hipoksia sebagai faktor predisposisi
DESCRIPTION
nnTRANSCRIPT
HIPOKSIA SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI TERJADINYA EARLY-ONSET TROMBOSITOPENIA PADA
NEONATAL
ABSTRAK
Latar Belakang: Trombositopenia pada neonatus yang mengalami hipoksia di NICU adalah kondisi
berbahaya sering ditemui. Early-onset trombositopenia (<72 h) paling sering berhubungan dengan
kondisi fetomaternal yang diperparah oleh insufisiensi plasenta dan / atau hipoksia janin.
Hipoksia intrauterin kronis adalah penyebab paling sering dari early onset trombositopenia pada
neonatus prematur.
Tujuan: Pada studi ini, dilakukan penyelidikan mengenai insidensi dan dampak klinis early-onset
trombositopenia pada neonatus hipoksia.
Pengaturan dan Desain: Unit perawatan intensif neonatal dari sebuah rumah sakit tersier yang
menginduk pada fakultas kedokteran di universitas di India Tengah. Sebuah studi cross-sectional dan
observasional berbasis rumah sakit dilakukan pada neonatus hipoksia yang mengalami trombositopenia.
Material dan Metode: 603 bayi baru lahir yang mengalami hipoksia dievaluasi apakah mengalami
trombositopenia. 155 (25,07%) ditemukan mengalami trombositopenia dan dijadikan kelompok kasus
pada penelitian ini. Bayi non-thrombocytopenic dengan total 448 (74,29%) dijadikan sebagai kelompok
kontrol. Berat badan lahir, rasio jenis kelamin, usia kehamilan, keparahan asfiksia, jumlah trombosit dan
tingkat kematian dibandingkan pada kedua kelompok.
Analisis statistik: Statistik deskriptif dari variabel kontinu dinyatakan dalam mean dan SD. Nilai P kurang
dari atau sama dengan 0,05 dinyatakan signifikan secara statistik.
Hasil dan Kesimpulan: Kami menemukan angka trombositopenia berhubungan dengan jenis kelamin
pria, prematuritas dan berat badan lahir rendah. Kebanyakan bayi memiliki derajat trombositopenia
ringan sampai sedang. Mortalitas pada thrombocytopenia ditemukan lebih tinggi pada bayi prematur
dibandingkan dengan bayi yang lahir aterm. Kami menyarakan dilakukan skrining untuk trombositopenia
pada semua bayi baru lahir dengan sesak napas, karena hipoksia dapat menyebabkan trombositopenia
neonatal.
Kata kunci:
Neonatus, asfiksia, hipoksia, trombositopenia, jumlah trombosit
Pendahuluan
Trombositopenia adalah kelainan hematologi yang paling umum ditemukan pada neonatus dengan
hipoksia yang masuk unit perawatan intensif neonatal (NICU) [1] Namun saat gangguan ini mulai sering
terlihat; pasien tidak harus dikeluarkan dari NICU. Sebagai komponen penting dari darah, trombosit
sangat berhubungan erat dengan aspek hemostasis pembuluh darah dan pembekuan darah. Berbagai
penyakit turunan, kongenital dan diperoleh (inherited, congenital, dan acquired) dapat mempengaruhi
platelet pada bayi baru lahir. Trombositopenia dengan demikian dapat menjadi penanda penyakit yang
mendasari, serta menjadi faktor risiko untuk terjadinya perdarahan.
Disaat banyaknya variasi kondisi yang telah diidentifikasi yang dapat mencetuskan, early onset
trombositopenia (<72 jam) paling sering berhubungan dengan kondisi fetomaternal yang diperparah
oleh insufisiensi plasenta dan / atau hipoksia janin. [2,3] Transient trombositopenia destruktif
berkembang pada proporsi bayi yang baru lahir hipoksia yang banyak.
Skrining trombositopenia pada neonates hipokia mungkin dapat membantu diagnosis, manajemen dan
pencegahan komplikasi dini pada trombositopenia.
Penelitian ini kami bertujuan untuk menentukan insidensi dan faktor risiko trombositopenia pada bayi
baru lahir dengan sesak napas.
Bahan dan metode
Studi yang dilakukan adalah studi case-control berbasis rumah sakit. Dari 1338 neonatus dengan
diagnosis klinis yang berbeda masuk NICU rumah sakit Kamla Nehru di bawah Departemen Ilmu
Kesehatan Anak, Gandhi Medical College, Bhopal dari bulan November 2010 sampai Oktober 2011, 603
bayi dengan riwayat asfiksia lahir, terlepas dari usia kehamilan populasi penelitian. Kami menggunakan
definisi asfiksia berdasarkan National Neonatology Forum of India [4] untuk mengidentifikasi kasus.
Moderate asfiksia didefinisikan sebagai slow gasping breath atau pernapasan terengah-engah lambat
atau skor apgar 4-6 pada menit 1 dan asfiksia lahir berat (severe birth asphyxia) didefinisikan sebagai
tidak bernapas atau skor apgar 0-3 pada menit 1. (Referensi) Semua bayi dengan usia kehamilan kurang
dari 37 minggu dan semua bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram dianggap sebagai bayi
prematur dan bayi dengan berat lahir rendah.
Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit kurang dari 150.000 / ml. Neonatus hipoksia
non-thrombocytopenic berjumlah 448 (74,29%) bayi yang kemudian digunakan sebagai kelompok
kontrol dalam penelitian kami. Semua data dikumpulkan secara prospektif.
Penilaian asfiksia lahir didasarkan pada skor Apgar pada saat lahir dan trombositopenia yang dinilai
dengan bantuan seorang ahli patologi yang dilatih di dalam lingkungan yang membantu dalam
pengumpulan sampel untuk trombosit pada hari 1 dan hari 3. Hitung trombosit dilakukan oleh analyzer
otomatis. Penelitian ini disetujui oleh komite etika institusional.
Prosedur
Sampel darah dari semua neonatus hipoksia dalam penelitian ini diperoleh dari anterior vena cubiti yang
diambil pada dua waktu yang berbeda (sampel Pertama diambil pada saat masuk dan yang kedua pada
hari ke-3 setelah kelahiran) dan dilakukan dengan tindakan pencegahan aseptik. Dua milimeter darah
dimasukkan dalam tabung EDTA. Hitung trombosit dilakukan pada PCE120 analyzer otomatis yang
pengukurannya menggunakan sistem optik.
Statistika
Statistik deskriptif dari variabel kontinu dinyatakan dalam mean dan SD. Nilai P kurang dari atau sama
dengan 0,05 dianggap signifikan secara statistik. SPSS dan Epi kalkulator digunakan untuk mengukur
variabel statistik.
Hasil
Dari 603 neonatus yang mengalami sesak napas yang termasuk dalam studi ini, 155 (25%) mengalami
trombositopenia. 412 (68,3%) bayi adalah laki-laki. 489 (81%) lahir aterm dan 114 (19%) lahir preterm.
Di antara 489 neonatus aterm yang sesak napas, 117 (23,9%) mengalami trombositopenia, sedangkan
dari 114 neonatus prematur dengan hipoksia; 38 (33,3%) mengalami trombositopenia (nilai P 0,05).
Dari 155 neonatus sesak napas yang mengalami trombositopenia, asfiksia lahir berat tercatat pada 105
neonatus (67,7%) dan berat lahir rendah terlihat pada 100 neonatus (64,51%). Pada 448 neonatus
asfiksia non-thrombocytopenic asfixia lahir berat terjadi pada 81 neonatus (18,08%) dan berat badan
lahir rendah terjadi pada 100 neonatus (64,51%), (P value 0,0001).
Perbedaan statistik yang signifikan pada distribusi jenis kelamin, usia kehamilan, skor Apgar, dan berat
lahir terlihat di antara dua kelompok. [Tabel 1]. Rata-rata jumlah trombosit dari 155 neonatus
thrombocytopenic pada saat lahir adalah 83,8 ± 36,13. Dalam kelompok ini, kenaikan dari rata-rata
jumlah trombosit diketahui pada hari 3 sedangkan rata-rata jumlah trombosit pada 448 neonatus non-
thrombocytopenik adalah 200,1 ± 23,2. Tidak ada perbedaan jumlah trombosit yang tercatat pada hari 3
[Gambar 1].
Adapun tingkat trombositopenia, trombositopenia ringan (trombosit 51-100 × 109 / L) ditemukan pada
12,5% dari kelompok kasus, 16,6% dari mereka memiliki trombositopenia sedang (jumlah trombosit 30-
50 × 109 / L), sedangkan trombositopenia berat (jumlah trombosit <30 × 109 / L) terdeteksi pada 2,08%.
Angka kematian pada neonatus hipoksia thrombocytopenic dan neonatus hipoksia non-
thrombocytopenic adalah 29,67% dan 23,2%. Dalam hal usia gestasi, tingkat kematian lebih tinggi (42%)
terjadi pada neonatus hipoksia thrombocytopenic yang prematur dibandingkan dengan neonatus
hipoksia thrombocytopenic yang lahir aterm (25,6%) [Gambar 1].
Diskusi
Insidensi trombositopenia pada populasi umum neonatal biasanya rendah. Sebaliknya, trombositopenia
pada neonates yang dirawat di neonatal intensive care unit (NICU) sering terjadi. [1,2] Asfiksia
merupakan kondisi morbid pada neonatus yang masuk NICU dan dapat menyebabkan trombositopenia.
Sekitar seperempat dari semua pasien NICU dan setengah dari semua neonatus prematur yang sakit,
mengalami trombositopenia. Trombositopenia neonatal terjadi lebih sering pada neonatus dengan
riwayat asfiksia saat lahir dari pada neonatus yang tidak mengalami sesak napas. Dalam penelitian kami,
trombositopenia neonatal ditemukan pada seperempat neonatus asfiksia yang berada di NICU kami.
Puri et al. [2] dalam studinya menyebutkan dari 807 bayi, ditemukan trombositopenia transient
destruktif pada 22% bayi dan asfiksia saat lahir merupakan faktor risiko penting. Oren et al. [5] juga
menemukan bahwa hipoksia terjadi pada 20% dari neonatus dengan thrombositopenia.
Studi kami menemukan bahwa trombositopenia neonatal ditemukan lebih sering terjadi pada bayi yang
prematur. Hipoksia merupakan faktor risiko penting yang memberatkan pada preterm untuk terjadinya
trombositopenia dibandingkan dengan nonhypoxic neonatus aterm dan prematur. Oren al [4]
menemukan bahwa di antara 31 bayi prematur dengan ttrombositopeniac; 55% memiliki riwayat asfiksia
saat lahir, dan sindrom gangguan pernapasan berat sebelum timbulnya trombositopenia.
Dalam penelitian kami, insiden yang lebih tinggi dari asfiksia dan trombositopenia ditemukan lebih tinggi
pada laki-laki. Sebuah kecenderungan bahwa laki-laki lebih lebih sering mengalami asfiksia telah dicatat
oleh Bekedem et al dan Aly et al. [7,8] Beiner dkk. [6] menyimpulkan bahwa bayi thrombocytopenia
memiliki berat badan lahir rendah yang signifikan. Dalam studi lain yang dilakukan oleh Zaccheaus et al
[9] 13,6% bayi thrombocytopenia memiliki berat badan lahir rendah.. Hidehiko Maruyana et al. [10]
menyimpulkan bahwa berat lahir dan lingkar kepala bayi dengan trombositopenia secara signifikan lebih
kecil dibandingkan bayi tanpa trombositopenia. Dalam penelitian kami juga, mayoritas bayi
thrombocytopenia memiliki berat badan lahir rendah.
Bruknerova dkk. [11] menemukan bahwa terdapat penurunan level trombosit dalam waktu 5 hari
kelahiran. Tidak ada penurunan jumlah trombosit yang ditemukan dalam penelitian kami.
Zaccheaus et al. [9] dalam penelitiannya mereka menemukan trombositopenia ringan terjadi pada
39,4% neonatus, 12,1% neonates memiliki trombositopenia sedang, sementara trombositopenia berat
terdeteksi pada 1,5% dari neonatus.
Kami mencatat tingkat kematian lebih tinggi terjadi pada neonatus prematur dengan trombositopenia
dibandingkan dengan neonatus aterm ayng mengalami asfiksia. Oren et al. [5] menyimpulkan bahwa
neonatus trombositopenia yang prematur memiliki komplikasi yang lebih banyak dan tingkat kematian
yang lebih tinggi (39%) bila dibandingkan dengan neonatus prematur non-trombositopenia (P <0,05).
Kami menyimpulkan bahwa trombositopenia berasosiasi dengan asfiksia dan berhubungan dengan jenis
kelamin pria, prematuritas dan berat badan lahir rendah. Skrining untuk trombositopenia perlu
dilakukan pada neonatus hipoksia.