hil

34
BAB I PENDAHULUAN LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Tn. Oman Umur : 58 tahun Jenis kelamin : Laki-laki Status perkawinan : Kawin Pekerjaan : Buruh Agama : Islam Alamat : Kuningan Tanggal masuk : 6 Januari 2014

Upload: ari-wibowo-kasta

Post on 22-Jun-2015

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hil

BAB I

PENDAHULUAN

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. Oman

Umur : 58 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Status perkawinan : Kawin

Pekerjaan : Buruh

Agama : Islam

Alamat : Kuningan

Tanggal masuk : 6 Januari 2014

Page 2: Hil

II. ANAMNESA

Keluhan Utama

Benjolan yang tidak dapat masuk kembali dikantung zakar sebelah kanan

Riwayat Penyakit Sekarang

Os datang ke IGD RSUD 45 dengan keluhan adanya benjolan yang tidak

dapat masuk kembali di kantung zakar sebelah kanan sejak ± 1 hari SMRS.

Benjolan tersebut sebesar bola kasti, awalnya benjolan sebesar kelereng yang

timbul sejak 1 tahun yang lalu dan dapat keluar masuk / hilang timbul. Benjolan

timbul pada saat Os beraktivitas atau bekerja, mengedan dan benjolan hilang

apabila Os berbaring. Os mengatakan benjolan tersebut sejak ± 1 minggu ini

benjolan tersebut dapat dimasukkan dengan tangan lalu 1 hari ini benjolan tidak

dapat masuk walaupun di dorong dengan tangan.

Os mengeluhkan pada benjolan tersebut terasa nyeri yang dirasakan os sejak

1 hari SMRS. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk. Nyeri juga dirasakan Os

tiba-tiba pada saat os sedang beraktivitas. Os mengatakan nyeri tersebut tidak

menjalar dan nyeri terasa memberat pada saat Os berjalan, berdiri dan agak

berkurang pada saat Os berbaring.

Os mengatakan bahwa keluhan tersebut tidak disertai dengan gejala mual ( -

), gejala muntah ( - ), demam ( - ). Os mengatakan tidak bisa BAB sejak 2 hari

SMRS, riwayat BAB berdarah, BAB seperti kotoran kambing, diare lama

disangkal Os. Os mengaku BAK nya lancar, tidak perlu menunggu lama, tidak

harus mengedan, pancaran kencing Os kuat dan terarah. Os mengaku bahwa Os

tidak memiliki riwayat trauma sebelumnya.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien menyangkal adanya riwayat DM, hipertensi, asma, dan penyakit

jantung.

Page 3: Hil

Riwayat Penyakit Keluarga

Os tidak tahu apakah pada keluarganya terdapat keluhan penyakit seperti

ini.

Riwayat Kebiasaan

Os menceritakan bahwa Os seorang buruh bangunan dan sering mengangkat

beban berat seperti semen, pasir, atau batu dengan berat ± 30-50 kg. Hal ini

dilakukan os hampir setiap hari selama ± 10 tahun terakhir.

Riwayat Pengobatan

Os menceritakan bahwa keluhan yang dialami Os sekarang ini belum pernah

diobati sebelumnya.

Riwayat Alergi Obat

Os mengaku bahwa Os tidak memiliki riwayat alergi obat.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Kesadaran umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

A. Tanda Vital

Tekanan darah : 110/50 mmHg

Pulse : 72 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,7 ‘C

B. Pemeriksaan Fisik Umum

a. Kepala-leher

Page 4: Hil

Kepala : Normochepali

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor

Leher : Pembesaran KGB (-)

b. Thorax

Inspeksi : Bentuk dada simetris fusiform

Palpasi : Gerakan dinding dada simetris, vocal fremitus +/+

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler, suara tambahan (-)

c. Abdomen

Inspeksi : Distensi (-), jejas (-), Scar (-)

Auskultasi : BU (+) normal

Palpasi : Defans muskular (-), nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak

teraba, ginjal tidak teraba

Perkusi : Thympani.

d. Ekstremitas

Atas : deformitas -/-, edema -/-, akral hangat

Bawah : deformitas -/-, edema -/-, akral hangat

Status Lokalis

Regio Sakrotalis Dextra ( Posisi berbaring )

Page 5: Hil

Inspeksi : Terlihat benjolan dengan ukuran sebesar bola kasti, berwarna

kemerahan

Palpasi : Teraba benjolan ukuran 10 x 10 x 8 cm, konsistensi lunak,

permukaan rata, nyeri (+)

Auskultasi : Bising usus (+)

Pemeriksaan Transluminasi : (-)

Resume :

Os datang keluhan adanya benjolan yang tidak dapat masuk kembali di

kantung zakar sebelah kanan sejak ± 1 hari SMRS. Benjolan tersebut sebesar bola

kasti, awalnya benjolan sebesar kelereng yang timbul sejak 1 tahun yang lalu dan

dapat keluar masuk. Benjolan timbul pada saat Os beraktivitas atau bekerja,

mengedan dan benjolan hilang apabila Os berbaring. Benjolan tersebut sejak ± 1

minggu ini benjolan tersebut dapat dimasukkan dengan tangan lalu 1 hari ini

benjolan tidak dapat masuk walaupun di dorong dengan tangan.

Benjolan tersebut terasa nyeri (+) sejak 1 hari SMRS, seperti tertusuk-tusuk,

tiba-tiba, tidak menjalar dan nyeri terasa memberat pada saat Os berjalan, berdiri

dan agak berkurang pada saat Os berbaring.

Page 6: Hil

Os mengatakan bahwa keluhan tersebut tidak disertai dengan gejala mual ( -

), gejala muntah ( - ), demam ( - ). Os mengatakan tidak bisa BAB sejak 2 hari

SMRS, riwayat BAB berdarah, BAB seperti kotoran kambing, diare lama

disangkal Os. Os mengaku BAK nya lancar. Os mengaku bahwa Os tidak

memiliki riwayat trauma sebelumnya.

Riwayat Kebiasaan

Os menceritakan bahwa Os seorang buruh bangunan dan sering mengangkat

beban berat seperti semen, pasir, atau batu dengan berat ± 30-50 kg. Hal ini

dilakukan os hampir setiap hari selama ± 10 tahun terakhir.

Status Lokalis

Regio Sakrotalis Dextra ( Posisi berbaring )

Inspeksi : Terlihat benjolan dengan ukuran sebesar bola kasti, berwarna

kemerahan

Palpasi : Teraba benjolan ukuran 10 x 10 x 8 cm, konsistensi lunak,

permukaan rata, nyeri (+)

Auskultasi : Bising usus (+)

Pemeriksaan Transluminasi : (-)

IV. USULAN PEMERIKSAAN

- Laboratorium darah lengkap

Hasil pemeriksaan darah rutin

Hb : 13,5 gr/dl

Leukosit : 9000

Trombosit : 255.000

Hematokrit : 25,1 %

Page 7: Hil

V. DIAGNOSA BANDING

Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Inkarserata

Hidrokel komunikans Dekstra

VI. DIAGNOSA KERJA

Hernia Inguinalis Lateralis Dekstra Inkarserata

VII. PENATALAKSANAAN

Operatif : Hernioraphy dengan metode Bassini plasty

Medikamentosa

IVFD: Aminofluid 30 gtt/menit

Cefotaxim 2x1 ampul

Kalnex 3x1 ampul

Kaltropen 3x1 ampul

Edukatif post operatif : bed rest total, puasa sampai bising usus

terdengar, hindari faktor resiko.

VIII. PROGNOSIS

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad fungsionam : ad bonam

Page 8: Hil

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Hernia adalah protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau

bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.

Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL)

dan Hernia Ingunalis Medialis. Disini akan dijelaskan lebih lanjut tentang hernia

ingunalis lateralis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia

indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen.

Selain hernia indirek nama yang lain adalah Hernia oblique yang artinya kanal

yang berjalan miring dari lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis

sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah lateral Vasa epigastrica

inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL) terjadi disebabkan kelainan kongenital

meskipun ada yang didapat.

Hernia dapat terjadi diantara dua rongga yang saling berdekatan seperti

abdomen dan toraks atau ke dalam bagian dari suatu rongga – yang demikian

disebut hernia internal. Hernia yang paling sering adalah yang eksternal dari

dinding abdomen di inguinal, femoral, dan umbilicus. Pada hernia abdomen, isi

perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik

dinding perut yang normalnya tidak dapat dilewati.

Page 10: Hil

C. EPIDEMIOLOGI HERNIA

Hernia terdapat 6 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Pada pria,

97 % dari hernia terjadi di daerah inguinalis, 2 % sebagai hernia femoralis dan 1%

sebagai hernia umbilicalis. Pada wanita variasinya berbeda, yaitu 50 % terjadi

pada daerah inguinalis, 34 % pada canalis femoralis dan 16 % pada umbilicus.

Tempat umum hernia adalah lipat paha, umbilikus, linea alba, garis semilunaris

dari Spiegel, diafragma, dan insisi bedah. Tempat herniasi lain yang sebanding

tetapi sangat jarang adalah perineum, segitiga lumbal superior dari Grynfelt,

segitiga lumbal inferior dari Petit, dan foramen obturator serta skiatika dari pelvis.

D. ETIOLOGI HERNIA

1. Adanya prosesus vaginalis yang tetap terbuka

Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada

neonatus kurang lebih 90% prosesus vaginalis tetap terbuka,

sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus vaginalis

belum tertutup Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya

beberapa persen. Tidak sampai 10 % dengan anak dengan prosesus

vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari separuh populasi

anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral, tetapi

insidens hernia tidak melebih 20 %. Umumnya disimpulkan adanya

prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan penyebab tunggal

terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus

inguinalis yang cukup besar.

Insidens hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2 %.

Kemungkinan terjadi hernia pada sisi kanan 60 %, sisi kiri 20-25 %

dan bilateral 15 %. Kejadian hernia bilateral pada anak perempuan

dibandingkan lelaki kira-kira sama (10%) walaupun frekuensi

prosesus vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan.

Page 11: Hil

Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi,

mempunyai kemungkinan 16% mendapat hernia kontralateral pada

usia dewasa. Insidens hernia inguinalis pada orang dewasa kira-kira

2 %. Kemungkinan terjadi hernia bilateral dari insidens tersebut

mendekati 10 %. 

2. Peninggian tekanan intraabdomen

Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk

kronik, hipertropi prostat, konstipasi, dan asites, sering disertai

hernia inguinalis.

Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin

karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan

intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan

penunjang2.  Hernia dapat terjadi setelah peningkatan tekanan intra-

abdominal yang tiba-tiba dan kuat seperti waktu mengangkat barang

yang sangat berat, mendorong, batuk, atau mengejan dengan kuat

pada waktu miksi atau defekasi.

3. Kelemahan otot dinding perut karena usia

Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang

membatasi anulus internus turur kendur. Pada keadaan itu tekanan

intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih

vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis

inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup

sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis

inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat

kerusakan n. ilioinguinalis dan n.iliofemoralis setelah apendektomi.

E. KLASIFIKASI

1. Berdasarkan terjadinya hernia terbagi atas :

a. Hernia Kongenital

Page 12: Hil

Kanalis inguinalis normal pada fetus :

Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu

masuknya testis dari abdomen ke scrotum melalui canalis

inguinalis, sehingga terjadi penarikan peritoneum ke daerah

scrotum, dan terjadi penonjolan (prosesus vaginalis peritonei). Pada

bayi yang sudah lahir akan mengalami obliterasi sehingga isi perut

tidak dapa masuk melalui kanal.

Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis

inguinalis kanan lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis

inguinalis menutup pada usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus

(tidak mengalami obliterasi) menyebabkan terjadinya hernia

inguinalis lateralis kongenital.

b. Hernia Akuisita

- Terjadi pada titik lemah yang terjadi alamiah, seperti pada :

Struktur yang menembus dinding abdomen : seperti pembuluh

darah femoralis.

- Terjadi pada tempat pembedahan atau trauma pada dinding,

seperti pada laparatomi dan trauma tembus.

2. Berdasarkan letaknya hernia dibagi atas :

Hernia inguinal, umbilical, femoral, insisional (sering) dan hernia

epigastrik, gluteal, lumbal, obturator (jarang).

Page 13: Hil

3. Berdasarkan sifatnya hernia dibagi atas :

a. Hernia Reponibel

Bila isi hernia dapat keluar masuk tetapi kantungnya menetap.

Isinya tidak serta merta muncul secara spontan, namun terjadi bila

disokong gaya gravitasi atau tekanan intraabdominal yang

meningkat. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi

jika berbaring atau didorong masuk perut, tidak ada keluhan nyeri

atau gejala obstruksi usus.

b. Hernia Ireponibel

Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga

perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada

peritoneum kantong hernia.

Gambar 1. Hernia Berdasarkan Letaknya

Page 14: Hil

c. Hernia Obstruksi atau Hernia Inkarserata

Hernia obstruksi berisi usus, dimana lumennya tertutup.

Biasanya obstruksi terjadi pada leher kantong hernia. Jika obstruksi

terjadi pada kedua tepi usus, cairan berakumulasi di dalamnya dan

terjadi distensi (closed loop obstruction). Biasanya suplai darah

masih baik, tetapi lama kelamaan dapat terjadi strangulasi. Istilah

’inkarserata’terkadang dipakai untuk menggambarkan hernia yang

ireponibel tetapi tidak terjadi strangulasi. Oleh sebab itu, hernia

ireponibel yang mengalami obstruksi dapat juga disebut dengan

inkarserata.

d. Hernia Strangulata

Suplai darah untuk isi hernia terputus. Kejadian patologis

selanjutnya adalah oklusi vena dan limfe; akumulasi cairan

jaringan (edema) menyebabkan pembengkakan lebih lanjut ; dan

sebagai konsekuensinya peningkatan tekanan vena. Terjadi

perdarahan vena, dan berkembang menjadi lingkaran setan, dengan

pembengkakan akhirnya mengganggu aliran arteri. Jaringannya

mengalami iskemi dan nekrosis.

F. PATOFISIOLOGI

Ligamentum gubernaculum turun pada tiap sisi abdomen dari pole inferior

gonad ke permukaan interna labial/scrotum. Gubernaculum akan melewati

dinding abdomen yang mana pada sisi bagian ini akan menjadi kanalis inguinalis.

Processus vaginalis adalah evaginasi diverticular peritoneumyang membentuk

bagian ventral gubernaculums bilateral. Pada pria, testis awalnya retroperitoneal

dan dengan processus vaginalis, testis akan turun melewati canalis inguinalis ke

scrotum disebabkan kontraksi gubernaculum. Pada sisi sebelah kiri terjadi

penurunan terlebih dahulu sehingga ,yang tersering hernia inguinalis lateralis

Page 15: Hil

angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang

sebelah kanan.

Pada wanita ovarium turun ke pelvis dan gubernaculum bagian inferior

menjadi ligamentum rotundum yang mana melewati cincin interna ke labia majus.

Processus vaginalis normalnya menutup, menghapuskan perluasan rongga

peritoneal yang melewati cincin interna. Pada pria kehilangan sisa ini akan

melekatkan testis yang dikenal dengan tunika vaginalis.

Jika processus vaginalis tidak menutup maka hidrokel atau hernia inguinalis

lateralis akan terjadi. Sedangkan pada wanita akan terbentuk kanal Nuck. Akan

tetapi tidak semua hernia ingunalis disebabkan karena kegagalan menutupnya

processus vaginalis dibuktikan pada 20%-30% autopsi yang terkena hernia

ingunalis lateralis proseccus vaginalisnya menutup.

Proses Terjadinya Hernia Inginalis Lateralis

Page 16: Hil

G. FAKTOR RESIKO

1. Mengangkat beban berat

2. Batuk kronis – PPOK

3. Tahanan saat miksi – BPH atau karsinoma

4. Tahanan saat defekasi – konstipasi atau obstruksi usus besar

5. Perubahan isi abdomen, misalnya : adanya asites, tumor jinak atau

ganas, kehamilan, lemak tubuh.

H. GEJALA KLINIS

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi

hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya

benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu bediri, batuk, bersin,

atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri

jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di darah epigastrium atau

paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium

sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri

yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi

karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.

I. DIAGNOSIS

1. Anamnesa

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi

hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya

benjolan di lipat paha yang muncul pada waktu bediri, batuk, bersin,

atau mengedan, dan menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri

jarang dijumpai; kalau ada biasanya dirasakan di darah epigastrium

atau paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada

mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam

kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul

Page 17: Hil

kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis

atau gangren.

2. Pemeriksaan Fisik

Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia.

Pada inspeksi saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia

inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis

yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang

kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai

gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan

dua permukaan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan.

Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi

mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium.

Dengan jari telunjuk atau jari kelingking, pada anak, dapat dicoba

mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus

eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia dapat

direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi, pada waktu

jari masih berada dalam anulus eksternus, pasien diminta mengedan.

Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis,

dan kalau bagian sisi jari yang menyentuhnya, berarti hernia

inguinalis medialis. Isi hernia, pada bayi perempuan, yang teraba

seperti sebuah massa padat biasanya terdiri atas ovarium.

Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi,

atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan

adanya hubungan ke kranial melalui anulus eksternus.

Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis

skrotum. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai pegangan untuk

membedakannya.

Page 18: Hil

Berdasarkan anatomi, hernia dapat dibagi menjadi :

1. Hernia inguinalis lateralis

Tipe ini disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu yaitu

annulus dan kanalis inguinalis. Tidak seperti hernia medialis yang

langsung menonjol di trigonum hasselbach. Tonjolan pada tipe

lateralis biasanya lonjong, sementara tipe medialis biasanya bulat.

Hernia indirek ini bisa dimasukkan dengan tekanan jari di sekitar

annulus eksternus (bila tidak ada inkarserata), mungkin seperti leher

yang sempit. Banyak terjadi pada usia muda. 3% kasus mengalami

komplikasi strangulata

2. Hernia inguinalis medialis (direk)

Disebut direk karena menonjol langsung ke depan melalui

trigonum hasselbach. Disebut medialis karena tidak keluar melalui

kanlis inguinalis dan tidak ke scrotum.

Tipe ini hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan

intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum

hasselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya bilateral. Hernia

inguinalis medialis memiliki leher yang lebar, sulit direposisi dengan

Gambar 4. Hernia Inguinalis

Page 19: Hil

penekanan jari tangan. Jarang bahkan hampir tidak pernah terjadi

inkarserata dan strangulata (hanya 0.3% mengalami komplikasi).

Lebih sering pada pria usia tua.

Hernia direk tidak dikontrol oleh tekanan pada annulus internus,

secara khas mengakibatkan benjolan kedepan, tidak turun ke

skrotum.

J.PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:

- Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.

- Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan

menjadi dehidrasi.

- Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus

genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.

2. Pemeriksaan Radiologis

Gambar 5. Trigonum hasselbach

Page 20: Hil

Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat

paha atau dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan

testis.

Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi,

yaitu adanya suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous

Reduction of Hernia En Masse.Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara

spontan kantong hernia beserta isinya ke rongga extraperitoneal. Ada 4 tipe

pembagian reduction of hernia en masse :

1.Retropubic

2.Intra abdominal

3.Pre peritoneal

4.Pre peritoneal locule

K. PENATALAKSANAAN HERNIA

Penanganan DI IGD

- Mengurangi hernia.

- Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri.

Pasien harus istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.

- Menurunkan tegangan otot abdomen.

- Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.

- Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20° terhadap

hernia inguinalis.

- Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan

menimbulkan proses analgesia.

- Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral

(seperti kaki kodok)

- Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang

berlanjut selama proses reduksi penonjolan

Page 21: Hil

- Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu

mengembalikan hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks

akan menyebabkan hernia keluar dari pintu hernia.

- Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali

percobaan

- Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dan analgetik yang adekuat

dan posisikan Trendelenburg, dan kompres dingin selama 20-30 menit.7

Konsul bedah jika :

- Reduksi hernia yang tidak berhasil

-Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang memburuk

Hernia ingunalis harus dioperasi meskipun ada beberapa kontraindikasi .

Penanganan ini untuk semua pasien tanpa memandang umur inkarserasi dan

strangulasi hal yang ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya.

Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi

kesehatan saat dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat

dilakukan. Operasi yang cito mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.

Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih baik apabila

dilakukan penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat

tingginya resiko infeksi traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.

Karena kemungkinan terjadinya inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada

hernia maka operasi yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk

mengurangi hernia inkerserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul

dielevasikan dan di beri analgetik dan obat sedasi untuk relaksasikan otot-otot.

Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan

tidak ada gejala strangulasi.

Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan

usus masih hidup, ada tanda-tanda leukositosis.

Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.7

Indikasi operasi :

Page 22: Hil

- Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus dilakukan secara operatif tanpa

penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata,

strangulasi, yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya

peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.

- pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan

inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-

Madsen, Gavrilenko) bahwa lebih baik melakukan operasi elektif karena angka

mortalitas, dan morbiditas lebih rendah jika dilakukan operasi cito.

1. Konservatif :

- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong

sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan

lambat dan menetap sampai terjadi reposisi

- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,

pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil,

anak boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.

- Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan

harus dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena

merusak kulit dan otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih

mengancam

2. Operatif

-Anak-anak Herniotomy :

Karena masalahnya pada kantong hernia,maka dilakukan pembebasan kantong

hernia sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada

perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi

mungkin lalu dipotong.

Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka kedua sisi

dapat direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral

-Dewasa Herniorrhaphy :

Perawatan kantung hernia dan isi hernia

Page 23: Hil

Penguatan dinding belakang (secara Bassini, Marcy Ferguson,

Halsted / Kirchner, Lotheissen-Mc Vay (Cooper’s ligament repair),

Shouldice, Tension free herniorrhaphy)

Berliner repair

The Lichtenstein repair

The Wilkinson Technique

Abrahamson Nylon Darn Repair

Lichtenstein Plastic Screen Reinforcement

Klasifikasi dan terapi menurut Gilbert tipe I-IV

Rutkow Mesh-plug hernioplasty

Rives Prosthetic Mesh Repair

Stoppa Gerat Prosthetic for Reinforcement of the Visceral Sac

L. KOMPLIKASI

Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi

hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel; ini dapat terjadi

kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan. Dalam kasus ini tidak ada gejala

klinis.

Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi

strangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan dapat terjadi

parsial atau total seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang

elastis atau kaku, sering terjadi jepitan parsial

Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan isi

hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau

struktur di dalam hernia. Timbulnya udem mengakibatkan jepitan semakin

bertmbah sehingga suplai darah terhambat. Akibatnya jaringan isi akan nekrosis

dan hernia akan berisi cairan transudat serosanguinis. Bila isi jaringan adalah

usus, bisa terjadi perforasi yang menimbulkan abses lokal, fistel, hingga

peritonitis.

Page 24: Hil

Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan

gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan

asam basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat gangrene dan

gambaran menjadi sangat serius. Penderita akan mengeluh nyeri hebat di tempat

hernia dan akan menetap karena rangsang peroitoneal.

Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan

kembali disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda peritonitis atau abses

local. Dalam hal ini hernia strangulate merupakan kegawatdaruratan dan butuh

penanganan segera.

DAFTAR PUSTAKA

Page 25: Hil

1. Henry MM, Thompson JN . 2005, Principles of Surgery, 2nd edition.

Elsevier Saunders

2. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah. Edisi 6.

Jakarta : EGC

3. Widjaja.H. Anatomi abdomen. 2007.Jakarta: EGC

4. Sabiston. Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian I, cetakan ke-dua. 2002.

Jakarta :EGC