hidup untuk membenahi keinginan

2
HIDUP UNTUK MEMBENAHI KEINGINAN Hidup untuk Membenahi Keinginan Akamsya kriya kamcid Dracyate neha karhicid, Yadyadbhi karute kimcit Tattat kamasya cestitam (Manawa Dharmasastra II.4) Maksudnya: Tidak ada satu perbuatan pun di dunia ini nampaknya dilaksanakan oleh seseorang bebas dari keinginan, karena apapun yang dilakukan manusia adalah didorong oleh rasa keinginan. Manusia yang paling kaya di dunia ini adalah manusia yang tidak punya keinginan. Cuma tidak mungkin rasanya ada manusia yang hidup di dunia ini tidak punya keinginan. Karena untuk tidak punya keinginan itu juga suatu keinginan pula. Seperti dinyatakan dalam Sloka Manawa Dharmasastra yang dikutip di atas ini tidak ada suatu perbuatan di dunia ini yang tidak didorong oleh suatu keinginan. Karena itu tidak ada manusia terkaya yang hidup di dunia ini. Agama Hindu mengajarkan untuk mengendalikan keinginan dalam mencapai tujuan mulia. Bukan degan tidak punya keinginan manusia bisa hidup di dunia ini. Dalam Sarasamuscaya dinyatakan sebagai Kahrtaning Indria. Artinya hidup ini harus dengan mengendalikan keinginan. Menurut Bhagawad Gita III.42 indria itu hendaknya dipelihara agar sehat dan berfungsi sempurna sebagaimana alamnya. Namun, kesempurnaan indria itu harus berada di bawah kendali kecerdasan pikiran dan kesadaran budhi. Struktur diri seperti itulah yang akan menjadi media yang baik untuk menyalurkan kesucian Atman dalam perilaku nyata. Keinginan itu seperti pisau bermata dua, karena keinginan itu manusia bisa hidup sejahtera, bahagia dan mencapai surga. Karena keinginan pula manusia bisa hidup menderita penuh dosa dan masuk neraka. Karena itu setiap ada keinginan indria yang muncul, tariklah nafas untuk merenungkan apa dorongan keinginan itu baik dan benarkah untuk dijalankan. Dalam perenungan itu hendaknya dikedepankan analisa rasional dengan merujuk pada ilmu yang terkait dengan munculnya keinginan tersebut. Pertama apa nafsu yang muncul itu dapat dibenarkan menurut pertimbangan ilmu tersebut. Kedua akibat yang akan timbul kalau nafsu itu dilaksanakan. Kalau dorongan nafsu itu deras menggelora dalam diri namun berdasarkan pertimbangan ilmu yang terkait dengan itu menyatakan tidak baik dan akibat yang ditimbulkan juga tidak baik maka harus dilakukan dorongan spiritual dan pertimbangan yang rasional untuk melawan dorongan nafsu terebut. Dalam hal inilah juga dibutuhkan pergaulan yang Satsangga atau ikut dalam perkumpulan yang bernuansa rohani untuk menumbuhkan inspirasi positif dalam mendorong keingian mulia melawan dorongan keinginan yang tidak baik itu. Misalnya, ada suatu jenis makanan yang dilarang oleh dokter karena menyangkut kesehatan kita. Namun jenis makanan tersebut merupakan makanan kegemaran kita. Dalam hal ini harus ditumbahkan keberanian dan kekuatan melawan dorongan nafsu yang bergejolak dalam diri itu. Seperti dinyatakan dalam Kekawin Nitisastra: Norana satru mangelewihane satru hana geleng ri hati. Artinya: Tidak ada musuh yang lebih hebat dari musuh yang ada dalam sendiri. Inilah sesungguhnya pekerjaan yang paling berat dalam hidup yaitu untuk

Upload: tarilegong

Post on 20-Oct-2015

6 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

for download

TRANSCRIPT

Page 1: Hidup Untuk Membenahi Keinginan

HIDUP UNTUK MEMBENAHI KEINGINAN

Hidup untuk Membenahi Keinginan

Akamsya kriya kamcid Dracyate neha karhicid, Yadyadbhi karute kimcit Tattat kamasya cestitam 

(Manawa Dharmasastra II.4)

Maksudnya: Tidak ada satu perbuatan pun di dunia ini nampaknya dilaksanakan oleh seseorang bebas dari keinginan, karena apapun yang dilakukan manusia adalah didorong oleh rasa keinginan.

Manusia yang paling kaya di dunia ini adalah manusia yang tidak punya keinginan. Cuma tidak mungkin rasanya ada manusia yang hidup di dunia ini tidak punya keinginan. Karena untuk tidak punya keinginan itu juga suatu keinginan pula. Seperti dinyatakan dalam Sloka Manawa Dharmasastra yang dikutip di atas ini tidak ada suatu perbuatan di dunia ini yang tidak didorong oleh suatu keinginan. Karena itu tidak ada manusia terkaya yang hidup di dunia ini. Agama Hindu mengajarkan untuk mengendalikan keinginan dalam mencapai tujuan mulia. Bukan degan tidak punya keinginan manusia bisa hidup di dunia ini. Dalam Sarasamuscaya dinyatakan sebagai Kahrtaning Indria. Artinya hidup ini harus dengan mengendalikan keinginan. Menurut Bhagawad Gita III.42 indria itu hendaknya dipelihara agar sehat dan berfungsi sempurna sebagaimana alamnya. Namun, kesempurnaan indria itu harus berada di bawah kendali kecerdasan pikiran dan kesadaran budhi. Struktur diri seperti itulah yang akan menjadi media yang baik untuk menyalurkan kesucian Atman dalam perilaku nyata.

Keinginan itu seperti pisau bermata dua, karena keinginan itu manusia bisa hidup sejahtera, bahagia dan mencapai surga. Karena keinginan pula manusia bisa hidup menderita penuh dosa dan masuk neraka. Karena itu setiap ada keinginan indria yang muncul, tariklah nafas untuk merenungkan apa dorongan keinginan itu baik dan benarkah untuk dijalankan. Dalam perenungan itu hendaknya dikedepankan analisa rasional dengan merujuk pada ilmu yang terkait dengan munculnya keinginan tersebut. Pertama apa nafsu yang muncul itu dapat dibenarkan menurut pertimbangan ilmu tersebut. Kedua akibat yang akan timbul kalau nafsu itu dilaksanakan. Kalau dorongan nafsu itu deras menggelora dalam diri namun berdasarkan pertimbangan ilmu yang terkait dengan itu menyatakan tidak baik dan akibat yang ditimbulkan juga tidak baik maka harus dilakukan dorongan spiritual dan pertimbangan yang rasional untuk melawan dorongan nafsu terebut. Dalam hal inilah juga dibutuhkan pergaulan yang Satsangga atau ikut dalam perkumpulan yang bernuansa rohani untuk menumbuhkan inspirasi positif dalam mendorong keingian mulia melawan dorongan keinginan yang tidak baik itu. Misalnya, ada suatu jenis makanan yang dilarang oleh dokter karena menyangkut kesehatan kita. Namun jenis makanan tersebut merupakan makanan kegemaran kita. Dalam hal ini harus ditumbahkan keberanian dan kekuatan melawan dorongan nafsu yang bergejolak dalam diri itu. Seperti dinyatakan dalam Kekawin Nitisastra: Norana satru mangelewihane satru hana geleng ri hati. Artinya: Tidak ada musuh yang lebih hebat dari musuh yang ada dalam sendiri. Inilah sesungguhnya pekerjaan yang paling berat dalam hidup yaitu untuk menguasai diri sendiri. Keberhasilan juga bisa jadi musuh seperti yang dinyatakan dalam Nitisastra IV.19 bahwa ada tujuh hal yang dapat membuat orang mabuk atau gelap hati seperti Surupa, Guna, Dhana, Yowana, Kula kulina, Sura dan Kasuran. Artinya indah rupa, pintar berilmu, kaya, muda, bangsawan, air nira dan keberanian. Ketujuh hal itu sesungguhnya hal yang positif. Hanya kalau tidak waspada mengendalikan keinginan, tujuh hal itu bisa menyebabkan orang mabuk seperti sombong membangga-banggakan diri. Barang siapa tidak mabuk atau tidak gelap hati karena tujuh hal itu dialah yang dapat disebut Sang Mahardika atau orang yang merdeka. Dalam kenyataannya banyak kesuksesan sebagai awal kegagalan dan kegagalan sebagai awal kesuksesan. Kalau berhasil ada kecenderungan bersifat eksklusif atau menyombongkan dirinya. Namun bagi mereka yang kuat dominasi daya spiritualitasnya akan tetap bersikap stabil dalam kesuksesan tersebut bahkan cenderung lebih waspada, karena kesuksesan itu membawa tanggung jawab besar untuk mempertahsankan dan juga

Page 2: Hidup Untuk Membenahi Keinginan

untuk meraih yang lebih sukses lagi. Kalau mabuk karena sukses itu sudah awal kegagalan. Karena itu sukses meraih sesuatu haruslah tetap waspada karena hal itu berpotensi membuat orang lupa diri bisa membawa orang kehilangan sahabat dan kesadaran rohani.

[Weda Wakya – Balipost Minggu, 25 Agustus 2013 – Ketut Wiana].