hasil ti india 2

10

Click here to load reader

Upload: donny-setiawan

Post on 25-May-2015

178 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Hasil ti india 2

HASIL STUDI TOUR KA INDIHE

SSAAT (society for social audit, accountability and transparancy) adalah lembaga pemerintah

negara bagian andhra pradesh, dibawa departemen pembangunan pedesaan yang melakukan audit sosial

terhadap program program pemerintah yang sifatnya melibatkan masyarakat. Disini ada proyek padat

karya ngabangun infrastruktur perdesaan, dll. Sebagaimana di Indonesia ada juga PNPM...

Awal sosial audit di india dimulai oleh 3 pemuda

(Arwa Roy, Nikhil Dey, Shankar Singh), dari kalangan kelas

menengah, yang baru pulang sekolah. Mereka pulang,

dan sepakat untuk tinggal di desa nya shankar Singh di

Rajashtan untuk merasakan kehidupan desa dan belajar

dari warga. Desa Shankar Singh tinggal merupakan desa

amat sangat miskin yang dihuni oleh buruh tani. Tanah

subur desa itu dikuasai oleh seorang tuan takur

(serius...ternyata tuan takur itu sebutan bagi tuan tanah).

Tuan takur yang ini jahat...dia menteror dengan kekerasan dan selalu meminta separuh dari hasil panen.

Prihatin dengan keadaan itu, mereka menggalang kekuatan buruh tani dan petani kecil, dan

menantang langsung tuan tanah tersebut. Singkat cerita, mereka berhasil merebut tanah dengan dukungan

pemerintah. Dan sebagai bagian dari perebutan lahan tersebut, pemerintah meluncurkan program

penghutanan lahan tersebut, yang pesertanya adalah perempuan (lahan diregister atas nama

perempuan...mengapanya, poho ditanyakeun). Disini gerakan mereka diberi nama sebagai MKSS.

Seiring berjalannya program penghijauan dari pemerintah itu, pemerintah memberikan honor

harian bagi mereka yang terlibat. Nya, semacam program padat karya penghijauan lah. Nah disini lah

dimulai sejarah audit sosial.

Ceritanya, para pekerja program padat karya penghijauan itu banyak yang merasa tertipu. Mereka

bekerja, kadang tidak dibayar penuh. Misal, jumlah hari yang dibayar kurang dari jumlah hari kerja.

Kemudian upah mereka hanya mendapatkan 6 rupees, sementara standar upah buruh pada umumnya

adalah 11 rupees. Lalu, ceritanya MKSS melakukan gerakan mogok makan, protes pada pemerintah yang

merupakan penyelenggara program penghijauan itu. Tuntutannya sederhana, naikan upah dari 6 rupees

jadi 11 rupees per jam.

Pemerintah kaget, dan mereka membela diri bahwa mereka sudah memberikan upah sesuai

standar. Mereka menunjukan bukti dokumen akuntasi (gaji, dll) yang membuktikan bahwa mereka udah

bayar buruh sesuai standar, yaitu 11 rupee per jam. Pendemo tidak percaya, mereka meminta copy

dokumen tersebut. Namun ternyata tidak diberi... Disini agenda MKSS berubah lagi, dari perebutan lahan,

ke kenaikan upah buruh tani, ke freedom of information.

Nikhil Dey & Vivek Ramkumar

Oleh: Ari Nurman (Perkumpulan Inisiatif)

Page 2: Hasil ti india 2

Sowmya Kidambe, Direktur SSAAT

Perjuangan menuntut freedom of information tidak mudah ditengah ketakutan birokrat

pemerintah India yang tidak kalah korup dibanding Indonesia. Singkat cerita, mereka kembali menang.

Perjuangan mereka berhasil dan berhasil menuntut pemerintah mengeluarkan undang undang tentang

kebebasan informasi yang substansinya sebagian besar berasal dari MKSS (tepatnya Nikhil Dey). Dan

berbekal undang undang tersebut, mereka mendapatkan dokumen yang dicari.

* * * * *

Setelah mendapat dokumen yang dicari (dokumen proyek, dokumen gaji, dll) mereka melihat

bahwa secara administratif semua dokumen menunjukan bhawa pemerintah sudah membayarkan upah

sesuai standar. Lalu mereka ngabring mendatangi orang orang yang namanya terdaptar dalam payroll itu.

Mereka mengecek, apakah mereka bener kerja, berapa hari kerja, dibayar berapa...mereka bikin data/list

temuan temuan... mulai dari proyek fiktif, sampai nama dan tandatangan fiktif.

Setelah dapat temuan, mereka bikin event publik hearing. Mereka undang pejabat pemerintah,

sehingga pelaksana program padat karya penghijauan ditingkat desa pun datang. Nah, pada saat publik

hearing itu, mereka meminta pelaksana program untuk mengumumkan "keberhasilan" program itu... Nah

disana lah si pelaksana program di permalukan. Ketika pelaku program mengumumkan, langsung disanggah

oleh para buruh dan pekerja program. Data temuan hasil audit mereka tandingkan dengan data pelaku

program. Singkat cerita, hancur lah kredibilitas pelaku program karena ketahuan kebohongannya.

* * * * * *

Nah, cerita itu dimulai 15 tahun lalu... Tapi itu lah awal

dari sosial audit. Keberhasilan MKSS ditiru warga lain di daerah

lain... menyebarlah senegara. Tapi tidak semua bisa bertahan,

ada yang sukses, ada yang hancur. Tapi MKSS sendiri sudah

kadung terkenal ditingkat nasional. Dan pendekatan MKSS ini

lah yang kemudian diadopsi oleh pemerintah Negara Bagian

Andhra Pradesh,India dengan merekrut mantan aktifis MKSS

(ternyata si vivek dan somya adalah mantan aktifis juga di MKSS,

cuman udah naik kelas). Pemerintah Andhra Pradesh mendirikan lembaga audit sosial yang diisi oleh

mereka (SSAAT, yg sekarang sowmya direkturnya), yang kemudian mereka diminta menggalang sosial audit

diberbagai program pemerintah.

MKSS nya sendiri masih ada di negara bagian Rajashtan...masih berupa organisasi tanpa bentuk,

kolektif kolegial (bahkan tanpa pemimpin!), tanpa donor, hidup dari sumbangan alumni yang "naik kelas",

dan dari jualan yang dilakukan kelompok usaha. Mereka mendirikan kelompok usaha, semacam koperasi,

yang berfungsi sebagai pengumpul hasil bumi dan menjualnya ke pasar dengan harga yang menguntungkan

bagi petani dan juga bagi mereka. Selain itu, mereka membeli barang dari pasar grosir, lalu mereka jual lagi

dengan sedikit margin pada anggotanya. Ini untuk anggota mereka agar anggota mereka bisa beli barang

Page 3: Hasil ti india 2

Job Card, buku tipis yang berisi informasi pemilik , data pekerjaan (lama kerja padat karya mereka, jenis kerjaan, lokasi, upah yg harus mereka terima) dan list hak mereka dalam proyek National Rural Employment Guarantee(NREG)

dengan harga lebih murah, juga untuk mencegah spekulan yang suka menaikan harga di pasar semena

mena...jadi semacam pelaku operasi pasar juga lah...

* * * * *

Saat ini SSAAT sedang menggalang sosial audit

untuk program padat karya pedesaan, National Rural

Employment Guarantee, yang dikuatkan dengan

undang undang National Rural Employment Guarantee

Act. Persis PNPM Pedesaan banget lah. Ada

pembangunan infra struktur pedesaan, dll. Namun yang

menjadi fokus dari program padar karya pedesaan ini

adalah penyediaan lapangan kerja, dimana menurut

undang undang, setiap keluarga miskin berhak untuk mendapatkan pekerjaan selama 100 hari setahun. Jadi

pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan dengan program ini.

Dan khusus pembukaan lahan tidur dan terlantar untuk jadi pertanian adalah program tindak lanjut

dari land reform. Jadi para buruh tani itu diberi tanah negara, masing masing satu acre. Lalu dimusim

kemarau seperti sekarang, para buruh tani itu diminta membersihkan tanah yang mereka dapatkan itu

dengan dibayar harian....agar ketika musim tanam, mereka sudah punya tanah untuk ditanami pertanian.

Dan mereka jadi buruh tani cuma jadi sambilan saja agar bisa makan sambil menunggu mereka bisa panen

ditanah mereka. Selain itu, dengan uang yang mereka dapat dari program padat karya pembukaan lahan itu

mereka juga bisa makan dan beli benih, pupuk, dll.

* * * * *

Program NREG

merupakan program

pemerintah dalam

menyediakan infrastruktur

pedesaan secara partisipatif

dan padar karya. Mulai dari

pembuatan irigasi/ kanal

pertanian, drainase, gorong

gorong, rumah, jalan dan

gang, pembersihan,

jembatan, pembersihan

lahan, dll. Pokoknya

pekerjaan padat karya yang

bisa dilakukan didesa.

Semua pekerjaan ini harus merupakan hasil musyawarah desa yang diusulkan pada pemerintah district

Pembukaan lahan tidur. Kelanjutan land reform.

Page 4: Hasil ti india 2

(persis musrenbang gituh). Pada pelaksanaannya, pemerintah India mengeluarkan 72 juta dollar amerika

untuk program ini. Yang mana 0,5% dari dana tersebut dialokasikan untuk melakukan audit sosial.

Namun begitu, fokus utama program ini bukan pembangunan infrastruktur, melainkan penyediaan

lapangan kerja bagi warga dengan upah yang layak. Setiap keluarga di India berHAK untuk bekerja 100 hari

setahun dengan upah sekitar 135 rupees per hari, atau sekitar USD3 (beda beda standarnya tiap negara

bagian). Dan pada pelaksannnya, setiap keluarga beneficiaries proyek ini diberi sebuah Job-card yang unik

untuk setiap keluarga. Didalamnya terdapat identitas keluarga penerima manfaat (+ photo keluarga) dan

account rekening di kantor pos, rincian entitlement mereka (kerja 100 hari, dibayar paling lambat 14 hari

setelah pekerjaan, dll), dan data pekerjaan (yg telah dilakukan, lama kerja, lokasi, jenis pekerjaan, mandor

setiap pekerjaan, upah yg akan di transfer ke rekening di pos, dll).

* * * *

Untuk sosial audit, mereka menggunakan tenaga

lokal. Masing masing desa 2 orang. Pertama mereka mencari

orang yang mau jadi sosial auditor desa. Mereka yang direkrut

adalah juga penerima manfaat dari program NREG. Alasannya,

karena mereka adalah penerima manfaat langsung dari NREG,

diharapkan audit sosial pun akan mereka lakukan sungguh-

sungguh. Ini karena menyangkut hajat hidup mereka secara

langsung, dan terkait dengan upah yang mereka terima dari

proyek NREG. Selain itu, pekerjaan mereka sebagai auditor sosial juga bagian dari penggunaan jatah

bekerja mereka yang 100 hari per tahun.

Mereka kemudian dilatih selama 2 hari.

Mereka dilatih tentang sosial audit, program NREG

yang mau diaudit, dan kebebasan informasi. Dihari

ketiga, mereka diberi dokumen yang harus diaudit

(SSAAT sudah berfungsi sebagai komisi informasi,

jadi mereka mengakses dokumen laporan

keuangan dan laporan teknis proyek), dan

melakukan pengecekan dokuman (salah hitung,

korupsi, dll). Disini pelaku audit belajar sambil

melakukan (learning by doing). Bila ada temuan,

mereka langsung laporkan ke lembaga khusus yang juga dibentuk khusus (district vigilant committee)

menindaklanjuti temuan tersebut.

Lalu mereka diterjunkan ke desa mereka sebagai tim. Mereka ditemani dua orang rekan relawan

auditor dari desa lain. Sementara rekan mereka dari desa yang sama, diterjunkan ke desa lain. Alasan dari

pengaturan itu adalah bahwa auditor desa tahu betul siapa orang yang harus di cek, lalu auditor desa

Pelatihan dan Praktek audit dokumen

Rekrutmen. Langsung dijalanan desa!

Page 5: Hasil ti india 2

tetangga akan mencegah si auditor desa lokal itu diintimidasi oleh atau berkolusi dengan koruptor desa.

Mereka membawa dokumen yang mereka telah periksa sebelumnya. Setiap tim bertugas mengaudit sekitar

3 desa. Selama melakukan audit, mereka akan tinggal di kantor desa, atau tempat lain yang netral. Bukan

rumah penerima manfaat, juga bukan rumah fasilitator desa. Mereka tinggal di desa sampai audit di desa

tersebut selesai, lalu pindah ke desa lain. Biasanya, untuk 3 desa yang mereka kunjungi, memakan waktu

sekitar 10 hari.

Terkait dengan audit employment, mereka akan mendatangi dari rumah ke rumah penerima

manfaat. Mereka membandingkan isi dokumen dengan pengakuan warga langsung. Setiap warga mereka

tanya, apakah mereka bekerja, dimana, berapa lama kerja, berapa dapat upah, dibandingkan buku job-card

dan pas book (buku tabungan di pos) yang mereka pegang dengan data master yang mereka bawa. Nyari

anecdotal evidence lah. Selain melakukan audit employment, mereka juga melakukan audit engineering.

Mereka melakukan pengukuran dan pemotretan hasil pekerjaan. Mereka membandingkan dengan standar

teknis. Setiap temuan audit employment dan engineering mereka catat dalam template berita acara.

Sementara master record yang berisi coretan koreksi dan pengakuan warga, serta bukti photo mereka

lampirkan.

Praktek audit emploment: Datangi dari rumah ke rumah

Measurement –Book (M-Book) yang berisi data teknis implementasi proyek yang akan dikonfirmasi dilapangan (audit engineering)

Page 6: Hasil ti india 2

Lalu langkah berikutnya, di hari kesebelas (setelah 10

hari dilapangan), mereka menghadiri public hearing yang

diadakan komite audit ditingkat mandal/kecamatan. Public

hearing tersebut dihadir pejabat, pelaksana proyek, dan

warga penerima manfaat proyek. Public hearing itu terbuka

untuk umum. Namun warga yang diaudit mendapatkan

prioritas, terutama bila mereka menjadi saksi dari kasus

temuan. Selain itu yang hadir adalah dari pihak polisi, kepala

auditor tingkat distrik, kepala pelaksana proyek tingkat

kabupaten, para pelaksana proyek sampai tingkat desa (kalo

PNPM mah, dari UPK sampai relawan) dan media

massa/wartawan. Dan yang paling penting adalah adanya

vigilant committee, yang akan menangani setiap temuan.

Dalam public hearing ini, setiap tim auditor

memaparkan didepan umum secara rinci setiap temuan

mereka. Juga diperlihatkan bukti bukti pelanggaran yang mereka temukan. Pada forum ini juga para

pelaksana proyek diberi kesempatan untuk membela diri didepan umum. Mereka juga diperbolehkan

menghadirkan saksi-saksi. Jadi ini seperti pengadilan umum

saja. Setiap temuan, kasus penggelapan, dll, segera

diselesaikan di forum tersebut.

Dalam kesempatan menyaksikan langsung kegiatan ini, memang sangat terasa aura pengadilannya. Setiap pelanggaran ditentukan langsung putusannya saat itu juga disaksikan rakyat umum. Dan segera vigilant committee mencatatnya, untuk nanti mereka tindak lanjuti. Hukumannya, ada yang diminta mengembalikan uang proyek, ada yang diminta untuk membayar upah pekerja yang mereka tilep, dll. Yang unik, ternyata para penjahat itu juga tidak jarang membawa saksi-saksi yang mereka bayar.

Seorang warga menunjukan passbook mereka (buku account rekening di kantor pos)

Praktek Audit Engineering

Village Social Auditor memaparkan temuannya.

Page 7: Hasil ti india 2

Namun untungnya si ketua tim auditor kecamatan tidak kalah pintar.

Ada juga kasus dimana pekerjaan selesai sempurna. Namun dalam sosial audit ditemukan bahwa pengerjaannya menggunakan mesin. Disini pelaksana pekerjaan dihukum karena (1) program yang harusnya padat karya, dijadikan padat modal, yang berimplikasi adanya warga yang tidak mendapatkan haknya untuk bekerja (2) pemalsuan tanda tangan karena dalam pelaporan disebutkan bahwa mereka melakukannya secara padat karya untuk menilep upah pekerja dan (3) penggelapan karena mereka membayar penggunaan/penyewaan mesin dengan uang dari uang yang harusnya jadi upah pekerja.

Berita acara nya lalu komite audit mandal laporkan lagi

ke vigilant committee. Beberapa hukuman diantaranya

pemecatan pada pelaku, penyitaan harta hasil korupsi,

pengharusan pengembalian uang, bahkan tidak jarang yang

kemudian diadukan ke polisi dan berujung pada penuntutan

dipengadilan. Selama 3 setengah tahun audit, telah

menyebabkan lebih dari 16 ribu pemecatan dan blacklist

pelaksana proyek.

Dan untuk menjamin bahwa hukuman ditegakkan,

para auditor desa terusmengikuti tindakan dari vigilant

commitee dalam

memberikan

hukuman pada pelaku korupsi dan pelaksanaan hukumannya.

* * * * *

Beberapa pelajaran

Demokrasi yang diadopsi oleh negara berkembang,

termasuk Indonesia, sepertinya semakin menjauhkan

demokrasi dari rakyat, dan hanya menguntungkan elit. Rakyat

lebih terfokus pada pemilihan, pada partai politik dan organ-

organnya, pada persaingan dan pertengkaran antar elit politik,

bahkan rakyat semakin terjebak dalam pergulatan kekuasaan:

sebagai pelaku juga sebagai korban sia-sia. Sementara gagasan

dasar demokrasi yang mensejahterakan rakyat, yang dekat

dengan kehidupan rakyat, yang memenuhi hak dasar rakyat,

yang memenuhi rasa keadilan, dimana rakyat yang dimokratis

Public hearing: Pengadilan yg dikemas sebagai sebuah pesta rakyat

Mengadili terdakwa

Mengkonfirmasi data dan saksi yg membela “terdakwa”

Page 8: Hasil ti india 2

bisa langsung membuat keputusan yang terkait dengan hajat hidupnya, ternyata semakin terasa jauh.

Audit, (audere=mendengarkan, satu akar kata dengan audiens) bisa mengembalikan demokrasi pada

rakyat, tanpa harus melalui representasi mereka di institusi parlemen. Rakyat bisa mendengar, melihat dan

ikut memutuskan mengenai bagaimana demoraksi bisa mensejahterakan. Demokrasi pada politik

kehidupan sehari hari (daily politics) tidak kalah penting dari demokrasi politik institusional (pemilu, dll)

yang maknanya semakin jauh dari mensejahterakan. Dan sosial audit, memberikan rakyat secara langsung

kesempatan untuk melakukan audit pada program-program yang menggunakan uang pajak mereka, yang

ditujukan untuk kesejahteraan mereka, dan memenuhi hak dasar yang melekat pada mereka.

A. Kritik

Diakui oleh Nikhil Dey dan Sowmya Kidambe, praktek sosial audit tidak lepas dari kritik dan kelemahan.

Beberapa potensi kekurangan yang ditemui selama seminggu disana, dan pembelaan mereka, diantaranya:

Praktek audit sosial membuat orang hanya fokus pada satu atau dua program pemerintah saja. Namun

ratusan program lainnya luput dari perhatian warga, sehingga menjadi semakin rentan terhadap

korupsi.

Pembelaan: memang SA membuat orang hanya fokus pada satu atau dua proyek saja. Namun yang

paling penting disini adalah pembelajaran pada rakyat, bahwa uang negara adalah uang mereka, dan

uang mereka adalah kontrol mereka. Memang saat ini hanya fokus satu atau dua proyek saja. Namun

ketika pembelajaran ini sudah terinternalisasi, bukan tidak mungkin rakyat tanpa di program kan pun

akan melakukan audit pada proyek pemerintah lain karena kesadaran mereka.

Sustainability. Saat ini SA dilakukan dengan merekrut relawan auditor dari desa. Mereka dibayar untuk

melakukan audit. Bagaimana kalau tidak ada pembiayaannya?

Pembelaan: Saat ini memang dibayar. Dan hal itu tidak ada yang salah karena bekerja dan mendapat

upah adalah hak mereka yang diakui oleh undang undang. Dan selama mereka direkrut, bila tidak

dibayar, kita melanggar undang undang. Lain halnya bila sosial audit itu dilakukan atas inisiatif rakya

sendiri, tanpa kita programkan seperti ini. Bila itu yang terjadi, tanpa dibayar pun tak jadi masalah.

Memang diakui bahwa keberlanjutan sosial audit sangat dikhawatirkan. Namun, kembali, yang paling

penting adalah adanya pembelajaran bagi rakyat tentang pentingnya audit. Selain itu, selama ini sosial

audit dilakukan dengan peliputan penuh media massa, sehingga rakyat di daerah lain bisa terpicu untuk

melakukan sosial audit sendiri, walau pun tanpa program pemerintah.

Konflik sosial dan intimidasi. Sosial audit bisa menjadi pemicu adanya intimidasi dan tindakan

kekerasan terhadap auditor. Bahkan bukan tidak mungkin bisa memicu adanya konflik sosial horizontal

diantara rakyat. Bahkan saat konsultasi publik masih berlangsung, saya menyaksikan langsung

dibelakang lokasi konsultasi publik, ada dua kelompok saling tuduh (mungkin pelaksana program dan

auditor) yang mengarah pada perkelahian. Untung ratusan massa disana dan polisi yang hadir bisa

memisahkan dua kelompok itu. Tapi sepertinya masih akan berlanjut ketika mereka kembali ke desa...

Page 9: Hasil ti india 2

Pembelaan: Disini desain yang memperhatikan kultur dan konteks lokal menjadi sangat penting. Diakui

bahwa SA di andhra pradesh tidak sempurna. Namun disini pun SA terus mengalami perbaikan desain.

Tapi selama SA bisa memperbaiki demokrasi rakyat, dan perbaikan desain bisa terus dilakukan, SA akan

terus diimplementasikan, dan bahkan diperluas.

Kooptasi elit politik. Sosial audit bisa jadi alat satu kelompok untuk menjatuhkan kelompok lainnya.

Perebutan pelaksanaan proyek bisa melahirkan kecemburuan pihak yang kalah. Dan SA bisa digunakan

untuk menjadi alat menjatuhkan penguasa yang melaksanakan proyek.

Pembelaan: memang, SA bisa jadi alat politik. Namun kembali disini desain menjadi sangat penting.

Namun kalau pun SA dijadikan alat politik utnuk menjatuhkan lawan politik, selama bisa

mengungkapkan bahwa pelaku proyek adalah salah dengan disertai bukti yang benar, maka itu tidak

masalah. Karena, kalau pelaku proyek nya tidak punya kesalahan dalam melaksanakan proyek, maka SA

bahkan akan memperkuat posisi mereka dalam kekuasaan lokal. Mereka akan terbukti amanah dan

bisa bekerja untuk kesejahteraan dan kepentingan rakyat.

Program tidak jalan. Bila sosial audit dilakukan, bukan tidak mungkin program tidak jalan karena tidak

ada orang yang mau melakukannya. Semua orang akan takut menjadi pelaksana proyek.

Pembelaan: Mungkin hal itu bisa terjadi. Tapi hal itu hanya bisa terjadi di bila seluruh rakyat di lokasi

proyek berpotensi dan mempunyai kecenderungan untuk melakukan korupsi. Tapi kalau pun program

tidak jalan karena tidak ada satu pun rakyat yang mau jadi pelaksana proyek, yang rugi rakyat sendiri.

Karena mereka tidak bisa mendapatkan hak mereka utnuk bekerja selama 100 hari setahun. Selain itu,

pembangunan pun tidak akan jalan. Jadi pilihan terbaik yang dimiliki rakyat, adalah melakukan

proyeknya dan tidak melakukan korupsi.

Pembiayaan audit bisa bengkak. Saat ini pembiayaan audit mencapai 0,5% (3,5juta dollar)

Pembelaan: disini masalah ekonomi. Bila biaya audit 3,5 juta dollar bisa menyelamatkan uang proyek

lebih dari itu, maka tidak ada masalah. Selain itu, uang 3,5 juta dollar itu pun bagian dari program NREG

yang bertujuan memberikan pekerjaan dan upah pada rakyat desa yang pengangguran. Karena pelaku

audit adalah warga desa pencari kerja yang pengangguran, kalau pun lebih dari 3,5 juta dollar tidak

mengapa karena uangnya kembali ke rakyat.

Korupsi tidak berkurang. Sejak dipraktekan 5 tahun lalu, masih saja terjadi korupsi, dan jumlahnya tidak

berkurang, bahkan semakin canggih.

Pembelaan: Korupsi akan selalu ada. Dan koruptor pun bukan orang bodoh. Mereka akan selalu

“memperbaiki dan menyempurnakan” cara korupsi mereka. Disini kita yang ditantang untuk selalu

menyempurnakan dan memperbaiki cara kita menjerat koruptor. Dengan ada sosial audit saja korupsi

tidak berkurang, apalagi bila tidak ada sosial audit. Korupsi akan sangat tidak terkontrol.

Kebenaran (truth)

Yang paling penting dari praktek sosial audit ini adalah pembelajaran tentang kebenaran. Rakyat belajar

mengenai mana yang benar mana yang tidak, mengenai kebenaran bahwa uang negara adalah uang

Page 10: Hasil ti india 2

rakyat, bahwa diantara mereka ada koruptor, bahwa diantara mereka ada pengecut yang tidak mau

menunjukan kebenaran, bahwa diantara mereka ada kelompok yang mengambil keuntungan dari

penderitaan mereka, bahwa diantara mereka ada para politisi busuk pemburu rente, bahwa mereka

berhak sepenuhnya atas kontrol uang negara.