hubungan antara level alexithymia dengan ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar...

123
HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN PERILAKU PROSOSIAL DEWASA MUDA Skripsi Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh: Theresia Wira Harjanah NIM : 139114115 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

10 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN PERILAKU

PROSOSIAL DEWASA MUDA

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Theresia Wira Harjanah

NIM : 139114115

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

a ::i".- I 'Eltfi*p++*:*

itAR 2fi8

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

SKRIPSI

HI]BIINGAI\I AI\TTARA LNVEL ALEXIT-ITYMU DENGAI\T PERILAKU

PROSOSIAL DNWASA MUDA

sff\tr' "ul"'n\\ n-=t A

,D

,,t-d;Ratri Sunar Astuti. M. Si

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

F

IIALAMAN PENGESAHAN

IIT'BINIGAF{ AFITARA LEYtr,L ALEXITHYTIA DENGAI{ PERILAKU

PROSOSIAT DEWASA MUDA

Dipersiapkan dan ditulis oleh :

Theresia Wira Harjanatt

NIM: 139114115

II

ry* s*uow'at,enguJr?

str .---*=.*1*-*- T.

'Hryi*tue'ffiJ"gs;

2. Penguji

1 I ilAR 201S

Fakultas Psikologi

Dr. Y. Titiklfuistiyani, M. Psi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

iv

HALAMAN MOTTO

“When you want something, all the universe will conspire in helping you to

achieve it” – Paulo Coelho (The Alchemist)

“But as for you, be strong and do not give up, for your work will be

rewarded” – 2 Chronicles 15:7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

v

To my sweetest enemy and worst best friend, to one and only LIFE.

To whom I curse at, yet be proud of.

The one that hands me lemon, then grabs me tequila.

The one that puts me down, then help me to raise up on the other day,

Higher. Stronger.

Four our love and hate relationship, I‟d like to express my sincere gratitude

for things you have presented me, both the sorrows an joys.

Things that help me grow.

Thank you for not letting me give up, thank you for leading to this point.

Because this is my thriumph

This is my heart beat.

I saved my self

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Ku persembahkan kepada Tuhan yang menjadi ayah yang memelukku erat,

meredam ketakutan dan kecemasan, yang menjadi rumah saat aku merindukan

kenyamanan. Yang selalu membiarkanku pulang dan menangis, entah seberapa

jauh aku pernah melangkah pergi dengan amarah.

Jangan pernah biarkan aku menyerah.

Ku persembahkan kepada keluarga yang telah menghabiskan 23 tahun hidup

bersamaku. Kepada Ibu, yang selalu memberi cinta dan perhatian walau seringkali

aku menaruh luka. Eventhough you’re the one I love the most, but I realized that

your love is much more than I could ever give. Kepada Bapak yang selalu

menatapku secara spesial, juga Mas Ristu teman main pertama dan terlama.

Ku persembahkan kepada semua yang selalu ingin tahu, yang selalu berhasrat

memahami dunia dan kehidupan. Keingintahuanmu selalu adalah hal yang selalu

kukagumi dan kucemburui. Semoga semangat itu selalu ada dalam diri kita.

Ku persembahkan kepada siapa saja yang mengalami kesulitan dalam memahami

diri dan perasaan, entah trauma yang membawamu sampai pada titik ini atau

tantangan dari semesta sejak kau membuka mata, aku percaya segalanya akan

teratasi, semoga kau selalu baik-baik saja.

Ku persembahkan kepada para penolong, kepada tangan kanan Tuhan, malaikat

dalam wujud manusia. Semoga dunia semakin dipenuhi orang-orang sepertimu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

PER}TYATAAI\ KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak me,muat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah saya

sebutkan dalam kutipan dan daftarpustaka selayaknya sebuah karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Maret 2018

Peneliti,,al('t,Y

'[/

Theresia Wira Harjanah

vtl

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

viii

HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN PERILAKU

PROSOSIAL DEWASA MUDA

Theresia Wira Harjanah

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menguji hubungan antara level alexithymia dan perilaku

prososial pada dewasa muda. Alexithymia merupakan trait kepribadian yang

ditandai ketidakmampuan mengidentifikasikan serta mendefinisikan perasaan dan

emosi. Alexithymia menunjukkan adanya defisit kognitif dan defisit kesadaran

emosi yang tercermin dalam karakteristik alexithymia. Di sisi lain, prososial

merupakan perilaku yang bertujuan untuk menolong atau memberi keuntungan

pada orang lain. Prososial membutuhkan kemampuan kognitif dan kesadaran

emosi, melibatkan kemampuan untuk mengenali dan menyadari emosi dan

perasaan orang lain (empati). Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan negatif

antara level alexithymia dan perilaku prososial pada dewasa muda. Penelitian

kuantitatif dengan metode korelasi ini menggunakan Toronto Alexithymia Scale –

20 versi Indonesia untuk mengukur Alexithymia (α = 0.825) dan Skala perilaku

Prososial (α = 0.885) untuk mengukur perilaku prososial. Hasil Uji korelasi

menunjukkan adanya korelasi negatif dan signifikan antara kedua variable ( r = -

0.361, p = 0.000), sehingga hipotesis peneliti diterima.

Kata Kunci : alexithymia, perilaku prososial, empati, kesadaran emosi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

ix

INVESTIGATING THE RELATIONSHIP BETWEEN LEVEL OF

ALEXITHYMIA AND PROSOCIAL BEHAVIOR IN YOUNG ADULT

Theresia Wira Harjanah

ABSTRACT

This study is aimed to investigate the relationship between level of alexithymia

and prosocial behavior among young adult. Alexithymia is personality trait

characterized by difficulties indentifying, and defining feeling and emotion.

Alexithymia shows deficit in cognitive and emotion awareness, reflected in 4

characteristics of alexithymia. On the other hand, Prosocial behavior is defined

as action intended to help or give benefit to other people and it requires cognitive

ability and emotion awareness, involving one’s ability to understand and asseses

other people’s emotion. The researcher assumed that there was significant and

possitive relation between level of alexithymia and prosocial behavior among the

young adult. The present quantitative correlational study used Toronto

Alexithymia Scale – 20 Indonesian Version to measure alexithymia level of the

subject (α = 0.825) and Skala Perilaku Prososial or Prosocial Behavior Scale to

measure the Prosocial level of the subjects. Study has shown the negative

correlation between both variables ( r = -0.361, p = 0.000), thus hypothesis was

accepted.

Key Words : Alexithymia, Prosocial Behavior, Empathy, Emotion Awareness

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPERLUAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Theresia Wira Harjanah

NIM : l39l14115

Derni penganbangan pengetahuan saya mernberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma, karya ilmiah bejudul :

*HUBT]NGAN AAITARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN PERILAKU

PROSOSIAL DEWASA MUDA'

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya di internert atau media lain demi

kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan

royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya :

Dibuat di : Yogyakarta

Pada tanggal : 19 Maret 2018

Yang menyatakan

(Theresi a Wira Harj anah)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan alam semesta atas segala penyertaan dalam

hidup saya, termasuk dalam proses menulis dan menyelesaikan skripsi ini. Terima

kasih kerena atas rintangan dan kesulitan yang bukan tanpa penyelesaian.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam proses penyusunan skripsi

ini atas bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang tulus kepada berbagai pihak :

1. Kepada Ibu yang selalu memberikan dukungan penuh serta kesabaran

kepada saya. Kepada Bapak yang memperlakukan saya sebagai yang

paling spesial dalam hidupnya. Serta, Yohanes Ristu, kakak saya, atas

segala kerendahan hati dan kesabaran untuk mengalah kepada saya,

turut bahagia engkau mendapatkan Brigita Lisa sebagai istrimu.

2. Kepada Bu Ratri Sunar Astuti, M. Si selaku dosen pembimbing

skripsi. Terima kasih atas kesediaan Ibu membimbing saya dalam

proses mengerjakan skripsi, serta atas kesabaran dan nasihat-nasihat

lain.

3. Kepada dosen Penguji Bu Dr Titik Kristiyani, M. Psi dan Pak Edward

Theodorus, M.App. Psy, atas pengalaman dan kesempatan

pembelajaran luar biasa selama sidang.

4. Kepada seluruh dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma yang telah mengenalkan dan mengajarkan saya mengenai

Psikologi dan membuat saya jatuh cinta pada bidang ilmu ini. Juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

xii

kepada seluruh karyawan yang membantu saya selama kuliah saya di

sini.

5. Kepada Made Dewinta Cahyaningtyas, seseorang yang selalu

memberikan telinga dan hati untuk mendengarkan keluhan, ketakutan,

serta euforia dalam diri saya. Terima kasih kerena menjadi teman yang

paling ada untuk saya. You’re briliamt and beautiful inside and out.

Sometimes, I envy that.

6. Kepada teman terlama saya dan suhu perbahasa Inggrisan saya,

Faradienna Frausan Fikri, you know my insecurities, and through our

talks, things we have shared, I learn to embrace my self and see the

beauties of me. Hey, we have to survive !

7. Kepada Klara Sintiya, yang sedikit banyak saya melihat diri saya

dalam dirinya, terima kasih karena percaya pada saya, bersedia

bertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi

penumpang yang bertanggungjawab.

8. Kepada teman-teman P2TKP angkatan 2015, 2016.00, 2016.01 dan

2017 terima kasih atas kesempatan belajar bersama, kebersamaan dan

supportnya. Terima kasih terkhusus kepada Chika, Koleta yang selalu

memastikan saya baik-baik saja dan tidak membiarkan saya menyerah.

Kepada Pancaring atas sharing dan cara memberi semangat yang

berbeda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

xiii

9. Kepada seluruh individu-individu dalam hidup saya yang membuat

saya tertawa dan menerima saya, terima kasih kalian adalah bagian

yang turut membuat saya bertahan.

10. Teman-teman Konkuk Winter Program, Service Learning Program,

peer-partner, Dharmasiswa, serta semua pihak di dalamnya baik dosen

atau staff, terima kasih atas pengalaman yang membuat masa studi di

Sanata Dharma menjadi luar biasa.

11. Juga saya ucapkan terima kasih kepada seorang teman yang

memberikan dampak besar dalam diri saya yang tanpa ia sadari turut

membentuk diri saya menjadi pribadi yang selalu berusaha

memberikan dan menampilkan diri yang terbaik dihadapan orang lain.

Beruntung berkesempatan bertemu dan menjadi temanmu.

12. Kepada Gressy my stress reliever, makhluk yang selalu memaafkan

saya. Terima kasih selalu menyambut kepulangan saya dengan

gembira, atas ketulusan dan cinta. Dia yang membuat saya percaya,

ketulusan cinta, the unconditional love itu ada dan sangat beruntung

mendapatkannya

13. Yang terakhir dan juga terpenting, kepada diri saya. “Terima kasih

karena telah berusaha, selalu bangkit kembali dan tidak menyerahkan

dirimu pada ketiadaan”

Besar harapan saya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang

yang membacanya. Saya sungguh menyadari terdapat banyak kekurangan

dalam skripsi ini. Oleh sebab itu, saya berterima kasih apabila bersedia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

xiv

memberikan saran kritik juga bersedia berbagi kepada saya. Akhir kata,

saya ucapkan terima kasih.

Yogyakarta............................

Penulis

Theresia Wira Harjanah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

xv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ............................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

HALAMAN MOTTO .................................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................. vii

ABSTRAK .................................................................................................. viii

ABSTRACT .................................................................................................... ix

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. x

KATA PENGANTAR .................................................................................. xi

DAFTAR ISI ............................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xix

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xx

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian......................................................................... 7

1. Manfaat Teoretis ...................................................................... 7

2. Manfaat Praktis ........................................................................ 8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

xvi

BAB II. LANDASAN TEORI ....................................................................... 9

A. Alexithymia ................................................................................... 9

1. Definisi Alexithymia ................................................................. 9

2. Alexithymia sebagai Trait Kepribadian .................................... 9

3. Karakteristik Alexithymia ....................................................... 11

4. Etiologi Alexithymia ............................................................... 14

a. Sudut Pandang Psikoanalisa ............................................. 15

b. Sudut Pandang Perkembangan Kognitif .......................... 15

c. Sudut Pandang Biologis dan Neurobiologis ..................... 18

5. Asosiasi alexithymia dan variabel lain ................................... 19

B. Perilaku Prososial ........................................................................ 21

1. Definisi Perilaku Prososial .................................................... 21

2. Teori Perkembangan Perilaku Prososial ............................... 23

3. Penentu Perilaku Prososial .................................................... 24

a. Faktor Biologis ................................................................ 25

b. Keanggotaan Suatu Kelompok (Budaya) ........................ 25

c.Pengalaman sosialisasi ..................................................... 26

d. Proses Kognitif ................................................................ 26

i. General Intelegensi............................................... 27

ii. Persepsi terhadap Kebutuhan Orang Lain ........... 27

iii. Role Taking ........................................................ 27

iv. Pemecahan Masalah Interpersonal ..................... 29

v. Atribusi terhadap Orang Lain .............................. 29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

xvii

vi. Penalaran Moral ................................................. 30

e. Variabel Personal............................................................. 31

f. Faktor Emosional ............................................................. 31

g. Faktor Situasional ............................................................ 34

4. Bentuk Perilaku Prososial ..................................................... 35

5. Tahap-tahap dalam Menolong ............................................... 35

C. Dewasa muda .............................................................................. 36

D. Dinamika Antar Variabel ........................................................... 39

E. Skema .......................................................................................... 43

F. Hipotesis ..................................................................................... 45

BAB III. METODE PENELITIAN.............................................................. 46

A. Jenis Penelitian ............................................................................ 46

B. Identifikasi .................................................................................. 46

C. Definisi Operasional ................................................................... 46

1. Alexithymia ............................................................................. 46

2. Perilaku Prososial ................................................................... 47

D. Subjek Penelitian ......................................................................... 48

E. Metode dan Alat Pengumpulan data ............................................ 49

1. Toronto Alexithymi Scale – 20 .............................................. 49

2. Skala Perlaku Prososial .......................................................... 51

F. Prosedur Peneliian ...................................................................... 53

G. Validitas, Reliabilitas dan Daya Diskriminasi ............................ 54

H. Metode dan Teknik Analisa ........................................................ 59

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

xviii

I. Uji Asumsi .............................................................................. 59

2.Uji Hipotesis ........................................................................... 60

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 61

A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 61

B. Deskripsi Penelitian ..................................................................... 61

1. Deskripsi Subjek Penelitian ................................................... 61

2. Deskripsi Data Penelitian ....................................................... 63

C. Analisis Data Penelitian .............................................................. 64

1. Uji Asumsi ............................................................................. 64

2. Uji Hipotesis .......................................................................... 65

D.Pembahasan .................................................................................. 67

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 76

A. Kesimpulan ................................................................................. 76

B. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 76

C. Saran ............................................................................................ 77

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 79

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sebaran Item TAS – 20 ................................................................ 51

Tabel 3.2 Pemberian Skor pada Skala Prososial ......................................... 52

Tabel 3.3 Sebaran Item Skala Prososial ...................................................... 53

Tabel 3.4 Reliabilitas TAS – 20 .................................................................. 58

Tabel 3.5 Persebaran Item Skla Prososial .................................................... 59

Tabel 4.1 Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ............................. 62

Tabel 4.2 Deskripsi Subjek Berdasarkan Usia ............................................. 62

Tabel 4.3 Deskripsi Subjek Berdasarkan Skor TAS – 20 ........................... 63

Tabel 4.4 Deskripsi Mean Teoretis – Mean Empiris .................................. 63

Tabel 4.5 Kategori Prososial ........................................................................ 64

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas .................................................................... 65

Tabel 4.7 Hasil Uji Linearitas ..................................................................... 65

Tabel 4.8 Kategori Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan ................... 66

Tabel 4.9 Korelasi alexithymia dan Prososial .............................................. 66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Toronto Alexithymia Scale – 20 Versi Indonesia ................ 87

Lampiran 2 Skala Try Out Prososial ...................................................... 89

Lampiran 3 Skala Perilaku Prososial ..................................................... 92

Lampiran 4 Reliabilitas Skala TAS – 20 ................................................ 94

Lampiran 5 Reliabilits Skala Prososial .................................................. 96

Lampiran 6 Tabel Deskripsi Subjek ....................................................... 98

Lampiran 7 One Sample T-Test ............................................................. 99

Lampiran 8 Uji Normalitas dan Linearitas ........................................... 100

Lampiran 9 Uji Hipotesis ...................................................................... 101

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

xxi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Berpikir .................................................................... 43

Gambar 2.1 Skema Penelitian ................................................................. 44

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Individu dewasa muda dengan rentang usia 18-24 tahun

menunjukkan rendahnya empati dan tingginya perilaku anti-sosial di saat

perilaku menolong atau perilaku prososial masih menjadi tuntutan di

masyarakat. Penelitian di Universitas Michigan yang melibatkan sekitar

14.000 mahasiswa menunjukkan penurunan empati dibanding individu

pada tahun 80-90an (Swanbrow, 2010). Jean Twenge dalam bukunya

menyebut generasi saat ini sebagai ‘Me Generation’ yang cenderung

memikirkan dan mengutamakan diri sendiri (Smithstein, 2010). Generasi

ini memiliki karakteristik lack of empathy dan self-absorbed (Smithstein,

2010).

Masalah lain adalah peningkatan kekerasan yaitu angka

pembunuhan meningkat hingga 50% pada periode 1984-1994 (Buvinic

dan Morison dalam Mattaini, 2002). Di Amerika Serikat 37%

pembunuhan dilakukan oleh individu dengan rentang usia 18-24 tahun.

WHO (2016) menyatakan masalah kekerasan yang harus dihadapi generasi

muda saat ini antara lain kekerasan fisik, bullying, pelecehan dan seksual.

Di Indonesia, The Jakarta Post membahas peningkatan kekerasan yang

melibatkan dewasa muda di Yogyakarta. Kasus-kasus kekerasan lain juga

terjadi seperti tawuran mahasiswa (Muhtarom, 2017), pembacokan (Edi,

2016; nto, 2017), juga demo mahasiswa yang berakhir ricuh (Pribadi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

2

2017). Peningkatan perilaku agresif menunjukkan rendahnya empati.

Empati merupakan inhibitor kognitif yang mencegah individu berperilaku

agresif kepada orang lain (Richardson, Hammock, Smith, Gardner, &

Signo, 1994).

Review penelitian menjelaskan empati tidak hanya memegang

peran penting dalam mencegah individu melakukan perilaku antisosial

namun juga mendorong perilaku prososial individu (Eisenberg, Eggum, &

Giunta, 2010). Empati mempengaruhi derajat perilaku menolong individu

(Einsenberg, Eggum, & Giunta, 2010) karena empati merupakan

komponen emosional yang mendorong perilaku prososial (Eisenberg &

Miller, 1987; Eisenberg & Mussen, 1997; Einsenberg, 2006).

Empati, prososial dan agresivitas saling terkait satu dengan yang

lain. Empati berkontribusi mendorong perilaku prososial, mencegah

perilaku agresif (Eisenberg, Eggum, & Giunta, 2010). Perilaku prososial

juga berperan dalam mencegah konflik dan mengurangi perilaku antisosial

(Cavojova, Belovicova, & Sirota, 2011). Perilaku prososial yang

ditunjukkan individu berkaitan secara negatif terhadap perilaku kriminal

dan agresif (Kokko et. All, 2001). Sehingga, semakin tinggi tinggi perilaku

prososial semakin rendah agresivitas. Rendahnya empati dan tingginya

perilaku antisosial yang menjadi isu saat ini dapat menjadi prediktor

masalah rendahnya perilaku prososial individu dewasa muda.

Prososial di sisi lain, merupakan salah satu tuntutan masyarakat

kolektif. Individu dalam masyarakat kolektif diharapkan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

3

menghindari konflik interpersonal serta menunjukkan perilaku prososial

yang tinggi (Einsenberg, Pidada, & Liew, 2001). Masyarakat Jawa yang

menjadi representasi budaya kolektif sejak kecil diajarkan berperilaku

sesuai norma, dan saling menolong (Einsenberg, Pidada, & Liew, 2001).

Tuntutan lain yang lebih mendasar dari perilaku prososial adalah

pemahaman sosial. Pemahaman sosial penting untuk mencapai kesuksesan

hidup bersama di masyarakat (Cavojova, Belovicova, & Sirota, 2011).

Pemahaman sosial antara lain pemahaman akan emosi orang lain atau

disebut empati (Cavojova, Belovicova, & Sirota, 2011) yang menjadi

prediktor kemampuan individu menunjukkan perilaku prososial

(Einsenberg, Eggum, & Giunta, 2010).

Generasi muda, termasuk di dalamnya mahasiswa yang berkisar

usia 18-24 tahun merupakan individu dalam kategori dewasa muda yang

mulai dituntut untuk memiliki tanggungjawab sosial (Havighurst dalam

Lemme, 1995). Erikson (dalam Lemme, 1995) menjelaskan salah satu

tugas perkembangan dewasa muda adalah mengembangkan keterampilan

dalam hubungan interpersonal seperti berbagai dan peduli.

Perilaku prososial penting selain karena menunjukkan kemampuan

individu memenuhi tuntutan budaya, namun juga karena perilaku prososial

merupakan elemen perkembangan sehat bagi individu dalam tahap remaja

akhir dan dewasa muda (Lam, 2012). Prososial yang tinggi berkaitan

dengan tingkat kepuasan hidup, kebahagiaan, well-being dan young adult

functioning (Litwack, Aikins, & Cilessen, 2012; Khanna, Sharma,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

4

Chauhan, & Pragyendu, 2017). Individu yang menunjukkan tingginya

perilaku prososial cenderung memiliki kompetensi sosial yang baik serta

rendahnya externalizing behavior (Sober & Wilson, dalam Laible, Carlo,

Murphy, Augustine & Roesch, 2014).

Penelitian mengenai keterkaitan prososial dengan konstruk lain

perlu dilakukan untuk memahami permasalahan rendahnya perilaku

prososial. Sebuah konstruk kepribadian yang memiliki kaitan erat dengan

rendahnya empati seseorang dan perilaku antisosial adalah Alexithymia.

Alexithymia digambarkan dengan kurangnya kemampuan seseorang untuk

mengindentifikasi dan mendeskripsikan dan mengidentifikasikan emosi

dalam diri (FeldmanHal, Dalghleish & Mobbs, 2012). Alexithymia

menggambarkan defisit kesadaran dan regulasi emosi (Taylor, Bagby, &

Parker, 1997; Taylor, 2000; Spitzer, Siebel-Jürges, Barnow, Grabe, &

Freyberger, 2005; Swarth, Kortekaas, & Aleman, 2009; FeldmanHall,

Dalgleish, & Mobbs, 2015; Velotti, Garofalo, Petrocchi, Cavallo, Faffaele,

& Dimaggio, 2016).

Manninen et. All (2010) dalam penelitiannya menemukan bahwa

individu yang melakukan tindak kejahatan atau kenakalan secara

signifikan cenderung memiliki level alexithymia yang lebih tinggi

dibanding individu pada populasi umum. Rendahnya kemampuan individu

dengan level alexithymia tinggi dalam berempati menyebabkan individu

cenderung menunjukkan perilaku agresif. Tiga karakteristik umum

alexithymia yang dikemukakan FeldmanHall, Dalgleish, & Mobbs (2012)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

5

antara lain disfungsi pada kesadaran emosi, kelekatan sosial dan hubungan

interpersonal. Penelitian lain menunjukkan bahwa alexithymia memiliki

kaitan dengan rendahnya kemampuan sosial-afektif. Individu yang

memiliki level alexithymia tinggi mengalami kesulitan dalam berinteraksi

dengan orang lain (Vanhelule, Desmet, & Bogaerts, 2007; Vanhuele,

Meganck & Desmet dalam Grynberg, Luminet, Corneille, Grezes &

Berthoz 2010).

Penelitian alexithymia yang dilakukan sebelumnya oleh

FeldmanHal, Dalghleish & Mobbs (2012) sayangnya hanya membahas

perilaku prososial yang spesifik yaitu altruis. Perilaku altruis adalah

perilaku menolong atau memberikan keuntungan bagi orang lain dengan

dasar motif orientasi orang lain (other-oriented), sedangkan prososial

secara global melibatkan berbagai motif seperti motif egois, praktikal dan

termasuk juga concern terhadap orang lain (Einsenberg, 2006). Penelitian

tersebut menunjukkan adanya penurunan perilaku altruis pada individu

dengan level alexithymia tinggi. Individu dengan level alexithymia tinggi

mengalami kesulitan membedakan dan menghargai emosi orang lain

sehingga cenderung bertindak kurang empatik dan tidak mampu

memberikan respons emosional yang efektif (FeldmanHall, Dalgleish, &

Mobbs, 2012).

Penelitian yang menunjukkan apakah ada hubungan alexithymia

dengan perilaku prososial belum ada, terlebih di Indonesia. Alexithymia di

Indonesia masih jarang di teliti. Hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

6

literatur yang membahas alexithymia di Indonesia. Penelitian mengenai

alexithymia dan perilaku altruis yang dilakukan FeldmanHal, Dalghleish

& Mobbs (2012) dilakukan dengan latar belakang budaya individualis

barat di mana asertivitas tinggi dan tuntutan menjaga hubungan baik dan

tolong menolong tidak sebesar di budaya kolektivis. Penelitian tersebut

bertujuan melihat hubungan keduanya dengan cara menelaah perilaku otak

dengan metode mengkombinasikan tugas altruism yang diberikan saat

eksperimen serta functional magnetic resonance imagining. Sampel yang

digunakan terbilang sedikit yaitu 15 subjek. Oleh karena alasan perbedaan

latar belakang budaya, dan keterbatasan penelitian sebelumnya, serta

masalah sosial saat ini, maka penelitian mengenai alexithymia dan

perilaku prososial pada dewasa muda khususnya mahasiswa perlu diteliti.

Penelitian ini juga akan menjawab saran penelitian sebelumnya yaitu

kebutuhan akan penelitian mengenai alexithymia dengan konstruk lain

yang berkaitan dengan pemrosesan emosi (Taylor & Bagby, 2014).

B. Rumusan Masalah

Individu dewasa muda khususnya mahasiswa menunjukkan

penurunan empati dan tingginya perilaku agresif serta anti-sosial. Di sisi

lain perilaku prososial yang merupakan elemen perkembangan individu

masih menjadi tuntutan dalam hidup bermasyarakat.

Alexithymia merupakan suatu trait kepribadian yang berkaitan

dengan defisit regulasi emosi dan kesadaran emosi. Individu dengan level

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

7

alexithymia tinggi cenderung memiliki empati rendah serta perilaku

agresif dan antisosial tinggi. Kedua hal tersebut merupakan mengindikasi

perilaku prososial rendah. Akan tetapi, belum ada penelitian alexithymia

dan perilaku prososial pada dewasa muda di Indonesia.

Berdasarkan latar belakang, penelitian ini mempunyai rumusan

masalah sebagai berikut : “Apakah ada hubungan antara level alexithymia

dengan perilaku prososial dewasa muda ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan level

alexithymia dengan perilaku prososial dewasa muda.

D. Manfaat

Penelitian ini memiliki manfaat teoretis dan manfaat praktis sebagai

berikut :

1. Teoretis

Penelitian ini dapat menambah khazanah penelitian ilmiah

pada konstruk alexithymia serta perilaku prososial dewasa muda.

Penelitian ini menjawab saran penelitian sebelumnya mengenai

kebutuhan akan penelitian antara konstruk alexithymia dengan

konstruk psikologi lain yang memiliki aspek pemrosesan emosi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

8

2. Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada

praktisi psikologi, pengamat sosial, dan masyarakat mengenai

keterkaitan kemampuan mengindentifikasi emosi dengan perilaku

prososial individu.

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan refleksi

bagi individu mengenai pentingnya pemahaman akan emosi dan

kemampuan identifikasi emosi terhadap perilaku menolong.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Alexithymia

1. Definisi Alexithymia

Alexithymia merupakan suatu konstruk psikologis yang

pertama kali dikemukakan oleh Sifneos tahun 1972. Alexithymia

berasal dari kata a yang berarti kekurangan, lexis yang berarti kata dan

thymos yang berarti suasana hati atau emosi (Sifneos, Apfel-Savitz, &

Frankel, 1977;Timoney & Holder, 2013). Sifneos mendeskripsikan

alexithymia sebagai kesulitan dalam mengidentifikasi dan

mengkomunikasikan perasaan, kesulitan dalam membedakan perasaan

dan sensasi somatik dari dorongan emosi, rendahnya fantasi dan

imajinasi, serta berkaitan dengan externally oriented cognitive style

(Hamidi, Reza, Farzad, & Atefeh, 2010). Alexithymia didefinisikan

sebagai suatu konstruk psikologi yang memiliki karakteristik kesulitan

mengalami serta mendefinisikan emosi dan perasaan (Sifneos, 1972;

Taylor & Bagby, 2004; Mattila, Saarni, Salminen, Huhtala, Sintonen &

Joukamaa, 2009; Konrath, Novin, & Li, 2012).

2. Alexithymia sebagai Trait Kepribadian

Alexithymia awalnya ditemukan berdasarkan observasi klinis

pada pasien medis dan psikiatris (Taylor, Bagby, & Parker,1997),

Alexithymia tidak melulu dipandang sebagai suatu gangguan

psikologis. Selama ini ada tiga pandangan mengenai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

10

alexithymia, yaitu alexithymia dianggap sebagai suatu kondisi, suatu

trait kepribadian atau juga sebagai suatu gangguan psikologi

(Thompson, 2009). Alexithymia dikonsepkan sebagai gangguan atau

psikopatologi yang diakibatkan berbagai faktor misalnya trauma atau

juga sebagai akibat dari disfungsi otak bagian kanan (Taylor, Bagby, &

Parker, 1997;Lo, 2014).

Beberapa penelitian cenderung mendukung anggapan

alexithymia sebagai trait kepribadian (Timoney & Holder, 2013).

Taylor, Bagby & Parker (1997) menjelaskan bahwa alexithymia tidak

dikonsepkan sebagai fenomena kategorikal (all-or-none), melainkan

sebagai suatu trait kepribadian yang terdistribusi normal di populasi

umum. Hasil penelitian mendukung asumsi sifat dimensional dari

konstruk ini. Review terhadap penelitian juga cenderung menunjukkan

sifat stabil dari alexithymia (Kurukivi & Saarijärvi, 2014). Lo (2014)

setuju dengan berbagai peneliti yang mendefinisikan alexithymia

sebagai variabel perbedaan individual yang berkaitan dengan

kepercayaan akan nilai emosi dalam kehidupan sosial. Lo (2014)

meneruskan bahwa kepercayaan akan nilai emosi dalam kehidupan

sosial tersebut dibangun dalam konteks perkembangan.

Alexithymia merupakan suatu konstruk kepribadian yang

menggambarkan kesulitan dalam regulasi afek dan dikenal sebagai

satu dari faktor pemicu gangguan medis dan psikiatris (Taylor, Bagby,

& Parker, 1997). Individu yang mengalami alexithymia mampu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

11

menyadari ada respons emosi serta mampu berpikir, tetapi emosi dan

pemikiran tersebut tidak terhubung (Sifneous, 1987).

Seseorang yang memiliki level alexithymia tinggi disebut

alexithymic individuals. Selama ini alexithymia dikenal sebagai

komorbid gangguan psikologis (FeldmanHall, Dalgleish, & Mobbs,

2015) dan alexithymia muncul pada berbagai gangguan psikologis.

Prevalensi individu yang memiliki level alexithymia tinggi dalam

populasi umum mencapai 9% - 17 % pada laki-laki, dan mencapai 5%

- 10 % (Mattila, et al., 2009) pada perempuan. Sedangkan pada

kelompok klinis dapat mencapai 70 % (Bourke, Taylor, Parker &

Bagby dalam Hammidi, Rostami, Farhoodi, & Abdolmanafi, 2010).

3. Karakteristik Alexithymia

Nemiah, Freyberger, & Sifneos (dalam Taylor & Bagby, 2014)

menyebutkan 4 ciri atau karakteristik alexithymia sebagai berikut 1)

kesulitan mengenali perasaan 2) kesulitan mendeskripsikan perasaan

melalui kata-kata 3) keterbatasan proses imajinasi 4) Externally

Oriented Cognitive Style.

Individu dengan level alexithymia tinggi kesulitan

mengidentifikasi keadaan emosi yang sedang mereka alami.

Pengalaman emosi yang kuat mungkin mereka rasakan, akan tetapi

mereka tidak mampu mengetahui alasan dibalik emosi tersebut

(Thompson, 2009). Individu tersebut kesulitan membedakan perasaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

12

dengan sensasi tubuh saat mereka mengalami dorongan emosional

(Nemiah, Freyberger, & Sifneos dalam Taylor & Bagby, 2014)

Individu dengan level alexithymia tinggi juga kesulitan dalam

mengungkapkan perasaan kepada orang lain. Mereka tidak mampu

menemukan kata yang tepat saat diminta menjelaskan mengenai

perasaan atau emosi yang mereka alami (Nemiah, Freyberger, &

Sifneos dalam Taylor & Bagby, 2014;Thompson, 2009).

Imajinasi merupakan kemampuan individu untuk menciptakan

suatu gambaran secara mental berdasarkan pengalaman konkret-

sensori (Thompson, 2009). Individu dengan level alexithymia tinggi

memiliki keterbatasan dalam proses imajinasi. Nemiah, Freyberger, &

Sifneos (dalam Taylor & Bagby, 2014) menyebutkan kekurangan

bahkan tidak adanya fantasi mengenai perasaan dan dorongan

merupakan bukti keterbatasan proses imajinasi yang dialami individu

dengan level alexithymia tinggi. Proses imaginasi penting dalam

pengaturan emosi, pencarian solusi terhadap konflik yang dialami serta

meningkatkan kemampuan dalam berinteraksi yang tercermin dalam

kemampuan berempati (Thompson, 2009).

Thompson (2009) menjelaskan proses imaginasi penting

sebagai kemampuan membayangkan emosi, harapan, kebutuhan dan

bagaimana individu memenuhi hal tersebut, serta berperan dalam

meregulasi intensitas dan ekspresi emosi. Thompson (2009)

meneruskan bahwa peran penting imaginasi adalah kemampuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

13

individu untuk berempati yaitu berkaitan dengan kemampuan

menempatkan, membayangkan diri sebagai orang lain.

Mentalisasi merupakan kemampuan kognitif individu meliputi

kemampuan memahami bahwa orang lain memiliki kepercayaan,

harapan, serta intensi (Frith & Frith dalam Moriguchi et. all, 2006).

Individu dengan alexithymia menunjukkan kemampuan mentalisasi

yang rendah yang terlihat dalam rendahnya aktifitas Medial Prefrontal

Cortices (MPFC) dan Temporo Parietal Junction (TPJ), menyebabkan

individu dengan alexithymia tinggi kurang mampu mengambil

perspektif orang lain (Moriguchi, et al., 2006). Mentalisasi atau

terkenal dengan istilah “Theory of Mind” (ToM) penting dalam

regulasi emosi dan hubungan interpersonal (Moriguchi, et al., 2006)

Individu dengan level alexithymia tinggi memiliki cognitive

style yang berfokus pada detail-detail kejadian-kejadian eksternal. Dua

karakteristik alexithymia (keterbatasan fantasi dan externally oriented

thinking style) yang disebutkan Nemiah, Freyberger & Sifneos sesuai

dengan istilah “la pensée opératoire” (Taylor & Bagby, 2014). Marty

dan de M’Uzan mencetuskan istilah “la pensée opératoire” yang

berarti pemikiran operasional (Guttman & Laporte, 2002). Dalam

observasi pasien psikoterapi mereka, pasien dengan gaya berpikir la

pensée opératoire cenderung menjelaskan situasi atau kejadian secara

detail dan panjang namun tidak memberi penjelasan mengenai apa

yang mereka rasakan (Sifneous, 1987; Taylor & Bagby, 2014).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

14

Individu dengan level alexithymia tinggi cenderung memiliki fokus

bicara pada fakta eksternal dan fakta objektif dibanding melakukan

instrospeksi perasaan mereka atau perasaann yang orang lain alami

(Guttman & Laporte, 2002).

Individu dengan alexithymia menunjukkan kecenderungan

berperilaku impulsif, postur tubuh kaku, ekspresi wajah yang tidak

sesuai dengan konteks dan apa yang dikatakan, mudah menunjukkan

kebosanan, serta menghindari kontak mata (Sifneous, 1987).

Secara umum, dapat disimpulkan alexithymia merupakan trait

atau konstruk kepribadian dengan karakteristik 1) kesulitan

mengidentifikasi perasaan dan emosi 2) mendeskripsikan perasaan dan

emosi 2) keterbatasan fantasi dan penurunan imajinasi 3) Externally

Oriented Cognitive Style (Sifneous, 1973; Taylor, Bagby, & Parker,

1997; Vermeulen, & Luminet, 2009; Lo, 2014; Hammidi, Rostami,

Farhoodi, & Abdolmanafi, 2010; Keefer, Taylor, Parker, & Bagby,

2017). Karakteristik ini yang dijadikan dasar oleh Taylor, Parker, &

Bagby untuk menciptakan Toronto Alexithymia Scale – 20 pada tahun

1994.

4. Etiologi Alexithymia

Alexithymia baik sebagai suatu gangguan psikologis maupun

sebagai suatu konstruk kepribadian telah diteliti dengan berbagai sudut

pandang teori yang berbeda. Penelitian-penelitian mencoba

menjelaskan asal atau sebab alexithymia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

15

a. Sudut Pandang Psikoanalisa

Menurut aliran psikoanalisis, perkembangan symptom

alexithymia disebabkan oleh pengalaman masa kecil, identifikasi

superego, ketidaksadaran individu serta tahap psikoseksual Freud

(de M’Uzan 1974; MacLean 1949; Nemiah 1978; Reusch 1948,

dalam Timoney & Holder, 2013). Krystal (dalam Taylor & Bagby,

2014) mengatakan bahwa faktor etiologi utama alexithymia adalah

psychic trauma yang menyebabkan gangguan perkembangan afek

pada masa kanak-kanak, atau regresi afek di masa remaja dan

dewasa. Freyberger (dalam Timoney & Holder, 2013) menjelaskan

ada dua alexithymia yaitu primary alexithymia yang merupakan

trait disposisi, dan secondary alexithymia yang merupakan akibat

dari organic medical illness. Secondary Alexithymia merupakan

suatu bentuk mekanisme pertahanan. Secondary Alexithymia

mungkin muncul akibat trauma emosi, misalnya pelecehan seksual

atau dapat juga akibat dari kekerasan saat masa kanak-kanak

(Timoney & Holder, 2013).

b. Sudut Pandang Perkembangan Kognitif

Teori perkembangan kognitif muncul dari Lane dan

Schwartz (dalam Timoney & Holder, 2013) defisit kognitif-afektif

dalam individu yang mengalami alexithymia mungkin terjadi

akibat terganggunya kesadaran emosi yang merupakan bagian dari

perkembangan kognitif. Lane dan Schwartz menjelaskan lima

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

16

tahap perkembangan kesadaran emosi. Individu dengan

alexithymia mengalami gangguan dalam perkembangan

kemampuan kognitif mereka sehingga tidak mampu membedakan

kondisi-kondisi afektif. 5 tahap perkembangan kognitif yang

disebutkan Lane dan Schwartz (dalam Timoney & Holder, 2013

dan Taylor, Bagby, & Parker, 1997) adalah sebagai berikut : (1)

sensorimotor reflexive di mana individu menyadari dorongan

emosi hanya berdasarkan sensasi tubuh, mereka akan cenderung

menjelaskan sensasi tubuh saat diminta mengekspresikan perasaan

(2) sensorimotor enactive di mana individu tidak hanya menyadari

sensasi tubuh, namun juga menunjukkan perilaku. Akan tetapi,

mereka tidak mengetahui motif afektif yang mendasari perilaku

mereka. (3) preoperational level merupakan tahap di mana

seseorang mampu menggunakan kata yang tepat untuk perasaannya

namun kemampuan mereka terbatas dibanding individu yang tidak

mengalami alexithymia atau level alexithymia rendah. Selain itu

pada tahap ini individu masih cenderung mengabaikan emosi dari

orang lain dan menggunakan penilaian karakteristik eksternal yang

sederhana (4) Tahap keempat adalah tahap concrete operational di

mana individu mulai menyadari beberapa emosi yang muncul dan

campuran emosi yang dialami. Kesadaran individu masih

cenderung berdasarkan atribusi eksternal dan perilaku nyata. (5)

Tahap terakhir disebut formal operational. Individu mulai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

17

menyadari berbagai campuran emosi yang dialami, mampu

membedakan emosi yang mirip, serta mampu mendeskripsikan

perasan yang muncul. Individu juga mampu menyadari emosi yang

dialami orang lain tanpa mengalami bias dengan emosi yang

mereka rasakan.

Teori multiple code yang dipaparkan Bucci tahun 1997 juga

dapat diaplikasikan untuk menjelaskan etiologi alexithymia. Ada 3

sistem yang merepresentasikan dan memproses informasi emosi

yaitu (1) nonverbal subsymbolic mode antara lain pola sensoris,

sensasi pada organ dalam (visceral) kinestis dan aktifitas motorik

yang muncul saat ada dorongan emosi (2) the nonverbal symbolic

mode (3) verbal symbolic mode (Taylor & Bagby, 2014).

Ketiganya saling berhubungan dalam suatu skema. Affective State

yang dialami individu akan dirasakan nonverbal subsymbolic

system dan nonverbal symbolic system. Kemudian, keduanya akan

dihubungkan atau diterjemahkan ke dalam simbol verbal (Timoney

& Holder, 2013;Taylor, & Bagby, 2014). Alexithymia terjadi ketika

adanya disosiasi dalam skema tersebut, individu tidak mampu

menyimbolkan emosi yang dialami.

Sudut pandang kognitif digunakan peneliti untuk

menggambarkan dinamika alexithymia dan perilaku prososial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

18

c. Sudut Pandang Biologis dan Neurobiologis

Struktur neurologi juga dikaitkan dengan alexithymia.

Alexithymia terjadi karena ada kesalahan koneksi antara neo-cortex

yang berkaitan dengan area berpikir otak dan sistem limbik yang

merupakan area emosional dalam otak (Thompson, 2009).

Karukivi (2011) menjelaskan mengenai Central Nerveous System

(CNS) yang berperan dalam regulasi emosi (frontal lobe dan

sistem limbik) berasosiasi dengan alexithymia. Kerusakan dalam

area tersebut menyebabkan kesulitan dalam kontrol emosi

(Karukivi, 2011). Alexithymia mungkin disebabkan adanya

permasalahan dalam hubungan antar hemisfer otak (Taylor,

Bagby, & Parker, 1997). Pasien split brain menunjukkan

karakteristik alexithymia yaitu lebih rendah dalam menggunakan

kata-kata yang berkaitan dengan afek (TenHouten, Hoppe, Bogen,

& Walter, 1985).

Traumatic brain injury (TBI) menyebabkan perkembangan

alexithymia (Timoney & Holder, 2013). Abnormalitas otak

tersebut dapat terjadi karena kecelakaan, kurangnya oksigen saat

bayi lahir, atau racun. Wood & William (dalam Timoney &

Holder, 2013) menemukan ada 57,9% pasien yang mengalami TBI

mengalami alexithymia.

Selain itu, alexithymia juga dapat dalam penelitian terhadap

8785 pasang kembar, ditemukan bahwa genetik berkontribusi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

19

dalam perkembangan facet dari Alexithymia (Jørgensen, Zachariae,

Skytthe, & Kyvik, 2007).

5. Asosiasi alexithymia dan variabel lain

Berikut merupakan review literatur mengenai alexithymia dan

asosianya dengan berbagai variabel psikologis lain yang menyangkut

masalah interpersonal. Defisit regulasi emosi pada individu yang

memiliki level alexithymia tinggi menyebabkan perilaku maladaptif

yang akan berdampak pada masalah interpersonal. Alexithymia

berasosiasi dengan lemahnya kemampuan sosio-afektif. Individu

dengan level alexithymia tinggi cenderung menunjukkan sikap dingin,

dan menarik diri serta mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan

orang lain (Grynberg, Luminet, Corneille, Grèzes, & Berthoz, 2010).

Ketidakmampuan meregulasi dan memproses emosi atau afek

memengaruhi pikiran serta perilaku individu (Taylor, Bagby, & Parker,

1997). Rendahnya kesadaran emosi diri pada individu dengan

alexithymia tinggi berkaiatan dengan agresivitas dan perilaku impulsif

(Teten, Miller, Bailley, Dunn, & Kent, 2008). Penelitian menunjukkan

level alexithymia yang tinggi berasosiasi dengan tingginya perilaku

agresif dan perilaku impulsif (Teten, Miller, Bailley, Dunn, & Kent,

2008; Honkalampi, Tolmunen, Hintikka, Rissanen, Kylmä, &

Laukkanen, 2009; Manninen, et. all. 2011; Konrath, Novin, & Li,

2012; Evren, Cinar, Evren, Umut, Can, & Bozkurt, 2015). Individu

yang tidak mampu menyadari perasaan yang dialami akan mengalami

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

20

kesulitan dalam mengontrol dorongan emosi (Velotti, Garofalo,

Petrocchi, Cavallo, Faffaele, & Dimaggio, 2016) sehingga cenderung

menunjukkan perilaku agresif akibat rendahnya regulasi emosi diri.

Penelitian juga menunjukkan bahwa individu dengan level

alexithymia tinggi memiliki empati yang rendah (Grynberg, Luminet,

Corneille, Grèzes, & Berthoz, 2010; Jonason & Krause, 2013).

Penelitian Moriguchi, et al., (2007) meneliti mengenai penurunan nilai

empati pada individu dengan level alexithymia dan kaitannya terhadap

rendahnya kesadaran emosi diri. Penelitian mendapati turunnya

aktivasi Medial Prefrontal Cortices (MPFC) dan Temporo Parietal

Junction (TPJ) pada individu dengan level alexithymia tinggi

(Moriguchi, et al., 2007). MPFC dan TPJ bertanggungjawab dalam

proses mentalisasi, berasosiasi dengan kemampuan mengetahui

keadaan emosi diri dan orang lain. Kesadaran emosi diri dan emosi

orang lain merupakan komponen fundamental dari empati (Decety &

Jackson, 2004; Moriguchi, et al., 2007). Selain itu, penelitian

FeldmanHall, Dalgleish, & Mobbs (2015) menunjukkan penurunan

aktifitas Anterior Insula (AI) dan Temporoparietal Junction (TPJ)

keduanya bagian otak berkaitan dengan respons empati.

Defisit empati yang dialami individu dengan alexithymia terjadi

karena individu yang kesulitan dalam mengenali dan menyadari

perasaan atau emosi diri juga mengalami kesulitan dalam menyadari

dan mengenali perasaan yang dialami orang lain (Aaron, Benson, &

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

21

Park, 2015). Shared-network Hyphothesis Theory menyatakan bahwa

jaringan neural yang memproses emosi diri sama dengan jaringan yang

memproses emosi orang lain, termasuk area yang memproses rasa sakit

(Aaron, Benson, & Park, 2015). Kesadaran yang memproses kondisi

emosi diri dan orang lain berasosiasi satu sama lain (Decety &

Jackson, 2004; Aaron, Benson, & Park, 2015).

Selain itu, rendahnya empati pada individu dengan level

alexithymia berkaitan dengan adanya kognitif defisit pada komponen

empati yaitu perspective taking (Moriguchi, et al., 2006;FeldmanHall,

Dalgleish, & Mobbs, 2015). Individu dengan level alexithymia tinggi

kurang mampu melihat dari sudut pandang orang lain karena

rendahnya kemampuan mentalisasi (Moriguchi, et al., 2006).

Individu dengan level alexithymia tinggi juga menunjukkan

rendahnya perilaku altruis (FeldmanHall, Dalgleish, & Mobbs, 2015).

Penelitian FeldmanHall, Dalgleish, & Mobbs (2015) terhadap aktivitas

otak individu menunjukkan bahwa individu dengan alexithymia tinggi

cenderung tidak merasa tertekan saat melihat orang lain kesakitan dan

kurang menunjukkan sikap altruis dibanding individu dengan

alexithymia lebih rendah.

B. Perilaku Prososial

1. Definisi Perilaku Prososial

Eisenberg dan Mussen (1997) menyatakan bahwa perilaku

prososial merupakan perilaku yang ditunjukkan secara sengaja,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

22

bertujuan untuk menolong atau memberikan keuntungan orang lain

baik terhadap individu maupun kelompok. Ada berbagai motif yang

melatarbelakangi perilaku prososial misalnya untuk mendapatkan

suatu reward, untuk mendapatkan penerimaan dari orang lain atau

karena empati dan peduli terhadap orang lain (Eisenberg & Mussen,

1997). Perilaku prososial mungkin dilakukan atas dasar berbagai

alasan, misalnya atas dasar motif egois, other-oriented juga practical

concern (Einsenberg, 2006). Salah satu subgroup perilaku prososial

adalah altruism (Einsenberg, 2006).

Staub mencoba membedakan perilaku prososial dengan

perilaku altruis. Staub (dalam Einsenberg & Miller, 1984) menyatakan

bahwa perilaku prososial mengacu pada segala perilaku yang

menguntungkan orang lain, mungkin juga perilaku ini berupa kerja

sama yang akan menguntungkan baik pelaku maupun orang yang

menerima perlakuan. Di sisi lain, perilaku altruis terbatas pada perilaku

yang berfokus menguntungkan orang lain, tanpa mempertimbangkan

untuk keuntungan pribadi. Sehingga dapat disimpulkan, altruis

merupakan suatu jenis perilaku prososial yang didorong oleh keinginan

untuk menolong atau menguntungkan orang lain tanpa

mempertimbangkan keuntungan terhadap diri sendiri. Motivasi yang

melatarbelakangi perilaku menjadi penentu apakah suatu perilaku

prososial dikatakan sebagai perilaku altruis atau tidak (Eisenberg &

Mussen, 1997)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

23

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa

prososial merupakan perilaku positif dan disengaja yang ditunjukkan

individu dengan tujuan menguntungkan orang lain tanpa memandang

perbedaan motivasi apa yang mendorong pelaku.

2. Teori Perkembangan Perilaku Prososial

Eisenberg & Mussen (1997) menyebutkan ada tiga teori atau

pendekatan utama yang yang selama ini digunakan untuk menjelaskan

proses dan perkembangan kecenderungan berperilaku prososial. Ketiga

teori tersebut adalah psikoanalisa, teori belajar sosial dan teori sosial

kognitif, serta teori perkembangan kognitif. Ketiga teori tersebut saling

melengkapi satu sama lain, menjelaskan aspek yang mungkin

diabaikan teori lainnya. Penelitian ini berfokus perkembangan kognitif

dalam mengkaji perilaku prososial individu.

Dalam Teori Perkembangan Kognitif (menurut Eisenberg &

Mussen, 1997) anak tidak dipandang sebagai individu yang pasif.

Melainkan, individu dipandang memiliki kemampuan bertindak

dengan cara yang kreatif terhadap lingkungannya. Teori perkembangan

kognitif menjelaskan pentingnya penalaran dan proses kognitif dalam

mempengaruhi perilaku prososial individu. Perilaku prososial individu

berkembang seiring perkembangan kognitif individu. Perkembangan

kemampuan, keterampilan serta kapasitas kognitif individu

mempengaruhi bagaimana pandangan individu mengenai menolong

dan juga mempengaruhi motivasi menolong (Dovidio, Piliavin,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

24

Schroeder, & Penner, 2006). Kolberg dan Piaget memberi dasar dalam

teori perkembangan kognitif. Keduanya menjelaskan bahwa individu

mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangan penalaran dan

penilaian moral.

Teori kognitif menjelaskan bahwa role taking ability dan

internal attribution merupakan dua kemampuan kognitif yang

mendasari perkembangan perilaku prososial individu (Dovidio,

Piliavin, Schroeder, & Penner, 2006). Role taking ability disebut juga

sebagai Cognitive Empathy yaitu kemampuan untuk memahami apa

yang dipikirkan orang lain, kemampuan untuk melihat dari sudut

pandang orang lain (Dovidio, Piliavin, Schroeder, & Penner, 2006).

Kemampuan ini mulai berkembang pada anak 5-6 tahun. Internal

attribution kemampuan mengatribusikan apa yang melatarbelakangi

perilaku diri sendiri dan perilaku orang lain.

3. Penentu Perilaku Prososial

Ada banyak faktor yang mempengaruhi seseorang

memunculkan perilaku prososial. Eisenberg & Mussen (1997)

menyebutkan ada 7 kategori utama yang menjadi penentu atau

anteseden untuk perilaku prososial antara lain: biologi,

budaya/keanggotaan suatu kelompok, pengalaman sosialisasi, proses

kognitif, kepekaan emosional, variabel kepribadian dan personal, serta

keadaan dan kondisi situasional.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

25

a. Faktor Biologi

Wilson mengatakan hanya 10% pengaruh genetik terhadap

perilaku prososial individu. Wilson menyatakan bahwa kin

selection menjelaskan perilaku altruis yang ditunjukkan oleh

hewan-hewan. Aksi mengorbankan diri meningkatkan probabilitas

kerabat dekat yang memiliki gen sama untuk bertahan. Manusia

dan hewan menunjukkan perilaku altruis tidak hanya pada kerabat

saja. Trivers menjelaskan konsep reciprocal altruism sebagai

perilaku altruis yang ditunjukkan dengan motivasi mendapatkan

keuntungan di masa yang akan datang. Kedua konsep yang telah

diusulkan oleh ahli sosiobiologis tersebut, Kin selection dan

reciprocal altruism dipandang sebagai penjelasan perilaku altruis

manusia.

b. Keanggotaan suatu kelompok (Budaya)

Budaya tempat individu dibesarkan mempengaruhi

penentuan perilaku, motivasi dan orientasi mana yang tepat dan

yang tidak tepat. Budaya tidak bisa menjelaskan mengenai

perbedaan tingkat prososial setiap individu dalam suatu budaya

yang sama, melainkan memberi perbedaan secara umum individu

dari satu budaya dengan budaya lain. Seorang individu

mempelajari dan memperoleh nilai, norma, dan perilaku dari

budaya mereka melalui berbagai cara antara lain dengan imitasi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

26

identifikasi serta reinforcement. Nilai, dan norma diperoleh anak

melalui proses sosialisasi.

c. Pengalaman sosialisasi

Agen sosialisasi utama adalah orangtua, teman sebaya,

guru dan media masa. Keluarga sebagai agen sosialisasi paling

signifikan mempengaruhi pola perilaku, motivasi personal,

kecenderungan individu, nilai dan respons sosial yang sesuai

dengan budaya tempat anak tinggal dan dibesarkan.

d. Proses Kognitif

Einsenberg & Mussen (1997) mengelompokkan proses

kognitif yang berperan dalam perilaku prososial individu ke dalam

beberapa kategori antara lain 1) persepsi, interpretasi dan evaluasi

terhadap situasi (proses atribusi) 2) level perkembangan kognitif

dan intelejensi 3) Role Taking ability 4) pengambilan keputusan

dan penalaran moral. Hal tersebut tercermin dalam tahapan proses

kognitif individu dalam berperilaku prososial. Individu akan

mempersepsikan serta menafsirkan suatu keadaan, apakah orang

tersebut perlu pertolongan atau tidak. Hal ini memerlukan

kemampuan presepsi keadaan. Individu kemudian mencoba untuk

mengevaluasi kebutuhan serta keinginan orang yang ingin

ditolong. Individu juga perlu menentukan rencana dan tindakan

paling efektif. Tahap-tahap perkembangan penalaran kognitif

mampu menjelaskan kapan individu mampu mempersepsikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

27

suatu keadaan dengan benar sehingga individu mampu

menunjukkan perilaku prososial.

Einsenberg menyebutkan ada 6 topik berkaitan dengan

proses kognitif dalam perilaku prososial.

i. General intelligence

Semakin tinggi tingkat intelegensi, individu semakin

mampu mengevaluasi apa yang dibutuhkan orang lain,

menunjukkan peningkatan kemampuan role taking dan juga

semakin mampu mencari cara yang efektif dalam membantu.

ii. Persepsi terhadap kebutuhan orang lain

Kemampuan untuk mempersepsikan serta

membedakan kebutuhan orang lain dengan kebutuhan

mereka sendiri membuat individu mampu merespons suatu

kejadian secara prososial. Anak kecil kurang mampu menilai

secara akurat mengenai apa yang dibutuhkan orang lain

sehingga mempengaruhi tindakan yang diambil.

iii. Role taking

Eisenberg dan Mussen mendefinisikan Role taking

sebagai kemampuan memahami apa yang dipikirkan atau

pikiran orang lain. Role taking merupakan reaksi empati

awal yang meningkatkan kemungkinan munculnya perilaku

altruis. Teori menyatakan bahwa Role taking juga sebagai

komponen kognitif perilaku prososial (Davis, 1983). Social

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

28

Role Taking meningkatkan empati individu terhadap orang

lain dan membantu individu dalam mempersepsikan apa

yang dirasakan dan dipikirkan orang lain dalam sudut

pandangnya.

Pada usia 3 tahun anak seharusnya sudah mampu

membedakan reaksi senang dan tidak senang dari orang lain,

kemudian disusul kemampuan untuk mengidentifikasi rasa

takut dan kemarahan dari orang lain. Suatu penelitian

menjelaskan mengenai anak dengan kemampuan role taking

tinggi yang terlihat dalam kemampuan menjelaskan dan

menamai perasaan yang dialami tokoh dalam suatu cerita,

lebih menunjukkan perilaku menolong (Hudson, Forman, &

Brion-Meisels dalam Eisenberg dan Mussen, 1997).

Role-taking dan perspective taking ability sering kali

bermakna tumpang tindih, keduanya sama-sama

menjelaskan kemampuan individu mengenai dalam

mengambil peran, melihat dari sudut pandang orang lain

untuk memahami apa yang dirasakan atau dipikirkan

oranglain. Hoffman (2000) juga menunjukkan kesamaan arti

pada Role-taking dan perspective taking. Dalam penelitian

ini akan lebih sering menggunakan istilah perspective

taking.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

29

iv. Pemecahan masalah interpersonal

Pemecahan masalah interpersonal menurut Shure,

Spivack, Platte & Shure (dalam Einsenberg, 1997)

mencangkup beberapa hal antara lain, kepekaan terhadap

permasalahan interpersonal, kemampuan untuk

menghasilkan solusi yang memungkinkan, menyusun tahap

dalam menyelesaikan permasalahan tersebut serta

mempertimbangkan konsekuensi dari tindakan prososial.

v. Atribusi terhadap orang lain

Penilaian individu terhadap apa yang

melatarbelakangi perilaku orang lain, apa yang

menyebabkan orang lain melakukan hal tersebut

mempengaruhi apakah individu akan menolong orang

tersebut atau tidak. Individu akan mengatribusikan apakah

permasalahan itu berasal dari faktor di luar kontrol individu

yang akan dibantu atau faktor dari dalam diri (sebagai

contoh pilihan atau usaha individu yang dibantu). Individu

akan cenderung membantu apabila masalah berasal dari

faktor di luar kontrol, misal seorang anak yang

meminjamkan catatan pada teman yang tidak hadir dikelas

karena sakit.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

30

vi. Penalaran moral

Eisenberg dan Mussen (1997) menerangkan 5 level

perkembangan penalaran prososial. Level 1 berorientasi

pada hedonis dan berfokus pada diri, melakukan perilaku

prososial untuk keuntungan pribadi. Level kedua need

orientation. Pada tahap ini telah ditandai dengan primitive

role taking atau empati. Pada tahap ketiga orientasi pada

penerimaan dan interpersonal. Level keempat ditandai

dengan orientasi self-reflective empathy dan bertindak

berdasarkan internalisasi nilai dan norma. Tahap ke empat

perilaku prososial muncul berdasarkan orientasi terhadap

nilai yang telah diinternalisasi dan keinginan untuk bertindak

sesuai dengan kewajiban sosial dan keinginan untuk

menjaga kehidupan sosial.

Penalaran moral dan perilaku prososial meiliki

asosiasi positif akan tetapi tidak terjadi di setiap situasi.

Level penalaran rendah berkorelasi dengan perilaku

prososial yang dilatarbelakangi motivasi egois atau

menguntungkan diri sendiri, di sisi lain perilaku agresif

kadang juga dimotivasi oleh level moral yang tinggi, sebagai

contoh dukungan terhadap perang. Walaupun secara empiris

level penalaran moral mempengaruhi kecenderungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

31

seseorang berperilaku prososial, akan tetapi masih ada faktor

lain yang juga mempengaruhi kecenderungan prososial.

e. Variabel Personal

Einsenberg dan Mussen (1997) menyebutkan tendensi

personal yang mempengaruhi perbedaan perilaku prososial setiap

individu antara lain jenis kelamin, kelas sosial ekonomi, usia,

level perkembangan menurut usia, urutan kelahiran, dan beberapa

atribut personal (trait) sebagai contoh kemampuan sosial, self-

esteem, dan penyesuaian emosi. Karakteristik tersebut tidak dapat

dipungkiri berhubungan dengan variabel lain misalnya praktek

sosialisasi serta faktor kognitif. Individu yang ekspresif

cenderung menunjukkan perilaku prososial spontan yang tinggi.

f. Faktor Emosional

Perilaku prososial juga dilatarbelakangi oleh perasaan

individu saat mengetahui orang lain yang membutuhkan

pertolongan atau perasaan individu saat tidak mampu menolong

seseorang. Empati, simpati dan perasaan bersalah merupakan

faktor emosional yang mempengaruhi apakah individu akan

menolong atau tidak.

Empati dan simpati menjadi faktor emosional dalam

perilaku prososial seseorang. Empati merupakan suatu respons

emosi. Einsenberg dan Mussen mendefinisikan empati sebagai

suatu keadaan afek individu yang timbul dari keadaan emosi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

32

orang lain yang kongruen dengan keadaan atau kondisi orang lain

tersebut. Sebagai contoh, perasaan sedih yang muncul akibat

melihat orang lain sedih. Keakuratan penilaian secara kognitif

penting sehingga individu dapat merespons secara empatik

(Hoffman, 2000). Perspective taking diperlukan dalam empati.

Seperti penjelasan sebelumnya, Role- atau Perspetive taking

merupakan proses kognitif yaitu menempatkan diri sebagai orang

lain dan membayangkan apa yang dirasakan (Hoffman, 2000).

Stotland (dalam Hoffman 2000) menjelaskan perspective taking

memiliki dua jenis. Pertama membayangkan diri sebagai orang

lain. Saat individu melihat orang lain kesusahan ia akan

mengimajinasikan apabila ia yang menjadi korban. Hal tersebut

menimbulkan distres. Tipe perspective -taking kedua berfokus

pada perasaan orang lain. Dalam tipe ini, fokus individu langsung

pada korban. Ia membayangkan apa yang korban rasakan.

Hoffman (2000) menjelaskan mengenai empatic distress

sebagai motif prososial. Individu cenderung menunjukkan empati

dan bahkan menunjukkan perilaku prososial ketika melihat orang

lain merasa kesakitan atau kesusahan (Hoffman, 2000). Empatic

distress yang dialami individu akan berkurang bahkan hilang

setelah individu tersebut menolong orang lain yang mengalami

kesulitan. Hoffman (2000) menjelaskan bahwa perasaan lega

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

33

yang dirasakan individu yang ditolong akan menimbulkan

perasaan lega juga pada individu yang menolong.

Simpati adalah respons emosi terhadap keadaan emosi

orang lain. Respons ini terdiri dari perasaan sedih, berduka atau

perhatian terhadap orang lain akan tetapi tidak merasakan emosi

yang sama dengan orang tersebut. Perasaan bersalah adalah

perasaan negatif yang muncul karena seseorang menyadari dia

menyakiti orang lain.

Penelitian menunjukkan bahwa empati dan simpati

merupakan mediator perilaku prososial. Hoffman (dalam

Eisenberg, 1997) menjelaskan bahwa motivasi altruistik individu

dipengaruhi oleh aspek kognitif dan afektif dari empati.

Kemampuan berempati membutuhkan kemampuan menempatkan

diri sebagai orang lain (perspective -taking). Kemampuan ini yang

menjadi basis dari motivasi altruis. Hoffman menjelaskan respons

empati mulai berkembang sejak masih bayi bahkan kemampuan

merasakan kesulitan yang dialami orang lain mulai muncul

sebelum mereka mampu membedakan diri mereka dengan

oranglain. Respons empati yang mulai muncul sejak bayi selain

merupakan kecenderungan biologis.

Batson (dalam Eisenberg & Mussen, 1997) membedakan

personal distress dan empati sebagai faktor yang mempengaruhi

dan melatarbelakangi perilaku prososial. Personal distress

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

34

mengacu pada emosi negatif dan mengganggu yang dirasakan

individu ketika melihat orang lain kesulitan. Perilaku prososial

yang ia tunjukkan didorong oleh keinginan untuk mengurangi

emosi negatif yang dirasakan, dengan kata lain motivasi egois.

Sedangkan, empati memunculkan perilaku prososial yang

didorong oleh keinginan meringankan penderitaan orang lain atau

dengan kata lain motivasi berorientasi pada orang lain. Dalam hal

ini individu menunjukkan perilaku altruis.

Perasaan bersalah memediasi perilaku prososial. Respons

empati serta kemampuan merasakan permasalahan yang dialami

orang lain mungkin akan diubah menjadi rasa bersalah. Perasaan

bersalah tersebut muncul ketika individu merasa

bertanggungjawab atas kesulitan yang dihadapi orang lain,

sehingga mengarah pada rasa bertanggungjawab untuk menolong.

Selain itu, perilaku menolong juga didorong oleh tujuan

mengantisipasi perasaan bersalah yang akan muncul apabila

individu tidak menolong.

g. Faktor Situasional

Suasana hati (mood), dorongan nilai dan pentingnya

perilau prososial, karakteristik penerima, dan situasi lain misalnya

sebagai satu-satunya saksi merupakan faktor-faktor situasional

yang mempengaruhi perilaku prososial individu. Oleh sebab itu,

tidak dapat dipungkiri dalam beberapa waktu, perilaku atau reaksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

35

individu dipengaruhi oleh perubahan perasaan dan juga akibat

respons suatu situasi/ keadaan lingkungan.

4. Bentuk Perilaku Prososial

Einsenberg dan Mussen menyebutkan perilaku Prososial

menyangkut tindakan berbagi, bekerjasama, menolong,

donasi/menyumbang, menolong, kejujuran, berderma,

mempertimbangkan hak dan kesejahteraan orang lain. Selain itu

dalam buku The Root of Prosocial Behavior (1997) membuat orang

lain nyaman, sebagai contoh menghibur, juga merupakan bentuk

perilaku prososial.

Mussen & Eisenberg (1997) menyebutkan kelima bentuk

perilaku prososial antara lain berbagi, bekerjasama, menolong,

kejujuran, dan berderma, sebagai aspek perilaku prososial.

5. Tahap-tahap dalam Menolong

Ketika dihadapkan dengan suatu peristiwa, pengambilan

keputusan atau decision making berperan dalam menentukan apakah

individu menolong atau tidak. Latane and Darley (dalam Baron &

Branscombe, 2012) menjelaskan ada lima tahap dalam pengambilan

keputusan yang menentukan perilaku menolong individu. Pada situasi

genting proses pengambilan keputusan ini harus dilakukan dalam

waktu yang singkat.

a. Mengetahui bahwa ada peristiwa yang tidak biasa terjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

36

b. Menginterpretasi secara tepat bahwa suatu kejadian merupakan

kejadian, darurat dan membutuhkan bantuan.

Apabila seseorang salah dalam menafsirkan suatu peristiwa

genting sebagai suatu peristiwa yang tidak membutuhkan

bantuan, maka individu tidak akan menolong. Sebagai contoh,

individu yang dari jauh melihat seorang perempuan berteriak di

depan seorang penjahat karena ia diancam dengan belati bisa

jadi dianggap orang lain sebagai pasangan yang sedang

bertengkar.

c. Menentukan apakah bertanggungjawab untuk menolong atau

tidak

d. Menilai diri apakah memiliki kemampuan atau pengetahuan

untuk menolong

e. Menentukan keputusan akhir apakah akan menolong atau tidak.

C. Dewasa muda (Young Adult)

Havirgust (dalam Lemme, 1995) menyatakan bahwa dewasa muda

memiliki rentang antara 18 – 35 tahun. Erikson (dalam Lemme, 1995)

mengatakan rentang usia 20an sampai 30an adalah rentang usia dewasa

muda. Salah satu tugas perkembangan pada individu dewasa muda adalah

memiliki tanggungjawab sosial (Havighurs dalam Lemme, 1995). Di sisi

lain, permasalahan sosial seperti perilaku agresif dan sikap individualis

yang tidak menunjukkan perilaku bertanggungjawab paling banyak

dilakukan oleh individu dengan kategori dewasa muda.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

37

Erikson (dalam Lemme, 1995) menyatakan bahwa dewasa muda

pada usia 20an sampai 30an memiliki tugas perkembangan untuk

mengembangkan keterampilan dalam hubungan interpersonal seperti

berbagi dan peduli. Individu dewasa mulai memiliki kebutuhan untuk

mendapat bantuan dan pertolongan dari orang lain serta kebutuhan untuk

menjaga hubungan interpersonal (Einsenberg et. all dalam Caprara, Steca,

Zelli, & Capanna, 2005). Perilaku prososial meningkatkan kemungkinan

terpenuhinya kebutuhan tersebut (Einsenberg et. all dalam Caprara, Steca,

Zelli, & Capanna, 2005). Individu yang mampu memiliki tingkat prososial

tinggi cenderung sukses dalam beradaptasi dan mendapatkan penerimaan

dari orang lain (Pakaslahti, Karjalainen, & Keltikangas-Ja¨rvinen, 2002;

Eisenberg & Fabes dalam Lam, 2012).

Perilaku prososial, pada masa dewasa, mulai menjadi hal yang

penting karena memiliki makna sosial dan mengandung nilai luhur

(Caprara, Steca, Zelli, & Capanna, 2005). Secara umum perilaku prososial

meningkat sejalan dengan peningkatan usia (Eisenberg, 2006). Akan

tetapi, pada dewasa muda kecenderungan individu dalam berperilaku

prososial seringkali berbenturan dengan kecenderungan individu lain

seperti kompetisi, pencapaian personal, dan kebutuhan egois lain (Caprara,

Steca, Zelli, & Capanna, 2005).

Prososial dilema moral terjadi ketika muncul konflik antara

kepentingan diri dan kepentingan orang lain (Eisenberg, Carlo, Murphy,

& Court, 1995). Hal tersebut karena pada awal dewasa, individu mulai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

38

menekankan tanggungjawab baik terhadap diri maupun orang lain, tidak

hanya berfokus pada pengorbanan diri saja (Giligan dalam Eisenberg,

Carlo, Murphy, & Court, 1995). Oleh sebab itu, beberapa individu

cenderung memiliki penalaran yang berorientasi pada diri (self-oriented)

ketika menghadapi dilema moral tersebut.

Beberapa hal yang mempengaruhi perbedaan kecenderungan

perilaku prososial antara lain perkembangan sosiokognitif dan kemampuan

mengkode emosi orang lain (Einsenberg, 2006). Pada dewasa muda,

perilaku menolong tidak dimotivasi oleh motif egois, akan tetapi oleh

motif orang lain (Einsenberg, 2006).

Hasil penelitian menunjukkan level alexithymia menurun saat

individu masuk dalam tahap remaja. Akan tetapi akan meningkat saat

menginjak dewasa hingga manula. Prevalensi alexithymia pada individu

dengan rentang usia 30-44 tahun sebanyak 4.7%, akan tetapi pada usia

diatas 84 tahun prevalensi sebanyak 29.3% (Mattilla et al., 2006). Pada

masa remaja, semakin rendah usia individu semakin tinggi level

alexithymia (Oskis dalam Paul 2013). Pada mahasiswa ditemukan korelasi

negatif antara usia dan level alexithymia (Meins et al., dalam Paul 2013).

Pada dewasa muda, individu seharusnya sudah sampai pada tahap

perkembangan kognitif formal operasional (menurut Lane & Schwartz

dalam Timoney Holder, 2013). Pada tahap tersebut, individu mampu

menyadari dan membedakan campuran emosi yang dialami, serta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

39

menyadari emosi yang dialami orang lain. Tahap tersebut

merepresentasikan alexithymia rendah.

D. Dinamika Antar Variabel

Alexithymia merupakan trait kepribadian yang ditandai dengan

kesulitan dalam mengidentifikasi dan mendeskripsikan perasaan serta cara

berpikir operasional. Konstruk ini menunjukkan adanya defisit regulasi

emosi (Taylor, Bagby, & Parker, 1997;Taylor, 2000; Spitzer, Siebel-

Jürges, Barnow, Grabe, & Freyberger, 2005; Karukivi, et. all, 2014). 4

karakteristik alexithymia difficulties Identifying feeling, difficulties

describing feeling, limited fantasy dan externally oriented thinking style

mencerminkan rendahnya kesadaran dan regulasi emosi. Proses kognitif

yang terlibat dalam regulasi afek termasuk emosi di antaranya adalah

representasi mental, imajinasi, dan komunikasi verbal.

FeldmanHall, Dalgleish, & Mobbs, (2012) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa level alexithymia yang tinggi menyebabkan individu

kurang mampu menghargai dan membedakan emosi orang lain. Hal

tersebut menyebabkan individu kurang mampu menunjukkan tindakan

empatik. Penelitian lain juga menunjukkan individu dengan level

alexithymia tinggi cenderung memiliki level empati yang rendah

(Grynberg, Luminet, Corneille, Grèzes, & Berthoz, 2010; Jonason &

Krause, 2013). Sedangkan empati merupakan faktor emosional yang

mempengaruhi derajat perilaku prososial individu (Eisenberg & Mussen,

1997).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

40

Shared-network Hyphothesis Theory paling mungkin menjelaskan

hubungan alexithymia dan rendahnya empati individu (Aaron, Benson, &

Park, 2015) pemrosesan emosi diri dan emosi orang lain diatur dalam

jalinan neural yang sama. Kemampuan individu menyadari keadaan emosi

yang dialaminya menjadi prediktor kemampuan individu merespons secara

empatik kepada orang lain (Aaron, Benson, & Park, 2015).

Kesadaran emosi dan regulasi emosi (kemampuan

mengidentifikasi, mendeskripsikan serta mengekspresikan secara konkret

perasaan merupakan bagian dari komponen empati (Decety & Jackson,

2004;Moriguchi, et al., 2006; Decety & Jackson, 2006). Individu dengan

level alexithymia mengalami defisit dalam kesadaran emosi termasuk

dalam rendahnya kemampuan membedakan, simbolisasi emosi dan

pemahaman akan diri serta orang lain (complexity in experience of self and

other) (Moriguchi, et al., 2006).

Selain itu, individu dengan level alexithymia juga kurang memiliki

kemampuan untuk mengambil perspektif sebagai orang lain agar mampu

merasakan apa yang dialami orang lain yang disebut perspective taking

ability. Perspective taking ability merupakan faktor kognitif penentu

perilaku prososial juga sebagai komponen kognitif empati (Eisenberg &

Mussen, 1997). Aaron, Benson, & Park (2015) dalam penelitiannya

menyatakan bahwa individu dengan level alexithymia tinggi mengalami

defisit empati terlebih dalam kemampuan perspective taking. Perspective

taking ability kurang dimiliki individu dengan level alexithymia tinggi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

41

karena keterbatasan kemampuan imajinasi (Thompson, 2009) dan juga

rendahnya mentalisasi. Seperti dalam penelitian Moriguchi, et al., (2006)

yang menemukan bahwa individu dengan alexithymia menunjukkan

penurunan kemampuan mentalisasi yang berkaitan dengan perspective-

taking.

Teori perkembangan kognitif Lane & Scwartz (dalam Timoney &

Holder, 2013) menjelaskan mengenai gangguan perkembangan kesadaran

emosi pada individu dengan level alexithymia tinggi. Dalam teori

perkembangan kognitif tersebut semakin tinggi level kognitif, semakin

baik individu dalam menyadari, membedakan dan mendeskripsikan

perasaan yang muncul, baik menyadari emosi diri maupun menyadari

emosi yang dialami orang lain.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

ketidakmampuan individu dalam meregulasi, memproses emosi atau afek

serta defisit kognitif yang dialami individu dengan level alexithymia

mempengaruhi pikiran serta perilaku individu, khususnya perilaku

prososial yang menjadi perhatian penelitian ini. Rendahnya kesadaran

emosi diri individu dengan level alexithymia tinggi menyulitkan individu

untuk merespons secara empatik. Kesulitan mengidentifikasi dan

memproses perasaan serta emosi diri menjadi prediktor ketidakmampuan

mengidentifikasi perasaan dan emosi orang lain, sehingga menjelaskan

rendahnya empati individu tersebut. Di samping itu, keterbatasan fantasi

dan mentalisasi individu menyebabkan individu sulit mengambil sudut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

42

pandang, menempatkan diri sebagai orang lain (perspective taking).

Individu dengan level alexithymia tinggi cenderung memiliki perilaku

prososial yang rendah mengingat adanya asosiasi antara alexithymia yang

tinggi dengan rendahnya empati dan perspective taking ability.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

43

E. Skema

Berikut merupakan skema berpikir (gambar 2.1) dan skema penelitian

(gambar 2.2) yang memperlihatkan asosiasi dengan perilaku prososial.

Gambar 2.1 Skema Berpikir

Karakteristik Alexithymia

- Kesulitan mendeskripsikan

perasaan

- Kesulitan mengidentifikasi

perasaan

- Fantasi terbatas

- External Oriented Thinking Style

Empati dan perspective

taking rendah

Perilaku Prosos

ial

Rendah

Defisit Kesadaran emosi

Defisit Regulasi emosi

Defisit Kognitif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

44

Gambar 2.2 Skema Penelitian

Individu dengan level alexithymia

tinggi mengalami defisit regulasi

emosi dan afek yang terlihat dalam

karakteristik :

Kesulitan mengidentifikasi perasaan

Gaya Pemikiran Ekternal

Keterbatasan Imajinasi

Kesulitan mendeskripsikan perasaan

Kurang menyadari emosi dan

kemampuan membedakan

membedakan emosi diri dan orang

kurang, Rendahnya perspective

taking dan empati Menyadari emosi diri dan

membedakan dengan emosi diri

orang lain

Mampu membayangkan diri

sebagai orang lain, kemampuan

perpective taking baik

Mampu merasakan apayang orang

lain rasakan (mampu berempati)

Individu dengan level alexithymia

rendah

memiliki regulasi emosi dan afek

yang baik, menyadari emosi diri

kemampuan kognitif berkaitan

dengan mentalisasi baik

Perilaku Prososial R

endah Perilaku Prososial Tinggi

Kurang mampu menjalin

hubungan interpersonal

dengan baik

Mampu menjalin hubungan

interpersonal dengan baik

Psychological well being

kurang Psychological well being baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

45

F. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan dan

negatif antara level alexithymia terhadap perilaku prososial. Semakin tinggi level

alexithymia semakin rendah perilaku prososial subjek, begitu pula sebaliknya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

46

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian survei. Berdasarkan Cresswell

(2014) penelitian survei menyajikan data kuantitatif atau deskripsi

kuantitatif dari suatu tren, sikap, atau pendapat suatu populasi. Tujuan dari

penelitian survei adalah menggeneralisasi hasil penelitian dari sampel ke

populasi secara umum yang memeliki karakteristik sama (Babbie dalam

Cresswell, 2009). Penelitian ini merupakan penelitian primer. Data yang

didapat dalam penelitian ini langsung dari sumber pertama dan

dikumpulkan dalam bentuk kuesioner.

B. IDENTIFIKASI VARIABEL

1. Variabel Bebas : Alexithymia

2. Variabel Tergantung : Perilaku Prososial

C. DEFINISI OPERASIONAL

1. Alexithyimia

Alexithymia adalah trait kepribadian yang ditandai dengan

kesulitan dalam mengidentifikasi serta mendefinisikan perasaan.

Alexithymia merupakan ditandai beberapa karakteristik yaitu

kesulitan mengidentifikasi emosi dan perasaan, kesulitan

verbalisasi perasaan, keterbatasan fantasi/imajinasi dan externally

oriented thinking style (Sifneos, 1972; Taylor,2004; Mattila,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

47

Saarni, Salminen, Huhtala, Sintonen & Joukamaa, 2009; Taylor &

Bagby, 2014). Individu dengan level alexithymia tinggi kesulitan

dalam membedakan perasaannya terhadap suatu kejadian dengan

respons sensasi tubuh yang dialami (Thompson, 2009; Nemiah,

Freyberger, & Sifneos dalam Taylor & Bagby, 2014). Ketika

ditanya mengenai perasaan, individu akan cenderung menjelaskan

sensasi tubuh, bahkan tidak mampu menemukan kata yang tepat

untuk menjelaskan perasaan mereka. Individu dengan level

alexithymia tinggi cenderung berfokus pada kejadian eksternal

dibandingkan fantasi internal (Taylor & Bagby, 2014),

menunjukkan rendahnya kemampuan membentuk representasi

mental atau mentalisasi (Thompson, 2000).

Variabel Alexihymia akan diukur menggunakan Toronto

Alexithymia Scale – 20 (TAS – 20). TAS-20 merupakan alat ukur

yang dikembangkan oleh Bagby, Taylor, dan Parker (1994) yang

mengukur tiga faktor alexithymia : Difficulty Identifying feeling

(DIF), Difficulties Describing Feeling (DDF) dan Externally-

Oriented Thinking (EOT). Semakin tinggi skor menunjukkan

tingkat alexithymia yang semakin tinggi.

2. Perilaku Prososial

Prososial merupakan perilaku positif dan disengaja yang

ditunjukkan individu dengan tujuan menguntungkan orang lain

tanpa memandang perbedaan motivasi apa yang mendorong

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

48

perilaku. Perilaku prososial dapat berupa perilaku berbagi,

kerjasama, menolong, kejujuran dan berderma (Eisenberg &

Mussen, 1997; Dayakisni & Hudania, 2009)).

Pengukuran perilaku prososial dapat dilakukan secara

global maupun secara spesifik pada situasi tertentu (Carlo &

Randall, 2002). Pengukuran perilaku prososial secara global

merupakan pengukuran tendensi perilaku prososial seseorang

dalam berbagai konteks dan motivasi (Carlo & Randall, 2002).

Kecenderungan individu dalam berperilaku prososial akan

diukur menggunakan skala yang dibuat dan dikembangkan oleh

Riry (2016) dengan sedikit penyesuaian dari peneliti. Skala ini

merupakan jenis skala yang mengukur perilaku prososial secara

global. Skala ini mengukur tendensi perilaku prososial berdasarkan

lima aspek yang dikemukakan Eisenberg & Mussen antara lain

berbagi, kerjasama, menolong, kejujuran dan berderma (Eisenberg

& Mussen, 1997; Dayakisni & Hudania, 2009). Semakin tinggi

skor menunjukkan semakin tinggi kecenderungan berperilaku

prososial individu.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah dewasa muda dengan rentang usia

18 – 24 tahun. Pembatasan tersebut karena beberapa alasan. Pertama

karena merujuk pada latar belakang masalah sehingga subjek yang

disasar adalah dewasa muda (rentang usia dewasa muda menurut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

49

Havirgust : 18 – 35 tahun). Kedua, rentang usia 18 – 24 tidak terlalu

lebar sehingga karakteristik subjek cenderung memiliki kesamaan baik

secara psikologis maupun tugas perkembangan. Oleh sebab itu,

penelitian hasil ini mungkin akan lebih sesuai jika digeneralisasikan

pada populasi dewasa muda dengan kategori usia college student.

Ketiga, Toronto Alexithymia Scale - 20 tidak valid untuk digunakan

pada individu di bawah 18 tahun (Parker, Eastabrook, Keefer, &

Wood, 2010).

Sampel dalam penelitian dipilih menggunakan teknik

convenience sampling. Pemilihan sampel berdasarkan kesesuaian dan

ketersedian responden (Cresswell, 2013).

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan self report Questionaire sebagai metode

pengumpulan data dalam penelitian ini. Dua skala yang dipakai adalah

Toronto Alexithymia Scale – 20 (TAS – 20) dan Skala Prososial.

1. Toronto Alexithymia Scale – 20 (TAS-20)

Toronto Alexithymia Scale – 20 (TAS-20) merupakan skala

yang paling sering digunakan untuk mengukur level alexithymia

seseorang baik pada populasi klinis maupun populasi umum. Skala

ini dianggap paling valid. Skala ini pertama kali diciptakan oleh

Bagby, Taylor, & Parker pada tahun 1992. Terdapat 20 item

pernyataan yang menggambarkan 3 dimensi utama konstruk

alexithymia yaitu Difficulties Indetifying Feelings (DIF),

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

50

Difficulties Describing Feeling (DDF), dan Externally Oriented

Thinking (EOT) (Bagby, Parker, & Taylor, 1994;Bagby, Taylor, &

Parker, 2003; Bagby, Taylor, & Parker, 2003). Karakteristik

Limited Fantasy tidak diikut sertakan oleh Bagby, Taylor, & Parker

karena karakteristik ini telah tercermin dalam subtes EOT.

Partisipan diminta untuk menilai persetujuan dan kesesuaian

pernyataan dengan apa yang dialami. Skala ini menggunakan tipe

likert dengan 5 kontinum jawaban yang bergerak dari angka 1

untuk “Sangat tidak setuju” sampai angka 5 untuk “Sangat setuju”.

Semakin tinggi skor, semakin tinggi level alexithymia yang

dimiliki individu.

Skor alexithymia bergerak dari 20 – 100 dengan cut-off

score 61. Skor ≤ 51 tergolong dalam kategori alexithymia rendah

atau non-alexithymic, skor ≥ 61 tergolong dalam kategori

alexithymia rendah atau alexithymic. Skor di antara keduanya

masuk dalam kategori borderline alexithymia (Spitzer, Siebel-

Jürges, Barnow, Grabe, & Freyberger, 2005;Konrath, Novin, & Li,

2012;Velotti, Garofalo, Petrocchi, Cavallo, Faffaele, & Dimaggio,

2016). Akan tetapi peneliti tidak menggunakan pembagian kategori

ini dalam analisis data.

TAS-20 yang dalam penelitian ini adalah skala adaptasi

yang dipakai dalam penelitian payung Cleoputri Yusainy pada

tahun 2017 yang peneliti dapatkan langsung dari peneliti utama.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

51

Penggunaan TAS-20 juga atas pengetahuan pencipta. Berdasarkan

uji reliabilitas (Yusainy, 2017), skor reliabilitas TAS-20 adalah

0,807 (α > 0,7).

Tabel 3.1

Sebaran Item TAS-20

Dimensi Definisi Nomor Butir Total

Favourable Unfavoura-

ble

Difficulty

Identifying

Feelings

(DIF)

Kesulitan

mengidentifikasi

perasaan

1,3,6,7,9

13,14

7

Difficulties

Describing

Feelings

(DDF)

Kesuliran

mendeskripsikan

perasaan

2,11,12,1

7

4 5

Externally

Oriented

Thinking

(EOT)

Cara berpikir yang

cenderung

mengabaikan

pengalaman afektif,

cenderung

merespons stimulus

eksternal

8, 15, 16,

20

5, 10, 18, 19 8

Total item TAS-20 20

2. Skala Perilaku Prososial

Skala Perilaku Prososial menggunakan skala yang dibuat

oleh Riry (2017) berbentuk self-report questionaire yang mengukur

intensi perilaku prososial dalam 5 aspek yaitu berbagi, kerjasama,

menolong, kejujuran, dan berderma. Skala ini telah melewati uji

validitas isi dengan metode expert judgement dan memiliki

reliabilitas cukup tinggi yaitu 0.908.

Skala ini mengukur prososial individu secara global.

Semakin tinggi skor semakin tinggi kecenderungan perilaku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

52

prososial individu. Pengukuran perilaku prososial secara global

merupakan pengukuran tendensi individu untuk berperilaku

prososial pada berbagai situasi dan kondisi tanpa memperhatikan

konteks dan motivasi pelaku (Carlo & Randall, 2002).

Skala ini terdiri dari 40 item dengan pernyataan positif

(favourable) dan negatif (unfavourable). Skala menggunakan

model penskalaan Likert dengan 4 kontinum respons yang bergerak

dari 1 (Sangat Tidak Setuju) hingga 4 (Sangat Setuju). Setiap

subjek diminta untuk memilih satu dari empat alternatif jawaban

yang tersedia.

Tabel 3.2

Pemberian Skor pada Skala Prososial

Definisi Skor

Sangat Setuju (SS) 4

Setuju (S) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

53

Tabel 3.3

Sebaran Item Skala Intensi Prososial

F. Prosedur Penelitian

Langkah pertama yang dilakukan peneliti setelah mendapatkan

skala yang sesuai adalah memeriksa validitas reliabilitas dan daya

diskriminasi skala. Toronto Alexithymia Scale – 20 (TAS-20) telah

diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia, sehingga tidak memerlukan

adaptasi ulang. Sedangkan skala prososial merupakan skala berbahasa

Indonesia yang diciptakan oleh Riry (2016) untuk keperluan penelitian

di lingkup Indonesia, sehingga peneliti tidak memerlukan proses alih

bahasa. Skala ini hanya akan dimodifikasi apabila diperlukan

berdasarkan hasil Try Out.

Kedua skala kemudian diujicobakan kepada individu yang

memenuhi kriteria subjek (Try out). Proses ini dilakukan untuk

menganalisis reliabilitas serta daya diskriminasi skala sebelum benar-

benar dilakukan pengambilan data.

Sub Skala Nomor Butir Total

Favourable Unfavourable

Berbagi 16, 29, 33, 3, 14,18 6

Kerjasama 9, 25, 32, 34, 27 5, 12, 17, 20,

30, 39

11

Menolong 11, 21, 26, 31,

35, 37, 40

4, 10, 19, 38 11

Kejujuran 8, 13, 36, 2, 24, 5

Berderma 1, 7, 22, 23 6, 15, 28 7

Total Skala Prososial 40

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

54

Tryo Out atau Uji coba skala dilakukan sebelum pengambilan

data. Try Out atau Uji coba skala dilakukan untuk menguji reliabilitas

dan daya diskriminasi skala yang akan dipakai. Try Out dilakukan

pada tanggal 6 November 2017 dan 8 November 2017.

G. Validitas, Reliabilitas, dan Daya Diskriminasi

1. Validitas Alat Ukur

Validitas tes menunjukkan seberapa jauh suatu tes sungguh

mengukur atribut yang hendak diukur (Gregory,2010; Supratiknya,

2014). Validitas konten menunjukkan kesesuaian antara isi dari

alat ukur dengan konstruk atau atribut yang hendak diukur

(Supratiknya, 2014).

Validitas dan realiabilitas skala asli TAS-20 telah

didemonstrasikan dalam penelitian (Bagby, Taylor, & Parker,

1994;Bagby, Taylor, & Parker, 2003). Validitas faktorial TAS-20

dalam berbagai Bahasa dan budaya telah juga diukur dalam

penelitian Bagby, Taylor, & Parker (2003). Penelitian telah

menunjukkan validitas dari ketiga faktor dalam Toronto

Alexithymia Scale dalam berbagai budaya baik budaya barat

maupun ketimuran (Tsaousis, Taylor, Quity, Georgiades,

Stavrogiannopoulos, & Bagby, 2010; Bagby, Taylor, & Parker,

2003). Hasil penelitian terhadap berbagai versi Toronto

Alexithymia Scale – 20 di berbagai bahasa dan budaya

menunjukkan bahwa skala ini dapat digeneralisasikan ke dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

55

berbagai budaya dan bahasa dalam penelitian cross-cultural

(Bagby, Taylor, & Parker, 2003). Penelitian ini mengindikasi

bahwa skala ini dapat digunakan dalam penelitian lintas Budaya

dan semakin menunjukkan alexithymia sebagai trait universal yang

melampaui perbedaan budaya (Bagby, Taylor, & Parker, 2003).

Akan tetapi memastikan penerjemahan secara benar

disesuaikan dengan konteks bahasa seperti pemilihan kata masih

diperlukan agar apa yang dimaksud dalam pernyataan dalam TAS-

versi bahasa lain sama dengan TAS-20 versi asli. Hal ini telah

dipenuhi dengan metode back translation yang dilakukan oleh

peneliti yang telah mengadaptasi skala TAS – 20.

Skala Prososial oleh Riry (2016) disusun mengacu teori

prososial yang dikemukakan oleh Eisenberg. Skala ini

menggunakanan penilaian ahli (expert/professional judgement)

untuk memastikan validitas isi dari skala. Hal ini dilakukan untuk

memastikan isi tes sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Daya Diskriminasi dan Reliabilitas Skala

Daya diskriminasi menunjukkan keefektifan setiap item alat

ukur dalam membedakan subjek yang memiliki level tinggi dengan

subjek lain yang memiliki level lebih rendah pada atribut

psikologis yang diukur (Supratiknya, 2014).

Daya Diskriminasi dilihat melalui korelasi item dengan

skor total (rix). Skor rix bergerak dari 0 sampai dengan 1,00 dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

56

bersifat positif maupun negatif. Item dapat dikatakan memiliki

daya diskriminasi yang baik memiliki skor ≥ 0, 250.

Reliabilitas merupakan konsistensi dari alat ukur (Gregory,

2010). Klein (dalam Supratiknya, 2014) menyatakan bahwa

reliabitas menyangkut konsistensi internal dan stabilitas alat ukur.

Reliabilitas melibatkan kesesuaian antar bagian dalam suatu alat

ukur (reliabilitas konsistensi internal) serta stabilitas atau kesamaan

skor apabila subjek yang sama melakukan pengulangan pengetesan

(Supratiknya, 2014).

Derajat reliabitas suatu alat ukur dapat dilihat melalui

koefisien reliabitas yang bergerak dari angka 0,00 sampai 1,00.

Semakin tinggi koefisien reliabititas menunjukkan alat tes semakin

reliabel. Metode berbasis Kovariansi item yaitu metode Alpha

Cronbach (dengan koefisien alpha α) dipilih peneliti untuk

menafsirkan reliabilitas tes berdasarkan konsistensi internal tes

(Supratiknya, 2014).

Reliabilitas dan Daya Diskriminasi skala diuji dalam Try

Out. Tryout Skala Toronto Alexithymia Scale – 20 dilakukan

kepada 43 subjek dengan rentang usia 18 – 21 tahun. Skala

Prososial diujikan kepada 42 subjek dengan rentang usia yang

sama. Penghitungan reliabilitas dan daya diskriminasi dilakukan

menggunakan SPSS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

57

a. Toronto Alexithymia Scale – 20

Setelah dilakukan analisis statistik terhadap daya

diskriminasi TAS – 20 skor korelasi item total (rix) bergerak

dari angka -0.240 sampai 0.764. 6 item dari TAS-20 memiliki

skor rix ≤ 0.25. Akan tetapi, peneliti memutuskan untuk tidak

melakukan pengguguran item. Keenam item tersebut

merupakan item dari faktor External Oriented Thinkingstyle

(EOT), dengan skor Cronbach Alpha (α) 0.191. Penelitian

menunjukkan skor reliabilitas EOT memang cenderung rendah

pada negara non-Inggris (Bagby, Taylor, & Parker, 2003;

Tsaousis, Taylor, Quity, Georgiades, Stavrogiannopoulos, &

Bagby, 2010; Yusainy, 2017). Akan tetapi, penelitian terhadap

validitas adaptasi TAS-20 pada masyarakat non-inggris

menunjukkan bahwa rendahnya reliabilitas internal pada

subskala EOT tidak menghalangi validitas dari TAS-20 serta

EOT merupakan faktor penting dalam TAS-20 sehingga tidak

perlu menghapus item-item dengan reliabilitas rendah

(Tsaousis, Taylor, Quity, Georgiades, Stavrogiannopoulos, &

Bagby, 2010).

Hasil analisis statistik menunjukkan nilai Cronbach

Alpha (α) sebesar 0.825. Nilai tersebut lebih tinggi dibanding

hasil Uji Reliabilitas yang dilakukan oleh Yusainy yaitu 0.807

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

58

(2017). Nilai skor yang ≥ 0.70 (α = 0.825) mengindikasi bahwa

TAS – 20 memiliki reliabilitas yang baik.

Tabel 3.4

Reliabilitas Toronto Alexithymia Scale – 20

Cronbach's Alpha N of Items

.825 20

b. Skala Perilaku Prososial

Setelah dilakukan analisis statistik terhadap Skala

Perilaku Prososial di dapatkan skor korelasi item total (rix)

bergerak dari 0.022 sampai 7.34. Oleh sebab itu, peneliti

menggugurkan 4 item (13, 23, 30 dan 31) dengan rix ≤ 0.250.

Selain itu, peneliti juga menggugurkan 4 item lain (4, 12, 27,

dan 37) untuk menyeimbangkan persebaran item favorable dan

unfavorable, serta untuk menyeimbangkan jumlah item tiap

subskala.

Hasil analisis stastistik terhadap 32 item skala prososial

menunjukkan nilai Cronbach Alpha (α) sebesar 0.885. Hal ini

menunjukkan Skala Perilaku Prososial memiliki reliabilitas

yang baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

59

Tabel 3.5

Persebaran Item Skala Prososial

H. Metode dan Teknik Analisis

1. Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan untuk mengetahui metode analisis

statistik yang sesuai untuk melakukan uji hipotesis.

a. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah

persebaran data dalam penelitian ini terdistribusi secara normal

atau tidak. Penelitian ini menggunakan metode analisis

Kolmogorov-Smirnov untuk menguji persebaran data. Data

yang terdistribusi normal terlihat dalam nilai signifikansi lebih

besar dari 0.05 (p > 0.05), apabila nilai signifikansi kurang dari

0.05 maka data tidak terdistribusi secara normal (p < 0.05)

(Santoso, 2010).

Aspek Nomor Butir Total

Favourable Unfavourable

Berbagi 16, 29, 33, 3, 14,18 6

Kerjasama 9, 25, 32, 34, 27* 5, 12*, 17, 20,

30*, 39

8

Menolong 11, 21, 26, 31*,

35, 37*, 40

4*, 10, 19, 38 8

Kejujuran 8, 13*, 36, 2, 24, 4

Berderma 1, 7, 22, 23* 6, 15, 28 6

Total Skala Prososial 32

*item dihapus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

60

b. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk melihat apakah korelasi

antar variabel bersifat linear atau tidak. Uji linearitas dilakukan

dengan metode analisis statistik Test for Linearity. Variabel

bebas dan variabel tergantung dinyatakan memiliki hubungan

yang tidak linear apabila nilai signifikansi lebih dari 0.05 (p >

0.005), sebaliknya nilai signifikansi kurang dari 0.05 (p < 0.05)

menyatakan bahwa hubungan variabel bersifat linear. Korelasi

linear dari dua variabel dapat bersifat positif ataupun negatif

(Santoso, 2010).

2. Uji Hipotesis

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan

antara level alexithymia dengan perilaku prososial. Penelitian ini

menggunakan uji korelasi untuk menguji ada atau tidak adanya

hubungan antar variabel. Peneliti mengukur korelasi menggunakan

Koefisien Korelasi Spearman apabila data tidak terdistribusi

normal dan tidak linear. Apabila data terdistribusi normal dan

linear maka peneliti menggunakan Koefisien Korelasi Pearson.

Nilai koefisien korelasi bergerak dari angka 0 sampai dengan 1.

Korelasi dapat bersifat negatif maupun positif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

61

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Pengambilan data dilakukan tanggal 10 November sampai

14 November 2017. Subjek dalam penelitian ini adalah dewasa

muda dengan rentang usia 18 – 24 tahun. Pengambilan data

dilakukan dengan cara menyebarkan skala Prososial dan TAS-20

secara bersamaan yang telah disusun dalam bentuk booklet.

Penyebaran skala dilakukan di sekitar Kampus I, Kampus

II, kampus III Universitas Sanata Dharma. Sebagian skala

diberikan baik secara langsung oleh peneliti kepada subjek,

sebagaian skala dititipkan kepada rekan yang peneliti percaya

untuk disebarkan ke jaringan pertemannya. Skala diberikan kepada

subjek baik mahasiswa maupun non mahasiswa yang berkenan

memberikan mengisi dengan perkiraan usia target. Pemilihan target

disesuaikan dengan rentang usia yang peneliti tentukan. Responden

yang diluar karakteristik penelitian digugurkan.

B. DESKRIPSI PENELITIAN

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Peneliti mendapatkan 237 kuesioner kembali. 7 dari

237 subjek hanya mengerjakan satu skala, sehingga

digugurkan. 15 dari 230 subjek yang tersisa digugurkan antara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

62

lain karena tidak mengisi usia serta usia diluar rentang yang

penulis tentukan (antara 18 – 24 tahun).

Total subjek dalam penelitian ini sebanyak 215. Subjek

berjenis kelamin laki-laki sebanyak 81 (37.2%), perempuan

sebanyak 131(60.9%), dan 4 sisanya tidak mencantumkan jenis

kelamin (1.9%). Berikut data sebaran jenis kelamin subjek.

Tabel 4.1

Deskripsi Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

Frekuensi Presentase

Laki-laki 80 37.2

Perempuan 131 60.9

Unknown 4 1.9

Total 215 100.0

Rentang usia yang dipakai dalam penelitian ini adalah

18 – 24 tahun. Rata-rata usia subjek dalam penelitian ini

adalah 19.5, dengan dominasi usia subjek 19 tahun. Berikut

data persebaran usia subjek dalam penelitian ini :

Tabel 4.2

Deskripsi Subjek Berdasarkan

Usia

Usia Frekuensi Presentasi

18 62 28.8

19 78 36.3

20 34 15.8

21 31 14.4

22 10 4.7

Total 215 100.0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

63

Tabel 4.3

Deskripsi Subjek Berdasarkan

Kategori TAS

Skor TAS Presentasi

<50 24 %

50 – 60 43.4%

>61 32.2 %

Total 215

2. Deskripsi Data Penelitian

Peneliti membandingkan nilai rata-rata teoretis dengan

nilai rata-rata empiris. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

tingkat kepemilikan variabel. Kemudian, uji-t dilakukan untuk

melihat apakah nilai rata-rata tersebut memiliki perbedaan

yang bersifat signifikan atau tidak. Berikut hasil tabel analisis

deskripsi data :

Tabel menunjukkan bahwa mean empiris alexithymia

(56.36) lebih rendah dibanding mean teoretis (60). Hal ini

menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini level

alexithymia di bawah mean teoretis. Skor 60 merupakan

cutting skor alexithymia (Bagby, Taylor, & Parker, 1997). Skor

Tabel 4.4

Deskripsi mean Teoretis – Mean Empiris

Variabel N Teoretis Empiris

Min Max Mean Mean Sign

Alexithymia 215 20 100 60 56.35 0.00

Prososial 215 32 128 80 97.11 0.00

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

64

56.39 menunjukkan secara umum subjek penelitian tidak

memiliki level alexithymia tinggi.

Variable prososial memiliki mean empiris (97.11) lebih

tinggi dibanding mean teoretis (80). Hal ini menunjukkan

bahwa secara umum subjek memiliki level perilaku prososial

di atas rata-rata. Apabila skor perilaku prososial dibagi

menjadi 5 kategori, sangat rendah, rendah, cukup, cukup tinggi

dan tinggi

Tabel 4.5

Kategori Skor Prososial

Skor Kategori

32 – 51 Sangat Kurang

> 51 – 70 Kurang

> 71 – 90 Cukup

> 90 – 108 Baik

> 108 – 128 Sangat Baik

C. ANALISIS DATA PENELITIAN

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Berdasarkan uji normalitas yang dipakai terhadap

215 Subjek menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov

dengan program SPSS versi 16.00, didapatkan nilai

signifikansi p > 0.05. Hal tersebut menunjukkan kedua data

terdistribusi secara normal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

65

Tabel 4.6

Hasil Uji Normalitas

Asymp sig.

(2-taied)

Kolmogorov

- Smirnov Z N

Toronto Alexithymia

Scale

0.448 0.861

215 Skala Prososial 0.288 0.983

b. Uji Linearitas

Hasil uji linearitas dalam penelitian ini menunjukkan

bahwa kedua variabel yaitu Alexithymia dan Prososial

bersifat linear. Hal ini terlihat dalam nilai signifikansi

linearitas sebesar 0.000 ( p < 0.05).

Tabel 4.7

Hasil Uji Linearitas

Sign. F Keterangan

Alexithymia –

Perilaku Prososial

0.000 0.759 Linear

2. Uji Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah

adanya hubungan negatif antara level alexithymia dengan

perilaku prososial. Berdasarkan Uji normalitas dan linearitas,

data yang didapatkan memiliki persebaran yang normal serta

bersifat linear. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan metode

Pearson Corelation dalam menguji hipotesis penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

66

Hubungan dua variabel terlihat dalam nilai signifikansi

(p). Nilai signifikansi p < 0.01 menyatakan bahwa kedua

variable memiliki hubungan yang signifikan. Nilai koefisien

korelasi (r) bergerak dari angka 0 – 1,00 dan dapat bersifat

negatif. Semakin mendekati angka 1, korelasi semakin kuat.

Berikut pembagian kategori koefisien korelasi menurut

Sarwono (2006).

Tabel 4.8

Kategori Tingkat Korelasi dan kekuatan hubungan

Nilai Korelasi Tingkat Hubungan

0.00 – 0.25 Sangat Lemah

>0.25 – 0.5 Cukup

>0.50 – 0.75 Kuat

>0.75 – 0.99 Sangat Kuat

1 Sempurna

Hasil analisis menggunakan SPSS versi 16 dengan

menggunakan Pearson Corellation menunjukkan nilai

koefisien korelasi (r) sebesar – 0.361 dengan sig. (1 tailed)

0.00

Tabel 4.9

Korelasi alexithymia dengan Prososial

alexithymia – prososial Koefisien Korelasi

(r)

Sig (1-tailed)

– 0.361 0.00

Data diatas menunjukkan bahwa ada korelasi yang

negatif dan signifikan antara level alexithymia terhadap

perilaku prososial. Akan tetapi nilai koefisien korelasi tersebut

(r = - 0.361) menunjukkan korelasi yang cukup.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

67

D. PEMBAHASAN

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara level alexithymia terhadap perilaku prososial

dewasa muda. Hasil analisis data menggunakan uji korelasi

Pearson Correlation dengan SPSS 16.00 menunjukkan koefisien

korelasi (r) Alexithymia – Perilaku Prososial -0.361 dengan nilai

signifikansi 0.000. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan

negatif yang signifikan antara tingkat alexithymia dengan perilaku

prososial individu. Semakin tinggi level alexithymia yang dialami

individu semakin rendah perilaku prososial individu tersebut.

Begitu pula sebaliknya. Dengan demikiran hipotesis peneliti

diterima. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh

FeldmanHall, Dalgleish, & Mobbs (2015) mengenai semakin

rendahnya perilaku prosial altruis yang dialami individu dengan

alexithymia yang semakin tinggi.

Hasil data deskripsi menunjukkan rata-rata subjek memiliki

alexithymia rendah, dan prososial tinggi. Mean empiris (x= 56.35)

alexithymia lebih rendah dibanding mean teoretis (x = 60),

memperlihatkan level alexithymia yang tergolong rendah.

Kemudian mean empiris prososial (x = 97.11) lebih tinggi

dibanding mean teoretis (x = 80). Hasil ini selaras dengan uji

hipotesis yang menunjukkan hubungan negatif kedua variabel.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

68

Prososial merupakan perilaku yang ditujukan untuk

memberikan pertolongan atau memberikan keuntungan terhadap

orang lain, tanpa membedakan motivasi yang mendorong perilaku

tersebut (Eisenberg & Mussen, 1997). Perilaku prososial akan

meningkat seiring perkembangan usia (Eisenberg & Mussen, 1997;

Eisenberg, 2006). Individu dewasa muda mengembangkan perilaku

prososial dengan motif altruis. Mereka tidak hanya berfokus pada

motif egois namun juga berorientasi pada orang lain (Eisenberg,

2006).

Perilaku prososial yang berorientasi pada orang lain

bergantung pada peran kognisi, dan kemampuan empati individu

(Eisenberg, et al., 2002). Selain empati, perspective taking dan

penilaian moral turut berperan dalam perilaku prososial individu

(Eisenberg, et al., 2002). Dapat disimpulkan, peningkatan perilaku

prososial pada dewasa muda disebabkan adanya perkembangan

perspective taking dan kematangan empati (Eisenberg & Mussen,

1997).

Pertambahan usia tidak selalu diikuti kompleksitas

perkembangan kognitif, perspective taking dan kematangan empati

yang menyebabkan peningkatan perilaku altruis. Karakteristik

kepribadian tertentu turut bertanggungjawab terhadap

kecenderungan perilaku prososial (Eisenberg & Mussen, 1997).

Agresivitas berkorelasi negatif dengan perilaku prososial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

69

(Eisenberg & Mussen, 1997). Selain itu, Individu yang merasa

bebas mengekspresikan perasaan cenderung menunjukkan perilaku

prososial yang spontan (Eisenberg & Mussen, 1997). Alexithymia

merupakan trait kepribadian yang menunjukkan kesulitan dalam

mengekspresikan perasaan khususnya dengan kata-kata

Disfungsi kesadaran emosi dapat mempengaruhi

kecenderungan berperilaku. Lane & Schwart mengatakan bahwa

alexithymia tinggi menunjukkan gangguan perkembangan kognitif.

Individu dewasa muda seharusnya masuk pada tahap formal

operasional di mana individu mampu memahami dan membedakan

campuran emosi diri, dan menyadari emosi orang lain (Lane &

Schwart dalam Timoney & Holder, 2013).

Kesadaran emosi, perspective taking, dan empati berperan

penting dalam perilaku prososial pada dewasa muda. Ketiganya

berpengaruh terhadap kecenderungan perilaku prososial dengan

motif orientasi orang lain yang menjadi ciri khas prososial dewasa

muda. Salah satu proses kognitif yang menjadi penentu perilaku

prososial adalah perspective taking ability atau kemampuan

kemampuan melihat dari sudut pandang orang lain dan

membayangkan apa yang dirasakan dan dipikirkan oranglain

(Eisenberg & Mussen, 1997; Hoffman, 2000; Dovidio, Piliavin,

Schroeder, & Penner, 2006). Penentu lain dalam perilaku prososial

adalah faktor emosional yaitu empati. Empati merupakan respons

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

70

emosional yang berasal dari keadaan emosi orang lain, individu

mengalami emosi yang sama dengan apa yang dirasakan orang lain

(Einsenberg, 2006). Pada dewasa muda, ketiganya seharusnya telah

berkembang seiring perkembangan kognitif dan penilaian moral

individu.

Alexithymia menunjukkan adanya defisit regulasi emosi

(Taylor, Bagby, & Parker, 1997; Taylor, 2000; Spitzer, Siebel-

Jürges, Barnow, Grabe, & Freyberger, 2005; Karukivi, et. all,

2014). Regulasi emosi difasilitasi oleh kesadaran emosi. Individu

dengan alexithymia tinggi cenderung memiliki kesadaran emosi

rendah (Moriguchi, et al., 2006; Moriguchi, et al., 2007; Timoney

Holder, 2013 FeldmanHall, Dalgleish, & Mobbs, 2015;). Regulasi

emosi termasuk di dalamnya kesadaran emosi (kemampuan

mengidentifikasi, mendeskripsikan serta mengekspresikan secara

konkret perasaan (Moriguchi, et al., 2006) merupakan bagian

penting dalam komponen empati (Moriguchi, et al., 2006; Decety

& Jackson, 2006; Decety & Jackson, 2004).

Kesadaran emosi, empati dan perspective taking ability

kurang dimiliki oleh individu dengan ketumpulan emosi yang

terlihat dalam konstruk alexithymia. Penelitian Moriguchi, et al.

(2007) menjelaskan mengenai mengenai rendahnya empati dan

kemampuan individu dalam menginterpretasikan bahwa orang lain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

71

sedang mengalami kesulitan pada individu dengan level

alexithymia tinggi.

Kesadaran akan emosi diri merupakan dasar dari

kemampuan individu mengidentifikasi apa yang dirasakan orang

lain (Moriguchi, et al., 2007; Decety & Jackson, 2004). Shared-

network Theory Hyphothesis menjelaskan bahwa pemrosesan

emosi diri maupun orang lain diatur dalam jalinan neural yang

sama (Aaron, Benson, & Park, 2015) sehingga individu yang sulit

menyadari emosi diri memiliki kesulitan dalam memahami emosi

orang lain. Individu dengan level alexithymia tinggi kurang mampu

membedakan dan memahami emosi diri dan orang lain. Di sisi lain,

emosi berperan penting dalam mendorong individu berperilaku

prososial (FeldmanHall, Dalgleish, & Mobbs, 2015). Defisit

kesadaran emosi yang dialami individu dengan level alexithymia

tinggi menyebabkan individu dengan level alexithymia tinggi

kurang mampu merespons secara empatik (FeldmanHall, Dalgleish,

& Mobbs, 2015).

Rendahnya perilaku prososial individu dengan level

alexithymia tinggi berkaitan dengan kurangnya kemampuan

individu merasakan apa yang dialami orang lain (empati).

Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan alexithymia tinggi

menunjukkan penurunan aktivasi Temporoparietal Junction (TPI)

dan Anterior Insula (AI) (FeldmanHall, Dalgleish, & Mobbs,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

72

2015;Moriguchi, et al., 2007). Keduanya bertanggungjawab

memproses informasi sosial-kognitif, termasuk mengkode empati

sehingga mendorong individu berperilaku prososial (FeldmanHall,

Dalgleish, & Mobbs, 2015). Anterior Insula dan Anterior Cingulate

Cortex (FeldmanHall, Dalgleish, & Mobbs, 2015;Moriguchi, et al.,

2007), merupakan jaringan yang mengatur empati khususnya

berperan dalam menyebabkan individu juga merasa mengalami

kesakitan ketika melihat orang lain sakit atau disebut self-other

state distress (FeldmanHall, Dalgleish, & Mobbs, 2015;Moriguchi,

et al., 2006).

Individu mampu menunjukkan perilaku prososial apabila ia

mampu mengintepretasikan suatu kejadian dengan tepat. Tahap

awal dalam menolong menurut Latane & Darley (dalam Byron &

branscombe, 2012) adalah individu mampu menafsirkan suatu

kejadian sebagai kejadian yang membutuhkan bantuan. Tahap ini

memerlukan kemampuan menempatkan diri sebagai orang lain atau

disebut perspective taking. Perspective taking ini pula yang

menjelaskan rendahnya perilaku altruis individu dengan level

alexithymia yang cenderung tinggi (FeldmanHall, Dalgleish, &

Mobbs, 2015).

Perspective taking berperan sebagai komponen kognitif

empati dan faktor kognitif perilaku prososial. Kemampuan ini

kurang dimiliki individu dengan level alexihymia tinggi. Salah satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

73

karakteristik alexithymia adalah keterbatasan fantasi atau

rendahnya mentalisasi. Sedangkan mentalisasi diperlukan individu

untuk menempatkan diri sebagai orang lain atau dengan kata lain

perspective taking. Rendahnya perspective taking dengan

alexithymia terbukti dalam berbagai penelitian (Aaron, Benson, &

Park, 2015; Thompson, 2009; Moriguchi, et al., 2007).

Review hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya

bukti yang cukup kuat yang mengenai peran kesadaran emosi –

yang mana kurang dimiliki individu dengan level alexithymia

semakin tinggi– terhadap kecenderungan perilaku prososial

individu. Sejalan dengan penelitian serupa yang dilakukan oleh

FeldmanHall, Dalgleish, & Mobbs (2015), hasil penelitian ini,

semakin menegaskan bahwa ada hubungan yang berkebalikan

antara level alexithymia dengan kecenderungan perilaku prososial,

yang dikaitkan dengan pengalaman empatik individu.

Koefisien korelasi sebesar -0.361 ( 0.25 < r < 0.50)

menunjukkan kekuatan hubungan antara kedua variabel adalah

cukup. Hubungan keduanya yang masuk dalam kategori cukup

mungkin karena ada banyak faktor yang bertanggungjawab

terhadap perilaku menolong diluar kognitif dan afektif. Prososial

merupakan perilaku yang bertujuan memberi keuntungan orang

lain tanpa memandang motivasi yang melatarbelakangi pelaku.

Motivasi menolong tidak hanya didorong oleh kemampuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

74

merasakan apa yang dirasakan orang lain atau empati, melainkan

juga ada dorongan lain. Sebagai contoh compliance prosocial

behavior yang dilakukan sebagai respons dari permintaan orang

lain atau dimotivasi oleh kepatuhan. Selain itu, motivasi eskternal

seperti keharusan mengikuti aturan-aturan dan nilai sosial.

Sehingga, dapat dikatakan bahwa perilaku prososial tidak hanya

didorong oleh kesadaran emosi individu, melainkan juga ada hal

lain seperti kesadaran sosial yang dilihat dalam bentuk kepatuhan

pada nilai-nilai.

Berdasarkan hasil penghitungan terhadap rata-rata

kelompok laki-laki dan perempuan, ditemukan bahwa skor rata-rata

prososial laki-laki (x laki-laki = 96.4) cenderung lebih rendah

dibanding perempuan (x perempuan = 97.8). Hal ini sesuai dengan

penelitian-penelitian yang menyatakan perempuan cenderung

memiliki skor prososial yang lebih tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata skor alexithymia

subjek di bawah cut-off skor yaitu 60 ( x = 56.35), menunjukkan

level alexithymia rata-rata subjek tidak tergolong tinggi. 32.2%

menunjukkan skor alexithymia > 60. Akan tetapi, peneliti tidak

menggunakan hasil penelitian ini untuk mengkategorikan

alexithymic – non alexithymic. Walaupun validitas dan kemampuan

generalisasi dari TAS – 20 di berbagai budaya telah diteliti

sebelumnya (lih. Bagby, Taylor, & Parker, 2003; Tsaousis, Taylor,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

75

Quity, Georgiades, Stavrogiannopoulos, & Bagby, 2010) akan

tetapi belum ada penelitian yang membahas diagnostik kategori

dari TAS – 20. Selain itu, Taylor & Bagby (2014) juga cenderung

menyarankan untuk menempatkan alexithymia dalam dimensi

kontinum dibanding mengkategorikan alexithymic dan non-

alexithymic. Hasil penghitungan terhadap rata-rata skor alexithymia

kelompok laki-laki dan perempuan, ditemukan skor rata-rata

alexithymia laki-laki cenderung lebih tinggi dibanding perempuan

(x laki-laki = 57.44, x perempuan = 55.61). Hasil temuan ini sesuai

dengan hasil penelitian lain mengenai alexithymia. Bahwa laki-laki

cenderung memiliki alexithymia yang lebih tinggi dibanding

perempuan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

76

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Tujuan dari penelitian ini adalah menguji apakah ada hubungan

negatif dan signifikan antara level alexithymia dengan perilaku prososial

dewasa muda. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa ada hubungan yang

cukup kuat, signifikan dan negatif antara level alexithymia dengan

perilaku prososial dewasa muda (r = -0.361). Hal ini mengindikasi bahwa

semakin rendah level alexithymia yang dimiliki individu semakin tinggi

perilaku prososial. Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian serupa

oleh FeldmanHall, Dalgleish, & Mobbs (2015).

B. KETERBATASAN PENELITIAN

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak lepas dari

keterbatasan. Rentang usia yang peneliti dapatkan hanya sebatas 18 – 22

tahun. Sehingga usia sampel yang didapat kurang bervariasi menurut

rentang usia dewasa muda. Selain itu, responden yang didapat dalam

penelitian ini adalah mahasiswa. Sehingga penelitian ini kurang

merepresentasikan dewasa muda dengan perbedaan latar belakang

pendidikan.

Penelitian ini hanya menggunakan satu metode saja dalam

pengambilan data yaitu self-report. Skala perilaku prososial mungkin akan

menimbulkan jawaban yang cenderung mengarah social desirability.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

77

Metode pengambilan data yang lain yang biasa digunakan untuk

mengukur prososial adalah situational test. Alexitymia juga dapat diukur

menggunakan metode wawancara seperti yang dilakukan oleh Sifneous

tahun 1972. Data yang diambil dengan metode yang lebih beragam akan

memberikan hasil yang lebih valid dibanding dengan satu metode.

C. SARAN

1. Bagi Subjek

Pada tahap dewasa muda, tuntutan untuk mampu berempati

dan berperilaku prososial semakin tinggi. Individu dewasa muda

memang seharusnya cenderung menunjukkan perilaku empatik. Di

sisi lain, di budaya kolektif emosi diri tidak jarang diabaikan.

Individu diharapkan lebih berefleksi terhadap apa yang dirasakan.

Individu lebih peka terhadap diri karena hal berkaitan dengan

kemampuan individu untuk peka terhadap orang lain, sehingga

dapat lebih banyak membantu orang lain.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian mengenai pengaruh variabel alexithymia

terhadap perilaku prososial perlu dilakukan untuk memastikan

hubungan kausal satu yang lainnya. Penelitian ini akan membantu

mencari cara yang tepat untuk meningkatkan perilaku prososial

dengan mencari upaya yang tepat untuk mencegah individu

memiliki level alexithymia tinggi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

78

Penelitian ini hanya menggunakan subjek penelitian dewasa

muda dengan rentang usia 18-24 tahun. Selain itu peneliti hanya

mendapatkan subjek dengan latar belakang pendidikan mahasiswa

perguruan tinggi. Penelitian dengan rentang usia yang lebih luas

dan latar pendidikan beragam akan semakin meningkatkan

kemampuan generalisasi penelitian. Selain itu, pengambilan data

dengan metode yang lebih beragam akan memberikan hasil yang

lebih valid dibanding dengan satu metode yaitu self-report.

3. Bagi Praktisi Psikologi

Penelitian mengenai alexithymia dalam ranah psikologi

sudah mulai dilakukan di indonesia, akan tetapi masih banyak

praktisi psikologi yang belum memahami trait universal yang ada

dalam populasi general baik klinis maupun non klinis. Praktisi

psikologi diharapkan semakin menaruh perhatiannya pada konstruk

kepribadian ini dan apa saja dampak alexithymia terhadap

kesejahteraan individu dan hubungan interpersonal. Selain itu

praktisi psikologi diharapkan mampu menemukan pendekatan yang

tepat untuk meningkatkan kesadaran emosi dan kemampuan

verbalisasi emosi pada individu serta upaya preventif apa saja yang

bisa dilakukan untuk menghindari tingginya level alexithymia pada

individu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

79

Daftar Pustaka

Aaron, R., Benson, T., & Park, S. (2015). Investigating the role of alexithymia on

the empathy deficit found in schizotypy and autism spectrum traits.

Personality and Individual Differences, 77, 215-220.

Bagby, R. M., Parker, D. A., & Taylor, G. (1994). The twenty-item toronto

alexithymia scale-I. Item selection and cross-validation of the factor

structure. Journal of Psychosomatic, 1, 23-32.

Bagby, R. M., Taylor, G. J., & Parker, J. D. (2003). The 20-item toronto

alexithymia Scale III. Reliability and factorial validity in a community

population. Journal of Psychosomatic Research, 55, 269-275.

Bagby, R. M., Taylor, G. J., & Parker, J. D. (2003). The 20-Item Toronto

Alexithymia Scale IV. Reliability and factorial validity in different

languages and cultures. Journal of Psychosomatic Research, 55, 277-283.

Bagby, R., Taylor, G., & Parker, J. (1994). The twenty-item Toronto Alexithymia

Scale-II. Convergence, discriminant, and concurrent validity. Journal of

Psychosomatic Research, 1, 33-40.

Baron, R., & Branscombe, N. (2012). Social Psychology. New Jersey: Pearson

Education Inc.

Caprara, G. V., Steca, P., Zelli, A., & Capanna, C. (2005). A new scale for

measuring adults' prosocialness. European Journal of Psychological

Assessment, 77-89.

Carlo, G; Randall, B. A;. (2002). The development of a Measure of Prosocial

behavior for late adolescents. Journal of Youth and Adolescence, 31-44.

Cavojova, V., Belovicova, Z., & Sirota, M. (2011). Mindreading and empathy as

predictors of prosocial behavior. Studia Psichologica, 351-362.

Cresswell, J. (2014). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed

Methods Approach. Los Angeles : Sage.

Cresswell, J. W. (2009). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed

Methods Approach. Los Angeles: Sage.

Davis, M. (1983). Measuring individual difference in empathy: Evidence for a

multidimensional approach. Journal of Personality and Social Psychology,

1, 113-126.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

80

Dayakisni, & Hudania. (2009). Psikologi Sosial. Malang: UMM.

Decety, J., & Jackson, P. (2004). The Functional Architectue of Human Empathy.

Behavioral and Cognitive Neuroscience Review, 3, 71-100.

Decety, J., & Jackson, P. (2006). A social-neuroscience perspective on empathy.

Current Dirrection in Psychological Science, 15, 54-58.

Devi, A. T., Yusuf, M., & Hardjono. (2017). The relationship between sense of

community and agreeableness with prosocial behavior among member of

young on top (YOT). Journal of ICSAR, 1, 6-12.

Dovidio, J., Piliavin, J., Schroeder, D., & Penner, L. (2006). The Social

Psychology of Prosocial Behavior. New Jersey: Lawrence of Erlbaum

Associates.

Edi, P. (2016, Desember 29). Anarkisme Remaja di Yogyakarta Selama 2016

Terjadi 43 Kasus. Retrieved November 11, 2017, from Merdeka.com:

https://www.merdeka.com/peristiwa/anarkisme-remaja-di-yogyakarta-

selama-2016-terjadi-43-kasus.html

Einsenberg, N. (2006). Handbook of Child Psychology Volume 3 : Social,

Emotional, and Personality Development. Canada: John Wiley & Sons,

Inc.

Eisenberg, N., & Miller, P. (1987). The relation of empathy to prosocial and

related behaviors. Psychological Bulletin, 101, 91-119.

Eisenberg, N., & Mussen, P. H. (1997). The Root of Prosocial Behavior in

Children. Melbourne: Cambridge University Perrs.

Eisenberg, N., Carlo, G., Murphy, B., & Court, P. V. (1995). Prosocial

development in late adolescence: A longitudinal study. Child

Development, 66, 1179-1197.

Eisenberg, N., Eggum, N., & Giunta, L. (2010). Empathy-related responsding:

Association with prosocial behavior, aggression, and intergroup relation.

Social Issue and Policy Review, 1, 143-180.

Eisenberg, N., Guthrie, I. K., Cumberland, A., Murphy, B. C., Shepard, S. A.,

Zhou, Q., et al. (2002). Prosocial development in early adulthood:

Longitudinal study. Journal of Personality and Social Psychology, 993-

1006.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

81

Eisenberg, N., Pidada, S., & Liew, J. (2001). The relation of regulation and

negative emotionality to Indonesian children's social functioning. Child

Development, 72, 1747-1763.

Evren, C., Cinar, O., Evren, B., Umut, G., Can, Y., & Bozkurt, M. (2015).

between alexithymia and aggression in a sample of men with substance

dependence. Bulletin of Clinical Psychopharmacology, 25, 209 – 230.

FeldmanHall, O., Dalgleish, T., & Mobbs, D. (2015). Alexithymia decreases

altruism in real social decisions. Cortex, 1-6.

Gomà-i-Freixanet, M. (1995). Prosocial and antisocial aspect of personality.

Person. Individ Diff, 125-134.

Gregory, R. J. (2010). Tes Psikologi. Jakarta: Erlangga.

Grynberg, D., Luminet, O., Corneille, O., Grèzes, J., & Berthoz, S. (2010).

Alexithymia in the interpersonal domain: A general deficit of empathy?

Personality and Individual differences, 49,845-850.

Guttman, H., & Laporte, L. (2002). Alexithymia, empathy and psychological

symptoms in family context. Comprehensive Psychiatry, 43, 448-455.

Hamidi, S., Reza, R., Farzad, F., & Atefeh, A. (2010). A study and comparison of

Alexithymia among patients with substance use disorder and normal

peope. Procedia Social and Behavioral Sciences, 1367-1370.

Hoffman, M. (2000). Empathy and Moral Development. NewYork: Cambridge

University Pers.

Honkalampi, K., Tolmunen, T., Hintikka, J., Rissanen, M., Kylmä, J., &

Laukkanen, E. (2009). The prevalence of alexithymia and its relationship

with youth self-report problem scales among Finnish Adolescents.

Comprehensive Psychiactry, 50, 263–268.

Jonason, P. K., & Krause, L. (2013). The emotional deficits associated with the

dark triad traits: cognitive empathy, affective empathy, and alexithymia.

Personality and Individual differencess, 55, 523-537.

Jørgensen, M. M., Zachariae, R., Skytthe, A., & Kyvik, K. (2007). Gentic and

environmental factors in alexithymia: A population-based study of 8,735

danish twin pairs. Psychoterapy and psychosomatics, 369-375.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

82

Keefer, K., Taylor, G., Parker, J., & Bagby, R. (2017). Taxometric analysis of the

toronto structured interview for alexithymia: further evidence that

alexithymia is a dimensional construct. Assesment, 1-11.

Kokko, K., Tremblay, R., Lacourse, E., Naign, D., & Vitaro, F. (2006).

Trajectories of prosocial behavior and physical aggression in middle

childhood: Link to adolescent school dropout and physical violence.

Journal of Research on Adolescence, 16, 403-428.

Konrath, S., Novin, S., & Li, T. (2012). Is the relationship between alexithymia

and aggression context dependent? Impact of group membership and belief

similarity. Personality and Individual Differencess, 53, 329-334.

Kurukivi, M. (2011). Associations between alexithymia and mental well-being in

adolescents. Turku: Painosalama Oy.

Kurukivi, M., & Saarijärvi, S. (2014). Development of alexithymic personality

features. World Journal of Psyciatry, 4, 91-102.

Laible, D., Carlo, G., Murphy, T., Augustine, M., & Roesch, S. (2014). Predicting

Children's prosocial and co-operative behavior from their temperament

profiles: A person-centered approach. Social Development, 4, 734-752.

Lam, C. (2002). Prosocial involvement as a possitive youh development

construct: A conseptual review. The Scientific World, 1-8.

Lemme, B. H. (1995). Development in Adulthood. Boston: Allyn And Bacon.

Litwack, S. D., Aikins, J. W., & Cilessen, A. H. (2012). The distinct role of

sociometric and perceived popularity in friendship: Implication for

adolecent depressive affect and self-esteem. Journal of early adolescence,

32, 226-251.

Lo, C. (2014). Cultural values and alexithymia . Sage Open, 1-6.

Manninen, M., Therman, S., Suvisaari, J., Ebeling, H., Moilanen, I., Huttunen,

M., et al. (2011). Alexithymia is common among adolescents with severe

disruptive behavior. Journal of Nerveous and Mental Disease, 199, 506-

508.

Mattaini, M. A. (2002). Editorial: The Globalization of Violence Behavior.

Behavior and Social Issue, 12, 1-3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

83

Mattila, A., Saarni, S., Salminen, J., Huhtala, H., Sintonen, H., & Joukamaa, M.

(2009). Alexithymia and health-related quality of life in a general

population. Psychosomatics, 50, 59-68.

Moriguchi, Y., Decety, J., Ohnishi, T., Maeda, M., Mori, T., Nemoto, K., et al.

(2007). Empathy and judging other's pain: An fMRI study of alexithymia.

Cerebal Cortex, 17,2223-2234.

Moriguchi, Y., Ohnishi, T., Lane, R., Maeda , M., Mori, T., Nemoto, K., et al.

(2006). Impaired self-awaresness and theory of mind: An fMRI study of

menatlizing in alexithymia. NeuroImage, 1472-1482.

Muryanto , B. (2017, April 5). Yogyakarta Sees Rising Violence among Youths.

Retrieved November 11, 2017, from The Jakarta Post:

http://www.thejakartapost.com/news/2017/04/05/yogyakarta-sees-rising-

violence-among-youths.html

nto. (2017, April 3). Senyum Pelaku Klitih Membuat Ibu Korban Nangis Teriak

"Dia yang Bikin Anak Saya Mati". Retrieved November 2017, 2017, from

Tribun Jogja: http://jogja.tribunnews.com/2017/04/03/senyum-pelaku-

klitih-membuat-ibu-korban-nangis-teriak-dia-yang-bikin-anak-saya-mati

Pakaslahti, L., Karjalainen, A., & Keltikangas-Ja¨rvinen, L. (2002). Relationships

between adolescent prosocial problem-solving strategies, prosocial

behaviour, and social acceptance. International Journal of Behavioral

Development, 26,137-144.

Parker, J., Eastabrook, J. M., Keefer, K., & Wood, L. M. (2010). Can alexithymia

be assessed in adolescents? Psychometric properties of the 20-item

Toronto Alexithymia Scale in younger, middle, and older adolescents.

Psychol Assess, 4, 789-808.

Paull, K. (2013). Alexithymia, Attachment and Psychological Wellbeing in Young

Adults Care. Wales: desertasi. tidak diterbitkan.

Riry, C. H. A. (2016). Perbedaan Intensi Perilaku Prososial Pada Remaja Ditinjau

dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua. Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Riyandi , R., & Rahadi, F. (2017, Desember 29). Puluhan Kasus Klitih Terjadi di

DIY Sepanjang 2016. Retrieved November 11, 2017, from

www.replika.co.id:

http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/16/12/29/oiy40x291-

puluhan-kasus-klitih-terjadi-di-diy-sepanjang-2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

84

Santosa, S. (2010). Statistik Untuk Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata

Dharma.

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Sifneos, P. E. (1973). The prevalence of 'alexithymic' characteristics in

psychosomatic patients. Psychoter. Psychosom., 22, 255-262.

Sifneos, P., Apfel-Savitz, R., & Frankel, F. (1977). The phenomenon of

'alexithymia'. Psychother. Psychosom, 28, 47-57.

Sifneous, P. E. (1987). Short-Term Dynamic Psychotherapy: Evaluation and

Technique. New York: Springer Science+Business Media.

Siregar, S. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:

Bumi Aksara.

Spitzer, C., Siebel-Jürges, U., Barnow, S., Grabe, H., & Freyberger, H. (2005).

Alexithymia and interpersonal problems. Psychotherapy and

Psychosomatics, 74,240-246.

Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Universitas

Sanata Dharma.

Taylor, G. (2000). Recent developments in alexithymia theory and research. Can J

Psychiatry, 45,134-143.

Taylor, G. J., & Bagby, R. M. (2014). Psychoanalysis and empirical research: the

example of alexithymia. Journal of American Psychoanalysist

Association, 99-133.

Taylor, G. J., Bagby, R. M., & Parker, J. D. (1997). Disorders of Affect

Regulation : Alexithymia in Medical and Psychiatric Ilness. Cambridge:

Cambridge University Press.

Taylor, G., Bagby, R. M., & Parker, J. D. (1997). Disorder of Affect Regulation:

Alexithymia in Medical and Psychiatric Illness. New York: Cambridge

University Press.

TenHouten, W. D., Hoppe, K. D., Bogen, J. E., & Walter, D. O. (1985).

Alexithymia and the Split Brain: 1. Lexical Level Content Analysis. 43,

202-208: Psychother. Psychosom.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

85

Teten, A., Miller, L. A., Bailley, S. D., Dunn, N. J., & Kent, T. A. (2008).

Empathic deficits and alexitymia in trauma-related impulsive aggression.

Behavioral Sciences and The Law, 26, 823-832.

Thompson, J. (2009). Emotionally Dumb : An overview of Alexithymia. Maleny:

Soul Books.

Timoney, L. R., & Holder, M. D. (2013). Emotional Processing Deficits and

Happiness: Assessing the Measurement, Correlates, and Well-Being of

People with Alexithymia. Canada: Springer.

Trommsdorff, G., Friedlmeier, W., & Mayer , B. (2007). Sympathy, distress and

prosocial behavior of preschool children in four cultures. International

Journal of Behavioral Development, 31, 284-293.

Tsaousis, I., Taylor, G., Quity, L., Georgiades, S., Stavrogiannopoulos, M., &

Bagby, M. (2010). Validation of a greek adaptation of the 20-item Toronto

Alexithymia Scale. Comprehensive Psychiatry, 51, 443-448.

Velotti, P., Garofalo, C., Petrocchi, C., Cavallo, F., Faffaele, P., & Dimaggio, G.

(2016). Alexithymia,emotiondysregulation,impulsivityandaggression:A

multiple mediationmodel. PsychiatryResearch, 1-8.

Vermeulen, N., & Luminet, O. (2009). Alexithymia factors and memory

performances for neutral and emotional words. Personality and Individual

Differences, 47, 305-309.

Yusainy , C. (2017). Feeling Full or Empty Inside? Peran Perbedaan Individual

dalam Struktur Pengalaman Afektif. Jurnal Psikologi, 44, 1-17.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

86

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

87

LAMPIRAN 1

Toronto Alexithymia Scale – 20

No Pernyataan SS S N TS STS

1 Saya sering bingung mengenai emosi apa

yang sebenarnya sedang saya rasakan 5 4 3 2 1

2 Saya kesulitan menemukan kata yang tepat

untuk menggambarkan perasaan saya 5 4 3 2 1

3 Saya memiliki sensasi fisik yang bahkan

tidak bisa dimengerti oleh seorang dokter 5 4 3 2 1

4 Saya mampu menggambarkan apa yang saya

rasakan dengan mudah 5 4 3 2 1

5 Saya cenderung lebih mudah menganalisa

sebuah masalah daripada harus

menggambarkan dengan kata-kata.

5 4 3 2 1

6 Ketika emosi memuncak, saya tidak tahu

apakah saya sedih, ketakutan, ataukah marah 5 4 3 2 1

7 Saya sering dibingungkan dengan sebuah

sensasi yang terjadi pada tubuh saya 5 4 3 2 1

8 Saya cenderung membiarkan hal-hal terjadi

begitu saja daripada memahami mengapa hal

tersebut terjadi

5 4 3 2 1

9 Saya memiliki perasaan yang benar-benar

tidak dapat saya pahami 5 4 3 2 1

10 Merasakan berbagai macam luapan perasaan

adalah hal yang sangat penting 5 4 3 2 1

11 Sulit bagi saya untuk menggambarkan apa

yang saya rasakan tentang orang lain 5 4 3 2 1

12 Orang-orang meminta saya untuk lebih

mengekspresikan perasaan saya 5 4 3 2 1

13 Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi

dalam diri saya 5 4 3 2 1

14 Saya sering tidak mengetahui alasan

mengapa saya marah 5 4 3 2 1

15

Ketika berbicara dengan orang lain, saya

cenderung lebih suka membicarakan

kegiatan sehari-hari mereka daripada

perasaan mereka

5 4 3 2 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

88

16 Saya lebih senang menonton acara hiburan

yang ringan daripada drama yang penuh

emosi

5 4 3 2 1

17 Saya kesulitan mengungkapkan perasaan

terdalam saya, bahkan pada teman dekat

sekalipun

5 4 3 2 1

18 Saya dapat merasa dekat dengan seseorang,

bahkan ketika saya merasa tenang dalam

keheningan

5 4 3 2 1

19

Saya menyadari bahwa meninjau kembali

perasaan apa yang saya rasakan, akan

membantu menyelesaikan masalah pribadi

saya

5 4 3 2 1

20 Mencari-cari makna tersembunyi dalam film

atau drama justru mengalihkan dari

kenikmatan dalam menonton.

5 4 3 2 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

89

LAMPIRAN 2

Skala Try Out Prososial

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya menyumbangkan uang saya untuk korban

bencana alam

2 Saya pura-pura tidak tahu saat ada yang

menanyakan alamat pada saya

3 Saya merasa bosan saat mendengarkan teman

bercerita tentang masalahnya

4

Tidak dipungkiri bahwa ketika menolong orang,

ada harapan saya agar ia akan mencerikan

perbuatan saya kepada orang lain

5

Saya pura-pura sibuk saat diajak mengikuti

kegiatan yang diselenggarakan didaerah tempat

tinggal saya

6 Saya menghindar saat melihat pengemis hendak

menghampiri saya

7 Saya memberikan uang saya untuk teman yang

sedang membutuhkan

8 Saya siap sedia melaporkan tindakan kejahatan

yang terjadi disekitar saya

9

Saat ada teman dalam kelompok yang tidak

paham mengenai tugas yang harus dikerjakan,

saya memberikan penjelasan agar ia paham

10 Saya membantu teman jika diberi imbalan

11 Saya tetap membantu orang lain saat saya sedang

mengalami kesulitan

12 Saya menyalahkan teman-teman satu kelompok

ketika hasil kerja kelompok buruk

13 Saya segera mengembalikan barang yang terjatuh

milik oranglain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

90

14 Saya enggan memberikan solusi untuk teman

yang sedang menghadapi masalah

15 Saya enggan menyumbangkan uang untuk

kegiatan amal

16 Saya menawarkan solusi untuk teman yang

sedang menghadapi masalah

17 Saya merasa lebih baik diam saja ketika

kepanitiaan yang saya ikuti menghadapi masalah

18 Saya merasa mendengarkan teman bercerita

membuang waktu saya

19 Saya hanya membantu teman yang pernah

membantu saya

20 Saya sibuk dengan aktifitas saya sendiri saat

diskusi kelompok berlangsung

21 Saya membantu orang lanjut usia menyebrang

jalan walau saya sedang tergesa-gesa.

22 Saya menyumbangkan uang saya untuk

membantu kegiatan pembangunan tempat ibadah

23 Saya memberikan sedikit uang lebih saat membeli

dagangan penjual keliling yang sudah tua

24 Saya segan mengakui kesalahan yang saya

perbuat karena takut mendapat hukuman

25

Saya mempersiapkan terlebih dahulu bahan-bahan

tugas kelompok sebelum kerja kelompok

dilakukan

26 Saya membereskan rumah tanpa diminta orang

tua

27 Saya antusias saat mengerjakan tugas kelompok

28 Saya pura-pura tidak punya uang saat ada teman

yang memerlukan pinjaman uang

29 Saya selalu antusias mendengarkan teman yang

bercerita mengenai pengalamannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

91

30

Dalam tugas kelompok, saya membiarkan setiap

orang mengerjakan bagiannya masing-masing

(tanpa bantuan) agar pekerjaan cepat selesai

31 Saya selalu meluangkan waktu untuk teman yang

membutuhkan bantuan saya

32 Saya merasa tugas akan lebih ringan jika

dikerjakan secara berkelompok

33 Saya bersedia mendengarkan teman bercerita saat

ia sedang merasa sedih

34 Saya terlibat aktif bersama anggota kelompok

dalam menyelesaikan tugas kelompok

35 Saya segera membantu orang yang terjatuh di

jalan

36 Mudah bagi saya mengakui kesalahan yang telah

saya perbuat

37 Saya bersedia meminjamkan barang saya kepada

orang lain

38 Saya memberikan bantuan karena tertarik

dengan imbalan yang ditawarkan

39 Saya memilih teman-teman yang pintar untuk

menjadi teman satu kelompok kerja

40 Saya membantu orang yang mengalami kecelakan

walaupun saya menjadi terlambat datang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

92

LAMPIRAN 3

Skala Perilaku Prososial

No Pernyataan SS S TS STS

1 Saya menyumbangkan uang saya untuk korban

bencana alam

2 Saya pura-pura tidak tahu saat ada yang menanyakan

alamat pada saya

3 Saya merasa bosan saat mendengarkan teman

bercerita tentang masalahnya

4 Saya pura-pura sibuk saat diajak mengikuti kegiatan

yang diselenggarakan didaerah tempat tinggal saya

5 Saya menghindar saat melihat pengemis hendak

menghampiri saya

6 Saya memberikan uang saya untuk teman yang

sedang membutuhkan

7 Saya siap sedia melaporkan tindakan kejahatan yang

terjadi disekitar saya

8

Saat ada teman dalam kelompok yang tidak paham

mengenai tugas yang harus dikerjakan, saya

memberikan penjelasan agar ia paham

9 Saya membantu teman jika diberi imbalan

10 Saya tetap membantu orang lain saat saya sedang

mengalami kesulitan

11 Saya enggan memberikan solusi untuk teman yang

sedang menghadapi masalah

12 Saya enggan menyumbangkan uang untuk kegiatan

amal

13 Saya menawarkan solusi untuk teman yang sedang

menghadapi masalah

14 Saya merasa lebih baik diam saja ketika kepanitiaan

yang saya ikuti menghadapi masalah

15 Saya merasa mendengarkan teman bercerita

membuang waktu saya

16 Saya hanya membantu teman yang pernah membantu

saya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

93

17 Saya sibuk dengan aktifitas saya sendiri saat diskusi

kelompok berlangsung

18 Saya membantu orang lanjut usia menyebrang jalan

walau saya sedang tergesa-gesa.

19 Saya menyumbangkan uang saya untuk membantu

kegiatan pembangunan tempat ibadah

20 Saya segan mengakui kesalahan yang saya perbuat

karena takut mendapat hukuman

21 Saya mempersiapkan terlebih dahulu bahan-bahan

tugas kelompok sebelum kerja kelompok dilakukan

22 Saya membereskan rumah tanpa diminta orang tua

23 Saya pura-pura tidak punya uang saat ada teman yang

memerlukan pinjaman uang

24 Saya selalu antusias mendengarkan teman yang

bercerita mengenai pengalamannya

25 Saya merasa tugas akan lebih ringan jika dikerjakan

secara berkelompok

26 Saya bersedia mendengarkan teman bercerita saat ia

sedang merasa sedih

27 Saya terlibat aktif bersama anggota kelompok dalam

menyelesaikan tugas kelompok

28 Saya segera membantu orang yang terjatuh di jalan

29 Mudah bagi saya mengakui kesalahan yang telah saya

perbuat

30 Saya memberikan bantuan karena tertarik dengan

imbalan yang ditawarkan

31 Saya memilih teman-teman yang pintar untuk

menjadi teman satu kelompok kerja

32 Saya membantu orang yang mengalami kecelakan

walaupun saya menjadi terlambat datang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

94

LAMPIRAN 4

Reliabilitas Skala TAS – 20

(Analisis Try Out)

1. Reliabilitas Total Toronto Alexithymia Scale – 20

Reliability Statistics TAS - 20

Cronbach's

Alpha N of Items

.825 20

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's Alpha if

Item Deleted

X1 47.1860 79.012 .730 .799

X2 47.1163 78.581 .728 .798

X3 47.8837 85.058 .469 .814

X4 47.0233 82.833 .661 .806

X5 47.1628 95.949 -.132 .840

X6 47.3721 83.001 .602 .808

X7 47.3953 80.054 .764 .799

X8 47.6279 88.715 .234 .826

X9 47.5581 81.110 .750 .801

X10 47.8140 94.679 -.063 .838

X11 47.2791 81.301 .683 .803

X12 46.9302 85.114 .397 .817

X13 47.4186 79.725 .709 .800

X14 47.6512 85.899 .452 .815

X15 47.0000 93.238 .016 .834

X16 46.6977 85.740 .353 .820

X17 46.7442 82.909 .375 .820

X18 47.2093 87.455 .362 .819

X19 47.9535 91.188 .196 .825

X20 47.0000 98.190 -.240 .847

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

95

a. Sub Skala Kesulitan Mengidentifikasi Perasaan

Reliability Statistics DIF

Cronbach's

Alpha N of Items

.881 7

b. Sub Skala Kesulitan Mendeskripsikan Perasaan

Reliability Statistics DDF

Cronbach's

Alpha N of Items

.808 5

c. Sub Skala Externally Oriented Thinking

Reliability Statistics EOT

Cronbach's

Alpha N of Items

.191 8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

96

LAMPIRAN 5

Reliabilitas Skala Prososial

(Analisis Try Out )

1. Tabel Reliabilitas Skala Prososial

Reliability Statistics Skala Prososial

Cronbach's

Alpha N of Items

.888 40

Item-Total Statistics

Scale

Mean if

Item

Deleted

Scale

Variance if

Item Deleted

Corrected Item-

Total Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

X1 119.1667 111.167 .477 .885

X2 117.7857 111.636 .324 .887

X3 117.8095 110.841 .469 .885

X4 117.8095 112.158 .309 .887

X5 118.6667 107.691 .538 .883

X6 118.2857 111.965 .260 .888

X7 118.3095 112.365 .260 .888

X8 118.7381 106.637 .552 .883

X9 117.9762 110.512 .458 .885

X10 117.6429 108.674 .624 .883

X11 118.3810 111.461 .328 .887

X12 117.8095 112.012 .294 .887

X13 117.8333 114.191 .151 .889

X14 117.7381 110.930 .352 .886

X15 117.8571 109.930 .472 .885

X16 118.1190 110.937 .330 .887

X17 118.0714 105.092 .734 .879

X18 117.4286 111.568 .514 .885

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

97

X19 117.7857 107.246 .688 .881

X20 117.9048 108.137 .592 .883

X21 119.0952 109.113 .453 .885

X22 118.7619 109.015 .469 .884

X23 118.8095 115.280 .022 .892

X24 118.0714 111.580 .310 .887

X25 118.4762 111.719 .281 .888

X26 118.7619 110.479 .341 .887

X27 118.4762 110.597 .364 .886

X28 117.8571 108.955 .515 .884

X29 117.8095 111.670 .352 .886

X30 118.9286 112.507 .247 .888

X31 118.1190 112.839 .248 .888

X32 118.1429 112.272 .259 .888

X33 117.6429 110.235 .533 .884

X34 118.0000 110.976 .426 .885

X35 118.6667 110.862 .316 .887

X36 118.1667 112.337 .243 .888

X37 118.1190 111.815 .309 .887

X38 117.8095 109.377 .397 .886

X39 118.4048 108.686 .406 .886

X40 119.0476 109.559 .364 .887

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

98

LAMPIRAN 6

TABEL DESKRIPSI SUBJEK

1. Tabel Deskripsi Subjek (Jenis Kelamin)

Jenis Kelamin

Frequency Percent

Valid

Percent

Cumulative

Percent

Valid Laki-laki 80 37.2 37.9 37.9

Perempuan 131 60.9 62.1 100.0

Total 211 98.1 100.0

Missing System 4 1.9

Total 215 100.0

2. Tabel Deskripsi Subjek (usia)

Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 18 62 28.8 28.8 28.8

19 78 36.3 36.3 65.1

20 34 15.8 15.8 80.9

21 31 14.4 14.4 95.3

22 10 4.7 4.7 100.0

Total 215 100.0 100.0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

99

LAMPIRAN 7

ONE SAMPLE T-TEST

1. Uji One Sample T-test Alexithymia dan Perilaku Prososial

One-Sample Statistics

N Mean

Std.

Deviation

Std. Error

Mean

Skor

Alexithymia 215 56.35 9.507 .648

Skor Prososial 215 97.11 10.013 .683

One-Sample Test

Test Value = 0

t df

Sig. (1-

tailed)

Mean

Difference

95% Confidence Interval

of the Difference

Lower Upper

Skor

Alexithymia 86.911 214 .000 56.349 55.07 57.63

Skor Prososial 142.203 214 .000 97.112 95.77 98.46

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

100

LAMPIRAN 8

UJI NORMALITAS DAN LINEARITAS

1. Uji Normalitas Alexithymia dan Prososial

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Skor

Alexithymia

Skor

Prososial

N 215 215

Normal Parametersa Mean 56.35 97.11

Std.

Deviation 9.507 10.013

Most Extreme

Differences

Absolute .059 .067

Positive .059 .067

Negative -.051 -.041

Kolmogorov-Smirnov Z .861 .983

Asymp. Sig. (2-tailed) .448 .288

a. Test distribution is Normal.

2. Uji Linearitas Alexithymia dan Prososial

ANOVA Table

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Skor

Prososial

* Skor

Alexithy

mia

Between

Groups

(Combine

d)

5878.37

0 45 130.630 1.417 .059

Linearity 2799.55

0 1 2799.550 30.369 .000

Deviation

from

Linearity

3078.82

0 44 69.973 .759 .858

Within Groups 15578.9

51 169 92.183

Total 21457.3

21 214

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

101

LAMPIRAN 9

UJI HIPOTESIS

1. Uji Hipotesis

Correlations

Skor

Alexithymia

Skor

Prososial

Skor

Alexithymia

Pearson

Correlation 1 -.361**

Sig. (1-tailed) .000

N 215 215

Skor Prososial Pearson

Correlation -.361** 1

Sig. (1-tailed) .000

N 215 215

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: HUBUNGAN ANTARA LEVEL ALEXITHYMIA DENGAN ...repository.usd.ac.id/22353/2/139114115_full.pdfbertukar cerita dengan saya, juga atas tumpangan dan menjadi penumpang yang bertanggungjawab

102

Correlations

Skor

Alexithymia

Skor

Prososial

Kendall's tau_b Skor

Alexithymia

Correlation

Coefficient 1.000 -.239**

Sig. (1-tailed) . .000

N 215 215

Skor Prososial Correlation

Coefficient -.239** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 215 215

Spearman's rho Skor

Alexithymia

Correlation

Coefficient 1.000 -.339**

Sig. (1-tailed) . .000

N 215 215

Skor Prososial Correlation

Coefficient -.339** 1.000

Sig. (1-tailed) .000 .

N 215 215

**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-

tailed).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI