hasil pemriksaan bpk di badung

29
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA HASIL PEMERIKSAAN ATAS BELANJA BARANG DAN MODAL PADA PROGRAM PENGEMBANGAN, PEMERATAAN, PENINGKATAN KUALITAS SARANA DAN PRASARANA POSTEL TA 2005 DAN 2006 PADA BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT KELAS II DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DI BANDUNG Nomor : Tanggal :

Upload: khoirun-nisa

Post on 29-Nov-2015

71 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

bpk bandung

TRANSCRIPT

Page 1: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

REPUBLIK INDONESIA

HASIL PEMERIKSAAN

ATAS

BELANJA BARANG DAN MODAL PADA PROGRAM PENGEMBANGAN, PEMERATAAN, PENINGKATAN KUALITAS

SARANA DAN PRASARANA POSTEL TA 2005 DAN 2006

PADA

BALAI MONITOR SPEKTRUM FREKUENSI RADIO DAN ORBIT SATELIT KELAS II

DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

DI

BANDUNG

Nomor : Tanggal :

Page 2: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

i

DAFTAR ISI

Resume Hasil Pemeriksaan………………………………………………………. 1

Hasil Pemeriksaan………………………………………………………………….. 7

I. Gambaran Umum 7

1. Tujuan Pemeriksaan ……………………………………………………… 7

2. Sasaran Pemeriksaan …………………………………………………..... 7

3. Metode Pemeriksaan …………………………………………………..... 8

4. Jangka Waktu Pemeriksaan …………………………………………….. 8

5. Obyek Pemeriksaan…………………………………………. …………... 8

II. Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern 10

1. Lingkungan Pengendalian ……………………………………………….. 11

2. Penilaian Resiko ………………………………………………………….. 12

3. Aktivitas Pengendalian …………………………………………………… 12

4. Komunikasi dan Informasi ……………………………………………….. 12

5. Pemantauan …………….………………………………………………… 13

III. Hasil Pemeriksaan Tindak Lanjut

13

IV. Temuan Pemeriksaan

14

1. Pengadaan Alat Miniport Receiver Senilai Rp649.500.000,00 Belum

Dimanfaatkan dan Terdapat Kelebihan Pembayaran Sebesar

Rp17.280.000,00 ...............................................................................

14

2. Dinas Perhubungan Pemerintah Jawa Barat Telah Menerbitkan Izin

Penggunaan Frekuensi Radio dan Pungutan Retribusi Sebesar

Rp283.710.000,00 Tidak Disetorkan Ke Kas Negara ..........................

16

3. Terdapat Biaya Langsung Personil Pekerjaan Pengawasan dan

Konsultan Perencana Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Sebesar

Rp 36.982.772,73 dan Biaya Langsung Non Personil Yang Tidak

Perlu Dibayar Sebesar Rp5.275.000,00 ………………………………...

18

4. Pekerjaan Renovasi dan Pembangunan Balai Monitor Yang

Dilaksanakan Oleh CV. Surya Kencana Kurang Dari Ketentuan

Kontrak dan Analisa Harga Satuan Lebih Tinggi Dari Seharusnya

Page 3: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

ii

Sebesar Rp13.441.964,90 .................................................................. 22

5. PNBP atas Biaya Hak Penggunaan Frekuensi belum diselesaikan

oleh pengguna BHP Frekuensi pada Kantor Balmon Kelas II

Bandung senilai Rp3.550.226.240,00 ...............................................

24

Page 4: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

1

Resume Hasil Pemeriksaan

Berdasarkan ketentuan Pasal 23 E perubahan ketiga Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 dan Pasal 2 Undang-undang No. 5 Tahun 1973,

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia telah memeriksa pelaksanaan

belanja barang dan modal pada Program Pengembangan, Pemerataan,

Peningkatan Kualitas Sarana Dan Prasarana Postel TA. 2005 dan 2006 pada Balai

Monitor Spektrum Frekuensi Radio Dan Orbit Satelit Kelas II di Bandung (Balmon

Bandung).

Audit atas pelaksanaan anggaran tersebut dilakukan dengan berpedoman pada

Standar Audit Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan oleh BPK-RI pada Tahun 1995.

Tanpa mengurangi keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang telah dicapai, hasil

pemeriksaan masih menemukan kelemahan-kelemahan, yaitu :

1. Sistem Pengendalian Intern Sistem Pengendalian Intern Balmon Bandung atas pelaksanaan kegiatan belum

cukup memadai dan masih terdapat kelemahan sehingga pelaksanaan kegiatan

belum dapat berjalan secara taat azas terutama pada aspek :

a. Lingkungan pengendalian yang mencakup integritas dan nilai etika; gaya

operasi dan filosofi manajemen; struktur organisasi; wewenang dan tanggung

jawab; kebijakan dan praktek SDM dalam pelaksanaan akuntabilitas

anggaran dan pelaksanaan monitoring PNBP pada umumnya cukup

memadai. Namun belum semua kebijakan dan perencanaan dapat

dilaksanakan secara efektif, hal ini terjadi karena adanya perubahan struktur

organisasi dengan bergabungnya Ditjen Postel pada Departemen

Komunikasi dan Informatika pada semester II tahun 2005 yang

menyebabkan terjadinya revisi baik dari segi anggaran maupun program

kerja sehingga mengakibatkan rencana kerja dan kebijakan yang telah

disusun tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadual yang telah

ditetapkan. Selain itu terbatasnya kemampuan sumber daya manusia yang

berada di Balmon Bandung baik dibidang pelaksanaan pengadaan barang

dan jasa maupun dalam hal penguasaan teknologi informasi sehingga

pelaksanaan pengadaan barang dan jasa belum dapat dilaksanakan sesuai

ketentuan dan pelayanan kepada publik belum optimal.

Page 5: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

2

b. Balmon Bandung belum menyediakan informasi bagi para staf dan

pelaksana mengenai risiko yang akan terjadi atas suatu fungsi, kegiatan atau

proses baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar organisasi. Yaitu

dalam hal perhitungan untuk pekerjaan konsultan perencana dan konsultan

pengawasan renovasi dan pembangunan kantor pada biaya langsung

personil dan non personil tidak didasarkan ketentuan SE Bersama Bappenas

dengan Departemen Keuangan, dan kegiatan renovasi pembangunan

gedung Balmon diketahui adanya volume fisik kurang dari kontrak, serta

analisa harga satuan lebih tinggi dari yang seharusnya.

c. Aktivitas Pengendalian yang dilaksanakan Balmon Bandung belum dibuat

secara profesional, sehingga antara rencana dan pelaksanaan belum

sepenuhnya mengarah pada efisiensi dan efektivitas. Pembukuan atas

penatausahaan dan pencatatan hasil pengadaan telah dilakukan secara

memadai, namun penerimaan atas pengadaan barang belum dicatat

seluruhnya ke dalam buku inventaris barang milik negara.

2. Temuan Pemeriksaan, yaitu : a. Pengadaan Alat Miniport Receiver Senilai Rp649.500.000,00 Belum

Dimanfaatkan dan Terdapat Kelebihan Pembayaran Sebesar Rp17.280.000,00 Pengadaan alat Miniport Receiver dilaksanakan oleh PT.Buanatama Terang

Sejahtera berdasarkan Surat Perjanjian Kontrak Nomor :

KU.103/50/UPT.BDG/VII/2005 tanggal 14 Juli 2005 dengan harga senilai

Rp649.500.000,00 dengan rincian 1 unit Miniport Receiver sebesar

Rp630.300.000,00 dan 1 unit Battery Pack sebesar Rp19.200.000,00.

Hasil konfirmasi dengan distributor yang mengadakan peralatan tersebut

diperoleh penjelasan bahwa harga pembelian barang Miniport Receiver

sudah termasuk Battery Pack, dengan demikian harga Battery Pack yang

tercantum dalam Kontrak tersebut tidak perlu dibayar, sehingga terdapat

kelebihan pembayaran sebesar Rp17.280.000,00, dan

berdasarkan hasil cek fisik barang pada tanggal 30 Juli 2005 diketahui

bahwa alat pendektesi spektrum frekuensi radio belum digunakan sesuai

fungsi sebagai perangkat alat monitoring frekuensi.

Page 6: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

3

Hal tersebut tidak sesuai dengan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 pada

Bagian Kelima Pasal 5 huruf (a) dan (b). Hal tersebut mengakibatkan Alat Miniport Receiver Senilai

Rp649.500.000,00 belum dimanfaatkan dan terdapat kelebihan pembayaran

sebesar Rp17.280.000,00 atas pembayaran Battery Pack.

Hal tersebut terjadi karena Panitia pengadaan barang dan Pelaksana

kegiatan lalai dan tidak cermat serta Pengawasan dan pengendalian oleh

Kepala Balmon Bandung sebagai Kuasa Pengguna Anggaran masih lemah.

b. Dinas Perhubungan Pemerintah Jawa Barat Telah Menerbitkan Izin Penggunaan Frekuensi Radio dan Pungutan Retribusi Sebesar Rp283.710.000,00 Tidak Disetorkan Ke Kas Negara

Hasil pemeriksaan atas Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Balai

Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Bandung,

diketahui bahwa Pemerintah Daerah Jawa Barat berdasarkan Peraturan

Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2001 tentang

Penyelenggaraan Perhubungan, telah menerbitkan izin penggunaan

frekuensi, yang tidak sesuai dengan Undang-undang No 39 Tahun 1999.

Selama tahun 2005 Dinas Perhubungan Propinsi Jawa Barat telah

mengeluarkan sebanyak 162 izin kepada pengguna frekuensi radio dan

televisi, dimana atas hasil retribusi izin tersebut senilai Rp283.710.000,00

disetor ke Kas Daerah, yang seharusnya menjadi Penerimaan Negara Bukan

Pajak (PNBP) Ditjen Postel dan disetorkan ke Kas Negara.

Hal ini tidak sesuai dengan Keppres nomor 42 tahun 2002 pada pasal 8 ayat

a,b,c,d, dan Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika

N0.155/M.Kominfo/5/2005, tanggal 19 Mei 2005.

Hal ini disebabkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun

2001 bertentangan dengan UU No 36 Tahun 1999 dan Pemda Jawa Barat

tidak mengindahkan Keputusan Menteri Kominfo No.155/M. Kominfo/2005

tentang penghentian pemberian izin frekuensi.

Page 7: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

4

c. Terdapat Biaya Langsung Personil Pekerjaan Pengawasan dan Konsultan Perencana Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Sebesar Rp 36.982.772,73 dan Biaya Langsung Non Personil Yang Tidak Perlu Dibayar Sebesar Rp5.275.000,00

Kegiatan pekerjaan perencanaan pembangunan Gedung Master Control

dilaksanakan oleh CV. Mahoni berdasarkan Surat Perjanjian Pekerjaan

Perencanaan Nomor : KU.103/21/UPT-BDG/IV/2005 tanggal 29 April 2005

dengan harga sebesar Rp34.135.000,00, dan pengawasannya dilaksanakan

oleh CV. Anima Karya berdasarkan Surat Perjanjian Pekerjaan Pengawasan

Nomor : KU.103/47/UPT-BDG/VII/2005 tanggal 13 Juli 2005 dengan harga

sebesar Rp23.592.000,00. Hasil pemeriksaan diketahui biaya personil untuk

tenaga konsultan perencana sebesar Rp21.822.272,73 dan konsultan

pengawasan sebesar Rp15.160.500,00 atau jumlah sebesar

Rp36.982.772,73 dihitung dengan tidak berdasarkan harga pasar yang

berlaku dan wajar serta tidak disertai daftar gaji yang telah diperiksa dan

bukti pembayaran pajak terhadap gaji yang diterima dan terdapat biaya

langsung non personil yang tidak perlu dibayar sebesar Rp5.275.000,00.

Hal tersebut tidak sesuai dengan Lampiran I Keppres No.80 tahun 2003 Bab

I huruf F (2) (b) (3), SE Bersama Departemen Keuangan dan BAPPENAS

No.SE-38/A/2000 dan No.1203/D-II/03/2000 tanggal 17 Maret 2000 pada

Angka I.1 dan Angka II.1.a.

Hal tersebut disebabkan Panitia pengadaan barang dan Pelaksana kegiatan

lalai dan tidak cermat serta pengawasan dan pengendalian oleh Kepala

Balmon sebagai Kuasa Pengguna Anggaran masih lemah.

d. Pekerjaan Renovasi dan Pembangunan Balai Monitor Yang Dilaksanakan Oleh CV. Surya Kencana Kurang Dari Ketentuan Kontrak dan Analisa Harga Satuan Lebih Tinggi Dari Seharusnya Sebesar Rp13.441.964,90

Hasil pemeriksaan fisik di lapangan pada tanggal 2 dan 3 Agustus 2006 atas

pembangunan Gedung Master Control dan Renovasi Lantai Dasar yang

dilaksanakan oleh CV. Surya Kencana berdasarkan Surat Perjanjian

Page 8: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

5

Pemborongan/Kontrak Nomor : KU.103/44/UPT.BDG/VI/2005 tanggal 13 Juli

2005 dengan harga sebesar Rp 633.810.000,00, diketahui terdapat kerugian

negara sebesar Rp13.441.964,90, yaitu kurangnya volume pekerjaan tidak

sesuai dengan volume yang ditetapkan dalam kontrak sebesar

Rp3.325.561,00 dan analisa harga satuan yang tercantum dalam kontrak

lebih tinggi dari yang seharusnya (perhitungan tim/BOW) sebesar

Rp10.086.403,90.

Hal ini tidak sesuai dengan Keppres Nomor 80 Tahun 2003, pada Bagian

Kelima Pasal 5 dan Kontrak Nomor : KU.103/44/UPT.BDG/VI/2005 tanggal

13 Juli 2005 pada Pasal 1.

Hal tersebut terjadi karena Panitia lelang tidak cermat dalam mengevaluasi

harga penawaran rekanan dan Pengawas lapangan lalai dan tidak cermat

dalam meneliti/mengawasi pekerjaan lapangan.

e. PNBP atas Biaya Hak Penggunaan Frekuensi belum diselesaikan oleh pengguna BHP Frekuensi pada Kantor Balmon Kelas II Bandung senilai Rp3.550.226.240,00

Hasil pemeriksaan data-data monitoring dan kegiatan pengendalian frekuensi

pada Balmon Bandung, diketahui bahwa validasi data dan penyampaian

SPP BHP Frekuensi kepada pengguna frekuensi yang dilaksanakan oleh

Balmon Bandung belum maksimal, dan sejak tahun 2005 data base

penggunaan frekuensi radio AFMS tidak dapat digunakan untuk memantau

pelanggan/pengguna frekuensi, sehingga masih banyaknya penerimaan

Surat Pemberitahuan Pembayaran Biaya Hak Penggunaan Frekuensi (SPP

BHPF) dari Kantor Pusat Ditjen Postel yang belum terselesaikan. Sampai

dengan saat pemeriksaan Tim tanggal 2 Agustus 2006, Ditjen Postel telah

mengirimkan SPP BHPF sebesar Rp3.587.337.065,00, atas dasar SPP

BHPF tersebut, Balmon Bandung telah mendistribusikannya kepada

pengguna/pelanggan sebesar Rp1.370.409.944,00, dan yang telah tertagih

sebesar Rp37.110.825,00, sehingga masih terdapat tunggakan yang belum

dibayar oleh pengguna/pelanggan sebesar Rp3.550.226.240,00

(Rp3.587.337.065,00 – Rp37.110.825,00)

Page 9: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

6

Hal ini tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi pada Pasal 34 Ayat (1), (2), dan (3).

Hal ini disebabkan pegawai yang menangani validasi data dan alat

pengukuran frekuensi masih terbatas dan kurangnya kordinasi mengenai

pengelolaan PNBP antara Balai Monitor Bandung dengan Kantor Pusat

Ditjen Postel.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, BPK-RI menyarankan kepada Menteri

Komunikasi dan Informatika :

1. Melakukan koordinasi dengan Menteri Dalam Negeri untuk menegaskan

kembali bahwa wewenang pemberian izin hak penggunaan frekuensi radio

di wilayah Indonesia berada pada Kementerian Komunikasi dan Informatika,

dan biaya izin merupakan PNBP.

2. Menginstruksikan Dirjen Pos dan Telekomunikasi untuk :

a. Memerintahkan Kepala Balmon Bandung memberikan teguran secara

tertulis kepada Panitia Pengadaan yang lalai dalam melaksanakan

tugasnya;

b. Meningkatkan penagihan biaya BHP Frekuensi kepada pengguna BHP

Frekuensi dan jika perlu mengenakan sanksi yang tegas atas setiap

kelambatan/kelalaian pembayaran.

Jakarta, 2006

Penanggung Jawab

R. Suyatna, SH. MM NIP.240001079

Page 10: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

7

Hasil Pemeriksaan I. Gambaran Umum

1. Tujuan Pemeriksaan Untuk menguji dan menilai apakah :

a Pengurusan, pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan Belanja

Barang dan Belanja Modal telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan;

b Pengadaan barang dan jasa telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

tata cara/mekanisme/prosedur dan pertanggungjawaban yang telah

ditetapkan dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 jo. Keppres 61/2004

tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

c Realisasi pengadaan barang dan jasa telah diterima sesuai dengan

kuantitas dan kualitas serta dalam waktu yang telah disyaratkan dalam

kontrak dan realisasi pengadaan barang telah dimanfaatkan sesuai dengan

rencana semula.

2. Sasaran Pemeriksaan

Sasaran kegiatan Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit

Kelas II Bandung adalah :

- Tahun Anggaran 2005

a Administrasi Umum

b Biaya Perijinan Langganan SSB/Radio/Penyelenggaraan Frekuensi

c Renovasi dan Pembangunan Gedung Kantor

d Biaya Pemeliharaan Gedung Kantor

e Pembinaan Penerimaan Negara Bukan Pajak

f Pengadaan Alat Studio dan Komunikasi

- Tahun Anggaran 2006

a. Administrasi Umum

b. Biaya Perijinan Langganan SSB/Radio/Penyelenggaraan Frekuensi

c. Pembangunan Gedung Kantor

d. Pengadaan Perlengkapan Kantor

Page 11: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

8

e. Biaya Pemeliharaan Gedung Kantor

f. Pembinaan Penerimaan Negara Bukan Pajak

g. Pengadaan Alat Studio dan Komunikasi

3. Metode Pemeriksaan a Menelaah dan menguji apakah Sistem Pengendalian Intern (SPI) telah

dirancang dan dilaksanakan secara memadai untuk mencapai tujuan

pengendalian dan pengamanan kekayaan.

b Menguji dan menilai dokumen yang berkaitan dengan keuangan terutama

untuk belanja barang dan belanja modal.

c Melakukan cash opname dan cek fisik atas hasil pengadaan barang/jasa.

d Melakukan konfirmasi dengan pihak-pihak yang terkait untuk memperoleh

masukan (data/keterangan/pernyataan) yang diperlukan.

4. Jangka Waktu Pemeriksaan Pemeriksaan atas kegiatan tersebut tersebut dilakukan selama 15 hari

terhitung mulai tanggal 25 Juli sampai dengan 8 Agustus 2006, berdasarkan

Surat Tugas BPK-RI No.57/ST/III-XI.2/07/2006 tanggal 4 Juli 2006.

5. Obyek Pemeriksaan Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Bandung

adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pos dan

Telekomunikasi, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur

Jenderal Pos dan Telekomunikasi, pembinaan teknis administrasi di bawah

koordinasi Direktorat Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit.

Tugas pokok dan fungsi Balai Monitor Kelas II Bandung sesuai Keputusan

Menteri Komunikasi dan Informatika No. KM 86 Tahun 2005 Tentang

Organisasi dan Tata Kerja Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit

Satelit adalah sebagai berikut :

a. Penyusunan rencana dan program, penyediaan suku cadang,

pemeliharaan perangkat monitor spektrum frekuensi radio dan orbit satelit.

b. Pelaksanaan pengamatan, deteksi lokasi sumber pancaran,

pemantauan/monitor spektrum frekuensi radio dan orbit satelit.

Page 12: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

9

c. Pelaksanaan kalibrasi dan perbaikan perangkat monitor spektrum frekuensi

radio dan orbit satelit.

d. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai Monitor.

e. Koordinasi monitoring spektrum frekuensi radio dan orbit satelit.

f. Penertiban dan penyidikan pelanggaran terhadap penggunaan spektrum

frekuensi radio dan orbit satelit.

g. Pelayanan/pengaduan masyarakat terhadap gangguan spektrum frekuensi

radio dan orbit satelit.

h. Pelaksanaan evaluasi dan pengujian ilmiah serta pengukuran spektrum

frekuensi radio dan orbit satelit.

Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Balmon Bandung

mempunyai visi dan misi sebagai berikut :

a Visi Balai Monitor adalah terbinanya kualitas penyelenggaraan

telekomunikasi tanpa kabel yang sesuai dengan peruntukkannya, untuk

mendukung kegiatan pemerintah, pembangunan dan dunia usaha lainnya.

b Misi Balai Monitor adalah meningkatkan akurasi pengukuran dan data

administrasi pengguna/pelanggan, meningkatkan kemampuan analitis

operator RMS, AFMS, maupun Penyidik PNS serta memberikan

pemahaman mengenai hak dan kewajiban para pengguna telekomunikasi

tanpa kabel, agar dalam pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan yang

berlaku.

Anggaran dan realisasi belanja pada Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio

Dan Orbit Satelit Kelas II Bandung Tahun Angggaran 2005 dan 2006 ( s.d Juni

2006) sebagai berikut :

No. Uraian Anggaran Realisasi Nilai diperiksa

(Rp) (Rp) Rp % 1 2 3 4 5 6 A TA 2005 Pembinaan dan Peng-awasan

Operasional Bidang Pos dan Telekomunikasi

1. Administrasi Umum 413.877.000 413.877.000 413.877.000 100 2. Biaya Perijinan Langganan

SSB/Radio/Penyelenggaraan Frekuensi/CCTV

8.400.000 - -

Page 13: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

10

Penunjang Pembinaan & Pengendalian Frekuensi Radio Nasional

1. Administrasi Umum 475.088.000 417.636.775 417.636.775 100 2. Pembinaan/Koordinasi Dan

Konsultasi Pengawasan 84.780.000 71.428.900 71.428.900 100

3. Pembangunan Prasarana dan Sarana Lingkungan Gedung

714.000.000 698.480.600 698.480.600 100

4. Pengadaan Alat Studio & Komunikasi

650.717.000 649.500.000 649.500.000 100

5. Penyiapan Ops.Pemeliharaan, Sistem, dan Sarana Prasarana Pengawasan

1.352.875.000 1.163.644.462 1.163.644.462 100

Jumlah 2005 3.699.737.000 3.414.567.737 3.414.567.737 100 B TA 2006 Pembinaan dan Peng-awasan

Operasional Bidang Pos dan Telekomunikasi

1. Administrasi Umum 661.063.000 286.487.813 286.487.813 2. Pemb.Prasarana & Sarana Lingk.

Gedung 75.000.000 - -

3. Peningkatan Sarana Prasarana Pengawasan

158.830.000 74.802.800 74.802.800

Penunjang Pembinaan dan Pengendalian Frekuensi Radio Nasional

1. Administrasi Umum 40.224.000 13.500.000 13.500.000 2. Pembinaan/Koordinasi dan

Konsultasi Pengawasan 84.780.000 26.395.400 26.395.400

3. Pembinaan PNBP 776.250.000 2.658.800 2.658.800 4. Pembangunan Rumah Negara 1.050.000.000 - - 5. Pengadaan Alat Studio dan

Komunikasi 2.045.000.000 - -

6. Peningkatan Sarana Prasarana Pengawasan

4.208.616.000 835.802.365 835.802.365

Jumlah 2006 9.099.763.000 1.239.647.178 1.239.647.178

II. Hasil Pemeriksaan Sistem Pengendalian Intern

Penilaian sistem pengendalian intern (SPI) pada Balai Monitor Spektrum Frekuensi

Radio dan Orbit Satelit Kelas II Bandung (Balmon Bandung) dilakukan dengan

analisis terbatas terhadap unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern dan difokuskan

pada kegiatan Sistem Pengendalian atas belanja barang dan modal pada program

pengembangan, pemerataan, peningkatan kualitas sarana dan prasarana Postel

TA 2005 dan 2006 yang mencakup lingkungan pengendalian, penilaian risiko,

aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan.

Page 14: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

11

Hasil pengujian menunjukkan masih terdapat beberapa unsur sistem pengendalian

intern yang perlu mendapat perhatian Balmon Bandung dalam rangka menunjang

pencatatan, pengolahan, pengikhtisaran dan pelaporan data hasil pelaksanaan

belanja dan pelaksanaan monitoring spektrum frekuensi radio.

Penilaian SPI dilakukan menggunakan metode non statistik yaitu melalui

penelaahan dokumen, pengamatan dan wawancara dengan pegawai terkait.

Berdasarkan hasil penilaian secara terbatas terhadap unsur pengendalian intern

yang terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian,

informasi dan komunikasi serta pemantauan, diketahui terdapat beberapa hal yang

perlu mendapatkan perhatian manajemen karena dapat mempengaruhi

kemampuan Balmon Bandung yaitu kegiatan pencatatan, pengolahan,

pengikhtisaran dan pelaporan realisasi pelaksanaan belanja dan pelaksanaan

monitoring spektrum frekuensi radio sebagai berikut :

1. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian yang mencakup integritas dan nilai etika; gaya

operasi dan filosofi manajemen; struktur organisasi; wewenang dan tanggung

jawab; kebijakan dan praktek SDM dalam pelaksanaan akuntabilitas anggaran

dan pelaksanaan monitoring PNBP pada umumnya cukup memadai. Namun

demikian masih ditemukan beberapa catatan antara lain :

a. Belum semua kebijakan dan perencanaan dapat dilaksanakan secara

efektif, hal ini terjadi karena adanya perubahan struktur organisasi dengan

bergabungnya Ditjen Postel dengan Departemen Kominfo yang

menyebabkan terjadinya revisi-revisi baik dari segi anggaran maupun pola

kerja sehingga mengakibatkan rencana kerja dan kebijakan yang telah

disusun tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadual yang telah

ditetapkan.

b. Terbatasnya kemampuan sumber daya manusia yang berada di Balmon

Bandung baik dibidang pelaksanaan pengadaan barang dan jasa maupun

dalam hal penguasaan teknologi informasi sehingga pelaksanaan

pengadaan barang dan jasa belum dapat dilaksanakan sesuai ketentuan

dan pelayanan kepada publik belum optimal.

Page 15: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

12

2. Penilaian Resiko

Secara umum, Balmon Bandung belum menyediakan informasi bagi para staf

dan pelaksana mengenai risiko yang akan terjadi atas suatu fungsi, kegiatan

atau proses baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar organisasi.

Pengelolaan risiko yang merupakan serangkaian langkah untuk memahami

lingkungan risiko secara menyeluruh, mengidentifikasi risiko, menganalisa

risiko, menaksir/mengevaluasi risiko dan penanganan risiko belum secara

formal dipahami dan dilaksanakan. Misalnya dalam hal pekerjaan konsultan

perencana dan konsultan pengawasan yang dalam perhitungan biaya

langsung personil dan non personil tidak didasarkan ketentuan SE Bersama

Bappenas dengan Departemen Keuangan, dan kegiatan renovasi

pembangunan gedung Balmon diketahui adanya volume fisik kurang dari

kontrak, serta analisa harga satuan lebih tinggi dari yang seharusnya

3. Aktivitas Pengendalian Penilaian lebih lanjut atas aktivitas pengendalian diketahui adanya beberapa

kelemahan antara lain :

- Perencanaan

Perencanaan kegiatan pengadaan barang dan jasa belum dibuat secara

profesional, sehingga antara rencana dan pelaksanaan belum sepenuhnya

mengarah pada efisiensi dan efektivitas, yaitu pengadaan barang pada

TA. 2005 belum digunakan sesuai fungsinya.

- Pembukuan

Pembukuan atas penatausahaan dan pencatatan hasil pengadaan telah

dilakukan secara memadai, yaitu untuk penerimaan atas pengadaan barang

belum seluruhnya dicatat ke dalam buku inventaris barang milik negara.

- Pelaporan

Penyampaian laporan Realisasi Anggaran telah dilaksanakan secara rutin,

dan laporan pelaksanaan telah dibuat laporannya.

4. Komunikasi dan Informasi Komunikasi yang lancar dan efektif adalah salah satu kunci keberhasilan suatu

organisasi. Secara umum, informasi dan komunikasi yang terjadi dalam

Page 16: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

13

lingkungan internal dan eksternal Balmon Bandung telah dilaksanakan secara

memadai baik melalui diskusi-diskusi/rapat-rapat internal maupun komunikasi

dan sosialisasi dengan para stakeholder guna menyamakan visi untuk

membangun pemahaman yang sama atas peraturan dibidang telekomunikasi

dan penyelesaian-penyelesaian masalah dengan pihak-pihak eksternal Balmon

Bandung guna menciptakan iklim yang kondusif dan menertibkan penggunaan

spektrum frekuensi radio dan orbit satelit. Namun Balmon Bandung belum

mempunyai informasi/data yang lengkap mengenai jumlah seluruh pengguna

spektrum frekuensi dan jumlah ijin yang telah diterbitkan untuk wilayah

Bandung. Selain itu masih terdapat tunggakan tagihan yang belum dibayar

oleh pengguna frekuensi di wilayah Propinsi Jawa Barat sebesar

Rp3.550.226.240,00 atas pendistribusian penagihan Surat Pemberitahuan

Pembayaran Biaya Hak Penggunaan Frekuensi (SPP BHPF) Ditjen Postel

yang telah dikirim ke Balmon Bandung.

5. Pemantauan Secara umum, pemantauan berkelanjutan telah dilaksanakan melalui prosedur

dan kebijakan yang dibuat oleh Kepala Balmon. Strategi untuk menjamin

efektifitas pelaksanaan pengendalian intern pada umumnya telah dilakukan

melalui pemantauan yang berjalan seiring dengan kegiatan sehari-hari dan

dalam rapat staf secara rutin.

III. Hasil Pemeriksaan Tindak Lanjut Pemeriksaan atas pelaksanaan tugas pokok Balmon Bandung telah dilakukan oleh

Itjen Depkominfo, sesuai Laporan Hasil Pemeriksaan Nomor

45 /LHP.R/IJ/KOMINFO/2/2006 . Dalam LHP tersebut terdapat 5 (lima) temuan

dan seluruhnya telah ditindaklanjuti oleh Kepala Balmon Bandung.

Page 17: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

14

IV. Temuan Pemeriksaan 1. Pengadaan Alat Miniport Receiver Senilai Rp649.500.000,00 Belum

Dimanfaatkan dan Terdapat Kelebihan Pembayaran Sebesar Rp17.280.000,00 Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Bandung

Departemen Komunikasi dan Informatika pada Tahun Anggaran 2005

mendapat alokasi anggaran untuk membiayai kegiatan pengadaan Miniport

Receiver sebagai sarana penunjang tugas pelaksanaan pokok dan fungsinya.

Hasil pemeriksaan pertanggungjawaban keuangan, kontrak, dan konfirmasi

kepada pelaksana kegiatan, diketahui sebagai berikut :

a. Pengadaan alat Miniport Receiver dilaksanakan oleh PT.Buanatama Terang

Sejahtera berdasarkan Surat Perjanjian Kontrak Nomor :

.KU.103/50/UPT.BDG/VII/2005 tanggal 14 Juli 2005 dengan harga senilai

Rp649.500.000,00 dengan rincian 1 unit Miniport Receiver sebesar

Rp630.300.000,00 dan 1 unit Battery Pack sebesar Rp19.200.000,00.

Pekerjaan dilaksanakan selama 60 hari kalender dimulai tanggal 14 Juli

2005 s.d 12 September 2005. Pekerjaan telah dinyatakan selesai

seluruhnya dan telah diserahterimakan kepada pelaksana kegiatan sesuai

dengan Berita Acara (BA) Serah Terima pekerjaan Nomor

KU.103/55/UPT.BDG/VIII/2005 tanggal 22 Agustus dan telah dibayar

lunas kepada rekanan berdasarkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)

No 956819A/095/110 tanggal 24 Agustus 2005 sebesar Rp649.500.000,00.

Hasil konfirmasi dengan distributor yang mengadakan peralatan tersebut

diperoleh penjelasan bahwa harga pembelian barang Miniport Receiver

sudah termasuk Battery Pack, dengan demikian harga Battery Pack yang

tercantum dalam Kontrak tersebut tidak perlu dibayar, sehingga terdapat

kelebihan pembayaran sebesar Rp17.280.000,00

Harga kontrak Rp 19.200.000,00

PPN 10 % Rp 1.920.000,00

Harga nett Rp 17.280.000,00

b. Berdasarkan hasil cek fisik barang pada tanggal 30 Juli 2005 diketahui

bahwa alat pendektesi spektrum frekuensi radio belum digunakan sesuai

fungsi sebagai perangkat alat monitoring frekuensi. Menurut penjelasan

Page 18: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

15

Kasi Monitor dan Penertiban, alat tersebut belum digunakan karena masih

menunggu pengadaan Software dan akan dipakai di mobil pelacak

frekuensi, sedangkan pengadaan Software dan mobil tersebut baru akan

dilaksanakan dalam tahun anggaran 2006 dan masih dalam proses.

Hal tersebut tidak sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 80 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Tahun 2003,

pada Bagian Kelima Pasal 5 menyebutkan bahwa pengguna barang/jasa,

penyedia barang/jasa, dan para pihak terkait dalam pelaksanaan pengadaan

barang/jasa harus mematuhi etika sebagai berikut :

a. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggungjawab untuk

mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan

pengadaan barang/jasa.

b. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran

keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa.

Hal tersebut mengakibatkan Alat Miniport Receiver Senilai Rp649.500.000,00

belum dimanfaatkan dan terdapat kelebihan pembayaran sebesar

Rp17.280.000,00 atas pembayaran Battery Pack pada pengadaan Miniport

Receiver yang dilaksanakan oleh PT. Buanatama Terang Sejahtera

Hal tersebut terjadi karena :

a. Anggaran pengadaan alat Miniport Receiver telah tercantum dalam DIPA

TA. 2005.

b. Panitia pengadaan barang lalai dan tidak cermat dalam melaksanakan

tugasnya.

c. Pengawasan dan pengendalian oleh Kepala Balmon Bandung sebagai

Kuasa Pengguna Anggaran masih lemah.

Kepala Balmon Bandung sependapat dengan temuan Tim BPK-RI dan segera

akan menindaklanjuti dan meminta pertanggungjawaban kepada rekanan atas

kelebihan pembayaran sebesar Rp17.280.000,00 dan selanjutnya disetorkan

ke Kas Negara.

Page 19: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

16

BPK-RI menyarankan agar Menteri Komunikasi dan Informatika

menginstruksikan Dirjen Pos dan Telekomunikasi untuk memerintahkan Kepala

Balmon Bandung :

a. Menegur Panitia pengadaan barang untuk lebih cermat dalam

melaksanakan tugasnya serta menarik kelebihan pembayaran sebesar

Rp17.280.000,00 dari PT. Buanatama Terang Sejahtera dan disetorkan ke

Kas Negara (copy bukti setor disampaikan ke BPK-RI).

b. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas setiap pengadaan

barang dan pelaksanaan kegiatan.

Balmon Bandung telah menindaklanjuti dengan melakukan penyetoran

sebesar Rp17.280.000,00 ke Kas Negara dengan Bukti Setoran Penerimaan

Negara Bukan Pajak (SSBP) No. 27464.523384.020010 BFHP tanggal 29

September 2006.

2. Dinas Perhubungan Pemerintah Jawa Barat Telah Menerbitkan Izin Penggunaan Frekuensi Radio dan Pungutan Retribusi Sebesar Rp283.710.000,00 Tidak Disetorkan Ke Kas Negara

Dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi, Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit

Kelas II Bandung melaksanakan pengawasan dan pengendalian tertib

penggunaan spektrum frekuensi radio agar lebih efisien ekonomis dan

terkordinasi baik untuk keperluan pertahanan dan keamanan, SAR, darurat,

keselamatan dan mara bahaya, riset, bisnis, penyebarluasan informasi,

hiburan, serta transportasi untuk kesejahteraan rakyat.

Hasil pemeriksaan data-data dan penjelasan staf Balai Monitor Spektrum

Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Bandung, diketahui bahwa :

a. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi, penyelenggaraan dan pemberian izin penggunaan

frekuensi radio dan telekomunikasi adalah wewenang menteri. Atas izin

penggunaan Frekuensi radio tersebut, ditetapkan tarif biaya hak

Page 20: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

17

penggunaan frekuensi radio dan merupakan Penerimaan Negara Bukan

Pajak (PNBP) yang langsung disetorkan ke Kas Negara.

b. Di lain Pihak, Pemerintah Daerah Jawa Barat menerbitkan Peraturan

Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2001 tentang

Penyelenggaraan Perhubungan dan izin penggunaan frekuensi radio,

antara lain izin Radio/Televisi dan izin Radio Komunikasi lainnya. Atas izin

penggunaan Frekuensi radio tersebut, ditetapkan tarif retribusi dan

merupakan penerimaan daerah yang disetorkan ke Kas Daerah.

Hasil pemeriksaan lebih lanjut, diketahui selama tahun 2005 Dinas

Perhubungan Propinsi Jawa Barat telah mengeluarkan sebanyak 162 izin

kepada pengguna Frekuensi radio dan televisi, dimana hasil retribusi tersebut

senilai Rp283.710.000,00 disetor sebagai pendapatan daerah, yang

seharusnya menjadi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Ditjen Postel

Depkominfo.

Hal ini tidak sesuai dengan :

a. Keputusan Presiden nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan

Anggran Pendapatan dan Belanja Negara pasal 8 menyatakan

Departemen dan Lembaga wajib:

1) Mengadakan itensifikasi pemungutan pendapatan negara yang menjadi

wewenang dan tanggung jawabnya

2) Mengitensifikasikan penagihan dan pemungutan piutang negara

3) Melakukan penuntutan dan pemungutan denda yang telah diperjanjikan

4) Mengenakan saksi atas kelalaian pembayaran piutang negara tersebut

diatas

b. Keputusan Menteri Komunikasi dan Informatika N0.155/M.Kominfo/5/2005,

tanggal 19 Mei 2005 tentang Penghentian Pemberian Izin Frekuensi Radio

terhadap Para Gubernur dan Bupati seluruh Indonesia

Hal ini mengakibatkan berkurangnya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

Ditjen Postel Tahun Anggaran 2005 sebesar Rp283.710.000,00

Page 21: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

18

Hal ini disebabkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun

2001 bertentangan dengan UU No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan

Pemda Jawa Barat tidak mengindahkan Keputusan Menteri Kominfo

No.155/M. Kominfo/2005 tentang penghentian pemberian Izin frekuensi.

Kepala Balmon Bandung sependapat dengan temuan Tim BPK-RI, dan

menjelaskan bahwa duplikasi ketentuan izin penggunaan perangkat

telekomunikasi karena Pemda Jawa Barat masih mengacu kepada Perda

No.21 Tahun 2001 tentang penyelenggaraan perhubungan di wilayah Propinsi

Jawa Barat, walaupun Menteri Depkominfo telah meminta Gubernur dan

Bupati untuk menghentikan pemberian izin telekomunikasi.

BPK-RI menyarankan agar Menteri Komunikasi dan Informatika melakukan

koordinasi dengan Menteri Dalam Negeri untuk menegaskan kembali bahwa

wewenang pemberian izin hak penggunaan frekuensi radio di wilayah

Indonesia berada pada Kementerian Komunikasi dan Informatika, dan biaya

izin merupakan PNBP.

3. Terdapat Biaya Langsung Personil Pekerjaan Pengawasan dan Konsultan

Perencana Tidak Sesuai Dengan Ketentuan Sebesar Rp 36.982.772,73 dan Biaya Langsung Non Personil Yang Tidak Perlu Dibayar Sebesar Rp5.275.000,00

Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Bandung

Departemen Komunikasi dan Informatika pada Tahun Anggaran 2005

mendapat alokasi anggaran untuk membiayai Perencanaan dan Pengawasan

pembangunan Gedung Master Control dan Renovasi Lantai Dasar sebesar

Rp 57.727.000,00 dan telah dilaksanakan sebagai berikut :

a. Pekerjaan Perencanaan

Kegiatan pekerjaan perencanaan dilaksanakan oleh CV. Mahoni

berdasarkan Surat Perjanjian Pekerjaan Perencanaan Nomor :

KU.103/21/UPT-BDG/IV/2005 tanggal 29 April 2005 dengan harga senilai

Rp34.135.000,00. Pekerjaan perencanaan telah dinyatakan selesai

Page 22: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

19

seluruhnya dan telah diserahterimakan kepada pelaksana kegiatan sesuai

dengan Berita Acara (BA) Pembayaran tanggal 10 Nopember 2005 dan

telah dibayar lunas kepada rekanan sesuai dengan SP2D (Surat Perintah

Pencairan Dana) No. 870248B/095/110 tanggal 19 Desember 2005

sebesar Rp34.135.000,00.

b. Pekerjaan Pengawasan

Kegiatan pekerjaan pengawasan dilaksanakan oleh CV. Anima Karya

berdasarkan Surat Perjanjian Pekerjaan Pengawasan Nomor :

KU.103/47/UPT-BDG/VII/2005 tanggal 13 Juli 2005 dengan harga senilai

Rp23.592.000,00. Pekerjaan pengawasan telah dinyatakan selesai

seluruhnya dan telah diserahterimakan kepada pelaksana kegiatan sesuai

dengan Berita Acara (BA) Serah Terima pekerjaan Nomor:

KU.103/72/UPT-BDG/IX/2005 tanggal 9 Nopember 2005 dan telah dibayar

lunas kepada rekanan sesuai dengan SP2D (Surat Perintah Pencairan

Dana) No. 870250B/095/110 tanggal 19 Desember 2005 sebesar

Rp23.592.000,00

Hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan, dokumen pelelangan

dan penjelasan panitia pelelangan, diketahui bahwa biaya personil untuk

tenaga konsultan perencana sebesar Rp21.822.272,73 dan konsultan

pengawasan sebesar Rp15.160.500,00 atau jumlah sebesar Rp36.982.772,73

dihitung dengan tidak berdasarkan harga pasar yang berlaku dan wajar serta

tidak didasarkan dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan yaitu daftar gaji

yang telah diperiksa disertai bukti pembayaran pajak terhadap gaji yang

diterima. Bukti-bukti di lapangan dan administrasi biaya personil tidak dapat

dijelaskan oleh rekanan dan biaya langsung non personil yang tidak perlu

dibayar sebesar (Rp2.525.000,00 + Rp2.750.000,00) = Rp5.275.000,00 rincian

sebagai berikut :

Page 23: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

20

BIAYA LANGSUNG NON PERSONIL PERENCANAAN

Kontrak No Jenis Pekerjaan Volume Harga

SK. Gubernur

Selisih ( Rp)

1 Survey,pengukuran,Pemetaan &Dokumentasi

1 LS 1.100.00 125.000 975.000

2 Alat Gambar (sewa/susut Ploter A1)

1 UNIT 1.000.000 900.000 100.000

3 Alat tulis kantor (biaya bahan komputer

1 LS 1.150.000 - 1.150.000

4 Pembuatan laporan akhir 1 SET 175.000 75.000 300.000 Jumlah 2.525.000

BIAYA LANGSUNG NON PERSONIL PENGAWASAN

Kontrak No. Jenis Pekerjaan Volume Harga

SK. Gubernur

Selisih (Rp)

Jumlah (Rp)

1 Dokumentasi 1 LS 1.200.000 125.000 1.075.000 1.075.000 2 Alat gambar 1 UNIT 1.000.000 900.000 100.000 100.000 3 Alat Tulis Kantor 1 LS 1.200.000 - 1.200.000 1.200.000 4 Pengadaan Gambar 6 SET 350.000 340.000 10.000 60.000 5 Pembuatan laporan

akhir 3 SET 180.000 75.000 105.000 315.000

Jumlah 2.750.000

Hal tersebut tidak sesuai dengan :

a. Lampiran I Keppres No.80 tahun 2003 Bab I huruf F (2) (b) (3) tentang

persiapan pengadaan barang/jasa pemerintah antara lain menyatakan

Kerangka Acuan Kerja sekurang-kurangnya memuat kualifikasi dan

jumlah tenaga ahli/tenaga pendukung yang diperlukan (jumlah person-

months) dan jadual setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan.

b. SE Bersama Departemen Keuangan dan BAPPENAS No.SE-38/A/2000

dan No.1203/D-II/03/2000 tanggal 17 Maret 2000 tentang Petunjuk

Penyusunan RAB untuk Jasa Konsultansi :

- Angka I.1. menyatakan bahwa Biaya Langsung Personil (Tenaga ahli)

untuk Jasa Konsultan, Jasa lainnya dan untuk tenaga pendukung

dihitung berdasarkan harga pasar yang berlaku dan wajar serta

didasarkan pada dokumen yang dapat dipertanggungjawabkan yaitu

melalui daftar gaji yang telah diperiksa (audited pay rol) disertai bukti

pembayaran pajak terhadap gaji yang diterima.

Page 24: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

21

- Angka II.1.a. menyatakan bahwa Biaya Langsung Non Personil yang

dapat diganti adalah biaya yang sebenarnya dikeluarkan oleh

Konsultan untuk pengeluaran-pengeluaran sesungguhnya/sesuai

pengeluaran (at cost).

Hal tersebut mengakibatkan pembayaran biaya personil konsultan perencana

dan konsultan pengawasan tidak sesuai ketentuan sebesar Rp36.982.772,73

dan kelebihan pembayaran biaya langsung Non Personil Sebesar

Rp5.275.000,00 pada pembangunan gedung Master Control dan Renovasi

lantai dasar Balai Monitor Bandung.

Hal tersebut disebabkan :

a. Panitia pengadaan barang lalai dan tidak cermat dalam melaksanakan

tugasnya.

b. Pengawasan dan pengendalian oleh Kepala Balmon sebagai Kuasa

Pengguna Anggaran masih lemah.

Kepala Balmon Bandung menjelaskan bahwa segera akan meminta daftar gaji

dan pajak penghasilan tenaga konsultan perencana dan pengawas, apabila

tidak sesuai dengan kontrak maka selisihnya akan ditarik dan pembayaran non

personil yang tidak perlu akan disetorkan ke Kas Negara.

BPK-RI menyarankan agar Menteri Komunikasi dan Informatika

menginstruksikan Dirjen Pos dan Telekomunikasi untuk memerintahkan Kepala

Balmon Bandung:

a. Menegur secara tertulis kepada panitia pengadaan atas kelalaiannya dan

ketidak cermatannya dalam melaksanakan tugasnya, serta meminta

kepada konsultan perencana dan pengawas berupa daftar gaji dan pajak

penghasilan tenaga konsultan apabila tidak sesuai kontrak maka selisihnya

ditarik dan disetorkan ke Kas Negara.

b. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian sebagai kuasa pengguna

anggaran.

Page 25: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

22

c. Menarik kembali kelebihan pembayaran sebesar Rp2.525.000,00 kepada

CV. Mahoni dan Rp2.750.000,00 kepada CV. Anima Karya dan disetorkan

ke Kas Negara.

Balmon Bandung telah menindaklanjuti dengan meminta kepada konsultan

perencana dan pengawas berupa daftar gaji dan pajak penghasilan tenaga

konsultan, serta telah melakukan penyetoran sebesar Rp2.525.000,00 dan

Rp2.750.000,00 ke Kas Negara dengan Bukti Setoran Penerimaan Negara

Bukan Pajak (SSBP) No. 27464.517740.020010 BFHP tanggal 29 September

2006 dan SSBP No. 27464.527936.020010 BFHP tanggal 29 September 2006.

4. Pekerjaan Renovasi dan Pembangunan Balai Monitor Yang Dilaksanakan Oleh CV. Surya Kencana Kurang Dari Ketentuan Kontrak dan Analisa Harga Satuan Lebih Tinggi Dari Seharusnya Sebesar Rp13.441.964,90

Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Kelas II Bandung

Departemen Komunikasi dan Informatika pada Tahun Anggaran 2005

mendapat alokasi anggaran untuk membiayai pembangunan Gedung Master

Control dan Renovasi Lantai Dasar sebesar Rp 633.810.000,00, dan telah

dilaksanakan oleh CV. Surya Kencana berdasarkan Surat Perjanjian

Pemborongan/Kontrak Nomor : KU.103/44/UPT.BDG/VI/2005 tanggal 13 Juli

2005 dengan harga sebesar Rp633.810.000,00. Pekerjaan dilaksanakan

selama 120 hari kalender dimulai tanggal 13 Juli 2005 s.d 9 Nopember 2005.

Pekerjaan telah dinyatakan selesai seluruhnya dan telah diserahterimakan

kepada Pelaksana Kegiatan sesuai dengan Berita Acara Pemeriksaan

Pekerjaan No KU.103/70/UPT-BDG/XI/2005 tanggal 9 Nopember 2005 dan

telah dibayar lunas sesuai dengan SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana)

Nomor: 870251B/095/110 tanggal 19 Desember 2005 sebesar

Rp633.810.000,00

Hasil pemeriksaan pada surat perjanjian/kontrak dan cek fisik di lapangan pada

tanggal 2 dan 3 Agustus 2006 diketahui terdapat kekurangan volume

pekerjaan tidak sesuai dengan volume yang ditetapkan dalam kontrak

sebesar Rp3.325.561,00 (rincian lihat lampiran 1), dan analisa harga satuan

Page 26: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

23

yang tercantum dalam kontrak lebih tinggi dari yang seharusnya (perhitungan

tim/BOW) sebesar Rp10.086.403,90 (rincian lihat lampiran 2)

Hal ini tidak sesuai dengan :

a. Keputusan Presiden Nomor 80 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah Tahun 2003, pada Bagian Kelima Pasal 5

menyebutkan bahwa pengguna barang/jasa, penyedia barang/jasa, dan

para pihak terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa harus

mematuhi etika sebagai berikut :

1) Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggungjawab untuk

mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan

pengadaan barang/jasa.

2) Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran

keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa.

b. Kontrak Nomor : KU.103/44/UPT.BDG/VI/2005 tanggal 13 Juli 2005 pada

Pasal 1 yang menyatakan bahwa Pihak Kedua mempunyai kewajiban

kepada Pihak Pertama untuk melaksanakan, menyelesaikan, dan

memelihara pekerjaan, serta memperbaiki kerusakan sesuai ketentuan dan

spesifikasi yang tercantum dalam kontrak.

Hal ini mengakibatkan kerugian negara atas pembayaran pekerjaan renovasi

dan pembangunan Balai Monitor yang dilaksanakan oleh rekanan ( CV Surya

Kencana) sebesar Rp13,411.964,90, yaitu :

a. Kekurangan volume pekerjaan tidak sesuai dengan volume yang

ditetapkan dalam kontrak sebesar Rp3.325.561,00

b. Analisa harga satuan yang tercantum dalam kontrak lebih tinggi dari yang

seharusnya sebesar Rp10.086.403,90.

Hal tersebut terjadi karena :

a. Panitia pengadaan tidak cermat dalam mengevaluasi harga penawaran

rekanan

b. Konsultan pengawas lalai dan tidak cermat dalam meneliti/mengawasi

pekerjaan lapangan.

Page 27: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

24

c. Pengawasan dan pengendalian oleh Kepala Balmon sebagai Kuasa

Pengguna Anggaran masih lemah.

Kepala Balmon Bandung sependapat dengan temuan tim BPK-RI dan akan

segera meminta pertanggungjawaban kepada rekanan pelaksana atas

kekurangan volume dan beberapa item pekerjaan yang lebih tinggi dan

selanjutnya akan disetorkan ke Kas Negara.

BPK-RI menyarankan agar Menteri Komunikasi dan Informatika

menginstruksikan Dirjen Pos dan Telekomunikasi memerintahkan Kepala

Balmon Bandung untuk :

a. Menegur secara tertulis kepada panitia pengadaan yang lalai dalam

melaksanakan tugasnya;

b. Menegur secara tertulis kepada Konsultan pengawas atas

ketidakcermatannya dalam melaksanakan pekerjaan pengawasan;

c. Meminta pertanggungjawaban pihak CV. Surya Kencana atas kekurangan

pelaksanaan pekerjaan dan kemahalan harga seluruhnya sebesar

Rp13,411.964,90 untuk disetorkan ke Kas Negara. (copy bukti setor

disampaikan ke BPK-RI),

d. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian atas setiap pelaksanaan

pengadaan dan kegiatan.

Balmon Bandung telah menindaklanjuti dengan melakukan penyetoran

sebesar Rp13,411.964,90 ke Kas Negara dengan Bukti Setoran Penerimaan

Negara Bukan Pajak (SSBP) No. 26671.433763.020010 BFHP tanggal

5 Oktober 2006.

5. PNBP atas Biaya Hak Penggunaan Frekuensi belum diselesaikan oleh

pengguna BHP Frekuensi pada Kantor Balmon Kelas II Bandung senilai Rp3.550.226.240,00

Balai Monitor Spektrum Frekuensi Radio dan Orbit Satelit Bandung merupakan

salah satu bagian dari manajemen spektrum radio nasional. sistem manajemen

Page 28: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

25

spektrum frekuensi radio diharapkan dapat menjamin ketersediaan spektrum

dalam jumlah yang memadai, baik dalam jangka pendek maupun jangka

panjang untuk kepentingan masyarakat luas.

Pemerintah dalam hal ini Ditjen Postel Departemen Komunikasi dan

Informatika memberikan spektrum kepada operator dan hanya meminjamkan

frekuensi tersebut untuk jangka waktu tertentu dan Ditjen Postel berhak untuk

menarik sebagian atau semua frekuensi tersebut jika operator telah melanggar

persyaratan dalam izin dan ada penataan kembali alokasi pita / kanal frekuensi

radio.

Wilayah kerja Balai Monitor Kelas II Bandung terdiri dari 16 Kabupaten, 9 Kota

atau 558 Kecamatan.

Hasil pemeriksaan data-data monitoring dan kegiatan pengendalian frekuensi,

diketahui sebagai berikut :

a. Validasi data dan penyampaian SPP BHP Frekuensi kepada pengguna

frekuensi yang dilaksanakan oleh Balmon Bandung belum maksimal,

menurut penjelasan Kepala Seksi Opharkan, hal tersebut terjadi karena

sejak tahun 2005 data base penggunaan frekuensi radio AFMS tidak dapat

digunakan untuk memantau pelanggan/pengguna frekuensi karena alat

AFMS akan diganti dengan Alat SIMF namun belum dapat digunakan,

menunggu software dan pelatihan operator, sehingga mengakibatkan

masih banyaknya penerimaan Surat Pemberitahuan Pembayaran Biaya

Hak Penggunaan Frekuensi (SPP BHPF) dari Kantor Pusat Ditjen Postel

yang belum terselesaikan.

b. Sampai dengan saat pemeriksaan Tim tanggal 2 Agustus 2006, Ditjen

Postel telah mengirimkan SPP BHPF sebesar Rp3.587.337.065,00, atas

dasar SPP BHPF tersebut, Balmon Bandung telah mendistribusikannya

kepada pengguna/pelanggan sebesar Rp1.370.409.944,00, dan yang telah

tertagih sebesar Rp37.110.825,00, sehingga masih terdapat tunggakan

yang belum dibayar oleh pengguna/pelanggan sebesar

Rp3.550.226.240,00. (Rp3.587.337.065,00 – Rp37.110.825,00).

Hal ini tidak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang

Telekomunikasi pada Pasal 34 Ayat :

Page 29: Hasil Pemriksaan BPK Di Badung

26

(1) Pengguna spektrum frekuensi radio wajib membayar biaya penggunaan

frekuensi, yang besarannya didasarkan atas penggunaan jenis dan lebar

pita frekuensi

(2) Pengguna orbit satelit wajib membayar biaya hak penggunaan orbit

satelit

(3) Ketentuan mengenai biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Hal ini mengakibatkan tertundanya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)

atas penggunaan frekuensi sebesar Rp3.550.226.240,00.

Hal ini disebabkan :

a. TUPOKSI Balmon Bandung hanya mengatur mengenai penyampaian SPP

BHP Frekuensi sedangkan kewenangan penagihan oleh Balmon Bandung

tidak diatur secara jelas.

b. Kurangnya koordinasi antara Balmon Bandung dan Kantor Pusat mengenai

pengelolaan dan penagihan PNBP BHP Frekuensi.

Kepala Balmon Bandung sependapat dengan temuan tim BPK-RI, dan akan

segera menindaklanjuti dengan melakukan penagihan lebih itensif kepada

pengguna frekuensi di wilayah Propinsi Jawa Barat.

BPK-RI menyarankan agar Menteri Komunikasi dan Informatika

menginstruksikan kepada Direktur Jenderal Postel agar :

a. Memerintahkan Kepala Balai Monitoring Bandung untuk meningkatkan

pengawasan atas kegiatan-kegiatan yang dikelolanya;

b. Meningkatkan penagihan Biaya Hak Penggunaan Frekuensi kepada

pengguna BHP Frekuensi dan jika perlu mengenakan sanksi yang tegas

atas setiap kelambatan/kelalaian pembayaran.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN