hematuri1
DESCRIPTION
123TRANSCRIPT
HEMATURIA
Hematuria sering muncul pada anak dan remaja, sering menimbulkan
kecemasan, sehingga mendesak untuk dilakukan evaluasi yang luas. Hematuria
merupakan gejala awal dari suatu penyakit genitourinaria meskipun pada banyak
kasus, hematuria dikenali setelah konsultasi dengan dokter.1 Hematuria bisa
muncul tersembunyi sebagai hematuria mikroskopik yang yang ditemukan pada
pemeriksaan dipstik urin atau sebagai hematuria kasar yang bisa dilihat oleh
pasien atau keluarga pasien.2 Ketika hematuria mikroskopik (tanpa proteinuria)
ditemukan secara kebetulan, patologi signifik sulit teridentifikasi. Jika dicurigai
suatu keadaan patologi signifik, pendekatan yang logis terhadap sebuah masalah
yang sering pada kasus pediatri harus dilakukan. Pemeriksaan yang seksama
dibutuhkan untuk menentukan pemeriksaan selanjutnya atau apakah perlu dirujuk
ke spesialis.3
1. Definisi
Hematuria merujuk kepada keberadaan eritrosit yang abnormal pada
urin. Sel darah merah mungkin berasal dari sepanjang saluran kencing, dari
glomerulus sampai uretra distal.1
Sel darah merah (SDM) dalam urin mungkin saja normal secara
morfologi (eumorfik), atau hancur, atau berbentuk tak beraturan (dismorfik)
(Gambar 1). Keberadaan SDM dismorfik mengarahkan kepada sebuah
penyebab glomerular pada SDM. Hal yang perlu ditegaskan bahwa beberapa
spesimen urin menunjukan campuran dari SDM eumorfik dan dismorfik.1
1
Gambar 1. Sel darah merah dismorfik pada sedimen urin1
Penting untuk membedakan apakah termasuk hematuria kasar atau
hematuria tersembunyi. Hematuria kasar bisa dilihat oleh mata dan bisa
berwarna merah pucat, coklat, teh tua, atau warna coca-cola. Pada hematuria
mikroskopik, warna urin adalah normal tetapi pada pemeriksaaan urinalisis
didapatkan darah positif. Ditemukannya lebih dari 5 SDM per lapang pandang
besar pada urin segar yang telah disentrifuse dinyatakan sebagai hematuria.
Terdapat juga keadaan dimana SDM terdapat dalam urin namun pada
pemeriksaan mikroskop negatif (negatif palsu) atau menghasilkan positif palsu
(tabel 1).1
Tabel 1. Penyebab positif palsu dan negatif palsu pada urinalisis sel darah
merah
Positif palsu Negatif palsu
- Kontaminasi dengan hipoklorit
- Jumlah bakteri yang tinggi
- Kontaminasi eksternal
(menstruasi, darah perianal)
- Kontaminasi dengan betadin
- Hemoglobinuria
- Urin cair (sel darah merah lisis)
- Kadar vitamin C yang tinggi pada
urin
- Pencampuran urin yang tidak
adekuat
- Kadar nitrat urin > 10 mg/dl
2
- Mioglobinuria
- Obat-obatan, makanan, dan
metabolisme
Hematuria juga bisa diklasifikasikan sebagai simptomatik atau
asimptomatik, transien atau persisten, dan berdiri sendiri atau berhubungan
dengan proteinuria. Pemeriksaan skrining urinalisis tahunan tidak
direkomendasikan oleh American Academy of Pediatrics, dimana sekarang
yang direkomendasikan bahwa analisis urin dilakukan hanya pada keadaan
simptomatik atau jika hematuria mikroskopik ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan urin sebelumnya.1
Terdapat tumpang tindih penyebab hematuria kasar dan hematuria
mikroskopik, kegawatdaruratan, pendekatan diagnosis, dan tatalaksananyapun
berbeda.1
2. Epidemiologi
Hematuria mikroskopik bukan hal jarang, terjadi pada 32/1000 anak
perempuan usia sekolah dan 14/1000 anak laki-laki. Dimana hematuria kasar
tejadi pada <1% pada anak, dan tercatat pada 1,3/1000 pasien yang berobat
pada instalasi gawat darurat pada sebuah penelitian retrospektif.1
3. Diferensial diagnosis
Penyebab terbanyak hematuria kasar ditunjukan pada gambar 2 dan 3
3
Gambar 2. Diferensial diagnosis hematuria kasar1
Gambar.3 Diferensialsial diagnosis hematuria mikroskopik
Hematuria kasar mungkin berasal dari saluran kencing atas seperti pada
penyakit glomerulus atau tubulointersitsial, atau saluran kencing bawah, paling
4
sering akibat dari infeksi atau batu ginjal. Penyebab lain dari hematuria kasar
adalah penyakit kongenital maupun kalainan vaskular, dan koagulopati.
Banyak diagnosis seperti infeksi, hiperkalsiuri, glomerulonefritis, mungkin
menyebabkan hematuri mikroskopik (lihat gambar 3). Bagaimanapun
kebanyakan etiologi dari hematuria mikroskopik asimptomatik adalah penyakit
membran basement tipis thin basement membrane disease (TBMD), yang juga
dikenal sebagai Thin Basement Membrane Nephropaty, Benign Famial
Hematuria, atau Benign Heriditari Nephritis, Hiperkalsiuri Idiopatik,
Nepropati IgA, dan Penyakit Sickle Sell.1
Umur, jenis kelamin, dan ras dari pasien mungkin mempengaruhi etiologi
hematuria secara umum: sebagai contoh, Post Infection Acut Glomerulonefritis
(PIAGN) sering terjadi pada anak usia sekolah, sedangkan Renal Vein
Thrombosis, sering terjadi pada bayi, Sindrom Alport terkait kromosom X
lebih sering tampak pada anak laki-laki, dan Nepropati IgA sering terjadi
diantara anak keturunan Asia.1
4. Klasifikasi
1.1. Gross hematuria
1.1.1. Ciri-ciri penampakan
Pasien dengan hematuria kasar sering datang dengan keluhan
dengan perubahan warna urin, kadangkala mungkin terdapat
laporan ditemukannya darah pada popok atau celana dalam. Hal
penting untuk dicatat bahwa sejumlah kecil darah mampu membuat
perubahan dari warna urin, tetapi hematuria jarang menyebabkan
anemia, sering mendapat perhatian khusus dari orang tua. Langkah
pertama dalam pendekatan pasien yang tersangka hematuria kasar
adalah mengkonfirmasikan diagnosis hematuria melalui urinalisis
dan pemeriksaan mikroskop dari sedimen urin. Pada bayi, endapan
kristal urat, mungkin menyebabkan warna merah atau merah muda
pada popok sehingga membingungkan dengan hematuria,
bagaimanapun pemeriksaan dipstik akan menunjukan negatif
5
terhadap darah. Jika pasien dengan pemeriksaan dipstik didapatkan
hasil positif, perubahan warna mungkin berasal dari myoglobin
atau hemoglobin. Reaksi yang terjadi apabila berpola berbintik-
bintik menunjukan SDM yang utuh sedangkan pola yang difus
menunjukan SDM yang lisis, hemoglobin, atau mioglobin. Setelah
sentrifugasi, apabila sedimen urin tampak merah atau coklat dan sel
darah merah tampak pada cahaya mikroskop, diagnosis hematuria
dapat ditegakan. Setelah sentrifugasi, jika tidak ada SDM, dan atau
tidak tampak warna, perubahan warna merupakan hasil sekunder
dari hemoglobinuria lainnya atau mioglobinuria. Sebagai
tambahan, seperti kondisi yang diuraikan pada tabel.1 obat-obat
tertentu (sulfonamid, nitrofurantion, salisilat, penazopiridin,
phenolphtalein), racun (timah, benzena), makanan (pewarna
makanan, gula bit, blackberry, paprika), dan bakteri (Serratia
marcenscen, yang mana menghasilkan pigmen) menyebabkan urin
tampak merah dengan dipstik heme memberi hasil negatif (Tabel 2
dan 3). Dalam mengevaluasi hematuria kasar maupun hematuria
mikroskopik, seharusnya juga dipertimbangkan sumber perdarahan
selain dari ginjal dan saluran kencing, seperti menstruasi.1
Penemuan sedikit sel darah merah pada pemeriksaan
mikroskop pada urin yang berwarna merah atau coklat mendukung
diagnosis hemoglobinuria atau mioglobinuria. Pemeriksaan serum
akan bertujuan membedakan diantara dua kesatuan, supernatan urin
akan berwarna merah muda pada keduanya tetapi serum hanya
berwarna merah muda pada hemoglobinuria.3
6
Tabel 2. Perbedaan hematuria glomerular dan non glomerular
Tabel.3 Penyebab positif palsu dan negatif palsu pada hematuria
Gambar 4. Evaluasi pasien dengan urin berwarna merah atau coklat
7
Insiden hematuria kasar tidak diketahui dengan pasti tetapi
pastinya kurang lebih sedikit dibanding dengan hematuria
mikroskopik. Hematuria kasar dilaporkan berjumlah 1,3/1.000 pada
kunjungan ruang gawat darurat pediatri. Meskipun etiologi sering
dengan mudah ditentukan, sisa diagnosis yang sulit ditentukan
banyak. Greenfield et al, baru-baru ini menampilkan dalam 10
tahun pengalaman dan menemukan bahwa tidak diketahui
etiologinya pada 118 dari 342 anak (34%) di klinik urologi pediatri.
Senada dengan peneilitian ini, dua penelitian pada praktek pediatri
nefrologi dilaporkan gagal untuk memebuat diagnosis pada 38-44%
anak.3
Setiap dikonfirmasikan hematuria, adalah penting untuk
mengkategorikan sebagai hematuria glomerular atau non-
glomerular jadi evaluasi bisa fokus pada diagnosis tertentu.
Menetukan lokasi perdarahan akan memandu kepada gejala gejala
yang berhubungan, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, pemeriksaan fisik dan karakteristik urin.3
4.1.1. Evaluasi
Langkah pertama dalam mengevaluasi pasiesn dengan
hematuria kasar adalah memproleh deskripsi detail dari urin,
termasuk onset dan durasi perubahan warna serta apakah persisten
atau intermiten. Warna urin seperti teh, coklat, atau coca-cola
mengarahkan glomerulus sebagai etiologinya, sedangkan warna
merah muda atau merah terang berupa bercak pada urin
mengindikasikan perdarahan saluran cerna bawah. Urin yang keruh
mengarahkan kepada terdapatnya sel dalam urin memberi kesan
penyakit glomerular atau infeksi. Adakalanya presipitat kristal
kalsium dan fosfat membuat urin menjadi keruh, hal ini tampak
pada keadaan patologis seperti pada nefrolitiasis tetapi mungkin
juga tampak pada ekskresi urin normal dari substansi tersebut
8
(terutama jika urin bersifa alkali). Anamnesis lebih lanjut
seharusnya menilai hubungan gejala dan tanda, ternasuk frekuensi,
urgensi, disuri, nokturia, dan eneuresis, perubahan keluaran urin,
nyeri perut atau pinggang, sembab pada wajah atau ekstremitas,
atau gejala sistemik seperti kehilangan berat badan, lemah, demam,
atralgia, atau ruam kulit. Kita harus mengetahui riwayat penyakit
sebelumnya atau trauma, dan riwayat keluarga berupa penyakit
glomerular, tubular, maupun batu, riwayat keluarga dengan
penyakit ginjal (termasuk nefritis herediter, penyakit polikistik
ginjal autosomal dominan maupun resesif, malformasi kongenital,
atau refluk vesikoureteral, nefrolitiasis, gagal ginjal stadium
akhir/dialisis/transplantasi, metabolik (seperti sistinuria,
hiperoxaluria), penyakit vaskular kolagen atau rematik, atau
gangguan pendengaran seharusnya diinvestigasi secara hati-hati.1
Secara spesifik, banyak elemen dari riwayat pasien memberi
indikasi terhadap etiologi pasti dari hematuria, diantaranya:1
1. Disuri, urgensi, dan frekuensi memberi kesan infeksi saluran
kencing atau hiperkalsiuri.
2. Hematuri yang terjadi pada permulaan kencing (inisial
hematuria) merujuk kepada etiologi pada uretera, sedangkan
darah pada akhir kencing (terminal hematuri) merujuk kepada
perdarahan vesika urinaria. Hal ini semakin didukung apabila
terdapat riwayat tinggal atau bepergian ke daerah endemi
infeksi parasit pada vesika urinari oleh Schistosoma
haematobium.
3. Nyeri abdomen, terutama nyeri pinggang unilateral yang
menjalar ke paha memberi kesan sumbatan sekunder atau
gumpalan pada kalkulus.
4. Riwayat latihan fisik atau trauma.
5. Riwayat faringitis 1-2 minggu atau infeksi kulit 3-5 minggu
diikuti hematuria memberi kesan post infeksi
9
glomerulonefritis, sedangkan penyakit yang bersamaan dengan
hematuri mungkin mengindikasi nefropati IgA
6. Riwayat edema atau hipertensi (sakit kepala, pengelihatan
kabur) memberi kesan penyakit glomerular.
7. Nyeri sendi, ruam, rambut rontok, kehilangan berat badan, dan
demam memberi kesan penyakit reumatologi.
8. Hematuria kasar yang diikuti trauma minor memberi kesan
diagnosis obstruksi uretropelvic jungtion kongenital.
9. Riwayat penyakit sickle cell yang mungkin merupakan hasil
dari nekrosis papiler.
10. Terpajan pengobatan yang menyebabkan sistitis seperti
cyclophosphamide.
11. Aktifitas seksual beresiko terhadap infeksi saluran kencing dan
infeksi menular seksual bisa juga muncul dengan hematuria.
4.1.2. Pemeriksaan fisik
Jika memungkinkan, adalah penting untuk membandingkan
berat dan tinggi badan pada pemulaan penilaian, pertumbuhan
linear yang buruk mungkin penyebab dari penyakit ginjal kronik,
sedangkan pertumbuhan berat badan yang tidak tepat bisa terjadi
dengan edema. Perhatian khusus seharusnya untuk menilai tekanan
darah, menggunakan persentil 95 untuk usia dan tinggi untuk
menentukan jika pasien hipertensi. Evaluasi juga seharusnya
menilai apakah pasien mengalami edema periperal atau periorbital,
mengarahkan ke proteinuria, yang mana bersama-sama dengan
hematuria merupakan diagnostik dari penyakit glomerular, atau
ruam kulit, bengkak atau nyeri pada sendi mengarahkan terhadap
penyakit sistemik (misalnya SLE). Pemeriksaan genital dibutuhkan
untuk menilai bukti trauma, iritasi, atau infeksi. Pemeriksaan
abdomen seharusnya meliputi penilaian terhadap masa dan nyeri
10
(misalnya tumor Wilm’s). Nyeri suprapubik dapat ditemukan pada
infeksi saluran kencing, sedangkan nyeri sudut kostovetebra
mungkin memberi kesan infeksi atau obstruksi, seperti yang
mungkin terjadi pada nefrolitiasis, (Lihat tabel 4)1
Tabel.4 Temuan pemeriksaan fisik pada hematuria
4.1.3. Klasifikasi
a. Hematuria kasar: sumber non glomerular
Urin berwarna merah atau merah jambu memberi kesan
perdarahan non-glomerular. Dibawah mikroskop, sel darah
merah akan tampak seragam. (lihat gambar 290.a)3
Proteinuria secra khas minimal, tetapi jika terlalu banyak darah
pada urin, proteinuria +2 mungkin tampak pada hematuria non
glomerular. Keadaan klots atau kristal akan mendukung
penyebab non glomerular. Hal ini membantu untuk menentukan
apabila perubahan warna urin terjadi ketika urin mengalir.
Hematuria awal atau hematuria akhir akan memberi kesan
apakah hematuria di uretra atau vesika urinaria.3
11
Gambar 5. Sel darah merah pada pemeriksaan mikroskop urin
Penyebab terbanyak dari hematuri non glomerular adalah
infeksi, uretrorhagia, trauma, hipekalsiuria, nefrolitiasis, dan
kegiatan fisik. Penyebab lain meliputi benda asing penyakit
polikistik ginjal autosimal-dominan, trait sickle sel dan anemia,
dan tumor Wilms. Terjadinya hematuria setelah trauma ringan
mengarahkan untuk bernon glomerular. Riwayat infeksi fikir
tentang keadaan abnormal anatomi seperti hidronefrosis atau
kita ginjal. Gejala yang berhubungan seperti nyeri perut atau
punggung, disuri, frekuensi, urgensi mengarahkan ke penyakit
non-glomerular. Riwayat infeksi saluran kemih, hidronefrosis,
kista ginjal, sikle sel dan perdarahan akan berhubungan. Temuan
yang berhubungan dari riwayat keluarga meliputi nefrolitiasis,
reflux vesikoureter, infeksi saluran kecing dan penyakit sickle
sel. Pada pemeriksaan fisik seharusnya dinilai apakah terdapat
masa pada abdomen, nyeri ketok sudut cotovertebra, nyeri
abdomen atau suprapubik, dan bukti trauma atau kekerasan.3
Pemeriksan awal untuk hematuruia non-glomerular meliputi
kultur urin, rasio kalsium/kreatinin urin dan pencitraan ginjal
dan vesika urinaria. CT scan dengan kontras adalah pemeriksaan
terbaik untuk menginvestigasi trauma terutama pasien tidak
stabil. CT scan tanpa kontras adalah standar emas untuk
12
identifikasi nefrolitiasis. Bagaimanapun jika terpajan radiasi
adalah kontraindikasi, ultrasonografi bisa dijadikan alternatif.
Ultrasound akan memvisualisasikan banyak batu namun
mungkin tidak dapat memperlihatkan batu kalkulus yang kecil
dan atau batu uretra. Hiperkalsuri dilaporkan terhitung 16-43 %
pada kasus hematuri kasar jika nefrolitiasi tidak ada. Nyeri
perut, disuri, dan gejala saluran kencing lainnya mungkin bisa
berhubungan dengan hiperkalsiuri. Pada seri terbaru, uteroragia
diidentifiksi merupakan 14-19 % etiologi hematuria kasar.
Uretroragia terjadi primer pada laki-laki pubertas dan mungkin
berhubungan dengan disuri dan atau frekuensi. Bercak darah
sering ditemukan pada pakaian dalam. Etiologi pada proses ini
belum jelas, namun permaasalahan terselesaikan pada 711-92 %
anak dalam 1-2 tahun. Pada kasus yang jarang hematuria kasar
terjadi pada pasien dengan anemia sickle sel atau trait sickel sel
dan secara khas pada ginjal kiri. Meskipun gangguan koagulasi
meghasilkan hematuria, perdarahan urin jarang pada keadaan
awal dari gangguan.3
b. Hematuria kasar: sumber glomerular
Urin yang berwarna coklat atau warna air teh, merupakan
karakteristik hematuria glomerular. Pada beberapa kasus, urin
akan tampak merah gelap, menyaebabkan keraguan menentukan
lokasi perdarahan. Temuan yang sedang berlansung yaitu
proteinuria (+2 atau lebih) dan serpihan sel memberi kesan
hematuria glomerular. Dibawah mikroskop sel darah merah
akan menunjkana variasi dalam ukuran. (lihat gambar 290.2b)3
Penyebab terbanyak hematuria glomerular termasuk
glomerulonefritis pascainfeksi, purpura Henoch-Schonlein,
nefropati IgA. Dan yang jarang Sindrom Alport, SLE, dan tipe
lain dari glomerulonefritis akut atau kronik. Gejala oliguri,
kehilangan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, atritis,
13
atralgia, faringitis atua impetigo, ruam, dispneu atau fatigue
akan mengarahkan tentang penyakit glomerular. Riwayat
keluarga seharusnya memperlihatkan tentang hematuria,
kehilangan pendengaran pada remaja dan dewasa, gagal ginjal,
dan penyakit spesifik lainnya seperti Sindrom Alport atau SLE.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan edema, hipertensi, ruam,
purpura, atritis, atau batuk akan konsisten dengan
glomerulonefritis. Pertumbuhan ginjal yang buruk akan
mendasari penyakit ginjal kronik.3
Jika dicurigai hematuria glomerular, pemeriksaan laboratorium
awal seharusnya meliputi serum kreatinin elektrolit, albumin,
hitung darah lengkap, komplemen C dan titer antistreptolisin
antibodi (titer ASO), dan kultur tenggorokan. Jumlah proteinuria
seharusnya dinilai secara kuantitatif dengan titik protein dan
kreatinin urin.3
Rasio protein dan kreatinin <0,2 mg/mg adalah normal. Hal
yang perlu dicatat titer ASO negatif tidak mengeksklusikan
glomerulonefrits post infeksi, yang mana bisa diikuti infeksi,
virus, parasit dan bakteri. Bagaimanapun, C3 akan rendah
dengan kebanyakan glomerulonefritis post infeksi jika diperiksa
pada saat presentasi penyakit. Hipertensi dan edem sering
dicatat dengan baik. Episode berulang hematuria selama sakit
saluran nafas atas akan memberi kesan nefropati IgA berbeda
dengan glomerulonefritis post-infeksi, C3 normal pada nefropati
IgA sama seperti tekanan darah. Perbedaan lainnya terletak pada
latennya periode, dimana secra khas kurang dari 5 hari pada
nefropati IgA melawan 10-21 hari diikuti infeksi saluran nafas
pada glomerulonefritis post-infeksi. Keluarga seharusnya
dijelaskan untuk mengikuti perjalanan penyakit setelah dan
permulaan diagnosis dibuat. Hematuria mungkin tetap ada pada
pemeriksaan mikroskopik setelah permasalahan hematuria kasar
14
terselesaikan. Latihan fisik dan sakit bisa mengeksaserbasi
glomerulonefritis kronik yang membawa ke episode hematuria
kasar superimposed dan hematuria mikroskop kronik.
Proteinuria yang signifikan, hipertensi, berkurangnya fungsi
ginjal, oliguria, edema dan gejala sistemik lainnya seharusnya
segera dirujuk ke ahli spesialis nefrologi pediatri untuk evaluasi
dan pengobatan selanjutnya.3
4.1.4. Evaluasi dan Diagnosis
Lagkah pertama dalam mengevaluasi penampakan urinalisis
dengan mengevaluasi secara mikroskopik sedimen urin segar, yang
telah disentrifugasi. Secara alami, keadaan menstruasi pada
perempuan remaja seharusnya disingkirkan.1
a) Urinalisis
Keberadaan SDM dismorfik (Gambar 5) memberi kesan
perdarahan glomerular. Perdarahan non-glomerular, atau saluran
kencing memberi kesan urin yang berwarna merah muda atau
merah terang dan SDM yang seragam (dalam ukuran dan
bentuk). Penemuan esterase leukosit, nitrit, lebih dari 5 SDP per
lapang pandang besar atau keberadaan bakteri mengarahkan
kepada infeksi saluran kencing. Beberapa klinisi
merekomendasikan dilakukan kultur urin pada semua pasien
dengan hematuria, ketika tidak terdapat gejala atau temuan
abnormal pada urinalisis. Praktek ini masih kontrovesi, terutama
pada anak yang bisa mengungkapkan ada atau tidak adanya
disuri, nyeri abdomen, nyeri pinggang, atau nyeri suprapubik
yang menetap dengan ISK. Jika dari anamnesis didapatkan
memberi kesan infeksi virus atau parasit, mungkin dibutuhkan
konsultasi pihak laboratorium dalam persiapan pengumpulan,
penyimpanan, dan proses pengambilan sampel. Adanya
proteinuria pada urinalisis bisa dievaluasi dengan menggunakan
15
urin pertama pada pagi hari, untuk protein urin, rasio kreatinin,
tetapi keberadaan hematuria dengan proteinuria memberi kesan
penyakit glomerular harus dirujuk dan dievaluasi oleh spesialis
nefrologi anak
Gambar 6. Sedimen urin.
b) Investigasi tambahan
1) Investigasi laboratorium serum
Pemilihan pemeriksaan tepat pada pasien dengan hematuria
kasar berdasarkan temuan anamnesis dan pemeriksaan fisik
(Gambar 2). Pada pasien dengan curiga penyakit glomerular,
seperti pada orang dengan nefritis, proteiuria, serpihan SDM
dan hipertensi, atau pada pasien yang tidak diketahui apakah
hematuria berasal dari saluran atas atau bawah, evaluasi
laboratorium seharusnya meliputi penilaian serum kreatinin,
elektrolit, kalsium, fosfat, dan BUN. Pada kebanyakan
pasien, hitung darah lengkap dengan perbedaan tipis mungkin
membantu untuk mengidentifikasi pasien dengan penyakit
Sickle Sell atau Trait. Tingkat komplemen serum (C3, C4)
penting untuk menilai glomerulonefritis akut atau kronik.
Penyakit dengan glomerulonefritis menunjukan nilai rendah
dari C3 dan/atau C4; oleh sebab itu analis yang hati-hati dan
16
pertimbangan keadaan klinis akan membantu
menginterpretasikan tingkat komplemen. Pada pasien dengan
GN atau dengan NS, nilai serum albumin mungkin memberi
informasi. Masih terdapat perdebatan tentang nilai dari
pemeriksaan untuk menghindentifikasi infeksi Streptococus
pada pasien dengan GN terutama GN akut (AGN).
Kebanyakan infeksi bisa diidentifikasi dengan pemeriksaan
standar (seperti pemeriksaan cepat streptokokus, atau kultur
tenggorokan.); pemeriksaan lainnya seperti antisreptosilin O
atau anti-deoksiribonuklease B akan bernilai tipis, meskipun
pada pasien dengan bukti AGN. Pemeriksaan antinuklear
antibodi mungkin berguna pada skrining SLE, terutama pada
wanita remaja, tetapi positif palsu tidak jarang. Sel sickle atau
elektroporesis hemoglobin mungkin dilakukan untuk
mengevaluasi penyakit Sickle Sell yang mana cenderung
pada pasien dengan nekrosis papil, atau trait, yang juga
mungkin menghasilkan hematuria kasar.
2) Studi pencitraan
Ultrasound renal bladder dengan Dopler seharusnya
dilakukan pada semua pasien dengan hematuria kasar untuk
menilai tromosis arteri atau vena, tumor, nefrolitiasis,
penyakit ginjal kistik, obstruksi saluran kencing, atau
penyakit ginjal parenkim. Pada pasien yang dicurigai
mengalami perdarahan saluran cerna bawah atau gejala
nefrolitiasis, dan pada orang dengan pemeriksaan ultrasound
tampak normal bisa dipertimbangkan pemeriksaan Computed
Tomography non-kontras sebagai pemeriksaan yang lebih
sensitif daripada Ultrasound renal dalam mendeteksi batu
kecil. Pada pasien dengan riwayat trauma, Computed
Tomography abdomen dan pelvis diindikasakan untuk
menentukan sumber perdarahan.
17
3) Pemeriksaan urin
Pengukuran kalsium urin/rasio kreatinin (normal < 0,2 pada
anak yang lebih tua dan remaja dan tinggi pada bayi dan
balita) atau urin 24 jam (normal < 4 mg/kg/24 jam) adalah
berguna untuk skrining hiperkalsiuri. Bagaimanpun jika
kecurigaan tinggi, urin 24 jam adalah penting untuk
menghkonfirmasi diagnosis
4) Konsultasi
Hematuria kasar sering dirujuk dan dievaluasi oleh spesialis
nefrologi anak atau pada beberapa kasus oleh spesialis
urologi anak. Indikasi perawatan meliputi penurunan output
urin, hipertensi, dan insufisiensi urin. Hematuria bersama
Sindrom Nefrotik, hematuria berulang, dan insufisiensi renal
merupakan indikasi untuk dilakukan biopsi ginjal.
Kesimpulan dari investigasi pada psien dengan hematruia
kasar atau hematuria mikroskopik ditunjukan pada Gambar 6.
18
Gambar 7. Algoritma evaluasi hematuria pada anak
4.1.5. Tatalaksana
Tatalaksana untuk hematuria kasar bergantung kepada etiologinya.
Diagnosis dan tatalaksana akan dibahas berikut.1
1. PIAGN : dicurigai pada anak yang didahului dengan riwayat
faringitis atau impetigo, meskipun pada 25-33% tidak
dikonfirmasi memeliki riwayat infeksi sebelumnya. Infeksi
bakteri, virus, dan parasit seperti endokarditis infeksi dan infeksi
jalur pintas ventrikulo-peritoneal juga telah dilaporkan
menginduksi GNA. Lebih dari 85% pasien dengan PIAGN akan
tampak edem dan mengalami hipertensi, dimana membutuhkan
retriksi garam dan cairan dan kontrol tekanan darah dengan
19
diuretik dan Penghambat Kanal Kalsium. Beberapa pasien
dengan PIAGN mungkin juga menghasilkan oliguria dan
insufisiensi ginjal akut pada beberapa kasus. Pada kasus
PIAGN, tanpa memandang epidemiologi, diagnosis
dikonfirmasikan oleh hipokomplemenemia (dengan karakteristik
kadar C3 yang rendah dengan normal C4) dan serpihan RBC
pada urin. PIAGN biasanya self limited, sembuh dalam 1-2
minggu, dan jarang kambuh. Serum C3 kembali normal dalam
6-8 minggu, meskipun normalisasi mungkin tidak lebih dari 12
minggu. Hematuria mikroskopik bisa menetap selam 6-12 bulan.
Jika serum komplemen tidak kembali normal atau hematuria
mikroskopik menetap lebih dari 12 bulan pada diagnosis awal
seharusnya dipertimbangkan kembali.
2. Membranoproliferative Glomerulonephritis (MPGN). Terdapat
laporan tiga tipe MPGN. Tipe I lebih sering daripada tipe II
(juga diketahui sebagai penyakit deposit dense) dan biasanya
ada pada anak yang lebih tua dan dewasa muda. Sekitar 50%
timbul beserta SN dan 25% lainnya memiliki presentasi nefritik
dengan edema, hipertensi, dan insufisiensi renal. Kecurigaan
MPGN tipe I seharusnya tumbuh dari proteinuria masiv dan
hipokomplemenemia persisten C3 dan C4. Tipe II tampak
dengan C3 rendah (faktor nefritik C3) tetapi level C4 normal.
MPGN merupakan primer pada anak, tetapi mungkin juga
terjadi sekunder dari Hepatitis B dan C. MPGN primer tipe I dan
II sering diobati dengan prednison pengganti harian; sebuah
penelitian mengindikasikan kemajuan kemampuan bertahan
ginjal dengan tercapai prednison pada MPGN tipe I.
3. Nefropati Immunoglobulin A (IgAN); ketika hematuria terjadi
dengan sakit akut dan terutama rekuren, sebaiknya
dipertimbangkan Nefropati IgAN. Meskipun jarang pada bayi
terutama sebelum remaja, IgAn adalah satu dari
20
glomerulonefritis yang sering terjadi di dunia. Pasien mengalami
hematuria mikroskopik persisten diantara episode hematuria
kasar dan serum komplemen normal. Serum IgA mungkin
meningkat pada IgAN, tetapi sensitivitas diagnostik
pemeriksaan ini rendah, terutama pada anak. Berbagai macam
protokol pengobatan meliputi penggunaan kortikosteroid,
imunosupresif, minyak ikan/asam lemak omega 3, ACE
inhibitor, dan reseptor bloker dengan efikasi yang bervariasi.
4. Henoch Schonstein Purpura Nephritis (HSPN); hematuria kasar
pada nyeri abdomen dengan atau tanpa perdarahan tinja,
atralgia, dan ruam purpura meliputi bokong dan ekstremitas
bawah memberi kesan diagnostik HSP, vaskulitis terbanyak
pada anak.
5. Nefrolitiasis, nyeri pinggang yang berhubungan dengan
hematuria kasar seharusnya memberi kesan diagnosis
nefrolitiasis. Batu kalsium oksalat merupakan tipe batu yang
paling banyak dan sering dihubungkan dengan hiperkalsiuria.
Adalah penting untuk menilai anak dengan nefrolitiasis untuk
penyakit batu metabolik, termasuk hiperoxaluria dan kistinuria,
dimana mengakibatkan penyakit ginjal tahap akhir. Batu yang
kurang dari 5 mm bisa keluar sendiri, tetapi batu yang lebih
besar mungkin membutuhkan intervensi urologi, meliputi
Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL). Penyebab
jarang dari nyeri pinggang berulang dan hematuria kasar adalah
Sindrom Nutcracer (kompresi vena renalis diantara arteri
mesentrika superior dan aorta abdominalis)
6. Penyakit Sickle Sell/Trait: pasien dengan penyakit sickle sel
atau trait mungkin berkembang menjadi hematuria kasar dan
atau hematuria mikroskopik. Hematuria pada pasien dengan
penyakit sickle sell atau trait sering dikarektirisasikan hematuria
mikroskopik ketika diobservasi pada pada penyakit sickle sel
21
mungkin disertai hematuria mikroskopik atau hematuria kasar.
Hematuria sering terjadi sekunder dari perkembangan infark
papiler ginjal yang merupakan hasil dari oklusi pembuluh darah
vasa rekta. Nekrosis papiler terjadi lebih banyak pada daerah
hipoksia, asidosis, osmolalitas yang tinggi dan derah yang statis.
Perempuan lebih sering terkena pada ginjal kiri dibandingkan
dengan ginjal kanan.
7. Trombosis arteri/vena renalis: penyakit ini seharusnya secara
kuat dipertimbangkan pada neonatus dengan hematuria. Pada
trombosis arteri renalis biasanya terdapat riwayat patent duktus
arteriosus. Keberadaan hematuria mikroskopiok atau hematuria
kasar berhungan dengan hipertensi. Mungkin juga terdapat
oliguria, dan gagal ginjal akut jika lesi bilateral. Ultrasonografi
renal dengan dopler menunjukan sedikit sampai tidak ada aliran
darah dan mungkin hanya memiliki abnormalitas struktur yang
minor. Trombosis vena renalis mungkin tampak pada dehidrasi,
aspiksia, bayi dengan ibu diabetes, polisitemia, penyakit jantung
sianotik, dan skor APGAR yang rendah dan sering dihibungkan
dengan trombositopenia. USG renal menunjukan pembesaran
ginjal. Pada trombosis arteri dan vena, pengobatan meliputi
pembatasan pemanjangan klot dan pengobatan faktor resiko
penyebab.
1.1. Hematuria mikroskopik
1.1.1. Gejala klinik
Hematuria mikroskopik sering ditemukan secara kebetulan.
Perubahan warna diobservasi pada dipstik urin akibat aktivitas
peroxidase hemoglobin. Positif palsu bisa disebabkan oleh alkali
urin, kontaminasi dengan agen oksidasi yang digunakan untuk
membersihkan perineum atau detergen (hipoklorid) pada
penampung urin. Negatif palsu bisa disebabkan oleh asam askorbik
22
urin atau berat jenis urin yang rendah (yang kemudian disebabkan
lisis atau SDM). Seperti pada hematuria kasar, diagnosis
seharusnya dikonfirmasikan oleh pemeriksaan urin segar yang telah
disentrifugasi untuk menilai SDM. Terdapat prevalensi yang tinggi
hematuria transien, pengulangan pemeriksaan lebih dulu untuk
evaluasi lebih lanjut sangat dianjurkan. Tidak adanya gejala dan
sebaliknya anak usia sekolah yang sehat diobservasi sampai 2
tahun tanpa evaluasi lanjutan dan adanya menstruasi seharusnya
disingkirkan pada wanita remaja.1
1.1.2. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Pasien dengan hematuria mikroskopik persisten seharusnya
diskrening untuk beberapa gejala yang berhubungan sebagai pasien
dengan hematuria kasar. Riwayat keluarga yang mengalami
gangguan pendengaran, penyakit ginjal, hematuria mikroskopik
atau batu ginjal, mungkin memberi kesan Sindrom Alport, Benign
Familial Hematuria, TBMD atau hiperkalsiuria diopatik.1
1.1.3. Investigasi
a. Hematuria mikroskopik, tersembunyi: evaluasi pasien dengan
hematuria mikroskopik (Gambar 7) seharusnya dihubungkan
apakah simptomatik atau asimptomatik, transien atau persisten,
dan jika dihubungkan dengan proteinuria, temuan sistemik
(contohnya nyeri dan bengkak pada sendi), atau tanda-tanda
vital yang abnormal (contohnya kehilangan berat badan yang
signifikan, tekanan darah tinggi) menjamin investigasi
berikutnya. Hematuria mikroskopik asimptomatik sering
tersembunyi atau jinak. Oleh karena itu, evaluasi seharusnya
berdasarkan riwayat dan pemeriksaan fisik. Pada pasien
asimptomatik, rasio kalsium/kreatinin urin acak seharusnya
diperoleh. Nilai normal dijelaskan dibawah (diagnosis dan
pengobatan). Pemeriksaaan untuk Sickle Sell Trait dan
ultrasound ginjal mungkin dipertimbangkan pada hematuria
23
tersembunyi. Beberapa orang merekomendasikan untuk
memeriksa anggota keluarga mengalami hematuria, hal ini
memberi kesan penyakit genetik.
b. Hematuria dengan proteinuria: kombinasi hematuria mikroskop
dan proteinuria jarang daripada hematuria mikroskopik
tersembunyi atau seperti penyakit yang didasari penyakit ginjal.
Evaluasi terhadap kelompok anak ini seharusnya meliputi
pengukuran serum kreatinin dan kuantitas proteinuria dari rasio
protein dan kreatinin urin pagi hari. Nilai normal kurang dari 0,2
mg protein/mg kreatinin. Jika hasil proteinuria adalah normal,
pasien seharusnya diasingkan, hematuria mikroskopik
seharusnya dievaluasi ulang dalam 3 minggu. Pasien dengan
hematuria dan proteinuria signifikan lainnya atau peningkatan
serum kreatinin seharusnya segera dirujuk ke spesialis nefrologi
anak untuk evaluasi selanjutnya (sebagai deskripsi untuk
hematuria dan proteinuria, diatas) (Gambar 8)
c. Bukti penyakit sistemik: Hematuria mikroskopik simptomatik
bisa berasal dari berbagai macam penyebab dan evaluasi
seharusnya langsung berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik (Gambar 2, 4, 5, dan 6). Contohnya pasien dengan ruam
kulit, atralgia, hipertensi dan edem mungkin merupakan
Sistemik Lupus Eritematosus dan seharusnya dievaluasi sesuai
dengan penyakitnya.
d. Indikasi biopsi ginjal.
Biopsi ginjal diindikasikan pada pasien dengan:
- Peningkatan serum kreatinin
- Proteinuria signifikan
- Hipertensi
- Hematuria glomerular persisten
- Hematuria mikroskopik dengan terdapat riawayat keluarga
24
Gambar 8. Algoritma evaluasi hematuria mikroskopik
asimptomatik tersembunyi
1.1.4. Diagnosis dan tatalaksana
Sama seperti hematuria kasar, penatalaksanaan seharusnya
didasari oleh etiologi hematuria mikroskop.1
25
Gambar 9. Algoritma evaluasi hematuria mikroskopik asimptomatik
dengan proteinuria
a. Hiperkalsiuria
Mungkin diikuti gejala klinis hematuria asimptomatik lainnya
atau urolitiasis. Definisi hiperkalsiuria pada spesimen urin acak
adalah tergantung usia:
- < 7 bulan : < 0,86
- 7-18 bulan : < 0,6
- 18 bulan – 6 tahun : < 0,3
- > 6 tahun: > 0,2
Pada setiap tingkatan usia, kalsium dikeluarkan rata-rata ≥ 4
mg/kg/hari dalam urin 24 jam dengan eksreri kreatinin adekuat
(15-20 mg/kg/hari) konsisten dengan hiperkalsiuria. Meskipun
hiperkalsiuria biasanya etiologinya idiopatik, dokter harus
26
menilai secara simultan kalsium serum jika tejadi bersamaan
dengan hiperkalsemi atau normokalsemi dengan hiperkalsiuri
untuk mengidentifikasi penyebab. Berdasarkan serum kalsium
dan elektrolit lainnya, dokter sering dengan pasti menentukan
penyebabnya. Penyebab meliputi imobilisasi, pengobatan
diuretik, intoksikasi vitamin D, hiperparatiroid, dan sarkoidosis.
Pengobatan hiperkalsiuri secara khas terbatas terhadap gejala
simptomatik atau batu. Resiko yang timbul kemudian adalah
lebih besar pada pasien yang memiliki riwayat keluarga
uretroliutiasis.
b. Thin Basement Membran Nephropathy (TBMN)/Benign
Familial Hematuria.
Biasanya lebih sering muncul dengan hematuria mikroskopik
tetapi adakalanya hematuria kasar. Diagnosis TBMD dibuat
dengan mengidentifikasi keseragaman lapisan membran
basemen glomerular dengan mikroskop elektron dan kalau tidak
biopsi ginjal normal. Penyakit ini diturunkan sebagai autosomal
dominan, sering muncul pada orang yang memiliki riwayat
keluarga hematuria mikroskopik tanpa penyakit ginjal progresif.
Meskipun kebanyakan pasien memiliki perjalanan penyakit
jinak dan tidak ada tatalaksana yang direkomendasikan. Pasien
dengan TBMN berkembang proteinuria dan insufisiensi renal
progresif. Oleh karena itu monitoring serial urinalisis dianjurkan
dikembangkan pada proteinuria.
c. Nefritis Herediter (Sindrom Alport)
Riwayat penyakit keluarga positif penyakit ginjal kronik
mungkin ditemukan pada nefritis herediter. Sindrom Alport
(disebabkan mutasi gen α3 dan α4). Pada sindrom Alport terkait
kromosom X, laki-laki memeiliki dampak yang berat dan
hampir dari seluruhnya berkembang menjadi gagal ginjal pada
dekade ke tiga hidupnya dengan diiringi gangguan pendengaran
27
sensorineural frekuensi tinggi dan lenticonus anterior. Resiko
berkembang menjadi gagal ginjal lebih rendah pada perempuan,
dan jika itu terjadi, hal itu mungkin terjadi lama kemudian
dalam hidupnya. Kebanyakan pasien dengan Sindrom Alport
bentuk autosomal resesif berkembang secar khas menjadi
proteinuria pada dewasa lanjut dan gagal ginjal pada usia 30
tahunan. Diagnosis Sindrom Alport bisa ditegakan dengan
identifikasi abnormalitas Membran Basemen Glomerular
(GBM) pada mikroskop elektron atau oleh collagen chain
immunostaining. Pada pria dengan Alport terkait kromosom X,
imunostaining secara khas menunjukan tidak adanya α3, 4, dan
5 tipe 4 rantai kolagen pada GBM dan kapsul Bowman,
sedangkan Sindrom Alport pewarnaan α5 tetap ada pada Kapsul
Bowman.
28