hid rome tri

33
VI HIDROMETRI VI.1 Pengertian Umum Hidmmetri adalah cabang ilmu (kegiatan) ~engukuran air atau pengumpulan data dasar bagi analisis hidrologi. Dalam pengertian sehari-hari diartikan scbagai kegiatan untuk mengumpulkan data mcngcrlai sungai, baik yang menyangkut tentang ketinggian muka air maupun debit sungai scrta sedimentasi atau unsur aliran lain. Informasi yang terukur mencakup perubahan (vnrintionj waktu aan ruang. Oleh sebab itu, maka data sungai yang panjang dan mcnerus di bcberapa tcmpat di sepanjang sungai sangat diperlukan. Disebabkan olch banyak ha1 yang bersifat tcknis maupun nonteknis, maka pengukuran sungai di setasiun pengukuran (setasiun hidrometri) tidak dapat dilakukan tidak terbatas. Oleh sebab itu, harus dipilih tempat-tempat yang dianggap penting untuk diamati. Hal ini sangat mc- rugikan bila dipandang dari kebutuhan data di masa yang akan datang. Apabila suatu tempat/daerah akan dikcmbangkan, scdangkan di tcmpat itu sarna sckali tidak tersedia data, umumnya akan menimbulkan kcsulitan di kemudian hari. Hal ini akan dibahas dalam bab lain. Di setiap setasiun hidronietri paling tidak pcrlu ditetapkan hubungan antara tinggi muka air dengan debit (liku kalibrasi, rnting curve). Untuk kepentingan yang bersifat lebih khusus, dapat diperlukan hubungan antara unsur-unsur aliran lainnya. Untuk kepentingan ini maka kcgiatan pengukuran harus mencakup : I. penetapan lokasi setasiun scsuai densan keadaan tcmpat, sifat DAS, dan data optimum yang diharapkan (neh~1ar.k dcsign), 2. cara-cara dan peralatan yang digunakan dalarn kegiatan pcngukuran, baik tinggi mu& air maupun debit, 3. perhitungar? kesalahan, 4. analisis, 5. pcnetapan hubungan antara tinggi muka air dan debit, atau unsur lainya. Pemilihan lokasi setasiun hidrometri perlu mcmperhatikan hal-ha1 berikut ini I. Kondisi setempat, ketelitian, dan stabilitas. a. Ketersediaan kontrol yang memadai. b. Dapat didatangi setiap saat dan setiap keadaan.

Upload: afriyanizulyanti

Post on 24-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hidrometri bahan kuliah

TRANSCRIPT

VI HIDROMETRI

VI.1 Pengertian Umum

Hidmmetr i adalah cabang ilmu (kegiatan) ~ e n g u k u r a n air atau pengumpulan data dasar bagi analisis hidrologi. Dalam pengertian sehari-hari diartikan scbagai kegiatan un tuk mengumpulkan data mcngcrlai sungai, baik yang menyangkut tentang ketinggian muka air maupun debit sungai scrta sedimentasi a tau unsur aliran lain.

Informasi yang terukur mencakup perubahan (vnrintionj waktu a a n ruang. Oleh sebab itu, maka da ta sungai yang panjang d a n mcnerus di bcberapa tcmpat di sepanjang sungai sangat diperlukan. Disebabkan olch banyak ha1 yang bersifat tcknis maupun nonteknis, maka pengukuran sungai di setasiun pengukuran (setasiun hidrometri) t idak dapa t dilakukan tidak terbatas. Oleh sebab itu, harus dipilih tempat-tempat yang dianggap penting un tuk diamati. Hal ini sangat mc- rugikan bila d ipandang dari kebutuhan data di masa yang akan datang. Apabila suatu tempat /daerah akan dikcmbangkan, scdangkan di tcmpat itu sarna sckali tidak tersedia data, umumnya akan menimbulkan kcsulitan d i kemudian hari. Hal ini akan dibahas dalam bab lain. Di setiap setasiun hidronietri paling tidak pcrlu ditetapkan hubungan antara tinggi muka air dengan debit (liku kalibrasi, rnting curve). Untuk kepentingan yang bersifat lebih khusus, dapa t diper lukan hubungan antara unsur-unsur aliran lainnya.

Untuk kepentingan ini maka kcgiatan pengukuran harus mencakup :

I . penetapan lokasi setasiun scsuai densan keadaan tcmpat, sifat DAS, d a n da ta op t imum yang diharapkan (neh~1ar.k dcsign),

2. cara-cara d a n peralatan yang digunakan dalarn kegiatan pcngukuran, baik tinggi mu& air maupun debit,

3. perhitungar? kesalahan, 4. analisis, 5. pcnetapan hubungan antara tinggi muka air d a n debit, atau unsur lainya.

Pemilihan lokasi setasiun hidrometri perlu mcmperhatikan hal-ha1 berikut ini

I . Kondisi setempat, ketelitian, dan stabilitas. a . Ketersediaan kontrol yang memadai. b . Dapat didatangi setiap saat dan setiap keadaan.

dengan mencari data dar i setasiun hidrometri primer. Sctasitin khusus pada u m u m n y a hanya dipcrgunakan un tuk kepcntingan suatu pckerjaan tcrtentu, misalnya u n t u k p ~ l a ~ a n a a n suatu proyek. Data setasiun ini d a p a t rnerupakan da ta kontrol bagi data yang telah a d a a taupun sebagai data pokok apabila tidak tersedia data d i lokasi tersebut. Pada umumnya, setasiun yang dcmikian d a p a t dit inggalkan setelah pekerjaan sclesai, atau juga dapa t dioperasikan terus sebagai sarana pengontrol.

Seperti halnya jaringan pengu kuran hujan, maka kerapatan jaringan hidrcj- metri ini juga sanga t ditentukan olch beberapa faktor nontckni.; di antaranya:

1. ketersediaan dana, 2. keterscdiaan tenaga teknis yang sesuai, 3. komunikasi, serta juga beberapa faktor teknis scperti, 4. keseragaman sifat DAS, 5. kelangkaan air, 6. beberapa faktor lain seperti politik, ekonomi, sosial, pertahanan, d a n kc-

amanan .

Apabila d i da lam percncanaan kcrapatan jaringan hidrometri dalani sua tu DAS mengalami kesulitan maka pedoman yang dikcluarkan cdeh W M O d a p a t d i - p c r ~ u n a k a n scbagai ancer-anccr. Di Indonesia misalnya (atau dacrah tropis pada u m u m n y a ) disarankan kerapatan 1 setasiun tiap 300-1000 kmi.

VI.2 Peralatan d a n Sarana

Dalam kcgiatar? hidrometri, tujuan yang ingin dicapai adalah un tuk memper - olch informasi yang sangat diperlukan tcntang tinggi muka ai r dan debi t sungai d i s e t a s i u n h id romct r i bc rsangkutan . T idak t c r t u t u p k e m u n g k i n a n u n t u k pemakaian informasi khusus u ~ t u k kcpentinsan yang lcbih spcsifik. Untuk itu dipcrIukan bcbcrapa jcnis alat pcngukur.

VI.2.1 Alat Ukrtr Titrggi hfrrka Air

Untuk d a p a t mcmperoleh data tinggi muka air d i setasiun hidromctri, d a p a t di - pergunakan papan-duga biasa (mnnunl str(f gr~ugc) yang sctiap saat d a p a t d i b ~ c a dengan m u d a h d a n teliti. Hal ini hanya akan dapa t dicapai apabila papan-duga tersebut d i t cmpatkan pada tempat tcrbuka, namun a m a n d a n d a p a t mcnjangkau 'range' tinggi muka air yang mungkin terjadi. Untuk kcperluan itu a d a bcberapa jcnis papan d u g a yang dapa t dipergunakan .

1. Papan-duga tunggal. Papan-duga ini dipergunakan apabila pcnampang sungai relatif baik d a n m u d a h diamati baik pada kcadaan muka ai r rendah m a u p u n pada saat muka a i r tinggi (Gambar VI.1).

2. Papan-duga bertingkat. Apabila p e n a m p a n g sunga i scdcmikian sehingga pemakaian papan-duga tunggal, pada saat muka air tinggi, pembacaan men- jadi sanga t sulit. Untuk itu, maka papan-duga dibuat terdiri dari beberapa papan-duga yang dipasang secara terpisah da lam satu penampang sungai, sehingga pembacaan pada kcaciaan-keadaan tcrtcntu sungai d a p a t di lakukan

Gambar VI.1 Papanduga tunggal.

Gambar W.2 Papanduga bertingkat.

3. Pemeriksaan perlu selalu d i lakukan pula t e rhadap pipa p e n g h u b u n g a g a r t idak te qad i penyumba tan . Kalau ha1 itu tcrjadi, mak.1 ha rus scgcra dibersih- kan .

4. Kertas perlu d igant i tcpat pada saatnya sehingga tiilak a k a n a d a da ta Fang hi lang a t au t u m p a n g t indih.

Hasi l r ckaman AWLR scperti yang dituri jukkan da lam G a m b a r - VI.5 d a p a t d ianal is is u n t u k mengc tahu i bcrbagai sifat DAS.

P a d a se t i ap hasil rckaman A\L1LR sclalu tcrdapat kemungk inan t imbulnya kcsalahan. Selama kesalahan-kcsalahan tcrscbu t d a p a t d iketahui ~ n a k a scbaiknya scccpaknya dikoreksi , a g a r t idak mcnimbulkan kcsulitan d a l a m analisis a t a u p u n h i t u n g a n sc lanjutnya. Bcberapa contoh kcsalahan y a n g d a p a t tcrjadi d a p a t d i tun jukkan d a l a m G a m b a r VI.7 A sampa i dcngan C a m b a t VI.7 F.

I

Gambar W.6 Beberapa cara pernasangan AWLR.

Gambar W.7 Bebsrapa contoh kesalahan AWLR.

- Perlu diketahui d i sini bahwa k e c e ~ a t a n yang diperoleh adalah kecepatan permukaan sungai , bukan kecepatan rata-rata penampang sungai. Untuk memperoleh kecepatan ra ta-rata penampang sungai, nilai tersebut masih harus dikalikan dengan faktur koreksi C. Besar C ini berkisar antara 0,8541,95.

;. Hal lain yang perlu diperhakikan adalzh bahwa pengukuran dengan cara ini tidak boleh dilakukan han);a satu kali, karcna distribusi kecepatan al imn permukiian tidak merata. Olch sebab itu, dianjurkan paling tidak di lakukan tiga kali, yaitu d i sepertiga bagian kiri, d i bagian tengah, dan d i sepertiga bagian kanan sungai . Hasil yang diperoleh kemudian dirata-ratakan.

17.3.1.2 Velocity Head Rod

Alat sederhana ini, seperti dalam Cambar V1.9 digunakan un tuk rnengukur kecepa tan aliran. Kecepatan yang diperolch adalah juga kecepatan permu kaan aliran. Cara pengukuran ini hanya dapa t dilakukan apabila :

1. tidak dikehendaki ketelitian tinggi, 2. pengukuran secara cepat, 3. un tuk kecepatan aliran lebih besar dar i 1 m lde t i k .

Gnmbar V1.8 Pengukuran kecepatan aliran dengan pelampung

Vl.3.1.3 Tt-upp's Ripple Meter

Dernikian pula alat sederhana ini (Garnbar VI.10) yang rnernpunyai unjuk-keja sedikit lebih teliti dibandingkan dengan alat pertarna.

Prinsip yang digunakan oleh alat ini sangat sederhana. Apabila sebuah batanglbilah dimasukkan ke dalarn air yang rnengalir, rnaka d i sebelah bawah (hilir) batang terscbut akan nampak riak (gelombang kecil) yang rnembentuk sudut tertentu dengan titik sudu t batang tersebut. Sudut tersebut digunakan scbagai ukuran kecepatan perrnukaan air. Makin tinggi kecepatan aliran air, maka sudu t terscbut rnakin kecil. Scbaliknya bila kccepatan aliran kecil rnaka sudut yang terbcntuk rnenjadi lebih bcsar.

Pengukuran dilakukan sebagai berikut ini.

1. Alat pengukur dirnasukkan kc dalam air, dan dua buah riak yang terbentuk d i rnasing-masing batang tersebu t d iama ti. Apabila titik potong kcduanya berada d i luar skala mernanjang yang ada, rnaka jarak antara dua batang tcr- sebut dapat diperpendek.

2. Jarak antara titik pengukuran sarnpai dengan titik potong kcdua riak tcrsebut diukur. Jarak ini merupakan indikator keccpatan air (perrnukaanj, yang disajikan dalam persamaan berikut ini.

V = C + X L (VI.1)

dengan: V = kecepatan perrnukaan, dalarn m/det, C = tetapan = 0,40

nilai C ini perlu diuji kcbenarannya untuk digunakan di Indoncsia. Apabila pengujian belurn dapa t dilakukan, rnaka untuk scmentara nilai tersebut dapat digunakan. Untuk pernakaian dalarn satuan mctrik d i Indoncsia, diperlukan pengujian sederhana yang dapat dilakukan di laboratorium.

X = variabel tergantung dari nilai W, scbagai berikut ini.

W (inci) X

Dalam pemakaian terdapat dua jenis current meter, yaitu:

1 . d engan s u m h u mendatar , bcrarti pu taran haling-haling secara vertikal (Gamhnr VI.1 I),

2. dcngan sunlhu tcgak yang herarti dengan putaran haling-haling dengan arah mendatar ( G a n ~ h a r VI.12).

Pada dasarnya alat ini terdiri dari bcberapa bagian pokok sehagai berikut.

1. Baling-baling yang merupakan sensor terhadjp keccpatan. Scnsor tcrhuat dari 'streamlined styling' yang dilengkapi dengan propeler, generator, sirip dan kabcl-kabcl.

2. 'Contact box' yang mengubah putaran menjadi signal elektrik, sehingga dapa t menimbulkan suara , a tau menggerakkan mekanisme jarum pada kotak monitor.

3. 'Head phone' yang digunakan untuk mendengarkan dan menghitung jumlah suara ('klik') yang merupakan indikator jumlah putaran baling-haling. Atau pada alat lain hagian ini diganti dengan monitor box yang mcmiliki jendela yang dapa t menunjukkan kecepatan aliran air secara langsung. Alat pcnunjuk kecepatan ini dapa t digantungkan di leher atau dipasang di pinggang, dnn mempunyai dua jangkau keccpatan terukur.

Pengukuran kecepatan pada umumnya dilakukan tidak hanya urituk mem- peroleh kecepatan titik dalam satu penarnpang, akan tetapi umumnya dilakukan u n t u k mempero l eh kecepatan rata-rata d a l a m sa tu vertikal da l am sa tu penampang aliran tertcntu. Memperhatikan keadaan kcccpatan dan kelengkapan alatnya, pengukuran dapat dilakukan dengan heberapa cara dcngan rnemper- hatikan pengertian hidrauli k bahwa ciistribusi ' kccepatan secara verti kal dalam satu penarnpang adalah herbentuk parabola.

1. Pengukuran pada satu titik, umumnya dilakukan apabila kedalaman air kurang dari satu meter. Pengukuran dilakukan dengan menempatkan current meter pada kedalaman 0,60 1~1 diukur dari muka air. Ketetapan hatas '1 m' di sini hendaknya tidak diartikan secara mutlak, akan tetapi perlu diperhatikan keadaan setempat.

2. Untuk kedalaman lebih dari 1 m, umumnya dilakukan dengan pengukuran lebih dari satu titik, misalnya dengan dua atau tiga titik. Pengukuran dengan dua titik d ibkukan dengan merata-ratakan kecepatan yang diperoleh pada pengukuran pada kedalaman 0,2 H dan O,8 1-i diukur dari muka air. Keccpat- an rata-ratanya dihitung dengan persamaan berikut:

Untuk pengukuran dengan tiga titik, dilaku kan berturut-turut pada kc- dalaman 0,2 H, 0,6 H dan 0,8 HI dan hasilnya dirata-ratakan dengan per- samaan:

Dalam praktek umumnya hanya dilakukan pengukuran s a n ~ p a i dengan dud titik, karena ha1 itu pun dipandang sudah dapat memberikan hasil peng- ukuran yang cukup dapat dipertanggungjawabkan.

Pengukuran hendaknya dilakukan dengan urutan sebagai berikut :

a. Sensor dikeluarkan dari kotak ~ e m b a w a dan batang pengikat dipasang (suspension fixing arm).

b. Kabel penggantungnya dipasang pada h i t . C. Sekrup pada ujung sensor (stnsor head) dilepas clan propeler dipasang serta

sekrup tersebut dipasang kembali. Perlu 'diperhatikan agar pemasangan sekrup cukup kuat agar tidak terlepas pada waktu dipergunakan untuk mengu ku r.

d. Kabel pada ujung kabel sensor dihubungkan dengan petunjuk kecepatan. e. Untuk menguji, 'current meter' digantungkan mendatar, dan propclernya

diputar perlahan-lahan serta diperhatikan jarum pada petunjuk kecepatan. Apabila jarum petunjuk menunjukkan tanggapan sesuai dengan kcccpatan putaran propeler, maka pada umumnya pemasangan alat telah betul.

f. Sensor dimasukkan ke dalam air dan diperhatikan agar tidak ada bagian kabel yang terpuntir. Perlu ditunggu sampai sensor menempatkan diri meng- hadap arah arus aliran yang diukur.

g. Apabila propeler telah berputar, kecep~ ian aliran dlbaca dzri pctc~;=l.:- J

kecepatan. Kecepatan yang d i tun jukan adalah keccpatan yang scbcnarnya, sehingga tidak memerlukan konversi. Pada jcnis 'current meter' yang lain, yang terbaca adalah jumlah putaran dalam waktu tertentu, yang umumnya dianjurkan untuk tidak kurang dari 30 kali putaran dan waktu 50 detik.

h. Pemberat dapat digantungkan pada kait d i bagian bawah sensor, apabila arus aliran cukup besar sehingga kemungkinan sensor dapat terbawa drus.

i . Pengukuran dapat dilakukan dengan 'rod' maupun kabcl, scsucli dcngan kc- adaan sungai/aliran yang akan diukur.

j. Hal-ha1 uang perlu diperhatikan di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Soket penghubung harus selalu tertutup apabila tidak dipergunakan. Hal ini untuk menghindari debu/kotoran lain yang dapat menpebabkan kontakantar ka be1 tidak sempurna.

2) Jarum petunjuk harus menunjukkan angka no1 pada panel. Apabila tidak, maka harus diset terlebih dahulu dengan menggunakan sckrup p e n g ~ t u r yang terdapat dekat panel tersebut.

3) Petunjuk kecepatan ini hendaknya tidak dipergunakan untuk mcngukur aliran a'ii dengan kandungan garam. Hal ini disebabkan oleh air garani merupakan sumber penyebab kerusakan petunjuk keccpatan. Demikian pula hendaknya dihindarkan goncangan keras pada saat pemindahan.

4) Pemasangan sensor hendaknya dilakukan dengan sangat hati-hati, jangan sampai merusakkan sendi putarnya.

5) Hendaknya dihindarkan pemakaian pelumas pada propeler, karcna bahan ini akan mengeras d i dalam air dan akan menghambat perputaran propelcr.

6) Hendaknya dihindarkan pemeriksaan bagian dalam sensor dan petunjuk kecepatan, karena bila tidak dilakukan oleh teknisi yang benar-benar tahu, akan dapat menyebabkan kerusakan yang lebih parah.

teratur rnaka jurnlah penarnpang dapdt diarnbil scdikit, narnun apabila bentuk penampang tidak teratur maka jurnlah vertikal harus makin besar. Hal ini tidak lain adalah untuk nienipcrtinggi ketelitidn hasil hitungan debit. Penetap- an jurnlah vertikal dapat dilakukan dengan 'menjajagi' dengan sepintas ben- tuk penarnpang pada uniumnya, kemudian dapat ditetapkan berapa jurnlah vertikal yang akan digunakan.

2. Mengukur kecepatan rata-rata dalarn rnasing-rnasing vertikal. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara, di antaranya dengan pengukuran satu titik atau pengukuran dengan dua titik seperti telah dijelaskan sebelumnya.

3. Untuk menghitung debit aliran pada penampang tersebut dapat dilakukan dengan mean area method rnaupun mid area method. Mean area method di- lakukan dengan rnenghitung debit di rnasing-masing bagian yang diarsir (Gambar VI.13). Debit tersebut dapat dihitung dengan persamaan berikut:

Q = x [(Vn + Vn+1)/21 [(Hn + Hn+1)/21 B

Cara mid area method dilakukan dengan menganggap kecepatan rata-rata vertikal mewakili kecepatan pias yang diarsir (Gambar VI.14). Selanjutnya debit dihitung dengan persamaan :

Pelaksanaan pengu kuran debit dilakukan bersarna-sarna dengan pencatatan tinggi rnuka air baik sebelurn rnaupun sesudah pengukuran debit dilakukan. Perbedaan tinggi muka air ke duanya pcrlu diketahui karena apabila perubahan itu besar, rnaka cara 'normal' tidak dapat dipergunakan. Pada dasarnya pelak- saanan pengukuran dapat dilakukan dengan tiga cara.

1. 'Wading'. Cara ini dilakukan o!eh pengukur dengan langsung masuk ke sungai dan melakukan pengukuran. Urnurnnya 'current meter' dipasang pada batang pengukur (rod suspension). Posisi berdiri pengukur sangat menentu- kan karena dapat mengganggu aliran air yang sedang diukur. Lazimnya 'current meter' diletakkan pada posisi 45 derajat menyerong di depan peng- ukur. Dapat diketahui bahwa cara ini hanya dapat dianjurkan apabila sungai- nya dangkal, atau kecepatan aliran kecil. Umurnnya kedalarnan l rn di- anggap sebagai batas pemakaian cara ini. Akan tetapi hendaknya diperhatikan bahwa batas tersebut bukan rnerupakan batas mutlak, akan tetapi masih harus diperhatikan keadaan seternpat. Misalnya, rneskipun kedalarnan d i ba- wah 1 m ckan tetapi kecepatan cukup tinggi atau licin, atau terdapat ke- rnungkinan bahaya lain.

2. 'Boat gauging'. Cara ini dilakukan apabila cara pertama sudah tidak rnungkin lagi dilakukan. Dalam ha1 ini pengukur berada d i dalarn perahu dan 'current meter' diturunkan dengan kabel. Selanjutnya perahu harus dipertahankan tetap pada posisi masing-masing vertikal yang dipilih, dan pengukuran se- lanjutnya dilakukan seperti urutan yang telah dijelaskan di atas.

3. 'Cable gauging'. Berbeda dengan 'boat gauging', pengu kuran ini dilaku kan dengan menggunakan kabel yang direntang dan 'current meter' dapat di- gerakkan mendatar maupun vertikal dengan sistem kabel, atau dengan kereta kabel. Pengoperasian alat ini dapat dilakukan dengan dua cara :

a. dioperasikan dari darat apabila konstruksi kabel yang tersedia dikhususkan untuk pelayanan jenis ini. Dalam ha1 demikian operator cukup berada d i da r a t d a n mengoperasikan alat ini sesuai dengan prosedur yang telah dijelaskan sebelumnya (Gan~ba r VI.15),

b. alat ini dilengkapi dengan 'carrier' yang digantungkan dalam kabel yang direntangkan di atas sungai. Dalam ha1 ini operator (umumnya 2 orang) berada dalam 'carrier' tcrsebut dan mengoperasikan alat dan melakukan pengukuran sesuai dengan prosedur (Gambar VI.16).

Hal yang sangat penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan peng- ukuran dengan cara 2 dan 3 adalah bahwa pada saa: 'current meter' di- turunkan, kabel dapa t terbawa arus yang menyebabkan adanya penyimpangan kabel terhadap vertikal. Kalau sudut penyimpangan ini keci! maka ha1 ini dapa t diabaikan. Akan tetapi, apabila sudu t penyimpangannya besar, maka perlu d i - lakukan koreksi baik 'air line correction' maupun 'wet line correction', yang bcsarnya tergantung dari besar sudu t penyimpangannya (liha t Gambar VI.17). Besar kedua jenis penyimpangan tersebut dicantumkan dalam Tabel VI.l d a n Tabcl VI.2. Kesulitan dalam keadaan scperti ini dapa t dijelaskan scbagai berikut ini. Pengukuran kedalaman air pada setiap vcrtikal dalam suatu penampang, dilakukan dengan cara:

(a) mcnu i t i nkan 'current mctcr ' rncnycntzh pe rmukaan air, kemud inn di turunkan terus sampai menycntuh dasar sungai. Bcda kedua pcmbacaan tcrscbut t idak lain adalah kcdalaman vcrtikal yang diukur. Akan tctapi, bila kcccpatan aliran cukup tinggi dan 'current mctcr' tcrbawa kc hilir d a n tcrjadi pcnyimpangan kabel terhadap garis vcrtikal, maka perbcdaan tcrscbut bukan mcrupakan kcdalaman vcrtikal yang sebenarnya, akan tetapi masih di tambah dcngan panjang kabel akibat lenturan di dalam air. Untuk itu pcrlu dikorcksi dengan d u a macam korcksi tcrscbut, yang besarnya tergantung dari s u d u t pcny impangannya.

(b) Kesulitannya adalah pada saat akan menempatkan 'current mctcr' pada posisi titik yang hcndak diu kur. Hal ini terjadi karcna penyimpangan yang akan t c j a d i tidak dapa t diketahui sebelumnya, schingga bcsar korcksi yang diperlukan juga tidak diketahui. Olch scbab itu, pcnempatannya dilakukan dcngan coba-coba agar dipcrolch posisi alat ukur tcpat pada titik yang dikehendaki. Kesulitan semacam ini dalam batas tcrtentu dapa t dihindari dcngan mcnambahkan pcmbcrat pada alat ukurnya. Sudah barang tentu apabila pcmbcratnya cukup bcsar dipcrlukan peralatan khusus un tuk mengoperasikannya.

-. ,

Apabila pengukuran keccpatan d i scmua vertikal dalam penampang tcrscbut tclah sclesai, maka hitungan debit dapa t dilakukan di s tudio dcngan tabel sebagai berikut (Tabcl VI.3)

VI.4 Analisis

Pengukuran debit dalam satu penampang tertentu sangat penting, karena dengan pengukuran yang rutin dilakukan, maka akan dapa t ditemukan hubungan antara

Garnbar Vl.17 'Cable suspension'

I

I

a jr line correction

Kedalaman terukur

wet line correclron

I

I

Tabel VI.2 "Wet line correction"

tinggi muha air dan debit yang bcrsangkutan. Hubungan ini merupakan hubung- an spesifik untuk D h S yang bcrsangkutan. Hal yang sangat penting diperhatikan adalah bahwa dalam pengukuran hendaknya iidak hanya jumlah pcngukuran yang dipentingkan akan tctapi juga jangkau pengukurannya. Jumlah pengukuran yang besar aka11 tctapi jangkau kccil, berarti tidak akan diperoleh informasi yang jelas tcntang karakter aliran dari DAS yang bersangkutan.

Hubungan antara dcbit dan tinggi muka air untuk suatu penampang tertcntu disebut liku-kalibrasi (rnfing curw) . Hubungan ini sangat pcnting karena di- perlukan untuk mcngubah 'stage hydrograph' (hasil rekaman AWLR) menjadi 'discharge hydrograph'. Sebagai basil pengukuran d(2bit di sua tu sctasiun hidro- mctri dipcrolch dua bcsaran pokok yaitu tinggi muha air dan dcbit pada saat yang bcrsamaan. Kcdua buah besaran itu mcrupakan besaran-besaran yang saling bcrpengaruh. Untuk itu salah satu sifat penting suatu setasiun hidromctri adalah hubungan antara tinggi muka air dan dcbit. Hubungan ini dikcnal scbagai rating CUNe atau liku-kalibrasi. Liku ini sangat pcnting artinya untuk analisis hidrologi Iebih lanjut. Bila kedua bcsaran tadi digambarkan di atas kertas grafik, maka yang nampak adalah hubungan dalam bcntuk garis lengkung (Gambar VI.18). Dalam pcnggambaran ha1 ini sudah sering mcnimbulkan kesulitan, karena sering muncul unsur subycktifitas. Sclain itu 'ekstrapolasi' untuk ketinggian muka air bcsar sangat sulit dilakukan, karcna tidak dapat dikctahui dcngan pasti liku- kalibrasinya. Untuk m c n ~ a t a s i ha1 ini maka kedua bcsaran tadi dapat di- transformasikan dan digambarkan dalam hubungan logaritmik. Maka yang akan nampak adalah hubungan garis lurus. Hal terakhir ini sangat mcnguntungkan karena interpretasi mcnjadi lebih mudah dan ekstrapolasi (kalau tcrpaksa dilakukan) dapat dilakukan dcngan jauh lcbih teliti (lihat Gambar VI.19). Dalam mcnangani ha1 ini pcrlu dipcrhatikan sifat data yang terkumpul, apakah menun- jukkan adanya perubahan sifat aliran atau tidak. Apabila hasil pengukuran me- nunjukkan titik-titik pada pcnggambaran dalam (relutifl garis lurus, maka dapat dipastikan b a h r ~ a tidak dijumpai hal-ha1 yang mcragukan dalam pengukuran. Akan tctapi, bila didapati pcnggambaran yang menycbar, maka beberapa ha1 pcrlu dipcrtimbangkan misalnya bcrikut ini.

1. Ditcliti kcmungkinan adanya kcsalahan dalam pengukuran. Kalau ha1 ini te jadi data pengukuran yang salah dapat ditinggalkan.

2. Kcmungkinan kcsalahan hitungan. Kalau kesalahan ini tc jadi maka hitungan dapat dilakukan kcmbali.

3. Kemungkinan tidak tcrjadi kesalahan-kesalahan dalam pengukuran maupun hitungan. D ~ l a m ha1 seperti ini sangat bolch tcrjadi telah terjadi perubahan dalam pcrilaku aliran bcrsangkutan karcna berbagai scbab.

Dalam ha1 seperti yang disebutkan tcrakhir ini, maka langkah-langkah yang pcrlu dilakukan adalah bcrikut ini.

1. Meneliti a p a k a h a d a kecenderungan hasil-hasil pengarnatan tersebut rnenyebar dan tercampur satu sama lain, sehingga tidak nampak adanya pengelompokan data. Apabila keadaannya scpcrti itu, rnaka berarti tidak te jadi perubahan sifat aliran, akan tctapi mernang sifat aliran yang terjadi

umumnya pengukuran jarang dilakukan. Hal ini disebabkan karena banjir umumnya terjadi sorelmalam hari, dingin dan keadaan medan yang tidak meng- untungkan. Akan tctapi di sisi lain data tersebut sangat diperlukan. Oleh sebab itu, dianjurkan, dalam keadaan memaksa seperti tersebut, pengukuran dilakukan dengan cara yang paling aman bagi petugas, misalnya dengan menggunakan pelampung (/?oat).

7

Gambar IV.18 Liku-kalibrasi.

1. Apakah yang diniaksud dengan hidrnnietri, jclaskan ruang lingkupnya. 2. Scbutkan sj.arat-syarat untuk scbuah sctatqiun hidronietri, scbutkan alasannya

scrta sebutkan pula alat-alat dasar yarig digunakan dalam pcngukuran. 3. Sc!?ut!car, d u a buah syclrat yang paling penting dalam upaya pcngunipulzn

data h id ro~nc t r i . Jelaskan mcngapa. 4. Jclaskan prinsip pcngukuran dcngan alat-alal ukir sedcrhana. 5. Jelaskan prinsip pengukuran debit dengan 'current meter'. 6. Apabila pengukuran dilakukan di bagian sungai yang terpcngaruh pasang

surut , apakah upaya yang pcrlu dilakukan agar data yang terkumpul d a p a t cui tup diandalkan.

7. Dalam scbuah pengukuran, dipcrolch data seperti yanl; tcrcanturn da lam t a k l . Gambarkan liku-ka1ibrasinj.a.

Tinggi (H) Debit (m3/de t ) Tinggi (H) Debit (rn3/dct)

8. Pcrsnalan yang sama untuk hasil pcngukuran herikut.

Tinggi (H) Debit (m3/dct) Tinggi (H) Debit (m3/dct)