hiperaktif adhd

12
Pendahuluan Langkah-langkah terapi psikoedukasi sampai batas tertentu dapat dianalogikan langkah pendidikan yaitu kedua-duanya dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku manusia. Beberapa teori psikoedukasi bahkan dikembangkan dari teori belajar. Kedua-duanya mencakup menimbulkan tingkah laku yang dikehendaki dan mengeliminasi tingkah laku yang tidak dikehendaki. Dalam banyak hal terapi psikoedukasi dapat diterangkan dengan teori belajar, yaitu mencakup falsafah tentang manusia, visi pengubahan tingkah laku, lingkup penanganan dan teknik-teknik pengubahan tingkah laku. Dengan demikian masalah Gangguan Pemusatan Perhatian, hiperaktivitas (GPP/H), dan kesulitan belajar dapat dibahas bersama dalam perbincangan terapi psikoedukasi dan dalam teori belajar. Banyak peneliti tentang kesulitan belajar (learning disability) yang memandang kekurangan perhatian sebagai gangguan yang paling kritis, yang sangat menyita waktu, tenaga, dan pikiran guru. Seperti dikemukakan oleh Ross (Lerner, 1988), kemampuan mempertahankan perhatian (attention selective), merupakan suatu masalah kognisi yang mempengaruhi sebagian besar anak berkesulitan belajar. Perhatian selektif adalah kemampuan memusatkan perhatian pada satu objek dari berbagai rangsang yang diterima oleh indera kita. Diperkirakan terdapat kesamaan masalah pemusatan perhatian pada anak kesulitan belajar. Silver (1990), melaporkan lebih dari 20% anak-anak kesulitan belajar juga menunjukkan sifat-sifat yang sama dengan anak yang mengalami GPP/H. Secara umum GPP/H berkaitan dengan gangguan tingkah laku dan aktivitas kognitif seperti berpikir, mengingat, menggambar, merangkum, mengorganisasikan, dan lainnya (Lerner, 1988). Akibat yang ditimbulkan dari gangguan tersebut sangat beragam, jika tidak teridentifikasi dan tidak ditangani secara tepat, mereka mempunyai resiko mengalami hambatan kemampuan belajar, menurunnya tingkat kepercayaan diri, masalah-masalah sosial, kesulitan dalam keluarga dan masalah-masalah lain yang mempunyai potensi berefek panjang. Pada dasarnya anak yang mengalami GPP/H “bukan tidak mampu belajar” tetapi kesulitannya untuk memusatkan perhatian, hal ini menyebabkan mereka “tidak siap untuk belajar”. Tulisan ini mencoba menyampaikan beberapa upaya pendidikan untuk membantu anak yang mengalami GPP/H dan kesulitan belajar dalam

Upload: edison

Post on 23-Jan-2016

2 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah pbl

TRANSCRIPT

Page 1: Hiperaktif adhd

Pendahuluan

Langkah-langkah terapi psikoedukasi sampai batas tertentu dapat dianalogikan langkah pendidikan yaitu kedua-duanya dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku manusia. Beberapa teori psikoedukasi bahkan dikembangkan dari teori belajar. Kedua-duanya mencakup menimbulkan tingkah laku yang dikehendaki dan mengeliminasi tingkah laku yang tidak dikehendaki. Dalam banyak hal terapi psikoedukasi dapat diterangkan dengan teori belajar, yaitu mencakup falsafah tentang manusia, visi pengubahan tingkah laku, lingkup penanganan dan teknik-teknik pengubahan tingkah laku. Dengan demikian masalah Gangguan Pemusatan Perhatian, hiperaktivitas (GPP/H), dan kesulitan belajar dapat dibahas bersama dalam perbincangan terapi psikoedukasi dan dalam teori belajar. Banyak peneliti tentang kesulitan belajar (learning disability) yang memandang kekurangan perhatian sebagai gangguan yang paling kritis, yang sangat menyita waktu, tenaga, dan pikiran guru. Seperti dikemukakan oleh Ross (Lerner, 1988), kemampuan mempertahankan perhatian (attention selective), merupakan suatu masalah kognisi yang mempengaruhi sebagian besar anak berkesulitan belajar. Perhatian selektif adalah kemampuan memusatkan perhatian pada satu objek dari berbagai rangsang yang diterima oleh indera kita. Diperkirakan terdapat kesamaan masalah pemusatan perhatian pada anak kesulitan belajar. Silver (1990), melaporkan lebih dari 20% anak-anak kesulitan belajar juga menunjukkan sifat-sifat yang sama dengan anak yang mengalami GPP/H. Secara umum GPP/H berkaitan dengan gangguan tingkah laku dan aktivitas kognitif seperti berpikir, mengingat, menggambar, merangkum, mengorganisasikan, dan lainnya (Lerner, 1988). Akibat yang ditimbulkan dari gangguan tersebut sangat beragam, jika tidak teridentifikasi dan tidak ditangani secara tepat, mereka mempunyai resiko mengalami hambatan kemampuan belajar, menurunnya tingkat kepercayaan diri, masalah-masalah sosial, kesulitan dalam keluarga dan masalah-masalah lain yang mempunyai potensi berefek panjang. Pada dasarnya anak yang mengalami GPP/H “bukan tidak mampu belajar” tetapi kesulitannya untuk memusatkan perhatian, hal ini menyebabkan mereka “tidak siap untuk belajar”. Tulisan ini mencoba menyampaikan beberapa upaya pendidikan untuk membantu anak yang mengalami GPP/H dan kesulitan belajar dalam mengembangkan perilaku, sehingga mereka dapat belajar sebagaimana yang diharapkanHiperaktif

Anak hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. Sedangkan yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidakterkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang. Hiperaktif juga mengacu kepada ketiadaannya pengendalian diri, contohnya dalam mengambil keputusan atau kesimpulan tanpa memikirkan akibat-akibat terkena hukuman atau mengalami kecelakaan (Mulyadi:2009:87).

Wiguna (2007:5) mengemukakan karakteristik anak yang cenderung mengalami gangguan hiperaktif (1) tidak bisa duduk diam di dalam kelas, (2) tangan bergerak dengan gelisah; (3) kadang berlari-lari dan naik di atas meja dan memanjat guru; (4) mengalami kesulitan dalam bermain atau dalam kegiatan menyenangkan bersama yang memerlukan ketenangan; (5) impulsivitas, mengalami kesulitan dalam menunggu giliran; (6) menjawab

Page 2: Hiperaktif adhd

sebelum pertanyaan selesai/ sering menginterupsi orang lain. Anak yang hiperaktif menunjukkan semua atau hampir semua ciri-ciri di atas.

Penyebab utama perilaku hiperaktif telah dilakukan penelitian secara terus menerus oleh para ahli, namun masih terdapat perbedaan pendapat, Martin (1994:29) mengatakan ada beberapa faktor penyebab perilaku hiperaktif: (1) faktor neurologik, proses persalinan dengan cara ekstraksi forcep, bayi yang lahir dengan berat badan dibawah 2500 gram, ibu melahirkan terlalu muda, ibu yang merokok dan minum minuman keras; (2) faktor genetik, sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak; (3) faktor makanan, zat pewarna, pengawet dan kekuarangan vitamin; (4) faktor psiko sosial dan lingkungan. Terkadang gangguan hiperaktif adalah dampak dari pola pengasuhan yang kurang efektif, misalnya faktor pemanjaan dan kurangnya penanaman kedisiplinan.

Beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif dari pola pengasuhan yang kurang efektif antara lain: (1) Pemanjaan, anak yang terlalu dimanja sering memilihcaranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya, ia akan memperdaya orang tuanya untuk memperoleh apa yang diinginkannya, kurangnya disiplin yang diberikan oleh orang tua kepada anak. Cara seperti itulah membuat anak berbuat sesuka hatinya. Anak yang dimanja biasanya kalau di sekolah ia akan memilih berjalan-jalan dan berdiri dari pada mendengarkan/ mematuhi instruksi guru, (2) kurang disiplin dan pengawasan, anak yang kurang disiplin atau pengawasan ini akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi, apa yang dilakukan dibiarkan begitu saja tanpa ada perhatian dari orang tua. Jika anak dibiarkan tanpa perhatian, maka anak akan berbuat sesuka hatinya ketika berada ditempat lain baik itu di sekolah.

Apabila perilaku hiperaktif ini tidak ditangani dengan baik, maka pada akhirnya akan menimbulkan hambatan penyesuaian perilaku sosial dan kemampuan akademik di lingkungan rumah dan sekolah. Akibatnya perkembangan anak menjadi tidak optimal dengan timbulnya gangguan perilaku dikemudian hari. Untuk itu diperlukan adanya upaya penanganan atau bimbingan yang komprehensif dan berkesinambungan.

Menurut Hurlock (1998:100) lima tahun pertama merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya atau dengan kata lain, dasar pendidikan anak adalah pada usia 0-5 tahun. Jika pada usia tersebut orang dewasa tidak melakukan apa-apa terhadap anak, maka mereka akan mengalami kesulitan di masa mendatang. Inilah alasan penting perlunya pemberian stimulasi sejak dini, termasuk anak yang berperilaku hiperaktif. Anak yang berperilaku hiperaktif apabila mendapatkan stimulasi yang terarah atau penanganan khusus secara berkesinambungan akan dapat mengembangkan aspek kognitif, aspek sosial-emosional dan kemandiriannya. Aspek pengembangan sosial dan kemandirian dimaksudkan untuk membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar, yang merupakan salah satu perilaku negatif yang harus dikembangkan bagi anak hiperaktif, dengan harapan dapat berinteraksi dengan baik dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa.

Deferensial diagnosis

Retardasi mental

Retardasi mental adalah suatu gangguan yang terdiri dari gangguan fungsi intelektual dibawah rata-rata dan gangguan dalam ketrampilan adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia delapan belas tahun. Factor penyebabnya adalah kondisi genetic (kromoson dan bawaan),

Page 3: Hiperaktif adhd

paparan prenatal dengan infeksi dan toksin, trauma perinatal, kondisi yang didapat dan factor sosiokultural.

Retardasi mental dapat dibagi menjadi empat sesuai dengan beratnya

Retardasi mental ringan

Ketrampilan social dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun-tahun presekolah. Tetapi saat anak menjadi besar, deficit kognitif tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berpikir abstrak dan egosentrik mungkin yang membedakan dirinya dengan anak lain.

Retardasi mental sedang

Ketrampilan komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi social dirinya mungkin dimulai dari usia sekolah dasar. Dapat dideteksi lebih dini dibandingkan retardasi mental ringan

Retardasi mental berat

Bicara anak terbatas dan perkembangan motorik buruk. Pada usia presekolah sudah nyata terdapat gangguan. Pada usia sekolah mungkin kemampuan bahasanya berkembang. Jika perkembangan kemampuan bahasanya buruk, bentuk kominikasi nonverbal dapat berkembang.

Retardasi mental sangat berat

Ketrampilan motorik dan motorik sangat terbatas. Pada masa dewasa dapat terjadi perkembangan bicara dan mampu menolang diri sendiri secara sederhana, tetapi seringkali membutuhkan perawatan orang lain.

Terdapat cirri klinis lain yang dapat terjadi sendiri atau menjadi bagian dari retardasi mental yaitu hiperaktif, toleransi frustasi yang rendah, agresi, ketidakstabilan afektif, perilaku motorik stereotipik berulang, dan perilaku melukai diri sendiri.

Semakin banyak gangguan mental komorbid yang terjadi, semakin buruk prognosisnya. Pada sebagian besar kasus, gangguan intelektual dasar tidak membaik walaupun tingkat adaptasi sapat ditingkatkan dengan menciptakan lingkungan yang mendukung.

Depresi

Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius. WHO menyatakan bahwa depresi berada diurutan ke-empat penyakit di dunia. Sekitar 20% wanita dan 12% pria, pada suatu waktu di kehidupanya mengalami depresi.

Depresi ditandai dengan adanya perasaan sedih, murung, dan iritabilitas. Pasien mengalami distrorsi kognitif seperti mengkritik diri sendiri, timbul rasa bersalah, perasaan tidak berharga, kepercayaan diri turun, pesimis dan putus asa. Terdapat rasa malas dan tidak bertenaga, retardasi psikomotor, dan menarik diri dari hubungan social. Pasien mengalami

Page 4: Hiperaktif adhd

gangguan sulit tidur atau bangun terlalu dini hari. Nafsu makan berkurang, begitu pula dengan gairah seksual.

Depresi bukanlah gangguan yang homogeny tetapi merupakan fenomena yang kompleks. Bentuk sangat bervariasi, sehingga kita mengenal depresi dengan gejala yang ringan, berat, dengan atau tanpa cirri psikotik, berkomorbiditas dengan gangguan psikiatrik lain dan dengan gangguan fisik lain.

Pada awal onset, depresi sering bersamaan dengan anksietas atau agitasi. Selain itu, terdapat perasaan sedih, ada keluhan letih, insomnia,susah bernafas, takikardia, nyeri kroaik dan samar-samar ( biasanya keluhan pada system pencernaan, jantung, sakit kepala, atau sakit dipunggung yang tidak hilang oleh analgesic). Orang-orang dengan manisfestasi gejala seperti itu kita sebut sebagai depresi terselubung, sering memiliki riwayat keluarga atau pribadi yang depresi dan sering berespons terdapat antidepresan. Pasien-pasien dengan gejala-gejala medic tidak khas yang tidak memperoleh perbaikan dengan pengobatan mungkin menderita depresi.

Skala penilaian depressi mungkin dapat membantu menilai beratnya derajat. Ada dua instrument yang sering digunakan untuk menilai depresi yaitu beck depression inventory (pertanyaan yang dijawab pasien sendiri), dan Hamilton rating scale for depression (dinilai oleh terapis).

Penatalaksanaan

Teknik-teknik yang akan dikemukakan berikut bukan untuk dilakukan semuanya. Pilihlah yang paling tepat, lalu latihkan berulang-ulang. Kalau ternyata teknik ini tidak memberikan hasil, ganti atau tambahlah dengan teknik yang lain. 1. Menghilangkan/mengurangi tingkah laku yang tidak dikehendaki Langkah pertama, mengupayakan untuk menganalisis tingkah laku yang akan menjadi sasaran penanganan. Teknik ini disebut analisis A-B-C, yaitu bahwa kebanyakan tingkah laku dipengaruhi oleh kejadian yang mendahuluinya/antecendent (A), yang terjadi sebelum terjadinya tingkah laku/behavior (B) dan akan mengakibatkan suatu konsekuensi/Consequen (C). Informasi tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan orang tua, mengamati, dan mencatat kejadian-kejadian yang terjadi terutama pada tingkah laku yang tidak dikehendaki. Tingkah laku yang tidak dikehendaki ini selanjutnya dipelajari bentuk (pola) tingkah laku, kapan terjadinya, dalam situasi bagaimana, dan sebagainya. Gambaran yang jelas dari tingkah laku anak ini memudahkan dalam memberikan pengubahan kejadian sebelum dan sesudah tingkah laku yang tidak dikehendaki terjadi. Pengubahan ini akan menghasilkan suatu tingkah laku yang baik menggantikan tingkah laku yang tidak dikehendaki. Contoh tingkah laku yang tidak dikehendaki, keluar tempat duduk sembarang waktu, melempar-lempar pensil teman ke jendela, berjalan-jalan di kelas, berteriak-teriak di kelas dan sebagainya. Carilah alasan mengapa anak melakukan tingkah laku yang tidak dikehendaki. Alasan-alasannya misalnya membutuhkan perhatian, merasa bosan, keinginan bergerak, ingin mengetahui sesuatu, ingin bebas dari udara apek, dsb. Usahakan pertama adalah menghilangkan alasan-alasan tersebut. Misalnya: memberikan perhatian, mengubah kegiatan, membuka jendela, dsb. Selain itu beri tahu anak cara yang baik untuk menyatakan ketidakpuasan, kejengkelan, kemarahan, dsb. Misalnya; dengan mengatakan maksud dengan baik-baik, mengangkat lengan, menyatakan ingin keluar, dsb. Jika teknik ini tidak memberikan hasil yang tidak diharapkan, pilihlah yang paling tepat teknik-teknik ini. a. Ekstingsi (extinction)

Page 5: Hiperaktif adhd

Suatu tingkah laku cenderung akan diulangi kalau mendapat respon, oleh karena itu jika tingkah laku tersebut tidak dikehendaki jangan direspon sampai anak menghentikannya. Teknik ini didasarkan atas asumsi bahwa tanpa penguat terhadap suatu respon akan menurunkan atau menghilangkan respon tersebut. Contoh: Seorang guru mengabaikan siswa yang berbicara tanpa mengangkat tangan terlebih dahulu. Contoh lain: anak yang mengganggu dan tetap diabaikan kadang-kadang ia bosan atas tingkah lakunya atau sadar karena guru dan teman-temannya tidak terpancing, kemudian dia akan berhenti bertingkah laku mengganggu. b. Satiasi (satiation)

Bedanya dengan ektingsi, dalam satiasi upaya yang dilakukan adalah menghilangkan alasan yang menghasilkan tingkah laku yang tidak dikehendaki. Alasan tersebut ada pada diri anak. Misalnya dengan memberikan perhatian sebelum anak menuntut perhatian, segera mengalihkan kegiatan ke kegiatan lain sebelum bosan. Satiasi bisa juga dengan melebihkan (Bhs. Sunda: Nyungkun) „layanan‟ dari pada yang diinginkan, misalnya: anak yang suka berteriak-teriak dikelas, mintalah anak untuk berteriak terus. c. Pemberian hukuman

Terutama hukuman fisik, hanya akan mengurangi perilaku untuk sementara. Adapun hukuman yang keras akan membuat situasi tegang dan penuh kebencian, sehingga sangat membahayakan kepribadian anak oleh karena itu cara ini sangat jarang dilakukan. Jika penggunaan hukuman akan dilakukan, maka perlu mempertimbangkan: (a) hukuman digunakan jika tidak ingin membiarkan suatu tingkah laku berlanjut, misalnya anak yang agresif, (b) hukuman bisa digunakan jika prosedur lain tidak berhasil, (c) sebaiknya diberikan hukuman yang ringan yang terbukti efektif untuk tingkah laku tertentu, (d) jangan melakukan hukuman dalam keadaan marah. d. Time out

Yaitu menghilangkan kesempatan anak untuk mendapatkan sambutan atau imbalan. Teknik ini dilakukan dengan cara anak dipindahkan dari tempat dimana tingkah laku yang tidak dikehendaki terjadi, dan membuat anak melewatkan waktu yang tidak menarik bagi dirinya, waktu yang dilewatkan harus diperhitungkan sesuai dengan usia anak sehingga tidak berlebihan agar ia merasa diperlakukan secara adil. Biasanya anak menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki tersebut. Jika tingkah laku tersebut diulangi lagi maka time out harus diberlakukan kembali. 2. Mengembangkan tingkah laku yang dikehendaki Mengembangkan tingkahlaku yang dikehendaki dilakukan dengan memberi ulangan penguatan (Reinforcement). Prinsip memberikan ulangan penguatan menunjuk pada suatu peningkatan frekuensi respons jika respons tersebut diikuti dengan konsekuensi tertentu. Reaksi terhadap satu rangsang akan lebih kuat jika terdapat penguat pada tingkah lakunya. Teknik ini dapat dijelaskan secara khusus mengenai tingkah laku yang dikehendaki dan tingkah laku yang tidak dikehendaki. Terangkan kepada anak konsekuensi dari setiap tingkah laku yang baik atau yang dikehendaki, secara bertahap anak diharapkan akan menyadari apa yang akan ia dapatkan bila bertingkah laku sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu penguat berupa sambutan dengan imbalan dapat dilakukan jika anak memperlihatkan tingkah laku yang dikehendaki. Dengan cara ini diharapkan anak semakin percaya bahwa dirinya akan memperoleh keberhasilan. Penguat atau hadiah sebaiknya diberikan dengan segera setelah tingkah laku yang dikehendaki terjadi. Anak dengan gangguan ini cenderung tidak sabar dan impulsif, sehingga menunggu terlalu lama akan kurang baik baginya dan akan mengurangi kemauannya untuk membentuk tingkah laku yang dikehendaki.

Faktor penyebabBerikut ini adalah faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :1. Faktor neurologikInsiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalahprenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep,toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan

Page 6: Hiperaktif adhd

persalinan normal. Disamping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda,ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktifTerjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampaikini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernamadopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasiBeberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anakhiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnyasisi sebelah kanan2. Faktor toksikBeberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki potensi untukmembentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darahanak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif.3. Faktor genetikDidapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif.Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurunpada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar.4. Faktor psikososial dan lingkunganPada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua dengananaknya. Anak hiperaktif dan impulsif lebih banyak pada keluarga tanpa ayah. Selain itu, racun ataulimbah pada lingkungan sekitar bisa menyebabkan hiperaktif terutama keracunan timah hitam(banyak terdapat pada asap knalpot berwarna hitam kendaraan bermotor yang menggunakan solar)Kanak-kanak yang sering dilihat tidak boleh duduk diam dan lebih gemar bermain

biasanyadisebabkan oleh sindrom yang dipanggil hiperaktif (ADHD - Attention deficit disorder). Kanak-kanak

yang menghidap sindrom ADHD lebih bertenaga, cepat gelisah dan sukar memberitumpuan.Biasanya ADHD ini lebih kepada kanak-kanak lelaki berbanding kanak-kanak perempuan.

Ada tidak ada penyebab pasti yang telah ditemukan untuk memicu ADHD pada anak. Namun,

faktor-faktor berikut dapat berkontribusi untuk mengangkat risiko kondisi:-

1. Anatomi berubah atau fungsi otak-scan otak telah menunjukkan bahwa beberapa daerah

otak terutama terkait dengan aktivitas dan rentang perhatian berbeda di antara anak-anak

dan orang dewasa dengan ADHD. (1) Beberapa studi mengungkapkan lobus frontal otak

(terletak di garis depan otak) berbeda di antara orang-orang dengan ADHD. Daerah ini

berkaitan dengan pengambilan keputusan. Ada juga mungkin derangement

neurotransmiter seperti dopamin dan noradrenalin di dalam otak. Neurotransmitter ini

adalah utusan-utusan kimia otak. (2)

2. Genetika-ADHD kadang-kadang dapat diwariskan. Ada penelitian yang telah

menemukan beberapa gen yang terkait dengan sebab-akibat ADHD. (1)

3. Menjadi laki-laki-laki dan laki-laki yang lebih berisiko mengembangkan ADHD daripada

anak perempuan dan perempuan. Ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor genetik atau

faktor hormon. Studi menunjukkan bahwa karena ADHD sering dikaitkan dengan

kekerasan dan hiperaktif gejala, banyak gadis yang memiliki jenis lalai dominan mungkin

Page 7: Hiperaktif adhd

ketinggalan saat mendiagnosis ADHD. Gadis-gadis ini sering tumbuh untuk mewujudkan

kondisi sebagai muda remaja atau orang dewasa. (2)

4. Penyalahgunaan narkoba ibu, asupan alkohol dan merokok-beberapa studi telah

menunjukkan bahwa wanita hamil yang merokok, mengambil alkohol atau menggunakan

narkoba pada risiko yang lebih tinggi melahirkan anak-anak yang pergi untuk

mengembangkan ADHD. Patologi tepat di belakang Asosiasi ini dikenal tidak baik.

Namun, hal ini berspekulasi bahwa jenis pelecehan dalam rahim, atau dalam rahim,

mengurangi aktivitas saraf dan mengubah saraf messenger bahan kimia neurotransmiter.

Wanita hamil yang terpapar racun-racun lingkungan beresiko juga melahirkan bayi yang

dapat mengembangkan ADHD. (1)

5. Terpapar racun-balita dan prasekolah yang yang terkena racun lingkungan dan racun

yang juga pada risiko yang lebih tinggi dari perilaku masalah. Yang terkenal ini adalah

paparan memimpin dari cat dan pipa di bangunan tua yang telah dikaitkan dengan

rentang perhatian yang pendek dan perilaku kekerasan dalam beberapa anak-anak. (1)

6. Cedera otak traumatik-cedera otak juga telah dikaitkan dengan ADHD dalam beberapa

studi. Namun jumlah anak yang telah menderita cedera otak seperti terlalu kecil untuk

menjelaskan prevalensi meningkatnya ADHD. (3)

7. Aditif-beberapa makanan tambahan seperti pengawet dan pewarna buatan telah dikaitkan

dengan kejengkelan dan peningkatan risiko ADHD. Penelitian rinci di daerah ini

dibenarkan karena tidak ada bukti definitif. (1)

8. Gula-studi dan kepercayaan umum mengatakan kelebihan gula dalam makanan anak

sering mengarah ke masalah perilaku. Namun, rinci penelitian telah menunjukkan bahwa

tidak ada hubungan antara kelebihan gula dalam diet dan mengangkat risiko ADHD atau

bahkan memburuknya gejala pada anak-anak didiagnosis dengan ADHD. (3)

9. Makanan intoleransi, intoleransi makanan seperti itu untuk susu, gandum dan kacang-

kacangan tertentu juga telah dikaitkan dengan mengangkat risiko ADHD. (2)

10. Paparan televisi-sana telah kekhawatiran yang berlebihan paparan televisi di usia muda

dapat mengakibatkan peningkatan risiko ADHD. Meskipun tidak ada studi yang benar-

benar membuktikan hubungan ini; ada bukti bahwa paparan televisi yang berlebihan

dapat menyebabkan inattentiveness dan risiko ADHD kemudian dalam hidup. (2)

Page 8: Hiperaktif adhd

11. Faktor risiko lain-termasuk dilahirkan prematur sebelum 37 minggu kehamilan dan

dilahirkan dengan berat kelahiran rendah. Otak kerusakan dalam rahim, atau dalam

beberapa tahun pertama dari kehidupan, atau memiliki gangguan pendengaran juga

dikaitkan dengan ADHD (2)

Kesimpulan

Daftar pustaka

1. Semiun Y. Kesehatan mental 2. Yogyakarta: kanisius ;2006. Hlm 158-662. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Jakarta: buku kedokteran EGC; 2005. Hlm 191-

2013. Mansjoer A, triyantri K. Kapita selekta kedokteran.. Jakarta: media Aesculapius;2005.

Hlm 187-2384. Amir N. Depresi Aspek neurologi diagnosis dan tatalaksana. Jakarta: fakultas kedokteran

universitas Indonesia; 20055. Richard E, Behrman, Robert M Kliegman Ann M. Arvin. Ilmu kesehatan anak Nelson.

Jakarta : EGC;2012.h.124-5