bab ii kajian pustaka a. penelitian terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/bab 2.pdf · berbakat,...

19
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian ini membahas tentang, penerimaan orang tua terhadap anak berkebutuhan khsus di SDLB Putra Jaya. Adapun beberapa penelitian yang berkaitan dengan topik penerimaan Orang Tua sebagai berikut: Pertama jurnal yang ditulis Novira Paradima 2016 yang berjudul penerimaan diri pada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus menjelaskan bahwa penelitian tersebut bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada ketiga subjek memiliki penerimaan diri yang berbeda dalam menerima dan menghadapi anak dengan berkebutuhan khusus. Pada subjek AS, memiliki penerimaan diri yang positif karena subjek pasrah dengan keadaan anaknya namun berusaha untuk memahami kondisi anaknya dan tidak malu dengan yang kekurangan yang dimiliki oleh anaknya. Subjek kedua SL memiliki penerimaan diri yang positif karena subjek dapat berusaha untuk ikhlas dan memahami keadaan anaknya serta selalu mendukung segala kegiatan anak termasuk dalam hal sekolah. subjek ketiga RS memiliki penerimaan diri yang negatif karena subjek merasa kondisi anaknya tidaklah sesuai dengan harapannya dan subjek selalu merasa malu dan takut ketika orang lain mengetahui kondisi anak subjek yang memiliki gangguan perkembangan. Kedua Berdasarkan jurnal dari Suparmi pada tahun 2016 yang berjudul Nilai anak berkebutuhan khusus di mata orang tua. Berdasarkan hasil

Upload: others

Post on 28-Oct-2020

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini membahas tentang, penerimaan orang tua terhadap anak

berkebutuhan khsus di SDLB Putra Jaya. Adapun beberapa penelitian yang

berkaitan dengan topik penerimaan Orang Tua sebagai berikut:

Pertama jurnal yang ditulis Novira Paradima 2016 yang berjudul

penerimaan diri pada orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus

menjelaskan bahwa penelitian tersebut bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada

ketiga subjek memiliki penerimaan diri yang berbeda dalam menerima dan

menghadapi anak dengan berkebutuhan khusus. Pada subjek AS, memiliki

penerimaan diri yang positif karena subjek pasrah dengan keadaan anaknya

namun berusaha untuk memahami kondisi anaknya dan tidak malu dengan yang

kekurangan yang dimiliki oleh anaknya. Subjek kedua SL memiliki penerimaan

diri yang positif karena subjek dapat berusaha untuk ikhlas dan memahami

keadaan anaknya serta selalu mendukung segala kegiatan anak termasuk dalam

hal sekolah. subjek ketiga RS memiliki penerimaan diri yang negatif karena

subjek merasa kondisi anaknya tidaklah sesuai dengan harapannya dan subjek

selalu merasa malu dan takut ketika orang lain mengetahui kondisi anak subjek

yang memiliki gangguan perkembangan.

Kedua Berdasarkan jurnal dari Suparmi pada tahun 2016 yang berjudul

Nilai anak berkebutuhan khusus di mata orang tua. Berdasarkan hasil

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

9

penelitiannya bahwa orang tua menilai anak berkebutuhan khusus menilai

secara psikologis, religi, dan ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan tersebut di atas maka dapat dibuat simpulan bahwa nilai ABK di

mata orangtuanya adalah bagaimana cara orangtua menilai atau memaknai

kehadiran anak berkebutuhan khusus dalam kehidupannya.

Ketiga penelitian yang dilakukan oleh Rima Rizki Anggraini pada tahun

2013 yang berjudul persepsi orang tua terhadap Anak berkebutuhan khusus

Berdasarkan hasil analisis sebagian besar orangtua dapat menghilangkan cara

bersikap negatif kepada ABK. Seperti mengabaikan anak ABK, kurang memberi

perhatian, dan kasih sayang kepada anak, kurang berkomunikasi kepada anak,

dan lain-lain. Sikap orangtua yang seperti ini harus dihilangkan dengan cara

memberikan cukup waktu kepada anak, perhatian kepada anak, dan memberi

kasih sayang kepada anak, dan jika orangtua nya sibuk dalam pekerjaan beri lah

sedikit waktu untuk anak untuk bermain bersama dengan orangtua nya.

Berdasarkan hasil analisis data hampir sebagian orangtua sadar bahwa anaknya

tergolong dalam ABK, dan orangtua harus bisa menerima hambatan atau

kecacatan kepada anak. Karena kekurangan kepada anak kita itu adalah suatu

cobaan dari Sang Kuasa agar kita bisa menerima keadaan anak di dunia ini.

Sebagai orangtua harus bisa dapat membuka mata hati bahwa ABK itu adalah

anak mereka.

Keempat jurnal yang ditulis oleh Dwi Suswanti Anggarini dkk berjudul

“Studi fenomonologis tentng penerimaan Orang tua terhadap anak autis di SLB

Negeri Semarang” pada tahun 2011 hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

pengalaman orangtua dalam menerima anaknya yang autis ditunjukkan dari cara

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

10

mereka (orangtua) merawat anaknya layaknya anak – anak normal pada

umumnya, seperti memandikan, menyuapi, menemani belajar, serta mengajak

anak bermain. Adapun kendala mereka (orangtua) dalam merawat anaknya yang

autis, antara lain perilaku hiperaktif anak yang kadang tidak dapat dikendalikan,

terbatasnya sarana terapi, serta kondisi financial keluarga yang kurang

mendukung. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan dalam merawat

anaknya yang autis tersebut, orangtua lebih memperhatikan diit (diit khusus anak

autis) untuk mengurangi perilaku hiperaktif anak dan orangtua akan selalu

berpikir secara kreatif dalam menciptakan sesuatu yang baru untuk

mengoptimalkan upaya penyembuhan sebagai bentuk kasih sayang dan

perhatian mereka terhadap anaknya yang autis.

Hasil penelitian diatas, memiliki persamaan dan perbedaan dengan

penelitian yang akan diteliti. Persamaan penelitian ini dengan yang dilakukan

oleh peneliti yaitu sama-sama melakukan penelitian yang berkaitan dengan

Anak berkebutuhan khusus. Sedangkan perbedaannya yaitu:

1. Pertama penelitian yang dilakukan oleh Novira Paradima terfokus pada

fenomena tentang anak berkebutuhan khusus.

2. Kedua penelitian yang dilakukan oleh Suparmi terfokus pada orang tua

menilai anak berkebutuhan khusus menilai secara psikologis, religi, dan

ekonomi.

3. Ketiga penelitian oleh Rima Rizki Anggraini terfokus pada menghilangkan

cara bersikap negatif pada ABK

4. Keempat penelitian oleh Dwi suswanti Anggraini dkk terfokus pada

pengalaman orangtua dalam menerima anaknya yang autis.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

11

B. Konsep Penerimaan diri

a. Pengertian Penerimaan Diri

Menurut Chaplin (dalam penelitian Ridha 2012) penerimaan diri

adalah sikap yang menunjukkan rasa puas pada kualitas dan potensi, serta

pengakuan akan keterbatasan yang dimilikinya. Individu yang menerima

diri, terbebas dari rasa bersalah, malu, dan rendah diri karena keterbatasan

yang dimiliki. Dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa penerimaan

diri diawali dengan proses persepsi. (Walgito, 2010, hal. 99) menyatakan

bahwa persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses

penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu

melalui alat indera atau proses sensoris,namun proses itu tidak berhenti

begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya

merupakan proses persepsi,dalam hal ini menunjukkan bahwa penerimaan

diri diawali dengan melihat bagaimana keadaan sekitar.

b. Faktor-Faktor Penerimaan Diri

Menurut Hurlock (dalam pancawati 2013), menyatakan bahwa

penerimaan diri orang tua ditandai oleh perhatian besar dan kasih sayang

seorang anak. Penerimaan diri orang tua didalam pengertian hurlock

menerangkan berbagai macam sikap khas orang tua terhadap anak. Sikap

orang tua terhadap anak mereka merupakan hasil belajar. Banyak faktor

yang memperngaruhi sikap orang tua terhadap anak yaitu:

a) Konsep anak idaman

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

12

b) Pengalaman awal dengan anak mewarnai sikap orang tua terhadap

anaknya

c) Nilai budaya mengenai cara terbaik memperlakukan anak

d) Orang tua mempunyai peran , merasa bahagia dan mempunyai

penyesuaian yang baik terhadap perkawinan akan mencerminkan

penyesuaian yang baik pada anak.

e) Apabila orang tua merasa mampu berperan sebagai orang tua, sikap

mereka terhadap anak dan perilakunyalebih baik dibandingkan sikap

mereka yang merasa kurang mampu dan ragu-ragu.

f) Kemampuan dan kemauan untuk menyesuaikan diri

g) Alasan memiliki anak

c. Dampak Penerimaan diri

Menurut Hurlock (Wibowo, 2010) membagi dampak penerimaan

diri menjadi dua kategori:

a) Dalam penyesuaian diri

Orang yang memiliki penerimaan diri, mampu mengenali kelebihan

dan kekurangannya. Individu yang mampu menerima dirinya biasanya

memiliki keyakinan diri (self confidence) dan harga diri (self esteem).

Selain itu mereka juga lebih dapat menerima kritik demi perkembangan

dirinya. Penerimaan diri yang disertai dengan adanya rasa aman untuk

mengembangkan diri ini memungkinkan seseorang untuk menilai dirinya

secara lebih realistis sehingga dapat menggunakan potensinya secara

efektif. Penilaian yang realistis terhadap diri sendiri, membuat individu

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

13

akan bersikap jujur dan tidak berpura-pura, merasa puas dengan menjadi

dirinya sendiri tanpa ada keinginan untuk menjadi orang lain.

b) Dalam penyesuaian sosial

Penerimaan diri biasanya disertai dengan adanya penerimaan pada

orang lain. Orang yang memiliki penerimaan diri akan merasa aman untuk

menerima orang lain, memberikan perhatiannya pada orang lain, serta

menaruh minat terhadap orang lain, seperti menunjukan rasa empati dan

simpati. Dengan demikian orang yang memiliki penerimaan diri dapat

melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan orang

yang merasa rendah diri sehingga mereka cenderung berorientasi pada

dirinya sendiri (self oriented). Ia dapat mengatasi keadaan emosionalnya

tanpa mengganggu orang lain, serta toleran dan memiliki dorongan untuk

membantu orang lain.

C. Konsep Orang Tua

Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan.

Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang

telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Karena orang tua adalah pusat

kehidupan rohani anak, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya

dikemudian adalah hasil dari ajaran orang tuanya tersebut. Sehingga orang

tua memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan

anak-anak. (Wahid, 2015).

Dalam keluarga, ayah adalah penanggung jawab dalam

perkembangan anak-anaknya, baik secara fisik maupun secara psikis. Tugas

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

14

ayah adalah memenuhi kebutuhan secara fisik seperti makan, minum,

sandang dan sebagainya, ayah juga dituntun agar aktif dalam membina

perkembangan pendidikan pada anak. Seorang Anak biasanya memandang

ayahnya sebagai orang yang tertinggi prestasinya, sehingga seorang ayah

dijadikan sebagai pimpinan yang sangat patut untuk dijadikan cermin bagi

anaknya atau dengan kata lain ayah merupakan figur yang terpandai dan

berwibawa. Dengan demikian, Setiap perilaku ayah merupakan contoh

dorongan bagi anak untuk mengikutinya.

Adapun peran ibu dalam mendidikan anak sangat besar, bahkan

mendominasi. Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan

pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Baik buruknya

pendidikan seorang ibu terhadap anaknya akan berpengaruh besar terhadap

perkembangan dan watak anaknya dikemudian hari. Peranan ibu dalam

pendidikan anak-anaknya adalah sumber dan pemberi rasa kasih sayang,

pen- gasuh dan pemelihara, tempat mencurahkan isi hati, pengatur

kehidupan dalam rumah tangga, pendidik dalam segi-segi emosional.

D. Anak Berkebutuhan Khusus

a) Definisi Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus memiliki makna dan spektrum yang

luas. Dalam paradigma pendidikan berkebutuhan khusus, keberagaman

amat dihargai. Setiap anak memiliki perbedaan kehidupan budaya dan

perkembangan lahiriah yang berbeda-beda sehingga dalam pribadi anak

dimungkinkan terdapat kebutuhan khusus dan hanbatan belajar yang

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

15

berbeda. Anak berkebutuhan khusus dapat diartikan sebagai anak dengan

karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu

menunjukkan pada ketidakmampuan mental ,emosi atau fisik. Hal ini juga

telah ditegaskan dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem pendidikan nasional terutama pasal 5 ayat (2) bahwa warga negara

yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial

berhak memperoleh pendidikan khusus dan pada pasal 32 ayat (1) bahwa

pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki

tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan

fisik, emosional, mental, sosial, dan memiliki potensi kecerdasan dan bakat

istimewa.

Anak berkebutuhan khusus memang didesain memiliki keunikan

tersendiri. Pemahaman menyeluruh harus dimiliki setiap orang tua maupun

pendidik ABK. Poin utama cara berkomunikasi harus diperhatikan. ABK

dengan keterbatasan fisik akan berbeda pola komunikasinya dengan ABK

yang memiliki keterbatasan mental. Dalam banyak hal, karakteristik unik

sering menimbulkan ketidaksabaran orangtua maupun pendidik. Namun,

jika ketidaksabaran itu tidak manage dan dipahami dengan baik, alih alih

ABK bisa berkembang, yang ada justru malah menimbulkan masalah baru

terutama kejiwaanya. (Pratiwi & Murtiningsih, 2013, hal. 14)

b) Klasifikasi Anak Berkebutuhan khusus

Anak berkebutuhan khusus dikategorikan menjadi dua bagian yaitu:

1. Anak Berkebutuhan khusus bersifat sementara

Anak yang mengalami kesulitan belajar dan hambatan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

16

perkembangan yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal.Contohnya

anak yang mengalami gangguan emosi karena trauma akibat diperkosa

sehingga menyebabkan anak tersebut mengalami kesulitan

belajar.pengalaman trauma seperti itu hanya bersifat sementara tetapi

apabila anak tersebut tidak memperoleh penanganan yang tepat akan

menjadi permanen.Anak tersebut harus memerlukan pelayanan

pendidikan kebutuhan khusus, yaitu pendidikan yang disesuikan dengan

hambatan yang dialami.

2. Anak Berkebutuhan Khusus bersifat menetap/permanen

Anak yang mengalami kesulitan belajar dan hambatan

perkembangan yang bersifat internal dan disebabkan oleh kondisi

kecacatan,seperti terganggunya penglihatan,pendengaran, gangguan

perkembangan, kecerdasan, gangguan gerak(motorik), gangguan

komunikasi, interaksi,gangguan emosi,tingkah laku dan sosial antar

warga sekitar.dengan kata lain.Anak berkebutuhan khusus yang bersifat

permanen sama dengan penyandang kecacatan.(Sri Winarsi dkk 2013).

c) Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus mempunyai bermacam-macam

karakteristik,ABK memliki spektrum atau jangkauan yang luas yang bukan

hanya terdiri dari anak-anak cacat. Yang termasuk Anak berkebutuhan

khusus antara lain: tuna netra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita,

tunadaksa, tunalaras, autisme, kesulitan belajar, gangguan perilaku, anak

berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

17

a. Tunanetra

Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi bagi anak yang memiliki

kebutuhan khusus dengan ciri adanya hambatan pada indera penglihatan,

penyandang tunanetra secara potensi kecerdasan bisa jadi sama dengan

orang normal. Namun, karena keterbatasan yang dimiliki menjadikannya

tidak mampu mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki olehnya.

Anggapan masyarakat umum terhadap tunanetra biasanya lebih

mengarah pada orangbuta atau tidak bisa melihat sama sekali. Padahal

ada beberapa kriteria yang memungkinkan seseorang dianggap

tunanetra, antara lain ketajaman penglihatan yang kurang, yakni

seseorang tidak bisa melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari satu

meter. (Pratiwi & Murtiningsih, 2013, hal. 18).

Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan dalam memberikan

pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang digunakan

harus bersifat tactual dan bersuara, contohnya adalah penggunaan tulisan

braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. Sedangkan media

yang bersuara adalah tape recorder. Adapun ciri-ciri anak yang

mengalami tuna netra adalah sebagai berikut:

Tidak mampu melihat

Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter

Kerusakan nyata pada kedua bola mata

Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan

Mengalami kesulitan mengambil benda kecil didekatnya

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

18

Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/bersisik/kering

Pandangan hebat pada kedua bola mata

Mata yang bergoyang terus

b. Tunagrahita

Tunagrahita adalah anak berkebutuhan khusus yang memiliki

keterbelakangan dalam intelegensi, fisik, emosional, dan sosial yang

membutuhkan perlakuan khusus supaya dapat berkembang pada

kemampuan yang maksimal. Tunagrahita merupakan ialah sebutan

dengan anak hendaya atau penurunan kemampuan atau berkurangnya

kemampuan dalam segi kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas yang

mempunyai kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Tunagrahita

mempunyai kelainan mental, atau tingkah laku akibat kecerdasan yang

terganggu.(Dinie Ratri 2016:16).

Tunagrahita dapat berupa cacat ganda, yaitu cacat mental yang

dibarengi dengan cacat fisik. Misalnya cacat intelegensi yang mereka

alami disertai dengan kelainan penglihatan (cacat mata). Ada juga yang

disertai dengan gangguan pendengaran. Tidak semua anak tunagrahita

memiliki cacat fisik. Contohnya pada tunagrahita ringan. Masalah

tunagrahita ringan lebih banyak pada kemampuan daya tangkap yang

kurang.

c. Tunawicara

Tunawicara adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian

daya pendengarannya sehingga mengalami gangguan berkomunikasi

secara verbal. Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

19

tunawicara memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa

disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan

bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional

sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di setiap negara. Individu

tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu

yang abstrak.(Dwi Prsetyo dkk 2015).

Ciri-ciri anak tunawicara adalah sebagai berikut:

Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar.

Banyak perhatian terhadap getaran.

Terlambat dalam perkembangan bahasa.

Tidak ada reaksi terhadap bunyi atau suara.

Terlambat perkembangan bahasa.

Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi.

Kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara.

Ucapan kata tidak jelas, kualitas suara aneh/monoton.

d) Tunadaksa

Tundaksa/cacat fisik adalah sebutan bagi orang yang mengalami

kesulitan mengoptimalkan fungsi tubuhnya karena faktor bawaan sejak

lahir. Gangguan yang dialami menyerang kemampuan motorik mereka

.gangguan yang terjadi mulai dari gangguan otot, tulang, sendi, dan atau

sistem saraf yang mengakibatkan kurang optimalnya fungsi komunikasi,

mobilitas, sosialisasi, dan perkembangan keutuhan pribadi. (Pratiwi &

Murtiningsih, 2013, hal. 38)

Ciri-ciri anak tunadaksa adalah:

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

20

Anggota gerak tubuh/kaku/lemah/lumpuh

Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna,tidak lentur/tidak

terkendali)

Terdapat bagian anggot gerak yang tidak lengkap/tidak

sempurna/lebih kecil daribiasa

Terdapat cacat pada alat gerak

B. Konsep Pembentukan sikap

Konsep pembentukan sikap bukan merupakan suatu pembawaan, melainkan

hasil interaksi antara individu dengan lingkungan sehingga sikap bersifat

dinamis. Faktor pengalaman besar peranannya dalam pembentukan sikap.Sikap

dapat pula dinyatakan sebagai hasil belajar, karena sikap dapat mengalami

perubahan. Sesuai yang dinyatakan oleh Sherif bahwa sikap dapat berubah

karena kondisi dan pengaruh yang diberikan. Sebagai hasil dari belajar sikap

tidaklah terbentuk dengan sendirinya karena pembentukan sikap senantiasa akan

berlangsung dalam interaksi manusia berkenaan dengan objek tertentu.

Lebih tegas, menurut Bimo Walgito bahwa pembentukan dan perubahan

sikap akan ditentukan oleh dua faktor, yaitu:

1. Faktor Internal (individu itu sendiri), yaitu cara individu dalam menanggapi

dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang akan datang

diterima atau ditolak.

2. Faktor Eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada diluar individu yang

merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.

Sementara itu Mednick, Higgins & Kirschenbaum menyebutkan bahwa

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

21

pembentukan sikap dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

a. Pengaruh sosial, seperti norma dan kebudayaan

b. Karakter kepribadian individu

c. Informasi yang selama ini diterima individu.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembentukan dan

perubahan sikap pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam

diri individu dan faktor diluar diri individu yang keduanya saling

berinteraksi. Proses ini akan berlangsung selama perkembangan

individu. Dalam paparan berikutnya akan dibahas teori-teori yang

menjelaskan bagaimana sikap itu bentuk dan diperoleh. dalam

(Dayaksini & Hudaniah, 2015, hal. 86)

a. Fungsi Sikap

Menurut Katz dalam buku (Wawan & Dewi, 2010, hal. 23) sikap

mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1. Fungsi instrumental atau fungsi penyesuaian atau fungsi manfaat

Fungsi berkaitan dengan sarana dan tujuan.Orang memandang

sejauh mana obyek sikap dapat digunakan sebagai sarana atau alat dalam

rangka mencapai tujuan. Bila obyek sikap dapat membantu seseorang

dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersifat positif terhadap

obyek tersebut. Demikian sebaliknya obyek sikap menghambat

pencapaian tujuan, maka orang akan bersikap negatif terhadap sikap yang

bersangkutan.

2. Fungsi pertahanan ego

Fungsi ini merupakan sikap yang diambil oleh seseorang untuk

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

22

mempertahankan ego atau akunya.Sikap ini diambil oleh seseorang pada

waktu orang yang bersangkutan terancam keadaan dirinya atau egonya.

3. Fungsi ekspresi nilai

Sikap yang ada pada diri seseorang merupakan jalan bagi individu

untuk mengekspresikan nilai yang ada pada dirinya. Dengan

mengekspresikan diri seseorang akan mendapatkan kepuasan dapat

menunjukkan kepada dirinya. Dengan individu mengambil sikap

tertentu akan menggambarkan keadaan sistem nilai yang ada pada

individu yang bersangkutan.

4. Fungsi Pengetahuan

Individu mempunyai dorongan untuk ingin mengerti dengan

pengalaman-pengalamannya, ini berarti bila seseorang mempunyai sikap

tertentu terhadap suatu objek, menunjukkan tentang pengetahuan orang

terhadap suatu objek sikap yang bersangkutan.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi

sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek

psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi

pembentukan sikap adalah:

1. Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap,

pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu,

sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut

melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi,

penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

23

berbekas.

2. Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap

konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya

penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk

berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang

dianggap penting tersebut.

3. Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti

televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan

kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal

tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila

cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan

menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

4. Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan

dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap

dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral

dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah

antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari

pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

5. Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi

lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu

bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang

berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

24

berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap

yang lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang

didasari oleh faktor emosional adalah prasangka. (M.Sultan Almaudidi

2016)

Sumber: https://msultanalmaududi.wordpress.com/2016/10/13/26proses-

terbentuknya-sikap-dan-tingkah-lakuperilaku/ )

C. Hak Anak

a. UUD 1945 (Amandemen)

Pasal 31 ayat (1) : “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.” ayat

(2): “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan

pemerintah wajib membiayainya.”

Pasal ini merupakan dasar penyelenggaraan pendidikan Indonesia

dimana penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan secara adil dan merata

tanpa memandang latar belakang keadaan jasmaniah dan rohaniah peserta

didik. Dalam kajian tentang hak anak berkebutuhan khusus, anak

berkebutuhan khusus (selanjutnyadinamakan anak ABK) berhak

memperoleh pendidikan yang layak sesuai dengan potensi yang dimilikinya

dimana biaya penyelenggaraan pendidikan khusus tersebut ditanggung oleh

pemerintah.

b. UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat

Pasal 5: “Setiap penyandang cacat mempunyai dan kesempatan yang sama

dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan”.

Dalam pasal ini menegaskan bahwa setiap penyandang cacat tidak

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

25

memandang siapapun dia mempunyai kesempatan yang sama baik dalam

bidang pendidikan, kesehatan sosial, kesejahteraan, keamanan, maupun

bidang lainnya, sehingga menjadi generasi generasi penerus yang handal.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43307/3/BAB 2.pdf · berbakat, hiperaktif, ADHD, dan indigo. 17 . a. Tunanetra . Tunanetra merupakan salah satu klasifikasi

26