hubungan antara kemandirian dengan stress …...terhadap 6 orang mahasiswa perantauan dari luar...
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN STRESS
AKADEMIK PADA MAHASISWA YANG MERANTAU
DI SALATIGA
OLEH
VEDORA KUSUMANDA HERDY PUTRI
802010125
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Progam Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang
betanda tangan di bawah ini :
Nama : Vedora Kusumanda Herdy Putri
Nim : 802010125
Pogram studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis Karya : Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW
hal bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royalty freeright) atas karya ilmiah saya
berjudul:
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN STRESS AKADEMIK
PADA MAHASISWA YANG MERANTAU DISALATIGA
Dengan hahak bebas royalty non eksklusif dalam bentuk pangkalan data, merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap nama saya sebagai penulis/penciptanya.
Demikian surat pernyataan ini saya dengan sebenarnya.
Dibuat di : Salatiga
Pada tanggal : 17
September 2015
Yang menyatakan,
Vedora Kusumanda Herdy Putri
Pembimbing Utama
Berta E. A Prasetya., MA
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang betanda tangan dibawah ini :
Nama : Vedora Kusumanda Herdy Putri
Nim : 802010125
Program Studi : Psikologi
Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN STRESS AKADEMIK
PADA MAHASISWA YANG MERANTAU DISALATIGA
Yang dibimbing oleh :
Berta E A Prasetya.,MA
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau gambar serta symbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya
sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga,17 september 2015
Yang memberi pernyataan
Vedora Kusumanda H.P
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN STRESS AKADEMIK
PADA MAHASISWA YANG MERANTAU DISALATIGA
Oleh
Vedora Kusumanda Herdy Putri
802010125
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui pada tanggal 29 September 2015
Oleh :
Pembimbing Utama
Berta E.A Prasetya.,MA
Diketahui oleh ,
Kaprogdi
Dr.Chr Hari Soetjiningsih, MS.
disahkan oleh,.
Dekan
Prof.Dr.Sutarto Wijono. MA.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN STRESS
AKADEMIK PADA MAHASISWA YANG MERANTAU
DI SALATIGA
Vedora Kusumanda Herdy Putri
Berta E. A. Prasetya
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
i
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan antara kemandirian dengan
stress akademik pada mahasiswa yang merantau di Kota Salatiga. Penelitian ini
dilakukan pada 100 orang mahasiswa yang merantau di Kota Salatiga dan berkuliah
di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Penentuan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan Skala Kemandirian yang dikembangkan berdasarkan simpulan aspek-
aspek Kemandirian menurut Soetjiningsih (1993) dan Skala Stress Akademik
menurut Lin dan Chen (2009) dikembangkan berdasarkan 7 faktor dalam stress
akademik yaitu teacher stress, result stress, test stress, studying in groups stress,
peer stress, time management stress and self-inflicted stress. Pengujian hipotesis
menggunakan uji korelasi dengan teknik pearson correlation dan diperoleh hasil skor
pearson correlation sebesar -0,041 dengan signifikansi 0,342 atau p > 0,05 sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan positif signifikan antara
kemandirian dengan stress akademik pada mahasiswa yang merantau di Kota
Salatiga.
Kata Kunci : Kemandirian, Stress Akademik, Mahasiswa, Perantauan, Salatiga
ii
Abstract
This study aims to determine the relationship between Independence and
academic stress on wardered students in Salatiga City. This study was conducted on
100 students who go abroad in Salatiga and enrolled at the Satya Wacana Christian
University Salatiga. The sampling is done by using purposive sampling technique.
Data collected by using the Scale Independence were developed based conclusions
aspects of Independence by Soetjiningsih (1993) and the Scale Stress Academic
according to Lin and Chen (2009) developed based on seven factors in the stress
academic that teacher stress, the result of stress, stress test, studying in groups
stress, peer stress, time management stress and self-inflicted stress. Hypothesis
testing using correlation with Pearson correlation technique and the results of
Pearson correlation score of -0.041 with a significance of 0.342 or p> 0.05 so that it
can be concluded that there is no significant positive relationship between the
independence of the academic stress on wardered students in Salatiga City.
Keywords: Independence, Academic Stress, Student, Wardered, Salatiga
1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perguruan tinggi menjadi tempat bagi individu dalam mengembangkan
kemampuan dan mempersiapkan diri menjadi tenaga-tenaga professional yang akan
mengarahkan mereka menjadi sumber daya manusia yang berkompeten di
bidangnya. Sebagai kelanjutan dari pendidikan menengah pendidikan tinggi
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau
kesenian (DepDikNas, 2000).
Di Indonesia perbandingan kualitas perguruan tinggi berbeda di setiap
daerahnya.Secara umum data yang tercatat hingga tahun 2015 menunjukan bahwa
sebagian besar perguruan tinggi dengan kualitas terbaik berada di wilayah Indonesia
bagian tengah, terkhususnya di pulau Jawa. Perguruan tinggi tersebut tersebar di
beberapa kota seperti Jakarta, Yogyakarta dan Surabaya (economiholic.com).
Perbedaan kualitas perguruan tinggi antar daerah di Indonesia tersebut membuat
kebanyakan mahasiswa memilih untuk merantau ke luar daerah untuk menempuh
pendidikan tinggi mereka.
Dengan tujuan mendapatkan pendidikan yang berkualitas para calon
mahasiswa mengusahakan berbagai cara dan sampai pada keputusan akhir
menempuh pendidikan tinggi di luar daerah asal. Berbagai tantangan dan resiko
serta biaya yang tidak murah mereka pertimbangan demi masa depan yang lebih
baik. Seperti yang kita ketahui bahwa kehidupan akademik di perguruan tinggi
2
tidak hanya sekedar hadir di kampus dan menghadiri kelas akan tetapi banyak
aktivitas lain pula yang harus mereka lakukan seperti, bersosialisasi, mengerjakan
tugas rumah, dan mencari uang tambahan melalui bekerja (Govaerst & Gregoire,
2004).
Sebagai pendatang para mahasiswa perantauan diharuskan mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dimana mereka berada. Interaksi akan
berjalan baik bila mampu beradaptasi mengurangi gesekan nilai dan kebiasaan yang
berlaku pada masyarakat yang telah lama tinggal di daerah itu, yaitu dengan cara
berinteraksi, cepat bergaul, bersikap sopan santun, ramah, berkomunikasi
memahami dan menghargai nilai dan kebiasaan yang dianut masyarakat setempat.
Tidak hanya berlaku di lingkungan masyrakat, kondisi tersebut juga berlaku di
lingkungan akademik mereka. Proses adaptasi yang mereka lakukan membuat
proses akademik yang mereka jalani menjadi semakin kompleks. Beberapa
fenomena menunjukan beberapa mahasiswa mengalami kesulitan dalam proses
akademik karena ketidakmampuan beradaptasi dengan situasi tersebut (Sari, 2012).
Kondisi dan situasi yang penuh tuntutan tersebut seringkali menjadi stressor
yang cukup berpengaruh pada performa akademik mereka. Stress yang dialami
individu merupakan reaksi individu terhadap hal-hal yang dirasa sulit dihadapi atau
diluar dari kemampuan mereka. Stress yang dihadapi individu membuat mereka
berpikir untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sebagai bentuk reaksi
atau respon mereka untuk bertahan (Potter & Perry, 2005). Stress merupakan
interaksi antara tuntutan lingkungan dengan keterampilan individu (Spielberger,
1979). Govaerst & Gregoire (2004) menjelaskan bahwa jumlah mahasiswa yang
mengalami stress meningkat setiap semesternya. Stress yang paling umum dialami
3
oleh mahasiswa adalah terkait dengan dunia akademik yang dijalani. Selanjutnya
mereka menambahkan bahwa stress akademik merupakan sebuah situasi dimana
individu mengalami tekanan hasil persepsi dan penilaian tentang stressor akademik
yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pendidikan di perguruan tinggi.
Hasil wawancara awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 Juli 2015
terhadap 6 orang mahasiswa perantauan dari luar Pulau Jawa menemukan bahwa
kesulitan utama yang mereka rasakan adalah terkait dengan pola komunikasi dan
relasi sosial. Mereka mengakui bahwa kendala bahasa dan perbedaan budaya
menyulitkan mereka untuk membangun relasi dengan mahasiswa dari daerah lain.
Ditambahkan pula, ketika mereka dihadapkan pada situasi sosial dalam lingkungan
perkuliahan mereka cenderung merasakan ketidaknyamanan akibat dari perbedaan-
perbedaan situasi tersebut.Selain itu, mereka mengalami kesulitan dalam meregulasi
diri saat berada jauh dari keluarga. Kesulitan muncul ketika mereka harus
menyelesaikan segala tugas dan tanggun jawab sendiri.Sebagai contoh beberapa
mahasiswa perantauan yang terbiasa melakukan aktivitas sendiri tidak mengalami
kesulitan ketika berkuliah terpisah dengan orang tua dan keluarga. Namun beberapa
mahasiswa perantauan aktivitasnya ada campur tangan dari keluarga dan orang
sekitar sebelum mereka merantau untuk belajar di luar daerah asal terkadang
mengalami kesulitan dalam mengatur aktivitasnya sendiri karena sudah terbiasa
mendapat bantuan orang lain. Hal tersebut menunjukan kondisi mahasiswa
perantauan sangatlah rentan terhadap berbagai macam tekanan dan kondisi
stressyang berakibat pada performa akademik mereka.
Agolla & Ongori (2009) menjelaskan bahwa stress akademik dipengaruhi
beberapa faktor seperti manajemen waktu, tuntutan akademik, dan lingkungan
4
akademik. Davidson (2001) menambahkan stress akademik yang dirasakan individu
bersumber dari situasi yang monoton, kebisingan, orang-orang, tugas yang terlalu
banyak, harapan yang mengada-ada,kurangnya konrol, keadaan tidak dihargai,
kurangnya dukungan, kehilangan kesempatan, tuntutan yang saling bertentangan,
dan deadline tugas perkuliahan. Individu yang mampu meregulasi diri dan
mempunyai kemandirian diri yang cukup baik cenderung mampu mengurangi stress
yang dirasakan. Pada dasarnya stress pada individu dapat dikurangi. Salah satunya
dengan meningkatkan kemadirian individu. Elkind (2011) mengemukakan bahwa
individu yang mandiri cenderung resisten terhadap stressor yang muncul.
Situasi transisi mahasiswa perantau yang semula bertempat tinggal dengan
orang tua menghadapkan mahasiswa pada perubahan-perubahan dan tuntutan-
tuntutan baru. Perubahan tersebut adalah lingkungan yang baru dan irama kehidupan
yang baru. Sementara tuntutan yang harus dihadapi mahasiswa perantau adalah
tuntutan dalam bidang kemandirian, tanggung jawab dan penyesuaian diri dengan
lingkungan barunya(Widiastono, 2001). Hasil penelitian yang dilakukan Petrof
(2008) menunjukan bahwa kedekatan dengan lingkungan keluarga dan relasi
mengurangi kecemasan dan perasaan stress yang dialami oleh individu. Hal tersebut
menunjukan bahwa peran lingkungan dan orang lain di sekitar individu
mempengaruhi munculnya perasaan stres yang dirasakan oleh individu tersebut.
Berdasarkan fenomena yang dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengkaji mengenai hubungan antara kemandirian dengan stress akademik pada
mahasiswa perantauan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
5
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres Akademik
1. Pengertian Stress Akademik
Stres adalah suatu kondisi dimana transaksi antara individu dan
lingkungannya mengarahkan individu mempersepsikan adanya kesenjangan antara
tuntutan fisik atau psikologi dari suatu situasi tertentu dengan sumber daya biologis,
psikologis dan sosial yang dimiliki individu (Lazarus dkk, dalam Sarafino, 2002).
Lazarus (dalam Ogden, 2000) menyatakan stres melibatkan stresor dan respon
individu terhadap stresor (strain). Lin dan Chen (2009) menambahkan bahwa stress
akademik bersumber dari interaksi antara guru dengan siswa, kecemasan terkait
hasil belajar yang diperoleh, ujian atau tes yang akan dihadapi, proses belajar dalam
kelompok, pengaruh teman sebaya dalam proses akademik, kemampuan dalam
memanajemen waktu, serta persepsi individu terkait kemampuan belajarnya yang
mempengaruhi kinerja akademik yang ditampilkan.
American Accreditation Health Care Commission (2005) mendefinisikan
stress sebagai suatu respon terhadap situasi atau faktor yang menimbulkan
emosinegatif atau perubahan fisik atau kombinasi dari perubahan fisik dan emosi.
Beberapa jenis stres cukup membantu karena menimbulkan motivasi bagiindividu
yang bersangkutan. Akan tetapi, stres yang berlebihan dapat mengganggu
kehidupan, aktivitas dan kesehatan dari individu.
Stress akademik berkaitan dengan segala sesuatu yang mempengaruhi
kehidupan akademik. Stress akademik diartikan sebagai kondisi atau keadaan
individu yang mengalami tekanan sebagai hasil persepsi dan penilaian mahasiswa
6
tentang stressor akademik. Lebih lanjut Govaerst & Gregoire (2004) menjelaskan
bahwa stress akademik erat kaitannya dengan kehidupan akademik yang dialami
pelajar tergantung situasi dan keadaan dimana individu mencari ilmu pengetahuan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa stress akademik adalah
kondisi ketegangan yang dialami pelajar karena adanya kesenjangan antara tuntutan
akademik di lingkungan belajar dengan kemampuan mereka dalam memenuhi
tuntutan tersebut, sehingga mengakibatkan perubahan respon dalam diri pelajar baik
secara fisik maupun secara psikologis.
2. Sumber Stress Akademik
Lin dan Chen (2009) menjelaskan bahwa stress akademik berkaitan dengan
beberapa hal antara lain:
1. Teacher stress
Teacher stress berkaitan dengan stressor yang muncul akibat dari interaksi
antara pelajar dengan guru serta kebijakan-kebijakan yang dibuat guru
terkait proses akademik yang berlangsung.
2. Result Stress
Result Stress merupakan kondisi situasi stress yang dirasakan individu
berkaitan dengan tuntutan terhadap hasil belajarnya dan hasil belajar yang
dicapainya.
3. Test Stress
Perasaan cemas terkait tes-tes akademik yang dihadapi individu dalam
proses akademiknya.
7
4. Studying stress in group
Merupakan kondisi stress yang dirasakan individu berkaitan dengan proses
dalam setting belajar kelompok.
5. Peer stress
Peer stress muncul akibat interaksi antara individu dengan lingkungan
belajar dan individu lainnya. Situasi tersebut menunjukan pengaruh individu
dan kelompok yang mempengaruhi performa akademik si pelajar.
6. Time management
Berkaitan dengan kemampuan individu dalam mengelola dan memanajemen
waktu belajarnya sehingga mampu menunjukan performa akademik yang
maksimal.
7. Self-inflidted stress
Berkaitan dengan persepsi individu terhadap kemampuannya dalam
menjalankan proses akademik yang mana persepsinya tersebut akan
mempengaruhi performa akademik yang ditunjukan.
3. Faktor yang mempengaruhi stress akademik
Menurut Davidson dan Coper (dalam Kusuma, 2008) menjabarkan
beberapa faktor yang mempengaruhi stress akademik antara lain:
1. Faktor Internal. Faktor internal yang mempengaruhi stress akademik
bersumber dari diri atau pribadi individu seperti kepribadian, locus of
control, dan efikasi diri.
8
2. Faktor eksternal yang mempengaruhi munculnya stress akademik
pada individu seperti faktor lingkungan rumah, lingkungan belajar
dan lingkungan masyarakat).
Selanjutnya Ross dkk (1999) menambahkan mengenai sumber stres yang
dialami oleh siswa dengan menggunakan alat Student Stress Survey (SSS)
mencakup empat kategori sumber stres, yaitu : Masalah interpersonal,
intrapersonal, akademik, lingkungan, frustrasi, konflik, tekanan, perubahan-
perubahan, dan keinginan diri (Self –imposed).
Para peneliti (dalam Elkind, 2001) mengatakan, setidaknya ada lima hal
yang mempengaruhi kondisi stress pada individu antara lain:
1) Kompetensi Sosial (Social Competence)
Individu yang kebal-stres memiliki kompetensi sosial yang baik.
Mereka mudah bersahabat dengan teman sebaya ataupun orang
dewasa, dan mampu membuat orang lain merasa nyaman bersama
mereka.
2) Manajemen Impresi (Impression Management)
Individu yang kebal-stres mampu menampilkan diri mereka
sebagai karakter yang menawan dan menarik. Mereka kelihatan sangat
menyukai orang dewasa, karena merasa mereka dapat belajar banyak
dari orangdewasa. Hal itu mengakibatkan orang dewasa mau menerima
mereka dan menjadi mentor mereka.
3) Kepercayaan Diri (Self Confident)
Individu yang kebal-stres meyakini kemampuan yang mereka
miliki dalam mengatasi situasi stres.Mereka melihat masalah mereka
9
sebagai tantangan untuk diselesaikan daripada sebagai bukti
ketidakmampuan mereka.
4) Kemandirian (Independence)
Individu yang kebal-stres adalah individu yang mandiri, dan
tidak tergoyahkan oleh bujuk rayu apapun. Mereka berpikir untuk diri
mereka sendiri dan tidak bisa dihalangi oleh kekuatan atau otoritas
apapun. Mereka mampu menemukan tempat untuk mereka sendiri,
dimana mereka dapat menemukan ketenangan, kerahasiaan dan
kesempatan menciptakan situasi yang mereka butuhkan.
5) Prestasi (Achievement)
Individu yang kebal-stres adalah individu yang produktif.
Mereka mendapatnilai yang bagus, dan memiliki hobi (menulis puisi,
seni ukir, seni lukis,seni pahat, dsb). Sebagian dari talenta dan kekuatan
yang mereka miliki diarahkan untuk tugas yang paling penting, yakni
untuk bertahan hidup (survival).
B. Kemandirian
1. Definisi Kemandirian
Dalam bahasa Inggris kemandirian mempunyai dua istilah penyebuatan yaitu
independence dan autonomy. Steinberg mengatakan autonomy mempunyai arti
berpikir, merasa dan membuat keputusan yang dibuat oleh diri sendiri, bukan
dari kepercayaan orang lain (Russell & Bakken, 2002).
Independence (kemandirian) menurut Otto Rank adalah pembebasan
kehendak dari kekuatan-kekuatan dari dalam diri sendiri maupun dari
10
lingkungannya (misalnya dari orangtua) yang selama ini mendominasi,
pemilahan kepribadian antara kehendak dan kontrak-kehendak, dan integrasi
antara kehendak dan kontrak-kehendak menjadi pribadi yang harmonis
(Sarwono, 2007).
Perkembangan autonomy tidak berakhir setelah masa remaja. Sepanjang
masa dewasa, autonomy terus berkembang setiap kali seseorang tertantang untuk
bertindak dengan tingkatan baru dari kemandirian. Autonomy memiliki arti
khusus selama tahun-tahun pra-remaja dan remaja karena menandakan bahwa
remaja adalah orang independen yang unik dan mampu yang tidak terlalu
tergantung pada orangtua dan orang dewasa lainnya (Ruseell & Bakken, 2002).
Dari beberapa pendapat para ahli, Soetjiningsih (1993) menyimpulkan
bahwa kemandirian merupakan perilaku yang ditandai oleh adanya aktivitas
sendiri, kepercayaan diri, inisiatif, dan tanggung jawab. Menurut Wijayanti
(2011), kemandirian di artikan sebagai kepercayaan kepada diri sendiri ataupun
perasaan otonomi pada diri sendiri. Sedangkan, Bhatia (1977) mengemukakan
bahwa independency merupakan perilaku yang aktivitasnya diarahkan oleh diri
sendiri, tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain, dan bahkan mencoba
memecahkan atau menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa meminta bantuan
kepada orang lain (dalam Soetjiningsih, 1993).
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
kemandirian merupakan perilaku yang ditandai oleh adanya aktivitas sendiri,
kepercayaan diri, inisiatif, dan tanggung jawab (Soetjiningsih, 1993).
Kemandirian seorang individu dapat dilihat dari sisi berikut ini (Barnadib
dalam Rini, 2004):
11
a. Mampu mengambil keputusan
b. Memiliki kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya
c. Bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya
2. Aspek-Aspek Kemandirian
Berdasarkan penjelasan beberapa tokoh, Soetjiningsih (1993) membagi
empat aspek tentang kemandirian, yaitu :
a. Aktivitas sendiri
Aspek ini ditunjukkan dari tindakan yang dilakukan atas dorongan diri
sendiri, bukan karena dorongan atau tergantung orang lain. Di samping
itu, mampu mengendalikan tindakan-tindakannya sendiri dan mampu
mengatasi sendiri masalah yang dihadapi.
b. Kepercayaan diri
Aspek ini mencakup rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri,
penerimaan diri, dan memperoleh kepuasan dari usaha yang telah
dilakukan.
c. Inisiatif
Aspek ini mencakup adanya kemampuan untuk bertindak secara orisinil,
kreatif, eksploratif, penuh gagasan, dan mampu mengembangkan sikap
kritis.
d. Tanggung jawab
Aspek ini ditunjukkan dari adanya keinginan untuk maju, adanya usaha
mengejar prestasi dan tujuan secara bersungguh-sungguh, ulet, penuh
12
ketekunan, dan berani menanggung resiko atas tindakan-tindakan yang
telah diambil.
Disisi lain Steinberg (Russell & Bakken,2002) menjelaskan tiga tipe
autonomy, sebagai berikut :
a. Emotional Autonomy
Emotional Autonomy berkaitan denganemosi, perasaan pribadi dan
bagaimana kita berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Selama
awal masa remaja, remaja menjadi lebih terlibat dalam hubungan dengan
teman-teman. Pada masa remaja akhir, remaja lebih mandiri dan tidak
bergantung pada orang tua atau teman sebaya.
b. Behavioral Autonomy
Behavioral autonomy berhubungan dengan perilaku. Hal ini mengacu pada
kemampuan untuk membuat keputusan secara independen dan untuk
menindaklanjuti keputusan tersebut dengan tindakan. Sebagai anak muda,
gaya berpikir mereka juga tumbuh dan berubah. Mereka menyadari ada
banyak cara untuk melihat situasi apa pun, mulai mencari nasihat dari orang
lain dan mampu membandingkan satu pilihan dengan pilihan yang lain.
Mereka belajar bahwa setiap orang memiliki bias mereka sendiri, dan
mereka mulai merasa lebih percaya diri dalam kemampuan mereka untuk
mengambil keputusan.
c. Value Autonomy
Value autonomy berarti memiliki sikap independen dan keyakinan tentang
spiritualitas, politik, dan moral. Kemampuan remaja untuk berpikir secara
abstrak membantu mereka melihat perbedaan antara situasi umum dan
13
khusus, dan untuk membuat penilaian menggunakan pemikiran tingkat
tinggi. Pengembangan otonomi nilai berarti remaja meluangkan waktu untuk
mempertimbangkan tata nilai pribadinya. Dengan cara ini, remaja mencapai
kesimpulan independen merekasendiri tentang nilai-nilai teori, bukan hanya
menerima nilai-nilai teori dari teman atau nilai-nilai yang ditanam untuk
mengikuti.
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan aspek-aspek
kemandirian berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Soetjiningsih
(1993) untuk mengukur kemandirian mahasiswa yang merantau di Salatiga,
yaitu aspek aktivitas sendiri, kepercayaan diri, inisiatif, dan tanggung jawab.
C. Mahasiswa
Menurut PP RI No. 30 Tahun 1990 mahasiswa diartika sebagai peserta didik
yang terdaftar menuntut ilmu di perguruan tinggi tertentu. Selanjutnya Sarwono
menjelaskankan mahasiswa sebagai individu yang secara resmi terdaftar untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia 16-30 tahun
(Dilihatya.com). Penjelasan mengenai mahasiswa rantau dijelaskan oleh Winata
(2014) sebagai mahasiswa yang bukan berasal dari daerah dimana perguruan tinggi
tersebut berada dengan tujuan pembelajaran dan pengembangan
kompetensi.mahasiswa rantau adalah mahasiswa yang bukan berasal dari daerah
tersebut yang tujuan adalah kuliah, dan segera lulus.
14
D. Hubungan kemandirian dengan stress akademik
Proses akademik yang berlangsung di lembaga pembelajaran menuntut individu
agar mampu meregulasi diri serta resisten terhadap segala macam situasi-situasi
yang menekan sehingga nantinya mereka dapat menikmati proses pembelajaran
tersebut dengan maksimal. Tuntutan dan tekanan di lingkungan akademik sering
kali membuat mahasiswa kurang nyaman dan kurang mampu menikmati setiap
proses di dalamnya. Hal tersebut berimplikasi pada performansi akademik yang di
tunjukan. Tuntutan dan tanggung jawab mahasiswa berkaitan dengan proses
akademiknya bervariasi tidak terbatas pada pengembangan kemampuan akademik
semata namun kemampuan social dan pengembangan diri juga menjadi tanggung
jawab tersendiri bagi mereka. Hasil penelitian yang dilakukan Agolla & Ongori
(2009) menunjukan bahwa hal yang sering menjadi sumber stress bagi mahasiswa
adalah terkait dengan management waktu, tuntutan, dan tekanan di lingkungan
akademik. Selanjutnya mereka menjelaskan bahwa sumber-sumber stress tersebut
mengarah pada aktivitas-aktivitas seperti tugas perkuliahan, ketidakadekuatan peran
akademik, jadwal perkuliahan, sosialisasi antar mahasiswa, serta kecemasan tidak
mendapatkan pekerjaan setelah selesai berkuliah. Seorang individu di katakan
mandiri apabila mampu bertindak sendiri tanpa bantuan orang lain atau sedikit
bantuan dari orang lain (Yusuf, 2001). Individu pada umumnya memerlukan relasi
social dengan orang lain, namun tidak harus selamanya membutuhkan bantuan
dalam semua hal karena hal tersebut dapat berdampak buruk bagi perkembangan
diri dan pengembangan kemampuan individu tersebut.
Hasil penelitian yang dilakukan Widjono (2006) menemukan bahwa stress akan
muncul apabila tuntutan dan tekanan yang didapat oleh individu melebihi kapasitas
15
kemampuan penyesuaian dirinya. Hal tersebut dikarenakan ketidakmampuan
individu dalam beradaptasi dengan situasi dan lingkungan dimana ia berada. Hasil
penelitian tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Cristiyanti, dkk
(2010) yang menjelaskan bahwa kemampuan beradaptasi dengan situasi penuh
tuntutan dan tekanan mempengaruhi kondisi stress yang dialami individu.
Stress yang dihadapi individu membuat mereka berpikir untuk menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi sebagai sebagai bentuk reaksi atau respon mereka
untuk bertahan (Potter & Perry, 2005). Govaerst & Gregoire (2004) menjelaskan
bahwa jumlah mahasiswa yang mengalami stress meningkat setiap semesternya.
Stress yang paling umum dialami oleh mahasiswa adalah terkait dengan dunia
akademik yang dijalani. Selanjutnya mereka menambahkan bahwa stress akademik
merupakan sebuah situasi dimana individu mengalami tekanan hasil persepsi dan
penilaian tentang stressor akademik yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan
dan pendidikan di perguruan tinggi.
Kemadirian berkaitan dengan kemampuan individu menyesuaikan diri dengan
segala kondisi dimana ia harus bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang
diambil dan segala aktivitas yang dilakukan. Dengan kemandirian, seseorang dapat
memilih jalan hidupnya untuk berkembang dengan lebih mantap.Diharapkan remaja
memiliki kemandirian.Karena dengan demikian banyak hal positif yang bisa
diperoleh oleh para remaja tersebut, yaitu tumbuhnya rasa percaya diri, tidak
tergantung pada orang lain, tidak mudah dipengaruhi, dan bertambahnya
kemampuan berfikit secara objektif (Mu’tadin, 2002).Menurut Steinberg (2002),
kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan individu dalam bertingkah laku,
merasakan sesuatu, dan mengambil keputusan berdasar kehendaknya sendiri.
16
Mahasiswa yang mandiri dan cenderung dapat menyesuaikan diri lebih resisten
terhadap sumber stress yang ditemuinya. Hasil penelitian yang dilakukan Purwati
(2012) menjelaskan bahwa kebanyakan individu yang mandiri tidak begitu
memikirkan sumber stress apa yang akan ia temui dan cenderung mampu
meregulasi diri dengan baik ketika mengalami stress.
E. Hipotesis
Berdasarkan urian di atas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: terdapat
hubungan negatif signifikan antara kemandirian dengan stress akademik pada
mahasiswa perantau di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
17
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti oleh peneliti yaitu:
Variabel Bebas : Kemandirian
Variabel Terikat : Stress Akademik
1. Skala Kemandirian
Dalam penelitian ini pengukuran terhadap Kemandirian dilakukan dengan
menggunakan skala Kemandirian yang tersusun berdasarkan aspek-aspek kemandirian
yang sudah disimpulkan oleh Soetjiningsih (1993), yaitu :
a. Aktivitas sendiri.
b. Kepercayaan diri
c. Inisiatif
2. Skala Stres Akademik
Skala stress akademik yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada skala
stress akademik yang dikembangkan oleh Lin dan Chen (2009). Stress akademik
inventory menurut Lin dan Chen (2009) dikembangkan berdasarkan 7 faktor dalam
stress akademik yaitu teacher stress, result stress, test stress, studying in groups stress,
peer stress, time management stress and self-inflicted stress.
18
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah semua variabel yang mempunyai masalah yang akan diteliti
(Nursalam, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa perantau di
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling dengan beberapa kriteria seperti:
1. Mahasiswa perantau dari luar pulau Jawa
2. Mahasiswa tahun kedua (semester 4-7).
3. Mahasiswa yang tinggal dihunia kos.
4. Jumlah sampel 100 mahasiswa papua.
B. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif, yaitu
data yang merepresentasikan realitas yang disimbolkan secara numerik, hal ini
sesuai dengan pernyataan Simamora (dalam Azwar, 2012). Dalam pengumpulkan
data, penulis menggunakan alat ukur skala ukur psikologi.
Skala Kemandirian dan Skala Stress Akademik dalam penelitian ini terdiri dari
dua jenis item pernyataan yaitu favorable dan unfavorable. Pemberian skor dalam
skala ini menggunakan skala Likert yaitu ada empat pilihan jawaban : Sangat Sesuai
(SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Penilaian skala
mempunyai jenjang nilai dari 1 sampai 4. Untuk penilaian item favorable, subjek
akan memperoleh skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS); skor 3 untuk jawaban
Sesuai (S); skor 2 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS); skor 1 untuk jawaban Sangat
Tidak Sesuai (STS). Sedangkan pada penilaian item unfavorable, subyek akan
memperoleh skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS); skor 3 untuk
19
jawaban Tidak Sesuai (TS); skor 2 untuk jawaban Sesuai (S); skor 1 untuk jawaban
Sangat Sesuai (SS). Berikut ini adalah tabel skor yang diberikan pada setiap
alternative jawaban.
Tabel 3.1
Skor Alternatif Jawaban Skala Kemandirian dan Stres Akademik
Pilihan Jawaban Favorable Unfavorable
Sangat Sesuai 4 1
Sesuai 3 2
Tidak Sesuai 2 3
Sangat Tidak Sesuai 1 4
Nilai yang diperoleh pada setiap item pernyataan akan menggambarkan stress
akademik dan kemandirian yang dialami. Semakin tinggi nilai menunjukkan
semakin tinggi juga stress akdemik dan kemandirian mahasiswa yang merantau di
Salatiga. Sebaliknya, semakin rendah nilainya maka semakin rendah juga stress
akademik dan kemandirian mahasiswa.
Berikut ini adalah blueprint dari skala kemandirian pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2
Blueprint Skala Kemandirian
Aspek Item
Jumlah Favorable Unfavorable
Aktivitas Sendiri 5 4 9
Kepercayaan Diri 6 5 11
Inisiatif 6 5 11
Tanggung Jawab 7 2 9
Total 24 16 40
Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas Skala
kemandirian yang terdiri dari 40 item, diperoleh item yang gugur sebanyak 16 item,
sisa item yang tidak gugur sebanyak 24 item setelah pengujian sebanyak 2 kali.
Koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,301-0,597. Sedangkan teknik
pengukuran untuk menguji reliabilitas adalah menggunakan teknik koefisien Alpha
20
Cronbach, sehingga dihasilkan koefisien Alpha pada Skala stress akademik sebesar
0,864. Melihat data tersebut maka dapat dikatakan bahwa skala stress akademik
memiliki reliabilitas yang baik (Azwar, 1997). Selanjutnya merupakan blue print
skala stress akademik yang dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 3.3
Blueprint Skala Stress Akademik
Aspek Item
Jumlah
Teacher Stress 1,2,3,4,5,6,7,8,9
9
Result Stress 10,11,12,13,14 5
Tests Stress 15,16,17,18,19 5
Studying in groups stress 20,21,22,23 4
Peer stress 24,25,26,27 4
Time management 28,29,30 3
Self-inflicted stress 31,32,33,34 4
Total 34 34
Berdasarkan pada perhitungan uji seleksi item dan reliabilitas Skala stress
akademik yang berjumlah 34 item, diperoleh item yang gugur sebanyak 9 item, sisa
item yang tidak gugur sebanyak 25 item setelah pengujian sebanyak 2 kali
pengujian. Koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,492-0,728. Sedangkan
teknik pengukuran untuk menguji reliabilitas adalah menggunakan teknik koefisien
Alpha Cronbach, sehingga dihasilkan koefisien Alpha pada Skala stress akademik
sebesar 0,943. Melihat data tersebut maka dapat dikatakan bahwa skala stress
akademik memiliki reliabilitas yang baik (Azwar, 1997).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Deskriptif
Berikut adalah hasil perhitungan nilai rata-rata, minimal, maksimal, standar deviasi
dan interval (menurut Hadi, 2000) dari kemandirian pada mahasiswa yang merantau di
Salatiga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
21
Tabel 4.1
Kemandirian
Interval Kategori F % Mean SD
81,6 ≤ x ≤ 96 Sangat Tinggi 26 26%
75,49
8,19028 67,2 ≤ x < 81,6 Tinggi 59 59%
52,8 ≤ x < 67,2 Sedang 15 15%
38,4 ≤ x < 52,8 Rendah 0 0%
24 ≤ x < 38,4 Sangat Rendah 0 0%
Jumlah 100 100%
Maximum = 93
Minimum = 59
Dari tabel 4.1 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki
kemandirian yang berada pada kategori tinggi yaitu 59 mahasiswa atau sebesar 59%.
Kemudian juga mahasiswa yang memiliki kemandirian pada kelompok yang sangat
tinggi yaitu 26 mahasiswa atau sebesar 26%. Lalu pada mahasiswa dengan tingkat
kemandirian yang sedang yaitu 15 mahasiswa atau sebesar 15%. Kemudian di tingkat
kemandirian yang rendah pada mahasiswa sebesar 0 mahasiswa atau sebesar 0 %. Dan
yang terakhir dalam kelompok yang sangat rendah pada kemandirian pada mahasiswa
sebanyak 0 mahasiswa atau sebesar 0%. Skor paling rendah adalah 59, skor paling
tinggi adalah 93, dan rata-ratanya sebesar 75,49 dengan standar deviasi 8,19028.
Tabel 4.2
Kategori Stress Akademik
Interval Kategori F % Mean SD
85 ≤ x ≤ 100 Sangat Tinggi 13 13%
54,8600
12,32263 70 ≤ x < 85 Tinggi 58 58%
55 ≤ x < 70 Sedang 29 29%
40 ≤ x < 55 Rendah 0 0%
25 ≤ x < 40 Sangat Rendah 0 0%
Jumlah 100 100%
Maximum = 88
Minimum = 25
Dari tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar mahasiswa memiliki
Stress Akademik yang berada pada kategori tinggi yaitu 58 mahasiswa atau sebesar 58%.
22
Kemudian juga mahasiswa yang memiliki Stress Akademik pada kelompok yang sangat
tinggi yaitu 13 mahasiswa atau sebesar 13%. Lalu pada mahasiswa dengan tingkat
Stress Akademik yang sedang yaitu 29 mahasiswa atau sebesar 29%. Kemudian di
tingkat Stress Akademik yang rendah pada mahasiswa sebesar 0 mahasiswa atau sebesar
0 %. Dan yang terakhir dalam kelompok yang sangat rendah pada Stress Akademik
pada mahasiswa sebanyak 0 mahasiswa atau sebesar 0%. Skor paling rendah adalah 25,
skor paling tinggi adalah 88, dan rata-ratanya sebesar 54,8600dengan standar deviasi
12,32263.
Uji Asumsi
Uji asumsi yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji lineaitas. Uji
normalitas dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:
Tabel Skala 4.3 Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kemandirian Stress
N 100 100
Normal Parametersa Mean 75.4900 54.8600
Std. Deviation 8.19028 12.93263
Most Extreme
Differences
Absolute .099 .090
Positive .099 .090
Negative -.040 -.076
Kolmogorov-Smirnov Z .994 .904
Asymp. Sig. (2-tailed) .276 .387
a. Test distribution is Normal.
Pada Tabel Skala 4.3 pada kelompok Kemandirian diperoleh nilai K-S-Z sebesar
0,994 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,276 (p>0,05). Kelompok
23
Stress Akademik nilai K-S-Z sebesar 0,904 dengan probabilitas (p) atau signifikansi
sebesar 0,387. Dengan demikian kedua kelompok berdistribusi normal.
Sedangkan data hasil uji linearitas menunjukan skor Fbeda sebesar 0,707 dengan
signifikansi 0,855 (p> 0,0) sehingga dapat dikatakan variabel kemandirian dan stress
akademik memiliki hubungan yang linear.
Korelasi antara kemandirian dengan stress akademik
Korelasi antara kemandirian dengan stress akademik dapat dilihat pada tabel di beawah
ini:
Tabel Skala 4.4 Uji Korelasi
Correlations
Kemandirian Stress
Kemandirian Pearson
Correlation 1 -.041
Sig. (1-tailed) .342
N 100 100
Stress Pearson
Correlation -.041 1
Sig. (1-tailed) .342
N 100 100
Pada tabel 4.4 di atas dapat di definisikan bahwa korelasi antara kemandirian
dengan stress akademik adalah -0,041 dan tingkat signifikan antara keduanya adalah
0,342 pada populasi 100. Hal tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan
signifikan antara kemandirian dengan stress akademik pada mahasiswa perantauan di
Salatiga. Jadi, hipotesis yang mengatakan ada hubungan negatif signifikan antara
kemandirian dengan stress akademik ditolak.
24
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisa data penelitian mengenai Hubungan Antara kemandirian
dengan stress akademik pada mahasiswa perantauan di Kota Salatiga diperoleh skor
korelasi antara Kemandirian dengan Stress Akademik di peroleh hasil perhitungan
koefisien korelasi (r) sebesar -0,041 dengan signifikansi sebesar 0,342 (p > 0,05). Dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara kemandirian dengan
stress akademik pada mahasiswa perantauan di Kota Salatiga.
Tidak adanya korelasi diantara Kemandirian dan Stress Akademik mungkin dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Ada kemungkinan sebagian individu yang mandiri cenderung melakukan
aktivitasnya sendiri. Keyakinan individu dalam melakukan aktivitas sendiri terkadang
membawa pengaruh negatif dan memunculkan situasi stress. Hal tersebut dikarenakan
sikap mereka yang merasa mampu untuk menyelesaikan pekerjaan sendiri walaupun hal
tersebut sesungguhnya harus dikerjakan secara berkelompok. Beban kerja yang
berlebihan membuat mereka berada dalam situasi penuh tekanan. Hal tersebut sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan Davidson (2001) yang menemukan bahwa tugas
yang terlalu banyak, tuntutan yang berlebihan, serta deadline tugas dapat menjadi
sumber stress bagi pelajar.
Tidak signifikannya hubungan antara kemandirian dengan stress akademik juga
bisa dipengaruhi faktor lingkungan seperti keadaan lingkungan belajar dan orang-orang
yang berada di sekitar indiviu. Pada penelitian Armacort (dalam Rice, 1993) tentang
stressor pada 1301 pelajar di daerah pinggir kota di Wisconsin. Armacort menemukan
bahwa stres yang dialami oleh pelajar disana adalah karena merasa takut, aktivitas
sekolah, tekanan teman sebaya, dan kecocokan dengan lingkungan sekolah. Sumber
25
utama stres di sekolah adalah adanya harapan agar siswa sukses di bidang akademik,
kompetisi antar siswa yang terlihat lebih cerdas. Hal tersebut menunjukan fenomena
munculnya stress yang dialami individu lebih mengarah kepada persepsi individu
terhadap proses akademik yang berlangsung.
Bagi individu yang mendapat dukungan sosial lingkungan dalam proses
penyelesaian tugas kondisi-kondisi menekan tidaklah menjadikan mereka berada pada
situasi stress yang berlebihan dikarenakan beban yang mereka rasakan dapat dibagi
kepada anggota kelompok lain. Scarfi (2014) dalam penelitiannya menemukan bahwa
dukungan sosial yang diberikan lingkungan membantu dalam mengurangi perasaan
cemas, takut, dan stress yang dialami individu.
Melihat data kataegori kemandirian yang dimiliki mahasiswa perantauan di kota
Salatiga terlihat bahwa para mahasiswa perantau umumnya memiliki tingkat
kemandirian yang berada pada kategori sedang, namun hal tersebut tidak menjamin
mereka terhindar dari situasi stress karena stres dapat muncul dari berbagai macam
faktor. Data lain yang bisa dilihat adalah kategori stress akademik mahasiswa
perantauan yang tergolong tinggi pula.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan positif signifikan antara
kemandirian dengan stress akademik pada mahasiswa yang merantau di Kota Salatiga.
Sebagian besar mahasiswa yang merantau di Kota Salatiga memiliki Kemandirian yang
tinggi namun juga memiliki Stress Akademik yang tinggi tergolong tinggi pula.
26
Saran
Setelah penulis melakukan penelitian dan pengamatan langsung dilapangan serta
melihat hasil penelitian yang ada, maka berikut ini beberapa saran yang penulis ajukan:
1. Bagi Orang Tua agar tetap memberikan perhatian dan pendampingan
walaupun anaknya sudah merantau dan dirasa cukup mandiri. Hal tersebut
dimaksudkan untuk agar anak merasa diperhatikan dan membantu mereka
mengurangi perasaan stress yang dirasa karena mereka mempunyai tempat
berbagi berkaitan dengan kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
2. Bagi Mahasiswa diharapkan dapat mengatur waktu dengan benar dan
membuat jadwal pada aktivitas yang dilakukan terkait proses akademik
sehingga proses akademik dapat dinikmati dan mengurangi perasaan stress
yang dirasakan. Dan diharapkan juga mahasiswa dapat menjalin
hubungan/relasi dengan baik , tidak ada rasa sungkan untuk meminta tolong
sehingga tidak terjadi stress.
27
DAFTAR PUSTAKA
Agolla, J & Ongori, H. (2009). An Assesment of Academid Stress Among
Undergraduate Student: The Case of University of Bostwana. Educational
Research and Review. Vol. 4 (2) pp. 063-070
Azwar, S. (2012).Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka pelajar
American Accreditation HealthCare Comission. (2005). What is stress? [online] :
http://www.healthscout.com/ency/1/002059.html. (14 Juli 2015)
Christiyanti, D., Mustami’ah, D & Sulistiana. (2010). Hubungan antara Penyesuaian
Diri terhadap TuntutanAkademik dengan Kecenderungan Stres pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya. INSAN Vol. 12 No. 03,
Desember 2010
Davidson, J. (2001). Manajemen Waktu. Yogyakarta: Andi
DepDikNas.(2003). Undang-undang sistem pendidikan nasional. Jakarta.
Depdiknas. (2000). KepMenDikNas RI No 232/U/2000 tentang Pedoman penyusunan
kurikulum pendidikan tinggi. Jakarta.
Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : Remaja
Rosdakarya
Dilihatya.com. Informasi online. http://dilihatya.com/1951/pengertian-mahasiswa-
menurut-para-ahli. Diakses tanggal 28 Juli 2015
Economiholic.com_media pendidikan dan bisni. Tersedia di :http://www.ekonomi-
holic.com/2015/01/daftar-peringkat-universitas-terbaik.html diakses pada tanggal
28 Juli 2015
Elkind, D. (2001). The Hurried Child : Growing Up Too Fast Too Soon. United States
of America: Da Capo Press
Kusuma, P.P.& Uly G. (2008). Hubungan Antara Penyesuaian Diri Sosial Dengan Stres
Pada Siswa Akselerasi. Jurnal Keberbakatan dan Kreativitas. 02.01. Februari.
20-30
Lin, M. Y., & Chen, F. S. (2009). Academic stress inventory of students at universities
and colleges of technology. World Transactions on Engineering and Technology
Education Vol.7, No.2. Taiwan: WIETE
Mu’tadin, Z. (2002). Kemandirian Sebagai Kebutuhan Psikologis pada
Remaja.http://www.e-psikologi.com.5/1/05
Ogden, J. (2000). Health Psychology. Buckingham: Open University
Petra. (2001-2002). Gaya belajar.www.petra.ac.id.
28
Petrof, L. L. (2008). Stress, Adult Attachment, and Academic Success among
Community College Students. Open Access Theses and Dissertations from the
College of Education and Human Sciences. Paper 27.
http://digitalcommons.unl.edu/cehsdiss/27
Potter & Perry. (2005). Fundamental of Nursing: Concept, process & practice. (Asih,
Y. et. All. Penerjemah) Jakarta: EGC
Purwati. (2012). Tingkat Stress Akademik Pada Mahasiswa Reguler Angkatan 2010
Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia. Skripsi. Depok: UI
Rini.(2004). Pola Asuh Orangtua dalam Menumbuhkan Sikap Mandiri pada Anak
balita. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Bandung: UPI
Ross, dkk.(1999). Sources of stress among college students.http://web.ebscohost.com
Russell, S & Bakken, R.J. (2002). Development of autonomy in adolescence.
NebGuide. United State: Institute of Agriculture and Natural University of
Nebraska-Lincoln Extension. Diperoleh dari
www.ianrpubs.unl.edu/epublic/archive/g1449/build/g1449.pdf (diakses pada 29
April 2013, 17.17).
Sarafino, E. P. (2002).Health Psychology Biopsychological Interaction.2nd
ed. New John
Wiley and Sons Inc.
Sarwono, S.W. (2007). Psikologi remaja. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Scarfi, F. (2014). Pengaruh Self Efficacy dan Dukungan Sosial Terhadap Tingkat Stress
pada Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas Andalas dalam Menyelesaikan
Skripsi. Naskah Publikasi. Padang: Universitas Andalas.
Soetjiningsih, C.H. (1993). Kemandirian remaja suku jawa dan cina ditinjau dari
tahapan perkembangannya dari tingkat pendidikan ibu. Laporan Penelitian.
Salatiga: Pusat Bimbingan dan Konseling UKSW.
Spielberger, (1979). Examination stress and Test Anxiety. New York: Willey & Son
Steinberg, L. (2002). Adolescence.Sixth edition. New York: McGraw-Hill.
Sugiyono.(2005). Memahami Penelitian Kualitatif.Bandung: ALFABETA
Taylor,S.E. (1995). Health Psychology.3rd Edition. New York: Mc Graw Hill
International Yusuf, S. (2000). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya
Wijono, S. (2006). Pengaruh kepribadian type A dan peran terhadap stres kerja manajer
madya. INSAN Media Psikologi 2006, Vol. 8, No. 03, 188-197.
Winata, A. (2014). Adaptasi Sosial Mahasiswa Rantau Dalam Mencapai Prestasi
Akademik (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial Angkatan
2008 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bengkulu Di Kelurahan
29
Kandang Limun Kota Bengkulu). Skripsi. Bengkulu: Fakultas Ilmu Sosial Dan
Ilmu Politik Universitas Bengkulu
Wijayanti, A. (2011). Perbedaan pengaruh gaya mengajar dan kemandirian terhadap
hasil belajar passing bawah bola voli siswa putra kelas VII MtsNegeri Plupuh
Sragen. Skripsi (tidak diterbitkan). Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
UNS.Diperolehdarihttp://dglib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=23044
(diakses pada 24 April 2013, 16.40).