hgjgjgj
DESCRIPTION
kjkjkhggjg hghjghgddfg jhkjhkjhfgTRANSCRIPT
![Page 1: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/1.jpg)
MAKALAH
POLIFARMASI
Oleh :
Aulia Ajrina
1110103000065
STASE KLINIK GERIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014
![Page 2: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SM
Usia : 67 tahun
Tanggal Lahir : 12 April 1946
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Janda
Alamat : Kota Bambu Utara
Agama : Kristen
Suku : Jawa
Pendidikan : SD
Ruang rawat : Ruang Tulip
Tanggal masuk panti : 3 Maret 2009
Tanggal Pemeriksaan : 6 Januari 2014
II. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluhkan nyeri kepala sejak dua hari yang lalu
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien mengeluhkan nyeri kepala sejak dua hari yang lalu. Nyeri
dirasakan seperti berdenyut dan berlokasi di kepala sebelah kanan. Pasien
tidak meminum obat untuk meredakan nyeri kepala tersebut, untuk
meredam nyerinya pasien hanya berusaha untuk tidur saja. Pasien sering
mengeluh nyeri kepala sejak 2 tahun yang lalu.
Selain nyeri kepala pasien juga menegeluhkan adanya rasa nyeri di
perutnya terutama di daerah ulu hati. Rasa nyeri tersebut digambarkan
pasien sebagai rasa perih dan rasa penuh di perut. Pasien juga mengeluh
mual namun tidak sampai muntah. Akibat rasa nyeri pada perut dan mual
yang dirasakan pasien menjadi tidak mau makan, makanan yang masuk
hanya sedikit sekali. Terkadang rasa nyeri disertai sesak napas.Pasien juga
![Page 3: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/3.jpg)
belum meminum obat apapun untuk meredakan nyeri perut dan mual
tersebut. Untuk mengurangi keluhannya, pasien sering mengkonsumsi
jamu. Namun keluhan sering kambuh berulang.
Terkadang pasien mengeluh nyeri di pergelangan tangan kiri.
Untuk mengurangi keluhan, pasien mengobati dengan balsem. BAK dan
BAB pasien tidak ada keluhan. Riwayat demam disangkal.
III. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, namun tidak teratur
minum obat. Tidak ada riwayat penyakit jantung, hati, kencing manis, dan
asma. Riwayat jatuh dan dislokasi tangan kiri pada satu tahun yang lalu.
Riwayat dirawat di RS dan riwayat operasi disangkal.
IV. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Dikeluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti
pasien. Riwayat penyakit jantung, hati, hipertensi, kencing manis dan
asma disangkal.
V. RIWAYAT SOSIAL DAN KEBIASAAN
Pasien cukup sering berinteraksi dengan teman satu kamarnya dan
teman sebaya lainnya. Pasien aktif mengikuti kegiatan keagamaan di
gereja. Pasien juga rutin mengikuti kegiatan senam pagi.
Pasien jarang makan teratur. Sering mengkonsumsi makanan
pedas. Pasien sering meminum kopi dan jamu. Riwayat merokok dan
minum alkohol tidak ada.
VI. ANALISA KEUANGAN
Saat ini pasien tinggal di panti tanpa penghasilan. Untuk kehidupan
sehari-hari ditanggung oleh panti (sandang, pangan, kesehatan).
VII. ANALISA LINGKUNGAN PANTI
Pasien tinggal di kamar lantai 1, ruang Tulip. Lantai dikamar
pasien cukup bersih dan kering. Tidak ada karpet dan lantai terbuat dari
![Page 4: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/4.jpg)
keramik yang tidak licin. Penerangan di kamar pasien baik. Kloset yang
terdapat di kamar pasien cukup baik dengan bentuk kloset duduk
dan terdapat pegangan di dinding kamar mandi. Sirkulasi udara cukup
karena jendela kamar selalu terbuka. Penerangan dalam kamar juga cukup.
VIII. ANALISA GIZI
O BB : 59 kg TB : 152 cm
O IMT : 25,54 overweight (kriteria Asia Pasifik)
O Kebutuhan kalori basal : 1153 kkal
O keb.kalori/hari :1153 kkal x 1.12 : 1292 kkal
O Karbohidrat 60%: 194 g
O Protein 25% : 81 g
![Page 5: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/5.jpg)
O Lemak 15% : 22 g
Pemeriksaan MNA
IX. ANAMNESIS SISTEM
![Page 6: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/6.jpg)
X. PEMERIKSAAN FUNGSI KOGNITIF (MMSE)
Interpretasi hasil : gangguan kognitif ringan
![Page 7: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/7.jpg)
UJI AMT
XI. PEMERIKSAAN FUNGSIONAL (ADL)
Indeks ADL Barthel
![Page 8: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/8.jpg)
XII. PEMERIKSAAN BERG BALANCE SCALE
XIII. PEMERIKSAAN GERIATRIC DEPRESSION SCALE
Hasil : Pasien tidak mengalami depresi
![Page 9: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/9.jpg)
XIV. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pola dan analisa jalan
Pasien tidak menggunakan kursi roda, dari duduk ke berdiri pasien
berpegangan atau bantuan minimal satu orang.
2. Keadaan umum
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M5V6
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Status gizi : BB 59 TB 152 BMI 25,54
LLA 25 mm
Tanda Vital : TD duduk : 140/90 mmHg
TD Berbaring : 140/90 mmHg
Nadi : 84x/menit,regular,isi cukup
Suhu : 36,5o C
Pernafasan : 18x/menit regular
Keadaan Lokal
Trauma Stigmata : -
Perdarahan perifer : Capillary refill time <3 detik
KGB : tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)
Columna Vertebralis : Lurus ditengah, tidak ada nyeri tekan
3. Kulit
Pada region retroaurikuler terdapat papul dan bercak hiperpigmentasi
4. Kepala : Normochepal Rambut sebagian putih tidak mudah
dicabut; Jejas (-)nyeri Tekan perikranial (-)
5. Mata : Conjungtiva anemis (-) / (-)
Sklera Ikterik (-) / (-)
RCL (+) / (+) RCTL (+) / (+)
Pupil Bulat Isokhor
6. THT
- Telinga : normotia, Deformitas (-)/ (-)
- Hidung : Pernafasan cuping hidung ( - ): Deformitas (-);Sekret -/-,
hiperemis -/-, deviasi septum (-), edema -/-
![Page 10: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/10.jpg)
- Tenggorokan : T1/T1 Tidak hiperemis
7. Leher : Trakea di tengah, Tiroid tidak teraba, JVP 5-2 cmH20 ;
Penggunaan otot pernafasan tambahan m.
sternokleidomastoideus (-): pembesaran KGB (- ) nyeri
tekan (-)
8. Mulut : Oral hygiene kurang, lidah tidak deviasi, gigi palsu (-),
faring tidak hiperemis, hanya tersisa dua buah gigi.
9. Paru
Inspeksi : gerakan nafas simetris dalam statis & dinamis
Palpasi : Nyeri tekan (-), emphysema subkutis (-) vokal
fremitus sama pada lapang paru dextra et
sinistra
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler. Suara napas tambahan ronkhi -/-.
Wheezing -/-
10. Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat
Palpasi : teraba Ictus ordis pada 2 jari medial MCL ICS
5 sinistra
Perkusi : Pinggang jantung ICS III PSL sinistra
: Batas kanan ICS 4 PSL dextra
: Batas Kiri 2 jari medial MCL ICS 5 sinistra
Auskultasi : BJ I & II regular, Murmur (-), Gallop (-)
10. Abdomen
Inspeksi : perut membuncit
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), defanse muscular (-),
hepatoslenomegali (-) Nyeri tekan epigastrium (+)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : BU (+) normal
11. Punggung :deformitas (-), gibus (-)
12. Genitalia Eksterna : tidak diperiksa
13. Otot & Kerangka
- Analisa berjalan: pasien tidak menggunakan kursi roda
![Page 11: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/11.jpg)
- Pemeriksaan untuk ekstremitas bawah dekstra et sinistra muskuloskeletal
dalam batas normal. Ekstremitas atas kanan dalam batas normal. Pada
pergelangan tangan kiri terdapat dislokasi.
Ekstermitas atas Bahu Siku Wrist (hand) Jari tangan
Deformitas - - + -
Nyeri - - - -
Bejolan - - - -
ROM
- - Fleksi
- - Ekstensi
- - Abduksi
- - adduksi
- - Endorotasi
- - Eksorotasi
- - Pronasi
- - Supinasi
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/pasif
Max/pasif
Max/pasif
Max/pasif
Max/pasif
Max/pasif
Max/pasif
Max/pasif
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Ekstremitas bawah Paha Lutut Wrist Foot Jari kaki
Deformitas - - - -
Nyeri - - - -
Bejolan - - - -
ROM
- - Fleksi
- - Ekstensi
- - Abduksi
- - adduksi
- - Endorotasi
- - Eksorotasi
- - Pronasi
- - Supinasi
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
Max/Max
![Page 12: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/12.jpg)
A. PEMERIKSAAN STATUS NEUROLOGIS
GCS : E4M5V6
TRM : Kaku kuduk (-) Brudzinski I (- / -)
: Laseque >70o/>70
o
: Kernig >135o/>135
o Brudzinski II (- / - )
Nervus kranialis
N.I - Olfaktori : normosmia Dextra et Sinistra
N.II - Optikus
Visus Campus : Sama dengan pemeriksa Dextra et Sinistra
Lihat warna : tidak diperiksa
Funduskopi : tidak diperiksa
N II & III
Pupil Bulat Isokhor Ø 3mm /3mm
OD OS
RCL + +
RCTL + +
N. III (oculomotor) ,IV (tokhlearis) dan VI (absusen)
1) NIII
Ptosis : pasien bisa membuka kedua mata saat
pemeriksa memberikan tahanan dengan
menekan ringan kelopak mata (m.levator
palpebra)
Akomodasi : saat melihat jari (benda) kedua bola mata
bergerak kearah nasal dan pupil miosis
2) N.III .IV,VI
Kedudukan bola mata : Ortophori Dextra et Sinistra
![Page 13: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/13.jpg)
Pergerakan bola mata :
OD OS
Eksoftalmus : OD (–) OS(-)
N. V (trigeminus)
1) Cab. Motorik
a) Gerakan Rahang
- Saat pemeriksa memberikan tahanan ketika pesien
menggerakkan rahangnya ke bawah ke samping kiri dan
kanan agar kembali ke posisi tengah pasien bisa
mempertahankan posisinya
- Saat pemeriksa menarik dagu kebawah pasien mengatup
mulutnya dengan kuat.
b) Menggigit
Saat menggigit tonus m.masetter dan m.tempralis teraba sama
besar
2) Cab. Sensorik
Tidak ada perbedaan sensibilitas tiga dermatom Opthalmicus,
maksilaris, dan mandibularis dextra et Sinistra
3) Reflek
a) Refleks Masetter : tidak ada gerakan menutup mulut ketika
jari pemeriksa yang berada di dagu pasien
(posisi melintang) dipukul dengan hammer
N. VII (fasialis)
1) Motorik
orbitofrontal
- wajah pasien simetris
![Page 14: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/14.jpg)
- Gerakan saat mengangkat alis dan mengerutkan dahi pasien
dekstra et.sisnistra simetris
Orbikularis
- Sudut bibir dan plica nasolabialis dekstra tidak ada yang lebih
datar dekstra et sisnistra saat pasien diminta untuk menyeringai
sambil menunjukkan gigi geligi
Tidak ada kebocoran pipi dekstra et.sisnistra saat pasien diminta
menggembungkan pipi & pemeriksa menekan pipi pasien
2) Sensorik
Pengecapan 2/3 lidah bagian depan dekstra et.sisnistra (tidak
diperiksa)
N.VIII (vestobulochoclear)
Vestibular
- Vertigo, Nistagmus (maneuver hallpike tidak diperiksa)
- Romberg Tes, Romberg dipertajam, Fukuda,Tandem gait, jari-jari,
jari-hidung dan salah tunjuk (tidak dilakukan).
Pasien tidak dapat mendengar detik arloji pada jarak 1 meter
N. IX (glosofaringeus), X (vagus)
o Motorik uvula ditengah, tidak tertarik ke kanan atau kekiri baik
statis dan dinamis
N. XI (Aksesorius)
o m.trapezius
saat mengangkat bahu pasien bisa melawan tahanan pemeriksa
o m.Sternokleidomastoideus
Saat menoleh ke satu sisi (kanan dan kiri) pasien bisa melawan
tahanan yang dilakukan pemeriksa
N. XII (Hipoglosus)
o Saat membuka mulut, lidah (statis) tidak ada deviasi, tidak ada
tremor atau fasikulasi
o Saat menjulurkan lidah (dinamis) tidak ada deviasi ke kanan
sedikit, tidak ada tremor atau fasikulasi
o Kekuatan pada saat pasien menekan lidah pada pipi nya sama
![Page 15: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/15.jpg)
Trofi : eutrofi
Tonus : Normotonus
Sistem Motorik : Ekstremitas : Atas 5555 | 5555
: Bawah 5555 | 5555
Sistem Sensorik
Propioseptif : Dextra et Sinistra baik
Eksteroseptif : Dextra et Sinistra baik
Fungsi Otonom
Miksi : Baik
Defekasi : Baik
Sekresi Keringat : Baik
Reflek Fisiologis
Biseps : +2 |+ 2
Triseps : +2 |+ 2
Radius : +2 |+ 2
Patella : +2 |+ 2
Achiles : +2 |+ 2
Reflek Patologi
Hoffman tromer : - | -
Babinski : - | -
Chaddok : - | -
Oppenhein : - | -
Schafer : - | -
Gonda : - | -
Rossolimo : - | -
Mendel-Bechterew : - | -
Klonus Patella : - | -
Klonus Achiles : - | -
Gerakan Involunter
Tremor : - | -
Khorea : - | -
Mioklonik : - | -
Tik : - | -
![Page 16: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/16.jpg)
Fungsi Serebelar
Ataksia : - | -
Disdiadokinesis : - | -
Jari-jari : - | -
Jari-hidung : - | -
Tumit-lutut : tidak diperiksa
Fenomena Rebound : - | -
Hipotoni : - | -
Romberg : - | -
Fungsi Luhur : Berbahasa / Memori
Fungsi Bicara : Disfoni (-)
Disatria (-)
Fungsi Menelan Disfagia (-)
DIAGNOSIS MEDIK
1. Dislokasi wrist sinistra et causa Fraktur colles
2. Gastritis
3. Hipertensi stage I
4. Gangguan Kognitif Ringan
PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam
Quo ad funtionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad malam
![Page 17: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/17.jpg)
BAB II
PENGKAJIAN MASALAH POLIFARMASI
1. Gastritis
Anamnesis
Rasa nyeri di perutnya terutama di daerah ulu hati. Rasa nyeri tersebut
digambarkan pasien sebagai rasa perih dan rasa penuh di perut. Pasien juga
mengeluh mual namun tidak sampai muntah. Akibat rasa nyeri pada perut dan
mual yang dirasakan pasien menjadi tidak mau makan, makanan yang masuk
hanya sedikit sekali. Terkadang rasa nyeri disertai sesak napas.Pasien juga belum
meminum obat apapun untuk meredakan nyeri perut dan mual tersebut. Untuk
mengurangi keluhannya, pasien sering mengkonsumsi jamu. Namun keluhan
sering kambuh berulang.
Pada pemeriksaan Fisik
Nyeri tekan epigastrium (+)
Tatalaksana
Cimetidine 2x1
Antasida 3x1
Vit.B complex 3x1
Analisis Tatalaksana
ANTASIDA
KOMPOSISI :
Tiap tablet kunyah atau tiap 5 ml suspensi mengandung :
Gel Aluminium Hidroksida kering 258,7 mg (setara dengan Aluminium
Hidroksida) 200 mg
Magnesium Hidroksida 200 mg
CARA KERJA OBAT :
Kombinasi Aluminium Hidroksida dan Magnesium hidroksida merupakan antasid
yang bekerja menetralkan asam lambung dan menginaktifkan pepsin sehingga
rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin berkurang. Di
![Page 18: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/18.jpg)
samping itu efek laksatif dari Magnesium hidroksida akan mengurangi efek
konstipasi dari Aluminium Hidroksida.
INDIKASI :
Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam
lambung, gastritis, tukak lambung, tukak pada duodenum dengan gejala-gejala
seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati, kembung dan perasaan penuh pada
lambung.
KONTRA INDIKASI :
Penderita yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.
DOSIS :
![Page 19: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/19.jpg)
Tablet :
Anak-anak 6-12 tahun : sehari 3-4 kali 1/2 tablet.
Dewasa : sehari 3-4 kali 1-2 tablet. Diminum 1-2 jam setelah makan
dan menjelang tidur.
Syrup :
Anak-anak 6-12 tahun : sehari 3-4 kali 1/2 sendokteh -1 sendok teh.
Dewasa : sehari 3-4 kali 1-2 sendok teh. Diminum 1 - 2 jam
setelah makan dan menjelang tidur.
EFEK SAMPING :
Efek samping yang umum adalah sembelit, diare, mual, muntah dan gejala-gejala
tersebut akan hilang bila pemakaian obat dihentikan.
PERINGATAN DAN PERHATIAN :
- Jangan diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat
karena dapat menimbulkan hipermagnesia.
- Tidak dianjurkan digunakan terus menerus lebih dari 2 minggu kecuali atas
petunjuk dokter.
- Bila sedang menggunakan obat tukak lambung lain seperti Simetidin atau
antibiotika Tetrasiklin harap diberikan dengan selang waktu 1-2 jam.
- Tidak dianjurkan pemberian pada anak-anak di bawah 6 tahun kecuali atas
petunjuk dokter karena biasanya kurang jelas penyebabnya.
- Hati-hati pemberian pada penderita diet fosfor rendah dan pemakaian lama
karena dapat mengurangi kadar fosfor dalam darah.
INTERAKSI OBAT :
Pemberian bersama Simetidin atau Tetrasiklin dapat mengurangi absorpsi obat
tersebut.
CIMETIDINE
KOMPOSISI :
Tiap tablet mengandung Cimetidine 200 mg
CARA KERJA OBAT :
![Page 20: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/20.jpg)
Cimetidine adaiah penghambat histamin pada reseptor H2 secara selektif dan
reversible, penghambatan histamin pada reseptor H, akan menghambat sekresi
asam lambung baik pada keadaan istirahat maupun setelah perangsangan oleh
makanan, histamin, pentagastrin, kafein dan insulin. Cimetidine dengan cepat
diabsorbsi setelah pemberian oral dan konsentrasi puncak dalam plasma dicapai
dalam waktu 45-90 menit setelah pemberian. Cimetidine diekskresikan melalui
urin.
INDIKASI :
Pengobatan jangka pendek untuk tukak duodenum. Terapi pemeliharaan
tukak duodenum pada pengurangan dosis setelah penyembuhan tukak.
Pengobatan refluks gastroesofagus erosif. Pencegahan pendarahan saluran
pencernaan bagian atas pada penderita yang kritis. Pengobatan keadaan
hipersekresi patologis misalnya: sindroma Zollinger-Ellson, mastositosis
sistemik dan adenoma endokhn multiple.
KONTRA INDIKASI :
Pasien yang hipersensitif terhadap cimetidine
EFEK SAMPING
Pada susunan saral pusat: sakit kepala, pusing, mengantuk, mental
kebingungan, agitasi, psikosis, depresl, cemas, halusinasi. Pada sistem
endokrin: ginekomastia. Pada sistem hematologi: penurunan {jumlah sel
darah putih, agtanukisitosis, Irombosilopenia, anemia aplasik atau
pansitopenia yang jarang. Hipersensif I: demam dan reaksi alergi termasuk
anafilaksis. Pada sistem kardiovaskuler:bradikardia dan takikardia (jarang
terjadi). Ginjal: peningkatan kreatinin plasma, nefritis interstitial, retensi
urin.
DOSIS
Untuk tukak duodenum yang aktif
800 mg, 1 kali sehari pada malam hari.
Atau 300mg 4 kali sehari pada saat makan dan malam sebelum
tidur.
Atau 400 mg 2 kali sehari pagi hari dan malam sebelum tidur.
Lama pengobatan 4 hingga 6 minggu. Pemberian dengan antasida
![Page 21: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/21.jpg)
sebaiknya diberikan sesuai kebutuhan untuk mengurangi rasa sakit, akan
tetapi pemberian bersamaan dengan antasid tidak dianjurkan karena
antasid dapat mempengaruhi absorbsi cimetidine.
Terapi pemeliharaan : 400 mg, 1 kali sehari malam hari sebelum
tidur.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Cimetidine tidak boleh diberikan pada anak-anak dibawah 16 tahun
kecuali atas pertimbangan dokter.
Pemberian cimetidine pada ibu hamil dan menyusui hanya bila
sangat dibutuhkan.
Cimetidine tidak dapat digunakan untuk pengobatan simptomatis
pada keganasan lambung.
INTERAKSI OBAT
Cimetidine dapat mengurangi metabolisme anlikoagulan kumarin, fenitioin,
propanolol, nifedipin, diazepam, trisiklik, lidokain, teofilin dan metronidazol,
akibatnya akan menghambat eliminasi dan meningkatkan konsentrasi obat-obatan
ini dalam darah
VITAMIN B COMPLEX
Komposisi
Vit B1 100 mg, Vit B6 200 mg, Vit B12 250 mcg.
Farmakokinetik
- Vit B1 : Absorpsi per oral baik dalam usus halus dan duodenum.
Didegradasi di jaringan tubuh. Eksresi melalui urin.
- Vit B6 : Absorpsi melalui saluran cerna. Metabolit berupa 4-asam
piridoksat. Eksresi melalui urin.
- Vit B12 : Absorpsi per oral berlangsung lambat di ileum. Distribusi dalam
darah terikat protein terikat dengan protein plasma. Metabolisme di hati.
Eksresi melalui urin.
Farmakodinamik
- Vit B1 : tiamin pirofosfat (bentuk aktifnya) berfungsi sebagai koenzim
dalam karboksilasi asam piruvat dan asam ketoglutarat.
![Page 22: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/22.jpg)
- Vit B6 : merupakan koenzim yang berperan dalam metabolisme asam
amino.
- Vit B12 : bersama asam folat sangat penting untuk metabolisme intrasel,
dibutuhkan untuk sintesis DNA yang normal.
2. Hipertensi Stage 1
Anamnesis
Pasien mengeluhkan nyeri kepala sejak dua hari yang lalu. Nyeri dirasakan
seperti berdenyut dan berlokasi di kepala sebelah kanan. Pasien tidak meminum
obat untuk meredakan nyeri kepala tersebut, untuk meredam nyerinya pasien
hanya berusaha untuk tidur saja. Pasien sering mengeluh nyeri kepala sejak 2
tahun yang lalu.
Tatalaksana
Nifedipine 2x1
Captopril 2x1
Analisis Tatalaksana
NIFEDIPINE
KOMPOSISI
Tiap tablet salut selaput Nifedipine mengandung nifedipine 10 mg.
FARMAKOLOGI
Nifedipine bekerja sebagai antagonis kalsium dengan menghambat arus ion
kalsium masuk ke dalam otot jantung dari luar sel. Karena kontraksi otot polos
tergantung pada ion kalsium ekstra seluler, maka dengan adanya antagonis
kalsium dapat menimbulkan efek inotropik negatif. Demikian juga dengan Nodus
Sino Atrial (SA) dan Atrio Ventrikuler (AV) akan menimbulkan kronotropik
negatif dan perlambatan konduksi AV.
![Page 23: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/23.jpg)
INDIKASI
Indikasi Nifedipine adalah untuk pengobatan dan pencegahan insufiensi koroner
terutama angina pektoris, hipertensi kronik dan hipertensi urgensi.
KONTRAINDIKASI
Nifedipine jangan diberikan kepada penderita yang hipersensitif terhadap
nifedipin.
Nifedipine jangan diberikan pada wanita hamil.
Nifedipine jangan diberikan pada ibu menyusui karena nifedipine
diekskresi ke dalam ASI. Bila nifedipine sangat diperlukan, dianjurkan untuk
berhenti menyusui karena pengaruhnya terhadap bayi belum diketahui.
![Page 24: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/24.jpg)
Nifedipine jangan digunakan pada syok kardiovaskuler.
DOSIS DAN ATURAN PAKAI
Dosis tunggal 5 – 10 mg.
Dosis rata-rata 5 – 10 mg, 3 x sehari.
Interval tiap dua dosis paling sedikit 2 jam. Tablet ditelan utuh dengan
sedikit cairan. Bila diinginkan khasiat yang cepat, misalnya ketika terasa akan
datang serangan, tablet dikunyah dan dibiarkan menyebar dalam mulut. Nifedipin
akan diserap cepat oleh selaput lendir mulut.
EFEK SAMPING
Kadang-kadang mengakibatkan mual, sakit kepala, palpilasi, takikardia,
lemah, edema, hipotensi, reaksi hipersensitif.
Umumnya timbul pada awal pengobatan bersifat sedang dan sementara.
Hiperplasia gingival timbul pada kasus-kasus isolasi selama terapi jangka
panjang, yang hilang bila pengobatan dihentikan.
Gangguan fungsi hati (intrahepalik cholestalis, kenaikan transaminase)
jarang terjadi dan reversibel pada penghentian obat.
Pada pria lanjut usia, pemberian jangka panjang dapat menyebabkan
pembesaran kelenjar mammae (ginekomastia) yang hilang bila pengobatan
dihentikan.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Hati-hati bila diberikan bersama obat-obat golongan beta blocker dapat
menimbulkan hipotensi berat, payah jantung dan infark miokard.
Agar selalu dilakukan pengecekan/kontrol terhadap tekanan darah.
Penderita yang mendapat pengobatan dengan nifedipin harus dilakukan
pemeriksaan secara teratur.
Dapat mengganggu kemampuan mengendarai kendaraan bermotor atau
menjalankan mesin terutama pada awal pengobatan, pada kombinasi dengan
alkohol atau bila diganti dengan obat lain.
Hati-hati pada penderita dialisa dengan Malignant hypertension dan gagal
ginjal irreversibel dengan hipovolemia, karena dapat terjadi penurunan tekanan
darah akibat vasodilatasi.
![Page 25: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/25.jpg)
Dapat menimbulkan rasa sakit pada dada (gejala seperti angina pectoris)
yang biasanya timbul pada 30 menit setelah pemberian nifedipin.
Bila diberikan bersama dengan obat penghambat reseptor adrenergik
penderita harus dimonitor secara hati-hati karena kemungkinan timbulnya
hipotensi berat dan gagal jantung.
Hati-hati bila diberikan pada penderita diabetes mellitus karena walaupun
nifedipin bukan diaketogenik, tetapi pada kasus-kasus tertentu pernah dilaporkan
kenaikan temporer glukosa darah (hiperglikemia).
INTERAKSI OBAT
Efek menurunkan tekanan darah dan nifedipin dapat ditingkatkan oleh
obat-obat antihipertensi lain.
Simetidin dapat meningkatkan efek antihipertensi dari nifedipin.
CAPTOPRIL
KOMPOSISI / KANDUNGAN
Captopril 12,5 mg : Tiap tablet mengandung Captopril 12,5 mg.
Captopril 25 mg : Tiap tablet mengandung Captopril 12,5 mg.
Captopril 50 mg : Tiap tablet mengandung Captopril 12,5 mg.
FARMAKOLOGI
Captopril (kaptopril) adalah obat antihipertensi dan efektif dalam penanganan
gagal jantung dengan cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron. Renin
adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin plasma untuk
memproduksi angiotensin I yang bersifat inaktif. Angiotensin Converting Enzyme
(ACE), akan merubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang bersifat aktif dan
merupakan vasokonstriktor endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan sekresi
aldosteron dalam korteks adrenal.
Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan ginjal meretensi natrium dan
cairan, serta meretensi kalium. Dalam kerjanya, kaptopril akan menghambat ACE,
akibatnya pembentukan angiotensin II terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan
sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi
kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi
![Page 26: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/26.jpg)
beban jantung, baik afterload maupun preload, sehingga terjadi peningkatan kerja
jantung. Vasodilatasi yang timbul tidak menimbulkan efek takikardia.
INDIKASI
Untuk hipertensi berat hingga sedang, kombinasi dengan tiazid
memberikan efek aditif, sedangkan kombinasi dengan beta bloker memberikan
efek yang kurang aditif.
Untuk gagal jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol
dengan diuretik dan digitalis, dalam hal ini pemberian captopril diberikan bersama
diuretik dan digitalis.
KONTRAINDIKASI
![Page 27: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/27.jpg)
Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap captopril atau
penghambat ACE lainnya (misalnya pasien mengalami angioedema selama
pengobatan dengan penghambat ACE lainnya).
Wanita hamil atau yang berpotensi hamil.
Wanita menyusui.
Penderita gagal ginjal.
Stenosis aorta.
DOSIS DAN ATURAN PAKAI
Captopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari
kebutuhan penderita (individual).
Dosis Captopril untuk Dewasa
Hipertensi : Dosis awal 12,5 mg, 3 kali sehari. Bila setelah 2 minggu
penurunan tekanan darah masih belum memuaskan maka dosis dapat ditingkatkan
menjadi 25 mg, 3 kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi, tekanan darah masih
belum terkontrol sebaiknya ditambahkan obat diuretik golongan tiazid misal
hidroklorotiazid 25 mg setiap hari. Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan
pada interval satu sampai dua minggu. Maksimum dosis captopril untuk hipertensi
tidak boleh melebihi 450 mg dalam sehari.
EFEK SAMPING
Captopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 gram sehari pada 0,5%
penderita dan 1,2% penderita dengan penyakit ginjal. Dapat terjadi sindroma
nefrotik serta membran glomerulopati pada penderita hipertensi. Karena
proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan maka penderita
sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap bulan selama 8
bulan pertama pengobatan.
Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4% penderita. Efek samping
ini terutama terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini
muncul dalam 1 – 3 bulan pengobatan, pengobatan agar dihentikan sebelum
penderita terkena infeksi. Pada penderita dengan risiko tinggi harus dilakukan
hitung leukosit sebelum pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama
pengobatan dan secara periodik. Pada penderita yang mengalami tanda-tanda
![Page 28: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/28.jpg)
infeksi akut, pemberian captopril harus segera dihentikan karena merupakan
petunjuk adanya neutropenia.
Hipotensi dapat terjadi 1 – 1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa
dosis berikutnya, tapi biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya
menimbulkan rasa pusing yang ringan. Tetapi bila mengalami kehilangan cairan,
misalnya akibat pemberian diuretik, diet rendah garam, dialisis, muntah, diare,
dehidrasi maka potensi hipotensi tersebut menjadi lebih berat. Maka pengobatan
dengan captopril perlu dilakukan pengawasan medik yang ketat, terutama pada
penderita gagal jantung yang umumnya mempunyai tensi yang normal atau
rendah. Hipotensi berat dapat diatasi dengan infus garam faal atau dengan
menurunkan dosis captopril atau diuretiknya.
Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan
eosinofilia. Efek tersebut biasanya ringan dan menghilang beberapa hari setelah
dosis diturunkan.
Terjadi perubahan rasa, yang biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama dan
menghilang meskipun obat diteruskan.
Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan
ginjal, sehingga perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amilorida dan
pemberiannya harus dilakukan dengan hati-hati.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Keamanan penggunaan pada wanita hamil belum terbukti, bila terjadi
kehamilan selama pemakaian obat ini, maka pemberian obat captopril harus
dihentikan dengan segera.
Captopril harus diberikan dengan hati-hati pada wanita menyusui,
pemberian ASI perlu dihentikan karena ditemukan kadar dalam ASI lebih tinggi
dari pada kadar dalam darah ibu.
Pemberian pada anak-anak masih belum diketahui keamanannya, sehingga
captopril hanya diberikan bila tidak ada obat lain yang efektif.
Pemakaian pada lanjut usia harus hati-hati karena sensitivitasnya terhadap
efek hipotensif.
Hati-hati pemberian captopril pada penderita ginjal.
![Page 29: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/29.jpg)
Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejala-gejala angioedema seperti
bengkak mulut, mata, bibir, lidah, laring juga sukar menelan, sukar bernafas dan
serak.
Konsultasikan ke dokter bila menggunakan suplemen potassium,
potassium sparing diuretic dan garam-garam potassium.
Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan
gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus, bahkan dapat menyebabkan
kematian fetus atau neonatus. Pada kehamilan trimester II dan III dapat
menimbulkan gangguan antara lain : hipotensi, hipoplasia tengkorak neonatus,
anuria, gagal ginjal reversibel atau irreversible, dan kematian. Juga dapat terjadi
oligohidramnion, deformasi kraniofasial, perkembangan paru hipoplasia,
kelahiran prematur, perkembangan retardasi-intrauteri, paten duktus arteriosus.
Bayi dengan riwayat dimana selama di dalam kandungan ibunya
mendapatkan obat penghambat ACE, harus diobservasi intensif tentang
kemungkinan terjadinya hipotensi, oligouria dan hiperkalemia.
INTERAKSI OBAT
Alkohol.
Obat antiinflamasi terutama indometasin.
Suplemen potassium atau obat yang mengandung potassium.
Obat-obat berefek hipotensi.
3. Dislokasi wrist sinistra et causa Fraktur Colles
Anamnesis
Terkadang pasien mengeluh nyeri di pergelangan tangan kiri. Untuk mengurangi
keluhan, pasien mengobati dengan balsem. Riwayat jatuh dan dislokasi tangan kiri
pada satu tahun yang lalu.
Pada pemeriksaan Fisik
Deformitas wrist sinistra. Range of motion pada wrist sinistra terbatas (minimal)
Tatalaksana
Asam Mefenamat
Dexamethasone
![Page 30: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/30.jpg)
Analisis Tatalaksana
ASAM MEFENAMAT
KOMPOSISI / KANDUNGAN
Asam Mefenamat 250 mg : Tiap tablet mengandung Asam Mefenamat
250 mg.
Asam Mefenamat 500 mg : Tiap tablet mengandung Asam Mefenamat
500 mg.
FARMAKOLOGI
Cara Kerja Asam mefenamat adalah seperti OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-
Steroid atau NSAID) lain yaitu menghambat sintesa prostaglandin dengan
menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam mefenamat
mempunyai efek antiinflamasi, analgetik (antinyeri) dan antipiretik.
INDIKASI / KEGUNAAN
Indikasi Asam Mefenamat adalah untuk menghilangkan nyeri akut dan kronik,
ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore
primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis
operasi, dan nyeri pada persalinan.
KONTRAINDIKASI
Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan
hipersensitif terhadap asam mefenamat.
Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan
peradangan saluran cerna.
DOSIS DAN ATURAN PAKAI
Dewasa dan anak di atas 14 tahun : Dosis awal yang dianjurkan 500 mg
kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.
Dismenore : Asam Mefenamat 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat
mulai menstruasi ataupun sakit dan dilanjutkan selama 2-3 hari.
Menoragia : Asam Mefenamat 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat
mulai menstruasi dan dilanjutkan selama 5 hari atau sampai perdarahan berhenti.
EFEK SAMPING
![Page 31: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/31.jpg)
Gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual,
muntah dan diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur,
vertigo, dispepsia.
Pada penggunaan terus-menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari,
asam mefenamat dapat mengakibatkan agranulositosis dan anemia hemolitik.
INTERAKSI OBAT
Obat yang terikat pada protein plasma : menggeser ikatan dengan protein
plasma, sehingga dapat meningkatkan efek samping (contoh : hidantoin,
sulfonylurea).
Obat antikoagulan & antitrombosis : sedikit memperpanjang waktu
prothrombin & Waktu thromboplastin parsial. Jika Pasien menggunakan
antikoagulan (warfarin) atau zat thrombolitik (streptokinase), waktu prothrombin
harus dimonitor.
Lithium : meningkatkan toksisitas Lithium dengan menurunkan eliminasi
lithium di ginjal.
Obat lain yang juga memiliki efek samping pada lambung : kemungkinan
dapat meningkatkan efek samping terhadap lambung.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Terhadap Kehamilan : Tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh
wanita hamil. Terutama pada akhir masa kehamilan atau saat melahirkan karena
efeknya pada sistem kardiovaskular fetus (penutupan prematur duktus arteriosus)
& kontraksi uterus.
Terhadap Ibu Menyusui : Didistribusikan melalui air susu ibu, sehingga
tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh ibu yg sedang menyusui.
Terhadap Anak-anak : Belum ada studi keamanan & efikasi penggunaan
asam mefenamat pada pasien anak dibawah 14 tahun. Belum ada studi tentang
keamanan untuk anak
Terhadap Hasil Laboratorium : Dapat menyebabkan reaksi false-positif
tes urin menggunakan tes tablet diazo.
DEXAMETHASONE
KOMPOSISI
![Page 32: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/32.jpg)
Dexamethasone 0,5 mg : Setiap tablet mengandung deksametason 0,5 mg.
Dexamethasone 0,75 mg : Setiap tablet mengandung deksametason 0,75 mg.
FARMAKOLOGI
Dexamethason (deksametason) adalah obat antiinflamasi dan antialergi
yang sangat kuat. Sebagai perbandingan Dexamethasone 0,75 mg setara dengan
obat sebagai berikut : cortisone 25 mg, hydrocortisone 20 mg, prednisone 5 mg,
dan prednisolone 5 mg.
Deksametason tidak mempunyai aktivitas mineral kortikosteroid dari
cortisone atau hydrocortisone, sehingga pengobatan untuk kekurangan
adrenocortical tidak berguna.
INDIKASI
Obat ini digunakan sebagai glucocorticoid khususnya untuk :
Antiinflamasi,
Pengobatan rematik arthritis, dan penyakit kolagen lainnya,
Alergi dermatitis,
Penyakit kulit,
Penyakit inflamasi pada masa dan kondisi lain dimana glucocorticoid
berguna lebih menguntungkan seperti penyakit leukemia tertentu dan limfoma dan
inflamasi pada jaringan lunak dan anemia hemolitik.
KONTRAINDIKASI
Penderita yang hipersensitif terhadap deksametason.
Penderita infeksi jamur sistemik.
Jangan diberikan kepada penderita herpes simpleks pada mata,
tuberkulosis aktif, peptik ulcer aktif atau psikosis kecuali dapat menguntungkan
penderita.
Jangan diberikan kepada wanita hamil karena akan terjadi hipoadrenalisme
pada bayi yang dikandungnya, atau diberikan dengan dosis yang serendah-
rendahnya.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
Kekurangan adrenocortical sekunder yang disebabkan oleh pengobatan
dapat dikurangi dengan mengurangi dosis secara bertahap.
![Page 33: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/33.jpg)
Ada penambahan efek kortikosteroid pada penderita dengan
hipotiroidisme dan sirosis.
EFEK SAMPING
Pengobatan yang berkepanjangan dapat mengakibatkan efek katabolik
steroid seperti kehabisan protein, osteoporosis, dan penghambatan pertumbuhan
anak.
Penimbunan garam, air dan kehilangan potassium jarang terjadi bila
dibandingkan dengan glucocorticoid lainnya.
Penambahan nafsu makan dan berat badan lebih sering terjadi.
INTERAKSI OBAT
Insulin, hipoglikemik oral : menurunkan efek hipoglikemik.
Fenitoin, fenobarbital, dan efedrin : meningkatkan clearance metabolik
dari deksametason, menurunkan kadar steroid dalam darah dan aktifitas fisiologis.
Antikoagulan oral : meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin.
Diuretik yang mendepresi kalium : meningkatkan risiko hipokalemia.
Glikosida kardiak : meningkatkan risiko aritmia atau toksisitas digitalis
sekunder terhadap hipokalemia.
Antigen untuk tes kulit : menurunkan reaksivitas.
Imunisasi : menurunkan respon antibodi.
DOSIS DAN ATURAN PAKAI
Dewasa : 0,5 mg – 10 mg per hari.
Anak-anak : 0,08 mg – 0,3 mg/kg berat badan per hari dibagi dalam 3
atau 4 dosis.
MASALAH POLIFARMASI PASIEN
1. Pasien tergolong polifarmasi
2. Terdapat Interaksi obat
Antasida Pemberian bersama Simetidin atau Tetrasiklin dapat mengurangi
absorpsi obat tersebut. Bila sedang menggunakan obat tukak
lambung lain seperti Simetidin atau antibiotika Tetrasiklin harap
diberikan dengan selang waktu 1-2 jam.
Cimetidine Cimetidine dapat mengurangi metabolisme anlikoagulan
![Page 34: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/34.jpg)
kumarin, fenitioin, propanolol, nifedipin, diazepam, trisiklik,
lidokain, teofilin dan metronidazol, akibatnya akan menghambat
eliminasi dan meningkatkan konsentrasi obat-obatan ini dalam
darah
Nifedipine Efek menurunkan tekanan darah dan nifedipin dapat
ditingkatkan oleh obat-obat antihipertensi lain. Simetidin dapat
meningkatkan efek antihipertensi dari nifedipin.
Asam
Mefenamat
Kontraindikasi pada penderita tukak lambung, radang usus,
gangguan ginjal, asma dan hipersensitif terhadap asam
mefenamat.
Vitamin B
kompleks
Vit.B12 disebut juga cyanocobalamin, mengandung logam Co
(kobalt). Jika diminum bersama antasida, Co akan terikat dan
tidak dapat terserap oleh tubuh sehingga efek obat berkurang.
Pembahasan
Pemberian obat antasida, cimetidine, nifedipine dan vitamin B kompleks, jangan
diminum secara bersamaan. Obat diminum dengan selang waktu 1-2 jam. Untuk
meminimalkan efek interaksi dari ketiga obat tersebut.
Pada pasien gastritis, dihindarkan pemberian golongan NSAID seperti asam
mefenamat karena dapat memperparah proses peradangan lambung dan dapat
memicu timbulnya tukak lambung.
![Page 35: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/35.jpg)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Pergelangan Tangan (Wrist)
Wrist adalah sendi bagian distal dari extremitas superior. Pada dasarnya
sendi wrist mempunyai dua derajat kebebasan yaitu parmal-dorsal fleksi serta
radial dan ulnar deviasi. Tangan mempunyai kemampuan untuk melakukan
gerakan-gerakan halus (hine movement) yang terkoordinir dan otomatis. Untuk
melakukan gerakan sendi ini juga diperlukan antara lain otot-otot yang membantu
menggerakkan pergelangan tangan dan jari-jari, ligament-ligament yang ada di
sekitar sendi yang merupakan penghubung kedua buah tulang atau lebih sehingga
tulang menjadi kuat untuk melakukan sebuah gerakan, dan yang terakhir adalah
persarafan yang berperan menggerakkan otot-otot pada pergelangan
tangan sehingga dapat menghasilkan sebuah gerakan.
Persendian pada sendi wrist terdiri dari distal radioulnar joint, radiocarpal
(wrist) joint, intercarpal joint, midcarpal joint, carpometacarpal joint,
metacarpophalangeal, interphalangeal joint. Distal radioulnar joint adalah sendi
yang menghubungkan antara dua tulang yaitu tulang radius dan tulang ulnar pada
bagian distal. Radiocarpal joint adalah sendi yang menghubungkan antara tulang
radius dan tulang-tulang carpal. Intercarpal joint adalah sendi yang
menghubungkan antara tulang-tulang carpal yang berada di sampingnya.
Midcarpal joint adalah sendi yang menghubungkan antara tulang carpal proksimal
dengan tulang carpal distal. Carpometacarpal joint adalah sendi yang
menghubungkan antara tulang carpal dengan tulang metacarpal.
Metacarpophalangeal joint adalah sendi yang menghubungkan antara tulang
metacarpal dengan phalank. Yang terakhir adalah interphalank joint, dan
interphalank ini terbagi menjadi dua yaitu proksimal interphalank dan distal
interphalank. Proksimal interphalank adalah sendi yang menghubungkan tulang-
tulang phalank pada bagian proksimal atau pangkal, sedangkan distal interphalank
adalah sendi yang menghubungkan antara tulang-tulang phalank bagian distal atau
ujung.
![Page 36: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/36.jpg)
Tulang Pembentuk Sendi Wrist
Tulang-tulang pembentuk sendi wrist disusun dalam beberapa kelompok,
antara lain, tulang-tulang karpal, metacarpal, dan phalank. Tulang-tulang carpal
terdiri dari delapan tulang kecil ireguler yang tersusun dalam dua jalur, masing-
masing jalur terdiri dari empat tulang ireguler. Pada jalur proksimal dalam
susunan lateromedial terdapat tulang scaphoid atau navikular, lunatum atau
semilunar, triquetrum, dan pisiform. Sedangkan pada jalur distal dalam susunan
lateromedial terdapat tulang trapezium (multangulum mayus), trapezoid
(multangulum minus), kapitatum, hamatum. Tulang-tulang pergelangan tangan
atau tulang-tulang karpal berartikulasi ke atas dengan tulang radius dan ulna, dan
ke bawah berartikulasi dengan tulang-tulang metacarpal.
![Page 37: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/37.jpg)
3.2 Fraktur Colles
Definisi
Menurut Abraham colles 1814, fraktur colles adalah fraktur metafisis
distal radius yang sudah mengalami osteoporosis, garis fraktur transversal,
komplit, jaraknya 2-2,5cm proximal garis sendi, bagian distal beranjak ke dorsal
dan angulasi ke radial serta fraktur avulsi dari processus styloideus ulna.
Epidemiologi
Fraktur colles merupakan kira-kira 8-15% dari seluruh fraktur dan 60% dari
fraktus radius. Prevalensi kejadian fraktur colles , umur atas 50 tahun wanita lebih
banyak dari pada pria (5:1), sedang umur sebelum 50 tahun wanita sama dengan
pria. Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata pertahun
0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 – 59 tahun
Etiologi
Fraktur Colles dapat timbul setelah penderita terjatuh dengan tangan posisi
terkadang dan meyangga badan. Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka
dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan
![Page 38: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/38.jpg)
terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi). Pada saat
terjatuh sebagian energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan persendian
tangan, kemudian diteruskan ke distal radius, hingga dapat menimbulkan patah
tulang pada daerah yang lemah yaitu antara batas tulang kortikal dan tulang
spongiosa.
Patofisiologi
Apabila tulang hidup normal mendapat tekanan yang berlebihan, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan tersebut
mengakibatkan jaringan tidak mampu menahan kekuatan yang mengenainya.
Maka tulang menjadi patah sehingga tulang yang mengalami fraktur akan terjadi
perubahan posisi tulang, kerusakan hebat pada struktur jaringan lunak dan
jaringan disekitarnya yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan
persyarafan yang mengelilinginya. Periosteum akan terkelupas dari tulang dan
robek dari sisi yang berlawanan pada tempat terjadinya trauma. Ruptur pembuluh
darah didalam fraktur, maka akan timbul nyeri. Tulang pada permukaan fraktur
yang tidak mendapat persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua
millimeter. Setelah fraktur lengkap, fragmen-fragmen biasanya akan bergeser,
sebagian oleh karena kekuatan cidera dan bisa juga gaya berat dan tarikan otot
yang melekat. Fraktur dapat tertarik dan terpisah atau dapat tumpang tindih akibat
spasme otot, sehingga terjadi pemendekkan tulang dan akan menimbulkan derik
.atau krepitasi karena adanya gesekan antara fragmen tulang yang patah
![Page 39: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/39.jpg)
Manifestasi Klinik
Terdapat :
Pembengkakan pada pergelangan tangan jika fraktur berat karena terjadi extra
vasasi darah. Nyeri pada pergerakan atau penekanan. Terbatasnya gerakan sendi
pergelangan tangan. Deformitas yang menyerupai garpu, dikenal sebagai “dinner
fork deformity” (dimana bagian distal fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal dan
radial, bagian distal ulna menonjol ke arah volar, sementara tangan biasanya
dalam posisi pronasi)
KLASIFIKASI MENURUT FRYKMAN
Penatalaksanaan
Imobilisasi, dapat dengan cara :
External fixation, yang dapat digunakan pada fraktur yang sangat tidak stabil dan
pada orang berusia lebih dari 60 tahun
Lama imobilisasi
Lamanya pemasangan gip bervariasi 3-6 minggu. Setelah 28 hari fraktur sudah
cukup stabil dan boleh mobilisasi. Pada kasus yang minimal displacement
imobilisasi cukup 3-4 minggu.
![Page 40: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/40.jpg)
3.3 Gastritis
Pengertian Gastritis
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung,
yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau
bahan iritan lain. Gastritis adalah suatu peradangan atau perdarahan pada mukosa
lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam
pola makan, misalnya telat makan, makan terlalu banyak, cepat, makan makanan
yang terlalu banyak bumbu dan pedas.
Gastritis Akut
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat
jinak dan sembuh sempurna. Gastritis akut terjadi akibat respons mukosa lambung
terhadap berbagai iritan lokal. Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian
besar kasus merupakan penyakit yang ringan. Bentuk terberat dari gastritis akut
disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan
mukosa menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat
terjadi yang mengakibatkan obstruksi pylorus.
Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk
penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut
gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa
lambung dalam berbagai derajat dan terjadi drosi yang berarti hilangnya
kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada
mukosa lambung tersebut.
Gastritis Kronik
Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina
propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu
limfosit dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan secara histologis sebagai
peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Derajat paling
ringan gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis, yang mengenai bagian
sub epitel di sekitar cekungan lambung.
Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe, yaitu tipe
A yang merupakan gastritis autoimun yang terutama mengenai tubuh dan
berkaitan dengan anemia pernisiosa; dan tipe B yang terutama meliputi antrum
![Page 41: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/41.jpg)
dan berkaitan dengan infeksi Helicobacter pylori. Klasifikasi histologi yang
sering digunakan membagi gastritis kronik menjadi :
1. Gastritis kronik superficial
Apabila dijumpai sebukan sel-sel radang kronik terbatas pada lamina propria
mukosa superfisialis dan edema yang memisahkan kelenjar-kelenjar mukosa,
sedangkan sel-sel kelenjar tetap utuh. Sering dikatakan gastritis kronik
superfisialis merupakan permulaan gastritis kronik.
2. Gastritis kronik atrofik
Sebukan sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai dengan distorsi dan
destruksi sel kelenjar mukosa lebih nyata.
3. Atrofi lambung
Atrofi lambung dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik. Pada saat itu
struktur kelenjar menghilang dan terpisah satu sama lain secara nyata dengan
jaringan ikat, sedangkan sebukan sel-sel radang juga menurun.
4. Metaplasia intestinal
Suatu perubahan histologis kelenjar-kelenjar mukosa lambung menjadi kelenjar-
kelenjar mukosa usus halus yang mengandung sel goblet. Perubahan-perubahan
tersebut dapat terjadi secara menyeluruh pada hampir seluruh segmen lambung,
tetapi dapat pula hanya merupakan bercak-bercak pada beberapa bagian lambung.
Manifestasi Klinis
Sindrom dispepsia berupa berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah
merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan
saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disesuaikan dengan
tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih
dalam, tanpa riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu.
Penatalaksanaan Gastritis
Menurut Hirlan dalam Suyono(2001: 129), penatalaksanaan medikal untuk
gastritis akut adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan
posisi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam
lambung berupa antagonis reseptor H2 inhibition pompa proton, antikolinergik
![Page 42: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/42.jpg)
dan antasid juga ditujukan sebagai sifoprotektor berupa sukralfat dan
prostaglandin.
3.4 Hipertensi
Faktor usia juga berpengaruh terhadap hipertensi yang diderita oleh pasien. Faktor
yang berperan dalam kejadian hipertensi pada usia tua adalah sebagai berikut :
Penurunan kadar renin akibat menurunnya jumlah nefron akibat proses
menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus yaitu kejadian : hipertens-
gromerulo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.
Peningkatan senssitivitas terhadap asupan natrium.
Penurunan elastisistas pada pembuluh darah perifer akibat proses menua
yang akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer
Perubahan ateromatus akibat proses menua menyebabkan disfungsi
endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan susbstansi kimiawi
lain yang kemudian menyebabkan resorbsi natrium di tubulus ginjal,
meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain yang
mengakibatkan kenaikan tekanan darah.
- Pemeriksaan fisik :
Pemilihan dua obat untuk menangani hipertensi pada pasien sesuai dengan
anjuran penatalaksanaan hipertensi untuk hipertensi grade I dari JNC VII yang
bisa dilihat pada tabel berikut :
![Page 43: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/43.jpg)
3.5 Gangguan Kognitif Ringan
Gangguan kognitif ringan merupakan suatu bentuk transisi antara keadaan
normal dan demensia alzheimer. Memiliki kriteria sebagai berikut: keluhan
gangguan memori (dikemukakan oleh perawat), adanya gangguan memori pada
pemeriksaan objektif, fungsi kognitif secara umum baik, ADL intak, tidak
mengalamo demensia.
Akhir-akhir ini kriteria MCI yang sering digunakan adalah a.penderita bisa
normal atau demensia, b.terdapat bukti memburuknya fungsi kognitif, c.ADL
masih dipertahankan dan fungsi instrumental komplek masih intak atau terganggu
minimal.Perubahan MCI menjadi alzheimer dilaporkab 2-31% per tahun, lebih
banyak terjadi pada mereka yang dirawat di klinik dibandingkan di masyarakat.
Pencegahan demensia :
A. Secara teratur periksa tekanan darah
B. Mencegah cedera kepala
C. Tetap melakukan kegiatan yang merangsang intelektual dan aktivitas sosial
D. Mencegah paparan radiasi dan elektromagnet
E. Diet cukup vitamin E atau suplemen vitamin E kurang dari 400U/hari.
F. Upayakan makan sehat, kurangi lemak
G. Upayakan asupan vitamin B.12 dan asam folat yang cukup
![Page 44: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/44.jpg)
H. Tidak merokok
I. Aktivitas fisik cukup dan tidur yang cukup
Rekomendasi :
A.jangan menggunakan statin untuk pencegahan demensia
B. jangan menggunakan obat NSAID
C.jangan gunakan TSH atau estrogen untuk pencegahan
D.jangan gunakan inhibitor kolesterase untuk pencegahan
KESIMPULAN
Ny.SM 67 tahun dengan multipatologi dan sudah masuk ke dalam kategori
geriatri. Diagnosis pasien ini adalah :
O Dislokasi wrist et causa Fraktur Colles
O Gastritis
O Hipertensi stage I (klasifikasi JNC VII)
O Gangguan kognitif ringan
Tatalaksana yang dilakukan tidak hanya dari segi farmakologi, namun dari segi
non farmakologi (nutrisi, edukasi). Sehingga diperlukan sebuah tim yang meliputi
spesialis penyakit dalam, spesialis saraf, perawat geriatric (bisa digantikan oleh
keluarga), psikologi untuk supportif dari segi psikologi.
![Page 45: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/45.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunton L, Parker K, Blumenthal D, Buxton I. Goodman & Gilman’s
manual of pharmacology and therapeutics. New York: Mc Graw-Hill.
2008.
2. Ganong, William F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
3. Guyton, Arthur C., John E. Hall. 2001.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Jakarta: EGC
4. Katzung BG. Basic and clinical pharmacology. 10th
ed. New York:
McGraw-Hill; 2007.
5. Lutman. Color Atlas of Pharmacology. Thieme;2000.
6. Prince, Sylvia A., Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
![Page 46: hgjgjgj](https://reader034.vdokumen.com/reader034/viewer/2022050808/55cf992b550346d0339bfaa4/html5/thumbnails/46.jpg)
LAMPIRAN FOTO PASIEN NY.SM