heksasianoferat

Upload: alfi-azizah

Post on 05-Apr-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    1/28

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Tumbuhan Jengkol

    2.1.1. Morfologi Tumbuhan Jengkol

    Tumbuhan Jengkol atau lebih dikenal dengan tumbuhan Jering adalah termasuk dalam

    FamiliFabaceae (suku biji-bijian). Tumbuhan kulit buah jengkol atau Jering dengan

    nama latinnya yaitu (Pithecellobium lobatum Benth.) dengan sinonimya yaitu A.

    Jiringa, Pithecollobioum jiringadan

    Archindendron pauciflorumadalah tumbuhan

    khas di wilayah Asia Tenggara. Jengkol merupakan salah satu tumbuhan dengan

    ukuran pohon yang tinggi yaitu 20 m , tegak bulat berkayu, licin, percabangan

    simpodial, cokelat kotor. Bentuk majemuk, lonjong, berhadapan , panjang 10 - 20 cm,

    lebar 5 - 15 cm, tepi rata, ujung runcing, pangkal membulat, pertulangan menyirip,

    tangkai panjang 0,5 1 cm, warna hijau tua. Struktur majemuk, berbentuk seperti

    tandan, diujung dan ketiak daun, tangkai bulat, panjang 3 cm , berwarna ungu

    kulitnya, bentuk buah menyerupai kelopak mangkok, benang sari kuning, putik

    silindris, kuning mahkota lonjong, putih kekuningan. Bulat pipih berwarna cokleat

    kehitaman, berkeping dua dan berakar tunggang. Pohon Jengkol sangat bermanfaat

    dalam konservasi air disuatu tempat hal ini dikarenakan ukuran pohonnya yang sangat

    tinggi.

    2.1.2. Klasifikasi Ilmiah Jengkol adalah sebagai berikut :

    Kingdom : Plantae

    Subkingdom : Tracheobionta

    Divisi : Magnoliophyta (berbunga)

    Kelas : Magnoliopsida (dikotil)

    Ordo : Fabales

    Famili : Mimosaceae (polong-polongan)

    Genus : Pithecollobium

    Spesies : Pithecollobium lobatum (Benth.) (Steenis, V., 2005)

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    2/28

    2.1.3. Manfaat kulit buah tumbuhan Jengkol

    Salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai tumbuhan obat adalah kulit buah

    tumbuhan Jengkol (Pithecollobium lobatum Benth.). Bagian dari Jengkol yang

    digunakan adalah kulit buahnya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat diabetes (gula

    darah).(id.wikipedia.org/wiki/Jering) dan dapat digunakan sebagai herbisida alami

    untuk menekan pertumbuhan gulma yang mengganggu pertanian.

    (http://bdpunib.org/bdp/abstrak/2005/budinur.html)

    2.2. Senyawa Flavonoida

    2.2.1. Pendahuluan

    Istilah senyawa fenol meliputi aneka ragam senyawa yang berasal dari tumbuhan,

    yang mempunyai ciri sama yaitu cincin aromatik yang mengandung satu atau dua

    penyulih (pengganti) hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air

    karena umumnya mereka sering kali berikatan dengan gula sebagai glikosida, dan

    biasanya terdapat vakuola sel (membran sel).

    Beberapa ribu senyawa fenol alam telah diketahui strukturnya. Flavonoida

    merupakan golongan terbesar, tetapi fenol monosiklik sederhana, fenilpropanoida, dan

    kuinon fenolik juga tertdapat dalam jumlah besar. Beberapa golongan bahan polimer

    penting alam tumbuhan lignin, melanin, dan tanin adalah senyawa polifenol dan

    kadang-kadang satuan fenolik dijumpai pada protein, alkaloida, dan diantara

    terpenoida. Peranan beberapa golongan senyawa fenol sudah diketahui (misalnya

    lignin sebagai bahan pembangun dinding sel, antosianin sebagai pigmen bunga),

    sedangkan peranan senyawa yang termasuk golongan lain masih merupakan hasil

    dugaan belaka. Flavonol. Misalnya, tampaknya penting pada pengaturan pengendalian

    tumbuh pada tanaman kacang,Pisum sativum. Pengaruhnya yang merugikan terhadap

    kebiasaan makan serangga telah menunjukkan bahawa flavonoida mungkin

    merupakan faktor pertahanan alam.

    Universitas Sumatera Utara

    http://bdpunib.org/bdp/abstrak/2005/budinur.htmlhttp://bdpunib.org/bdp/abstrak/2005/budinur.html
  • 8/2/2019 heksasianoferat

    3/28

    Bagi biokimiawan tumbuhan, senyawa fenol tumbuhan dapat menimbulkan

    gangguan besar karena kemampuannya membentuk kompleks dengan protein melalui

    ikatan hidrogen. Bila kandungan sel tumbuhan bercampur dan membran menjadi

    rusak selama proses isolasi, senyawa fenol cepat sekali membentuk kompleks dengan

    protein. Akibatnya, sering terjadi hambatan terhadap kerja enzim pada ekstrak

    tumbuhan kasar. Sebaliknya, fenol sendiri sangat peka terhadap oksidasi enzim dan

    mungkin hilang pada proses isolasi akibat kerja enzim fenolase yang terdapat dalam

    tumbuhan. Ekstraksi senyawa fenol-tumbuhan dengan etanol mendidih biasanya

    mencegah terjadinya oksidasi enzim, dan prosedur ini seharusnya dilakukan secara

    rutin.

    Cara klasik untuk mendeteksi senyawa fenol sederhana ialah dengan

    menambahkan larutan besi (III) klorida 1% dalam air atau etanol kepada larutan

    cuplikan, yang menimbulkan warna hijau, merah, ungu, biru, atau hitam yang kuat.

    Cara ini, yang dimodifikasi dengan menggunakan campuran segar larutan besi (III)

    klorida 1% dalam air dan kalium heksasianoferat (III) 1%, masih tetap digunakan

    secara umum untuk mendeteksi senyawa fenol pada kromatogram kertas. Tetapi,

    kebanyakan senyawa fenol (terutama flavonoida) dapat dideteksi pada kromatogram

    berdasarkan warnanya atau fluoresensinya dibawah lampu UV, warnanya diperkuat

    atau berubah bila diuapi amonia. Pigmen fenolik berwarna dan warnanya ini dapat

    terlihat jadi, mudah disimak (dipantau) selama proses isolasi dan

    pemurnian.(Harborne, 1987)

    Senyawa-senyawa flavonoida adalah senyawa-senyawa polifenol yang

    mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin benzene yang dihubungkan

    menjadi satu oleh rantai linier yang terdiri dari tiga atom karbon. Senyawa-senyawa

    flavonoida adalah senyawa 1,3 diaril propana, senyawa isoflavonoida adalah 1,1 diaril

    propana. Istilah flavonoida deiberikan pada suatu golongan besar senyawa yang

    berasal dari kelompok senyawa yang paling umum, yaitu senyawa flavon; suatu

    jembatan oksigen terdapat diantara cincin A dalam kedudukan orto, dan atom karbon

    benzil yang terletak disebelah cincin B. Senyawa heterosiklik ini, pada tingkat

    oksidasi yang berbeda terdapat dalam kebanyakan tumbuhan. Flavon adalah bentuk

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    4/28

    yang mempunyai cincin C dengan tingkat oksidasi paling rendah dan dianggap

    sebagai struktur induk dalam nomenklatur kelompok senyawa-senyawa ini. (Manitto,

    1981)

    Semua varian falvonoida saling berkaitan karena alur biosintesis yang sama,

    yang memasukkan substrat dari alur sikimat dan alur asetat-malonat (Hahlbrock &

    Grisebach, 1975; Wong, 1976), flavonoida pertama dihasilkan segera setelah kedua

    alur itu bertemu. Sekarang, flavonoid yang dianggap pertama kali terbentuk pada

    biosintesis ialah khalkon (Hahlbrock, 1980), dan semua bentuk lain diturunkan

    darinya melalui berbagai alur. Modifikasi flavonoida pengurangan) hidroksilasi;

    metilasi gugus hidroksil atau inti flavonoida; isoprenilasi gugus hidroksil atau inti

    flavonoida; metilenasi gugus orto- dihidroksil; dimerisasi (pembentukan

    biflavonoida); pembentukan bisulfate; dan

    O7

    O

    A C

    B8

    6

    5

    6'

    5'

    4'

    3'

    2'

    1'2

    1

    9

    104

    3

    (8a)

    (4a)

    yang terpenting, glikosilasi gugus hidroksil (pembentukan flavonoida O-glikosida)

    atau inti flavonoida (pembentukan flavonoida C-glikosida).(Markham, 1988)

    2.2.2. Struktur dasar Senyawa Flavonoida

    Senyawa flavonoida adalah senyawa yang mengandung C15 terdiri atas dua inti

    fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Struktur dasar flavonoida dapat

    digambarkan sebagai berikut :

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    5/28

    C

    C

    C

    A B

    Kerangka dasar senyawa flavonoida

    Cincin A adalah karakteristik phloroglusinol atau bentuk rosorsinol tersubstitusi.

    HOO

    C3

    A

    C6 (B)

    Namun sering terhidroksilasi lebih lanjut :

    OCH3

    O

    C3

    OCH3

    H3CO

    H3CO

    C6 (B)

    A

    Cincin B adalah karakteristik 4-,3,4-,3,4,5- terhidroksilasi

    R

    R

    R

    C3C6(A) B R = R' =H, R' = OH

    R = H, R' = R" = OH

    R = R' = R" = OH

    (juga, R = R' = R"= H) (Sastrohamidjojo, 1996)

    2.2.3. Klasifikasi Senyawa Flavonoid

    Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita

    serapan yang kuat pada daerah spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak,

    umumnya dalam tumbuhan terikat pada gula yang disebut dengan glikosida.

    (Harborne, 1996). Pada flavonoida O-glikosida, suatu gugus hidroksil flavonoida (atau

    HO O

    C3

    OH

    A

    C6 (B)

    HOO

    C3

    A

    C6 (B)HO

    OH

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    6/28

    lebih) terikat pada satu gula (lebih) dengan ikatan yang tahan asam. Glukosa

    merupakan gula yang paling umum terlibat dan gula lain yang sering juga terdapat

    adalah galaktosa, ramnosa, silosa, arabinosa, dan rutinosa. Waktu yang diperlukan

    untuk memutuskan suatu gula dari suatu flavonoida O-glikosida dengan hidrolisis

    asam ditentukan oleh sifat gula tersebut.

    Pada flavonoida C-glikosida, gula terikat pada atom karbon flavonoida dan

    dalam hal ini gula tersebut terikat langsung pada inti benzene dengan suatu ikatan

    karbon-karbon yang tahan asam. Gula yang terikat pada atom C hanya ditemukan

    pada atom C nomor 6 dan 8 dalam inti flavonoida, misalnya pada orientin. (Markham,

    1988).

    Flavonoid memiliki dua cincin benzene yang dipisahkan oleh sebuah unit

    propane dan diturunkan dari senyawa flavone. Secara umum merupakan golongan

    senyawa yang mudah larut dalam air. Kebanyakan senyawa terkonjugasi yang pada

    umumnya berwarna cerah. Secara umum dapat dijumpai pada tumbuhan sebagai

    glikosidanya yang meiliki struktur yang rumit. Perbedaan kelas antara golongan

    senyawa flavonoida ini adalah adanya tambahan oksigen yang terikat pada cincin

    heterosiklik dan gugus hidroksil. Senyawa yang termasuk dalam golongan tersebut

    adalah katekin, leukoantosianidin, flavanone, flavanonol, flavone, antosianidin,

    flavonol, khalkone, aurone, dan isoflavone. Struktur antara katekin dan

    leukoantoasianidin memiliki struktur yang mirip dan jarang dijumpai bentuk

    glikosidanya. Dan akan mengalami polimerisasi membentuk tanin yang terkandung

    pada daun teh.

    Flavanon dan flavanonol jarang dijumpai dalam bentuk glikosidanya. Flavon

    dan flavonol secara luas terdistribusi sebagai senyawa fenolik. Antosianin adalah

    pigmen tumbuhan yang secara umum berwarna merah dan jarang dijumpai berwarna

    biru pada suatu bunga. Dan dapat dihasilkan sebanyak 30% dari bunga kering. Dapat

    dijumpai sebagai glikosida. Khalkone termasuk butein, dengan cincin furan ditemukan

    dalam senyawa flavonoid, meskipun hal ini sering digunakan sebagai titik pengkontrol

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    7/28

    untuk pH. Auron merupakan pigmen berwarna kuning emas yang secara umum

    dijumpai pada bunga. (Kaufman,P. 1999).

    Isoflavone yang lebih dikenal sebagai 3- phenylkromon Dapat diketahui ada

    sekitar 35 jenis isoflavone yang dikenal, yang mana contoh umumnya sebagai berikut

    :Daidzein, Genistein, Tianlancuayin. Isoflavone dapat mengalami degradasi dengan

    danya penambahan basa sehingga menghasilkan Desoxybenzoin dan asam formiat

    selanjutnya Desoxybenzoin terpisah dan mengalami fusi (penggabungan dua inti

    ringan menjadi inti yang lebih berat molekulnya) basa dan metilasi. Isoflavone banyak

    digunakan sebagai estrogenic, insectidal, dan sebagai anti jamur, beberapa dari

    senyawa itu adalah berpotensi dihasilkan dari racun ikan. (Raphael,I. 1991)

    Menurut Robinson (1955), flavonoid dapat dikelompokkan berdasarkan keragaman

    pada rantai C3 yaitu :

    1. Flavonol

    Flavonol paling sering terdapat sebagai glikosida, biasanya 3-glikosida, dan aglikon

    flavonol yang umum yaitu kamferol, kuersetin, dan mirisetin yang berkhasiat sebagai

    antioksidan dan antiimflamasi. Flavonol lain yang terdapat di alam bebas kebanyakan

    merupakan variasi struktur sederhana dari flavonol. Larutan flavonol dalam suasana

    basa dioksidasi oleh udara tetapi begitu cepat sehingga penggunaan basa pada

    pengerjaannya masih dapat dilakukan.

    O

    O

    OH

    H

    H

    Struktur Flavonol

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    8/28

    2. Flavon

    Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat gugusan 3-

    hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta reaksi

    warnaya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis

    glikosida pada flavonol. Flavon yang paling umum dijumpai adalah epigenin dan

    luteolin. Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali dipakai Eropa. Jenis yang

    paling umum adalah 7-glikosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada gula

    melalui ikatan karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida. Flavon dianggap

    sebagai induk dalam nomenklatur kelompok senyawa flavonoid.

    7

    8 O

    O

    6

    5

    10

    9

    1

    2

    1'

    2'

    6'

    5'

    4'

    3'

    4 3

    Struktur Flavon

    3. Isoflavon

    Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan sebagai

    fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai

    pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya

    tidak khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein)

    memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi ammonia, tetapi

    kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang pudar dengan ammonia

    berubah menjadi cokelat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    9/28

    O

    O

    Struktur Isoflavon

    4. Flavanon

    Flavanon terdistribusi luas di alam. Flavanon terdapat di dalam kayu, daun dan bunga.

    Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus prenus dan buah

    jeruk; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan hesperitin, terdapat

    dalam buah anggur dan jeruk.

    O

    O

    Struktur Flavanon

    5. Flavanonol

    Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit sekali jika

    dibandingkan dengan flavonoid lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan karena

    konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.

    O

    O

    OH

    Struktur Flavanonol

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    10/28

    6. Katekin

    Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan berkayu.

    Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria gambir

    dan daun teh kering yang mengandungkira-kira 30% senyawa ini. Katekin berkhasiat sebagai

    antioksidan.

    OH

    OH

    O

    OH

    HO

    HO

    Struktur Katekin

    7. Leukoantosianidin

    Leukoantosianidin merupakan senyawa tidak berwarna, terutama terdapat pada

    tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat glikosida, contohnya melaksidin,

    apiferol.

    O

    OH

    OHHO

    Struktur Leukoantosianidin

    8. Antosianin

    Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam

    tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab

    hampir semua warna merah jambu, merah marak, ungu,. dan biru dalam daun, bunga,

    dan buah pada tumbuhan tingkat tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan

    turunan suatu struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    11/28

    pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau

    dengan metilasi atau glikosilasi.

    O

    OH Struktur Antosianin

    9. Khalkon

    Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna cokelat kuat dengan sinar UV

    bila dikromatografi kertas. Aglikon flvon dapat dibedakan dari glikosidanya, karena

    hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi kertas

    dalam pengembang air. (Harborne, 1996).

    O

    Struktur Khalkon

    10. Auron

    Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan briofita.

    Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah ros dan tampak pada kromatografi

    kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat berubah

    menjadi merah jingga bila diberi uap amonia. (Robinson, 1995)

    O

    O

    HC

    Struktur Auron

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    12/28

    Menurut Harborne (1996), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoida dimana

    semua flavonoida, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk flavon dan

    semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama yakni :

    Golongan

    FlavonoidaPenyebaran Ciri Khas

    Antosianin

    Proantosianidin

    Flavonol

    Flavon

    Glikoflavon

    Biflavonil

    Khalkon dan Auron

    Flavanon

    Isoflavon

    Pigmen bunga merah marak, danbiru juga dalam daun dan jaringan

    lain.

    Terutama tidak berwarna dalam

    tumbuhan berkayu.

    Terutama ko-pigmen tidak

    berwarna dalam bunga sianik danasianik; tersebar luas dalam daun.

    Seperti flavonol

    Seperti flavonol

    Tidak berwarna; hampir

    seluruhnya terbatas pada

    gimnospermae(tumb.berbiji

    terbuka)

    -

    Kadang-kadang terdapat juga

    dalam jaringan lain.

    Tidak berwarna; dalam daun dan

    buah (terutama dalam Citrus) tidak

    berwarna; sering kali akar; hanya

    terdapat dalam satu suku,

    Leguminosae(tumb. Kacang-

    kacangan).

    Larut dalam air, maks 51 5-545nm, bergerak dengan BAA pada

    kertas.

    Menghasilkan antosianidin

    (warna dapat diekstraksi dengan

    amil alkohol) bila jaringan

    dipanaskan dalam HCl 2Mselama setengah jam.

    Setelah hidrolisis, berupa bercak

    kuning murup pada kromatogramForestal bila disinari dengan sinar

    UV; maksimal spektrum pada

    330-350.

    Setelah hidrolisis, berupa bercak

    cokelat redup pada kromatogram

    Forestal maksimal spektrum pada

    330-350 nm.Mengandung gula yang terikat

    melalui ikatan C-C; bergerakdengan pengembang air, tidakseperti flavon biasa.

    Pada kromatogram BAA berupa

    bercak redup dengan Rf tinggi.

    Dengan ammonia berwarna

    merah; maksimal spektrum 370-

    410 nm.

    Berwarna merah kuat dengan

    MgHCl kadang-kadang sangat

    pahit.

    Bergerak pada kertas dengan

    pengembang air, tak ada uji

    warna yang khas.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    13/28

    2.2.4. Metoda Isolasi Senyawa Flavonoida

    Isolasi konstituen flavonoida dari tumbuhan akar serabut Glyccyrrhiza glabra pada

    isolasi ini yang diisolasi adalah senyawa licoagrodin dan turunannya. Pada dasarnya

    ekstrak methanol akar serabut tumbuhan G. glabra yang dipartisi antara air dan etil

    asetat.Ekstrak etil asetat diteruskan untuk dipisahkan dengan menggunkan

    kromatografi kolom dengan menggunakan silika gel dan selanjutkan dimurnikan

    dengan menggunakan Fase-Normal HPLC untuk menghasilkan 5 jenis flavonoida

    baru, licoagrodin, licoagrokalkone B, licoagrokalkone C, licoagrokalkone D ,

    licoagroaurone dan 4 flavonoid yang dikenal lainnya ialah licoakalkone C. Lapisan

    air dilanjutkan untuk dianalisa dengan kromatografi kolom Daion HP-20, yang dielusi

    dengan menggunakan methanol. Eluate methanol dievaporasi vakum untuk

    menghasilkan sebuah fraksi glikosida. Fraksi tersebut akan dianalisa dengan

    kromatografi kolom ODS. (Yoshikawa,T.2000).

    2.2.5. Sifat Kelarutan Flavonoida

    Aglikon Flavonoida adalah polifenol dan karena itu mempunyai sifat kimia senyawa

    fenol, yaitu bersifat agak asam sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi harus diingat,

    bila dibiarkan dalam larutan basa, dan di samping itu terdapat oksigen, banyak yang

    terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih(terganti), atau

    suatu gula, flavonoida merupakan senyawa polar, dan seperti kata pepatah lama

    mengatakan suatu golongan akan melarutkan golongannya sendiri maka

    umumnya flavonoida larut cukupan dalam pelarut polar seperti etanol (EtOH),

    methanol(MeOH), butanol(BuOH), aseton, dimetilsulfoksida(DMSO),

    dimetilformamida(DMF), air, dan lain-lain. Adanya gula yang terikat pada flavonoida

    (bentuk yang umum ditemukan) cenderung menyebabkan flavonoida lebih mudah

    larut dalam air dan dengan demikian campuran pelarut diatas dengan air merupakan

    pelarut yang lebih baik untuk glikosida. Sebaliknya, aglikon yang kurang polar seperti

    isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang termetoksilasi cenderung lebih

    mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    14/28

    2.3. Teknik Pemisahan

    Tujuan dari teknik pemisahan adalah untuk memisahkan komponen yang akan

    ditentukan berad dalam keadaan murni, t idak tercampur dengan komponen-komponen

    lainnya. Ada 2 jenis teknik pemisahan :

    1. Pemisahan Kimia

    Pemisahan ini berdasarkan adanya perbedaan yang besar dari sifat-sifat

    fisika

    komponen dalam campuran yang akan dipisahkan.

    2. Pemisahan Fisika

    Pemisahan ini berdasarkan pada perbedaan-perbedaan kecil dari sifat-sifat

    fisik antara senyawa-senyawa yang termasuk dalam suatu golongan.

    (Muldja, 1995).

    2.4. Kromatografi

    Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan

    dipisahkan terdistribusikan antara 2 fase, satu dari fase-fase ini membentuk lapisan

    stasioner dengan luas permukaan yang besar dan yang lainnya merupakan cairan yang

    merembes lewat.

    Fase stasioner mungkin suatu zat padat atau suatu cairan dan fase yang

    bergerak mungkin suatu cairan atau suatu fase gas. Cara-cara kromatografi dapat

    digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fase diam, yang dapat berupa zat padat atau

    zat cair. Jika fase diam berupa zat padat disebut kromatografi serapan, jika berupa zat

    cair atau gas maka ada empat macam system kromatografi yaitu :

    1. Fase gerak cair-fase diam padat (kromatografi serapan)

    a. Kromatografi Lapis Tipis

    b. Kromatografi Penukar Ion

    2. Fase gerak gas-fase diam padat, yakni kromatografi gas padat

    3. Fase gerak cair-fase diam cair (kromatografi partisi), yakni kromatografi

    kertas

    4. Fase gerak gas-fase diam zat cair, yakni :

    a. Kromatografi Gas-Cair

    b. Kromatografi Kolom Kapiler

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    15/28

    Semua pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa senyawa-

    senyawa yang dipisahkan terdistribusi diantara fase gerak dan fase diam dalam

    perbandingan yang sangat berbeda-beda dari suatu senyawa terhadap senyawa yang

    lain. (Sastrohamidjojo, 1991).

    2.4.1. Kromatografi Lapis Tipis

    Teknik kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Egon Stahldengan

    menghamparkan penyerap pada lempeng gelas, sehingga merupakan lapisan tipis.

    KLT merupakan kromatografi serapan, tetapi dapat juga merupakan kromatografi

    partisi karena bahan penyerap telah dilapisi air dari udara. Sistem ini segera popular

    karena memberikan banyak keuntungan, misalnya peralatan yang diperlukan sedikit,

    murah, sederhana, waktu, analisis cepat dan daya pisah cukup baik. (Sudjadi, 1986)

    2.4.1.1 Pembuatan Lapisan Tipis

    Dalam pembuatan lapisan tipis digunkan plat-plat kaca yang memiliki ukuran 20 x 5

    cm atau 20 x 20 cm, dan ukuran ini dianggap standart. Plat ini dicuci terlebih dahulu

    dengan air dan detergen kemudian dikeringkan dengan aseton. Selanjutnya membuat

    penyerap menjadi bubur dengan air, biasanya dalam perbandingan x gram penyerap

    dan 2x ml air. Bubur diaduk dengan baik dan dibentangkan di atas plat kaca dengan

    berbagai cara. Tebal standart adalah 250 mikron. Lapisan-lapisan yang lebih tebal

    (0,5 2,0 mm) digunakan untuk pemisahan-pemisahan yang sifatnya besar, dengan

    menggunakan penyerap hingga 250 mg untuk plat dengan ukuran 20 x 20 cm. Salah

    satu keukaran dengan lapisan tebal ialah adanya tendensi mengelupas bila

    kering.(Sastrohamidjojo, 1985)

    Beberapa contoh penyerap yang digunakan untuk pemisahan dalam

    kromatografi lapis tipis adalah sebagai berikut :

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    16/28

    1. Silika gel

    Ada beberapa jenis silika gel, yaitu :

    a. Silika gel G

    Silika gel G adalah silika gel yang mengandung 13 % kalsium sulfat sebagai

    perekat. Jenis silika gel ini biasanya mengandung ion logam, terutama ion besi.

    Kandungan ion besi dapat dihilangkan dengan mengembangkan plat TLC silika gel G

    dengan sstem pelarut metanol : asam HCl pekat 9 : 1.

    b. Silika gel H

    Perbedaan silika gel G dan silika gel H ialah, bahwa silika gel H tidak

    menngandung perekat kalsium sulfat. Silika gel H dipakai untuk pemisahan yang

    bersifat spesifik, terutama lipida netral.

    c. Silika gel PF

    Jenis silika gel ini diketemukan belakangan, yang dibuat sedemikian rupa

    sehingga senyawa-senyawa organik terikat pada plat ini dapat mengadakan

    fluoresensi. Oleh karena itu visualisasinya dapat dikerjakan dengan menempatkan plat

    yang telah dikembangkan di dalam ruangan gelap atau dengan sinar ultra violet yang

    bergelombang pendek.

    2. Alumina

    Penggunaan alumina dalam TLC, yang semula diperkenalkan oleh peneliti dari

    Cekoslowakia, tidak sesering silika gel. Sebenarnya alumina netral mempunyai

    kemampuan untuk memisahkan bermacam-macam senyawa, seperti terpena, alkaloid,

    steroid, dan senyawa-senyawa alisklik, alifatik, serta aromatik. Sebagai zat perekat

    alumina tidak mengandung zat perekat, memepunyai sifat alkalis dan dapat

    digunakan baik tanpa maupun dengan aktivasi.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    17/28

    3. Kieselguhr

    Kieselguhr merupakan adsorben yang lebih lemah dari silika gel dan alumina,

    oleh karena itu lebih cocok untuk memisahkan senyawa-senyawa polar. (Adnan, M.,

    1997)

    Nilai utama KLT pada penelitian flavonoid ialah sebagai cara analisis cepat

    yang memerlukan bahan sangat sedikit. Menurut Markham, KLT memiliki peranan

    penting dalam metoda pemisahan dan isolasi yaitu :

    a. Mencari pelarut untuk kromatografi kolom

    b. Analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom

    c. Menyigi arah atau perkembangan reaksi seperti hidrolisis atau metilasi

    d. Identifikasi flavonoida secara ko-kromatografi

    e. Isolasi flavonoida murni skala kecil.

    2.4.2. Kromatografi Kolom

    Kromatografi kolom atau tabung merupakan salah satu jenis pemisahan dengan

    menggunakan prinsip aliran zat cair (pelarut) yang dipengaruhi oleh gaya tarik bumi

    (gravitasi bumi) atau dikenal dengan sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari

    kaca yang dilengkapi keran jenis tertentu pada bagian bawahnya untuk mengatur

    aliran pelarut.(Gritter, 1991) . Pada isolasi flavonoida sebaiknya digunakan kolom

    skala besar karena hal ini dapat meningkatkan proses pemisahan yang baik. Pada

    dasarnya cara ini meliputi penempatan campuran flavonoida (berupa larutan) di atas

    kolom yang berisi serbuk penyerap (seperti selulose, silika, atau poliamida),

    dilanjutkan dengan elusi beruntun setiap komponen memakai pelarut yang cocok.

    Kolom yang digunakan umumnya terbuat dari kaca yang dilengkapi dengan keran

    pada salah satu ujung, dan ukurannya sedemikian rupa sehingga nisbah garis tengah

    terhadap panjang kolom dalam rentang 1:10 sampai 1:30. Kemasan kolom harus

    dipilih dari jenis yang dipasarkan khusus untuk kromatografi kolom karena ukuran

    partikel penting. Jika ukuran partikel terlalu kecil, laju aliran pengelusi mungkin

    terlalu lambat, sedangkan bila terlalu besar, mungkin pemisahan komponen secara

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    18/28

    kromatografi tidak baik. Kemasan niaga biasanya dalam ukuran 100-300mesh.

    Selulosa

    (Markham, 1988)

    2.4.2.1. Pengisian Kolom

    Pengisian kolom harus dikerjakan dengan seragam.Setelah adsorben

    dimasukkan dapat diseragamkan kepadatannya dalam kolom dengan menggunakan

    vibrator atau dengan plunger (pemadat). Selain itu dapat juga dikerjakan dengan

    memasukkan adsorben dalam bentuk larutan (slurry) dan partikelnya dibiarkan

    mengendap. Pengisian kolom yang tidak seragam akan menghasilkan rongga-rongga

    di tengah-tengah kolom. Cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan

    mengadakan back fushing , sehingga terjadi pengadukan, yang seterusnya dibiarkan

    lagi mengendap. Pada bagian bawah (dasar) dan atas dari isian kolom diberi wol kaca

    (glass wool) atausintered glass disc untuk menyangga isian. Bila kolom telah diberi

    bahan isian, permukaan cairan tidak boleh dibiarkan turun dibawah permukaan bahan

    isian bagian atas, karena akan memberikan peluang masuknya gelembung udara

    masuk ke kolom. (Adnan,M., 1997)

    2.4.2.2. Memilih Kemasan Kolom

    Kemasan kolom yang tersedia sangatlah banyak dan senarai di bawah memberikan

    pedoman mengenai pemakaian dan cirri sejumlah jenis kemasan yang berguna.

    Pemakaian selulosa serupa dengan kertas, yaitu ideal untuk memisahkan

    glikosida yang satu dengan yang lain, atau memisahkan glikosida dari aglikon,

    serta untuk memisahkan aglikon yang kurang polar. Kapasitasnya rendah.

    SilikaBahan ini paling berguna untuk memisahkan aglikon yang kurang polar,

    misalnya isoflavon, flavanon, metal flavon, dan flavanol. Kapasitas

    pertengahan.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    19/28

    PoliamidaBahan ini cocok untuk memisahkan semua flavonoid, meski juga ideal untuk

    memisahkan glikosida. Merupakan pelengkap untuk KKt karena melibatkan

    penyerap dan pengembang yang berlainan. Sebelum dipakai harus dicuci

    dengan MeOH dan H2O agar poliamida yang larut tidak mencemari semua

    fraksi. Kapasitas tinggi.

    Gel sephadex (deret G)Bahan ini dirancang untuk memisahkan campuran, terutama berdasarkan pada

    ukuran molekul (bila digunkan pelarut air); molekul besar terlebih dahulu.

    Sephadex berguna untuk memisahkan poliglikosida yang berbeda bobot

    molekulnya. Kapasitasnya lebih besar karena ukurannya lebih teratur.

    2.4.3. Kromatografi Preparatif

    Salah satu metode pemisahan yang memerlukan pembiayaan yang paling

    murah dan memakai peralatan yang paling dasar ialah kromatografi lapis titpis

    preparatif (KLTP). Walaupun KLTP dapat memisahkan bahan alam dalam jumlah

    gram, sebagian besar pemakaian hanya dalam jumlah milligram. KLTP bersama-sama

    dengan kromatografi kolom terbuka, masih dijumpai dalam sebagian besar publikasi

    mengenai isolasi bahan alam, terutama dari laboratorium yang tidak dilengkapi

    dengan cara pemisahan modern. Akan tetapi, seperti yang akan diterangkan kemudian,

    tertdapat banyak masalah pada KLTP.

    PenyerapDalam KLTP digunakan ketebalan adsorbent yang paling sering dipakai yaitu

    0,5-2 mm. ukuran plat kromatografi biasanya 20 x 20 cm atau 20 x 40 cm.

    Peneyerap yang paling umum ialah silika gel dan dipakai untuk pemisahan

    campuran senyawa lipofil maupun campuran senyawa hidrofil.

    Penotolan Cuplikan

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    20/28

    Cuplikan dilarutkan dalam sedikit pelarut sebelum ditotolkan pada plat KLTP.

    Pelarut yang baik ialah pelarut atsiri/organik (heksana, diklorometana, etil

    asetat), karena jika pelarut kurang atsiri maka akan terjadi pelebaran pita.

    Konsentrasi cuplikan harus sekitar 5-10%.

    Pemilihan Fase GerakPilihan pelarut ditentukan berdasarkan pemeriksaan pendahuluan memakai

    KLT analitik. Karena ukuran partikel penyerap kira-kira sama, pelarut yang

    dipakai pada plat KLT dapat dipakai langsung pada KLTP. Pengembangan

    pelat KLTP biasanya dilakukan dalam bejana kaca yang dapat menampung

    beberapa plat.

    Isolasi senyawa yang sudah terpisahKebanyakan penyerap KLTP mengandung indikator fluoresensi yang

    membantu mendeteksi kedudukan pita yang terpisah sepanjang senyawa yang

    dipisahkan menyerap sinar UV. Akan tetapi, beberapa indikator menimbulkan

    masalah yaitu bereaksi dengan asam kadang-kadang bahakan dengan asam

    asetat.

    Untuk senyawa yang tidak menyerap sinar UV, ada beberapa pilihan :

    a). Menyemprot dengan air (misalnya saponin)

    b). Menutup pelat dengan sepotong kaca menyemprot salah satu sisi dengan

    pereaksi semprot

    c). Menambahkan senyawa pembanding. (Hostettman,K.,1995)

    2.4.4. Harga Rf ( Retension factor)

    Identifikasi dari senyawa-senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih baik

    dikerjakan dengan pereaksi lokasi kimia dan reaksi warna. Lazimnya identifikasi

    menggunakan harga Rf meskipun harga-harga Rf dalam lapisan tipis kurang tepat bila

    dibandingkan pada kertas.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    21/28

    Dapat didefenisikan sbb :

    Harga Rf =

    Faktor-faktor yang memepengaruhi gerakan noda dalam kromatografi lapis tipis yang

    juga mempengaruhi harga Rf :

    1). Struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan

    2). Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya

    3). Tebal keraataan dari lapisan penyerap

    4). Pelarut (dan derajat kemurniannya) fasa gerak

    5). Derajat kejenuhan dari uap

    6). Jumlah cuplikan yang digunakan

    7). Suhu

    8). Kesetimbangan

    9). Teknik percobaan (Sastrohamidjojo, 1985)

    2.4.5. Ekstraksi

    Ekstraksi dapat dilakukan pada bahan tumbuhan yang akan diisolasi. Umumnya kita

    perlu membunuh jaringan tumbuhan untuk mencegah terjadinya oksidasi enzim atau

    hidrolisis. Mencelupkan jaringan daun segar atau bunga, bila perlu dipotong-potong,.

    Kedalam etanol mendidih adalah salah satu cara yang baik untuk mencapai tujuan.Selanjutnya, bahan dapat dimaserasi dalam suatu pelumat, lalu disaring. Bila

    mengisolasi senyawa dari jaringan hijau, keberhasilan ekstraksi dengan alkohol

    berkaitan langsung dengan seberapa jauh klorofil tertarik oleh pelarut itu. Bila ampas

    jaringan, pada ekstraksi ulang, sama sekali tak berwarna hijau lagi, dapat dianggap

    semua senyawa berbobot molekul rendah telah terekstraksi. (Harborne, 1987)

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    22/28

    2.5. Teknik Spektroskopi

    Teknik spektroskopi adalah salah satu teknik analisis kimia-fisika yang mengamati

    tentang interaksi atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik. Ada dua macam

    instrumen pada teknik spektroskopi yaitu spektrometer dan spektrofotometer.

    Instrumen yang memakai monokromator celah tetap pada bidang fokus disebut

    sebagai\ spektrometer. Apabila spektrometer tersebut dilengkapi dengan detektor

    yang bersifat fotoelektrik maka disebut spektrofotometer. (Muldja, 1955)

    Informasi Spektroskopi Inframerah menunjukkan tipe-tipe dari adanya gugus

    fungsi dalam suatu molekul dan Resonansi Magnetik Inti yang memberikan informasi

    tentang bilangan dari setiap tipe dari atom hidrogen dan juga memberikan informasi

    yang menyatakan tentang lingkungan dari setiap tipe dari atom hidrogen.

    Kombinasinya dan data yang ada kadang-kadang menentukan struktur yang lengkap

    dari molekulnya yang tidak diketahui. (Pavia, 1979)

    2.5.1. Spektroskopi Ultra Violet-Visible

    Spektrofotometer UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan

    intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar

    ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan

    electron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis

    biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan.

    Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm sedangkan sinar tampak

    berada pada panjang gelombang 400-800 nm. (Dachriyanus, 2004)

    Spektrum flavonoida bisanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut

    methanol (MeOH, AR atau yang setara) atau etanol (EtOH), meski perlu diingat

    bahwa spektrum yang dihasilkan dalam etanol kurang memuaskan. Spektrum khas

    terdiri atas dua maksimal pada rentang 240 285 nm (pita II) dan 300-550 nm (pita I).

    Kedudukan yang tepat dan kekuatan nisbi maksimal tersebut memebrikan informasi

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    23/28

    yang berharga mengenai sifat flavonoida dan pola oksigenasinya. Ciri khas spektrum

    tersebut ialah kekuatan nisbi yang rendah pada pita I dalam dihidroflavon,

    dihidroflavonol, dan isoflavon serta kedudukan pita I pada spektrum khalkon, auron,

    dan antosianin yang terdapat pada panjang gelombang yang tinggi.

    Tabel Rentangan serapan spektrum UV-tampak flavonoida

    Pita II (nm) Pita I (nm) Jenis flavonoida

    250-280

    250-280250-280245-275

    275-295

    230-270(kekuatan rendah)

    230-270(kekuatan rendah)

    270-280

    310-350

    330-360350-385310-330 bahu kira-

    kira320 puncak

    300-330 bahu340-390

    380-430

    465-560

    Flavon

    Flavonol (3-OH tersubstitusi)Flavonol(3-OH bebas)Isoflavon

    Isoflavon (5-deoksi-6,7-deoksigenasi)Flavanon dan dihidroflavanol

    Khalkon

    Auron

    Antosianidin dan antosianin

    (Markham, 1988)

    Dibawah ini daftar beberapa pengaruh substituent untuk senyawa aromatik. Hal ini

    dapat menjadi catatan bahwa ion phenoxide (-O-), yang dapat dijunpai dalam larutan

    basa senyawa fenol, dimana dapat menyerap panjang gelombang yang lebih panjang

    dari pada senyawa induk fenol (-OH). Secara umum menyumbangkan elektron dan

    substituent pasangan sunyi (lone pair) yang dapat menyebabkan pergeseran kimia

    berwarna merah dan penyerapan yang lebih tinggi. Senyawa kompleks memiliki

    pergeseran kimia yang meningkat saat ada sejumlah lebih substituent yang terikat.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    24/28

    Tabel. Absorbsi max untuk beberapa monosubstitusi benzene Ph-R (methanol :

    air)

    R maksimum (nm)

    -H 204 254

    -CH3 207 261

    -Cl 210 264

    -OH 211 270

    -OCH3 217 269

    -CO2- 224 271

    -COOH 230 280

    -NH2 230 280

    -O- 235 287

    (Kealey,D. 2002)

    Absorbsi radiasi UV oleh senyawa aromatik yang terdiri dari cincin benzene terpadu

    bergeser ke panjang gelombang yang lebih panjang dengan bertambah banyaknya

    cincin itu karena bertambahnya konjugasi dan membesarnya stabilisasi-resonansi dari

    keadaan eksitasi. Daerah yang paling berguna dari spektrum UV adalah daerah dengan

    panjang gelombang di atas 200 nm. Dalam absorbsi yang ditimbulkan oleh senyawa

    aromatik dihasilkan warna dalam spektrum tampak. Warna merupakan hasil dari suatu

    perangkat kompleks (dari) respons faali maupun psikologis terhadap panjang

    gelombang cahaya antara 400-750 nm, yang jatuh pada selaput jala.

    Tabel. Warna dalam spektrum tampak

    maks (nm) Warna Warna komplementer(substraksi)

    400-424 Ungu Hijau-kuning

    424-491 Biru Kuning

    491-570 Hijau Merah

    570-585 Kuning Biru

    585-647 Jingga Hijau-biru

    647-700 Merah Hijau

    (Fessenden,F. 1986)

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    25/28

    Tabel Pita absorbsi UV dari flavonoida

    No. Jenis Flavonoida Struktur Umum Pita II Pita I

    1. Flavon

    7

    8 O

    O

    6

    5

    10

    9

    1

    21'

    2'

    6'

    5'

    4'

    3'

    4 3

    240-285 304-350

    2. Flavonol

    O

    O

    OH

    240-285 352-390

    3. Flavanon

    O

    O 270-295 300-350

    4. Dihidroflavonol

    O

    O

    OH

    R2

    R1

    270-295 300-320

    5. Khalkon O 220-270 340-390

    6. Auron

    O

    O

    HC

    220-270 370-430

    7. Antosianidin

    O

    OH 270-280 465-550

    (Sujata,V., 2005)

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    26/28

    2.5.2. Spektrofotometri Infra Merah (FT-IR)

    Radiasi infra merah ditemukan oleh Sir William Hercshel pada tahun 1880, yang

    melaporkan penemuannya kepada Royal Society. Pada waktu itu para saintis belum

    memahami secara jelas keadaan transisi. Daerah inframerah terletak antara spektrum

    electromagnetic cahaya tampak dan spektrum radio; yakni antara 4.000-400 cm-1.

    Mulai tahun 1903 William dan N. Coblentz mahasiswa di Cornel University

    memperbaiki teknik-teknik percobaan dan menyusun sederetan spectra serapan zat

    murni.

    a. Ada beberapa daerah penyerapan terpenting dalam Spektrum Infra Merah :

    1. Daerah vibrasi regang hidrogen : 3.700-2.700 cm-1.

    3.700 3.100 cm-1, serapan oleh vibrasi regang O-H dan N-H. Serapanoleh vibrasi lentur O-H biasanya terdapat pada bilangan gelombang

    lebih besar dan pita serapannya dalam spektrum sering lebih lebar dari

    pita serapan N-H.

    3.200 2.850 cm-1, daerah vibrasi regang C-H alifatik.

    2. Daerah vibrasi regang ikatan ganda tiga, 2.700 1.850 cm-1

    Gugus fungsional yang menyerap di daerah ini terbatas, karena itu ada atau

    tidaknya serapan tersebut dalam suatu molekul dapat dilihat.

    3. Daerah ikatan ganda dua, 1.950 1.550 cm-1

    Vibrasi regang untuk ikatan ganda dua, yaitu :

    - C = C , - C = N -, 1690 1600 cm-1 1.650 1.450 cm-1, puncak serapan dalam daerah ini memberi keterangan

    yang penting mengenai cincin aromatik.

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    27/28

    4. Daerah sidik jari finger print, 1.500 700 cm-1

    Beberapa frekuensi gugusan (group frequency) juga bisa ditemukan di daerah sidik

    jari ini : C-O-C (vibrasi regang) dalam eter, ester kira-kira 1.200 cm-1 dan vibrasi

    regang C-Cl pada 700 800 cm-1

    . Pada bilangan gelombang dibawah 1.200 cm-1

    terdapat puncak-puncak serapan beberapa gugusan anorganik seperti : sulfat, fosfat,

    nitrat dan karbonat.

    b. Vibrasi kerangka suatu molekul (skeletal vibrations)

    Vibrasi kerangka terletak di derah spektrum lebih dari 1.500 cm-1. Kelompik-

    kelompok vibrasi di daerah spektrum kecil dari 1.500 cm-1

    adalah :

    a. Vibrasi regang (stretching) ikatan ganda yang tidak mengandung atom C

    b. Vibrasi regang ikatan tunggal

    c. Vibrasi-vibrasi lentur (bending) (Noerdin, 1985)

    2.5.3. Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti Proton (1H-NMR)

    Spektrometri Magnetik Inti (Nuclear Magnetic Resonance, NMR) merupakan

    alat yang berguna pada penentuan struktur molekul organik. Teknik ini memberikan

    informasi mengenai berbagai jenis atom hidrogen dalam. Struktur NMR memberikan

    informasi mengenai lingkungan kimia atom hidrogen, jumlah atom hidrogen dalam

    setiap lingkungan dan struktur gugusan yang berdekatan dengan setiap atom

    hydrogen.(Cresswell,1982)

    Pergeseran kimia adalah pengukuran medan dalam keadaan bebas. Semua

    proton-proton dalam satu molekul yang ada dalam lingkungan kimia yang serupa

    kadang-kadang menunjukkan pergeseran kimia yang sama. Setiap senyawa

    memberikan penaikan menjadi puncak absorbsi tunggal dalam spektrum

    NMR.(Bernasconi,1995)

    Senyawa yang paling lazim dan paling berguna dipakai sebagai acuan adalah

    tetrametilsilana (TMS). Senyawa ini mempunyai beberapa kelebihan; lamban secara

    Universitas Sumatera Utara

  • 8/2/2019 heksasianoferat

    28/28

    kimia, isotop magnet, serta larut dalam kebanyakan pelarut organik; TMS meberikan

    puncak serapan tajam tunggal serta menyerap pada medan lebih tinggi daripada semua

    proton organik. (Silverstein, 1974).

    Si CH3

    CH3

    CH3

    H3C

    Pada spektormetri NMR integrasi sangat penting. Harga integrasi

    menunjukkan daerah atau luas puncak dari tiap-tiap proton. Sedangkan luas daerah

    atau luas puncak tersebut sesuai dengan jumlah proton. Dengan demikian

    perbandingan tiap integrasi proton sama dengan perbandingan jumlah proton dalam

    molekul. (Muldja, 1955)

    Di dalam medan magnet, perputaran elektron-elektron valensi dari proton

    menghasilkan medan magnet yang melawan medan magnet yang digunakan. Hingga

    setiap proton dalam molekul dilindungi dari medan magnet yang digunakan dan

    bahwa besarnya perlindungan ini tergantung pada kerapatan elektron yang

    mengelilingnya. Makin besar kerapatan elektron yang mengelilingi inti, maka makin

    besar pula medan yang dihasilkan yang melawan medan yang digunakan. Akibat

    secara keseluruhan adalah inti/proton merasakan adanya pengurangan medan yang

    mengenainya. (Sastrohamdijojo, 1991)