hubungan antara makna hidup dengan kesejahteraan

32
HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA PELAYAN GEREJA DI GEREJA SIDANG JEMAAT ALLAH (GSJA) KRISTUS RAJA, SALATIGA OLEH MONYCA MULYANI DEWI 802011005 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 02-Nov-2021

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

PSIKOLOGIS PADA PELAYAN GEREJA DI GEREJA SIDANG

JEMAAT ALLAH (GSJA) KRISTUS RAJA, SALATIGA

OLEH

MONYCA MULYANI DEWI

802011005

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 2: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN
Page 3: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN
Page 4: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN

AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda

tangan dibawah ini :

Nama : Monyca Mulyani Dewi

NIM : 802011005

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal

bebas royalty non-ekslusif (non-ekslusif royalty freeright) atas karya ilmiah saya berjudul :

HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

PSIKOLOGIS PADA PELAYAN GEREJA DI GEREJA SIDANG

JEMAAT ALLAH (GSJA) KRISTUS RAJA, SALATIGA

Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan

mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan

mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai

penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Salatiga

Pada tanggal: 09 Agustus 2016

Yang menyatakan,

Monyca Mulyani Dewi

Mengetahui,

Pembimbing

Berta E.A. Prasetya, S. Psi., MA.

Page 5: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Monyca Mulyani Dewi

Nim : 802011005

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :

HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

PSIKOLOGIS PADA PELAYAN GEREJA DI GEREJA SIDANG

JEMAAT ALLAH (GSJA) KRISTUS RAJA, SALATIGA

Yang dibimbing oleh :

Berta E. A. Prasetya, S. Psi., MA.

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya sendiri

tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

Salatiga, 09 Agustus 2016

Yang memberi pernyataan

Monyca Mulyani Dewi

Page 6: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

PSIKOLOGIS PADA PELAYAN GEREJA DI GEREJA SIDANG

JEMAAT ALLAH (GSJA) KRISTUS RAJA, SALATIGA

Oleh

Monyca Mulyani Dewi

802011005

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk mencapai

Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui pada Tanggal : 23 Agustus 2016

Oleh :

Pembimbing

Berta E. A. Prasetya, S. Psi., MA.

Diketahui oleh, Disahkan oleh,

Kaprogdi Dekan

Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS. Prof. Dr. Sutarto Wijono. MA.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 7: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

PSIKOLOGIS PADA PELAYAN GEREJA DI GEREJA SIDANG

JEMAAT ALLAH (GSJA) KRISTUS RAJA, SALATIGA

Monyca Mulyani Dewi

Berta E. A. Prasetya

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016

Page 8: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan positif signifikan antara

makna hidup dengan kesejahteraan psikologis pada pelayan gereja di Gereja Sidang Jemaat

Allah (GSJA) Kristus Raja di Salatiga. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan

teknik pengambilan sampelnya adalah sampling jenuh. Partisipan penelitian ini adalah 61

pelayan gereja tersebut dan telah memenuhi ciri-ciri yang telah ditentukan peneliti.Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif signifikan antara makna hidup

dengan kesejahteraan psikologispada pelayan gereja di Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA)

Kristus Raja di Salatiga. Hal ini didasarkan dari koefisien korelasi makna hidup dengan

kesejahteraan psikologis sebesar r=0,671 dengan nilai signifikansi = 0,000 (p<0,005). Di

samping itu, variabel makna hidup memiliki nilai rata-rata 69,57 yang termasuk kategori

tinggi dan variabel kesejahteraan psikologis memiliki nilai rata-rata 28,02 yang termasuk

kategori tinggi.

Kata Kunci : Makna Hidup, Kesejahteraan Psikologis, Pelayan Gereja.

Page 9: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

Abstract

The purpose of this research is to determine whether there is significant negative correlation

between meaningof life with psychological well-being on diaken at Gereja Sidang Jemaat

Allah (GSJA) Kristus Raja Salatiga. This research also using quantitative method andthe

sampling technique is Purposive Sampling. The research participant is 61 diakenwho fullfil

characteristic that have been determined by researcher. The result of this research showed

that there is positive significant correlation between meaning of life with psychological well-

being on diaken of Gereja siding Jemaat Allah (GSJA) Kristus Raja Salatiga. This is based

from meaning of life correlation’s coeficient and psychological well-being intention that have

value r=0,671 with significant 0,000 (p<0,005). In additon, meaning of life variable have

average value 69,57 whichinclude in high category and psychological well-being variable

have average value 28,02 which include in high category.

Keyword : Meaning of Life, Psychological Well Being, Diaken

Page 10: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

PENDAHULUAN

Manusia hidup di dunia ini memiliki beragam tujuan yang ingin dicapai dalam

hidupnya. Beragam cara mereka tempuh untuk mencari dan menemukan kesejahteraan dan

makna dalam hidupnya, ada yang mencari-cari apa alasan mereka ada di dunia ini, namun ada

juga yang hanya berdiam diri. Bagi mereka yang ingin mengetahui tujuan dan makna dalam

hidupnya mereka akan mencari tahu dengan berbagai macam cara dan aktivitas seperti

merenung, bermain, bekerja, beribadah dan melayani Tuhan. Bagi sebagian besar umat

kristiani yang berusaha menemukan makna hidupnya mereka berusaha menemukannya

dengan cara tergabung dengan pelayan gereja.

Berdasarkan hasil wawancara terpisah terhadap enam orang yang melakukan

pelayanan di Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) Kristus Raja, mereka menyatakan bahwa

mereka tidak sekedar beribadah saja namun ada diantaranya yang melayani Tuhan. Dalam

melayani Tuhan terdapat beragam cara, ada yang dengan cara menjadi pendeta (pelayan

firman), bergabung dengan tim doa, pelayan misi, dewan pengurus, tim musik, tim pujian dan

penyembahan, tamborin, tim choir, kolektan, among tamu, operator LCD, dan guru sekolah

minggu.

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pelayan adalah orang yang

melayani; pembantu; pesuruh. Kata pelayanan sendiri dalam konteks Indonesia yaitu

(baca:Jawa) juga mempunyai arti yang agung yaitu menunjuk kepada kerelaan hati untuk

melayani tanpa mengharap imbalan dari orang yang dilayani (Sukamto, 2003). Kata "Gereja"

merupakan kata ambilan dari bahasa Portugis: igreja, yang berasal dari bahasa Yunani:

εκκλησία (ekklêsia) yang berarti dipanggil keluar (ek= keluar; klesia dari kata kaleo=

memanggil); kumpulan orang yang dipanggil ke luar dari dunia memiliki beberapa arti yang

pertama berarti 'umat', atau 'persekutuan' orang Kristen. Arti ini diterima sebagai arti pertama

Page 11: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

bagi orang Kristen. Jadi, gereja pertama-tama bukanlah sebuah gedung. Arti kedua adalah

sebuah perhimpunan atau pertemuan ibadah umat Kristen. Bisa bertempat di rumah

kediaman, lapangan, ruangan di hotel, maupun tempat rekreasi. Arti terakhir dan juga arti

umum adalah sebuah “rumah ibadah” umat Kristen, di mana umat bisa berdoa atau

bersembahyang.

Menurut pendeta Daun (2013) pelayan gereja (diakonos), adalah setiap orang yang

sudah menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, memiliki hidup Kristus, entah kaya-

miskin, punya posisi atau tidak, asal percaya Yesus dan mempunyai hidup Kristus dalam

dirinya, dia adalah pelayan (diakonos) dan orang yang sudah menerima Tuhan sebagai Juru

Selamat yang kemudian melakukan suatu bentuk pelayanan yang untuk melayani Tuhan dan

untuk melayani sesama umat Tuhan dengan bakat yang telah Tuhan berikan kepada seperti

menjadi pendeta (pelayan firman), bergabung dengan tim doa, pelayan misi, dewan pengurus,

tim musik, tim pujian dan penyembahan, tamborin, tim choir, kolektan, among tamu,

operator LCD, dan guru sekolah minggu.

Para pelayan gereja tersebut meyakini akan mendapatkan anugerah dari Tuhan untuk

melakukan pelayanan di gereja karena, Tuhan memberikan kepada setiap manusia bakat yang

berbeda-beda, ada yang memiliki bakat menyanyi, bermain musik, berdansa/menari dan ada

juga yang memiliki bakat untuk melakukan sesuatu yang bisa memberkati orang lain seperti

contohnya, sebagai tim doa, tim misi, dan lain sebagainya ( Daun, 2013). Mereka melakukan

pelayanan di gereja menggunakan bakat mereka bukan hanya untuk mencari uang atau

kekayaan duniawi saja namun, mereka memiliki pengharapan untuk mendapatkan makna

dalam hidupnya dan kesejahteraan psikologis dalam dirinya.

Hasil dari wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti pada 27 dan 31 Oktober

2015 dengan enam pelayan gereja, dalam melakukan pelayanan mereka memiliki latar

Page 12: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

bekakang yang berbeda. Ada yang memang seluruh anggota keluarganya melayani, ada yang

panggilan hati, ada yang awalnya karena diajak teman, ada juga yang ingin menyalurkan

bakat dan hobinya, dan lain sebagainya. Meskipun demikian, mereka yang melayani baik

karena faktor dari luar maupun dari dalam mengalami rasa khawatir, cemas, bingung, malu,

takut, merasa bersalah, kecewa, dan merasakan kehampaan dan kurang memiliki arti dalam

hidupnya. Mereka khawatir jika pada saat melayani di gereja mereka melakukan kesalahan,

takut jika gagal membawas jemaat untuk masuk kedalam suasana yang khusyuk, cemas jika

jemaat tidak bisa menangkap maksud dan pesan yang ingin disampaikan, merasa kawatir

jemaat kecewa dengan apa yang mereka lakukan diatas gereja.

Di samping merasakan rasa tidak percaya terhadap diri sendiri para pelayan gereja ini

juga berkeinginan untuk mendapatkan hidup yang lebih berkualitas. Menurut Frankl

(Bastaman, 2007) Makna hidup adalah keadaan yang menunjukkan kualitas penghayatan

individu terhadap hidupnya, dengan merealisasikan nilai-nilai dan tujuan hidup melalui

kehidupan yang penuh kreativitas dalam rangka pemenuhan kepuasaan hidup dan memberi

makna kepada kehidupannya, sehingga individu memiliki sikap positif dalam hidupnya.

Frankl (Bastaman, 2007) menyatakan bahwa pada hakekatnya logoterapi memiliki landasan

filsafat yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang saling berkaitan, ketiga unsur tersebut

adalah a) Kebebasan Berkehendak (The Freedom of Will) yaitu kebebasan yang dimiliki oleh

individu dan individu tersebut bertanggung jawab atas dirinya untuk menentukan sikap dan

mengubah kondisi hidupnya agar individu tersebut dapat meraih kehidupan yang lebih

berkualitas, b) Hasrat Hidup Bermakna (The Will to Meaning) yaitu individu memiliki

keinginan untuk hidup bermakna yang menjadi motivasi utamanya sehingga individu tersebut

mampu mendorongnya melakukan tindakan dalam berbagai kegiatan agar hidupnya terasa

lebih berarti dan berharga, dan c) Makna Hidup (Meaning of Life) yaitu merupakan hal yang

dianggap penting, berharga dan memberi nilai khusus bagi individu sehingga layak dijadikan

Page 13: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

tujuan hidup (the purpose in life), yang jika terpenuhi akan membuat hidup individu tersebut

lebih berguna, berharga, dan memiliki arti (meaningfull), namun jika tidak terpenuhi akan

menyebabkan hidup individu tersebut terasa hampa dan tidak bermakna (meaningless).

Sumber-sumber makna hidup menurut Bastaman (2007) adalah

a) Creative values (nilai-nilai kreatif)

Kegiatan berkarya, bekerja, menciptakan serta melaksanakan tugas dan

kewajiban sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab. Menekuni suatu pekerjaan

dan meningkatkan keterlibatan pribadi terhadap tugas serta berusaha untuk

mengerjakannya dengan sebaik-baiknya merupakan salah satu contoh dari kegiatan

berkarya, melalui karya dan kerja kita dapat menemukan arti hidup dan menghayati

kehidupan secara bermakna.

b) Experiential values (nilai-nilai penghayatan)

Keyakinan dan penghayatan akan nilai-nilai kebenaran, kebajikan, keindahan

keimanan, dan keagamaan, serta cinta kasih. Menghayati dan meyakini suatu nilai

dapat menjadikan seseorang berarti hidupnya. Tidak sedikit orang-orang yang merasa

menemukan arti hidup dari agama yang diyakininya, atau ada orang-orang yang

menghabiskan sebagian besar usianya untuk menekuni suatu cabang seni tertentu.

Cinta kasih dapat menjadikan pula seseorang menghayati perasaan berarti dalam

hidupnya. Dengan mencintai dan merasa dicintai, seseorang akan merasakan

hidupnya penuh dengan pengalaman hidup yang membahagiakan.

c) Attitudinal values (nilai-nilai bersikap)

Yaitu menerima dengan penuh ketabahan, kesabaran, dan keberanian segala

bentuk penderitaan yang tidak mungkin dielakkan lagi, seperti sakit yang tidak dapat

disembuhkan, kematian, dan menjelang kematian, setelah segala upaya dan ikhtiar

Page 14: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

dilakukan secara maksimal, dalam hal ini yang diubah bukan keadaannya, melainkan

sikap (attitude) yang diambil dalam menghadapi keadaan tersebut.

Karakteristik hidup bermakna menurut Bastaman (2007) adalah a) Hidup penuh

semangat dan gairah, b) Memiliki tujuan hidup yang jelas, c) Mampu menemukan

pengalaman baru dan hal-hal menarik dalam kehidupannya, d) Mampu menyesuaikan diri

dengan lingkungan, e) Mampu untuk selalu tabah dan menemukan hikmah dibalik

penderitaan, dan f) Mampu untuk memberikan dan menerima cinta.

Individu yang tidak berhasil menemukan dan memenuhi makna hidupnya,

mengakibatkan semacam frustasi yang disebut frustasi eksistensial (Frankl, 2003) dengan

keluhan utama hidupnya terasa hampa dan tanpa kebermaknaan (meaningless).

Ketidakbermaknaan ini yang dapat menyebabkan individu kehilangan minat, inisiatif,

merasakan perasaan hampa karena, hanya menjalani kehidupan sebagai hal yang rutin,

mekanis dan menjenuhkan serta, merasakan kebingungan untuk berbuat sesuatu yang patut

diperbuat dan tidak sepatutnya diperbuat.

Makna hidup sendiri merupakan salah satu faktor yang memengaruhi kesejahteraan

psikologis seseorang. Istilah makna hidup dikemukakan oleh Frankl (dalam Bastaman, 2007),

seorang dokter ahli penyakit saraf dan jiwa yang landasan teorinya disebut logoterapi. Kata

logoterapi berasal dari kata ”logos” yang artinya makna (meaning) atau rohani (spiritualy),

sedangkan ”terapi” adalah penyembuhan atau pengobatan. Logoterapi secara umum

mengakui adanya dimensi kerohanian pada manusia disamping dimensi ragawi dan kejiwaan,

serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning of life) dan hasrat untuk hidup bermakna

(the will to meaning) merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan

bermakna (the meaningfull life) yang didambakan (Frankl dalam Bastaman 2007).

Page 15: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

Sebagai mana disebutkan bahwa manusia dalam kehidupannya selain memperoleh

makna hidup dan tujuan hidup mereka juga medapatkan kesejahteraan psikologis, begitu juga

dengan para pelayan gereja tersebut yang dalam melakukan pelayanannya, mendapatkan

kesejahteraan psikologis dalam hidupnya. Ryff (1995), mendefinisikan kesejahteraan

psikologis sebagai hasil evaluasi/penilaian seseorang terhadap dirinya atas evaluasi dari

pengalaman hidupnya. Kesejahteraan psikologis sendiri merupakan konsep yang digunakan

untuk menggambarkan kesehatan psikologis individu berdasarkan pemenuhan kriteria fungsi

psikologis positif yang dikemukakan oleh para ahli.

Enam dimensi kesejahteraan psikologis menurut Ryff (1989,1995, dalam Vázquez,

dkk., 2009; Ryff & Keyes, 1995; Ryan & Deci, 2001) adalah a) Penerimaan diri (self-

acceptance) yaitu mengandung arti sebagai sikap positif terhadap diri sendiri. Individu

mampu mengenali dan menerima berbagai aspek dalam dirinya, baik yang positif maupun

yang negatif. Individu berpikir positif terhadap masa lalunya, b) Hubungan yang positif

dengan orang lain (positive relationship with others) yaitu individu mampu

mengaktualisasikan diri melalui perasaan-perasaan empati yang kuat, perasaan cinta,

persahabatan, dan identifikasi yang lebih lengkap dan mendalam dengan orang lain. Individu

memiliki hubungan yang positif dengan orang lain, c) Otonomi (autonomy) yaitu individu

memiliki kemampuan untuk melakukan dan mengarahkan perilaku secara mandiri dan penuh

keyakinan, d) Penguasaan lingkungan (environmental mastery) yaitu kemampuan yang

dimiliki oleh individu untuk memanfaatkan dan melestarikan lingkungannya guna untuk

menjalin interaksi dengan masyarakat di lingkungan sekitarnya, e) Tujuan hidup (purpose in

life) yaitu variasi perubahan hidup individu seperti menjadi produktif, kreatif, dan mencapai

mental yang sehat sehingga individu memiliki keyakinan dirinya dapat melakukan sesuatu

bagi orang lain dan memiliki tujuan, maksud, serta manfaat yang memberikan perasaan

bahwa hidup sangat berarti dan penuh makna, f) Pertumbuhan pribadi yaitu individu tidak

Page 16: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

hanya dapat mencapai karakteristik terdahulunya tetapi individu juga dapat mengoptimalkan

fungsi psikologi sehingga terjadi perkembangan individu secara positif untuk tumbuh, dan

mengembangkan diri dan mengembangkan kualitas identitas pribadi. Kesejahteraan

psikologis ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu faktor kepribadian dan perbedaan

individual, emosi, kesehatan fisik, kelekatan dan relasi, status sosial dan kekayaan dan

pencapaian tujuan (Ryan& Deci, 2001).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis menurut Argyle (2001)

yaitu a) Kepribadian; Individu yang memiliki tipe kepribadian terbuka (ekstrovert)

cenderung memiliki kemampuan menyesuaikan diri terhadap keadaan disekitarnya, memiliki

ketahanan psikologis, dan dapat menggantungkan pemecahan masalah pada orang lain.

Sedangkan pada individu dengan kepribadian tertutup (introvert) cenderung memiliki sifat

yang pendiam, pemalu, dingin, dan memiliki masalah dengan penyesuaian terhadap

lingkungan disekitarnya, b) Makna dan tujuan hidup; merupakan hal yang penting dan

berharga di dalam hidup setiap manusia, dan diyakini dapat menjadikan hidup setiap manusia

menjadi lebih bermakna dan dapat menimbulkan rasa bahagia bagi individu yang

bersangkutan, c) Agama/kepercayaan (religiusitas); memiliki peran dalam meningkatkan

kebahagiaan individu melalui ajarannya tentang kehidupan, kematian, kebahagiaan,

kesedihan, surga, neraka, takdir, dan pandangan bahwa semua yang terjadi sudah ditentukan

serta setiap individu mempunyai arti yang positif.

Beberapa tokoh juga melakukan penelitian yang hampir sama, yang pertama Syek

(1992), melakukan sebuah penelitian terhadap siswa sekolah menengah di Cina menunjukkan

bahwa tedapat hubungan positif yang signifikan antara makna hidup dengan kesejahteraan

psikologis. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa siswa yang mendapat nilai tertinggi

dalam hal kualitas eksistensi atau tingginya kebermaknaan hidup akan diikuti oleh tingginya

kesejahteraan psikologis. Yang kedua Yunitasari (2006) terhadap karyawan SMK Negeri di

Page 17: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

Yogyakarta dan hasilnya terdapat hubungan yang positif signifikan antara makna hidup

dengan kesejahteraan psikologis. Yang ketiga, Puspita (2009) yang melakukan penelitian

terhadap perawat di Rumah Sakit Jiwa Surakarta dengan hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara makna hidup dengan

kesejahteraan psikologis.

Fenomena yang terjadi akhir-akhir ini adalah dimana orang semakin jauh

meninggalkan nilai-nilai tradisional yang berbentuk adat istiadat, kepercayaan, serta nilai-

nilai religiusitas yang baik dan beralih pada nilai-nilai materialism, individualism, dan

modernism yang pada akhirnya seringkali membawa dampak negatif. Dampak ini dapat

dilihat secara nyata dalam kehidupan sehari-hari seperti perasaan tidak aman, bingung,

curiga, khawatir, takut, marah, kecewa, cemas dan jiwa yang tidak sejahtera. Fenomena ini

dapat menyebabkan terjadinya kehampaan hidup dalam diri individu sehingga makna hidup

yang didambakan oleh setiap individu tersebut menjadi semakin jauh dari kehidupan yang

dijalani oleh individu tersebut.

Madjid (dalam Bastaman, 1996) mengatakan bahwa tekanan yang terlalu besar

terhadap aspek material kehidupan disertai gaya hidup yang berpusat terhadap diri sendiri dan

mengabaikan masyarakat sekitar, menjadi penyebab persoalan utama manusia dalam

menemukan diri dan makna hidupnya. Akibat lebih jauh dalam kehidupan sosialnya adalah

tidak terpenuhinya ksejahteraan psikologis para pelayan gereja dan semakin banyaknya

berbagai macam symptom gangguan psikologis yang tampak dari perasaan tidak aman,

bingung, curiga, khawatir, takut, marah, kecewa, cemas dan jiwa yang tidak sejahtera.

Pendapat diatas sesuai dengan penjelasan Frankl (dalam Bastaman, 2007) bahwa

untuk memperoleh makna dapat dilakukan dengan mengungkapkan nilai kreatif yang dapat

direalisasikan melalui pekerjaan. Segi penting dari pekerjaan bukanlah isi dari pekerjaan itu

Page 18: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

sendiri, melainkan bagaimana individu melakukannya serta apa yang dapat disumbangkan

individu sebagai pelayan gereja dalam melayani Tuhan dan sesama, sesuai dengan

kepribadian dan kemampuan masing-masing.

Dalam kehidupan manusia saat ini, terdapat fenomena tentang individualisme dan

egosentris yang banyak terjadi akibat dari materialisme individu yang mengandalkan uang

dan materi dalam mengukur dan memperoleh segala hal. SContohnya, banyak orang Kristen

bersikap apatis terhadap gereja. Asal setiap minggu datang ke gereja sudah cukup, beri

persembahan sudah lumayan, apalagi memberikan perpuluhan hebat sedangkan pergumulan

dan masalah di gereja tidak mau pusing, bagi mereka ibadah merupakan suatu rutininas setiap

hari Minggu saja.

Berdasarkan Sumber-sumber makna hidup menurut Bastaman (2007)para pelayan

gereja yang memiliki a) nilai-nilai kreatifitas; Individu yang kreatif selalu memiliki keinginan

untuk berbuat sesuatu, penuh ide dan gagasan baru. SIndividu yang kreatif selalu

menyibukkan diri dengan kegiatan yang mengisi kesehariannya sehingga meninggalkan

sedikit ruang untuk bersantai dan lebih banyak menggunakan waktu dengan kegiatan yang

bersifat produktif, b) nilai-nilai penghayatan; Individu yang memiliki nilai keyakinan dan

penghayatan akan selalu berpegang teguh pada pedoman ajaran/keyakinan agama yang

dianutnya, jika individu menyimpang dari keyakinannya ia akan merasa tidak nyaman

sehingga ia akan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dan memenuhi pedoman

ajaran/keyakinannya akan membuat hidupnya menjadi nyaman dan tentram, c) nilai-nilai

bersikap; individu dengan nilai bersikap yang baik, memiliki pengendalian diri dan lebih

dapat bersikap rasional mengingat segala sesuatu belum tentu bisa berjalan seperti yang

diinginkan maka orang dengan nilai bersikap yang baik cenderung memiliki sifat lapang dada

dan mampu menerima keadaan apa pun. Sehingga individu dapat memperoleh kesejahteraan

psikologis seperti yang di dambakannya.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

Rumusan Masalah

Apakah ada korelasi positif dan signifikan antara makna hidup dengan kesejahteraan

psikologis pada pelayan gereja di GSJA?

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi adalah variabel bebas makna hidup dan yang menjadi

variabel terikat adalah kesejahteraan psikologis.

Partisipan

Total partisipan dalam penelitian ini berjumlah 61 subjek, karakteristik dalam

penelitian ini adalah para pelayan gereja yang tergabung di dalam pelayanan diantaranya

adalah pendeta, dewan pengurus, tim musik, tim doa, pelayan misi, tim pujian dan

penyembahan, tamborin, tim choir, kolektan, among tamu, operator LCD, dan guru sekolah

minggu di GSJA Kristus Raja, Salatiga.

Prosedur Sampling

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

sampling jenuh.

Instrumen

Terdapat 2 (dua) skala yang digunakan pada penelitian ini yaitu skala makna hidup

dan skala kesejahteraan psikologis, yaitu:

Page 20: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

1. Skala Makna Hidup

Pada penelitian ini proses penyusunan skala dibuat berdasarkan karakteristik

hidup bermakna menurut Bastaman (2007), yaitu (1) semangat, gairah, dan

optimism, (2) kejelasan tujuan hidup, (3) penemuan pengalaman baru dan menarik

dalam hidup, (4) penyesuaian diri dengan lingkungan, (5) ketabahan dan

menemukan hikmah dibalik penderitaan, (6) pemberian dan penerimaan cinta.

Dalam hal ini peneliti menggunakan angket yang disusun oleh Puspita (2009)

yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti agar konteks dan subjeknya lebih sesuai

dengan penelitian yang hendak peneliti lakukan.

Item-item tersebut merepresentasikan beberapa respon yang berkaitan dengan

kriteria ciri individu yang penuh dengan Makna hidup, yakni (1) hidup dengan

semangat dan gairah, (2) memiliki tujuan hidup yang jelas, (3) mampu

menemukan pengalaman baru dalam hidup dan hal-hal menarik dalam

kehidupannya, (4) mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, (5) mampu

tabah dan menemukan hikmah dibalik penderitaan serta (6) mampu untuk

memberikan dan menerima cinta.

Skala ini berisi pernyataan yang masing-masing jawabannya dinilai dari skala

satu sampai empat .Pilihan pada masing-masing item pernyataan favorable pada

skala ini adalah jawaban Sangat Sesuai (SS) memiliki skor 4, jawaban sesuai (S)

memiliki skor 3, jawaban Tidak Sesuai (TS) memiliki skor 2, dan untuk jawaban

Sangat Tidak Sesuai (STS) memiliki skor 1. Sedangkan untuk skor pada

pernyataan unfavorable jawaban SS memiliki skor 1, S memiliki skor 2, TS

memiliki skor 3, dan STS memiliki skor 4.

Dengan angka tersebut responden yang memperoleh total skor tinggi maka

makna hidup yang dimiliki tinggi, sebaliknya untuk responden dengan skor

Page 21: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

rendah maka makna hidup yang dimiliki rendah. Jumlah item yang diuji dalam

skala makna hidup sebanyak 30 item dan setelah dilakukan uji daya diskriminasi

didapatkan 23 item yang valid dan 7 item yang gugur dengan teknik alpha

cronbach’s menggunakan standar reliabilitas yang dikemukakan oleh Azwar

(2000), dikatakan valid jika nilai corrected Item-Total Correlation pada hasil

analisis bernilai positif dan lebih tinggi dari 0,2 dengan hasil sebesar 0,855. Item

total correlation bergerak dari 0,200-0,668.

2. Skala Kesejahteraan Psikologis

Pada penelitian ini proses penyusunan skala dibuat berdasarkan enam dimensi

Kesejahteraan psikologis yang telah diformulasikan oleh Ryff (1989), yaitu (1)

penerimaan diri, (2) hubungan positif dengan orang lain, (3) kemandirian, (4)

penguasaan lingkungan, (5) tujuan hidup, dan (6) pengembangan pribadi. Dalam

hal ini peneliti menggunakan angket yang disusun oleh Puspita (2009) yang

kemudian dimodifikasi oleh peneliti agar konteks dan subjeknya lebih sesuai

dengan penelitian yang hendak peneliti lakukan.

Skala kesejahteraan psikologis terdiri dari sejumlah item yang disajikan dalam

bentuk kalimat pernyataan favorable dan unfavorable yang harus direspon oleh

subjek. Skor pada masing-masing item pernyataan favorable pada skala ini berada

pada rentang 1-4, jawaban Sangat Sesuai (SS) memiliki skor 4, jawaban Sesuai

(S) memiliki skor 3, Jawaban Tidak Sesuai (TS) memiliki skor 2, dan untuk

jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) memiliki skor 1.

Sedangkan untuk skor pada masing-masing item pernyataan unfavorable

jawaban Sangat Sesuai (SS) memiliki skor 1, jawaban Sesuai (S) memiliki skor 2,

Jawaban Tidak Sesuai (TS) memiliki skor 3, dan untuk jawaban Sangat Tidak

Sesuai (STS) memiliki skor 4.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

Responden yang memperoleh total skor tinggi maka kesejahteraan psikologis

yang dimiliki tinggi, sebaliknya untuk responden dengan skor rendah maka

kesejahteraan psikologis yang dimiliki rendah. Jumlah item yang diuji dalam skala

makna hidup sebanyak 30 item dan setelah dilakukan uji daya diskriminasi

didapatkan 10 item yang valid dan 20 item yang gugur dengan teknik alpha

cronbach’s menggunakan standar reliabilitas yang dikemukakan oleh Azwar

(2000), dikatakan valid jika nilai corrected Item-Total Correlation pada hasil

analisis bernilai positif dan lebih tinggi dari 0,2 dengan hasil sebesar 0,815. Item

total correlation bergerak dari 0,241-0,640. Namun, meskipun terdapat banyak

item yang gugur, item yang tersisa sudah mewakili keenam aspek yang ada.

Keenam aspek yang terwakili adalah aspek penerimaan diri, hubungan positif

dengan orang lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan

pengembangan pribadi.

Teknik Analisa Data

Metode analisis menggunakan uji korelasi untuk melihat hubungan positif

signifikan makna hidup dengan kesejahteraan psikologis pada pelayan gereja di

GSJA, Salatiga. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan bantuan SPSS versi 16.0 for windows

Page 23: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Tabel 1.1

Hasil Uji Normalitas Makna Hidup dengan Kesejahteraan Psikologis

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

makna_hidup

kesejahteraan_psikologis

N 61 61

Normal Parametersa Mean 69.57 28.02

Std. Deviation 7.030 3.403

Most Extreme Differences Absolute .081 .237

Positive .081 .116

Negative -.080 -.237

Kolmogorov-Smirnov Z .634 1.848

Asymp. Sig. (2-tailed) .816 .002

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan uji hasil pengujian normalitas pada tabel 1.1 di atas, kedua variabel

memiliki signifikansi yang berbeda.Variabel makna hidup memiliki nilai K-S-Z sebesar

0,634 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,816 ( p > 0,05). Oleh karena nilai

signifikansi p > 0,05, maka distribusi data makna hidup berdistribusi normal. Pada variabel

kesejahteraan psikologis memiliki nilai K-S-Z sebesar 1,848 dengan dengan probabilitas (p)

atau signifikansi sebesar 0,002 ( p < 0,05). Oleh karena nilai signifikansi p < 0,05, maka

distribusi data kesejahteraan psikologis berdistribusi tidak normal.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

2. Uji Linearitas

Tabel 1.2

Hasil Uji LinearitasMakna Hidup dengan Kesejahteraan Psikologis

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

makna_hidup * kesejahteraan_psikologis

Between Groups

(Combined) 1588.055 14 113.432 3.790 .000

Linearity 1272.550 1 1272.550 42.515 .000

Deviation from Linearity 315.505 13 24.270 .811 .646

Within Groups 1376.863 46 29.932

Total 2964.918 60

Dari uji linearitas, maka diperoleh nilai F beda sebesar 0,811 dengan

sig.=0,646 (p>0,05) yang menunjukkan hubungan antara makna hidup dengan kesejahteraan

psikologis adalah linear.

3. Uji Korelasi

Tabel 1.3

Hasil Uji Korelasi antara Makna Hidup dengan Kesejahteraan Psikologis

Correlations

makna_hidup kesejahteraan_psikologis

Spearman's rho makna_hidup Correlation Coefficient

1.000 .671**

Sig. (1-tailed) . .000

N 61 61

kesejahteraan_psikologis

Correlation Coefficient

.671** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 61 61

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Berdasarkan hasil pengujian uji korelasi diperoleh koefisien korelasi antara

makna hidup dengan kesejahteraan psikologis sebesar 0,671 dengan sig. = 0,000 ( p < 0,05)

yang berarti ada hubungan yang positif signifikan antara makna hidup dengan kesejahteraan

psikologis

Page 25: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

Analisis Deskriptif

a. Makna Hidup

Tabel 1.4

Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Makna Hidup

NO INTERVAL KATEGORI MEAN N PERSENTASE

(%)

1 78,2 < x < 92 Sangat Tinggi 5 8,20 %

2 64,4 < x < 78,2 Tinggi 69,57 38 62,30 %

3 50,6 < x < 64,4 Sedang 17 27,87 %

4 36,8 < x < 50,6 Rendah 1 1,63 %

5 23 < x < 36,8 Sangat Rendah 0 0 %

JUMLAH 61 100 %

SD = 7,030 MIN = 50 MAX = 84

X = Makna Hidup

Berdasarkan tabel 1.4 diatas, dapat dilihat bahwa tidak ada pelayan gereja yang

memiliki skor makna hidup yang berada pada kategori sangat rendah, pelayan gereja

yang memiliki makna hidup yang berada pada kategori sangat tinggi dengan jumlah 5

pelayan gereja dan persentase 8,20%, pelayan gereja yang memiliki makna hidup

yang berada pada kategori tinggi dengan jumlah 38 pelayan gereja dan persentase

62,30%, pelayan gereja yang memiliki makna hidup yang berada pada kategori

sedang dengan jumlah 17 pelayan gereja dan persentase 27,87%, pelayan gereja yang

memiliki makna hidup yang berada pada kategori rendah dengan jumlah 1 pelayan

gereja dan persentase 1,63%, dan pada kategori sangat rendah tidak ada pelayan

gereja yang memiliki makna hidup yang berada pada kategori sangat rendah.

Berdasarkan persentase diatas bahwa rata-rata pelayan gereja yang memiliki makna

hidup berada pada kategori tinggi, dengan mean = 69,57.

Page 26: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

b. Kesejahteraan Psikologis

Tabel 1.5

Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Kesejahteraan Psikologis

NO INTERVAL KATEGORI MEAN N PERSENTASE

(%)

1 34 < x < 40 Sangat Tinggi 2 3,28 %

2 28 < x < 34 Tinggi 28,02 40 65,57 %

3 22 < x < 28 Sedang 17 27,87 %

4 16 < x < 22 Rendah 2 3,28 %

5 10 < x < 16 Sangat Rendah 0 0 %

JUMLAH 61 100 %

SD = 3,403 MIN = 20 MAX = 36

Y= Kesejahteraan Psikologis

Berdasarkan tabel 1.5 diatas, dapat dilihat bahwa pelayan gereja yang memiliki

kesejahteraan psikologis yang berada pada kategori sangat tinggi dengan jumlah 2

pelayan gereja dan persentase 3,28%, pelayan gereja yang memiliki kesejahteraan

psikologis yang berada pada kategori tinggi dengan jumlah 40 pelayan gereja dan

persentase 65,57%, pelayan gereja yang memiliki kesejahteraan psikologis yang berada

pada kategori sedang dengan jumlah 17 pelayan gereja dan persentase 27,87%, pelayan

gereja yang memiliki kesejahteraan psikologis yang berada pada kategori rendah dengan

jumlah 2 pelayan gereja dan persentase 3,28%, dan pada kategori sangat rendah tidak ada

pelayan gereja yang memiliki kesejahteraan psikologis yang berada pada kategori sangat

rendah. Berdasarkan persentase diatas bahwa rata-rata pelayan gereja yang memiliki

kesejahteraan psikologis berada pada kategori tinggi, dengan mean = 28,02.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian uji korelasi Spearman menunjukkan koefisien korelasi r

= 0,671 dengan sig. = 0,000 (p < 0,05) yang berarti ada hubungan yang positif signifikan

antara makna hidup dengan kesejahteraan psikologis pada pelayan gereja di Gereja Sidang

Jemaat Allah (GSJA) Kristus Raja, Salatiga. Hal ini menunjukkan bahwa ketika individu

memiliki makna hidup yang tinggi maka kesejahteraan psikologisnya juga tinggi. Sebaliknya,

jika makna hidupnya rendah maka kesejahteraan psikologisnya juga rendah. Dengan

demikian berarti bahwa makna hidup berperan terhadap munculnya kesejahteraan psikologis

pelayan gereja.

Ryff (1995) mengemukakan konsep kesejahteraan psikologis ada enam dimensi yaitu

penerimaan diri (self-acceptance), Hubungan yang positif dengan orang lain (positive

relationship with others), Otonomi (autonomy), Penguasaan lingkungan (environmental

mastery), Tujuan hidup (purpose in life). Tujuan hidup sendiri merupakan variasi perubahan

hidup individu seperti menjadi produktif, kreatif, dan mencapai mental yang sehat sehingga

individu memiliki keyakinan dirinya dapat melakukan sesuatu bagi orang lain dan memiliki

tujuan, maksud, serta manfaat yang memberikan perasaan bahwa hidup sangat berarti dan

penuh makna, sehingga individu yang bersangkutan dapat memperoleh makna hidupnya.

Pelayan gereja yang memiliki makna dalam hidupnya mampu menilai dan memahami kondisi

kesejahteraan psikologis yang dapat dicapainya.

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan makna hidup

berhubungan positif dengan kesejahteraan psikologis. Faktor-faktor tersebut adalah makna

hidup adalah keadaan yang menunjukkan kualitas penghayatan individu terhadap hidupnya,

dengan merealisasikan nilai-nilai dan tujuan hidup melalui kehidupan yang penuh kreativitas

dalam rangka pemenuhan kepuasaan hidup dan memberi makna kepada kehidupannya,

sehingga individu memiliki sikap positif dalam hidupnya (Frankl, dalam Bastaman 2007).

Page 28: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

Berdasarkan sumber-sumber makna hidup menurut Bastaman (2007) hal yang

mendorong para pelayan gereja untuk lebih berkarya dan mencetuskan ide-ide kreatif serta

lebih produktif baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, mampu bekerja dan

bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya. Dengan

memiliki nilai-nilai penghayatan dan keyakinan, para pelayan gereja akan selalu berpegang

teguh pada pedoman ajaran/keyakinan agama yang dianutnya, jika individu menyimpang dari

keyakinannya ia akan merasa tidak nyaman sehingga ia akan berusaha menjadi pribadi yang

lebih baik dan memenuhi pedoman ajaran/keyakinannya akan membuat hidupnya menjadi

nyaman, tentram, dan damai. Nilai-nilai bersikap yang baik yang dimiliki oleh para pelayan

gereja tersebut dapat menjadikan individu lebih memiliki pengendalian diri dan lebih dapat

bersikap rasional mengingat segala sesuatu belum tentu bisa berjalan seperti yang diinginkan

maka orang dengan nilai bersikap yang baik cenderung memiliki sifat lapang dada dan

mampu menerima keadaan apa pun. Dengan adanya nilai kreatif, penghayatan, dan bersikap

yang dimiliki para pelayan gereja tersebut dapat memungkinkan mereka memiliki

kesejahteraan psikologis yang tinggi.

Berdasarkan karakteristik hidup bermakna menurut Bastaman (2007), Pelayan gereja

yang memiliki sikap yang positif untuk mengenali dan menerima berbagai aspek dalam

dirinya baik aspek positif maupun negatif, memiliki perasaan positif terhadap kehidupan

masa lalunya yang dapat membuat individu menjadi lebih mandiri dan dapat menentukan

mana yang baik dan mana yang buruk untuk dirinya. Hubungan yang positif dengan orang

lain dapat membuat individu mampu mengaktualisasikan diri melalui perasaan-perasaan

empati yang kuat, perasaan cinta, persahabatan, dan identifikasi yang lebih lengkap dan

mendalam dengan orang lain. Individu memiliki kemampuan untuk melakukan dan

mengarahkan perilaku secara mandiri dan penuh keyakinan, dan individu juga mampu untuk

menguasai lingkungan yang dapat membuat individu mampu untuk memanfaatkan dan

Page 29: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

melestarikan lingkungannya guna untuk menjalin interaksi dengan masyarakat di lingkungan

sekitarnya. Dengan memiliki tujuan hidup yang jelas dan pertumbuhan pribadi yang baik

maka kehidupan para pelayan gereja akan menjadi lebih produktif, kreatif, dan mencapai

mental yang sehat sehingga pelayan gereja memiliki keyakinan dirinya dapat melakukan

sesuatu bagi orang lain dan memiliki tujuan, maksud, serta manfaat yang memberikan

perasaan bahwa hidup sangat berarti dan penuh makna. Sehingga pada akhirnya, para pelayan

gereja tersebut mampu untuk memperoleh hidup penuh semangat dan gairah, memiliki tujuan

hidup yang jelas, mampu menemukan pengalaman baru dan hal-hal menarik dalam

kehidupannya, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, mampu untuk selalu tabah dan

menemukan hikmah dibalik penderitaan, dan mampu untuk memberikan dan menerima cinta.

Hasil penelitian ini di dukung oleh beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti

sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Syek (1992) terhadap siswa sekolah

menengah di Cina yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan

antara makna hidup dengan kesejahteraan psikologis. Hasil penelitian ini membuktikan

bahwa siswa yang mendapat nilai tertinggi dalam hal kualitas eksistensi atau tingginya makna

hidup akan diikuti oleh tingginya kesejahteraan psikologis. Selain Syek, penelitian juga

pernah dilakukan oleh Yunitasari (2006) terhadap karyawan SMK Negeri di Yogyakarta dan

hasilnya terdapat hubungan yang positif signifikan antara makna hidup dengan kesejahteraan

psikologis. Hampir sama dengan Syek dan Yunitasari, Puspita (2009) yang melakukan

penelitian terhadap perawat di Rumah Sakit Jiwa Surakarta dengan hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara makna hidup

dengan kesejahteraan psikologis.

Berdasarkan kategorisasi data empirik variabel makna hidup, dengan mean 69,57 dan

standar deviasi sebesar 7.030 diketahui bahwa terdapat 5 pelayan gereja yang memiliki

tingkat kategori makna hidup yang sangat tinggi dengan persentase 8,20%, 38 pelayan gereja

Page 30: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

yang memiliki tingkat kategori makna hidup yang tinggi dengan persentase 62,30%, 17

pelayan gereja yang memiliki tingkat kategori makna hidup yang sedang dengan persentase

27,87%, 1 pelayan gereja yang memiliki tingkat kategori makna hidup yang rendah dengan

persentase 1,63%, dan tidak ada pelayan gereja yang memiliki makna hidup dalam kategori

sangat rendah. Sedangkan berdasarkan kategorisasi data empirik, variabel kesejahteraan

psikologis dengan mean 28,02 daan standar deviasi 3.403 diketahui bahwa terdapat 2 pelayan

gereja yang memiliki tingkat kategori kesejahteraan psikologis yang sangat tinggi dengan

persentase 3,28%, 40 pelayan gereja yang memiliki tingkat kategori kesejahteraan psikologis

tinggi dengan persentase 65,57%, 17 pelayan gereja yang memiliki tingkat kategori

kesejahteraan psikologis sedang dengan persentase 27,87%, 2 pelayan gereja yang memiliki

tingkat kategori kesejahteraan psikologis rendah dengan persentase 3,28%, dan tidak ada

siswa yang berada dalam kategori sangat rendah.

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dengan judul “ Hubungan Antara Makna Hidup

dengan Kesejahteraan Psikologis pada Pelayan Gereja di Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA)

Kristus Raja, Salatiga” ini dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Ada hubungan positif yang signifikan antara variabel makna hidup dengan kesejahteraan

psikologis di Gereja Sidang Jemaat Allah (GSJA) Kristus Raja, Salatiga. Hal tersebut

berarti bahwa ketika individu memiliki makna hidup tinggi maka semakin tinggi juga

kesejahteraan psikologisnya, namun begitu juga sebaliknya apabila individu memiliki

makna hidup yang rendah maka semakin rendah kesejahteraan psikologisnya.

Page 31: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

2. Makna hidup memiliki nilai rata-rata sebesar 69,57 sehingga dapat dikatakan bahwa

makna hidup pada pelayan gereja di Gereja Sidang Jemaat Allah (GJSA) Kristus Raja

termasuk individu dalam kategori tinggi.

3. Kesejahteraan psikologis memiliki nilai rata-rata sebesar 28,02 sehingga dapat dikatakan

bahwa kesejahteraan psikologis pada pelayan gereja di Gereja Sidang Jemaat Allah

(GJSA) Kristus Raja termasuk individu dalam kategori tinggi.

B. SARAN

Dengan hasil penelitian di atas, maka peneliti mengajukan saran bagi beberapa pihak

sebagai berikut:

1. Bagi pelayan gereja

Lebih mengembangkan sikap positif dan lebih meningkatkan potensi yang dimiliki

secara lebih optimal, sehingga individu dapat menjalankan tanggung jawab dan dapat

menjadi panutan yang baik bagi jemaat yang lain.

2. Bagi peneliti selanjutnya

a) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut serta

dapat melihat faktor-faktor lain yang mempengaruhi kesejahteraan psikologis.

b) Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian pada pelayan gereja di gereja lainnya

atau di kota lainnya dengan variabel yang sama untuk mengetahui sejauh mana

pelayan di gereja mendapatkan kesejahteraan psikologis di tempat yang berbeda.

c) Peneliti selanjutnya diharapkan untuk menggunakan alat ukur kesejahteraan

psikologis yang diformulasikan oleh Ryff, supaya tidak banyak item yang gugur.

Page 32: HUBUNGAN ANTARA MAKNA HIDUP DENGAN KESEJAHTERAAN

DAFTAR PUSTAKA

Argyle, M. (2001). Psychology of Happiness. New York: Routledge.

Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Sigma Alpha.

----------, (2003). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Bastaman, H.D. (1996). Meraih Hidup Bermakna, Kisah Pribadi dengan Pengalaman Tragis.

Jakarta: Paramadina.

------------------. (2007). Logoterapi: Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih

Hidup Bermakna. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Daun, P. (2013, April 21). Makna Pelayanan. Diakses pada 28 Febuari 2016 dari

Http://gkkkmabes.blogspot.co.id/2013/04/makna-pelayanan.html.

Frankl, V.E. (2003). Logoterapi: Terapi Psikologi Melalui Pemaknaan Eksistensi.

Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Puspita I.N. (2009). Hubungan Antara Kebermaknaan Hidup dengan Kesejahteraan

Psikologis pada Perawat di Rumah Sakit Jiwa, Surakarta. Skripsi. Tidak

diterbitkan. Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Ryff, C.D. (1989). Happiness is Everything, or is it? Eksploration On The Meaning of

Psychological Well-being. Journal of Personality and social Psychology 57, (6),

1069-1081.

-------, & Keyes, C.L.M. (1995).The Structure of Psychological Well-being Revised. Journal

of Personality and Social Psychology 69 (4), 719-727.

Syek, D, (1992). Meaning in Life and Psychological Well-being: An Empirical Study Using

the Chinese Version of the Purpose in Life Qustionnaire, Journal of Genetic

Psychology, 158, 147-479.

Sukamto, A. (2003, Januari). Pelayanan Gereja di Indonesia Pada Era Reformasi. Diakses

pada 24 Febuari 2016 dari https://www.researchgate.net/publication/

215599036_Pelayanan_Gereja_di_Indonesia_Pada_Era_Reformasi.html

Vázquez, C., Hervás, G., Rahona, J.J., & Gómez, D. (2009).Psychological well-being and

health contributions of positive psychology. Annuary of Clinical and Health

Psychology, 5, 15-27.JURNAL

Ryan, R. M. and Deci, E. L. (2001). "On Happiness and Human Potential : a Review of

Research on Hedonic and Eudaimonic Well-Being." Annual Review

ofPsychology 52,141-166.

Yunitasari, M. (2006). Hubungan Antara Kebermaknaan Hidup dengan Kesejahteraan

Psikologis pada Karyawan SMK Negri 1 Wonosari. Skripsi.

Yogyakarta:Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.