hormon

Upload: thompson-nainggolan

Post on 31-Oct-2015

157 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Hormon

TRANSCRIPT

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGIHORMON DAN TERAPI PENGGANTI HORMONDisusun oleh :

1. Kavitha Sree (260110113044) Tujuan, Prinsip,Kesimpulan,Compile2. Dharsiny (260110113036) Alat bahan, Prosedur,

3. Nisanthidevi (260110113041) Teori 4. Karen Low (260110113038) Data perhitungan, Graf.

5. Siamala (260110113031) Pembahasan

LABORATORIUM FARMAKOLOGI, FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN2013HORMON DAN TERAPI PENGGANTI HORMON

I. TUJUAN PERCOBAAN

1.1. Mengetahui secara lebih baik mengenai hormon dan terapi pengganti hormon.

1.2. Mengenal secara lebih baik teknik komputerisasi untuk mengevaluasi hormon dan terapi

pengganti hormon.

II. PRINSIP PERCOBAAN

Menentukan laju metabolic standar, laju metabolic setelah diinjeksi dengan tiroksin, laju metabolic setelah diinjeksi dengan TSH, dan laju metabolik setelah diinjeksi dengan propiltiourasil.

III. TEORI

Hormon adalah pembawa pesan kimiawi antarselatau antarkelompok sel. Semuaorganisme multiselular, termasuktumbuhan, memproduksi hormon. Hormon beredar di dalam sirkulasi darah dan fluida sell untuk mencari sel target. Ketika hormon menemukan sel target, hormon akan mengikat protein reseptor tertentu pada permukaan sel tersebut dan mengirimkan sinyal. Reseptor protein akan menerima sinyal tersebut dan bereaksi baik dengan memengaruhiekspresi genetiksel atau mengubah aktivitas protein selular, termasuk di antaranya adalah perangsangan atau penghambatanpertumbuhansertaapoptosis(kematian sel terprogram), pengaktifan atau penonaktifansistem kekebalan, pengaturanmetabolismedan persiapan aktivitas baru (misalnya terbang, kawin, dan perawatan anak), atau fase kehidupan (misalnyapubertasdanmenopause). Pada banyak kasus, satu hormon dapat mengatur produksi dan pelepasan hormon lainnya. Hormon juga mengatursiklus reproduksipada hampir semua organisme multiselular (Setiabudi, 1995).Pada hewan, hormon yang paling dikenal adalah hormon yang diproduksi olehkelenjar endokrinvertebrata. Walaupun demikian, hormon dihasilkan oleh hampir semua sistemorgandan jenis jaringan pada tubuh hewan. Molekul hormon dilepaskan langsung kealiran darah, walaupun ada juga jenis hormon yang disebut ektohormon (ectohormone) yang tidak langsung dialirkan ke aliran darah, melainkan melalui sirkulasi ataudifusike sel target (Setiabudi, 1995).Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan olehhipotalamus(bagian dari otak). Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melaluikelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untu mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke lobus anteriornya dan mengirim impuls saraf ke posteriornya dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya (Bambang, 2005).Pada tumbuhan, hormon dihasilkan terutama pada bagian tumbuhan yang sel-selnya masih aktif membelah diri (pucukbatang/cabang atau ujungakar) atau dalam tahap perkembangan pesat (buah yang sedang dalam prosespemasakan). Transfer hormon dari satu bagian ke bagian lain dilakukan melalui sistem pembuluh (xilemdanfloem) atau transfer antarsel. Tumbuhan tidak memiliki kelenjar tertentu yang menghasilkan hormone (Bambang, 2005).Mekanisme kerja hormon

Sekresi endokrin.

Sel endokrin mensekresi hormon hormon dialirkan ke darah ditangkap oleh reseptor pada sel sasaran

Hormon merupakan mediator kimia yang mengatur aktivitas sel / organ tertentu. Dahulu sekresi hormonal dikenal dengan cara dimana hormon disintesis dalam suatu jaringan diangkut oleh sistem sirkulasi untuk bekerja pada organ lain disebut sebagaifungsi Endokrin (Bambang 2005).Ini bisa dilihat dari sekresi hormon Insulin oleh pulau Langerhans Pankreas yang akan dibawa melalui sirkulasi darah ke organ targetnya sel-sel hepar. Sekarang diakui hormon dapat bertindak setempat di sekitar mana mereka dilepaskan tanpa melalui sirkulasi dalam plasma di sebut sebagaifungsi Parakrin,digambarkan oleh kerja Steroid seks dalam ovarium, Angiotensin II dalam ginjal, Insulin pada sel pulau Langerhans.Hormon juga dapat bekerja pada sel dimana dia disintesa disebut sebagaifungsi Autokrin.Secara khusus kerja autokrin pada sel kanker yang mensintesis berbagai produk onkogen yang bertindak dalam sel yang sama untuk merangsang pembelahan sel dan meningkatkan pertumbuhan kanker secara keseluruhan (Maria, 2007).Neurosekresi.

Badan sel saraf mensekresi hormon melalui akson hormon dialirkan melalui aliran darah hormon ditangkap oleh reseptor pada sel sasaran

Neurotransmisi.

Badan sel saraf mengeluarkan sinyal sehingga mempengaruhi sel sasaran melakukan sesuatu.

Negative Feedback SystemdanPositive Feedback System

System pengaturan tubuh yang lain untuk mempertahankan homeostasis ini adalah dengansystem umpan balik negative (negative feedback system),peningkatan atau penurunan suhu tubuh, tubuh akan memberikan reaksi berlawanan-sistem ini menguntungkan bagi tubuh. Sedangkansystem umpan balik positifataupositive feedback systemsering merugikan tubuh karena reaksinya memperburuk keadaan dan merupakan lingkaran setan seperti pendarahan, hipotensi, gangguan perfusi jaringan termasuk miokard (Maria, 2007)Pengaturan produksi hormone

1.Umpan balik negative

Berusaha agar kejadian ini tidak berlanjut terus (agar tetap stabil). Berlaku di hampir semua sistem tubuh. (Jika produk sudah berlebihan, berusaha untuk menghentikan) (Henwood, 2000).2.Umpan balik positif

Terdapat pada 4 sistem:

a. Proses penghantaran impuls saraf

b. Proses pembekuan darah

c. Proses partes (persalinan)

d. Proses ovulasi

Proses umpan balik

Hypothalamus menghasilkan RH, menuju adenohypofisis, menghasilkan SH, menuju target gland menghasilkan hormone. Jika hormone yang dihasilkan sudah banyak, target gland hormone ke hypothalamus dan atau adenohypohisis untuk menghambat produksi RH atau SH. Jika hormone yang dihasilkan kurang, target gland akan merangsang hypothalamus untuk menghasilkan RH (Florey, 1976).Contoh pada proses ovulasi

LH dan FSH diproduksi berikatan dengan estrogen estrogen memberi umpak balik positif LH meningkat tidak terjadi umpan balik negatif terjadi lonjakan LH terjadi ovulasi.

Jika tidak sampai terjadi lonjakan LH maka tidak terjadi ovulasi (siklus anovulatoa). Jika umpan balik terganggu, dapat menyebabkan terjadi akromegali atau gigantisme (Florey, 1976).IV. ALAT DAN BAHAN

Infocus

Komputer

Program pyscioex

V. PROSEDUR

Pengukuran Standar Laju Metabolisme

Untuk mengukur standar laju metabolic, pertama tikus normal diklik dan didrag ke dalam chamber.Setelah sampai di chamber tombol mouse dilepaskan. Pastikan katupp ada sisi kirita bung terbuka agar udara dapat masuk, bila tertutup, katup diklik untuk membukanya.Pastikan pula indicator pada T-connector terbaca chamber snd manometer connected, bila tidak, klik untuk membukanya. Setelah itu, tombol weight diklik dan dicatat pada Baseline di chart 1 untuk berat. Klik tombol (+) pada timer sehingga terbaca 1.00.Agar udara dari luar tidak masuk, sehingga dapat dipastikan hanya oksigen dari system tertutup ini yang dihirup oleh tikus, maka pada katup diklik untuk menutupnya.Klik tombol start pada layer timer, perhatikan ketinggian air pada tabung U-shaped. Timer akan berhenti otomatis setelah satu menit, kemudian pada tombol T-connector diklik, maka akan terbaca manometer and syringe connected. Klik katup untuk membuka sehingga tikus dapat menghirup udara luar.Perbedaan antara tinggi kiri dan kanan tabung U dapat dilihat dan diperkirakan volume O2 yang dapat disuntikan.Klik tombol (+) di bawah O2 sampai layar memberikan nilai, kemudian klik tombol inject sampai volume pada kedua sisi sama (akan ada kata level berkedip dan menghilang). Bila terlalu tinggi, dapat diulangi dengan menekan tombol reset. Pengukuran ini dicatat pada bagian baseline di grafik 1, untuk pemakaian O2 selama 1 menit. Pemakaian oksigen tiap jam pada tikus dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebaga iberikut:

mL pemakaian O2 x 60 menit = mL O2/jam

1 menit jam

Dan laju metabolic perkilogram bobot badan dapat dihitung dengan menggunakan rumu ssebagai berikut:

Laju metabolisme = mL O2/jam = mL O2/kg/jam

Kg BB

Untuk menyimpan data yang telah diperoleh dapat diklik record data.Pindahkan tikus dari chamber kembali ke kandangnya dan klik tombol reset pada kotak apparatus.Langkah di atas diulangi untuk tikus tiroidektomi (Tx) dan hipofisektomi (Hypox). Rekamlah data pada bagian baseline grafik 1.

Pengukuran Pengaruh Tiroksin pada Laju Metabolik

Pada data set, tikus yang akan diuji dapat dipilih, yang mana terdiri dari tikus normal, tikustiroidektomi (Tx), dan tikus hipofisektomi (Hypox). Klik tombol reset pada kotak apparatus. Klik dan dragalat suntik Thyroxine pada tikus dan lepaskan tombol mouse untuk menginjeksi hewan tersebut.Lalu, klik dan drag tikus kembali ke dalam chamber.Ulangi langkah seperti pada pengukuran standar laju metabolic standar, tetapi rekamlah data pada bagian dengan thyroxine

grafik 1.Untuk menyimpan klik record data.Klik dan drag tikus kembali ke dalam kandangnya, dan klik clean untuk menghilangkan semua efek dari tiroksin.Untuk tikus uji yang lainnya, dilakukan percobaan seperti prosedur di atas.Data direkam pada bagian with thyroxine grafik 1 pada kolom sesuai tikus yang diuji.

Pengukuran pengaruh TSH pada laju metabolik

Pada data set, tikus yang akan diuji dapat dipilih, yang mana terdiri dari tikus normal, tikus tiroidektomi (Tx), dan tikus hipofisektomi (Hypox). Klik tombol reset pada kotak apparatus. Klik dan drag alat suntik TSH pada tikus dan lepaskan tombol mouse untuk menginjeksi hewan tersebut.Lalu, klik dan drag tikus kembali ke dalam chamber.Ulangi langkah seperti pada pengukuran standar laju metabolic standar, tetapi rekamlah data pada bagian with TSH grafik 1.Untuk menyimpan klik record data.Klik dan drag tikus kembali ke dalam kandangnya, dan klik clean untuk menghilangkan semua efek dari TSH.Untuk tikus uji yang lainnya, dilakukan percobaan seperti prosedur di atas.Data direkam pada bagian with TSH grafik 1 pada kolom sesuai tikus yang diuji.

Pengukuran pengaruh Propiltiourasil pada laju metabolik

Pada data set, tikus yang akan diuji dapat dipilih, yang mana terdiri dari tikus normal, tikus tiroidektomi (Tx), dan tikus hipofisektomi (Hypox). Klik tombol reset pada kotak apparatus. Klik dan drag alat suntik propiltiourasil pada tikus dan lepaskan tombol mouse untuk menginjeksi hewan tersebut. Lalu, klik dan drag tikus kembali ke dalam chamber.Ulangi langkah seperti pada pengukuran standar laju metabolic standar, tetapi rekamlah data pada bagian dengan propiltiourasil grafik1.Untuk menyimpan klik record data.Klik dan drag tikus kembali ke dalam kandangnya, dan klik clean untuk menghilangkan semua efek dari propiltiourasil.Untuk tikus uji yang lainnya, dilakukan percobaan seperti prosedur di atas.Data direkam pada bagian with propiltiourasil grafik 1 pada kolom sesuai tikus yang diuji.

Terapi Pengganti Hormon

Klik pada alat suntik, drag pada botol saline dan lepaskan tombol mouse alat suntikan terisi secara otomatis 1 ml salin. Drag alat suntik pada tikus kontrol, letakkan ujung jarum pada daerah bagian bawah abdominal (intraperitonial) dan lepaskan tombol mouse untuk menginjeksi hewan tersebut dan alat suntik otomatis kembali pada tempatnya. Klik clean untuk membersihkan alat suntik dari residu obat.

Klik lagi alat suntik, drag ke botol estrogen dan lepaskan tombol mouse, alat suntikan terisi secara otomatis 1 ml salin. Drag alat suntik pada tikus kontrol, letakkan ujung jarum pada daerah bagian bawah abdominal (intraperitonial) dan lepaskan tombol mouse untuk menginjeksi hewan tersebut dan alat suntik otomatis kembali pada tempatnya. Klik clean untuk membersihkan alat suntik dari residu obat.

Klik clock di atas layar elapsed days, akan terlihat jam berputar 24 jam. Ulangi langkah di atas sampai semua tikus mendapat 7 kali suntikan selama 7 hari (1 suntikan per hari). Tikus control mendapat 7 kali suntikan salin dan tikus eksperimen mendapat 7 kali suntikan estrogen.Kemudian klik kotak kertas timbang, klik dan drag kertas timbang yang muncul keatas timbangan, kemudian lepaskan tombol mouse. Skala timbangan akan memberkan nilai berat kertas timbang, klik tombol tare untuk menara timbangan (0,00 gram). Sekarang uterus siap dihilangkan.Pada percobaan biasa perlu dilakukan pembedahan, tetapi di sini dilakukan dengan klik tombol remove uterus pada kandang, tikus akan hilang dan uterus akan tampak di setiap kandang. Lalu, klik dan drag uterus dari tikus control ke atas timbangan dan lepaskan tombol mouse.Klik tombol weigh untuk menimbangnya dan beratnya dicatat. Klik record data.

Klik clean pada timbangan untuk membuang kertas timbang dan uterus. Ulangi langkah di atas kemudian klik dan drag uterus dari tikus eksperimen ke atas timbangan dan lepaskan tombol mouse. Klik tombol weigh untuk menimbangnya dan catat beratnya. Klik record data dan klik clean pada timbangan untuk membuang kertas timbang dan uterus.

VI. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN6.1. Pengukuran Standar Laju Metabolisme

Data SetWeightElapsed TimemL OksigenLaju Metabolisme

Normal250,817,21,722

Tx245,316,31,541

Hypox245,416,31,540

6.2. Pengukuran Pengaruh Tiroksin pada Laju Metabolik

Data SetWeightElapsed TimemL OksigenLaju Metabolisme

Normal249.017,61,831

Tx244.917,21,764

Hypox244,017,21,770

6.3 Pengukuran Pengaruh Thyroid Stimulating Hormone (TSH) pada Laju Metabolik

Data SetWeightElapsed TimemL OksigenLaju Metabolisme

Normal249.217,71,854

Tx244.416,31,547

Hypox245,617,11,735

6.4 Pengukuran Pengaruh Propylthiouracil (PTU) pada Laju Metabolik

Data SetWeightElapsed TimemL OksigenLaju Metabolisme

Normal250.016,31,512

Tx244.616,3

Hypox244.416,3

6.5 Terapi Pengganti Hormon

TikusElapsed DayInjeksi Saline Injeksi EstrogenBerat Uterus(g)

Kontrol7700.1026

Experimen707

7.1 Pengukuran Standar Laju Metabolisme

Pemakaian oksigen tiap jam pada tikus:

Laju metabolik perkilogram bobot badan dengan rumus:

1. NORMAL

Pemakaian Oksigen:

Laju metabolik:

2. TIROIDEKTOMI

Pemakaian Oksigen:

Laju Metabolik:

3. HIPOFISEKTOMI

Pemakaian Oksigen:

Laju Metabolik

7.2 Pengukuran Pengaruh Tiroksin pada Laju Metabolik

1. NORMAL

Pemakaian Oksigen:

Laju Metabolik:

2. TIROIDEKTOMI

Pemakaian Oksigen:

Laju Metabolik:

3. HIPOFISEKTOMI

Pemakaian Oksigen:

Laju Metabolik:

7.3 Pengukuran Pengaruh Thyroid Stimulating Hormone (TSH) pada Laju Metabolik

Perhitungan:

1. NORMAL

Pemakaian Oksigen:

Laju Metabolik:

2. TIROIDEKTOMI

Pemakaian Oksigen:

Laju Metabolik:

3. HIPOFISEKTOMI

Pemakaian Oksigen:

Laju Metabolik:

6.5 Pengukuran Pengaruh Propylthiouracil (PTU) pada Laju Metabolik

1. NORMAL

Pemakaian Oksigen:

Laju Metabolik:

2. TIROIDEKTOMI

Pemakaian Oksigen:

Laju Metabolik:

3. HIPOFISEKTOMI

Pemakaian Oksigen:

Laju Metabolik:

8.1 Grafik Jumlah Penggunaan O2 vs Perlakuan

8.2 Grafik Laju Metabolisme vs Perlakuan

VII. PEMBAHASANDalam percobaan ini dilakukan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui secara lebih baik mengenai hormon dan terapi pengganti hormon secara komputerisasi. Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga sekresinya akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh. Hormon diedarkan oleh darah menuju ke jaringan/organ sasaran yang dipengaruhinya. Jaringan sasaran akan memberikan reaksi, sedangkan jaringan bukan sasaran tidak memberikan reaksi. Mekanisme kerja hormon yaitu pengaktifan sistem adenilatsiklase dan induksi biosintesis enzim dan protein lain.

Percobaan terapi hormon menggunakan parameter laju metabolisme. Oleh karena itu hormon yang berhubungan dengan percobaan ini adalah hormon tiroid dan TSH, hewan yang diujikan ada tiga kelompok, kelompok kontrol, kelompok dengan tiroidektomi, dan kelompok hipofisektomi.

Kelompok kontrol adalah kelompok hewan percobaan yang kondisinya normal, kelompok ini berfungsi untuk mengetahui laju metabolik tikus normal. Kelompok tiroidektomi adalah kelompok tikus yang telah kehilangan kelenjar tiroidnya sehingga di dalam tubuhnya tidak dihasilkan hormon tiroksin, sedangkan kelompok hipofisektomi adalah kelompok tikus yang telah kehilangan kelenjar hipofisisnya sehingga tidak menghasilkan hormon TSH.

Jumlah penggunaan oksigen tiap jam dianalogikan sebagai laju metabolisme. Penggunaan oksigen ini mencerminkan laju metabolisme karena proses metabolisme hewan percobaan mutlak memerlukan oksigen sehingga laju metabolisme dapat dianaolgikan dengan penggunaan oksigen per jam. Percobaan ini menggunakan metode dry lab dengan menggunakan software PhysioEx dengan hewan percobaan tikus.

Sebelum melakukan percobaan terapi hormon, terlebih dahulu dibuat standar laju metabolisme. Standar laju ini dibuat untuk mengetahui laju metabolisme ketiga kelompok tikus pada kondisi normal yaitu dengan mengukur penggunaan oksigen selama satu menit lalu dengan perhitungan ditentukan laju metabolisme berupa penggunaan oksigen perjam per kilogram berat badan tikus. Tikus ditempatkan pada suatu chamber tertutup yang terhubung pada alat pengukur tekanan selama satu menit, kemudian chamber tersebut diisi kembali dengan udara dari luar dengan volume yang diketahui hingga tekanan udara kembali seperti semula. Volume tersebut yang selanjutnya dimasukkan ke dalam perhitungan untuk menentukan laju metabolisme.

Laju metabolisme pada kategori standar laju selanjutnya digunakan sebagai pembanding untuk terapi hormon yang diterapkan pada masing-masing kelompok hewan percobaan. Perbedaan nilai laju metabolisme yang signifikan baik itu meningkat atau menurun menunjukkan adanya pengaruh dari perlakuan terapi hormon dan pengganti hormon pada hewan percobaan.

Percobaan pertama yang dilakukan adalah pengukuran standar laju metabolisme. Percobaan dilakukan terhadap tikus normal, tiroidektomi, dan hipofisektomi dengan mengukur banyaknya oksigen. Dari hasil percobaan, tikus yang mengambil asupan oksigen paling banyak adalah tikus normal (7,2 ml oksigen). Hal ini dikarenakan pada tikus normal dihasilkan hormon tiroksin. Hormon tiroksin meninggikan konsumsi oksigen hampir pada semua jaringan aktif dalam proses metabolisme kecuali pada otak, hipofisis anterior, limfa, dan kelenjar limfa. Pada tikus hipofisektomi dan tiroidektomi, pengambilan oksigen dari luar lebih sedikit (6,3 ml oksigen) karena pada tikus hipofisektomi dihilangkan kelenjar hipofisis yang merupakan penghasil hormon TSH (Tyroidea Stimulating Hormone) yang akan menstimulasi kelenjar tiroid menghasilkan tiroksin, dan pada tikus tiroidektomi dihilangkan kelenjar tiroid yang merupakan penghasil tiroksin sehingga pada kedua tikus hormon tiroksin tidak dihasilkan. Laju metabolisme pada tikus normal sebesar 1,722 ml O2/Kg/jam, pada tikus pemberian tiroksin sebesar 1,541 ml O2/Kg/jam, dan pada tikus pemberian PTU sebesar 1,540 ml O2/Kg/jam.

Pada percobaan kedua dilakukan pengukuran pengaruh hormon tiroksin pada laju metabolik. Percobaan ini dilakukan pada tikus normal, tiroidektomi, dan hipofisektomi dengan memberikan hormon tiroksin. Dari hasil percobaan, tikus yang memiliki laju metabolisme paling cepat adalah tikus normal. Hal ini dikarenakan pada tikus normal dihasilkan hormon tiroksin juga dari dalam tubuhnya sehingga kadar tiroksin lebih tinggi, maka terjadi peningkatan laju metabolisme. Tikus yang paling lambat laju metabolismenya adalah tikus hipofisektomi. Hal ini dikarenakan kelenjar hipofisis pada tikus dihilangkan. Kelenjar hipofisis merupakan kelenjar penghasil TSH yang akan merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan tiroksin. Adanya penghilangan kelenjar hipofisis mengakibatkan tidak dihasilkannya tiroksin. Oleh sebab itu, kadar tiroksin dalam tubuh lebih rendah dari tikus normal sehingga laju metabolismenya lambat. Begitu pula pada tikus tiroidektomi (kelenjar tiroid dihilangkan). Karena kelenjar tiroid yang merupakan penghasil tiroksin dihilangkan, maka pengambilan oksigen dari lingkungan berkurang sehingga laju metabolismenya dibawah normal. Laju metabolisme pada tikus normal sebesar 1,831 ml O2/Kg/jam, pada tikus tiroidektomi sebesar 1,764 ml O2/Kg/jam, dan pada tikus hipofisektomi sebesar 1,770 ml O2/Kg/jam.

Pada percobaan ketiga dilakukan pengukuran pengaruh TSH pada laju metabolik. Tyroidea Stimulating Hormone merupakan hormon peptide yang berbentuk glikoprotein. Hormon ini terdiri atas sub unit dan yang identik dan tidak terikat secara kovalen. Sub unit ini spesifik untuk setiap hormon. Hormon ini menstimulasi pertumbuhan, produksi hormon, dan pembebasan hormon dari kelenjar tiroid, merangsang pengambilan iodide dari darah ke dalam kelenjar tiroid, menaikkan kemampuan memekatkan ion iodide dari kelenjar tiroid, mempercepat oksidasi iodida menjadi iodium dan perubahan dari diiodtirosin menjadi triiodtironin dan tiroksin, dan meningkatkan aktivitas enzim proteolitik yang membebaskan tiroksin dan juga triiodtrionin. Pembebasan hormon ini diatur menurut konsentrasi hormon tiroid dalam darah. Pada kadar hormon tiroid tinggi maka pembebasan TSH diperlambat, sedangkan pada konsentrasi hormon tiroid rendah maka pembebasan TSH diperbesar. Dari hasil percobaan didapat pada tikus normal laju metabolisme nya meningkat setelah diberikan TSH karena TSH merangsang kelenjar tiroid menghasilkan tiroksin yang berfungsi meningkatkan taraf metabolisme. Begitu pula pada tikus hipofisektomi , laju metabolisme nya meningat karena tiroksin masih dapat dihasilkan meskipun kelenjar hipofisis telah dihilangkan karena adanya pemberian TSH dari luar. Sedangkan pada tikus tiroidektomi, pemberian TSH tidak mempengaruhi laju metabolisme karena kelenjar tiroid nya sudah dihilangkan sehingga tidak dihasilkan tiroksin.

Percobaan keempat dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian propiltiourasil terhadap laju metabolik tikus. Propiltiourasil adalah suatu senyawa yang dapat menghambat secara langsung sintesis hormon tiroid dengan jalan menghambat enzim peroksidase sehingga mencegah pengikatan iodium pada tirosin atau penggandengan mono- dan diiodotirosin menjadi T3/T4. prosedur dilakukan dengan terlebih dahulu dilakukan pemberian propiltiourasil pada setiap tikus sebelum penentuan laju metaboliknya. Data yang diperoleh menunjukkan adanya penurunan laju metabolik pada tikus normal sedangkan pada tikus tiroidektomi dan tikus hipofisektomi tidak menunjukkan perubahan yang berarti. Penurunan laju metabolik pada tikus normal dikarenakan terjadinya penghambatan proses pembentukan hormon tiroksin oleh propiltiourasil sehingga hormon yang diproduksi menjadi menurun dan mengakibatkan laju metabolik menjadi lebih lambat. Tidak adanya respon yang berarti terhadap pemberian propiltiourasil pada tikus tiroidektomi dan tikus hipofisektomi terjadi dalam dua mekanisme yang berbeda. Pada tikus tiroidektomi propiltiourasil yang diberikan tidak berfungsi karena propiltiourasil tersebut tidak menemukan reseptornya. Seperti kita ketahui propiltiourasil bekerja dengan menghambat sintesis hormon tiroksin sedangkan tikus tiroidektomi sudah tidak memiliki kelenjar tiroid yang berperan sebaga tempat sistesis tiroksin. Tidak adanya proses sintesis tiroksin maka tidak ada pula proses penghambatan. Pada tikus hipofisektomi mekanisme yang terjadi adalah propiltiourasil bekerja menghambat sintesis hormon tiroksin pada kelenjar tiroid tetapi keadaan yang terjadi tidak memiliki perbedaan yang berarti dibandingkan kondisi standar karena pada awalnya tidak ada hormon tiroksin yang dilepaskan oleh kelenjar tiroid. Artinya, berapapun jumlah tiroksin yang dihasilkan tidak mempengaruhi laju metabolisme karena tidak ada hormon tiroksin yang dilepaskan oleh kelenjar tiroid akibat dari tidak dihasilkannya hormon penstimulasi pelepasan tiroksin yaitu TSH.

Percobaan kelima dilakukan terapi pengganti hormon. Pada percobaan ini diamati berat uterus tikus kontrol dan tikus eksperimen. Pada kontrol, tikus hanya diberikan saline (NaCl) fisiologis sedangakan pada tikus eksperimen diberikan estrogen. Estrogen termasuk hormon steroid kelamin, karena mempunyai struktur kimia berintikan steroid dan secara fisiologik sebagian besar diproduksi oleh kelenjar endokrin sistem reproduksi. Estrogen dibentuk dari androstenedjon maupun testoteron yang mempunyai 4 cincin siklik dengan 19 atom C. terjadi hidroksilasi atom C19, kemudian gugus hidroksimetil yang terlepas dari inti, dan terjadi aromatisasi cincin A untuk membentuk gugus hidroksi fenolik pada atom C3. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa tikus yang diberikan estrogen mempunyai uterus yang lebih berat dibandingkan kontrol. Hal ini dikarenakan estrogen bekerja meningkatkan profilerasi dinding rahim (uterus) dan endometrium sehingga berat uterus bertambah.

Dari data pengamatan terlihat bahwa tikus normal memiliki laju metabolik yang jauh berbeda dibandingkan tikus tiroidektomi dan tikus hipofisektomi. Tikus normal memiliki laju metabolik yang paling tinggi sedangkan tikus tiroidektomi memiliki laju yang relatif sama dengan tikus hipofisektomi. Hal ini karena tikus tiroidektomi sudah tidak memiliki kelenjar tiroid yaitu kelenjar yang menghasilkan hormon tiroksin, hormon yang berperan dalam proses metabolisme, sehingga proses metabolismenya menjadi lambat. Sedangkan tikus hipofisektomi tidak lagi memiliki kelenjar hipofisis yang merupakan kelenjar yang berfungsi melepaskan TSH (Tiroksin Stimulating Hormone) yaitu hormon yang menstimulasi pelepasan hormon tiroksin sehingga tidak ada tiroksin yang dilepaskan. Oleh karena itu, laju metabolik tikus tiroidektomi dan tikus hipofisektomi rendah. Laju metabolik tikus normal tinggi karena pada tikus tersebut masih dihasilkan hormon tiroksin sebab tikus tersebut masih memiliki kelenjar tiroid dan kelenjar hipofisis sehingga regulasi hormon berjalan normal. Pemberian tiroid pada tikus tiroidektomi dan tikus hipofisektomi dapat membuat laju metabolik kembali normal.VIII. KESIMPULAN1. Dapat mengetahui secara lebih baik mengenai hormone dan terapi pengganti hormone. Hormone adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga sekresinya akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh.

2. Dapat mengenal secara lebih baik teknik komputerisasi untuk mengevaluasi hormon dan terapi pengganti hormone dengan menggunakan program pyscioex.

DAFTAR PUSTAKA

Setiabudi.1995.Terapi Hormon. Jakarta: Gaya Baru

Florey, 1976, Hormon , volume V, Academic Press, New York, San Francisco, London, 470 505.

Henwood, 2000, Hormon and Hormon Theraphy, Pharmacological Effect. Vol 26 No.4, 403-408.

Bambang 2005. Feedback Regulation. Available at http:// www.hormon_feedback.22738364/html. [diakses pada 21/05/2013]

Singgih, Maria. 2007. Hormone Terapi. Available at http://digilib.si.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbpp-gdl-s2-1990-sudding-1734 [Diakses pada 21/05/2013]