hasil pemriksaan bpk di badung
DESCRIPTION
bpk bandungTRANSCRIPT
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
HASIL PEMERIKSAAN
ATAS
BELANJA BARANG DAN MODAL PADA PROGRAM PENGEMBANGAN, PEMERATAAN, PENINGKATAN KUALITAS
SARANA DAN PRASARANA POSTEL TA 2005 DAN 2006
PADA
BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT KELAS II
DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
DI
BANDUNG
Nomor : Tanggal :
i
DAFTAR ISI
Resume Hasil Pemeriksaan………………………………………………………. 1
Hasil Pemeriksaan………………………………………………………………….. 7
I. Gambaran Umum 7
1. Tujuan Pemeriksaan ……………………………………………………… 7
2. Sasaran Pemeriksaan …………………………………………………..... 7
3. Metode Pemeriksaan …………………………………………………..... 8
4. Jangka Waktu Pemeriksaan …………………………………………….. 8
5. Obyek Pemeriksaan…………………………………………. …………... 8
II. Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern 10
1. Lingkungan Pengendalian ……………………………………………….. 11
2. Penilaian Resiko ………………………………………………………….. 12
3. Aktivitas Pengendalian …………………………………………………… 12
4. Komunikasi dan Informasi ……………………………………………….. 12
5. Pemantauan …………….………………………………………………… 13
III. Hasil Pemeriksaan Tindak Lanjut
13
IV. Temuan Pemeriksaan
14
1. Pengadaan Alat Miniport Receiver Senilai Rp649.500.000,00 Belum
Dimanfaatkan dan Terdapat Kelebihan Pembayaran Sebesar
Rp17.280.000,00 ...............................................................................
14
2. Dinas Perhubungan Pemerintah Jawa Barat Telah Menerbitkan Izin
Penggunaan Frekuensi Radio dan Pungutan Retribusi Sebesar
Rp283.710.000,00 Tidak Disetorkan Ke Kas Negara ..........................
16
3. Terdapat Biaya Langsung Personil Pekerjaan Pengawasan dan
Konsultan Perencana Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Sebesar
Rp 36.982.772,73 dan Biaya Langsung Non Personil Yang Tidak
Perlu Dibayar Sebesar Rp5.275.000,00 ………………………………...
18
4. Pekerjaan Renovasi dan Pembangunan Balai Monitor Yang
Dilaksanakan Oleh CV. Surya Kencana Kurang Dari Ketentuan
Kontrak dan Analisa Harga Satuan Lebih Tinggi Dari Seharusnya
ii
Sebesar Rp13.441.964,90 .................................................................. 22
5. PNBP atas Biaya Hak Penggunaan Frekuensi belum diselesaikan
oleh pengguna BHP Frekuensi pada Kantor Balmon Kelas II
Bandung senilai Rp3.550.226.240,00 ...............................................
24
1
Resume Hasil Pemeriksaan
Berdasarkan ketentuan Pasal 23 E perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pasal 2 Undang-undang No. 5 Tahun 1973,
Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia telah memeriksa pelaksanaan
belanja barang dan modal pada Program Pengembangan, Pemerataan,
Peningkatan Kualitas Sarana Dan Prasarana Postel TA. 2005 dan 2006 pada Balai
Monitor Spektrum Frekuensi Radio Dan Orbit Satelit Kelas II di Bandung (Balmon
Bandung).
Audit atas pelaksanaan anggaran tersebut dilakukan dengan berpedoman pada
Standar Audit Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan oleh BPK-RI pada Tahun 1995.
Tanpa mengurangi keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang telah dicapai, hasil
pemeriksaan masih menemukan kelemahan-kelemahan, yaitu :
1. Sistem Pengendalian Intern Sistem Pengendalian Intern Balmon Bandung atas pelaksanaan kegiatan belum
cukup memadai dan masih terdapat kelemahan sehingga pelaksanaan kegiatan
belum dapat berjalan secara taat azas terutama pada aspek :
a. Lingkungan pengendalian yang mencakup integritas dan nilai etika; gaya
operasi dan filosofi manajemen; struktur organisasi; wewenang dan tanggung
jawab; kebijakan dan praktek SDM dalam pelaksanaan akuntabilitas
anggaran dan pelaksanaan monitoring PNBP pada umumnya cukup
memadai. Namun belum semua kebijakan dan perencanaan dapat
dilaksanakan secara efektif, hal ini terjadi karena adanya perubahan struktur
organisasi dengan bergabungnya Ditjen Postel pada Departemen
Komunikasi dan Informatika pada semester II tahun 2005 yang
menyebabkan terjadinya revisi baik dari segi anggaran maupun program
kerja sehingga mengakibatkan rencana kerja dan kebijakan yang telah
disusun tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadual yang telah
ditetapkan. Selain itu terbatasnya kemampuan sumber daya manusia yang
berada di Balmon Bandung baik dibidang pelaksanaan pengadaan barang
dan jasa maupun dalam hal penguasaan teknologi informasi sehingga
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa belum dapat dilaksanakan sesuai
ketentuan dan pelayanan kepada publik belum optimal.
2
b. Balmon Bandung belum menyediakan informasi bagi para staf dan
pelaksana mengenai risiko yang akan terjadi atas suatu fungsi, kegiatan atau
proses baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar organisasi. Yaitu
dalam hal perhitungan untuk pekerjaan konsultan perencana dan konsultan
pengawasan renovasi dan pembangunan kantor pada biaya langsung
personil dan non personil tidak didasarkan ketentuan SE Bersama Bappenas
dengan Departemen Keuangan, dan kegiatan renovasi pembangunan
gedung Balmon diketahui adanya volume fisik kurang dari kontrak, serta
analisa harga satuan lebih tinggi dari yang seharusnya.
c. Aktivitas Pengendalian yang dilaksanakan Balmon Bandung belum dibuat
secara profesional, sehingga antara rencana dan pelaksanaan belum
sepenuhnya mengarah pada efisiensi dan efektivitas. Pembukuan atas
penatausahaan dan pencatatan hasil pengadaan telah dilakukan secara
memadai, namun penerimaan atas pengadaan barang belum dicatat
seluruhnya ke dalam buku inventaris barang milik negara.
2. Temuan Pemeriksaan, yaitu : a. Pengadaan Alat Miniport Receiver Senilai Rp649.500.000,00 Belum
Dimanfaatkan dan Terdapat Kelebihan Pembayaran Sebesar Rp17.280.000,00 Pengadaan alat Miniport Receiver dilaksanakan oleh PT.Buanatama Terang
Sejahtera berdasarkan Surat Perjanjian Kontrak Nomor :
KU.103/50/UPT.BDG/VII/2005 tanggal 14 Juli 2005 dengan harga senilai
Rp649.500.000,00 dengan rincian 1 unit Miniport Receiver sebesar
Rp630.300.000,00 dan 1 unit Battery Pack sebesar Rp19.200.000,00.
Hasil konfirmasi dengan distributor yang mengadakan peralatan tersebut
diperoleh penjelasan bahwa harga pembelian barang Miniport Receiver
sudah termasuk Battery Pack, dengan demikian harga Battery Pack yang
tercantum dalam Kontrak tersebut tidak perlu dibayar, sehingga terdapat
kelebihan pembayaran sebesar Rp17.280.000,00, dan
berdasarkan hasil cek fisik barang pada tanggal 30 Juli 2005 diketahui
bahwa alat pendektesi spektrum frekuensi radio belum digunakan sesuai
fungsi sebagai perangkat alat monitoring frekuensi.
3
Hal tersebut tidak sesuai dengan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 pada
Bagian Kelima Pasal 5 huruf (a) dan (b). Hal tersebut mengakibatkan Alat Miniport Receiver Senilai
Rp649.500.000,00 belum dimanfaatkan dan terdapat kelebihan pembayaran
sebesar Rp17.280.000,00 atas pembayaran Battery Pack.
Hal tersebut terjadi karena Panitia pengadaan barang dan Pelaksana
kegiatan lalai dan tidak cermat serta Pengawasan dan pengendalian oleh
Kepala Balmon Bandung sebagai Kuasa Pengguna Anggaran masih lemah.
b. Dinas Perhubungan Pemerintah Jawa Barat Telah Menerbitkan Izin Penggunaan Frekuensi Radio dan Pungutan Retribusi Sebesar Rp283.710.000,00 Tidak Disetorkan Ke Kas Negara
Hasil pemeriksaan atas Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Balai
Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Bandung,
diketahui bahwa Pemerintah Daerah Jawa Barat berdasarkan Peraturan
Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan Perhubungan, telah menerbitkan izin penggunaan
frekuensi, yang tidak sesuai dengan Undang-undang No 39 Tahun 1999.
Selama tahun 2005 Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Barat telah
mengeluarkan sebanyak 162 izin kepada pengguna frekuensi radio dan
televisi, dimana atas hasil retribusi izin tersebut senilai Rp283.710.000,00
disetor ke Kas Daerah, yang seharusnya menjadi Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) Ditjen Postel dan disetorkan ke Kas Negara.
Hal ini tidak sesuai dengan Keppres nomor 42 tahun 2002 pada pasal 8 ayat
a,b,c,d, dan Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika
N0.155/M.Kominfo/5/2005, tanggal 19 Mei 2005.
Hal ini disebabkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun
2001 bertentangan dengan UU No 36 Tahun 1999 dan Pemda Jawa Barat
tidak mengindahkan Keputusan Menteri Kominfo No.155/M. Kominfo/2005
tentang penghentian pemberian izin frekuensi.
4
c. Terdapat Biaya Langsung Personil Pekerjaan Pengawasan dan Konsultan Perencana Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Sebesar Rp 36.982.772,73 dan Biaya Langsung Non Personil Yang Tidak Perlu Dibayar Sebesar Rp5.275.000,00
Kegiatan pekerjaan perencanaan pembangunan Gedung Master Control
dilaksanakan oleh CV. Mahoni berdasarkan Surat Perjanjian Pekerjaan
Perencanaan Nomor : KU.103/21/UPT-BDG/IV/2005 tanggal 29 April 2005
dengan harga sebesar Rp34.135.000,00, dan pengawasannya dilaksanakan
oleh CV. Anima Karya berdasarkan Surat Perjanjian Pekerjaan Pengawasan
Nomor : KU.103/47/UPT-BDG/VII/2005 tanggal 13 Juli 2005 dengan harga
sebesar Rp23.592.000,00. Hasil pemeriksaan diketahui biaya personil untuk
tenaga konsultan perencana sebesar Rp21.822.272,73 dan konsultan
pengawasan sebesar Rp15.160.500,00 atau jumlah sebesar
Rp36.982.772,73 dihitung dengan tidak berdasarkan harga pasar yang
berlaku dan wajar serta tidak disertai daftar gaji yang telah diperiksa dan
bukti pembayaran pajak terhadap gaji yang diterima dan terdapat biaya
langsung non personil yang tidak perlu dibayar sebesar Rp5.275.000,00.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Lampiran I Keppres No.80 tahun 2003 Bab
I huruf F (2) (b) (3), SE Bersama Departemen Keuangan dan BAPPENAS
No.SE-38/A/2000 dan No.1203/D-II/03/2000 tanggal 17 Maret 2000 pada
Angka I.1 dan Angka II.1.a.
Hal tersebut disebabkan Panitia pengadaan barang dan Pelaksana kegiatan
lalai dan tidak cermat serta pengawasan dan pengendalian oleh Kepala
Balmon sebagai Kuasa Pengguna Anggaran masih lemah.
d. Pekerjaan Renovasi dan Pembangunan Balai Monitor Yang Dilaksanakan Oleh CV. Surya Kencana Kurang Dari Ketentuan Kontrak dan Analisa Harga Satuan Lebih Tinggi Dari Seharusnya Sebesar Rp13.441.964,90
Hasil pemeriksaan fisik di lapangan pada tanggal 2 dan 3 Agustus 2006 atas
pembangunan Gedung Master Control dan Renovasi Lantai Dasar yang
dilaksanakan oleh CV. Surya Kencana berdasarkan Surat Perjanjian
5
Pemborongan/Kontrak Nomor : KU.103/44/UPT.BDG/VI/2005 tanggal 13 Juli
2005 dengan harga sebesar Rp 633.810.000,00, diketahui terdapat kerugian
negara sebesar Rp13.441.964,90, yaitu kurangnya volume pekerjaan tidak
sesuai dengan volume yang ditetapkan dalam kontrak sebesar
Rp3.325.561,00 dan analisa harga satuan yang tercantum dalam kontrak
lebih tinggi dari yang seharusnya (perhitungan tim/BOW) sebesar
Rp10.086.403,90.
Hal ini tidak sesuai dengan Keppres Nomor 80 Tahun 2003, pada Bagian
Kelima Pasal 5 dan Kontrak Nomor : KU.103/44/UPT.BDG/VI/2005 tanggal
13 Juli 2005 pada Pasal 1.
Hal tersebut terjadi karena Panitia lelang tidak cermat dalam mengevaluasi
harga penawaran rekanan dan Pengawas lapangan lalai dan tidak cermat
dalam meneliti/mengawasi pekerjaan lapangan.
e. PNBP atas Biaya Hak Penggunaan Frekuensi belum diselesaikan oleh pengguna BHP Frekuensi pada Kantor Balmon Kelas II Bandung senilai Rp3.550.226.240,00
Hasil pemeriksaan data-data monitoring dan kegiatan pengendalian frekuensi
pada Balmon Bandung, diketahui bahwa validasi data dan penyampaian
SPP BHP Frekuensi kepada pengguna frekuensi yang dilaksanakan oleh
Balmon Bandung belum maksimal, dan sejak tahun 2005 data base
penggunaan frekuensi radio AFMS tidak dapat digunakan untuk memantau
pelanggan/pengguna frekuensi, sehingga masih banyaknya penerimaan
Surat Pemberitahuan Pembayaran Biaya Hak Penggunaan Frekuensi (SPP
BHPF) dari Kantor Pusat Ditjen Postel yang belum terselesaikan. Sampai
dengan saat pemeriksaan Tim tanggal 2 Agustus 2006, Ditjen Postel telah
mengirimkan SPP BHPF sebesar Rp3.587.337.065,00, atas dasar SPP
BHPF tersebut, Balmon Bandung telah mendistribusikannya kepada
pengguna/pelanggan sebesar Rp1.370.409.944,00, dan yang telah tertagih
sebesar Rp37.110.825,00, sehingga masih terdapat tunggakan yang belum
dibayar oleh pengguna/pelanggan sebesar Rp3.550.226.240,00
(Rp3.587.337.065,00 – Rp37.110.825,00)
6
Hal ini tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi pada Pasal 34 Ayat (1), (2), dan (3).
Hal ini disebabkan pegawai yang menangani validasi data dan alat
pengukuran frekuensi masih terbatas dan kurangnya kordinasi mengenai
pengelolaan PNBP antara Balai Monitor Bandung dengan Kantor Pusat
Ditjen Postel.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, BPK-RI menyarankan kepada Menteri
Komunikasi dan Informatika :
1. Melakukan koordinasi dengan Menteri Dalam Negeri untuk menegaskan
kembali bahwa wewenang pemberian izin hak penggunaan frekuensi radio
di wilayah Indonesia berada pada Kementerian Komunikasi dan Informatika,
dan biaya izin merupakan PNBP.
2. Menginstruksikan Dirjen Pos dan Telekomunikasi untuk :
a. Memerintahkan Kepala Balmon Bandung memberikan teguran secara
tertulis kepada Panitia Pengadaan yang lalai dalam melaksanakan
tugasnya;
b. Meningkatkan penagihan biaya BHP Frekuensi kepada pengguna BHP
Frekuensi dan jika perlu mengenakan sanksi yang tegas atas setiap
kelambatan/kelalaian pembayaran.
Jakarta, 2006
Penanggung Jawab
R. Suyatna, SH. MM NIP.240001079
7
Hasil Pemeriksaan I. Gambaran Umum
1. Tujuan Pemeriksaan Untuk menguji dan menilai apakah :
a Pengurusan, pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan Belanja
Barang dan Belanja Modal telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan;
b Pengadaan barang dan jasa telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
tata cara/mekanisme/prosedur dan pertanggungjawaban yang telah
ditetapkan dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 jo. Keppres 61/2004
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
c Realisasi pengadaan barang dan jasa telah diterima sesuai dengan
kuantitas dan kualitas serta dalam waktu yang telah disyaratkan dalam
kontrak dan realisasi pengadaan barang telah dimanfaatkan sesuai dengan
rencana semula.
2. Sasaran Pemeriksaan
Sasaran kegiatan Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit
Kelas II Bandung adalah :
- Tahun Anggaran 2005
a Administrasi Umum
b Biaya Perijinan Langganan SSB/Radio/Penyelenggaraan Frekuensi
c Renovasi dan Pembangunan Gedung Kantor
d Biaya Pemeliharaan Gedung Kantor
e Pembinaan Penerimaan Negara Bukan Pajak
f Pengadaan Alat Studio dan Komunikasi
- Tahun Anggaran 2006
a. Administrasi Umum
b. Biaya Perijinan Langganan SSB/Radio/Penyelenggaraan Frekuensi
c. Pembangunan Gedung Kantor
d. Pengadaan Perlengkapan Kantor
8
e. Biaya Pemeliharaan Gedung Kantor
f. Pembinaan Penerimaan Negara Bukan Pajak
g. Pengadaan Alat Studio dan Komunikasi
3. Metode Pemeriksaan a Menelaah dan menguji apakah Sistem Pengendalian Intern (SPI) telah
dirancang dan dilaksanakan secara memadai untuk mencapai tujuan
pengendalian dan pengamanan kekayaan.
b Menguji dan menilai dokumen yang berkaitan dengan keuangan terutama
untuk belanja barang dan belanja modal.
c Melakukan cash opname dan cek fisik atas hasil pengadaan barang/jasa.
d Melakukan konfirmasi dengan pihak-pihak yang terkait untuk memperoleh
masukan (data/keterangan/pernyataan) yang diperlukan.
4. Jangka Waktu Pemeriksaan Pemeriksaan atas kegiatan tersebut tersebut dilakukan selama 15 hari
terhitung mulai tanggal 25 Juli sampai dengan 8 Agustus 2006, berdasarkan
Surat Tugas BPK-RI No.57/ST/III-XI.2/07/2006 tanggal 4 Juli 2006.
5. Obyek Pemeriksaan Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Bandung
adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pos dan
Telekomunikasi, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
Jenderal Pos dan Telekomunikasi, pembinaan teknis administrasi di bawah
koordinasi Direktorat Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit.
Tugas pokok dan fungsi Balai Monitor Kelas II Bandung sesuai Keputusan
Menteri Komunikasi dan Informatika No. KM 86 Tahun 2005 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit
Satelit adalah sebagai berikut :
a. Penyusunan rencana dan program, penyediaan suku cadang,
pemeliharaan perangkat monitor spektrum frekuensi radio dan orbit satelit.
b. Pelaksanaan pengamatan, deteksi lokasi sumber pancaran,
pemantauan/monitor spektrum frekuensi radio dan orbit satelit.
9
c. Pelaksanaan kalibrasi dan perbaikan perangkat monitor spektrum frekuensi
radio dan orbit satelit.
d. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Monitor.
e. Koordinasi monitoring spektrum frekuensi radio dan orbit satelit.
f. Penertiban dan penyidikan pelanggaran terhadap penggunaan spektrum
frekuensi radio dan orbit satelit.
g. Pelayanan/pengaduan masyarakat terhadap gangguan spektrum frekuensi
radio dan orbit satelit.
h. Pelaksanaan evaluasi dan pengujian ilmiah serta pengukuran spektrum
frekuensi radio dan orbit satelit.
Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balmon Bandung
mempunyai visi dan misi sebagai berikut :
a Visi Balai Monitor adalah terbinanya kualitas penyelenggaraan
telekomunikasi tanpa kabel yang sesuai dengan peruntukkannya, untuk
mendukung kegiatan pemerintah, pembangunan dan dunia usaha lainnya.
b Misi Balai Monitor adalah meningkatkan akurasi pengukuran dan data
administrasi pengguna/pelanggan, meningkatkan kemampuan analitis
operator RMS, AFMS, maupun Penyidik PNS serta memberikan
pemahaman mengenai hak dan kewajiban para pengguna telekomunikasi
tanpa kabel, agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
Anggaran dan realisasi belanja pada Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio
Dan Orbit Satelit Kelas II Bandung Tahun Angggaran 2005 dan 2006 ( s.d Juni
2006) sebagai berikut :
No. Uraian Anggaran Realisasi Nilai diperiksa
(Rp) (Rp) Rp % 1 2 3 4 5 6 A TA 2005 Pembinaan dan Peng-awasan
Operasional Bidang Pos dan Telekomunikasi
1. Administrasi Umum 413.877.000 413.877.000 413.877.000 100 2. Biaya Perijinan Langganan
SSB/Radio/Penyelenggaraan Frekuensi/CCTV
8.400.000 - -
10
Penunjang Pembinaan & Pengendalian Frekuensi Radio Nasional
1. Administrasi Umum 475.088.000 417.636.775 417.636.775 100 2. Pembinaan/Koordinasi Dan
Konsultasi Pengawasan 84.780.000 71.428.900 71.428.900 100
3. Pembangunan Prasarana dan Sarana Lingkungan Gedung
714.000.000 698.480.600 698.480.600 100
4. Pengadaan Alat Studio & Komunikasi
650.717.000 649.500.000 649.500.000 100
5. Penyiapan Ops.Pemeliharaan, Sistem, dan Sarana Prasarana Pengawasan
1.352.875.000 1.163.644.462 1.163.644.462 100
Jumlah 2005 3.699.737.000 3.414.567.737 3.414.567.737 100 B TA 2006 Pembinaan dan Peng-awasan
Operasional Bidang Pos dan Telekomunikasi
1. Administrasi Umum 661.063.000 286.487.813 286.487.813 2. Pemb.Prasarana & Sarana Lingk.
Gedung 75.000.000 - -
3. Peningkatan Sarana Prasarana Pengawasan
158.830.000 74.802.800 74.802.800
Penunjang Pembinaan dan Pengendalian Frekuensi Radio Nasional
1. Administrasi Umum 40.224.000 13.500.000 13.500.000 2. Pembinaan/Koordinasi dan
Konsultasi Pengawasan 84.780.000 26.395.400 26.395.400
3. Pembinaan PNBP 776.250.000 2.658.800 2.658.800 4. Pembangunan Rumah Negara 1.050.000.000 - - 5. Pengadaan Alat Studio dan
Komunikasi 2.045.000.000 - -
6. Peningkatan Sarana Prasarana Pengawasan
4.208.616.000 835.802.365 835.802.365
Jumlah 2006 9.099.763.000 1.239.647.178 1.239.647.178
II. Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern
Penilaian sistem pengendalian intern (SPI) pada Balai Monitor Spektrum Frekuensi
Radio dan Orbit Satelit Kelas II Bandung (Balmon Bandung) dilakukan dengan
analisis terbatas terhadap unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern dan difokuskan
pada kegiatan Sistem Pengendalian atas belanja barang dan modal pada program
pengembangan, pemerataan, peningkatan kualitas sarana dan prasarana Postel
TA 2005 dan 2006 yang mencakup lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan.
11
Hasil pengujian menunjukkan masih terdapat beberapa unsur sistem pengendalian
intern yang perlu mendapat perhatian Balmon Bandung dalam rangka menunjang
pencatatan, pengolahan, pengikhtisaran dan pelaporan data hasil pelaksanaan
belanja dan pelaksanaan monitoring spektrum frekuensi radio.
Penilaian SPI dilakukan menggunakan metode non statistik yaitu melalui
penelaahan dokumen, pengamatan dan wawancara dengan pegawai terkait.
Berdasarkan hasil penilaian secara terbatas terhadap unsur pengendalian intern
yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian,
informasi dan komunikasi serta pemantauan, diketahui terdapat beberapa hal yang
perlu mendapatkan perhatian manajemen karena dapat mempengaruhi
kemampuan Balmon Bandung yaitu kegiatan pencatatan, pengolahan,
pengikhtisaran dan pelaporan realisasi pelaksanaan belanja dan pelaksanaan
monitoring spektrum frekuensi radio sebagai berikut :
1. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian yang mencakup integritas dan nilai etika; gaya
operasi dan filosofi manajemen; struktur organisasi; wewenang dan tanggung
jawab; kebijakan dan praktek SDM dalam pelaksanaan akuntabilitas anggaran
dan pelaksanaan monitoring PNBP pada umumnya cukup memadai. Namun
demikian masih ditemukan beberapa catatan antara lain :
a. Belum semua kebijakan dan perencanaan dapat dilaksanakan secara
efektif, hal ini terjadi karena adanya perubahan struktur organisasi dengan
bergabungnya Ditjen Postel dengan Departemen Kominfo yang
menyebabkan terjadinya revisi-revisi baik dari segi anggaran maupun pola
kerja sehingga mengakibatkan rencana kerja dan kebijakan yang telah
disusun tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadual yang telah
ditetapkan.
b. Terbatasnya kemampuan sumber daya manusia yang berada di Balmon
Bandung baik dibidang pelaksanaan pengadaan barang dan jasa maupun
dalam hal penguasaan teknologi informasi sehingga pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa belum dapat dilaksanakan sesuai ketentuan
dan pelayanan kepada publik belum optimal.
12
2. Penilaian Resiko
Secara umum, Balmon Bandung belum menyediakan informasi bagi para staf
dan pelaksana mengenai risiko yang akan terjadi atas suatu fungsi, kegiatan
atau proses baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar organisasi.
Pengelolaan risiko yang merupakan serangkaian langkah untuk memahami
lingkungan risiko secara menyeluruh, mengidentifikasi risiko, menganalisa
risiko, menaksir/mengevaluasi risiko dan penanganan risiko belum secara
formal dipahami dan dilaksanakan. Misalnya dalam hal pekerjaan konsultan
perencana dan konsultan pengawasan yang dalam perhitungan biaya
langsung personil dan non personil tidak didasarkan ketentuan SE Bersama
Bappenas dengan Departemen Keuangan, dan kegiatan renovasi
pembangunan gedung Balmon diketahui adanya volume fisik kurang dari
kontrak, serta analisa harga satuan lebih tinggi dari yang seharusnya
3. Aktivitas Pengendalian Penilaian lebih lanjut atas aktivitas pengendalian diketahui adanya beberapa
kelemahan antara lain :
- Perencanaan
Perencanaan kegiatan pengadaan barang dan jasa belum dibuat secara
profesional, sehingga antara rencana dan pelaksanaan belum sepenuhnya
mengarah pada efisiensi dan efektivitas, yaitu pengadaan barang pada
TA. 2005 belum digunakan sesuai fungsinya.
- Pembukuan
Pembukuan atas penatausahaan dan pencatatan hasil pengadaan telah
dilakukan secara memadai, yaitu untuk penerimaan atas pengadaan barang
belum seluruhnya dicatat ke dalam buku inventaris barang milik negara.
- Pelaporan
Penyampaian laporan Realisasi Anggaran telah dilaksanakan secara rutin,
dan laporan pelaksanaan telah dibuat laporannya.
4. Komunikasi dan Informasi Komunikasi yang lancar dan efektif adalah salah satu kunci keberhasilan suatu
organisasi. Secara umum, informasi dan komunikasi yang terjadi dalam
13
lingkungan internal dan eksternal Balmon Bandung telah dilaksanakan secara
memadai baik melalui diskusi-diskusi/rapat-rapat internal maupun komunikasi
dan sosialisasi dengan para stakeholder guna menyamakan visi untuk
membangun pemahaman yang sama atas peraturan dibidang telekomunikasi
dan penyelesaian-penyelesaian masalah dengan pihak-pihak eksternal Balmon
Bandung guna menciptakan iklim yang kondusif dan menertibkan penggunaan
spektrum frekuensi radio dan orbit satelit. Namun Balmon Bandung belum
mempunyai informasi/data yang lengkap mengenai jumlah seluruh pengguna
spektrum frekuensi dan jumlah ijin yang telah diterbitkan untuk wilayah
Bandung. Selain itu masih terdapat tunggakan tagihan yang belum dibayar
oleh pengguna frekuensi di wilayah Propinsi Jawa Barat sebesar
Rp3.550.226.240,00 atas pendistribusian penagihan Surat Pemberitahuan
Pembayaran Biaya Hak Penggunaan Frekuensi (SPP BHPF) Ditjen Postel
yang telah dikirim ke Balmon Bandung.
5. Pemantauan Secara umum, pemantauan berkelanjutan telah dilaksanakan melalui prosedur
dan kebijakan yang dibuat oleh Kepala Balmon. Strategi untuk menjamin
efektifitas pelaksanaan pengendalian intern pada umumnya telah dilakukan
melalui pemantauan yang berjalan seiring dengan kegiatan sehari-hari dan
dalam rapat staf secara rutin.
III. Hasil Pemeriksaan Tindak Lanjut Pemeriksaan atas pelaksanaan tugas pokok Balmon Bandung telah dilakukan oleh
Itjen Depkominfo, sesuai Laporan Hasil Pemeriksaan Nomor
45 /LHP.R/IJ/KOMINFO/2/2006 . Dalam LHP tersebut terdapat 5 (lima) temuan
dan seluruhnya telah ditindaklanjuti oleh Kepala Balmon Bandung.
14
IV. Temuan Pemeriksaan 1. Pengadaan Alat Miniport Receiver Senilai Rp649.500.000,00 Belum
Dimanfaatkan dan Terdapat Kelebihan Pembayaran Sebesar Rp17.280.000,00 Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Bandung
Departemen Komunikasi dan Informatika pada Tahun Anggaran 2005
mendapat alokasi anggaran untuk membiayai kegiatan pengadaan Miniport
Receiver sebagai sarana penunjang tugas pelaksanaan pokok dan fungsinya.
Hasil pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan, kontrak, dan konfirmasi
kepada pelaksana kegiatan, diketahui sebagai berikut :
a. Pengadaan alat Miniport Receiver dilaksanakan oleh PT.Buanatama Terang
Sejahtera berdasarkan Surat Perjanjian Kontrak Nomor :
.KU.103/50/UPT.BDG/VII/2005 tanggal 14 Juli 2005 dengan harga senilai
Rp649.500.000,00 dengan rincian 1 unit Miniport Receiver sebesar
Rp630.300.000,00 dan 1 unit Battery Pack sebesar Rp19.200.000,00.
Pekerjaan dilaksanakan selama 60 hari kalender dimulai tanggal 14 Juli
2005 s.d 12 September 2005. Pekerjaan telah dinyatakan selesai
seluruhnya dan telah diserahterimakan kepada pelaksana kegiatan sesuai
dengan Berita Acara (BA) Serah Terima pekerjaan Nomor
KU.103/55/UPT.BDG/VIII/2005 tanggal 22 Agustus dan telah dibayar
lunas kepada rekanan berdasarkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
No 956819A/095/110 tanggal 24 Agustus 2005 sebesar Rp649.500.000,00.
Hasil konfirmasi dengan distributor yang mengadakan peralatan tersebut
diperoleh penjelasan bahwa harga pembelian barang Miniport Receiver
sudah termasuk Battery Pack, dengan demikian harga Battery Pack yang
tercantum dalam Kontrak tersebut tidak perlu dibayar, sehingga terdapat
kelebihan pembayaran sebesar Rp17.280.000,00
Harga kontrak Rp 19.200.000,00
PPN 10 % Rp 1.920.000,00
Harga nett Rp 17.280.000,00
b. Berdasarkan hasil cek fisik barang pada tanggal 30 Juli 2005 diketahui
bahwa alat pendektesi spektrum frekuensi radio belum digunakan sesuai
fungsi sebagai perangkat alat monitoring frekuensi. Menurut penjelasan
15
Kasi Monitor dan Penertiban, alat tersebut belum digunakan karena masih
menunggu pengadaan Software dan akan dipakai di mobil pelacak
frekuensi, sedangkan pengadaan Software dan mobil tersebut baru akan
dilaksanakan dalam tahun anggaran 2006 dan masih dalam proses.
Hal tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 80 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tahun 2003,
pada Bagian Kelima Pasal 5 menyebutkan bahwa pengguna barang/jasa,
penyedia barang/jasa, dan para pihak terkait dalam pelaksanaan pengadaan
barang/jasa harus mematuhi etika sebagai berikut :
a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggungjawab untuk
mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan
pengadaan barang/jasa.
b. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran
keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa.
Hal tersebut mengakibatkan Alat Miniport Receiver Senilai Rp649.500.000,00
belum dimanfaatkan dan terdapat kelebihan pembayaran sebesar
Rp17.280.000,00 atas pembayaran Battery Pack pada pengadaan Miniport
Receiver yang dilaksanakan oleh PT. Buanatama Terang Sejahtera
Hal tersebut terjadi karena :
a. Anggaran pengadaan alat Miniport Receiver telah tercantum dalam DIPA
TA. 2005.
b. Panitia pengadaan barang lalai dan tidak cermat dalam melaksanakan
tugasnya.
c. Pengawasan dan pengendalian oleh Kepala Balmon Bandung sebagai
Kuasa Pengguna Anggaran masih lemah.
Kepala Balmon Bandung sependapat dengan temuan Tim BPK-RI dan segera
akan menindaklanjuti dan meminta pertanggungjawaban kepada rekanan atas
kelebihan pembayaran sebesar Rp17.280.000,00 dan selanjutnya disetorkan
ke Kas Negara.
16
BPK-RI menyarankan agar Menteri Komunikasi dan Informatika
menginstruksikan Dirjen Pos dan Telekomunikasi untuk memerintahkan Kepala
Balmon Bandung :
a. Menegur Panitia pengadaan barang untuk lebih cermat dalam
melaksanakan tugasnya serta menarik kelebihan pembayaran sebesar
Rp17.280.000,00 dari PT. Buanatama Terang Sejahtera dan disetorkan ke
Kas Negara (copy bukti setor disampaikan ke BPK-RI).
b. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas setiap pengadaan
barang dan pelaksanaan kegiatan.
Balmon Bandung telah menindaklanjuti dengan melakukan penyetoran
sebesar Rp17.280.000,00 ke Kas Negara dengan Bukti Setoran Penerimaan
Negara Bukan Pajak (SSBP) No. 27464.523384.020010 BFHP tanggal 29
September 2006.
2. Dinas Perhubungan Pemerintah Jawa Barat Telah Menerbitkan Izin Penggunaan Frekuensi Radio dan Pungutan Retribusi Sebesar Rp283.710.000,00 Tidak Disetorkan Ke Kas Negara
Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi, Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit
Kelas II Bandung melaksanakan pengawasan dan pengendalian tertib
penggunaan spektrum frekuensi radio agar lebih efisien ekonomis dan
terkordinasi baik untuk keperluan pertahanan dan keamanan, SAR, darurat,
keselamatan dan mara bahaya, riset, bisnis, penyebarluasan informasi,
hiburan, serta transportasi untuk kesejahteraan rakyat.
Hasil pemeriksaan data-data dan penjelasan staf Balai Monitor Spektrum
Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Bandung, diketahui bahwa :
a. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi, penyelenggaraan dan pemberian izin penggunaan
frekuensi radio dan telekomunikasi adalah wewenang menteri. Atas izin
penggunaan Frekuensi radio tersebut, ditetapkan tarif biaya hak
17
penggunaan frekuensi radio dan merupakan Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) yang langsung disetorkan ke Kas Negara.
b. Di lain Pihak, Pemerintah Daerah Jawa Barat menerbitkan Peraturan
Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2001 tentang
Penyelenggaraan Perhubungan dan izin penggunaan frekuensi radio,
antara lain izin Radio/Televisi dan izin Radio Komunikasi lainnya. Atas izin
penggunaan Frekuensi radio tersebut, ditetapkan tarif retribusi dan
merupakan penerimaan daerah yang disetorkan ke Kas Daerah.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut, diketahui selama tahun 2005 Dinas
Perhubungan Propinsi Jawa Barat telah mengeluarkan sebanyak 162 izin
kepada pengguna Frekuensi radio dan televisi, dimana hasil retribusi tersebut
senilai Rp283.710.000,00 disetor sebagai pendapatan daerah, yang
seharusnya menjadi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Ditjen Postel
Depkominfo.
Hal ini tidak sesuai dengan :
a. Keputusan Presiden nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggran Pendapatan dan Belanja Negara pasal 8 menyatakan
Departemen dan Lembaga wajib:
1) Mengadakan itensifikasi pemungutan pendapatan negara yang menjadi
wewenang dan tanggung jawabnya
2) Mengitensifikasikan penagihan dan pemungutan piutang negara
3) Melakukan penuntutan dan pemungutan denda yang telah diperjanjikan
4) Mengenakan saksi atas kelalaian pembayaran piutang negara tersebut
diatas
b. Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika N0.155/M.Kominfo/5/2005,
tanggal 19 Mei 2005 tentang Penghentian Pemberian Izin Frekuensi Radio
terhadap Para Gubernur dan Bupati seluruh Indonesia
Hal ini mengakibatkan berkurangnya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Ditjen Postel Tahun Anggaran 2005 sebesar Rp283.710.000,00
18
Hal ini disebabkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun
2001 bertentangan dengan UU No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan
Pemda Jawa Barat tidak mengindahkan Keputusan Menteri Kominfo
No.155/M. Kominfo/2005 tentang penghentian pemberian Izin frekuensi.
Kepala Balmon Bandung sependapat dengan temuan Tim BPK-RI, dan
menjelaskan bahwa duplikasi ketentuan izin penggunaan perangkat
telekomunikasi karena Pemda Jawa Barat masih mengacu kepada Perda
No.21 Tahun 2001 tentang penyelenggaraan perhubungan di wilayah Propinsi
Jawa Barat, walaupun Menteri Depkominfo telah meminta Gubernur dan
Bupati untuk menghentikan pemberian izin telekomunikasi.
BPK-RI menyarankan agar Menteri Komunikasi dan Informatika melakukan
koordinasi dengan Menteri Dalam Negeri untuk menegaskan kembali bahwa
wewenang pemberian izin hak penggunaan frekuensi radio di wilayah
Indonesia berada pada Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan biaya
izin merupakan PNBP.
3. Terdapat Biaya Langsung Personil Pekerjaan Pengawasan dan Konsultan
Perencana Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Sebesar Rp 36.982.772,73 dan Biaya Langsung Non Personil Yang Tidak Perlu Dibayar Sebesar Rp5.275.000,00
Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Bandung
Departemen Komunikasi dan Informatika pada Tahun Anggaran 2005
mendapat alokasi anggaran untuk membiayai Perencanaan dan Pengawasan
pembangunan Gedung Master Control dan Renovasi Lantai Dasar sebesar
Rp 57.727.000,00 dan telah dilaksanakan sebagai berikut :
a. Pekerjaan Perencanaan
Kegiatan pekerjaan perencanaan dilaksanakan oleh CV. Mahoni
berdasarkan Surat Perjanjian Pekerjaan Perencanaan Nomor :
KU.103/21/UPT-BDG/IV/2005 tanggal 29 April 2005 dengan harga senilai
Rp34.135.000,00. Pekerjaan perencanaan telah dinyatakan selesai
19
seluruhnya dan telah diserahterimakan kepada pelaksana kegiatan sesuai
dengan Berita Acara (BA) Pembayaran tanggal 10 Nopember 2005 dan
telah dibayar lunas kepada rekanan sesuai dengan SP2D (Surat Perintah
Pencairan Dana) No. 870248B/095/110 tanggal 19 Desember 2005
sebesar Rp34.135.000,00.
b. Pekerjaan Pengawasan
Kegiatan pekerjaan pengawasan dilaksanakan oleh CV. Anima Karya
berdasarkan Surat Perjanjian Pekerjaan Pengawasan Nomor :
KU.103/47/UPT-BDG/VII/2005 tanggal 13 Juli 2005 dengan harga senilai
Rp23.592.000,00. Pekerjaan pengawasan telah dinyatakan selesai
seluruhnya dan telah diserahterimakan kepada pelaksana kegiatan sesuai
dengan Berita Acara (BA) Serah Terima pekerjaan Nomor:
KU.103/72/UPT-BDG/IX/2005 tanggal 9 Nopember 2005 dan telah dibayar
lunas kepada rekanan sesuai dengan SP2D (Surat Perintah Pencairan
Dana) No. 870250B/095/110 tanggal 19 Desember 2005 sebesar
Rp23.592.000,00
Hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan, dokumen pelelangan
dan penjelasan panitia pelelangan, diketahui bahwa biaya personil untuk
tenaga konsultan perencana sebesar Rp21.822.272,73 dan konsultan
pengawasan sebesar Rp15.160.500,00 atau jumlah sebesar Rp36.982.772,73
dihitung dengan tidak berdasarkan harga pasar yang berlaku dan wajar serta
tidak didasarkan dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan yaitu daftar gaji
yang telah diperiksa disertai bukti pembayaran pajak terhadap gaji yang
diterima. Bukti-bukti di lapangan dan administrasi biaya personil tidak dapat
dijelaskan oleh rekanan dan biaya langsung non personil yang tidak perlu
dibayar sebesar (Rp2.525.000,00 + Rp2.750.000,00) = Rp5.275.000,00 rincian
sebagai berikut :
20
BIAYA LANGSUNG NON PERSONIL PERENCANAAN
Kontrak No Jenis Pekerjaan Volume Harga
SK. Gubernur
Selisih ( Rp)
1 Survey,pengukuran,Pemetaan &Dokumentasi
1 LS 1.100.00 125.000 975.000
2 Alat Gambar (sewa/susut Ploter A1)
1 UNIT 1.000.000 900.000 100.000
3 Alat tulis kantor (biaya bahan komputer
1 LS 1.150.000 - 1.150.000
4 Pembuatan laporan akhir 1 SET 175.000 75.000 300.000 Jumlah 2.525.000
BIAYA LANGSUNG NON PERSONIL PENGAWASAN
Kontrak No. Jenis Pekerjaan Volume Harga
SK. Gubernur
Selisih (Rp)
Jumlah (Rp)
1 Dokumentasi 1 LS 1.200.000 125.000 1.075.000 1.075.000 2 Alat gambar 1 UNIT 1.000.000 900.000 100.000 100.000 3 Alat Tulis Kantor 1 LS 1.200.000 - 1.200.000 1.200.000 4 Pengadaan Gambar 6 SET 350.000 340.000 10.000 60.000 5 Pembuatan laporan
akhir 3 SET 180.000 75.000 105.000 315.000
Jumlah 2.750.000
Hal tersebut tidak sesuai dengan :
a. Lampiran I Keppres No.80 tahun 2003 Bab I huruf F (2) (b) (3) tentang
persiapan pengadaan barang/jasa pemerintah antara lain menyatakan
Kerangka Acuan Kerja sekurang-kurangnya memuat kualifikasi dan
jumlah tenaga ahli/tenaga pendukung yang diperlukan (jumlah person-
months) dan jadual setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan.
b. SE Bersama Departemen Keuangan dan BAPPENAS No.SE-38/A/2000
dan No.1203/D-II/03/2000 tanggal 17 Maret 2000 tentang Petunjuk
Penyusunan RAB untuk Jasa Konsultansi :
- Angka I.1. menyatakan bahwa Biaya Langsung Personil (Tenaga ahli)
untuk Jasa Konsultan, Jasa lainnya dan untuk tenaga pendukung
dihitung berdasarkan harga pasar yang berlaku dan wajar serta
didasarkan pada dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan yaitu
melalui daftar gaji yang telah diperiksa (audited pay rol) disertai bukti
pembayaran pajak terhadap gaji yang diterima.
21
- Angka II.1.a. menyatakan bahwa Biaya Langsung Non Personil yang
dapat diganti adalah biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh
Konsultan untuk pengeluaran-pengeluaran sesungguhnya/sesuai
pengeluaran (at cost).
Hal tersebut mengakibatkan pembayaran biaya personil konsultan perencana
dan konsultan pengawasan tidak sesuai ketentuan sebesar Rp36.982.772,73
dan kelebihan pembayaran biaya langsung Non Personil Sebesar
Rp5.275.000,00 pada pembangunan gedung Master Control dan Renovasi
lantai dasar Balai Monitor Bandung.
Hal tersebut disebabkan :
a. Panitia pengadaan barang lalai dan tidak cermat dalam melaksanakan
tugasnya.
b. Pengawasan dan pengendalian oleh Kepala Balmon sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran masih lemah.
Kepala Balmon Bandung menjelaskan bahwa segera akan meminta daftar gaji
dan pajak penghasilan tenaga konsultan perencana dan pengawas, apabila
tidak sesuai dengan kontrak maka selisihnya akan ditarik dan pembayaran non
personil yang tidak perlu akan disetorkan ke Kas Negara.
BPK-RI menyarankan agar Menteri Komunikasi dan Informatika
menginstruksikan Dirjen Pos dan Telekomunikasi untuk memerintahkan Kepala
Balmon Bandung:
a. Menegur secara tertulis kepada panitia pengadaan atas kelalaiannya dan
ketidak cermatannya dalam melaksanakan tugasnya, serta meminta
kepada konsultan perencana dan pengawas berupa daftar gaji dan pajak
penghasilan tenaga konsultan apabila tidak sesuai kontrak maka selisihnya
ditarik dan disetorkan ke Kas Negara.
b. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian sebagai kuasa pengguna
anggaran.
22
c. Menarik kembali kelebihan pembayaran sebesar Rp2.525.000,00 kepada
CV. Mahoni dan Rp2.750.000,00 kepada CV. Anima Karya dan disetorkan
ke Kas Negara.
Balmon Bandung telah menindaklanjuti dengan meminta kepada konsultan
perencana dan pengawas berupa daftar gaji dan pajak penghasilan tenaga
konsultan, serta telah melakukan penyetoran sebesar Rp2.525.000,00 dan
Rp2.750.000,00 ke Kas Negara dengan Bukti Setoran Penerimaan Negara
Bukan Pajak (SSBP) No. 27464.517740.020010 BFHP tanggal 29 September
2006 dan SSBP No. 27464.527936.020010 BFHP tanggal 29 September 2006.
4. Pekerjaan Renovasi dan Pembangunan Balai Monitor Yang Dilaksanakan Oleh CV. Surya Kencana Kurang Dari Ketentuan Kontrak dan Analisa Harga Satuan Lebih Tinggi Dari Seharusnya Sebesar Rp13.441.964,90
Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Bandung
Departemen Komunikasi dan Informatika pada Tahun Anggaran 2005
mendapat alokasi anggaran untuk membiayai pembangunan Gedung Master
Control dan Renovasi Lantai Dasar sebesar Rp 633.810.000,00, dan telah
dilaksanakan oleh CV. Surya Kencana berdasarkan Surat Perjanjian
Pemborongan/Kontrak Nomor : KU.103/44/UPT.BDG/VI/2005 tanggal 13 Juli
2005 dengan harga sebesar Rp633.810.000,00. Pekerjaan dilaksanakan
selama 120 hari kalender dimulai tanggal 13 Juli 2005 s.d 9 Nopember 2005.
Pekerjaan telah dinyatakan selesai seluruhnya dan telah diserahterimakan
kepada Pelaksana Kegiatan sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan
Pekerjaan No KU.103/70/UPT-BDG/XI/2005 tanggal 9 Nopember 2005 dan
telah dibayar lunas sesuai dengan SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana)
Nomor: 870251B/095/110 tanggal 19 Desember 2005 sebesar
Rp633.810.000,00
Hasil pemeriksaan pada surat perjanjian/kontrak dan cek fisik di lapangan pada
tanggal 2 dan 3 Agustus 2006 diketahui terdapat kekurangan volume
pekerjaan tidak sesuai dengan volume yang ditetapkan dalam kontrak
sebesar Rp3.325.561,00 (rincian lihat lampiran 1), dan analisa harga satuan
23
yang tercantum dalam kontrak lebih tinggi dari yang seharusnya (perhitungan
tim/BOW) sebesar Rp10.086.403,90 (rincian lihat lampiran 2)
Hal ini tidak sesuai dengan :
a. Keputusan Presiden Nomor 80 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah Tahun 2003, pada Bagian Kelima Pasal 5
menyebutkan bahwa pengguna barang/jasa, penyedia barang/jasa, dan
para pihak terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus
mematuhi etika sebagai berikut :
1) Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggungjawab untuk
mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan
pengadaan barang/jasa.
2) Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran
keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa.
b. Kontrak Nomor : KU.103/44/UPT.BDG/VI/2005 tanggal 13 Juli 2005 pada
Pasal 1 yang menyatakan bahwa Pihak Kedua mempunyai kewajiban
kepada Pihak Pertama untuk melaksanakan, menyelesaikan, dan
memelihara pekerjaan, serta memperbaiki kerusakan sesuai ketentuan dan
spesifikasi yang tercantum dalam kontrak.
Hal ini mengakibatkan kerugian negara atas pembayaran pekerjaan renovasi
dan pembangunan Balai Monitor yang dilaksanakan oleh rekanan ( CV Surya
Kencana) sebesar Rp13,411.964,90, yaitu :
a. Kekurangan volume pekerjaan tidak sesuai dengan volume yang
ditetapkan dalam kontrak sebesar Rp3.325.561,00
b. Analisa harga satuan yang tercantum dalam kontrak lebih tinggi dari yang
seharusnya sebesar Rp10.086.403,90.
Hal tersebut terjadi karena :
a. Panitia pengadaan tidak cermat dalam mengevaluasi harga penawaran
rekanan
b. Konsultan pengawas lalai dan tidak cermat dalam meneliti/mengawasi
pekerjaan lapangan.
24
c. Pengawasan dan pengendalian oleh Kepala Balmon sebagai Kuasa
Pengguna Anggaran masih lemah.
Kepala Balmon Bandung sependapat dengan temuan tim BPK-RI dan akan
segera meminta pertanggungjawaban kepada rekanan pelaksana atas
kekurangan volume dan beberapa item pekerjaan yang lebih tinggi dan
selanjutnya akan disetorkan ke Kas Negara.
BPK-RI menyarankan agar Menteri Komunikasi dan Informatika
menginstruksikan Dirjen Pos dan Telekomunikasi memerintahkan Kepala
Balmon Bandung untuk :
a. Menegur secara tertulis kepada panitia pengadaan yang lalai dalam
melaksanakan tugasnya;
b. Menegur secara tertulis kepada Konsultan pengawas atas
ketidakcermatannya dalam melaksanakan pekerjaan pengawasan;
c. Meminta pertanggungjawaban pihak CV. Surya Kencana atas kekurangan
pelaksanaan pekerjaan dan kemahalan harga seluruhnya sebesar
Rp13,411.964,90 untuk disetorkan ke Kas Negara. (copy bukti setor
disampaikan ke BPK-RI),
d. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas setiap pelaksanaan
pengadaan dan kegiatan.
Balmon Bandung telah menindaklanjuti dengan melakukan penyetoran
sebesar Rp13,411.964,90 ke Kas Negara dengan Bukti Setoran Penerimaan
Negara Bukan Pajak (SSBP) No. 26671.433763.020010 BFHP tanggal
5 Oktober 2006.
5. PNBP atas Biaya Hak Penggunaan Frekuensi belum diselesaikan oleh
pengguna BHP Frekuensi pada Kantor Balmon Kelas II Bandung senilai Rp3.550.226.240,00
Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Bandung merupakan
salah satu bagian dari manajemen spektrum radio nasional. sistem manajemen
25
spektrum frekuensi radio diharapkan dapat menjamin ketersediaan spektrum
dalam jumlah yang memadai, baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang untuk kepentingan masyarakat luas.
Pemerintah dalam hal ini Ditjen Postel Departemen Komunikasi dan
Informatika memberikan spektrum kepada operator dan hanya meminjamkan
frekuensi tersebut untuk jangka waktu tertentu dan Ditjen Postel berhak untuk
menarik sebagian atau semua frekuensi tersebut jika operator telah melanggar
persyaratan dalam izin dan ada penataan kembali alokasi pita / kanal frekuensi
radio.
Wilayah kerja Balai Monitor Kelas II Bandung terdiri dari 16 Kabupaten, 9 Kota
atau 558 Kecamatan.
Hasil pemeriksaan data-data monitoring dan kegiatan pengendalian frekuensi,
diketahui sebagai berikut :
a. Validasi data dan penyampaian SPP BHP Frekuensi kepada pengguna
frekuensi yang dilaksanakan oleh Balmon Bandung belum maksimal,
menurut penjelasan Kepala Seksi Opharkan, hal tersebut terjadi karena
sejak tahun 2005 data base penggunaan frekuensi radio AFMS tidak dapat
digunakan untuk memantau pelanggan/pengguna frekuensi karena alat
AFMS akan diganti dengan Alat SIMF namun belum dapat digunakan,
menunggu software dan pelatihan operator, sehingga mengakibatkan
masih banyaknya penerimaan Surat Pemberitahuan Pembayaran Biaya
Hak Penggunaan Frekuensi (SPP BHPF) dari Kantor Pusat Ditjen Postel
yang belum terselesaikan.
b. Sampai dengan saat pemeriksaan Tim tanggal 2 Agustus 2006, Ditjen
Postel telah mengirimkan SPP BHPF sebesar Rp3.587.337.065,00, atas
dasar SPP BHPF tersebut, Balmon Bandung telah mendistribusikannya
kepada pengguna/pelanggan sebesar Rp1.370.409.944,00, dan yang telah
tertagih sebesar Rp37.110.825,00, sehingga masih terdapat tunggakan
yang belum dibayar oleh pengguna/pelanggan sebesar
Rp3.550.226.240,00. (Rp3.587.337.065,00 – Rp37.110.825,00).
Hal ini tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang
Telekomunikasi pada Pasal 34 Ayat :
26
(1) Pengguna spektrum frekuensi radio wajib membayar biaya penggunaan
frekuensi, yang besarannya didasarkan atas penggunaan jenis dan lebar
pita frekuensi
(2) Pengguna orbit satelit wajib membayar biaya hak penggunaan orbit
satelit
(3) Ketentuan mengenai biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Hal ini mengakibatkan tertundanya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
atas penggunaan frekuensi sebesar Rp3.550.226.240,00.
Hal ini disebabkan :
a. TUPOKSI Balmon Bandung hanya mengatur mengenai penyampaian SPP
BHP Frekuensi sedangkan kewenangan penagihan oleh Balmon Bandung
tidak diatur secara jelas.
b. Kurangnya koordinasi antara Balmon Bandung dan Kantor Pusat mengenai
pengelolaan dan penagihan PNBP BHP Frekuensi.
Kepala Balmon Bandung sependapat dengan temuan tim BPK-RI, dan akan
segera menindaklanjuti dengan melakukan penagihan lebih itensif kepada
pengguna frekuensi di wilayah Propinsi Jawa Barat.
BPK-RI menyarankan agar Menteri Komunikasi dan Informatika
menginstruksikan kepada Direktur Jenderal Postel agar :
a. Memerintahkan Kepala Balai Monitoring Bandung untuk meningkatkan
pengawasan atas kegiatan-kegiatan yang dikelolanya;
b. Meningkatkan penagihan Biaya Hak Penggunaan Frekuensi kepada
pengguna BHP Frekuensi dan jika perlu mengenakan sanksi yang tegas
atas setiap kelambatan/kelalaian pembayaran.
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN