hgjgjgj

46
MAKALAH POLIFARMASI Oleh : Aulia Ajrina 1110103000065 STASE KLINIK GERIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: tenialfitri

Post on 27-Nov-2015

32 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

kjkjkhggjg hghjghgddfg jhkjhkjhfg

TRANSCRIPT

Page 1: hgjgjgj

MAKALAH

POLIFARMASI

Oleh :

Aulia Ajrina

1110103000065

STASE KLINIK GERIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2014

Page 2: hgjgjgj

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. SM

Usia : 67 tahun

Tanggal Lahir : 12 April 1946

Jenis kelamin : Perempuan

Status perkawinan : Janda

Alamat : Kota Bambu Utara

Agama : Kristen

Suku : Jawa

Pendidikan : SD

Ruang rawat : Ruang Tulip

Tanggal masuk panti : 3 Maret 2009

Tanggal Pemeriksaan : 6 Januari 2014

II. KELUHAN UTAMA

Pasien mengeluhkan nyeri kepala sejak dua hari yang lalu

III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien mengeluhkan nyeri kepala sejak dua hari yang lalu. Nyeri

dirasakan seperti berdenyut dan berlokasi di kepala sebelah kanan. Pasien

tidak meminum obat untuk meredakan nyeri kepala tersebut, untuk

meredam nyerinya pasien hanya berusaha untuk tidur saja. Pasien sering

mengeluh nyeri kepala sejak 2 tahun yang lalu.

Selain nyeri kepala pasien juga menegeluhkan adanya rasa nyeri di

perutnya terutama di daerah ulu hati. Rasa nyeri tersebut digambarkan

pasien sebagai rasa perih dan rasa penuh di perut. Pasien juga mengeluh

mual namun tidak sampai muntah. Akibat rasa nyeri pada perut dan mual

yang dirasakan pasien menjadi tidak mau makan, makanan yang masuk

hanya sedikit sekali. Terkadang rasa nyeri disertai sesak napas.Pasien juga

Page 3: hgjgjgj

belum meminum obat apapun untuk meredakan nyeri perut dan mual

tersebut. Untuk mengurangi keluhannya, pasien sering mengkonsumsi

jamu. Namun keluhan sering kambuh berulang.

Terkadang pasien mengeluh nyeri di pergelangan tangan kiri.

Untuk mengurangi keluhan, pasien mengobati dengan balsem. BAK dan

BAB pasien tidak ada keluhan. Riwayat demam disangkal.

III. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat hipertensi sejak 2 tahun yang lalu, namun tidak teratur

minum obat. Tidak ada riwayat penyakit jantung, hati, kencing manis, dan

asma. Riwayat jatuh dan dislokasi tangan kiri pada satu tahun yang lalu.

Riwayat dirawat di RS dan riwayat operasi disangkal.

IV. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Dikeluarga tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti

pasien. Riwayat penyakit jantung, hati, hipertensi, kencing manis dan

asma disangkal.

V. RIWAYAT SOSIAL DAN KEBIASAAN

Pasien cukup sering berinteraksi dengan teman satu kamarnya dan

teman sebaya lainnya. Pasien aktif mengikuti kegiatan keagamaan di

gereja. Pasien juga rutin mengikuti kegiatan senam pagi.

Pasien jarang makan teratur. Sering mengkonsumsi makanan

pedas. Pasien sering meminum kopi dan jamu. Riwayat merokok dan

minum alkohol tidak ada.

VI. ANALISA KEUANGAN

Saat ini pasien tinggal di panti tanpa penghasilan. Untuk kehidupan

sehari-hari ditanggung oleh panti (sandang, pangan, kesehatan).

VII. ANALISA LINGKUNGAN PANTI

Pasien tinggal di kamar lantai 1, ruang Tulip. Lantai dikamar

pasien cukup bersih dan kering. Tidak ada karpet dan lantai terbuat dari

Page 4: hgjgjgj

keramik yang tidak licin. Penerangan di kamar pasien baik. Kloset yang

terdapat di kamar pasien cukup baik dengan bentuk kloset duduk

dan terdapat pegangan di dinding kamar mandi. Sirkulasi udara cukup

karena jendela kamar selalu terbuka. Penerangan dalam kamar juga cukup.

VIII. ANALISA GIZI

O BB : 59 kg TB : 152 cm

O IMT : 25,54 overweight (kriteria Asia Pasifik)

O Kebutuhan kalori basal : 1153 kkal

O keb.kalori/hari :1153 kkal x 1.12 : 1292 kkal

O Karbohidrat 60%: 194 g

O Protein 25% : 81 g

Page 5: hgjgjgj

O Lemak 15% : 22 g

Pemeriksaan MNA

IX. ANAMNESIS SISTEM

Page 6: hgjgjgj

X. PEMERIKSAAN FUNGSI KOGNITIF (MMSE)

Interpretasi hasil : gangguan kognitif ringan

Page 7: hgjgjgj

UJI AMT

XI. PEMERIKSAAN FUNGSIONAL (ADL)

Indeks ADL Barthel

Page 8: hgjgjgj

XII. PEMERIKSAAN BERG BALANCE SCALE

XIII. PEMERIKSAAN GERIATRIC DEPRESSION SCALE

Hasil : Pasien tidak mengalami depresi

Page 9: hgjgjgj

XIV. PEMERIKSAAN FISIK

1. Pola dan analisa jalan

Pasien tidak menggunakan kursi roda, dari duduk ke berdiri pasien

berpegangan atau bantuan minimal satu orang.

2. Keadaan umum

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4M5V6

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan

Status gizi : BB 59 TB 152 BMI 25,54

LLA 25 mm

Tanda Vital : TD duduk : 140/90 mmHg

TD Berbaring : 140/90 mmHg

Nadi : 84x/menit,regular,isi cukup

Suhu : 36,5o C

Pernafasan : 18x/menit regular

Keadaan Lokal

Trauma Stigmata : -

Perdarahan perifer : Capillary refill time <3 detik

KGB : tidak teraba membesar, nyeri tekan (-)

Columna Vertebralis : Lurus ditengah, tidak ada nyeri tekan

3. Kulit

Pada region retroaurikuler terdapat papul dan bercak hiperpigmentasi

4. Kepala : Normochepal Rambut sebagian putih tidak mudah

dicabut; Jejas (-)nyeri Tekan perikranial (-)

5. Mata : Conjungtiva anemis (-) / (-)

Sklera Ikterik (-) / (-)

RCL (+) / (+) RCTL (+) / (+)

Pupil Bulat Isokhor

6. THT

- Telinga : normotia, Deformitas (-)/ (-)

- Hidung : Pernafasan cuping hidung ( - ): Deformitas (-);Sekret -/-,

hiperemis -/-, deviasi septum (-), edema -/-

Page 10: hgjgjgj

- Tenggorokan : T1/T1 Tidak hiperemis

7. Leher : Trakea di tengah, Tiroid tidak teraba, JVP 5-2 cmH20 ;

Penggunaan otot pernafasan tambahan m.

sternokleidomastoideus (-): pembesaran KGB (- ) nyeri

tekan (-)

8. Mulut : Oral hygiene kurang, lidah tidak deviasi, gigi palsu (-),

faring tidak hiperemis, hanya tersisa dua buah gigi.

9. Paru

Inspeksi : gerakan nafas simetris dalam statis & dinamis

Palpasi : Nyeri tekan (-), emphysema subkutis (-) vokal

fremitus sama pada lapang paru dextra et

sinistra

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : suara napas vesikuler. Suara napas tambahan ronkhi -/-.

Wheezing -/-

10. Jantung

Inspeksi : Ictus Cordis tidak terlihat

Palpasi : teraba Ictus ordis pada 2 jari medial MCL ICS

5 sinistra

Perkusi : Pinggang jantung ICS III PSL sinistra

: Batas kanan ICS 4 PSL dextra

: Batas Kiri 2 jari medial MCL ICS 5 sinistra

Auskultasi : BJ I & II regular, Murmur (-), Gallop (-)

10. Abdomen

Inspeksi : perut membuncit

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), defanse muscular (-),

hepatoslenomegali (-) Nyeri tekan epigastrium (+)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : BU (+) normal

11. Punggung :deformitas (-), gibus (-)

12. Genitalia Eksterna : tidak diperiksa

13. Otot & Kerangka

- Analisa berjalan: pasien tidak menggunakan kursi roda

Page 11: hgjgjgj

- Pemeriksaan untuk ekstremitas bawah dekstra et sinistra muskuloskeletal

dalam batas normal. Ekstremitas atas kanan dalam batas normal. Pada

pergelangan tangan kiri terdapat dislokasi.

Ekstermitas atas Bahu Siku Wrist (hand) Jari tangan

Deformitas - - + -

Nyeri - - - -

Bejolan - - - -

ROM

- - Fleksi

- - Ekstensi

- - Abduksi

- - adduksi

- - Endorotasi

- - Eksorotasi

- - Pronasi

- - Supinasi

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/pasif

Max/pasif

Max/pasif

Max/pasif

Max/pasif

Max/pasif

Max/pasif

Max/pasif

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Ekstremitas bawah Paha Lutut Wrist Foot Jari kaki

Deformitas - - - -

Nyeri - - - -

Bejolan - - - -

ROM

- - Fleksi

- - Ekstensi

- - Abduksi

- - adduksi

- - Endorotasi

- - Eksorotasi

- - Pronasi

- - Supinasi

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Max/Max

Page 12: hgjgjgj

A. PEMERIKSAAN STATUS NEUROLOGIS

GCS : E4M5V6

TRM : Kaku kuduk (-) Brudzinski I (- / -)

: Laseque >70o/>70

o

: Kernig >135o/>135

o Brudzinski II (- / - )

Nervus kranialis

N.I - Olfaktori : normosmia Dextra et Sinistra

N.II - Optikus

Visus Campus : Sama dengan pemeriksa Dextra et Sinistra

Lihat warna : tidak diperiksa

Funduskopi : tidak diperiksa

N II & III

Pupil Bulat Isokhor Ø 3mm /3mm

OD OS

RCL + +

RCTL + +

N. III (oculomotor) ,IV (tokhlearis) dan VI (absusen)

1) NIII

Ptosis : pasien bisa membuka kedua mata saat

pemeriksa memberikan tahanan dengan

menekan ringan kelopak mata (m.levator

palpebra)

Akomodasi : saat melihat jari (benda) kedua bola mata

bergerak kearah nasal dan pupil miosis

2) N.III .IV,VI

Kedudukan bola mata : Ortophori Dextra et Sinistra

Page 13: hgjgjgj

Pergerakan bola mata :

OD OS

Eksoftalmus : OD (–) OS(-)

N. V (trigeminus)

1) Cab. Motorik

a) Gerakan Rahang

- Saat pemeriksa memberikan tahanan ketika pesien

menggerakkan rahangnya ke bawah ke samping kiri dan

kanan agar kembali ke posisi tengah pasien bisa

mempertahankan posisinya

- Saat pemeriksa menarik dagu kebawah pasien mengatup

mulutnya dengan kuat.

b) Menggigit

Saat menggigit tonus m.masetter dan m.tempralis teraba sama

besar

2) Cab. Sensorik

Tidak ada perbedaan sensibilitas tiga dermatom Opthalmicus,

maksilaris, dan mandibularis dextra et Sinistra

3) Reflek

a) Refleks Masetter : tidak ada gerakan menutup mulut ketika

jari pemeriksa yang berada di dagu pasien

(posisi melintang) dipukul dengan hammer

N. VII (fasialis)

1) Motorik

orbitofrontal

- wajah pasien simetris

Page 14: hgjgjgj

- Gerakan saat mengangkat alis dan mengerutkan dahi pasien

dekstra et.sisnistra simetris

Orbikularis

- Sudut bibir dan plica nasolabialis dekstra tidak ada yang lebih

datar dekstra et sisnistra saat pasien diminta untuk menyeringai

sambil menunjukkan gigi geligi

Tidak ada kebocoran pipi dekstra et.sisnistra saat pasien diminta

menggembungkan pipi & pemeriksa menekan pipi pasien

2) Sensorik

Pengecapan 2/3 lidah bagian depan dekstra et.sisnistra (tidak

diperiksa)

N.VIII (vestobulochoclear)

Vestibular

- Vertigo, Nistagmus (maneuver hallpike tidak diperiksa)

- Romberg Tes, Romberg dipertajam, Fukuda,Tandem gait, jari-jari,

jari-hidung dan salah tunjuk (tidak dilakukan).

Pasien tidak dapat mendengar detik arloji pada jarak 1 meter

N. IX (glosofaringeus), X (vagus)

o Motorik uvula ditengah, tidak tertarik ke kanan atau kekiri baik

statis dan dinamis

N. XI (Aksesorius)

o m.trapezius

saat mengangkat bahu pasien bisa melawan tahanan pemeriksa

o m.Sternokleidomastoideus

Saat menoleh ke satu sisi (kanan dan kiri) pasien bisa melawan

tahanan yang dilakukan pemeriksa

N. XII (Hipoglosus)

o Saat membuka mulut, lidah (statis) tidak ada deviasi, tidak ada

tremor atau fasikulasi

o Saat menjulurkan lidah (dinamis) tidak ada deviasi ke kanan

sedikit, tidak ada tremor atau fasikulasi

o Kekuatan pada saat pasien menekan lidah pada pipi nya sama

Page 15: hgjgjgj

Trofi : eutrofi

Tonus : Normotonus

Sistem Motorik : Ekstremitas : Atas 5555 | 5555

: Bawah 5555 | 5555

Sistem Sensorik

Propioseptif : Dextra et Sinistra baik

Eksteroseptif : Dextra et Sinistra baik

Fungsi Otonom

Miksi : Baik

Defekasi : Baik

Sekresi Keringat : Baik

Reflek Fisiologis

Biseps : +2 |+ 2

Triseps : +2 |+ 2

Radius : +2 |+ 2

Patella : +2 |+ 2

Achiles : +2 |+ 2

Reflek Patologi

Hoffman tromer : - | -

Babinski : - | -

Chaddok : - | -

Oppenhein : - | -

Schafer : - | -

Gonda : - | -

Rossolimo : - | -

Mendel-Bechterew : - | -

Klonus Patella : - | -

Klonus Achiles : - | -

Gerakan Involunter

Tremor : - | -

Khorea : - | -

Mioklonik : - | -

Tik : - | -

Page 16: hgjgjgj

Fungsi Serebelar

Ataksia : - | -

Disdiadokinesis : - | -

Jari-jari : - | -

Jari-hidung : - | -

Tumit-lutut : tidak diperiksa

Fenomena Rebound : - | -

Hipotoni : - | -

Romberg : - | -

Fungsi Luhur : Berbahasa / Memori

Fungsi Bicara : Disfoni (-)

Disatria (-)

Fungsi Menelan Disfagia (-)

DIAGNOSIS MEDIK

1. Dislokasi wrist sinistra et causa Fraktur colles

2. Gastritis

3. Hipertensi stage I

4. Gangguan Kognitif Ringan

PROGNOSIS

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad funtionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanactionam : Dubia ad malam

Page 17: hgjgjgj

BAB II

PENGKAJIAN MASALAH POLIFARMASI

1. Gastritis

Anamnesis

Rasa nyeri di perutnya terutama di daerah ulu hati. Rasa nyeri tersebut

digambarkan pasien sebagai rasa perih dan rasa penuh di perut. Pasien juga

mengeluh mual namun tidak sampai muntah. Akibat rasa nyeri pada perut dan

mual yang dirasakan pasien menjadi tidak mau makan, makanan yang masuk

hanya sedikit sekali. Terkadang rasa nyeri disertai sesak napas.Pasien juga belum

meminum obat apapun untuk meredakan nyeri perut dan mual tersebut. Untuk

mengurangi keluhannya, pasien sering mengkonsumsi jamu. Namun keluhan

sering kambuh berulang.

Pada pemeriksaan Fisik

Nyeri tekan epigastrium (+)

Tatalaksana

Cimetidine 2x1

Antasida 3x1

Vit.B complex 3x1

Analisis Tatalaksana

ANTASIDA

KOMPOSISI :

Tiap tablet kunyah atau tiap 5 ml suspensi mengandung :

Gel Aluminium Hidroksida kering 258,7 mg (setara dengan Aluminium

Hidroksida) 200 mg

Magnesium Hidroksida 200 mg

CARA KERJA OBAT :

Kombinasi Aluminium Hidroksida dan Magnesium hidroksida merupakan antasid

yang bekerja menetralkan asam lambung dan menginaktifkan pepsin sehingga

rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin berkurang. Di

Page 18: hgjgjgj

samping itu efek laksatif dari Magnesium hidroksida akan mengurangi efek

konstipasi dari Aluminium Hidroksida.

INDIKASI :

Untuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan dengan kelebihan asam

lambung, gastritis, tukak lambung, tukak pada duodenum dengan gejala-gejala

seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati, kembung dan perasaan penuh pada

lambung.

KONTRA INDIKASI :

Penderita yang hipersensitif terhadap salah satu komponen obat.

DOSIS :

Page 19: hgjgjgj

Tablet :

Anak-anak 6-12 tahun : sehari 3-4 kali 1/2 tablet.

Dewasa : sehari 3-4 kali 1-2 tablet. Diminum 1-2 jam setelah makan

dan menjelang tidur.

Syrup :

Anak-anak 6-12 tahun : sehari 3-4 kali 1/2 sendokteh -1 sendok teh.

Dewasa : sehari 3-4 kali 1-2 sendok teh. Diminum 1 - 2 jam

setelah makan dan menjelang tidur.

EFEK SAMPING :

Efek samping yang umum adalah sembelit, diare, mual, muntah dan gejala-gejala

tersebut akan hilang bila pemakaian obat dihentikan.

PERINGATAN DAN PERHATIAN :

- Jangan diberikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat

karena dapat menimbulkan hipermagnesia.

- Tidak dianjurkan digunakan terus menerus lebih dari 2 minggu kecuali atas

petunjuk dokter.

- Bila sedang menggunakan obat tukak lambung lain seperti Simetidin atau

antibiotika Tetrasiklin harap diberikan dengan selang waktu 1-2 jam.

- Tidak dianjurkan pemberian pada anak-anak di bawah 6 tahun kecuali atas

petunjuk dokter karena biasanya kurang jelas penyebabnya.

- Hati-hati pemberian pada penderita diet fosfor rendah dan pemakaian lama

karena dapat mengurangi kadar fosfor dalam darah.

INTERAKSI OBAT :

Pemberian bersama Simetidin atau Tetrasiklin dapat mengurangi absorpsi obat

tersebut.

CIMETIDINE

KOMPOSISI :

Tiap tablet mengandung Cimetidine 200 mg

CARA KERJA OBAT :

Page 20: hgjgjgj

Cimetidine adaiah penghambat histamin pada reseptor H2 secara selektif dan

reversible, penghambatan histamin pada reseptor H, akan menghambat sekresi

asam lambung baik pada keadaan istirahat maupun setelah perangsangan oleh

makanan, histamin, pentagastrin, kafein dan insulin. Cimetidine dengan cepat

diabsorbsi setelah pemberian oral dan konsentrasi puncak dalam plasma dicapai

dalam waktu 45-90 menit setelah pemberian. Cimetidine diekskresikan melalui

urin.

INDIKASI :

Pengobatan jangka pendek untuk tukak duodenum. Terapi pemeliharaan

tukak duodenum pada pengurangan dosis setelah penyembuhan tukak.

Pengobatan refluks gastroesofagus erosif. Pencegahan pendarahan saluran

pencernaan bagian atas pada penderita yang kritis. Pengobatan keadaan

hipersekresi patologis misalnya: sindroma Zollinger-Ellson, mastositosis

sistemik dan adenoma endokhn multiple.

KONTRA INDIKASI :

Pasien yang hipersensitif terhadap cimetidine

EFEK SAMPING

Pada susunan saral pusat: sakit kepala, pusing, mengantuk, mental

kebingungan, agitasi, psikosis, depresl, cemas, halusinasi. Pada sistem

endokrin: ginekomastia. Pada sistem hematologi: penurunan {jumlah sel

darah putih, agtanukisitosis, Irombosilopenia, anemia aplasik atau

pansitopenia yang jarang. Hipersensif I: demam dan reaksi alergi termasuk

anafilaksis. Pada sistem kardiovaskuler:bradikardia dan takikardia (jarang

terjadi). Ginjal: peningkatan kreatinin plasma, nefritis interstitial, retensi

urin.

DOSIS

Untuk tukak duodenum yang aktif

800 mg, 1 kali sehari pada malam hari.

Atau 300mg 4 kali sehari pada saat makan dan malam sebelum

tidur.

Atau 400 mg 2 kali sehari pagi hari dan malam sebelum tidur.

Lama pengobatan 4 hingga 6 minggu. Pemberian dengan antasida

Page 21: hgjgjgj

sebaiknya diberikan sesuai kebutuhan untuk mengurangi rasa sakit, akan

tetapi pemberian bersamaan dengan antasid tidak dianjurkan karena

antasid dapat mempengaruhi absorbsi cimetidine.

Terapi pemeliharaan : 400 mg, 1 kali sehari malam hari sebelum

tidur.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Cimetidine tidak boleh diberikan pada anak-anak dibawah 16 tahun

kecuali atas pertimbangan dokter.

Pemberian cimetidine pada ibu hamil dan menyusui hanya bila

sangat dibutuhkan.

Cimetidine tidak dapat digunakan untuk pengobatan simptomatis

pada keganasan lambung.

INTERAKSI OBAT

Cimetidine dapat mengurangi metabolisme anlikoagulan kumarin, fenitioin,

propanolol, nifedipin, diazepam, trisiklik, lidokain, teofilin dan metronidazol,

akibatnya akan menghambat eliminasi dan meningkatkan konsentrasi obat-obatan

ini dalam darah

VITAMIN B COMPLEX

Komposisi

Vit B1 100 mg, Vit B6 200 mg, Vit B12 250 mcg.

Farmakokinetik

- Vit B1 : Absorpsi per oral baik dalam usus halus dan duodenum.

Didegradasi di jaringan tubuh. Eksresi melalui urin.

- Vit B6 : Absorpsi melalui saluran cerna. Metabolit berupa 4-asam

piridoksat. Eksresi melalui urin.

- Vit B12 : Absorpsi per oral berlangsung lambat di ileum. Distribusi dalam

darah terikat protein terikat dengan protein plasma. Metabolisme di hati.

Eksresi melalui urin.

Farmakodinamik

- Vit B1 : tiamin pirofosfat (bentuk aktifnya) berfungsi sebagai koenzim

dalam karboksilasi asam piruvat dan asam ketoglutarat.

Page 22: hgjgjgj

- Vit B6 : merupakan koenzim yang berperan dalam metabolisme asam

amino.

- Vit B12 : bersama asam folat sangat penting untuk metabolisme intrasel,

dibutuhkan untuk sintesis DNA yang normal.

2. Hipertensi Stage 1

Anamnesis

Pasien mengeluhkan nyeri kepala sejak dua hari yang lalu. Nyeri dirasakan

seperti berdenyut dan berlokasi di kepala sebelah kanan. Pasien tidak meminum

obat untuk meredakan nyeri kepala tersebut, untuk meredam nyerinya pasien

hanya berusaha untuk tidur saja. Pasien sering mengeluh nyeri kepala sejak 2

tahun yang lalu.

Tatalaksana

Nifedipine 2x1

Captopril 2x1

Analisis Tatalaksana

NIFEDIPINE

KOMPOSISI

Tiap tablet salut selaput Nifedipine mengandung nifedipine 10 mg.

FARMAKOLOGI

Nifedipine bekerja sebagai antagonis kalsium dengan menghambat arus ion

kalsium masuk ke dalam otot jantung dari luar sel. Karena kontraksi otot polos

tergantung pada ion kalsium ekstra seluler, maka dengan adanya antagonis

kalsium dapat menimbulkan efek inotropik negatif. Demikian juga dengan Nodus

Sino Atrial (SA) dan Atrio Ventrikuler (AV) akan menimbulkan kronotropik

negatif dan perlambatan konduksi AV.

Page 23: hgjgjgj

INDIKASI

Indikasi Nifedipine adalah untuk pengobatan dan pencegahan insufiensi koroner

terutama angina pektoris, hipertensi kronik dan hipertensi urgensi.

KONTRAINDIKASI

Nifedipine jangan diberikan kepada penderita yang hipersensitif terhadap

nifedipin.

Nifedipine jangan diberikan pada wanita hamil.

Nifedipine jangan diberikan pada ibu menyusui karena nifedipine

diekskresi ke dalam ASI. Bila nifedipine sangat diperlukan, dianjurkan untuk

berhenti menyusui karena pengaruhnya terhadap bayi belum diketahui.

Page 24: hgjgjgj

Nifedipine jangan digunakan pada syok kardiovaskuler.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI

Dosis tunggal 5 – 10 mg.

Dosis rata-rata 5 – 10 mg, 3 x sehari.

Interval tiap dua dosis paling sedikit 2 jam. Tablet ditelan utuh dengan

sedikit cairan. Bila diinginkan khasiat yang cepat, misalnya ketika terasa akan

datang serangan, tablet dikunyah dan dibiarkan menyebar dalam mulut. Nifedipin

akan diserap cepat oleh selaput lendir mulut.

EFEK SAMPING

Kadang-kadang mengakibatkan mual, sakit kepala, palpilasi, takikardia,

lemah, edema, hipotensi, reaksi hipersensitif.

Umumnya timbul pada awal pengobatan bersifat sedang dan sementara.

Hiperplasia gingival timbul pada kasus-kasus isolasi selama terapi jangka

panjang, yang hilang bila pengobatan dihentikan.

Gangguan fungsi hati (intrahepalik cholestalis, kenaikan transaminase)

jarang terjadi dan reversibel pada penghentian obat.

Pada pria lanjut usia, pemberian jangka panjang dapat menyebabkan

pembesaran kelenjar mammae (ginekomastia) yang hilang bila pengobatan

dihentikan.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Hati-hati bila diberikan bersama obat-obat golongan beta blocker dapat

menimbulkan hipotensi berat, payah jantung dan infark miokard.

Agar selalu dilakukan pengecekan/kontrol terhadap tekanan darah.

Penderita yang mendapat pengobatan dengan nifedipin harus dilakukan

pemeriksaan secara teratur.

Dapat mengganggu kemampuan mengendarai kendaraan bermotor atau

menjalankan mesin terutama pada awal pengobatan, pada kombinasi dengan

alkohol atau bila diganti dengan obat lain.

Hati-hati pada penderita dialisa dengan Malignant hypertension dan gagal

ginjal irreversibel dengan hipovolemia, karena dapat terjadi penurunan tekanan

darah akibat vasodilatasi.

Page 25: hgjgjgj

Dapat menimbulkan rasa sakit pada dada (gejala seperti angina pectoris)

yang biasanya timbul pada 30 menit setelah pemberian nifedipin.

Bila diberikan bersama dengan obat penghambat reseptor adrenergik

penderita harus dimonitor secara hati-hati karena kemungkinan timbulnya

hipotensi berat dan gagal jantung.

Hati-hati bila diberikan pada penderita diabetes mellitus karena walaupun

nifedipin bukan diaketogenik, tetapi pada kasus-kasus tertentu pernah dilaporkan

kenaikan temporer glukosa darah (hiperglikemia).

INTERAKSI OBAT

Efek menurunkan tekanan darah dan nifedipin dapat ditingkatkan oleh

obat-obat antihipertensi lain.

Simetidin dapat meningkatkan efek antihipertensi dari nifedipin.

CAPTOPRIL

KOMPOSISI / KANDUNGAN

Captopril 12,5 mg : Tiap tablet mengandung Captopril 12,5 mg.

Captopril 25 mg : Tiap tablet mengandung Captopril 12,5 mg.

Captopril 50 mg : Tiap tablet mengandung Captopril 12,5 mg.

FARMAKOLOGI

Captopril (kaptopril) adalah obat antihipertensi dan efektif dalam penanganan

gagal jantung dengan cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron. Renin

adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin plasma untuk

memproduksi angiotensin I yang bersifat inaktif. Angiotensin Converting Enzyme

(ACE), akan merubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang bersifat aktif dan

merupakan vasokonstriktor endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan sekresi

aldosteron dalam korteks adrenal.

Peningkatan sekresi aldosteron akan mengakibatkan ginjal meretensi natrium dan

cairan, serta meretensi kalium. Dalam kerjanya, kaptopril akan menghambat ACE,

akibatnya pembentukan angiotensin II terhambat, timbul vasodilatasi, penurunan

sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan cairan serta mensekresi

kalium. Keadaan ini akan menyebabkan penurunan tekanan darah dan mengurangi

Page 26: hgjgjgj

beban jantung, baik afterload maupun preload, sehingga terjadi peningkatan kerja

jantung. Vasodilatasi yang timbul tidak menimbulkan efek takikardia.

INDIKASI

Untuk hipertensi berat hingga sedang, kombinasi dengan tiazid

memberikan efek aditif, sedangkan kombinasi dengan beta bloker memberikan

efek yang kurang aditif.

Untuk gagal jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol

dengan diuretik dan digitalis, dalam hal ini pemberian captopril diberikan bersama

diuretik dan digitalis.

KONTRAINDIKASI

Page 27: hgjgjgj

Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap captopril atau

penghambat ACE lainnya (misalnya pasien mengalami angioedema selama

pengobatan dengan penghambat ACE lainnya).

Wanita hamil atau yang berpotensi hamil.

Wanita menyusui.

Penderita gagal ginjal.

Stenosis aorta.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI

Captopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari

kebutuhan penderita (individual).

Dosis Captopril untuk Dewasa

Hipertensi : Dosis awal 12,5 mg, 3 kali sehari. Bila setelah 2 minggu

penurunan tekanan darah masih belum memuaskan maka dosis dapat ditingkatkan

menjadi 25 mg, 3 kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi, tekanan darah masih

belum terkontrol sebaiknya ditambahkan obat diuretik golongan tiazid misal

hidroklorotiazid 25 mg setiap hari. Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan

pada interval satu sampai dua minggu. Maksimum dosis captopril untuk hipertensi

tidak boleh melebihi 450 mg dalam sehari.

EFEK SAMPING

Captopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 gram sehari pada 0,5%

penderita dan 1,2% penderita dengan penyakit ginjal. Dapat terjadi sindroma

nefrotik serta membran glomerulopati pada penderita hipertensi. Karena

proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan maka penderita

sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap bulan selama 8

bulan pertama pengobatan.

Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4% penderita. Efek samping

ini terutama terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini

muncul dalam 1 – 3 bulan pengobatan, pengobatan agar dihentikan sebelum

penderita terkena infeksi. Pada penderita dengan risiko tinggi harus dilakukan

hitung leukosit sebelum pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama

pengobatan dan secara periodik. Pada penderita yang mengalami tanda-tanda

Page 28: hgjgjgj

infeksi akut, pemberian captopril harus segera dihentikan karena merupakan

petunjuk adanya neutropenia.

Hipotensi dapat terjadi 1 – 1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa

dosis berikutnya, tapi biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya

menimbulkan rasa pusing yang ringan. Tetapi bila mengalami kehilangan cairan,

misalnya akibat pemberian diuretik, diet rendah garam, dialisis, muntah, diare,

dehidrasi maka potensi hipotensi tersebut menjadi lebih berat. Maka pengobatan

dengan captopril perlu dilakukan pengawasan medik yang ketat, terutama pada

penderita gagal jantung yang umumnya mempunyai tensi yang normal atau

rendah. Hipotensi berat dapat diatasi dengan infus garam faal atau dengan

menurunkan dosis captopril atau diuretiknya.

Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan

eosinofilia. Efek tersebut biasanya ringan dan menghilang beberapa hari setelah

dosis diturunkan.

Terjadi perubahan rasa, yang biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama dan

menghilang meskipun obat diteruskan.

Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan

ginjal, sehingga perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amilorida dan

pemberiannya harus dilakukan dengan hati-hati.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Keamanan penggunaan pada wanita hamil belum terbukti, bila terjadi

kehamilan selama pemakaian obat ini, maka pemberian obat captopril harus

dihentikan dengan segera.

Captopril harus diberikan dengan hati-hati pada wanita menyusui,

pemberian ASI perlu dihentikan karena ditemukan kadar dalam ASI lebih tinggi

dari pada kadar dalam darah ibu.

Pemberian pada anak-anak masih belum diketahui keamanannya, sehingga

captopril hanya diberikan bila tidak ada obat lain yang efektif.

Pemakaian pada lanjut usia harus hati-hati karena sensitivitasnya terhadap

efek hipotensif.

Hati-hati pemberian captopril pada penderita ginjal.

Page 29: hgjgjgj

Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejala-gejala angioedema seperti

bengkak mulut, mata, bibir, lidah, laring juga sukar menelan, sukar bernafas dan

serak.

Konsultasikan ke dokter bila menggunakan suplemen potassium,

potassium sparing diuretic dan garam-garam potassium.

Pemakaian obat penghambat ACE pada kehamilan dapat menyebabkan

gangguan/kelainan organ pada fetus atau neonatus, bahkan dapat menyebabkan

kematian fetus atau neonatus. Pada kehamilan trimester II dan III dapat

menimbulkan gangguan antara lain : hipotensi, hipoplasia tengkorak neonatus,

anuria, gagal ginjal reversibel atau irreversible, dan kematian. Juga dapat terjadi

oligohidramnion, deformasi kraniofasial, perkembangan paru hipoplasia,

kelahiran prematur, perkembangan retardasi-intrauteri, paten duktus arteriosus.

Bayi dengan riwayat dimana selama di dalam kandungan ibunya

mendapatkan obat penghambat ACE, harus diobservasi intensif tentang

kemungkinan terjadinya hipotensi, oligouria dan hiperkalemia.

INTERAKSI OBAT

Alkohol.

Obat antiinflamasi terutama indometasin.

Suplemen potassium atau obat yang mengandung potassium.

Obat-obat berefek hipotensi.

3. Dislokasi wrist sinistra et causa Fraktur Colles

Anamnesis

Terkadang pasien mengeluh nyeri di pergelangan tangan kiri. Untuk mengurangi

keluhan, pasien mengobati dengan balsem. Riwayat jatuh dan dislokasi tangan kiri

pada satu tahun yang lalu.

Pada pemeriksaan Fisik

Deformitas wrist sinistra. Range of motion pada wrist sinistra terbatas (minimal)

Tatalaksana

Asam Mefenamat

Dexamethasone

Page 30: hgjgjgj

Analisis Tatalaksana

ASAM MEFENAMAT

KOMPOSISI / KANDUNGAN

Asam Mefenamat 250 mg : Tiap tablet mengandung Asam Mefenamat

250 mg.

Asam Mefenamat 500 mg : Tiap tablet mengandung Asam Mefenamat

500 mg.

FARMAKOLOGI

Cara Kerja Asam mefenamat adalah seperti OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-

Steroid atau NSAID) lain yaitu menghambat sintesa prostaglandin dengan

menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam mefenamat

mempunyai efek antiinflamasi, analgetik (antinyeri) dan antipiretik.

INDIKASI / KEGUNAAN

Indikasi Asam Mefenamat adalah untuk menghilangkan nyeri akut dan kronik,

ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore

primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis

operasi, dan nyeri pada persalinan.

KONTRAINDIKASI

Pada penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma dan

hipersensitif terhadap asam mefenamat.

Pemakaian secara hati-hati pada penderita penyakit ginjal atau hati dan

peradangan saluran cerna.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI

Dewasa dan anak di atas 14 tahun : Dosis awal yang dianjurkan 500 mg

kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam.

Dismenore : Asam Mefenamat 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat

mulai menstruasi ataupun sakit dan dilanjutkan selama 2-3 hari.

Menoragia : Asam Mefenamat 500 mg 3 kali sehari, diberikan pada saat

mulai menstruasi dan dilanjutkan selama 5 hari atau sampai perdarahan berhenti.

EFEK SAMPING

Page 31: hgjgjgj

Gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual,

muntah dan diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur,

vertigo, dispepsia.

Pada penggunaan terus-menerus dengan dosis 2000 mg atau lebih sehari,

asam mefenamat dapat mengakibatkan agranulositosis dan anemia hemolitik.

INTERAKSI OBAT

Obat yang terikat pada protein plasma : menggeser ikatan dengan protein

plasma, sehingga dapat meningkatkan efek samping (contoh : hidantoin,

sulfonylurea).

Obat antikoagulan & antitrombosis : sedikit memperpanjang waktu

prothrombin & Waktu thromboplastin parsial. Jika Pasien menggunakan

antikoagulan (warfarin) atau zat thrombolitik (streptokinase), waktu prothrombin

harus dimonitor.

Lithium : meningkatkan toksisitas Lithium dengan menurunkan eliminasi

lithium di ginjal.

Obat lain yang juga memiliki efek samping pada lambung : kemungkinan

dapat meningkatkan efek samping terhadap lambung.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Terhadap Kehamilan : Tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh

wanita hamil. Terutama pada akhir masa kehamilan atau saat melahirkan karena

efeknya pada sistem kardiovaskular fetus (penutupan prematur duktus arteriosus)

& kontraksi uterus.

Terhadap Ibu Menyusui : Didistribusikan melalui air susu ibu, sehingga

tidak direkomendasikan untuk digunakan oleh ibu yg sedang menyusui.

Terhadap Anak-anak : Belum ada studi keamanan & efikasi penggunaan

asam mefenamat pada pasien anak dibawah 14 tahun. Belum ada studi tentang

keamanan untuk anak

Terhadap Hasil Laboratorium : Dapat menyebabkan reaksi false-positif

tes urin menggunakan tes tablet diazo.

DEXAMETHASONE

KOMPOSISI

Page 32: hgjgjgj

Dexamethasone 0,5 mg : Setiap tablet mengandung deksametason 0,5 mg.

Dexamethasone 0,75 mg : Setiap tablet mengandung deksametason 0,75 mg.

FARMAKOLOGI

Dexamethason (deksametason) adalah obat antiinflamasi dan antialergi

yang sangat kuat. Sebagai perbandingan Dexamethasone 0,75 mg setara dengan

obat sebagai berikut : cortisone 25 mg, hydrocortisone 20 mg, prednisone 5 mg,

dan prednisolone 5 mg.

Deksametason tidak mempunyai aktivitas mineral kortikosteroid dari

cortisone atau hydrocortisone, sehingga pengobatan untuk kekurangan

adrenocortical tidak berguna.

INDIKASI

Obat ini digunakan sebagai glucocorticoid khususnya untuk :

Antiinflamasi,

Pengobatan rematik arthritis, dan penyakit kolagen lainnya,

Alergi dermatitis,

Penyakit kulit,

Penyakit inflamasi pada masa dan kondisi lain dimana glucocorticoid

berguna lebih menguntungkan seperti penyakit leukemia tertentu dan limfoma dan

inflamasi pada jaringan lunak dan anemia hemolitik.

KONTRAINDIKASI

Penderita yang hipersensitif terhadap deksametason.

Penderita infeksi jamur sistemik.

Jangan diberikan kepada penderita herpes simpleks pada mata,

tuberkulosis aktif, peptik ulcer aktif atau psikosis kecuali dapat menguntungkan

penderita.

Jangan diberikan kepada wanita hamil karena akan terjadi hipoadrenalisme

pada bayi yang dikandungnya, atau diberikan dengan dosis yang serendah-

rendahnya.

PERINGATAN DAN PERHATIAN

Kekurangan adrenocortical sekunder yang disebabkan oleh pengobatan

dapat dikurangi dengan mengurangi dosis secara bertahap.

Page 33: hgjgjgj

Ada penambahan efek kortikosteroid pada penderita dengan

hipotiroidisme dan sirosis.

EFEK SAMPING

Pengobatan yang berkepanjangan dapat mengakibatkan efek katabolik

steroid seperti kehabisan protein, osteoporosis, dan penghambatan pertumbuhan

anak.

Penimbunan garam, air dan kehilangan potassium jarang terjadi bila

dibandingkan dengan glucocorticoid lainnya.

Penambahan nafsu makan dan berat badan lebih sering terjadi.

INTERAKSI OBAT

Insulin, hipoglikemik oral : menurunkan efek hipoglikemik.

Fenitoin, fenobarbital, dan efedrin : meningkatkan clearance metabolik

dari deksametason, menurunkan kadar steroid dalam darah dan aktifitas fisiologis.

Antikoagulan oral : meningkatkan atau menurunkan waktu protrombin.

Diuretik yang mendepresi kalium : meningkatkan risiko hipokalemia.

Glikosida kardiak : meningkatkan risiko aritmia atau toksisitas digitalis

sekunder terhadap hipokalemia.

Antigen untuk tes kulit : menurunkan reaksivitas.

Imunisasi : menurunkan respon antibodi.

DOSIS DAN ATURAN PAKAI

Dewasa : 0,5 mg – 10 mg per hari.

Anak-anak : 0,08 mg – 0,3 mg/kg berat badan per hari dibagi dalam 3

atau 4 dosis.

MASALAH POLIFARMASI PASIEN

1. Pasien tergolong polifarmasi

2. Terdapat Interaksi obat

Antasida Pemberian bersama Simetidin atau Tetrasiklin dapat mengurangi

absorpsi obat tersebut. Bila sedang menggunakan obat tukak

lambung lain seperti Simetidin atau antibiotika Tetrasiklin harap

diberikan dengan selang waktu 1-2 jam.

Cimetidine Cimetidine dapat mengurangi metabolisme anlikoagulan

Page 34: hgjgjgj

kumarin, fenitioin, propanolol, nifedipin, diazepam, trisiklik,

lidokain, teofilin dan metronidazol, akibatnya akan menghambat

eliminasi dan meningkatkan konsentrasi obat-obatan ini dalam

darah

Nifedipine Efek menurunkan tekanan darah dan nifedipin dapat

ditingkatkan oleh obat-obat antihipertensi lain. Simetidin dapat

meningkatkan efek antihipertensi dari nifedipin.

Asam

Mefenamat

Kontraindikasi pada penderita tukak lambung, radang usus,

gangguan ginjal, asma dan hipersensitif terhadap asam

mefenamat.

Vitamin B

kompleks

Vit.B12 disebut juga cyanocobalamin, mengandung logam Co

(kobalt). Jika diminum bersama antasida, Co akan terikat dan

tidak dapat terserap oleh tubuh sehingga efek obat berkurang.

Pembahasan

Pemberian obat antasida, cimetidine, nifedipine dan vitamin B kompleks, jangan

diminum secara bersamaan. Obat diminum dengan selang waktu 1-2 jam. Untuk

meminimalkan efek interaksi dari ketiga obat tersebut.

Pada pasien gastritis, dihindarkan pemberian golongan NSAID seperti asam

mefenamat karena dapat memperparah proses peradangan lambung dan dapat

memicu timbulnya tukak lambung.

Page 35: hgjgjgj

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Pergelangan Tangan (Wrist)

Wrist adalah sendi bagian distal dari extremitas superior. Pada dasarnya

sendi wrist mempunyai dua derajat kebebasan yaitu parmal-dorsal fleksi serta

radial dan ulnar deviasi. Tangan mempunyai kemampuan untuk melakukan

gerakan-gerakan halus (hine movement) yang terkoordinir dan otomatis. Untuk

melakukan gerakan sendi ini juga diperlukan antara lain otot-otot yang membantu

menggerakkan pergelangan tangan dan jari-jari, ligament-ligament yang ada di

sekitar sendi yang merupakan penghubung kedua buah tulang atau lebih sehingga

tulang menjadi kuat untuk melakukan sebuah gerakan, dan yang terakhir adalah

persarafan yang berperan menggerakkan otot-otot pada pergelangan

tangan sehingga dapat menghasilkan sebuah gerakan.

Persendian pada sendi wrist terdiri dari distal radioulnar joint, radiocarpal

(wrist) joint, intercarpal joint, midcarpal joint, carpometacarpal joint,

metacarpophalangeal, interphalangeal joint. Distal radioulnar joint adalah sendi

yang menghubungkan antara dua tulang yaitu tulang radius dan tulang ulnar pada

bagian distal. Radiocarpal joint adalah sendi yang menghubungkan antara tulang

radius dan tulang-tulang carpal. Intercarpal joint adalah sendi yang

menghubungkan antara tulang-tulang carpal yang berada di sampingnya.

Midcarpal joint adalah sendi yang menghubungkan antara tulang carpal proksimal

dengan tulang carpal distal. Carpometacarpal joint adalah sendi yang

menghubungkan antara tulang carpal dengan tulang metacarpal.

Metacarpophalangeal joint adalah sendi yang menghubungkan antara tulang

metacarpal dengan phalank. Yang terakhir adalah interphalank joint, dan

interphalank ini terbagi menjadi dua yaitu proksimal interphalank dan distal

interphalank. Proksimal interphalank adalah sendi yang menghubungkan tulang-

tulang phalank pada bagian proksimal atau pangkal, sedangkan distal interphalank

adalah sendi yang menghubungkan antara tulang-tulang phalank bagian distal atau

ujung.

Page 36: hgjgjgj

Tulang Pembentuk Sendi Wrist

Tulang-tulang pembentuk sendi wrist disusun dalam beberapa kelompok,

antara lain, tulang-tulang karpal, metacarpal, dan phalank. Tulang-tulang carpal

terdiri dari delapan tulang kecil ireguler yang tersusun dalam dua jalur, masing-

masing jalur terdiri dari empat tulang ireguler. Pada jalur proksimal dalam

susunan lateromedial terdapat tulang scaphoid atau navikular, lunatum atau

semilunar, triquetrum, dan pisiform. Sedangkan pada jalur distal dalam susunan

lateromedial terdapat tulang trapezium (multangulum mayus), trapezoid

(multangulum minus), kapitatum, hamatum. Tulang-tulang pergelangan tangan

atau tulang-tulang karpal berartikulasi ke atas dengan tulang radius dan ulna, dan

ke bawah berartikulasi dengan tulang-tulang metacarpal.

Page 37: hgjgjgj

3.2 Fraktur Colles

Definisi

Menurut Abraham colles 1814, fraktur colles adalah fraktur metafisis

distal radius yang sudah mengalami osteoporosis, garis fraktur transversal,

komplit, jaraknya 2-2,5cm proximal garis sendi, bagian distal beranjak ke dorsal

dan angulasi ke radial serta fraktur avulsi dari processus styloideus ulna.

Epidemiologi

Fraktur colles merupakan kira-kira 8-15% dari seluruh fraktur dan 60% dari

fraktus radius. Prevalensi kejadian fraktur colles , umur atas 50 tahun wanita lebih

banyak dari pada pria (5:1), sedang umur sebelum 50 tahun wanita sama dengan

pria. Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata pertahun

0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 – 59 tahun

Etiologi

Fraktur Colles dapat timbul setelah penderita terjatuh dengan tangan posisi

terkadang dan meyangga badan. Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka

dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan

Page 38: hgjgjgj

terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi). Pada saat

terjatuh sebagian energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan persendian

tangan, kemudian diteruskan ke distal radius, hingga dapat menimbulkan patah

tulang pada daerah yang lemah yaitu antara batas tulang kortikal dan tulang

spongiosa.

Patofisiologi

Apabila tulang hidup normal mendapat tekanan yang berlebihan, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan tersebut

mengakibatkan jaringan tidak mampu menahan kekuatan yang mengenainya.

Maka tulang menjadi patah sehingga tulang yang mengalami fraktur akan terjadi

perubahan posisi tulang, kerusakan hebat pada struktur jaringan lunak dan

jaringan disekitarnya yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan

persyarafan yang mengelilinginya. Periosteum akan terkelupas dari tulang dan

robek dari sisi yang berlawanan pada tempat terjadinya trauma. Ruptur pembuluh

darah didalam fraktur, maka akan timbul nyeri. Tulang pada permukaan fraktur

yang tidak mendapat persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua

millimeter. Setelah fraktur lengkap, fragmen-fragmen biasanya akan bergeser,

sebagian oleh karena kekuatan cidera dan bisa juga gaya berat dan tarikan otot

yang melekat. Fraktur dapat tertarik dan terpisah atau dapat tumpang tindih akibat

spasme otot, sehingga terjadi pemendekkan tulang dan akan menimbulkan derik

.atau krepitasi karena adanya gesekan antara fragmen tulang yang patah

Page 39: hgjgjgj

Manifestasi Klinik

Terdapat :

Pembengkakan pada pergelangan tangan jika fraktur berat karena terjadi extra

vasasi darah. Nyeri pada pergerakan atau penekanan. Terbatasnya gerakan sendi

pergelangan tangan. Deformitas yang menyerupai garpu, dikenal sebagai “dinner

fork deformity” (dimana bagian distal fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal dan

radial, bagian distal ulna menonjol ke arah volar, sementara tangan biasanya

dalam posisi pronasi)

KLASIFIKASI MENURUT FRYKMAN

Penatalaksanaan

Imobilisasi, dapat dengan cara :

External fixation, yang dapat digunakan pada fraktur yang sangat tidak stabil dan

pada orang berusia lebih dari 60 tahun

Lama imobilisasi

Lamanya pemasangan gip bervariasi 3-6 minggu. Setelah 28 hari fraktur sudah

cukup stabil dan boleh mobilisasi. Pada kasus yang minimal displacement

imobilisasi cukup 3-4 minggu.

Page 40: hgjgjgj

3.3 Gastritis

Pengertian Gastritis

Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung,

yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau

bahan iritan lain. Gastritis adalah suatu peradangan atau perdarahan pada mukosa

lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam

pola makan, misalnya telat makan, makan terlalu banyak, cepat, makan makanan

yang terlalu banyak bumbu dan pedas.

Gastritis Akut

Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat

jinak dan sembuh sempurna. Gastritis akut terjadi akibat respons mukosa lambung

terhadap berbagai iritan lokal. Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian

besar kasus merupakan penyakit yang ringan. Bentuk terberat dari gastritis akut

disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat, yang dapat menyebabkan

mukosa menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut dapat

terjadi yang mengakibatkan obstruksi pylorus.

Salah satu bentuk gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk

penyakit yang berat adalah gastritis erosif atau gastritis hemoragik. Disebut

gastritis hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa

lambung dalam berbagai derajat dan terjadi drosi yang berarti hilangnya

kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada

mukosa lambung tersebut.

Gastritis Kronik

Disebut gastritis kronik apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina

propria dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu

limfosit dan sel plasma. Gastritis kronis didefenisikan secara histologis sebagai

peningkatan jumlah limfosit dan sel plasma pada mukosa lambung. Derajat paling

ringan gastritis kronis adalah gastritis superfisial kronis, yang mengenai bagian

sub epitel di sekitar cekungan lambung.

Sebagian besar kasus gastritis kronis merupakan salah satu dari dua tipe, yaitu tipe

A yang merupakan gastritis autoimun yang terutama mengenai tubuh dan

berkaitan dengan anemia pernisiosa; dan tipe B yang terutama meliputi antrum

Page 41: hgjgjgj

dan berkaitan dengan infeksi Helicobacter pylori. Klasifikasi histologi yang

sering digunakan membagi gastritis kronik menjadi :

1. Gastritis kronik superficial

Apabila dijumpai sebukan sel-sel radang kronik terbatas pada lamina propria

mukosa superfisialis dan edema yang memisahkan kelenjar-kelenjar mukosa,

sedangkan sel-sel kelenjar tetap utuh. Sering dikatakan gastritis kronik

superfisialis merupakan permulaan gastritis kronik.

2. Gastritis kronik atrofik

Sebukan sel-sel radang kronik menyebar lebih dalam disertai dengan distorsi dan

destruksi sel kelenjar mukosa lebih nyata.

3. Atrofi lambung

Atrofi lambung dianggap merupakan stadium akhir gastritis kronik. Pada saat itu

struktur kelenjar menghilang dan terpisah satu sama lain secara nyata dengan

jaringan ikat, sedangkan sebukan sel-sel radang juga menurun.

4. Metaplasia intestinal

Suatu perubahan histologis kelenjar-kelenjar mukosa lambung menjadi kelenjar-

kelenjar mukosa usus halus yang mengandung sel goblet. Perubahan-perubahan

tersebut dapat terjadi secara menyeluruh pada hampir seluruh segmen lambung,

tetapi dapat pula hanya merupakan bercak-bercak pada beberapa bagian lambung.

Manifestasi Klinis

Sindrom dispepsia berupa berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah

merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula perdarahan

saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian disesuaikan dengan

tanda-tanda anemia pasca perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih

dalam, tanpa riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia tertentu.

Penatalaksanaan Gastritis

Menurut Hirlan dalam Suyono(2001: 129), penatalaksanaan medikal untuk

gastritis akut adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan

posisi kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam

lambung berupa antagonis reseptor H2 inhibition pompa proton, antikolinergik

Page 42: hgjgjgj

dan antasid juga ditujukan sebagai sifoprotektor berupa sukralfat dan

prostaglandin.

3.4 Hipertensi

Faktor usia juga berpengaruh terhadap hipertensi yang diderita oleh pasien. Faktor

yang berperan dalam kejadian hipertensi pada usia tua adalah sebagai berikut :

Penurunan kadar renin akibat menurunnya jumlah nefron akibat proses

menua. Hal ini menyebabkan suatu sirkulus vitiosus yaitu kejadian : hipertens-

gromerulo-sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.

Peningkatan senssitivitas terhadap asupan natrium.

Penurunan elastisistas pada pembuluh darah perifer akibat proses menua

yang akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer

Perubahan ateromatus akibat proses menua menyebabkan disfungsi

endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan susbstansi kimiawi

lain yang kemudian menyebabkan resorbsi natrium di tubulus ginjal,

meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain yang

mengakibatkan kenaikan tekanan darah.

- Pemeriksaan fisik :

Pemilihan dua obat untuk menangani hipertensi pada pasien sesuai dengan

anjuran penatalaksanaan hipertensi untuk hipertensi grade I dari JNC VII yang

bisa dilihat pada tabel berikut :

Page 43: hgjgjgj

3.5 Gangguan Kognitif Ringan

Gangguan kognitif ringan merupakan suatu bentuk transisi antara keadaan

normal dan demensia alzheimer. Memiliki kriteria sebagai berikut: keluhan

gangguan memori (dikemukakan oleh perawat), adanya gangguan memori pada

pemeriksaan objektif, fungsi kognitif secara umum baik, ADL intak, tidak

mengalamo demensia.

Akhir-akhir ini kriteria MCI yang sering digunakan adalah a.penderita bisa

normal atau demensia, b.terdapat bukti memburuknya fungsi kognitif, c.ADL

masih dipertahankan dan fungsi instrumental komplek masih intak atau terganggu

minimal.Perubahan MCI menjadi alzheimer dilaporkab 2-31% per tahun, lebih

banyak terjadi pada mereka yang dirawat di klinik dibandingkan di masyarakat.

Pencegahan demensia :

A. Secara teratur periksa tekanan darah

B. Mencegah cedera kepala

C. Tetap melakukan kegiatan yang merangsang intelektual dan aktivitas sosial

D. Mencegah paparan radiasi dan elektromagnet

E. Diet cukup vitamin E atau suplemen vitamin E kurang dari 400U/hari.

F. Upayakan makan sehat, kurangi lemak

G. Upayakan asupan vitamin B.12 dan asam folat yang cukup

Page 44: hgjgjgj

H. Tidak merokok

I. Aktivitas fisik cukup dan tidur yang cukup

Rekomendasi :

A.jangan menggunakan statin untuk pencegahan demensia

B. jangan menggunakan obat NSAID

C.jangan gunakan TSH atau estrogen untuk pencegahan

D.jangan gunakan inhibitor kolesterase untuk pencegahan

KESIMPULAN

Ny.SM 67 tahun dengan multipatologi dan sudah masuk ke dalam kategori

geriatri. Diagnosis pasien ini adalah :

O Dislokasi wrist et causa Fraktur Colles

O Gastritis

O Hipertensi stage I (klasifikasi JNC VII)

O Gangguan kognitif ringan

Tatalaksana yang dilakukan tidak hanya dari segi farmakologi, namun dari segi

non farmakologi (nutrisi, edukasi). Sehingga diperlukan sebuah tim yang meliputi

spesialis penyakit dalam, spesialis saraf, perawat geriatric (bisa digantikan oleh

keluarga), psikologi untuk supportif dari segi psikologi.

Page 45: hgjgjgj

DAFTAR PUSTAKA

1. Brunton L, Parker K, Blumenthal D, Buxton I. Goodman & Gilman’s

manual of pharmacology and therapeutics. New York: Mc Graw-Hill.

2008.

2. Ganong, William F. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

3. Guyton, Arthur C., John E. Hall. 2001.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

Jakarta: EGC

4. Katzung BG. Basic and clinical pharmacology. 10th

ed. New York:

McGraw-Hill; 2007.

5. Lutman. Color Atlas of Pharmacology. Thieme;2000.

6. Prince, Sylvia A., Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep

Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC

Page 46: hgjgjgj

LAMPIRAN FOTO PASIEN NY.SM