health education

29
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memberikan pengertian pendidikan kesehatan merupakan sejumlah pengalaman yang pengaruh menguntungkan secara kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan, mayarakat dan bangsa. Kesemuannya ini, dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimannya secara suka rela perilaku yang akan meningkatkan dan memelihara kesehatan. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri. Dalam hal ini aplikasi Health Education di klinik maupun komunitas memiliki tujuan, ruang lingkup, cirri-ciri belajar Gealth Education, dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar, baik faktor internal maupun faktor eksternal. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latarbelakang , rumusan masalah yang dapat kami angkat yaitu :

Upload: nanda

Post on 20-Feb-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Health Education

TRANSCRIPT

Page 1: Health Education

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

 Memberikan pengertian pendidikan kesehatan merupakan sejumlah pengalaman yang

pengaruh menguntungkan secara kebiasaan, sikap dan pengetahuan yang ada hubungannya

dengan kesehatan perseorangan, mayarakat dan bangsa. Kesemuannya ini, dipersiapkan dalam

rangka mempermudah diterimannya secara suka rela perilaku yang akan meningkatkan dan

memelihara kesehatan.

Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan kumpulan

pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan

kebiasaan sasaran pendidikan.

Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang

lain, karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan

tingkah lakunya sendiri.

Dalam hal ini aplikasi Health Education di klinik maupun komunitas memiliki tujuan,

ruang lingkup, cirri-ciri belajar Gealth Education, dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses

belajar, baik faktor internal maupun faktor eksternal.

1.2       Rumusan Masalah

Berdasarkan latarbelakang , rumusan masalah yang dapat kami angkat yaitu :

1.      Apa itu health education, tujuan, dan factor-faktor yang mempengaruhi?

2.      Apa itu ruang lingkup, ciri-ciri kegiatan belajar?

3.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar?

4.      Apa itu factor external dan internal mempengaruhi peristiwa belajar?

5.      Apa saja model penkes yang digunakan perawat, tahap penkes?

6.      Apa saja alat bantu pendidikan kesehatan?

7.      Bagaimana penyusunan SAP dan proposal pelatihan atau HE (Komunitas)?

Page 2: Health Education

1.3     Tujuan

   Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :

1.      Untuk mengetahui  apa itu health education, tujuan, dan factor-faktor yang mempengaruhi.

2.      Untuk mengetahui  apa itu ruang lingkup, ciri-ciri kegiatan belajar.

3.      Untuk mengetahui  apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar.

4.      Untuk mengetahui  apa itu factor external dan internal mempengaruhi peristiwa belajar.

5.      Untuk mengetahui  apa saja model penkes yang digunakan perawat, tahap penkes.

6.      Untuk mengetahui  apa saja alat bantu pendidikan kesehatan.

7.      Untuk mengetahui  bagaimana penyusunan SAP dan proposal pelatihan atau HE (Komunitas).

1.4       Manfaat

           Makalah aplikasi health education ini diharapakn mahasiswa mampu memahami dan

mengaplikasikan mengenai health education.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Health Education

Health education adalah pendidikan keperawatan terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap

pendidikan akademik dan pendidikan profesi.

1.      Tahap akademik menekankan pada pengetahuan dan teori yang bersifat deskriptif, sedangkan

tahap profesional diarahkan pada tujuan praktis, sehingga menghasilkan teori preskriptif dan

deskriptif.

2.      Tahap profesi hanya akan di dapat dilingkungan klinis karena lingkungan klinis merupakan

lingkungan multiguna yang dinamik sebagai tempat pencapaian berbagai kompetensi praktik

klinis seperti tercantum dalam.

Page 3: Health Education

Pengertian pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan

kontrol dan memperbaiki kesehatan individu. Kesempatan yang direncanakan untuk individu,

kelompok atau masyarakat agar belajar tentang kesehatan dan melakukan perubahan-peubahan

secara suka rela dalam tingkah laku individu (Entjang, 1991)

Wood dikutip dari Effendi (1997), memberikan pengertian pendidikan kesehatan

merupakan sejumlah pengalaman yang pengaruh menguntungkan secara kebiasaan, sikap dan

pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan, mayarakat dan bangsa.

Kesemuannya ini, dipersiapkan dalam rangka mempermudah diterimannya secara suka rela

perilaku yang akan meningkatkan dan memelihara kesehatan.

Menurut Steward dikutip dari Effendi (1997), unsur program kesehatan dan kedokteran

yang didalamnya terkandung rencana untk merubah perilaku perseorangan dan masyarakat

dengan tujuan untuk membantu tercapainya program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan

penyakit dan peningkatan kesehatan.

Menurut Ottawwa Charter (1986) yang dikutip dari Notoatmodjo S, memberikan

pengertian pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat

dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu untuk mencapai derajat kesehatan

yang sempurna, baik fisik, mental dan social, maka masyarakat harus mampu mengenal dan

mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, dam mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya

(lingkungan fisik, sosial, budaya, dan sebagainya).

Menurut Notoadmodjo (2003), pendidikan kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau

upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk kesehatan.

Menurut Azwar cit Machfoedz (2006), pendidikan kesehatan adalah sejumlah

pengalaman yang berpengaruh secara menguntungkan terhadap kebiasaan, sikap, dan

pengetahuan yang ada hubungannya dengan kesehatan perseorangan, masyarakat, dan

bangsa.kurikulum profesional.

Dapat dirumuskan bahwa pengertian pendidikan kesehatan adalah upaya untuk

mempengaruhi, dan atau mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat,

agar melaksanakan perilaku hidup sehat. Sedangkan secara operasional, pendidikan kesehatan

merupakan suatu kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan

praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri

(Notoatmodjo, 2003). 

Page 4: Health Education

2.1.1    Tujuan Health Education

Untuk mengubah pemahaman perilaku belum sehat menjadi perilaku sehat. Menurut

Machfoedz (2006) cit Azwar (1983: 18), membagi menjadi 3 macam, yaitu:

1.         Perilaku yang menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat sehingga kader

kesehatan mempunyai tanggung jawab didalam penyuluhannya mengarahkan cara hidup sehat

menjadi kebiasaan masyarakat sehari-hari.

2.         Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri maupun kelompok,

dalam hal ini pelayanan kesehatan dasar diarahkan agar dikelola sendiri oleh masyarakat dalam

bentuk yang nyata contohnya adalah posyandu.

3.         Mendorong perkembangan dan penggunaan sarana pelayanan kesehatan yang ada secara tepat.

2.1.2        Faktor-faktor yang mendukung proses pendidikan kesehatan

                  Factor-faktor yang mendukung proses pendidikan kesehatan antara lain :

1.      Input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku

pendidikan)

2.      Proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain)

3.      Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku).

2.1.3        Faktor-faktor yang menghambat proses pendidikan kesehatan

Faktor internal

         Diri sendiri

         Keluarga

         Motivasi

Faktor eksternal

         Pengaruh lingkungan

         Pengaruh iptek

         Pengaruh budaya

Page 5: Health Education

2.2              Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari 3 dimensi :

1. Dimensi sasar.

a. Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu

b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu.

c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.

2. Dimensi tempat pelaksanaan

a. Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga

b. Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar.

c. Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau pekerja.

3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan

a. Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (Health Promotion), misal : peningkatan gizi, perbaikan

sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.

b. Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific Protection) misal : imunisasi

c. Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (Early diagnostic and prompt

treatment) misal : dengan pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari dari resiko

kecacatan.

d. Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misal : dengan memulihkan kondisi

cacat melalui latihan-latihan tertentu.

2.2.1    Tingkat pelayanan pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of

prevention) dari Leavel dan Clark cit Herawani (2001), yaitu :

Page 6: Health Education

1) Promosi kesehatan (Health Promotion)

Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya dalam kebersihan perorangan,

perbaikan sanitasi lingkungan, pemeriksaan kesehatan berkala, peningkatan gizi dan kebiasaan

hidup sehat.

2) Perlindungan khusus (Specific Protection)

Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat. Misalnya tentang pentingnya imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit

pada anak maupun orang dewasa. Program imunisasi merupakan bentuk pelayanan perlindungan

khusus.

3) Diagnosa dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and Prompt Treatment)

Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena rendahnya tingkat pengetahuan

dan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan penyakit yang terjadi di masyarakat. Keadaan ini

menimbulkan kesulitan mendeteksi penyakit yang terjadi di masyarakat, masyarakat tidak mau

periksa dan diobati penyakitnya. Kegiatan pada tingkat pencegahan ini meliputi pencarian kasus,

penyembuhan dan pencegahan berlanjutnya proses penyakit, pencegahan penyebaran penyakit

menular, dan pencegahan komplikasi.

4) Pembatasan cacat (Disability Limititato)

Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena masyarakat sering didapat tidak

mau melanjutkan pengobatannya sampai tuntas aau tidak mau melakukan pemeriksaan dan

pengobatan penyakit secara tuntas atau tidak mau melakukan pemeriksaan dan pengobatan

penyakit secara tuntas. Hal ini terjadi karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat

akan kesehatan dan penyakitnya. Pada tingkat ini kegiatan meliputi perawatan untuk

menghentikan penyakit, pencegahan komplikasi lebih lanjut, mengatasi kecacatan dan mencegah

kematian.

5) Rehabilitasi (Rehabilitation)

Pada tingkat pendidikan kesehatan diperlukan karena setelah sembuh dari suatu penyakit

tertentu, seseorang mungkin menjadi cacat. Untuk memulihkan kecacatannya itu diperlukan

Page 7: Health Education

latihan-latihan. Untuk melakukan suatu latihan yang baik dan benar sesuai program yang

ditentukan, diperlukan adanya pengertian dan kesadaran dari masyarakat yang bersangkutan.

Disamping itu, ada rasa malu dan takut tidak diterima untuk kembali ke masyarakat setelah

sembuh dari suatu penyakit atau mungkin masyarakat tidak mau menerima anggota masyarakat

lainnya yang baru sembuh dari suatu penyakit.

2.2.2    Pendidikan kesehatan dalam keperawatan

Prinsip pendidikan kesehatan

1.      Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan kumpulan pengalaman

dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan

sasaran pendidikan.

2.      Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang lain,

karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah

lakunya sendiri.

3.      Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.

4.      Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan (individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan.

2.3       Faktor faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar

Secara umum factor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua

kategori, yaitu factor internal dan factor eksternal . kedua factor tersebut saling memengaruhi

dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

2.4                                      Factor internal

Factor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat

memengaruhi hasil belajar individu. Factor-faktor internal ini meliputi factor fisiologis dan factor

psikologiss.

a)      Factor fisiologis

Factor-faktor fisiologis adalah factor-factor yang berhubungan dengan kondisi fisik

individu. Factor-factor ini dibedakan menjadi dua macam.

Page 8: Health Education

Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat

memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan

pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau

sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus

jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan

jasmani.

Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah :

a.       menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh,

karena  kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu , dan

mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar, 

b.      rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat.

c.       istirahat yang cukup dan sehat.

Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran

fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra.

Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula .

dalam proses belajar , merupakan pintu  masuk bagi segala informasi yang diterima dan

ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang

memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh lkarena itu, baik guru

maupun siswwa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara

yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan,

memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang

bergizi , dan lain sebagainya.

b)                  Factor psikologis

Factor –faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi

proses belajar. Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah

kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.

a)         kecerdasan /intelegensia siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik dalam mereaksikan

rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan

dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ

Page 9: Health Education

tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang

penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi

(executive control) dari hamper seluruh aktivitas manusia.

Kecerdasan merupakan factor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,

karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu,

semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin

rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh

karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya.

Sebagai factor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan

dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga

mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya.

Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan

tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai

berikut ((Fudyartanto  2002).

                             

Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision

Tingkat kecerdasan (IQ) Klasifikasi

140 – 169 Amat superior

120 – 139 Superior

110 – 119 Rata-rata tinggi

90 – 109 Rata-rata

80 – 89 Rata-rata rendah

70 – 79 Batas lemah mental

20 — 69 Lemah mental

Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:

A. Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140—IQ 169;

B. Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120—IQ 139;

C. Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang anatara IQ 110—IQ 119;

D. Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90—IQ 109;

Page 10: Health Education

E. Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80—IQ 89;

F. Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70—IQ 79;

G. Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20—IQ 69,

yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.

Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru

atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater.

Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior,

superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan

seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kamampuan belajar

seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu megarahkan

dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.

b)     Motivasi

Motivasi adalah salah satu factor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa.

Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi

mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong,

memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan

sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku

seseorang.

Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic dan motivasi

ekstrinsik. Motaivasi intrinsic adalah semua factor yang berasal dari dalam diri individu dan

memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca,

maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi

aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar,

motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relaatif lebih lama

dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).

Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsic untuk

belajar anatara lain adalah:

a.       Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas.

b.      Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju.

c.       Adanaya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang

penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.

Page 11: Health Education

d.      Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-

lain.

Motivasi ekstrinsik adalah factor yang dating dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh

terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua,

danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan memengaruhi

semangat belajar seseorang menjadi lemah. 

c)         Minat

Secara sederhana,minaat (interest) nerrti kecemnderungan dan kegairahan yang tinggi atau

keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang

popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai factor internal

lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.

Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi,

karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak

mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya

perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan

dihadapainya atau dipelajaranya.

Untuk membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Anatara lain,

pertama, dengan mebuat materi yang akan dipelajarai semenarik mingkin dan tidak

membosankan, baik dari bentuk buku materi, desai pembelajaran yang membebaskan siswa

mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif,

psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat

mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang  studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika

jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.

d)     Sikap

     Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya.

Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau

merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik

secara positif maupun negative (Syah, 2003).

     Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada

performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya

Page 12: Health Education

sikap yang negative dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang

professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan

profesionalitas,seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha

mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada

muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaranyang diampunya dengan baik dan menarik

sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan;

meyakinkansiswa bahwa bidang studi yang dipelajara bermanfaat bagi ddiri siswa.

e)      Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat

(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai

keberhasilan pada masa yang akan dating (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994)

mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar.

Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satukomponen yang

diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang

sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan

besar ia akan berhasil.

Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar

sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai

kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan

dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap

informasiyang berhungan dengan bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat

dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya

sendiri.

Karena belajar jug dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik,

orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau

peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut mengembangkan, dan tidak memaksa

anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

2.5                                      Faktor-faktor eksogen/eksternal

Selain karakteristik siswa atau factor-faktor endogen, factor-faktor eksternal juga dapat

memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktaor-faktor

Page 13: Health Education

eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu factor

lingkungan social dan factor lingkungan nonsosial.

1.      Lingkungan social

a.       Lingkungan social sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat

memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi

motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi

teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.

b.      Lingkungan social masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan

memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak

terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika

memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum

dimilkinya.

c.       Lingkungan social keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan

keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga,

semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota

keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan

aktivitas belajar dengan baik.

2.      Lingkungan non social.     

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;

a.       Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang

tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang.

Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas

belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa

akan terlambat.

b.      Factor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama,

hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain

sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah,

bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.

c.       Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Factor ini hendaknya disesuaikan dengan usia

perkembangan siswa begitu juga denganmetode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi

perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap

Page 14: Health Education

aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode

mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa. 

2.6       Alat Bantu dan Media Pendidikan Kesehatan

1.      Alat bantu (peraga)

Pengertian ;

Alat-alat yang digunakan oleh peserta didik dalam menyampaikan bahan

pendidikan/pengajaran, sering disebut sebagai alat peraga. Elgar Dale membagi alat peraga

tersebut menjadi 11 (sebelas) macam, dan sekaligus menggambarkan tingkat intensitas tiap-tiap

alat bantu tersebut dalam suatu kerucut. Menempati dasar kerucut adalah benda asli yang

mempunyai intensitas tertinggi disusul benda tiruan, sandiwara, demonstrasi, field

trip/kunjungan lapangan, pameran, televisi, film, rekaman/radio, tulisan, kata-kata. Penyampaian

bahan dengan kata-kata saja sangat kurang efektif/intensitasnya paling rendah.

Faedah alat bantu pendidikan

1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.

2) Mencapai sasaran yang lebih banyak.

3) Membantu mengatasi hambatan bahasa.

4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan kesehatan.

5) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.

6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain.

7) Mempermudah penyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para pendidik/pelaku pendidikan.

8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan. Menurut penelitian ahli indra,

yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75-87%

pengetahuan manusia diperoleh/disalurkan melalui mata, sedangkan 13-25% lainnya tersalurkan

melalui indra lain. Di sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara

penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan.

9) Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya

memberikan pengertian yang lebih baik.

Page 15: Health Education

10) Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

Macam-macam alat bantu pendidikan

1) Alat bantu lihat (visual aids) ;

- alat yang diproyeksikan : slide, film, film strip dan sebagainya.

- alat yang tidak diproyeksikan ; untuk dua dimensi misalnya gambar, peta, bagan ; untuk tiga

dimensi misalnya bola dunia, boneka, dsb.

2) Alat bantu dengar (audio aids) ; piringan hitam, radio, pita suara, dsb.

3) Alat bantu lihat dengar (audio visual aids) ; televisi dan VCD.

Sasaran yang dicapai alat bantu pendidikan

1) Individu atau kelompok

2) Kategori-kategori sasaran seperti ; kelompok umur, pendidikan, pekerjaan, dsb.

3) Bahasa yang mereka gunakan

4) Adat istiadat serta kebiasaan

5) Minat dan perhatian

6) Pengetahuan dan pengalaman mereka tentang pesan yang akan diterima.

Merencanakan dan menggunakan alat peraga

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

1) Tujuan pendidikan, tujuan ini dapat untuk :

a) Mengubah pengetahuan / pengertian, pendapat dan konsep-konsep.

b) Mengubah sikap dan persepsi.

c) Menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru.

2) Tujuan penggunaan alat peraga

a) Sebagai alat bantu dalam latihan / penataran/pendidikan.

b) Untuk menimbulkan perhatian terhadap sesuatu masalah.

Page 16: Health Education

c) Untuk mengingatkan sesuatu pesan / informasi.

d) Untuk menjelaskan fakta-fakta, prosedur, tindakan.

Persiapan penggunaan alat peraga

Semua alat peraga yang dibuat berguna sebagai alat bantu belajar dan tetap harus diingat

bahwa alat ini dapat berfungsi mengajar dengan sendirinya. Kita harus mengembangkan

ketrampilan dalam memilih, mengadakan alat peraga secara tepat sehingga mempunyai hasil

yang maksimal.

Contoh : satu set flip chart tentang makanan sehat untuk bayi/anak-anak harus

diperlihatkan satu persatu secara berurutan sambil menerangkan tiap-tiap gambar beserta

pesannya. Kemudian diadakan pembahasan sesuai dengan kebutuhan pendengarnya agar terjadi

komunikasi dua arah. Apabila kita tidak mempersiapkan diri dan hanya mempertunjukkan

lembaran-lembaran flip chart satu demi satu tanpa menerangkan atau membahasnya maka

penggunaan flip chart tersebut mungkin gagal.

Cara mengunakan alat peraga

Cara mempergunakan alat peraga sangat tergantung dengan alatnya. Menggunakan

gambar sudah barang tentu lain dengan menggunakan film slide. Faktor sasaran pendidikan juga

harus diperhatikan, masyarakat buta huruf akan berbeda dengan masyarakat berpendidikan.

Lebih penting lagi, alat yang digunakan juga harus menarik, sehingga menimbulkan minat para

pesertanya.

Ketika mempergunakan AVA, hendaknya memperhatikan :

1) Senyum adalah lebih baik, untuk mencari simpati.

2) Tunjukkan perhatian, bahwa hal yang akan dibicarakan/diperagakan itu, adalah penting.

3) Pandangan mata hendaknya ke seluruh pendengar, agar mereka tidak kehilangan kontrol dari

pihak pendidik.

4) Nada suara hendaknya berubah-ubah, adalah agar pendengar tidak bosan dan tidak mengantuk.

5) Libatkan para peserta/pendengar, berikan kesempatan untuk memegang dan atau mencoba alat-

alat tersebut.

6) Bila perlu berilah selingan humor, guna menghidupkan suasana dan sebagainya.

Page 17: Health Education

2. Media pendidikan kesehatan

Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan (audio visual

aids/AVA). Disebut media pendidikan karena alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel)

untuk menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah

penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau ”klien”. Berdasarkan fungsinya sebagai

penyaluran pesan-pesan kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3 (tiga) : Cetak, elektronik,

media papan (bill board)

Media cetak

1) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar.

2) Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa gambar/tulisan atau keduanya.

3) Flyer (selebaran) ; seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

4) Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik. Biasanya

dalam bentuk buku, dimana tiap lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan di baliknya berisi

kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar tersebut.

5) Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai bahasan suatu masalah

kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan.

6) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi kesehatan, yang biasanya ditempel

di tembok-tembok, di tempat-tempat umum, atau di kendaraan umum.

7) Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

Media elektronik

1) Televisi ; dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah,

TV, Spot, quiz, atau cerdas cermat, dll.

2) Radio ; bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio, ceramah, radio spot, dll.

3) Video Compact Disc (VCD)

4) Slide : slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi kesehatan.

5) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan kesehatan.

Media papan (bill board)

Page 18: Health Education

Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat dipakai diisi dengan pesan-

pesan atau informasi – informasi kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan

yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi).

2.7       Penyusunan SAP dan Proposal Pelatihan / Health Education (komunitas)

Penyusunan SAP & proposal pelatihan / health education (komunitas) SAP” adalah suatu

nama mungkin sudah tidak asing lagi untuk praktisi-praktisi IT dunia, maupun di Indonesia.

“SAP” ini adalah singkatan dari “System Analysis and Program Development (in German :

Systemanalyse und Proggrammentwicklung)” yang ditemukan oleh Wellenreuther, Hopp,

Hector, Plattner, dan Tschira pada tahun 1972. Yang kemudian berganti menjadi “Systems

Application and Products in Data Processing” pada tahun 1977. “SAP”yang dikenal pada saat ini

adalah sistem R/3-nya yang sudah teruji oleh perusahaan-perusahaan dunia dalam menjalankan

bisnisnya, yang lebih dikenal dengan SAP R/3. Sebelum sampai ke generasi R/3, SAP sudah

melewati tahap R/1 dan R/2. Selain sistem R/3 yang terkenal banyak juga solusi-solusi bisnis

lainnya antara lain SAP BI (Business Intelligence) yang digunakan untuk Data Warehousing,

SEM (Strategic Enterprise Management), SCM (Supply Chain Management), CRM dan masih

banyak solusi-solusi bisnis lain yang ditawarkan oleh SAP untuk berbagai jenis bidang usaha di

dunia.

BAB III

PENUTUP

3.1       KESIMPULAN

Pendidikan kesehatan adalah upaya untuk mempengaruhi, dan atau mempengaruhi orang

lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, agar melaksanakan perilaku hidup sehat.

Sedangkan secara operasional, pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk

memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat dalam

memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2003). 

Page 19: Health Education

Dalam penerapann Health Education ada factor-faktor yang mempengaruhi diantaranya

factor internal dan eksternal, selain itu dalam penerapannya juga terdapat ruang lingkup dan

cirri-ciri proses belajar health education yang kembali lagi ke tujuan kita untuk mempelajari

health education itu. Selain itu juga terdapat model penkes yang digunakan oleh perawat,

tahapan penkes, alat bantu dan bagaimana langkah penyusunan SAP dan proposal pelatihan atau

Health Education (komunitas).