informasi pelayanan pendidikan bagi anak tunanetra
TRANSCRIPT
PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNANETRA
A. PENGERTIAN
1. Tunanetra
Tunanetra adalah seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan/tidak
berfungsinya indera penglihatan.
Tunanetra memiliki keterbatasan dalam penglihatan antara lain:
a. Tidak dapat melihat gerakan tangan pada jarak kurang dari 1 (satu) meter.
b. Ketajaman penglihatan 20/200 kaki yaitu ketajaman yang mampu melihat suatu benda pada
jarak 20 kaki.
c. Bidang penglihatannya tidak lebih luas dari 20º. (Heward & Orlansky, 1988:p.296)
2. Low Vision
Berdasarkan definisi World Health Organization (WHO), seseorang dikatakan
Low Vision apabila:
a. Memiliki kelainan fungsi penglihatan meskipun telah dilakukan pengobatan, misalnya
operasi dan atau koreksi refraksi standart (kacamata atau lensa).
b. Mempunyai ketajaman penglihatan kurang dari 6/18 sampai dapat menerima persepsi
cahaya.
c. Luas penglihatan kurang dari 10 derajat dari titik fiksasi
d . Secara potensial masih dapat menggunakan penglihatannya untuk perencanaan dan atau
pelaksanaan suatu tugas.
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi tunanetra secara garis besar dibagi empat yaitu:
1. Berdasarkan waktu terjadinya ketunanetraan
a. Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak
memilikpengalaman penglihatan.
b. Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan-kesan serta
pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan.
c. Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah memiliki kesan-kesan
visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.
d. Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala kesadaran mampu
melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
e. Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan
penyesuaian diri.
2. Berdasarkan kemampuan daya penglihatan
a. Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang memiliki hambatan
dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program-program pendidikan
dan mampu melakukan pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.
b. Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang kehilangan sebagian daya
penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa
atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal.
c. Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.
3. Berdasarkan pemeriksaan klinis
a. Tunanetra yang memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 20/200 dan atau memiliki
bidang penglihatan kurang dari 20 derajat.
b. Tunanetra yang masih memiliki ketajaman penglihatan antara 20/70 sampai dengan 20/200
yang dapat lebih baik melalui perbaikan.
4. Berdasarkan kelainan-kelainan pada mata
a. Myopia; adalah penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina.
b. Hyperopia; adalah penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang
retina. Penglihatan akan menjadi jelas jika objek dijauhkan. Untuk membantu proses
penglihatan pada penderita Hyperopia digunakan kacamata koreksi dengan lensa positif.
c. Astigmatisme; adalah penyimpangan atau penglihatan kabur yang disebabkan karena
ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata sehingga
bayangan benda baik pada jarak dekat maupun jauh tidak terfokus jatuh pada retina. Untuk
membantu proses penglihatan pada penderita astigmatisme digunakan kacamata koreksi
dengan lensa silindris.
C. PENYEBAB
Faktor yang menyebabkan terjadinya ketunanetraan antara lain:
1. Pre-natal
Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan masalah
keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan, antara lain:
a. Keturunan
Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil perkawinan bersaudara,
sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor
keturunan antara lain Retinitis Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya merupakan
keturunan. Penyakit ini sedikit demi sedikit menyebabkan mundur atau memburuknya retina.
Gejala pertama biasanya sukar melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan
periferal, dan sedikit saja penglihatan pusat yang tertinggal.
b. Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan
Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhan dalam kandungan dapat disebabkan
oleh:
1. Gangguan waktu ibu hamil.
2. Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah tertentu selama pertumbuhan
janin dalam kandungan.
3. Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar air, dapat
menyebabkan kerusakan pada mata, telinga, jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin
yang sedang berkembang.
4. Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor. Tumor dapat terjadi pada
otak yang berhubungan dengan indera penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.
5. Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada mata sehingga hilangnya
fungsi penglihatan.
2. Post-natal
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi
lahir antara lain:
a. Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat benturan alat-alat atau
benda keras.
b. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil gonorrhoe
menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi lahir mengalami sakit dan berakibat
hilangnya daya penglihatan.
c. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, misalnya:
1. Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A.
2. Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon trachomanis.
3. Catarac; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa mata menjadi keruh,
akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih.
4. Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata, sehingga
tekanan pada bola mata meningkat.
5. Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang disebabkan karena diabetis. Retina
penuh dengan pembuluh-pembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi
hingga merusak penglihatan.
6. Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik, dimana daerah tengah dari
retina secara berangsur memburuk. Anak dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan
perifer akan tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas objek-objek di bagian
tengah bidang penglihatan.
7. Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini karena lahirnya terlalu
prematur. Pada saat lahir masih memiliki potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan
prematur biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan kadar tinggi,
sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat
menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan meninggalkan semacam
bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering menimbulkan kerusakan pada selaput jala
(retina) dan tunanetra total.
d. Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya benda keras atau
tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dll.
D. KARAKTERISTIK
1. Tunanetra
a. Fisik
Keadaan fisik anak tunanetra tidak berbeda dengan anak sebaya lainnya. Perbedaan nyata
diantara mereka hanya terdapat pada organ penglihatannya.
Gejala tunanetra yang dapat diamati dari segi fisik diantaranya:
1) Mata juling
2) Sering berkedip
3) Menyipitkan mata
4) (kelopak) mata merah
5) Mata infeksi
6) Gerakan mata tak beraturan dan cepat
7) Mata selalu berair (mengeluarkan air mata) .Pembengkakan pada kulit tempat tumbuh bulu
mata.
b. Perilaku
1) Ada beberapa gejala tingkah laku yang tampak sebagai petunjuk dalam mengenal anak yang
mengalami gangguan penglihatan secara dini: Menggosok mata secara berlebihan
1. Menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan kepala atau mencondongkan kepala ke
depan.
2. Sukar membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan lain yang sangat memerlukan penggunaan
mata.
3. Berkedip lebih banyak daripada biasanya atau lekas marah apabila mengerjakan suatu
pekerjaan.
4. Membawa bukunya ke dekat mata.
5. Tidak dapat melihat benda-benda yang agak jauh.
6. Menyipitkan mata atau mengkerutkan dahi.
7. Tidak tertarik perhatiannya pada objek penglihatan atau pada tugas-tugas yang memerlukan
penglihatan seperti melihat gambar atau membaca.
8. Janggal dalam bermain yang memerlukan kerjasama tangan dan mata.
9. Menghindar dari tugas-tugas yang memerlukan penglihatan atau memerlukan penglihatan
jarak jauh.
2) Penjelasan lainnya berdasarkan adanya beberapa keluhan seperti:
(a) Mata gatal, panas atau merasa ingin menggaruk karena gatal.
(b) Banyak mengeluh tentang ketidakmampuan dalam melihat.
(c) Merasa pusing atau sakit kepala.
(d) Kabur atau penglihatan ganda.
c. Psikhis
Secara psikhis anak tunanetra dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Mental/intelektual
Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda jauh dengan anak
normal/awas. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada pada batas atas sampai batas bawah, jadi
ada anak yang sangat pintar, cukup pintar dan ada yang kurang pintar. Intelegensi mereka
lengkap yakni memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka juga
punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa benci, kecewa, gelisah,
bahagia dan sebagainya.
2) Sosial
1. Hubungan sosial yang pertama terjadi dengan anak adalah hubungan dengan ibu, ayah, dan
anggota keluarga lain yang ada di lingkungan keluarga. Kadang kala ada orang tua dan anggota
keluarga yang tidak siap menerima kehadiran anak tunanetra, sehingga muncul ketegangan,
gelisah di antara keluarga. Akibat dari keterbatasan rangsangan visual untuk menerima perlakuan
orang lain terhadap dirinya.
2. Tunanetra mengalami hambatan dalam perkembangan kepribadian dengan timbulnya beberapa
masalah antara lain:
(1) Curiga terhadap orang lain
Akibat dari keterbatasan rangsangan visual, anak tunanetra kurang mampu berorientasi dengan
llingkungan, sehingga kemampuan mobilitaspun akan terganggu. Sikap berhati-hati yang
berlebihan dapat berkembang menjadi sifat curiga terhadap orang lain.
Untuk mengurangi rasa kecewa akibat keterbatasan kemampuan bergerak dan berbuat, maka
latihan-latihan orientasi dan mobilitas, upaya mempertajam fungsi indera lainnya akan
membantu anak tunanetra dalam menumbuhkan sikap disiplin dan rasa percaya diri.
(2) Perasaan mudah tersinggung
Perasaan mudah tersinggung dapat disebabkan oleh terbatasnya rangsangan visual yang diterima.
Pengalaman sehari-hari yang selalu menumbuhkan kecewa menjadikan seorang tunanetra yang
emosional.
(3) Ketergantungan yang berlebihan
Ketergantungan ialah suatu sikap tidak mau mengatasi kesulitan diri sendiri, cenderung
mengharapkan pertolongan orang lain. Anak tunanetra harus diberi kesempatan untuk menolong
diri sendiri, berbuat dan bertanggung jawab. Kegiatan sederhana seperti makan, minum, mandi,
berpakaian, dibiasakan dilakukan sendiri sejak kecil.
2. Low Vision
Beberapa ciri yang tampak pada anak low vision antara lain:
1. Menulis dan membaca dengan jarak yang sangat dekat
2. Hanya dapat membaca huruf yang berukuran besar.
3. Mata tampak lain; terlihat putih di tengah mata (katarak) atau kornea (bagian bening di depan
mata) terlihat berkabut.
4. Terlihat tidak menatap lurus ke depan.
5. Memicingkan mata atau mengerutkan kening terutama di cahaya terang atau saat mencoba
melihat sesuatu.
6. Lebih sulit melihat pada malam hari daripada siang hari.
7. Pernah menjalani operasi mata dan atau memakai kacamata yang sangat tebal tetapi masih
tidak dapat melihat dengan jelas.
E. ALAT PENDIDIKAN
1. Bagi Tunanetra
Alat pendidikan bagi tunanetra dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu alat pendidikan khusus,
alat bantu dan alat peraga.
a. Alat pendidikan khusus anak tunanetra antara lain:
1) reglet dan pena,
2) mesin tik Braille,
3) computer dengan program Braille,
4) printer Braille,
5) abacus,
6) calculator bicara,
7) kertas braille, penggaris Braille,
9) kompas bicara.
b. Alat Bantu
Alat bantu pendidikan bagi anak tunanetra sebaiknya menggunakan materi perabaan dan
pendengaran.
1. Alat bantu perabaan sebagai sumber belajar menggunakan buku-buku dengan huruf Braille.
2. Alat bantu pendengaran sebagai sumber belajar diantaranya talking books (buku bicara), kaset
(suara binatang), CD, kamus bicara
c. Alat Peraga.
Alat peraga tactual atau audio yaitu alat peraga yang dapat diamati melalui perabaan atau
pendengaran. Alat peraga tersebut antara lain:
1. benda asli : makanan, minuman, binatang peliharaan (kucing, ayam, ikan hias, dll) tubuh anak
itu sendiri, tumbuhan/tanaman, elektronik, kaset, dll.
2. benda asli yang diawetkan : binatang liar/buas atau yang sulit di dapatkan,
3. benda asli yang dikeringkan (herbarium, insektarium)
4. benda/model tiruan; model kerangka manusia, model alat pernafasan, dll.
5. gambar timbul sesuai dengan bentuk asli; grafik, diagram dll.
6. Gambar timbul skematik; rangkaian listrik, denah, dll.
7. Peta timbul; provinsi, pulau, negara, daratan, benua, dll.
8. Globe timbul
9. Papan baca
10. Papan paku
2. Bagi Low Vision
Alat bantu pendidikan dan peraga bagi anak low vision dibagi tiga yaitu alat bantu optik dan non
optik serta alat peraga.
a. Alat bantu optik antara lain:
1) kacamata
2) kacamata perbesaran
3) syand magnifier
4) hand magnifier
5) kombinasi
6) telescop
7) CCTV
b. Alat bantu non optik antara lain:
1) kertas bergaris tebal
2) spidol
3) spidol hitam
4) pensil hitam tebal
5) buku-buku dengan huruf yang diperbesar
6) penyangga buku
7) lampu meja typoscope
9) tape recorder
10) bingkai untuk menulis
c. Alat peraga bagi anak low vision:
Alat peraga bagi anak low vision adalah alat peraga visual, antara lain:
1) gambar-gambar yang diperbesar.
2) benda asli; makanan, minuman, binatang peliharaan (kucing, ayam, ikan hias, dll) tubuh anak
itu sendiri, tumbuhan/tanaman, elektronik, kaset, dll.
3) benda asli yang diawetkan; binatang liar/buas atau yang sulit di dapatkan,
4) benda asli yang dikeringkan (herbarium, insektarium)
5) benda/model tiruan; model kerangka manusia, model alat pernafasan.
F. TENAGA KEPENDIDIKAN
Tenaga kependidikan yang dibutuhkan antara lain:
1. Guru dengan kualifikasi:
1. SGPLB (Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa)
2. Sarjana (S-1) PLB
3. Pasca Sarjana (S-2) PLB
4. Sarjana (S-1) bukan PLB tetapi memiliki latar belakang keahlian tertentu/khusus yang
dibutuhkan anak tunanetra, seperti; Pendidikan Agama, Musik, Massage, dll.
5. Guru sekolah umum yang diberi training minimal 6 bulan
2. Psikolog
Psikolog diperlukan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan intelegensi anak tunanetra.
Disamping itu membantu guru dalam assessment. Tujuan assessment adalah untuk mengetahui
sejauhmana potensi dan kekurangan/hambatan yang dimiliki anak tunanetra, sehingga dapat
diketahui apa kebutuhan anak tunanetra dalam proses pembelajaran.
3. Dokter mata
Rekomendasi dari dokter mata sangatlah diperlukan bagi lembaga penyelenggara pendidikan
tunanetra. Seorang dokter mata memiliki kewenangan untuk menentukan bahwa seseorang
memiliki hambatan dalam penglihatan.
4. Optometris
Kemampuan penglihatan anak tunanetra dapat dikatehui salah satunya dari hasil assessment
klinis yang dilakukan oleh seorang optometris. Kondisi anak tunanetra dapat diketahui melalui
laporan hasil assessment, misalnya:
a. Ketajaman penglihatan
b. lapang pandang
c. kebutuhan media baca tulis
d. alat bantu yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan anak
e. alat peraga yang dibutuhkan
f. penempatan di dalam kelas
G. LAYANAN PENDIDIKAN
1. Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan bagi anak tunanetra terdiri dari:
a. Taman Kanak-kanak Luar Biasa (TKLB)
1. Program Kegiatan Belajar:
(a) Program umum: pembentukan perilaku melalui pengembangan Pancasila, agama, disiplin,
perasaan/emosi dan kemampuan bermasyarakat, serta pengembangan kemampuan berbahasa,
daya pikir, daya cipta, keterampilan dan jasmani.
(b) Program khusus: Orientasi dan Mobilitas.
2. Susunan Program Pengajaran:
• Kegiatan belajar 3 jam perhari. Setiap jam pelajaran lamanya 30 menit.
3. Lama Pendidikan: berlangsung selama satu sampai tiga tahun
4. Usia: sekurang-kurangnya berusia 3 tahun
5. Rasio guru dan murid: 1 guru membimbing 5 peserta didik.
6. Sistem guru:
(a) Guru kelas, kecuali untuk bidang pengembangan Orientasi dan Mobilitas.
(b) Team teaching
b. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)
1) Kurikulum:
1. Program Umum: pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, pendidikan Agama, Bahasa
Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Kerajian Tangan dan
Kesenian, pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
2. Program Khusus: Orientasi dan Mobilitas, dan Braille
3. Program Muatan Lokal antara lain: bahasa Daerah, bahasa Inggris, Kesenian Daerah atau
lainnya yang telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Daerah setempat.
2) Susunan Program Pengajaran:
Kegiatan belajar sekurang-kurangnya 30 sampai 42 jam pelajaran tiap minggu. Untuk kelas I dan
II setiap jam pelajaran lamanya 30 menit, kelas III sampai dengan VI setiap jam pelajaran
lamanya 40 menit.
3) Lama Pendidikan: berlangsung selama sekurang-kurangnya 6 tahun.
4) Usia: sekurang-kurangnya berusia 6 tahun
5) Rasio guru dan murid: 1 guru mengajar maksimal 12 siswa.
6) Sistem guru:
(a) Guru kelas, kecuali untuk mata pelajaran Orientasi dan Mobilitas, pendidikan Agama,
pendidikan jasmani dan Kesehatan.
(b) Team teaching
(c) Mengembangkan program pendidkan individual bagi siswa tunanetra yang membutuhkan
layanan tertentu.
c. Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB)
1) Kurikulum:
1. Program Umum: pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, pendidikan Agama, Bahasa
Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, pendidikan Jasmani
dan Kesehatann bahasa Inggris.
2. Program Khusus: Orientasi dan Mobilitas, dan Braille.
3. Program Muatan Lokal: bahasa Daerah, Kesenian Daerah atau lainnya yang telah ditetapkan
oleh Dinas Pendidikan Daerah setempat.
4. Program Pilihan: paket keterampilan Rekayasa, Pertanian, Usaha dan Perkantoran,
Kerumahtanggaan, dan Kesenian.
2) Susunan Program Pengajaran: Kegiatan belajar sekurang-kurangnya 42 jam pelajaran tiap
minggu. Setiap jam pelajaran lamanya 45 menit. Alokasi waktu program umum, program khusus
dan muatan lokal kurang lebih 48%, sedangkan alokasi waktu program pilihan kurang lebih
52%.
3) Lama Pendidikan: berlangsung selama sekurang-kurangnya 3 tahun.
4) Siswa: telah tamat Sekolah Dasar Luar Biasa atau satuan pendidikan yang
sederajat/setara.
5) Rasio guru dan murid: 1 guru mengajar maksimal 12 siswa.
6) Sistem guru: Guru mata pelajaran
d. Sekolah Menengah Luar Biasa (SMLB)
1) Kurikulum:
1. Program Umum: pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, pendidikan Agama, Bahasa
Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, pendidikan Jasmani
dan Kesehatan Bahasa Inggris.
2. Program Khusus: Braille
3. Program Pilihan: paket keterampilan Rekayasa, Pertanian, Usaha dan Perkantoran,
Kerumahtanggaan, dan Kesenian.
2) Susunan Program Pengajaran:
Kegiatan belajar sekurang-kurangnya 42 jam pelajaran tiap minggu. Setiap jam pelajaran
lamanya 45 menit.
Alokasi waktu program umum kurang lebih 38%, sedangkan alokasi waktu program plihan
kurang lebih 62%.
3) Lama Pendidikan: berlangsung selama sekurang-kurangnya 3 tahun.
4) Siswa: telah tamat Sekolah Menengah Pertama atau yang sederajat/setara. 5) Rasio guru dan
murid: 1 guru mengajar maksimal 12 siswa.
6) Sistem guru: Guru mata pelajaran
2. Model Pendidikan
a. Pendidikan Khusus (SLB)
SLB adalah lembaga pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus.
1) Sekolah Luar Biasa (SLB) Tunanetra; yaitu sekolah yang hanya memberikan pelayanan
pendidikan kepada anak tunanetra.
2) Sekolah Dasar Luar Biasa; yaitu sekolah yang menyelenggarakan pendidikan khusus, dengan
bermacam jenis kelainan yaitu tunanetra, tunarungu, tunagrahita, dan tunadaksa.
b. Pendidikan Terpadu
Pendidikan Terpadu ialah model penyelenggaraan program pendidikan bagi anak yang
berkebutuhan khusus yang diselenggarakan bersama-sama dengan anak normal dalam satuan
pendidikan yang bersangkutan di sekolah reguler (SD,SMP, SMA dan SMK) dengan
menggunakan kurikulum yang berlaku di lembaga pendidikan yang bersangkutan
(Kepmendikbud No. 002/U/1986).
Dalam pendidikan terpadu harus disiapkan:
1) Seorang guru Pembimbing Khusus (Guru PLB)
2) Sebuah ruangan khusus yang dilengkapi dengan alat pendidikan bagi anak yang berkebutuhan
khusus . Ruangan khusus ini dibuat dengan tujuan apabila anak yang berkebutuhan khusus
tersebut mengalami kesulitan di dalam kelas, maka ia dibawa ke ruang khusus untuk diberi
pelayanan dan bimbingan oleh guru Pembimbing Khusus. Bimbingan ini dapat berupa:
(a) bantuan untuk lebih memahami dan menguasai materi pelajaran, dengan menggunakan alat
bantu atau alat peraga,
(b) pengayaan agar ketika anak belajar di kelas bersama anak lainnya anak tunanetra sudah siap
menerima materi pelajaran,
(c) rehabilitasi sosial bagi anak berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan dalam bergaul
dengan teman sebayanya.
c. Guru Kunjung
Di dalam sistem Pendidikan Luar Biasa terdapat sebuah model pelayanan pendidikan bagi anak
yang berkebutuhan khusus yaitu dengan model Guru Kunjung.
Model guru kunjung ini dilakukan dalam upaya pemerataan pendidikan bagi anak yang
berkebutuhan khusus usia sekolah. Oleh karena sesuatu hal, anak tsb tidak dapat belajar di
sekolah khusus atau sekolah lainnya, seperti:
1) Tempat tinggal yang sulit dijangkau akibat dari kemampuan mobilitas yang terbatas
2) Jarak sekolah dan rumah terlalu jauh
3) Kondisi anak tunanetra yang tidak memungkinkan untuk berjalan.
4) Menderita penyakit yang berkepanjangan
5) Dll.
Pelayanan pendidikan dengan model guru kunjung ini bisa dilaksanakan di beberapa tempat,
diantaranya;
1) Rumah anak tunanetra sendiri
2) Pada sebuah tempat yang dapat menampung beberapa anak tunanetra
3) Rumah sakit
4) Dll.
Kurikulum yang digunakan pada model guru kunjung adalah kurikulum PLB, kemudian
dikembangkan kepada program pendidikan individual yang disesuaikan dengan kemampuan dan
kebutuhan masing-masing anak.
d. Pendidikan Inklusif
Pendidikan inklusif adalah pendidikan reguler yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa yang
memerlukan pendidikan khusus pada sekolah reguler dalam satu kesatuan yang sistemik.
Berdasarkan Keputusan Mendikbud No. 0491/U/1992, anak-anak yang memiliki kebutuhan
khusus seperti tunanetra dapat belajar secara terpadu dengan anak sebaya lainnya dalam satu
sistem pendidikan yang sama. Layanan pendidikan di dalam pendidikan inklusif memperhatikan:
1. Kebutuhan dan kemampuan siswa
2. Satu sekolah untuk semua
3. Tempat pembelajaran yang sama bagi semua siswa
4. Pembelajaran didasarkan kepada hasil assessment
5. Tersedianya aksesibilitas yang sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga siswa merasa aman
dan nyaman.
6. Lingkungan kelas yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum yang fleksibel, yang disesuaikan dengan
kemampuan dan kebutuhan setiap siswa.
REFERENSI
1. Corn & Koenig. (1996). Foundation of Low Vision: Clinical and Functional Persfectives. New
York: American Foundation for the Blind Press.
2. Departemen Pendidikan Nasional. (…) Keputusan Mendikbud No. 002/U/1986. Jakarta:
Depdiknas
3. Departemen Pendidikan Nasional. (…) Keputusan Mendikbud No. 0491/U/1992. Jakarta:
Depdiknas
4. Departemen Pendidikan Nasional. (1991). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
72 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Depdiknas
5. Departemen Pendidikan Nasional. (1994). Kurikulum Pendidikan Luar Biasa. Jakarta:
Depdiknas
6. Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Pedoman Pelayanan Pendidikan Terpadu bagi anak
berkebutuhan Khusus dan Berkesulitan Belajar. Jakarta: Depdiknas
7. Heather Mason and Stephen Mc. Call. (1991). Visual Impairment. London: David Fulcon
Publisher Ltd.
H. LAMPIRAN-LAMPIRAN
Sekolah Luar Biasa (1/provinsi)
SDLB Srengseng Sawah
Jl. Lenteng Agung RT 11/12 Jagakarsa, Jakarta Selatan
Tlp. 021-7820040
SLB-A Negeri Pajajaran
Jl. Pajajaran No 50 Bandung Jawa Barat
Tlp. 022-4203327
SLB-A YKAB
Jl. Cokroaminoto Jagalan, Surakarta, Jawa Tengah
SLB-A Yaketunis
Jl. Parangtritis No. 46 DI Yogyakarta
Tlp. 0274-377430
SLB-A YPAB
Jl. Tegalsari N0 56, Surabaya.
Tlp. 031-5340297
SDLB Pidie
Jl. Bale Oen Bambi Blang Raya, Kab Pidie 24172, DI Aceh
g. SLB-A Yayasan Pendidikan Tanjung Morawa
Km. 21,5 Medan Tlp. 061-7940467-7944550
SDLB Painan
Jl. Iyos Yakup Kel. Painan Mara, Kec I. Yurai, Kab Pesisir Selatan KP 25611
Tlp. 0756-21621
SDLB Kampar
Jl. Letnan Boyak 01, Kel bangkinang, Kec. Bamgkinang, Kab. Kampar 2841
Tlp. 0761-322703
SDLB Muara Bulian
Kab. Batang Hari, Jambi
SDLB Muara Enim
Jl. Tanjung Priok No. 51 Kel. Tungkai Kec. Muara Enim Kp. 31313
SLB-A Bina Insani
Jl. Purnawirawan Gg. Cemara No 17 A Gedung Meneng Kedaton, Bandar Lampung
SDLB Mempawah
Jl. Raden Kusno Terusan, Kec. Mempawah Ilir, Kab. Pontianak 78912
SLB-A Buntok
Jl. Pahlawan No. 105 Rt 37 Buntok, Kota Dusun Selatan, Kalimantan Tengah.
SDLB Sepinggan Baru
Jl. Sepingggan Baru RT 56/10 Kec. Balikpapan, Kodya Balikpapan 76115
Tlp. 0542-760511
SLB-A Fajar Harapan
Jl. A. Yani Km 37 No. 8 Martapura, Kalimantan Selatan 70613
Tlp. 0511-705458
SLB-A Bartenius
Jl. Samratulangi No 335 Wamea, Manado.
Tlp. 0431-852295 Fax. 0431-847851
SLB-A ABCD Raha
Jl. Bata Laiwuro, Kab Muna, Sulawesi Tenggara
Tlp. 0403-21810
SDLB Gianjar
Jl. Erlangga Ds. Gianjar, Kec. Gianjar, Bali
Tlp. 0361-941541
SLB-A YPTN Mataram
Jl. Peternakan, Salagalas, Mataram, NTB
Tlp. 0370-621622
SLB-A Karya Murni, Cabang Ruteng
Jl. Pelita, Tromol Pos 801 NTT.
Tlp. 0385-21495
SDLB Sorong
Jl. Tim-tim No 17-18 Kepala Lima, Kec. Kupang Utara, Kab. Kupang NTT.
SDLB Serang
Jl. Bhayangkara 18 B Sumber Agung, Sumur Pucung, Kab. Serang, Banten.
Tlp. 0254-208485
SDLB Wumialo
Jl. Kenangan Kel. Wumialo Kec. Kota Utara, Kodya Gorontalo 96128.
SLB Pembina
SLB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta
Jl. Pertanian Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan, KP 12440
Tlp. 021-7657327
SLB-B Pembina Tingkat Nasional, Bali
Nusa Dua, Bali
SLB-B Pembina Tingkat Provinsi, Sumedang, Jawa Barat
SLB-C Pembina Tingkat Provinsi, Yogyakarta
SLB-C Pembina Tungkat Nasional, Malang, Jawa Timur
SLB-C Pembina Tingkat Provinsi, Kalimantan Selatan
SLB Pembina Palembang
SLB-D Pembina Tingkat Provinsi, Makassar, Sulawesi Selatan
SLB-E Pembina Tingkat Nasional, Medan, Sumatera Utara
SLB-A Pembina Tingkat Provinsi Pemalang, Jawa Tengah
Pusat Sumber
Pusat Sumber I
Jl. Pertanian Raya. Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan KP 12440
Tlp. 021 – 7657327
Pusat Sumber II
SLB-A Negeri Citeureup
Jl. Ciawitali, Ciuyah, Sukarasa No. 40, Cimahi Utara, Kab Bandung Jawa Barat.
Tlp. 022 – 6649170
Pusat Sumber III
SLB-A Pembina Tingkat Provinsi
Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo No. 3A, Pemalang, Jawa Tengah
Tlp. 0284 – 321518/323058
Pusat Sumber IV
SLB-A Negeri
Jl. Serma Gede N0 11 Sanglah, Denpasar, Bali KP 50114, Tlp. 0361 – 224375
Pusat Sumber V
SLB Pembina
Kec. Narmada, Kodya Lombok Barat. NTB
Tlp. 0370 – 646578
Pusat Sumber VI
SLB-A YAPTI
Jl. Kapten Pierre Tendean Blok M/2, Makassar, Sulawesi Selatan
Tlp. 0411 – 447786
Pusat Sumber VII
SLB-A Tunanetra
Jl. Soekarno-Hatta No. 288, Payakumbuh, Sumatera Barat
Tlp. 0752 – 93395
Pusat Sumber VIII
Lawang, Malang, Jawa Timur
Pusat Sumber IX
Jl Wates, Bantul, Yogyakarta.
Categories:
Tak Berkategori
« FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPRIBADIAN
INFORMASI PEHDIDIKAN ANAK TUNARUNGU »
Leave a response -
Name*
Email*
Website
Your response:
Anti-spam word: (Required)*
To prove you're a person (not a spam script), type the security word shown in the picture.
Categories
MATERI KULIAH DASAR-DASAR REHABILITASI DAN PEKERJAAN SOSIAL
(S1 PLB) IKIP PGRI JEMBER
MATERI KULIAH PENANGANNAN ANAK BERKELAINAN (S1 PAUD) IKIP
PGRI JEMBER
Spiritual
Tak Berkategori
Maret 2010
S S R K J S M
« Feb Apr »
Submit Comment 50
4
Maret 2010
S S R K J S M
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30 31
Arsip
Tulisan Terakhir
Menyambut Tahun Baru 1432 H Bagaimana Hari Esok ?
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010
Bagaimana Kita Mengasuh Anak
Keajaiban Shodaqoh
Pengantar Pendidikan Luar Biasa
Komentar Terakhir
endro pada MODEL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA INKLUSI TAMAN PENDIDIKAN DAN ASUHAN
JEMBER (SMP INKLUSI TPA JEMBER)
roni pada Pendidikan Inklusif
achmad rivaldi ARP pada Renungan Motivasi
bambang wagiman pada Pendidikan Inklusif
Kategori
Pilih Bulan
Bambang Wagiman
Create Your Badge
| Theme: Ocean Mist by Ed Merritt
Pilih Kategori