identifikasi faktor predisposisi penyebab terjadinya
TRANSCRIPT
1
IDENTIFIKASI FAKTOR PREDISPOSISI PENYEBABTERJADINYA HIPERTENSI DI POLI JANTUNG
RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMASPROVINSI SULAWESI TENGGARA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Keperawatan Di Politeknik Kementrian Kesehatan
Kendari Jurusan Keperawatan
OLEH :
SALMAWATIP00320012104
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEPERAWATAN
2015
2
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas :
1. Nama : Salmawati
2. Tempat tanggal lahir : Watorumbe, 11 Februari 1993
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Buton/Indonesia
6. Alamat :Desa Watorumbe Induk, Kec.
Mawasangka Tengah, Kab. Buton Tengah
B. Pendidikan :
1. SD Negeri 1 Watorumbe tamat tahun 2006
2. SMP Negeri 1 Mawasangka Tengah tamat tahun 2009
3. SMA Negeri 1 Mawasangka Tengah tamat tahun 2012
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Keperawatan 2015
iv
3
MOTTO
Tak perlu menjadi pintar, cukup belajar memaknai sebuah hal
Tak perlu menjadi pemenang, cukup menjadi yang terbaik
Tidak perlu menjadi angkuh, cukup menilai dengan apa adanya
Yang perlu adalah............
Menjadi takut akan Allah yang sadar untuk mengucapkan syukur
Menjadi sahabat yang sadar untuk saling mendukung
Karena kemarin, hari ini dan hari esok untuk mereka
Yang telah menjadi bagian yang terindah dalam hidupku
Kupersembahkan karya sederhana ini pada Allah
Ayah dan Ibuku, sahabatku Serta almamaterku
Sampai saat dimana aku berpijak
v
4
ABSTRAK
Salmawati (P00320012104), Hj. Nurjannah, B.Sc., S.Pd., M.Kes, Suriani, B.Sc.,S.Pd “Identifikasi Faktor Predisposisi Penyebab Terjadinya Hipertensi Di PoliJantung Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara”. Datahipertensi di Poli Jantung RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara mengalamipeningkatan dimana pada tahun 2015 kasus baru pada bulan Februari tercatatsebanyak 42 orang dan pada bulan Maret tercatat sebanyak 60 orang. Penelitian inibertujuan untuk memperoleh distribusi frekuensi faktor predisposisi penyebabterjadinya hipertensi berdasarkan kelebihan berat badan, kebiasaan makan, kebiasaanminum beralkohol, kebiasaan merokok, dan stress. Hipertensi adalah penyakit dengantekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg.Penelitian ini merupakan penelitian deksriptif dengan jumlah populasi 102 orang danjumlah sample 31 orang yang diambil secara accidental sampling. Hasil penelitian inimenunjukkan bahwa faktor predisposisi penyebab terjadinya hipertensi berdasarkankelebihan berat badan dengan kategori bukan faktor predisposisi (74,19%) dankategori faktor predisposisi (25,81%), faktor kebiasaan makan dengan kategoribukan faktor predisposisi (70,97%) dan kategori faktor predisposisi (29,03%),faktor kebiasaan minum beralkohol dengan kategori bukan faktor predisposisi(90,32%) dan kategori faktor predisposisi (9,68%), faktor kebiasaan merokokdengan kategori bukan faktor predisposisi (77,41%) dan kategori faktor predisposisi(22,59%), dan faktor stress dengan kategori bukan faktor predisposisi (80,64%) dankategori faktor predisposisi (19,36%). Disaranakan bagi instansi terkait sepertiDinkes Provinsi dan RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara agar senantiasamemberikan informasi kepada masyarakat untuk terus melakukan pola hidup sehat.
Daftar Pustaka : 19 referensi (1985-2014)
Kata Kunci : Faktor Predisposisi, Hipertensi.
vi
5
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Karya Tulis ilmiah (KTI) yang berjudul “ Identifikasi Faktor Predisposisi
Penyebab Terjadinya Hipertensi Di Poli Jantung Rumah Sakit Umum
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara”.
Penulisan KTI ini dilaksanakan sebagai syarat dalam menyelesaikan
pendidikan pada Politeknik Lesehatan Kendari Jurusan Keperawatan. Penulis
menyadari bahwa keberhasilan penulisan KTI ini adalah berkat adanya dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Dosen Pembimbing yakni Ibu Hj. Nurjannah, B.Sc, S.Pd, M.Kes
selaku pembimbing I dan Ibu Suriani, B.Sc, S.Pd selaku pembimbing II yang
dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan arahan dan
petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan KTI ini. Ucapan terima
kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepasa seluruh Dosen Penguji KTI ini yakni
Ibu Lena Atoy, SST., M.PH selaku dosen penguji I, Pak H. Budiono, S.Kp., M.Kes
selaku dosen penguji II dan Ibu Hj. Siti Nurhayani, S.Kp., Ns., M.Kep selaku dosen
penguji III yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dalam tahapan ujian
akhir KTI ini. Selanjutnya tak lupa pula penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada :
1. Bapak Petrus, SKM., M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kendari.
2. Bapak Kepala Badan Penelitian Dan Pengembangan Provinsi Sulawesi
Tenggara yang telah mengeluarkan surat izin penelitian kepada penulis
vii
6
3. Bapak Direktur RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis melakukan penelitian di Rumah
Sakit yang beliau pimpin
4. Pak Muslimin L A.Kep.,S.Pd,Msi Selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kendari yang telah banyak memberi bantuan.
5. Teristimewa kepada Ayahanda La Mpotaro dan Ibunda tercinta Wa Ndaga
yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan segala curahan
kasih sayang dan do’a hingga detik ini serta telah banyak berkorban baik
materi maupun non materi demi kesuksesan penulis, dan sahabat-sahabatku
serta segenap rekan-rekan mahasiswa Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Keperawatan khususnya angkatan 2012 yang telah banyak
memberi dukungan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulis KTI ini.
Kendari, Juni 2015
Penulis
viii
7
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iv
MOTTO .......................................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR.................................................................................... vii
DAFTAR ISI................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Hipertensi................................................................ 6
B. Tinajuan Faktor Predisposisi Terjadinya Hieprtensi............................ 17
BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian ................................................... 35
B. Kerangka Pikir Penelitian .................................................................... 37
C. Variabel Penelitian .............................................................................. 37
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ......................................... 38
ix
8
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................... 41
B. Waktu dan Tempat Peneliitian ............................................................. 41
C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 41
D. Instrumen Penelitian............................................................................. 43
E. Tehnik Pengumpulan Data................................................................... 43
F. Pengolahan dan Analisis Data.............................................................. 44
G. Penyajian Data ..................................................................................... 45
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ..................................................................................................... 46
B. Pembahasan.......................................................................................... 54
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan................................................................................... 71
B. Saran............................................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
9
DAFTAR TABEL
No Hal
Tabel 5.1 Jumlah Tempat Tidur RSU Prov. Bahteramas Tahun 2011Sampai Dengan Tahun 2015...................................................................... 50
Tabel 5.2 Jenis dan Jumlah Ketenagaan RSU Bahteramas Tahun 2011Sampai Dengan Tahun 2015...................................................................... 51
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di PoliJantung Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi TenggaraTahun 2015 ................................................................................................ 52
Table 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di PoliJantung Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi TenggaraTahun 2015 .............................................................................................. 53
Tabel 5:5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Poli JantungRumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015................................................................................................................... 53
Tabel 5:6 Distribusi frekuensi faktor predisposisi penyebab hipertensi berdasarkankelebihan berat badan Di Poli Jantung Rumah Sakit Umum BahteramasProvinsi Sulawesi TenggaraTahun 2015 ............................................................................................... 54
Tabel 5:7 Distribusi frekuensi faktor predisposisi penyebab hipertensi berdasarkankebiasaan makanan Di Poli Jantung Rumah Sakit Umum BahteramasProvinsi SulawesiTenggara Tahun 2015............................................................................. 55
Tabel 5:8 Distribusi frekuensi faktor predisposisi penyebab hipertensi berdasarkankebiasaan minum alkohol Di Poli Jantung Rumah Sakit Umum BahteramasProvinsi Sulawesi TenggaraTahun 2015 ............................................................................................. 55
Tabel 5:9 Distribusi frekuensi faktor predisposisi penyebab hipertensi berdasarkankebiasaan merokok Di Poli Jantung Rumah Sakit Umum BahteramasProvinsi Sulawesi TenggaraTahun 2015 ............................................................................................. 56
10
Tabel 5:10 Distribusi frekuensi faktor predisposisi penyebab hipertensi berdasarkankebiasaan merokok Di Poli Jantung Rumah Sakit Umum BahteramasProvinsi Sulawesi TenggaraTahun 2015 ................................................................................................ 57
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Permohonan Kesediaan Menjadi Responden
Lampiran 2. Lembar Pernyataan Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3. Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Lembar Konsul Perbaikan Proposal
Lampiran 5. Lembar Perbaikan Proposal
Lampiran 6. Tabulasi Data
Lampiran 7. Master Table Hasil Penelitian
Lampiran 8. Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Poltekkes Kemenkes Kendari
Lampiran 9. Surat Izin Dari Badan Penelitian Dan Pengembangan Daerah Provinsi
Sulawesi Tenggara
Lampiran 10. Surat Keterangan Telah Meneliti
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit dengan tekanan sistolik
≥ 140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg (JNC VII, 2003 ).
Menurut WHO (2011), hipertensi adalah tekanan darah yang sama atau lebih
tinggi dari 140/90 mmHg, dimana prehipertensi adalah ketika tekanan darah
sistolik berada pada 80-89 mmHg.
Dari definisi hipertensi diatas maka dapat disimpulkan hipertensi merupakan
kenaikan tekanan darah menetap dimana tekanan darah berada pada atau lebih
tinggi dari 140/90 mmHg.
WHO memperkirakan bahwa di dunia hampir 1 milyar orang atau dari 4
orang menderita hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit kronis serius yang bisa
merusak organ tubuh. Setiap tahun hipertensi menjadi 1 dari 7 kematian ( 7 juta
pertahun) disamping itu menyebabkan kerusakan jantung, mata, dan ginjal.
(Ruhyana, 2007 : 3).
Di Indonesia Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2007 menunjukkan
prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia cukup tinggi, yaitu 8,3%atau 83 orang
per 1.000 anggota rumah tangga. Pada umumnya lebih banyak pria menderita
hipertensi dibandingkan hipertensi dibandingkan perempuan.
Faktor predisposisi yang menyebabkan hipertensi terbagi menjadi dua yaitu
faktor penyebab yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor penyebab yang dapat
13
dimodifikasi. Faktor predisposisi penyebab hipertensi yang tidak dapat
dimodifikas antara lain umur, jenis kelamin, dan keturunan atau genetik.
Sedangkan faktor predisposisi yang dapat dimodifikasi antara lain adalah
kegemukan (obesitas), hiperkolesterolemia, faktor psikologis atau stresS, merokok,
kurangnya olahraga, konsumsi alkohol berlebihan dan pola asupan garam
berlebihan (Depkes RI 2006).
Dalam teori lain juga menjelaskan tentang faktor predisposisi yang dapat
menyebabkan seseorang menderita hipertensi , diantaranya ciri-ciri individu
seperti umur, jenis kelamin, dan suku, faktor genetik, serta faktor lingkungan yang
meliputi obesitas, stress, konsumsi garam, merokok, konsumsi alkohol, dan
sebagainya (Kaplan, 1985).
Pada wanita usia 50 tahun kecenderungan mengalami hipertensi lebih besar
dibandingkan laki-laki pada usia yang sama, dan wanita pada usia dibawa 50 tahun
memiliki kecenderungan lebih kecil dibandingkan dengan laki-laki pada usia yang
sama. (Muhammad AS, 2010).
Pada teori lain juga menjelaskan bahwa pada umumnya penderita hipertensi
berusia > 40 tahun, namun saat ini tidak menutup kemungkinan diderita oleh orang
pada usia muda. Sebagian besar hipertensi terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya
20% terjadi dibawah usia 20 tahun dan diatas 50 tahun. Hai ini disebabkan karena
orang pada usia produktif jarang memperhatikan kesehatan, seperti pola dan pola
hidup yang kurang sehat seperti merokok (Dhianningtyas Hendrati, 2006 ).
Hasil dari Dinas Kesehatan Kota Kendari tahun 2014 menunjukan bahwa
dari 20 besar penyakit tingkat kota Kendari penyakit tekanan darah tinggi atau
14
hipertensi menduduki peringkat ke 6 yaitu sebanyak 9813 atau sekitar 6.54%. ini
menunjukkan bahwa benang merah masalah penyakit hipertensi belum dapat
dituntaskan. (DinKes Kota Kendari 2014).
Menurut data medikal record RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
pada tahun 2012 dilaporkan bahwa kunjungan penderita hipertensi terdapat
sebanyak 8.708 pasien dengan kasus baru sebanyak 1.050 pasien, tahun 2013
dilaporkan bahwa kunjungan penderita hipertensi sebanyak 7.119 pasien dengan
kasus baru 936 paien, dan pada tahun 2014 dilaporkan bahwa kunjungan penderita
hipertensi sebanyak 2.645 pasien penderita hipertensi dengan kasus baru 452.
Sedangkan data hipertensi di Poli Jantung RSU Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara pada tahun 2015 kasus baru hipertensi pada bulan
Februaritercatat sebanyak 42 orang dan pada bulan Maret tercatat sebanyak 60
orang.
Pada data di atas terlihat jelas bahwa peningkatan kejadian hipertensi di RSU
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara dari tahun 2012 sampai 2014 mengalami
penurunan sedangkan pada bulan Februari sampai Maret tahun 2015 data kasus
baru penderita hipertensi di Poli Jantung mengalami peningkatan . Secara teoritis
kejadian hipertensi tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor yang
mempengaruhinya, sehingga diperlukan upayah untuk mengidentifikasi lebih
lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi. Oleh
karena itu, peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “
Identifikasi Faktor Predisposisi Penyebab Terjadinya Hipertensi di Poli Jantung
Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
15
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah apa saja faktor-faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya hipertensi
di Poli Jantung Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor predisposisi yang menyebabkan
terjadinya hipertensi di Poli Jantung Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi
Sulawesi Tenggara.
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh distribusi frekuensi faktor predisposisi penyebab terjadinya
hipertensi berdasarkan kelebihan berat badan
b. Memperoleh distribusi frekuensi faktor predisposisi penyebab terjadinya
hipertensi berdasarkan kebiasaan makan
c. Memperoleh distribusi frekuensi faktor predisposisi penyebab terjadinya
hipertensi berdasarkan kebiasaan minum beralkohol
d. Memperoleh distribusi frekuensi faktor predisposisi penyebab terjadinya
hipertensi berdasarkan kebiasaan merokok
e. Memperoleh distribusi frekuensi faktor predisposisi terjadinya hipertensi
berdasarkan stress.
16
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber/referensi bagi peneliti
selanjutnya khususnya penelitian yang berkaitan dengan penyakit hipertensi.
2. Manfaat Institusi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber informasi bagi
institusi terkait terutama Di Poli Jantung Rumah Sakit Umum Bahteramas dan
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara serta instansi lainnya yang terkait.
3. Manfaat Praktisi
a. Bagi profesi kesehatan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai refensi
antara lain perawat, Gizi, kesehatan masyarakat.
b. Bagi masyarakat sebagai sumber informasi dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari untuk menekan kejadian hipertensi.
c. Bagi peneliti merupakan pengalam berharga untuk mengembangkan riset
tenaga kesehatan dan menambah wawasan mengenai faktor predisposisi
penyakit hipertensi.
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi medis dimana terjadi peningkatan tekanan
darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai
sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg
saat istirahat diperkirakan keadaan darah tinggi (Maya Aprianti, 2014; 1).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka
sistolyc (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi
darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air
raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya. (Mahannad Shadine,
2010 ; 5 ).
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah keadaan yang ditandai dengan
terjadinya peningkatan tekanan darah didalam arteri. Ukuran tekanan darah
(tensi) dinyatakan dengan dua angka; angka yang diatas diperoleh pada saat
jantung berkontraksi (sistolik), angka yang di bawah diperoleh ketika janting
berelaksasi (diastolik). Seseorang dikatakan memiliki tekanan darah tinggi
jika tekanan sistolik posisi duduk mencapai 140 mmHg atau lebih, tekanan
diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. (Iskandar Junaidi,
2010 ; 2).
18
Hipertensi juga didefinisikan sebagai suatu kondisi dengan tekanan
darah lebih atau samae dengan 140/90 mmHg.Hipertensi hanya dapat
diketahui dengan mengukur tekanan darah.Walaupun tekanan darah yang
telah terlanjur tinggi tidak dapat kembali normal, masih ada hal yang dapat
dilakukan oleh penderita hipertensi, yakni menjaga agar tekanan darah selalu
terkontrol.Tekanan darah diharapkan dapat dipertahankan dibawah 140/90
nmmHg atau dibawah 130/80 mmHg untuk pasien yang mengalami diabetes
dan gagal ginjal.
2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi menurut Martuti (2009 : 10) dapat dilihat berikut :
a. Normal, jika tekanan sistolik <120 mmHg dan diastolic <80 mmHg
b. Prehipetensi, jika tekanan sistolik antara 120-139 mmHg dan
diastolic 80-89 mmHg.
c. Hipertensi stadium I, jika tekanan sistolik antara 140-159 mmHg dan
diastolic antara 90-99 mmHg.
d. Hiipertensi stadium II, jika tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan
diastolik ≥100 mmHg.
19
WHO (2011), menetapkan kategori tekanan darah sebagai berikut :
Tabel 1.2 Level Tekanan Darah
Level Tekanan Darah
Normal Sistolik : dibawah 120 mmHg
Diastolik : dibawah 80 mmHg
Risiko (prehipertensi) Sistolik : 120-139 mmHg
Diastolik : 80-89 mmHg
Hipertensi Sistolik : lebih tinggi atau pada 140 mmHg
Diastolik : lebih tinggi atau pada 90 mmHg
Menurut WHO, berdasarkan penyebanya hipertensi dibagi menjadi dua :
a. Hipertensi essensial/primer
Yaitu jenis hipertensi yang penyebanya masih belum dapat diketahui.
Sekitar 90% penderita hipertensi menderita penyakit jenis hipertensi
ini.
b. Hipertensi sekunder
Jenis hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain
kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid, atau
penyakit kelenjar adrenal.
3. Etiologi hipertensi
Peningkatan kejadian hipertensi akan bertambah seiring dengan
pertambahan usia seseorang. Meskipun demikian, terjadinya hipertensi bisa
20
disebabkan oleh adanya penyakit seperti penyakit jantung kronis, penyakit
tiroid, obesitas, atau gangguan tidur (sleep apne). Konsumsi pil pengontrol
kelahiran, kehamilan, dan terapi hormon merupakan beberapa penyebab
terjadinya hipertensi. Wanita yang mengonsumsi pil pengontrol kelahiran
biasanya akan mengalami peningkatan tekanan darah sistolik ataupu diastolik.
Sementara itu, terapi hormon untuk mengurangi gejala menopause bisa
menyebabkan sedikit peningkatan tekanan darah sistolik. (Yunita Indah
Prasetyaningrum, 2014 ; 15).
Sedangkan menurut Jan Tambayong (2000) etiologi dari hipertensi
adalah sebagai berikut :
a. Usia
Insidens hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia.
Hipertensi pada yang kurang dari 35 tahun dengan jelas menaikkan
insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur. Hal ini
dikarenakan arteri besar kehilangan kelenturannnya dan menjadi kaku,
sehingga tidak dapat mengembang ketika jantung memompa darah
melalu arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung
dipaksa unutk melalui pembuluh yang sempit dan menyebabkan
tekanan darah.
b. Jenis kelamin
Penderita hipertensi lebih sering ditemukan pada kaum pria dari pada
kaum wanita, hal ini disebabkan secara hormonal laki-laki lebih rentan
terjadi hipertensi. Pada saat mengatasi masalah pria cenderung emosi dan
21
mencari jalan pintas seperti merokok, minum-minum alkohol dan pola
makan yang tidak baik sehingga tekanan darah cenderung meningkat pada
wanita setelah menopause, hal ini disebabkan karena faktor psikologis dan
adanya perubahan dalam diri wanita tersebut.
c. Ras
Hipertensi pada yang berkulit hitampaling sedikit dua kalinya pada
yang berkulit putih. Akibat penyakit ini umumnya lebih berat pada ras
kulit hitam. Misalnya mortalitas pasien pria hitam dengan diastole 115
atau lebih, 3,3 kali lebih tinggi daripada pria berkulit putih, dan 5,6
kali bagi wanita putih.
d. Pola hidup
Faktor seperti pendidikandan faktor pola hidup lain telah diteliti,
tanpa hasil yang jelas. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap gaya
hidup sehat dengan tidak merokok, tidak minum alkohol dan lebih
sering berolahraga (Kivimaki, 2004 dalam Yuliarti, 2007 ). Tingginya
risiko terkena hipertensi pada pendidikan yang rendah kemungkinan
disebabkan karena kurangnya pengetahuan pasien terhadap kesehatan
dan sulit atau lambat menerima informasi yang diberikan oleh petugas
sehingga berdampak pada perilaku atau pola hidup sehat.
4. Patofisiologi Hipertensi
Terjadinya hipertensi merupakan interaksi dari bermacam-macam
faktor. Masing-masing factor tersebut tidak sama kuat untuk menimbulkan
22
hipertensi pada individu tertentu. Factor-faktor tersebut antara lain : factor
keturunan, konsumsi garam, obesitas, factor sosial-budaya, geografi dan
lainnya. Implementasi untuk segi pencegahan factor-faktor penyebab tersebut
sudah banyak diteliti dan diterapkan adalah obesitas dan konsumsi garam.
Dianjurkan bagi individu yang beresiko bagi terjadinya hipertensi adalah
menjaga berat badan ideal dan membiasakan diri untuk mengatur jumlah
konsumsi garam yaitu kurang dari 1 gram tiap hari (Soeparmann,, 1987 dalam
Kisman, 2007 : 10).
5. Gejala Klinis Hipertensi
Gejala peningkatan tekanan darah kadang merupakan satu-satunya
gejala hipertensi esensial dan tergantung tinggi rendahnya tekanan darah.
Berdasarkan tingkatannya gejala-gejala yang timbul antara lain berupa sakit
kepala, pusing, rasa berat pada tengkuk, mudah lelah, mudah marah, mata
berkunang-kunang, susah tidur dan sebagainya. Dari hasil penelitiann tidak
didapatkan kolerasi antara tingkat tekanan darah dengan gejala yang timbul.
Gejala ini akibat komplikasi hipertensi seperti gangguan penglihatan,
gangguan neurologis, payah jantung, gangguan fungsi ginjal yang banyak
dijumpai pada hipertensi berat dan hipertensi maligna, gejala, cerebral akibat
hipertensi pendarahan pembuluh darah otak berupa kelumpuhan, gangguan
kesadaran, samapi koma (Dewi dan Famili 2010 : 29-30).
Menurut Martuti (2009 : 10), gejala hipertensi dapat pula dilihat dari
tingkatan yaitu :
23
1. Hipertensi ringan dengan gejala-gejala seperti pusing-pusing, muka merah,
keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.
2. Hipertensi sedang dengan gejala-gejala seperti sakit kepala, tengkuk terasa
pegal, emosional, mual, cepat lelah, dan susah tidur.
3. Hipertensi berat dengan gejala-gejala seperti merasa kelelaahan, muntah
secara tiba-tiba, nafas pendek atau terengah-engah, sesak nafas, gelisah,
pendangan mata kabur dan mata berkunang-kunang , telinga berdering,
nyeri kepela bagian belakang dan didada, otot lelah, terjadinya
pembengkakan pada kaki, keringat berlebihan, kulit tampak pucat atau
kemerahan, denyut jantung kuat, cepat dan tidak teratur, impotensi, dan
perdarahan di dalam urine.
6. Komplikasi dari Hipertensi
Hipertensi merupakan penyebeb utama gagal jantung, stroke dan gagal
ginjal. Tingginya tekanan darah yang lama akan merusak pembuluh darah
diseluruh tubuh, dimana yang paling jelas pada mata, jantung ginjal dan otak.
Oleh karena itu konsekuensi yang biasa terjadi pada hipertensi yang lama dan
tidak terkontrol adalahgangguan penglihatan, oklusi koroner, gagal ginjal dan
stroke (Smeltzer & Bare).
Dalam Smeltzer & Bare (2002) Institusi Nasional Jantung, Paruh dan
Darah memperkirakan separuh orang yang menderita hipertensi tidak sadar
akan kondisinya. Begitu penyakit ini diderita, tekanan darah pasien harus
dipantau dengan interval yang teratur karena hipertensi merupakan kondisi
seumur hidup.
24
Komplikasi hipertensi sering dirujuk sebagai kerusakan akhir organ
akibat tekanan darah tinggi kronis. Beberapa komplkasi yang dapat diakibatkan
oleh hipertensi antara lain :
a. Gangguan jantung (cardiac) peningkatan tekanan darah pada arteri
diseluruh jaringan tubuh, dimana mengakibatkan otot jantung bekerja keras
unutk memompa darah melalui pembuluh darah ini yang mengakibatkan
pembesaran otot jantung. Dan ini menjadi suatu pertanda dari gagal
jantung, penyakit jantung koroner, dan suatu kelainan irama jantung.
b. Pengerasan arteri-arteri (atherosclerosis atau arteriosklerosis)
Peningkatan tekanan darah pada arteri diseluruh jaringan tubuh yang selalu
sering akan membuat arteri menjadi keras.
c. Gangguan ginjal (renal)
Tekanan darah yang tinggi meningkatkan kadar serum kreatinin dapat
mengakibatkan kerusakan ginjal. Selain itu adanya protein didalam air seni
(proteinuria) merefleksikan kerusakan ginjal.
d. Kerusakan mata
Peningkatakan tekanan darah mengakibatkan penyempitan artei kecil,
kebocoran retina, dan pembengkakan saraf mata.
e. Stroke (kerusakan otak)
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan stroke yang dapat
menjurus pada kerusakan otak atau saraf hingga hemorage (kebicoran
darah/leaking blood) atau suatu gumpalan darah (thrombosis)dari
pembuluh darah yang menyuplai darah ke otak.
25
Pasien hipertensi mempunyai risiko yang meningkatkan untuk
terjadinya (Mahannad Shadine, 2010; 11) :
a. Penyakit jantung (gagal jantung, kematian mendadak, kardiomiopati)
dan aritmia.
b. Stroke
c. Penyakit jantung koroner
d. Aneurisma aorta (kelemahan dinding aorta yang mengakibatkan dilatasi
hingga 1,5 kali lebih besar dan berisiko unutk ruptur), sering
mengakibatkan kematian mendadak.
e. Gagal ginjal
f. Retinopati (penyakit mata yang mengakibatkan kebutaan).
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu (
Mansjoer dkk, 2001 dalam Kisman, 2007 : 14-17).
a. Petalaksanaan non farmakologi
Penatalaksanaan hipertensi non farmakoli adalah merupakan tindakan
suportif sesuai anjuran Joint National Committee on Detectio, Evaluasi and
Treatment of high Blood Preasure, yang meliputi : menurunkan berat
badan, membatasi konsumsi garam dapur, mengurangi/hindari konsumsi
alkohol, berhenti rokok, olahraga teratur, diet rendah lemak jenuh dan
pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah).
26
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Selain cara penaggulangan non farmakologi, penatalaksanaan utama
hipertensi primer adalah dengan obat. Adapun jenis-jenis obat yang sering
digunakan untuk hipertensi yaitu :
1) Golongan diuretik antara lain : Tizaid, Furosemid/lazix, dan
Kloralidon, Aldakton, Hidroklorotizoid
2) Golongan penyekat Beta (B-Bloker) antara lain yang larut dalam
lemak seperti Asebutolol, Alprenol, Metoprolol, Timolt,
Oksprenolol, Pindolol dan Propparanol sedangkan yang larut
dalam air antara lain : Atenodol, Nadalol, Praktolo dan Sotalol.
3) Golongan obat Antagonis Kalsium seperti Nifedipin, Daltizem dan
Verapamil
4) Golongan obat inhibitor antara lain : Enalapril, Kaptopril,
Fasinopri, Ramipril, Silazapril, Benazepril, Kuinopril, Delapril.
5) Golongan obat penyekat alpha.
6) Golongan vasodilator antara lain obat : Doksozosin, Prasozin,
Hidralazin, Minoksidil, Diazoksid dan Sodium nitroprusid.
c. Pencegahan
Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah penecegahan yang
sangat baik agar penderita tekanan darah tinggi tidak kambuh gejala
penyakitnya.
27
Menurut Diwanto (2009 : 28-29), bahwa hal-hal yang perlu dilakukan
bagi penderita hipertensi sebagai tindakan pencegahan agar penyakitnya tidak
kambuh lagi adalah sebagai berikut :
a. Makanlah makanan yang rendah kalori
b. Kurangi konsumsi garam
c. Perbanyak makan sayur-sayuran
d. Perbanyak makan buah-buahan
e. Kurangi makan daging
f. Kurangi makan gorengan
Langkah-langkah yang dianjurkan agar terhindar dari hipertensi antara
lain : menurunkan berat badan jika terdapat kelebihan berat badan membatasi
konsumsi alkohol, meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45 menit),
mengurangi asupan natrium (< 100 mmol Na/2,4 NaCl/hari), mempertahankan
asupan kalium ysng adekuat dan berhenti merokok dan mengurangi asupan
lemak jenuh dan kolestrol dalam makanan serta melakukan diet hipertensi (
Lanny dkk, 2005 : 51-57).
28
B. Tinjauan Faktor Predisposisi Terjadinya Hipertensi
1. Umur
Faktor ini tidak bisa dapat kendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa
seraya usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Tekanan
darah saat muda tidak sama pada saat lanjut usia karena pada saat usia tua
pembuluh darah menjadi kaku. Namun dapat dikendalikan agar tidak melewati
batas atas normal(Andra, 2007).. Semakin tua usia seseorang maka semakin rentan
terserang penyakit tersebut (Gunawan-Lany,2005). Umur lebih dari 40 tahun akan
mudah terkena hipertensi dan penyakit DM. Dengan bertambahnya umur,
kecenderungan terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia
lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50% diatas umur 60
tahun (Nurkhalida,2003). Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta
tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus
hipertensi akan berkembang pada umur limapuluhan dan enam puluhan
(Price,1995).
Dengan bertambahnya umur, kecenderungan terkena hipertensi lebih
besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 %
dengan kematian sekitar 50% diatas umur 60 tahun, hal ini disebabkan karena
arteri besar kehilangan kelenturannnya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat
mengembang ketika jantung memompa darah melalu arteri tersebut. Karena itu
darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
dan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Nurkhalida (2003).
29
Kejadian hipertensi cenderung meningkat seiring dengan pertambahan
usia. Sebanyak 655 orang Amerika berusia 60 tahun atau lebih mengalami
hipertensi. Jenis hipetensi yang banyak dijumpai pada kelompok lansia adalah
isolated hypertension. Meskipun demikian, hipertensi tidak selalu hadir seiring
proses penuaan.(Yunita Indah Prasetyaningrum 2014 ; 12-14).
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur.
Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih
besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi
yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Hipertensi merupakan penyakit
multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan
bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45
tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh 7 karena adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan
berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat
karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur
sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai
dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun.
Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia
lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan
tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah
berkurang, sedangkan peran ginjal jugasudah berkurang dimana aliran darah ginjal
dan laju filtrasi glomerulus menurun.
30
2. Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi dimana
pria lebih cenderung menderita hipertensi dibandingkan wanita (Gunawan-
Lany,2005). Penelitian lain mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan
mempunyai peluang yang relatif sama menderita hipertensi (Mansjoer-
Arif,2001).
Laki-laki atau perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk
mengalami hipertensi selama kehudupannya. Namun, laki-laki lebih besar
kemungkinannya mengalami hipertensi dibandingkan dengan perempuan saat
berusia sebelum 45 tahun. Sebaliknya saat usia 65 tahun ke atas, perempuan
lebih retan mengalami hipertensi dibandingkan laki-laki. Kondisi ini
dipengaruhi oleh hormon. (Yunita Indah Prasetyaningrum 2014 ; 12-14).
Penderita hipertensi lebih sering ditemukan pada kaum pria dari pada
kaum wanita, hal ini disebabkan secara hormonal laki-laki lebih rentan terjadi
hipertensi. Pada saat mengatasi masalah pria cenderung emosi dan mencari
jalan pintas seperti merokok, minum-minum alkohol dan pola makan yang
tidak baik sehingga tekanan darah cenderung meningkat. Pada wanita setelah
menopause, hal ini disebabkan karena faktor psikologis dan adanya perubahan
dalam diri wanita tersebut. (Jan Tambayong, 2000).
Pria lebih cenderung mengalami cardiovascular disease and
hypertension (CVDH) dari pada wanita. Akan tetapi, setelah wanita mengalami
31
menopause maka insiden ini terjadi CVDH cenderung sama pada wanita dan
pria (Reckolhoff, 2001).
3. Riwayat Keluarga/Keturunan
Menurut Nurkhalida riwayat keluarga dekat yang mempunyai riwayat
hipertensi akan meningkatkan kecenderungan terjadinya hipertensi sebesar 4
kali lipat. Dari data statistik terbukti bahwa seseorang memiliki kemungkinan
lebih besar mendapatkan penyakit hipertensi jika orang tuanya penderita
hipertensi (Nurkhalida,2003).
Faktor genetik merupakan faktor bawaan yang menjadi pemicu
timbulnya hipertensi, terutama hipertensi primer. Jika dalam keluarga
seseorang ada yang hipertensi, ada 25% kemungkinan oarng tersebut terserang
hipertensi. Apabila kedua orang tua mengidap hipertensi, kemungkinan
menderita hipertesni naik menjadi 60%. (Iskandar Junaidi, 2010; 15-17).
Menurut Lany Gunawan, 2001; 17-19, dari data statistik terbukti bahwa
seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodiumintraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada
orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi.
32
4. Kelebihan Berat Badan
Dalam penelitian Narkiwwicz (2005), berat badan yang berlebihan akan
menyebabkan ketidak seimbangan metabolisme dimana hal tersebut dapat
menimbulkan cronic kidney disease (CKD) yang berakibat timbulnya
peningkatan tekanan darah (hipertensi). Penelitian Rohmauni et al (2004) juga
menemukan bahwa obesitas dapat menyebabkan disfungsi pada variabel
endotel sehingga menyebabkan hipertensi.
Obesitas sangat erat kaitannya dengan pola makan yang tidak seimbang.
Dimana seseorang lebih banyak mengkonsumsi lemak dan protein tanpa
memperhatikan serat. Kelebihan berat badan cenderung mengalami penyakit
kardiovaskular karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin
banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke
jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah
menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri
(Khomsan dan Ali,2003). Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi
denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin
menyebabkan tubuh menahan natrium dan air(Hull dan Alison,1996).
Penelitian Alison Hull menunjukkan adanya hubungan antara berat badan dan
hipertensi, bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal maka
kemungkianan terjadi hipertensi juga meningkat. Penyelidikan epidemiologi
juga membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien
hipertensi(Hull dan Alison,1996). Pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah
jantung dan volume darah sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih
33
tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal
dengan tekanan darah yang setara (Slamet Suryono,2001). Obesitas
mempunyai korelasi positif dengan hipertensi. Anak-anak remaja yang
mengalami kegemukan cenderung mengalami hipertensi. Ada dugaan bahwa
meningkatnya berat badan normal relatif sebesar 10 % mengakibatkan
kenaikan tekanan darah 7 mmHg. Oleh karena itu, penurunan berat badan
dengan membatasi kalori bagi orang-orang yang obes bisa dijadikan langkah
positif untuk mencegah terjadinya hipertensi (Whitney,1996). Jika menurunkan
1 kg berat badan, berarti telah berhasil mengurangi tekanan arteri sebesar 1,5
mmHg. Sedangkan hipertensi sangat erat dengan kejadian penyakit jantung dan
stroke(Hull dan Alison,1996). Untuk mengetahui seseorang mengalami
obesitas atau tidak, dapat dilakukan dengan mengukur berat badan dengan
tinggi badan, yang kemudian disebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT).
Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut: (Nyoman Supariasa I
Dewa,2002).
Berat Badan (kg)
IMT = -----------------------------------------
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m).
IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan
darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih
(Staessen A Jan,2000).
34
Tabel 1.1 Kategori Ambang Batas Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk
Indonesia
Kategori IMT
Kurus Kekuranga berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,5
Normal >18,5-25,0
Obesitas Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0
Sumber: Penilaian Status Gizi, 2002 (Nyoman Supariasa I Dewa,2002).
Seseorang yang mengalami obesitas atau kegemukan lebih mudah
mengalami prehipertensi atau hipertensi. Indikator yang biasa digunakan unutk
menentukan ada-tidaknya obesitas pada seseorang adalah melalui pengukuran
IMT atau lingkar berut. Meskipun demikian, kedua indikator terbaik untuk
menentukan terjadinya hipertensi, tetapi menjadi salah sau faktor yang
mempercepat kejadian hipertensi. (Menurut Yunita Indah Prasetyaningrum
2014 ; 12-14).
Makanan yang mengandung banyak lemak dapat menyebabkan
penimbunan lemak disepanjang pembuluh darah sehingga terjadi penyempitan
pada pembuluh darah dan memicu jantung untuk memompa darah lebih kuat,
akibatnya tekanan darah menajadi meningkat dan terjadilah hipetensi. (Menurut
Lany Gunawan, 2001; 17-19).
35
5. Pola makan
Garam atau unsur natrium merupakan salah satu bahan pangan yang
harus dikurangi seseorang jika ingin terhindar dari hipertensi (darah tinggi).
Kendati masyarakat paham akan hal itu, konsumsi garam di masyarakat
Indonesia masih terbilang tinggi. Perhimpunan Hipertensi Indonesia (Ina
SH,2004) mencatat, konsumsi garam rata-rata orang Indonesia tiga kali lebih
besar dari anjuran badan kesehatan dunia (WHO,2004) yang maksimal 5 gram
atau satu sendok the seharian. Garam merupakan faktor penting dalam
patogenesis hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku
bangsa dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3
gram/hari prevalensi hipertensinya rendah, sedangkan asupan garam antara 5-
15 gram/hari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh
asupan natrium terhadap hipertensi terjadi melalui peningkatan volume
plasma, curah jantung dan tekanan darah. Garam meyebabkan penumpukan
cairan dalam tubuh, karena menarik cairan diluar sel agar tidakkeluar,
sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada manusia yang
mengkonsumsi garam 3 gram atau kurang ditemukan tekanan darah rata-rata
rendah, sedangkan asupan garam sekitar 7-8 gram tekanan darahnya rata-rata
lebih tinggi. Konsumsi garam yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram/hari
yang setara dengan 110 mmol natrium atau 2400 mg/hari (Sheps,2005).
Menurut Alison Hull, pada penelitiannya menunjukkan adanya kaitan antara
asupan natrium dengan hipertensi pada beberapa individu. Asupan natrium
36
akan meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan
volume darah.
Semakin banyak mengkonsumsi garam (termasuk makanan asin), maka
semakin tinggi pula kecenderungan terjadinya peningkatan tekanan darah.
Makanan asin yang dapat meningkatkan tekanan darah yaitu ikan asin, telur
asin, sayur asin, ikan pindang, ikan teri, dendeng, abon, daging asap, asinan
buah, manisan buah, buah dlam kaleng, biskuit, kecap, terasi, petis, tauco,
saos sambal dan saos tomat (Retno Sasongkowati, 2014).
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih
dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam
cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler
ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi
natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium klorida
(garam dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG), dan
sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang
dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh.
37
Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak
masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG.
Kebiasaan konsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan
berat badan (Hull dan Alison,1996). Konsumsi lemak jenuh juga
meningkatkan aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah
(Price,1995). Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam
makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak
jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan
lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah
(Price,1995).
Makanan yang mengandung lemak seperti coto, gorengan, sop buntut,
sate daging, jeroan, sosis, keripik kentang, susu, permen, donat, eskrim, sup,
dan mi instan dapat mengakibatkan hipertensi. (Retno Sasongkowati, 2014).
6. Aktifitas Fisik
Olahraga yang teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga
menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat
karena adanya kondisi tertentu (Slamet Suryono,2001). Olahraga juga dikaitkan
dengan peran obesitas pada hipertensi. Kurang melakukan olahraga
akanmeningkatkan kemungkinan timbulnya obesitas dan jika asupan garam
juga bertambah akan memudahkan timbulnya hipertensi (Sheps,2005). Orang
yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang
lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap
38
kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar
tekanan yang dibebankan pada arteri (Hernelahti M,1998).
Aktivitas fisik merupakan pergerakan otot anggota tubuh yang
membutuhkan energi atau pergerakan yang bermanfaat unutk meningkatkan
kesehatan. Orang yang kurang beraktifitas cenderung mengalami hipertensi.
Contoh aktifitas fisik seperti berkebun, berenang, menari, bersepeda,yoga atau
senam. Aktivitas fisik sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh, khususnya
organ jantung dan paru-paru. Aktivitas fisik juga menyehatkan pembukuh darah
dan menegah hipertensi. Usaha pencegahan hipertensi akan optimal jika aktif
beraktivitas fisik dibarengi dengan menjalankan diet sehat dan berhenti
merokok.(Yunita Indah Prasetyaningrum 2014 ; 12-14).
7. Kebiasaan Merokok
Gas CO yang dihasilkan rokok mempunyai kemampuan mengikat
hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat
dibandingkan oksigen (Kozlowski et al., 2001). Akibatnya sel tubuh menjadi
kekurangan oksigen dan akan berusaha meningktkan oksigen melalui
kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut (spasme). Bila proses
spasme belangsung lama dan terus menerus, akibatnya pembuluh darah akan
mudah rusak dengan terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis atau pengerasan
pembuluh darah tersebut mengakibatkan tekanan darah didalam pembuluh
menjadi tinggi. Selain itu nikoton yang terkandung dalam asap rokok
menyebabkan perangsangan terhadap hormon adrenalin yang bersifat memicu
39
jantung dan tekanan darah (Husaini, 2007). Jantung akan bekerja keras,
sedangkan tekanan darah akan semakin tinggi dan berakibat sebagai hipertensi.
Selain dari lamanya merokok, kecenderungan akibat merokok terbesar
tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu
pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan dari pada mereka yang tidak
merokok (Bustan,1997). Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon
monoksida yang dihisap melalui rokok, masuk kedalam aliran darah dan
merusak lapisan endotelpembuluh darah arteri, mengakibatkan proses
aterosklerosis dan hipertensi (Bustan,1997). Nikotin dalam tembakaulah
penyebab meningkatnya tekanan darah segara setelah isapan pertama. Seperti
zat-zat kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh
darah amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam
beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin
dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin
(adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkanpembuluh darah dan
memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.
Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik
akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini
sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok. Sementara efek nikotin
perlahan-lahan menghilang, tekanan darah juga akan menurun dengan perlahan.
Namun pada perokok berat tekanan darah akan berada pada level tinggi
sepanjang hari(Bustan,1997). Secara langsung setelah kontak dengan nikotin
akantimbul stimulan terhadap kelenjar adrenal yang menyebabkan lepasnya
40
epineprin (adrenalin). Lepasnya adrenalin merangsang tubuh melepaskan
glukosa mendadak sehingga kadar gula darah meningkat dan tekanan darah
juga meningkat, selain itu pernafasan dan detak jantung akan meningkat
(Bustan,1997).
Kebiasaan merokok menyebakan 1 dari 5 kasus kematian di Amerika
setiap tahun. Merokok merupakan penyebab kematian dan kesakitan yang paing
bisa dicegah. Pasalnya, zat kimia yang dihasilkan dari pembakaran tembakau
berbahaya bagi sel darah dan organ tubuh lainnya, seperti jantung, pembuluh
darah, mata, organ reproduksi, paru-paru, bahkan organ pencernaan. Selain itu,
konsumsi minuman beralkohol juga dapat meningkatkan tekanan darah.
Penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan terjadinya hipertensi
meningkatdua kali lipat jika mengonsumsi minuman beralkohol lebih dari tiga
gelas sehari.( Yunita Indah Prasetyaningrum 2014 ; 12-14).
Rokok dapat merangsang sistem adrenergik dan meningkatnya tekanan
darah. Selain itu rokok juga mempengaruhi pembuluh darah. Racun pada rokok
yang berjumlah ribuan oksidan. Radikal bebas yang merusak dan menyebabkan
keelastisan pembuluh darah berkurang akibatnya pembuluh darah meningkat.(
Lany Gunawan, 2001; 17-19).
Hubungan merokok dengan kejadian hipertensi sudah banyak dijelaskan
oleh para ahli. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida
yang diisap melalui rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses arterosklerosis
sehingga akan memicuterjadinya hipertensi (Nurkhalida, 2008).
41
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam
penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and
Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya
tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan
perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8%
subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan
dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian
hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih
dari 15 batang perhari.
8. Kebiasaan minum beralkohol
Konsumsi minuman beralkohol dapat meningkatkan tekanan darah.
Penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan terjadinya hipertensi
meningkatdua kali lipat jika mengonsumsi minuman beralkohol lebih dari tiga
gelas sehari.(Yunita Indah Prasetyaningrum 2014 ; 12-14). Sesorang yang
minum alkohol dalam jumlah berlebihan memiliki tekanan darah yang lebih
tinggi dari pada individu yang tidak minum sedikitpun. Peningkatan tekanan
darah karena alkohol karena peningkatan kadar kortisol dan peningkatan
volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan
tekanan darah. Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat dan saraf tepi. Apabila
saraf simpatis terganggu, maka pengaturan tekanan darah menjadi terganggu
pula (Lany Gunawan, 2001; 17-19).
42
Tekanan darah akibat alkohol belum jelas, namun diduga peningkatan
kadar kortisol dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah
berperan dalam menaikkan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan
hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol serta diantaranya
melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak bila
mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya.
9. Stres
Stres mudah menyebabkan hipertensi, berbagai cara seperti duduk
berdiam diri, membaca, berkebun, meditasi, yoga, hipnotis, dan melakukan
hobi, dapat menjadi alternatif untuk menciptakan keadaan relaksasi (Eva
Wahyudi, 2008). Menurut Sarafindo (1990) yang dikutip oleh Bart Smet, stres
adalah suatu kondisi disebabkan oleh transaksi antara individu dengan
lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan yang berasal dari
situasi dengan sumber-sumber daya sistem biologis, psikologis dan sosial dari
seseorang. Stresadalah yang kita rasakan saat tuntutan emosi, fisik atau
lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan kita untuk
mengatasinya dengan efektif. Namun harus dipahami bahwa stres bukanlah
pengaruh-pengaruh yang datang dari luar itu. Stres adalah respon kita terhadap
pengaruh-pengaruh dari luar itu (Smet Bart,1994). Sudah lama diketahui bahwa
stres atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa
takut, rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga
43
tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung cukup lama, tubuh akan
berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau
perubahan patologis. Gejala yang muncul berupa hipertensi atau penyakit
gastritis (Smet Bart,1994). Menurut Slamet (2001) Suryono stress juga
memiliki hubungan dengan hipertensi. Hal ini diduga melalui saraf simpatis
yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stress
berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang
menetap.
Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress ini
dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik
personal.
Stress ini diukur dengan menggunakan Depression Anxiety Stress Scale
42 (DASS 42) oleh Lovibond (1995). Psycchometric of The Depression
Anxiety Stress Scale 42 (DASS 42) terdiri dari 42 item. DAAS adalah
seperangkat skala subjektif yang dibentuk untuk mengukur status emosional
negatif dari depresi, kecemasan, dan stres. DAAS 42 dibentuk tidak hanya
untuk mengukur secara konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk
proses yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang
berlaku dimanapun dari status emosional, secara signifikan biasanya
digambarkan sebagai stres. DAAS dapat digunakan baik itu oleh kelompok atau
individu untuk tujuan penelitian. Tingkatan stres pada instrument ini berupa
44
normal, ringan, sedang, berat, sangat berat. Tingkat stres ini diukur dengan
kuesioner Depression Anxiety Stress Scale 42 (DAAS 42). Dimana nilai 0 :
Tidak ada atau tidak pernah, 1 : sesuai dengan yang dialami sampai tingkat
tertentu atau kadang-kadang, 2 : sering, 3 : sangat sesuai yang dialami, atau
hampir setiap saat (Nursalam, 2011).Psycchometric of The Depression Anxiety
Stress Scale 42 (DASS 42) terdiri dari 42 item. Kriteri penilaian tingkat stress
skala DAAS sebagai berikut :
Normal : jika diperoleh skor responden adalah 0-29
Ringan : jika diperoleh skor responden adalah 30-59
Sedang : jika diperoleh skor responden adalah 60-89
Berat : jika diperoleh skor responden adalah 90-119
Sangat berat : jika diperoleh skor responden adalah > 120
10. Penggunaan jelantah dan lemak
Jelantah adalah minyak goreng yang sudah lebih dari satu kali dipakai
untuk menggoreng, dan minyak goreng ini merupakan minyak yang telah rusak.
Dianjurkan oleh Ali Komsan, bagi mereka yang tidak menginginkan menderita
hiperkolesterolemi untuk membatasi penggunaan minyak goreng terutama
jelantah karena akan meningkatkan pembentukan kolesterol yang berlebihan
sehingga akan mudah mengalami penyakit aterosklerosis dan hal ini dapat
memicu terjadinya penyakit tertentu, seperti penyakit jantung, darah tinggi dan
lainlain (Chomsan-Ali,2003).
45
Kebiasaan konsumsi lemak kenuh erat kaitannya dengan peningkatan
berat badan (Hull dan Aliaon, 1996 ). Konsumsi lemak jenuh juga
meningkatkan aterosklerosis yang erat kaitannya dengan kenaikan tekanan
darah (Price, 1995). Penurunan konsumsi lemak jenuh, terutama lemak dalam
makanan yang bersumber dari hewan dan peningkatan konsumsi lemak tidak
jenuh secukupnya yang berasal dari minyak sayuran, biji-bijian dan makanan
lain yang bersumber dari tanaman dapat menurunkan tekanan darah (Price,
1995).
Makanan lemak yang dapat meningkatkan tekanan darah seperti coto,
gorengan, sop buntut, sate daging, jeroan, sosis, keripik kentang, susu, permen,
donat, eskrim, sup, dan mi instan.
11. Obat-obatan
Beberapa jenis obat dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah,
kerena itu perlu diperahatikan penggunaannya. Bila obat tersebut dihentikan,
tekanan darah umumnya dapat kembali normal. Obat-obatan yang umum
dipakai dan dapat meningkatkan tekanan darah antara lain pil. KB, enstrogen,
obat batuk pilek yang mengandung dekongestan, pil diet,obat untuk radang non
steroid (NSAID) sepertin ibuprofen.
46
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
A. Dasar Pemikiran Variabel Penelitian
Berdasarkan landasan teori, maka peneliti berasumsi bahwa variabel
penelitian ini adalah faktor predisposisi penyebab terjadinya hipertensi antara
kelebihan berat badan, kebiasaan makan (≥ 1x/hari), kebiasaan minum
beralkohol, kebiasaan merokok, , aktivitas fisik, , dan stres. Peneliti berasumsi
bahwa, dalam mengidentifikasi faktor-faktor tersebut, maka akan diperoleh faktor
yang cenderung menyebabkan penyakit hipertensi yang mengakibatkan kasus
hipertensi selalu mengalami kenaikan jumlah penderita khususnya di Poli Jantung
Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara.
a. Kelebihan berat badan
Kelebihan berat badan merupakan ciri khas dari populasi hipertensi,dan
dibuktikan bahwa faktor ini memiliki kaitan erat dengan terjadinya hipertensi
kemudian hari. Untuk mengetahui mengetahui seseorang memiliki berat
badan lebih dapat dilihat dari perhitungan Index Massa Tubuh (IMT).
b. Kebiasaan makan
Konsumsi makanan yang mengandung natrium dan lemak merupakan hal
yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi. Asupam garam
atau natrium antara 5-15 gram perhari akan meningkatkan prevalensi
terjadinya hipertensi sekitar 15-20%. konsumsi lemak yang berlebihan akan
menyebabkan terbentuknya plak pada pembulu darah sehingga meningkatkan
47
pompa jantung untuk untuk mengedarkan darah diseluruh tubuh akibatkan
akan menyebakan hipertensi.
c. Kebiasaan minum beralkohol
Sesorang yang minum alkohol dalam jumlah berlebihan memiliki tekanan
darah yang lebih tinggi dari pada individu yang tidak minum sedikitpun.
Peningkatan tekanan darah karena alkohol karena peningkatan kadar kortisol
dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan
dalam menaikkan tekanan darah.
d. Kebiasaan merokok
Nikotin dalam tembakau merupakan penyebab meningkatnya tekanan darah
segera setelah hisapan pertama. Zat-zat kimia dalam rokok akan menyebar
diseluruh tubuh bersama aliran darah sampai di otak sehingga akan
memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin sehingga
akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja
lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi
e. Stres
Stres dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenal
sehingga jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan
darah meningka.
48
B. Kerangka Pikir Penelitian
Faktor-faktor predisposis penyebab hipertensi
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Keterangan :
: variabel yang diteliti
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas (variabel independent) : kelebihan berat badan,
kebiasaan makan, kebiasaan minum beralkohol, kebiasaan merokok,
aktivitas fisik, stres dan penderita hipertensi (Diteliti).
Kelebihan berat badan
Kebiasaan minumberakohol
Aktivitas fisik
Stres
Kebiasaan Makan
PenderitaHipertensi
Kebiasaan merokok
49
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
Penyakit hipertensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu
keadaan dimana tekanan darah untuk sistolik lebih besar atau sama dengan 140
mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg melalui satu kali
pemeriksaan dalam pertama kali kunjungan ataubeberapa kali kunjungan.
Faktor predisposisi penyebab terjadinya hipertensi yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah faktor-faktor yang cenderung menyebabkan hipertensi pada
pasien seperti kelebihan berat badan, kebiasaan makan, kebiasaan minum
beralkohol, kebiasaan merokok, dan stres. Yang dinilai berdasarkan penimbangan
berat badan, skala DASS, dan jawaban pada lembar keusioner. Kuesioner untuk
penilaian faktor kebiasaan makan, kebiasaan minum beralkohol,dan kebiasaan
merokokmenggunakan skala Likert dengan jawaban “Tidak pernah” bernilai 1,
“Jarang’’ bernilai 2, “Kadang-kadang ” bernilai 3, “Selalu” bernilai 4, “ Selalu ’’
bernilai 5. Sedangkan untuk penilaian faktor stres menggunakan skala DASS
dengan kriteria nilai normal : jika diperoleh skor responden adalah 0-29, ringan :
jika diperoleh skor responden adalah 30-59, sedang : jika diperoleh skor responden
adalah 60-89, berat : jika diperoleh skor responden adalah 90-119, sangat berat :
jika diperoleh skor responden adalah > 120.
Kriteria Objektif
a. Kelebihan berat badan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dilihat dari
Indeks Masa Tubuh (IMT)
Kriteria objektif :
50
Bukan Faktor Predisposisi : jika responden memiliki IMT ≤25 kg/m2
Faktor Predisposisi : jika responden memiliki IMT > 25 kg/m2
b. Kebiasaan makan yaitu kebiasaan makan ikan asin, telur asin, sayur asin, ikan
pindang, ikan teri,abon, manisan buah,kecap asin, terasi, saos sambal dan
makanan kaleng, keripik kentang, sup, sop buntut, sate daging, jeroan, coto,
daging sapi dan berbagai macam gorengan.
Kriteria objektif :
Bukan Faktor Predisposisi : jika nilai responden < 60 %
Faktor Predisposisi : jika nilai responden ≥ 60 %
c. Kebiasaan minum beralkohol yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kebiasaan responden mengkonsumsi minuman seperti bir, anggur, arak,
pongasi, dan kameko.
Kriteria objektif :
Bukan Faktor Predisposisi : jika nilai responden < 60 %
Faktor Predisposisi : jika nilai responden ≥ 60 %
d. Kebiasaan merokok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bila mana
responden menghisap rokok secara kontinu setiap hari atau tidak sebanyak 1-3
batang per hari dalam kurun waktu satu tahun
Kriteria objektif :
51
Bukan Faktor Predisposisi : jika nilai responden < 60 %
Faktor Predisposisi : jika nilai responden ≥ 60 %
e. Stres yang dimaksud dalam penelitian ini stres yang dialami responden seperti
mudahmarah, cemas yang berlebihan, kesal, sedih, depresi, ketakutan tanpa
alasan yang tidak jelas, merasa tidak berharga, sulit beristirahat, kehilangan
harapan, putus asa, merasa panik, merasa takut, tegang, merasa gelisah dan
gemetar.
Kriteria objektif :
Bukan Faktor Predisposisi : jika nilai responden < 60
Faktor Predisposisi : jika nilai responden ≥ 60
52
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan anlitik
observasional yaitu suatu penelitian untuk mengetahui faktor-faktor predisposisi
penyebab hipertensi, dengan cara pengumpulan data pada saat bersamaan (poit
time approch), artinya subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan
pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat
pemeriksaan.
B. Waktu dan Tempat Peneliitian
1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 sampai 23 Mei 2015
2. Tempat
Penelitian ini dilakukan di Poli Jantung RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien baru yang datang
berobat di Poli Jantung Rumah Sakit Umum periode bulan februari
sampai maret tahun 2015 sebanyak 102 orang.
53
2. Sampel
a. Tehnik Penarikan Sampel
Penarikan sampel dalam peneltian ini adalah dengan menggunakan
tehnik accidental sampling. Accidental sampling artinya pengambilan
sampel dilakukan dengan cara mengambil kasus yang ada atau tersedia
saat berlangsungnya penelitian (Arikunto, 2006 : 121)
b. Besar Sampel
Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan teori Arikunto (2002)
bahwa jika jumlah populasi lebih dari 100 orang maka yang diambil
adalah 10 – 30 %. Mengingat jumlah populasi dalam penelitian ini 102
orang maka penentuan jumlah sampel menggunakan rumus sebagai
berikut:
30% x 102 = x 102 = 30,6, dibulatkan menjadi 31 orang.
c. Kriteria Sample
1) Kriteria Ekslusif :
a) Pasien yang tidak bersedia menjadi responden
b) Pasien yang tidak berobat di rawat jalan
c) Pasien yang tidak hipertensi
d) Pasien yang buta aksara
2) Kriteria Inklusif :
a) Pasien yang bersedia menjadi responden
c) Pasien yang datang berobat di rawat jalan
54
d) pasien yang terdiagnosis hipertensi dengan tekanan darah lebih
tinggi atau pada 140/90 mmHg.
e ) Pasien yang dapat membaca dan menulis.
D. Instrumen Penelitian
1. Tensimeter dan stetoskope
2. Timbangan berat badan portabel
3. Kuesioner
4. Pengukur tinggi badan
E. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan data penelitian ini, maka
tehnik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah studi lapangan,
dimana peneliti berada langsung dilokasi penelitian (Poli Jantung RSU Bahteramas
Sulawesi Tenggara) dengan menggunakan tehnik sebagai berikut :
1. Dokumenter yaitu berupa data penyakit yang diperoleh melalui penelusuran
catatan medical record dan buku register kasus di Poli Jantung.
2. Pengukuran tekanan darah dan penimbangan berat badan serta pengukuran
tinggi badan.
Kuesioner yaitu daftar pernyataan yang berisi tentang semua faktor
penyebab yang berhubungan dengan penyakit hipertensi. Pada pernyataan tersebut
diberikan dalam bentuk pernyataan tertutup dengan memberikan alternatif jawaban
Tidak pernah, Jarang, Kadang-kadang, Sering, Selalu.. Sebelum pengambilan data
penelitian terlebih dahulu mengajukan surat permohonan menjadi responden
kepada seluruh pasien rawat jalan, selanjutnya peneliti mengajukan surat
55
persetujuan menjadi responden, kemudian melakukan pengukuran tekanan darah
pada pasien yang mau jadi responden, selanjutnya melakukan pengukuran tinggi
badan dan berat badan langkah terakhir adalah membagikan angket/kuesioner
yang berisikan 5 pernyataan kebiasaan makan, 5 pernyataan kebiasaan minum
beralkohol, 5 pernyataan kebiasaan merokok, dan 42 pernyataan stres, total 57
yaitu item pernyataan.
F. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan akan diolah dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Koding (coding)
Memberikan kode pada setiap data yang ada.
b. Edit (Editing)
Memberikan setiap halaman kuesioner apakah telah diterima semua, cara
mengisi, kelengkapan isian dan apakah sesuai dengan petunjuk pengisian.
c. Skoring (Scoring)
Perhitungan pada jawaban responden yang telah diisi pada penjelasan
keusioner dari berbagai variabel yang diteliti.
d. Tabulasi (Tabulting)
Menyusun data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi setelah dilakukan
perhitungan data secara manual.
56
2. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini akan dilakukan untuk mendapatkan
persentase hasil identifikasi setiap variabel yang diteliti untuk memperoleh
faktor predisposisi penyebab terjadinya hipertensi.
Untuk mengetahui presentase jawaban responden dan hasil
kuesioner, pengukuran tekanan darah dan berat badan yang dapat digunakan
rumus sebagai berikut :
(Candra B, 2009 : 38).
Keterangan :
P = Jumlah presentase variabel yang diteliti
f = susunan kategori variabel yang diamati
n = jumlah sampel peneliti
K = kontanta (100%)
G. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang disertai
dengan narasi untuk dapat memberikan penjelasan pada setiap variabel yang
diteliti.
P = f/n x K
57
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Letak Geografis
Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara sejak tanggal 21
November 2012 pindah lokasi dari di Jalan Dr. Ratulangi No. 151
Kelurahan Kemaraya Kecamatan Mandonga ke Jalan Kapt. Piere Tendean
No. 40 Baruga. Lokasi ini sangat strategis karena mudah dijangkau dengan
kendaraan umum dengan batas sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Jalan Kapt. Piere Tendean
b. Sebelah Timur : Perumahan Penduduk
c. Sebelah Selatan : Perumahan Penduduk
d. Sebelah Barat : Balai Pertanian Provinsi
b. Luas Lahan dan Bangunan
RSU Bahteramas berdiri di atas tanah seluas 69,000 m2. Luas
seluruh bangunan adalah 22.577,38 m2. Halaman parkir seluas 1.500
m2. Semua bangunan mempunyai tingkat aktivitas yang sangat tinggi.
Disamping kegiatan pelayanan kesehatan kepada pasien, kegiatan yang
tidak kalah pentingnya adalah kegiatan administrasi, pengelolaan makanan,
58
pemeliharaan atau perbaikan instalasi listrik dan air, kebersihan dan lain-
lain.
c. Fasilitas Tempat Tidur
Tabel 5.1Jumlah Tempat Tidur RSU Prov. Bahteramas
Tahun 2011 Sampai Dengan Tahun 2015
Kelas PerawatanTahun
2011 2012 2013 2014 2015
VIP 17 17 17 17 17
KELAS I 41 41 41 43 43
KELAS II 36 37 49 48 48
KELAS III 87 113 120 116 116
NON KELAS 38 39 41 43 43
JUMLAH 219 247 260 267 267
Sumber : Profil Rumah Sakit Umum Bahteramas Tahun 2015.
d. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) di RSU Provinsi Sultra hingga 31 Desember
2012 berjumlah 703 orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) terdiri atas tenaga medis,
paramedis dan non medis. Tenaga kontrak berjumlah 80 orang.Jumlah
keseluruhan tenaga masih belum memenuhi standar jumlah tenaga minimal untuk
Rumah Sakit Umum Kelas B. Beberapa tenaga dengan keterampilan tertentu
masih sangat diperlukan pada saat ini.
59
Tabel 5.2Jenis dan Jumlah Ketenagaan RSU Bahteramas Tahun 2011Sampai
Dengan Tahun 2015
No Jenis TenagaTahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Tenaga Medis 62 50 71 70 68
Dokter Spesialis (S-2) 28 26 32 30 28
Dokter Umum (S-1) 30 20 35 37 37
Dokter Gigi (S-1) 4 4 4 3 3
2 Paramedis Perawatan 261 286 315 378 330
Sarjana (S-I dan D-IV) 10 13 17 27 26
Akademi (D-III) 153 180 212 276 278
Diploma I (D-I) 18 16 16 3 3
SLTA 80 77 81 72 71
3 Paramedis Non Perawatan 128 158 183 207 207
Pasca Sarjana (S-II) 15 16 18 20 22
Sarjana (S-I dan D-IV) 54 62 72 83 78
Akademi (D-III) 32 43 61 76 81
Diploma (D-I) 13 17 11 11 10
SLTA 21 19 21 17 16
4 Non Medis 100 111 111 116 98
Sarjana (S-I) 17 21 22 27 27
Akademi (D-III) 2 3 15 6 4
SLTA 70 76 76 83 67
SLTP 6 7 7 0 1
SD 5 4 3 0 0
TOTAL 549 617 700 771 703
Sumber : Profil Rumah Sakit Umum Bahteramas Tahun 2015
60
2. Karakteristik Responden
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 hari yaitu mulai tanggal 21 sampai
dengan 23 Mei 2015 di Poli Klinik Jantung RSU Bahteramas dengan jumlah
sampel sebanyak 31 orang. Setelah dilakukan pengecekan terhadap kelengkapan
data dan pengolahan data secara manual dengan menggunakan kalkulator
diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Di Poli
Jantung Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi SulawesiTenggara Tahun 2015.
No Kelompok Umur(Tahun)
Jumlah Presentase(%)
1. 30-39 1 3,232. 40-49 4 12,903. 50-59 7 22,584. 60-69 14 45,165. 70-79 5 16,13
JUMLAH 31 100Sumber : Data Primer Diolah
Tabel 5.3, di atas menunjukkan bahwa dari 31 responden yang
telah diteliti pada umumnya masuk dalam kelompok umur usia lanjut
yaitu 60-69 tahun sebanyak 14 orang (45,16%) dan yang paling sedikit
ada pada kelompok umur dewasa akhir yaitu 30-39 tahun sebanyak 1
orang (3,23%). Pengelompokkan usia tersebut berdasarkan kriteria dari
DepKes RI 2009.
61
b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Poli Jantung
Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi TenggaraTahun 2015.
No Jenis Kelamin Jumlah Presentase(%)
1. Laki-Laki 18 58,06
2 Perempuan 13 41,94JUMLAH 31 100
Sumber : Data Primer Diolah
Tabel 5.4, di atas menunjukkan bahwa dari 31 responden yang telah
diteliti, sebanyak 18 orang (58.06) responden berjenis kelamin laki-laki dan
13 orang (41,94) responden berjenis kelamin perempuan.
c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Di Poli Jantung
Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi TenggaraTahun 2015.
No Pekerjaan Jumlah Presentase(%)
1. Pensiunan 7 29,172. Tani 4 16,674. PNS 7 29,175. Wiraswasta 6 25
JUMLAH 24 100Sumber : Data Primer Diolah
Tabel 5.5 Menunjukkan bahwa dari 31 responden yang telah diteliti
umumnya telah Pensiun yaitu sebanyak 7 orang (29,17%), responden yang
memiliki pekerjaan sebagai Tani sebanyak 4 orang (16,67%), responden sebagai
62
Pegawai Negeri Sipil sebanyak 7 orang (29,17%), responden yang memiliki
pekerjaan sebagai Wiraswasta sebanyak 6 orang (25%).
3. Variabel Yang Diteliti
a. Faktor Kelebihan Berat BadanTabel 5.6
Distribusi frekuensi faktor predisposisi penyebab hipertensi berdasarkankelebihan berat badan Di Poli Jantung Rumah Sakit Umum
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015.
No Kategori FPresentase
(%)
1. Bukan Faktor Predisposisi 23 74,192. Faktor Predisposisi 8 25,81
JUMLAH 31 100Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa dari 31 responden
yang mengalami hipertensi, 23 responden atau sekitar (74,19%) yang
memiliki berat badan rendah dengan IMT < 25 kg m2 dan 8 orang atau sekitar
(25,81%) yang memiliki kelebihan berat badan dengan IMT > 25 kg m2.
a. Faktor Kebiasaan Makan
Tabel 5.7Distribusi frekuensi faktor predisposisi penyebab hipertensi berdasarkan
kebiasaan makanan Di Poli Jantung Rumah Sakit Umum BahteramasProvinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015.
No Kategori fPresentase
(%)
1. Bukan Faktor Predisposisi 22 70,972. Faktor Predisposisi 9 29,03
JUMLAH 31 100Sumber : Data Primer Diolah
63
Berdasarkan tabel 5.7 diatas menunjukkan bahwa dari 31
responden yang mengalami hipertensi, 22 orang atau sekitar (70,97%) yang
tidak mempunyai kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung
garam dan lemak, dan 9 orang atau sekitar (29,03%) yang memiliki
kebiasaan makan yang mengandung garam dan lemak.
c. Faktor Kebiasaan Minum Alkohol
Tabel 5.8Distribusi frekuensi faktor predisposisi penyebab hipertensi berdasarkan
kebiasaan minum alkohol Di Poli Jantung Rumah Sakit UmumBahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015.
No Kategori fPresentase
(%)
1. Bukan Faktor Predisposisi 28 90,32
2. Faktor Predisposisi 3 9,68
JUMLAH 31 100
Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 5.8 diatas menunjukkan bahwa dari 31 responden
yang mengalami hipertensi, 28 orang atau sekitar (90,32%) yang tidak
memiliki kebiasaan minum alcohol, dan 3 orang atau sekitar (9,68%) yang
memiliki kebiasaan minum alkohol.
64
d. Faktor Kebiasaan Merokok
Tabel 5.9Distribusi frekuensi faktor predisposisi penyebab hipertensi berdasarkan
kebiasaan merokok Di Poli Jantung Rumah Sakit Umum BahteramasProvinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2015.
No Kategori fPresentase
(%)
1. Bukan Faktor Predisposisi 24 77,412. Faktor Predisposisi 7 22,59
JUMLAH 31 100Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 5.9 diatas menunjukkan bahwa dari 31 responden
yang mengalami hipertensi, 24 orang atau sekitar (77,41%) yang tidak
memiliki kebiasaan merokok , dan 7 orang atau sekitar (22,59%) yang
memiliki kebiasaan merokok.
e. Faktor Stress
Tabel 5.10Distribusi frekuensi faktor predisposisi penyebab hipertensi berdasarkan
stress Di Poli Jantung Rumah Sakit Umum Bahteramas ProvinsiSulawesi Tenggara Tahun 2015.
No Kategori FPresentase
(%)
1. Bukan Faktor Predisposisi 25 80,642. Faktor Predisposisi 6 19,36
JUMLAH 31 100Sumber : Data Primer Diolah
Berdasarkan tabel 5.10 diatas menunjukkan bahwa dari 31responden
yang mengalami hipertensi, 25 orang atau sekitar (80,64%) yang mengalami
stress, dan 6 orang atau sekitar (19,36%) yang tidak mengalami stress.
65
B. Pembahasan
a. Faktor predisposisi penyebab terjadinya hipertensi berdasarkan
kelebihan berat badan.
Pada tabel 5.6 tentang faktor kelebihan berat badan, terdapat data bahwa
distribusi frekuensi faktor kelebihan berat badan dari 31 responden yang
mengalami hipertensi, terdapat 23 orang atau (74,19%) yang bukan faktor
predisposisi penyebab hipertensi karena memiliki Indeks Massa Tubuh rata-rata
<25 kg/m2, dan hanya 8 orang atau sekitar (25,81%) yang merupakan faktor
predisposisi penyebab terjadinya hipertensi karena memiliki Indeks Massa Tubuh
rata-rata >25 kg/m2.
Ada beberapa teori mengatakan bahwa seseorang yang mengalami
obesitas atau kegemukan lebih mudah mengalami prehipertensi atau hipertensi.
Indikator yang biasa digunakan unutk menentukan ada-tidaknya obesitas pada
seseorang adalah melalui pengukuran IMT atau lingkar perut. Meskipun
demikian, kedua indikator terbaik untuk menentukan terjadinya hipertensi, tetapi
menjadi salah sau faktor yang mempercepat kejadian hipertensi. (Menurut Yunita
Indah Prasetyaningrum 2014 ; 12-14).
Sama halnya dengan teori yang dikemukakan oleh Khomsan dan Ali
(2003) bahwasannya kelebihan berat badan cenderung mengalami penyakit
kardiovaskular seperti hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa
tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan
makanan ke jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui
pembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada
66
dinding arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut
jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh
menahan natrium dan air sehingga dapat meningkatkan volume darah dan akan
menyebabkan hipertensi. (Hull dan Alison,1996).
Siswono (2007) juga mengemukakan bahwa peningkatan berat badan
memainkan peranan penting pada mekanisme timbulnya hipertensi pada orang
dengan obesitas. Mekanisme terjadinya hal tersebut belum sepenuhnya dipahami,
tetapi pada obesitas didapatkan adanya peningkatan volume plasma dan curah
jantung yang akan meningkatkan tekanan darah. Alat bantu untuk mengukur
keadaan obesitas adalah dengan rumus indeks masa tubuh. Cara menghitungnya
dengan membagi antara berat badan (dalam kg) dengan tinggi badan (cm
dikuadratkan). IMT 18,5 – 25 berat badan normal, jika IMT antara > 25 – 29 berat
badan dikatakan tidak normal yaitu kelebihan berat badan tergolong gemuk. Jika
IMT diatas 29, tergolong Obesitas.
Teori tersebut sejalan dengan penelitian Febby dan Nanang tentang faktor-
faktor yang berhubunga dengan tekanan darah di puskesmas telaga murni,
cikarang barat tahun 2012, dalam penelitian ini diketahui bahwa ada 76,9%
responden hipertensi yang memilki IMT yang menunjukkan gizi lebih atau
kelebihan berat badan dan 6,1% yang memiliki IMT menunjukkan gizi tidak lebih
atau normal. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara berat badan
dengan hipertensi. Bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal maka
risiko hipertensi jugameningkat. (Hull, 1996).
67
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Framingham (2001) yang
menunjukkan bahwa orang yang obesitas akan mengalami peluang hipertensi 10
kali lebih besar (Dhianningtyas & Hendrati, 2006). Menurut Lily Ismudiati
Rilantono (2002) dalam Dhianningtyas & Hendrati (2006) menerangkan bahwa
insiden hipertensi meningkat 54 hingga 142% pada penderita-penderita yang
gemuk. Hal yang serupa pun dikemukakan oleh Purwanti (2005) bahwa orang
yang kegemukan lebih muda terkena hipertensi.
Meskipun teori dan hasil penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa
kelebihan berat badan dengan IMT atau Indeks Massa Tubuh >25kg/m2 dapat
beresiko terjadinya hipertensi, namun dalam penelitian ini dengan faktor
kelebihan berat badan menemukan bahwa dari 31 responden yang mengalami
hipertensi 23 orang atau (74,19%) yang bukan faktor predisposisi hipertensi dan 8
orang atau (25,81%) yang merupakan faktor predisposisi hipertensi. Rendahnya
jumlah responden penderita hipertensi pada faktor kelebihan berat badan karena
tidak adanya kebiasaan responden mengkonsumsi makanan atau minuman yang
dapat menimbulkan kelebihan berat badan atau kegemukan, selain itu responden
juga mendapatkan konsultasi dengan ahli gizi tentang makanan atau minuman
yang dapat menimbulkan kelebihan berat badan dan manakanan atau minuman
yang sehat untuk mengurangi berat badan.
b. Faktor predisposisi penyebab terjadinya hipertensi berdasarkan
kebiasaan makan.
Pada tabel 5.7 diperoleh data bahwa dari 31 responden yang mengalami
hipertensi, 22 orang atau sekitar (70,97%) yang bukan faktor predisposisi
68
hipertensi karena tidak memilki kebiasaan mengkonsumsi makanan yang
mengandung garam dan lemak, dan hanya 9 orang atau sekitar (29,03%) yang
merupakan faktor predisposisi hipertensi karena memiliki kebiasaan
mengkonsumsi makanan yang mengandung garam dan lemak. Price (1995)
mengemukakan bahwa konsumsi lemak jenuh akan meningkatkan aterosklerosis
yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.
Teori tersebut didukung oleh Retno Sasongkowati, (2014), ia
mengemukakan bahwa makanan yang mengandung lemak seperti coto,
gorengan, sop buntut, sate daging, jeroan, eskrim, sup, dan dapat mengakibatkan
hipertensi. Makanan yang mengandung garam atau natrium juga dapat
menyebabkan tekana darah tinggi semakin banyak mengkonsumsi garam
(termasuk makanan asin), maka semakin tinggi pula kecenderungan terjadinya
peningkatan tekanan darah. Makanan asin yang dapat meningkatkan tekanan
darah yaitu ikan asin, telur asin, sayur asin, ikan pindang, ikan teri, dendeng,
abon, daging asap, asinan buah, manisan buah, biskuit, kecap, terasi, petis, tauco,
saos sambal dan saos tomat. Konsumsi makanan yang mengandung natirum dan
lemak merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme timbulnya hipertensi.
Asupan garam atau natrium antara 5-15 gram perhari akan meningkatkan
prevalensi terjadinya hipertensi sekitar 15-20%. Konsumsi lemak yang
berlebihan akan mengakibtakan terbentuknya plak pada pembuluh darah
sehingga meningkatkan pompa jantung unutk mengedarkan daah diseluruh tubuh
sehingga menyebabkan hipertensi.
69
Teori tersebut sesuai dengan penelitian Alison Hull (1996), pada
penelitiannya menunjukkan adanya kaitan antara asupan natrium dan lemak
dengan hipertensi pada beberapa individu. Asupan natrium dan lemak akan
meningkat menyebabkan tubuh meretensi cairan yang meningkatkan volume
darah. Penumpukan lemak pada pembuluh darah akan terjadi plak sehingga
pompa jantung meningkat dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Teori dan penelitian telah membuktikan bahwa kebiasaan mengkonsumsi
makanan yang mengandung lemak dan natrium atau garam dapat menyababkan
hipertensi. Namun dalam penelitian ini dengan faktor kebiasaan makan
menemukan dari 31 responden yang mengalami hipertensi 22 orang atau
(70,97%) yang bukan faktor predisposisi hipertensi dan 9 orang atau (29,03%)
yang merupakan faktor predisposisi hipertensi. Rendahnya jumlah responden
penderita hipertensi pada faktor kebiasaan makan karena tidak ada kebiasaan
responden mengkonsumsi makanan yang mengandung garam dan lemak,
responden juga melakukan konsultasi dengan ahli gizi tentang asupan makanan
yang dapat menimbulkan hipertensi seperti makanan yang mengandung garam
dan lemak.
c. Faktor predisposisi penyebab terjadinya hipertensi berdasarkan
kebiasaan minum beralkohol.
Pada tabel 5.8 diperoleh hasil penelitian bahwa dari 31 responden yang
mengalami hipertensi, 28 orang atau (90,32%) yang bukan faktor predisposisi
hipertensi karena responden tidak memiliki kebiasaan minum beralkohol, dan
70
hanya 3 orang atau (9,68%) yang merupakan faktor predisposisi hipertensi
karena responden memiliki kebiasaan minum beralkohol.
Teori Lany Gunawan (2001) mengemukakan nahwa sesorang yang
minum alkohol dalam jumlah berlebihan memiliki tekanan darah yang lebih
tinggi dari pada individu yang tidak minum sedikitpun. Peningkatan tekanan
darah karena alkohol karena peningkatan kadar kortisol dan peningkatan
volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan
tekanan darah. Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat dan saraf tepi. Apabila
saraf simpatis terganggu, maka pengaturan tekanan darah menjadi terganggu
pula.
Teori Smith (1995) juga mengatakan bahwa apanila seseorang
mengkonsumsi alkohol dalam jumlah yang banyak dengan frekwensi yang
berlebihan maka bahaya hipertensi tidak segan-segan menghampiri. Minuman
beralkohol bersifat panas sehingga bila dikonsumsi diatas lima belas menit
sampai dua puluh minuman standar seminggu dapat meninggikan tekanan darah
dan secara langsung dapat meracuni jantung.
Teori tersebut sesuai juga dengan penelitian Febby dan Nanang (2012)
yang menemukan bahwa responden yang mengkonsumsi alkohol dan terkena
hipertensi sebesar 71,4% dan yang tidak mengkonsumsi alkohol sebesar 26,5%.
Hasil uji statistik menyatakan ada hubungan yang bermakna (p=0,43). Hasil ini
71
sejalan dengan penelitian Purniawaty (2010) bahwa mengkonsumsi alkohol ada
hubungan yang bermakna terhadap hipertensi.
Meskipun teori dan hasil penelitian menemukan bahwa seseorang yang
minum alkohol dapat menyebakan resiko terjadinya hipertensi, namun berbeda
dengan hasil penelitian ini, dimana dalam penelitian ini dengan faktor kebiasaan
minum alkohol dari 31 responden yang mengalami hipertensi terdapat 28 orang
atau (90,32%) yang bukan merupakan faktor predisposisi hipertensi, dan hanya
3 orang atau (9,68%) yang merupakan faktor predisposisi hipertensi. Rendahnya
jumlah responden penderita hipertensi pada faktor kebiasaan minum alkohol
karena tidak ada kebiasaan responden mengkonsumsi alkohol, responden juga
melakukan konsultasi dengan dokter ahli jantung dan ahli gizi sehingga
responden menghindari minuman yang bisa menyebabkan hipertensi seperti
alkohol. Selain itu, responden lebih banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu 18
orang dan perempuan 13 orang, sehingga jumlah responden yang minum
beralkohol hanya dari kalangan laki-laki yaitu 3 orang, dan responden
perempuan tidak memilki kebiasaan minum beralkohol.
d. Faktor predisposisi penyebab terjadinya hipertensi berdasarkan
kebiasaan merokok.
Pada tabel 5.9 diperoleh data bahwa 24 orang atau (77,41%) yang
bukan faktor predisposisi hipertensi karena tidak memiliki kebiasaan merokok,
dan 7 orang atau (22,59%) yang merupakan faktor predisposisi hipertensi
karena responden memiliki kebiasaan merokok.
72
Teori Bustan (1997) mengatakan bahwa zat-zat kimia beracun, seperti
nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok, masuk kedalam
aliran darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri, mengakibatkan
proses aterosklerosis dan hipertensi. Nikotin dalam tembakaulah penyebab
meningkatnya tekanan darah segara setelah isapan pertama. Seperti zat-zat
kimia lain dalam asap rokok, nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah
amat kecil didalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Hanya dalam
beberapa detik nikotin sudah mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin
dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin
(adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkanpembuluh darah dan
memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.
Setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik
akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian ini
sampai 30 menit setelah berhenti mengisap rokok.
Teori ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Syukraini Irza
(2009) pada Masyarakat Nagari Bungo Tanjung Sumatera Barat, ia
mendapatkan bahwa merokok merupakan faktor resiko kejadian hieprtensi
dengan besar resiko 6,9 kali lebih besar untuk terjadinya hipetensi dan
penelitian yang dilakukan oleh Fajar Haninda (2011) ia menemukan bahwa ada
hubungan antara jumalah rokok dengan kejadian hipertensi pada paisen
dilayanan Kesehatan Cuma-Cuma Ciputat begitu pula dengan penelitian yang
dilakukan oleh Julianty Pradono (2010), ia menemukan bahwa ada hubungan
73
antara lama merokok dengan kejadian hipertensi dengan nilai OR=1,5. Hal ini
disebabkan Gas CO yang dihasilkan rokok mempunyai kemampuan mengikat
hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat
dibandingkan oksigen (Kozlowski et al., 2001). Akibatnya sel tubuh menjadi
kekurangan oksigen dan akan berusaha meningktkan oksigen melalui
kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut (spasme). Bila proses
spasme belangsung lama dan terus menerus, akibatnya pembuluh darah akan
mudah rusak dengan terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis atau pengerasan
pembuluh darah tersebut mengakibatkan tekanan darah didalam pembuluh
menjadi tinggi. Selain itu nikoton yang terkandung dalam asap rokok
menyebabkan perangsangan terhadap hormon adrenalin yang bersifat memicu
jantung dan tekanan darah (Husaini, 2007).
Teori dan penelitian sebelumnya telah menemukam bahwa merokok bisa
meyebabkan faktor penyebab hipertensi, namun dalam penelitian dengan faktor
kebiasaan merokok juga menemukan bahwa dari 31 responden yang mengalami
hipertensi terdapat 24 orang (77,41%) yang bukan faktor predisposisi hipertensi
dan 7 orang (22,59%) yang merupakan faktor predisposisi hipertensi.
Rendahnya jumlah responden penderita hipertensi pada faktor kebiasaan
merokok karena tidak adanya kebiasaan responden dalam merokok, responden
juga telah mendapatkan konsultasi atau pendidikan kesehatan dari dokter ahli
jantung dan ahli gizi sehingga responden tidak merokok. Selain itu responden
lebih banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu 18 orang sedangkan perempuan 13
74
orang, sehingga jumlah responden yang merokok hanya dari kalangan laki-laki
yaitu 7 orang, dan saat diteliti responden perempuan tidak memilki kebiasaan
merokok.
e. Faktor predisposisi penyebab terjadinya hipertensi berdasarkan stress
Pada tabel 5.10 diperoleh data bahwa 25 (80,64%) responden bukan
merupakan faktor predisposisi hipertensi karena hanya mengalami stress
ringan, dan 6 orang atau sekitar (19,36%) yang merupakan faktor
predisposisi hipertensi karena rata-rata responden mengalami stress tingkat
sedang.
Menurut teori Smet Bart (1994) sudah lama diketahui bahwa stres atau
ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, dendam, rasa takut, rasa
bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat,
sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung cukup lama,
tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan
organis atau perubahan patologis, gejala yang muncul berupa hipertensi atau
penyakit gastritis. Menurut Slamet (2001) Suryono stress juga memiliki
hubungan dengan hipertensi. Hal ini diduga melalui saraf simpatis yang
dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stress
berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang
menetap.
75
Penelitian ini sejalan dengan penelitian epidemiologik. Masterton dkk
memepelajari tekanan sistolik dari 116 pasien pskiatrik wanita yang dirawat
dirumah sakit secara terus menerus selama 19 tahun. Saat masuk perawatan
tekanan darah sistolik adalah 125 mmHg.suatu nilai yang tidak berbeda
Glasgow. Setelah 20 tahun kurungan tekanan darah dari wanita kontrol
Glasgow hampir 20 mmHg lebih besar daripada wanita yang dirawat.
Meskipun asupan garam dari kedua kelompok ini tidak dinilai dan obat-
obatan kedua kelompok ini dapat memberikan sumbangan untuk perbedaan
tekanan darah.
Dalam penelitian yang serupa, Timio mencatat tekanan darah setiap
empat tahun dari 126 wanita awam Italia dan membandingkannya dengan
tekanan darah yang didapatkan dari sekelompok biarawati yang menyendiri
selama 20 tahun. Semua biarawati tinggal didalam biara menghabiskan
seluruh waktunya terpencil dalam doa dengan interaksi sosial yang sangat
sedikit, sebagaimana aturan agama mereka. Tidak seorangpun dari kedua
kelompok ini yang merokok, menggunakan kontrasepsi oral atau berpindah
tempat tinggal selama periode ini. Diet pada kedua kelompok juga tidak
dibatasi. Setelah 20 tahun, tekanan darah pada kelompok kontrol (wanita
awam Italia) meningkat dari 127 mmHg menjadi 167 mmHg, tetapi pada
kelompok biarawati yang menyendiri tetap 127 mmHg, ini mendukung
bahwa stres memegang peranan penting dalam perkembangan hipertensi.
Teori dan hasil penelitian telah membuktikan bahwa stress sangat
mempengaruhi terjadinya hipertensi. Walaupun demikian, namun hasil
76
penelitian dengan faktor stress menemukan bahwa dari 31 responden
terdapat 25 orang (80,64%) yang bukan faktor predisposisi hipertensi, dan 6
orang (19,36) yang merupakan faktor predisposisi hipertensi. Rendahnya
jumlah responden penderita hipertensi pada faktor stress karena responden
hanya mengalami stress tingkat normal hingga ringan, selain itu responden
juga telah mendapatkan pendidikan kesehatan dokter ahli jantung untuk
menghidari stress yang bisa menyebabkan hipertensi.
Berdasarkan pembahasan diatas terlihat jelas bahwa dari lima faktor
predisposisi penyebab terjadinya hipertensi yang menjadi variable penelitian
antara lain kelebihan berat badan, kebiasaan makan, kebiasaan minum
beralkohol, kebiasaan merokok, dan stress dapat dikatakan bahwa kelima
faktor tersebut bukan faktor predisposisi terjadinya hipertensi di Poli Jantung
Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara karena dari 31
responden yang diteliti terdapat 12 responden yang tidak mengalami faktor
predisposisi penyebab terjadinya hipertensi. Hal ini kemungkinan disebakan
oleh faktor lain yang menyebabkan hipertensi yaitu umur dan jenis kelamin.
Berdasarkan data hasil penelitian pada kelompok umur, responden
yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu 31 orang, terdapat 12
orang yang tidak mengalami faktor predisposisi penyebab hipertensi, dari
jumlah tersebut ada 7 orang yang memiliki umur 60 tahun atau lebih,
dimana pada usia ini arteri besar mengalami pengurangan
keelastisitasnya atau kelenturannya dan menjadi kaku sehingga tidak
dapat mengembang ketika jantung memompa darah melalui arteri
77
tersebut. Oleh karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh darah yang sempit dan inilah yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah di atas 60 tahun, (Nurkhalida, 2013)
Hasil penelitian tersebut ditunjang oleh teori yang kemukakan oleh
Nurkhalida (2003) tentang faktor umur, bahwa dengan bertambahnya umur,
kecenderungan terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan
usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50%
diatas umur 60 tahun, hal ini disebabkan karena arteri besar kehilangan
kelenturannnya dan menjadi kaku, sehingga tidak dapat mengembang
ketika jantung memompa darah melalu arteri tersebut. Karena itu darah
pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit
dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Teori tersebut didukung oleh Yunita Indah Prasetyaningrum (2014
; 12-14) bahwa kejadian hipertensi cenderung meningkat seiring dengan
pertambahan usia, sebanyak 655 orang Amerika berusia 60 tahun atau lebih
mengalami hipertensi. Jenis hipertensi yang banyak dijumpai pada kelompok
lansia adalah isolated hypertension.
Hasil penelitian dan teori tersebut sejalan dengan penelitian Herke
tentang Karekteristik Dan Faktor Berhubungan Dengan Hipertensi Di Desa
Bocor, Kecamatan Bulus Pesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah,
Tahun 2006, dengan hasil penelitian pada umur 60-77 tahun memiliki
distribusi terbanyak mengalami hipertensi. Hal ini terjadi karena pada usia
tersebut arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku karena itu
78
darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Penelitian ini
juga sesuai dengan penelitian Ika dengan judul Faktor Resiko Penyakit
Hipertensi Pada Laki-Laki Di Wilayah Kerja Puskesmas Tawangrejo
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun, dimana jumlah penderita hipertensi di
Puskesmas Tawangrejo sebesar 2.333 orang dengan kasus terbanyak terjadi
pada usia 60-69 tahun dengan prosentase 18,90% hal ini disebabkan karena
tekanan arterial yang meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, terjadinya
regurgirasi aorta, serta adanya proses degeneratife yang lebih sering pada
usia tua. Seperti yang ditemukan oleh, Muniroh Wirjatmadi & Kontoro
(2007), pada saat penambahan usia sampai mencapai tua, terjadi pula resiko
peningkatan penyakit yang meliputi kelainan saraf atau kejiwaan, kelainan
jantung dan pembuluh darah serta berkurangnya fungsi panca indera dan
kelainan metabolisme pada tubuh.
Kemudian faktor jenis kelamin, pada tabel hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 31 responden yang mengalami hipertensi terdapat
12 responden yang tidak disebabkan oleh lima faktor predisposisi penyebab
hipertensi baik kelebihan berat badan, kebiasaan makan, kebiasaan minum
beralkohol, kebiasaan merokok maupun stress. Dari 12 responden tersebut
terdapat 8 responden berjenis kelamin perempuan dengan umur rata-rata 50
tahun keatas artinya sudah mengalami menopause. Hal ini juga
memungkinkan bahwa penderita hipertensi di Poli Jantung dipengaruhi oleh
jenis kelamin perempuan yang mengalami menopause. Teori yang
79
dikemukakan oleh Yunita Indah Prasetyaningrum bahwa Laki-laki atau
perempuan memiliki kemungkinan yang sama untuk mengalami hipertensi
selama kehudupannya. Namun, laki-laki lebih besar kemungkinannya
mengalami hipertensi dibandingkan dengan perempuan saat berusia sebelum
45 tahun. Sebaliknya saat usia 50 tahun ke atas, perempuan lebih retan
mengalami hipertensi dibandingkan laki-laki. Kondisi ini dipengaruhi oleh
hormone. Reckolhoff (2001) mengemukakan bahwa pria lebih cenderung
mengalami cardiovascular disease and hypertension (CVDH) dari pada
wanita. Akan tetapi, setelah wanita mengalami menopause maka insiden ini
terjadi CVDH cenderung sama pada wanita dan pria.
Ini dibuktikan penelitian yang dilakukan oleh Megan Coylewright dan
koleganya. Hasil penelitian menemukan bahwa wanita dalam masa menopause
lebih tinggi tekanan darahnya ketimbang wanita pre-menopause. Wanita dalam
masa menopause ditemukan memiliki tekanan darah sistolik lebih besar
daripada pria dengan BMI dan umur yang sama. Sedangkan tekanan darah
sistolik meningkat 5mm/Hg dalam lima tahun. Kenaikan tekanan darah sistolik
menunjukkan adanya penurunan penyesuaian arteri. Hubungan antara tekanan
darah dan terapi penggantian hormon (HRT) ditemukan yakni mereka yang
menggunakan terapi pergantian hormon memiliki tekanan darah yang sedikit
lebih rendah dibandingkan mereka yang tidak menggunakan HRT. Sekali lagi,
ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara hormon yang diproduksi oleh
ovarium dengan tekanan darah wanita. Hal ini yang kemudian diteliti sebagai
penyebab hipertensi pada wanita menopause. Penelitian tentang penyakit
80
hipertensi pada wanita menopause dan hubungannya dengan hormon pada
wanita ini juga mengungkapkan peranan dan bagaimana hormon dapat
mempengaruhi tekanan darah. Menopause dihubungkan dengan pengurangan
pada estradiol dan penurunan perbandingan rasio estrogen dan testosteron. Hal
ini mengakibatkan disfungsi endothelial dan menambah BMI yang
menyebabkan kenaikan pada aktivasi saraf simpatetik yang kerap kali terjadi
pada wanita yang mengalami menopause. Aktivasi saraf simpatetik ini akan
mengeluarkan stimulan renin dan angiotensin II. Disfungsi endhotelial ini
akhirnya meningkatkan kesensitifan terhadap garam dan kenaikan endhotelin.
Tidak hanya itu, kenaikan angiotensin and endhotelin dapat menyebabkan
stress oksidatif yang akhirnya berujung pada hipertensi atau darah tinggi.
Dari hasil penelitian Rayhani (2005) juga didapatkan wanita lebih
banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan pria yaitu 51% banding
49% dan hasil penelitian Oktora (2007) juga didapatkan wanita lebih banyak
menderita hipertensi dibandingkan dengan pria yaitu 58% banding 42%. Dari
beberapa literatur didapatkan berbagai pendapat mengenai hubungan antara
jenis kelamin dengan kejadian hipertensi. Menurut Cortas.K, prevalensi
terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung
dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar HDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan
faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Selain itu
81
faktor psikologis (stressor) juga turut mempengaruhi terjadinya hipertensi,
dimana stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung dan lain-lain) dapat
merangsang kelenjar anak ginjal untuk melepas hormon adrenalin dan memacu
jantung berdenyut lebih cepat dan lebih kuat sehingga tekanan darah akan
meningkat. Jika stress berlangsung cukup lama, tubuh akan berusaha
menyesuaikan sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis yang
menyebabkan terjadinya hipertensi.
Sementara untuk 2 responden lainnya mengalami hipertensi
kemungkinan besar disebabkan faktor keturunan, diketahui bahwa faktor
genetik merupakan faktor bawaan yang menjadi pemicu terjadinya penyakit
pada beberapa individu tertentu. Salah satunya adalah hipertensi, hal ini
berhubungan dengan peningkatan kadar sodiumin transeluler dan rendahnya
rasio antara potasium terhadap sodium individu dengan orang tua yang
mengidap hipertensi sehingga individu tersebut kemungkinan besar akan
menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai riwayat hipertensi.
Sejalan dengan teori Iskandar Junaidi (2010) yang mengatakan bahwa
faktor genetik merupakan faktor bawaan yang memicu timbulnya hipertensi
terutama hipertensi primer. Jika dalam keluarga seseorang ada yang hipertensi,
maka 25% kemungkinan orang tersebut terserang hipertensi. Apabila kedua
orang tua mengidap hipertensi, kemungkinan seseorang akan menderita
hipertensi naik menjadi 60%.
82
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dengan judul Identifikasi Faktor
Predisposisi Penyebab Terjadinya Hipertensi Di Poli Jantung Rumah Sakit
Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara dapat disimpulkan bahwa :
a. Sebagian besar penderita hipertensi tidak dipengaruhi oleh faktor
kelebihan berat badan dimana dari 31 responden sebanyak 23 orang
(74,19%) yaitu bukan faktor predisposisi dan hanya 8 orang (25.81)
adalah faktor predisposisi.
b. Sebagian besar penderita hipertensi tidak dipengaruhi oleh faktor
kebiasaan makan dimana dari 31 responden yang hipertensi sebanyak
22 orang (70,97%) bukan faktor predisposisi dan hanya 9 orang
(29,03) yang merupakan faktor predisposisi.
c. Sebagian besar penderita hipertensi tidak dipengaruhi oleh kebiasaan
minum beralkohol dimana dari 31 responden yang mengalami
hipertensi 28 orang (90.32) bukan faktor predisposisi dan hanya 3
orang (9,68) yang merupakan faktor predisposisi.
d. Sebagian besar penderita hipertensi tidak dipengaruhi oleh kebiasaan
merokok, dimana dari 31 responden yang mengalami hipertensi
sebanyak 24 orang (77,41%) bukan faktor predisposisi dan hanya 7
orang (22,59%) yang merupakan faktor predisposisi.
83
e. Sebagian besar penderita hipertensi tidak dipengaruhi oleh stress
dimana dari 31 responden, 25 (80,64%) bukan faktor predisposisi dan
6 orang (19,36%) yang merupakan faktor predisposisi.
B. Saran
1. Semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber refernsi
bagi peneliti selanjutya khususnya penelitian yang berkaitan dengan
penyakit hipertensi
2. Kepada instansi terkait terutama RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara dan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara agar hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber informasi.
3. Semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi
praktisi dibidang kesehatan antara lain :
a. Profesi kesehatan seperti perawat, ahli gizi dan kesehatan
masyarakat untuk lebih meningkatkan tindakan preventif seperti
primosi kesehatan, sosialisasi dan perawatan pada penderita
hipertensi, agar angka kejadian hipertensi dan angka kematian
akibat hipertensi dapat terus dikendalikan dan diminimalkan.
b. Untuk pasien di Poli Jantung yang terdiagnosis hipertensi,
diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan terus meningkatkan
pola hidup sehat.
c. Untuk peneliti, diharapakan terus menambah wawasan mengenai
faktor-faktor predisposisi penyebab hipertensi.
84
DAFTAR PUSTAKA
Apriyanti, Maya. 2014. Meracik Obat & Menu Sehat Bagi Penderita Darah Tinggi.Pustaka Baru Pres : Yogyakarta
Sasongkowati, Retno. 2014. Bahaya Gula Garam & Lemak, Penerbit Indoliterasi :Yogyakarta
Junaidi, Iskandar. 2010. Hipertensi. PT Buana Ilmu Populer : Jakarta.
Shadinne, Mahannad. 2010. Mengenal Penyakit Hipertensi, Diabetes, Stroke &Serangan Jantung. Keenbooks : Jakarta.
Prasetyaningrum, Yunita. 2014. Hipertensi Bukan Untuk Ditakuti. Fmedia : Jakarta.
Chandra, Budiman. 2009. Metodologi Penelitian Kesehatan. EGC : Jakarta.
Zuraidah, dkk. 2012. Analisis Faktor Risiko Penyakit Hipertensi Pada Masyarakat DiKecamatan Kemuning Kota Palembang Tahun 2012 : Diakses tanggal 20 Maret2015.
Febby dan Nanang. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan DarahDi Puskesmas Telaga Murni Cikarang Barat Tahun 2012 : Diakses tanggal 20 Maret2015.
Lyliyana. 2008. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Hipertensi : Diakses tanggal 21Maret 2015
Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.Salemba Medika : Jakarta.
Suparto. 2010. Faktor Risiko Yang Paling Berperan Terhadap Hipertensi PadaMaystarakat Di kecamatan Jatupuro Kabupaten Karanganyar : Diakses tanggal 19Maret 2015.
Wahidudin, dkk. 2012. Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Di Wilayah KerjaPuskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2012 : Diakses tanggal 19 Maret2015.
85
Lampiran 1
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Kepada Yth,
Bapak/Ibu/Sdr/Saudari
di-
Tempat
Dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan, maka saya :
Nama : Salmawati
NIM : P00320012104
Sebagai mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari Jurusan
Keperawatan, bermaksud akan melaksanakan penelitian berjudul “Identifikasi
Faktor Predisposisi Penyebab Terjadinya Hipertensi Di Poli Jantung Rumah
Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara”.
Sehubungan dengan hal itu, mohon kesediaan bapak/ibu untuk meluangkan
waktu menjadi responden dalam penelitian ini, anda berhak untuk menyetujui atau
menolak menjadi responden. Apabila setuju, maka bapak/ibu dipersilahkan untuk
menandatangani surat persetujuan responden ini.
Atas kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, sebelumnya diucapkan
terima kasih.
Peneliti,
SALMAWATI
86
Lampiran 2
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(INFORMED CONCENT)
Saya bertanda tangan di bawah ini tidak keberatan unutk menjadiresponden
dalam penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes
Kendari Jurusan Keperawatan atas nama Salmawati (NIM. P00320012104), dengan
judul “ Identifikasi Faktor Predisposisi Penyebab Terjadinya Hipertensi Di Poli
Jantung Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara”. Dan
saya memahami bahwa data ini bersifat rahasia.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan suka rela tanpa paksaan dari pihak
manapun, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya
Kendari, ............................2015
Responden
TTD
87
Lampiran 3.
Kuesioner Penelitian
Identifikasi Faktor Predisposisi Penyebab Terjadinya Hipertensi Di Poli
Jantung Rumah Sakit Umum Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
A. Identitas Sampel
a. Identitas/Kode :
b. Nama :
c. Alamat :
d. Umur :
e. Jenis Kelamin :
f. Pekerjaan :
g. Berat badan :
h. Tinggi badan :
i. Tekanan darah :
1. Bacalah bail-baik setiap item pernyataan dibawah ini!
2. Berilah tanda ceklis (√) pada setiap pilihan yang dianggap benar!
B. Kebiasaan makan
NoPernyataan
Jawaban
TP J KK S SL
Skor 1 2 3 4 5
88
1. Kebiasaan makan yangmengandung garam sepertiikan asin, telur asin, dan sayurasin.
2.
Kebiasaan makan yangmengandung garam sepertimanisan buah, kecap asin, danterasi
3.
Kebiasaan makan yangmengandung garam seperti ikanpindang, ikan teri, dan abon.
4.
Kebiasaan makan yangmengadung lemak seperti sup,sop buntut, sate daging, danjeroan
5.
Kebiasaan makan yangmengadung lemak seperti coto,daging sapi dan berbagaimacam gorengan
C. Kebiasaan minum beralkohol
NoPernyataan
Jawaban
TP J KK S SL
Skor 1 2 3 4 5
1. Kebiasaan minum bir
2.
Kebiasaan minum anggur
Kebiasaan minum arak
89
3.
4.
Kebiasaan minum pongasi
5.
Kebiasaan minum kameko
D. Kebiasaan Merokok
NoPernyataan
Jawaban
TP J KK S SL
Skor 1 2 3 4 5
1. Kebiasaan merokok setiap hari
2.
Kebiasaan merokok satusampai tiga batang dalam sehari
3.
Kebiasaan merokok setelahbangun tidur
4.
Kebiasaan merokok setelahbekerja
5.
Kebiasaan merokok setelahmakan
KETERANGAN :
90
TP : Tidak pernah
J : Jarang
KK : Kadang-kadang
S : Sering
SL : Selalu
E. Stres
1. Bacalah bail-baik setiap item pernyataan dibawah ini!
2. Berilah tanda ceklis (√) pada setiap pilihan yang dianggap benar!
NO ASKEP PENILAIAN TP KK S SL
Skor 0 1 2 3
1. Menjadi marah karena hal-hal kecil/
sepele
2. Mulut terasa kering
3. Tidak dapat melihat hal yang positif dari
suatu kejadian
4. Merasakan gangguan dalam bernafas
(nafas cepat, sulit bernafas)
5. Merasa sepertinya tidak kuat lagi untuk
melakukan suatu kegiatan
6. Cenderung bereaksi berlebihan pada
situasi
7. Kelemahan pada anggota tubuh
91
8. Kesulitan berelaksasi atau bersantai
9. Cemas yang berlebihan dalam suatu
situasi namun bisa lega jika hal atau
situasi itu berakhir
10. Pesimis atau tidak yakin
11. Mudah merasa kesal
12 Merasa banyak menghabiskan energi
karena cemas
13. Merasa sedih
14. Tidak sabaran
15. kelelahan
16
Kehilangan minat pada banyak hal (misal
; makan, bergerak, cerita bersama teman
atau orang lain)
17 Merasa diri tidak layak
18 Mudah tersinggung
19
Berkeringat (misal ; tangan berkeringat)
tanpa stimulasi oleh cuaca panas atau
latihan fisik
20 Ketakutan tanpa alasan yang jelas
21 Merasa hidup tidak berharga
22 Sulit untuk beristirahat
23 Kesulitan dalam menelan
92
24 Tidak dapat menikmati hal-hal yang
dilakukan
25 Jantung berdebar-debar
26 Merasa hilang harapan dan putus asa
27 Mudah marah
28 Mudah panik
29 Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu
yang mengganggu
30 Takut diri terhambat oleh tugas-tugas
yang tidak bisa dilakukan
31 Sulit ikut serta dalam banyak hal
32 Sulit menerima gangguan-gangguan
terhadap hal yang sedang dilakukan
33 Berada pada keadaan tegang
34 Merasa tidak berharga
35 Tidak dapat memaklumi hal apapunyang
menghalangi anda untuk menyelesaikan
hal yang sedang anda lakukan
36 Ketakutan
37 Tidak ada harapan untuk masa depan
38 Merasa hidup tidak berarti
39 Mudah gelisah
40 Khawatir dengan situasi saat diri anda
mungkin menjadi panik dan
93
mempermalukan diri sendri
41 Gemetar
42 Sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam
melakukan sesuatu
KETERANGAN :
TP : Tidak pernah
KK : Kadang-kadang
S : Sering
SL : Selalu
94
Lampiran
Master Tabel
Identifikasi Faktor Predisposisi Penyebab Terjadinya Hipertensi Di Poli Jantung Rumah Sakit Umum Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara
No
Tan
ggal
No
Reg
iste
r
Nama
UmurJK
Pekerjaan
Kelebihanberat badan
Kebiasaanmakan
Kebiasaanminum
beralkohol
Kebiasaanmerokok Stress
L PIMT
KTG
Skor
%KTG
Skor %
KTG
Skor
%KTG
Skor
KTG30-39 40-49 50-59 60-69 70-79 PS IRT T PNS WR
BFP FP BFP FP BFP FP BFP FPBFP FP
1 21/5/1541 22 80
Tn. M √ √28,65 √ 5 20 √ 5 20 √ 5 20 √ 30 √
2 21/5/15 37 22 94Ny. S √ √
14,79 √ 1560 √ 5 20 √ 5 20 √ 28
√
321/5/15
26 10 09Ny. B
√ √ √23,87 √ 11 44 √ 5 20 √ 5 20 √ 33
√
421/5/15
22 03 75Tn. N
√ √ √22,77 √ 17 68 √ 5 20 √ 5 20 √ 30 √
521/5/15
19 10 99Ny. I
√ √ √22,49 √ 13 52 √ 5 20 √ 5 20 √ 45 √
621/5/15
32 24 37Tn A
√ √ √27,34 √ 5 20 √ 5 20 √ 5 20 √ 31 √
721/5/15
19 12 12Ny. M
√ √ √19,36 √ 8 32 √ 5 20 √ 5 20 √ 44 √
821/5/15
25 57 68Ny. R
√ √ √29,51 √ 8 32 √ 5
20√ 5 20 √ 73
√
921/5/15
28 27 57Ny. W
√ √ √24,14 √ 13 52 √ 5 20 √ 5 20 √ 34 √
10 21/5/15 34 45 91Tn. K
√ √ √23,33 √ 6 24 √ 5 20 √ 9 36 √ 37 √
1121/5/15
20 26 94Ny.H
√ √ √23,30 √ 14 56 √ 5 20 √ 14 56 √ 52 √
1222/5/15
19 12 02Tn. S
√ √ √28,65 √ 11 44 √ 5 20 √ 5 20 √ 58 √
1322/5/15
19 11 02Tn. S
√ √ √21,30 √ 18 72 √ 5 20 √ 22 88 √ 63
√
1422/5/15
19 67 05Tn. S √ √
19,60 √ 14 56 √ 5 20 √ 13 52 √ 51 √
1522/5/15
39 40 59Ny.N
√ √ √22,86 √ 11 44 √ 5 20 √ 5 20 √ 26
√
1622/5/15
21 35 84Ny.W
√ √ √22,51 √ 16 64 √ 5 20 √ 5 20 √ 60
√
1722/5/15
19 40 86Tn.M √ √
22,03 √ 13 52 √ 5 20 √ 5 20 √ 73√
1822/5/15
25 89 77Tn. P
√ √ √22,64 √ 19 76 √ 18 72 √ 19 76 √ 48 √
1922/5/15
41 63 92Tn. R
√ √ √25,39 √ 17 68 √ 5 20 √ 25
100
√ 46 √
2022/5/15
43 60 58Tn.M √ √
26,36 √ 11 44 √ 5 20 √ 5 20 √ 71√
2122/5/15
44 69 03Tn.M
√ √ √26,44 √ 15 60 √ 5 20 √ 5 20 √ 62
√
2223/5/15
19 02 21Ny. S
√ √ √24,97 √ 16 64 √ 5 20 √ 5 20 √ 44 √
2323/5/15
19 36 15Tn. I
√ √ √24,81 √ 18 72 √ 15 60 √ 17 68 √ 55 √
2423/5/15
25 36 88Tn. D
√ √ √22,94 √ 13 52 √ 11 44 √ 17 68 √ 50 √
2523/5/15
19 40 80Ny. A
√ √ √16,84 √ 7 28 √ 5 20 √ 5 20 √ 48 √
2623/5/15
23 73 18Ny. N
√ √ √34,24 √ 7 28 √ 5 20 √ 5 20 √ 44 √
2723/5/15
23 56 63Tn. J
√ √ √24,03 √ 12 48 √ 5 20 √ 5 20 √ 40 √
2823/5/15
19 65 30Ny. A
√ √ √22,47 √ 12 48 √ 5 20 √ 5 20 √ 37 √
2923/5/15
23 25 87Tn. Y
√ √ √18,68 √ 13 52 √ 9 36 √ 16 64 √ 52 √
3023/5/15
27 01 76Tn. D
√ √ √20,20 √ 11 44 √ 10 40 √ 14 56 √ 49 √
3123/5/15
40 61 57Tn. S
√ √ √22,86 √ 8 32 √ 17 68 √ 24 96 √ 14 √
Jumlah 23 8 22 9 28 3 24 7 25 6
Sumber : Data Primer Diolah
Keterangan : A. Karakteristik Responden : Pekerjaan : 1. PS = Pensiunan B. Variabel Penelitian : 1. IMT = Indeks Massa Tubuh
2. T = Tani 2. KTG = Kategori
3. WR = Wiraswasta 3. BFP = Bukan Faktor Predisposisi
4. IRT = Ibu Rumah Tangga 4. FP = Faktor Predisposisi
Peneliti Kendari. 3 Juni 2015-06-02
Mengetahui
Kepala Poli Jantung
SALMAWATI (Hj. NAZIMAA, S.Kep)
(P00320012104) NIP : 19631231 198503 2 106