hemorroid

36
Fachrudin Zaenury Rabu, 19 September 2012 ASKEP Hemoroid BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas vena yan terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal yaitu hemorod yang terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang muncul di luar stingfer anal disebut hemorod eksternal. (Brunner & Suddarth, 1996) Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk. Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman.

Upload: ahmad-firman-ismail

Post on 23-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

vena hemoroidalis

TRANSCRIPT

Fachrudin Zaenury

Rabu, 19 September 2012

ASKEP Hemoroid

BAB I

PENDAHULUAN

1.1     LATAR BELAKANG

Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam anal kanal. Hemoroid sangat umum

terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe hemoroid berdasarkan luas

vena yan terkena. Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen

yang meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon

menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang

disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa

waktu setelah melahirkan. Hemoroid diklasifiksasikan menjadi dua tipe. Hemoroid internal

yaitu hemorod yang terjadi diatas stingfer anal sedangkan yang muncul di luar stingfer anal

disebut hemorod eksternal. (Brunner & Suddarth, 1996)

Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk.

Hemoroid bisa mengenai siapa saja, baik laki-laki maupun wanita. Insiden penyakit ini akan

meningkat sejalan dengan usia dan mencapai puncak pada usia 45-65 tahun. Walaupun

keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat menyebabkan perasaan yang sangat tidak

nyaman. Berdasarkan hal ini kelompok tertarik untuk membahas penyakit hemoroid.

1.2    RUMUSAN MASALAH

Dalam pembuatan makalah ini, masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

1.2.1 Apa Definisi dari Hemoroid?

1.2.2 Apa Etiologi dari Hemoroid?

1.2.3 Bagaimana Patofisiologia dari Hemoroid?

1.2.4 Bagaiman Pathway dari Hemoroid?

1.2.5 Manifestasi Klinis dari Hemoroid?

1.2.6 Apa Pemeriksaan Diagnostik dari Hemoroid?

1.2.7 Bagaimana Penatalaksanaan Medis dari Hemoroid?

1.2.8 Asuhan Keperawatan Hemoroid?

1.3     TUJUAN PENULISAN

Bertolak pada rumusan masalah di atas maka makalah ini bertujuan untuk mengetahui:

1.3.1 Apa Definisi dari Hemoroid itu?

1.3.2 Apa Etiologi dari Hemoroid?

1.3.3 Bagaimana Patofisiologis dari Hemoroid?

1.3.4 Bagaimana Pathway dari Hemoroid?

1.3.5 Manifestasi Klinis dari Hemoroid?

1.3.6 Apa Pemeriksaan Diagnostik dari Hemoroid?

1.3.7 Bagaiman Penatalaksanaan Medis dari Hemoroid?

1.3.8 Asuhan Keperawatan Hemoroid?

1.4     SISTEMATIKA PENULISAN

Makalah ini disusun dengan melakukan study pustaka dari berbagai buku panduan

keperawatan khususnya pada Keperawatan Medikal Bedah.

Sistematika penulisan dari makalah ini adalah Bab I Pendahuluan terdiri dari: latar

belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II berisi

pembahasan dan Bab III terdiri dari kesimpulan dan saran.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian

Hemoroid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi

namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah

hemoroid lebih dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat awam. Sudah pasti

kehadirannya akan mengundang segelintir rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja

mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial.

Secara sederhana, kita bisa menganggap hemoroid sebagai pelebaran pembuluh darah,

walaupun sebenarnya juga melibatkan jaringan lunak di sana. Hemoroid hampir mirip dengan

varises. Hanya saja, pada varises pembuluh darah yang melebar adalah pembuluh darah kaki,

sedangkan pada hemoroid pembuluh darah yang bermasalah adalah vena hemoroidalis di

daerah anorektal. (dr.delken kuswanto)

2.2  Etiologi

Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :

1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang

menyebabkan gangguan adalah :

a. Hepar sirosis hepatis

Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi

hipertensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus

hemoroidalis.

b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.

c. Tumor intra abdomen, terutama didaerah pelvis, yang menekan vena sehingga aliranya

terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.

2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab

timbulnya hemoroid

Faktor faktor yang mungkin berperan :

a. Keturunan atau heriditer

Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan

hemoroidnya.

b. Anatomi

Vena di daerah masentrorium tidak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali

menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.

c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :

* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan

mempengaruhi timbulnya hemoroid.

* Gangguan defekasi dan miksi.

* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.

* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.

3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis,

konstipasi dan kehamilan.

4) Faktor presipitasi adalah faktor mekanisme (kelainan sirkulasi parsial dan peningkatan

tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.

Umumnya faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi salling berkaitan.

2.3  Patofisiologi

Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan

timbul bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi

Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena

hemoroidalis. Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan

rektum terjadi trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat

trauma oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari

vena karena kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang disebabkan

oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid. Trombosis ini akan

mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut dan nekrosis.

Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :

1.      Hemoroid interna, merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media.

2. Hemoroid eksterna,merupakan varises vena hemoroidalis inferior.

1. HEMOROID INTERNA

Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak

adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini.

Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :

- Derajat I

Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus dan hanya

dapat di temukan dengan proktoskopi.

- Derajat II

Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat depikasi, tapi

setelah defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan sendirinya.

- Derajat III

Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya tetapi

harus di dorong.

- Derajat IV

Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat defekasi tidak

dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul thrombus yang di ikuti infeksi dan

kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di sebut dengan Hemoral Inkaresata karena

seakan - akan ada yang menyempit hemoriod yang keluar itu, pada hal pendapat ini salah

karena muskulus spingter ani eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada

saat membuka dan menutup. Tapi bila benar terjadi, inkaserata maka setelah beberapa saat

akan timbul nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut dengan perolaps

hemoroid.

2. HEMOROID EKSTERNA.

Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid interna.

Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :

a. Akut

Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya

adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.

Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:

- Sering rasa sakit dan nyeri

- Rasa gatal pada daerah hemorid

Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung - ujung saraf pada kulit

merupakan reseptor rasa sakit.

b. Kronik

Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit

anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

2.4  Pathway

Hemoroid

Ekterna

Jika ada bekuan darah

Trombosis

Peradangan, dan Edema

Bengkak, kebiru-biruan pada anus dan berdarah.

Pembesaraan V.HemoroidalisNyeri

Perdarahan saat BAB dan tanpa nyeri (karena pada daerah ini tidak ada serabut

nyeri)

Anemia defisiensi Besi

Keluarnya masa pada daerah analPerdarahanAliran vena balik terganggu

Tekanan perifer meningkat – pelebaran V.Hemoroidalis (hemoroid)

Kehamilan

Berdiri dan duduk terlalu lama

Kongesti vena plexsusHipertensi portal (sirosis

hepatis)

Sering angkat beban berat

KonstipasiHemoroid

interna

Konstipasi dan mengedan dalam jangaka yang lama

2.5  Manifestasi Klinis

Gejala utama berupa :

  Perdarahan melalui anus yanng berupa darah segar tanpa rasa nyeri.

  Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya.

Gejala lain yang mengikuti :

  Nyeri sebagai akibat adanya infeksi sekunder atau trombus.

  Iritasi kronis sekitar anus oleh karena anus selalu basah.

  Anemia yang menyertai perdarahan kronis yang terjadi.

2.6  Pemeriksaan Diagnostik

  Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur)

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab

tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat

diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal.

Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan

colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

  Anoskopy

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop

dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop

dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan

penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang

menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran

hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata. Banyaknya benjolan,

derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor

ganas harus diperhatikan.

  Pemeriksaan Proktosigmoidoskopy

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh

proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan

fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.

  Rontgen (colon inloop) atau Kolonoskopy

  Laboratorium : - Eritrosit

-     Leukosit

-     Hb

2.7    Komplikasi

  Terjadinya perdarahan

Pada derajat satu darah kelur menetes dan memancar. Perdarahan akut pada umumnya jarang,

hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk

pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami

perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan

kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang

diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis,

sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah

karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi

(inkarserata / terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa

mengakibatkan kematian.

  Terjadi trombosis

Karena hemoroid keluar sehingga lama - lama darah akan membeku dan terjadi trombosis.

  Peradangan

Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena

disana banyak kotoran yang ada kuman – kumannya.

2.8    Penatalaksanaan Medis

1 ) Operasi Herniadectomy

2 ) Non operatif

  Untuk derajat I dan II

         Diet tinggi serat untuk melancarkan BAB.

         Obat – obat suposituria untuk membantu pengeluaran BAB dan untuk melunakan feces.

         Anti biotik bila terjadi infeksi.

         Ijeksi skloretika ( Dilakukan antara mokosa dan varises dengan harapan timbul fibrosis dan

hemoroid lalu mengecil ).

         “ Rubber Band Ligation “ yaitu mengikat hemoroid dengan karet elastic kira – kira I minggu,

diharapkan terjadi nekrosis.

  Untuk derajat III dan IV

Dapat dilakuakan

         Pembedahan

         Dapat dilakukan pengikatan atau ligation.

         Dapat dilakukan rendam duduk.

         Dengan jalan suntikan”Sklerotika” ujntuk mengontrol pendarahan dan kolaps (keluar)

hemoroid interna yang kecil sampai sedang.

Bila seorang datang dengan derajat IV tidak boleh langsung di lakukan oprasi, harus di

usahakan menjadi derajat III dulu. Dengan cara duduk berendam dengan cairan PK 1/10.000

selama 15 menit, kemudian di kompres dengan larutan garam hipertonik sehingga edema

keluar dan kotoran keluar. Biasanya setelah dua minggu akan menjadi derajat III.

Pada wanita hamil, karena akan sembuh setelah kehamilan berakhir, maka tidak perlu di

adakan oprasi karena akan membahayakan janin dan varisesnya pun juga akan hilang. Bila

ada perdarahan lakukan pengikatan sementara, setelah partus baru di adakan tindakan

defenitif.

3) Terapi Bedah

  Bedah Konvensional

Saat ini ada tiga teknik yang biasa digunakan yaitu:

1. Teknik Milligan – Morgan

Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Basis massa hemoroid

tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian

dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk

mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.

Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips dibuat

dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan

eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara

keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah

kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara

longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.

Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu.

Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu

banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak

jaringan.

2. Teknik Whitehead

Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan mengupas

seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi

sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.

3. Teknik Langenbeck

Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan

jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem.

Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering

digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut

sekunder yang biasa menimbulkan stenosis. Dalam melakukan operasi diperlukan narkose

yang dalam karena sfingter ini harus benar-benar lumpuh.

  Bedah Laser

Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat

pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga

tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal. Pada

bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat

banyak saraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada

saat memotong jaringan, serabut saraf terbuka akibat serabut saraf tidak mengerut sedangkan

selubungnya mengerut. Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf

menempel jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk

hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 – 14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas

operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 – 6 minggu, luka akan mengering.

Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan.

  Bedah Stapler

Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter,

terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.

Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya

adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m.sfingter ini

untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur.

Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis

mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena

jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu

dibuang semua.

Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan

dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler

dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan

dalam jahitan dan ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan

hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan

memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang

berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai darah ke

jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.

Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu fungsi

anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian

sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar 20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga

rawat inap di rumah sakit semakin singkat.

2.9    Asuhan Keperawatan

2.9.1        Pengkajian

1.      Identitas pasien.

Nama :

Jenis kelamin : > pada Laki-laki

Agama :

Umur : 40 – 55 thn

Status :

Tanggal lahir :

Suku Bangsa :

2.      Keluhan utama.

Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus

atau nyeri pada saat defikasi.

3.      Riwayat penyakit.

  Riwayat penyakit sekarang

Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar

dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.

  Riwayat penyakit dahulu

Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang kembali.

Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan

kembali RPD.

4.      Pola kebiasaan dan pemeliharaan kesehatan.

a.  Pola Nutrisi

Dalam pengkajian pola nutrisi dan metabolisme, kita perlu melakukan pengukuran tinggi

badan dan berat badan untuk mengetahui status nutrisi pasien, selain juga perlu ditanyakan

kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS.

b.      Pola Istirahat dan Tidur

Adanya nyeri otot dan dan peningkatan suhu tubuh akan berpengaruh terhadap pemenuhan

kebutuhan tidur dan istitahat, selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari lingkungan

rumah yang tenang ke lingkungan rumah sakit yang banyak orang mondar-mandir.

c.       Pola Aktivitas

Akibat nyeri otot pasien akan cepat mengalami kelelahan pada aktivitas minimal.

Disamping itu pasien juga akan mengurangi aktivitasnya. Dan untuk memenuhi kebutuhan

aktivitasnya sebagian kebutuhan pasien dibantu oleh perawat dan keluarganya.

d.      Pola Eleminasi

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan mengenai kebiasaan ilusi dan defekasi

sebelum dan sesudah MRS. Karena keadaan umum pasien yang lemah, pasien akan lebih

banyak bed rest sehingga akan menimbulkan konstipasi, selain akibat pencernaan pada

struktur abdomen menyebabkan penurunan peristaltik otot-otot tractus degestivus.

5.      Pemeriksaan fisik.

Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan

menempel pada tempat tidur.

1. Inspeksi

-          Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.

-          Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.

-          Warna benjolan terlihat kemerahan.

-          Benjolan terletak di dalam ( internal ).

2. Palpasi

Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan

rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut

dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.

6.      Informasi penunjang.

  Pemeriksaan laboratorium

- Hb 14,3 N : 14-18 mg/dl - Lekosit 12-700 N : 4000 – 11.000

- Elektrolit : 1.      K 2,8 N : 3,6 – 5,5 mmol/L

2.      Na 137,6 N : 135 – 155 mmol/L

3.      Cl 107 N : 70 – 108 mmol/L

  Diagnostik

-          Kolonoscopy

-          Anoskopy

2.9.2        Analisa Data

No Data Penunjang Etiologi Masalah

1 DS:1. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah segar bersama dengan feses,bahkan darah menetes saat BAB.

2. Klien mengeluh BAB terakhir saat keras,sehingga harus mengedan karena hemoroid klien kambuh lagi.

3. Klien mengeluh pola BAB memang tidak normal dari dulu,klien BAB 1-2 kali /minggu, walupun sering makan sayur dan buah-buahan.

4. Klien mengatakan saat ini hampir seminggu belum BAB karena takut meresakan nyeri dan perdarahan seperti sebelumnya.

DO:1. Distensi abdomen (+)2. Teraba massa pada regio bawah abdomen.

3. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit kanalis analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru–biruan, berukuran 1 cm,

Pembesaran Vena

Hemoroidalis

Konstipasi

benjolan harus didorong dengan tangan agar masuk kedalam anus.

Data tambahan :

1. Pola BAB tidak teratur.

2. Karakteristik feses (warna: kuning kecoklatan, konsistensi: lembek berampas)

2 DS:1. Klien mengeluh nyeri dan panas pada daerah anus.2. Klien mengeluh nyeri pada saat duduk dan berbaring terutama saat tidur malam hari.

3. Klien mengeluh BAB seminggu yang lalu terasa sangat nyeri dan keluar darah srgar bersama dengan feses,bahkan darah menetes saat BAB.

DO:

1.TTV :

TD = 120/80 mmHg

2. Distensi abdomen (+)

3. Pemeriksaan anus adanya benjolan dibawah kulit kanalis analis yang nyeri, tegang, berwarna kebiru–biruan, berukuran 1 cm, benjolan harus didorong dengan tangan agar masuk kedalam anus.

Data tambahan :1. skala nyeri 62. klien tampak meringis3. klien tampak memegangi daerah nyeri.4. klien tidak dapat tidur.

Adanya hemoroid

pada daerah anal

Nyeri

3 DS : klien mengeluh BAB seminggu yang lalu karena keluar darah segar bersama feses bahkan darah menetes saat BAB DO :

Pecahnya Vena

Hemoroidalis

Perdarahan

V.Hemoroidalis

1. TTV : TD = 120/80 mmHg 2. Klien tampak lemah3. Konjungtiva pucat 4. hasil lab : Hb= 8,9 gr/dl Data Tambahan :1. Pasien tidak dapat melakukan aktivitas mandiri.2. Klien cepat lelah setelah beraktivitas.3. Banyaknya aktifitas klien yang dibantu oleh orang lain

2.9.3        Diagnosa Keperawatan

PRE OPERATIF

1.      Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.

2.      Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.

3.      Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai dengan

perdarahan waktu BAB.

POST OPERATIF

1.      Gangguan rasa nyaman nyeri pada luka operasi berhubungan dengan adanya jahitan pada

luka operasi dan terpasangnya cerobong anus.

2.      Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat.

3.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan dirumah.

2.9.4        Rencana Tindakan Keperawatan

PRE OPERATIF

No.Dx

KeperawatanTujuan Intervensi Rasional

1. Konstipasi

berhubungan

dengan

pembesaran

vena

hemoroidalis.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan konstipasi teratasi.KH:

a.Pola BAB normal (1-2x/minggu).

b.Konsistensi feses lunak.

c.Warna feses kuning.

d.Klien tidak takut untuk BAB.

e.Tidak ada nyeri pada saat BAB.

1.Berikan dan anjurkan minum kurang lebih 2 liter/hari.2.Berikan posisi semi fowler pada tempat tidur.3.Anjurkan mengkonsumsi makana tinggi serat.4.Auskultasi bunyi usus.

5.Hindari makanan yang membentuk gas.6.Kurangi / batasi makana seperti produk susu.7.Berikan laktasif sesuai program dokter.

1.Mencegah dehidrasi secara oral.

2.Meningkatkan usaha evakuasi feses.

3.Makanan tinggi serat dapar melancarkan proses defekasi.

4.Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi.5.Menurnnkan distres gastrik dan distensi abdomen.

6.Makanan ini diketahui sebagai penyebab konstipasi.7.Membantu melancarkan proses defekasi.

2. Nyeri

berhubungan

dengan adanya

hemoroid pada

daerah anal.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri teratasi.

1.Berikan Posisi yang nyaman.

2.Berikan bantalan dibawah bokong

1.Minimalkan stimulasi/meningkatkan relaksasi.

2.Meminimalkan tekanan di bawah bokong/meningkatkan

KH:a.Wajah pasien tampak meringis.b.Skala nyeri berkurang 0-3 atau hilang.c.Klien dapat istirahat tidur.d.TTV Normal TD: 100/80 mmHg

saat duduk.

3.Observasi tanda-tanda vital.

4.Ajarkan teknik untuk menguranyi rasa nyeri seperti membaca, menarik nafas panjang, menonton TV, dll.

5.Berikan kompres dingin pada daerah anus 3-4 jam dilanjutkan dengan redam duduk hangat 3-4 x/hari.

6.Berikan lingkungan yang tenang.

7.Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik, pelunak feses dan dilakukan hemoroidectomi.

relaksasi.

3.Untuk menentukan intervensi selanjutnya.

4.Pengalihan perhatian melalui kegiatan-kegiatan.

5.Meningkatkan relaksasi.

6.Menurunkan ketidaknyamanan fisik.

7.Mengurangi nyeri dan menurunkan rangsang saraf simpatis dan untuk mengangkat hemoroid.

3. Perdarahan

berhubungan

dengan

pecahnya vena

hemoroidalis

yang ditandai

dengan

perdarahan

waktu BAB.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kekurangan nutrisi terpenuhi.KH:a.Konjungtiva klien merah muda.

b.Hb Normal (12-14 g/dl).

c.Tidak ada perdarahan v.hemoroid.

d.Dapat melakukan

1.Observasi TTV.

2.Monitor banyaknya perdarahan klien.

3.Kaji ulang tingkat toleransi aktifiitas klien.

4.Memandirikan klien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Kolaborasi:

1.Konsultasikan nutrisi untuk klien dengan ahli gizi.

1.Untuk menentukan tindakan selanjutnya.

2.Untuk menentukan tingkat kehilangan cairan.

3.Untuk mengetahui tingkat kelemahan klien.

4.Mengurangi ketergantungan aktifitas klien dengan bantuan perawat.

Kolaborasi:

1.Untuk menentukan kebutuhan nutrisi yang

aktivitas mandiri.

e.Klien tidak cepat lelah setelah beraktivitas.

f.Aktifitas klien sudah tidak dibantu oleh perawat.

2.Berikan vitamin K dan B12 sesuai indikasi.

3.Konsultasi dengan ahli gizi.

4.Berikan cairan IV.

tepat pada klien.

2.Untuk membantu proses pembekuan darah dan Untuk meningkatkan produksi sel darah merah.

3.Untuk menentukan diet yang tepat bagi klien.

4.Untuk menggantikan banyaknya darah yang hilang selama perdarahan.

POST OPERATIF

1. Gangguan rasa

nyaman nyeri

pada luka

operasai

berhubungan

dengan adanya

jahitan pada

luka operasi dan

terpasangnya

cerobong anus.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam berkurangnya rasa nyeri pada daerah pasca operasi.

KH:

a.tidak terdapat rasa nyeri pada luka operasi

b.pasien dapat beraktivitas sesuai kemampuan

c.sekala nyeri 0-3

d.klien tampak rileks

1. Beri posisi tidur yang menyenangkan pasien.2. Ganti balutan setiap pagi sesuai tehnik aseptik

3. Latihan jalan sedini mungkin

4. Observasi daerah rektal apakah ada perdarahan

5. Berikan penjelasan tentang tujuan pemasangan cerobong anus (untuk mengalirkan

1.    Dapat menurunkan tegangan abdomen

2.    Melindungi pasien dari kontaminasi silang selama penggantian balutan. Balutan basah bertindak sebagai penyerap kontaminasi eksternal

3.    Menurunkan masalah yang terjadi karena imobilisasi

4.    Perdarahan pada jaringan, inflamasi lokal atau terjadinya infeksi dapat meningkatkan rasa nyeri

5.    Pengetahuan tentang manfaat cerobong anus dapat membuat pasien paham guna cerobong anus untuk kesembuhan lukanya

sisa-sisa perdarahan yang di dalam bisa keluar)6. Cerobong anus dilepas sesuai advice dokter

6.    Meningkatkan fungsi fisiologis anus dan memberikan rasa nyaman pada daerah anus pasien karena tidak ada sumbatan

2. Resiko infeksi

berhubungan

dengan

pertahanan

primer tidak

adekuat.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam infeksi tidak terjadi.

KH:

a.tidak terdapat tanda-tanda infeksi (dolor, kalor, rubor, tumor, fungsiolesa)

b.TTV Normal (TD: 120/80 mmHg, N: 96 x/menit, S: 36,7 OC, RR: 18 x/menit)

c.luka mengering

1. Observasi tanda vital

2. Observasi balutan setiap 2 jam, periksa terhadap perdarahan dan bau.

3. Ganti balutan dengan teknik aseptik

4. Bersihkan area perianal setelah setiap defekasi5. Berikan diet rendah serat dan minum yang cukup

1.    Respon autonomik meliputi TD, respirasi, nadi yang berhubungan dengan keluhan / penghilang nyeri . Abnormalitas tanda vital perlu di observasi secara lanjut

2.    Deteksi dini terjadinya proses infeksi dan / pengawasan penyembuhan luka oprasi yang ada sebelumnya

3.    Mencegah meluas dan membatasi penyebaran luas infeksi atau kontaminasi silang

4.    Mengurangi / mencegah kontaminasi daerah luka

5.    Mengurangi rangsangan pada anus dan mencegah mengedan pada waktu defekasi

3. Kurang

pengetahuan

berhubungan

dengan

kurangnya

informasi

perawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam klien dapat melakukan perawatan area anal dirumah.

KH:

a.pasien mengerti

1. Diskusikan pentingnya penatalaksanaan diet rendah sisa atau serat.

2. Demontrasikan perawatan area anal

1.    Pengetahuan tentang diet berguna untuk melibatkan pasien dalam merencanakan diet dirumah yang sesuai dengan yang dianjurkan oleh ahli gizi

2.    Pemahaman akan meningkatkan kerja

dirumah. tentang perawatan dirumah

b.keluarga mengerti tentang proses penyakit dan perawatannya

c.pasien menunjukkan wajah tengang

dan minta pasien menguilanginya

3. Berikan rendam duduk

4. Bersihakan area anus dengan baik dan keringkan seluruhnya setelah defekasi

sama pasien dalam program terapi, meningkatkan penyembuhan dan proses perbaikan terhadap penyakitnya

3.    Meningkatkan kebersihan dan kenyaman pada daerah anus (luka atau polaps)

4.    Melindungi area anus terhadap kontaminasi kuman-kuman yang berasal dari sisa defekasi agar tidak terjadi infeksi

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Hemoroid adalah distensi vena di daerah anorektal. Sering terjadi namun kurang

diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan perdarahan. Istilah hemoroid lebih

dikenal sebagai ambeien atau wasir oleh masyarakat. Akibat dari adanya hemoroid adalah

timbulnya rasa tidak nyaman. Hemoroid bukan saja mengganggu aspek kesehatan, tetapi juga

aspek kosmetik bahkan sampai aspek sosial. Hemoroid mengakibatkan

komplikasi,diantaranya adalah terjadi trombosis, peradangan, dan terjadi perdarahan.

Hemoroid juga dapat menimbulkan cemas pada penderitanya akibat ketidaktahuan tentang

penyakit dan pengobatannya.

Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :

1) Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organic kelainan organik yang

menyebabkan gangguan adalah :

a. Hepar sirosis hepatis

Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga terjadi

hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan pleksus

hemoroidalis.

b. Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.

c. Tomur intra abdomen, terutama didaerah velvis, yang menekan vena sehingga aliranya

terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.

2) Idiopatik, tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab

timbulnya hemoroid

Faktor faktor yang mungkin berperan :

a. Keturunan atau heriditer

b. Anatomi

c. Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :

* Orang yang pekerjaannya banyak berdiri atau duduk dimana gaya gravitasi akan

mempengaruhi timbulnya hemoroid. Misalnya seorang ahli bedah.

* Gangguan devekasi miksi.

* Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.

* Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.

3) Faktor predisposisi yaitu : Herediter, Anatomi, Makanan, Pekerjaan, Psikis dan Senilis, konstipasi dan kehamilan.

3.2 SARAN

Perlu penyuluhan yang intensif tentang penyakit, proses penyakit dan pengobatannya

pada penderita hemoroid. Menginformasikan tentang pencegahan-pencegahan terjadinya

hemoroid dengan cara :

1.    Makan makanan tinggi serat, vitamin K, dan vitamin B12.

2.    Sarankan untuk tidak banyak duduk atau kegiatan yang menenkan daerah bokong.

3.    Sarankan untuk tidak terlalu kuat saat mengedan karena dapat menambah besar hemoroid.

4.    Sarankan agar mengurangi makan makanan pedas yang dapat mengiritasi hemoroid.

5.    Sarankan untuk melakukan hemoroidektomi apabila stadium hemoroid telah mencapai

derajat 3 hemoroid interna untuk mencegah terjadinya infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Arkanda, Sumitro. 1989. Ringkasan Ilmu Bedah. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2. Jakarta: EGC.

Djuhari, Widjajakusumah. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Doenges Moorhouse Geissle. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC

Jusi, H. D. 1991. Dasar-Dasar Ilmu Bedah Vaskuler. Jakarta: Balai Penerbit.

Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

Parakrama, Chandrasoma. 2006. Ringkasan Patofisiologi Anatomi Edisi 2. Jakarta: EGC.

Price, Sylvia Anderson. 1984. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta: EGC.

Robbins, Stanley L. 1989. Buku Saku Dasar Patologi Penyakit. Jakarta: EGC

Schrock, Theodore R. 1991. Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Sjamsuhidajat, R. Wim de Jong. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.

Diposkan oleh Fachrudin Zaenury di 23.45 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Arsip Blog

2012 (2) o September (2)

ASKEP Obstruksi Ileus

ASKEP Hemoroid

Mengenai Saya

Fachrudin Zaenury Lihat profil lengkapku

Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.