hubungan antara body image dengan kecenderungan … · 2019. 8. 27. · hubungan antara body image...

29
HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA REMAJA PUTRI OLEH VERONICA RIAWASTI DEWI 802014155 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2018

Upload: others

Post on 29-Jan-2021

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • HUBUNGAN ANTARA BODY IMAGE DENGAN

    KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF PADA REMAJA

    PUTRI

    OLEH

    VERONICA RIAWASTI DEWI

    802014155

    TUGAS AKHIR

    Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari

    Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2018

  • 1

    PENDAHULUAN

    Masa remaja merupakan masa individu mengalami masa transisi atau

    peralihan dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu mengalami

    perubahan-perubahan fisik serta perkembangan kognitif dan sosial (Agustiani,

    2006). Pada masa remaja inilah individu mengalami perubahan fisik yang sangat

    pesat dan mencapai puncaknya, sehingga remaja mengalami ketidakseimbangan

    emosional dalam banyak hal, yang menyebabkan dirinya ingin selalu menjadi

    pusat perhatian dan ingin menonjolkan diri (Sobur, 2003). Pada masa tersebut

    remaja juga dikatakan memiliki perhatian yang berlebihan (praokupasi) terhadap

    tubuhnya, terutama pada remaja putri (Santrock, 2007).

    Menurut Thompson dan Calogero (2010) remaja putri cenderung kurang

    puas dengan tubuhnya dan memiliki body image yang lebih negatif dibandingkan

    dengan remaja putra. Umumnya para remaja menyadari perubahan yang dialami

    mereka, khususnya perubahan dalam hal penampilan. Banyak remaja menghayati

    perubahan tubuh atau fisik mereka sebagai sesuatu hal yang ganjil, asing dan

    selalu membingungkan mereka. Perubahan fisik dan perhatian remaja mengenai

    perubahan pada tubuh serta penampilannya berpengaruh pada body image dan

    harga dirinya (self-esteem). Belum lagi penghayatan tubuh yang dialami pada

    remaja yang memiliki hambatan secara fisik seperti penyandang tuna daksa.

    Remaja yang mengalami cacat tubuh, menyebabkan individu tersebut

    membutuhkan alat bantu bergerak dan akan memengaruhi reaksi yang diberikan

    oleh orang lain. Reaksi yang mereka dapatkan dari lingkungan inilah yang akan

    membentuk komponen-komponen yang dapat membuat body image individu

  • 2

    menjadi tinggi atau rendah (Cash, dalam Sari 2004). Baron dan Bryne juga

    mengungkapkan bahwa remaja penyandang tuna daksa yang menerima reaksi

    negatif lebih mudah menyalahkan diri, mudah mengalami depresi dan cenderung

    menyalahkan atas tubuh dan penampilan yang dimilikinya (Sari, 2004). Dikatakan

    pula bahwa remaja dengan penyandang tuna daksa kurang memiliki pengalaman

    atau penghayatan tubuh yang positif yang menyebabkan penerimaan diri yang

    buruk serta menyebabkan individu tersebut merasa berbeda secara negatif

    (Karimah, 2015).

    Selain itu, perhatian yang berlebihan pada tubuhnya ini membuat remaja

    mulai berpikir untuk melakukan perubahan dalam hal penampilan. Salah satu hal

    yang menjadi kebutuhan remaja putri yang selalu harus dipenuhi adalah

    kecantikan. Kebutuhan untuk tampil cantik dan menarik membuat remaja putri

    memerlukan beberapa produk fashion, seperti pakaian, aksesori maupun kosmetik

    untuk menunjang penampilannya.

    Menurut Monks (dalam Anggraeni dan Mariyanti, 2006) remaja putri

    yang berusia antara 15 sampai 19 tahun juga dikatakan membelanjakan uangnya

    lebih banyak untuk keperluan menunjang penampilan diri seperti sepatu, pakaian,

    kosmetik, dan aksesori serta alat-alat yang mampu membantu kecantikan mereka

    dan membantu penampilan mereka agar terlihat menarik bagi orang yang berada

    di sekitarnya. Keinginan untuk membelanjakan uangnya untuk keperluan

    menunjang diri tersebut dapat meningkatkan kecenderungan remaja dalam

    terjadinya pembelian secara tiba-tiba atau impulsif.

    Murray (dalam Anin, Rasimin & Atamimi, 2000) mendefinisikan

    pembelian impulsif sebagai kecenderungan individu untuk membeli secara

  • 3

    spontan, reflektif, atau kurang melibatkan pikiran, dan dilakukan dengan segera.

    Pernyataan tersebut juga sependapat dengan Gasiorowska (2011) yang

    mendefinisikan pembelian impulsif sebagai pembelian yang tidak reflektif,

    sebenarnya tidak diharapkan, terjadi secara spontan, diiringi dengan munculnya

    keinginan yang mendadak untuk membeli produk-produk tertentu. Dengan kata

    lain, pembelian impulsif adalah pembelian yang bersifat hedonis (karena lebih

    mementingkan masalah kesenangan atau kepuasan), bukan pertimbangan yang

    lebih mementingkan fungsi dari produk yang akan dibeli. Verplanken dan

    Herabadi (2001) juga menjelaskan bahwa pembelian impulsif disebut sebagai

    pembelian tidak rasional, atau dilakukan oleh konsumen atau individu

    berdasarkan keinginan, suasana hati, atau lebih didorong oleh faktor emosi

    dibandingkan membeli produk barang karena diperlukan atau dibutuhkan.

    Verplanken dan Herabadi (2001) juga menjelaskan dua aspek dalam pembelian

    impulsif, yaitu, 1) Kognisi, yang meliputi kurangnya perencanaan dan

    pertimbangan kegunaan barang. Melakukan pembelian secara tiba-tiba dan tidak

    rasional. Pembelian impulsif juga dianggap sebagai pembelian yang dilakukan

    tanpa adanya kesadaran dan atensi, sehingga dikatakan sebagai perilaku yang

    otomatis atau tiba-tiba. 2) Afektif, munculnya perasaan senang dan puas ketika

    berhadapan dengan produk, yang kemudian memuncul keinginan atau dorongan

    seketika untuk memilih produk, sehingga kurang adanya kontrol dari dalam diri.

    Menurut Loudon & Bitta (dalam Widawati, 2011) faktor-faktor yang

    memengaruhi pembelian impulsif adalah demografi, karakter sosial ekonomi,

    kepribadian dan konsep diri, yang salah satu komponen dari konsep diri adalah

    body image (Daniels, Grendell & Wilkins, 2009). Body image dijelaskan oleh

  • 4

    Thompson (dalam, Ridha 2013) sebagai perasaan seseorang terhadap tubuhnya,

    atau didefinisikan sebagai gambaran seberapa jauh individu merasa puas dan

    menerima bagian-bagian tubuhnya serta penampilan fisik secara keseluruhan.

    Cash (dalam Nurvita dan Handayani, 2009) menjelaskan body image sebagai

    pengalaman individu berupa persepsi terhadap bentuk dan berat tubuhnya, serta

    perilaku yang mengarah pada evaluasi individu tersebut terhadap penampilan

    fisiknya. Cash (dalam Nurvinta dan Handayani, 2009) juga menjabarkan aspek-

    aspek body image, yaitu a) Evaluasi penampilan (appearance evaluation),

    penilaian tentang perasaan tingkat bahagia, menarik dan kepuasan mengenai

    penampilan secara keseluruhan baik penilaian dari diri sendiri maupun reaksi dari

    orang lain. b) Orientasi penampilan (appearance orientation). Usaha yang

    dilakukan individu untuk memperbaiki penampilannya baik melalui upaya

    merubah penampilan atau melakukan perawatan. c) Kepuasan terhadap bagian

    tubuh (body area satisfaction), tingkat kepuasan individu terhadap bagian tubuh

    secara spesifik, d) kecemasan terhadap berat badan (weight preocupation),

    kecemasan individu mengenai berat badannya baik itu kegemukan dan kekurusan

    yang ditampilkan dengan mengatur pola makan.

    Cash (dalam Nurvita dan Handayani, 2009) juga menjelaskan body image

    sebagai sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya, berupa penilaian positif

    dan negatif. Body image positif dan negatif inilah yang menjadi pengaruh dari

    kebutuhan remaja untuk membeli barang yang dapat menunjang penampilan diri.

    Body image yang positif maka pembelian, penggunaan, dan pengeluaran uang

    dapat digunakan secara rasional. Namun dengan body image negatif, akan

    berdampak pada pemakaian kosmetik atau pembelian barang penunjang

  • 5

    penampilan yang berlebihan sehingga menimbulkan pengeluaran dan kebiasan

    yang konsumtif atau impulsif. Body image juga dijelaskan sebagai cara pandang

    individu mengenai gambaran dirinya sebagai makhluk yang berfisik. Oleh

    karenanya, body image sering dikaitkan dengan karakteristik fisik termasuk dalam

    hal berpenampilan secara umum (Thompson & Calogero, 2010). Adapun

    pembelian impulsif yang dilakukan remaja terhadap produk fashion tersebut ada

    kaitannya terhadap body image remaja tersebut. Pandangan remaja terhadap

    tubuhnya membuat remaja tidak ingin penampilan mereka terlihat buruk

    dihadapan orang lain, sehingga pembelian produk fashion tersebut ada kaitannya

    dengan keinginan remaja untuk menunjang penampilan dirinya. Kebutuhan yang

    terus-menerus dan tidak pernah merasa puas ini berdampak pada mengonsumsi

    produk yang hanya mementingkan kepuasaan akan menimbulkan perilaku

    pembelian impulsif.

    Pada tanggal 12 Maret 2018, peneliti melaksanakan kegiatan wawancara

    kepada salah satu guru Bimbingan Konseling di SMA Negeri 1 Semarang.

    Sekolah yang mendapat predikat sebagai sekolah berwawasan lingkungan tersebut

    juga memiliki image sebagai sekolah yang siswa-siswinya berasal dari kalangan

    ekonomi menengah hingga atas. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh

    peneliti, didapatkan data bahwa beberapa remaja putri disana, memiliki body

    image yang negatif. Diantaranya memandang dirinya kurang cantik, hidungnya

    kurang mancung, terlalu gemuk, hingga menyalahkan orang tuanya akibat

    penampilannya yang dia anggap kurang. Dua anak yang memiliki body image

    yang negatif juga dikatakan sempat dibawa ke psikiater akibat penilaian dirinya

    yang salah. Hasil wawancara lainnya didapatkan data bahwa remaja putri di SMA

  • 6

    Negeri 1 Semarang lebih memiliki kecenderungan pembelian impulsif

    dibandingkan dengan remaja putra. Remaja putri disana terbiasa menggunakan

    sepatu dan tas yang berharga mahal, dan biasanya memiliki kecenderungan

    mengikuti teman yang lain untuk membeli sesuatu yang hanya didasarkan pada

    keinginan, atau faktor emosionalnya saja. Bahkan mereka memiliki

    kecenderungan untuk membeli secara impulsif atau spontan pada produk fashion

    yang dapat menunjang penampilan dirinya. Akan tetapi dari beberapa remaja putri

    yang memiliki kecenderungan pembelian impulsif tersebut dikatakan bahwa

    mereka tetap memiliki body image yang relatif baik atau positif.

    Menurut Thompson dan Calogero (2010) dijelaskan bahwa remaja

    perempuan usia 11 hingga 18 tahun dilaporkan mengalami ketidakpuasan tubuh

    terhadap penampilannya yang lebih besar dibandingkan remaja putra. Dikatakan

    bahwa perempuan memiliki lebih banyak kecemasan dan keyakinan negatif

    mengenai tubuh mereka. Hasil penelitian lain yang didapatkan oleh Reynold

    (dalam Sari, 2009) menunjukkan bahwa remaja putri memiliki kecenderungan

    lebih besar dalam berperilaku konsumtif kearah perilaku membeli yang impulsif

    dibanding remaja putra karena mereka membelanjakan uangnya lebih banyak

    untuk menunjang penampilan diri seperti membeli busana, sepatu, kosmetik, dan

    aksesori. Dikatakan pula bahwa seorang remaja membeli secara impulsif jika

    mereka mempersepsikan aspek dirinya kurang ideal terutama penampilannya.

    Barang-barang yang berhubungan dengan image diri seperti make-up dan fashion

    (pakaian, sepatu dan tas) akan memancing pembelian impulsif remaja putri.

    Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara body

    image dan kecenderungan pembelian impulsif yang dilakukan oleh Murtiyanto

  • 7

    (2016) dan Rosari (2017) menunjukkan hubungan yang negatif antara body image

    dengan pembelian impulsif, yang berarti semakin positif body image maka

    semakin rendah kecenderungan pembelian impulsifnya, dan sebaliknya semakin

    negatif body image maka semakin tinggi kecenderungan pembelian impulsifnya.

    Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lucas dan Koff (2016)

    yang menunjukkan bahwa body image yang negatif seperti ketidakpuasan dalam

    hal berpenampilan tidak memengaruhi kecenderungan pembelian impulsif.

    Adanya perbedaan hasil penelitian yang muncul inilah yang menyebabkan peneliti

    tertarik meneliti kembali masalah ini. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

    untuk mengetahui hubungan yang negatif antara body image dengan

    kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri di SMA Negeri 1 Semarang.

    Hipotesis

    Ada hubungan negatif antara body image dengan pembelian impulsif pada remaja

    putri.

  • 8

    METODE PENELITIAN

    Jenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan

    desain korelasional.

    Variabel Penelitian

    1. Variabel (X) : Body Image

    Body image merupakan evaluasi atau sikap individu terhadap tubuhnya

    bisa berupa perasaan suka, puas atau positif yang ditunjukkan dengan

    penerimaan terhadap tubuhnya atau bisa berupa perasaan tidak suka, tidak

    puas atau negatif seseorang terhadap atribut fisik pada tubuhnya seperti

    ukuran tubuh, berat badan dan bentuk tubuh sehingga dapat melahirkan suatu

    penilaian yang positif atau negatif pada dirinya tersebut.

    2. Variabel (Y) : Pembelian Impulsif

    Pembelian impulsif merupakan pembelian yang tidak reflektif,

    sebenarnya tidak diharapkan, terjadi secara spontan, diiringi dengan

    munculnya keinginan yang mendadak untuk membeli produk-produk tertentu

    dan lebih mengutamakan faktor emosional dibandingkan rasional.

    Populasi dan Sampel Penelitian

    Peneliti mengambil populasi siswa SMA Negeri 1 Semarang dengan

    teknik pengambilan sampel, purposive sampling. Purposive sampling digunakan

    apabila sasaran sampel yang diambil sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan

    sebelumnya. Peneliti mengambil populasi kelas X SMA Negeri 1 Semarang yang

  • 9

    berjumlah 210 dan mengambil 101 siswi untuk dijadikan subjek. Kriteria dalam

    penelitian ini yaitu, remaja putri berusia 15-17 tahun, dan tidak mengalami cacat

    tubuh.

    Metode dan Pengumpulan Data

    Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala body image

    dan skala pembelian impulsif.

    a) Body Image

    Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data body image adalah

    dengan menggunakan skala body image yang disusun oleh peneliti

    sebelumnya (Setyaningsih, 2013) dan dimodifikasi oleh peneliti serta disusun

    berdasarkan aspek-aspek body image yang dikemukakan oleh Cash yang

    meliputi : appearance evaluation (evaluasi penampilan), appearance

    orientation (orientasi penampilan), body area satisfaction (kepuasan terhadap

    bagian tubuh), dan overweight preoccupation (kecemasan menjadi gemuk).

    Skala ini terdiri atas 52 butir soal pernyataan.

    Tabel 1.Reliabilitas Skala Body Image

    Reliability Statistics

    Cronbach's

    Alpha

    Cronbach's

    Alpha Based on

    Standardized

    Items N of Items

    .879 .911 52

    Berdasarkan hasil uji reabilitas tabel di atas, diketahui jumlah item

    variabel body image sebanyak 52 item. Berdasarkan hasil uji seleksi item gugur

  • 10

    sebanyak 17 item dan item dengan daya deskriminasi baik sebanyak 35 item serta

    memiliki nilai diskriminasi item yang bergerak dari 0,301 sampai 0,717 dengan

    koefisien Cronbach’s alpha sebesar 0,879 sehingga skala body image dalam

    penelitian ini dinyatakan reliabel.

    a) Pembelian Impulsif

    Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pembelian impulsif adalah

    dengan menggunakan skala Impulse Buying Tadency yang dikemukakan oleh

    Verpaklen dan Herabadi (2001) diantaranya : Aspek Kognitif dan Aspek Afektif.

    Skala ini terdiri atas 24 butir soal pernyataan.

    Tabel 2. Reliabilitas Skala Pembelian Impulsif

    Berdasarkan hasil uji reabilitas tabel di atas, diketahui jumlah item

    variabel pembelian impulsif sebanyak 24 item. Berdasarkan hasil uji seleksi item

    gugur sebanyak 4 item dan item dengan daya deskriminasi yang baik sebanyak 20

    item serta memiliki nilai diskriminasi item yang bergerak dari 0,320 sampai 0,711

    dengan koefisien Cronbach’s alpha sebesar 0,874 sehingga skala pembelian

    impulsif dalam penelitian ini dinyatakan reliabel.

    Reliability Statistics

    Cronbach's Alpha

    Cronbach's Alpha

    Based on

    Standardized

    Items N of Items

    .874 .873 24

  • 11

    HASIL PENELITIAN

    Analisa Deskriptif

    a) Variabel Body Image

    Variabel body image memiliki item dengan daya diskriminasi yang

    baik berjumlah 52 item, dengan jenjang skor antara 1 sampai dengan 4.

    Skor tertinggi adalah 208 dan skor terendah adalah 52.

    Pembagian interval dilakukan menjadi tiga kategori, yaitu tinggi,

    sedang dan rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi

    jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya

    dengan jumlah kategori.

    Tabel 3. Kategorisasi Hasil Pengukuran Skala Body Image

    No Interval Kategorisasi N % Mean

    1 156 < x ≤ 208 Tinggi 17 16,83%

    141,18 2 104 < x ≤ 156 Sedang 81 80,20%

    3 52 ≤ x ≤ 104 Rendah 3 2,97%

    Jumlah 101 100%

    Berdasarkan tabel di atas, maka didapati bahwa kategori tinggi

    memiliki persentase sebesar 16,83%, kategori sedang sebesar 80,20% dan

    kategori rendah sebesar 18,81%. Nilai mean sebesar 2,97% menunjukkan

    rata-rata skor body image siswi masuk ke dalam kategori sedang.

  • 12

    b) Variabel Pembelian Impulsif

    Variabel pembelian impulsif memiliki item dengan daya

    diskriminasi yang baik berjumlah 24 item, dengan jenjang skor antara 1

    sampai dengan 4. Skor tertinggi adalah 96 dan skor terendah adalah 24.

    Pembagian interval dilakukan menjadi tiga kategori, yaitu tinggi,

    sedang dan rendah. Pembagian interval dilakukan dengan mengurangi

    jumlah skor tertinggi dengan jumlah skor terendah dan membaginya

    dengan jumlah kategori

    Tabel 4. Kategori Skor Pembelian Impulsif

    No Interval Kategorisasi N % Mean

    1 72 < x ≤ 96 Tinggi 3 2,97

    55,35

    2 48 < x ≤ 72 Sedang 79 78,22

    3 24 ≤ x ≤ 48 Rendah 19 18,81

    Jumlah 101 100%

  • 13

    Uji Normalitas

    Penelitian ini menggunakan uji normalitas dengan menggunakan One-

    Sample Kolmogorov-Smirnov Test dimana hasil uji normalitas dapat ditentukan

    dengan melihat nilai Asymp. Sig yaitu p>0,05. Berdasarkan ketentuan tersebut

    hasil uji normalitas menunjukkan bahwa variabel body image memiliki nilai K-S-

    Z sebesar 0,723 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,673 (P>0,05).

    Variabel pembelian impulsif memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,672 dengan

    probabilitas (p) atau signifikasnsi sebesar 0, 757 (P>0,05). Hal ini

    menggambarkan bahwa distribusi atau sebaran data variabel body Image dan

    pembelian impulsif adalah normal, ditunjukkan pada table

    Tabel 5. Uji normalitas Body Image dengan Pembelian Impulsif

    One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

    body image

    pembelian

    impulsive

    N 101 101

    Normal Parametersa Mean 141.18 56.35

    Std. Deviation 19.465 8.992

    Most Extreme

    Differences

    Absolute .072 .067

    Positive .059 .045

    Negative -.072 -.067

    Kolmogorov-Smirnov Z .723 .672

    Asymp. Sig. (2-tailed) .673 .757

    a. Test distribution is Normal.

  • 14

    Uji Linier

    Hasil uji linieritas menunjukkan signifikansi 0,227 ( p > 0,05) sehingga

    menunjukkan adanya hubungan yang linear antara body image dengan pembelian

    impulsive.

    Tabel 6. Uji Linier Body Image dengan Pembelian Impulsif

    Uji Korelasi

    Berdasarkan hasil pengujian uji korelasi diperoleh koefisien korelasi

    antara body image dengan pembelian impulsif sebesar -0,394 dengan sig = 0,000

    (p = < 0,05) yang berarti ada hubungan yang negatif signifikan antara body image

    dengan pembelian impulsif. Artinya, semakin tinggi body image semakin rendah

    kecenderungan pembelian impulsifnya, dan juga sebaliknya.

    ANOVA Table

    Sum of

    Squares Df

    Mean

    Square F Sig.

    pembelian impulsif

    * body image

    Between

    Groups

    (Combined) 5069.088 51 99.394 1.615 .047

    Linearity 1256.725 1 1256.725 20.419 .000

    Deviation from

    Linearity 3812.363 50 76.247 1.239 .227

    Within Groups 3015.783 49 61.547

    Total 8084.871 100

  • 15

    Tabel 7. Uji Korelasi Body Image dengan Pembelian Impulsif

    Correlations

    body image

    pembelian

    impulsif

    body image Pearson Correlation 1 -.394**

    Sig. (1-tailed) .000

    N 101 101

    pembelian impulsive Pearson Correlation -.394** 1

    Sig. (1-tailed) .000

    N 101 101

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

  • 16

    PEMBAHASAN

    Berdasarkan penelitian mengenai hubungan antara body image dengan

    pembelian impulsif pada siswi SMA Negeri 1 Semarang, didapatkan hasil dari uji

    korelasi yang menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar -0,394 dengan taraf

    signifikan sebesar 0,000 (p > 0,05), sehingga hipotesis yang diajukan oleh

    peneliti, yaitu adanya hubungan negatif antara body image dengan pembelian

    impulsif, diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi body image yang

    dimiliki oleh individu maka, semakin rendah kecenderungan pembelian

    impulsifnya dan begitu juga sebaliknya semakin rendah body image maka,

    semakin tinggi kecenderungan pembelian impulsifnya.

    Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh

    Murtiyanto (2016) dan Rosari (2017) dengan hasil korelasi menunjukkan

    hubungan yang negatif antara body image dengan pembelian impulsif. Siswi atau

    remaja putri yang cenderung memiliki body image yang tinggi cenderung

    memiliki pembelian impulsif yang rendah, dan juga sebaliknya. Body image yang

    didefinisikan sebagai perasaan seseorang terhadap tubuhnya, atau gambaran

    seberapa jauh individu merasa puas dan menerima bagian-bagian tubuhnya serta

    penampilan fisik secara keseluruhan berupa penilaian positif dan negatif. Body

    image positif dan negatif inilah yang menjadi pengaruh dari kebutuhan untuk

    membeli barang yang dapat menunjang penampilan diri. Body image yang positif

    maka pembelian, penggunaan, dan pengeluaran uang dapat digunakan secara

    rasional. Namun dengan body image negatif dan rendah, akan berdampak

    pembelian secara spontan atau menggunakan faktor emosi saat mengambil

    keputusan untuk membeli barang. Adapun kecenderungan pembelian impulsif

  • 17

    pada remaja terhadap produk fashion ada kaitannya dengan body image,

    pembelian impulsif terjadi ketika remaja memiliki keinginan yang kuat untuk

    memiliki barang dengan bertindak seketika guna mendapatkan produk yang dirasa

    dapat menunjang penampilan dirinya. Atau dengan kata lain, presepsi atau

    penilaian negatif remaja terhadap tubuhnya mendorong remaja melakukan

    pembelian secara impulsif sebagai upaya meningkatkan penampilan diri.

    Menurut Thompson dan Calogero (2010) dijelaskan bahwa remaja putri

    usia 11 hingga 18 tahun dilaporkan mengalami ketidakpuasan tubuh terhadap

    penampilannya yang lebih besar dibandingkan remaja putra. Dikatakan bahwa

    perempuan memiliki lebih banyak kecemasan dan keyakinan negatif mengenai

    tubuh mereka. Adapun pembelian impulsif yang dilakukan remaja terhadap

    produk fashion tersebut ada kaitannya terhadap body image remaja tersebut.

    Pandangan atau kecemasan negatif remaja terhadap tubuhnya membuat mereka

    tidak ingin penampilan mereka terlihat buruk dihadapan orang lain. Kebutuhan

    yang terus-menerus dan tidak pernah merasa puas pada pembelian produk-produk

    fashion menimbulkan kecenderungan perilaku pembelian impulsif.

    Hasil penelitian lain yang didapatkan oleh Reynold (dalam Sari, 2009)

    menunjukkan bahwa remaja putri memiliki kecenderungan lebih besar dalam

    berperilaku konsumtif ke arah perilaku membeli yang impulsif dibanding remaja

    putra karena mereka membelanjakan uangnya lebih banyak untuk menunjang

    penampilan diri seperti membeli busana, sepatu, kosmetik, dan asesoris.

    Dikatakan pula bahwa seorang remaja membeli secara impulsif jika mereka

    mempersepsikan aspek dirinya kurang ideal terutama penampilannya. Barang-

    barang yang berhubungan dengan image diri seperti make-up dan fashion

  • 18

    (pakaian, sepatu dan tas) akan memancing pembelian impulsif remaja putri. Selain

    itu dijelaskan pula oleh Cash (dalam Nurvita dan Handayani, 2009) bahwa

    memiliki body image yang positif maka akan berpengaruh terhadap pembelian,

    penggunaan, dan pengeluaran uang secara rasional. Namun dengan body image

    negatif, akan berdampak pada pemakaian kosmetik atau pembelian barang

    penunjang penampilan yang berlebihan sehingga menimbulkan kecenderungan

    perilaku pembelian impulsif.

    Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagian besar remaja putri

    memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang termasuk dalam kategori

    sedang sebesar 78,22% (79 orang) dan body image pada kategori sedang sebesar

    80,20% (81 orang).

    Dari hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata siswi SMA Negeri 1

    Semarang memiliki tingkat body image pada kategori sedang dan pada pembelian

    impulsif berada pada kategori sedang pula. Berdasarkan hasil uji korelasi adapun

    sumbangan efektif yang diberikan body image terhadap pembelian impulsif

    sebesar sebesar 15,52% sedangkan 84,48% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

    seperti demografi, karakteristik sosial ekonomi dan kepribadian (Loudon & Bitta,

    dalam Widawati 2011)

  • 19

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan antara body image

    dengan pembelian impulsif pada remaja putri, diperoleh kesimpulan sebagai

    berikut :

    1. Ada hubungan negatif yang signifikan antara body image dengan pembelian

    impulsif pada remaja putri yang berarti semakin tinggi body image maka

    kecenderungan pembelian impulsifnya semakin rendah.

    2. Sebagian besar subjek termasuk dalam kategori sedang pada kedua variabel,

    dengan presentase sebesar 80,20% untuk body image, dan 78,22% untuk

    pembelian impulsive.

    3. Sumbangan efektif yang diberikan body image terhadap pembelian impulsif

    sebesar 15,52%, sedangkan 84,48% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

    seperti demografi, karakteristik sosial ekonomi dan kepribadian.

    Saran

    Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, maka penulis

    menyarankan hal-hal sebagai berikut:

    1. Bagi Remaja Putri

    Bagi remaja putri yang memiliki kecenderungan pembelian impulsif,

    diharapkan untuk dapat meningkatkan body image-nya dengan cara selalu

    berpandangan positif terhadap tubuhnya atau menerima keadaan tubuhnya.

    Dengan sikap menerima, bersyukur ataupun puas terhadap keadaan tubuh

    yang dimiliki, akan mengurangi keinginan untuk membeli barang-barang

    produk fashion secara berlebihan guna menonjolkan penampilan.

  • 20

    2. Bagi Peneliti Selanjutnya

    1. Apabila penelitian lain ingin mengangkat judul penelitian yang sama,

    peneliti selanjutnya bisa mencoba meneliti hubungan body image dengan

    pembelian impulsif pada remaja putra, dikarenakan remaja putra saat ini

    juga mempunyai banyak ketertarikan pada produk-produk fashion, dan

    memiliki kemungkinan pembelian impulsif yang cukup tinggi pula.

    2. Mengingat banyak faktor-faktor lain yang memengaruhi pembelian

    impulsif diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti faktor-faktor

    tersebut, seperti faktor demografi, karakteristik sosial ekonomi dan

    kepribadian.

  • 21

    DAFTAR PUSTAKA

    Agustiani. (2013). Psikologi Perkembangan. Depok : PT Raja Grafindo Persada

    Anggreini, R. & Mariyanti, S. (2014). Hubungan antara kontrol diri dan perilaku

    konsumtif mahasiswi universitas esa unggul. Jurnal Psikologi, 12(1).

    Anin, A., Rasimin & Atamimi, N. (2008). Hubungan self monitoring dengan

    impulsive buying terhadap produk fashion pada remaja. Jurnal Psikologi,

    35(2)

    Astuti, E.W. (2013). Perilaku konsumtif dalam membeli barang pada ibu rumah

    tangga di Kota Samarinda. Jurnal Psikologi, 1 (2), 148-156

    Daniels,R., Grendell, R & Wilkins, F. (2009). Study guide to accompany nursing

    fundamentals. English : Cengange Learning.

    Desmita. (2013). Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

    Devi, R.A. (2017). Pengaruh body image terhadap perilaku konsumtif mahasiswa

    pendidikan ekonomi FKIP UNTAN Pontianak. Skripsi. Tanjungpura.

    Fakultas Pendidikan Ekonomi Universitas Tanjungpura

    Ermawati, E & Indrayanti. (2011). Hubungan antara konsep diri dengan perilaku

    konsumtif pada remaja di SMP N 1 Piyungan. Jurnal Spirits 2(1)

    Gasiorowska, A. (2011). Gender as a moderator of temperamental causes of

    impulse buying tandency. Journal of Customer Behaviour 10(2)

    Haryani, I., Herwanto, J. (2015). Hubungan konformitas dan kontrol diri dengan

    perilaku konsumtif terhadap produk kosmetik pada mahasiswi. Jurnal

    Psikologi, Volume 11(1)

    Karimah, N.F. (2015). Hubungan antara penyesuaian diri dan harga diri dengan

    subjective well being. Skripsi. Surakarta. Program Pasca Sarjana Universitas

    Muhammadiyah.

    Kiling, B.N. (2015). Tinjauan konsep diri dan dimensinya pada anak dalam masa

    kanak-kanak akhir. Jurnal Psikologi Pendidikan & Konseling, 1(2)

    Lucas, M & Koff, E. (2017). Body image, impulse buying and the mediating role

    of negative affect. Jurnal Personality and Individual Difference, 105,

    330:334. Doi : 10.1016/j.paid2016.10.00.

    Mahdalela. (1998). Peran intensitas interaksi dengan teman di lingkungan

    pergaulan sekolah terhadap sikap konsumtif. Jurnal psikologika, 5.

  • 22

    Murtiyanto, H.S. (2016) Hubungan antara body image dan kecenderungan

    pembelian impulsive pada remaja. Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Psikologi

    Universitas Sanata Darma.

    Ningsih, R.A & Bawono, Y. (2016). Hubungan antara perilaku konsumtif pada

    produk x dengan citra diri remaja putri. Jurnal Mediapsi, 2(1), 45-50

    Nurvita, V & Handayani, M. (2015). Hubungan antara self-esteem dengan body

    image pada remaja awal yang mengalami obesitas. Jurnal Psikologi Klinis

    dan Kesehatan Mental, 4(1) .

    Rahmania & Yuniar, I. (2010). Hubungan antara self-esteem dengan

    kecenderungan body dysmorphic disorder pada remaja putri. Jurnal

    Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental Volume 1(2).

    Ridha, M. (2012). Hubungan antara body image dengan penerimaan diri pada

    mahasiswa aceh di Yogyakarta. Jurnal Emphaty, 1(1).

    Rizky, R & Rachmatan, R. (2016). Hubungan antara citra tubuh dengan

    perilaku konsumtif pada remaja di Kota Banda Aceh . Jurnal Psikogenesis,

    4(2).

    Rombe, S. (2014). Hubungan body image dan kepercayaan diri dengan perilaku

    konsumtif pada remaja putri di SMA Negeri 6 Samarinda. Jurnal Psikologi,

    2(1), 76-91.

    Rosari, B.I. Hubungan antara body image dan kecenderungan impulse buying

    pada wanita bekerja. Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Psikologi Universitas

    Sanata Dharma Yogyakarta.

    Santrock, J.W. (2007). Remaja. Jakarta : Erlangga.

    Saputri, H.R. (2016) Hubungan antara fashion involvement dan impulsive buying

    dengan harga diri (self esteem) pada remaja di SMAN2 Samarinda. Jurnal

    Psikologi 4(3).

    Sari, D.N. (2012). Hubungan antara body image dan self estem pada dewasa awal

    tuna daksa. Jurnal Ilmiah 1(1)

    Sari, Y. (2009). Hubungan antara perilaku konsumtif dengan body image pada

    remaja putri. Program Studi Psikologi Jurusan Psikologi Universitas

    Sumatera Utara.

    Sarwono, S.W. (2006). Psikologi Remaja. Depok : PT Raja Grafindo Persada

    Setyaningsih, C.B. (2013). Hubungan antara citra tubuh (body image) dengan

    penerimaan diri pada remaja putrid kelas VIII di SMP N 6 Yogyakarta.

  • 23

    Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri

    Yogyakarta.

    Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung : CV Pustaka Setia.

    Thompson, J.K & Calogero, R.M. (2010). Gender and Body Image. DOI:

    10.1007/978-1-4419-1467-5_8

    Tresna, T.A. (2013). Perilaku konsumtif di kalangan mahasiswa FIS UNY pada

    klinik kecantikan. Skripsi. Yogyakarta. Fakultas Ilmu Sosial Universitas

    Negeri Yogyakarta.

    Utami, W.T. (2014). Hubungan antara citra tubuh dengan perilaku konsumtif

    kosmetik make up wajah pada mahasiswi. Skripsi. Surakarta. Fakultas

    Psikologi Universitas Muhammadiyah.

    Verplanken, B., Herabadi, A. (2001). Individual differences in impulse buying

    tadency: feeling and no thinking. European Journal of Personality, S-71-S-83

    Widawati, L. (2011). Analisis perilaku “impulse buying” dan “locus of control”

    pada konsumen di carrefour bandung. Jurnal MIMBAR Psikologi 27( 2), 125-

    132.

    Yolanda, R.S. (2016). Hubungan antara body image dan perilaku konsumtif

    produk bermerek pada remaja puti. Jurnal Ilmiah Psikologi 9(1).