hidrologi

139
HIDROLOGI I. Pendahuluan 1.1 Definisi Hidrologi Hidrologi berasal dari kata : “Hidro” yang berarti air dan “logi” yang berarti ilmu / pengetahuan. Hidrologi : Ilmu pengetahuan tentang air. Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan distribusinya serta sifat air di bumi, baik di atmosfir dalam bentuk uap air, dipermukaan bumi dalam bentuk air, salju atau es, maupun di bawah permukaan bumi sebagai air tanah. Dengan demikian hidrologi adalah ilmu yang mempelajari : 1. Presipitasi (hujan) 2. Evaporasi dan transpirasi (penguapan) 3. Aliran permukaan 4. Air tanah Ilmu-ilmu penunjang hidrologi adalah : Meteorologi : Mempelajari fisik atmosfir

Upload: c-oluan

Post on 18-Feb-2016

34 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

qwdukqwyfvchvcfhwcvfyewicry

TRANSCRIPT

Page 1: Hidrologi

HIDROLOGI

I. Pendahuluan

1.1 Definisi Hidrologi

Hidrologi berasal dari kata : “Hidro” yang berarti air dan “logi” yang

berarti ilmu / pengetahuan.

Hidrologi : Ilmu pengetahuan tentang air.

Hidrologi adalah ilmu yang mempelajari tentang terjadinya, pergerakan dan

distribusinya serta sifat air di bumi, baik di atmosfir dalam bentuk uap air,

dipermukaan bumi dalam bentuk air, salju atau es, maupun di bawah

permukaan bumi sebagai air tanah.

Dengan demikian hidrologi adalah ilmu yang mempelajari :

1. Presipitasi (hujan)

2. Evaporasi dan transpirasi (penguapan)

3. Aliran permukaan

4. Air tanah

Ilmu-ilmu penunjang hidrologi adalah :

Meteorologi : Mempelajari fisik atmosfir

Misal : tekanan gas, kelembaban, kejenuhan, titik pengembunan,

temperatur, dll.

Klimatologi : Membahas segala sesuatu tentang cuaca

Misal : Radiasi matahari, angin, hujan, temperatur rata-rata bulanan,

harian, maupun maksimum/minimum, serta penguapan.

Page 2: Hidrologi

Geografi dan Agronomi : Mengetahui tentang ciri-ciri fisik dari

permukaan bumi dan dunia tumbuh-tumbuhan yang besar

pengaruhnya thd distribusi air hasil persipitasi setelah mencapai tanah.

Geologi dan Ilmu Tanah : Mempelajari komposisi dari kerak bumi yang

berperan pada distribusi air permukaan, air bawah tanah.

Hidrolika : Mempelajari tentang gerakan air beraturan dalam sistem

sederhana.

Statistik : Mempelajari tentang teknik memproses data numerik

menjadi informasi yang berguna dalam penelitian ilmiah, pengambilan

keputusam, dll.

1.2 Ketersediaan Air

Di Bumi terdapat kira-kira 1,4 milyar km3 air, 97% berupa air laut dan

hanya 3% berupa air tawar dengan distribusi sebagai berikut :

Tabel : Distribusi air tawar di bumi.Lokasi Ketersediaan air (%)

Berbentuk Es 75Sub – soil 24

Danau 0.3Soil – moisture 0.06

Atmosfir 0.035Sungai – sungai 0.03

Sebagai gambaran umum :

Luas total daratan = 136 x 106 km2 (26.7%)

Luas total lautan = 374 x 106 km2 (73.3%)

Hujan yang jatuh di daratan = 750 mm/tahun

Penguapan dari permukaan daratan = 545 mm/tahun

Penguapan dari permukaan laut = 940 mm/tahun

Hujan yang jatuh di laut = 970 mm/tahun

Page 3: Hidrologi

1.3 Hidrologi Dalam Perencanaan Sumber Air

Bangunan air yang umum dijumpai antara lain : Jembatan, Bendung,

Saluran Irigasi, Bangunan Pengatur, Bendungan.

Untuk merencanakan bangunan-bangunan tersebut diperlukan

informasi antara lain :

Banjir dengan periode ulang tertentu.

Perencanaan jembatan, bendung, spillway (pembuangan), saluran

drainase.

Debit harian Perencanaan volume / kapasitas waduk.

Debit tersedia Selama periode tertentu. Misal 90% ketersediaan air

yang diperlukan untuk merencanakan PLTA di sungai (tanpa storage).

Pada perencaan Irigasi, PLTA, PLTA Pengendalian banjir, besarnya banjir

rencana sangat penting.

Bila Q rencana terlalu tinggi, bangunan rencana akan mahal.

Bila Q rencana terlalu kecil, resiko gagalnya bangunan tinggi (tidak

aman).

Istilah sebabnya pengkajian hidrologi secara praktis menjadi sangat penting.

Umumnya data yang diperlukan pada perencanaan bangunan air adalah data

aliran (debit) bukan data hujan.

Timbul pertanyaan : Kenapa tidak digunakan debit aliran pada lokasi yang

ditinjau, akan tetapi lebih sering digunakan data hujan untuk analisa debit

aliran yang sangat rumit?

Page 4: Hidrologi

Jawabab dari pertanyaan di atas sebagai berikut :

a) Debit aliran pada lokasi tertentu bervariasi dari waktu ke waktu.

b) Distribusi debit aliran tidak tentu. Perlu pencatatan debit dengan

periode yang panjang untuk mengetahui sifat-sifat aliran.

c) Pencatatan data iklim seperti : curah hujan, temperatur, kelembapan,

tekanan, dll. Telah tersedia jauh sebelum ada pencatatan debit aliran.

d) Untuk pengoperasian alat-alat pengukur data iklim tak diperlukan

pengamat dengan keahlian khusus, tidak demikian untuk pencatatan

debit aliran yang memerlukan kecakapan khusus dari pengamat.

Dengan demikian hampir dapat dipastiakan kita akan memerlukan pencatatan

data hujan untuk analisa debit aliran yang memerlukan pengetahuan

hubungan antara hujan dan run-off yang rumit dalam siklus hidrologi.

1.4 Siklus Hidrologi

Untuk memahami hubungan antara hujan dan limpasan (runoff) yang

sangat rumit, harus diketahui terlebih dahulu adanya proses siklus hidrologi.

Siklus hidrologi ini adalah suatu proses berkesinambungan dimana air dari

laut menguap ke udara (atmosfir) kemudian berubah menjadi awan sesudah

melalui beberapa proses dan kemudian jatuh sebagai hujan atau salju di

daratan atau laut. Sebelum tiba ke permukaan bumi sebagian langsung

menguap ke udara dan sebagian tiba ke permukaan bumi.

Tidak semua bagian dari hujan yang jatuh mencapai permukaan tanah,

sebagian akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan dimana sebagian akan

menguap dan sebagian lagi akan jatuh atau mengalir melalui dahan-dahan ke

permukaan tanah.

Page 5: Hidrologi

Sebagian air hujan yang tiba ke permukaan tanah akan meresap ke

dalam tanah (infiltrasi).

Bagian lain akan mengisi lekuk-lekuk permukaan tanah, kemudian

mengalir ke daerah-daerah yang rendah, masuk ke sungai-sungai dan

akhirnya menuju ke laut. Dalam perjalanannya ke laut ini sebagian air akan

menguap kembali ke udara.

Sebagian air yang masuk ke dalam tanah mengalir melalui pori-pori

tanah (perkolasi) dan keluar kembali ke sungai (interflow). Tetapi sebagian

besar akan tersimpan sebagai air tanah (ground water) yang akan keluar

sedikit demi sedikit sebagai aliran dasar (baseflow) pada sungai-sungai.

Siklus hidrologi yang telah disederhanakan ditunjukkan pada gambar 1.

Gambar 1

1.5 Data Hidrologi

Data hidrologi yang umum dijumpai adalah data yang berupa variabel

acak (peubah acak). Sehingga suatu analisa hidrologi selalu dimulai dari :

Analisa data pengamatan menganalisa data-data tersebut secara statistik

menarik kesimpulan terhadap hukum-hukum yang mengatur fenomena

Aliran Bawah Tanah

Evaporasi

Sungai / Danau

AwanAwan

Hujan

Aliran Permukaan

Transpirasi

Page 6: Hidrologi

hidrologi menghasilkan suatu putusan yang dapat dupertanggung

jawabkan.

Dengan demikia tanpa data berdasarkan sejarah (historik / kronologis)

pada daerah yang dikaji seorang hidrograf akan mengalami kesulitan.

Penyelesaian persoalan hidrologi berdasarkan atas :

1. Penumpulan dan kompilasi data secara sistematis.

2. Analisa data dan interpretasi hasil analisa secara tepat.

Oleh karena variabel hidrologi adalah variabel acak, maka umumnya

suatu besaran variabel denyatakan dalam suatu probabilitas yang dinyatakan

secara matematis :

dimana :

P = Menunjukkan suatu probabilitas.

X = Variabel acak, misalkan debit, hujan.

x = Nilai dari variabel x.

p = Besarnya probabilitas.

Menurut tipenya, data dapat dikategorikan dalam :

1. Data berdasarkan sejarah yang telah ada. Misal : Debit sungai, Hujan.

2. Data hasil pengukuran / pengumpulan di lapangan. Misal : sifat-sifat

sedimen di sungai.

3. Data hasil percobaan di lab.

4. Data hasil pengukuran serempak 2 variabel atau lebih.

Page 7: Hidrologi

1.6 Ruang Lingkup Hidrologi

1. Pengukuran, pencatatan dan publikasi data.

2. Analisa data untuk menghasilkan hukum / prinsip.

3. Apliaksi dari hukum / prinsip tersebut.

2. Meteorologi

Unsur-unsur meteorologi dan pengamatannya :

2.1 Persipitasi :

Persipitasi : Uap yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian

proses siklus hidrologi.

Jumlah persipitasi dinyatakan dalam persipitasi (mm).

Daerah yang cocok untuk pertanian bila presipitasi tahunan > 450 mm

Intensitas Curah Hujan :

Intensitas curah hujan : Jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu.

Biasanya dalam mm/jam.

JamSelang waktu (menit)

Jam / waktu (menit)

Hujan selama selang

waktu (mm)

Jam / Hujan (mm)

Intensitas (mm/jam)

6.12116 0.75 2.81

6.28 16 0.7518 2.5 8.33

6.46 34 3.2517 1.0 3.53

7.03 51 4.2510 2.0 12.0

7.13 61 6.259 1.0 6.67

7.22 70 7.25

Page 8: Hidrologi

Derajat curah hujan dan intensitas curah hujan.Derajat Hujan Intensitas Curah

Hujan (mm/jam) Kondisi

Hujan sangat lemah < 1.2 Tanah agak basahHujan lemah 1.2 – 3 Tanah menjadi basah, sulit membuat puddle

Hujan normal 3 – 15 Dapat dibuat puddle dan bunyi curah hujan kedengaran

Hujan deras 15 – 60Air tergenang di seluruh permukaan tanah dan bunyi keras hujan kedengaran dari genangan

Hujan sangat deras > 60 Hujan seperti ditumpahkan, saluran dan drainase meluap

Ukuran butir hujan :

Butir hujan dengan diameter > 0.5 mm disebut hujan.

Butir hujan dengan diameter 0.1 – 0.5 mm disebut gerimis.

Ukuran, massa dan kecepatan jatuh butir hujan

Jenis Diameter bola (mm) Massa (mg) Kecepatan jatuh

(m/det)Hujan gerimis 0.15 0.0024 0.5Hujan halus 0.5 0.065 2.1Hujan normal Lemah 1 0.521 4.0Hujan normal Deras 2 4.2 6.5Hujan sangat deras 3 14 8.1

Hubungan antara topografi dan hujan :

menit

hujan(mm)

16 34 51 61

waktu

jumlahhujan

Page 9: Hidrologi

Umumnya curah hujan di pegunungan lebih tinggi dari pada di daratan

rendah.

Hubungan antara ketinggian dan curah hujan :

R = a + b x h

Dimana :

R : Curah hujan (mm)

h : Ketinggian (m)

a & b : Koefisien

Hubungan antara arah angin dan curah hujan :

Hujan kebanyakan jatuh di bagian lereng yang menghadap arah angin dan

sebagian kecil jatuh di lereng belakang.

Pengamatan curah hujan :

Pengamatan curah hujan dengan : alat ukur curah hujan.

Ada 2 jenis alat :

Biasa

Otomatis

Alat pengukur hujan biasa :

Pada prinsipnya, alat terdiri dari corong

dengan diameter tertentu (umumnya 8”)

dan sebuah gelas ukur.

GelasUkur

Page 10: Hidrologi
Page 11: Hidrologi
Page 12: Hidrologi
Page 13: Hidrologi
Page 14: Hidrologi

Yang diukur : Jumlah curah hujan dalam 1 hari sebelum pengukuran (hujan

kumulatif untuk periode 24 jam) ketelitian 1/10 mm.

Kekurangan alat pengukur hujan biasa :

1. Pada hujan lebat kemungkinan air meluap (hasil pengukuran salah).

2. Intensitas tidak bisa diperoleh dengan merata-ratakan jumlah hujan

dalam 1 hari (24 jam).

3. Sangat tergantung kedisiplinan pengamat.

Page 15: Hidrologi

Alat pengukur hujan otomatis :

1. Weighting Bucket Type Rain Gauge.

Pergerakan ember dikarenakan

pertambahan berat akibat air,

diteruskan ke pena yang akan

merekam gerakan tersebut

diatas grafik.

2. Alat pengukur hujan jenis sifon.

3. Alat pengukur hujan jenis penampung bergerak (tiliting bucket).

Penadah

Tabung Gelas

d 20 mm

P = ∑d Garismassa

Hasil pencatatan t

t

Pemberat

Silinder yang dibungkus kertas milimeter block

Lengan Pena

Page 16: Hidrologi

Pengukuran hujan dengan radar :

Cara terbaru pengukuran hujan : dengan microwave radar.

Dengan alat ini dapat diperkirakan distribusi hujan.

Prinsip kerja : Layar radar menginterpretasikan intensitas hujan. Jumlah

pantulan energi tergantung kepada butir-butir hujan dan jarak terhadap

pemancar.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk penentuan lokasi alat pengukur hujan :

1. Menghindari tempat dimana sering terjadi angin kencang.

2. Menghindari tempat dimana sering terjadi arus angin naik.

Pendekatan syarat penempatan alat ukur dari pohon-pohon atau gedung-

gedung di beberapa negara :

d > 2h ditetapkan oleh 14 negara.

d > h ditetapkan oleh 7 negara.

d > 4h ditetapkan oleh WMO

d : jarak alat ukur dari pohon atau gedung.

h : tinggi pohon / gedung

Menurut Dr. Koshmieder, alat ukur yang dipasang sama tinggi dengan

permukaan tanah menjunjukkan kira-kira harga yang benar.

Bila alat ukur dipasang pada ketinggian 1 m atau lebih, hasil pengukuran

harus dikoreksi sebagai berikut :

Bila v angin = 9 m/det, hasil pengukuran dikalikan 1,5

Bila v angin = 12 m/det, hasil pengukuran dikalikan 2

Page 17: Hidrologi

Bila v angin = 15 m/det, hasil pengukuran dikalikan 3

2.2 Penguapan / Evaporasi

Kecepatan dan jumlah penguapan tergantung pada : suhu, kelembaban,

kecepatan angin, tekanan atmosfir.

# Hubungan penguapan dengan kelembaban.

Hubungan tersebut dapat diperkirakan dengan rumus eksperimental

dari Mitscherirch :

D = (12,3 + 0,1) V

Dimana :

D = Selisih kejenuhan

= Selisih berat antara jumlah uap yang jenuh dalam satuan isi (gr)

dengan jumlah uap pada saat itu (gr).

V = Jumlah penguapan dalam 24 jam (mm).

# Hubungan kecepatan penguapan dan kecepatan angin.

Digunakan rumus Trabert yang menyatakan :

Kecepatan penguapan berbanding lurus dengan akar dari kecepatan angin :

Dimana :

V = Kecepatan penguapan

c = Koefisien alat ukur penguapan yang tergantung lokasi alat, di tempat

yang disinari matahari atau tempat yang ternaung (c = 0,237 sangkar

meteorologi).

= Koefisien pengembangan volume 1/271

Page 18: Hidrologi

t = Suhu (oC)

v = Kecepatan angin (m/det)

Pw = Tekanan maksimum uap di permukaan air pada suhu t oC.

P = Tekanan uap pada saat pengamatan pada suhu t oC.

Pengamatan penguapan :

Pengamatan penguapan dengan panci penguapan dan altometer.

Beberapa tipe pan yang sering digunakan :

a. US Weather Bureau Class A Land Pan (Pan A)

Pan terbuat dari logam dengan

diameter 4’ dan kedalaman 10”

yang dipasang di atas rangka kayu

setinggi 6” dari muka tanah.

Maksud pemasangan di atas rangka kayu supaya mengurangi terjadinya

turbulensi angin yang dapat mempengaruhi terhadap kecepatan penguapan.

b. US Bureau of Plant Industry Sunken Pan (BPI Pan)

Pan ini berdiameter 6’, tinggi 2’ tertanam

dalam tanah sebagian sehingga masih

muncul 4” di atas tanah. Muka air dijaga

jangan sampai lebih 5” di atas atau di

bawah muka tanah. Karena ukurannya, pan ini memberikan indeks terbaik.

4’

10”

6”

6’

2”

Page 19: Hidrologi

c. USSR CCI – 3000 Pan

Tiga tangki 11.8 cm, dasar berbentuk

kerucut. Dibuat dari bahan logam/

besi. Luas permukaan 0.3 m3.

d. Colorado Sunken Pan

Pada pan ini dicoba memasukkan

pengaruh tanah terhadap penguapan.

Koefisien pan : 0.75 – 0.86

e. Floating Pan

Pan jenis ini dibuat untuk memasukkan faktor pengaruh massa air. Pan

diapungkan di danau, sungai.

Penguapan dari pan evaporasi lebih besar dari evaporasi sesungguhnya

karena :

1. Luas permukaan sempit, tak timbul gelombang frekuensi udara di atas

permukaan air lebih kecil.

2. Kemampuan menyimpan panas (heat storage capacity) berbeda

antara pan dan danau.

10cm

11.8 cm

3’

3’

Page 20: Hidrologi

3. Terjadi pertukaran panas antara pan dengan tanah, air dan udara

sekitar.

4. Pengaruh panas, kelembaban dan angin berbeda bagi permukaan

kecil dengan permukaan yang besar.

Lysimeter

Merupakan suatu bejana yg diisi dgn

tanah yg ditanami dengan tanaman yg

sesuai dengan sekitarnya. Air dari bejana

bila perlu dapat dikeluarkan.

Besarnya PET dapat dihitung dengan mempergunakan persamaan

keseimbangan air :

Jumlah air yang masuk = jumlah air yang keluar perubahan simpanan air

E = p ± s – T

p = presipitasi dan irigasi bila ada ( hasil pengukuran )

s = perubahan tinggi air dalam bejana hasil pengukuran perubahan berat

bejana

T = perkolasi ( = Drain )

PE = P + W – T

Dimana :

P : Presipitasi dan irigasi bila ada hasil pengukuran dengan

mempertahankan kebasahan tanah (soil moisture) tetap (konstan).

W : Perubahan tinggi air.

T : Perkolasi

Page 21: Hidrologi

Pengukuran klimatologi :

Untuk mendapatkan gambaran lokal tentang cuaca di suatu daerah,

pengukuran yang dilakukan :

Pengukuran lama penyinaran matahari, temperatur udara, kelembapan udara,

serta penguapan.

1. Pengukuran lama penyinaran matahari :

Alat “Campbell Stakes Recorder” : Alat terdiri dari bola gelas padat dengan

diameter 4” yang dipasang konsentris pada suatu bidang cekung, berbentuk

bola, dengan diameter sedemikian sehingga sinar matahari difokuskan

dengan tajam.

Kertas dimasukkan di dalam saluran di bidang

cekung. Sinar matahari yang difokuskan akan

membakar kertas dan membentuk tanda.

Alat harus disetel terhadap : garis horizontal,

garis lintang (latitude), bidang meridian (garis

bujur), potongan klimatologi.

2. Pengukuran temperatur udara :

Temperatur udara harus diukur 2 meter di atas permukaan tanah.

Temperatur diukur secara kontinu atau dengan interval 1, 2 atau 6 jam bila

tidak bisa kontinu.

Temperatur udara diukur dengan sepasang termometer (maks dan min) yang

dipasang dalam sangkar metio.

Page 22: Hidrologi

Temperatur rata-rata harian : Temp. maks + Temp. min2

3. Pengukuran kelembaban udara :

Kelembaban mutlak ( absolut ) : massa uap yang terdapat dalam 1 m3 udara.

Kelembaban relatif : perbandingan antara massa uap dalam suatu satuan

volume dan massa uap yang jenuh dalam satuan volume itu pada suhu yang

sama. Kelembaban relatif ini disebut sebagai kelembaban.

Kelembaban dinyatakan sebagai berikut :

Dimana :

H = kelembaban relatif ( % )

e = tekanan uap pada waktu pengukuran

E = tekanan uap jenuh pada waktu pengukuran

Pagi hari suhu rendah, kelembaban paling tinggi.

Siang hari suhu tinggi, kelembaban paling rendah.

Kelembaban diukur dengan alat psychrometer yang dilengkapi dengan

thermometer yang serupa (thermometer thermocouple) yang mencatat

temperatur bola basah dan temperatur bola kering.

Temp Max

Temp Min

Page 23: Hidrologi

3. Curah hujan

Curah hujan daerah

Curah hujan yang diukur dengan alat pengukur hujan adalah hujan lokal.

Untuk keperluan analisa, yang diperlukan adalah data hujan daerah aliran.

Cara perhitungan curah hujan daerah aliran dari data pengamatan hujan dari

stasiun pengamat hujan yang terletak pada DAS adalah sbb :

1. Cara rata-rata aljabar / aritmatik

Cara ini adalah membagi rata pengukuran pada semua stasiun hujan dengan

jumlah stasiun dalam dan di sekitar daerah aliran sungai yang bersangkutan.

R = ( R1 + R2 + …. + Rn )

Dimana :

R = curah hujan daerah ( mm )

n = jumlah stasiun hujan

R1, R2, …, Rn = curah hujan di setiap

titik

pengamatan (mm)

Metode ini digunakan di daerah-daerah datar dengan stasiun hujan tersebar

merata dan di setiap stasiun mempunyai hasil pengamatan yang tidak

berbeda jauh dengan hasil rata-ratanya.

2. Cara Poligon Thiessen

R1

R2

R3

R4

R5R6

R7

R8

R9

Page 24: Hidrologi

Cara ini digunakan bila curah hujan tidak merata dan bila titik-titik

pengamatan di DAS tidak tersebar merata di daerah itu.

Cara perhitungan dilakukan dengan mempertimbangkan daerah pengaruh

tiap titik pengamatan.

= A1 R1 + A2 R2 + A3 R3 + … + An Rn

A1 + A2 + A3 + … + An

= curah hujan daerah ( mm )

R1, R2, … = curah hujan di setiap titik pengamatan

A1, A2, … = luas poligon yang mewakili titik pengamatan A, B, C

3. Cara garis Isohiet

Isohiet adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai

tinggi hujan yang sama.

Metode ini menggunakan isohiet sebagai garis-garis yang membagi daerah

aliran sungai menjadi beberapa daerah yang luasnya dipakai sebagai faktor

bobot (weighting factor) dalam perhitungannya.

= A1 R1 + A2 R2 + A3 R3 + … + An Rn

A

= curah hujan daerah ( mm )

R1, R2, … = Curah hujan rata-rata pada baigan-bagian A1, A2 …. An

A1, A2, … = Luas bagian-bagian antara garis-garis isohiet

Cara ini adalah cara terbaik dari cara-cara yang lain.

4. Cara garis potongan antara

Page 25: Hidrologi

Cara ini adalah untuk menyederhanakan cara isohiet dengan jalan membuat

garis-garis potong pada peta isohiet. Curah hujan pada titik-titik potong

dihitung dari perbandingan jarak titik itu ke garis isohiet yang terdekat.

= rata-rata hitung dari curah hujan dari titik-titik perpotongan.

Ketelitian cara ini agak kurang dibanding cara isohiet

Pengisian kembali data tahunan YF Hrang

1. Normal ratio method.

Metode ini dikembangkan oleh Lindsley, Kohler dan Pailtius (1958)

Dimana :

Rx : Hujan yang diperkirakan pada stasiun X

Nx : Hujan tahunan normal stasiun X

NA, NB, NC : Hujan tahunan normal stasiun A, B dan C

RA, RB, RC : Hujan pada saat yang sama dengan hujan yang dipertanyakan

pada stasiun A, B dan C

2. Inverse square distance method.

Dimana :

RX : Tinggi hujan yang dipertanyakan

RA, RB, RC : Tinggi hujan pada satsiun A, B dan C

Page 26: Hidrologi

dXA, dXB, dXC : Jarak dari stasiun X ke masing-masing stasiun A, B, C

Memperkirakan garis massa hujan

Misalkan A dan B adalah stasiun pengamat hujan otomatis. C adalah stasiun

pengamat hujan biasa dimana yang diketahui tinggi hujan RC.

Kita dapat memperkirakan garis massa stasiun C dengan mengasumsi bahwa

topografi dan faktor-faktor lain stasiun A, B dan C hampir sama sehingga

garis massa pada C dapat digambar sebagai garis paralel terhadap garis

massa A dan B.

Analisa massa ganda (double mass analysis)

Apabila terjadi penggantian alat ukur, perubahan penempatan alat (pindah

tempat, ketinggian diubah) perubahan lingkungan dan sebagainya, dapat

menyebabkan perubahan terhadap “consistency” dari data hujan dimaksud.

Hal ini dapat diketahui dengan metode analisa massa ganda yaitu dengan

membandingkan hujan rata-rata kumulatif dari stasiun yang dimaksud,

dengan rata-rata kumulatif stasiun-stasiun disekitarnya.

4. Evapotranspirasi

Beberapa istilah evapotranspirasi :

R(mm)

Waktu

RC (diketahui)

Garis massa A

Garis massa B

Page 27: Hidrologi

Evapotranspirasi : peristiwa evaporasi dan transpirasi yang terjadi

bersama-sama.

Evapotranspirasi potensial ( Potensial Evapotranspiration = PET )

= ET0

= evapotranspirasi yang terjadi bila tersedia cukup air

untuk memenuhi pertumbuhan optimum.

Evapotranspirasi sesungguhnya ( Actual Evapotranspiration )

= evapotranspirasi yang sesungguhnya terjadi dengan

pemberian air seadanya.

Perkiraan perhitungan evapotranspirasi potensial secara empiris :

1. Cara Thornthwaite

Cara untuk memperkirakan PET ini dikembangkan oleh Dr. Thornthwaite

berdasarkan pengukuran Evapotranspirasi dengan Lysimeter pada 4 daerah

di AS.

Banyaknya Evapotranspirasi yang diperoleh berdasarkan :

- Suhu udara rata-rata bulan

- Standar 1 bulan = 30 hari

- Jam penyinaran selama 12 jam

Rumus umum :

PET = C x t a

Dimana :

PET = evapotranspirasi potensial bulanan ( cm/bulan )

C dan a = koefisien yang tergantung dari tempat

t = suhu udara rata-rata bulanan

Page 28: Hidrologi

a = 675 x 10-9 3 – 771 x 10-72 – 0.01792

∑( tc / 5 ) 1.514 ; C = 1/

Sehingga didapatkan : PET = 1.6 ( 10t /) a

Harga PET masih harus dikoreksi mengingat jumlah hari per bulan antara 28

dan 31 dan jam penyinaran matahari berbeda menurut musim dan jaraknya

dari katulistiwa. Sehingga :

PE = PET x (S TZ / (30 x 12))

PE : Evapotranspirasi bulanan yang telah dikoreksi (cm/bulan)

S : Jumlah hari dalam 1 bulan

TZ : Jumlah jam rata-rata per hari

Nilai S TZ / (30 x 12) dapat dilihat pada tabel.

Contoh : Stasiun rentang terletak pada 60 40’ LS dengan rata-rata iklim untuk

tahun 1973 sbb :

Elemen Iklim Bulan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Temperatur udara (0C) 26.9 26.6 27.1 2.8 27.9 27.2 27.1 28.3 28.4 27.6 27.9 27

Sinar matahari (%) 35 32 40 51 60 67 64 71 43 43 46 16

Kelembaban udara (%) 89 94 90 91 86 91 90 86 83 77 72 67

Kecepatan angin (m/det) 0.74 2.9 3.3 3.6 2.2 1.1 2.1 2.3 2.6 1.6 2.1 2

Hujan (mm) 15.6 7.8 12.8 7.9 8.2 0.9 0.2 0.2 3.3 10 11.7 10Hitung : Evapotranspirasi bulanan dan rata-rata tahunan stasiun tersebut

dengan cara Thornthwaite.

Penyelesaian :

Bulan T (0C) I = (t/5)1.514

PET =1.6 (10t/I)a

(cm/30 hari)Koreksi(tabel)

PE(cm/bulan)

Jam/Hari

PE(mm/hari)

Jan 26.9 12.78 13.87 1.07 14.84 31 4.787Feb 26.6 12.56 13.25 0.96 12.72 28 4.543Mar 27.1 12.92 14.30 1.04 14.87 31 4.800Apr 28 13.58 16.34 0.99 16.18 30 5.393Mei 27.9 13.50 16.11 1.01 16.27 31 5.248

Page 29: Hidrologi

Jun 27.2 12.99 14.52 0.97 14.08 30 4.693Jul 27.1 12.92 14.30 1.01 14.44 31 4.658Ags 28.3 13.80 17.07 1.02 17.41 31 5.616Sep 28.4 13.87 17.32 1.00 17.32 30 5.773Okt 27.6 13.28 15.41 1.05 16.18 31 5.219Nop 27.9 13.50 16.11 1.04 16.75 30 5.583Des 27 12.85 14.09 1.07 15.08 31 4.865

I = 158.55 ; PE per tahun = 1861.4 mm

a = 675 x 10-9 (158.55)3 – 771 x 10-7 (158.55)2 + 1792 x 10-5 (158.55) +

0.49239 = 4.086

2. Metode Blaney – Criddle

Blaney – Criddle telah mengadakan percobaan dan penelitian di bagian barat

AS dengan beberapa tumbuh-tumbuhan untuk memeperkirakan

evapotranspirasi.

Ditemukan besarnya evapotranspirasi bervariasi sesuai :

Keadaan temperatur

Lamanya penyinaran matahari

Kelembaban udara yang dibutuhkan oleh berbagai macam tanaman

Rumus evapotranspirasi potensial menurut Blaney – Criddle :

PET = K P ( 0.4572 t + 8.128 ) mm

Dimana :

K = Koefisien empiris dari penggunaan konsumtif yang tergantung pada

tipe dan lokasi tanaman.

P = Presentasi jumlah jam penyinaran matahari per bulan dalam 1 tahun

(%) tabel.

T = Temperatur rata-rata bulanan ( C )

Page 30: Hidrologi

Blaney – Criddle menyarankan besarnya koefisien K sbb:

K = 0.80 untuk daerah pantai

K = 0.85 untuk daerah kering

K = 0.75 untuk daerah tropis dengan tanaman alfafa

3. Metode Turc

Metode ini dikembangkan oleh Turc, berdasarkan atas kelembaban udara :

Bila kelembaban udara > 50% rumusnya adalah :

PET = a ( q + 50 ) ( t / t + 15 ) mm

Bila kelembaban udara < 50% rumusnya adalah :

PET = a ( q + 50 ) ( t / t + 15 ) ( 1 + 50 - rh / 70 ) mm

Cara Penman :

Bila tersedia data : temperatur, kelembaban, kecepatan angin, lamanya

penyinaran matahari atau radiasi. Maka untuk menghitung evapotranspirasi

potensial dianjurkan menggunakan cara penman. Dibandingkan dengan

metode lain, cara ini memberikan hasil terbaik.

Cara ini dikembangkan berdasarkan keseimbangan energi.

Persamaan Evapotranspirasi Potensial dari Penman :

Dimana :

PET = evapotranspirasi potensial (mm/hari)

W = faktor efek radiasi pada PET

Rn = jumlah radiasi setara dengan evaporasi (mm/hari)

Page 31: Hidrologi

f(u) = faktor pengaruh angin

ea = tekanan uap jenuh (mbar)

ed = tekanan uap sebenarnya di udara (mbar)

C = faktor koreksi karena pengaruh kondisi cuaca siang dan

malam hari

Mencari (ea – ed) :

Diketahui : Tmaks = 35C

Tmin = 22C

RHmaks = 80 %

RHmin = 30 %

Ditanya : (ea – ed)

Perhitungan :

Trata-rata =

RH rata-rata =

Tabel 5 ea pada 28.5 C = 38.9 mbar

ed = = = 21.4 mbar

(ea – ed) = (38.9 – 21.4) = 17.5 mbar

Mencari f(u) :

Besarnya f(u) adalah :

f(u) = 0.27 ( 1 + u.c / 100 ) c = faktor koreksi

u = Kecepatan angin rata-rata pada ketinggian 2 m di atas tanah (km/hari).

Page 32: Hidrologi

Bila kecepatan angin tidak diukur pada ketinggian 2 m di atas tanah, maka u harus

dikoreksi sebagai berikut :

Tinggi pengukuran (m) 0.5 1 1.5 2.0 3.0 4.0 5.0Faktor koreksi 1.35 1.15 1.06 1 0.93 0.88 0.83

Contoh :

U3m = 250 km/hari

U = 0.93 * 250 = 232.5 km/hari

f(u) = 0.898

Mencari (1 – W)

(1 – W) adalah faktor bobot pengaruh angin dan kelembaban pada PET.

Besarnya (1 – W) pada temperatur dan tinggi tempat tertentu diberikan pada

tabel 8.

Contoh :

Diketahui : Ketinggian = 95 m ; Trata2 = 28.5 oC

Tabel 8 (1 – W) = 0.23

W = 0.77

Mencari W

Hubungan antara W dan temperatur dan ketinggian diberikan pada tabel 9.

Contoh :

Ketinggian 95 m

T rata-rata = 28.5 0C

Tabel 9 W = 0.77

Page 33: Hidrologi

Mencari radiasi bersih (Rn) :

Radiasi bersih Rn adalah selisih antara radiasi datang dan radiasi pergi.

Rn dapat dihitung dari jumlah penyinaran matahari, temperatur dan

kelembaban.

Jumlah radiasi yang sampai di puncak atmosfir (Ra) tergantung dari

ketinggian dan waktu diberikan pada tabel 10.

Sebagian dari Ra akan diserap dan disebarkan selama memasuki

atmosfir. Sisanya yang sampai bumi disebut Solar Radiation (Rs).

Sebagian dari Rs dipantulkan kembali oleh tanah dan tumbuhan yang

akhirnya hilang di atmosfir.

Koefisien tergantung jenis permukaan :

= 5% sampai 7% untuk air (air bersifat memantulkan).

= 15% sampai 25% untuk tumbuhan.

Sisanya adalah Net Shortwave Solar Radiation (Rns).

Net Long WaveRnsRn1

Long Wave

Rns

Net Short Wave

Extra TerestrealRa

Page 34: Hidrologi

Kehilangan radiasi juga terjadi pada permukaan bumi karena bumi

memancarkan kembali sebagian energi yang diserap ke atmosfir sebagai

Longwave Radiation. Umumnya radiasi yang dipancarkan > daripada

Longwave atmospheric Radiation. Beda Longwave radiation yang

dipancarkan dan yang datang disebut Net Longwave Radiation (Rn1).

Sehingga Radiasi bersih Rn = Rns – Rn1

Langkah menghitung Rn :

1. Bila data Rs tidak ada, estimasi Ra dari tabel 10.

2. Untuk menghitung Rs, koreksi Ra dengan perbandingan antara lamanya

jam siang hari sesungguhnya (n) dan lamanya jam siang hari maksimum

yang mungkin terjadi (N) tabel 11 hubungan antara N dan lintang.

Rs = (0.25 + 0.5 n / N) Ra

3. Rns = ( 1 - ) Rs ; = 0.25 untuk sebagian besar tumbuhan.

4. Rn1 dapat dihituhng dengan T, ed dan n/N dengan tabel 13, 14 dan 15.

5. Rn = Rns – Rn1

Contoh : Kairo Tinggi = 95 m ; Lintang 300 LU

Trata2 = 28.5 oC

RH rata2 = 55%

n rata2 = 11.5 jam/hari

Bulan Juli

Perhitungan :

Tabel 10 Ra = 16.8 mm/hari

Page 35: Hidrologi

30o LU & Juli tabel 11 N = 13.9 jam ; n = 11.5 jam

Rs = (0.25 + 0.5 x 11.5/13.9) x 16.8 = 11.2 mm/hari

Rns = (1 – 0.25) x 11.2 = 8.4 mm/hari

T = 28.5 oC tabel 13 f(T) = 16.4

T = 28.5 oC tabel 5 ea = 38.9 mbar ed = 21.4 mbar

Ed = 21.4 mbar tabel 14 f(ed) = 0.13

n/N = 0.83 tabel 15 f(n/N) = 0.85

Rn1 = f(T) x f(ed) x f(n/N) = 16.4 x 0.13 x 0.85 = 1.8 mm/hari

Rn = Rns - Rn1 = 8.4 – 1.8 = 6.6 mm/hari

Faktor koreksi C :

Persamaan Penman diturunkan dengan asumsi :

- Radiasi sedang sampai tinggi

- RH sedang sampai tinggi

- Usiang = 2 Umalam

Kondisi di atas tidak selalu terpenuhi, karena itu perlu dikoreksi dengan

faktor C tabel 16.

Contoh :

RH max = 90%

Rs = 12 mm

Usiang = 3 m/det

Usiang / Umalam = 3

Tabel 16 C = 1.28

Page 36: Hidrologi

5. Infiltrasi

Infiltrasi : Proses meresapnya air ke dalam tanah melewati permukaan tanah.

Air hujan yang jatuh akan hilang sebagian sebagai :

Evaporasi

Transpirasi

Intersepsi

Depression Storage

Infiltrasi

Intersepsi tergantung dari :

Jenis tanaman

Tingkat pertumbuhan

Penampungan cekungan (depression storage) tergantung dari :

Sifat permukaan tanah

Jenis tanaman

Kemiringan

Cara pengolahan tanah

Perkolasi

AwanAwan

Aliran air tanah

Infiltrasi

Intersepsi

DepressionStorage

Aliran Permukaan

Page 37: Hidrologi

Besarnya : 2 – 5 mm dari tiap hujan.

Beberapa definisi :

1. Kapasitas infiltrasi (infiltration capacity) : fp :

Adalah kecepatan infiltrasi maksimum yang bisa terjadi pada suatu kondisi

yang tertentu.

Kecepatan maksimum ini terjadi pada awal hujan besar, kemudian nilainya

makin lama makin kecil mendekati kecepatan infiltrasi yang tetap dan rendah,

pada saat tanah menjadi jenuh (setelah + 1 – 2 jam terjadi hujan).

2. Kecepatan Infiltrasi (infiltration rate) : fa :

Adalah kecepatan infiltrasi yang sesungguhnya.

Besarnya dipengaruhi oleh :

Intensitas hujan

Kapasitas infiltrasi

# Bila intensitas hujan I < fp maka fa < fp

# Bila intensitas hujan I > fp maka fa = fp

3. Perkolasi :

Adalah air yang mengalir melalui pori-pori tanah.

4. Kapasitas Perkolasi (percolation capacity) : Pp :

Adalah kecepatan perkolasi maksimum. Perkolasi tidak akan terjadi lagi bila

unsaturated zone mencapai kapasitas lapangan, sehingga : Jumlah perkolasi

Page 38: Hidrologi

(mm) = jumlah infiltrasi (mm) – jumlah air yang diperlukan untuk mengisi

kelembaban tanah.

5. Kecepatan Perkolasi (percolation rate) : Pa :

Adalah kecepatan perkolasi yang sesungguhnya terjadi.

6. Kapasitas Lapangan (field capacity) :

Adalah besarnya kandungan air maksimum yang dapat ditahan oleh tanah

terhadap gaya tarik gravitasi.

Nilai kapasitas lapangan bervariasi dari 0% s/d porositas tanah.

Contoh :

- Kerikil : 1 – 10%

- Pasir : 5 – 20%

- Clay : 25 – 50%

7. Porositas (porosity) :

Adalah prosentase bagian suatu material yang berupa pori-pori terhadap

volume totalnya.

Porositas = volume pori-pori dalam suatu material volume keseluruhan dari meterial

8. Kelembaban kritis (wilting point) :

Adalah kandungan air pada tanah saat tumbuhan dalam keadaan layu

permanen dan akan mati bila tidak ditambahkan air.

Page 39: Hidrologi

9. Abstraksi awal (initial abstraction) :

Adalah jumlah dari intersepsi dan penampungan cekungan yang harus

dipenuhi lebih dahulu sebelum terjadinya limpasan hujan.

10. Lembab tanah (soil misture content) :

Adalah nilai prosentase kebasahan / kelembaban tanah.

SMC = berat air di dalam tanah . berat tanah total dalam keadaan basah

Pengaruh Infiltrasi :

Tergantung dari jumlah hujan yang jatuh. Air hujan mungkin akan meresap ke

dalam tanah sebagai infiltrasi atau menggenang pada permukaan tanah dan

mengalir sebagai aliran permukaan.

Bila intensitas hujan dengan mengabaikan intersepsi dan evaporasi lebih kecil

daripada kecepatan infiltrasi maka semua air akan meresap ke dalam tanah.

Sebaliknya bila intensitas hujan lebih besar daripada kecepata infiltrasi,

serangkaian peristiwa seperti pada gambar akan terjadi yang akhirnya akan

menghasilkan limpasan permukaan.

Infiltrasi berpengaruh pada :

1. Pengurangan debit banjir dan erosi.

2. Sumber air di musim kemarau.

3. Sumber air tanaman.

Page 40: Hidrologi

4. Pengisian air tanah.

1. Intensitas Hujan

2. Infiltrasi

3. Soil Moisture

4. Perkolasi ke air tanah

5. Aliran air tanah

Kecepatan infiltrasi :

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan infiltrasi :

Kondisi permukaan tanah dan jenis tumuhan penutup.

Sifat-sifat tanah :

- Porositas

- Konduktifitas Hidraulik

Kelengasan tanah.

Tanah tersusun dari lapisan-lapisan tanah denga sifat yang berbeda-

beda. Misal tanah lanau dengan konduktifitas tinggi di atas lapisan lempung

dengan konduktifitas hidraulik rendah.

Disamping itu jenis tanah dapat bervariasi sangat besar pada suatu

areal yang relatif kecil.

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

Intensitas Hujan Kecil Intensitas Hujan Tinggi

Page 41: Hidrologi

Sebagai akibat dari variasi spatial yang sangat besar dan sifat tanah

yang berubah dari waktu ke waktu. Sesuai perubahan kelengasan tanah

menyebabkan proses infiltrasi menjadi sangat rumit sehingga hanya dapat

diselesaikan secara pendekatan dengan persamaan matematik.

Distribusi kelengasan tanah dalam profil tanah pada saat air bergerak

ke bawah ditunjukkan pada gambar berikut :

Terdapat 4 daerah :

1. Daerah jenuh dekat

permukaan.

2. Daerah transisi tak jenuh

dengan kelengasan seragam.

3. Daerah basah dimana

kelengasan berkurang

berdasar kedalaman.

4. Wetting Front, dimana perubahan kelengasan demikian besar sehingga

terjadi perbatasan yang sangat jelas antara tanah basah di atas dan

tanah kering di bawah.

Kecepatan infiltrasi f, dinyatakan dalam cm/jam adalah kecepatan

masuknya air pada permukaan tanah.

Bila air tergenang pada permukaan tanah, maka infiltrasi terjadi pada

kecepatan infiltrasi potensial (kapasitas infiltrasi).

Bila suplai air di permukaan tanah, misalnya dari air hujan, lebih kecil

dari kecepatan infiltrasi potensial maka infiltrasi yang terjadi lebih kecil dari

infiltrasi potensial.

Kelengasan

Daerah jenuh

Daerah transisi

Daerah basah

Wetting front

dalam

Transisi

Page 42: Hidrologi

Umumnya persamaan infiltrasi yang ada adalah untuk infiltrasi

potensial.

Jumlah infiltrasi F adalah jumlah kedalaman air yang masuk ke dalam

tanah selama waktu tertentu.

= variabel dummy

Sebaliknya kecepatan infiltrasi adalah turunan waktu dari jumlah infiltrasi.

f() = dF(t) / dt

Persamaan Horton :

Salah satu persamaan infiltrasi yang dikembangkan dari Horton (1933, 1939)

mengamati bahwa infiltrasi mulai pada suatu kecepatan f0 dan berkurang

secara eksponensial sampai mencapai suatu harga tetap fc.

f = fc + (f0 – fc) e-kt

Dimana :

f = Kecepatan infiltrasi pada suatu saat t

f0 = Kecepatan infiltrasi awal

fc = Kecepatan infiltrasi akhir

k = Konstanta, menggambarkan pengurangan f(T-1)

Persamaan Phillip :

f0

fC

t

K2 > K1K1

K2

f0

f

t

F

f F

Variasi Parameter K Kecepatan Infiltrasidan

Jumlah Infiltrasi

Page 43: Hidrologi

Menurut Phillip :

F(t) = St1/2 + Kt

Dimana S adalah parameter yang disebut sorptivity yang merupakan fungsi

dari potensi isapan tanah, sedang K adalah konduktifitas hidraulik.

Dengan differensial F(t) diperoleh f(t) sbb :

f(t) = ½ St-1/2 + K

untuk t , f(t) K

Untuk kolom tanah mendatar, maka isapan tanah satu-satunya gaya

mendorong air ke dalam tanah, sehingga persamaan Phillip menjadi :

F(t) = St1/2

PENGUKURAN INFILTRASI

Beberapa cara menentukan infiltrasi :

1. Infiltrometer : - Ring Infiltrometer

- Rainfall Simulator

2. Dengan analisa hidrograf.

3. Dengan indeks infiltrometer ()

Page 44: Hidrologi

1. Infiltrometer tipe gelang (ring infiltrometer)

Alat berupa pipa besi 30 cm, panjang 60

cm, dipancang masuk ke dalam tanah

sedalam + 50 cm. Air dituang ke dalam pipa

sampai sedalam 5 cm dan setiap kali ditambah

sehingga muka air tetap.

Pembacaan pada jam-jam pertama dilakukan

dengan interval yang lebih pendek daripada pembacaan berikutnya

mengingat infiltrasi menurun dengan cepat pada periode berikutnya.

Kelemahan cara ini :

a. Karena air dituang, besarnya pengaruh tumbukan akibat jatuhnya butir-

butir air hujan pada infiltrasi tidak dapat ditentukan.

b. Struktur tanah akan berubah pada saat memancangkan pipa ke dalam

tanah.

c. Terjadi aliran mendatar sesudah air melewati ujung pipa sebelah bawah.

2. Rain Simulator :

Untuk mengatasi kelemahan ring infiltrometer, maka dilakukan percobaan

dengan alat ini.

Ada 2 tipe simulator yaitu tipe F dengan ukuran petak tanah 6 x 12 feet dan

tipe FA dengan ukuran 1 x 2.5 feet.

10 cm

50 cm

5cm

30 cm

Page 45: Hidrologi

Alat terdiri dari 1 set sprinkle yang memancarkan air ke dalam suatu bidang

tanah sampel pada suatu watershed. Petak tanah diisolasikan dari bidang

tanah sekitarnya, sehingga air limpasannya dapat diukur dengan teliti.

Prinsip percobaan :

1. Hujan buatan dibuat dengan i > fp, sehingga rumus Horton berlaku.

i dijaga agar konstan.

2. Sebagian dari (i – fp) dapat mengalir di permukaan kemudian diukur dan

dihitung. Limpasan (q) hasil pengukuran ini dapat dinyatakan dalam

intensitas (mm/jam).

3. Plot niali i dan q sebagai berikut :

4. Sesudah hujan buatan dihentikan, limpasan tidak langsung berhenti,

tetapi mengalami resesi karena masih ada sisa air yang tertahan di

permukaan sebagai air detensi (detentian).

Selama masih ada air di permukaan tanah, infiltrasi masih terus terjadi,

meskipun kecepatannya kecil.

Kurva resesi dari infiltrasi ini dapat didekati dengan fungsi :

fr = (fc / qc) x qr

Garis massa fci konstan

fp

Garis limpasan qc fc

tt0

tcDipindahkan dengan luas sama

Page 46: Hidrologi

fc dan qc : Infiltrasi dan limpasan yang tercapai pada saat hujan

dihentikan.

fr dan qr : Infiltrasi dan limpasan yang terjadi pada saat resesi.

5. Volume total dari limpasan dan infiltrasi setelah penghentian hujan

buatan = simpanan (storage) air yang terjadi pada awal percobaan

sehingga dengan mengoreksi volume simpanan terhadap selisih (i – fp)

didapat kurva yang menyatakan fp sebagai ordinat bagian atas.

3. Analisa Hidrograf

Keuntungan cara ini : Faktor-faktor alami yang ada pada daerah aliran akan

dapat dicakup.

Ada beberapa cara untuk analisa ini, salah satunya adalah cara yang

diutarakan oleh Schultz (1976) sebagai berikut :

a. Hidrograf aliran diukur setelah dikurangi baseflow diperoleh aliran

langsung.

b. Hujan diambil yang cukup besar meliputi seluruh daerah alirannya dan

dihitung hujan rata-rata wilayah.

c. Aliran langsung dirubah menjadi tebal lapisan, air di atas permukaan

daerah aliran agar dapat dibandingkan secara langsung dengan

hujannya. Grafik hujan dan grafik alirannya digambarkan pada satu grafik

dengan skala yang sama.

fcP, Q

(mm

)

IS

Page 47: Hidrologi

d. Pada grafik lain dilukis masa hujan dan garis masa alirannya.

e. Garis masa infiltrasi = garis masa hujan, garis masa aliran.

Laju infiltrasinya = kemiringan garis masa hujan.

4. Indeks Infiltrasi ( indeks) :

Data hujan dan data aliran umumnya tak tersedia cukup untuk dapat

digunakan, menentukan lengkung infiltrasi. Sehubungan dengan itu, untuk

mm

/jam

waktu

hujan

aliran

kapasitasinfiltrasi

hujan kumulatif R

aliran kumulatif Q

R – Q

hujan kumulatif

F + Ia kumulatif

F = infiltrasi

Q

aliran kumulatif

Ia Qwaktu

Page 48: Hidrologi

memperkirakan besarnya infiltrasi dari suatu hujan, digunakan yang disebut

indeks .

Kalau hidrograf-hidrograf banjir dan hujan-hujan yang menyebabkan banjir-

banjir itu dianalisa, selisih antara jumlah besarnya hujan and jumlah besarnya

aliran dapat dinyatakan dengan indeks .

Indeks adalah hujan rata-rata minimum yang mengakibatkan volume aliran

seimbang dengan volume hujan.

Bila masa infiltrasi disebut basin recharge, maka indeks dapat dihitung dari:

= Basin recharge . lama waktu hujan

5. Ineks W

Di dalam basin recharge termasuk air karena : intersepsi, dentention storage

dan infiltrasi.

Beberapa hidrolog lebih menghendaki untuk memudahkan kehilangan air

permukaan dari infiltrasi sebenarnya dengan menggunakan indeks W sebagai

berikut :

Inte

nsita

s (m

m/ja

m)

Histogram dari curah hujan

Limpasan

Basin recharge

Waktu

Page 49: Hidrologi

W = Basin recharge – I a Lama waktu infiltrasi

Dengan indeks atau indeks W, didapatkan suatu cara untuk menggantikan

fungsi infiltrasi yang berubah-ubah, dengan suatu harga rata-rata, seperti

halnya dengan hujan rata-rata ekuivalen pada analisa hujan.

Contoh :

Suatu banjir diukur pada daerah aliran seluas 375 km2. Limpasan langsung dari

bajir ini adalah 3.58 cm. Kedalaman hujan ekuivalen pada seluruh daerah aliran

adalah 11.90 cm. Distribusi waktu hujan sebagai berikut :

Jam 9-10 10-11 11-12 12-13 13-14 14-15 TotalHujan (cm) 1.02 1.50 3.68 1.60 2.60 1.50 11.90

Hitung indeks untuk hujan tersebut !

Kecepatan infiitrasi :

Telah diuraikan di muka bahwa fa < fp atau fa = fp tergantung dari intensitas

hujannya.

Bila i > fp maka infiltrasi akan mengikuti kurva seperti tergambar dengan f

besar pada permulaan kemudian berkurang dan akirnya mendekati angka

konstan fc. Bila i < fp, pengurangan f akan terjadi tetapi lebih lambat.

Page 50: Hidrologi

Horton (1430) menyajikan kurva kapasitas infiltrasi sebagai berikut :

f = fc + (f0 – fc) e-kt

Dimana :

f = Kapastias infiltrasi pada suatu saat t.

k = Konstanta, menggambarkan pengurangan f.

f0 = Kapasitas infiltrasi mula-mula.

fc = Kapasitas infiltrasi akhir (seimbang).

Rumus berlaku untuk i > fp

Penyelesaian :

Basin Recharge : R – Q = 11.90 – 3.58 = 8.32 cm

Dimisalkan lama waktu hujan limpas = 6 jam.

Sehingga indeks = 8.32 / 6 = 1.39 cm/jam

Hasil perhitungan dicek pada tabel berikut :

Jam(1)

Hujan(2)

Hujan limpas pada berbagai = 1.39(2) – 1.39

= 1.46(2) – 1.46

9 – 10 1.02 - -10 – 11 1.50 0.11 0.0411 – 12 3.68 2.29 2.2212 – 13 1.60 0.21 0.1413 – 14 2.60 1.21 1.1414 – 15 1.50 0.11 0.04

fc

tKurva Infiltrasi

i < fp

i > fp

Page 51: Hidrologi

Jumlah 11.90 3.93 3.58 cm

Karena hujan yang limpas sebesar 3.58 cm Limpasan langsung 3.58 cm

pada = 1.46 cm/jam, maka indeks = 1.46 cm/jam.

Ditunjukkan secara diagram pada gambar di bawah ini :

1.02

1.50

3.65

1.60

2.60

1.50

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

4.00

9 10 11 12 13 14 15

Limpasan (Run-off)

Masa Limpasan(hujan efektif)

Basin Recharge

Page 52: Hidrologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi limpasan :

Secara garis besar faktor yang mempengaruhi limpasan dapat dikelompokkan

menjadi 2 :

1. Elemen-elemen meteorologi yang diwakili oleh curah hujan.

2. Elemen-elemen daerah pengaliran yang menyatakan sifat-sifat fisik

daerah pengaliran.

Elemen-elemen meteorologi :

1. Jenis persipitasi :

Persipitasi berasal dari :

- Hujan Pengaruhnya berbeda

- Salju

Hujan : Berpengaruh langsung, hidrograf hanya dipengaruhi oleh :

intensitas dan besarnya curah hujan.

2. Intensitas curah hujan :

Pengaruh intensitas curah hujan terhadap limpasan tergantung dari

kapasitas infiltrasi.

Intensitas > kapasitas infiltrasi Limpasan permukaan akan meningkat

sebanding dengan intensitas curah hujan.

3. Lamanya curah hujan :

Di setiap daerah aliran terdapat suatu lamanya curah hujan kritis.

Bila thujan < tkritis lamanya limpasan praktis sama, tak tergantung dari

intensitas curah hujan.

Bila thujan > tkritis lamanya limpasan permukaan lebih panjang.

Page 53: Hidrologi

Lamanya curah hujan juga akan mengakibatkan penurunan kapasitas

infiltarsi bila thujan panjang limpasan permukaan menjadi lebih besar

meskipun intensitasnya relatif sedang.

4. Distribusi curah hujan dalam daerah pengaliran :

Limpasan akibat curah hujan sangat dipengaruhi oleh distribusi curah

hujan. Debit banjir maksimum biasanya dihasilkan oleh curah hujan yang

merata walaupun intensitasnya tidak begitu tinggi dibanding dengan

curah hujan yang lebat tetapi tidak merata.

5. Curah hujan terdahulu dan kelembaban tanah :

Bila kadar kelembaban tanah tinggi, mudah terjadi banjir karena kapasitas

infiltrasi kecil. Demikian pula bila kelembaban tanah meningkat dan

mencapai kapasitas lapangan, air infiltrasi akan mencapai permukaan air

tanah memperbesar aliran air tanah.

Elemen daerah pengaliran :

1. Tata guna lahan (land use)

Hidrograf sungai sangat dipengaruhi oleh kondisi penggunaan tanah dalam

daerah pengaliran itu.

Misal : Daerah berhutan, limpasan permukaan lebih kecil karena kapasitas

infiltrasinya besar.

2. Daerah pengaliran

Bila elemen-elemen meteorologi pada suatu DAS dianggap tetap maka

limpasan sebanding dengan luas DAS.

Page 54: Hidrologi

3. Kondisi topografi dalam daerah pengaliran

Corak : Faktor bentuk, perbandingan panjang sungai utama terhadap lebar

rata-rata daerah pengaliran.

Elevasi : Besar pengaruhnya terhadap suhu dan curah hujan.

Gradien : Berpegaruh terhadap infiltrasi, limpasan permukaan, kelembaban

dan pengisian air tanah.

4. Jenis tanah

Menentukan kapasitas infiltrasi

Konsep hidrograf :

Diagram yang menggambarkan variasi debit atau permukaan air menurut

waktu disebut hidrograf.

Laut Laut Laut

Debit banjir kecilBanjir berlangsung lama

Debit banjir besar dekat titik pertemuan anak sungai

Banjir terjadi di hilir titik pertemuan dua sungai

Page 55: Hidrologi

Aliran dasar (baseflow) adalah debit minimum yang masih ada karena

adanya aliran yang keluar dari akifer.

Periode pemusatan (time of consentration) : Waktu yang diperlukan oleh

air untuk mengalir dari titik yang terjauh dari suatu DAS sampai di stasiun

pengukuran.

Pandang suatu daerah aliran seperti gambar di bawah yang terbagi menjadi 4

bagian sedemikian rupa sehingga waktu yang diperlukan oleh air yang jatuh

di tanah untuk mencapai titik P adalah sbb :

Untuk setiap titik pada garis BB : 1 jam.

Untuk setiap titik pada garis CC : 2 jam.

Untuk setiap titik pada garis DD : 3 jam.

Untuk setiap titik pada garis EE : 4 jam.

Dimisalkan perbandingan antara hujan dan limpasan adalah tetap untuk

seluruh DAS

t

Q

t

H

Hidrograf Debit Hidrograf Muka Air

XP

B

B C

C

D

D

E

E

Page 56: Hidrologi

Misalkan terjadi hujan selama 1 jam di daerah PBB, curah hujan merata.

Pengaruh air yang jatuh di X adalah :

1. Aliran di P tidak berubah sampai air yang jatuh di X mencapai P.

2. Aliran di P mulai terpengaruh secara tetap selama 1 jam setelah air

pertama yang jatuh di X mencapai P.

Hidrograf banjir di P akibat hujan selama 1 jam tersebut adalah :

Bila hujan berlangsung selama 2 jam, dasar hidrograf akan bertambah

panjang dengan debit maksimum tetap. Debit puncak tercapai setelah satu

jam, pada saat seluruh daerah mempunyai andil terhadap aliran di P.

Bila hujan 1 jam terjadi di wilayah BBCC, CCDD, atau DDEE, hidrografnya

akan sama seperti gambar 1 di atas, hanya hidrografnya menggeser ke

kanan sesuai dengan waktu antara mulai hujan sampai akhir hujan pertama

mencapai P.

0 1 2 3

500

1000Gambar 1

Waktu (jam)

0 1 2 3

500

1000Gambar 2

Waktu (jam)

Page 57: Hidrologi

Gambar berikut adalah hidrograf banjir akibat hujan selama 1 jam yang jatuh

di daerah DDEE.

Gambar berikut adalah hidrograf banjir di P akibat hujan menerus selama 3

jam di seluruh wilayah PEE.

Gambar 4 : Hidrograf banjir di P akibat hujan di PEE.

Hubungan antara air permukaan dan air tanah selama terjadinya banjir

Selama banjir, tinggi aliran sungai ditentukan oleh surface run-off (DRO) dan

ground water base flow.

Pemisahan hidrograf kedalam komponen : DRO dan baseflow dapat

dilakukan dalam berbagai cara, antara lain :

0 1 2 3 4 5 6 7

500

1000Gambar 3

Waktu (jam)

0 1 2 3 4 5 6 7

500

1000

Gambar 4

Waktu (jam)

1500

Page 58: Hidrologi

a. Straight line method :

Pemisahan paling sederhana yaitu dengan menghubungkan titik dimana

limpasan permukaan mulai terjadi dengan titik pemisah aliran dasar pada

lengkung resesi.

b. Fixed based length method :

Diutarakan oleh Linsley et al.

Pemisahan : Meneruskan garis resesi

dari hidrograf sebelumnya sampai titik

di bawah puncak dan menghubungkan

dengan satu titik pada lengkung resesi

berjarak T dari puncak.

T = A0.2

T = Dinyatakan dalam hari

A = Luas DAS (mil2)

Hidrograf terdiri dari 3 komponen :

1. Bagian naik = Lengkung konsentrasi (Rising limb, A)

2. Bagian puncak = (Crest, B)

3. Bagian resesi = lengkung resesi (Recession limb, C)

T

QSemilog Hidrograf

T

T

Q

Page 59: Hidrologi

Bagian naik dipengaruhi :

Intensitas hujan

Lama hujan

Keadaan aderah sebelum hujan

Makin kering bagian A makin datar, hujan efektif makin kecil.

Bagian resesi dipengaruhi : Sifat dan keadaan akifer, bagian ini tidak

terpengaruh oleh intensitas dan lama hujan.

Analogi hidraulik untuk lengkung resesi(Schulz 1973)

Model analogi daerah aliran

Storage Tank

Q

T

Q0

Q = Q0 e-t/K

PenampunganCekungan Penampungan

Saluran PenampunganAliran antara Penampungan

Air tanah

Q

T

Page 60: Hidrologi

Komponen Hidrograf :

Umumnya bentuk hidrograf adalah sebagai berikut :

1

2

3

A B C

Aliran Puncak

Page 61: Hidrologi

Berdasar kontinuitas aliran, sinyai bisa ditempatkan menjadi 3 yaitu :

1. Sungai Ephemsal

Sungai yang mengalir hanya pada saat ada hujan saja. MAT selalu di bawah

dasar sungai.

2. Sungai Intermitten

Sungai yang mengalirkan air pada musim hujan saja, sedang pada musim

kemarau tidak mengalirkan (kecuali air dari hujan) karena MAT musim hujan

di atas dasar sungai dan MAT masa kering di bawah dasar sungai.

2. Sungai Pereminal

Adalah sungai yang mengalirkan airnya sepanjang tahun, karena MAT tak

pernah di bawah dasar sungai.

MAT Musim HujanMAT Kemarau Hidrograf Sungai

MAT Musim Hujan

MAT Kemarau

Hidrograf Sungai

MAT Musim HujanMAT Kemarau

Hidrograf Sungai

Page 62: Hidrologi

Pencatat muka air dengan pengapung :

Pencatat Pneumatik :

Pipa Plastik

Silinder Gas

Nanometer

Pencatat

Baterai

Page 63: Hidrologi

Pengukuran Debit :

Tak langsung :

a. Velocity head rod :

b. Pilot Meter

c. Pengapung

D1 D2

D2 – D1

v = 0 v 0

H

gh2v

g2VH2

I II III IV

D

Page 64: Hidrologi

Area velocity Method :

Kecepatan diukur dengan current meter :

- Tipe Current Meter

- Tipe sumbu mendatar Price’s Current Meter

Rumus : v = a + b x n

n = jumlah putaran per detik

a = v awal untuk mengatasi gesekan

Contoh : n < 0.71 v = 0.014 + 0.2460 n

n > 0.71 v = 0.004 + 0.26 n

Contact Box

Contact Box

Cup

Page 65: Hidrologi

Cara pengukuran :

a. Satu titik :

b. Dua titik :

c. Tiga titik :

d. Lima titik :

vs = v permukaan

vb = v dasar

Vila D < 0.6 m pengukuran satu titik

Vila D> 0.6 m pengukuran dua titik

Pemilihan jumlah vertikal tergantung :

- Bentuk dan ukuran penampang sungai

- Sifat aliran

- Waktu yang tersedia

Penampang sungai dibagi menjadi beberapa sub bagian sehingga debit pada

tiap sub bagian < 10% debit total pada bagian penampang yang dalam

lebih rapat.

Garis vertikal

Page 66: Hidrologi
Page 67: Hidrologi

Perhitungan debit :

Mid section method :

Lebar 1 sub seksi ditentukan oleh :

½ jarak pengukuran vertikal di sebelah kiri

½ jarak pengukuran vertikal di sebelah kanan

Mean section method :

Pengukuran langsung :

Volumetric method :

- Untuk saluran kecil

- Biasa digunakan di lab

Hydraulic structure :

Debit dihitung pada bangunan ukur :

- Cipotelli

- Thomson

Hi

Wi kiriWi kanan

Hi+1

Wi kanan

Page 68: Hidrologi

- Bendung / pelimpah

Lengkung debit :

Adalah lengkung hubungan antara muka air dan debit.

Hubungan Q dan H tergantung dari :

- Bentuk penampang melengkung

- Kekasaran dasar sungai

Grafik bisa berubah karena :

- Perubahan morfologi sungai endapan, gerusan

- Perubahan kekasaran dasar sungai pengerukan matrial

- Tumbuhnya tanaman air

- Akibat back water

Grafik diperoleh dari serangkaian pengukuran debit pada berbagai taraf muka

air. Data kemudian digambarkan dan dicari suatu hubungan fungsional dari

variabel tersebut dalam bentuk kurva atau persamaan matematis.

Q1

H1

Page 69: Hidrologi

Hubungan disebut : Kurva / garis regresi atau persamaan regresi

Ada 2 cara untuk mendapatkan kurva regresi :

1. Secara grafis

Variabel digambar pada :

- kertas normal

- semi log (log-normal)

- log-log

Kurva digambar secara manual yang sedapat mungkin mengikuti data-

datanya.

2. Secara matematis

Ditinjau letak titik-titik di atas kertas grafik.

Bila :

- Data-data tersebar mengikuti garis lurus regresi linier

- Data-data tersebar mengikuti garis lengkung regresi non linier

Beberapa persamaan garis regresi :

1. Q = aH + b linier

2. = aH + b eksponensial

3. Q = aH2 + bH + c parabola

Page 70: Hidrologi

4. Q = aHb fungsi pangkat

5. Q = a (H – H0)b fungsi pangkat

Dimana :

Q = debit

H = dalam air

a, b, c = konstanta / parameter persamaan

Parameter persamaan dihitung dengan metoda tertentu, misal : metoda

kwadrat terkecil (least squares method).

Misal persamaan kurva Q = aH2 + bH + c

Parameter a, b, c harus ditetapkan sedemikian sehingga jumlah kwadrat sisa

terkecil :

V12 + V2

2 + V32 + …………. + Vn

2 minimum

minimum

V12 = [Q1 – (aH1

2 + bH1 + c)]2 …… (1)

V12 = [Q2 – (aH2

2 + bH2 + c)]2 …… (2)

Vi2 = [Qi – (aHi

2 + bHi + c)]2 …… (3)

Misal : = s

Untuk memperoleh a agar s min maka :

Page 71: Hidrologi

Persamaan 3 dapat dikembangkan :

Vi2 = Qi

2 – 2Qi (aHi2 + bHi + c) + (aHi

2 + bHi + c)2

Bila di definisikan ke a, suku yang tak mengandung a menjadi suku-suku

yang mengandung a :

a2 Hi4 + a (-2QiHi

2 + 2bHi3 + 2cHi

2)

Karena s adalah jumlah dari i = 1 s/d n, maka :

dengan cara yang sama :

Dari 3 persamaan di atas diperoleh a, b dan c.

Bila rumus kurva debit linear :

Q = aH + b

Maka :

Page 72: Hidrologi

Bila persamaan Q = aHb :

Fungsi pangkat ditransformasikan ke fungsi linier :

log Q = log a + b log H

Q’ = a’ + bH’

Bila persamaan Q = a (H – H0)b :

log Q = log a + b log (H – H0)

Q’ = a’ + bH’

Page 73: Hidrologi

qp = 2.75 cp/tp (m3/det/km2)

tp = ct (L x Lc)n (jam)

dimana :

qp = debit maksimum unit hidrograf dengan durasi tr (m3/det/km2)

tp = time log (jam)

L = panjang sungai (km)

Lc = panjang sungai dari bag terhilir sampai titik berat daerah aliran (km)

n = koefisien yang bersifat proporsional terhadap ct

ct, cp = koefisien yang tergantung pada karakteristik daerah aliran

Menurut snyder :

n = 0.3

cp = 0.56 – 0.69

ct = 1.1 – 1.4

Lamanya hujan efektif tc dipengaruhi langsung oleh time log tp dalam

hubungan berikut :

Tp

tT

Q

qp

tp

Page 74: Hidrologi

tc = tp / 5.5 (jam)

Apabila lamanya curah hujan efektif tc > lamanya curah hujan tr yang telah

ditentukan, maka perlu dilakukan koreksi pada hasil time log sebagai berikut :

tc > tr tp’ = tp + (tr – tc)/4

Sehingga waktu yang diperlukan untuk mencapai debit puncak :

TP = tp’ + 0.5 tr (jam)

Untuk membuat SUH pada daerah yang tidak ada data debitnya, hitung

koefisien cp dan ct pada daerah aliran yang ada data debitnya (yang

mempunyai sifat-sifat hidrologis dan klimatologis yang sama dengan daerah

yang ditinjau) dengan cara membandingkan unit hidrograf dari pengamatan

dengan SUH dengan metode snyder. Koefisien yang diperoleh kemudian

dapat digunakan pada daerah yang ditinjau.

Debit puncah SUH :

Qp = qp x A x hef (m3/det)

dengan qp (m3/det/km2), A (km2), hef (m)

Waktu dasar SUH :

T = 3 (1 + tp/24) (hari)

SUH digambar dengan menentukan dahulu titik-titik pokoknya, kemudian

dihubungkan sedemikian rupa sehingga volume SUH = hefektif

Page 75: Hidrologi

Hidrograf satuan (Unit Hydrograph)

Untuk mendapatkan suatu banjir rencana dari hujan dapat dipakai cara

dengan mentransformir hyerograph hujan menjadi hidrograf aliran sungai.

Untuk ini dipakai hidrograf satuan.

Teori hidrograf satuan dikemukakan oleh L.K. Sherman (1932).

Tujuan : mencari hubungan antara limpasan permukaan dan hujan sebagai

penyebabnya.

Teori hidrograf satuan didasarkan pada beberapa prinsip / permisalan

sebagai berikut :

1. Hujan efektif terdistribusi dengan intensitas sama (uniform) selama

periode yang ditentukan.

2. Hujan efektif didistribusi merata pada seluruh DAS.

3. Hujan efektif yang terjadi dengan durasi yang sama, akan menghasilkan

run-off dengan durasi (time base) yang sama pula. Tetapi jumlah

limpasan yang terjadi tergantung dari intensitas hujannya.

Qp

Tp T

Page 76: Hidrologi

4. Dengan kenaikan intensitas hujan efektif secara proporsional i2 = n i1

dengan durasi yang sama, akan didapat hidrograf limpasan dengan

ordinat Q2 = n Q1 pula (kenaikan Q sebanding dengan kenaikan i).

5. Berlaku prinsip superposisi.

Untuk suatu daerah aliran tertentu dapat ditentukan bahwa i satuan hujan

efektif (mm, cm atau inch) yang berlangsung selama t jam akan menghasilkan

suatu karakteristik hidrograf limpasan langsung yang disebut : t jam unti

hidrograf sehingga dapat didefinisikan :

T

t t'

T’

Q t = t’ T = T’

T

Q

T

Q

Page 77: Hidrologi

“t jam unit hidrograf adalah hidrograf limpasan langsung yang dihasilkan oleh i

satuan hujan efektif (mm, cm atau inch) yang jatuh merata di DAS selama t

jam”

Volume dari unit hidrograf = volume dari satu satuan tebal air yang tersebar

merata di seluruh luas DAS.

Analisa hidrograf satuan :

1. Analisa data hujan :

Dari hidrograf aliran sungai

Dari grafik hujan

Pilih hujan tunggal dengan intensitas besar dan merata di seluruh DAS

yang menyebabkan banjir tunggal tersebut.

Dari hujan di berbagai tempat pengamatan, hujan dihitung rata-ratanya

untuk seluruh DAS dengan metode Thiessen atau Isohiet.

2. Dibuat garis masa hujan setiap pos dibuat rata-ratanya.

Page 78: Hidrologi

3. Dari garis masa hujan rata-rata disusun hidrograf.

Menyusun hidrograf satuan :

1. Hidrograf banjir digambar.

2. Pisahkan aliran dasar (baseflow) dari aliran langsung.

3. Hitung volume aliran langsung = Luas hidrograf aliran langsung = Q m3.

4. Bila luas DAS = A km2 maka tinggi aliran langsung seluruhnya = (Q/A) m.

5. Bagi ordinat dari hidrograf banjir dengan (Q/A) maka didapat hidrograf

satuan.

6. Lamanya waktu hujan efektif ditentukan dengan cara coba-coba dengan

menarik garis horisontal sedemikian sehingga luas bidang di atas garis

tersebut = volume limpasan langsung.

Menyusun hidrograf satuan untuk lama waktu hujan efektif lain.

Hidrograf satuan untuk aliran akibat hujan yang berlangsung lama dapat

disusun dengan menggunakan hidrograf satuan untuk lama waktu hujan yang

pendek sebagai berikut :

Contoh : Tersedia hidrograf satuan 1t jam.

t

Garis masa rata-rataCur

ah h

ujan

(mm

)

jam

Hujan efektif

Inte

nsita

s hu

jan

1 1 jam

i

Page 79: Hidrologi

Akan dicari hidrograf satuan 22t jam.

Caranya :

1. Gambarkan hidrograf satuan 1t jam.

2. Gambarkan hidrograf satuan kedua dengan waktu mulai 1 t jam lebih

lambat dari hidrograf kesatu.

3. Kedua hidrograf disuperposisi (ordinat dijumlah), kemudian ordinat hasil

superposisi dibagi dua.

Pada metode ini tidak boleh hidrograf kedua dimulai pada waktu < t sesudah

hidrograf kesatu, sehingga terjadi overlap.

Cara ini hanya berlaku mengikuti rumusan berikut :

D’ = n x D

D’ = Ddurasi dari hidrograf satuan yang mungkin akan diperoleh dari durasi

hidrograf satuan yang lain.

D = Durasi dari hidrograf satuan mula-mula.

n = 1, 2, 3

Bila diinginkan hidrograf satuan dengan durasi 1.5 t, 2.5 t, dan seterusnya

digunakan metode hidrograf S.

Metode lengkung S (metode hidrograf S) :

Lengkung S ialah hidrograf aliran dari suatu seri hidrograf hidrograf satuan

dengan lama waktu hujan efektif tertentu berurutan.

Page 80: Hidrologi

Suatu hidrograf S untuk hujan efektif D jam didapat dengan menjumlahkan

ordinat-ordinat dari suatu seri hidrograf satuan dengan hujan efektif D jam

dengan titik-titik permulaannya bergeser D jam. Ordinat terbesar dari

lengkung S terjadi pada waktu D sebelum akhir dari hidrograf mula-mula. Bila

ordinat terbesar sudah tercapai, lengkung S akan berlangsung dengan harga

tetap ini.

Banyaknya hidrograf satuan yg dijumlah = basis waktu dari hidrograf satuan lama waktu hujan efektifnya

Untuk mendapatkan suatu hidrograf satuan untuk hujan efektif t jam, kita

dapat mengurangkan dua lengkung S yang titik-titik permulaannya saling

berselisih 4 jam dan hasil pengurangannya dikalikan dengan D/t

Bila hujan terjadi dengan beberapa periode lama hujan berturutan, hidrograf

banjirnya merupakan superposisi dari serangkaian hidrograf akibat hujan

pada masing-masing periode.

Waktu

Deb

it

D jam

Page 81: Hidrologi

Hidrograf satuan sintetis (synthetic unit hydrograph)

Unit hidrograf yang dikembangkan berdasar curah hujan dan debit banjir pada

suatu DAS hanya berlaku pada DAS tersebut.

Untuk sungai-sungai yang tak ada pengukuran debitnya dikembangkan suatu

cara dengan karakteristik DAS

U1 U2

U3

Limpasan hujan (hujan efektif)

Q1

Q2

Q3

U1 x unit hidrograf

U2 x unit hidrograf

U3 x unit hidrograf

Hidrograf banjir

Base flow

Page 82: Hidrologi

Ada 3 jenis SUH :

1. Karakteristik hidrograf (debit puncak, waktu dasar) dihubungkan dengan

karakteristik DAS cara Snyder.

2. Berdasarkan pada unit hidrograf yang tak berdimensi cara soil

conservation service : s.c.s.

3. Berdasarkan model tampungan cara Clark.

Akan dibahas cara 1 dan 2 saja.

Cara Snyder :

Snyder menyelidiki sejumlah besar hidrograf banjir pada daerah appalochian

di amerika dengan luas berkisar antara 30 sampai dengan 30.000 km2.

Snyder mengembangkan rumus-rumus empiris sebagai berikut :

SUH Snyder (1938) dengan modifikasi US Army Corps of Engineer (1959).

Page 83: Hidrologi

tr

qp

tp

tR

tpR

qpR

W75

W50

tb

Hidrograf Standar

tp = 5.5 tr

tp = 0.75 ct (L x Lc)0.3

qp = 2.75 cp / tp

Hidrograf yang dicari

tpR 5.5 tr

tp = tpR + (tr – tR)/4

qpR = qp x tp / tpR

tb = 5.56 / qpR

w50 = 2.14 qpR-1.08

w75 = 1.22 qpR-1.08

Page 84: Hidrologi

Untuk suatu unit hidrograf standar dengan durasi hujan tr dan basin log tp

dimana tp = 5.5 tr ……….(1)

Berlaku :

tp = c1 ct (L x Lc)0.3 ………….(2)

dimana :

tp = basin log (jam)

L = panjang sungai (km atau mil)

Lc = panjang sungai dari bagian hilir sampai titik berat DPS (km atau mil)

ct = koefisien, tergantung karakteristik DPS

c1 = 0.75 (metrik) ; 1.0 (imperial)

Debit puncak per satuan luas untuk standar UH adalah :

qp = c2 x cp / tp …………(3)

dimana :

qp = debit puncak (m3/det/km2 cm) atau (ft3/det/mil2 inchi)

c2 = 2.75 (metrik) ; 640 (imperial)

tp = basin log (jam)

cp = koefisien, tergantung dari DPS

tr

qp

tp

qp

UH Standar

Page 85: Hidrologi

ct dan cp umumnya dihitung dari actual

unit hidrograf dari DPS pada daerah

yang sama.

tpR 5.5 tR

Dari aktual UH diperoleh data sebagai berikut :

- Durasi hujan efektif : tR (jam)

- Basin log : tpR (jam)

- Debit puncak / luas : qpR (m3/det/km2 cm)

Bila : tpR = 5.5 tR maka : tR = tr ; qpR = qp

ct dan cp dihitung dengan rumus 1 dan 2.

Bila tpR berbeda cukup besar dari 5.5 tR maka basin log standar dikoreksi sbb:

tp = tpR + (tr – tR)/4 …………..(4)

Persamaan 1 dan 4 diselesaikan secara simultan untuk mendapatkan harga t r

dan tp.

Kemudian koefisien ct dan cp dihitung dari persamaan 1 dan 2 dengan qp = qpR

dan tp = tpR.

Koefisien ct dan cp yang diperoleh dari DPS yang lengkap datanya dapat

digunakan pada DPS lain pada daerah yang sama untuk membuat sintetik

unit hidrograf daerah tersebut.

qpR

tR

tpR

W75

W50

tb

Page 86: Hidrologi

Hubungan antara qp dan debit puncak untuk unit hidrograf adalah :

qpR = qp x tp / tpR …………(5)

Waktu dasar UH tb (jam) dihitung dengan dasar bahwa volume UH adalah

setara dengan limpasan langsung sebesar 1 cm atau 1 inchi. Dengan

menganggap bentuk UH adalah segitiga, maka tb adalah :

tb = c3 / qpR …............(6)

dimana :

c3 = 5.56 (metrik) ; 1290 (imperial)

Lebar UH pada debit tertentu sebesar prosentase tertentu terhadap debit

puncak qpR adalah : W = cw qpR-1.08 …………..(7)

Dimana :

cw = 1.22 (metrik) ; 440 (imperial) pada q = 75% qpR

cw = 2.14 (metrik) ; 770 (imperial) pada q = 50% qpR

SUH digambar dengan menentukan dahulu titik-titik pokoknya, kemudian

dihubungkan sedemikian rupa sehingga volume UH = 1 cm atau 1 inchi.

Page 87: Hidrologi

Cara lain untuk menggambarkan bentuk SUH adalah dengan persamaan

Alexseyev.

Data yang diperlukan :

Qp = debit puncak (m3/det)

Tp = waktu sampai puncak (jam)

Untuk hujan 1 cm pada daerah seluas A km2, didapat persamaan :

Qp = qp x A (m3/det)

qp = debit puncak UH

A = luas DPS (km2)

Alexseyev menggambarkan hubungan antara debit dan waktu dengan

persamaan eksponensial dengan persamaan :

dimana :

y = Q / Qp

X = t / Tp

a = f(x)

= 1.32 2 + 0.15 + 0.045

= Qp x Tp / (h x A) h = hujan efektif ; A = luas DAS

qp

Tp t

Q

Page 88: Hidrologi

Cara SCS :

Cara ini dikembangkan oleh soil conservation service (scs) berdasarkan

hidrograf tak berdimensi.

Hidrograf tak berdimensi ini merupakan hasil analisis dari hidrograf-hidrograf

satuan berasal dari berbagai ukuran DAS dan berbagai kondisi geologi.

Data yang diperlukan adalah waktu samapai pincak banjir dan debit puncak

dari persamaan berikut :

tpr = tr + tp

tr = 1.33 tc

qp = 5.36 A / tpr

dimana :

tpr = waktu dari awal hujan sampai puncak banjir (jam)

tr = lamanya curah hujan (jam)

tc = waktu konsentrasi (jam)

tp = waktu dari pusat massa hujan sampai debit puncak (jam)

qp = debit puncak (m3/det)

A = luas DAS (km2)

Page 89: Hidrologi

Metode Statistik

Beberapa definisi :

Data : Kumpulan keterangan atau fakta mengenai suatu persoalan.

Variabel : Suatu hal yang menguraikan fenomena hidrologi, misal : debit,

evaporasi, infiltrasi, dll.

Populasi : Kumpulan objek yang ikut dipertimbangkan.

Sampel : Bagian dari populasi yang mempunyai satu atau lebih sifat-sifat

yang berkaitan. Sampel merupakan sebagian pengamatan acak dari

variabel tertentu.

Variabel : Merupakan satu nilai dari suatu variabel tertentu (X).

Variabel tertentu : Variabel yang nilainya diukur selama selang waktu yang

kontinu. Contoh : pencatatan muka air.

Variabel dikrit : Variabel dengan pengukuran terbatas pada ruang sample

tertentu.

Frekuensi : Jumlah kejadian suatu harga tertentu.

Distribusi frekuensi : Adalah bentuk yang didapat bila jumlah kejadian

digamabar terhadap nilai variabel yang absis.

Kurva probabilitas : Betuk / fungsi yang didapat bila probabilitas kumulatif

kejadian-kejadian diplot sebagai absis dengan variabel (X) sebagai

ordinat.

Populasi

Sampel

Page 90: Hidrologi

Kurva distribusi kerapatan probabilitas (density probability distribution) =

p’(x) : Bentuk / fungsi probabilitas suatu kejadian dari variabel acak yang

kontinu.

Probabilitas :

Probabilitas : Perbandingan antara jumlah terjadinya suatu peristiwa tertentu

(n) terhadap total terjadinya semua peristiwa yang mungkin terjadi (N).

Prob (X) = n/N

Untuk memperkirakan probabilitas dari suatu sampel digunakan apa yang

disebut frekuensi relatif. Jadi bila terjadinya suatu peristiwa adalah n1 pada

suatu sampel N, maka n1 adalah frekuensi absolut dan n1/N adalah frekuensi

relatif, sehingga :

Probalilitas = (frekuensi relatif) = (n1/N)

Hukum-hukum probabilitas :

1. Probabilitas suatu kejadian adlah selalu positif dan lebih kecil atau sama

dengan 1

0 < P(xi) < 1

2. Jumlah probabilitas dari semua peristiwa yang mungkin terjadi = 1

3. P(x1 U x2) = P(x1) + p(x2) – P( x1 x2)

Page 91: Hidrologi

Bila x1 dan x2 “mutually exclusive” yaitu

bila x1 terjadi maka x2 tak terjadi dan

sebaliknya, maka :

x1 x2 = 0

atau P(x1 U x2) = P(x1) + P(x2)

x1 dan x2 “mutually exclusive”

4. x U xc = S

xc semua elemen dalam S yang tak termasuk dalam x

P(x U xc) = P(x) + P(xc) = 1

atau P(x) = 1 – P(xc)

5. Bila probabilitas terjadinya x2 tergantung dari terjadinya x1 yang ditulis

seagai P(x2/X1).

Terjadinya x2 bila x1 terjadi dilukiskan sebagai

x1 x2

X1 U X2

X1

X2

X1 X2 S

X1

X2

S

X1

Sxc

X1

X2

Page 92: Hidrologi

Sehingga : P(x2/x1) = P(x1 x2) / P(x1)

atau : P(x1 x2) = P(x1) P(x2/x1)

6. Periode ulang :

Adalah waktu rata-rata (tahun) dimana suatu peristiwa dengan nilai tertentu

dianggap mungkin akan berulang kembali atau dilampaui satu kali.

P(x) = 1/T

Probabilitas untuk tidak dilampaui :

P(x) = 1 – 1/T

Probabilitas R disebut resiko bahwa peristiwa dengan periode ulang T akan

terjadi sekurangnya sekali dalam n tahun :

R = 1 – (1 – 1/T)n

Distribusi Probabilitas

Distribusi diskrit :

Variabel diskrit adalah variabel yang nilainya spesifik pada ruang sampel

tertentu.

Contoh : jika N adalah jumlah hari hujan dalam bulan Desember, maka N

adalah variabel diskrit karena nilainya tak mungkin berupa pecahan.

Gambar di bawah ini menggambarkan distribusi probabilitas dari jumlah hari

hujan pada bulan Desember di New Delhi.

Page 93: Hidrologi

Disimpulkan dari data historis bahwa jumlah hari hujan dalam bulan

desember tak lebih dari 7 hari dengan probabilitas sbb :

P(0) = 0.05 P(4) = 0.15

P(1) = 0.15 P(5) = 0.10

P(2) = 0.25 P(6) = 0.08

P(3) = 0.20 P(7) = 0.02

Jumlah dari probabilitas seluruh peristiwa adalah 1.

Bentuk lain dari distribusi probabilitas adalah distribusi probabilitas kumulatif,

dinyatakan dengan F(x) = P(X < x)

x P(x) F(x)0 0.05 0.051 0.15 0.22 0.25 0.453 0.2 0.654 0.15 0.85 0.1 0.96 0.08 0.987 0.02 1

0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

0.3

0 1 2 3 4 5 6 7

P(x)

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

0 1 2 3 4 5 6 7

F(x)

Page 94: Hidrologi

Distribusi kontinu

Variabel kontinu adalah variabel yang nilainya bisa berharga berapapun

dalam suatu interval yang terjadi.

Contoh Q adalah variabel kontinu, karena bisa bernilai berapapun termasuk

dalam bentuk pecahan misalnya Q = 1500.20 m3/det.

Umumnya variabel kontinu ini dianalisis dengan membuat pengelompokan

data dalam kelas dengan interval tertentu. Dihitung frekuensi absolut dalam

setiap kelas (ni) dan frekuensi relatif (ni/N).

5

8

15

18

13

8

10

5

3

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Debit tahunan rata-rata (x)

0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.6

0.7

0.8

0.9

1

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Debit tahunan rata-rata

Page 95: Hidrologi

Bila jumlah sampel (pengamatan) N semakin besar dan jarak interval masing-

masing kelas diperkecil maka akan terbentuk kurbva distribusi yang kontinu

seperti gambar berikut :

Karena frekuensi relatif identik dengan

probabilitas lebih baik bila histogram

dirubah sedemikian rupa sehingga

luas diagram pada setiap interval

meyatakan suatu probabilitas. Dengan

demikian luas total diagram sama

dengan satu.

Untuk maksud tersebut, ordinat pada

setiap interval mis n1/N dibagi dengan

lebar intervalnya.

Dengan demikian perbandingan n1/xN adalah probabilitas per satuan lebar

interval sehingga menyatakan rata-rata kerapatan probabilitas (average

density of probability).

Probabilitas n1/N dalam interval ditunjukkan pada fungsi distribusi probabilitas

kumulatif (CDF) sebagai F(x) = F(x + x/2) – F(x - x/2)

Dengan demikian dapat didefinisikan :

f(x) = F(x) / x = dF(x) / dx

f(x) disebut fungsi distribusi kerapatan (probability density function) PDF.

f(x)dx disebut differensial probability.

f(x)

F(x)

F(x)

x

PDF

CDF

Page 96: Hidrologi

Suatu fungsi f(x) disebut PDF bila dan hanya bila :

1. f(x) > 0 untuk semua x

2.

Hubungan antara CDF dan PDF :

dF(x) = f(x) dx

F(x) =

F(x) = P(X < x)

Dengan demikian :

P(a < x < b) = = F(b) – F(a)

P(X = d) = = F(d) – f(d) = 0

Dengan demikian :

P(a < x < b) = P(a < x < b) = P(a < x < b) = P(a < x < b)

F(x) = P(x < x) atau P(x < x)

Untuk distribusi diskrit :

a b

Luas total = 1

Luas = Prob(a < x < b)

PDF

Page 97: Hidrologi

P(a < x < b) =

P(x < xj) =

Momen dari distribusi

Salah satu cara yang cocok untuk mengukur lokasi dan ukuran dari suatu

bentuk distribusi probabilitas adalah dengan menghitung momen dari

distribusi tersebut.

Secara umum, momen ke r terhadap titik asal :

r’ =

Untuk distribusi diskrit :

A

dA

x

x

y

x

a bLx

f(x)

Momen pertama dari elemen dA terhadap titik asal :

d1’ = x dA

Momen seluruh kiasan :1’ = dA

Momen pertama dari suatu variabel acak dan PDF nya :

1’ = dA

d = x dA

dA = f(x) dx

sehingga :u1’ = dx

Page 98: Hidrologi

1’ =

Momen ke r terhadap rata-rata dihitung (mean) :

r = kontinu

r = kontinu, data dikelompokkan. k = jumlah kelas.

Beberapa hubungan antara r’ dan r

1 = 0

2 = 2’ – (1’)2

3 = 3’ – 3 2’ 1’ + 2 (1’)3

4 = 4’ – 4i 3’ 1’ + bi 2’ (1’)2 + 3 (1’)3

Sifat-sifat variabel

Ukuran gejala pusat :

Rata-rata hitung (arithmetic mean)

ungrouped

grouped ; k jumlah kelas interval

Rata-rata ukur (geometric mean) :

Adalah akar pangkat n dari hasil perkalian mereka.

= (x1 . x2 . x3 . x4…………..xN)1/N

Median :

Page 99: Hidrologi

Adalah nilai yang didefinisikan sebagai nilai hasil pengukuran menengah atau

nilai rata-rata aljabar dua nilai tengah. Untuk mencari median, urutkan data

dari nilai kecil ke besar atau sebaliknya, kemudian nilai tengah adakah

median.

Ukuran penyimpangan

Rentang :

Adalah selisih antara nilai variabel yang terbesar (x maks) dan nilai variabel

terkecil (x min).

R = xmaks – xmin

Variance :

Adalah momen pangkat dua terhadap nilai rata-rata.

xi = nilai variabel ke i

= nilai rata-rata hitung

n = jumlah kejadian

2 didapat didekati dari sampel sebagai S2 dimana :

S2 = ungrouped

S2 = grouped

Simpangan baku (standard deviation) :

Page 100: Hidrologi

Adalah akar pangkat-pangkat dari variance.

=

S =

S =

Koefisien variasi (coefficient of varitation)

Adalah variasi relatif dari variabel terhadap nilai rata-rata aljabar.

Cu = s/X

Ukuran ketidak simetrian : koefisien skewnees

Koefisien skewness = 3 / (2)3/2 = 3/r3

Pendekatan yang tak menyimpang dari berdasar sampel ukuran n adalah :

cs =

=

A c

Page 101: Hidrologi

A : Distribusi condong ke kanan

(right skewed) cs > 0

B : Distribusi simetris cs = 0

C : Distribusi condong ke kiri (left

skewed) cs < 0

Ukuran ketajaman : koefisien kurtosis

Ketajaman dari grafik distribusi diukur dengan kurtosis.

Koefisien kurtosis = K = 4/22

Pendekatan K berdasar sampel ukuran n adalah :

Ck =

A : Leptokrutic, lebih tajam dari

distribusi normal ck < 3

B : Normal ck = 3

C : Platykurtic, lebih datar dari

distribusi normal ck > 3

Macam-macam distribusi probabilitas

A c

A

B

C

Page 102: Hidrologi

Fungsi distribusi probabilitas dapat berbentuk :

- Kontinu, atau

- Diskrit

Distribusi probabilitas kontinu antara lain :

- Distribusi normal

- Distribusi log normal

2 parameter

3 parameter

- Distribusi Pearson tipe III

- Distribusi log Pearson tipe III

- Distribusi Gumbel

Distribusi probabilitas diskrit antara lain :

- Distribusi binomial

- Distribusi poisson

Distribusi probabilitas diskrit :

Distribusi Binomial :

Distribusi (sebaran) ini digunakan untuk variabel diskret yang mempunyai 2

kemungkinan : terjadi (ya) atau tidak terjadi (tidak), misalnya untuk

menentukan hari hujan atau tidak hujan.

Rumus distribusi binomial :

Page 103: Hidrologi

P(X = x) =

Dimana :

P(X = x) : probabilitas terjadinya x dalam n observasi

P : probabilitas terjadinya 1 kejadian x

(1 – p) : probabilitas kegagalan (tak terjadi)

X : variabel

X : kejadian yang diharapkan

n : jumlah kejadian

Distribusi Poisson :

Bila jumlah kejadian n dalam distribusi binomial besar menuju tak hingga,

sedangkan p kecil menuju 0 dengan hasil kali n.p konstan = maka distribusi

X mengikuti distribusi Poisson sbb :

P(X = x) =

P(X = x) = probabilias terjadinya X = x dalam n observasi

x = kejadian yang diharapkan

= rata-rata hitung (mean) dari distribusi Poisson

n = Jumlah kejadian

Paremeter statistik distribusi Poisson :

Rata-rata hitung (mean) =

Variance =

Koefisien sekwen cs = 1/1/2

Distribusi Poisson dapat dipakai pada kejadian berikut :

Page 104: Hidrologi

1. Menentukan probabilitas kekeringan pada suatu periode.

2. Menentukan probabilitas hari hujan pada lokasi tertentu.

3. Menentukan probabilitas banjir yang jarang terjadi mis : 100 tahunan.

4. Menentukan probabilitas bahwa suatu bendungan kosong dalam 1

tahun selama jangka waktu tertentu.

Distribusi probabilitas kontinu

Distribusi normal :

Distribusi normal juga dikenal sebagai distribusi gaussian adalah distribusi

simetris berbentuk seperti genta.

Persamaan PDF distribusi normal :

f(x) =

dimana :

f(x) = PDF distribusi normal

x = variabel anak kontinu

= nilai rata-rata hitung variabel x dari populasi

= simpangan baku variabel x dari populasi

Parameter dari distribusi normal adalah dan yang dapat didekati dengan

dan s dari sampel.

Persamaan CDF distribusi normal :

Page 105: Hidrologi

F(x) =

Sayang persamaan F(x) tidak dapat diselesaikan secara analitis sehingga

diperlukan metode pendekatan untuk integrasi dengan transformasi linier sbb:

t = sehingga dt = dx/ atau dx = dt

Batas-batas integral :

x = - t = -

x = t =

x = xp t = = tp

Dengan transormasi di atas variabel acak t mempunyai = 0 dan = 1

Persamaan PDF menjadi : f(t) =

Persamaan CDF menjadi : F(t) =

Luas daerah di bawah lengkung distribusi normal standar ditabelkan pada

tabel.

Ciri-ciri distribusi normal :

1. Mempunyai 2 parameter : dan

Page 106: Hidrologi

2. cs = 0, ck = 3

3. Semua harga pengamatan mengelompok simetris di sekitar harga rata-

ratanya

4. Jumlah seluruh kejadian ialah luas antara sumbu x & lengkungnya = 1

5. Probabilitas bahwa angka-angka pengamatan terletak antara :

Lengkung probabilitas kumulatif berbentuk s.

Ordinat menyatakan : penjumlahan dari besarnya probabilitas-probabilitas.

timbulnya unsur-unsur di sebelah kiri ordinat yang bersangkutan

menunjukkan probabilitas untuk variabel bebas berharga < suatu harga

tertentu : P(X < x) disebut duration curve.

f(x)

68.27%

95.45%

99.73%

Page 107: Hidrologi