diktat hidrologi

27
Diktat HIDROLOGI Oleh PROF. Dr. Ir. H. WATENO OETOMO, MM DIGUNAKAN UNTUK KALANGAN SENDIRI

Upload: lucky

Post on 25-Dec-2015

48 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Hidrologi Materi

TRANSCRIPT

Page 1: Diktat Hidrologi

Diktat

HIDROLOGI

Oleh

PROF. Dr. Ir. H. WATENO OETOMO, MM

DIGUNAKAN UNTUK KALANGAN SENDIRI

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

Page 2: Diktat Hidrologi

Surabaya, September 2008

Daftar dan Jadual Kuliah Mekanika Tanah IFakultas Teknik Program studi Teknik Sipil

Minggu ke

JudulSilabi

SubjudulSilabi

Keterangan

1 2 3 4I PENDAHULUAN Arti dan ilmu yang menunjang, jumlah air hidrologi

Siklus dan penggunaan hidrologiII PRESIPITASI Bentuk, angka, definisi presipitasi

Proses data curah hujanIII EVAPORASI DAN EVAPROTANSI Faktor meteorologi , transpirasi

Pengukuran evaporasi dan evapotranspirasiIV Cara menaksir besar evaporasi

Uraian rumus empirisV INFILTRASI DAN PERKOLASI Definisi, profil lengas tanah dan pengertian praktis

Factor yang berpengaruh dan variasi daya infiltrasiPengukuran daya infiltrasi

VI UNSUR-2 ALIRAN SUNGAI Definisi dan lengkung masaLengkung pengosongan dan analisa proses limpasan

VII Cara rational Pengukuran debit sungai

VIII HIDROGRAF BANJIR Definisi, teori klasik dan matematical expressionHidrograf satuan sintetik

UTSVIII PENELUSURAN BANJIR Cara penelusuran dan penelusuran lewat palung

Penelusuran lewat banjirIX STATISTIK DLM HIDROLOGI Definisi variable, data dan analisa frekuensi

Parameter, disperse dan asimetriProbabilitas dan distribusi

X AIR TANAH Definisi dan terjadinya air tanahGerakan air tanah

XI Hidrolika air tanahHidrograf air tanah

XII HIDROLOGI DAERAH PANTAI Umum dan analisa intrusi air asinInfrusi air laut kedalam akuifer, pengolahan air

XIII EROSI DAN SEDIMENTASI Definisi dan erosiSedimentasi dan pengolahan daerah pengaliran

XIV MODEL HIDROLOGI MATEMATIK Umum dan model deterministik linierModel deterministik non linier

EASDosen Pengampu

Dr. Ir. Wateno Oetomo, MM

Hidrologi 1

Page 3: Diktat Hidrologi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Arti dan ilmu yang menunjang, jumlah air hidrologi

o Hidrologi adalah suatu ilmu yang menjelaskan tentang keberadaan air dan gerakan air dialam

yang meliputi berbagai bentuk air, perubahan air (cair, padat dan gas dalam atmosfir), baik

diatas dan dibawah permukaan tanah, air laut dan sebagainya.

o Dalam ilmu bangunan air seperti pengaturan air, pembuatan waduk, dan saluran air serta

elevasi air sungai untuk perencanaan jembatan, maka diperlukan pemanfaatan air dan

pengendalian air tersebut.

o Hidrologi tidak sepenuhnya merupakan ilmu pasti, tetapi ilmu yang memerlukan interpretasi

dimana hasil pengujian dan pengamatan dalam hidrologi dibatasi besar kecilnya peristiwa

alam yang terjadi.

o Syarat-syarat utama yang diperlukan adalah data pengamatan dalam semua aspek persipitasi

(dalam bentuk hujan), limpasan (run off), debit sungai, infiltrasi (perembesan), perkolasi

(penyaringan), evaporasi (penguapan), dan lain-lain.

o Dari data tersebut yang ditunjang dengan pengalaman ilmu yang berhubungan dengan

hidrologi, maka diharapkan akan mampu menyelesaian permasalahan yang menyangkut

keperluan dan penggunaan air dalam bangunan air.

o Air yang berada diplanet bumi termasuk dibawah permukaan tanah adalah sebanyak sekitar

1.400 x 10 km dan dari jumlah tersebut terdapat 97% air asin dari air laut dan 3% air tawar

dari sungai dan danau.

o Dari prosentase tersebut terlihat bahwa jumlah air tawar yang segera digunakan oleh umat

manusia baik di danau, sungai terutama sebagian besar dibawah permukaan tanah relatif

terbatas dibandingkan air asin sehingga diperlukan pemanfaatan yang sebaik-baiknya

o Adapun pembaguan air tawar yang hanya 3% tersebut berada pada daerah kutub, dibawah

permukaan tanah, terdapat didaratan, terdapat diudara dan perinciannya adalah sebagaimana

Tabel berikut. Tabel 1.1. Keberadaan air.

Hidrologi 2

Page 4: Diktat Hidrologi

Tabel 1.1. Keberadaan air.

75%

24%

0,3%

0,065%

0,035%

0,03%

Terdapat dikutub berupa salju, es, gletser

Terdapat didalam tanah berupa air tanah

Terdapat didanau dan sungai yang tersebar dibeberapa benua

Terdidaerah tak jenuh, sebagai butir-butir atau lengas tanah

Terdapat diarmosfir, berupa awan, embun, hujan

Terdapat diawang-awang sampai tanah berupa hujan

1.2. Siklus dan penggunaan hidrologi

o Siklus hidrologi merupakan gerakan air dari air laut (air tawar juga) ke udara yang kemudian

jatuh ke permukaan tanah sebagai hujan atau dalam bentuk persipitasi lain, yang pada

akhirnya mengalir ke laut lagi. Adapun susunan siklus tersebut adalah sebagai berikut:

(1). Siklus pendek dimana siklus tersebut merupakan siklus terjadinya keseragaman waktu

yang diperlukan, seperti jatuhnya hujan langsung ke laut, hujan yang jatuh ke danau atau

jatuh ke sungai yang langsung mengalir ke laut.

(2). Siklus panjang dimana siklus tersebut merupakan siklus panjang yaitu tidak seragamnya

waktu yang diperlukan, pada suatu siklus. Pada musim kemarau tampaknya siklus terhenti

sedangkan dimusim hujan berjalan kembali.

(3). Siklus yang tidak tetap, dimana intensitas dan frekuensi tergantung pada keadaan,

geografi dan iklim, dimana merupakan akibat adanya letak matahari yang berubah-ubah

letaknya sepanjang tahun.

(4). Siklus yang sulit dideteksi akibat berbagai siklus yang sangat kompleks, sehingga hanya

dapat diamati pada bagian akhirnya saja, seperti jatuhnya hujan yang dengan caranya

untuk dapat mengalir kembali ke laut. Pada Gambar 1.1. Siklus hidrologi.

Hidrologi 3

Page 5: Diktat Hidrologi

Gambar 1.1. Siklus hidrologi

o Air laut menguap karena adanya radiasi matahari dan awan yang terjadi adanya uap air,

bergerak diatas daratan berhubung didesak oleh angin kemudian terjadi karena adanya

persipitasi.

o Persipitasi terjadi adanya tabrakan antara butir-butir uap air akibat desakan angin yang dapat

berbentuk hujan atau salju yang jatuh ke tanah membentuk limpasan (run off) yang mengalir

kembali kelaut.

o Beberapa diantaranya masuk lagi kedalam tanah yang disebut dengan infiltrasi dan kemusian

bergerak terus kebawah (perkolasi) kedalam daerah jenuh yang terdapat dibawah permukaan

air tanah.

o Air dalam daerah tersebut bergerak perlahan-lahan melewati akuifer masuk ke sungai atau

masuk tangkapan air yang ada didaratan ke danau kadang-kadang bisa dan akhirnya masuk

ke laut.

o Air yang merembes kedalam tanah (infiltrasi) memberi kehidupan tumbuh-tumbuhan dan

beberapa diantaranya naik keatas melewati akar-akar pohon dan termasuk batangnya, terjadi

transpirasi yaitu evaporasi (penguapan lewat tumbuh-tumbuhan melalui bagian bawah daun.

o Air yang berada dipermukaan tanah sebagian diuapkan dan sebagian besar mengalir ke

sungai kecil dan mengalir sebagai limpasan permukaan (surface runoff) kedalam sungai besar

atau induk sungai.

o Pada permukaan sungai dan permukaan danau juga mengalami penguapan (evaporasi)

sehingga masih ada air yang dipindahkan menjadi uap. Akhirnya sisa air yang tidak atau

diuapkan akan kembali ke laut lewat sungai yang besar.

o Pergerakan air tanah lebih lambat dibandingkan dengan pergerakan air lainnya baik yang

mengalir ke palung sungai atau yang langsung ke laut. Dengan demikian maka siklus air akan

berulang-ulang sepanjang masa.

o Terdapat 4 (empat) macam proses dalam daur hidrologi yang perlu dipahami yaitu:

persipitasi, evaporasi, infiltrasi, limpasan permukaan (surface runoff), dan limpasan air tanah

(subsurface runoff).

Hidrologi 4

Page 6: Diktat Hidrologi

o Ahli hidrologi harus mengintepretasikan data yang tersedia untuk suatu studi, ahli hidrologi

juga harus dapat meramalkan besaran debit maksimum (banjir) atau debit minimum, dan

memilih debit mana yang paling mungkin terjadi agar dapat dipakai sebagai suatu

perencanaan banjir (design flood) untuk merencanakan bangunan air.

o Dalam prakteknya perencana dalam membangun bangunan air, seperti bendungan drainasi,

dan sejenisnya, tidak dapat mengabaikan hidrologi sebagai alat penganalisis jumlah air untuk

maksud tersebut diatas.

o Untuk sebuah perencanaan volume air dalam bendungan, kebutuhan air minum, dan

perencanaan penggunaan serta pemanfaatan air lainnya maka yang harus diperhatikan adalah

sebagai berikut:

(1) berapa besar curah hujan yang jatuh dalam daerah pengaliran (run off) dari sumber

tersebut,

(2) berapa lama musim kemarau dan berapa waduk yang diperlukan untuk meratakan

fluktuasi aliran,

(3) berapa besar kehilangan air dari curah hujan yang terjadi akibat adanya evaporasi dan

transpirasi ,

(4) bangunan-bangunan mana yang lebih baik pembuatan sumur-sumur penyedotan atau

membuat waduk,

(5). seberapa besar upaya untuk mencegah terjadinya banjir yang pasti terjadi didaerah

dataran rendah seperti diperkotaan,

(5) berapa besar permeabilitas air yang mampu mengalirkan air dalam atau dibawah

permukaan tanah.

o Pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak akan terhenti sampai disitu selanjutnya harus dicarikan

jawabannya dari pertanyaan-pertanyaan tersebut,

(1) seberapa besarkah kapasitas bangunan pelimpahnya (spillway) dalam bendungan

tersebut,

(2) seberapa besarkah besarnya pipa-pipa air yang digunakan untuk menyalurkan air

pelimpahan,

(3) seberapa dan apakah ada manfaatnya apabila diadakan penghutanan kembali didaerah

pengaliran sumber.

Hidrologi 5

Page 7: Diktat Hidrologi

o Diharapkan seorang ahli hidrologi dapat memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan

yang timbul tersebut diatas, karena bagaimanapun jawaban dari pertanyaan tersebut akan

digunakan sebagai bahan perencanaan selanjutnya.

BAB II

PRESIPITASI

2.1. Bentuk, angka, definisi presipitasi

o Beberapa presipitasi terjadi adalah akibat adanya pengaruh hujan embun, kondensasi serta

kabut yang diterjadi dipagi hari:

(1). Hujan merupakan bentuk presipitasi yang paling penting dan paling besar dalam ilmu

hidrologi. Utamanya di daerah yang mengalami 2 (dua) musim maka peranan hujan

adalah yang paling menonjol.

(2) Embun merupakan kondensasi dipermukaan tanah atau tumbuh-tumbuhan dan kondendasi

dalam tanah, kondensasi dalam tanah tersebut hanya terjadi sangat kecil, dan air yang

mengembun malam hari akan menguap dipagi hari kemudian berguna untuk tanaman,

siklus ini tidak terlalu penting karena jumlah air tidak besar dan penguapannya pun kecil.

(3) Kondensasi diatas lapisan es terjadi apabila terjadi ada masa udara panas yang bergerak

diatas lapisan es tersebut, dan ini hanya terjadi pada daerah yang mengalami 4 (empat)

musim.

(4) Kabut terjadi akibat udara dingin kemudian partikel air tersebut diendapkan diatas

permukaan tanah dan tumbuh-tumbuhan; kabut beku adalah merupakan endapan beku

dari kabut. Kabut penting bagi hutan karena dapat menimbulkan hajan ditengah hutan.

(5) Salju dan es merupakan presipitasi terbesar dalam daerah 4 musim. Besarnya presipitasi

pada setiap tempat satu sama lain tidak sama, yang besarnya berubah-ubah. Dari hasil

penelitian besarnya presipitasi setiap tahun adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1. Presipitasi per tahun

Daerah Mm/tahun

Lereng gunung Slamet (Jateng) 4.000Hidrologi 6

Page 8: Diktat Hidrologi

Malang (Jatim)

Singapura

Belanda

Athena

2.000

2.320

750

380

Sumber: Sumarto1987

o Seperti telah diungkapkan bahwa salah satu presipitasi adalah hujan, merupakan presipitasi

yang terpenting didaerah tropis dan khususnya di Indonesia. Oleh karenanya presipitasi lebih

banyak bersumber pada hujan saja.

o Ada 5 unsur yang harus ditinjau dan diperhatikan dalam pengamatan curah hujan antara lain

adalah:

(1) intensitas (intensity) i, adalah laju hujan = tinggi air per satuan waktu (mm/detik,

mm/hari),

(2) lama waktu (time duration) t, adalah lamanya curah hujan dalam menit atau jam dalam

satu hari,

(3) tinggi hujan d, adalah jumlah atau banyaknya hujan yang dinyatakan dalam ketebalan air

diatas permukaan datar (mm),

(4) frekuensi T, adalah terjadinya kejadian yang dinyatakan dalam waktu ulang (return

period) (sekali dalam T tahun),

(5) Luas (area) A, adalah luas wilayah yang terjadi hujan. Hubungan antara tinggi hujan,

intensitas dan durasi, dinyatakan dalam persamaan berikut:

intensitas rata-rata adalah

dimana d = durasi hujan

t = tinggi hujan

i = intensitas hujan

Hidrologi 7

Page 9: Diktat Hidrologi

Gambar 2.1. Hubungan antara i dan t (lengkung intensitas)

Gambar 2.2. Hubungan antara d dan t (lengkung masa)

2.2. Pengukuran Curah Hujan

o Dalam praktek dikenal 2 (dua) macam alat untuk mengukur curah hujan yaitu penakar hujan

dan pencatat hujan.

1. Penakar hujan

(a). Alat penakar hujan biasa

o Terdiri atas corong dan penampung yang diletakkan pada ketinggian tertentu. Masing-masing

negara mempunyai standar dalam menentukan luas permukaan corong A , 2 dm², 4 dm², di

Amerika dia 8”.

o Banyak penangkapan akan berkurang dengan bertambahnya tinggi h, semakin tinggi h

semakin kurang besarnya curah hujan yang masuk kedalam corong, hal ini karena pengaruh

turbulensi angin. Gambar 2.3. Alat penakar hujan biasa. Tabel 2.1. Tinggi penangkapan dan

prosentase penangkapan.

Hidrologi 8

Page 10: Diktat Hidrologi

Gambar 2.3. Alat penakar hujan biasa.

Tabel 2.1. Tinggi penangkapan dan prosentase penangkapan

Tinggi penangkapan h (m) Prosentase penangkapan (%)

1,50 84 - 96

0,40 93 - 97

0,00 100

Alat air hujan yang terkumpul dalam penampung diukur de3ngan gelas pengukur, misalnya

volume air hujan yang terkumpul dalam penampung selama 24 jam sebesar V liter, maka tinggi

hujan d dapat dihitung dengan rumus:

(b). Alat penakar hujan rata tanah

o Dari alat penakar hujan biasa didapat bahwa yang pada kenyataannya bahwa, makin kecil h

makin kecil pula pengaruh turbulensi angin terhadap penangkapan hujan oleh alat penakat

hujan.

o Atas kenyataan ini maka sedemikian rupa sehingga dibuat alat penakar hujan yang tidak

banyak terkena pengaruh angin berupa alat penakar hujan yang rata tanah. Gambar 2.4. Alat

penakar rata tanah.

Hidrologi 9

Page 11: Diktat Hidrologi

Gambar 2.4. Alat penakar hujan rata tanah

Sekitar dan disekeliling pada alat penakar hujan rata tanah tersebut diberi grill (sarangan),

dan brush (saringan) dimana:

o grill adalah sarangan yang terbuat dari logam yang digunakan untuk mencegah tumbuhnya

rumput atau tanaman penganggu.

o Brush adalah saringan yang berupa lapisan lunak yang terdiri dari pasir dan sintel (berupa

sisa bubukan pembakaran batu bara), digunakan untuk menahan percikan air agar tidak

masuk ke dalam penakar.

o Luas permukaan corong penakar A dibuat dengan luas yang sama dengan luas permukaan

corong biasa dengan maksud mempunyai daya tampung yang sama, sedangkan jenis ini lebih

baik daripada alat penakar hujan biasa.

(c). Alat penakar hujan Inggris

o Dari alat penakar hujan Inggris tersebut bentuknya merupakan kombinasi antara alat penakar

hujan biasa dengan alat penakar rata tanah. Penangkapannya lebih baik dibandingkan dengan

penakar biasa, tetapi masih ada pengaruh turbulensi. Gambar 2.5. Alat penakar Inggris.

(d). Alat penakar Interim Reference Preciptation Gauge (IRPG)

o Alat penakar jenis ini dilengkapi dengan perisai Nipher, yang terbuat dari logam yang

digantung mengelilingi alat penakar. Alat penakar tersebut mempunyai ketinggian h = 1,00 m

dan luas penampang A = 128 cm².

o Alat penakar ini atas usulan Badan Meteorologi SeDunia (WMO) untuk digunakan sebagai

penelitian. Hasil penangkapan 6,4 % lebih kecil dari alat penakar rata tanah. Perisai Nipher

digunakan untuk mengurangi pengaruh turbulensi angin. Gambar 2.6. Alat Penakar (IRPG).

Hidrologi 10

Page 12: Diktat Hidrologi

Gambar 2.5. Alat penakar Inggris.

Gambar 2.6. Alat Penakar (IRPG).

2. Pencatat hujan

Pencacat hujan (recording gauge), dibuat sedemikian rupa sehingga dapat bekerja secara

otomatis. Dengan alat pencatata tersebut dimungkinkan pencatatan untuk setiap saat , sehingga

intensitas hujan tertentu dapat diketahui. Alat yang telah diproduksi dipasaran antara lain:

(1). Alat pencatat hujan jungkit (tipping bucket).

Bucket alat pencatat tersebut terdiri dari 2 (dua) ruang yang kemudian diatur sedemikian

rupa sehingga pola kerjanya adalah: Gambar 2.6. Alat pencatat hujan jungkit (tipping bucket).

o Apabila yang satu terisi maka kemudian menjungkit tumpah kemudian kosong,

o Lalu menyebabkan ruang lain berada akan untuk siap diisi oleh corong.

o Setiap jungkit menunjukkan suatu tinggi hujan (d),

o pencatatannya secara otomatis dan bertahap.

Gambar 2.6. Alat pencatat hujan jungkit (tipping bucket).

(2). Alat pencatat hujan pelampung.

Hidrologi 11

Page 13: Diktat Hidrologi

Alat pencatat hujan ini terdiri dari 2 (dua) corong yang berdampingan, dan cara kerjanya

ialah sebagaimana pada gambar. Gambar 2.7. Alat pencatat hujan pelampung.

o Air hujan yang tertangkap pada corong 1 tercurah kedalam penampung 2.

o Dengan terisinya penampung 2 maka pelampung 3 akan terangkat,

o Pelampung 3 dihubungkan dengan alat pencacat yang dapat membuat grafik pada drum

pencatat 4 yang diputar dengan pertolongan pegas jam.

o Apabila pencatatannya mencapai ketinggian 10 mm , air dalam penampung akan tersedot

keluar oleh siphon 5, sehingga penampung menjadi kosong yang sekaligus membawa lat

penulis turun ke posisi nol.

o Hasil pencatatan seperti pada gambar Gambar 2.8. Hasil pencatatan.

Gambar 2.7. Alat pencatat hujan pelampung

Dengan cara ini kertas pencatat yang dililitkan pada drum pencatat dapat diganti setiap

minggu, atau setiap bulan tergantung pada tipe alat pencatat apakah untuk mingguan atau untuk

bulanan.

o Dari hasil ini dapat dibuat lengkung masa seperti terlihat pada gambar berikut. Gambar 2.9.

Lengkung masa.

Gambar 2.8. Hasil pencatatan

Hidrologi 12

Page 14: Diktat Hidrologi

Gambar 2.9. Lengkung Masa

2.3. Frekuensi Penakaran

Frequensi penakaran atau penakaran curah hujan adalah proses melakukan penakaran

terhadap hasil curah hujan yang ada dilapangan melalui alat pencatat dan alat penakar

(pengukuran curah hujan), dapat dilakukan sebanyak:

o Sekali dalam sehari, semisal pada setiap jam 7 atau jam 8 pagi (dan pada umumnya pada jam

tersebut), maka banyaknya penangkapan air hujan yang tertampung diukur dengan gelas

pengukur.

o Sekali dalam seminggu atau satu bulan (pada umumnya yang digunakan untuk melakukan

pencatatan tersebut, dilakukan dengan alat pencacat otomatis, dengan setiap kali mengganti

kertasnya.

o Meskipun hanya dilakukan sekali dalam seminggu atau sebulan dari hasil pencatatannya

dapat dibaca tinggi hujan setiap saat.

o Apabila alat pencacat berupa punched tape yang dihubungakan dengan komputer disuatu

pusat komputer, maka dalam selang waktu pendek data curah hujan dapat disimpan dalam

memori komputer.

2.4. Proses data curah hujan

1. Menentukan curah hujan areal

o Melakukan penakaran dan pencacatan seperti telah diuraikan , hanya didapatkan curah hujan

disuatu titik tertentu (point raifall)

o Apabila dalam suatu areal terdapat beberapa alat penakar atau pencacat curah hujan, maka

untuk mendapatkan harga curah hujan areal adalah dengan mengambil harga rata-ratanya.

Hidrologi 13

Page 15: Diktat Hidrologi

o Ada 3 cara yang yang berbeda dalam menentukan tinggi curah hujan rata-rata diatas areal

tertentu dari angka-angka curah hujan di beberapa titik pos penakar atau pencacat yaitu:

(1). Cara tinggi rata-rata.

o Tinggi rata-rata curah hujan didapatkan dengan mengambil harga rata rata hitung (arithmatic

mean) dari penakaran pada penakar hujan dalam areal tersebut:

= tingi curah hujan rata-rata areal

tinggi curah hujan pada pos penakar 1,2,3.

= banyaknya pos penakar

o Cara ini dapat memberikan hasil yang dapat dipercaya asalkan pos-pos penakarnya terbagi

merata di areal tersebut.

o Hasil penakaran masing-masing pos penakar tidak menyimpang jauh dari harga rata-rata

seluruh pos penakar.

(2). Cara polygon Thiesen

o Cara ini didasarkan atas rata-rata timbang (weighted average), dimana masing-masing

penakar mempunyai daerah pengaruh yang dibentuk dengan menggambar sumbu tegak lurus.

o Garis sumbu tegak lurus tersebut adalah yang menghubungkan antara dua pos penakar .

Gambar 2.10. Polygon Thiesen

o Misal A1 adalah luas daerah pengaruh pos penakar 1, A2 adalah luas daerah pengaruh pos 2

dan seterusnya , sehingga A1 + A2 + A3 + ..............An = A adalah merupakan jumlah luas

seluruh areal yang dicari tinggi curah hujannya.

o Jika pos penakar 1 menakar tinggi hujan d1, pos penakar 2 menakar d2 dan seterusnya hingga

pos ke n menaka dn, maka:

yang merupakan prosentase luas, maka

Hidrologi 14

Page 16: Diktat Hidrologi

A = luas areal

d = tinggi curah hujan rata-rata awal

d1, d2, d3,......dn = tinggi curah hujan 1, 2, 3,....n

A1 , A2, A3, .....An = luas daerah pengaruh pos, 1, 2, 3...n

= jumlah prosentase luas

o Hasil p[erhitungan dengan rumus 2.5 lebih teliti dibandingkan dengan cara yang dihitung

rata-rata hitung berdasarkan rumus 2.4.

Gambar 2.10. Polygon Thiesen

(3). Cara Isohyet

o Contour harus digambar dulu berdasarkan tinggi hujan yang sama, (isohyet), seperti pada

Gambar 2.11. Isohyet

o Kemudian luas bagian diantara isohyet-isohyet berdekatan diukur, dan harga rata-ratanya

dihitung sebagai harga rata-rata timbang dari nilai contour, seperti berikut ini:

Hidrologi 15

Page 17: Diktat Hidrologi

A = luas areal

D = tinggi curah hujan rata-rata areal

D0, d1, d2, .....dn = tinggi curah pada isohyet 0, 1, 2...n

A1, A2, ....An = luas bagian awal yang dibatasi oleh isohyet-isohyet yang bersangkautan

o Pada waktu menggambar garis garis isohyet, sebaiknya meninjaupengaruh bukit, atau gunung

terhadap distribusi hujan (hujan orografik.

Gambar 2.11. Isohyet

2.5. Interpolasi dan trend

(1). Menambah hasil pencatatan penakar hujan

o Misal A dan B merupakan pencacat hujan sehingga dapat mencacat tinggi hujan setiap saat,

pada titik tersebut oleh karenanya lengkung masa dari haujan pada penakar tersebut dapat

dibuat. Gambar 2. 12. Pencatat hujan interpolasi.

o C penakar biasa (non recording gauge), yang menghasilkan tinggi hujan dc dalam 1 hari, jika

distribusi hujan di C dianggap sama dengan distribusi hujan di pos penakar yang berdekatan,

maka lengkung C dapat diinterpolasikan (ekstrapolasi), dengan lengkung masa Adan B.

o

Hidrologi 16

Page 18: Diktat Hidrologi

BAB III

EVAPORASI DAN EVAPROTRANPIRASI

3.1. Faktor meteorologi , transpirasi

3.2. Pengukuran evaporasi dan evapotranspirasi

3.3. Cara menaksir besar evaporasi

3.4. Uraian rumus empiris

BAB IV

INFILTRASI DAN PERKOLASI

4.1. Definisi, profil lengas tanah dan pengertian praktis

4.2. Factor yang berpengaruh dan variasi daya infiltrasi

4.3. Pengukuran daya infiltrasi

BAB V

UNSUR-2 ALIRAN SUNGAI

5.1. Definisi dan lengkung masa

5.2. Lengkung pengosongan dan analisa proses limpasan

5.3. Cara rational

5.4. Pengukuran debit sungai

BAB VI

HIDROGRAF BANJIR

6.1. Definisi, teori klasik dan matematical expression6.2. Hidrograf satuan sintetik

BAB VII

PENELUSURAN BANJIR

7.1. Cara penelusuran dan penelusuran lewat palung

Hidrologi 17

Page 19: Diktat Hidrologi

7.2. Penelusuran lewat banjir

BAB VIII

STATISTIK DLM HIDROLOGI

8.1. Definisi variable, data dan analisa frekuensi

8.2. Parameter, disperse dan asimetri

8.3. Probabilitas dan distribusi

BAB IX

AIR TANAH

9.1. Definisi dan terjadinya air tanah

9.2. Gerakan air tanah

9.3. Hidrolika air tanah

9.4. Hidrograf air tanah

BAB X

HIDROLOGI DAERAH PANTAI

10.1 Umum

10.2. dan analisa intrusi air asin

10.3. Infrusi air laut kedalam akuifer

10.4. Pengolahan air

BAB XI

EROSI DAN SEDIMENTASI

11.1. Definisi dan erosi

11.2. Sedimentasi dan pengolahan daerah pengaliran

Hidrologi 18

Page 20: Diktat Hidrologi

BAB XII

MODEL HIDROLOGI MATEMATIK

12.1. Umum dan model deterministik linier

12.2. Model deterministik non linier

Hidrologi 19