efek teratogenik pemberian zat warna rhodamin b pada .../efek... · hasil penelitian menunjukkan...

40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA ORGANOGENESIS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains Oleh: Zuzun Handrianto M0408024 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: hoangkiet

Post on 15-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B

PADA ORGANOGENESIS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

GALUR WISTAR

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Sains

Oleh:

Zuzun Handrianto

M0408024

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya

sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar

kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka

gelar kesarjanaan yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.

Surakarta, Juli 2012

Page 4: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA ORGANOGENESIS TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus)

GALUR WISTAR

Zuzun Handrianto Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Sebelas Maret Surakarta, Surakarta.

ABSTRAK Banyak dijumpainya kasus penggunaan zat pewarna Rhodamin B pada zat

makanan disebabkan kurangnya pengawasan oleh pemerintah. Zat pewarna ini sering digunakan pada jajanan dan saos. Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai pewarna tekstil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian zat warna Rhodamin B pada organogenesis tikus putih (Rattus norvegicus).

Penelitian ini menggunakan 28 tikus betina bunting dan dibagi secara acak ke dalam 4 kelompok dengan 7 tikus tiap kelompoknya. Tiap kelompok diberi dosis Rhodamin B yang berbeda, perlakuan kontrol diberi 0 mg/200gBB, perlakuan I diberi 6,75 mg/200gBB, perlakuan II diberi 12,5 mg/200gBB, perlakuan III diberi 25 mg/200gBB. Perlakuan ini diberikan pada hari ketujuh sampai ke tujuh belas masa kehamilan (organogenesis). Evaluasi yang dilakukan meliputi menghitung dan mencatat jumlah implantasi yang terdiri jumlah fetus yang hidup, jumlah fetus yang mati, jumlah fetus yang resorbsi, penimbangan berat badan, pengukuran panjang badan, pengamatan morfologi fetus, dan pengamatan struktur skeletonnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap makanan dapat menimbulkan efek kematian intrauterus, dan besar kemungkinan menyebabkan resorb, gangguan pertumbuhan dan abnormalitas internal. Kata kunci : Rhodamin B, zat pewarna, efek teratogenik, tikus putih

Page 5: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

TERATOGENIC EFFECTS OF RHODAMIN B SUBSTANCE TO THE RATS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR PHASE ORGANOGENESIS

Zuzun Handrianto

Departement of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University, Surakarta.

ABSTRACT

Encountered many cases the use of Rhodamin B dye in food substances due to lack of supervision by the government. These dyes are often used in snacks and sauces. Rhodamin B is a synthetic dye that is commonly used as textile dyes. This study aims to determine the effect of granting the dye Rhodamin B in the organogenesis of rats (Rattus norvegicus).

This study used 28 pregnant female rats and were divided randomly into 4 groups with 7 mice per group. Each group was given different doses of Rhodamin B, 0 mg/200gBB given the control treatment, the treatment I was given 6.75 mg/200gBB, treatment II was given 12.5 mg/200gBB, and the treatment III was given 25 mg/200gBB. This treatment was given on seven to seventeen’ day during pregnancy (organogenesis). Evaluation includes the count and record the number of implantation comprising a number of live fetuses, the number of dead fetuses, fetal number resorbs, weight, measurement of body length, fetal morphological observations, and structure sceleton observations.

The results showed that administration of substances Rhodamin B substances are often found in snack foods and supplements can cause the effects of intrauterine death, and most likely lead to resorb, impaired growth and internal abnormalities.

Key words: Rhodamin B, dyes, teratogenic effects, rat

Page 6: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

You have to get up when other people on sleep,

you have to walk when others sit,

you have to run when others walk,

you have to fly when everyone else run.

Berusahalah semaksimal yang kamu bisa!!! Karena kamu

pasti BISA!

Page 7: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Persembahan sederhana ini untuk orang-orang yang tercinta,

Bapak Susanto dan Ibu Sringatin yang selalu mendukung disaat senang

dan sedih

Saudara-Saudara yang ku sayangi

Bagus Masdrianto,

Bay Andi Lukman,

Evinda Agustina,

Dan Si Kecil Aid Vezarianto

Teman-temanku yang selalu menjadi pelangi dalam hidupku...

Serta UNS tercinta...

Page 8: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’aalamin penulis panjatkan kehadirat Allah

Subhaanahu Wa Ta’aala yang selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang

berjudul :”Efek Teratogenik Pemberian Zat Warna Rhodamin B Pada

Organogenesis Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar”. Penyusunan

skripsi ini merupakan suatu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan strata 1

(S1) pada Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penulisan skripsi ini, tentunya banyak pihak yang telah

memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada :

Bapak Dr. Agung Budiharjo, M.Si, selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan izin dalam pelaksannan skripsi ini.

Ibu Prof. Dr. Okid Parama Astirin, M.S selaku Dosen Pembimbing I atas

ketulusan hati dan kesabarannya dalam membimbing, mendukung dan

mengarahkan penulis.

Ibu Dra. Noor Soesanti H., M.Si selaku Dosen Pembimbing II atas segala

masukan dan dukungan dalam mengarahkan penulis.

Ibu Dra. Marti Harini, M.Si selaku Dosen Penelaah I atas segala koreksi

dan masukan untuk perbaikan karya skripsi penulis.

Page 9: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

Bapak Tjahjadi Purwoko, M.Si selaku Dosen Penelaah II atas segala

masukan dan dukungan untuk kemajuan karya skripsi penulis.

Bapak Dr. Sunarto, M.S selaku Pembimbing Akademik yang selalu sabar

mendukung penulis.

Seluruh bapak dan ibu dosen Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

ilmunya dan dengan sabar memberikan pengarahan yang tiada henti-hentinya serta

dorongan yang positif sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Bapak Samidi dan Wasino yang telah membantu dan mengarahkan selama

penelitian di LPPT IV UGM.

Teman penelitianku Umi fatimah dan Zainudin Al Wahid atas bantuannya

secara moril maupun materiil.

Teman-teman dan adek-adek kost IC tercinta Novi Setyaningrum, Asti

Windarni, Dwi Ratih, Dwi Rahmawati, Fairuz Fajrianti Nur, Laila Nur Milati, Ai

Sriwenda Rahman, Dewi Mustika, Hans Fitria Fajrin, Juliana Ekapuri atas semangat

dan dukungannya.

Teman-teman Tri Wulan S.O, Viana Ningsih, Luluk Muslimah, Anggun Wara

Rahajeng, Anggun Wara Pangesti atas dukungan dan bantuannya.

Teman-teman Biologi FMIPA UNS angkatan 2008 yang selalu mensupport

penulis. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka

saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi

penyempurnaan selanjutnya. Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan

Page 10: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

semua urusan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,

khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah SWT

meridhoi dan dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.

Surakarta, Juli 2012

Penyusun

Page 11: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN..................................................................... iii

ABSTRAK................................................................................................... iv

ABSTRACT................................................................................................ v

MOTTO....................................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. vii

KATA PENGANTAR................................................................................. viii

DAFTAR ISI................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL........................................................................................xiii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................xiv

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... xv

BAB 1. PENDAHULUAN.......................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................ 1

B. Perumusan Masalah..................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian......................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian....................................................................... 4

BAB II. LANDASAN TEORI..................................................................... 5

A. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 5

1. Zat Pewarna Tekstil Rhodamin B.................................... 5

2. Teratologi......................................................................... 7

3. Embriologi........................................................................ 17

4. Organogenesis.................................................................. 19

5. Skeleton............................................................................ 20

6. Jalur Masuk Zat Asing Ke Dalam Embrio....................... 23

B. KERANGKA PEMIKIRAN........................................................28

C. HIPOTESIS................................................................................. 29

BAB III. METODE PENELITIAN..............................................................30

Page 12: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

Halaman

A. Waktu dan Tempat Penelitian..................................................... 30

B. Alat Dan Bahan........................................................................... 30

1. Alat................................................................................... 30

2. Bahan................................................................................30

C. Cara Kerja.................................................................................... 31

D. Analisis Data............................................................................... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 36

A. Efek Rhodamin B Terhadap Abnormalitas Eksternal...................... 37

1. Efek Rhodamin B Terhadap Berat Badan, Panjang

Badan Fetus dan Pertumbuhan Fetus.......................................... 38

2. Kematian Intrauterus dan Fetus Hidup........................................ 43

3. Hemoragi (kulit transparan) dan Tubuh Bongkok (tulang

punggung fleksi).......................................................................... 47

4. Ekor Bengkok.............................................................................. 51

B. Efek Rhodamin B Terhadap Abnormalitas Internal........................ 52

1. Keterlambatan Osifikasi.............................................................. 54

2. Kelainan pada Vertebrae............................................................. 56

3. Kelainan pada Costae.................................................................. 57

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 60

A. Kesimpulan...................................................................................... 60

B. Saran................................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 62

LAMPIRAN................................................................................................ 68

RIWAYAT HIDUP PENULIS.................................................................... 89

Page 13: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Zat warna sebagai bahan berbahaya dalam obat, makanan,

dan kosmetika................................................................................ 7

Tabel 2. Tingkatan perkembangan embrio pada tikus putih........................ 18

Tabel 3. Fetus yang mengalami hambatan pertumbuhan............................. 40

Tabel 4. Perkembangan eksternal fetus setelah pemberian Rhodamin

B pada induk.................................................................................. 43

Tabel 5. Jumlah fetus yang mengalami hemoragi, tubuh bongkok, hambatan

pertumbuhan dan ekor bengkok..................................................... 48

Tabel 6. Fetus yang mengalami hemoragi................................................... 48

Tabel 7. Fetus yang mengalami tubuh bongkok.......................................... 51

Tabel 8. Fetus yang mengalami ekor bengkok............................................ 51

Tabel 9. Perbandingan abnormalitas vertebrae fetus pada semua

perlakuan........................................................................................ 57

Page 14: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Rumus bangun Rhodamin B..................................................... 6

Gambar 2. Bagan kerangka Pemikiran Penelitian...................................... 28

Gambar 3. Morfologi fetus Rattus norvegicus setelah pemberian

Rhodamin B.............................................................................. 41

Gambar 4. Perbandingan morfologi uterus................................................ 44

Gambar 5. Perbandingan morfologi fetus Rattus norvegicus.....................46

Gambar 6. Perbandingan fetus normal dengan fetus transparan................49

Gambar 7. Perbandingan fetus normal dan tubuh bongkok.......................50

Gambar 8. Perbandingan fetus ekor normal dengan ekor bengkok............ 52

Gambar 9. Perkembangan skeleton fetus Rattus norvegicus akibat

pemberian Rhodamin B............................................................ 55

Gambar 10. Costae fetus.............................................................................. 58

Gambar 11. Wholemount fetus Rattus norvegicus...................................... 86

Gambar 12. Wholemount kelompok Kontrol............................................... 86

Gambar 13. Wholemount perlakuan I.......................................................... 87

Gambar 14. Wholemount perlakuan II......................................................... 87

Gambar 15. Wholemount perlakuan III........................................................ 87

Page 15: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Hasil Analisis Varian.............................................................. 68

Lampiran 2. Wholemount fetus Rattus norvegicus..................................... 86

Lampiran 3. Tabel konversi dosis antar spesies untuk penetapan besaran

dosis pada suatu spesies hewan atau manusia........................ 88

Page 16: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh pemerintah adalah

membentuk masyarakat Indonesia yang sehat diupayakan dengan peningkatan

kualitas hidup serta konsumsi makanan yang baik. Keamanan bahan makanan

yang dikonsumsi merupakan salah satu tolok ukur. Untuk mencapai hal tersebut

diperlukan adanya kerjasama dari berbagai pihak, baik produsen, konsumen serta

pemerintah sendiri, khususnya agar pemerintah selalu mengontrol keamanan

pangan nasional. Sehingga bisa tercapai masyarakat Indonesia yang sehat.

Semakin meningkatnya kebutuhan di dunia yang semakin modern ini,

maka masyarakat dituntut untuk mengkonsumsi bahan makanan yang lebih tahan

lama, lebih praktis serta efisien dalam segi harga. Namun dengan meninggalkan

konsep utama keamanan pangan, yaitu menggunakan zat tambahan pewarna yang

tidak seharusnya digunakan untuk makanan. Bahan tersebut bisa berupa bahan

kimia yang berbahaya namun mudah didapat serta harganya yang terjangkau. Di

sisi lain, dengan adanya penambahan zat pewarna tersebut, akan dapat

meningkatkan nilai jual kepada konsumen. Karena warna merupakan faktor yang

penting, dimana setiap orang akan melihat kelayakan sesuatu dari penampakan

fisiknya. Zat pewarna yang masih sering dijumpai pada makanan adalah

Rhodamin B, Methanil yellow, Citrus red, Violet, dan lain-lain. Pewarna tersebut

dinyatakan berbahaya oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 239 /

Men.Kes / Per / V / 85.

Page 17: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Zat pewarna tekstil Rhodamin B sering dijumpai pada bahan makanan,

terutama pada saos yang biasa disajikan sebagai pelengkap bakso ataupun mie

ayam. Rhodamin B juga ditemukan dalam produk kerupuk, kembang gula, sirup,

manisan, dawet, bubur, ikan asap, cendol, agar-agar, aromanis, dan minuman serta

dalam terasi. Zat warna tersebut walaupun telah dilarang penggunaannya ternyata

masih ada produsen yang sengaja menambahkan zat Rhodamin B untuk produk

cabe giling merah sebagai pewarna merah (Djarismawati, 2004). Petugas Balai

Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Semarang pada Januari 2010,

menemukan beberapa jajanan sekolah yang mengandung zat-zat berbahaya bagi

manusia saat melakukan pemeriksaan rutin makanan di SD Negeri Pendrikan

Tengah 01-02 di Jalan Sadewa Semarang dan SD Masehi di Jalan Imam Bonjol.

Dari beberapa jajanan sekolah yang diperiksa ternyata ditemukan dua produk

jajanan yang mengandung zat berbahaya, yaitu formalin yang ditemukan pada mie

goreng dan Rhodamin B (pewarna tekstil) ditemukan pada kerupuk. Penelitian

Paramita Erwin Budiyanto pada tahun 2008, juga telah menemukan Rhodamin B

pada saos dan cabe giling di pasar Kecamatan Laweyan Kotamadya Surakarta.

Hal ini menunjukkan Rhodamin B sebagai pewarna makanan sudah digunakan

secara luas di beberapa kota di Indonesia.

Rhodamin B merupakan zat warna sintetik yang umum digunakan sebagai

pewarna tekstil. Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 28 Tahun 2004, Rhodamin

B merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-

produk pangan. Rhodamin B dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan, iritasi

kulit, iritasi pada mata, iritasi pada saluran pencernaan, dan gangguan hati.

Page 18: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Menurut Putri (2011), Rhodamin B dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan

bersifat karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-penyakit

seperti kanker dan tumor pada organ tubuh manusia.

Banyak faktor yang menjadikan para pengusaha untuk menggunakan zat

pewarna Rhodamin B ini antara lain karena harganya yang jauh lebih murah

daripada menggunakan pewarna yang alami, disamping itu juga pengolahannya

cukup sederhana tanpa memperhatikan baik buruknya untuk kesehatan manusia.

Tujuan para pedagang hanya satu, yaitu mendapatkan laba atau keuntungan yang

sebesar-besarnya.

Dampak yang paling ditakutkan adalah jika makanan tersebut dikonsumsi

oleh ibu hamil. Karena saat kehamilan merupakan masa untuk janin mengalami

pembelahan dan pembentukan organ-organ vital tubuh. Semua itu tergantung dari

nutrisi serta asupan makanan yang dikonsumsi oleh sang ibu. Jika yang

mengkonsumsi manusia normal (tidak dalam kondisi hamil), kemungkinan

regenerasi sel masih bisa terjadi. Namun akan lain halnya jika zat-zat kimia

tersebut mengenai janin, bisa memperlambat proses, merusak organ-organ yang

akan dibentuk, bahkan bisa berujung pada kematian janin. Penelitian yang

dilakukan oleh Sabri dkk. (2006) menunjukkan bahwa jika janin diberi zat toksik

selama perkembangannya, maka akan terjadi gangguan-gangguan seperti

penurunan jumlah fetus yang hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian

mengenai pengaruh zat pewarna Rhodamin B terhadap perkembangan embrio,

terutama untuk mengetahui pengaruhnya terhadap fetus selama masa

organogenesis.

Page 19: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan, maka dapat dibuat

rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh zat pewarna Rhodamin B terhadap prosentase

fetus hidup, kematian intrauterus, berat badan, panjang badan, serta

keadaan morfologis fetus tikus putih (Rattus norvegicus)?

2. Bagaimana pengaruh zat pewarna Rhodamin B terhadap struktur

skeleton fetus tikus putih (Rattus norvegicus)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui pengaruh zat pewarna Rhodamin B terhadap prosentase

fetus hidup, kematian intrauterus, berat badan, panjang badan, serta

keadaan morfologis fetus tikus putih (Rattus norvegicus)

2. Mengetahui pengaruh zat pewarna Rhodamin B terhadap struktur

skeleton fetus tikus putih (Rattus norvegicus)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai

Rhodamin B yang biasa digunakan dalam pewarna makanan terutama pada saos,

memberi efek buruk terhadap perkembangan janin jika dikonsumsi oleh ibu

hamil. Disamping itu, supaya masyarakat lebih berhati-hati lagi dalam memilih

makanan yang mengandung zat berbahaya seperti Rhodamin B.

Page 20: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Zat Pewarna Tekstil Rhodamin B

Rhodamin B (C28H31N2O3Cl) adalah bahan kimia sebagai pewarna dasar

untuk berbagai kegunaan, semula zat ini digunakan untuk kegiatan histologi dan

sekarang berkembang untuk berbagai keperluan yang berhubungan dengan

sifatnya yang berfluorensi dalam sinar matahari. Rhodamin B ini ditemukan

bersifat racun dan dapat menyebabkan kanker. Bahan ini sekarang banyak

disalahgunakan pada pangan dan kosmetik di beberapa negara (Djarismawati

dkk., 2004).

Data kimia dan fisika Rhodamin B

IUPAC (International Union of Pure and Applied Chemistry) :

[9-(2-carboxyphenyl)-6-diethylamino-3-xanthenylidene]-

diethylammonium chloride

Sebutan lain : Rhodamine 610, C.I. Pigment Violet 1, Basic Violet 10,

C.I. 45170

Berat : 479,02 g/mol

Rumus molekul : C28H31N2O3Cl

Titik Lebur : 1650C (http://en.wikipedia.org)

Page 21: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Gambar 1. Rumus bangun Rhodamin B (Sumarlin, 2010)

Rhodamin B termasuk salah satu zat pewarna yang diperuntukkan sebagai

pewarna kertas atau tekstil serta dinyatakan sebagai zat pewarna berbahaya dan

dilarang digunakan pada produk pangan (Syah et al.,2005). Rhodamin B adalah

salah satu pewarna paling umum untuk industri tekstil yang terkenal dengan

stabilitasnya dan digunakan juga untuk pewarnaan biologis. Rhodamin B ini larut

dalam air dan pelarut organik, berwarna kebiruan hingga merah. Penggunaan

senyawa ini sudah dilarang untuk makanan dan kosmetik karena ada indikasi

karsinogenik (Ichou et al., 2007).

Zat Rhodamin B ini ditetapkan sebagai zat yang dilarang penggunaannya

pada makanan melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)

No.239/Menkes/Per/V/85. Namun penggunaan Rhodamin B dalam makanan

masih terdapat di lapangan. Contohnya, BPOM di Makassar berhasil menemukan

zat Rhodamin B pada kerupuk, sambal botol, dan sirup melalui pemeriksaan pada

sejumlah sampel makanan dan minuman (Herman, 2010). Sedangkan menurut

European Parliamentand Council Directive, Rhodamin B termasuk zat yang tidak

diperbolehkan untuk pewarna makanan dan termasuk zat yang dikontrol

pemakaiannya oleh lembaga tersebut (Hajslova et al., 2007).

Page 22: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Disamping itu, berdasarkan keputusan Dirjen POM Indonesia (Anonim,

1990 dalam Widana ), memasukkan Rhodamin B dalam kategori zat warna yang

berbahaya untuk obat, makanan, maupun kosmetika, seperti yang disajikan pada

Tabel 1.

Tabel 1. Zat warna sebagai bahan berbahaya dalam obat, makanan, dan kosmetika

No. Nama Nomor Indeks Warna

1. Jingga K1 (C.I. Pigment Orange 5, D&C Orange No.17)

12075

2. Merah K3 (C.I. Pigment Red 53, D&C Red No.8) 15585 3. Merah K4 (C.I. Pigment Red 53 : 1, D&C Red No.9) 15585 : 1 4. Merah K10 (Rhodamin B, C.I. Food Red 15, D&C

Red No.19) 45170

5. Merah K1. 45170 : 1 Sumber : SKEP Dirjen POM No.00386/C/SK/II/90

2. Teratologi

Teratologi berasal dari bahasa Yunani yang berarti menghasilkan monster,

lebih tepat disebut dismorfogenik. Teratologi adalah ilmu yang mempelajari

tentang perkembangan abnormal suatu embrio, penyebab, mekanisme, dan

manifestasi dari perkembangan yang menyimpang dari sifat struktural dan

fungsional (Loomis, 1978, Sadler, 2004). Faktor yang mempengaruhi teratogenesis

meliputi kekurangan nutrisi, keseimbangan endokrin, faktor fisika, radiasi, bahan-

bahan kimia/obat, infeksi, logam-logam berat, pestisida, bahan makanan, zat bioaktif

yaitu zat yang terkandung dalam tumbuhan atau hewan, kimia industri, serta polusi

udara, air, dan tanah, trauma psikis serta gangguan plasenta (Goldstein et al., 1974,

Wilson, 1973).

Page 23: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Beberapa teratogen memiliki sifat letal yang menonjol sedang yang lainnya

mampu menimbulkan kelainan pada fetus yang diakibatkan oleh satu atau lebih

perubahan yaitu mutasi, penyimpangan kromosom, gangguan pembelahan sel,

perubahan sintesis asam nukleat dan protein, penurunan jumlah senyawa yang

penting dalam biosintesis, penurunan energi untuk perkembangan fetus, gangguan

sistem enzim serta gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Manisfetasi dari

teratogenesis antara lain kematian sel, gangguan interaksi sel, penurunan biosintesis,

gangguan pembentukan morfologi dan gangguan jaringan. Manifestasi ini akan

menghasilkan kematian intrauterine, malformasi, gangguan pertumbuhan, dan

disfungsional atau penurunan fungsi (Wilson, 1973, Loomis, 1978, Peters and

Berkvens, 1996).

Malformasi adalah abnormalitas (kelainan) anatomi pada waktu dilahirkan,

baik makroskopik atau mikroskopik, dapat dipermukaan maupun di sebelah dalam

badan. Ada interaksi tetap antara gen-gen dan bahan-bahan eksogen. Perbedaan reaksi

terhadap bahan yang berbahaya antara individu, strain-strain hewan dan spesies yang

disebabkan oleh kekhususan biokimia yang berhubungan dengan gen-gen. Penyebab

malformasi dibagi menjadi dua, yaitu (1) faktor genetik (misal, kromosom abnormal)

dan (2) faktor lingkungan (Loomis, 1978, Moore, 1988).

Cacat lahir sering juga disebut malformasi kongenital atau anomali congenital

adalah istilah yang digunakan untuk menerangkan kelainan struktur, perilaku, faal,

dan kelainan metabolik yang ditemukan pada waktu lahir (Datu, 2005). Menurut

Wilson (1973) terdapat enam prinsip dalam teratologi yaitu:

1. Kerentanan terhadap agen teratogenesis tergantung pada genotip dari

embrio atau dari induknya dan interaksinya dengan faktor lingkungan.

Page 24: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Prinsip ini berdasarkan bahwa tiap spesies atau strain yang berbeda

akan memberikan respon yang berbeda pula.

2. Kerentanan terhadap agen teratogenik bervariasi menurut waktu saat

embrio terpapar.

3. Agen teratogenik akan bereaksi dengan mekanisme yang spesifik pada

sel atau jaringan yang sedang berkembang untuk menyebabkan

kelainan.

4. Agen teratogen akan menimbulkan abnormalitas pada jaringan-jaringan

yang sensitif. Efek ini berkaitan dengan asal agen dan jalur pemaparan.

5. Wujud dari perkembangan abnormal adalah: kematian, malformasi,

pertumbuhan yang terhambat, dan kelainan fisiologis.

6. Wujud dari perkembangan abnormal akan meningkat sesuai

peningkatan dosis.

Bahan kimia yang mempengaruhi perkembangan fetus, dapat menyebabkan

efek yang beraneka ragam mulai dari letalitas sampai kelainan bentuk (malformasi)

dan pertumbuhan yang terhambat disebut teratogen dan secara kolektif respon-respon

ini disebut sebagai efek embriotoksik (Loomis, 1978). Jika kematian sel terjadi pada

perkembangan janin lebih lanjut yakni setelah terbentuk embrio yang tersusun dari sel

dengan jumlah yang cukup, maka kehilangan sedikit sel tidak bersifat letal, meskipun

demikian, organ tubuh yang terbentuk mungkin tersusun dengan jumlah sel yang

lebih sedikit dan mengakibatkan terjadinya deformasi. Konsekuensi dari kematian sel

terhadap kehidupan embrionik atau fetus meliputi: retardasi pertumbuhan intrauterus,

retardasi setelah kelahiran, kematian embrionik, dan malformasi bawaan (Datu,

2005). Efek pada janin sangat bergantung pada umur kehamilan saat terpapar zat

Page 25: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

teratogenik, dosis, dan laju dosis yang diterima. Perkembangan embrio mamalia dapat

dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu tahap pra-implantasi, tahap organogenesis, dan tahap

fetogenesis. Dari segi toksikologi perkembangan, ketiganya memiliki kepekaan yang

berbeda-beda.

1. Tahap pra-implantasi

Tahap ini dimulai dari fertilisasi, pembelahan awal (cleavage),

blastulasi, hingga gastrulasi awal (Hutahean, 2002 dalam Zahrah, 2008).

Periode pra-implantasi terjadi pada umur kebuntingan kurang dari tiga

minggu pada manusia atau 1-6 hari pada mencit atau tikus. Pengaruh

buruk yang mungkin timbul pada periode ini menganut hukum all or

nothing (Santoso, 1990). Adanya zat teratogen dapat menyebabkan

kematian embrio akibat matinya sebagian besar sel embrio, atau tidak

menimbulkan efek yang nyata (Lu, 1995). Pada tahap ini diferensiasi sel

belum berlanjut, atau sering disebut tahap pradiferensiasi. Apabila satu

atau kelompok sel rusak oleh gangguan agensia toksik, masih

memungkinkan bagi sel-sel sehat disekitarnya untuk membelah dan

menggantikan posisi serta peran sel yang rusak tadi. Dengan demikian,

embrio pulih dan perkembangan dapat berlanjut tanpa ada efek gangguan

yang menetap. Sebaliknya, jika embrio tidak dapat mentoleransi

kerusakan itu, maka embrio tidak dapat melanjutkan perkembangan dan

mati. Oleh karena itu, efek gangguan agensia toksik pada embrio pada

tahap praimplantasi tidak menyebabkan kelainan perkembangan

(Hutahean, 2002 dalam Zahrah, 2008).

Page 26: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

2. Tahap organogenesis

Tahap organogenesis adalah tahap ketika sel secara intensif

menjalani diferensiasi, mobilisasi, dan organisasi. Selama periode ini

sebagian besar organogenesis terjadi (Lu, 1995). Pada tahap ini sel-sel

mulai menampakkan perbedaan morfologi yang nyata karena terjadi

diferensiasi intensif, sehingga adanya zat teratogen yang aktif pada

tahapan ini dapat menyebabkan gangguan perkembangan organ dan

menghasilkan banyak kemungkinan kelainan-kelainan atau cacat bawaan

yang teramati waktu lahir. Jenis kelainan tergantung dari organ mana

yang paling peka pada saat zat teratogen tersebut bekerja (Hutahean, 2002

dalam Zahrah, 2008). Tidak semua organ rentan pada saat yang sama

dalam suatu kehamilan, pada hari ke-8 sampai hari ke-12 sebagian besar

organ embrio tikus sangat rentan, tetapi palatum dan organ urogenital

baru rentan pada tahap berikutnya (Lu, 1995). Periode ini bekisar antara

3-8 minggu kebuntingan pada manusia dan 6-15 hari kebuntingan pada

mencit (Santoso, 1990).

3. Tahap fetogenesis

Fetogenesis adalah tahap dimana sebagian besar organ-organ

telah terbentuk. Pada tahap ini embrio sering disebut fetus. Periode fetal

adalah ketika diferensiasi organ utama telah terjadi, tetapi diferensiasi

genital eksterna, perkembangan susunan saraf pusat, dan penutupan

rongga mulut (palate) sedang berlangsung. Selama masa ini adanya zat

teratogen dapat menyebabkan kelainan otak, gangguan penutupan palate

atau pseudohemaphroditisme (Herman dan Mutiatikum, 2008). Apabila

Page 27: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

efek agensia toksik mengenai embrio ketika sebagian besar organ-organ

telah terbentuk dan fetus tinggal melanjutkan pertumbuhan organ-organ

itu, maka manifestasi gangguan seperti ini jarang terwujud menjadi

kecacatan, melainkan berupa hambatan pertumbuhan dan gangguan

fungsi (Hutahean, 2002 dalam Zahrah, 2008). Cacat morfologik umumnya

mudah dideteksi pada saat kelahiran atau sesaat sesudah kelahiran, tetapi

kelainan fungsi seperti gangguan susunan saraf pusat mungkin tidak dapat

didiagnosa segera setelah kelahiran (Lu, 1995).

Pengaruh langsung maupun tidak langsung oleh masuknya bahan kimia

terhadap perkembangan organ fetus dapat mengakibatkan kematian fetus,

pertumbuhan terhambat dan kelainan pembentukan tulang (Thaser and Kilburn,

2005). Menurut Lu (1995), pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan oleh teratogen

antara lain:

a. Aberasi

Yaitu kelainan morfologi meliputi struktur luar dan dalam serta kelainan

fungsional. Misalnya:

1) Anomali minor : kelainan penulangan pada sternum, ekor

keriting, kaki lurus, adanya tulang rusuk tambahan, malrotasi

anggota badan atau cakar, lidah menonjol, kelainan pembentukan

pelvis ginjal dan kulit transparan.

2) Anomali mayor : spina bifida dan hidrosepali yang akan

mengganggu kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan

perkembangan, kesuburan, dan panjang usia hewan (Lu, 1995).

Page 28: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

b. Resorbsi

Merupakan manifestasi kematian hasil konsepsi (Lu, 1995).

c. Toksisitas pada fetus

Tampak dari berkurangnya berat badan fetus yang tidak dapat bertahan

hidup (Lu, 1995). Penjelasan toksisitas tersebut adalah sebagai berikut:

1) Toksisitas pada masa perkembangan dan pertumbuhan

Perkembangan embrio meliputi proliferasi, diferensiasi, migrasi

sel dan organogenesis. Selama berlangsungnya proses embriogenesis,

proses-proses tersebut secara berurutan dan saling berhubungan satu

sama lain dan dikendalikan oleh isyarat yang berisi informasi yang

dicetak oleh DNA (Ngatijan, 1990).

2) Penghambatan perkembangan embrio

Embriogenesis yang normal berakhir dengan terbentuknya

individu baru yang bentuk dan strukturnya sama seperti induknya, tapi

embriogenesis yang abnormal berakhir dengan terbentuknya individu

bervariasi (Wilson, 1973). Bentuk anggota tubuh normal dapat tercapai

apabila kematian apoptotik terjadi pada lokasi-lokasi tertentu pada keping

anggota tubuh (Zakeri dan Ahuja, 1994). Dasar dari perkembangan

abnormal adalah sebagai berikut:

a) Kelainan bentuk (malformasi)

b) Pertumbuhan terhambat

c) Penurunan fungsi

d) Kematian

Page 29: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Menurut Ritter (1977) embrio yang terkena pengaruh agensia

toksik dapat mengalami perubahan-perubahan sitologis dan akhirnya

menjadi fetus yang cacat. Hal tersebut dapat disebabkan oleh :

1. Gerakan morfogenesis terhalang

Gerakan morfogenesis adalah gerakan sel dari satu bagian

embrio menuju ke bagian tertentu sel sebagai organ, yang berperan

dalam gerakan ini adalah mikrotubuli atau mikrofilamen sebagai

sitoskeleton, yang menyebabkan gerakan morfogenesis terhenti,

sehingga tidak terjadi agregasi sel yang mengakibatkan timbulnya

kelainan perkembangan (Ritter, 1977).

2. Hambatan proliferasi sel (pembelahan sel)

Proliferasi sel terjadi dengan jalan mitosis. Kecepatan

proliferasi merupakan fungsi kecepatan pertumbuhan. Pembelahan sel

yang terhambat menyebabkan pertumbuhan menjadi lambat.

Sebaliknya bila pembelahan berlangsung cepat akan menyebabkan

gigantisme bahkan jika proliferasi sel tidak terkendali dapat

menyebabkan kanker (Ritter, 1977).

3. Biosintesis protein berkurang

Dalam proses perkembangan, terjadi diferensiasi dari sel-sel

yang sama menjadi bermacam-macam sel atau jaringan. Terjadinya

diferensiasi karena adanya protein baru yang khusus untuk masing-

masing sel atau jaringan. Sintesis protein melalui RNA yang

menentukan jenis protein baru tersebut. Agen kimia yang dapat

menghambat sintesis RNA atau protein, bekerja sebagai teratogen

Page 30: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

karena menghambat diferensiasi sel dan dapat mengakibatkan

kematian apoptotik (Umansky, 1996).

4. Kegagalan interaksi sel

Dalam proses morfogenesis, terjadi interaksi antar sel atau

interaksi antar jaringan, yang dikenal dengan istilah induksi. Apabila

interaksi tidak terjadi secara normal karena adanya zat asing yang

menghalangi, maka hal ini menyebabkan morfogenesis yang

menyimpang. Penyimpangan morfogenesis yang berat menyebabkan

kematian embrio (Ritter, 1977).

5. Kematian sel yang berlebih

Kematian sel dalam tubuh embrio, menyebabkan pertumbuhan

terhambat. Apabila terlalu banyak sel yang mati, dapat menyebabkan

badan kerdil. Apabila sel yang mati hanya pada organ tertentu, maka

organ tersebut tidak terbentuk sempurna. Apabila sel yang mati di satu

sisi, maka hal ini dapat mengubah arah pertumbuhan. Misalnya

kematian sel setempat dapat menyebabkan deformasi di bagian wajah,

seperti bibir sumbing (Ritter, 1977).

6. Gangguan mekanis atau fisik

Luka pada embrio dapat menyebabkan kelainan

perkembangan. Tekanan hidrostatis cairan amnion, tekanan mekanik

pada embrio, menyebabkan perubahan arah pertumbuhan (Ritter,

1977).

Abnormalitas anggota tubuh itu terutama disebabkan oleh kematian sel yang

terjadi secara intensif pada bagian mesoderm keping anggota (Sudarwati dkk., 1993).

Page 31: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Menurut Wilson (1973) dan Hutahean (2002) dalam Zahrah (2008) terdapat 4

kelompok wujud gangguan perkembangan embrio (abnormalitas embrio), yaitu :

1. Kematian

Kematian fetus terjadi jika kelainan yang ditimbulkan oleh agensia

toksik parah (terjadi kelainan struktural maupun fungsional) sehingga fetus

tidak mampu beradaptasi untuk bertahan hidup.

2. Kecacatan bentuk

Kecacatan bentuk (malformasi) merupakan manisfetasi dari teratogen.

Malformasi dapat berupa kelainan anatomik, histologi dan berkurang atau

bertambahnya jumlah komponen penyusun tubuh fetus.

3. Hambatan pertumbuhan

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pertumbuhan fetus

terhambat, anatara lain gangguan sintesis pada tingkat molekuler dari DNA,

RNA, protein, karbohidrat, dan lemak. Pertumbuhan yang terhambat akan

mengakibatkan fetus berukuran lebih kecil daripada fetus normal.

4. Gangguan fungsi

Gangguan fungsi suatu organ pada fetus akan menyebabkan viabilitas

atau daya tahan hidup menjadi lebih rendah, sehingga fetus berumur pendek

(Wilson, 1973). Menurut Siswosudarmo (1988), sifat obat dapat digolongkan

dalan 3 golongan besar yaitu:

1. Obat dengan zat teratogen pasti (known teratogens) misal Thalidomid,

obat anti tumor.

2. Obat dengan kecurigaan kuat bersifat teratogenik (probable teratogen),

misal alkohol, litium, wasparin.

Page 32: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

3. Obat dengan dugaan bersifat teratogenik (possible teratogen), misal

salisilat, antasida, penekan nafsu makan, antidiabetika oral, dan obat-

obatan psikotropik.

Robert (1971) dan Wilson (1973) melaporkan bahwa teratogenitas bersifat

genetik dan bukan genetik. Teratogenitas genetik merupakan kelainan atau terjadi

cacat bawaan yang disebabkan oleh adanya mutasi gen, kelainan kromosom, dan

perubahan fungsi asam nukleat. Teratogenitas yang bukan bersifat genetik disebabkan

kekurangan energi, hambatan yang bersifat enzimatik, perubahan permeabilitas

membran dan tidak seimbangnya tekanan osmotik membran sel. Tuchmann-Duplesis

(1975) mengatakan bahwa kelainan karena faktor luar, gen aslinya normal dan

seimbang tetapi dirusak oleh faktor yang datangnya dari lingkungan perkembangan

embrio dan mempunyai sifat dismorfogenik.

3. Embriologi

Tikus merupakan spesies poliestrus yang mengulang siklusnya sepanjang

tahun tanpa banyak variasi, panjang siklusnya 4-6 hari dengan mekanisme ovulasi

yang spontan dengan 8-11 jam dari fase estrus (Hafez, 1970). Menurut Rugh

(1968), pekembangan embrio di dalam uterus dibagi dalam 3 fase, yaitu:

a. Perkembangan dasar dari fertilisasi yang berlanjut dengan lapisan

germinal

b. Organogenesis

c. Diferensiasi jaringan dengan pemasakan fungsi dan integrasi organ.

Eksistensi intra-uterine dari embrio dan fetus melewati 3 tahapan masa

perkembangan, yaitu masa pra implantasi, masa implantasi, dan masa fetus yang

Page 33: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

sebenarnya (Burki, 1986 dalam Astirin 1999). Sedangkan menurut Hafez (1970),

waktu perkembangan embrio pada tikus putih ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Tingkatan Perkembangan Embrio pada Tikus Putih

Waktu (hari) Tingkatan yang terjadi

1 Stadium 1-2 sel, berada di bagian teratas dari oviduk

2 Stadium 2-16 sel, migrasi ke uterus 3 Morula, berada di uterus bagian atas

4-5 Balstula bebas dalam uterus, dilindungi zona pellucida 5 Perpanjangan masa inti sel primitif streak jelas dan terbentuk

rongga pro-amnion 6 Implantasi 7 Diferensiasi embrio dan terbentuk bagian ekstra embrionik 8 Diferensiasi tropoblast dengan cepat, primitif streak, primitif

knot, head processus, awal pembentukan mesodem dan pemanjangan area embrionik

9 Terbentuk somit, neural plate dan awal neural folds 10-10,5 Terbentuk tabung neural, promordial hati, mata, dan telinga,

diferensiasi endoderm ke dalam foregut, midgut, dan hindgut 11-11,5 Pemanjangan somit toraks, pembentukan tailbud,

perkembangan tubulus mesonephridicus (terbentuknya embrio)

12-16 Pemanjangan somit belakang, mata terbentuk, osifikasi awal dari skeleton

16-20 Perkembangan fetus 20-21 Kelahiran (Sumber : Hafez, 1970)

Embrio tahap preimplantasi merupakan salah satu bahan yang digunakan

untuk penelitian di bidang bioteknologi embrio (IVF/IVM= in vitro fertilization/

maturation, transfer embrio, dan stem cells). Tahap preimplantasi embrio

merupakan tahap perkembangan dasar sebelum tahap organogenesis, tahap ini

merupakan tahap yang sangat tergantung pada nutrisi yang ada pada cairan

oviduk. Kelangsungan hidup embrio pada tahap selanjutnya sangat tergantung

dari keberhasilan hidup embrio pada tahap preimplantasi (Said dkk., 2011).

Page 34: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Pada masa implantasi, embrio mengalami proses diferensiasi dengan

melangsungkan kegiatan segregasi sel-sel embrio yang mengarah ke pembentukan

sel-sel khusus yang akan berubah menjadi sistem tubuh serta organ-organnya.

Masa ini dikenal sebagai periode organogenesis, yaitu periode proliferasi, migrasi,

asosiasi, diferensiasi, dan pembentukan sel bersama-sama dengan proses

pembentukan jaringan dan organ (Jawi, 1999).

Menurut Kimball (1983), perkembangan embrio dimulai saat telur yang

telah dibuahi dalam tuba fallopi, embrio yang sedang berkembang ini meneruskan

perjalanannya ke uterus dan terjadi pembelahan yang berulang sehingga terbentuk

bola berongga yang disebut blastosis, kira-kira satu minggu setelah fertilisasi

blastosis tertanam dalam dinding mukosa uterus yang menebal. Peritiswa ini

disebut implantasi. Perkembangan blastosis berlanjut dengan pembelahan sel yang

cepat dan beberapa sel migrasi dari satu tempat ke tempat lain di dalam embrio

yang sedang berkembang sehingga terbentuklah dua bagian utama sel atau

jaringan embrio yang sebenarnya yang akan menjadi fetus dan membran ekstra

embrional.

4. Organogenesis

Menurut Lu (1995), tahap organogenesis adalah tahap ketika sel secara

intensif menjalani diferensiasi, mobilisasi, dan organisasi. Selama periode ini

sebagian besar organogenesis terjadi. Stadium ini terjadi pada umur kehamilan 3-

8 minggu pada manusia atau 6-13 hari pada mencit. Menurut Santoso (2004) dan

Jawi (1999), stadium ini paling aktif karena mulai terjadi diferensiasi sel-sel untuk

Page 35: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pembentukan organ tubuh. Fase ini sensitif terhadap zat teratogen sehingga bisa

menyebabkan kelainan bentuk (malformasi). Kemungkinan pengaruh buruk yang

terjadi adalah:

a. Pengaruh letal yaitu terjadi kematian janin atau abortus

b. Pengaruh sub letal yaitu tidak terjadi kematian tetapi terjadi

malformasi anatomik (struktur) pertumbuhan organ atau pengaruh

teratogenik.

c. Gangguan fungsional yang permanen baru tampak kemudian, artinya

tidak timbul pada saat kelahiran.

Periode organogenesis merupakan periode pembentukan organ-organ dan

sistem tubuh serta terjadi perubahan bentuk tubuh. Pada periode ini sel secara

intensif mengalami diferensiasi, mobilisasi, dan organisasi sehingga embrio

sangat rentan terhadap efek teratogen. Periode ini berakhir jika bentuk embrio

sudah seperti induknya, yaitu pada hari ke-10 sampai ke-14 pada hewan pengerat

dan pada minggu ke-14 pada manusia (Robert, 1971, Lu, 1995).

5. Skeleton

Tulang adalah jaringan ikat yang terdiri dari materi intersel yang

mengapur (matriks tulang), dan 3 jenis sel tulang yaitu osteosit (terdapat di

rongga/ lakuna di dalam matriks), osteoblast (sel yang membentuk komponen

organik dari matriks), osteoklas (sel raksasa yang berinti banyak yang berperan

pada resorbsi dan pembentukan kembali jaringan tulang). Umumnya struktur

Page 36: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

tulang adalah kaku dan merupakan penyusun utama sistem skeleton (Greep, 1966;

Junqueira et al.,1998).

Menurut Junqueira et al. (1998), tulang mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang disebut dengan istilah osifikasi. Awal dari proses osifikasi ini

adalah terjadinya perubahan jaringan mesenkim pada fetus menjadi jaringan

tulang atau menjadi kartilago yang selanjutnya akan menjadi jaringan tulang.

Tulang berfungsi sebagai cadangan kalsium, fosfat, dan ion lain yang dapat

dilepaskan atau disimpan secara terkendali untuk mempertahankan konsentrasi

tetap ion-ion ini dalam cairan tubuh (Bloom and Faweett, 1978).

Osifikasi dibagi menjadi 2 cara, yaitu osifikasi desmalis

(intramembranosa) dan osifikasi endokondral (Junqueira et al., 1998). Osifikasi

intramembranosa terjadi di dalam daerah-daerah pemadatan jaringan mesenkim.

Pada osifikasi intramembranosa ini, tulang dibentuk melalui mineralisasi langsung

pada matriks yang disertai oleh osteoblas. Osifikasi ini merupakan sumber

sebagian besar tulang pipih cranium yaitu os-frontal, os-parietal, os-temporal,

dan os-accipital. Selain itu, osifikasi ini juga mengatur pertumbuhan tulang-tulang

pendek dan penebalan tulang panjang. Sedangkan osifikasi endokondralis terjadi

di dalam tulang rawan hialin. Pertumbuhan tulang pada osifikasi ini melalui

penimbunan matriks tulang rawan sebelumnya.

a. Osifikasi endokondralis

Ham and Cormack (1979) menyatakan bahwa osifikasi

endokondralis terbagi dalam 2 tahap. Tahap pertama mencangkup

hipertropi dan destruksi kondrosit. Pada tahap ini ditandai dengan

Page 37: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

adanya pusat penulangan primer yang berupa pembesaran (hipertropi)

dan kondrosit di tengah-tengah diafisis. Kondrosit mensekresikan bahan

matriks kartilago ke ruang antar sel. Adanya hipertropi kondrosit

menyebabkan matriks kartilago terdesak membentuk sekat-sekat tipis.

Di dalam matriks kartilago terjadi pengendapan garam-garam kalsium,

sehingga kondrosit akan terperangkap dalam matriks destruksi dan

akhirnya mati, sehingga menghasilkan rongga-rongga bekas kondrosit

yang saling berhubungan yang disebut lakuna.

Tahap kedua, tunas ostogenik yang terdiri dari kapiler-kapiler

darah masuk dari periosteum, kemudian membawa sel-sel

osteoprogenitor menembus ke dalam lingkungan baru ini, pola

diferensiasi sel-sel kondrogenik berubah, tidak menghasilkan kondrosit

lagi tetapi menghasilkan osteoblas yang akan menjadi osteosit (Han and

Cormack, 1979).

Osifikasi pada setiap spesies hewan tidak sama. Pada tikus

osifikasi dimulai pada hari ke-8 kebuntingan, dengan masa kritis pada

hari ke-13 sampai 15 kebuntingan (Taylor, 1986).

b. Pertumbuhan memanjang tulang panjang

Menurut Junqueira et al. (1998), setelah penulangan sekunder

berakhir, maka terdapat sisa-sisa kondrosit diantara epifisis dan diafisis

yang tersusun berderet-deret. Deretan sel-sel ini dipisahkan oleh

matriks tipis. Jaringan kartilago yang berada diantara epifis dan diafisis

disebut kartilago epifisialis. Katilago ini dibagi berkaitan erat dengan

Page 38: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

pertumbuhan tulang memanjang. Kartilago ini dibagi menjadi 5 zona,

yaitu zona rehat, zona proliferasi, zona hipertropi, zona kalsifikasi dan

zona osifikasi (Ham and Cormack, 1979).

6. Jalur Masuk Zat Asing Ke Dalam Embrio

Howland (1975) menyatakan sel embrio masih sangat rentan terhadap

pengaruh dari luar karena terjadinya mitosis berlanjut dan inti sel dalam keadaan

tidak berselaput dan kromosom tersebar. Akibatnya zat asing dengan mudah

berinteraksi sehingga menyebabkan kelainan perkembangan. Kemungkinan

masuknya zat asing ke dalam tubuh ada berbagai jalan yaitu kontak langsung

dengan kulit, lewat sistem pernafasan, lewat sistem pencernaan, secara

eksperimen disuntikkan atau disinari, kemudian dibawa oleh sistem peredaran

darah sampai ke dalam jaringan atau sel.

Menurut Tuchmann-Duplessis (1975), apabila zat kimia diberikan secara

oral dengan hasil metabolisme berberat molekul kecil, akan diabsorbsi oleh

intestinum dan melalui barrier plasenta. Struktur molekul obat membutuhkan

carrier membran yang spesifik, yaitu:

a. Melalui pori membran

Hanya untuk senyawa dengan berat molekul kurang dari 100

b. Pinositosis

Untuk pengiriman sejumlah kecil makromolekul terutama virus dan

substansi imunologik

Page 39: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

c. Difusi sederhana

Proses penting untuk transfer obat melalui palsenta. Transfer berbagai

macam obat melalui plasenta mengikuti hukum difusi melalui

membran lipoprotein. Laju difusi tergantung pada konsentrasi obat,

tidak ada kejenuhan, hanya membutuhkan energi thermal, dan tidak

ada kompetisi diantara molekul yang berhubungan.

Plasenta adalah organ sementara dan merupakan tempat berlangsungnya

pertukaran fisiologik antara induk dan fetus dan bersifat permeabel (Junqueira et

al., 1998). Plasenta adalah tenunan tubuh dari embrio dan hewan induknya, yang

terjalin pada waktu pertumbuhan embrio untuk keperluan penyaluran makanan

dari induk kepada anak dan zat buangan dari anak kepada induk (Elya dan

Kusmana, 2002). Fungsi plasenta adalah menyediakan makanan untuk fetus yang

diambil dari darah ibu, bekerja sebagai paru-paru fetus dengan menyediakan zat

untuk oksigenasi darah fetus dan menyingkirkan bahan buangan fetus. Plasenta

juga bekerja sebagai penghalang guna menghindarkan mikroorganisme penyakit

mencapai fetus. Plasenta membantu ovarium dalam produksi hormon yang

diperlukan untuk kelangsungan kehamilan dan memainkan peranan penting dalam

hubungan dengan laktasi, yaitu dengan merangsang perkembangan jaringan

kelenjar susu dan saluran-salurannya (Pearce, 1993).

Tipe plasenta pada mencit sama dengan tipe plasenta pada manusia yaitu

hemokorialis, karena darah induk dan darah fetus dipisahkan oleh selaput

sinsitium yang berasal dari korion dan sel-sel endotel dari kapiler fetus (Kaufman,

1994). Jalur utama transfer obat melalui plasenta adalah dengan difusi sederhana.

Page 40: EFEK TERATOGENIK PEMBERIAN ZAT WARNA RHODAMIN B PADA .../Efek... · Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian zat zat Rhodamin B yang sering dijumpai pada jajanan dan pelengkap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Obat-obat yang bersifat lipofilik lebih mudah menembus plasenta daripada zat

nonlipofilik. Obat yang tidak terionisasi pada pH fisiologis akan lebih mudah

berdifusi melalui plasenta dibandingkan obat-obat yang bersifat asam atau basa.

Perubahan-perubahan pada aliran darah plasenta akibat keadaan patofisiologis

sekunder (hipertensi dalam kehamilan) atau karena efek farmakologis obat dapat

mempengaruhi transfer obat melalui plasenta (Jacobs, 1996).

Pada masa kehamilan, terjadi berbagai perubahan pada fisiologi tubuh,

misalnya menurunnya motilitas saluran pencernaan, menurunnya kadar protein

darah, meningkatnya kecepatan aliran darah ginjal, dan terpacunya enzim-enzim

metabolisme. Pada keadaan hamil, distribusi obat dalam tubuh menjadi sedikit

kompleks, karena disini terdapat dua macam sirkulasi, yakni sirkulasi maternal

(dalam tubuh ibu) dan sirkulasi fetal (dalam fetus) (Astirin dan Widiyani, 2010).

Suatu senyawa yang diberikan secara ekstra vaskuler kepada ibu akan

mengalami absorbsi dari tempat pemberiannya, untuk kemudian memasuki

peredaran darah maternal. Dengan adanya sirkulasi fetal yang berhubungan secara

langsung dengan sirkulasi maternal, maka molekul obat maupun metaboliknya

kemungkinan dapat masuk ke dalam fetus (Astirin dan Widiyani, 2010).

Perubahan fisiologis pada ibu yang terjadi selama kehamilan bisa

mempengaruhi konsentrasi antibiotika dalam serum, sehingga bisa mempengaruhi

efek obat. Perubahan-perubahan itu menurut Jawet (1998) adalah:

1. Kehamilan bisa merubah absorbsi obat yang diberikan peroral.