referat gangguan keinginan dan hasrat seksual

30
Referat GANGGUAN KEINGINAN DAN GAIRAH SEKSUAL Oleh: Jasreena Kaur Sandal NIM 11-2013-165 Pembimbing: Dr.Dan Hidayat BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

Upload: jasreena-kaur-sandal

Post on 24-Nov-2015

77 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

gangguan keinginan dan hasrat seksual ilmu kesehatan jiwa

TRANSCRIPT

ReferatGANGGUAN KEINGINAN DAN GAIRAH SEKSUAL

Oleh:Jasreena Kaur SandalNIM 11-2013-165Pembimbing:Dr.Dan HidayatBAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANAJAKARTAAPRIL 2014PendahuluanPerilaku Seksual seseorang dipengaruhi oleh hubungan seseorang dengan orang lain ,oleh lingkungan seseorang ,oleh kultur di mana seseorang tinggal.Seksualitas terlibat dengan faktor kepribadian lain,susunan biologis dan dengan rasa umum tentang diri sendiri.Seksualitas abnormal adalah perilaku seksual yang destruktif bagi diri sendiri maupun orang lain.Seksualitas seseorang dan kepribadiannya sangat terkait sehingga tidak mungkin untuk membicarakan seksualitas sebagai istilah yang terpisah.Psikoseksual merupakan istilah yang digunakan untuk mengesankan perkembangan dan fungsi kepribadian sebagai sesuatu yang dipengaruhi oleh seksualitas seseorang.Disfungsi psikoseksual adalah suatu kondisi di saat respons psikoseksual normal hilang,dihambat atau berlebihan sehingga menggangu proses senggama yang sedang berlangsung. Ini berarti dari mulai ,selama dan sehingga selesai interaksi seksual.1

Disfungsi SeksualRespons seksual normal atau fisiologis menurut Masters and Johnsons terdiri dari :1,2Fase Karakteristik Disfungsi

1.Hasrat/Dorongan

2.Rangsangan

Fase ini berbeda dari yang dikenali semata-mata melalui fisiologi dan mencerminkan motivasi pasien ,dorongan dan kepribadian. Fase ini ditandai oleh khayalan seksual dan hasrat untuk melakukan hubungan seks.

Fase ini terdiri daripada perasaan subjektif tentang kenikmatan seksual dan perubahan fisiologis yang menyertai.Gangguan dorongan seksual hipoaktif,gangguan keengganan seksual,gangguan dorongan seksual hipoaktif karena kondisi medis umum (laki-laki atau perempuan);disfungsi seksual akibat zat dengan gangguan dorongan Gangguan rangsangan seksual wanita,gangguan erektil laki-laki ;gangguan erektil laki-laki karena kondisi medis umum;dyspareunia karena kondisi medis umum (laki-laki atau perempuan);disfungsi seksual akibat zat dengan gangguan rangsangan

3.Orgasme Fase ini terdiri dari puncak kenikmatan seksual, dengan pelepasan ketegangan seksual dan kontraksi ritmik otot perineum dan organ reproduktif pelvik.

Gangguan orgasmik perempuan;gangguan orgasmik laki-laki;ejakulasi prematur;disfungsi seksual lain karena kondisi medis umum;disfungsi seksual akibat penggunaan zat dengan gangguan orgasm

4.ResolusiFase di mana terjadinya relaksasi umum,sehat dan kekenduran otot.Selama fase ini laki-laki adalah refrakter terhadap orgasme selama periode waktu yang semakin panjang dengan bertambahnya usia sedangkan perempuan mengalami orgasm multiple tanpa periode refrakter.Disforia pascasenggama;nyeri kepala pascasenggama.

Tabel 1. Respons seksual normal atau fisiologis.

Disfungsi seksual bisa didapati pada laki-laki maupun perempuan, dan pada suami atau isteri,atau kedua suami isteri secara bersamaan sebagai sebab akibat. Gejala khas pada disfungsi seksual adalah terdapat halangan pada satu atau lebih fase seksual normal,yaitu dari segi subjektivitas rangsangan seksual,maupun dari objektivitas dari performa itu sendiri.2 Disfungsi seksual dapat merupakan gejala biologis atau konflik intrapsikis atau interpersonal atau kombinasi kedua faktor tersebut.Antara faktor yang dapat mempengaruhi fungsi seksual adalah stress,gangguan emosional, dan ketidaktahuan fungsi dan fisiologi seksual.2Dalam mempertimbangkan gangguan disfungsi seksual,harus disingkirkan dulu kondisi medis umum dan penggunaan zat pada pasien yang turut dapat mengakibatkan disfungsi tersebut. Apabila gangguan didapatkan biogenik ,maka digolongkan dalam aksis III ,kecuali terdapat bukti bahwa episode disfungsional adalah dari onset pengaruh fisiologis atau farmakologis.2

Gangguan Hasrat SeksualGangguan hasrat seksual dibagi menjadi dua,kelas yaitu gangguan hasrat seksual hipoaktif (hypoactive sexual desire disorder) dan gangguan keengganan seksual (sexual aversion disorder).Gangguan hasrat seksual hipoaktif ini ditandai oleh defisiensi atau tidak adanya fantasi seksual dan hasrat untuk aktivitas seksual. Gangguan ini lebih sering ditemukan dan keluhan adalah lebih ditemukan pada wanita berbanding laki laki.Di mana Gangguan keengganan seksual ditandai oleh keenggganan terhadap atau hindari kontak seksual genital dengan pasangan seksual.2EtiologiHasrat seksual yang rendah juga dikatakan sebagai suatu inhibisi selama fase falik dan konflik oedipal yang tidak diselesaikan.Beberapa laki-laki terfiksasi pada stadium falik dan perkembangannya ,mereka ketakutan pada vagina ,mereka percaya bahwa vagina memiliki gigi secara tidak sadar,dikenali sebagai vagina dentata.Tidak adanya hasrat seksual juga disebabkan oleh stress kronis ,depresi ,kelelahan dan kecemasan.Abstinensi dari seks untuk jangka panjang juga dapat menekan impuls seksual.Terdapat masalah antara pasangan seperti permusuhan juga dapat mengurangkan hasrat seksual.2 Yang paling umum faktor-faktor biologis dalam nafsu hipoaktif adalah perasaan sakit, rasa sakit tubuh, dan berkurangnya testosteron, hormon yang mengontrol ketertarikan seksual. Dalam paling umum disfungsi seksual pada wanita dan mungkin penyebab sekunder adalah faktor psikologis seperti defisiensi hormon, menopause, atau intervensi medis. Sebagai faktor-faktor psikologis, mungkin termasuk depresi, stres, perasaan yang bertentangan tentang seks, dan konfik hubungan.3EpidemiologiGangguan ini lebih sering ditemukan pada wanita dari laki-laki.Prevalensi laki-laki dengan gangguan hasrat seksual hipoaktif tergantung latar belakang geografi dan ketepatan diagnosis.Lebih dari 15 % laki-laki mengalami gangguan hasrat seksual hipoaktif.Didapatkan 6% dari laki-laki berusia 18 hingga 24 tahun dan 41% dari laki-laki berusia 66 hingga 74 tahun mengalami gangguan hasrat seksual.4Faktor RisikoFaktor PsikisGangguan hasrat seksual sering dipengaruhi mood dan ansietas.Pasien dengan riwayat gangguan kepribadian pada masa lampau dikatakan mempunyai kehilangan hasrat seksual yang sedang maupun berat dibanding dengan 15% gangguan hasrat yang tidak ada riwayat tersebut.4Lingkungan dan SosialAlkohol dapat menngakibatkan gangguan hasrat seksual.Hal lain yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan hasrat seksual adalah mereka yang homoseksual yang tidak diterima atau yang dalam hubungan heteroseksual,kekurangan edukasi seksual,atau trauma di dalam pengalaman seksual pada masa lalu.4

Genetik dan FisiologisMasalah endokrin dapat menurunkan libido secara signifikan.Juga dikatakan pada laki-laki yang hypogonadal,hasrat seksual menurun.Namun tidak dapat dibuktikan jika laki-laki yang mengalami gangguan hasrat seksual ada penurunan testosterone.4Pedoman KlinisPedoman Klinis untuk Gangguan Hasrat Seksual Hipoaktif Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM V)4A. Kekurangan atau tidak adanya khayalan seksual dan keinginan untuk aktivitas seksual yang persisten atau rekuren.Pertimbangan kekurangan atau tidak adanya hal tersebut dilakukan oleh klinisi ,dengan mempertimbangkan fungsi seksual ,seperti usia dan konteks kehidupan pasien.B. Kriteria A persisten sekurang kurangnya selama 6 bulan.C. Kriteria A mengakibatkan distress fungsi pada penderita.D. Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Axis I lainnya (kecuali disfungsi seksual lain) , dan semata-mata bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obatyang disalahgunakan,medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

Pedoman Klinis untuk Gangguan Hasrat Seksual Hipoaktif Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM IV)6A. Kekurangan (atau tidak adanya) khayalan seksual dan keinginan untuk aktivitas seksual yang persisten atau rekuren. Pertimbangan kekurangan atau tidak adanya hal tersebut dilakukan oleh klinisi dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi seksual, seperti usia dan konteks kehidupan pasien.B. Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.C. Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Aksis I lainnya (kecuali disfungsi seksual lain), dan semata-mata bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum.D. Berbagai factor penyebab adalah berhubungan dengan gangguan hasrat seksual. Pasien dengan gangguan hasrat sering kali menggunakan inhibisi hasratnya dalam cara defensive untuk melindungi terhadap ketakutan wabah sadar terhadap seks. Impuls homoseksual yang tidak dapat diterima juga dapat menekan libido atau menyebabkan suatu keengganan terhadap kontak heteroseksual.Pedoman Klinis PPDGJ- III5F52.0 Kurang atau Hilangnya Nafsu Seksual Hilangnya nafsu seksual merupakan masalah utama dan tidak merupakan gangguan sekunder dari kesulitan seksual lainnya,seperti kegagalan ereksi atau dyspareunia. (F52.6) Berkurangnya nafsu seksual tidak menyingkirkan kenikmatan atau bangkitan (arousal) seksual, tetapi menyebabkan kurangnya aktivitas awal seksual.Termasuk frigiditas.

F52.1 Penolakan dan Kurangnya Kenikmatan Seksual F52.10 Penolakan Seksual (sexual aversion) Adanya perasaan negatif terhadap interaksi seksual,sehingga aktivitas seksual dihindarkan.F52.11 Kurangnya Kenikmatan Seksual (lack of sexual enjoyment ) Respons seksual berlangsung normal dan mengalami orgasme ,tetapi kurang ada kenikmatan yang memadai.

Gangguan Hasrat Seksual Hipoaktif karena kondisi medis umumHasrat seksual sering sekali menurun setelah penyakit parah atau pembedahan ,terutama jika citra tubuh terpengaruhi setelah prosedur tertentu seperti mastektomi,ileostomy,histerektomi,dan prostatektomi.Penyakit-penyakit yang menurunkan energy seseorang ,kondisi kronis yang memerlukan adaptasi fisik dan psikologis ,dan penyakit serius yang dapat menyebabkan orang mengalami depresi semuanya dapat menyebabkan penurunan hasrat seksual baik pada laki-laki maupun wanita.1

Gangguan Rangsangan (Gairah) SeksualSelama adanya stimulus seksual, tahap kedua dari pola respon yaitu perasaan kenikmatan seksual disertai dengan ketegangan muskular dan vaskular yang padat, atau meningkatnya aliran darah. Pada pria, hal ini menyebabkan ereksi. Pada wanita, genitalnya membengkak dan dinding vagina mengeluarkan cairan. Gangguan dari tahap ini mengambil dua bentuk, satu laki-laki dan satu wanita.3a.Gangguan stimulus seksual wanitaKehadiran dari gangguan stimulus seksual wanita paling baik diindikasikan dengan cairan vagina yang tidak cukup. Walaupun gangguan ini dapat disebabkan dari faktor psikologis, seperti distres emosi, sejarah dari trauma seksual, dan kurang percaya pada pasangan. Gangguan ini dapat sebagai hasil dari masalah medis dan fisik seperti operasi atau kekurangan hormonal. 2,3EpidemiologiPrevalensi gangguan rangsangan seksual wanita biasanya diperkirakan lebih rendah dari angka yang sebenarnya karena banyak kasus tidak dilaporkan.Wanita yang menderita disfungsi fase perangsangan sering kali memiliki masalah orgasme.Dari penelitian pada pasangan yang menikah,33 persen wanita mempunyai kesulitan mempertahankan perangsangan seksual.1

EtiologiGangguan gairah seksual pada wanita memiliki penyebab fisik maupun psikis. Penyebab yang utama adalah faktor psikis, yang bisa berupa perselisihan pernikahan, depresi, dan keadaan yang menimbulkan stress. Seorang wanita bisa menghubungkan seksual dengan perbuatan dosa dan kesenangan seksual dengan perasaan bersalah. 1Rasa takut akan keintiman juga dapat memegang peranan.Sedangkan faktor fisik yang bisa menyebabkan gangguan gairah seksual pada wanita diantaranya:3a. Rasa nyeri karena endometriosis atau infeksi kandung kemih (sistitis), infeksi vagina(vaginitis).b. Kekurangan hormon estrogen yang menyertai masa menopause atau pengangkatan indung telur biasanya menyebabkan kekeringan dan penipisan dinding vagina.c. Histerektomi (pengangkatan rahim) atau mastektomi (pengangkatan payudara).d. Kelenjar tiroid yang kurang aktif.e. Anatomi vagina yang abnormal, yang disebabkan oleh kanker, pembedahan atau terapipenyinaran.f. Hilang rasa karena alkolik, diabetes atau kelainan sistem saraf tertentu (misalnya sclerosis multiple).g. Penggunaan obat-obatan untuk mengatasi kecemasan, depresi atau tekanan darah tinggi.

Pedoman KlinisPedoman Klinis untuk Gangguan Rangsangan Seksual pada Wanita Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM IV)6A. Ketidakmampuan rekuren atau menetap untuk mencapai,atau mempertahankan respons lubrikasi-pembengkakan yang adekuat dari rangsangan seksual,sampai selesainya aktivitas seksual.B. Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.C. Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Aksis lainnya (kecuali disfungsi seksual lain) dan semata-mata bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum.Pedoman Klinis PPDGJ-III5F52.2 Kegagalan dari Respons Genital Pada wanita masalah utama adalah kekeringan vagina atau kegagalan pelicinan (lubrication)

b.Gangguan ereksi pada priaGangguan erektil laki-laki juga disebut disfungsi erektil dan impotensi.Pada gangguan erektil laki laki yang didapat laki-laki pernah berhasil mencapai penetrasi vagina pada suatu waktu dalam kehidupan seksualnya namun selanjutnya tidak dapat melakukan hal itu lagi. Faktanya banyak masalah ereksi tampaknya disebabkan penyebab ganda.1,2 Tekanan darah tinggi, level kolesterol yang tinggi, diabetes, merokok, dan penyakit jantung juga berhubungan dengan gangguan ereksi. Berbagai pengobatan, bersama dengan banyak bentuk penggunaan zat kimia. (penggunaan alkohol sering diikuti dengan gangguan ereksi). Hal yang menjadi penyebab psikologis: bentuk kecemasan, stres, depresi, mendasari parafilia, penolakan dari intimasi, tidak adanya pengalaman seksual, dan kemarahan yang tidak terselesaikan terhadap pasangan seksualnya. Laki-laki yang tidak mampu untuk mencapai atau mempertahankan ereksi selama hubungan disebut memilki disfungsi ereksi primer. Individu yang memiliki masalah saat ini tetapi memiliki pengalaman ereksi yang sukses dalam berhubungan disebut disfungsi ereksi sekunder. Terapi yang sukses biasanya ditemukan pada disfungsi ereksi sekunder.EpidemiologiGangguan erektil pada laki laki didapat telah dilaporkan terjadi pada 10 sampai 20 persen laki-laki.Gangguan erektil laki-laki seumur hidup adalah suatu gangguan yang jarang terjadi pada kira kira 1 persen laki laki di bawah 35 tahun.Semakin meningkat usia,semakin meningkat insidensi impotensi.Dari dewasa muda terdapat 8 persen yang mempunyai gangguan ereksi, dan 75 persen pada laki-laki usia lebih dari 80 tahun.1EtiologiPenyebab gangguan erektil laki-laki mungkin organik atau psikologis atau kombinasi keduanya. . Riwayat penyakit yang baik adalah memiliki kepentingan utama dalam menentukan penyebab disfungsi. Jika seorang laki-laki melaporkan mengalami ereksi spontan saat ia tidak merencanakan untuk melakukan hubungan seks, mengalami ereksi di pagi hari, atau memiliki ereksi yang baik dengan masturbasi, penyebab organik impotensinya dapat diabaikan, dan prosedur diagnostic yang mahal dapat dihindari.1Faktor organik: kelemahan sesudah suatu penyakit badaniah, diabetes mellitus, hipotiroidi, anemia, dan malnutrisi, gangguan medulla spinalis, narkotika (menurunkan libido sehingga terjadi impotensi), pemakaian lama barbiturate, imipramin dan fenotiazin (mempunyai efek antikolinergik yang mengganggu saluran otonomik yang perlu buat ereksi); thioridazin dapat menyebabkan penderita tidak dapat bereyakulasi biarpun ia poten dan mencapai orgasme.Faktor psikologis paling sering (ada yang katakana 90%, ada yang katakana 60%) merupakan penyebab disfungsi ereksi yang menjadi manifest mungkin sebagai disfungsi ereksi biasa, mungkin juga sebagai disfungsi ereksi selektif (timbul hanya dalam keadaan tertentu dan dalam keadaan lain tidak, atau hanya dengan istri dan tidak dengan wanita lain atau sebaliknya); disfungsi ereksi karena kurang pengalaman (pada pengalaman heterosexual); disfungsi ereksi sebelum orgasme dan ejakulasi (peni menjadi lemas sesudah memasuki vagina); disfungsi ereksi karena gangguan identitas sexual, identitas gender dan preferensi sexual (misalnya karena transvestite, bestialitas, sadism, masokhisme, penderita mengalami disfungsi ereksi waktu hubungan heterosexual, tetapi dapat ereksi bila melakukan tindakan sexual sesuai dengan gangguan sexualnya)3

Pedoman KlinisPedoman Klinis untuk Gangguan Erektil Laki-laki Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi kelima (DSM V)4A. Sekurang kurangnya satu dari gejala di bawah harus ada selalu atau pada hampir selalu aktivitas seksual:1. Ketidakmampuan untuk mencapai ereksi yang adekuat 2. Ketidakmampuan mempertahankan ereksi yang adekuat sampai selesainya aktivitas seksual3. Pengurangan ereksi dari biasa.B. Gejala di kriteria A sudah sekurang-kurangnya 6 bulanC. Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.D. Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Aksis lainnya (kecuali disfungsi seksual lain), dan semata-mata bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum.

Pedoman Klinis untuk Gangguan Erektil Laki-laki Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders edisi keempat (DSM IV)4A. Ketidakmampuan rekuren atau menetap untuk mencapai atau untuk mempertahankan ereksi yang adekuat, sampai selesainya aktivitas seksual.B. Gangguan menyebabkan penderitaan yang jelas atau kesulitan interpersonal.C. Disfungsi seksual tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan Aksis lainnya (kecuali disfungsi seksual lain), dan semata-mata bukan efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan, medikasi) atau suatu kondisi medis umum. Pedoman Klinis PPDG-III5F52.2 Kegagalan dari Respons Genital Pada pria masalah utama adalah disfungsi ereksi,misalnya kesukaran untuk terjadinya atau mempertahankan ereksi yang memadai untuk suatu hubungan seksual yang memuaskan.Disfungsi Seksual Akibat Zat 1Diagnosis ini digunakan jika terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit,pemriksaan fisik,atau temuan laboratorium adanya intoksikasi atau putus zat.Disfungsi seksual yang menggangu terjadinya dalam satu bulan intoksikasi atau putus zat yang bermakna.Zat yang disebutkan adalah alcohol,amfetamin,atau zat yang berhubungan ; kokain; opioid ;sedative ;hipnotik atau ansioloitik.Dalam dosis kecil banyak zat meningkatkan kinerja seksual dengan menurunkan inhibisi atau kecemasan atau dengan menyebabkan elasi mood sementara.Tetapi dengan pemakaian lanjut ,kapasitas ereksi, orgasme dan ejakulasi dini terganggu.Penyalahgunaan sedatif, ansiolitik ,hipnotik, dan khususnya opiate hampir selalu menekan hasrat seksual.Pemulihan pasien yang mengalami ketergantungan zat mungkin memerlukan terapi untuk mendapatkan kembali fungsi seksualnya.Terapi Sebelum tahun 1970 pengobatan yang sering untuk disfungsi seksual adalah psikoterapi individual. Teori psikodinamika klasik menyatakan bahwa ketidakberdayaan seksual memiliki akarnya pada konflik perkembangan awal, dan gangguan seksual diobati sebagai bagian gangguan emosional pervasif. Pengobatan dipusatkan pada penggalian konflik, motivasi, fantasi, dan berbagai kesulitan interpersonal yang tidak disadari. Satu anggapan terapi adalah bahwa menghilangkan konflik akan memungkinkan impuls seksual menjadi dapat diterima secara struktural pada ego pasien dan dengan demikian menemukan cara pemuasan yang sesuai di dalam lingkungan. Sayangnya, gejala disfungsi seksual sering kali menjadi otonom secara sekunder dan terus ada, kendatipun masalah lain yang timbul dari patologi pasien telah terpecahkan. Teknik perilaku tambahan sering kali diperlukan untuk menyembuhkan masalah seksual.1Terapi Seks BerduaDasar teoretis untuk pendekatan terapi seks berdua (dual-sex therapy) adalah konsep unit atau kesatuan perkawinan sebagai objek terapi; pendekatan ini mencerminkan kemajuan besar dalam diagnosis dan terapi gangguan seksual dalam abad ini. Metodologi berasal dan dikembangkan oleh Milliam Masters dan Virginia Johnson. Dalam terapi seks berdua, tidak ada penerimaan gagasan setengah dari pasangan pasien adalah sakit. Kedua pasangan adalah terlibat dalam hubungan yang menyakitkan secara seksual, dan dengan demikian, keduanya harus berperan serta dalam program terapi.Masalah seksual sering kali mencerminkan disharmoni dalam bidang lain atau kesalahpahaman dalam perkawinan. Hubungan marital sebagai keseluruhan adalah yang diobati, dengan penekanan pada fungsi seksual sebagai bagian dari hubungan tersebut. Tujuan dari terapi adalah untuk menegakkan atau menegakkan kembali komunikasi di dalam unit perkawinan. Seks adalah ditekankan sebagai fungsi alami yang menyuburkan iklim rumah tangga yang sesuai dan peningkatan komunikasi didorong pada akhirnya.Terapi adalah jangka pendek dan berorientasi perilaku. Ahli terapi berusaha untuk merefleksikan situasi seperti yang dilihatnya, bukannya untuk menginterpretasikan dinamika dasar. Suatu gambaran yang tidak terdistorsi dari hubungan dipresentasikan oleh ahli terapi sering kali memperbaiki pandangan pendek dan sempit yang dimiliki oleh masing-masing pasangan perkawinan. Perspektif baru dapat memutuskan lingkaran setan yang dimiliki pasangan dalam berhubungan, dan meningkatkannya, komunikasi yang lebih efektif dapat didorong.Latihan spesifik adalah diinstruksikan bagi pasangan untuk membantu mereka mengatasi masalah tertentunya. Ketidakmampuan seksual sering kali berupa tidak adanya informasi, salah informasi dan ketakutan akan kinerjanya. Dengan demikian, pasangan secara spesifik dilarang untuk melakukan permainan seksual selain daripada yang diinstruksikan oleh ahli terapi. Awal latihan biasanya berpusat pada peningkatan kesadaran sensoris terhadap sentuhan, pandangan, suara dan bau. Awalnya, hubungan seksual dilarang dan pasangan belajar untuk memberikan dan menerima kenikmatan tubuh tanpa tekanan kinerja. Pada saat yang sama, mereka belajar bagaimana untuk berkomunikasi secara nonverbal dalam cara yang sama-sama memuaskan dan belajar bahwa foreplay seksual adalah sama pentingnya dengan hubungan seksual dan orgasme itu sendiri.Selama latihan memusatkan pada sensasi, pasangan mendapatkan banyak dorongan untuk menurunkan kecemasannya. Mereka didorong untuk menggunakan fantasi untuk mengalihkan perhatian mereka dari permasalahan obsesif tentang kinerja mereka (spectatoring). Kebutuhan dari kedua pasangan disfungsional dan pasangan nondisfungsional adalah dipertimbangkan. Jika kedua pasangan mengalami perangsangan seksual dengan latihan tersebut, yang lainnya didorong untuk mendapatkan orgasmenya melalui cara manual atau oral. Komunikasi terbuka antara pasangan adalah didorong, dan ekspresi kebutuhan masing-masing didorong. Pasangan diinstruksikan untuk secara berurutan mencoba berbagai posisi untuk hubungan seksual, tanpa perlu menyelesaikan tindakan, dan menggunakan berbagai teknik stimulasi sebelum mereka diinstruksikan untuk melanjutkannya dengan hubungan seksual.Session psikoterapi mengikuti masing-masing periode latihan baru, dan masalah dan kepuasan, baik pada bidang seksual dan bidang lain dalam kehidupan pasangan adalah dibicarakan. Instruksi spesifik dan diperkenalkannya latihan baru yang mengikuti kemajuan pasangan individual adalah dinilai pada masing-masing session. Secara bertahap, pasangan mencapai kepercayaan dan belajar untuk berkomunikasi, baik secara verbal maupun seksual. Terapi seks berdua adalah paling efektif jika disfungsi seksual yang ada terpisah dari psikopatologi lain.1Hipnoterapi Ahli hipnoterapi memusatkan terutama pada gejala yang menyebabkan kecemasan, yaitu disfungsi seksual tertentu. Keberhasilan penggunaan hypnosis memungkinkan pasien mendapatkan control terhadap gejala yang telah menurunkan harga dirinya dan mengganggu homeostasis psikologis. Kerja sama dengan pasien pertama kali didapatkan di dorong selama suatu serial session nonhipnotikk dengan ahli terapi. Diskusi tersebut memungkinkan perkembangan hubungan dokter-pasien yang kokoh, suatu perasaan kenyamanan fisik dan psikologis pada pasien dan menegakkan tujuan terapi yang diinginkan oleh kedua pihak. Selama waktu itu ahli terapi menilai kemampuan pasien untuk mengalami trance. Session hipnotik juga memungkinkan klinisi mengambil riwayat psikiatrik dan melakukan pemeriksaan status mental sebelum dimulainya hipnoterapi. Pusat dari terapi adalah pada menghilangkan gejala dan perubahan sikap. Pasien diinstruksikan untuk mengembangkan cara alternatif untuk menghadapi situasi yang menyebabkan kecemasan, pertemuan seksual. Pasien juga diajarkan teknik relaksasi yang dapat digunakan oleh dirinya sendiri sebelum hubungan seksual. Dengan metoda tersebut yang menghilangkan kecemasan, respons fisiologis terhadap stimulasi seksual dapat segera menyebabkan rangsangan yang menyenangkan dan pelepasan. Halangan psikologis terhadap lubrikasi vagina, ereksi, dan orgasme dihilangkan, dan fungsi seksual normal terjadi. Hypnosis dapat ditambahkan pada dasar program psikoterapi individual untuk mempercepat efek intervensi psikoterapeutik.1Terapi PerilakuAhli terapi perilaku menganggap disfungsi seksual adalah perilaku maladaptive yang dipelajari. Pendekatan perilaku awalnya dirancang untuk pengobatan fobia. Dalam kasus disfungsi seksual, ahli terapi melihat pasien sebagai ketakutan terhadap interaksi seksual. Dengan menggunakan teknik tradisional, ahli terapi menentukan hierarki situasi yang menimbulkan kecemasan bagi pasien, terentang mulai dari situasi yang paling kurang mengancam sampai yang paling mengancam. Kecemasan ringan dapat dialami saat berpikiran berciuman, dan kecemasan yang besar dapat dirasakan saat membayangkan penetrasi penis. Ahli terapi perilaku memungkinkan pasien untuk mengatasi kecemasannya melalui program standar desentisasi sistemik. Program tersebut dirancang untuk menghambat respons kecemasan yang dipelajari dengan mendorong perilaku antitetik terhadap kecemasan. Pasien pertama kali menghadapi situasi yang paling kurang menimbulkan kecemasan dalam khayalan dan selanjutnya maju langkah demi langkah sampai situasi yang paling menimbulkan kecemasan. Medikasi, hypnosis atau latihan tertentu pada relaksasi otot dalam kadang-kadang berguna untuk membantu penguasaan awal kecemasan.Latihan ketegasan (assertiveness training) adalah membantu dalam mengajari pasien untuk mengekspresikan kebutuhan seksualnya secara terbuka dan tanpa rasa takut. Latihan ketegasan diberikan bersama-sama dengan terapi seks; pasien didorong untuk membuat permintaan seksual dan menolak melakukan permintaan yang dirasakannya tidak beralasan. Satu variasi pengobatan adalah melibatkan peran serta pasangan seksual pasien dalam program desentisasi. Pasangan, bukannya ahli terapi mempresentasikan daftar dengan nilai stimulasi yang meninggi kepada pasien. Pada situasi tersebut seorang pasangan yang dapat bekerja sama adalah diperlukan untuk membantu pasien meraih tujuan selama session pengobatan untuk aktivitas seksual di rumah.1Terapi KelompokTerapi kelompok telah digunakan untuk memeriksa masalah intrapsikis dan interpersonal pada pasien dengan gangguan seksual. Terapi kelompok memberikan system pendukung yang kuat bagi pasien yang merasa malu, cemas, atau bersalah terhadap masalah seksual tertentu. Ini adalah tempat pertemuan yang berguna untuk mengatasi mitos seksual, memperbaiki pandangan yang salah, dan memberikan informasi yang akurat tentang anatomi, fisiologi, dan berbagai perilaku seksual.Kelompok untuk pengobatan gangguan seksual dapat disusun dalam beberapa cara. Anggota-anggotanya semua mungkin memiliki masalah yang sama, seperti ejakulasi premature; anggotanya semuanya mungkin memiliki jenis kelamin yang sama dengan masalah seksual yang berbeda-beda; atau kelompok dapat terdiri dari laki-laki dan wanita yang mengalami berbagai masalah seksual. Terapi kelompok mungkin merupakan pelengkap bagi bentuk terapi lainnya atau merupakan cara pengobatan yang utama. Kelompok yang disusun untuk mengobati disfungsi tertentu biasanya mendekati secara perilaku.Kelompok yang terdiri dari pasangan menikah yang memiliki disfungsi seksual juga efektif. Kelompok memberikan kesempatan untuk menggali informasi yang akurat, memberikan pengesahan pandangan yang disukai individu, dan meningkatkan harga diri dan penerimaan diri. Teknik seperti permainan simulasi (role playing) dan psikodrama dapat digunakan dalam pengobatan. Kelompok tersebut tidak dianjurkan untuk pasangan yang salah satu anggota pasangannya tidak dapat bekerja sama, jika pasien menderita gangguan depresif berat atau psikosis, jika pasien memiliki kejijikkan yang kuat terhadap material audiovisual seksual yang ditampilkan, atau jika pasien memiliki ketakutan yang kuat akan kelompok.1Terapi Seks Berorientasi AnalitikSatu cara pengobatan yang paling efektif adalah psikoterapi berorientasi psikodinamika atau psikoanalitik. Terapi seks dilakukan selama periode waktu yang lebih lama dari biasanya, dan jadwal pengobatan yang lebih luas memungkinkan untuk mempelajari atau mempelajari kembali kepuasan seksual I bahwa kenyataan kehidupan pasien dari hari ke hari. Pemahaman psikodinamika lainnya tentang teknik perilaku yang digunakan untuk menterapi disfungsi seksual dimungkinkan untuk menterapi pasien dengan gangguan seks yang disertai dengan psikopatologi lainnya.Tema dan dinamika yang timbul pada pasien dalam terapi seks berorientasi analitik adalah sama dengan yang ditemukan pada terapi psikoanalitik, seperti mimpi yang relevan, ketakutan akan hukuman, perasaan agresif, kesulitan mempercayai pasangan, ketakutan akan keintiman, perasaan oedipal, dan ketakutan akan mutilasi genital.Pendekatan kombinasi terapi seks berorientasi analitik digunakan oleh dokter psikiatrik umum, yang secara cermat mempertimbangkan waktu yang tepat untuk terapi seks dan kemampuan pasien untuk menoleransi pendekatan terarah yang dipusatkan pada kesulitan seksual mereka.1Terapi BiologisBentuk biologis dari terapi memiliki penerapan yang terbatas, terap telah iberikan lebih banyak perhatian kepada pendekatan ini dibandingkan di masa lalu. Methohexital sodium (Brevital) intravena telah digunakan dalam terapi desentisasi. Obat antiansietas juga telah digunakan pada pasien yang mengalami ketegangan, walaupun obat-obatan dapat mempengaruhi respons seksual.Pemakaian trisiklik juga telah dianjurkan dalam pengobatan pasien yang memiliki fobia terhadap seks.1,2Pendekatan farmakologis juga dilibatkan dalam mengobati adanya gangguan mental dasar yang mungkin berperan dalam disfungsi seksual. Sebagai contoh, pasien yang fungsi seksualnya terganggu sebagai akibat depresi biasanya menunjukkan peningkatan kinerja saat depresinya berespons terhadap medikasi antidepresan.7Medikasi tertentu untuk menghadapi disfungsi seksual tidak sepenuhnya berhasil. Testosterone, yang mempengaruhi libido, adalah bermanfaat pada pasien yang memiliki kadar testosterone rendah. Tetapi pada wanita, testosterone menyebabkan maskulinasasi seperti suara yang dalam, pembesaran klitoris dan hirsutisme yang mungkin tidak reversible setelah dihentikannya medikasi. Testosterone adalah dikontraindikasi jika perlu dipertahankan fertilitas. Laporan kasus menyatakan bahwa cyproheptadine (Periactin) dapat membalikkan gangguan orgasmik wanita dan gangguan orgasmic laki-laki akibat zat pada orang yang menggunakan fluoxetine. Clomipramine (Anafranil) telah dilaporkan menginduksi orgasme spontan tetapi menghambat orgasme pada wanita. Tidak ada aprodisiak yang dikenal. Walaupun penelitian terakhir melaporkan perbaikan respons erektil pada laki-laki yang menggunakan yohimbin (Yocon), temuan tersebut masih controversial. Hal yang juga masih controversial adalah pemakaian gonadotropin-releasing hormone sebagai inhalan. Zat tertentu seperti bubuk cula badak, yang digunakan di Asia untuk mendapatkan efek stimulant, hanya bermanfaat melalui kekuatan sugesti dalam kultur tertentu. 1,7Obat-obatan yang digunakan untuk pengobatan disfungsi ereksi antara lain golongan phosphodiesterase inhibitor5 (sildenafil, vardenafil, dan tadalafil), alprostadil (disuntikkan di penis-intracevernosal dan dimasukkan dalam ureter-intrauretral), papaverine, trazodone, dan dengantestosteron replacing hormone(penambahan homon estrogen). Obat yang digunakan sebagai obat pilihan untuk pengobatan disfungsi ereksi adalah sildenafil dosis sebanyak 50 mg.Biasanya, ahli urologi mengajari pasien untuk menyuntik dirinya sendiri dalam sejumlah session latihan. Tetapi, fibrosis dan ereksi yang berkepanjangan (berlangsung berjam-jam) adalah efek samping yang kadang-kadang ditemukan. Di samping itu, beberapa pasien menjadi menolak mengobati dirinya sendiri. Pompa vakum juga dapat digunakan oleh pasien tanpa penyakit vaskular untuk mendapatkan ereksi tetapi pendekatan ini tidak sangat memuaskan.7

Daftar Pustaka1. Kaplan, H.I., Sadock, B.J., Grebb, J.A. 2010. Seksualitas Manusia. Sinopsis Psikiatri: Ilmu pengetahuan Perilaku Psikis Klinis Jilid 2. Alih Bahasa: Kusuma, W. Jakarta: Bina Rupa Aksara.h. 139-170

2. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta: FKUI; 2013 hal 317-33

3. Moore DP, Jefferson JW. Handbook of medical psychiatry. 2nd ed. Philadelphia: Elsevier Mosby; 2004. H 222-3.

4. American Psychiatric Association.Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fifth Edition Text Revision,DSM-V-TR;2013

5. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Cetakan Pertama. Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik ; 1993.h. 249-256.

6. American Psychiatric Association.Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth Edition Text Revision,DSM-IV-TR; 2000

7. Taher A, Karakata S, Adimoelya A, Pangkahila W, Kakiailatu F. Penatalaksanaan disfungsi ereksi. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan.Jakarta ;1999

20