hubungan antara body image dengan kecemasan …€¦ · hubungan antara body image dengan kecemasan...

30
HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM (PUBLIC SPEAKING ANXIETY) PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA OLEH DON ESA ALDIANO 802012039 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2016

Upload: others

Post on 20-Oct-2020

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KECEMASAN BERBICARA

    DI DEPAN UMUM (PUBLIC SPEAKING ANXIETY) PADA MAHASISWA

    FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    OLEH

    DON ESA ALDIANO

    802012039

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

    Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2016

  • PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

    KEPENTINGAN AKADEMIS

    Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

    bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : Don Esa Aldiano

    NIM : 802012039

    Program Studi : Psikologi

    Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

    JenisKarya : Tugas Akhir

    Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW

    hal bebas royalti non-eksklusif (non-exclusive royalty freeright) atas karya ilmiah saya

    berjudul:

    HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KECEMASAN BERBICARA

    DI DEPAN UMUM (PUBLIC SPEAKING ANXIETY) PADA MAHASISWA

    FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    Dengan hak bebas royalti non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih

    media/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan

    mempublikasikan tugasakhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai

    penulis/pencipta.

    Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

    Mengetahui,

    Pembimbing

    Rudangta Arianti Sembiring, M.Psi

    Dibuat di: Salatiga

    Pada tanggal: 30 Agustus 2016

    Yang menyatakan,

    Don Esa Aldiano

  • PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

    Yang bertanda tangan dibawah ini:

    Nama : Don Esa Aldiano

    NIM : 802012039

    Program studi : Psikologi

    Fakultas : Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana

    Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

    HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KECEMASAN BERBICARA

    DI DEPAN UMUM (PUBLIC SPEAKING ANXIETY) PADA MAHASISWA

    FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    Yang dibimbing oleh:

    Rudangta Arianti Sembiring, M.Psi

    Adalah benar-benar hasil karya saya.

    Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau

    gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk

    rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya

    sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.

    Salatiga, 30 Agustus 2016

    Yang memberi pernyataan,

    Don Esa Aldiano

  • LEMBAR PENGESAHAN

    HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KECEMASAN BERBICARA

    DI DEPAN UMUM (PUBLIC SPEAKING ANXIETY) PADA MAHASISWA

    FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    Oleh

    Don Esa Aldiano

    802012039

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk

    Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

    Disetujui pada tanggal 30 Agustus 2016

    Oleh

    Pembimbing

    Rudangta Arianti Sembiring, M.Psi

    Diketahui oleh,

    Kaprogdi

    Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS.

    Disahkan oleh,

    Dekan

    Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2016

  • HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KECEMASAN BERBICARA

    DI DEPAN UMUM (PUBLIC SPEAKING ANXIETY) PADA MAHASISWA

    FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    Don Esa Aldiano

    Rudangta Arianti Sembiring

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2016

  • i

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara body image dengan

    kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa yang menginjak remaja akhir.

    Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

    menyebarkan 3 skala pada mahasiswa, yaitu skala body image, skala kepercayaan diri

    sebagai penghubung, dan skala kecemasan berbicara di depan umum. Responden

    penelitian ini diambil dari populasi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen

    Satya Wacana yang menginjak usia remaja (18-21 tahun). Penelitian ini menunjukan

    bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara body image dan kecemasan berbicara

    di depan umum pada mahasiswa yang diteliti, yang ditunjukan dengan nilai sig = 0,723

    (p > 0,05). Hal tersebut menandakan tidak adanya hubungan antara body image dengan

    kecemasan berbicara di depan umum pada responden penelitian.

    Kata kunci : body image, kepercayaan diri, kecemasan berbicara di depan

    umum, mahasiswa

  • ii

    ABSTRACT

    This study aims to determine the relationship between body image and public speaking

    anxiety to college student who reach late adolescence. To achieve these objectives, the

    researchers used a quantitative approach by deploy 3 scales on the college student, the

    scale of body image and self-confidence scale as a liaison, and public speaking anxiety

    scale. The respondents of this study were taken from the population of college students

    of the Faculty of Psychology Satya Wacana Christian University step on late adolescent

    (18-21 years). This study shows that there is no significant relationship between body

    image and public speaking anxiety on college students, shown with sig = 0.723 (p

    >0.05). This indicates the absence of a relationship between body image and anxiety of

    public speaking on the respondent.

    Keyword : body image, self-confidence, public speaking anxiety, college-

    students

  • 1

    PENGANTAR

    Pendahuluan

    Penampilan selalu berkaitan erat dengan perubahan fisik yang dialami

    mahasiswa yang menginjak masa remaja akhir, remaja sangat memperhatikan tubuhnya

    dan mengembangkan citra mengenai tubuhnya itu (Mueller dalam Santrock, 2012).

    Secara lebih spesifik Haditono (dalam Monks, 1998) mengatakan bahwa masa remaja

    akhir berumur 18 – 21 tahun. Dengan tampil menarik mahasiswa akan merasa dapat

    tampil dengan lebih meyakinkan dalam berbagai situasi. Penampilan menjadi perhatian

    utama bagi mahasiswa, khususnya berkaitan dengan tubuh secara fisik dibanding aspek-

    aspek lain dari kehidupan mahasiswa itu sendiri.

    Body image (citra diri) merupakan gambaran mental, evaluasi atau sikap

    subjektif yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya. Evaluasi atau sikap tersebut bisa

    berupa perasaan puas dan positif atau bisa juga berupa perasaan tidak puas dan negatif

    terhadap tubuh secara keseluruhan termasuk bentuk tubuh, ukuran tubuh, dan berat

    tubuh. Widiatmojo (2006) menjelaskan bahwa citra tubuh (body image) meliputi

    persepsi mengenai daya tarik fisik, persepsi mengenai ukuran dan berat tubuh, serta

    persepsi mengenai kepuasan terhadap aspek-aspek fisik tubuh. Cash & Deagle (dalam

    Jones, 2001) berpendapat bahwa body image adalah tingkat kepuasan seseorang

    terhadap fisiknya yang sekarang (ukuran, bentuk, penampilan secara umum).

    Cash (dalam Jones, 2001 ) menyebutkan beberapa dimensi dari body image,

    yaitu evaluasi penampilan (mengukur perasaan menarik atau tidak menarik, mengukur

    kepuasan atau ketidak puasan terhadap penampilan), orientasi penampilan (mengukur

    perhatian individu terhadap penampilannya), kepuasan area tubuh (mengukur kepuasan

    individu terhadap aspek-aspek tertentu dari penampilannya), kecemasan menjadi gemuk

  • 2

    (menggambarkan kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan akan berat badan), dan

    persepsi terhadap ukuran tubuh (menggambarkan bagaimana seseorang mempersepsi

    dan menilai berat badannya, dari yang sangat kurus sampai dengan yang sangat gemuk).

    Menurut Chaplin (1999) body image adalah ide seseorang mengenai penampilan

    badannya di hadapan orang lain. Body image adalah bagaimana cara seseorang

    memandang terhadap tubuhnya sendiri. Orang yang memiliki body image positif

    mencerminkan tingginya penerimaan jati diri, rasa percaya diri dan kepeduliannya

    terhadap kondisi badannya. Sedangkan kepercayaan diri dibutuhkan dalam proses

    komunikasi khususnya saat berbicara di depan umum. Kurangnya kepercayaan diri

    adalah salah satu faktor penyebab timbulnya kecemasan berbicara di depan umum

    (Thalisi dalam Lidyawati, 2005).

    Menurut hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, peneliti

    melihat bahwa mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana sangat

    memperhatikan penampilannya. Menurut hasil wawancara yang peneliti dengan

    beberapa mahasiswa, para mahasiswa tersebut merasa bahwa salah satu hal yang

    membuat mereka cemas saat dituntut untuk berbicara di depan umum adalah mengenai

    penampilan. Mereka merasa cemas saat harus memilih pakaian yang akan mereka

    gunakan saat ada presentasi, mereka juga merasa harus mempersiapkan diri serapih dan

    semenarik mungkin. Mereka juga merasa bahwa berat badan mereka bertambah dan hal

    tersebut membuat mereka kurang percaya diri, dan hal tersebut tentu saja menimbulkan

    kecemasan saat harus berbicara di depan umum.

    Banyak faktor yang berhubungan langsung dengan kepercayaan diri seseorang,

    salah satunya adalah penampilan fisik. Penampilan fisik sangat erat hubungannya

    dengan gambaran dan persepsi individu terhadap bentuk tubuhnya. Gambaran dan

  • 3

    persepsi inilah yang disebut body image. Schilder (dalam Grogan, 2008) menjelaskan

    bahwa body image adalah gambaran mengenai tubuh yang terbentuk dalam pikiran

    seseorang, atau dengan kata lain gambaran tubuh menurut dirinya sendiri.

    Menurut George dan Cristian (Santrock, 2003) kepercayaan diri sendiri adalah

    kemampuan berfikir rasional (rational belief) berupa keyakinan-keyakinan, ide-ide dan

    proses berpikir yang tidak mengandung unsur keharusan yang menuntut individu

    sehingga menghambat proses perkembangan dan ketika menghadapi problem atau

    persoalan mampu berpikir, menilai, menimbang, menganalisa, memutuskan dan

    melakukan. Rasa percaya diri (self confidence) adalah dimensi evaluatif yang

    menyeluruh dari diri.

    Lauster (2006) mendefinisikan kepercayaan diri sebagai suatu sikap atau

    perasaan yakin akan kemampuan diri sendiri sehingga seorang tidak terpengaruh oleh

    orang lain. Menurutnya, kepercayaan diri adalah bagian dari sifat kepribadian seseorang

    yang sangat penting, karena hal ini berpusat dari pengalaman serta kejadian masa lalu

    yang telah dialami oleh individu itu sendiri sehingga baik atau buruknya rasa percaya

    diri pada seseorang didasari oleh pengalaman yang sudah ia dapatkan.

    Teori Lauster (2006) tentang kepercayaan diri mengemukakan ciri-ciri percaya

    diri, yaitu percaya pada kemampuan sendiri (keyakinan atas diri sendiri terhadap segala

    fenomena yang terjadi yang berhubungan dengan kemampuan individu untuk

    mengevaluasi serta mengatasi fenomena yang terjadi tersebut), bertindak mandiri dalam

    mengambil keputusan (dapat bertindak dalam mengambil keputusan terhadap diri yang

    dilakukan secara mandiri atau tanpa adanya keterlibatan orang lain dan mampu untuk

    meyakini tindakan yang diambil), memiliki rasa positif terhadap diri sendiri (adanya

    penilaian yang baik dari dalam diri sendiri, baik dari pandangan maupun tindakan yang

  • 4

    dilakukan yang menimbulkan rasa positif terhadap diri dan masa depannya), dan berani

    mengungkapkan pendapat (adanya suatu sikap untuk mampu mengutarakan sesuatu

    dalam diri yang ingin diungkapkan kepada orang lain tanpa adanya paksaan atau rasa

    yang dapat menghambat pengungkapan tersebut).

    Menurut Rakhmat (2002) tidak semua kecemasan berbicara disebabkan kurang

    percaya diri, tetapi di antara berbagai faktor yang paling menentukan adalah percaya

    diri. Chaplin (1999) berpendapat bahwa kecemasan merupakan perasaan campuran

    berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai rasa-rasa mendatang tanpa sebab khusus

    untuk ketakutan tersebut. Hal tersebut sama dengan pernyataan Priest (dalam

    Rizkitawati, 2007) yang menggambarkan kecemasan sebagai sebuah rasa takut, rasa

    ketidaktentuan, bingung, serta ketidakpastian yang umum dialami oleh individu sebagai

    respons terhadap situasi yang mengancam Menurut Thalisi (dalam Rizkitawati, 2007)

    beberapa faktor yang menimbulkan kecemasan adalah faktor individu (rasa kurang

    percaya diri) dan faktor lingkungan, (hubungan individu dengan orang lain).

    Ada beberapa gejala umum yang sering dilaporkan oleh mereka yang mengalami

    kesulitan dalam berbicara di depan umum. Reaksi-reaksi kecemasan berbicara di depan

    umum (Whalen dan Rogers, 2004), antara lain reaksi fisiologis (terganggunya pola-pola

    normal dari aktivitas fisiologik yang ada), reaksi psikologis (reaksi yang berhubungan

    dengan gejala emosional), dan reaksi perilaku seperti hilang ingatan (termasuk

    ketidakmampuan pembicara untuk mengingat fakta atau angka secara tepat, dan

    melupakan hal-hal yang sangat penting, ataupun bentuk-bentuk kekacauan umum yang

    lain, seperti ucapan yang salah, tersumbatnya pikiran yang membuat individu tidak tahu

    apa yang harus diucapkan, mengulang kata, kalimat, atau pesan sehingga pembicara

    terdengar seperti radio atau kaset rusak, berbicara tidak lancar, tidak berani menatap

  • 5

    pendengar, memegang sesuatu untuk mencari kekuatan, meminta individu lain untuk

    menyampaikan idenya, melakukan gerakan tangan yang tidak terkontrol dan

    sebagainya).

    Berdasarkan uraian di atas,, mahasiswa yang memiliki body image tinggi

    seharusnya memiliki kepercayaan diri yang tinggi, dan seharusnya memiliki tingkat

    kecemasan yang rendah saat diharuskan berbicara di depan umum.

    Bagan 1.0

    Keterangan dari bagan di atas (lihat Bagan 1.0) adalah kepercayaan diri menjadi

    variabel penghubung antara body image dengan kecemasan berbicara di depan umum.

    Body image dan beberapa variabel lainnya saling mendukung dan berhubungan dengan

    kepercayaan diri, dan kepercayaan diri memiliki hubungan pula dengan kecemasan

    berbicara di depan umum.

    Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah, apakah body image memiliki

    hubungan negatif signifikan dengan kecemasan berbicara di depan umum, dengan

    kepercayaan diri sebagai variabel penghubung?

    Bertindak

    Mandiri

    Body

    Image

    Percaya

    kemampuan

    sendiri, dll

    Kepercayaan

    Diri

    Kecemasan

    Berbicara di

    Depan

    Umum

  • 6

    Hipotesis penelitian yang diajukan untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah

    sebagai berikut :

    1. Adanya hubungan positif yang signifikan antara body image dengan

    kepercayaan diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen

    Satya Wacana.

    2. Adanya hubungan negatif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan

    kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi

    Universitas Kristen Satya Wacana.

    3. Adanya hubungan negatif yang signifikan antara body image dengan

    kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Fakultas Psikologi

    Universitas Kristen Satya Wacana.

    METODE PENELITIAN

    Rancangan Penelitian

    Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif.

    Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai

    dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya

    (Arikunto, 2010). Jenis dari penelitian ini adalah kuantitatif korelasional yang bertujuan

    untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Dalam

    penelitian ini variabel yang ingin diketahui adalah hubungan antara body image,

    kepercayaan diri, dan kecemasan berbicara di depan umum (public speaking anxiety).

  • 7

    Variabel Penelitian

    Variabel dalam penelitian ini adalah body image sebagai variabel terikat (Y) ,

    kepercayaan diri sebagai variabel penghubung dan kecemasan berbicara di depan umum

    (public speaking anxiety) sebagai variabel bebas (X).

    Definisi Operasional

    1. Body image merupakan suatu gambaran atau persepsi individu terhadap

    bentuk tubuhnya yang diliputi perasaan puas maupun tidak puas terhadap

    bentuk dan ukuran tubuh secara keseluruhan yang bisa diukur atau dilihat

    melalui evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kepuasan area tubuh,

    kecemasan menjadi gemuk, dan persepsi terhadap ukuran tubuh (menurut

    Cash dalam Jones, 2001).

    2. Kepercayaan diri adalah merupakan suatu sikap atau perasaan yakin atas

    kemampuan sendiri sehingga individu yang bersangkutan tidak terlalu cemas

    dalam setiap tindakan, dapat bebas melakukan hal-hal yang disukai dan

    bertanggung jawab atas segala perbuatan yang dilakukan. Dengan memiliki

    ciri-ciri percaya pada kemampuan diri sendiri, bertindak mandiri dalam

    mengambil keputusan, memiliki rasa positif terhadap diri sendiri, dan berani

    mengungkapkan pendapat (menurut Lauster, 2006).

    3. Kecemasan berbicara di depan umum (public speaking anxiety) adalah suatu

    keadaan tidak menyenangkan yang dialami seseorang , sebagai akibat dari

    perasaan khawatir berkaitan dengan proses public speaking atau pada saat

    berbicara di depan banyak orang. Reaksi-reaksi kecemasan berbicara di

    depan umum, antara lain reaksi fisiologis, reaksi psikologis, dan reaksi

    perilaku (menurut Whalen dan Rogers, 2004).

  • 8

    Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

    Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa Fakultas Psikologi

    Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2014 dan 2015. Populasi berjumlah 185

    orang (angkatan 2014) dan 197 orang (angkatan 2015) dengan total populasi berjumlah

    384 orang.

    Karakteristik subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    a. Mahasiswa yang masih termasuk Remaja Akhir (Usia 18-21)

    b. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana angkatan 2014

    dan 2015

    Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau seluruh populasi, maka

    peneliti hanya meneliti sebagian dari populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian

    yang lebih dikenal dengan nama sampel. Sampel yang peneliti ambil berjumlah 41

    orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Incidental Sampling.

    Accidental Sampling menurut (Sugiyono 2009), adalah teknik penentuan sampel

    berdasarkan faktor spontanitas atau kebetulan, artinya siapa saja yang secara tidak

    sengaja bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel dan juga yang

    kebetulan ditemui itu cocok sebagai data, dimana sampel yang dipakai adalah

    mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW yang memiliki rentang usia antara 18 – 21 tahun.

    Teknik Pengumpulan Data

    Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa skala psikologi

    yang terdiri dari 3 skala, yaitu Skala Body Image, Skala Kepercayaan Diri, dan Skala

    Kecemasan Berbicara di Depan Publik . Item dalam skala-skala tersebut dikelompokkan

    dalam pernyataan favorable dan unfavorable (untuk skala kepercayaan diri dan skala

  • 9

    kecemasan berbicara di depan publik) dengan menggunakan 4 alternatif jawaban dari

    Skala Likert.

    Untuk memperoleh data dari penelitian ini, peneliti menggunakan skala

    penilaian guna mengukur body image, kepercayaan diri, dan kecemasan berbicara di

    depan publik. Skala body image yang dibuat oleh Cash (2002) yaitu BISS (Body Image

    States Scale) yang dimodifikasi oleh peneliti mencangkup dimensi dari body image

    (Cash dalam Jones, 2001) yaitu evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kepuasan

    area tubuh, kecemasan menjadi gemuk, persepsi terhadap ukuran tubuh. Sedangkan

    untuk mengukur kepercayaan diri, peneliti menggunakan angket milik Ika (2012) yang

    disusun menurut Lautser (2006) dengan komponen percaya pada kemampuan diri

    sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, memiliki rasa positif terhadap

    diri sendiri, berani mengungkapkan pendapat. Untuk skala terakhir yaitu kecemasan

    berbicara di depan umum, peneliti menggunakan adaptasi angket milik Rizkitawati

    (2007) yang disusun menurut reaksi-reaksi kecemasan menurut Whalen dan Rogers

    (2004) yaitu aspek fisiologis, aspek psikologis, dan aspek kognitif.

    Reliabilitas dan Seleksi Item

    Perhitungan reliabilitas Skala Body Image yang terdiri dari 6 item menggunakan

    metode test-retest dengan melibatkan 58 partisipan, tiga puluh satu partisipan diambil

    dari sampel penelitian, dua puluh tujuh partisipan lainnya di luar sampel penelitian,

    namun tetap menggunakan mahasiswa yang menginjak usia remaja akhir) dinyatakan

    semuanya valid dengan koefisien korelasi item totalnya` bergerak antara 0,336 sampai

    dengan 0,679 , dengan reliabilitas sebesar 0,802 (reliabilitas sangat tinggi). Selanjutnya

    pada perhitungan reliabilitas dan daya diskriminasi item Skala Kepercayaan Diri yang

    dihitung berdasarkan perhitungan oleh Ika (2012) yang terdiri dari 26 item dinyatakan

  • 10

    semuanya valid dengan koefisien korelasi item totalnya bergerak antara 0,316 sampai

    dengan 0,595 , dengan realibilitas sebesar 0,886 (reliabilitas sangat tinggi). Sedangkan

    berdasarkan pada perhitungan reliabilitas dan daya diskriminasi item Skala Kecemasan

    Berbicara di Depan Umum yang terdiri dari 28 item diuji menggunakan SPSS v17.0

    sebanyak dua kali, diperoleh item yang gugur sebanyak 1 item pada pengujian pertama,

    dan tidak ada item gugur setelahnya pada pengujian kedua, dengan koefisien korelasi

    item totalnya bergerak antara 0,291 sampai dengan 0,766 , dengan realibilitas sebesar

    0,908 (reliabilitas sangat tinggi).

    Teknik Analisis Data

    Menggunakan analisis korelasi Spearman’s Rho dengan kriteria tolak H0 jika

    angka sig. < 0,05.

    HASIL PENELITIAN

    Analisis Deskriptif

    Azwar menyatakan bahwa “tujuan kategorisasi adalah untuk menempatkan

    individu ke dalam kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum

    berdasar atribut yang diukur” (Azwar, 2012). Untuk membuat kategorisasi diperlukan

    mean teoretik dan satuan standar deviasi populasi. Berikut adalah rumus yang

    digunakan untuk membuat kategorisasi dalam penelitian ini.

    Skor Maksimal Instrumen = Jumlah soal x skor skala terbesar

    Skor Minimal Instrumen = Jumlah soal x skor skala terkecil

    Mean teoretik (µ) = 1/2 (Skor maksimal + Skor Minimal)

    Standar Deviasi Populasi (σ) = 1/6 (Skor maksimal – Skor minimal)

  • 11

    Berdasarkan perhitungan di atas, setiap responden akan digolongkan ke dalam empat

    kategori sebagai berikut.

    Tabel 1.0

    Rumus Empat Kategori

    Rentang Skor Kategori

    X > µ + 1σ Tinggi

    µ < X ≤ µ + 1σ Cukup Tinggi

    µ - 1σ < X ≤ µ Cukup Rendah

    X ≤ µ - 1σ Rendah

    Keterangan:

    X = Skor total tiap responden

    1. Body Image

    Kategorisasi Body Image

    Skor Maksimal = 6 x 4 = 24

    Skor Minimal = 6 x 1 = 6

    µ = 1/2 (24 + 6)

    = 15

    σ = 1/6 (24 – 6)

    = 3

    Kategori untuk body image adalah sebagai berikut :

    Tabel 1.1

    Kategori Body Image

    Rentang Skor Kategori Jumlah

    X > 18 Tinggi 7

    15 < X ≤ 18 Cukup Tinggi 26

    12 < X ≤ 15 Cukup Rendah 6

    X ≤ 12 Rendah 2

    Berdasarkan perhitungan di atas (lihat Tabel 1.1), mean teoritis untuk skala body

    image adalah 15, dan standar deviasi populasi untuk skala body image adalah 3. Pada

    hasil penelitian 7 orang memiliki body image yang tinggi, 26 orang memiliki body

    image cukup tinggi, 6 orang memiliki body image cukup rendah, dan 2 orang memiliki

    body image yang rendah.

  • 12

    2. Kepercayaan Diri

    Kategorisasi Kepercayaan Diri

    Skor Maksimal = 26 x 4 = 104

    Skor Minimal = 26 x 1 = 26

    µ = 1/2 (104 + 26)

    = 65

    σ = 1/6 (104 – 26)

    = 13

    Kategori untuk body image adalah sebagai berikut :

    Tabel 1.2

    Kategori Kepercayaan Diri

    Rentang Skor Kategori Jumlah

    X > 78 Tinggi 11

    65 < X ≤ 78 Cukup Tinggi 22

    52 < X ≤ 65 Cukup Rendah 8

    X ≤ 52 Rendah 0

    Berdasarkan perhitungan di atas (lihat Tabel 1.2), mean teoritis untuk skala

    kepercayaan diri adalah 65, dan standar deviasi populasi untuk skala kepercayaan diri

    adalah 13. Pada hasil penelitian 11 orang memiliki kepercayaan diri yang tinggi, 22

    orang memiliki kepercayaan diri cukup tinggi, dan 8 orang memiliki body image cukup

    rendah.

    3. Kecemasan Berbicara di Depan Umum

    Kategorisasi Kecemasan Berbicara di Depan Umum

    Skor Maksimal = 27 x 4 = 108

    Skor Minimal = 27 x 1 = 27

    µ = 1/2 (108 + 27)

    = 67,5

    σ = 1/6 (108 – 27)

    = 13,5

  • 13

    Kategori untuk body image adalah sebagai berikut :

    Tabel 1.3

    Kategori Kecemasan Berbicara di Depan Umum

    Rentang Skor Kategori Jumlah

    X > 81 Tinggi 2

    67,5 < X ≤ 81 Cukup Tinggi 10

    54 < X ≤ 67,5 Cukup Rendah 25

    X ≤ 54 Rendah 4

    Berdasarkan perhitungan di atas (lihat Tabel 1.3), mean teoritis untuk skala

    kecemasan berbicara adalah 67,5, dan standar deviasi populasi untuk skala kecemasan

    berbicara adalah 13,5. Pada hasil penelitian 2 orang memiliki kecemasan berbicara yang

    tinggi, 10 orang memiliki kecemasan berbicara cukup tinggi, 25 orang memiliki

    kecemasan berbicara cukup rendah, dan 4 orang memiliki kecemasan berbicara yang

    rendah.

    Berdasarkan uraian deskriptif di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

    sebagian besar partisipan dalam penelitian memiliki body image dan kepercayaan diri

    yang cukup tinggi, serta kecemasan berbicara di depan umum yang cukup rendah.

    Namun sebagian kecil masih memiliki body image dan kepercayaan diri yang cukup

    rendah, serta kecemasan yang cukup tinggi.

    Uji Validitas

    Uji validitas dilakukan menggunakan Content-Related Validity. Content-Related

    Validity melihat tingkat validitas alat ukur dengan cara mengevaluasi kesesuaian item

    dengan materi (bahan) yang akan dibuat tes. Untuk tingkat validitas ketiga alat ukur

    (skala body image, skala kepercayaan diri, dan skala kecemasan berbicara di depan

    publik) sudah baik dikarenakan sudah mencangkup setiap bagian dari teori yang

    digunakan dalam pembuatan alat ukur.

  • 14

    Uji Asumsi

    Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji

    linearitas. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini dihitung dengan

    menggunakan rumus One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Berdasarkan hasil

    pengujian normalitas diperoleh hasil skor body image berdistribusi normal yaitu p >

    0,05 (sig = 0,90). Untuk variabel kepercayaan diri diperoleh hasil berdistribusi normal

    dengan koefisien sebesar 0,748 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,631

    (p > 0,05). Sementara itu, variabel kecemasan berbicara di depan umum diperoleh hasil

    berdistribusi normal dengan koefisien sebesar 0,683 dengan probabilitas (p) atau

    signifikansi sebesar 0,739 (p > 0,05).

    Uji linieritas antara body image dengan kepercayaan diri didapatkan hasil f

    sebesar 1,229 dan signifikan sebesar 0,322, uji linieritas antara kepercayaan diri dengan

    kecemasan berbicara di depan umum didapatkan hasil f sebesar 1,364 dan signifikan

    sebesar 0,259 dan untuk uji linieritas antara body image dengan kecemasan berbicara di

    depan umum didapatkan hasil f sebesar 2,774 dan signifikan sebesar 0,019 (di bawah

    0,05) maka dinyatakan tidak linier.

  • 15

    Uji Korelasi

    Mengingat uji linieritas di atas, peneliti akhirnya menggunakan uji korelasi

    Spearman’s Rho dan mendapatkan hasil seperti ini :

    Tabel 2.0

    Hasil uji korelasi Spearman’s Rho

    Berdasarkan hasil perhitungan uji korelasi Spearman’s Rho (lihat Tabel 2.0)

    diketahui bahwa antara kecemasan berbicara di depan umum dengan kepercayaan diri

    menunjukkan koefisien korelasi r = -0,654 dengan signifikansi sebesar 0,001 (p < 0,05).

    Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara kecemasan

    berbicara di depan umum dengan kepercayaan diri pada mahasiswa Fakultas Psikologi

    UKSW, namun diketahui bahwa antara kecemasan berbicara di depan umum dan

    kepercayaan diri tidak menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dengan body

    image dikarenakan nilai signifikansi sebesar 0,723 dan 0,299 (p > 0,05). Hal tersebut

    menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara body image dengan

    kedua variabel lainnya yaitu kepercayaan diri dan kecemasan berbicara di depan publik.

  • 16

    PEMBAHASAN

    Melalui hasil analisis deskriptif, sebagian besar partisipan memiliki tingkat body

    image yang cukup tinggi, sebagian besar juga memiliki tingkat kepercayaan diri yang

    cukup tinggi, dan sebagian besar juga memiliki tingkat kecemasan yang cukup rendah.

    Hasil uji korelasi diketahui bahwa antara body image dengan kepercayaan diri tidak

    menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan. Hal tersebut dikarenakan faktor

    yang berhubungan dengan kepercayaan diri tidak hanya body image. Body image

    hanyalah salah satu dari sekian banyaknya faktor yang mendukung dan berhubungan

    dengan kepercayaan diri. Masih banyak faktor lainnya sebagai penentu serta

    berhubungan dengan kepercayaan diri seseorang, sehingga dalam memperoleh

    kepercayaan diri tersebut, seseorang membutuhkan faktor lainnya seperti percaya pada

    kemampuan sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, dan berani

    mengungkapkan pendapat (Lauster, 2006).

    Sedangkan pada hasil uji korelasi diketahui bahwa antara kecemasan berbicara

    di depan umum dengan kepercayaan diri menunjukkan adanya korelasi negatif yang

    signifikan sebesar -0,654 (p

  • 17

    (dalam Rizkitawati, 2007) mengenai penyebab kecemasan yaitu faktor individu yang

    memiliki rasa kurang percaya diri.

    Ketika kepercayaan diri yang merupakan penghubung antara body image dan

    kecemasan berbicara di depan umum tidak terbukti memiliki korelasi yang signifikan

    dengan body image, maka hasil yang sama pun didapatkan ketika peneliti mencoba

    mencari korelasi antara body image dengan kecemasan berbicara di depan umum.

    Argumen awal peneliti adalah body image memiliki hubungan yang signifikan dengan

    kepercayaan diri, dan kepercayaan diri memiliki hubungan yang signifikan dengan

    kecemasan berbicara di depan umum. Namun ketika peneliti menemukan hasil bahwa

    body image tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kepercayaan diri, maka

    hasil penelitian menyatakan bahwa body image tidak memiliki hubungan yang

    signifikan dengan kecemasan berbicara di depan umum, dimana kepercayaan diri

    merupakan variabel penghubung antara body image dengan kecemasan berbicara di

    depan umum ternyata membutuhkan faktor-faktor lain agar body image bisa

    berhubungan langsung dengan kepercayaan diri, seperti percaya pada kemampuan

    sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, dan berani mengungkapkan

    pendapat (dalam Lautser, 2006).

  • 18

    PENUTUP

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan sebelumnya, maka

    dapat disimpulkan bahwa :

    1. Tidak terdapat hubungan positif signifikan antara Body Image dengan

    Kepercayaan Diri.

    2. Terdapat hubungan negatif signifikan antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan

    Berbicara di Depan Umum.

    3. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Body Image dengan Kecemasan

    Berbicara di Depan Umum.

    Saran

    1. Bagi Mahasiswa yang Menginjak Masa Remaja Akhir.

    Kepercayaan Diri terbukti memiliki hubungan negatif dengan Kecemasan

    Berbicara di Depan Umum, maka kepada mahasiswa disarankan untuk agar tetap

    mempertahankan rasa kepercayaan dirinya agar mampu mengurangi kecemasan

    berbicara di depan umum, hal tersebut sesuai dengan hasil analisis deskriptif

    peneliti dimana sebagian besar partisipan (mahasiswa) memiliki kepercayaan diri

    yang cukup tinggi, dan memiliki kecemasan yang cukup rendah. Namun sebagian

    kecil masih memiliki kepercayaan diri yang cukup rendah, serta kecemasan yang

    cukup tinggi, salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan diri adalah dengan

    menumbuhkan sikap menghargai diri sendiri dan berpikir positif tentang

    penampilan diri sendiri, hal tersebut ditujukan agar mampu mengurangi

    kecemasan berbicara di depan umum.

  • 19

    2. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan penelitian ini diharapkan

    melakukan penelitian ke fakultas lain maupun universitas selain Fakultas

    Psikologi Universitas Satya Wacana, untuk mendapatkan data yang dapat

    melengkapi penelitian ini. Bagi peneliti selanjutnya juga diharapkan

    menambahkan aspek lainnya yang berhubungan dengan kepercayaan diri, misal

    percaya pada kemampuan sendiri, bertindak mandiri dalam mengambil keputusan,

    berani mengungkapkan pendapat untuk membantu menghubungkan body image

    dengan kepercayaan diri.

  • 20

    DAFTAR PUSTAKA

    Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

    Cipta.

    Astanti, I.Y. (2012). Arah hubungan antara kepercayaan diri dan gejala kecemasan

    komunikasi interpersonal pada siswa kelas VIII MTs NU Salatiga tahun ajaran

    2011/2012. Naskah Publikasi. Salatiga : Program Studi Bimbingan dan

    Konseling, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya

    Wacana Salatiga.

    Ayuni, A.F. (2014). Hubungan antara harga diri dengan body image pada wanita

    akseptor KB. (naskah diunduh dari :http://digilib.uinsby.ac.id/304/)

    Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Cash T.F. & Fleming E.C. (2012). Beyond body image as a trait. The Development and

    Validation of the Body Image States Scale. Virginia: Old Dominion University.

    Cash T.F. & Pruzinsky. (2002). Body image. A Handbook of Theory, Research and

    Clinical Practice. New York: Guilford Press.

    Chaplin, J. P. (1999). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: PT. Grafindo.

    Feist, J. & Feist, G.J. (2010). Teori kepribadian. Theories of Personality, Ed 7 Buku 2.

    Jakarta : Penerbit Salemba Humanika.

    Grogan, S. (2008). Body image. Understanding Body Dissatisfaction in Men, Women,

    and Children. New York: Routledge.

    Hadi, S. (2015). Metodologi riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Hurlock, E.B. (1999). Psikologi perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang

    Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

    Jones, D. C. (2001). Social comparison and body image. Attractiveness Comparison to

    Models and Peers among Adolescent Girls and Boys- Statistical Data Included.

    Sex Roles : A Journal of Research.

    Lauster, P. (2006). Tes kepribadian. Jakarta: Bumi Aksara.

    Lidyawati, Y. (2005). Kecemasan menghadapi kematian pada orang lanjut usia yang

    tinggal di panti wreda. Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga: Fakultas Psikologi

    UKSW.

    Masyhuri, (1991). Asas-asas komunikasi. Semarang: IKIP Semarang Press.

    Minnick, W.C. (1979). Public speaking. U.S.A: Houghton Mufflin Company.

    Monks, F. J. (1998) Psikologi perkembangan. Pengantar dalam berbagai bagiannya.

    Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

    http://digilib.uinsby.ac.id/304/

  • 21

    Perdana, A.W. (2012). Hubungan body image dengan penyesuaian diri pada remaja.

    Skripsi Publikasi. Salatiga : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

    Pusat Bahasa (Indonesia). (2008). Kamus besar bahasa Indonesia. Jakarta: PT.

    Gramedia Pustaka Utama.

    Putri, T.A. (2015). Hubungan antara body image dengan kepercayaan diri mahasiswi

    yang mengalami obesitas. Skripsi Publikasi. Surakarta : Fakultas Psikologi

    Universitas Muhammadiyah Surakarta.

    Rakhmat, J. (2011). Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Karya.

    Rizkitawati, A. (2007). Hubungan antara perilaku asertif dengan kecemasan public

    speaking pada mahasiswa psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

    Skripsi (tidak diterbitkan). Salatiga : Perpustakaan Pusat Universitas Kristen Satya

    Wacana.

    Rogers, N. (2004). Berani bicara di depan publik. Bandung: Penerbit Nuansa Cendikia

    Santrock, J.W. (2012). Life-span development, (Ed 13) Jilid 1. Jakarta : Penerbit

    Erlangga.

    Sarwono, SW. (2010). Psikologi remaja (edisi revisi). Jakarta: Raja Grasindo Persada.

    Sugiyono. (2009). Metode penelitian pendidikan. Bandung: Penerbit Alfa Beta.

    Tatuh, M.C. (2012). Hubungan antara kepercayaan diri dengan motivasi berprestasi

    pada siswa di SMA Negeri 1 Salatiga. Skripsi Publikasi. Salatiga : Fakultas

    Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

    Wahyuni, S. (2014). Hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan berbicara di

    depan umum pada mahasiswa psikologi. Skripsi diunduh dari :

    http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/

    http://ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2014/04/JURNAL%20SRI%20WAHYUNI%20(04-16-14-04-07-51).pdf