hellp_me[1]
DESCRIPTION
mmTRANSCRIPT
![Page 1: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
Sindroma HELLP yang merupakan singkatan dari Hemolysis, Elevated Liver
Enzymes dan Low Platelet counts pertama sekali dilaporkan oleh Louis Weinstein
tahun 1982 pada penderita preeklamsia berat. Sindroma ini merupakan kumpulan
gejala multisistem pada penderita preeklamsia berat dan eklamsia yang terutama
ditandai dengan adanya hemolisis, peningkatan kadar enzym hepar dan penurunan
jumlah trombosit (trombositopenia).
Sindroma HELLP dikatakan merupakan varian yang unik preeklampsia.
Sekali berkembang dengan cepat dapat menyebabkan penderita menjadi gawat,
berakhir dengan kegagalan fungsi hati dan ginjal, repiratory distress syndrome pada
penderita dan kematian ibu dan janin.
Kadang-kadang sindroma ini sulit atau salah didiagnosa, karena munculnya
cepat dan bisa mendahului tanda-tanda preeklampsia atau dapat juga didiagnosa
sebagai hepatitis, kelainan gastrointestinal dan kandung empedu, apendisitis ataupun
pielonepritis.
Batasan sindroma HELLP sampai saat ini masih kontroversi. Menurut
Godlin, Sindroma HELLP merupakan bentuk awal preeklampsia berat. Weinstein
melaporkan sindroma HELLP merupakan varian unik preeklampsia. Di lain pihak
banyak penulis melaporkan bahwa sindroma HELLP merupakan bentuk yang ringan
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) yang terlewatkan karena pemeriksaan
laboratorium yang tidak adekuat.
Salah satu alasan yang menyebabkan kontroversi terhadap sindroma ini
adalah karena perbedaan dalam kriteria diagnostik dan metode yang digunakan.
Walaupun hampir semua peneliti sepakat bahwa sindroma ini merupakan pertanda
keadaann penyakit yang berat dan dengan prognosis yang buruk.
Insiden sindroma HELLP sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Hal
ini disebabkan karena onset sindroma inisulit diduga serta gambaran klinisnya sangat
bervariasi dan perbedaan dalam kriteria diagnosis. Insiden sindroma HELLP berkisar
2-12% dari pasien dengan preeklampsia berat, dan berkisar 0,2 sampai 0,6% dari
seluruh kehamilan.
Sampai saat ini penanganan sindroma HELLP masih kontroversi. Beberapa
peneliti menganjurkan terminasi kehamilan dengan segera tanpa memperhitungkan 1
![Page 2: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/2.jpg)
usia kehamilan, mengingat besarnya resiko maternal serta jeleknya luaran perinatal
apabila kehamilan diteruskan. Beberapa peneliti lain menganjurkan pendekatan yang
konservatif untuk mematangkan paru-paru janin dan memperbaiki gejala klinis ibu.
Namun semua peneliti sepakat bahwa terminasi kehamilan merupakan satu-satunya
terapi definitif.1
BAB II
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. Maria Agustini
Tempat/Tanggal Lahir : Palembang, 19 Agustus 1979
Umur : 36 tahun
No. Rekam Medik : 135181
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Buana Vista Indah, Belian
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku : Melayu
Tanggal masuk : 16 September 2015
B. Anamnesis
Keluhan Utama:
2
![Page 3: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/3.jpg)
Pasien masuk ke IGD kiriman dari Puskesmas Botania dengan keluhan pusing dan
pandangan kabur.
Keluhan Tambahan:
Pasien merasa nyeri tengkuk, dan terasa mual.
Riwayat Penyakit Sekarang:
• Pasien datang ke IGD pukul 14.30 kiriman dari Puskesmas Botania dengan
keluhan pusing dan pandangan kabur dengan G4P2A1 gravid 31-32 minggu
dengan diagnosa PEB.
• Sebelumnya pasien berobat ke Puskesmas Botania dengan keluhan pusing,
pandangan kabur + 4 hari SMRS. Pasien juga mengalami nyeri tengkuk dan
nyeri ulu hati disertai mual yang dialaminya sejak + 2 hari SMRS. Kemudian
diperoleh tekanan darah 220/120 mmhg, lalu pasien diberikan nifedipine 5mg
sublingual, PCT 500gr, dipasang infus RL 20 tpm, diberikan MgSO4 5mg IM
pada bokong kanan dan bokong kiri, kemudian tekanan darah turun menjadi
170/120 mmHg lalu pasien dirujuk ke RSUD Embung Fatimah Batam.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Os pernah menderita PEB pada kehamilan anak ke dua. Tidak pernah
menderita penyakit jantung, paru, hati, ginjal, alergi, DM, dan hipertensi,
riwayat alergi (-).
Riwayat Penyakit Keluarga
• (-)
Riwayat Perkawinan : 1 x : tahun 2001
Riwayat Obstetri : G4P2A1H2
1. 2002, laki-laki, 3500 gr, cukup bulan, spontan, hidup
2. 2009, perempuan, 3400 gr, cukup bulan, spontan, bidan, hidup
3. 2012, keguguran usia kehamilan 3 bulan
4. Hamil sekarang
HPHT : Januari - 2015 TP: Oktober – 20153
![Page 4: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/4.jpg)
ANC : kontrol di bidan Puskesmas Botania sebanyak 3 kali, terakhir
kontrol tanggal 11 September 2015.
Riwayat menstruasi : Menarche usia 13 tahun, siklus teratur 1 x 28
hari, selama 7 hari, ganti pembalut 2-3 kali per hari, nyeri (-).
Riwayat Kontrasepsi : (-)
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis:
KU : Baik
Kesadaran : Komposmentis
Tanda vital : T: 180/120 mmHg N: 67 x/menit
R: 20 x menit S : 36,2 oC
Pemeriksaan Fisik:
Kepala : Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Leher : KGB : tidak teraba membesar
JVP : tidak meningkat
Kelenjar thyroid : tidak teraba membesar
Thoraks : Paru-Paru :
Inspeksi : tidak ada nafas tertinggal, pergerakan pernapasan regular
Palpasi : Fokal fremitus D/S normal
Perkusi : Sonor semua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), RH (-/-), Wh (-/-)
Jantung : BJ S1-S2 murni regular, Murmur (-) Gallop (-)
Abdomen : Cembung, lembut, DM (-) , pekak samping (-), pekak pindah (-)
Hepar : sulit dinilai
Lien : sulit dinilai
Ekstremitas : Edema : Ekstremitas superior -/-
Ekstremitas inferior +/+
Varises : -/-
4
![Page 5: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/5.jpg)
Akral : hangat
STATUS OBSTRETRIKUS
Pemeriksaan Luar
Tinggi Fundus : 23 cm
TBJ : 1705 gr
Lingkar Perut : Tidak dilakukan
DJJ : 138 x/i
HIS/10mnit : Tidak ada
Leopold : I = Bokong
II = Punggung di perut kanan
III = Kepala
IV = Konvergen
Pemeriksaan Dalam
V/U : ( - )
Inspekulo : tidak dilakukan
Vagina touche : tidak dilakukan
LABORATORIUM
Darah Lengkap Pre OP (16-09-2015)
Hb : 12,5 g/dl
Ht : 42 %
Leukosit : 14500/ul
Eritrosit : 4,8 juta/ul
Trombosit : 126 ribu/ul
GDS : 93
Gol. Drah : O / Rh+
HIV : Negatif
HbSAg : Negatif
Cek UrinWarna : Kuning
5
![Page 6: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/6.jpg)
Kejernihan : Agak keruh
BJ :1005
pH : 6,0
Leukosit : +1
Eritrosit : +5/ LPB
Protein : + + + +
Glukosa : ( - )
Keton : ( - )
Urobilinogen : ( - )
Bilirubin : ( - )
RESUME
Pasien datang ke IGD pukul 14.30 kiriman dari Puskesmas Botania dengan
keluhan pusing dan pandangan kabur dengan G4P2A1 gravid 31-32 minggu dengan
PEB. Sebelumnya pasien berobat ke Puskesmas Botania dengan keluhan pusing,
pandangan kabur + 4 hari SMRS. Pasien juga mengalami nyeri tengkuk dan nyeri ulu
hati disertai mual yang dialaminya sejak + 2 hari SMRS. Kemudian diperoleh tekanan
darah 220/120 mmhg, lalu pasien diberikan nifedipine 5mg sublingual, PCT 500gr,
dipasang infus RL 20 tpm, diberikan MgSO4 5mg IM pada bokong kanan dan bokong
kiri, kemudian tekanan darah turun menjadi 170/120 mmHg lalu pasien dirujuk ke
RSUD Embung Fatimah Batam. Keluar lendir bercampur darah dari kemaluan (-).
Keluar air – air yang banyak dari kemaluan (-). Sebelumnya pasien juga pernah
mengalami PEB pada kehamilan kedua.
DIAGNOSIS KERJA
G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB
RENCANA PENGELOLAAN
Kontrol tekanan darah
Infus D5% + RL 25-30 tpm
Kateter
Konsul dr. Yanuarman, Sp.OG
Nifedipine 3x10 mg
Metildopa 3x500 mg6
![Page 7: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/7.jpg)
Amoxicilin 3x1 gr
FOLLOW UP DI IGD
Tanggal : 16/09/2015
S
0914.30
Os mengatakan ini kehamilan ke-empat dan keguguran satu kali. Pusing (+), pandangan kabur (+), nyeri ulu hati (+), muntah (-), dan
mual (+). Mules-mules (-), keluar cair-cairan (-), keluar lendir darah (-) HPHT : Januari/2015
O
09.14.30
Keadaan Umum : BaikKesadaran : CM
TD : 180/120 mmHgN : 67x/iR : 20x/iS : 36,2 oCSPO2 : 98%DJJ : 138 x/i
HIS : (-)P/V : (-)VT : belum dilakukan
A G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB
P14.45
Pasang DC (+) Pasang O2 2liter (+) Skin test amoxicilin
16.30 Dopamet 500 mg EKG dilakukan Konsul dokter penyakit dalam
16.40 Inj amoxicilin Evaluasi TD
FOLLOW UP DI RUANG VK
Hari/Tanggal Follow up
16/09/15 Pasien diterima dari VK IGD pukul 18.00 dengan permasalahan:
18.00 WIBS
Pasien tiba dari IGD dengan kepala pusing (+), pandangan
berkunang (+), nyeri ulu hati (+)
O KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 190/100 mmHg, Nadi: 88 x/ menit, Nafas: 26 x/menit, Suhu: 36.5oC, UOP: 850 cc Status generalis: edema ekstremitas,
7
![Page 8: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/8.jpg)
Status obstetris: DJJ: 132 x/menit, HIS : (-)
A G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB
P
IVFD D5% + RL 30 tpm MgSO4 4gr Nifedipe 3x10mg Metildopa 3x500 mg Observasi tiap 30 menit
17/09/15
07.00 WIB
S Pandangan kabur (+), nyeri kepala (+), mual (-), muntah (-)
O
KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 140/90 mmHg, Nadi: 84 x/ menit, Nafas: 22 x/menit, Suhu: 36.5oC, UOP: 700cc Status generalis: edema ekstremitas Status obstetris: DJJ: 130 x/menit, HIS : (-)
A G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB
P IVFD RL 30 tpm Metildopa 3x500 mg Observasi tiap jam
12.00 WIB
S Pandangan kabur (+), mual (+), muntah (+) 2x, perut terasa panas
O
KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 190/110 mmHg, Nadi: 112 x/ menit, Nafas: 20 x/menit, Suhu: 36.5oC, UOP: 1400cc Status generalis: edema ekstremitasStatus obstetris: DJJ: 131 x/menit, HIS : (-)
A G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB
P IVFD RL 30 tpm Metildopa 3x500 mg Observasi tiap jam
18.00 WIB
S Keluhan pandangan kabur sudah berkurang, mual dan muntah sudah tidak ada lagi
O
KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 181/110 mmHg, Nadi: 88 x/ menit, Nafas: 20 x/menit, Suhu: 36.5oC, UOP: 1600cc Status generalis: edema ekstremitasStatus obstetris: DJJ: 132 x/menit, HIS : (-)
A G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB
P
IVFD RL 30 tpm Metildopa 3x500 mg Observasi tiap jam Advice dr. Yanuarman, Sp.OG: terminasi kehamilan
(pasien menolak)18/09/15
07.00 WIB S Keluhan pandangan kabur sudah berkurang, mual dan muntah sudah tidak ada lagi
O KU: Baik Kes: CM
8
![Page 9: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/9.jpg)
TTV : TD: 190/133 mmHg, Nadi: 92 x/ menit, Nafas: 20 x/menit, Suhu: 36.2oC, UOP: 1000cc Status generalis: edema ekstremitasStatus obstetris: DJJ: 133 x/menit, HIS : (-)
A G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB
P IVFD RL 30 tpm Metildopa 3x500 mg Observasi tiap jam
12.00 WIB S Nyeri tengkuk (+), pandangan kabur (+), kepala terasa pusing
O
KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 172/99 mmHg, Nadi: 87 x/ menit, Nafas: 20 x/menit, Suhu: 36.5oC, UOP: 850cc Status generalis: edema ekstremitasStatus obstetris: DJJ: 141 x/menit, HIS : (-)
A G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB
P IVFD RL 30 tpm Metildopa 3x500 mg Observasi tiap jam
18.00 WIB S Keluhan pandangan kabur sudah berkurang, mual dan muntah sudah tidak ada lagi
O
KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 167/82 mmHg, Nadi: 72 x/ menit, Nafas: 20 x/menit, Suhu: 36.5oC, UOP: 850cc Status generalis: edema ekstremitasStatus obstetris: DJJ: 138 x/menit, HIS : (-)
A G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB + Inpending eklampsia
P IVFD RL 30 tpm Metildopa 3x500 mg Observasi tiap jam
19/09/15
07.00 WIB S Kepala masih terasa pusing, pandangan kabur berkurang, mual (-)
O
KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 160/82 mmHg, Nadi: 60 x/ menit, Nafas: 22 x/menit, Suhu: 36.7oC, UOP: 1800cc Status generalis: edema ekstremitasStatus obstetris: DJJ: 138 x/menit, HIS : (-)
A G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB + Inpending eklampsia
P IVFD RL 30 tpm Metildopa 3x500 mg Observasi tiap jam
12.00 WIB S Kepala masih terasa pusing, pandangan kabur (+), mual (-)
O KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 186/90 mmHg, Nadi: 60 x/ menit, Nafas: 20
9
![Page 10: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/10.jpg)
x/menit, Suhu: 36.5oC, UOP: 1700cc Status generalis: edema ekstremitasStatus obstetris: DJJ: 142 x/menit, HIS : (-)
A G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB + Inpending eklampsia + HELLP Syndrome
P
IVFD RL 30 tpm Metildopa 3x500 mg Induksi kolf I D5% drip oksitosin 5U 25 tpm menetap Advice dr. Indri, Sp.OG: Inj dexamethason 2 x 2 amp,
cek ulang CT, BT, APTT, SGOT, SGPT Konsul spesialis jantung
14.45
Advice dr. Nanang, Sp.JP Nifedipine stop Nicardipine pump (1 amp nicardipine dalam 50 cc NaCl) 10
cc/jam dinaikkan bertahap 3,5 cc/jam maksimal 20 cc/jam dengan target TD 150 mmHg
Tablet ISDN 3x5 mg Inj. Lasik 1-0-0
15.40 Nicardipine pump dimulai
16.05
TD: 120/80 mmHgAdvice dr. Nanang, Sp.JP: Turunkan secara bertahap 3,5 cc/jam Pertahankan 1x24jam
19.30 Induksi kolf I habisLanjut induksi kolf II D5% drip oksitosin 8U/12tpm
Hasil
Labolatorium
Hb : 10,3 gr/dl Leukosit :3600 Ht : 31 gr% Eritrosit: 3,5 juta/ul Trombosit : 132ribu/ul BT : 2’ 00’’ CT : 3’ 00” APTT : 35,7” SGOT : 40 ul SGPT : 26 ul
20/09/2015
07.00 S Pandangan masih kabur, kepala pusing (+)
O
KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 103/61 mmHg, Nadi: 78 x/ menit, Nafas: 20 x/menit, Suhu: 36.2oC, UOP: 1800cc Status generalis: edema ekstremitasStatus obstetris: DJJ: 130 x/menit, HIS : (+)jarang
A G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB + Inpending eklampsia + HELLP Syndrome
P IVFD RL drip Oksitosin 5U/12tpm Nicardipine 1 amp dalam 50 cc (3cc/jam) Metildopa 3x1gr
10
![Page 11: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/11.jpg)
12.00
S Pandangan kabur (+), pusing (+), tidak bisa BAB
O
KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 150/90 mmHg, Nadi: 60 x/ menit, Nafas: 20 x/menit, Suhu: 36.2oC, UOP: 1200cc Status generalis: edema ekstremitasStatus obstetris: DJJ: 127 x/menit, HIS : (-)
A G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB + Inpending eklampsia + HELLP Syndrome
P
IVFD RL drip Oksitosin 5U/12tpm Nicardipine 1 amp dalam 50 cc (3cc/jam) Metildopa 3x1gr Dulcolax 2 amp
18.00
S Pandangan kabur (+), pusing (+)
O
KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 150/90 mmHg, Nadi: 88 x/ menit, Nafas: 20 x/menit, Suhu: 36.2oC, UOP: 1200cc Status generalis: edema ekstremitasStatus obstetris: DJJ: 134 x/menit, HIS : (-)
A G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB + Inpending eklampsia + HELLP Syndrome
P
IVFD RL Nicardipine 1 amp dalam 50 cc (3cc/jam) Metildopa 3x1gr Dulcolax 2 amp
Advice dr. Nanang, Sp.OG: Jika TD > 150/90 naikkan jadi 7 cc/jamAdvice dr. Yanuarman, Sp.OG: Gastrul ¼ tab per vaginam, ulangi tiap 8 jam
21/09/15
07.00 S Pandangan masih sedikit kabur, perut terasa tegang
O
KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 129/90 mmHg, Nadi: 88 x/menit, Nafas: 20 x/menit, Suhu: 36.2oC, UOP: 1200cc Status generalis: edema ekstremitasStatus obstetris: DJJ: 140 x/menit, HIS : (-)
A G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB + Inpending eklampsia + HELLP Syndrome
P
IVFD RL 20 tpm Nicardipine 1 amp dalam 50 cc (3cc/jam) Metildopa 3x1gr Gastrul ¼ tab
12.00 S Os mengatakan saat ini tidak ada keluhan
O KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 148/99 mmHg, Nadi: 72 x/ menit, Nafas: 20 x/menit, Suhu: 36.5oC, UOP: 1100cc Status generalis: edema ekstremitas
11
![Page 12: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/12.jpg)
Status obstetris: DJJ: 144 x/menit, HIS : (-)
A G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB + Inpending eklampsia + HELLP Syndrome
P IVFD RL 20 tpm Nicardipine 1 amp dalam 50 cc (3cc/jam) Metildopa 3x1gr
18.00 S Os mengatakan saat ini tidak ada keluhan
O
KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 117/89 mmHg, Nadi: 80 x/ menit, Nafas: 21 x/menit, Suhu: 36oC, UOP: 1000cc Status generalis: edema ekstremitasStatus obstetris: DJJ: 139 x/menit, HIS : (-)
A G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB + Inpending eklampsia + HELLP Syndrome
P IVFD RL 20 tpm Nicardipine 1 amp dalam 50 cc (3cc/jam) Metildopa 3x1gr
22/09/15
07.00 S Pandangan masih sedikit kabur, pusing (-)
O
KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 169/115 mmHg, Nadi: 72 x/menit, Nafas: 20 x/menit, Suhu: 36.2oC, UOP: 1200cc Status generalis: edema ekstremitasStatus obstetris: DJJ: 142 x/menit, HIS : (-)
A G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB + Inpending eklampsia + HELLP Syndrome
P IVFD RL 20 tpm Nicardipine 1 amp dalam 50 cc (7cc/jam) Metildopa 3x1gr
10.00 S Mual (+), muntah (+), pusing (-), pandangan kabur (+)
O
KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 170/100 mmHg, Nadi: 92 x/ menit, Nafas: 20 x/menit, Suhu: 36oC, Status generalis: edema ekstremitasStatus obstetris: DJJ: 143 x/menit, HIS : (-)
A G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB + Inpending eklampsia + HELLP Syndrome
P
Advice dr. Yanuarman, Sp.OG: Siapkan SC Cito (digantikan oleh dr. Acholder, Sp.OG)Advice dr. Nanang, Sp.JP tentang rencana tindakan SC: Dopamet 3x500gram Nicardipine pump 10cc/jam Inj. Lasik 1-0-0
LAPORAN OPERASI
12
![Page 13: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/13.jpg)
Diagnosis Pre-operasi
G4P2A1H2 gravid 31-32 minggu dengan PEB + Inpending eklampsia + HELLP
Syndrome
22 September 2015, operasi dimulai pukul 13.30 dan selesai pukul 14.00
Dilakukan narkose spinal, kemudian dinding abdomen di tutup dengan duk steril,
kecuali lapangan operasi. Dilakukan insisi pfnannstiel pada diding perut lebih kurang
10 cm, subkutis pasien digunting, kemudian diperlebar secara tumpul. Peritoneum
digunting, kemudian diperlebar, tampak uterus gravid, dicari plika uteri, digunting
kemudian diperluas secara tumpul. Dilakukan insisi SBR semilunar,kemudian
diperluas secara tumpul. Ketuban dipecahkan, didapatkan ketuban jernih. Anak
dilahirkan dengan mengeluarkan kepala, dengan bayi lahir pukul 13.40 WIB, JK:
Perempuan, BBL: 1100 gr, PB: 37 cm. Plasenta dilahirkan secara lengkap, dilakukan
pembersihan cavum uteri, kemudian dilakukan penjahitan luka SBR secara jelujur.
Dilakukan pembersihan rongga abdomen dan penjahitan dinding abdomen lapis demi
lapis.
Diagnosis Post-operasi
P3A1H3 post sctp pre-term dengan PEB + Inpending eklampsia + HELLP Syndrome
Terapi Post-operasi
IVFD D5% drip oksitosin 2amp 25tpm
Ceftriaxone 2x1 mg IV
Metronidazol 2x1 drip
Dopamet 3x500mg
Alinamin-F 3x1 amp IV
Kateter menetap, catat urin output
Cek Hb post-op
Konfirmasi ulang obat dengan dokter spesialis jantung
FOLLOW UP DI RUANG MAWAR
Hari/Tanggal Follow up
24/09/15 S Os mengatakan masih merasa pusing, pandangan masih
13
![Page 14: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/14.jpg)
terasa kabur dan nyeri luka post-op
O
KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 170/100 mmHg, Nadi: 100 x/ menit, Nafas: 24 x/menit, Suhu: 36oC Status generalis: edema ekstremitas, Status obstetris: TFU: 2 jari dbp, kontraksi (+), P/V (+)
AP3A1H3 post sctp dengan PEB + Inpending eklampsia +
HELLP Syndrome
P
Terapi dr. Acholder, Sp.OG: Cefadroxil 2x1 Asam mefenamat 3x1 Profenid supp
Terapi dr. Nanang, Sp.JP Nicardipine pump 10 cc/jam dinaikkan bertahap (target
150 mmHg) Cedocard 2 amp dalam NaCl 0,9% 50 cc (5cc/jam) Inj. Lasik 1-1-0
25/09/15
S Pandangan masih terasa kabur dan tidak berkurang sejak pertama tekanan darah naik, kepala pusing sudah berkurang
O
KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 160/90 mmHg, Nadi: 80 x/ menit, Nafas: 20 x/menit, Suhu: 36.5oC Status generalis: edema ekstremitas Status obstetris: TFU: 2 jari dbp, kontraksi (+), P/V (+)
A P3A1H3 post sctp dengan PEB + Inpending eklampsia + HELLP Syndrome
P
Cefadroxil 2x1 Asam mefenamat 3x1 Profenid supp Nicardipine pump 10 cc/jam dinaikkan bertahap (target
150 mmHg) Jika TD < 140 mmHg, turunkan dosis menjadi 6,5 cc/jam
Cedocard 2 amp dalam NaCl 0,9% 50 cc (5cc/jam) Konsul spesialis mata
26/09/15 S Pandangan kabur berkurang, pusing (-)
O
KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 168/110 mmHg, Nadi: 83 x/ menit, Nafas: 18 x/menit, Suhu: 37oC Status generalis: edema ekstremitasStatus obstetrikus: P/V (+)
A P3A1H3 post sctp dengan PEB + Inpending eklampsia + HELLP Syndrome
P Ceftriaxone 2x1 Asam mefenamat 3x1 Profenid supp
14
![Page 15: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/15.jpg)
Dopamet 3x750mg ISDN 3x5mg Nifedipine 3x10mg
27/09/15
S Os mengatakan sudah tidak ada keluhan
O
KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 127/81 mmHg, Nadi: 76 x/ menit, Nafas: 20 x/menit, Suhu: 37oC Status generalis: edema ekstremitasStatus obstetris: P/V (+)
A P3A1H3 post sctp dengan PEB + Inpending eklampsia + HELLP Syndrome
P
Asam mefenamat 3x1 Profenid supp Dopamet 3x750mg ISDN 3x5mg Nifedipine 3x10mg
28/09/15
S Os mengatakan sudah tidak ada keluhan
O
KU: Baik Kes: CM TTV : TD: 120/90 mmHg, Nadi: 80 x/ menit, Nafas: 20 x/menit, Suhu: 36.8oC Status generalis: edema ekstremitas (-)Status obstetris: P/V (+) normal
A P3A1H3 post sctp dengan PEB + Inpending eklampsia + HELLP Syndrome
P
Asam mefenamat 3x1 Profenid supp Dopamet 3x750mg ISDN 3x5mg Nifedipine 3x10mg
Advice dr. Yanuarman, Sp.OG: pasien boleh pulang
15
![Page 16: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/16.jpg)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Preeklampsia
Preeklampsia merupakan sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya
perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan
peningkatan tekanan darah dan proteinuria.1
Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu, paling banyak
terlihat pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pada
pertengahan kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang
ringan sampai preeklampsia yang berat.1
Eklampsia
Eklampsia merupakan komplikasi serius dari kehamilan ditandai dengan
timbulnya satu atau lebih kejang yang berhubungan dengan sindrom
preeklampsia.2 Eklampsia ialah kejadian akut pada wanita hamil, dalam persalinan,
atau nifas yang ditandai dengan adanya gejala tanda tanda preeklampsi disertai
dengan kejang atau koma. Eklampsi sering timbul pada trimester akhir kehamilan
dan semakin sering terjadi apabila kehamilan mendekati aterm. Tanda khas
eklampsia yaitu adanya kejang tonik-klonik yang timbul pada wanita dengan
hipertensi dalam kehamilan. Pada kondisi seperti ini, resiko kematian maternal dan
perinatal meningkat.3
16
![Page 17: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/17.jpg)
Hellp Syndrome
Sindroma HELLP adalah kelainan multisistem yang merupakan komplikasi
kehamilan dengan pemeriksaan laboratorium menandakan hemolisis, disfungsi
hepatik, dan trombositopenia. Kelainan ini pertama kali dijelaskan oleh Weinstein
pada tahun 1982, dan kemudian disebut sindroma HELLP yang merupakan
akronim dari hemolysis (H), elevated liver enzyme (EL), low platelets (LP).4
Sindroma HELLP paling sering berhubungan dengan preeklampsia berat atau
eklampsia, namun juga bisa didiagnosis tanpa diawali kelainan-kelainan tersebut.
Kelainan ini dapat berupa murni komplikasi PEB atau merupakan fenomena
sekunder pada pasien dengan adult respiratory distress syndrome (ARDS), gagal
ginjal, dan kerusakan organ multipel dengan DIC.4
B. Epidemiologi
Sindroma HELLP terjadi pada kira-kira 0,5-0,9% dari semua kehamilan dan
10 sampai 20% pada kasus dengan PEB. Sekitar 70% kasus sindrom HELLP
terjadi sebelum persalinan dengan frekuensi tertinggi pada usia kehamilan 27-37
minggu; 10% terjadi sebelum usia kehamilan 27 minggu, dan 20% setelah 37
minggu.
Rerata usia kehamilan pada wanita dengan sindrom HELLP lebih tinggi pada
wanita dengan preekalmpsia. Kebanyakan wanita kulit putih dengan sindrom
HELLP adalah multipara. Sindrom HELLP postpartum biasanya terjadi pada 48
jam pertama pada wanita dengan proteinuria dan hipertensi yang terjadi saat
persalinan. Wanita dengan sindrom HELLP biasanya disertai hipertensi dan
proteinuria, namun tidak terjadi pada 10-20% kasus. Sekitar 50% kasus sindrom
HELLP diawali dengan edem anasarka. 5
C. Faktor Resiko
Faktor risiko sindrom HELLP berbeda dengan preeklampsi (Tabel 1).
Dalam laporan Sibai dkk (1986), pasien sindrom HELLP secara bermakna lebih
tua (rata-rata umur 25 tahun) dibandingkan pasien preeklampsi-eklampsi tanpa
sindrom HELLP (rata-rata umur 19 tahun). lnsiden sindrom ini juga lebih tinggi
pada populasi kulit putih dan multipara.2
Sindrom ini biasanya muncul pada trimester ke tiga, walaupun pada 11%
pasien muncul pada umur kehamilan <27 minggu, pada masa antepartum sekitar 17
![Page 18: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/18.jpg)
69% pasien dan pada masa postpartum sekitar 31%. Pada masa post partum, saat
terjadinya khas, dalam waktu 48 jam pertama post partum.2
Tabel 1. Faktor Resiko HELLP Syndrome
D. Etiopatogenesis
Etiologi dan patogenesis dari sindroma HELLP ini selalu dihubungkan
dengan preeklampsia, walaupun etiologi dan patogenesis dari preeklampsia sampai
saat ini juga belum dapat diketahui dengan pasti. Banyak teori yang dikembangkan
dari dulu hingga kini untuk mengungkapkan patogenesis dari preeklampsia, namun
dalam dekade terakhir ini perhatian terfokus pada aktivasi atau disfungsi dari sel
endotel. Tetapi apa penyebab dari perubahan endotel ini belum juga diketahui
dengan pasti. Saat ini ada empat buah hipotesis yang sedang diteliti untuk
mengungkapkan etiologi dari preeklampsia, yaitu : iskemia plasenta, Very Low
Density Lipoprotein versus aktivitas pertahanan toksisitas, maladaptasi imun dan
penyakit genetik.
Terjadinya sindroma HELLP merupakan manifestasi akhir kerusakan
endotel mikrovaskular dan aktivasi platelet intravaskular. Pada sindroma HELLP
terjadi anemia mikroangiopati akibat fragmentasi, sel darah merah akan lebih
mudah keluar dari pembuluh darah yang telah mengalami kebocoran akibat
kerusakan endotel dan adanya deposit fibrin. Pada gambran darah tepi akan terlihat
gambaran spherocytes, schistoscytes, triangular cell dan burr cell5
Pada sindroma HELLP terjadi perubahan pada hepar. Pada gambaran
histopatologisnya terlihat nekrosis parenkim periportal atau fokal yang disertai
dengan deposit hialin dari bahan seperti fibrin yang terdapat pada sinusoid. Adanya
mikrotrombi dan deposit fibrin pada sinusoid tersebut menyebabkan obstruksi
aliran darah di hepar yang akan merupakan dasar terjadinya peningkatan enzim
18
![Page 19: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/19.jpg)
hepar dan terdapatnya nyeri perut kwadran kanan atas. Gambaran nekrosis seluler
dan pendarahan dapat terlihat dengan MRI. Pada kasus yang berat dapat dijumpai
adanya pendarahan intrahepatik dan hematom subkapsular atau ruptur hepar.
Penurunan jumlah platelet pada sindroma HELLP disebabkan oleh
meningkatnya komsumsi atau destruksi platelet. Meningkatnya komsumsi platelet
terjadi karena agregasi platelet yang diakibatkan karena kerusakan sel endotel,
penurunan produksi prostasiklin, proses imunologis maupun peningkatan jumlah
radikal bebas.
E. Klasifikasi
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, ada dua klasifikasi pada sindoma
HELLP. Menurut Audibert dkk, dikatakan sindroma HELLP partial apabila hanya
dijumpai satu atau lebih perubahan parameter sindroma HELLP seperti hemolysis (H),
elevated liver enzymes (EL) dan low platelet (LP). Dan sindroma HELLP murni apabila
dijumpai perubahan pada ketiga parameter tersebut. Selanjutnya sindroma HELLP partial
dapat dibagi atas beberapa sub grup, yaitu Hemolysis (H), Low Platelet counts (LP),
Hemolysis + low platelet counts (H+LP), dan hemolysis + elevated liver enzymes (H+EL).
Klasifikasi yang kedua hanya berdasarkan jumlah platelet. Menurut klasifikasi ini,
Martin mengelompokkan penderita sindroma HELLP dalam 3 kategori, yaitu: kelas I
jumlah platelet ≤ 50.000/mm3, kelas II jumlah platelet > 50.000 - ≤ 100.000/mm3 dan kelas
III jumlah platelet > 100.000 - ≤ 150.000/ mm3.1
Tabel 2. Klasifikasi HELLP Syndrome
19
![Page 20: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/20.jpg)
F. Manifestasi KlinisPasien sindrom HELLP dapat mempunyai gejala dan tanda yang sangat
bervariasi, dari yang bernilai diagnostic sampai semua gejala dan tanda pada
pasien preeklampsi-eklampsi yang tidak menderita sindrom HELLP.7
Pasien biasanya muncul dengan keluhan nyeri epigastrium atau nyeri perut
kanan atas (90%), beberapa mengeluh mual dan muntah (50%), yang lain bergejala
seperti infeksi virus. Sebagian besar pasien (90%) mempunyai riwayat malaise
selama beberapa hari sebelum timbul tanda lain.7
Dalam laporan Weinstein, mual dan/atau muntah dan nyeri epigastrium
diperkirakan akibat obstruksi aliran darah di sinusoid hati, yang dihambat oleh
deposit fibrin intravaskuler. Pasien sindrom HELLP biasanya menunjukkan
peningkatan berat badan yang bermakna dengan udem menyeluruh. Hal yang
penting adalah bahwa hipertensi berat (sistolik160 mmHg, diastolic 110 mmHg)
tidak selalu ditemukan. Walaupun 66% dari 112 pasien pada penelitian Sibai dkk
mempunyai tekanan darah diastolic 110 mmHg, 14,5% bertekanan darah diastolic
90 mmHg.7
G. Penegakkan Diagnosa
Diagnosis sindroma HELLP yang paling pasti dengan adanya tanda-tanda
dan gejala preeklampsia-eklampsia pada pasien hamil bersama dengan tiga
serangkai kelainan laboratorium menunjukkan hemolisis mikroangiopati, disfungsi
hepar dan trombositopenia. Meskipun dianggap sebagai standar emas, biopsi hati
jarang diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Temuan histologis umum di biopsi
tersebut meliputi perdarahan periportal dan deposit fibrin di sinusoid hati.5
20
![Page 21: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/21.jpg)
Tabel 3. Diagnosis sindroma HELLP3
Melihat progresi alaminya, tampak bahwa trombositopenia terjadi pertama
kali kemudian diikuti oleh peningkatan enzim hati, dan akhirnya hemolisis.
Tingkat penurunan trombosit biasanya 35-50% per 24 jam (rata-rata penurunan
harian 40.000). Membutuhkan hitungan kurang dari 100.000 untuk menentukan
trombositopenia yang buruk, disebut sebagai morbiditas ganda bagi ibu, ketika
pasien dengan preeklamsia berat mengalami gejala ringan trombositopenia
(trombosit = 100.000-150.000) bekerjasama dengan fungsi hati yang abnormal dan
peningkatan laktat dehidrogenase (LDH). Selain itu, patologi yang signifikan
seperti ruptur hepar atau subkapsular hematom dapat terjadi pada pasien dengan
sindroma HELLP sebelum penurunan trombosit di bawah 100.000.
H. Penatalaksanaan
Sampai saat ini penanganan sindroma HELLP masih kontroversi. Beberapa
peneliti menganjurkan terminasi kehamilan dengan segera tanpa memperhitungkan
usia kehamilan, mengingat besarnya resiko maternal serta jeleknya luaran perinatal
apabila kehamilan diteruskan. Beberapa peneliti lain menganjurkan pendekatan
yang konservatif untuk mematangkan paru-paru janin dan memperbaiki gejala
klinis ibu . Namun semua peneliti sepakat bahwa terminasi kehamilan merupakan
satu-satunya terapi defenitif.8
Karena sifat progresif dari penyakit, pasien tersebut harus selalu dirawat di
rumah sakit dengan istirahat yang ketat dan perawatan dalam proses persalinan
karena potensi untuk memuburuknya kondisi ibu atau janin secara tiba-tiba. Pasien
yang didiagnosis dengan sindroma HELLP sebelum 35 minggu harus dipindahkan
ke perawatan tersier. Setelah penilaian status dan stabilisasi ibu, janin dievaluasi
dengan melacak denyut jantung janin, dan ultrasonografi.8
Penanganan sindroma HELLP lebih sulit bila dibandingkan dengan
penanganan preeklampsia, disamping itu perlu penanganan multi disiplin. Prioritas
pertama adalah stabilisasi kondisi ibu terutama terhadap tekanan darah, balans
cairan dan abnormalitas pembekuan darah. Kontrol terhadap tekanan darah yang
tinggi perlu segera dilakukan, terutama bila dijumpai tanda-tanda iritabilitas syaraf
pusat dan kegagalan ginjal. 21
![Page 22: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/22.jpg)
Seperti penanganan preeklampsia, pemberian sulfas magnesikus masih
merupakan pilihan utama. Transfusi dan pemberian trombosit sering diperlukan
untuk membrantas anemi ataupun koagulopati, tetapi pemberian transfusi darah
harus hati-hati dengan memperhitungkan keseimbangan cairan, apalagi pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Pemberian trombosit dapat
dipertimbangkan apabila kadar trombosit kurang dari 50.000 /mm3, apalagi jika
seksio sesarea akan dilakukan.
Kadang-kadang hasil pemeriksaan laboratorium tidak menggambarkan
jauhnya kerusakan yang terjadi pada jaringan hepar, jumlah penumpukan fibrin,
perdarahan dan lobular nekrosis. Itulah sebabnya beberapa peneliti seperti
Weinstein kurang menyetujui penanganan konservatif dan lebih menganjurkan
untuk segera melakukan terminasi kehamilan.8
Tabel 1 Penatalaksanaan sindroma HELLP5
Persalinan yang segera diindikasikan pada pasien dengan usia kehamilan
diatas 34 minggu, atau adanya tanda-tanda kegawatdaruratan janin atau jika
22
![Page 23: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/23.jpg)
terdapat komplikasi sindroma HELLP seperti MOD, DIC, gagal ginjal, edema
pulmonum, infark hati atau perdarahan.
Sindroma HELLP dianggap sebagai sindrom respon inflamasi sistemik,
mirip dengan kondisi inflamasi pada preeklamsia berat, antiinflamasi atau agen
imunosupresif seperti kortikosteroid diberikan sebagai pertimbangan untuk
pengobatannya. Tidak ada konsensus mengenai penggunaan steroid dosis tinggi
seperti dexamethasone (10mg setiap 12 jam IV) pada kelas 1 dan 2 sindroma
HELLP atau kelas 3 sindrom HELLP yang rumit, selain untuk indikasi membantu
kematangan paru-paru janin.5
Sindroma HELLP bukan merupakan indikasi untuk operasi caesar.
Persalinan pervaginam diupayakan pada pasien dengan kehamilan di atas 32
minggu, atau adanya persalinan aktif atau pecah ketuban. Pada pasien dengan usia
kehamilan kurang dari 30 minggu dengan serviks yang kurang baik (Bishop skor
<5) dan tidak adanya persalinan aktif, operasi caesar merupakan pilihan yang lebih
baik. Seksio sesaria elektif juga dianjurkan untuk pasien dengan retardasi
pertumbuhan janin atau oligohidramnion.
Magnesium sulfat harus diberikan selama proses persalinan dan awal
postpartum untuk profilaksis terhadap kejang tanpa memandang tekanan darah. Ini
dimulai pada awal periode observasi, terus berlanjut sampai periode intrapartum,
dan kemudian selama 24-48 jam postpartum. Regimen standar termasuk dosis awal
6 gram magnesium lebih dari 20 menit diikuti dengan dosis pemeliharaan dua
gram per jam secara intravena. Pemantauan serial tekanan darah diindikasi pada
pasien dengan gangguan fungsi ginjal dengan serum kreatinin lebih dari 1 mg / dl.
Seperti pada pasien dengan preeklamsia berat, antihipertensi yang
digunakan untuk tekanan darah sistolik di atas 160, dan atau tekanan diastolik lebih
dari 105 untuk menghindari pendarahan intraserebral. Antihipertensi yang menjadi
pilihan adalah hydralazine, labetalol dan nifedipin. Tekanan darah harus diperiksa
setiap 15 menit selama pemberian terapi antihipertensi, dan setelah stabil daat
dievaluasi setiap jam.5
23
![Page 24: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/24.jpg)
Tabel 2 Antihipertensi pada Sindroma HELLP5
I. Komplikasi Komplikasi terhadap ibu
Angka kematian ibu dengan sindrom HELLP mencapai 1,1%; 1-25%
berkomplikasi serius seperti DIC, solusio plasenta, adult respiratory distress
syndrome, kegagalan hepatorenal, udem paru, hematom subkapsular, dan
rupture hati.3
Komplikasi terhadap bayi
Angka kematian bayi berkisar 10-60%, disebabkan oleh solusio plasenta,
hipoksi intrauterin, dan prematur. Pengaruh sindrom HELLP pada janin
berupa pertumbuhan janin terhambat (IUGR) sebanyak 30% dan sindrom
gangguan pernafasan (RDS).3
J. PrognosisPenderita HELLP mempunyai kemungkinan 19 – 27% untuk mendapat
resiko sindroma ini pada kehamilan berikutnya. Dan mempunyai resiko sampai
43% untuk mendapat preeklampsia pada kehamilan berikutnya. Sindroma HELLP
kelas 1 merupakan resiko terbesar untung berulang.
Sibak dkk melaporkan angka kematian ibu pada sindroma HELLP 1.1%.
dengan komplikasi seperti DIC ( 21%), solusio plasenta (16%), gagal ginjal akut
( 7,7%), udema pulmonum (6%), hematom subkapsular hepar (0,9%) dan ablasio
retina (0,9%).
Angka morbiditas dan mortalitas pada anak berkisar 10 – 60% tergantung
dari keparahan penyakit ibu. Anak yang ibunya menderita sindroma HELLP
24
![Page 25: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/25.jpg)
mengalami perkembangan janin terhmbat ( IUGR) dan sindroma kegagalan
pernapasan.6
BAB IVPEMBAHASAN
25
![Page 26: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/26.jpg)
Teori Kasus
Sindroma HELLP ini merupakan kumpulan
gejala multisistem pada penderita preeklamsia
berat dan eklamsia yang terutama ditandai
dengan adanya hemolisis, peningkatan kadar
enzim hepar dan penurunan jumlah trombosit
(trombositopenia)
Pada pasien ini didapati tekanan darah
180/120 mmHg dengan pemeriksaan
laboratorium:
Hb : 10,3 gr/dl Trombosit : 132ribu/ul SGOT : 40 ul SGPT : 26 ul
Gejala dan tanda sindroma HELLP, yaitu:
malaise, ketidaknyamanan abdomen kuadran
atas (nyeri ulu hati), nyeri kepala, proteinuria,
hipertensi, mual muntah, pandangan kabur,
perdarahan, asites, jaundice, nyeri pada bahudan
leher, edema pretibial
Pada pasien ini ditemukan ialah gejala
nyeri kepala, pandangan kabur, mual
serta nyeri ulu hati dan edema pretibial.
Tanda yang ditemukan ialah hipertensi
(TD 180/120 mmHg), proteinuria (+4)
Klasifikasi sindroma HELLP menurut Mississipi
tedapat kelas 1,2 dan 3 dipandang dari jumlah
platelet, AST atau ALT, dan LDH. Sedangkan
menurut Tennessee dibagi atas komplit atau
parsial
Pada pasien ini masuk dalam kelas 3
klasifikasi Mississipi dan partial dalam
klasifikasi Tennessee
Etiologi dan patogenesis dari sindroma HELLP
ini selalu dihubungkan dengan preeklampsia.
Pada pasien ini ditegakkan diagnosa
preeklamsia dengan tekanan darah
180/120 mmHg, serta proteinuria +4.
Pasien juga diketahui memiliki riwayat
PEB pada kehamilan keduanya.
Penanganan sindroma HELLP masih
kontroversi. Prioritas pertama adalah stabilisasi
kondisi ibu terutama terhadap tekanan darah,
balans cairan dan abnormalitas pembekuan
darah.
Persalinan yang segera diindikasikan pada
pasien dengan usia kehamilan diatas 34 minggu,
atau adanya tanda-tanda kegawatdaruratan janin
Penanganan pada pasien ini sudah tepat
karena terapi definitif dari HELLP
Syndrome adalah terminasi kehamilan
tanpa memandang usia kehamilan. Pada
pasien ini dilakukan operasi SC dengan
pertimbangan tidak ada kemajuan
persalinan setelah dilakukan induksi
dengan drip oksitosin. Pasien diberikan
26
![Page 27: HELLP_ME[1]](https://reader035.vdokumen.com/reader035/viewer/2022062217/563db847550346aa9a923830/html5/thumbnails/27.jpg)
atau jika terdapat komplikasi sindroma HELLP
seperti MOD, DIC, gagal ginjal, edema
pulmonum, dll.
Tidak ada konsensus mengenai penggunaan
steroid dosis tinggi seperti dexamethasone
(10mg setiap 12 jam IV) pada kelas 1 dan 2
sindroma HELLP atau kelas 3 sindrom HELLP
yang rumit, selain untuk indikasi membantu
kematangan paru-paru janin.
Magnesium sulfat harus diberikan selama proses
persalinan dan awal postpartum untuk
profilaksis terhadap kejang tanpa memandang
tekanan darah.
regimen MgSO4 dengan tujuan untuk
mencegah kejang karena tekanan darah
pasien yang tinggi dan dari gejala yang
didapatkan, pasien cenderung mengarah
kepada eklampsia. Pasien diberikan
injeksi Dexamethasone 2x2ampul untuk
membantu kematangan paru dan
menekan faktor inflamasi. Operasi
dilakukan pada tanggal 22 September
2015 berlangsung dari pukul 13.30 –
14.00 WIB, dan lahir bayi pukul 13.40
WIB dengan jenis kelamin Perempuan,
BBL: 1100 gr, PB: 37 cm, bayi dirawat di
NICCU. Setelah persalinan, tindakan
yang dilakukan pada pasien adalah
penstabilan tekanan darah dengan OAH.
27