hp rhodamin

4
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Sampel Zat Warna dengan Reaksi Warna Dewasa ini, zat warna sintetik untuk makanan semakin banyak diproduksi, dijual, dan digunakan dalam masyarakat. Hal itu disebabkan karena keunggulan-keunggulan zat warna sintetik dibandingkan zat warna alami. Akan tetapi, ternyata tidak semua zat warna sintetik untuk makanan yang dijual di pasaran benar-benar merupakan zat warna sintetik yang ditujukan untuk penggunaan dalam makanan. Salah satu zat warna sintetik adalah Rhodamin B. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.239/Menkes/Per/V/85 dan Kep. Dir. Jend. POM Depkes RI Nomor: 00386/C/SK/II/90 tentang Perubahan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 239/Menkes/Per/V/85, terdapat 34 jenis zat warna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya dan dilarang penggunaannya pada makanan. Hasil reaksi zat warna dari zat warna pembanding Rhodamin B dan sampel zat warna dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Reaksi Warna dari Baku Pembanding Zat Warna Rhodamin B Zat Warna Warn a Asal H 2 SO 4(p) HCl (p) Laruta n Amonia 10% Larutan NaOH 10% Rhodami n B Hija u Tua Kuning Jingg a Kemer ahan Ungu Tua Ungu Terang Tabel 2. Reaksi Warna dari Sampel Zat Warna Pada Makanan No Sampel Warna Asal H 2 SO 4(p) HCl (p) Larutan Amonia 10% Laruta n NaOH 10% 1. Vitcool Merah Hitam Merah Muda Merah Muda Merah Muda 2. Saos Orang Orange Orange Orange Orange

Upload: putri-amanda

Post on 17-Sep-2015

227 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Hasil pembahasan praktikum ttg rhodamin

TRANSCRIPT

HASIL DAN PEMBAHASAN1. Analisis Sampel Zat Warna dengan Reaksi WarnaDewasa ini, zat warna sintetik untuk makanan semakin banyak diproduksi, dijual, dan digunakan dalam masyarakat. Hal itu disebabkan karena keunggulan-keunggulan zat warna sintetik dibandingkan zat warna alami. Akan tetapi, ternyata tidak semua zat warna sintetik untuk makanan yang dijual di pasaran benar-benar merupakan zat warna sintetik yang ditujukan untuk penggunaan dalam makanan. Salah satu zat warna sintetik adalah Rhodamin B.Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.239/Menkes/Per/V/85 dan Kep. Dir. Jend. POM Depkes RI Nomor: 00386/C/SK/II/90 tentang Perubahan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 239/Menkes/Per/V/85, terdapat 34 jenis zat warna yang dinyatakan sebagai bahan berbahaya dan dilarang penggunaannya pada makanan.Hasil reaksi zat warna dari zat warna pembanding Rhodamin B dan sampel zat warna dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Reaksi Warna dari Baku Pembanding Zat Warna Rhodamin B

Zat WarnaWarna AsalH2SO4(p)HCl(p)Larutan Amonia 10%Larutan NaOH 10%

Rhodamin BHijau TuaKuningJingga KemerahanUngu TuaUngu Terang

Tabel 2. Reaksi Warna dari Sampel Zat Warna Pada Makanan

NoSampelWarna AsalH2SO4(p)HCl(p)Larutan Amonia 10%Larutan NaOH 10%

1.VitcoolMerahHitamMerah MudaMerah MudaMerah Muda

2.Saos SabanaOrangeOrangeOrangeOrangeOrange

3.Bumbu KentangOrangeHitamOrange beningMerahMerah

4.Bumbu BaladoOrangeOrangeJingga OrangeOrange

5.Sambal ColexMerahKuning PudarOrangeUnguKuning

6.Saos SiomayOrangeHitamMerah OrangeMerah JinggaOrange

7.Selai StrawberryMerahCoklatMerah TerangMerahJingga

Uji kulitatif dapat digunakan untuk membedakan bahan makanan yang mengandung pewarna alami maupun sintesis yaitu dengan menggunakan larutan yang bersifat asam atau basa, contohnya HCl, H2SO4, NaOH, dan NH4OH atau dengan menggunakan pewarna alami contohnya kunyit dan daun pandan. Dengan mengacu pada Tabel 1 maka dapat diketahui bahwa terdapat sampel pangan yang positif mengandung Rhodamin B. Sampel tersebut antara lain adalah Bumbu balado, saos siomay dan sambal colex sebab ketiganya menunjukkan perubahan warna yang mendekati dengan perubahan warna zat pembanding Rhodamin B. Analisis sampel zat warna dengan membandingkan perubahan warna pada zat pembanding sulit dijadikan dasar identifikasi karena banyak sekali warna yang mirip satu sama lain. Maka, reaksi warna hanya dijadikan sebagai penunjang hasil identifikasi dengan kromatografi.2. Reaksi Khusus Rhodamin B

Reaksi khusus Rhodamin B merupakan suatu reaksi dimana dalam suasana basa Rhodamin B yang terkandung dalam sampel akan terekstrak dalam fase eter dan ketika ekstrak diberi penambahan asam, Rhodamin B akan memberikan warna merah pada lapisan asam tersebut. Dari 7 sampel yang digunakan hanya 1 sampel yang positif mengandung Rhodamin B yaitu sampel saos siomay.3. Analisis Sampel Zat Warna dengan Kromatografi Kertas

Sampel yang diduga mengandung Rhodamin B ditotolkan pada plat KLT dan dielusi denga menggunakan pelarut NaCl 2% dalam etanol 50%. Keuntungan dari penotolan sampel secara langsung adalah menghemat reagen dan waktu, mencegah berkurangnya analit dalam sampel, serta jumlah sampel yang dibutuhkan lebih sedikit (Gritter RJ. et al. 1991). Pada percobaan, bercak yang diperoleh dapat diidentifikasi dan beberapa disesuaikan dengan bercak baku pembanding yang digunakan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa sampel 2 dan 6 memberikan pemisahan sedangkan sampel lainnya tidak memberikan pemisahan. Nilai Rf yang dihasilkan pada sampel 2 ( saos sabana) adalah 0,64 dan nilai Rf pada sampel 6 (saos siomay) adalah 0,8. Adapun nilai Rf pada standar Rhodamin adalah 0,92. Nilai Rf yang dihasilkan pada pemisahan sampel hampir mendekati dengan nilai Rf pada standar Rhodamin sehingga dapat diketaui bahwa sampel 2 dan 6 positif mengandung Rhodamin B.

Penggunaan zat pewarna tambahan tidak dapat diabaikan, walaupun masih ada beberapa zat pewarna sintetik yang masih diijinkan dengan batas maksimum 70-300 ppm. Dampak penggunaan Rhodamin B bagi kesehatan adalah gangguan fungsi hati yang memicu timbulnya kanker hati. Dampak penggunaan pewarna tekstil dan pewarna sintetik bagi kesehata khususnya anak-anak dalam jangka pendek diantaranya dapat mengalami kesulitan dalam belajar, kurang fokus berpikir, kurang dalam mengontrol impuls, reaksi alergi, bahkan tingkat energi mereka menurun. Mengkonsumsi dalam jangka panjang yang ditimbulkan dapat menyebabkan tumor otak, kerusakan ginjal, kanker dan gondok. Proses toksikologi zat pewarna Rhodamin B ke dalam tubuh bersifat neurotoksik (meracuni saraf) dan hepatotoksik (meracuni hati) (Fardiaz, 1980).

Secara neurotoksik, zat pewarna masuk secara cepat ke sel saraf neuron dan berinteraksi dengan protein membran. Efek umum yang terjadi adalah kelumpuhan dan menyerang sistem saraf pusat. Sistem saraf yang mengontrol pernapasan mengalami kelumpuhan dan menyebabkan kegagalan pernapasan. Proses hepatotoksik pada tubuh, racun masuk melalui saluran gastrointestinal, kemudian diserap dan racun dibawa vena porta ke dalam hati (Donatus, 2001).

Dapus.

Azizahwati, dkk. 2007. Analisis Zat Warna Sintetik Terlarang Untuk Makanan Yang Beredar di Pasaran. Majalah Ilmu Kefarmasian, Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia, Depok.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan RI. Kumpulan Perundang-undangan Bidang Sediaan Farmasi, Makanan, Alat Kesehatan, dan Bahan Berbahaya (Umum). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 1997: 215 220.

Donatus, I.A. 2001. Toksikologi Dasar, Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta.Fardiaz, S.1980. Pengantar Teknologi Pangan. Pt. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.