hasil symposiumxa.yimg.com/kq/groups/22986904/2045143328/name/hasil... · web viewpelatihan guru...

90
HASIL SYMPOSIUM HASIL SYMPOSIUM English Education for Primary English Education for Primary School School (Simposium Pembelajaran Bahasa Inggris di SD) (Simposium Pembelajaran Bahasa Inggris di SD) 25–28 May 2009 Hotel Grand Menteng, Jl. Matraman Raya No. 21 Jakarta 13140 Telp. (021) 8509872

Upload: hakhue

Post on 16-Apr-2018

228 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

HASIL SYMPOSIUM HASIL SYMPOSIUM English Education for Primary School English Education for Primary School (Simposium Pembelajaran Bahasa Inggris di SD)(Simposium Pembelajaran Bahasa Inggris di SD)

25–28 May 2009Hotel Grand Menteng, Jl. Matraman Raya No. 21

Jakarta 13140 Telp. (021) 8509872

MINISTRY OF NATIONAL EDUCATIONDIRECTORATE GENERAL FOR MANAGEMENT OF PRIMARY AND SECONDARY EDUCATION

DIRECTORATE FOR DEVELOPMENT OF KINDERGARTEN AND PRIMARY SCHOOLIN COOPERATION WITH

THE BRITISH COUNCIL INDONESIA

Sekretariat:Direktorat Pembinaan TK dan SD

Gedung E Depdiknas Lt. 17-18, Jl. Jenderal Sudirman, Senayan, Jakarta 10270 Telp. (021) 5725641, 5725642 Fax.

(021) 5725637 Email: [email protected]

British Council JakartaJakarta Stock Exchange Tower II Lt. 16, Jl. Jenderal Sudirman

Kav. 52-53, Jakarta 12190 Telp. (021) 5155561 ext. 237, Fax. (021) 5155562 HP 0817 9002 058 Email:

[email protected]

2

DAFTAR ISI

Sambutan Tertulis Direktur Pembinaan TK & SD (Indonesian Version)..............................................5Sambutan Tertulis Direktur Pembinaan TK & SD (English Version).................................................12English in Indonesia: What is NOW and What will be the FUTURE (Itje Chodidjah).........................19Question for Discussion.............................................30Rekaman Simposium (Panitia)..................................32Training Design Group 1...........................................37Training Design Group 2...........................................41Training Design Group 3...........................................43Training Design Group 4...........................................48Training Design Group 5...........................................51Daftar Email Peserta.................................................56

3

4

SAMBUTAN DIREKTUR PEMBINAAN TK DAN SDPada Pembukaan Simposium Pengembangan Pembelajaran

Bahasa InggrisJakarta, 25 Mei 2009

(Mudjito AK)

Yang terhormat, Mr. Keith Davies, Director British CouncilYang saya hormati, Mr. Christian Duncumb, Director of English Education British CouncilYang saya hormati MR. Andrias Soesilo, Manager Education UKBu Itje Chodidjah our best partner.Bu Sanni Susanti, yang banyak membantu kami,Kolega saya para Kasubdit dan Kasi, sertahadirin yang saya cintai,

Selamat malam, salah sejahtera buat kita semua, Assalaamu alaikum wr. wb.

Kita harus mengakui, Indonesia akan mampu berkembang menjadi negara maju dan sejahtera. Indonesia optimis akan menjadi bangsa yang mandiri, produktif, memiliki daya saing, serta mampu mengelola seluruh kekayaan alam dan sumber daya lainnya untuk mencapai pertumbuhan ekonomi jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Ini merupakan janji dari ketiga calon Presiden.Dengan asumsi jika pertumbuhan ekonomi riil rata-rata 7,62 persen, laju inflasi 4,94 persen, dan pertumbuhan penduduk rata-rata 1,12 persen per tahun, maka pada tahun 2030 dengan jumlah penduduk sekitar 285 juta juta, produk domestik bruto (PDB) Indonesia dapat mencapai 5,1 triliun dolar AS. Dalam

5

kaitan ini, pendidikan berperan sebagai tulang punggung bagi pembangunan berkelanjutan.

Hadirin yang saya hormati,Pertanyaannya adalah kompetensi dasar apa saja yang mesti dimiliki bangsa Indonesia agar ikut berperan dalam mewujudkan mimpi indah tersebut?

Kalau kita amati, dewasa ini masyarakat indonesia dihadapkan pada keragaman persoalan yang sangat kompleks dan akut, sebagai akibat dari transformasi sosial dan perubahan teknologi yang cepat dan tidak menentu. Tiupan angin globalisasi berhembus sangat kencang, yang membuat urat nadi kehidupan dalam berbagai bidang mengalami guncangan. Globalisasi juga berimplikasi pada terjadinya perubahan sosial yang terus berkembang, serta proses demokratisasi yang terus mencari bentuk dan tatanan.

Kita menyadari bahwa pendidikan secara luas dipandang sebagai investasi dan aset penting bagi individu maupun masyarakat. Pendidikan merupakan kekuatan yang mampu mengubah wajah kehidupan masyarakat. Banyak bukti empirik yang menyatakan bahwa pendidikan dapat meningkatkan kesejahteraan, produktivitas serta memajukan sosial dan politik suatu bangsa. Di atas segalanya, pendidikan adalah hak dasar manusia yang membebaskan manusia dari rantai ketidaktahuan.

Begitu pentingnya peran pendidikan, maka kurikulum masa depan senantiasa menjadi topik yang hangat diperbincangkan di setiap negara. Begitu pula di Indonesia, isu seputar kurikulum selalu menjadi sorotan, apalagi saat ini kita sedang

6

mengimplementasikan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

Setiap menjelang atau sesaat setelah pergantian kurikulum baru, publik selalu ramai memperbincangkan. Hingga kini Indonesian sudah berkali-kali ganti kurikulum. Pada era Orde Baru saja, sudah pernah diberlakukan kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, dan kurikulum 1994. Pada masa Orde Baru, terasa kental betul kurikulum menjadi bagian dari sub-ordinasi politik.

Sedangkan pasca reformasi, diberlakukan kurikulum berbasis komtepensi (kurikulum 2004) yang kemudian menjadi KTSP. KTSP merupakan Kurikulum berbasis kompetensi yang dalam pelaksanaanya di sekolah sangat mengandalkan kreativitas dan kemampuan guru. KTSP dirancang untuk menghadapi tantangan Bangsa Indionesia pada masa yang akan datang.

Akan tetapi disadari perlunya mengembangkan kompetensi ideal untuk mencapai tataran yang dikehendaki bahwa kalau hanya mengadalkan kompetensi kurikulum seperti tertuang dalam KTSP, tidak akan mampu menggapai sosok manusia yang diidealkan. Pertanyaannya kemudian adalah, selain kompetensi-kompetensi dasar yang dalam kurikulum, lantas kompetensi apa saja yang relevan bagi individu untuk menjalani hidup yang sukses dan bertanggung jawab bagi masyarakat untuk menghadapi era kini dan mendatang?

Ini bukanlah pertanyaan yang bisa dengan mudah dijawab. Pasalnya, kita harus memformulasikan suatu setting kompetensi kunci bagi anak bangsa yang dapat mengantarkan mereka

7

mengarungi kehidupan yang sukses dan berpartisipasi secara efektif dalam berbagai bidang kehidupan. Selain telah ditetapkan standar nasional, masih dipandang perlu mengembangkan taraf internasional yang lazim dengan sebutan sekolah bertaraf internasional.

Hadirin yang saya hormati,Dengan perspektif inter-disiplin dan pendekatan reflektif, terpadu, dan hotistik, negara-negara maju yang tergabung dalam OECD (Organization for Economic Co-operation and Development) membentuk sebuah fondasi internasional untuk memformulasikan kompetensi kunci ini. Ada tiga kategori kompetensi kunci yang berhasil diidentifikasi, yaitu kemampuan: (1) bertindak secara otonom, (2) menggunakan alat secara interaktif, dan (3) memfungsikan diri dalam kelompok-kelompokyang secara sosial heterogen.

Untuk dapat bertindak secara otonom sesuai kompetensi pertama, tidak berarti harus memfungsikan diri dalam isolasi sosial. Justru para individu dituntut untuk mampu mengelola hidupnya sendiri secara bermakna dengan berperan aktif dalam membentuk hidupnya sendiri. Tentu, untuk mencapai kompetensi ini diperlukan kemampuan memajukan diri sebagai subyek yang harus mengambil resiko dan tanggung jawab sebagai warga negara, anggota masyarakat, anggota keluarga, pekerja, konsumen, dan seterusnya. la tidak saja harus mampu melaksanakan rencana hidup dan rencana pribadi yang dibuatnya, tapi juga harus mampu bertindak dalam skala yang lebih besar.

Kompetensi kedua adalah menggunakan alat secara interaktif.

8

Pengertian alat di sini mencakup wilayah yang sangat luas. Selain alat kebendaan, juga bahasa, simbol, dan informasi. Alat tidak hanya menjadi indikator pasif, tetapi secara instrumental menjadi bagian dari dialog interaktif antara individu dengan lingkungannya. Hal ini mencakup kemampuan (1) menggunakan bahasa, simbol, teks dan informasi secara interaktif, dan (2) kemampuan menggunakan pengetahuan dan keterampilan secara interaktif, dan (3) kemampuan menggunakan teknologi baru secara interaktif pula.

Kompetensi ketiga adalah kemampuan bersosialisasi dalam masyarakat yang multi-kultur. Kompetensi interpersonal dalam kehidupan sosial ini sangat relevan untuk menciptakan modal sosial. Intinya adalah bagaimana: (1) berhubungan baik dengan orang lain, (2) bekerja sama, dan (3) mengelola dan menyelesaikan konflik sebagai aspek bawaan dari hubungan antar manusia, terutama dalam negara yang multi-etnik dan multi-kultural seperti Indonesia.

Hadirin yang saya hormati,Bangsa Indonesia yang multi kultur sangat diuntungkan dalam pembelajaran bahasa Inggris. Misalnya, bagi kebanyakan anak SD di daerah-daerah, bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua, bahkan di daerah-daerah tertentu, bahasa Indonesia adalah bahasa asing. Bagi anak-anak ini, bahasa pertama yang mereka kenal, pelajari, dan gunakan sehari-hari adalah bahasa daerah. Demikianlah, masa-masa formatif belajar bahasa Indonesia dilalui secara alami, yang merupakan fondasi kecakapan komunikasi bagi anak sekaligus sebagai bahasa persatuan.

9

Demikian pula halnya dengan pembelajaran bahasa Inggris di SD. Selama masa formatif ini, anak akan menggunakan momen-momen keseharian sebagai penemuan bagi anak untuk menggunakan bahasa Inggris sehari-hari. Dengan demikian, anak menggunakan pengalaman tersebut untuk belajar bahasa Inggris. Untuk tujuan ini, Direktorat Pembinaan TK dan SD menjalin kerjasama dengan the British Council Jakarta dengan tujuan meningkatkan mutu pembelajaran bahasa Inggris di SD melalui seminar peningkatan pembelajaran bahasa Inggris, seminar pembelajaran bahasa Inggris terpadu dengan mata pelajaran, dan identifikasi bahan ajar bahasa Inggris untuk murid SD.

Hadirin yang saya hormati,Menurut satu penelitian yang dipublikasikan oleh British Council, Inggris, penduduk dunia sudah bertambah dua kali lipat sejak 1950. Diperkirakan, pada 2050 jumlah penduduk dunia mencapai lima kali lipat dibanding 1950! Ini artinya, jumlah pengguna bahasa Inggris juga meningkat lima kali lipat. Konsekuensinya, anak yang tidak menguasai bahasa Inggris tidak bisa menikmati peluang tersebut. Sekaitan dengan ini, Departemen Pendidikan Nasional berkomitmen untuk memastikan bahwa seluruh kegiatan dan dampaknya menjamin pembangunan agar berkelanjutan (Education for Sustainable Development). Dalam kerangka ini, dan juga mengantisipasi hal di atas, kebutuhan terhadap penguasaan bahasa Inggris tidak terelakkan—ia mutlak diperlukan sebagai tool bagi setiap orang.

Tahun 2008 merupakan tahun yang sangat menentukan bagi anak SD dalam kancah matematika di tingkat dunia. Pada tahun inilah anak-anak SD berhasil menggondol medali terbanyak selama tiga tahun terakhir. Simak saja, dalam Elementary Mathematics International Contest Indonesia meraih 5 emas dan

10

1 perak (Hongkong), dan meraih predikat “The Best Overall Team” sebagai Grand Champion. Harus dicatat, Indonesia hanya boleh mengirimkan 2 tim dari total 43 tim, karena keikutsertaan Indonesia masih relatif baru, sedangkan negara lain mengirimkan lebih dari dua tim. Kemudian, pada ajang International Mathematics Competition 2008 di Chiang Mai, Thailand, Indonesia berada di peringkat ke 3 dari 25 negara peserta dari seluruh dunia, dengan membawa pulang 3 emas, 17 perak, dan 22 perunggu. Di tingkat ASEAN dalam forum Asean Primary School Science Olympiad, Indonesia berhasil menduduki peringkat pertama. Mereka semua – anak-anak dan pemandunya – berperan, berinteraksi, dan berproses dalam kegiatan menggunakan bahasa Inggris. Dan tentunya Anda bisa membayangkan, bagaimana peran bahasa Inggris.

Demikian yang dapat saya sampaikan. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih pada para trainer dan speaker dalam acara ini. Akhir kalam, saya ucapkan selamat mengikuti acara yang sangat bermanfaat ini.

Wassalaam mualaikum wr. wb.

Terima kasih.

11

OPENING SPEECH OF THE DIRECTOR OF TK & SDEnglish Learning Development Simposium

Jakarta, 25 May 2009(Mudjito AK)

Our distinguished guest, Mr. Keith Davies, Director British CouncilOur best working partner, Mr. Christian Duncumb, Director of English Education British CouncilOur honorable guest, Mr. Andrias Soesilo, Manager Education UKBu Itje Chodidjah our best partner.Bu Sanni Susanti, the one who makes this workshop a reality,Our colleagues para Kasubdit and Kasi, and all of the audience Welcome to this Workshop, an opportunity for us to see each other, to share, and to learn from each other.

We ask you to believe that Indonesia will someday become a developed and welfare state. Indonesians will become an independent, productive, and competitive people who could manage natural and other resources for the attainment of short-, medium-, and long-term economic growth. This is some of the promise of all of the president candidates.

If we assume that our real economic growth rate reaches 7.62 percent, inflation rate 4.94 percent, and population growth average 1.12 percent per year, by the year 2030 the population will reach 285 million and gross domestic product reaches 5.1 trillion US dollar. In this context, education will lay the foundation to a sustainable development.

12

Ladies and gentlemen:Please let me draw your attention to educational context. The very question is: What are the competencies for Indonesians to reach the above dream?

If we carefully observe, Indonesian societies are experiencing diverse, complex and acute problems as the consequence of rapid and uncertain social and technological transformations. The effects of globalization are so vehement that they give a violent push to every space of our life. Globalization also directly impacts on continuous social change, within which democratization keeps on searching its form and order.

I think we all agree that education is, broadly speaking, an investment and very crucial asset, for individuals as well as society at large. Education is believed to be a force that could change social life. There is much empirical evidence suggesting that education could improve welfare and productivity, and advance social and political life of a country. Above all of these, education is a very fundamental human right that unleashes them from the chain of ignorance.

So important is the role of education that a curriculum for the future has always become a heated topic discussed in almost all countries. It surely has been so in Indonesia. Issues on curriculum always become the focus of attention of many people, especially in times where we are implementing a school-based curriculum (KTSP).

In every turn of a curriculum change, the public are there debating. So far Indonesia has adopted several curricula. During

13

New Order era, there were four changes of the curriculum, that is curriculum 1968, 1975, 1984, and 1994. During this era, curriculum had become solidly a political subordination. After reform movement, a new curriculum was adopted, which was popularly known as competence-based curriculum (2004). This curriculum later becomes school-based curriculum (KTSP), which requires teacher’s creativity and ability to implement. KTSP has been designed to meet the challenges the Indonesia people will face in the future.

It should be noted, however, that we need to develop a set of ideal competencies with which to achieve desired goals, since relying on the basic competencies registered in the KTSP may not suffice. A question, then, emerges: Besides the basic competencies registered in the curriculum, what are other competencies relevant to each individual to lead a successful life and responsible to society for the present and future?

Surely this is not a simple question that each of us could answer. The problem is we have to formulate a set of key competencies for each individual to lead a successful life and effectively participate in every aspect of life. Given that there have been basic competencies to achieve out of the curriculum, it is necessary to enrich the existing competencies with those acceptable to become world citizens. These competencies are often served in schools that societies often refer to Internationally Standard School.

Ladies and Gentlemen:Within an inter-disciplines and reflective, integrated, and holistic approach, countries under Organization for Economic Co-

14

operation and Development (OECD) have formed an international foundation to formulate the required key competencies. After years of long, continued and heated debates, they came to a conclusion, that there are three categories of key competencies which everyone needs to lead a successful and responsible life. These are (1) act autonomously, (2) utilize tools interactively, and (3) function himself or herself in heterogeneous social groups.

To act autonomously, one does not need to isolate herself or himself. Indeed, every individual is required to manage his / her life meaningfully by engaging actively for his/ her life. To reach this competence one needs to advance herself or himself as a subject which has to take the risk to be responsible as a citizen, a member of society, a member of a family, a worker, a consumer, at cetera. He / she not only has to implement his/her life and personal plans, but also has to be able to act in larger scale.

The second category of key competence is utilizing tools interactively. The word “tools” implies a broader significance. Besides tangible tools, also included in this significance are language, symbol, and information. Tools do not merely designate passive indicators, but they become an instrumental part of interactive dialog between individual and the environment. Thus, utilizing tools interactively means (1) using language, symbol, text and information interactively, (2) ability to use knowledge and skills interactively, and (3) use a new technology interactively.

The third category of key competence is the ability to socialize in a multi-culture society. This interpersonal competence in social life

15

is very relevant in creating social capital. This competence means (1) interact well with other people, (2) cooperate, and (3) manage and handle conflicts as inherent aspects of human interaction, especially in a multi-ethnic and multi-culture society such as Indonesia.

Ladies and Gentlemen:The Indonesian people as a multi-culture society could benefit from its conditions in learning English. For example, for many children in many areas, Bahasa Indonesia is a second language; even in very outlying areas, Bahasa is considered a foreign language. For the latter children, the very language that they know, learn, and use everyday is local dialect. That is the formative years of learning Bahasa – they live it naturally. Those years become foundation of learning a language.

So is the case with learning English for many children in SD. During these formative years, children will live and utilize daily moments as discoveries for them to use English every day. Children will use their experience when learning Bahasa in learning English. To improve the quality of English learning in primary schools, the Directorate of Kindergarten and Primary School Education entered into collaboration with the British Council Jakarta. As initial steps, both parties jointly conducted a series of seminars, one in English learning improvement and the other in content and language integrated learning. These steps were than followed by primary teaching and learning materials identification and development, and a series of training.

There will also long-term benefits in learning English in SD. According to a study published by the British Council, the world

16

population has been doubled since 1950. It is estimated that by 2050 the world population will be five times than that in 1950! This signifies that the number of people that use English will be five times! Consequently, children that do not use English will not benefit from these opportunities. In line with this, the Ministry of National Education is committed to insure that all activities and the impacts therein sustain the development, a global paradigm universally called Education for Sustainable Development (ESD). It is within the framework of ESD, and also in line with other development aspects, the need for English mastery is unavoidable – it is a tool for everyone.

Ladies and Gentlemen:

Let me share what the Directorate has achieve this year in the international forum. The year 2008 has become a decisive moment for children of primary schools. It is in this year that the children grabbed the most medals in international arena of Mathematics and Science, compared to the previous three years. For example, in Elementary Mathematics International Contest in Hong Kong, Indonesian children took 5 gold medals and 1 bronze and were awarded “The Best Overall Team” as Grand Champion. Care should be noted: Indonesia was permitted to send only two teams from the planned 43 teams, since Indonesia’s membership to this league is relatively new. Other countries sent more than 2 teams. Similar achievement was won in International Mathematics Competition 2008 in Chiang Mai, Thailand, where Indonesia ranked third out of participating 25 countries from around the world. At ASEAN level, Indonesia ranks first in Asean Primary School Science Olympiad. All this active participation,

17

interaction, and process were done in English. And surely you could imagine how the role of English mastery is.

Ladies and Gentlemen, that’s all what I could share with you this evening. Once again, thank you to all the trainers and speakers. I wish you a fruitful and beneficial event.

Wassalaamu alaikum wr. wb.

Thank you.

18

English in SD in Indonesia:What is NOW and What will be the FUTURE

Itje Chodidjah

The Objective of the symposium:

• To Share

• To discuss

• To analyse

• To produce

Simposium ini secara khusus bertujuan untuk:• Berbagi pengalaman tentang praktik

penyelenggaraan pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia;

• Membahas isu yang berkembang sekitar perencanaan, dan pelaksanaan pelatihan guru yang lebih terstruktur;

• Menganalisa berbagai sumber dan informasi yang diperoleh dari penelitian dan best practice dalam rangka peningkatan kualitas penyelenggaraan dan pembelajaran bahasa Inggris di SD.

• Menghasilkan beberapa paket pelatihan dan pengembangan guru bahasa Inggris di SD di propinsi yang selama ini tergabung dalam proyek pengembangan ini

19

The talk will focus on the following notions:

• Proyek Pengembangan pembelajaran bahasa Inggris di SD di 10 propinsi oleh Direktorat TK SD dan British Council

• Pengembangan video untuk tujuan pembelajaran di SD

• Penelitian mengenai pelatihan bagi guru bahasa Inggris yang dilakukan oleh DKI Jakarta sebagai model

• Training Classroom Language oleh British Council

• On line materials kerjasama British Council Pustekom

• Pengembangan on line teacher training

20

Hasil yang diharapkanResources atau Sumber Daya yang dimiliki oleh Departemen Pendidikan Nasional maupun yang dimiliki oleh British Council dapat disinergikan guna percepatan peningkatan kualitas guru melalui pola teacher training yang relevan dan aplikatif.

Primary Innovation Project, Opened on 3 April 2009 by Director of TK & SD

NOTION

DIREKTORAT TK&SD

BRITISH COUNCIL

Participants in the project

6 propinsi yaitu NAD, Mataram, Yogyakarta, Kalimantan Timur, Bali, Keepulauan Riau

6 propinsi yaitu Sulawesi Selatan, Jawa Timur, DKI Jakarta, Kalimantar Timur, Yogyakarta, Jawa Barat

Training yang dikembangkan

Pelatihan Master Trainer (disebut Fasilitator) – 30 jam

Pelatihan Trainer (disebut Pemandu Bidang Studi atau PBS) – 3 phase yang terdiri dari 2 X 96 jampel + 48 jampel, yaitu 180 jam

Pelatihan Trainer dalam 3 phase dan kegiatan interphase diantara phase 1 dan 2; diantara phase 2 dan 4; diantara phase 3 dan 4

Jumlah total jam tatap muka 180 jam

21

Dari pelatihan yang dilaksanakan oleh Direktorat terdapat

• 18 orang Master Trainer dengan 45 jam pelatihan

• 10 orang trainer di setiap propinsi yang tergabung

• 120 orang guru yang memperoleh pelatihan di setiap propinsi yang tergabung

British Ciuncil PIP - ToT

• There are now 17 well trained trainers ready to do teacher training for primary English teachers– From LPMP : 4 namely Jatim, Kaltim. Sulsel, DKI.– Teachers:

• 4 from DKI• 3 from Kaltim• 3 from Jatim• 2 from Sulsel

– 1 lecturer from UPI Bandung

• They are on phase IV of the projects

22

English Trainer/Teacher Training Research by Coralyn Bradshaw

Collaboration British Council and Indonesia Ministry of National Education

Provinces visited

• Yogyakarta 16th – 18th November 2008

• Bali on 22nd and 23rd November 2008

Yogyakarta

• Core trainer training attended by 10 core trainers

• Discussion with master trainers

Limited knowledge on teaching YL – need manual

More training on how to deliver training

• Discussion with core trainers

78 from 120 teachers have very little English but they are permanent teachers

Core trainers have good English but with limited understanding on teaching YL that trouble them especially in

– giving instruction which is actually the core of teaching YL

– Modeling a lesson

– Observing class

• Discussion with Dinas Pendidikan DIY

Positive attitude and fund has been allocated for 2009

23

Bali

• Master Trainers : 2 are very proficient and 1 has littleEnglish

• None of the core trainers are permanent teachers with English background and experience of teaching children

• 70 % of 120 teachers are non permanent teachers and only 30 % permanent

Overall Recommendation

• Training Logistic

• The content of the training

• Future Actions

The logistics of the training programme

• There should be compulsory English lesson for the core trainers, and language classroom course based on school syllabus for the teachers.

• A practical Primary Teachers’ Resource Book should be developed. This book should include suitable songs/ stories/ games, and provide teachers with immediately useful teacher’s notes and lesson plans. The resource book would also act as a training tool for teachers.

• Full time training for the master trainer and the core trainer should be carried out.

24

• Primary English Teacher Training Programme to be implemented in Indonesian teacher training institutions could be designed with the aid of the British Council ELT consultants, and could draw on the ToT trainers programme, which is currently being delivered by the British Council in Jakarta.

Suggestion from Coralyne

• the master trainers would appreciate more training input on how to facilitate training sessions. In particular how to set up and run peer teaching sessions, using effective and directive constructive feedback techniques.

• the master trainers also felt that they themselves needed more training experience in peer teaching, so that they themselves could more effectively demonstrate activities and classroom management techniques.

The content of the training programme

• The content for master and core trainer should include more aspects on how to deal with trainer (how to give feedback, reflect, formal/informal assessment, observation, etc)

• It can refer to the British Council TOT training materials with some adjustment

Future Actions

• British Council and MONE may set up a working group to revisit the programme and design the future training

• ToTs in the BC training (currently in phase 2 from 3) can be use as resources for future training

• A Symposium is planned to get information from all parties involved

25

• Provinces can develop their strategic planning under direction of Directorate for TK SD (based on DKI research findings by David Hayes)

From participant of SMP teacher South Sulawesi

• Banyak pengetahuan tentang tehnik pembelajaran bahasa Inggris pada siswa SD & SMP yang efektif, pengembangan diri & profesi.

• Pengetahuan tentang pelaksanaan pelatihan pengembangan kemampuan.

Suggestion to give the same training they experienced to others:

DKI Jakarta LPMP

• Dinas Pendidikan DKI sebaiknya melakukan pelatihan seperti pelatihan yang telah kami dapatkan.

• Seperti yang kami ketahui, Diklat bahasa Inggris guru SD selama ini memperhatikan pada pendalaman materi bahasa Inggris untuk guru, tidak memperhatikan pembelajaran bahasa Inggris untuk young learners seperti yang kami dapatkan pada training di British Council.

From participant of DKI Jakarta

• Sebagai trainer kami juga dibekali pengetahuan dan ketrampilan bagaimana merancang sebuah training yang sesuai bagi guru bahasa Inggris di SD, dengan referensi yang tepat.

• Pembinaan yang diberikan efektif dan berkesinambungan

26

From participant of Yogyakarta

• British Council untuk selalu mendukung kami dengan memberikan ide & kesempatan untuk bisa meningkatkan kualitas diri dan juga kualitas pendidikan.

• Apply workshop didaerah saya dengan design woorkshop seperti PIP ini.

From participant of LPMP East Kalimantan

• Sangat bermanfaat bagi para guru Sekolah Dasar yang masih banyak belum tahu benar bagaimana pembelajaran bahasa Inggris untuk anak

• Diknas propinsi memberdayakan kami dengan memberi dukungan dengan memfasilitasi kami untuk mengadakan workshop di wilayah Kalimantan Timur untuk membantu meningkatkan kualitas guru – guru bahasa Inggris dalam proses belajar – mengajar menjadi lebih kreatif, inovatif dan menarik bagi murid – murid SD sehingga mudah memahami.

• Trainig yang telah diberikan sangat bermanfaat bagi diri untuk peningkatan profesi kami sebagai guru SD yang tidak berdaya menjadi guru yang dihargai.

• Dampak training sebagai Trainer & Guru SD sangat relevant karna sebagai ttrainer dapat merasakan langsung bagaimana caranya mengajar bahasa Inggris di SD. Namun ada dilemaa antara tugas kami sebagai guru yang harus tetap berada di dalam kelas untuk mengajar, tetapi satu visi kami juga harus meninggalkan kelas bila sedang memberikan training kepada guru.

Ideas from trainer LPMP Sulawesi Selatan.

• Harapan kepada Dinas Pendidikan provinsi dan kabupaten / kota Dinas agar ada kerjasama dan tindak lanjut dalam pelaksanaan workshop / training bagi guru bahasa Inggris SD yang didanai oleh APBD masing – masing melalui Dinas Pendidikan secara terprogram dan berkelanjutan

27

• Agar ada tindak lanjut dari kegiatan ini berupa MOU dengan Dinas Pendidikan provinsi atau kabupaten / kota tentang pelatihan guru Bahasa Inggris SD..

Ideas from teacher UPI.

• Training ini telah dirancang dengan sangat baik dengan mempertimbangkan kebutuhan keinginan dan karakteristik pesertanya.

• Memiliki hubungan yang logis, tim trainer yang terlibat, kerjasama yang sangat baik, saling mengisi dan selalu berkesinambungan.

• Dari sekian banyak training yang pernah saya ikuti, PIP memiliki keunggulan ketrampilan dan pengetahuan yang mendalam mengenai participatory training.

• Peserta training dipantau kemajuannya tidak hanya pada saat training tetapi juga pasca training.

• Kegiatan / sesi yang disampaikan tidak hanya berupa teori tetapi aplikasinya dikelas.

Summary

Harus ada upaya peninjauan terhadap materi dan model pelatihan dari kedua institusi yaitu Direktorat Pendidikan TK SD dan British Council sehingga proyek percontohan ini tidak berhenti pada satu atau dua babak saja tetapi justru akan menjadi model yang dapat diadopsi oleh kota dan kabupaten nantinya melalui rekomendasi dari Dinas Pendidikan Propinsi

Bagaimana model adopsinya?????

Pemain utama saat ini sedang bersama di simposium ini untuk menentukan

Pengembangan video untuk tujuan pembelajaran di SD

• Video dari sembilan negara

• Mengenai pembelajaran di kelas

28

• Dibuat tanpa latihan

• Diiringi dengan catatan untuk pelatihan

• Alat penting untuk teacher training

• Hasil yang maksimum adalah disertai dengan pelatihan

Penelitian mengenai pelatihan bagi guru bahasa Inggris yang dilakukan oleh DKI Jakarta sebagai model

• Dilakukan oleh Prof David Hayes yang berkunjung 2 kali ke Jakarta meneliti Pelatihan Pengajaran bahasa Inggris di DKI Jakarta

• Hasil penelitian berupa usulan model pelatihan yang bisa diadopsi oleh kabupaten dan kota atau propinsi lainnya dalam mengembangkan pelatihan bagi guru bahasa Inggris yang kemampuan bahasa Inggrisnya masih kurang

Training Classroom Language oleh British Council

• Paket training yang merupakan bagian dari Access English project British Council yang juga dikembangkan di beberapa negara lain.

• Silabus training ini diperuntukkan bagi guru bahasa Inggris maupun non bahasa inggris

• Training ini bertujuan utama membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dalan bahasa Inggris secara efektif.

On line materials kerjasama British Council Pustekom

• Pengembangan materi ajar untuk level SD, SMP, SMA and SMK yang diambil dari British Council Global Product.

• Paket ini akan diupload melalui Jardiknas dengan judul Beyond the Classroom.

29

• Website ini mempunyai 4 kategori penting yaitu: Lesson plan; English for teachers; artikel untuk teaching methoodology; and discussion board

30

QUESTIONS FOR DISCUSSIONENGLISH EDUCATION FOR PRIMARY SCHOOL SYMPOSIUM

GRAND MENTENG HOTEL JAKARTA, 25-28 MAY 2009

Pertanyaan sebagai guidelines dalam diskusi. Pertanyaan – pertanyaan ini hanya sebagai alat Bantu untuk mengarahkan diskusi kita. Silahkan disusaikan apabila diperlukan.

Aspek Pengajar:

1. Dari kelas berapa rata-rata bahasa Inggris diajarkan di propinsi anda? Apakah rata-rata kualifikasi guru yang mengajar bahasa Inggris di propinsi?

2. Berapa perbandingan antara guru tetap dan guru honorer?

3. Apakah semua pengajar telah mendapatkan pelatihan?

4. Dalam hal pengajar, apakah yang merupakan tantangan utama?

5. Solusi apa saja yang telah dilakukan?

Aspek Kebijakan:

1. Apakah semua sekolah telah diwajibkan untuk mengajarkan bahasa Inggris?

2. Apakah tujuan utamanya?

3. Apakah propinsi atau kabupaten dan kota membantu sekolah dalam pembuatan KTSP?

4. Apakah sekolah memiliki gidelinesatau petunjuk pelaksanaan atau kurikulum yang diikuti?

5. Apakah hal ini diperlukan?

6. apabila diperlukan apakah dalam simposium ini kita perlu menyetujui guidelines seperti apakah yang diperlukan?

7. Apakah Dinas di kota atau di kabupaten atau KKG berpengaruh dalam menentukan assessment?

31

8. Silahkan ditambahkan hal hal lain yang diperlukan……..

Aspek Materi Ajar:

1. Adakah materi ajar bahasa Inggris di SD yang direkomendasikan?

2. Adakah materi yang disarankan?

3. Apakah materi yang akan dipakai diuji cobakan terlebih dahulu?

4. Apakah materi ajar yang ada mendukung pole pembelajaran yang komunikatif dan menyenangkan serta sesuai dengan pola perkembangan berfikir anak dalam belajar bahasa.

5. Apakah sekolah bebas memilih bahan ajar apa saja? Apakah ada petunjuk dalam pemilihannya?

6. Apakah ada kesinambungan antara materi ajar di SD dan di SMP?

7. Apakah para pengawas dan kepala sekolah memahami pola pembelajaran bahasa Inggris bagi siswa SD?

Lain-lain:

1. Apa saja yang telah membantu dalam pelaksanaan pengajaran bahasa Inggris di SD?

2. Siapa saja yang perlu dilibatkan?

3. Apa tindakan yang harus dilakukan untuk ke depan?

32

REKAMAN SYMPOSIUM OF ENGLISH EDUCATION FOR PRIMARY SCHOOL

Grand Menteng Hote Jakarta, 25-28 Mei 2009

Speech points from Mr. Christian Duncumb Some questions that we can discuss and get

the answers in this symposiumo What happen in the previous training last

yearo What things that can be shared each

others in terms of English education?o What strategy to make the children enjoy

their English learning o What kind of training could be develop to

meet the learning need Thanks to the Directoarate to make this

symposium happen

Opening speech from Pak Didik Prangbakat: Welcome to the symposium Thanks for the attendance English is an important communication Indonesia in a very low position in the human

development indext Indonesia in the strategic position in the world The important of education as well as English

education School-based curriculum is the recent policy

that is competency-based curriculum What are the other competencies outside the

school-based curriculum (KTSP) that meet the need in daily life in the global era

Dan seterusnya

33

Masukan dari kelompok I (Sulsel) Mengembangkan framework yang dapat

dipakai oleh semua kelompok ...... (lewat)

Masukan dari kelompok II (Kepri) Guru honorer bahasa Inggris kurang

termotivasi karena tidak diangkat sebagai CPNS maupun Guru Bantu/Kontrak;

Alternatifnya pembinaan lebih diarahkan kepada guru yang sudah PNS

Diusulkan ada kegiatan ”Students/Teachers English Camp’ yang berisi berbagai macam lomba/competisi/inovative dalam nuansa bahasa Inggris;

Masukan dari kelompok III (Bali) 60 sekolah di Bali dijanjikan oleh provinsi untuk

memutar CD pembelajaran yang dibeli melalui block grant bahasa Inggris, tetapi sampai saat ini belum terlaksana

Bahasa Inggris sebagai muatan lokal di Bali Sampai saat ini (2009) di Bali belum pernah

mengangkat guru bahasa Inggris untuk SD 70% peserta pelatihan bahasa Inggris bukan

guru tetap, 30% dari PNS tetapi kemampuan bahasa Inggris sangat rendah. Akibatnya pelatihan guru-guru (swasta) yang terlatih banyak yang meninggalkan program.

Yang terjadi di Bali guru bahasa Inggris berasal dari para Turis Guide sehingga bahasa Inggris

34

jadi terasa sulit oleh anak (karena guru ngoceh terus)

Direkomendasikan bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib.

Petunjuk teknis bahasa Inggris belum ada: sistem pengelolaan guru, pembelajaran, dan sebagainya

Rintisan bahasa Inggris di SD harus didukung oleh dana, program dan lain-lain sehingga nyambung antar semua yang terlibat (penyusun program, pelaksana teknis, pelaksana lapangan, penyusun materi, penyusun pedoman, dsb.);

Upaya dilakukan: untuk step awal yang penting anak-anak menyenangi bahasa Inggris, baru tahun berikutnya masuk ke materi, pada tahun ketiga dilakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah atau gugus.

Design pelatihan tahun 2009 didasarkan dana yang tersedia:

o Sosialisasi program ke sekolah & MoU pemberian bantuan

o Pencairan dana block granto Pelatihan PBS Io Pelatihan PBS IIo Pelatihan Guru (masih dalam rencana

karena karena tidak tersedia)o Pelatihan PBS III

Harapan cakupan dana block grant (21 juta): alat, buku, dan pelatihan

Masukan dari kelompok IV (Jawa Timur)

35

Pelatihan bahasa Inggris dibagi II: guru berlatar belakang bahasa Inggris

Pelatihan Guru Bahasa Inggris, bentuk pelatihan lebih banyak melakukan modeling, cara mengajar bahasa Inggris dan dilanjutkan dengan refleksi

Untuk guru yang tidak berlatar belekang bahasa Inggris, lebih banyak difokuskan pada persiapan mengajar

Pelatihan dengan modeling (belajar mengajar), kemudian diberikan feetback oleh peserta dan dilengkapi dengan real teaching

Masukan dari kelompok IV (Presenter: Tumijo) Dispok dimulai dengan brainstroming yang

akhirnya ditemukan masalah yang sama tapi juga ada yang tidak bermasalah

Program yang tidak bermasalah: pelatihan PBS karena mereka sudah diseleksi

Pelatihan guru (baik berlatar belakang bahasa Inggris & non), tahun lalu disamakan dan ternyata bermasalah;

Design pelatihan tahun 2009 dibedakan antara guru berlatar belakang bahasa Inggris dan non-bahasa Inggris;

Dibedakan paket A (untuk guru berlatar belakang non-bahasa Inggris – 48 jam) engan tekanan pada:

o The 4 skills of Englisho Teaching strategy or methodology for

teaching English for primary school children

36

o Lesson planningo Teaching practice (simulation or real

teaching)o On-service training

Paket B (Guru Berlatar belakang bahasa Inggris)

o Kebanyakan honorero Kemampuan bahasa Inggris rata-rata

sudah memadai, tetapi kemampuan mengajar belum tentu

o Titik beratnya pada teaching strategy for primary school

o Dilanjutkan lesson planning and teaching practice

o Model pembelajaran dan teknik pembelajaran perlu ditambahkan

o Dilengkapi on-service training, pelatihan lebih lanjut, dan kerjasama dengan lembaga lain yang relevan.

Komentar dari Bu Itje Banyak kesalahan di lapangan tetapi bersifat

masal Perbaikan lebih mudah dilakukan di sekolah

swasta karena relatif bebas dan ”tidak memiliki batasan”

Yang penting sekarang adalah isinya apa, dalam hal ini fasilitator mengambil peranan penting

Perlu digarisbawahi dari laporan kelompok:o Framework dari kelompok I dapat dipakai

oleh semua kelompoko Ide kompetisi untuk guru bahasa Inggris

37

o Perlu dipikirkan kembali untuk mewajibkan bahasa Inggris diajarkan di sekolah dasar

o Hasil research dari Coralyn perlu dilihat bahwa perlu ada perbaikan untuk pelatihan PBS

38

Training Design Group 1

TRAINING PENGUATANAIMS: FACILITATOR TRAINING:

o To raise awareness of facilitators’ personal and professional development

o To strengthen facilitators’ capacity in conducting training for PBS

PBS TRAININGo To raise awareness of PBS personal and

professional developmento To strengthen PBS capacity in conducting

training for teacherso To improve PBS competencies in planning,

implementing, and assessing the teaching and learning process

TEACHERS’ TRAININGo To raise awareness of teachers’ personal and

professional developmento To improve teachers’ competencies in planning,

implementing, and assessing the teaching and learning process

MOD

TITLE TOPICS TIME

KET

1 Personal & Professional Development

1. Your career pathways

2. Personal & professional development

3. Awareness of professional and personal development

5 hours

Fas., PBS, Teachers

39

MOD

TITLE TOPICS TIME

KET

4. Use of portfolios

2. Becoming a Trainer

1. What kind of trainer do you want to become?

1. Influences on Trainers and their roles

2. Becoming a Trainer: Acquiring New Skills

5 hours

Fas., PBS

3 Assessment

1. Evaluation, assessment, measurement and test

2. Assessment for learning (process)

3. Assessment of learning (product)

4. Feedback5. Rubric

Penilaian

5 hours

PBS, Teachers

4. Classroom Language

1. Overview of classroom language

2. starting and finishing a lesson

3. presenting new language

10 hours

Fas., PBS, Teachers

40

MOD

TITLE TOPICS TIME

KET

clearly4. Giving

instructions5. Asking

questions and eliciting

5. Planning Training

1. Summarizing information from teachers (NA)

2. Developing a framework

3. Writing aims and outcomes

4. Process and Procedure Options

5. Training assessment and evaluation

6. Reviewing and Trialling Parts of the workshop

5 hours

Fas., PBS

6. Analyzing Materials

1. Designing and organizing textbooks

2. Teacher-Material Relationship

3. Characteristics of YL textbooks

4. Textbook

10 hours

PBS, Teachers

41

MOD

TITLE TOPICS TIME

KET

ReflectionClassroom Observation & Reflection

1. Overview classroom observation & reflection

2. Developing classroom observation worksheets

3. Video session4. Observation

report

5 hours

Teachers

7. Peer Teaching

1. Planning Lessons

2. Implementing3. Reflecting

10 hours

Teachers

TOTAL 56 hours

42

REKOMENDASI:1. Direktorat

a. Disinergikan antara Program Rintisan Pembelajaran bahasa inggris di SD dari direktorat dan Primary Innovations Project dari British Council

b. Program yang dirintis sebaiknya berkesinambungan minimal 3 tahun

c. MoU antara Direktorat, BC dan dinas provinsi dalam implementasi program.

2. Dinas Pendidikan propinsia. Melaksanakan MoUb. Menyiapkan APBD untuk sustainibilitas dan

replikasic. Mendukung secara optimal pelaksanaan mulok

bahasa Inggris di SD dengan mengangkat guru bahasa Inggris yang berlatar belakang bahasa Inggris deserta sarana pendukung.

3. British Councila. Dukungan expert untuk programb. Menyertakan fasilitator pada kegiatan seminar

internasional

43

Training Design Group 2

A-240 Hour-TEYL Training

NO Course Strands Materials Time1 Phase 1 (90 hours)

Pendalaman materi pada 4 skills (Reading, Speaking, Listening, writing) berbahasa melalui topik-topik pembelajaran Bahasa iNggris SD

Topik: Numbers Colors Shapes Family Food and Drinks Animals Parts of the Body Time Things in The

Classroom Personal

Identification

60 hours

` Teaching english for Young learners

Characteristics of Young Learners

How Children Learn a Foreign Language

lIngkungan Kaya bahasa

10 hours

Classroom Language How to Start and Finish a Lesson

Giving Instructions Asking Questions

and Elicitation

20 hours

2 Phase II (90 hours) Pengembangan

Bahan Ajar dan Media Pembelajaran

How to select, develop, and design appropriate materials.

30 hours

44

NO Course Strands Materials Time Designing simple

media Innovative Teaching

Methods and Strategies

Games Songs Storry Telling Children Literatures

50 hours

Lesson Planning Designing clear and effective classroom activities

10 hours

3 Phase III (60 hours) Assessments Designing authentic

and ongoing assessments

15 hours

Micro Teaching Modelling (Video watching and discussions)

Segmental Teaching Practices

30 hours

Team Teaching in real Classrooms

Implementation of Theories and Teaching Practices

Evaluation

15 hours

TOTAL 250 hours

45

Training Design Group 3

RANCANGAN PELATIHANRINTISAN GURU BAHASA INGGRIS

(Symposium Mei 09)

PAKET A (GURU BERLATAR BELAKANG NON BAHASA INGGRIS, TETAPI SUDAH MENGAJAR BAHASA INGGRIS)

PHASE 1 (POLA 60 JAM PELAJARAN)Aim : Teachers are able to:

1. have understanding on the characteristics of young learners,

2. communicate in English well.

NO

TITLE TOPIC TIME

ALLOC.

1 Kebijakan Dinas Pendidikan

1.Kebijakan Pendidikan Bahasa Inggris SD

2

2 Children Characteristics

1. Characteristics of elementary school learners

2. How children learn L13. How to help learners

learn

322

3 English 1. English Curriculum 4

46

curriculum for elementary schools4 Profession

al development (Oral)

1. Listening2. Speaking

1012

5 Professional development (Written)

1. Reading2. Writing

88

6 Classroom language

1. Starting and finishing a lesson

2. Giving instructions3. Pronunciations

333

Total 60

PHASE 2 (POLA 60 JAM)

Aim: At the end of this training, teachers are able to: have good understanding on and apply effective strategies in teaching young learners in peer teaching situations.

NO

TITLE TOPIC TIME

ALLOC.

1 Kebijakan Dinas Pendidikan

1. Kebijakan Pendidikan Bahasa Inggris SD

2

2 Children’s characteristics

1. How children learn L1 and L2

2

3 Teaching and Approaches, methods, 647

learning strategies (1)

and techniques of TEYL (TPR)

4 Teaching and learning strategies (2)

1. Strategies in teaching listening

2. Strategies in teaching speaking

3. Strategies in teaching reading

4. Strategies in teaching writing

6664

5 Classroom language

1. Presenting a new language

2. Correcting learners

3. Asking questions and eliciting

446

6 Classroom management

1. Teacher-Pupil Relations: Creating a positive learning environments

2. Teacher communication strategies in the PELT classroom.

3. Using pair and group works in the PELT classroom.

2

2

2

7 Instructional media

Creating instructional media

4

8 Fun Teaching English through games and songs

4

TOTAL 60

48

PHASE 3 (POLA 60 JAM)

Aim: At the end of this training, teachers are able to apply effective strategies in teaching English to young learners (in peer teaching and real teaching environments).

NO

TITLE TOPIC TIME

ALLOC.

1 Kebijakan Dinas Pendidikan

1. Kebijakan Pendidikan Bahasa Inggris SD

2

2 English curriculum

1. Syllabus2. lesson planning

46

3 Strategies in teaching oral skills

1. Modeling of teaching listening

2. Modeling of teaching speaking.

3. Making lesson plans

4. Peer teaching

2248

4 Strategies in teaching reading

Modeling of teaching readingMaking lesson plansPeer teaching

246

5 Strategies in teaching writing

Modeling of teaching writingMaking lesson plansPeer teaching

246

49

4 Teaching strategies

Real teaching 8

TOTAL 60

50

PAKET B (GURU PENGAJAR BAHASA INGGRIS SD YANG BERLATAR BELAKANG BAHASA INGGRIS)

PHASE 1 (POLA 60 JAM PELAJARAN)

Aim: At the end of this training, teachers are able to: have good understanding on and apply effective strategies in teaching young learners in peer teaching situations.

NO

TITLE TOPIC TIME ALLOC.

1 Kebijakan Dinas Pendidikan

1. Kebijakan Pendidikan Bahasa Inggris SD

2

2 Children’s characteristics

2. How children learn L1 and L2

2

3 Teaching and learning strategies (1)

Approaches, methods, and techniques of TEYL (TPR)

6

4 Teaching and learning strategies (2)

1. Strategies in teaching listening

2. Strategies in teaching speaking

3. Strategies in teaching reading

4. Strategies in

6664

51

teaching writing5 Classroom

language1. Presenting a new

language2. Correcting learners3. Asking questions

and eliciting

446

6 Classroom management

1. Teacher-Pupil Relations: Creating a positive learning environments

2. Teacher communication strategies in the PELT classroom.

3. Using pair and group works in the PELT classroom.

2

2

2

7 Instructional media

Creating instructional media

4

8 Fun Teaching English through games and songs

4

TOTAL 60PHASE 2 (POLA 60 JAM)

Aim: At the end of this training, teachers are able to apply effective strategies in teaching English to young learners (in peer teaching and real teaching environments).

NO

TITLE TOPIC TIME

ALLOC.

52

1 Kebijakan Dinas Pendidikan

1. Kebijakan Pendidikan Bahasa Inggris SD

2

2 English curriculum

1. Syllabus2. lesson planning

46

3 Strategies in teaching oral skills

1. Modeling of teaching listening

2. Modeling of teaching speaking.

3. Making lesson plans4. Peer teaching

2248

4 Strategies in teaching reading

1. Modeling of teaching reading

2. Making lesson plans3. Peer teaching

246

5 Strategies in teaching writing

1. Modeling of teaching writing

2. Making lesson plans3. Peer teaching

246

4 Teaching strategies

Real teaching 8

TOTAL 60

Members : Tumijo (DIY), Rusydi (Aceh), Hary (Kaltim), Darwis Sasmedi (LPMP Sulsel), Boedi (Riau), Haslinda Erlina (P4TK BHS), I Ngurah Mitia (Din. Pendidikan NTB)

53

Training Design Group 4

MODEL PELATIHAN(Group 4)

AIMS AND OBJECTIVES

Aims:

By the end of the training, the teachers improve competency in teaching English for primary students

Objectives To improve teachers’ English competency To improve teachers’ teaching English competency

GURU YANG TIDAK BERLATAR BELAKANG BHS. INGGRIS

1. MODELING

Content : Topik-topik pembelajaran Bahasa Inggris SD (greetings, part of the body, time, daily activities, numbers, colours, animals, foods and drinks, etc.)

How : Treat participants as SD students

Time : 50-80 jam

2. REFLEKSI

Content : Refleksi pengalaman dalam modeling.

How : group discussion in circles, given some guide questions (How do you feel?), then presented in class

Time : 20-40 jam

3. INPUT BAHASA

Content : based on reflection including greetings, part of the body, time, daily activities, numbers, colours, animals, foods and drinks, which are extended, and classroom language

54

How : activity-based learning (PPP)

Time : 160-200 jam

4. PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN

Content : Syllabus,RP, Activities, material, media, assessment.

How : activity-based learning (PPP)

Time : 50-80 jam

5. PEER TEACHING AND REFLECTION

Content : Practice in peer teaching

How : Micro and peer teaching, discussion

Time : 100-120 jam

6. REAL TEACHING

Content : Practice teaching

How : Teaching on site (in groups)

Time : 30 jam (paralel)

Komentar Panitia Symposium:

Total 410-650 jam 41-65 hari 8-13 minggu (@5 hari) 2-4¼ bulan (full days)

GURU YANG BERLATAR BELAKANG BHS. INGGRIS

Langkah-langkah yang dilakukan sama, namun porsi input bahasa dikurangi (100-120 jam) dan input pedagogik ditambah.

55

SARAN/REKOMENDASI

1. Depdiknas

Memberi formasi recruitment untuk guru Bhs. Inggris SD.

Menyiapkan program pelatihan Bhs. Inggris untuk guru kelas.

Menyediakan juklak/juknis dalam pelaksanaan pembelajaran Bhs. Inggris SD

2. Pemda

Mengalokasikan dana untuk pelatihan guru Bhs. Inggris SD.

Mengalokasikan dana untuk pengadaan bahan ajar dan media Bhs. Inggris SD.

Menetapkan kebijakan bidang pembelajaran yang relevan dengan hakikat Bhs. Inggris di SD (tidak ada test tulis untuk siswa kls. 1-3)

3. British Council

Memperbanyak master trainer tingkat propinsi

Memberikan teachers training untuk tingkat kabupaten.

Memberikan sumber belajar dan media bagi guru Bhs. Inggris SD.

56

Training Design Group 5

Pelatihan FasilitatorAIM By the end of the course the facilitators will be equipped with knowledge and practical skill in teaching English for young learners.

No

Materi Focus Alokasi

Waktu

A Program Umum 8 1 Developing

Workshop Framework

(1) Objective of Course;

(2) Participant’s Expectation;

(3) Rules of Engagement

2

2 Facilitating Teacher Learning

(1) Creating Learning Atmosphere

2

3 Becoming a Trainer

2

4 Personal and Professional Development

2

B Program Pokok 521 Classroom

Language10

2 Materials Development

6

3 YL Assessment 64 Classroom 8

57

Management5 Strategi dan

Metode Pembelajaran

1) Assisting Children’s Grammar Development;

2) Developing Oral Skills;

3) Developing Reading Skill

12

6 Classroom Observation (Video Viewing)

6

7 Games, Songs and Story Telling

4

C Program Penunjang

0

1 Peer Teaching and Reflection

0

Total 60

58

Pelatihan PBS Tahap IAIM By the end of the course, the PBS will be equipped with knowledge and practical skills in teaching English for young learners. No

Materi Focus Alokasi

Waktu

A Program Umum

8

1 Developing Workshop Framework

2

2 Facilitating Teacher Learning

2

3 Becoming a Trainer

2

4 Personal and Professional Development

2

B Program Pokok

72

1 Classroom Language

10

2 Materials Development

10

3 YL Assessment

10

4 Classroom Management

14

5 Strategi dan Metode

(1) Assisting Children’s

14

59

Pembelajaran Grammar Development;

(2) Developing Oral Skills;

(3) Developing Reading Skill

6 Classroom Observation (Video Viewing)

6

7 Games, Songs and Story Telling

6

C Program Penunjang

12

1 Peer Teaching and Reflection

12

Total 96Pelatihan PBS Tahap II

AIM By the end of the course, the PBS will be equipped with knowledge and practical skills in teaching English for young learners. No

Materi Focus Alokasi Waktu

A Program Umum 8 1 Developing

Workshop Framework

2

2 Facilitating Teacher Learning

2

3 Becoming a 2

60

Trainer4 Personal and

Professional Development

2

B Program Pokok 721 Classroom

Language10

2 Materials Development

10

3 YL Assessment 104 Classroom

Management14

5 Strategi dan Metode Pembelajaran

(4) Assisting Children’s Grammar Development;

(5) Developing Oral Skills;

(6) Developing Reading Skill

14

6 Classroom Observation (Video Viewing)

6

7 Games, Songs and Story Telling

6

C Program Penunjang

12

1 Peer Teaching and Reflection

12

Total 96

61

Pelatihan PBS IIIAIM By the end of the course, the PBS will be equipped with knowledge and practical skills in teaching English for young learners. No

Materi Alokasi

Waktu

A Program Umum 8 1 Developing Workshop Framework

(Objective of Course; Participant’s Expectation; Rules of Engagement)

2

2 Facilitating Teacher Learning 2

3 Becoming a Trainer 2

4 Personal and Professional Development

2

B Program Pokok 721 Classroom Language 102 Materials Development 103 YL Assessment 104 Classroom Management 14

5 Strategi dan Metode Pembelajaran (Assisting Children’s Grammar Development; Developing Oral Skills; Developing Reading Skill)

14

6 Classroom Observation (Video Viewing)

6

7 Games, Songs and Story Telling 6

C Program Penunjang 121 Peer Teaching and Reflection 12

62

Total 96

63

Recommendations to the Government1. Pengangkatan guru bahasa inggris di SD sebagai PNS.2. Menjadikan Bahasa Inggris sebagai pelajaran mulok wajib.3. Membuat guideline pembelajaran bahasa Inggris SD yang jelas,

baku dan berlaku di seluruh Indonesia dan memepertegas regulasi kelas pembelajaran bahasa inggris ( mulai kelas 1 atau kelas 4 ).

4. Memperluas wilayah rintisan pembelajaran bahasa ingris ke daerah lain.

5. Menyusun program pelatihan Bahasa inggris yang konsisten,berkelanjutan, dan tuntas dengan dana yang memadai.

6. Adanya monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program sampai pada level sekolah

Members1. Drs. Kamaludin Yusra, MA, PhD (FKIP Unram, Fasilitator NTB)2. Imam Zarkasi (SMPN 2 Luajanan Kaltim -Fasilitator Kaltim)3. Katemi (SDN Menteng O1 Jakarta )4. Wahyu Taqwani (SMPN 6 Banda Aceh, Fasilitator NAD)5. Rudy Trisno (SDN Kebon Jeruk, Jakarta Barat)6. Uswatun Hasanah (SDN Kebon Jeruk 16 Jakarta Barat)7. Drs. I Dewa Sugiarta (Dinas Pendidikan Bali)

64

DAFTAR PESERTA SIMPOSIUMENGLISH EDUCATION IN PRIMARY SCHOOL IN INDONESIA

GRAND MENTENG HOTEL JAKARTA, 25 – 28 MEI 2009

NO

NAMAPROV

INSI

PHONE/MOBILE

EMAIL

1Itje Chodijah

British C.

0816703879

[email protected]

2 Abdul Mukti

Direktorat

081383428123

[email protected]

3 Ngadirin

Direktorat

08128180652

[email protected]

4Susanti Sufyadi

Direktorat

081387745556

[email protected]

5Lanny Anggraini

Direktorat

08159355602

[email protected]

6 Rusydi NAD 085277750

[email protected]

7Wahyu Taqwani

NAD081360690633, 0811687955

8Asnawi Muslem

NAD 081360266522

[email protected]

9 Hendri Naldi Kepri 081364447

[email protected]

10

Boedi Kristijorini

Kepri 081270050086

[email protected]

65

NO

NAMAPROV

INSI

PHONE/MOBILE

EMAIL

11

Alfida Hasan Kepri 081364653

[email protected]

12

Munawir DIY 081794199

[email protected]

13

Kristyowati DIY 081125039

[email protected]

14

Tumijo DIY 081794388

[email protected]

15

Agung Marhaeni

Bali 0817567427

[email protected]

16

Luh Putu Artini

Bali 081337212460

[email protected]

17

I Nyoman Yahya

Bali08123994073/ 03618561534

[email protected]

18

Imam Jarkasi

Kaltim

081346661482

[email protected]

19

Heri Gunawan

Kaltim

081347836092

[email protected]

20

Hj.Nurhayati

Kaltim

081350368845

[email protected]

21

Sahuddin NTB

08175703516/ 0370.672534

[email protected]

22

I Made Sujana

NTB 081805254505

[email protected]

2 Kamal NTB 081803769 angsowinda@hot66

NO

NAMAPROV

INSI

PHONE/MOBILE

EMAIL

3 uddin 687 mail.com

24

Christine Susanto

Jakarta

0818854275

[email protected]

25

Ahmad H. Amri

Jawa Timur

087859134144

[email protected]

26

Kartini Saade

Sulsel

08124212251/0411-448687

[email protected]

27

Kistono Jatim

08123220122/031-7311978

[email protected]

28

Darwis Sasmedi

Sulsel

081343702599/0411-873565/0411-873513

[email protected]

29

Katemi DKI

081384169967/021-31926228

[email protected]

30

M. Anshor Awaludin

Jakarta

085693387649/021-8400387

[email protected]

31

Wahyuni

Kaltim

081346235208/0541-260304/0541-262059

[email protected]

32

Mumtaza DKI

021-70053328/021-7239845

[email protected]

67

NO

NAMAPROV

INSI

PHONE/MOBILE

EMAIL

33

Didik Firmanto

DIY085228307715/0274-377645

[email protected]

34

Astuti Burama

DIY

35

I Ketut Wica Bali

086353248645/0361-264058

36

Syarifah

Jakarta

08561043754/021-7338662/021-73889627

syariifahh@@yahoo.com

37

Siti Eka Rakhma H.

DKI 021.92805647

[email protected]

38

Rudy Trisno DKI 081574414

7263

39

Uswatun Hasanah

DKI 08128614816

[email protected]

40

I Nengah Mitia

NTB081339591784/0370-645330/0370-622704

41

Dayang Budiarti

Kaltim

0541-744310/0541-744946

42

Jumantan

Kaltim

08125827207/0541-

68

NO

NAMAPROV

INSI

PHONE/MOBILE

EMAIL

745188/0541-744946

43

Haslinda Erlina

Jakarta

081210006943/8404891/7271034

[email protected]

44

Elly Sofiar

Jakarta

081310896642

[email protected]

45

Rum Hera Ria

British C.

087878006852

[email protected]

69