perpustakaan (X1) dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa (Y), mengetahui
ada tidaknya hubungan antara minat pada pelajaran sejarah (X2) dengan
pemahaman nilai kesejarahan siswa (Y), dan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan antara pemanfaatan perpustakaan (X1) dan minat pada pelajaran sejarah
(X2) secara bersama – sama dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa (Y).
Dengan konsep tersebut, dapat diketahui bahwa rancangan penelitian ini
adalah deskriptif korelasional yang mencari hubungan secara sendiri – sendiri
maupun secara bersama – sama. Dapat dijelaskan secara rinci bahwa penelitian ini
mencari hubungan antara X1 dengan Y, hubungan antara X2 dengan Y, dan
hubungan X1 dan X2 secara bersama – sama dengan Y.
Penelitian dapat digolongkan menjadi berbagai macam, menurut
Sutrisno Hadi (1983: 3) jenis – jenis penelitian berdasarkan atas sifat – sifat
masalah dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Penelitian historis b. Penelitian deskriptif c. Penelitian perkembangan d. Penelitian kasus atau penelitian lapangan e. Penelitian korelasional f. Penelitian kausal komparatif g. Penelitian eksperimental sungguhan h. Penelitian eksperimental semu i. Penelitian tindakan
Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian korelasional yaitu
peneliti akan mengkorelasikan variabel bebas dan terikat tetapi tidak ada
perlakuan (mengkorelasikan data yang sudah ada). Untuk memperjelas desain
dalam penelitian ini dapat dijelaskan dengan skema atau bagan sebagai berikut :
Gambar 1 : Desain Penelitian
Pemanfaatan Perpustakaan
Minat pada Pelajaran Sejarah
Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa
2. Variabel – variabel Penelitian
Menurut Moh. Nazir (1988: 49) “Variabel adalah konsep yang
mempunyai bermacam – macam nilai”. Dalam penelitian pendidikan, satu
variabel tidak mungkin hanya berkaitan dengan satu variabel yang lain saja,
melainkan selalu berkaitan dengan banyak variabel yang lain. Oleh karena itu,
seorang peneliti perlu mengidentifikasi terlebih dahulu terhadap variabel
penelitiannya.
Variabel penelitian diidentifikasi atas dua jenis yaitu variabel bebas
(independent) dan variabel terikat (dependent). Tentang variabel bebas dan
variabel terikat dapat dijelaskan bahwa apabila terdapat hubungan antara dua
variabel, misalnya variabel X dengan variabel Y maka variabel Y disebabkan oleh
variabel X, maka variabel Y dinamakan variabel terikat dan variabel X dinamakan
variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel penelitian yang diukur untuk
mengetahui besar sumbangan atau pengaruh dari variabel yang lain, sedangkan
variabel bebas adalah suatu variabel yang mempengaruhi variabel lain (Saifuddin
Anwar, 1997: 62). Dalam penelitian ini yang manjadi variabel adalah
pemanfaatan perpustakaan, minat pada pelajaran sejarah dan pemahaman nilai
kesejarahan siswa.
Adapun definisi operasional masing – masing variabel adalah sebagai
berikut :
a. Pemanfaatan perpustakaan adalah pemanfaatan perpustakaan sebagai sumber
belajar dan informasi baik oleh guru maupun peserta didik untuk
meningkatkan dan memperlancar proses belajar mengajar di sekolah.
Adapun indikator untuk mengukur pemanfaatan perpustakaan oleh siswa yang
meliputi :
1) Kesadaran siswa dalam memanfaaatkan perpustakaan.
2) Kebutuhan membaca ke perpustakaan.
3) Mengerjakan tugas – tugas di perpustakaan.
4) Mencari dan meminjam buku – buku atau literatur serta studi pustaka.
5) Sistem pelayanan.
6) Suasana lingkungan.
7) Penataan buku.
Skor tertinggi yang dikumpulkan dengan seperangkat alat angket atau
kuesioner yang menggambarkan pemanfaatan perpustakaan oleh siswa kelas
VIII SMP Negeri 3 Doplang, adalah pemanfaatan perpustakaan oleh siswa
sebagai sumber belajar dan informasi yang ada di sekolah.
b. Minat pada pelajaran sejarah adalah suatu kecenderungan seseorang untuk
tertarik dan memusatkan perhatian pada pelajaran sejarah dengan melakukan
pengkajian dan latihan-latihan untuk mencapai pemahaman akan peristiwa –
peristiwa masa lampau, menggambarkan pertumbuhan yang terus menerus
dari alam dan manusia.
Adapun indikator – indikator yang digunakan untuk mengukur minat siswa
terhadap mata pelajatan sejarah adalah sebagai berikut :
1) Pandangan siswa terhadap mata pelajaran sejarah.
2) Kemauan siswa untuk mempelajari sejarah.
3) Kepekaan siswa dalam menanggapi masalah dan peristiwa penting dalam
sejarah.
4) Rasa ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran sejarah.
5) Kemauan siswa untuk belajar di rumah.
Skor tertinggi yang dikumpulkan dengan seperangkat alat angket atau
kuesioner yang menggambarkan minat pada pelajaran sejarah siswa kelas VIII
SMP Negeri 3 Doplang, adalah suatu kecenderungan siswa untuk tertarik dan
memusatkan perhatian pada pelajaran sejarah.
c. Pemahaman nilai kesejarahan adalah suatu proses, perbuatan dan pikiran dari
diri siswa untuk menangkap arti dari keyakinan yang dipilih dan dipergunakan
untuk mempertimbangkan semua tindakannya yang dalam hal ini
berhubungan dengan kehidupan manusia pada masa lampau.
Adapun indikator – indikator untuk mengukur pemahaman nilai kesejarahan
siswa adalah sebagai berikut :
1) Mengidentifikasikan kebijakan – kebijakan pemerintah kolonial.
2) Mengidentifikasikan pengaruh yang ditimbulkan oleh kebijakan –
kebijakan pemerintah kolonial.
3) Mengidentifikasikan bentuk – bentuk perlawanan rakyat dan kerajaan –
kerajaan menentang koloni Barat di berbagai daerah di Indonesia.
4) Nilai – nilai kesejarahan.
Skor tertinggi yang dikumpulkan dengan seperangkat alat tes yang
menggambarkan pemahaman nilai kesejarahan siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Doplang, adalah pemahaman siswa terhadap nilai – nilai yang terdapat dalam
peristiwa sejarah.
Variabel pertama yaitu pemanfaatan perpustakaan sebagai variabel bebas
(independent) pertama atau X1, dan variabel kedua adalah minat pada pelajaran
sejarah sebagai variabel bebas kedua atau X2. Sedangkan variabel ketiga yaitu
pemahaman nilai kesejarahan siswa sebagai variabel terikat (dependent) atau Y.
Dari uraian tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa variabel Y dianggap
memperoleh pengaruh baik dari variabel bebas pertama (X1) maupun dari variabel
bebas kedua (X2) bahkan dari keduanya secara bersama – sama. Hubungan antar
variabel, yaitu pemanfaatan perpustakaan (X1) dan minat pada pelajaran sejarah
(X2) dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa (Y), dapat digambarkan sebagai
berikut :
Gambar 2. Pola Hubungan Antar Variabel
Keterangan :
X1 : Pemanfaatan perpustakaan
X2 : Minat pada pelajaran sejarah
Y : Pemahaman nilai kesejarahan
Berdasarkan gambar diatas tampak bahwa penelitian ini berupaya
menunjukkan adanya hubungan variabel X1 terhadap Y, variabel X2 terhadap Y,
X1
X2
Y
dan variabel X1 dan X2 secara bersama – sama terhadap Y. Gambar tersebut
menunjukkan bahwa penelitian ini termasuk penelitian deskriptif korelasional.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data lebih mudah dan hasilnya baik, dalam arti
lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Adapun fungsi
instrumen penelitian adalah untuk mengetahui dan mengukur fenomena yang ada
pada responden yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini
terdapat dua instrumen penelitian, yaitu instrumen berupa angket untuk menjaring
data pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah di SMP Negeri 3
Doplang, serta instrumen berupa tes yang digunakan untuk menjaring data
pemahaman nilai kesejarahan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang.
Tabel 2 : Kisi – kisi angket pemanfaatan perpustakaan, minat pada pelajaran sejarah dan pemahaman nilai kesejarahan (sebelum diuji cobakan) :
Variabel Indikator Item
Pemanfaatan
Perpustakaan
-Kesadaran siswa dalam
memanfaatkan perpustakaan.
-Kebutuhan membaca ke
perpustakaan.
-Mengerjakan tugas – tugas di
perpustakaan.
-Mencari dan meminjam buku – buku
atau literatur serta studi pustaka.
-Sistem pelayanan yang diterapkan.
-Suasana lingkungan.
-Penataan buku.
-1,2,3,4
-5,6,13,22
-9,10,11,23
-7,8,12,25
-14,15,16,26
-17,18,19,27
-20,21,24
Minat pada Pelajaran
Sejarah
-Pandangan siswa terhadap mata
pelajaran sejarah.
-Kemauan siswa untuk mempelajari
sejarah.
-3,12,15,19,20
-4,5,6,9,10,13,14
27
-Kepekaan siswa dalam menanggapi
masalah dan peristiwa penting dalam
sejarah.
-Rasa ketertarikan siswa terhadap
mata pelajaran sejarah.
-Kemauan siswa untuk belajar di
rumah.
-11,21,22,23,25,
26
-1,2,8,17
-7,16,18,24
Pemahaman Nilai
Kesejarahan
-Mengidentifikasikan kebijakan –
kebijakan pemerintah kolonial.
-Mengidentifikasikan pengaruh yang
ditimbulkan oleh kebijakan –
kebijakan pemerintah kolonial.
-Mengidentifikasikan bentuk – bentuk
perlawanan rakyat dan kerajaan –
kerajaan menentang koloni Barat di
berbagai daerah di Indonesia.
-Nilai – nilai kesejarahan.
-1,2,3,4,5,6,8,9,
10,11,12,13,14,15
-17,18,19,20,29,
30
-13,21,23,24,25,
27,28,31
-7,16,22,26,32,33
4. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dipergunakan untuk mengetahhui apakah instrumen
penelitian yang dibuat sudah memenuhi syarat sebagai alat pengukur yang baik
atau belum. Tujuan uji coba instrumen adalah untuk mengukur validitas
(kesahihan) dan reliabilitasnya (keandalannya) instrumen untuk menjadi alat
pengumpulan data yang sudah dikategorikan baik dan memenuhi persyaratan.
Selain validitas dan reliabilitas, untuk instrumen penelitian berupa tes pengujian
analisis butir soal yang meliputi taraf kesukaran dan daya pembeda pada setiap
butir soal. Hal – hal yang berhubungan dengan masalah uji coba dapat
dikemukakan sebagai berikut :
a. Tempat dan Waktu Uji Coba
Uji coba instrumen penelitian berupa kuesioner (angket) dan test
dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang pada bulan April 2009.
b. Subyek Uji Coba
Subyek uji coba instrumen penelitian berupa kuesioner (angket) dan test
dilaksanakan oleh 30 responden yang diambil dari populasi yang sama dengan
sampel yaitu siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang. Diadakannya uji coba
adalah untuk mengetahui apabila terdapat kelemahan pada instrumen dan hal – hal
yang menyulitkan responden serta untuk mengetahui apakah instrumen penelitian
memenuhi syarat validitas dan reliabilitas serta mengetahui taraf kesukaran dan
daya pembeda pada butir soal instrumen penelitian berupa tes.
c. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilaksanakan untuk mengetahui seberapa jauh alat
pengukur yang telah disusun memiliki validitas dan reliabilitas, sebab alat
pengukur yang baik harus memiliki validitas dan reliabilitas. Selain validitas dan
reliabilitas, untuk instrumen penelitian berupa tes dilakukan pengujian analisis
butir soal yang meliputi taraf kesukaran dan daya pembeda pada setiap butir soal.
1) Validitas
Untuk mengetahui tingkat kevalidan instrumen penelitian, maka perlu
diadakan uji validitas. Validitas merupakan kriteria seberapa jauh alat pengukur
dapat mengungkapkan dengan jitu gejala atau bagian – bagian gejala yang hendak
diukur sehingga pengukur benar – benar mengukur apa yang ingin diukur.
Adapun validitas yang digunakan oleh peneliti adalah validitas konstruk dan
validitas isi. Adapun teknik validitas menggunakan langkah – langkah sebagai
berikut : (1) mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur, (2)
melakukan uji coba skala pengukuran tersebut pada sejumlah responden, (3)
mempersiapkan tabel tabulasi jawaban dan (4) menghitung korelasi antara skor
per item dengan skor total dengan meggunakan rumus korelasi Product Moment.
Dalam penelitian ini menggunakan dua validitas, yaitu :
a) Validitas Konstruk (Construct Validity)
Validitas konstruk adalah apabila butir – butir soal dalam seperangkat
instrumen mampu mengukur aspek berpikir yang menjadi tujuan instruksional.
Suatu butir instrumen tingkat validitasnya tinggi apabila mempunyai sumbangan
terhadap keseluruhan instrumen. Untuk mengetahui apakah angka korelasi
signifikan atau tidak digunakan rumus Product Moment dengan angka kasar dari
Pearson. Agar hasil yang dicapai lebih cepat dan akurat, uji validitas ini dilakukan
dengan bantuan komputer program serial SPSS. Uji validitas ini dilakukan untuk
mengetahui seberapa cermat suatu alat ukur melakukan fungsinya. Dalam menguji
validitas penelitian ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor – skor yang
diperoleh pada masing – masing pertanyaan dalam variabel. Hasil uji validitas
ketiga variabel menunjukkan bahwa butir Pemanfaatan Perpustakaan (X1) tidak
valid 2 butir soal yaitu nomor 14 dan 26, butir Minat Pada Pelajaran Sejarah (X2)
tidak valid 2 butir soal yaitu nomor 15 dan 23, dan butir Pemahaman Nilai
Kesejarahan (Y) tidak valid 3 butir soal yaitu nomor 17, 25 dan 28 karena angka
hasil perhitungan di bawah 0,361 (lamp. 11,13,15).
b) Validitas Isi (Content Validity)
Suatu alat mengukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukur
tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebagai aspek kerangka konsep.
Instrumen penelitian Pemanfaatan Perpustakaan, Minat pada Pelajaran Sejarah
dan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang, agar
memenuhi syarat validitas isi maka langkah – langkah yang ditempuh adalah
sebagai berikut : (1) membuat kisi – kisi instrumen untuk menjaring data
Pemanfaatan Perpustakaan, Minat pada Pelajaran Sejarah dan Pemahaman Nilai
Kesejarahan, dan (2) kisi – kisi setiap variabel dan butir – butir soal instrumen
penelitian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
Adapun Rumus korelasi Product Moment yang dikemukakan Pearson
adalah sebagai berikut :
( ){ } ( )( ){ }( ) ( ){ } ( ) ( ){ }2222 åååå
ååå--
-=
YYNXXN
YXXYNrXY
Keterangan :
rXY : Koefisien korelasi variabel X dan Y
X : Skor masing – masing item
Y : Skor total
∑X : Jumlah skor variabel X
∑Y : Jumlah skor variabel Y
∑XY : Jumlah perkalian X dan Y
∑X2 : Jumlah kuadrat dari skor variabel X
∑Y2 : Jumlah kuadrat dari skor variabel Y
N : Jumlah subyek
Kriteria pengujian, jika rxy>rtabel, maka item dinyatakan valid (Suharsimi Arikunto,
1993: 69).
2) Reliabilitas
Syarat kedua sebagai alat pengukur yang baik adalah reliabilitas.
Reliabilitas merupakan keajegan suatu alat ukur untuk mengukur terhadap
kelompok tertentu. Jadi kapan pun alat ukur tersebut digunakan akan dapat
memberikan hasil yang relatif sama. Pengujian reliabilitas baru dapat dilakukan
apabila semua pertanyaan valid. Uji reliabilitas dapat memberikan hasil yang
relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali terhadap subyek yang
sama.
Untuk mengetahui reliabilitas angket, peneliti menggunakan rumus
koefisien Alpha Cronbach (Suharsimi Arikunto, 1997: 171) sebagai berikut :
úúû
ù
êêë
é-úû
ùêëé-
= å2
2
11 11 t
b
kk
rss
Keterangan :
r11 : Reliabilitas instrumen
k : Banyaknya butir pertanyaan atau soal
∑σb2 : Jumlah varians butir
Σt2 : Varians total
Agar hasil yang dicapai lebih cepat dan akurat, uji reliabilitas dilakukan
dengan bantuan komputer program serial SPSS. Hasil uji reliabilitas butir – butir
Pemanfaatan Perpustakaan, Minat Pada Pelajaran Sejarah dan Pemahaman Nilai
Kesejarahan menghasilkan derajad reliabilitas yang lebih besar dari koefisien 0,05
(lamp. 12,14,16). Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa butir – butir setiap
variabel adalah reliabel atau dapat dipercaya.
3) Analisis Butir Soal Tes
a) Taraf Kesukaran
Soal tes yang baik adalah soal tes yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk
mempertinggi usaha memecahkan soal tes. Sebaliknya soal tes yang terlalu sukar
akan menyebabkan hilangnya semangat untuk mencoba lagi karena di luar
kemampuannya. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu tes
disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara
0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran soal tes ini menunjukkan taraf
kesukaran soal tes. Soal tes dengan indeks 0,0 menunjukkan bahwa soal tersebut
terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu
mudah.
Hasil hitungan indeks kesukaran dapat disimpulkan bahwa; (1) Soal
dengan P 1,00 sampai 0,30 yang disebut sukar dalam analisis butir soal ini tidak
diketemukan; (2) Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 yang disebut soal sedang dalam
analisis butir soal ini berjumlah 4 soal; (3) Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 yang
disebut soal mudah dalam analisis butir soal ini berjumlah 29 soal. Sehingga
indeks kesukaran dalam butir – butir soal dapat memenuhi persyaratan untuk
melakukan penelitian dengan instrumen tes.
b) Daya Pembeda
Daya pembeda soal tes adalah kemampuan soal tes untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi. Indeks diskriminasi berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Dalam
menghitung daya pembeda soal tes, seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi
dua kelompok yaitu kelompok pandai atau kelompok atas dan kelompok bodoh
atau kelompok bawah. Jika seluruh kelompok atas dapat menjawab soal tes
dengan benar, sedangkan seluruh kelompok bawah menjawab salah maka soal tes
mempunyai daya pembeda paling besar yaitu 1,00. Sebaliknya jika semua
kelompok atas menjawab salah, tetapi semua kelompok bawah menjawab betul,
maka nilai daya pembedanya yaitu -1,0 tetapi jika kelompok atas dan kelompok
bawah bersama – sama menjawab benar atau sama – sama menjawab salah, maka
soal tes mempunyai daya pembeda 0,00 karena tidak mempunyai daya pembeda
sama sekali.
Hasil hitungan indeks diskriminasi dapat disimpulkan bahwa; (1) Daya
pembeda antara 0,00 sampai 0,20 yang berarti jelek dalam analisis butir soal ini
berjumlah 4 soal; (2) Daya pembeda antara 0,20 sampai 0,40 yang berarti cukup
dalam analisis butir soal ini berjumlah 22 soal; (3) Daya pembeda antara 0,40
sampai 0,70 yang berarti baik dalam analisis butir soal ini berjumlah 6 soal; (4)
Daya pembeda antara 0,70 sampai 1,00 yang berarti baik sekali dalam analisis
butir soal ini berjumlah 1 soal; (5) Daya pembeda negatif yang berarti tidak baik
dalam analisis butir soal ini tidak diketemukan. Sehingga indeks diskriminasi
dalam butir – butir soal dapat memenuhi persyaratan untuk melakukan penelitian
dengan instrumen tes.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam suatu penelitian ilmiah tidak akan terlepas dari penetapan
populasi dan sampel, karena populasi dan sampel merupakan subyek penelitian
dan keduanya merupakan sumber data penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto
(1998: 108) “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. Menurut Sutrisno
Hadi (1995: 220) “Populasi adalah sejumlah penduduk atau individu yang
mempunyai satu sifat sama”. Sedangkan menurut Hadari Nawawi (1987:141)
“Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,
benda-benda, gejala atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki
karakteristik tertentu”. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diartikan bahwa
populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang mempunyai ciri – ciri atau
karakteristik yang sama.
Populasi dalam penelitian ini adalah Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang
Tahun Ajaran 2008/2009 sejumlah 109 siswa. Dengan demikian hasil penelitian
ini akan digeneralisasikan pada populasi tersebut. Hal ini mengingat bahwa
populasi tersebut secara teoritis mempunyai tingkat homogenitas yang tinggi.
Sebab sama-sama Kelas VIII, dan menempuh mata pelajaran yang sama yaitu
bidang studi sejarah.
2. Sampel
Mengingat besarnya jumlah populasi dan keterbatasan waktu, biaya dan
tenaga, maka tidak mungkin peneliti melakukan penelitian pada seluruh populasi.
Untuk mengatasinya perlu ditetapkan sampel representatif yang dapat mewakili
populasi. Suharsimi Arikunto (1998:117) berpendapat bahwa “Sampel adalah
sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Sampel atau contoh adalah
sebagian dari individu yang diteliti dalam suatu penelitian (Sutrisno
Hadi,1983:70). Menurut Hadari Nawawi (1987:144) “Sampel adalah bagian dari
populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian”.
Dalam penelitian perlu menggunakan sampel, karena sampel adalah
wakil dari populasi. Mengenai besar kecilnya sampel yang harus diambil, harus
diperhitungkan. Dengan meneliti sebagian dari populasi, diharapkan bahwa hasil
yang diperoleh dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Dengan
teknik proporsional random sampling akan didapatkan sampel yang representatif
yaitu sampel yang memberi gambaran yang tepat pada populasi yang akan diteliti.
Untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini peneliti berpedoman
pada pendapat Suharsimi Arikunto (1998: 112) bahwa untuk sekedar ancer –
ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika
subyeknya besar dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih. Lebih
lanjut dikemukakan bahwa pengambilan sampel tersebut tergantung dari :
a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana. b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data.
c. Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang risikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.
Adapun jumlah populasi dan sampel siswa SMP Negeri 3 Doplang
adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Daftar Populasi dan Sampel Penelitian No Kelas Populasi Sampel
1 VIII A 38 11
2 VIII B 35 10
3 VIII C 36 11
Jumlah 109 32
Berdasarkan pendapat diatas, maka peneliti menetapkan sampel sebesar
30% karena jumlah seluruh populasinya lebih dari 100 siswa, yang dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang sebanyak 32 siswa.
Sedang teknik pengambilan sampel yang dalam penelitian ini adalah teknik
proporsional random sampling dengan cara undian, yang artinya dari masing –
masing kelas atas dasar proporsi diambil sejumlah siswa sebagai sampel secara
acak tanpa pandang bulu, sehingga masing – masing siswa mempunyai
kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang diri pribadinya atau mengenai
hal-hal yang diketahui (Suharsimi Arikunto,1998: 140).
Keuntungan menggunakan metode angket antara lain :
a) Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
b) Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.
c) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan
menurut waktu senggang responden.
d) Dapat dibuat anonim, sehingga bagi semua responden bebas jujur dan tidak
malu – malu menjawab.
e) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi
pertanyaan yang benar – benar sama.
Kelemahan menggunakan metode angket antara lain :
a) Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehingga ada pertanyaan yang
terlewati tidak dijawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali kepadanya.
b) Sering kali sulit dicari validitasnya.
c) Walaupun dibuat anonim, kadang – kadang responden dengan sengaja
memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
d) Sering kali tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos.
e) Waktu pengembalianya tidak bersamaan, bahkan kadang-kadang ada yang
terlalu lama sehingga terlambat.
Untuk pengumpulan data mengenai pemanfaatan perpustakaan dan
minat pada pelajaran sejarah digunakan instrumen angket atau kuesioner skala
likert. Skala likert menurut sejumlah butir pertanyaan yang monoton, terdiri dari
pernyataan positif dan negarif. Dalam merespon item tersebut subyek diminta
untuk memilih kesukaannya pada kategori jawaban yang berkisar dari sangat
setuju sampai sangat tidak setuju. Penskoran untuk pernyataan positif dilakukan
dengan memberi skor tertinggi pada pilihan sangat setuju, dan terendah pada
pilihan sangat tidak setuju. Sedangkan penskoran untuk pernyataan negatif yang
dilakukan dengan memberi skor terendah pada pilihan sangat setuju dan tertinggi
pada pilihan sangat tidak setuju.
a) Untuk skor statemen positif bobot penilaiannya adalah sebagai berikut :
1) Sangat setuju (SS) / Sangat sering (SS) diberi skor 5
2) Setuju (S) / Sering (S) diberi skor 4
3) Ragu – ragu (R) / Kadang – kadang (KK) diberi skor 3
4) Tidak setuju (TS) / Jarang (JR) diberi skor 2
5) Sangat tidak setuju (STS) / Tidak pernah (TP) diberi skor 1
b) Untuk skor statemen negatif bobot penilaiannya adalah sebagai berikut :
1) Sangat setuju (SS) / Sangat sering (SS) diberi skor 1
2) Setuju (S) / Sering (S) diberi skor 2
3) Ragu – ragu (R) / Kadang – kadang (KK) diberi skor 3
4) Tidak setuju (TS) / Jarang (JR) diberi skor 4
5) Sangat tidak setuju (STS) / Tidak pernah (TP) diberi skor 5
Dalam memberikan kuesioner kepada responden memerlukan petunjuk
untuk mengerjakannya. Menurut Sutrisno Hadi (1980: 164) hal – hal yang perlu
diperhatikan dalam menyusun petunjuk untuk menjawab pertanyaan – pertanyaan
adalah sebagai berikut :
1) Petunjuk harus sesingkat – singkatnya tetapi selengkap – lengkapnya. 2) Kecuali singkat petunjuk harus jelas. 3) Apa yang perlu ditonjolkan, tonjolkan dengan huruf – huruf besar, kata
yang digaris bawahi atau kata – kata diantara tanda petik. 4) Berilah petunjuk baru tiap – tiap kali jawaban yang diinginkan belainan
sekali dengan tipe jawaban yang sebelumnya. 5) Jika dirasa perlu memberi contoh, berilah satu atau dua contoh mengenai
bagaimana cara menjawabnya.
2. Tes
Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu
tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok
anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak
tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain
dengan nilai standar yang ditetapkan (Wayan Nurkencana dan PPN
Sumartana,1986:25 ). Tes dalam penelitian ini merupakan prosedur yang
sistematik berguna mengukur testee. Kalimat pertanyaan dalam tes dibuat tidak
terlalu panjang supaya tidak memakan waktu yang lama dalam membacanya
sehingga kebosanan dan kemuungkinan testee asal – asalan dapat teratasi. Dari
alternatif jawaban yang dibuat peneliti, hanya satu jawaban yang benar dan tepat.
Tugas responden adalah memberi tanda silang pada alternatif jawaban yang dirasa
paling benar.
Tes dalam penelitian ini digunakan peneliti untuk pengumpulan data
mengenai pemahaman nilai kesejarahan dengan bentuk pilihan obyektif. Siswa
tinggal memilih jawaban mana yang benar menurut mereka. Dengan adanya
alternatif jawaban ini siswa menjadi lebih mudah dalam menjawabnya.
E. Teknik Analisis Data
Pemilihan teknik analisis data dalam suatu penelitian berorientasi pada
bentuk hipotesis dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Setelah
data dikumpulkan, maka data tersebut perlu dianalisis dalam rangka uji kebenaran
hipotesis dan juga untuk memperoleh suatu kesimpulan. Semua data dari hasil
penyebaran instrumen penelitian diberi skor dan dianalisis dengan menggunakan
uji statistik.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
korelasi dan regresi yaitu dengan korelasi sederhana untuk menentukan hubungan
masing-masing variabel X dan Y, regresi sederhana untuk menentukan kontribusi
masing-masing variabel X dan Y, korelasi ganda untuk menentukan hubungan
variabel X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap variabel Y, dan regresi ganda
untuk menentukan kontribusi variabel X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap
variabel Y.
Untuk menggunakan analisis regresi, terdapat beberapa prasyarat yang
harus dipenuhi yaitu :
1. Sampel diambil secara acak.
2. Variabelnya berhubungan secara linier.
3. Variabelnya berdistribusi normal atau mendekati normal.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik
analisis regresi. Teknik analisis ini berfungsi untuk mengkaji signifikansi antara
satu variabel tergantung dan lebih dari satu variabel bebas. Rumus regresi yang
digunakan adalah sebagai berikut :
åå å+
=2
221112 Y
YXaYXaRy
Keterangan :
Ry12 : koefisien korelasi antara pemanfatan perpustakaan dengan minat
pada pelajaran sejarah terhadap pemahaman nilai kesejarahan
siswa
a1 : koefisien pemanfaatan perpustakaan
a2 : koefisien minat pada pelajaran sejarah
∑X1Y : jumlah pemanfaatan perpustakaan dengan pemahaman nilai
kesejarahan siswa
∑X2Y : jumlah minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai
kesejarahan siswa
∑ Y2 : jumlah kuadrat pemahaman nilai kesejarahan siswa
Adapun langkah –langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengolah skor dari tiga instrumen penelitian ke dalam bentuk penyebaran
data yang disajikan dalam bentuk pengelompokan data yang dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
a. Rentang / range = data terbesar – data terkecil
(Sudjana, 2001: 47)
b. Banyaknya kelas (k) = 1 + (3,3) log n (aturan Sturges)
(Sudjana, 2001: 47)
c. Panjang kelas (p) = sbanyakkela
gren tan
(Sudjana, 2001: 47)
d. Perhitungan Mean dengan rumus :
xMean = = n
xå 1
Dimana :
X : Mean skor
X : Skor nilai tengah
n : Banyaknya variabel
(Sudjana, 2001: 67)
2. Perhitungan Modus dengan rumus :
÷÷ø
öççè
æ+
+=21
1
bb
bpbMo
Dimana :
b : Batas bawah kelas interval
p : Panjang kelas interval
b1 : Frekuensi interval dikurangi frekuensi di atasnya
b2 : Frekuensi interval dikurangi frekuensi di bawahnya
(Sudjana, 2001: 77)
3. Perhitungan Median dengan rumus :
÷÷÷
ø
ö
ççç
è
æ-+=
fFnpbMe 2
1
Dimana :
b : Batas bawah kelas median
p : Panjang kelas median
n : Ukuran sampel
F : Jumlah semua frekuensi di bawah median
f : Frekuensi kelas median
(Sudjana, 2001: 79)
4. Perhitungan Standar Deviasi dengan rumus :
( )( )1
2
12
2
-
-= å å
nn
xfxfns iii 2ss =
Dimana :
s : Standar deviasi
s2 : Varians (simpangan baku (s) adalah akar dari varians)
xi : Tanda kelas
f i : Frekuensi
n : ∑fi
(Sudjana, 2001: 95)
5. Pengujian persyaratan analisis data, yaitu uji normalitas dengan menggunakan
rumus Kolmogorov Smirnov.
(Djarwanto, 2001: 246)
6. Menentukan persamaan regresi sederhana dengan menggunakan rumus :
bXaY +=ˆ
Dimana :
a : Konstanta
b : (beta) elastisitas varians
X : variabel X
Ŷ : Y topi
(Sudjana, 2001: 312)
7. Menghitung keberartian (positif) dihitung dengan rumus yang notasinya
adalah sebagai berikut :
2
2
SySx
F =
Dimana :
Sx2 : Jumlah kuadrat variabel X
Sy2 : Jumlah kuadrat variable Y
(Djarwanto, 2001: 177)
8. Menghitung korelasi sederhana antara variabel yang ada dengan rumus
korelasi sederhana yang rumusnya adalah sebagai berikut :
( ){ } ( )( ){ }( ) ( ){ } ( ) ( ){ }2222 åååå
ååå--
-=
YYNXXN
YXXYNrXY
Dimana :
rXY : Koefisien korelasi variabel X dan Y
X : Skor masing – masing item
Y : Skor total
∑X : Jumlah skor variabel X
∑Y : Jumlah skor variabel Y
∑XY : Jumlah perkalian X dan Y
∑X2 : Jumlah kuadrat dari skor variabel X
∑Y2 : Jumlah kuadrat dari skor variabel Y
N : Jumlah subyek
(Suharsimi Arikunto, 1998: 46)
Penafsiran koefisien korelasi
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat kuat
(Sugiyono&Eri Wibowo, 2004: 172)
9. Melakukan uji hipotesis koefisien sederhana dengan uji t yang rumusnya
adalah sebagai berikut :
21
1
1
1
y
y
r
knrt
-
--=
(Djarwanto, 2001: 177)
10. Menghitung korelasi parsial antara variabel yang ada dengan rumus korelasi
parsial yang notasinya adalah :
( )( )212
22
12212.1
11 rr
rrrr
y
yyy
--
-=
(Sudjana 2001: 386)
11. Menentukan persamaan regresi ganda, dan uji keberartian regresi linier ganda
melalui rumus :
2211 XbXbaY ++=
(Djarwanto, 2001: 186)
12. Uji signifikansi regresi digunakan analisis varians regresi dengan
menggunakan rumus :
( )1/
/
--=
knJK
kJKF
res
reg
Dimana :
JKreg : a1+∑x1y+a2 ∑x2y
JKres : ∑y2 - JKreg
n : Jumlah sampel
k : Jumlah variabel bebas
(Sudjana 2001: 355)
13. Meghitung koefisien korelasi ganda dengan rumus :
å=
22
12. y
JKR reg
y
(Djarwanto, 2001: 201)
14. Uji signifikansi korelasi ganda dengan rumus :
( ) ( )1/1/
2
2
---=
knRkR
F
(Sudjana, 2001: 385)
F. Hipotesis Statistik
Berdasarkan alat analisis yang telah dikemukakan tersebut, maka
hipotesis statistik yang dikemukakan adalah :
1. H0 : β1 = 0, artinya tidak ada hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan
dan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 3 Doplang.
H1 : β1 ≠ 0, artinya ada hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan dan
Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3
Doplang.
2. H0 : β2 = 0, artinya tidak ada hubungan antara Minat Pada Pelajaran
Sejarah dan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 3 Doplang.
H2 : β2≠ 0, artinya ada hubungan antara Minat Pada Pelajaran Sejarah dan
Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3
Doplang.
3. H0 : β3 = 0, artinya tidak ada hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan
dan Minat Pada Pelajaran Sejarah secara bersama – sama
dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 3 Doplang.
H3 : β3≠ 0, artinya ada hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan dan
Minat Pada Pelajaran Sejarah secara bersama – sama dengan
Pemahaman Nilai Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3
Doplang.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai deskripsi data penelitian, pengujian
persyaratan analisis, pengujian hipotesis penelitian, pembahasan hasil analisis data
dan keterbatasan penelitian.
A. Deskripsi Data
Dalam penelitian ini yang berjudul “Hubungan Antara Pemanfaatan
Perpustakaan Dan Minat Pada Pelajaran Sejarah Dengan Pemahaman Nilai
Kesejarahan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang Tahun Ajaran 2008/2009”,
ditampilkan tiga macam data, yaitu :
1. Data Pemanfaatan Perpustakaan, sebagai variabel bebas pertama (X1)
2. Data Minat Pada Pelajaran Sejarah, sebagai variabel bebas kedua (X2)
3. Data Pemahaman Nilai Kesejarahan, sebagai variabel terikat (Y)
Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan alat
bantu komputer program serial Statistik SPSS 13.00 for Windows. Data – data
yang terkumpul dapat dideskripsikan sebagai berikut :
1. Deskripsi Data Pemanfaatan Perpustakaan (X1)
Pemanfaatan perpustakaan merupakan variabel bebas pertama (X1)
dalam penelitian ini. Data pemanfaatan perpustakaan diperoleh melalui kuesioner
(angket) disebarkan kepada 32 responden. Data yang terkumpul menunjukkan
bahwa skor terendah 48 dan skor tertinggi 106. Rentangan skor yang muncul
adalah sebesar 58 menyebar dari 48 sampai 106. Banyak kelas yang ditetapkan
dalam penelitian ini terdiri dari 6 kelas dengan panjang kelas 10 ( lamp. 21, hal
125 ).
Skor pemanfaatan perpustakaan tersebut kemudian dianalisis dan
hasilnya adalah sebagai berikut :
a. Skor rata – rata (Mean) = 81,75
b. Simpangan baku (Standar Deviasi/SD) = 14,427
c. Median = 84,50
51
d. Modus = 75
Penafsiran skor rata – rata (Mean) :
0,00 – 0,41 = Rendah
0,42 – 0,83 = Sedang
0,84 – 125 = Tinggi
Hasil perhitungan angket variabel pemanfaatan perpustakaan skor rata –
rata (Mean) adalah sebesar 81,75. Berdasarkan penafsiran skor rata – rata (Mean)
disimpulkan bahwa pemanfaatan perpustakaan belum baik karena masih berada
dalam kelompok sedang. Hal ini bila dibandingkan dengan skor maksimal yang
masuk yaitu sebesar 125.
Adapun distribusi frekuensi skor pemanfaatan perpustakaan dapat
disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Perpustakaan
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa 10 responden (31,25 %)
berada pada kelompok rata – rata, 11 responden (34,38 %) berada di bawah
kelompok rata – rata dan 11 responden (34,38 %) berada diatas kelompok rata –
rata. Bentuk deskripsi data skor pemanfaatan perpustakaan (X1) tersebut lebih
jelasnya dapat dilihat dalam grafik histogram sebagai berikut :
No Kelas Interval
Frekuensi Absolut
Frekuensi Relatif (%)
1 98 - 107 4 12,50% 2 88 - 97 7 21,88% 3 78 - 87 10 31,25% 4 68 - 77 6 18,75% 5 58 - 67 3 9,38% 6 48 - 57 2 6,25%
Jumlah 32 100,00%
0123456789
10
48-57 58-67 68-77 78-87 88-97 98-107
Gambar 3. Histogram Pemanfaatan Perpustakaan (X1)
2. Deskripsi Data Minat Pada Pelajaran Sejarah (X2)
Minat terhadap pelajaran sejarah merupakan variabel bebas kedua (X2)
dalam penelitian ini. Data minat terhadap pelajaran sejarah diperoleh melalui
kuesioner (angket) yang disebarkan kepada 32 responden. Data yang terkumpul
menunjukkan bahwa nilai terendah 81 dan nilai tertinggi 115. Rentangan nilai
yang muncul adalah sebesar 34 menyebar dari 81 sampai 115. Banyak kelas yang
ditetapkan dalam penelitian ini terdiri dari 6 kelas dengan panjang kelas 6
(lamp.21 hal 126).
Nilai minat terhadap pelajaran sejarah tersebut kemudian dianalisis dan
hasilnya adalah sebagai berikut :
a. Skor rata – rata (Mean) = 96,97
b. Simpangan baku (Standar Deviasi) = 7,673
c. Median = 98,00
d. Modus = 105
Penafsiran skor rata – rata (Mean) :
0,00 – 0,41 = Rendah
0,42 – 0,83 = Sedang
0,84 – 125 = Tinggi
Hasil perhitungan angket variabel minat pada pelajaran sejarah skor rata
– rata (Mean) adalah sebesar 96,97. Berdasarkan penafsiran skor rata – rata
(Mean) disimpulkan bahwa minat pada pelajaran sejarah belum baik meskipun
berada pada kelompok tinggi. Hal ini bila dibandingkan dengan skor maksimal
yang masuk yaitu sebesar 125.
Adapun distribusi frekuensi skor minat terhadap pelajaran sejarah dapat
disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Skor Minat Terhadap Pelajaran Sejarah No
Kelas Interval Frekuensi Absolut
Frekuensi Relatif (%)
1 111 - 116 1 3,13% 2 105 - 110 4 12,50% 3 99 - 104 10 31,25% 4 93 - 98 8 25,00% 5 87 - 92 6 18,75% 6 81 - 86 3 9,38%
Jumlah 32 100,00%
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa 10 responden (31,25%)
berada pada kelompok rata – rata, 17 responden (53,12%) berada pada kelompok
di bawah rata – rata dan 5 responden (15,63%) berada di atas kelompok rata –
rata. Bentuk deskripsi data nilai minat terhadap pelajaran sejarah (X2) tersebut
lebih jelasnya dapat dilihat dalam grafik histogram sebagai berikut :
Gambar 4. Histogram Minat Terhadap Pelajaran Sejarah
3. Deskripsi Data Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y)
Pemahaman nilai kesejarahan merupakan variabel terikat (Y) dalam
penelitian ini. Data pemahaman nilai kesejarahan diperoleh melalui kuesioner
(tes) yang disebarkan kepada 32 responden. Data yang terkumpul menunjukkan
bahwa nilai terendah adalah 18 dan tertinggi 28. rentangan nilai yang muncul
adalah sebesar 10 menyebar dari 18 sampai 28. banyak kelas yang ditetapkan
dalam penelitian ini terdiri dari 6 kelas dengan panjang kelas 2 (lihat lamp. hal
126).
Nilai pemahaman nilai kesejarahan tersebut kemudian dianalisis dan
hasilnya adalah sebagai berikut :
a. Skor rata – rata (Mean) = 24,03
b. Simpangan baku (Standar Deviasi) = 2,482
c. Median = 24,50
d. Modus = 25
Penafsiran skor rata – rata (Mean) :
0,00 – 10,00 = Rendah
11,00 – 20,00 = Sedang
21,00 – 30,00 = Tinggi
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
81-86 87-92 93-98 99-104 105-110 111-116
Hasil perhitungan tes variabel pemahaman nilai kesejarahan skor rata –
rata (Mean) adalah sebesar 24,03. Berdasarkan penafsiran skor rata – rata (Mean)
disimpulkan bahwa pemahaman nilai kesejarahan belum baik meskipun berada
pada kelompok tinggi. Hal ini bila dibandingkan dengan skor maksimal yang
masuk yaitu sebesar 30.
Adapun distribusi frekuensi nilai pemahaman nilai kesejarahan dapat
disajikan dalam tabel distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Pemahaman Nilai Kesejarahan No
Kelas Interval Frekuensi Absolut
Frekuensi Relatif (%)
1 28 - 29 1 3,13% 2 26 - 27 8 25,00% 3 24 - 25 10 31,25% 4 22 - 23 8 25,00% 5 20 - 21 4 12,50% 6 18 - 19 1 3,13%
Jumlah 32 100,00% Sumber : Hasil Olah Data Pemahaman Nilai Kesejarahan
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa 10 responden (31,25%)
berada pada kelompok rata – rata, 13 responden (40,63%) berada di bawah
kelompok rata – rata dan 9 responden (28,13%) berada di atas kelompok rata –
rata. Bentuk deskripsi data nilai penmahaman nilai kesejarahan (Y) tersebut lebih
jelasnya dapat dilihat dalam grafik histogram sebagai berikut :
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
18-19 20-21 22-23 24-25 26-27 28-29
Gambar 5. Histogram Pemahaman Nilai Kesejarahan
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Pengujian persyaratan analisis adalah pengujian persyaratan yang harus
dipenuhi agar analisis regresi dapat dilakukan. Pengujian persyaratan analisis
dalam penelitian ini dilakukan dengan uji normalitas data. Uji normalitas
bertujuan untuk menguji apakah populasi berdistribusi normal atau tidak.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji yang digunakan untuk menyelidiki variabel
pengganggu dari regresi yang diisyaratkan berdistribusi normal atau tidak. Berikut
hasil uji normalitas untuk masing – masing variabel penelitian.
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Variabel Skor Max Skor Min Mean SD Nilai K-S-Z Sig
X1 106 48 81,75 14,427 0,549 0,924
X2 115 81 96,97 7,673 0,540 0,933
Y 28 18 24,03 2,482 0,859 0,452
Sumber : Hasil Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov (Lamp. 22 hal 127)
Keterangan :
X1 = Pemanfaatan Perpustakaan
X2 = Minat Pada Pelajaran Sejarah
Y = Pemahaman Nilai Kesejarahan
Berdasarkan data yang dianalisis diketahui variabel pemanfaatan
perpustakaan diperoleh nilai signifikansi 0,924 > taraf nyata 5%, hal ini berarti
sebaran data variabel pemanfaatan perpustakaan memenuhi distribusi normal.
Variabel minat pada pelajaran sejarah diperoleh nilai signifikansi 0,933 > 5%, dan
variabel pemahaman nilai kesejarahan diperoleh nilai signifikansi 0,452. Hal ini
menunjukkan bahwa sebaran data penelitian memenuhi distribusi normal.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas dimaksudkan untuk mengetahui apakah mode persamaan
linier yang telah diperoleh cocok atau tidak.
a. Uji linieritas antara pemanfaatan pepustakaan (X1) dengan pemahaman nilai
kesejarahan (Y).
Hasil dari uji linieritas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8. Ringkasan Uji Linieritas antara pemanfaatan perpustakaan dan
pemahaman nilai kesejarahan.
Lack of Fit Tests
Dependent Variable: Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y)
116,870 25 4,675 1,009 ,557
23,167 5 4,633
SourceLack of Fit
Pure Error
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Sumber : Hasil Uji Linieritas X1 dengan Y (Lamp. 23 hal 128)
Berdasarkan data yang dianalisis diketahui nilai signifikansi 0,557 >
0,05 hal ini berarti hubungan variabel pemanfaatan perpustakaan dengan
pemahaman nilai kesejarahan memenuhi persamaan linier.
b. Uji linieritas antara minat pada pelajaran sejarah (X2) dengan pemahaman
nilai kesejarahan (Y).
Hasil dari uji lineritas dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Ringkasan Uji Linieritas antara minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai kesejarahan.
Lack of Fit Tests
Dependent Variable: Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y)
87,386 18 4,855 ,850 ,633
68,500 12 5,708
SourceLack of Fit
Pure Error
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Sumber : Hasil Uji Linieritas X2 dengan Y (Lamp. 24 hal 129)
Berdasarkan data yang dianalisis diketahui nilai signifikansi 0,633 >
0,05 hal ini berarti hubungan variabel minat pada pelajaran sejarah dengan
pemahaman nilai kesejarahan memenuhi persamaan linier.
C. Pengujian Hipotesis Penelitian
1. Hubungan antara Pemanfaatan Perpustakaan (X1) dengan
Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y)
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara pemanfaatan perpustakaan (X1) dengan pemahaman
nilai kesejarahan (Y).
a. Koefisien Regresi
Hipotesis pertama yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara pemanfaatan perpustakaan (X1) dengan pemahaman
nilai kesejarahan (Y). Perhitungan analisis regresi sederhana pada data variabel
pemanfaatan perpustakaan menghasilkan arah regresi b sebesar 0, 089 dan
konstanta a sebesar 16,768. Dengan demikian bentuk hubungan antara kedua
variabel tersebut dapat digambakan oleh persamaan regresi Ŷ = 16,768 + 0,089X1.
Sebelum digunakan untuk keperluan prediksi, persamaan regresi ini harus
memenuhi syarat kelinieran dan keberartian (lamp 25 hal 130 )
Berdasarkan hasil dari linieritas disimpulkan bahwa regresi Ŷ = 16,768
+ 0,089X1 sangat signifikan dan linier. Regresi ini mengandung arti bahwa
apabila pemanfaatan perpustakaan meningkat satu unit skor, maka kecenderungan
pemahaman nilai kesejarahan meningkat sebesar 0,089 unit skor pada konstanta =
16,768.
Tabel 10. Analisis Varians Regresi Linier X1 dengan Y dengan persamaan Ŷ = 16,768 + 0,089X1.
ANOVAb
50,932 1 50,932 10,911 ,002a
140,036 30 4,668
190,969 31
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Pemanfaatan Perpustakaan (X1)a.
Dependent Variable: Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y)b.
Sumber : Analisis Regresi X1 dengan Y (lamp. 25 hal 130) b. Koefisien Korelasi
Kekuatan hubungan antara pemanfaatan perpustakaan (X1) dengan
pemahaman nilai kesejarahan (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi product
moment. Rumus yang digunakan untuk menghitungnya adalah sebagai berikut :
( ){ } ( )( ){ }
( ) ( ){ } ( ) ( ){ }2222 ååååååå
--
-=
YYNXXN
YXXYNrXY
Hasil penghitungan diperoleh angka sebesar rXY = 0,516. Dengan
signifikansi 0,002 < 0,05 maka Ho ditolak, berarti ada hubungan antara
pemanfaatan perpustakaan dengan pemahaman nilai kesejarahan.
c. Uji t
Selanjutnya uji keberartian koefisien korelasi dilakukan dengan uji
student t. Rumus yang digunakan adalah :
21
2
r
nrt
-
-=
Dan didapat thitung sebesar 3,303.
Untuk lebih jelasnya mengenai kekuatan hubungan X1 dengan Y dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 11
Rangkuman Hubungan X1 dengan Y
ttabel Korelasi R thitung
α = 0,05
ry1 0,516 3,303** 1,68
Keterangan :
** = korelasi signifikan (thitung = 3,303 > ttabel = 1,68)
ry1= koefisien korelasi antara X1 dengan Y
Karena thitung 3,303 > ttabel 1,68 maka Ho ditolak yang berarti terdapat
hubungan yang signifikan antara variabel pemanfaatan perpustakaan dengan
pemahaman nilai kesejarahan. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi seperti
tabel ternyata bahwa korelasi X1 dengan Y signifikan. Dengan demikian hipotesis
yang menyatakan terdapat hubungan antara pemanfaatan perpustakaan dengan
pemahaman nilai kesejarahan teruji kebenarannya. Hal ini berarti semakin baik
pemanfaatan perpustakaan, akan semakin baik pemahaman nilai kesejarahan.
d. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi antara
variabel X1 dengan variabel Y yaitu sebesar (ry1)2 = (0,516)2 = 0,267 yang
menunjukkan bahwa 26,7% variasi yang terjadi pada pemahaman nilai
kesejarahan dapat dijelaskan oleh pemanfaatan perpustakaan melalui regresi Ŷ =
16,768 + 0,089X1.
Apabila dilakukan pengontrolan antara variabel pemanfaatan
perpustakaan (X1) didapat koefisien korelasi parsial sebesar ry1.2 = 0,516. Uji
keberartian dengan harga thitung sebesar 3,303 dan harga ttabel sebesar 1,68 pada α =
0,05. Karena thitung (3,303) > ttabel (1,68), maka dapat disimpulkan bahwa koefisien
korelasi parsial signifikan dan mempunyai hubungan positif.
2. Hubungan antara Minat Pada Pelajaran Sejarah (X2) dengan
Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y)
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara minat pada pelajaran sejarah (X2) dengan pemahaman
nilai kesejarahan (Y).
a. Koefisien Regresi
Hipotesis kedua yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa
terdapat hubungan antara minat pada pelajaran sejarah (X2) dengan pemahaman
nilai kesejarahan (Y). Perhitungan analisis regresi sederhana pada data variabel
pemanfaatan perpustakaan menghasilkan arah regresi b sebesar 0, 139 dan
konstanta a sebesar 10,587. Dengan demikian bentuk hubungan antara kedua
variabel tersebut dapat digambakan oleh persamaan regresi Ŷ = 10,587 + 0,139X2.
Sebelum digunakan untuk keperluan prediksi, persamaan regresi ini harus
memenuhi syarat kelinieran dan keberartian (lamp 26. hal 131)
Berdasarkan hasil dari linieritas disimpulkan bahwa regresi Ŷ = 10,587
+ 0,139X2 sangat signifikan dan linier. Regresi ini mengandung arti bahwa
apabila pemanfaatan perpustakaan meningkat satu unit skor, maka kecenderungan
pemahaman nilai kesejarahan meningkat sebesar 0,139 unit skor pada konstanta =
10,587.
Tabel 12. Analisis Varians Regresi Linier X2 dengan Y dengan persamaan Ŷ = 10,587 + 0,139X2.
Suumber : Analisis Regresi X2 dengan Y (Lamp. 26 hal 131).
ANOVA b
35,083 1 35,083 6,752 ,014 a 155,886 30 5,196
190,969 31
Regression Residual Total
Model 1
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Minat pada Pelajaran Sejarah (X2) a.
Dependent Variable: Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y) b.
b. Koefisien Korelasi
Kekuatan hubungan antara minat pada pelajaran sejarah (X2) dengan
pemahaman nilai kesejarahan (Y) ditunjukkan oleh koefisien korelasi product
moment. Rumus yang digunakan untuk menghitungnya adalah sebagai berikut :
( ){ } ( )( ){ }
( ) ( ){ } ( ) ( ){ }2222 ååååååå
--
-=
YYNXXN
YXXYNrXY
Hasil penghitungan diperoleh angka sebesar rXY = 0,429. Dengan
signifikansi 0,014 < 0,05 maka Ho ditolak, berarti ada hubungan antara minat
pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai kesejarahan.
c. Uji t
Selanjutnya uji keberartian koefisien korelasi dilakukan dengan uji
student t. Rumus yang digunakan adalah :
21
2
r
nrt
-
-=
Dan didapat thitung sebesar 2,598.
Untuk lebih jelasnya mengenai kekuatan hubungan X2 dengan Y dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 13.
Rangkuman Hubungan X2 dengan Y
ttabel Korelasi R thitung
α = 0,05
ry2 0,429 2,598** 1,68
Keterangan :
** = korelasi signifikan (thitung = 2,598 > ttabel = 1,68)
ry1= koefisien korelasi antara X1 dengan Y
Karena thitung 2,598 > ttabel 1,68 maka Ho ditolak yang berarti terdapat
hubungan yang signifikan antara variabel minat pada pelajaran sejarah dengan
pemahaman nilai kesejarahan. Berdasarkan hasil pengujian signifikansi seperti
tabel ternyata bahwa korelasi X2 dengan Y signifikan. Dengan demikian hipotesis
yang menyatakan terdapat hubungan antara minat pada pelajaran sejarah dengan
pemahaman nilai kesejarahan teruji kebenarannya. Hal ini berarti semakin baik
minat pada pelajaran sejarah, akan semakin baik pemahaman nilai kesejarahan.
d. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi merupakan kuadrat dari koefisien korelasi antara
variabel X2 dengan variabel Y yaitu sebesar (ry2)2 = (0,429)2 = 0,184 yang
menunjukkan bahwa 18,4% variasi yang terjadi pada pemahaman nilai
kesejarahan dapat dijelaskan oleh pemanfaatan perpustakaan melalui regresi Ŷ =
10,587 + 0,139X2.
Apabila dilakukan pengontrolan antara variabel minat pada pelajaran
sejarah (X2) didapat koefisien korelasi parsial sebesar ry2.1 = 0,429. Uji keberartian
dengan harga thitung sebesar 2,598 dan harga ttabel sebesar 1,68 pada α = 0,05.
Karena thitung (3) > ttabel (1,68), maka dapat disimpulkan bahwa koefisien korelasi
parsial signifikan dan mempunyai hubungan positif.
3. Hubungan Pemanfaatan Perpustakaan (X1) dan Minat Pada
Pelajaran Sejarah (X2) secara bersama-sama dengan Pemahaman
Nilai Kesejarahan (Y)
Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini menyatakan bahwa
hubungan antara pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah
secara bersama – sama dengan pemahaman nilai kesejarahan.
a. Koefisien Regresi
Perhitungan lengkap regresi ganda dari variabel pemahaman nilai
kesejarahan menghasilkan arah regresi b1 sebesar 0,086 untuk variabel X1
(pemanfaatan perpustakaan), b2 sebesar 0,131 untuk variabel X2 (minat pada
pelajaran sejarah), serta konstanta a sebesar 4,339. Dengan demikian bentuk
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat tersebut dapat
digambarkan oleh persamaan regresi Ŷ = 4,339 + 0,086X1 + 0,131X2. sebelum
digunakan untuk keperluan prediksi, persamaan regresi ini harus dilakukan uji
keberartian regresi (lamp. 27 hal 132).
Untuk mengetahui derajat keberartian dan kelinieran persamaan regresi,
dilakukan uji F dan hasilnya dapat ditelaah pada tabel berikut ini :
Tabel 14.
Analisis Variansi Regresi Linier Ganda
Ŷ = 4,339 + 0,086X1 + 0,131X2
Keterangan :
** = Regresi signifikan (Fh = 10,951 > Ft = 4,15)
b. Koefisien Korelasi Ganda
Perhitungan korelasi ganda antara variabel X1 dan variabel X2 dengan
variabel Y menghasilkan koefisien korelasi sebesar R = 0,656. Rumus yang
digunakan adalah :
å=
22
12. y
JKR reg
y
c. Uji F
Uji keberartian dengan menggunakan uji F. Rumus yang digunakan
adalah :
( ) ( )1/1/
2
2
---=
knRkR
F
Hasil perhitungan adalah sebesar Fhitung = 10,951. untuk lebih jelasnya mengenai
hubungan X1 dan X2 dengan Y dapat dilihat pada tabel berikut :
ANOVA b
82,168 2 41,084 10,951 ,000 a 108,801 29 3,752
190,969 31
Regression Residual Total
Model 1
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Minat pada Pelajaran Sejarah (X2), Pemanfaatan Perpustakaan (X1)
a.
Dependent Variable: Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y) b.
Tabel 15.
Rangkuman Uji Korelasi Ganda antara X1,X2 dengan Y
Ftabel Korelasi R Fhitung
α = 0,05
Ry12 0,656 10,951 4,15
Keterangan :
** = korelasi signifikan (Fhitung = 10,951 > Ftabel = 4,15)
Ry12 = korelasi X1, X2 dengan Y
Karena Fhitung (10,951) > Ftabel (4,15), maka Ho ditolak berarti ada
hubungan yang positif dan signifikan antara variabel pemanfaatan perpustakaan
dan variabel minat pada pelajaran sejarah secara bersama – sama dengan
pemahaman nilai kesejarahan.
d. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi sebesar R2 = (0,656)2 = 0,430. Ini menunjukkan
bahwa 43,0 % variasi yang terjadi pada pemahaman nilai kesejarahan dapat
dijelaskan oleh pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah,
melalui regresi Ŷ = 4,339 + 0,086X1 + 0,131X2. Sisanya sebesar 57 %
dipengaruhi variabel yang lain di luar penelitian.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Terdapat Hubungan yang Positif dan Signifikan antara Pemanfaatan
Perpustakaan (X1) dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y)
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi sederhana untuk variabel X1
dengan Y pada taraf signifikansi 5% dengan N = 32 diperoleh hasil sebesar
0,516. Berdasarkan tabel penafsiran koefisien korelasi hasil ini menunjukkan
bahwa tingkat hubungan pemanfaatan perpustakaan dengan pemahaman nilai
kesejarahan adalah sedang, dan harga tersebut ternyata lebih besar dari rtabel yaitu
0,349. Dari angka korelasi ini maka taksiran koefisien determinasinya adalah
0,267. Angka ini dapat didinterpretasikan bahwa 26,7% variansi yang ada pada
variabel pemahaman nilai kesejarahan dapat diprediksi oleh variabel pemanfaatan
perpustakaan. Persamaan regresinya adalah Ŷ = 16,768 + 0,089X1. koefisien
regresi variabel pemanfaatan perpustakaan dengan pemahaman nilai kesejarahan
adalah 0,089. Angka tersebut mencerminkan bahwa setiap pemafaatan
perpustakaan ditingkatkan sebanyak satu unit skor, maka berpengaruh terhadap
peningkatan pemahaman nilai kesejarahan sebesar 0,089 unit skor dengan
konstanta 16, 768. Hal ini berarti semakin tingi pemanfaatan perpustakaan maka
semakin tinggi pula pemahaman nilai kesejarahan, sebaliknya jika pemanfaatan
perpustakaan rendah maka pemahaman nilai kesejarahan juga akan rendah.
Sebagaimana dikemukakan oleh Adeyemi (2008) dalam penelitiannya yang
berjudul ”Library Resources and Students’ Learning Outcomes in Secondary
School in Ekiti State, Nigeria” bahwa rhitung (.4313) lebih besar dari ttabel (.1946).
Maka, Ho ditolak yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pemanfaatan
perpustakaan oleh siswa dan prestasi belajar siswa di sekolah tambahan di Ekiti,
Nigeria. Penemuan ini juga menyarankan bahwa pemanfaatan perpustakaan oleh
siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Maka, bila pemanfaatan
perpustakaan oleh siswa rendah, prestasi belajar siswa juga akan rendah.
Penerimaan hipotesis pertama, didukung dan perkuat dengan kajian teori
dari Ibrahim Bafadal (2001: 5) bahwa manfaat perpustakaan sekolah adalah
sebagai berikut : (1) Perpustakaan sekolah dapat menimbulkan kecintaan murid –
murid terhadap membaca. (2) Perpustakaan sekolah dapat memperkaya
pengalaman belajar murid. (3) Perpustakaan sekolah dapat menanamkan
kebiasaan belajar mandiri yang akhirnya murid – murid mampu belajar mandiri.
(4) Perpustakaan sekolah dapat mempercepat proses penguasaan teknik membaca.
(5) Perpustakaan sekolah dapat membantu perkembangan kecakapan berbahasa.
(6) Perpustakaan sekolah dapat melatih murid – murid ke arah tanggung jawab.
(7) Perpustakaan sekolah dapat memperlancar murid – murid dalam
menyelesaikan tugas – tugas sekolah. (8) Perpustakaan sekolah dapat membantu
murid – murid menemukan sumber – sumber pengajaran. (9) Perpustakaan
sekolah dapat membantu murid – murid, guru – guru, dan anggota staf sekolah
dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Fungsi dan pentingnya perpustakaan seperti yang dinyatakan oleh
Osazee dalam Bashir Olaitan Ibrahim bahwa perpustakaan sekolah juga
memberikan informasi yang bebas dari suasana kelas, dimana murid – murid
dapat memanbah pengetahuan dan ketertarikan lain tetapi tetap dalam bimbingan
(www.unilorin.edu). Bahan – bahan pustaka yang ada di perpustakaan sedikit
banyak juga akan membantu siswa untuk lebih mudah memahami nilai – nilai
yang terkandung dalam peristiwa – peristiwa sejarah.
2. Terdapat Hubungan yang Positif dan Signifikan antara Minat pada
Pelajaran Sejarah (X2) dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y)
Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi untuk hubungan variabel X2
dengan Y pada taraf signifikansi 5% dengan N = 32 diperoleh hasil sebesar 0,429.
Berdasarkan tabel penafsiran koefisien korelasi hasil ini menunjukkan bahwa
tingkat hubungan minat pada pelajaran sejarah dengan pemahaman nilai
kesejarahan adalah sedang, dan harga tersebut ternyata lebih besar dari rtabel yaitu
sebesar 0,349. Berdasarkan angka korelasi ini maka harga koefisien
determinasnya 0,184 yang berarti 18,4% variansi yang ada pada variabel
pemahaman nilai kesejarahan dapat diprediksi oleh variabel pemanfaatan
perpustakaan. Berdasarkan harga korelasi ini diperoleh besaran koefsien regresi
sebesar 0,139 dengan persamaan Ŷ = 10,587 + 0,139X2. Angka ini
menginformasikan bahwa jika variabel minat pada pelajaran sejarah dapat
ditingkatkan sebesar satu unit skor, maka akan meningkatkan angka pemahaman
nilai kesejarahan ssebesar 0,139 unit skor dengan konstanta 10,587. Hal ini berarti
semakin tinggi tingkat minat pada pelajaran sejarah maka akan semakin tinggi
pula pemahaman nilai kesejarahan, sebaliknya jika tingkat minat pada pelajaran
sejarah rendah maka pemahaman nilai kesejarahan juga akan rendah.
Sebagaimana dikemukakan oleh Aghniyani Zakiyah (2006) dalam penelitiannya
yang berjudul ” Analisis Hubungan antara Motivasi Berprestasi dan Kebiasaan
Membaca dengan Pemahaman tentang Sejarah Nasional Indonesia pada
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta” yaitu berdasarkan perhitungan
koefisien korelasi sederhana antara X2 dengan Y adalah sebesar 0,814 dengan
harga koefisien determinasinya 0,662 yang berarti 66,2% variansi yang ada pada
variabel Pemahaman Sejarah Nasional Indonesia dapat diprediksi oleh variabel
Kebiasaan Membaca melalui regresi Ŷ = 17,901 + 0,568X2. Koefisien regresi
untuk hubungan kedua variabel sebesar 0,568. Angka ini menginformasikan
bahwa jika variabel Kebiasaan Membaca dapat ditingkatkan sebesar satu unit
skor, maka akan meningkatkan angka Pemahaman Sejarah Nasional Indonesia
sebesar 0,568 unit skor dengan konstanta 17,901.
Penerimaan hipotesis kedua tersebut sesuai dengan pendapat Kartini
Kartono (1996:112) yang menyatakan bahwa minat merupakan momen dari
kecenderungan yang terarah secara intensif kepada obyek yang dianggap penting.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ngalim Purwanto (1990:56) yang menyatakan
bahwa minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu. Dengan adanya minat pada pelajaran sejarah pada
diri siswa maka siswa akan lebih senang dan tertarik dalam mengikuti pelajaran
sejarah. Rasa senang dan tertarik pada pelajaran sejarah ini akan mendorong siswa
untuk belajar lebih mendalam tentang sejarah. Hal ini memudahkan siswa untuk
memahami nilai – nilai yang terkandung dalam peristiwa sejarah.
3. Terdapat Hubungan yang Positif dan Signifikan antara Pemanfaatan
Perpustakaan (X1) dan Minat pada Pelajaran Sejarah (X2) secara
bersama – sama dengan Pemahaman Nilai Kesejarahan (Y)
Berdasarkan perhitungan koefisian korelasi dan regresi ganda antara
kedua variaabel bebas dengan variabel terikat adalah sebesar 0,656. Berdasarkan
tabel penafsiran koefisien korelasi hal ini menunjukkan bahwa hubungan
pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah secara bersama –
sama adalah kuat. Selanjutnya hasil tersebut dilakukan pengujian atas nilai Ry(12)
dengan uji F. Dari hasil pengujian diperoleh Fhitung sebesar 10,951 dan
dikonsultasikan dengan Ftabel yaitu sebesar 4,15 sehingga Fhitung > Ftabel atau 10,951
> 4,15, hal ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara X1 dan X2
secara bersama – sama dengan Y. Untuk persamaan regresi ganda diperoleh hasil
Ŷ = 4,339 + 0,086X1 + 0,131X2. Koefisien determinasinya dapat dihitung menjadi
0, 430. Angka ini mencerminkan bahwa variansi pemahaman nilai kesejarahan
dapat dijelaskan oleh variabel pemanfaatan perpustakaan dan minat pada
pelajaran sejarah secara bersama – sama sebesar 43,0%. Dengan kata lain variabel
pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah secara bersama –
sama dapat memprediksi variansi yang ada pada variabel pemahaman nilai
kesejarahan sebesar 43,0%. Sedangkan sisanya sebesar 57% dipengaruhi oleh
variabel lain di luar penelitian. Dari hasil analisis di atas dapat dinyatakan bahwa
semakin tinggi ppemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah,
maka pemahaman nilai kesejarahan akan semakin tinggi, sebaliknya jika
pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah semakin rendah,
maka pemahaman nilai kesejarahan juga rendah pula.
Penerimaan hipotesis ketiga tersebut sesuai dengan kajian teori dari
Poerwodarminto (1987: 694) bahwa pemahaman berasal dari kata paham yang
berarti mengerti benar atau tahu benar. Pemahaman sendiri adalalah suatu proses,
cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Sedangkan Benjamin S. Bloom
memasukkan kategori pemahaman (comprehension) ke dalam klasifikasi ranah
kognitif. Selanjutnya Bloom mengklasifikasikan kategori pemahaman menjadi
tiga, yaitu : pertama translation atau terjemahan, kedua interpretation atau
interpretasi dan yang ketiga adalah ekstrapolation atau ekstrapolasi (Benjamin S
Bloom, 1971:149). Translation atau terjemahan maksudnya adalah individu dapat
menggunakan informasi yang diterima ke dalam bahasa lain, situasi lain, dan pada
komunikasi yang lain. Interpretation adalah kegiatan interpretasi meliputi
hubungan antara susunan komunikasi dengan ide yang dipahami sehingga
membentuk konfigurasi baru dalam pemikiran individu. Sedangkan ekstrapolation
meliputi kegiatan pembuatan estimasi atau prediksi yang berdasar pada pengertian
dan kecenderungan atau kondisi – kondisi yang diterangkan dalam komunikasi.
Pemanfaatan perpustakaan dalam proses belajar mengajar terutama pada
pelajaran sejarah akan meningkatkan minat siswa untuk belajar sejarah. Hal ini
dikarenakan siswa bisa mendapatkan pengetahuan tambahan selain yang
disampaikan oleh guru dengan membaca buku – buku yang ada di perpustakaan.
Dengan adanya minat untuk belajar sejarah pada diri siswa, maka siswa akan
lebih mudah memahami nilai – nilai yang ada dalam peristiwa sejarah.
Pemahaman nilai kesejarahan adalah memahami arti dan makna dari peristiwa
sejarah dengan menguraikan hubungan antara peristiwa – peristiwa yang telah
terjadi menjadi gambaran lengkap yang terdiri dari fakta – fakta kejadian. Dengan
demikian siswa mampu memahami secara mendalam fakta – fakta kejadian yang
telah terjadi dan sekaligus mampu menggeneralisasikan dalam kehidupan yang
akan datang.
E. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan berdasarkan metode – metode dan
prosedur – prosedur penelitian yang sudah baku sehingga hal – hal yang terkait
dengan aspek metodologisnya sudah terpenuhi. Namun tetap saja ada hal – hal
yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ini. Hal – hal tersebut adalah :
1. Pemilihan Variabel penelitian, meskipun sudah dilandasi dengan aspek
teoritisnya, namun tetap saja tidak dapat memiliki nilai – nilai yang apriori
sehingga dapat melemahkan temuan penelitian ini.
2. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner yang
bersifat self inventory sehingga respon – respon yang diberikan oleh
responden tidak dapat dikontrol. Tidak mustahil respon yang diberikan adalah
kesimpulan mereka, bukan apa yang sebenarnya.
3. Pemahaman nilai kesejarahan tidak hanya dipengaruhi oleh pemanfaatan
perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah tetapi masih ada variabel lain
yang ikut berpengaruh tetapi tidak diteliti dalam penelitian ini.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan
pada bab sebelumnya, maka dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada hubungan positif dan signifikan antara pemanfaatan perpustakaan
dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Doplang tahun ajaran 2008/2009. Hal ini terbukti dari hasil hipotesis
pertama dengan analisis korelasi product moment pada taraf signifikansi 5%
yang diperoleh thitung 3,303 lebih besar dari ttabel yaitu 1,68.
2. Ada hubungan positif dan signifikan antara minat pada pelajaran sejarah
dengan pemahaman nilai kesejarahan siswa kelas VIII SMP Negeri 3
Doplang tahun ajaran 2008/2009. Hal ini terbukti dari hasil hipotesis kedua
dengan analisis korelasi product moment pada taraf signifikansi 5% yang
diperoleh thitung 2,598 lebih besar dari ttabel yaitu 1,68.
3. Ada hubungan positif dan signifikan antara pemanfaatan perpustakaan dan
minat pada pelajaran sejarah secara bersama – sama dengan pemahaman
nilai kesejarahan siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Doplang tahun ajaran
2008/2009. Hal ini terbukti dari hasil hipotesis ketiga dengan analisis regresi
ganda pada taraf signifikansi 5% yang diperoleh Fhitung 10,951 lebih besar
dari Ftabel yaitu 4,15.
B. Implikasi
Berdasarkan pada landasan teori serta hasil penelitian ini, maka dapat
disampaikan implikasi yang berguna secara teoritis maupun praktis dalam upaya
meningkatkan pemahaman nilai kesejarahan siswa, antara lain :
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa yang memanfaatkan
perpustakaan dan mempunyai minat pada pelajaran sejarah yang tinggi, akan
72
mempunyai pemahaman nilai kesejarahan yang tinggi. Sebaliknya, siswa yang
kurang memanfaatkan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah yang
rendah, akan menpunyai pemahaman nilai kesejarahan yang rendah pula.
Oleh kareni itu, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bukti
bahwa pemahaman nilai kesejarahan siswa dipengaruhi oleh faktor internal siswa,
yaitu pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah. Disamping itu,
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pengembangan penelitian
selanjutnya, karena masih banyak faktor lain yang mempengaruhi pemahaman
nilai kesejarahan siswa.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bahan masukan bagi
siswa, orang tua dan pihak sekolah. Siswa sebagai peserta didik harus
memanfaatkan fasilitas yang ada di sekolah untuk menunjang keberhasilan
belajarnya. Orang tua sebagai pendidik nonformal di luar sekolah memegang
peranan besar dalam memenuhi segala kebutuhan bagi anaknya terutama
kebutuhan fasilitas belajar siswa di rumah. Guru sebagai pendidik mempunyai
peranan dalam mengatasi masalah – masalah belajar siswa yaitu dengan
menyediakan fasilitas atau media belajar yang dibutuhkan dalam proses belajar
mengajar, sehingga siswa mempunyai minat yang tinggi pada pelarajan sejarah.
Siswa yang mempunyai minat pada pelajaran sejarah akan mudah dalam
memahami nilai – nilai yang ada dalam pelajaran sejarah. Secara keseluruhan,
dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas
pendidikan di sekolah khususnya di SMP 3 Doplang.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, maka ada beberapa saran
yang perlu disampaikan :
1. Kepada Siswa
a. Siswa perlu meningkatkan pemanfaatan perpustakaan untuk
menunjang keberhasilan belajar dan mengembangkan berbagai metode
belajar sebagai sarana memperluas pengetahuan dan wawasannya.
b. Siswa dapat menemukan konsep atau pemahaman yang dicari pada
buku – buku yang ada di perpustakaan.
2. Kepada SMP 3 Doplang
a. SMP 3 Doplang hendaknya lebih meningkatkan sarana dan prasarana
sekolah, khususnya berupa koleksi perpustakaan yang lebih lengkap.
b. SMP 3 Doplang hendaknya memberikan fasilitas bimbingan konseling
bagi siswa untuk meningkatkan minat belajar siswa.
c. SMP 3 Doplang hendaknya memberikan fasilitas belajar mengajar
yang lebih lengkap untuk menunjang kelancaran dan keberhasilan
proses belajar siswa.
3. Kepada Guru (Pendidik)
a. Guru hendaknya memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih aktif
berkunjung ke perpustakaan dengan cara memberikan tugas – tugas
kepada siswa.
b. Guru hendaknya menggunakan media pembelajaran yang atraktif
untuk menarik perhatian siswa dalam proses belajar mengajar,
terutama pada pelajaran sejarah.
4. Kepada Orang Tua Siswa
a. Orang tua siswa diharapkan memberikan dikungan pada proses belajar
anak dengan menyediakan fasilitas belajar berupa kelengkapan buku
pelajaran, sarana belajar seperti meja belajar dan ruangan khusus untuk
belajar.
b. Orang tua siswa hendaknya selalu memberikan perhatian, bimbingan,
arahan dan motivasi kepada anak, khususnya pada saat anak sedang
belajar di rumah.
5. Peneliti Berikutnya
Dalam penelitian ini pemahaman nilai kesejarahan dapat dijelaskan
oleh pemanfaatan perpustakaan dan minat pada pelajaran sejarah
sebesar 43%, sedangkan sisanya sebesar 57% dipengaruhi oleh
variabel lain di luar penelitian ini. Bagi peneliti berikutnya disarankan
untuk meneliti variabel lain tersebut pada penelitian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aghniyani Zakiyah. 2006. Analisis Hubungan Antara Motivasi Berprestasi
Dan Kebiasaan Membaca Dengan Pemahaman Sejarah Nasional Indonesia Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendididkan Universtas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Surakarta: UNS
Bloom, Benjamin S. 1984. Taxonomy of Education Objectives, Book I, Cognitive Domain. New York: Longman
Djarwanto. 2001. Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Pendidikan.
Yogyakarta: Liberty Dudung Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu Hadari Nawawi. 1987. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM
Press Hurlock, Elizabeth B. 1999. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Ibrahim Bafadal. 2001. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi
Aksara Kartini Kartono. 1996. Psikologi Umum. Bandung: Penerbit Alumni Kuntowijoyo. 2001. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi.1989. Metode Penelitian Survei.
Jakarta: Penerbit LP3ES Moh. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia
Muljani A. Nurhadi. 1983. Sejarah Perpustakaan dan Perkembangannya di Indonesia. Yogyakarta: Andi Offset
Munandir. 1996. Program Bimbingan Karier di Sekolah. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya Nurkencana, Wayan dan PPN Sumartana.1986. Evaluasi Pendidikan.
Surabaya. Usaha Nasioanal
76
Pawit M. Yusuf. 1988. Pedoman Mencari Sumber Informasi. Bandung:
Penerbit Alumni Poerwadarminta,W.J.S.1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta.
Balai Pustaka. Saefuddin Anwar. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Liberty Soeatminah. 1992. Perpustakaan, Kepustakawanan, Pustakawan.
Yogyakarta: Kanisius Syihabuddin Qalyubi. 2003. Dasar – Dasar Ilmu Perpustakaan dan
Informasi. Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Sudjana. 2001. Metode Statistika. Bandung: Tarsito Sugiyono dan Eri Wibowo. 2004. Statistika untuk Penelitian dan
Aplikasinya dengan SPSS ver 10.0 for Windows. Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rieneka Cipta
Sulistyo Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: PT. Gramedia
Sumanto. 1995. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta.
Andi Offset Sutrisno Hadi. 1983. Metode Reseach Jilid I. Yogyakarta. Fakultas Psikologi
UGM ___________. 2000. Statistik Jilid III. Yogyakarta. Andi Yogyakarta Teguh Wahyono. 2006. 36 Jam Belajar Komputer Analisis Data Statistik
dengan SPSS 14.0. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo UU Sisdiknas. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003. Bandung: Citra Umbara Winarno Suarkmad. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito Winkel, W.S. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Witherington, H.C. 1983. Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa Baru
Jurnal
Adeyemi, T. O. 2008. ”Library Resources And Students’ Learning Outcomes In Secondary Schools In Ekiti State, Nigeria”. Pakistan Journal Of Social Sciences. 5 (1) : 95-103.
Internet
http://www.unilorin.edu, 25 Juni 2009