hasil dan pembahasan - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa...

51
69 HASIL DAN PEMBAHASAN Kesesuaian Lahan Budidaya Tambak Kesesuaian lahan untuk budidaya tambak di wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur diperoleh dari hasil analisis terhadap parameter-parameter: jenis tanah, tekstur tanah, curah hujan, topografi, kemiringan lahan, penggunaan lahan, jarak dari sungai, dan jarak dari pantai. Rata-rata wilayah pesisir di Kabupaten Kutai Timur memiliki kelerengan <2 %, kecuali di Kecamatan Kaliorang, Sandaran, dan sebagian Kecamatan Sangkulirang, sehingga air pasang dari laut dapat masuk hingga beberapa kilometer ke darat melalui sungai-sungai yang landai. Agar usaha pertambakan dapat berjalan secara berkelanjutan, dikaitkan dengan tujuan perlindungan seperti tertuang dalam Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung, dengan mempertimbangkan pasang surut (tidal range) antara 0,3-2,5 meter (tunggang pasang 2,2 m), maka kawasan pantai selebar 260 m (dibula tkan menjadi 300 m) dari garis pantai ke arah darat tidak dialokasikan sebagai kawasan pertambakan. Kawasan ini dijadikan sebagai kawasan sempadan pantai (green belt). Demikian juga dengan kawasan selebar 100 m di kiri dan kanan sungai dialokasikan sebagai kawasan sempadan sungai. Jenis tanah yang terdapat di wilayah penelitian adalah marin (marine group) dan kubah gambut (peat domes group). Tanah jenis marin merupakan dataran pasang surut di sepanjang pesisir, dengan kelerengan <3 % (landai), bervegetasi mangrove, dan bersedimen halus. Tanah marin di wilayah penelitian terdiri dari jenis tanah fluvaquents, tropaquepts, hydraquents, dan dystropepts. Tanah hydraquents, yang banyak terdapat di Kecamatan Sangatta dan Bengalon, merupakan jenis tanah yang masih mentah/ berlumpur, sehingga akan menyulitkan dalam pembuatan konstruksi tambak. Oleh karena itu tanah ini harus dikeringkan terlebih dahulu. Jika tanah tersebut mengandung bahan sulfidik, maka akan terjadi proses oksidasi berkepanjangan pada saat penggalian tambak sehingga membentuk pirit. Simpson dan Pedini (1985) diacu dalam Hardjowigeno (2001) mengemukakan bahwa penyebab utama rendahnya hasil udang dan ikan pada

Upload: trinhtuong

Post on 15-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

69

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kesesuaian Lahan Budidaya Tambak

Kesesuaian lahan untuk budidaya tambak di wilayah pesisir Kabupaten

Kutai Timur diperoleh dari hasil analisis terhadap parameter-parameter: jenis

tanah, tekstur tanah, curah hujan, topografi, kemiringan lahan, penggunaan lahan,

jarak dari sungai, dan jarak dari pantai.

Rata-rata wilayah pesisir di Kabupaten Kutai Timur memiliki kelerengan

<2 %, kecuali di Kecamatan Kaliorang, Sandaran, dan sebagian Kecamatan

Sangkulirang, sehingga air pasang dari laut dapat masuk hingga beberapa

kilometer ke darat melalui sungai-sungai yang landai.

Agar usaha pertambakan dapat berjalan secara berkelanjutan, dikaitkan

dengan tujuan perlindungan seperti tertuang dalam Keppres No. 32 Tahun 1990

tentang pengelolaan kawasan lindung, dengan mempertimbangkan pasang surut

(tidal range) antara 0,3-2,5 meter (tunggang pasang 2,2 m), maka kawasan pantai

selebar 260 m (dibula tkan menjadi 300 m) dari garis pantai ke arah darat tidak

dialokasikan sebagai kawasan pertambakan. Kawasan ini dijadikan sebagai

kawasan sempadan pantai (green belt). Demikian juga dengan kawasan selebar

100 m di kiri dan kanan sungai dialokasikan sebagai kawasan sempadan sungai.

Jenis tanah yang terdapat di wilayah penelitian adalah marin (marine

group) dan kubah gambut (peat domes group). Tanah jenis marin merupakan

dataran pasang surut di sepanjang pesisir, dengan kelerengan <3 % (landai),

bervegetasi mangrove, dan bersedimen halus.

Tanah marin di wilayah penelitian terdiri dari jenis tanah fluvaquents,

tropaquepts, hydraquents, dan dystropepts. Tanah hydraquents, yang banyak

terdapat di Kecamatan Sangatta dan Bengalon, merupakan jenis tanah yang masih

mentah/ berlumpur, sehingga akan menyulitkan dalam pembuatan konstruksi

tambak. Oleh karena itu tanah ini harus dikeringkan terlebih dahulu. Jika tanah

tersebut mengandung bahan sulfidik, maka akan terjadi proses oksidasi

berkepanjangan pada saat penggalian tambak sehingga membentuk pirit.

Simpson dan Pedini (1985) diacu dalam Hardjowigeno (2001)

mengemukakan bahwa penyebab utama rendahnya hasil udang dan ikan pada

Page 2: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

70

sejumlah lahan pantai adalah adanya pirit (FeS2). Senyawa ini bila dalam keadaan

kering akan teroksidasi menjadi asam sulfat yang sangat masam. Beberapa tambak

yang dibangun di tanah yang kaya pirit di Sulawesi Selatan menunjukkan

penurunan pH tanah dari 7 menjadi 4 dalam waktu kurang dari 12 jam (Poernomo,

1992 dalam Hardjowigeno, 2001).

Budidaya tambak tidak bisa dilepaskan dari pasokan air asin secara

kontinyu, oleh karena itu kedekatan lokasi pertambakan dari pantai akan menjadi

pertimbangan utama. Semakin dekat lokasi pertambakan dari pantai, akan

semakin mudah dalam pengambilan air laut, sehingga biaya yang dikeluarkan

untuk memasok air laut ke tambak menjadi lebih murah. Faktor kedekatan lokasi

dari sungai untuk menjamin pasokan air tawar, juga akan membantu kelancaran

budidaya pertambakan.

Amplitudo pasang surut merupakan faktor yang paling berpengaruh untuk

pasokan air ke tambak. Yang penting diperhatikan bagi usaha pertambakan adalah

rata-rata tinggi air pasang dan rata-rata tinggi air surut. Kedua rata-rata tersebut

diperlukan untuk menetapkan apakah daerah yang dinilai masih berada dalam

batas-batas air pasang surut atau sudah berada di luarnya. Perlu dicatat bahwa air

pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi

dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai yang tertahan oleh pasang air

laut (Hardjowigeno, 2001).

Fluktuasi pasang surut air laut yang dianggap memenuhi syarat pembuatan

tambak antara 2-3 m, atau paling tidak 1,5-2,5 m (Samun et al 1984 dalam Fadlan,

2003). Tambak yang terletak pada daerah dengan pasang surut yang besar,

membutuhkan pematang dan tanggul yang tinggi dengan biaya pembuatan yang

mahal. Sebaliknya, fluktuasi pasang surut <1 m, meyebabkan daya jangkau air

terlalu pendek sehingga proses pengisian dan pengeringan air tidak dapat

dilakukan dengan baik kecuali dengan batuan pompa. Tunggang pasang (tidal

range) air laut di pesisir Kabupaten Kutai Timur adalah ± 2,2 meter, sehingga

masih dalam kisaran layak untuk budidaya tambak.

Topografi dan ketinggian tempat dari permukaan air laut (elevasi)

merupakan faktor lain yang perlu diperhatikan pada pembuatan tambak. Tambak

memerlukan daerah datar dan masih dapat digenangi langsung oleh pasang surut

Page 3: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

71

air asin atau payau. Ketinggian seluruh tempat itu tidak boleh melebihi tinggi

permukaan air pasang tertinggi, karena tambak akan sulit dialiri, dan juga tidak

boleh lebih rendah daripada tinggi permukaan air surut terrendah, sekalipun masih

dekat pantai, karena tambak akan mengalami banjir permanen (Hardjowigeno,

2001; Afrianto dan Liviawati, 1991).

Tanah yang bergelombang sebaiknya dihindarkan karena akan

memerlukan biaya tinggi untuk penggalian dan perataan tanah. Penggalian tanah

yang banyak dan dalam menyebabkan lapisan tanah yang subur akan terbuang

(Poernomo, 1992).

Iklim berkaitan dengan pengeringan dasar tambak secara berkala dengan

tujuan untuk memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan mineralisasi bahan

organik, dan menghilangkan bahan-bahan beracun seperti H2S, amoniak, serta

metan. Karena itu diperlukan adanya bulan-bulan kering tertentu pada setiap

tahun. Curah hujan tinggi sepanjang tahun tanpa bulan kering kurang cocok untuk

tambak. Hujan terus-menerus sepanjang hari selama beberapa minggu akan

menurunkan suhu air tambak. Sebaliknya, curah hujan yang terlalu rendah dan

bulan kering yang terlalu panjang juga kurang baik untuk daerah pertambakan.

Curah hujan antara 2.000-3.000 mm/th dengan bulan kering 2-3 bulan cukup baik

digunakan untuk tambak (Soeseno, 1988 dalam Hardjowigeno, 2001).

Pada saat ini wilayah pesisir di Kabupaten Kutai Timur yang eksisting

digunakan untuk budidaya tambak adalah sekitar muara Sungai Sangatta, Teluk

Lombok, muara Sungai Kenyamukan, muara Sungai Sangkima, dan muara Sungai

Bengalon. Kondisi sesuai dengan hasil analisis spasial kesesuaian lahan tambak,

yang menunjukkan bahwa daerah tersebut memang sesuai untuk pengembangan

budidaya tambak.

Menurut hasil analisis spasial, potensi wilayah pesisir Kabupaten Kutai

Timur yang sesuai untuk pengembangan budidaya tambak adalah sebagaimana

disajikan dalam Gambar 5.

Luas areal berdasarkan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan

budidaya tambak dapat dilihat pada Tabel 11.

Page 4: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

72

Tabel 11. Luas Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Tambak di Pesisir Kabupaten Kutai Timur

No. Kesesuaian Lahan Luas (Ha)

1 Sangat Sesuai 2.572,220

2 Sesuai 7.154,573

Sumber: hasil analisis spasial

Hasil analisis spasial menunjukkan penyebaran kelas lahan untuk budidaya

tambak adalah sebagai berikut:

(i) Lokasi yang termasuk dalam kelas sangat sesuai (S1) seluas 2.572,220

ha, tersebar di pesisir Muara Sangkima, Teluk Lombok, Muara Sangatta, Muara

Bengalon, Tanjung Manis dan yang luas adalah daerah Sempayau, Rapak, Mandu,

dan Benua Baru di Teluk Sangkulirang.

(ii) Lokasi yang termasuk dalam kelas sesuai (S2) seluas 7.154,573 ha,

tersebar di sepanjang pesisir Kecamatan Sangatta, Bengalon, Kaliorang dan

Sangkulirang dengan jarak ke darat sejauh batas wilayah penelitian.

Kawasan sangat sesuai (S1) dicirikan dengan tidak adanya faktor

pembatas yang berarti jika lahan tersebut dikembangkan untuk tambak secara

berkelanjutan. Dalam jangka panjang produktivitas lahan pada lokasi ini tidak

akan menurun secara nyata. Dari 2.572,220 ha lahan tambak yang sangat sesuai

tersebut, yang sudah dibuka menjadi tambak baru sekitar 841 ha, dan hanya

sekitar 280 ha yang sudah produktif (Statistik Dinas Perikanan Kelautan, 2005).

Kawasan sesuai (S2) dicirikan dengan dijumpainya faktor pembatas yang

cukup berarti untuk mempertahankan pengelolaan tambak secara berkelanjutan.

Pembatas tersebut akan mengurangai produksi dan keuntungan yang diperoleh

karena adanya penambahan masukan untuk mengusahakan lahan tersebut. Sebagai

pembatas pada kawasan ini adalah: (i) sebagian wilayah berada pada tanah yang

bersifat asam, sehingga diperlukan biaya untuk pengolahan tanah, (ii) lahan

terletak pada kebun, tegalan dan persawahan, sehingga akan menambah biaya

untuk pembebasan lahan bila dikonversi menjadi tambak, (iii) jarak yang cukup

jauh dari pantai dan sungai, sehingga memerlukan tambahan biaya untuk pasokan

air asin dan air tawar.

Page 5: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

73

Gambar 5. Peta Kesesuaian Lahan Budidaya Tambak di Wilayah Pesisir Kabupaten Kutai Timur

Page 6: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

74

Lahan tambak yang sesuai S1 maupun S2 di sekitar muara Sungai Sangatta

mempunyai ancaman yang cukup berat bagi keberlanjutan usaha budidaya tambak

tersebut, karena di sepanjang DAS Sungai Sangatta terdapat banyak industri dan

permukiman, baik industri yang berskala besar, seperti pertambangan PT KPC,

maupun industri yang berskala kecil, seperti usaha penggergajian kayu (sawmill),

moulding, bengkel, pasar, dan home industri lainnya. Industri dan rumah tangga ini,

seperti yang sudah umum terjadi di Kalimantan, membuang limbahnya ke sungai.

Sehingga ancaman pencemaran oleh limbah anthropogenik sangat mungkin terjadi.

Bahaya pencemaran ini dapat mengakibatkan serangan penyakit dan kegagalan

panen.

Demikian juga lahan-lahan tambak di sekitar Sungai Sangkima dan Teluk

Kabba perlu diperhatikan pembukaannya, agar tidak mengkonversi hutan mangrove

yang ada di sekitarnya. Hutan mangrove di wilayah ini termasuk dalam kawasan

Taman Nasional Kutai (TNK) yang mempunyai fungsi konservasi, sehingga

mengkonversi hutan mangrove ini dapat berpengaruh pada keberlanjutan usaha-usaha

lainnya yang memanfaatkan sumberdaya alam,

Salah satu alternatif dalam memanfaatkan kawasan di sekitar hutan mangrove

untuk tambak agar berkelanjutan adalah dengan menggunakan sistem mina hutan

(silvofishery). Penerapan mina hutan dikawasan ekosistem hutan mangrove

diharapkan dapat tetap memberikan lapangan kerja bagi petani disekitar kawasan

tanpa merusak hutan itu sendiri dan adanya pemerataan luas lahan bagi masyarakat.

Harapan ini dapat terwujud dengan catatan tidak ada pemilik modal yang menguasai

lahan secara berlebihan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, harus ada ikatan

perjanjian antara pengelola tambak dan Dinas Kehutanan, yang antara lain berisi

kewajiban bagi pengelola tambak untuk menjaga kelestarian hutan serta sanksi bagi

pengelola tambak mengingkari kewajibannya. Berdasarkan pengalaman ketentuan

yang harus dipenuhi oleh pengelola tambak antara lain menjaga perbandingan hutan

dan tambak sebesar 80% hutan dan 20% tambak.

Dengan pengembangan mina hutan secara lebih tertata dan perbandingan

antara hutan dan tambak sebesar 80% : 20%, diharapkan dapat meningkatkan

Page 7: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

75

produksi per satuan luas dan hasil tangkapan udang liar. Harapan tersebut didasarkan

pada asumsi bahwa hutan disekitar kolam yang lebih baik akan meningkatkan

kesuburan kolam dengan banyaknya detritus, yang secara tidak langsung akan

berpengaruh terhadap produksi. Di samping itu, hutan yang lebih baik akan menjadi

tempat mengasuh anak yang cukup bagi udang, melindungi udang dari suhu yang

tinggi dan menyediakan makanan yang lebih banyak bagi udang dan ikan.

Untuk kondisi tanah tambak di Kabupaten Kutai Timur yang cenderung asam

dan dan salinitas air tambak yang tinggi karena tingginya evaporasi air tambak,

komoditas yang cukup baik dikembangkan adalah kepiting bakau (Scylla serrata).

Kepiting bakau sangat memungkinkan dikembangkan dengan model mina hutan

karena habitatnya secara alami adalah hutan bakau.

S. serrata merupakan jenis kepiting yang paling popular sebagai bahan

makanan dan mempunyai harga yang cukup mahal (bernilai ekonomis tinggi). Dalam

pemenuhan kebutuhan pasar masih dilakukan dengan cara penangkapan di alam.

Harga kepiting bakau untuk keperluan ekspor relatif tinggi, sehingga mempunyai

prospek yang baik untuk dikembangkan. Hasil statistik perikanan Indonesia tahun

1990/1999 menunjukkan, rajungan dan kepiting merupakan komoditas ekspor yang

mempunyai nilai ekonomis tinggi setelah udang dan ikan. Nilai ekspor

kepiting/rajungan pada tahun 1999 mencapai 54 juta dollar AS.

Budidaya tambak dengan komoditas S. Serrata ini diharapkan lebih

menguntungkan bagi petani karena tidak memerlukan biaya yang tinggi untuk input

teknologi, dan benih masih banyak tersedia di alam sehingga tidak perlu

mendatangkan dari luar daerah. Selain itu secara lokal, istri-istri nelayan di Desa

Sangkima juga sudah memanfaatkan daging kepiting untuk pembuatan kerupuk

kepiting

Kesesuaian Lahan Budidaya Karamba Sistem Jaring Tancap (Fixed net cage)

Kesesuaian lahan untuk budidaya karamba di wilayah pesisir Kabupaten Kutai

Timur diperoleh dari hasil analisis terhadap parameter: keterlindungan perairan,

Page 8: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

76

tinggi gelombang, kecepatan arus, kedalaman perairan, material dasar perairan, dan

tingginya tingkat pencemaran. Pengambilan data hidro-oseanografi untuk analisis kesesuaian lahan karamba

ini dilakukan pada musim angin peralihan (bulan Oktober-Desember), dimana

kondisi gelombang tinggi dan arah arus tidak menentu. Oleh karena itu potensi

kesesuaian lahan untuk karamba yang dianalisis pada penelitian ini merupakan

potensi untuk musim pancaroba. Pada musim yang lain (musim selatan dan utara)

kondisi kesesuaian lahan ini mungkin dapat berbeda, karena kondisi hidro-

oseanografinya juga berbeda. Namun pada penelitian ini perbedaan tersebut tidak

dibahas karena tidak mengambil data pada musim selatan dan musim utara.

Budidaya karamba yang sudah dilakukan di pesisir Kabupaten Kutai Timur

adalah budidaya karamba sistem Fixed net cage. Jaring tancap (Fixed net cage)

adalah sistem teknologi budidaya dalam wadah berupa jaring yang diikatkan pada

patok yang menancap ke dasar perairan (Effendi, 2004). Kepadatan organisme

budidaya dalam sistem ini relatif rendah, karena terletak pada perairan yang

dangkal sehingga kualitas lingkungan dalam sistem ini kurang baik dibanding

karamba jaring apung. Beberapa komoditas yang potensial dipelihara dalam

sistem ini adalah lobster, teripang dan ikan kerapu.

Menurut hasil analisis spasial, potensi wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur

yang sesuai untuk pengembangan budidaya karamba adalah sebagaimana disajikan

dalam Gambar 6. Luas areal berdasarkan kelas kesesuaian lahan untuk

pengembangan budidaya karamba dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Luas Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Karamba di Pesisir Kabupaten Kutai Timur

No. Kesesuaian Lahan Luas (ha)

1 Sangat Sesuai 804,259

2 Sesuai 3.155,090

Sumber: hasil analisis spasial

Page 9: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

77

Hasil analisis spasial menunjukkan penyebaran kelas lahan untuk budidaya

karamba adalah sebagai berikut: (i) Lokasi yang termasuk dalam kelas sangat sesuai (S1) seluas 804,259 ha,

berada di Kecamatan Kaliorang dan Sangkulirang, yaitu perairan Pulau Miang

Besar dan Miang Kecil, Bual-bual, Teluk Kaliorang dan Sempayau.

(ii) Lokasi yang termasuk dalam kelas sesuai (S2) seluas 3.155,090 ha, tersebar di

sepanjang pesisir Teluk Sangkulirang, Dusun Tepian Kelambu, Tanjung

Pagar, Teluk Nepa, pesisir Teluk Pandan, dan Teluk Lombok.

Kawasan sangat sesuai (S1) dicirikan dengan tidak adanya faktor pembatas

yang berarti jika lahan tersebut dikembangkan untuk karamba secara berkelanjutan.

Dalam jangka panjang produktivitas lahan pada lokasi ini tidak akan menurun secara

nyata. Kawasan yang sangat sesuai (S1) terluas terdapat pada perairan Bual-bual dan

Pulau Miang, karena secara umum kondisi perairan di kawasan tersebut cukup

terlindung dari arus yang kuat karena terlindung oleh terumbu karang di P. Miang dan

perairan cukup jernih karena sedikit muara sungai dan hutan mangrove.

Kawasan sesuai (S2) dicirikan dengan dijumpainya faktor pembatas yang

cukup berarti untuk mempertahankan pengelolaan karamba secara berkelanjutan.

Pembatas tersebut kebanyakan berupa kondisi fisik oseanografi yang ekstrim pada

musim-musim tertentu. Pesisir dan laut Kabupaten Kutai Timur mengalami kecepatan

arus dan gelombang yang tinggi pada musim selatan dan peralihan, yang berlangsung

antara bulan Juli-Desember. Pada kondisi ini karamba terkadang tidak mampu

menahan gelombang sehingga rusak bahkan hancur. Oleh karena itu perlu dicari

solusi teknik budidaya yang bersifat tidak permanen, misalnya karamba jaring apung

dengan menggunakan pelampung drum plastik, sehingga pada saat musim-musim

tersebut karamba dapat diangkat agar tidak rusak oleh gelombang. Faktor pembatas

lain adalah sedimentasi dan pencemaran yang berasal dari lingkungan eksternal dan

internal.

Page 10: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

78

Gambar 6. Peta Kesesuaian Lahan Budidaya Karamba sistem Fixed net cage di Wilayah Pesisir Kabupaten Kutai Timur

Page 11: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

79

Kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut Sistem Long Line Pemilihan lokasi merupakan hal yang sangat menentukan berhasil

tidaknya suatu usaha budidaya rumput laut. Untuk memperoleh hasil yang

memuaskan dari usaha budidaya rumput laut hendaknya dipilih lokasi yang sesuai

dengan ekobiologi (persyaratan tumbuh) rumput laut.

Faktor ekologi yang berpengaruh terhadap budidaya rumput laut, adalah:

1. Keterlindungan

Lokasi harus terlindung untuk menghindari kerusakan fisik rumput laut dari

terpaan angin dan gelombang yang besar (Anonim, 1979).

2. Dasar Perairan, Dasar perairan yang paling baik bagi pertumbuhan

(Eucheuma sp) adalah dasar perairan yang stabil yang terdiri dari potongan

karang mati bercampur dengan pasir karang (Anonim,1979).

3. Kedalaman Air

Pada surut terendah lahan budidaya masih terendam air minimal 50 cm,

supaya rumput laut tidak mengalami kekeringan karena terkena sinar

matahari secara Iangsung dan sekitar 210 cm saat pasang tinggi (Anonim,

1979).

4. Salinitas

Salinitas perairan yang tinggi dengan kisaran 28-34‰ dengan nilai optimum

32‰ untuk itu hindari lokasi dari sekitar muara sungai (Zatnika, 1985).

5. Suhu air yang sesuai untuk budidaya rumput laut berkisar 27-30°C (Zatnika,

1985).

6. Kecerahan yang ideal dengan angka transparansi sekitar 1,5 m (Zatnika,

1985).

7. Keasaman (pH)

Kisaran pH antara 7-9. Nilai diharapkan pada kisaran 7,3 – 8,2 Karena

perubahan pH akan mempengaruhi keseimbangan kandungan karbon

dioksida (C02) yang secara umum dapat membahayakan kehidupan biota

laut dari tingkat produktivitas primer perairan (Anonim,1999).

8. Pergerakan air (Ombak dan Arus)

Lokasi budidaya harus terlindung dari arus (pergerakan air) dan hempasan

ombak yang terlalu kuat. Apabila hal ini terjadi, arus dan ombak akan

Page 12: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

80

merusak dan menghanyutkan tanaman. Air harus mempunyai gerakan air

yang cukup. Kecepatan arus yang cukup untuk budidaya Eucheuma sp 20 –

40 cm/detik. Dengan kondisi seperti ini, akan mempermudah penggantian

dan penyerapan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman, tetapi tidak

sampai merusak tanaman (Anggadiredja, 2006).

9. Aman dari predator dan kompetitor

Lokasi budidaya bukan merupakan tempat berkumpulnya predator rumput

laut, seperti ikan, penyu, bulu babi, dan herbivor lainnya. Dengan demikian,

kerusakan tanaman dapat ditekan, di samping juga dapat menghemat biaya

pemeliharaan dan perlindungan terhadap hama tanaman (Anggadiredja,

2006).

10. Untuk keamanan dan keberlanjutan budidaya maka lokasi yang dipilih

bukan merupakan tempat yang menjadi jalur pelayaran (Anggadiredja,

2006).

Pengambilan data hidro-oseanografi untuk analisis kesesuaian lahan

budidaya rumput laut ini dilakukan pada musim angin pancaroba (bulan Oktober-

Desember), dimana kondisi gelombang tinggi dan arah arus tidak menentu. Oleh

karena itu potensi kesesuaian lahan untuk karamba yang dianalisis pada penelitian

ini merupakan potensi untuk musim pancaroba. Pada musim yang lain (musim

selatan dan utara) kondisi kesesuaian lahan ini mungkin dapat berbeda, karena

kondisi hidro-oseanografinya juga berbeda. Namun pada penelitian ini perbedaan

tersebut tidak dibahas karena tidak mengambil data pada musim selatan dan

musim utara.

Menurut hasil analisis spasial, potensi wilayah pesisir Kabupaten Kutai

Timur yang sesuai untuk pengembangan budidaya rumput laut adalah

sebagaimana disajikan dalam Gambar 7.

Luas areal berdasarkan kelas kesesuaian lahan untuk pengembangan

budidaya rumpur laut dapat dilihat pada Tabel 13.

Page 13: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

81

Tabel 13. Luas Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Rumput Laut di Pesisir Kabupaten Kutai Timur

No. Kesesuaian Lahan Luas (ha)

1 Sangat Sesuai 3.790.540

2 Sesuai 7.492,305

Sumber: hasil analisis spasial

Hasil analisis spasial menunjukkan penyebaran kelas lahan untuk budidaya

rumput laut adalah sebagai berikut:

(iii) Lokasi yang termasuk dalam kelas sangat sesuai (S1) seluas 3.790,540 ha,

tersebar di pesisir Desa Sangkima, Desa Sekerat, Desa Kaliorang, Dusun

Labuhan Kelambu, sepanjang pesisir Teluk Sangkulirang, Tanjung Pagar,

dan Teluk Nepa.

(iv) Lokasi yang termasuk dalam kelas sesuai (S2) seluas 7.492,305 ha,

tersebar di sepanjang pesisir Kabupaten Kutai Timur .

Kawasan sesuai (S2) dicirikan dengan dijumpainya faktor pembatas yang

cukup berarti untuk mempertahankan pengelolaan rumput laut secara

berkelanjutan. Sebagai pembatas pada kawasan ini adalah: (i) lokasi berada pada

lahan yang mempunyai kondisi pergerakan arus dan gelombang yang pada musim

tertentu (musim selatan) bersifat ekstrim, sehingga pada musim tersebut tidak

dapat dilakukan usaha budidaya rumput laut, (ii) kualitas/kesuburan perairan tidak

cukup mendukung pertumbuhan rumput laut, sehingga pertumbuhan lebih lambat,

(iii) lokasi yang cukup jauh dari sarana transportasi, sehingga memerlukan

tambahan biaya untuk pengangkutan.

Page 14: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

82

Gambar 7. Peta Kesesuaian Lahan Budidaya Rumput Laut Sistem Long Line di Pesisir Kabupaten Kutai Timur

Page 15: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

76

Identifikasi Keterlibatan dan Peran Stakeholder

Untuk menganalisis konflik pemanfaatan ruang dalam pengelolaan

sumberdaya pesisir dan untuk merumuskan arahan pengembangan kegiatan

perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur dilakukan dengan metode

participatory oleh stakeholder yang terkait agar diperoleh hasil yang partisipatif,

integratif, dan akomodatif.

Berdasarkan hasil identifikasi stakeholders, maka stakeholders yang terkait

dengan pengembangan kegiatan perikanan budidaya di wilayah pesisir Kabupaten

Kutai Timur adalah sebagaimana yang disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Stakeholder yang Terkait dengan Kegiatan Perikanan Budidaya di Pesisir Kabupaten Kutai Timur.

Kelompok

Stakeholders Stakeholders

Pemerintah Daerah

1. DPRD KabupatenKutim 2. Dinas Kelautan dan Perikanan, 3. Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur, 4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 5. Dinas Pariwisata Kabupaten Kutai Timur, 6. Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai Timur, dan 7. Taman Nasional Kutai Timur,

LSM 8. Yayasan BIKAL Swasta/ Masyarakat Pesisir

9. Masyarakat Pembudidaya, 10. Masyarakat Nelayan, 11. Masyarakat Wisatawan, 12. PT Kaltim Prima Coal, 13. PT Pertamina 14. Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), dan 15. Koperasi Perikanan

Akademisi 16. Stiper Kutai Timur Sumber: Analisis Data Primer Lebih lanjut, stakeholders yang telah diidentifikasi tersebut

dikelompokkan/dipetakan dalam suatu kriteria sesuai dengan tingkat kepentingan,

kapasitas, dan relevansinya atas pembangunan.

Dengan pemetaan stakeholder, maka akan didapat profil stakeholder yang

diperlukan. Sebagai suatu alternatif, secara lebih rinci pemetaan stakeholder bisa

dilakukan dengan memberi skor dengan melihat peran, pengaruh stakeholders

pada perencanaan daerah. Tabel 15 berikut ini menunjukkan matrik analisis

Page 16: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

77

pengaruh stakeholders terhadap pengembangan perikanan di pesisir Kabupaten

Kutai Timur.

Tabel 15. Matriks Analisis Pengaruh Stakeholders Terhadap Pengembangan Kegiatan Perikanan di Pesisir Kabupaten Kutai Timur

Stakeholders Peran dalam Kegiatan • Pembuat

Keputusan • Pengorganisir • Pelaksana • Pemanfaat • Pengontrol • Pendukung • Penentang

Pengaruh Kegiatan Terhadap Kepentingan Stakeholders T= tidak dikenal 1 = tidak penting 2 = agak penting 3 = sedang 4 = sangat penting 5 = pemain kunci

Pengaruh Stakeholders Terhadap Keberhasilan Kegiatan T= tidak dikenal 1 = tidak penting 2 = agak penting 3 = sedang 4 = sangat penting 5 = pemain kunci

Tahap Perencanaan

Tahap Pelaksanaan

DPRD Kab.** Pembuat Keputusan

4 5 3

Pemda Kutim** Pengorganisir 4 5 3 Bappeda Kutim** Pengorganisir 4 5 2 DKP Kutim** • Pelaksana

• Pengontrol 5 5 5

Dis Lingkungan Hidup Kutim***

• Pelaksana • Pengontrol

3 4 2

Taman Nasional Kutai***

• Pelaksana • Pengontrol

5 4 3

LSM BIKAL*** • Pendukung • Pengontrol

5 2 4

HNSI Kutim* Pemanfaat 4 2 5 Kop Perikanan* Pemanfaat 4 2 5 Stiper Kutim*** • Pendukung

• Pengontrol 2 3 2

PT KPC*** Pemanfaat 5 3 4 PT Pertamina*** Pemanfaat 5 3 3 Masyarakat* Pemanfaat 5 1 5

Sumber: Analisis Data Primer

Sumber format : LGA Romania, RTI (Chetwynd et al., 2001) Keterangan : * Stakeholder Utama ** Stakeholder Kunci *** Stakeholder Sekunder

Page 17: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

78

Berdasarkan stakeholders yang berhasil diidentifikasi tersebut,

diambil 12 orang responden yang merupakan tokoh kunci (key persons)

untuk mewakili tiap-tiap kelompok stakeholders tersebut. Dari ke-12

responden ini dimintai informasi tentang keterlibatan dan pengaruh mereka

dalam perencanaan dan pelaksanaan pengembangan wilayah pesisir

Kabupaten Kutai Timur. Selanjutnya dari informasi yang diperoleh dibuat

skoring, seperti yang telah disajikan dalam tabel di atas. Selain dilakukan

wawancara untuk identifikasi stakeholders, ke-12 responden tersebut juga

dimintai pendapat untuk memberikan skor pada analisis hierarki untuk

menentukan kegiatan budidaya yang paling diprioritaskan dalam

pengembangan perikanan budidaya di pesisir Kabupaten Kutai Timur.

Dari semua stakeholders yang telah diidentifikasi tersebut, belum

semua terlibat dalam perencanaan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang

untuk pengembangan kegiatan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten

Kutai Timur. Di samping itu, dari stakeholders yang telah memberikan

masukan dan keinginan mereka, belum semuanya dapat terealisasi dalam

pelaksanaan pembangunan wilayah pesisir.

Berdasarkan matriks analisis stakeholders (Tabel 15) peran masing-

masing kelompok stakeholders dalam pengembangan perikanan budidaya

laut adalah sebagai berikut:

a) Masyarakat dan pengusaha setempat merupakan stakeholder utama yang

memiliki kepentingan secara langsung, yakni sebagai pelaku dan pemanfaat

dari kegiatan budidaya di wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur ini.

b) Pemerintah Daerah, Bappeda Kabupaten Kutai Timur dan Dinas Kelautan

Perikanan Kabupaten Kutai Timur merupakan stakeholder kunci yang

memiliki kewenangan langsung dalam pengambilan keputusan yang berkaitan

dengan perikanan budidaya laut di kawasan ini. Bappeda Kabupaten Kutai

Timur dan Dinas Kelaut Perikanan Kabupaten Kutai Timur, selain berperan

sebagai pengorganisir juga sebagai pengambil keputusan mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan kegiatan perikanan budidaya laut di kawasan ini. Hal

ini karena sejak diberlakukannya otonomi daerah, Dinas Kelautan Perikanan

Page 18: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

79

Kabupaten Kutai Timur adalah sebagai penanggung jawab kegiatan perikanan

di seluruh wilayah Kabupaten Kutai Timur.

c) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai Timur, Dinas Pariwisata

Kabupaten Kutai Timur, Taman Nasional Kutai (TNK), instansi pemerintah

lainnya, Community Development PT KPC, dan Akademisi Stiper Kutai

Timur, serta LSM merupakan stakeholder sekunder, karena tidak memiliki

kepentingan secara langsung namun memiliki kepedulian terhadap kegiatan

perikanan laut di kawasan ini. Kelompok stakeholders ini hanya berperan

sebagai pendukung kegiatan perikanan. Sementara itu pihak Community

Development PT KPC berperan sebagai sumber dana yang memberikan

subsidi bagi masyarakat dalam mengembangkan kegiatan perikanan budidaya

laut di wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur.

Proses Hierarki Analitik untuk Konflik Pemanfaatan Lahan

Komponen dalam analisis PHA didasarkan pada tujuan pengembangan

wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur yang berkelanjutan (sustainable

development), yang dibangun oleh tiga dimensi, yang merupakan pilar dasar

pembangunan berkelanjutan, yaitu dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya, dan

dimensi kelestarian lingkungan.

Dimensi pembangunan ekonomi disusun oleh tiga sub kriteria yang

menyusun tujuan pembangunan ekonomi, yaitu peningkatan Pendapatan Asli

daerah (PAD), peningkatan pendapatan masyarakat pesisir, serta adanya

penyerapan tenaga dan terbukanya kesempatan berusaha. Dimensi pembangunan

sosial budaya di pesisir Kabupaten Kutai Timur dicirikan dengan adanya

penurunan konflik dalam pemanfaatan ruang pesisir, baik konflik antar pelaku

maupun konflik antar ruang. Sedangkan dari komponen kelestarian sumberdaya

alam dan lingkungan hidup faktor-faktor yang ikut menentukan prioritas

pengembangan kawasan budidaya di pesisir Kabupaten Kutai Timur adalah

kegiatan yang memanfaatkan sumberdaya alam yang bersifat dapat pulih

(renewable resources), kegiatan yang memanfaatkan sumberdaya alam yang tidak

dapat pulih (unrenewable resources), dan pemanfaatan sumberdaya untuk jasa-

jasa lingkungan (Gambar 4).

Page 19: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

80

Berdasarkan metode Proses Hierarki Analitik (PHA), diperoleh hasil

prioritas sebagai berikut:

Tabel 16. Matriks Prioritas Kriteria dalam Mencapai Tujuan Pengembangan Perikanan di Wilayah Pesisir Kabupaten Kutai Timur

Kriteria Bobot Prioritas

Ekonomi 0,211 P3

Penurunan Konflik 0,264 P2

Pelestarian Sumberdaya Alam dan Lingkungan 0,526 P1

Sumber: Analisis Data Primer

Dari Tabel 16 di atas diketahui bahwa pelestarian sumberdaya alam dan

lingkungan merupakan kriteria yang menempati prioritas pertama untuk mencapai

tujuan pengembangan perikanan yang berkelanjutan, prioritas kedua adalah

kriteria sosial yang berupa penurunan konflik dalam pemanfaatan ruang, dan

prioritas terakhir adalah kriteria pencapaian ekonomi.

Merupakan pilihan yang sangat logis bila pelaku usaha (stakeholders) di

pesisir Kabupaten Kutai Timur memilih untuk memprioritaskan pelestarian SDA

dibanding kriteria lainnya, karena pembangunan yang berkelanjutan baru dapat

terlaksana bila sumberdaya masih tersedia dengan baik. Sumberdaya alam akan

lestari bila pemanfaatannya dilakukan sesuai dengan kemampuan daya dukung

lingkungan. Pengalaman pembangunan pesisir dan lautan selama periode

Pembangunan Jangka Panjang I cenderung menuju ke arah yang tidak

berkelanjutan, akhirnya berakibat pada terjadinya: pencemaran lingkungan;

overeksploitasi sumberdaya alam; degradasi fisik habitat pesisir : mangrove,

terumbu karang, pantai berpasir, estuaria, dll; konflik pemanfaatan ruang; dan

kemiskinan.

Penyelesaian masalah sosial yang berupa konflik pemanfaatan ruang juga

merupakan kriteria yang harus diprioritaskan, karena pengalaman dari banyak

daerah, konflik akan menyebabkan kondisi daerah menjadi tidak kondusif untuk

perekonomian. Oleh karena itu sedini mungkin hendaknya ada rencana tata ruang

pesisir yang dapat mengakomodir sebanyak mungkin kebutuhan pelaku usaha di

wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur. Dengan adanya rencana tata ruang akan

Page 20: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

81

dapat dicapai keharmonisan spasial pada wilayah pesisir dan laut, sehingga para

pelaku usaha lebih terjamin kepastian usahanya di wilayah tersebut.

Pembangunan ekonomi merupakan prioritas terakhir dalam pengembangan

wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur yang berkelanjutan. Namun hal ini tidak

berarti bahwa pembangunan ekonomi bukan masalah penting. Selama ini,

menurut teori ekonomi konvensional, pembangunan ekonomi diukur dari

pertumbuhan ekonomi, yang didasarkan pada angka PDRB (Pendapatan Domestik

Regional Bruto) atau secara nasional berdasarkan angka GNP (Gross National

Product) per kapita.

Tolok ukur keberhasilan pembangunan hendaknya tidak hanya didasarkan

pada pertumbuhan GNP perkapita, tetapi harus memasukkan tiga kriteria lainnya:

(1) berkurangnya kemiskinan absolut, (2) menurunnya ketimpangan distribusi

pendapatan, dan (3) mengecilnya tingkat pengangguran.

Pembangunan yang berhasil paling tidak harus dapat memenuhi basic

human needs (pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan) seluruh

rakyatnya (ILO, 1976).

Keberhasilan pembangunan ekonomi harus dapat menciptakan: meluasnya

pemilikan aset-aset ekonomi produktif oleh rakyat, pertumbuhan ekonomi,

pemerataan dan peningkatan kreativitas rakyat, peningkatan keseluruhan sistem

sosial, dan terjaminnya harga diri dan kebebasan/kemerdekaan rakyat.

Dimensi pembangunan ekonomi disusun oleh tiga sub kriteria yang

menyusun tujuan pembangunan ekonomi, yaitu peningkatan Pendapatan Asli

daerah (PAD), peningkatan pendapatan masyarakat pesisir, serta adanya

penyerapan tenaga dan terbukanya kesempatan berusaha.

Hasil analisis hierarki untuk sub kriteria ekonomi dalam pengembangan

wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur adalah sebagaimana yang disajikan dalam

Tabel 17.

Dalam kriteria ekonomi, kegiatan perikanan yang terlebih dahulu harus

diprioritaskan untuk dikembangkan adalah kegiatan yang dapat meningkatkan

pendapatan masyarakat. Selanjutnya kegiatan yang perlu dikembangkan adalah

kegiatan yang dapat menyerap tenaga kerja dan membuka kesempatan usaha

Page 21: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

82

seluas-luasnya bagi masyarakat, dan kegiatan yang terakhir perlu dilakukan

adalah kegiatan yang dapat meningkatkan pemasukan daerah melalui PAD.

Tabel 17. Matriks Prioritas Kriteria Ekonomi dalam Mencapai Tujuan Pengembangan Perikanan di Wilayah Pesisir Kabupaten Kutai Timur

Sub Kriteria Ekonomi Bobot Prioritas

Peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) 0,165 P3

Peningkatan pendapatan masyarakat 0,497 P1

Penyerapan Tenaga Kerja dan Peluang Kesempatan Usaha 0,338 P2

Sumber: Analisis Data Primer

Dengan memprioritaskan kegiatan yang lebih meningkatkan pendapatan

masyarakat pesisir dan dapat menyerap tenaga kerja, serta membuka kesempatan

usaha bagi masyarakat, diharapkan dapat lebih meningkatkan kesejahteraan

masyarakat pesisir Kabupaten Kutai Timur, sehingga kesenjangan kesejahteraan

antara masyarakat nelayan dengan kelompok masyarakat lain, seperti pekerja

pertambangan PT KPC dan pekerja di bidang kehutanan dan perkebunan, dapat

berkurang. Berkurangnya kesenjangan ini akan mengurangi potensi konflik antar

kelompok masyarakat.

Dimensi pembangunan sosial budaya di pesisir Kabupaten Kutai Timur

dicirikan dengan adanya penurunan konflik dalam pemanfaatan ruang pesisir, baik

konflik antar pelaku maupun konflik antar ruang. Proses hierarki analitik

menunjukkan hasil sebagai berikut:

Tabel 18. Matriks Prioritas Kriteria Penurunan Konflik dalam Mencapai Tujuan Pengembangan Perikanan di Pesisir Kabupaten Kutai Timur

Sub Kriteria Penurunan Konflik Bobot Prioritas

Konflik antar Pelaku 0,542 P1

Konflik antar Ruang 0,458 P2

Sumber: Analisis Data Primer

Kegiatan yang mencegah adanya konflik antar pelaku usaha merupakan

kegiatan yang lebih diprioritaskan dibandingkan kegiatan yang dapat mencegah

konflik antar ruang. Konflik antar pelaku merupakan isu yang cukup sensitif

Page 22: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

83

dalam kehidupan sosial budaya masyarakat, sehingga pencegahan terhadap

timbulnya konflik akan membuat kondisi kegiatan perikanan menjadi lebih

kondusif bagi para pelaku usaha.

Sementara itu untuk mengatasi konflik antar ruang, seperti yang pernah

terjadi pada tahun 2005 di Kabupaten Kutai Timur antara perusahaan

pertambangan dengan petani karamba, solusi yang bisa ditempuh antara lain

dengan menyusun tata ruang pesisir yang sesuai dengan peruntukannya, dan

menjalankan konsep tersebut dengan benar.

Dari komponen kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup faktor-

faktor yang ikut menentukan prioritas pengembangan wilayah pesisir Kabupaten

Kutai Timur adalah kegiatan yang memanfaatkan sumberdaya alam yang bersifat

dapat pulih (renewable resources), kegiatan yang memanfaatkan sumberdaya

alam yang tidak dapat pulih (unrenewable resources), dan pemanfaatan

sumberdaya untuk jasa-jasa lingkungan.

Tabel 19. Matriks Prioritas Kriteria Pelestarian Sumberdaya Alam dan Lingkungan dalam Mencapai Tujuan Pengembangan Perikanan

Sub Kriteria SDA dan Lingkungan Bobot Prioritas

Sumberdaya Alam pulih 0,486 P1

Sumberdaya Alam tidak pulih 0,280 P2

Jasa-jasa Lingkungan 0,234 P3

Sumber: Analisis Data Primer

Hasil analisis hierarki menunjukkan bahwa kegiatan perikanan yang

memanfaatkan sumberdaya dapat pulih (renewable resources) adalah kegiatan

yang lebih penting dilakukan dibanding kegiatan yang memanfaatkan sumberdaya

alam tidak pulih dan pemanfaatan jasa-jasa lingkungan.

Dalam RTRW Kabupaten Kutai Timur dinyatakan bahwa permasalahan

perekonomian kawasan disini adalah perekonomian yang bersifat dualistis,

dimana kegiatan ekonomi utama yang berlangsung saat ini sangat bergantung

pada sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan memberikan pengaruh

besar terhadap masalah-masalah lingkungan, seperti kegiatan pertambangan

Page 23: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

84

batubara dan eksploitasi hutan (logging), serta tidak memberikan dampak pada

kegiatan ekonomi lokal.

Pemanfaatan sumberdaya dapat pulih, seperti kegiatan penangkapan dan

budidaya ikan, bila dilakukan sesuai dengan kapasitas daya dukungnya akan lebih

bersifat lestari dibanding pemanfaatan sumberdaya tidak pulih, seperti bahan-

bahan tambang yang pada suatu saat akan habis. Sumberdaya pulih dapat segera

diperbaharui bila rusak, namun biaya untuk perbaikan mungkin akan sangat besar

bila dibandingkan hilangnya keuntungan bila memanfaatkan sumberdaya tersebut

secara lestari sesuai daya dukungnya.

Sementara itu jasa-jasa lingkungan merupakan prioritas terakhir, karena

pada saat ini di pesisir Kabupaten Kutai Timur belum banyak kegiatan perikanan

yang memanfaatkan pesisir untuk jasa-jasa lingkungan. Pemanfaatan pesisir untuk

jasa lingkungan yang sudah ada saat ini adalah Tempat Pelelangan Ikan di Muara

Sungai Kenyamukan. Namun sampai saat ini belum dipakai untuk pelelangan.

Alternatif kegiatan budidaya yang diprioritaskan untuk pengembangan

wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur berdasarkan hasil analisis hierarki adalah

sebagai mana disajikan dalam Tabel 20.

Budidaya karamba merupakan kegiatan yang dianggap paling penting oleh

stakeholders untuk diprioritaskan, karena komoditas ikan kerapu sangat tinggi

nilainya di pasar eksport.

Tabel 20. Bobot dan Prioritas Kegiatan Budidaya untuk Pengembangan Perikanan di Wilayah pesisir Kabupaten Kutai Timur

Alternatif Kegiatan Bobot Prioritas

Budidaya Tambak 0,122 P3

Budidaya Karamba 0,442 P1

Budidaya Rumput laut 0,436 P2

Sumber: Analisis Data Primer

Walaupun budidaya karamba mempunyai prioritas lebih penting daripada

budidaya rumput laut, namun nilai bobotnya tidak terlalu berbeda jauh, sehingga

dapat dikatakan tingkat kepentingan antara karamba dan rumput laut tidak

berbeda jauh.

Page 24: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

85

Peta Komposit Kesesuaian Lahan Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan di wilayah pesisir Kabupaten

Kutai Timur, untuk ketiga jenis kegiatan budidaya seperti diuraikan di bagian

sebelumnya, diperoleh adanya lokasi yang memiliki kesesuaian lahan untuk lebih

dari satu peruntukan. Dengan melakukan overlay terhadap peta-peta kesesuaian

tersebut dengan menggunakan bobot prioritas yang diperoleh dari hasil Analisis

Hierarki Proses (AHP), maka akan diperoleh hasil berupa peta komposit, yang

disajikan dalam Gambar 8.

Peta komposit menunjukkan bahwa terjadi perpotongan lokasi (lokasi

yang sama) antara budidaya karamba dengan budidaya rumput laut, dan tidak

terjadi perpotongan antara budidaya tambak dengan budidaya karamba maupun

rumput laut karena budidaya tambak menggunakan lahan di daratan. Namun

demikian kedepannya perlu dilakukan suatu pengelolaan agar tidak terjadi konflik

yang diakibatkan oleh pencemaran limbah tambak terhadap budidaya karamba

dan rumput laut.

Perpotongan lokasi antara kesesuaian lahan budidaya karamba dan

budidaya rumput laut terjadi di: Teluk Sangkulirang, perairan di sekitar P. Miang,

Teluk Lombok, dan Perairan Desa Sangkima. Namun dengan pembobotan

kembali menggunakan nilai dari hasil analisis hierarki, maka diperoleh kesesuaian

lahan sebagai berikut:

Sangat Sesuai Budidaya Karamba: terdapat di Teluk Golok (Kec. Kaliorang),

Perairan P. Miang, Perairan Desa Bual-bual, Perairan Desa Sempayau dan

Desa Benua Baru (Kec. Sangkulirang)

Sangat Sesuai Budidaya Rumput laut: terdapat di sepanjang pesisir

Kecamatan Kaliorang, Teluk Sangkulirang, Teluk Lombok dan Sangkima

(Kec. Sangatta), dan perairan Tanjung Pagar dan Teluk Nepa (Kec. Sandaran).

Page 25: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

86

Gambar 8. Peta Komposit Kesesuaian Lahan Budidaya Tambak, Karamba, dan Rumput Laut di Wilayah Pesisir KabupatenKutai Timur

Page 26: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

87

Luasan area untuk tiap peruntukan yang dihitung berdasarkan peta

komposit kesesuaian lahan adalah sebagaimana disajikan pada Tabel 21.

Tabel 21. Luas Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Tambak, Karamba dan Rumput Laut Berdasarkan Peta Komposit di Kabupaten Kutai Timur

No. Kegiatan Budidaya Luas (ha)

1 Sangat Sesuai Karamba 544,811

2 Sangat Sesuai Rumput Laut 3.197,335

3 Sangat Sesuai Tambak 2.572,220

4 Sesuai Karamba 659,959

5 Sesuai Rumput Laut 6.312,365

6 Sesuai Tambak 7.154,573

Sumber: hasil analisis data spasial

Berdasarkan luas kesesuaian lahan untuk budidaya tersebut dapat dilihat

bahwa pesisir Kabupaten Kutai Timur memiliki potensi yang paling besar untuk

pengembangan budidaya rumput laut, berikutnya adalah pengembangan budidaya

tambak dan karamba.

Kemungkinan pengembangan perikanan dari tiap-tiap kecamatan pantai

yang ada di Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat berdasarkan pemusatan aktifitas

dan potensi luas kesesuaian lahan pada tiap-tiap kecamatan yang disajikan pada

Tabel 24.

Pengembangan Perikanan Budidaya di Wilayah Kecamatan Pengembangan perikanan budidaya di wilayah kecamatan dilihat

berdasarkan pemusatan aktifitas dan potensi kesesuaian lahan untuk budidaya di

wilayah kecamatan tersebut. Pusat aktifitas wilayah dianalisa dengan

menggunakan analisis LQ (Location Quotient). Dengan menggunakan LQ dapat

dianalisa peranan suatu sektor pada wilayah, sehingga dapat diketahui potensi

ekonomi suatu wilayah berdasarkan aktifitas ekonomi wilayah tersebut. Analisis

LQ menggunakan indikator nilai produksi menurut jenis budidaya pada tahun

2005 di wilayah kecamatan pantai Kabupaten Kutai Timur (Lampiran 3). Nilai

Page 27: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

88

LQ dari sektor-sektor budidaya di wilayah kecamatan pantai di pesisir Kabupaten

Kutai Timur dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Nilai LQ Kecamatan Pantai di Pesisir Kabupaten Kutai Timur

Sumber: Hasil Analisis Data Sekunder

Keterangan: LQ suatu sektor < 1, sektor tersebut merupakan sektor non-basis

LQ suatu sektor ≥ 1, maka sektor tersebut merupakan sektor basis (*)

Luas kesesuaian lahan budidaya diperoleh dari hasil analisis spasial

terhadap peta komposit. Namun karena belum ada pembagian wilayah

administratif di perairan, untuk menentukan garis batas wilayah perairan yang

membagi dua kecamatan dilakukan dengan cara menarik garis yang tegak lurus

dengan garis pantai. Cara ini seperti yang dilakukan untuk membagi wilayah

perairan antar provinsi (informasi dari Bp. Dr. Sapta Putra Ginting). Hasil

penghitungan luas kesesuaian lahan perikanan budidaya di pesisir tiap kecamatan

dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Luas Kesesuaian Lahan Perikanan budidaya di Pesisir Kecamatan Pantai Kabupaten Kutai Timur (ha)

Sumber: Hasil Analisis Data Spasial

Sektor Kecamatan Perikanan

pesisir Perikanan

Darat Tambak Kolam Karamba

Kerapu Rumput

Laut Sangatta 0,47 1,67* 0,26 2,51* 2,50* 0,88 Sangkulirang 1,07* 2,90* 1,21* 0,00 0,00 2,65* Kaliorang 1,66* 0,00 1,48* 0,00 0,00 1,07* Bengalon 0,47 0,00 1,72* 0,00 0,00 0,00 Sandaran 50,26* 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Kecamatan Sangatta Bengalon Kaliorang Sangkulirang Sandaran Kesesuaian

Lahan Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) % Luas (ha) %

Total (Ha)

S1 Karamba

- 0,00

- 0,00 38,610 7,09

506,201 92,91

- 0,00 544,811

S1 Rumput Laut

265,698 8,31

56,660 1,77 524,648 16,41

1.766,032 55,23

584,297 18,27 3.197,335

S1 Tambak 828,317 32,20

386,226 15,02

72,731 2,83

1.142,400 44,41

142,546 5,54 2.572,220

S2 Karamba

6,616 1,00

8,920 1,35 22,497 3,41 177,607 26,91

444,319 67,33 659,959

S2 Rumput Laut

1.626,786 25,77

888,485 14,08 1.204,185 19,08 764,047 12,10

1.828,862 28,97 6.312,365

S2 Tambak 1.709,640 23,90

763,777 10,68

823,446 11,51

2.277,259 31,83

1.580,451 22,09

7.154,573

Page 28: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

89

Kecamatan Sangatta

Analisis nilai LQ menunjukkan bahwa di Kecamatan Sangatta, yang

merupakan ibukota kabupaten, sektor budidaya karamba (LQ = 2,50) merupakan

sektor basis di kecamatan ini. Sedangkan sektor budidaya tambak dan rumput laut

bukan sektor basis karena nilai LQ kurang dari 1. Budidaya karamba mungkin

dapat dikembangkan di Kecamatan Sangatta, karena telah menjadi sektor yang

diandalkan untuk saat ini, namun hasil analisis spasial menunjukkan bahwa

kesesuaian lahan untuk budidaya karamba tidak ada yang masuk pada kelas sangat

sesuai, sehingga mungkin keberlanjutan usaha budidaya akan terbatas karena

dipengaruhi oleh faktor-faktor pembatas budidaya, antara lain karena sifat fisik

hidro-oseanografi yang kurang mendukung.

Pada musim selatan tahun 2006 (sekitar bulan Agustus) ada beberapa unit

karamba tancap yang hancur diterjang ombak di pesisir Tanjung Bara. Oleh sebab

itu akan lebih baik bila yang dikembangkan di Kecamatan Sangatta adalah

budidaya rumput laut, karena budidaya rumput laut tidak memerlukan bangunan

kayu yang permanen dan mahal seperti karamba, sehingga bila tiba musim selatan

pembudidaya hanya cukup mengangkat tali biang/tali ris dan tidak menanam

rumput laut untuk menghindarkan kerugian. Sementara untuk budidaya karamba,

karamba yang telah ditancapkan tidak dapat dengan mudah dicabut dan diangkat

ke daratan.

Menurut hasil analisis spasial, perikanan budidaya yang mungkin

dikembangkan di pesisir Kecamatan Sangatta adalah budidaya tambak dan

budidaya rumput laut.

Kecamatan Bengalon

Kecamatan Bengalon, sektor yang menjadi sektor basis hanya budidaya

tambak. Saat ini perairan pesisir di Kecamatan Bengalon belum dimanfaatkan

sama sekali untuk perikanan budidaya pesisir, sehingga nilai LQ sektor lain masih

nol. Namun sektor budidaya tambak merupakan andalan, bahkan di tingkat

kabupaten nilai basisnya paling besar, sehingga ke depannya Kecamatan

Bengalon dapat dijadikan sentra budidaya tambak di Kabupaten Kutai Timur. Hal

ini didukung dengan luas potensial kesesuaian lahan untuk budidaya tambak yang

Page 29: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

90

cukup luas. Luas potensial kesesuaian lahan untuk tiap-tiap sektor budidaya di

tiap kecamatan disajikan pada Tabel 23.

Lahan yang sangat sesuai untuk budidaya rumput laut juga ada di

Kecamatan Bengalon, namun potensinya kecil sehingga untuk pengembangannya

kurang menguntungkan, karena tidak sesuai antara biaya untuk pembangunan

sarana dan infrastruktur dibandingkan perolehan keuntungan dari budidaya. Selain

itu, bila Bengalon dijadikan sebagai sentra budidaya tambak, maka kualitas

perairan di pesisir akan cenderung menurun karena limbah dari tambak dan

mungkin menjadi tidak sesuai lagi untuk budidaya rumput laut dan karamba.

Kecamatan Sangkulirang

Kecamatan Sangkulirang mempunyai sektor basis pada budidaya tambak

(LQ=1,21) dan rumput laut (LQ=2,65). Budidaya rumput laut mempunyai nilai

basis yang paling besar di tingkat kabupaten, sehingga Kecamatan Sangkulirang

dapat dijadikan sebagai sentra produksi rumput laut, karena berdasarkan hasil

analisis spasial, kesesuaian lahan potensial untuk budidaya rumput laut di Teluk

Sangkulirang cukup luas.

Selain budidaya rumput laut Kecamatan Sangkulirang juga potensial untuk

budidaya karamba, karena mempunyai perairan yang sangat sesuai untuk

pengembangan budidaya karamba cukup luas. Secara umum Kecamatan

Sangkulirang merupakan kecamatan di Kabupaten Kutai Timur yang memiliki

kesesuaian lahan potensial yang paling luas untuk semua jenis peruntukan

budidaya, baik budidaya tambak, karamba, maupun rumput laut (Tabel 23).

Sehingga Kecamatan Sangkulirang dapat dijadikan wilayah pusat (nodal) dalam

pengembangan perikanan budidaya pesisir di Kabupaten Kutai Timur. Hal ini

didukung dengan adanya Desa Maloy yang dijadikan sebagai pusat Kawasan

Agropolitan. Selain itu di kawasan Maloy juga direncanakan akan dibangun

pelabuhan umum.

Adanya pusat kawasan Agropolitan ini karena Pemerintah daerah

Kabupaten Kutai Timur menyandarkan bidang ekonomi dengan sektor pertanian

sebagai tumpuan di masa depan, dengan melakukan program yang disebut

GERDABANGAGRI (Gerakan Daerah Pembangunan Agribisnis). Tujuan dari

Page 30: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

91

program ini adalah mendorong strategi pembangunan wilayah dengan

menciptakan titik-titik pertumbuhan (Growth Point) dalam rangka menyebarkan

efek Pemerataan Pembangunan (Equity Development) (Bappeda Kutai Timur,

2004).

Kecamatan Kaliorang

Kecamatan Kaliorang mempunyai sektor basis pada budidaya tambak

(LQ=1,48) dan rumput laut (LQ=1,07). Namun bila didasarkan pada hasil analisis

spasial, Kecamatan Kaliorang mempunyai potensi untuk pengembangan budidaya

karamba, karena di perairan Teluk Golok terdapat lokasi yang sangat sesuai untuk

budidaya karamba.

Dalam RTRW Kabupaten Kutai Timur Tahun 2004, Kecamatan Kaliorang

termasuk dalam Kawasan II sebagai sentra produksi dalam pengembangan

kawasan pedesaan, bersama-sama dengan Kecamatan Sangkulirang, Bengalon dan

Sandaran. Orientasi aliran produksi dari kawasan ini adalah keluar dari Kabupaten

Kutai Timur melalui pelabuhan Maloy yang terdapat di Kecamatan Sangkulirang.

Kecamatan Sandaran

Bila dilihat dari nilai LQ, Kecamatan Sandaran tidak memiliki sektor yang

menjadi basis pengembangan perikanan budidaya. Saat ini yang menjadi sektor

basis di Kecamatan Sandaran hanyalah sektor perikanan pesisir tangkap

(LQ=50,26). Hal ini terjadi karena saat ini akses jalan ke Kecamatan Sandaran

belum terbuka, sarana transportasi dari kota kabupaten hanya melalui laut,

sehingga perkembangan wilayah juga masih sangat terbatas. Namun demikian bila

dilihat dari hasil analisis kesesuaian lahan Kecamatan Sandaran mempunyai

potensi sangat sesuai untuk pengembangan budidaya rumput laut, dan sangat

sesuai untuk budidaya tambak.

Pengembangan budidaya rumput laut mempunyai potensi yang sangat

besar di Kecamatan Sandaran, karena potensinya sangat luas. Selain itu hasil

pascapanen berupa produk rumput laut kering masih memungkinkan disimpan

selama beberapa saat sebelum dijual. Hal ini mengingat kondisi transportasi ke

kecamatan Sandaran masih sangat terbatas, sehingga pemasaran rumput laut tidak

Page 31: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

92

dapat dilakukan setiap saat.

Sedangkan pengembangan budidaya tambak masih agak sulit dilakukan,

sebelum akses jalan ke kecamatan ini dibuka. Produk tambak menghendaki dijual

dalam keadaan segar/beku. Kondisi transportasi yang terbatas akan menghambat

suplai sarana produksi dan proses pemasaran produk di kecamatan Sandaran.

Matriks arahan pengembangan perikanan budidaya pesisir di tiap

kecamatan berdasarkan nilai LQ budidaya dan potensi luas kesesuaian lahannya

dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Matrik Arahan Pengembangan Perikanan budidaya Pesisir di Kecamatan Pantai Kabupaten Kutai Timur

Kecamatan Pantai

LQ Budidaya/ Sektor Basis

Potensi Kesesuaian Lahan

Arahan Pengembangan

Kawasan Budidaya Sangatta Karamba

Kerapu (LQ= 2,50)

♦ S1 Tambak (828,317 ha) ♦ S1 Rumput Laut (265,698 ha)

Budidaya Tambak Budidaya Rumput Laut

Sangkulirang Tambak (LQ=1,21) Rumput Laut

(LQ=2,65)

♦ S1 Tambak (1.142,400 ha) ♦ S1 Rumput Laut (1.766,032 ha) ♦ S1 Karamba (506,201 ha)

Budidaya Tambak Budidaya Rumput Laut Budidaya Karamba

Kaliorang Tambak (LQ=1,48) Rumput laut

(LQ=1,07)

♦ S1 Tambak (72,731 ha) ♦ S1 Rumput Laut (524,648 ha) ♦ S1 Karamba (38,610 ha)

Budidaya Tambak Budidaya Rumput Laut Budidaya Karamba

Bengalon Tambak (LQ=1,72)

♦ S1 Tambak (386,226 ha) ♦ S1 Rumput Laut (56,660 ha)

Budidaya Tambak

Sandaran Tidak ada sektor Basis

♦ S1 Rumput Laut (584,297 ha) ♦ S1 Tambak (142,546 ha)

Budidaya Rumput Laut

Luas Efektif Lahan untuk Perikanan Budidaya Luas efektif lahan diartikan sebagai luasan lahan perairan dan daratan

pesisir yang dapat dimanfaatkan untuk suatu kegiatan budidaya yang secara sosial

tidak menimbulkan konflik, secara ekologi tidak mengganggu ekosistem pesisir,

sehingga secara ekonomi dapat menguntungkan dan berkelanjutan.

Luas efektif lahan untuk budidaya ini ditentukan berdasarkan beberapa

pertimbangan, yaitu:

- Wilayah pantai (daratan pesisir) di Kabupaten Kutai Timur merupakan

wilayah yang multiguna untuk berbagai pemanfataan, seperti pemukiman;

Page 32: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

93

industri pertambangan; hutan lindung Taman Nasional Kutai (TNK); Pusat

Pendaratan Ikan (PPI); pelabuhan; kawasan wisata; hutan tanaman industri

dan perkebunan rakyat; dan lain-lain

- Perairan dangkal di Kabupaten Kutai Timur merupakan lokasi yang dekat

dengan garis pantai (dekat dengan tempat kehidupan masyarakat), sehingga

merupakan kawasan yang multiguna untuk berbagai pemanfaatan oleh

masyarakat disekitarnya, misalnya untuk alur pelayaran transportasi, baik

transport penumpang maupun barang (produksi tambang, hutan, perkebunan);

penangkapan ikan tradisional; bagan ikan; kawasan pelabuhan; wisata bahari

dan wisata pantai; kebutuhan ruang bagi operasional budidaya; dan lain-lain

- Perairan dangkal terdiri dari berbagai ekosistem yang memiliki beragam

komunitas biota, seperti estuaria, lamun, dan terumbu karang, sehingga secara

ekologis penting dipertahankan untuk kawasan konservasi, dan kawasan

penyangga (buffer zone).

Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, dapat dilakukan analisis

kebutuhan lahan untuk seluruh aktivitas pemanfaatan yang ada. Analisis

kebutuhan lahan ini akan lebih baik hasilnya bila untuk setiap pemanfaatan

tersebut, dilakukan analisis kesesuaian lahan sesuai dengan kriteria biofisiknya.

Namun karena pada penelitian ini tidak dilakukan analisis kesesuaian lahan untuk

pemanfataan selain budidaya, maka kebutuhan lahan untuk pemanfaatan selain

budidaya dilakukan dengan menggunakan rencana pola pemanfataan ruang yang

ada dalam RTRW KabupatenKutai Timur dan asumsi-asumsi berdasarkan

kebutuhan penduduk di wilayah tersebut. Analisis kebutuhan lahan berdasarkan

asumsi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 12.

Dari hasil analisis tersebut dapat ditentukan luas efektif lahan perairan

untuk budidaya yaitu:

Budidaya tambak = 3.913,47 ha

Budidaya karamba jaring tancap = 411,13 ha

Budidaya rumput laut long line = 3.246,62 ha

Luas efektif lahan untuk perikanan budidaya dan perkiraan jumlah unit

budidaya yang boleh dibangun dapat dilihat pada Tabel 25 berikut.

Page 33: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

94

Tabel 25. Luas Efektif Lahan Perikanan Budidaya dan Jumlah Unit Budidaya yang Dapat Dilakukan di Wilayah Pesisir Kabupaten Kutai Timur

NO

Budidaya

Luas Potensial Lahan (ha)

Luas Efektif Lahan (ha)

Jumlah Unit Budidaya (unit)

1. Tambak

(unit 1 ha) 9.726,79 3.913,34 3.913

2. Karamba

(unit 144 m2) 1.204,77 411,13 28.550

3. Rumput Laut

(unit 2400 m2) 9.509,71 3.246,62 13.528

Sumber: hasil analisis data primer

Berdasarkan hasil perhitungan luas efektif lahan perikanan budidaya dan

arahan pengembangan budidaya di setiap kecamatan pantai, maka dapat

digambarkan peta zonasi pengembangan perikanan budidaya di wilayah pesisir

Kabupaten Kutai Timur. Zonasi perikanan budidaya ini diharapkan dapat

memberikan arah bagi pengembangan budidaya yang berkelanjutan secara sosial

ekonomi dan secara ekologis aman bagi lingkungan, karena telah

mempertimbangkan kawasan-kawasan yang merupakan daerah konservasi, baik

kawasan mangrove maupun terumbu karang, maupun pemanfataan oleh sektor

lainnya. Peta zonasi pengembangan perikanan budidaya di wilayah pesisir

Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada Gambar 9.

Kelayakan Usaha Pengembangan Perikanan budidaya Kelayakan usaha merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan

dalam pengembangan kawasan untuk usaha perikanan budidaya, agar usaha

budidaya tersebut dapat berkelanjutan.

Untuk mengetahui kelayakan usaha perikanan budidaya pesisir dihitung

dari besarnya nilai investasi, biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan,

pendapatan yang diperoleh dari nilai jual hasil panen, dan kewajiban membayar

pinjaman bank dengan bunga 24% per tahun selama 3 tahun.

Kelayakan usaha tersebut digambarkan berdasarkan kriteria nilai Revenue

Cost Ratio (R/C) dan keuntungan (π) untuk mengetahui kelayakan pada saat ini

tanpa memasukkan fakor nilai uang di masa mendatang (undiscounted criteria).

Page 34: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

95

Gambar 9. Peta Zonasi Pengembangan Perikanan Budidaya di Wilayah Pesisir Kabupaten Kutai Timur

Page 35: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

Sedangkan untuk mengetahui kelayakan usaha dimasa mendatang dengan

memasukkan faktor nilai uang (discounted criteria) digunakan kriteria Net Present

Value (NPV), dan Net Benefit Cost (Net B/C). Tingkat discount rate diasumsikan

sebesar 12 % (mengacu pada kisaran suku bunga kredit pada saat ini), perhitungan

rentang usaha selama 5 tahun, umur ekonomis peralatan 3 tahun, dan usaha

budidaya dioperasikan mulai tahun pertama.

Usaha budidaya yang dianalisis kelayakan usahanya adalah budidaya

tambak udang tradisional, budidaya kerapu pada karamba jaring tancap, dan

budidaya rumput laut long line.

Rincian biaya dan manfaat pada analisis kelayakan usaha dapat dilihat

pada lampiran 6-11, dan hasil perhitungan nilai π, R/C, NPV, dan Net B/C dapat

dilihat pada Tabel 26.

Tabel 26. Analisis Kelayakan Usaha Perikanan Budidaya di Pesisir Kutai Timur

No. KRITERIA TAMBAK UDANG

TRADISIONAL (Rp/ha/th)

RUMPUT LAUT LONG LINE (Rp/unit/th)

KARAMBA TANCAP KERAPU

(Rp/unit/th)

1. Keuntungan (π) (tahun ke-1) (Rp) 12.087.500 10.661.667 31.971.500

2. R/C (tahun ke-1) 1,37 1,39 1,71 3. NPV (Rp) 21.968.175,82 28.307.279 61.057.824,20 4. Net B/C 1,64 2,92 2,20 5. PbP (tahun) 3,94 3,78 3,65

Sumber: Hasil Analisis Data Primer

Tambak Udang Tradisional

Budidaya tambak udang yang dianalisis adalah tambak udang tradisional,

karena menurut Garcia & Garcia (l985) yang diacu oleh Widigdo (2002), di

Philipina produksi tambak tradisional plus sebesar 600-750 kg/ha/musim tanam

akan lebih lestari bila dibandingkan dengan tambak intensif. Sedangkan menurut

Poernomo (1992), di Indonesia tambak yang dikelola dengan sistem ekstensif

(tradisional) dengan produksi secara alami antara 500-750 kg/ha/musim tanam

akan memberikan kelangsungan produksi yang lebih lestari dibanding sistem semi

intensif.

Asumsi usaha pada budidaya tambak tradisional plus adalah: padat

penebaran 2-5 ekor/m2, pakan campuran antara pelet dan ikan rucah, ukuran

tambak 1 ha, dengan teknologi (pompa air dan pemupukan), masa pemeliharaan 6

Page 36: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

97

97

bulan (2 musim per tahun), ukuran udang dipanen 20-30 gr dengan rata-rata

produksi 500 kg/ha.

Dari hasil analisis (Tabel 25), diperoleh nilai rasio penerimaan dengan

biaya (R/C) pada tambak udang tradisional seluas 1 ha per tahun sebesar 1,37.

Nilai R/C 1,37 bermakna bahwa setiap Rp 1.000.000,- uang yang dipakai untuk

pembiayaan tambak akan memperoleh manfaat sebesar Rp. 1.370.000,-. Waktu

pengembalian investasi (payback periode) selama 3 tahun 9 bulan. Nilai NPV

sebesar Rp 21.968.175,82,- menunjukkan keuntungan bersih yang akan diperoleh

selama 10 tahun yang dihitung berdasarkan nilai uang saat ini. Nilai Net B/C yang

diperoleh sebesar 1,64 (Net B/C > 1) bermakna bahwa manfaat yang diperoleh

adalah sebesar 1,64 kali lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Sehingga

berdasarkan semua kriteria tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa usaha

budidaya tambak udang dengan teknologi tradisional plus layak

direkomendasikan untuk dikembangkan di pesisir Kabupaten Kutai Timur.

Budidaya Rumput Laut Long Line

Budidaya rumput laut yang dianalisis adalah budidaya rumput laut

Eucheuma cottonii sistem long line, dengan asumsi usaha menurut Anggadireja

(2006) sebagai berikut: berat benih 100 gr per simpul, jarak simpul 25x100 cm,

ukuran tiap unit long line 2.400 m², masa pemeliharaan 3 bulan (4 musim tiap

tahun), dan produksi rata-rata 2.375 kg rumput laut kering/unit.

Dari hasil analisis (Tabel 25), diperoleh nilai rasio penerimaan dengan

biaya (R/C) pada budidaya rumput laut long line seluas 2.400 m² per tahun

sebesar 1,39. Nilai R/C 1,39 bermakna bahwa setiap Rp 1.000.000,- uang yang

dipakai untuk pembiayaan rumput laut akan memperoleh manfaat sebesar Rp.

1.390.000,-. Waktu pengembalian investasi (payback periode) selama 3 tahun 7

bulan. Nilai NPV sebesar Rp 28.307.279,- menunjukkan keuntungan bersih yang

akan diperoleh selama 10 tahun yang dihitung berdasarkan nilai uang saat ini.

Nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 2,92 (Net B/C > 1) bermakna bahwa

manfaat yang diperoleh adalah sebesar 2,92 kali lebih besar dari biaya yang

dikeluarkan. Sehingga berdasarkan semua kriteria tersebut di atas, dapat dikatakan

bahwa usaha budidaya rumput laut long line layak direkomendasikan untuk

dikembangkan di pesisir Kabupaten Kutai Timur.

Page 37: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

98

98

Karamba Tancap untuk Budidaya Kerapu Tikus

Karamba tancap yang dianalisis adalah karamba untuk budidaya kerapu

tikus. Asumsi usaha diambil sesuai dengan analisis Subandar (2005) untuk

budidaya kerapu dalam karamba jaring apung, yaitu: padat penebaran 300

ekor/lubang, survival rate 30 %, pakan ikan rucah rata-rata sebanyak 20 kg per

hari, ukuran tiap unit long line 144 m² yang terdiri dari 4 lubang (6x6x3

m3/lubang), masa pemeliharaan 15 bulan (0,8 musim tiap tahun), ukuran panen

0,5 kg/ekor, dan produksi rata-rata 105 kg/lubang (420 kg/unit).

Dari hasil analisis (Tabel 25), diperoleh nilai rasio penerimaan dengan

biaya (R/C) pada budidaya kerapu dalam karamba tancap seluas 144 m² per tahun

sebesar 1,71. Nilai ini bermakna bahwa setiap Rp 1.000.000,- uang yang dipakai

untuk pembiayaan karamba akan memperoleh manfaat sebesar Rp. 1.710.000,-.

Waktu pengembalian investasi (payback periode) selama 3 tahun 6 bulan. Nilai

NPV sebesar Rp 61.057.824,20,- menunjukkan keuntungan bersih yang akan

diperoleh selama 10 tahun yang dihitung berdasarkan nilai uang saat ini. Nilai Net

B/C yang diperoleh sebesar 2,20 (Net B/C > 1) bermakna bahwa manfaat yang

diperoleh adalah sebesar 2,20 kali lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

Sehingga berdasarkan semua kriteria tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa

usaha budidaya kerapu tikus dalam karamba tancap layak direkomendasikan

untuk dikembangkan di pesisir Kabupaten Kutai Timur.

Proyeksi Peningkatan Pendapatan 1. Budidaya Tambak

Jumlah unit tambak yang dapat diusahakan berdasarkan kapasitas lahan adalah

3.913 unit. Berdasarkan asumsi keuntungan pada Tabel 26 di atas, yaitu

sebesar Rp 12.087.500,- maka diperkirakan akan diperoleh pendapatan

sebesar Rp 47.298.387.500,- per tahun dari usaha budidaya tambak.

2. Budidaya karamba jaring tancap

Jumlah unit yang dapat dibangun untuk karamba jaring tancap adalah 28.550

unit usaha karamba. Berdasarkan asumsi keuntungan pada Tabel 26 sebesar

Rp 31.971.500,- maka diperkirakan akan diperoleh pendapatan sebesar

Rp 912.786.325.000,- per tahun dari usaha budidaya karamba.

Page 38: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

99

99

3. Budidaya rumput laut long line

Jumlah unit yang dapat dibangun untuk budidaya rumput laut long line sekitar

13.528 unit usaha. Berdasarkan asumsi keuntungan pada Tabel 26, yaitu

sebesar Rp 10.661.667,- maka diperkirakan akan diperoleh pendapatan sekitar

Rp 144.231.031.176,- per tahun dari usaha budidaya rumput laut.

Unsur-unsur Strategis SWOT

1) Kekuatan:

S1: Ketersediaan Lahan Masih Luas

Hasil analisis spasial terhadap peta kesesuaian lahan menunjukkan bahwa

luas efektif pesisir Kabupaten Kutai Timur yang dapat dimanfaatkan untuk

budidaya tambak seluas 3.913,34 ha, untuk budidaya karamba jaring tancap

seluas 411,13 ha dan untuk budidaya rumput laut long line seluas 3.246,62 ha.

S2: Adanya Investasi dari Masyarakat

Selain adanya investasi dari luar, pengembangan perikanan budidaya

pesisir mempunyai faktor kekuatan yang cukup besar, yaitu adanya minat

masyarakat dalam menginvestasikan modalnya dalam usaha perikanan budidaya

pesisir. Hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa sebagian besar

modal untuk kegiatan budidaya, baik di tambak, karamba, maupun rumput laut

berasal dari modal pribadi pembudidaya.

S3: Kelayakan Usaha Perikanan Budidaya di Pesisir

Berdasarkan kelayakan ekonomi, pengembangan budidaya tambak

diproyeksikan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sebesar

Rp 47.298.387.500,- per tahun, pengembangan budidaya karamba diproyeksikan

dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sebesar Rp 912.786.325.000,- per

tahun, dan pengembangan budidaya rumput laut diproyeksikan dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat sebesar Rp 144.231.031.176,- per tahun.

Page 39: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

100

100

S4: Tersedia Tenaga Kerja Lokal

Data dari BPS Kabupaten Kutai Timur menunjukkan jumlah angkatan

kerja pada tahun 2004 di Kabupaten Kutai Timur adalah 111.286 orang. Dari

jumlah angkatan kerja tersebut yang masih mencari pekerjaan sebanyak 3.733

orang (3,35%), sedangkan yang lainnya masih bersekolah (5,86%), tidak bekerja

karena mengurus rumah tangga (26,22%), sudah bekerja (60,21%), dan lain-lain

(4,35%). Jumlah angkatan kerja yang masih mencari pekerjaan ini merupakan

tenaga kerja yang perlu diberi kesempatan kerja dengan pengembangan perikanan

budidaya.

S5: Etos Kerja Budidaya

Masyarakat di pesisir Kabupaten Kutai Timur sebagian besar (lebih dari

60%) adalah pendatang dari P. Sulawesi. Jiwa bahari dari para pendatang ini

merupakan modal yang besar dalam pengembangan perikanan budidaya di pesisir,

karena masyarakat sudah terbiasa dengan kehidupan di laut. Dari hasil

wawancara, masyarakat di pesisir Kabupaten Kutai Timur menunjukkan minat

yang cukup tinggi untuk melakukan usaha perikanan budidaya sebagai pekerjaan

sampingan dari pekerjaan utama mereka sebagai nelayan. Saat ini di Kecamatan

Sangatta sudah cukup banyak nelayan yang beralih profesi menjadi pembudidaya

karamba tancap dan rumput laut.

S6: Tersedia Sarana Kelembagaan Budidaya

Sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan perikanan budidaya

Pemerintah Daerah Kabupaten Kutai Timur membentuk Unit Pelayanan

Pengembangan (UPP) Perikanan budidaya, yang dibentuk dengan Surat

Keputusan Bupati Kutai Timur. Salah satu fungsi UPP perikanan budidaya ini

adalah memberi rekomendasi pada Kelompok Pengelola Budidaya yang terdapat

di kecamatan-kecamatan untuk memperoleh pinjaman Dana Penguatan Modal

dari Bank BRI.

Selain lembaga UPP ini, di Kabupaten Kutai Timur ini terdapat dua

koperasi perikanan, yaitu: Koperasi Perikanan Bukit Pelangi dan Koperasi

Perikanan Wana Mina. Namun koperasi ini belum mampu membantu para

pembudidaya dalam mengatasi permasalahan pemasaran hasil budidaya.

Page 40: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

101

101

2) Kelemahan:

W1: Terbatas Sarana Produksi/Infrastuktur Penunjang

Sarana produksi dan infrastruktur penunjang perikanan budidaya pesisir

bisa dikatakan belum tersedia sama sekali di Kabupaten Kutai Timur, baik dari

sarana pembenihan, penyediaan sarana produksi seperti pakan, obat-obatan, dan

peralatan budidaya, maupun sarana pengolahan pascapanen. Untuk memenuhi

semua kebutuhan sarana produksi tersebut, pembudidaya harus mencarinya ke

luar daerah seperti Bontang, Samarinda, dan Balikpapan.

W2: Kurangnya Sarana Informasi Pasar

Pembudidaya rumput laut dan kerapu di Kabupaten Kutai Timur belum

mepunyai informasi pasar nasional dan internasional yang cukup memadai untuk

memasarkan hasil panennya. Selama ini pembudidaya hanya menjual hasil

panennya ke tengkulak dengan harga sesuai yang ditawarkan tengkulak, sehingga

harga yang diperoleh relatif rendah.

W3: Kurang Pengetahuan Teknologi Budidaya

Berdasarkan hasil pengamatan pada saat survei, beberapa unit karamba

kerapu yang diamati dalam keadaan kosong. Tersendatnya usaha budidaya

karamba kerapu ini terjadi karena pembudidaya tidak menguasai faktor teknologi

dan manajamen budidaya dengan baik, terutama faktor benih yang bermutu,

pengendalian hama dan penyakit, pakan ikan, serta pemilihan lokasi yang benar.

Demikian juga dengan budidaya rumput laut, unit yang kosong terjadi karena

pembudidaya kesulitan memperoleh benih rumput laut yang unggul, serta kondisi

oseanografi yang ekstrim pada musim angin selatan dan pancaroba.

Pada usaha budidaya tambak, kolam-kolam yang kosong terjadi karena

pembudidaya kesulitan memperoleh benih udang dan ikan bandeng yang bermutu.

Sedangkan benih alam yang ditangkap dari perairan disekitarnya dijual dengan

harga yang lebih mahal dibanding harga benih dari hatchery. Sebagai contohnya

adalah benur alam ukuran fingerling dibeli dengan harga Rp. 100,00/ekor

sementara bila dibeli dari hatchery harganya Rp. 40,00/ekor. Namun yang menjadi

masalah adalah di Kabupaten Kutai Timur tidak ada hatchery, hatchery yang

Page 41: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

102

102

terdekat berada di Kota Balikpapan yang jaraknya sekitar 250 km atau sekitar 6

jam bila ditempuh melalui jalan darat.

W4: Kurang Pengetahuan Teknologi Pasca Panen

Teknologi pascapanen juga belum dikuasai dengan baik oleh

pembudidaya. Hasil panen dari budidaya tambak umumnya dijual dalam keadaan

segar, namun karena belum ada coldstorage pendinginan hanya dilakukan dengan

menggunakan es batu. Sedangkan pabrik es batu belum tersedia, sehingga es batu

dibuat dengan menggunakan refrigerator (lemari es), akibatnya harga es menjadi

mahal, dan menambah tinggi biaya produksi. Pabrik es batu yang pernah

dibangun dengan dana dari proyek PEMP (Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Pesisir) pada tahun 2003 di Dusun Kenyamukan, Kecamatan Sangatta sudah tidak

dapat berproduksi 2 bulan setelah pabrik tersebut dibangun. Masalahnya karena

tidak cukup suplai air tawar untuk pembuatan es dan tidak ada teknisi yang dapat

melakukan perawatan mesin terhadap pabrik es tersebut.

Perlakuan pascapanen terhadap rumput laut adalah dengan pengeringan.

Belum ada usaha pengolahan terhadap rumput laut menjadi produk jadi seperti

manisan, dodol, atau serbuk agar-agar. Sementara itu sebagai pembanding, para

pembudidaya rumput laut di Kota Bontang telah mampu mengolah rumput laut

menjadi manisan dan dodol, dan dijual sebagai oleh-oleh khas daerah tersebut.

W5: Kualitas SDM Rendah

Rata-rata tingkat pendidikan masyarakat di Kabupaten Kutai Timur masih

rendah, terutama masyarakat di desa pantai, karena umumnya desa-desa pantai di

Kabupaten Kutai Timur masih terisolir dan kurang fasilitas pendidikan.

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Kutai Timur tahun 2005, tingkat

pendidikan tertinggi yang dicapai oleh penduduk usia 10 tahun ke atas adalah:

tidak sekolah sebanyak 31.673 orang (25,60%), tamat Sekolah Dasar sebanyak

41.397 orang (33,46%), dan tamat Sekolah Lanjutan Pertama sebanyak 25.479

orang (20,59%), atau sekitar 79,65% penduduk Kabupaten Kutai Timur hanya

berpendidikan di bawah Sekolah Lanjutan Pertama. Rendahnya tingkat

pendidikan ini menyebabkan informasi teknologi budidaya lambat diserap oleh

masyarakat. Selain itu masyarakat juga kurang memahami pentingnya menjaga

Page 42: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

103

103

kelestarian sumberdaya alam untuk mendukung keberlanjutan usaha perikanan

budidaya.

3) Peluang:

O1: Permintaan Pasar Tinggi

Peluang terbesar yang mendukung pengembangan perikanan budidaya

pesisir adalah permintaan terhadap produk perikanan yang semakin meningkat

dari tahun ke tahun. Sebagian besar spesies budididaya laut seperti ikan napoleon,

ikan kerapu, udang lobster, teripang, abalone, kerang mutiara merupakan

komoditas ekspor yang sangat diminati oleh pasar internasional sehingga

memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Tidak hanya pasar internasional, di dalam

negeripun pemintaan produk budidaya laut untuk memenuhi kebutuhan konsumsi

(seafood) masyarakat terus meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan

masyarakat dan perubahan pola hidup masyarakat dari agraris menjadi industri

(Soebagio, 2004).

Hasil penelitian FAO (1993) yang diacu oleh Soebagio (2004),

mendapatkan adanya kecenderungan perubahan pola makan masyarakat agraris

yang sedang berubah menjadi masyarakat industri. Salah satu perubahan pola

makan tersebut adalah adanya kecenderungan peningkatan jumlah manusia yang

makan di luar rumah, seperti di kantin kantor, katering, restoran. Perubahan pola

makan tersebut menuntut adanya makanan dan bahan makanan yang gampang dan

cepat disajikan dan dimakan (ready to eat) atau dimasak (ready to cooked),

seseuai dengan pola hidup masyarakat industri yang serba cepat. Hasil penelitian

tersebut juga memperlihatkan adanya kecenderungan peningkatan konsumsi

makanan dari laut (seafood).

Kebutuhan kerapu untuk pasar dunia total diperkirakan sebesar 24.200 ton

per tahun atau sebesar US$ 290 juta untuk harga rata-rata US$ 12 per kilogram

(BPPT, 2002). Sedangkan untuk pasar rumput laut jenis Euchema cottoni, pada

tahun 2006 kebutuhan dunia diperkirakan sebesar 202.300 ton kering dan sampai

tahun 2010 diperkirakan sekitar 274.100 ton kering (Anggadireja et al, 2006).

Harga ikan kerapu tikus dalam keadaan hidup ditingkat nelayan dapat

mencapai US$ 20 (Rp 200.000,-) untuk setiap kilogramnya. Ikan tersebut

Page 43: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

104

104

diekspor terutama ke Hongkong dengan harga jual yang berlipat kali. Harga

rumput laut kering juga meningkat cukup tajam yaitu Rp. 2.450/kg pada tahun

2004 menjadi Rp. 4000/kg pada tahun 2006.

O2: Dukungan Permodalan dari Pemda dan Perusahaan Mitra

Peluang lain dalam pengembangan perikanan budidaya adalah adanya

dukungan modal dari pemerintah dan perusahaan mitra. Pada tahun 2006, Dirjen

budidaya DKP Pusat memberi batuan untuk pengembangan rumput laut dengan

penyaluran melalui Dana Penguatan Modal (DPM) bank BRI sebesar 140 juta.

Bunga Angsuran yang harus dibayar petani sebesar 6% dengan jangka waktu

pembayaran per 3 bulan. Sedangkan untuk karamba kerapu, Dirjen budidaya DKP

Pusat memberi bantuan sebesar 285 juta untuk 10 unit karamba. Bunga Angsuran

yang harus dibayar petani sebesar 6% dengan jangka waktu pembayaran per tahun

untuk budidaya karamba kerapu. Untuk memperoleh pinjaman ini Kelompok

Pengelola Budidaya yang terdapat di kecamatan-kecamatan harus mengajukan

permohonan pinjaman Dana Penguatan Modal ke Bank BRI berdasarkan

rekomendasi dari UPP Perikanan budidaya.

Selain investasi yang berasal dari Dirjen Budidaya DKP Pusat, Dinas

Kelautan Perikanan Kabupaten Kutai Timur juga memberikan bantuan berupa

proyek demplot untuk budidaya rumput laut sebesar Rp. 275 juta pada tahun

2006.

O3: Adanya Lembaga Pendidikan yang Mendukung Perikanan Budidaya

Lembaga pendidikan yang mendukung pengembangan perikanan budidaya

di Kabupaten Kutai Timur adalah Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Kutai Timur

(STIPER Kutai Timur) dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Kelautan

Sangatta (SMKN Kelautan Sangatta).

Salah satu Program Studi di STIPER Kutai Timur adalah Program Studi

Ilmu Kelautan. Program Studi ini mempunyai konsentrasi pada pengembangan

potensi pesisir dan laut di Kabupaten Kutai Timur. Out put dari program studi ini

adalah sarjana perikanan dengan kompetensi 40 % teori dan 60 % praktek.

Sedangkan SMKN Kelautan Sangatta menghasilkan lulusan dengan kompetensi

Page 44: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

105

105

sebagai teknisi budidaya. Para lulusan ini merupakan SDM yang dapat

diberdayakan untuk pengembangan perikanan budidaya.

4) Ancaman:

T1: Tengkulak yang Mendominasi Pasar

Belum tersedianya lembaga pemasaran semacam koperasi yang mampu

menampung dan memasarkan hasil budidaya menyebabkan masyarakat terpaksa

menjual hasil panennya pada penampung/tengkulak, yang akan membawa hasil

panen tersebut ke eksportir di Balikpapan.

Belum berfungsinya lembaga pemasaran ini berimbas pada harga produk

yang fluktuatif di tingkat pembudidaya. Harga kerapu tikus yang diperoleh

pembudidaya dari tengkulak/penampung adalah sekitar Rp. 230.000,00 per

kilogram dalam keadaan hidup. Sedangkan bila dijual langsung ke eksportir di

Balikpapan harga yang diperoleh adalah Rp. 300.000,00. Selain kurang

berfungsinya lembaga pemasaran, terjadinya fluktuasi harga adalah karena

pembudidaya tidak mengetahui informasi pasar yang terkini, baik mengenai

harga, permintaan pasar, maupun siapa konsumen yang memerlukan produk

perikanan.

T2: Persaingan dengan Produk dari Luar Daerah

Ancaman lain dalam pemasaran hasil budidaya adalah adanya produk dari

daerah lain, misalnya Kota Bontang. Perikanan budidaya pesisir di Kota Bontang

lebih maju dibanding budidaya di Kabupaten Kutai Timur, karena sarana dan

prasarana serta akses ke Bontang sudah tersedia, sehingga pemasarannya lebih

luas. Produksi tambak seperti bandeng dan udang windu dari Bontang banyak

masuk ke pasar di Sangatta, ibukota Kabupaten Kutai Timur.

T3: Pencemaran Industri pada Daerah Aliran Sungai (DAS)

Ancaman dari lingkungan terhadap pengembangan budidaya di

KabupatenKutai Timur adalah tingginya sedimentasi dan polutan yang terbawa

melalui sungai. Pemukiman di Pulau Kalimantan umumnya berada di sepanjang

sungai, karena dahulunya sungai merupakan sarana transportasi yang vital

sebelum dibangun jalan darat. Selain pemukiman, banyak kegiatan seperti

Page 45: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

106

106

transportasi sungai, pasar, dan industri yang membuang limbah ke sungai. Dari

hasil pengamatan pada sungai-sungai yang berada di tengah kota seperti S.

Sangatta, polutan yang sering ditemukan adalah minyak dan sampah. Sementara

sungai yang jauh dari kota umumnya masih bersih dari sampah.

T4: Konflik Pemanfaatan Lahan

Ancaman dari aspek sosial adalah adanya konflik pemanfaatan lahan antar

stakeholders di pesisir Kabupaten Kutai Timur. Konflik yang pernah terjadi

adalah antara perusahaan pertambangan PT Kaltim Prima Coal dengan

pembudidaya karamba pada Januari 2005.

T5: Kondisi Oseanografi yang Ekstrim pada Musim Tertentu

Kualitas perairan di pesisir Kabupaten Kutai Timur cukup mendukung

usaha perikanan budidaya. Namun pada saat tertentu kondisi arus dan gelombang,

yang sangat dipengaruhi oleh musim angin, dapat menjadi ekstrim dan merupakan

ancaman bagi kelanjutan usaha budidaya. Oleh karena itu diperlukan adanya input

teknologi yang dapat mengatasi ancaman tersebut.

Strategi Pengembangan Perikanan budidaya Pesisir

Strategi pengembangan perikanan budidaya pesisir di Kabupaten Kutai

Timur dianalisa dengan menggunakan analisis SWOT.

Tabel 27. Hasil External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) Faktor-faktor

Strategi Eksternal Bobot Rating Skor Komentar

1 2 3 4 5 Peluang: O1: permintaan pasar tinggi O2: dukungan permodalan dari pemda dan mitra O3: Adanya Lembaga Pendidikan yang Mendukung

Perikanan Budidaya

0,20 0,15 0,10

4 4 2

0,80 0,60 0,20

Pemasaran Permodalan Teknologi

Ancaman: T1: tengkulak yang mendominasi pasar T2: persaingan dengan produk dari luar daerah T3: pencemaran industri pada DAS T4: konflik pemanfaatan lahan T5: kondisi oseanografi yang ekstrim

0,15 0,10 0,10 0,15 0,05

1 1 2 2 2

0,15 0,10 0,20 0,30 0,10

Pemasaran Pemasaran Teknologi Sosial Teknologi

TOTAL 1,00 2,45 Sumber: Analisis Data Primer

Page 46: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

107

107

Tabel 28. Hasil Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS)

Faktor-faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor Komentar

1 2 3 4 5 Kekuatan: S1: ketersediaan lahan masih luas S2: adanya investasi dari masyarakat S3: kelayakan usaha perikanan budidaya pesisir S4: tersedia tenaga kerja lokal S5: etos kerja budidaya S6: tersedia sarana kelembagaan budidaya

0,1 0,1 0,1 0,1 0,05 0,05

4 3 3 2 1 1

0,4 0,3 0,3 0,2 0,05 0,05

Permodalan Permodalan Pendapatan Sosial Sosial Kelembagaan

Kelemahan: W1: terbatas sarana produksi/infrastuktur penunjangW2: kurangnya sarana informasi pasar W3: kurang pengetahuan tentang budidaya W4: kurang pengetahuan teknologi pasca panen W5: kualitas SDM rendah

0,15 0,1 0,1 0,1 0,05

1 1 2 2 3

0,15 0,1 0,2 0,2 0,15

Sarana Pemasaran Teknologi Teknologi Sosial

TOTAL 1,00 2,10 Sumber: Analisis Data Primer Dari hasil pembobotan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh diperoleh hasil bahwa faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) lebih besar pengaruhnya dibanding faktor internal (kekuatan dan kelemahan), terhadap pengembangan perikanan budidaya pesisir di pesisir kabupaten Kutai Timur, dengan rasio sebesar 2,45 : 2,10. Berdasarkan matriks EFAS dan IFAS tersebut di atas, maka dengan model matriks TOWS diperoleh strategi-strategi yang dikelompokkan dalam 4 kategori, yaitu:

i) Strategi SO, yaitu penggunaan unsur-unsur kekuatan wilayah pesisir untuk mendapatkan keuntungan dari peluang-peluang yang ada;

ii) Strategi WO, yaitu memperbaiki kelemahan yang ada di wilayah pesisir dengan memanfaatkan peluang yang tersedia,

iii) Strategi ST, yaitu penggunaan kekuatan yang ada untuk menghindari atau memperkecil dampak dari ancaman eksternal;

iv) Strategi WT, yaitu taktik pertahanan yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal untuk menghadapi ancaman eksternal (Vincentius, 2003)

Page 47: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

108

108

Tabel 29. Matriks TOWS Strategi Pengembangan Kawasan Perikanan budidaya

MATRIKS TOWS

STRENGTH (S) S1: ketersediaan lahan masih luas S2: adanya investasi dari

masyarakat S3: kelayakan usaha perikanan

budidaya pesisir S4: tersedia tenaga kerja lokal S5: etos kerja budidaya S6: tersedia sarana kelembagaan

budidaya

WEAKNESSES (W) W1: terbatas sarana

produksi/ infrastuktur penunjang

W2: kurangnya informasi pasar

W3: kurang pengetahuan tentang budidaya

W4: kurang pengetahuan teknologi pasca panen

W5: kualitas SDM rendah OPPORTUNITIES (O)

O1: permintaan pasar tinggi O2: dukungan permodalan dari

pemda dan mitra O3: adanya lembaga pendidikan

yang mendukung perikanan budidaya

STRATEGI SO 1) peningkatan skala usaha

perikanan budidaya dengan memanfaatkan investasi dari mitra atau pemda;

2) pemberdayaan tenaga kerja lokal sebagai pekerjaan sampingan atau utama dalam perikanan budidaya;

STRATEGI WO 1) pengembangan sarana

dan infrastruktur budidaya laut;

2) peningkatan kapasitas SDM di pesisir;

3) pengembangan teknik budidaya dan pengolahan/pasca panen;

THREATH (T) T1: tengkulak yang mendominasi

pasar T2: persaingan dengan produk dari

luar daerah T3: pencemaran industri pada DAS T4: konflik pemanfaatan lahan T5: kondisi oseanografi ekstrim

STRATEGI ST 1) pengembangan sistem

pemasaran yang bisa menggerakkan perekonomian lokal;

2) pengembangan kawasan budidaya terpadu untuk mengoptimalkan pemanfaatan perairan pesisir;

STRATEGI WT 1) pengembangan akses

informasi budidaya melalui kelembagaan yang terkait;

Sumber: Analisis Data Primer

Strategi-strategi di atas selanjutnya diurutkan menurut rangking

berdasarkan jumlah skor unsur-unsur penyusunnya, sebagaimana disajikan pada

Tabel 30.

Page 48: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

109

109

Tabel 30. Penentuan Prioritas Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya di Pesisir Kabupaten Kutai Timur

UNSUR SWOT KETERKAITAN SKOR RANK

Strategi 1

1) peningkatan skala usaha perikanan budidaya

dengan memanfaatkan investasi dari mitra

perusahaan atau pemda;

S1,S2,S3,O1,O2

2,40

1

Strategi 2 2) pengembangan teknik budidaya dan pasca

panen;

W3,W4,W5,O1,O3 1,55 2

Strategi 3 3) peningkatan kapasitas SDM di pesisir; W3,W4,W5,O2, O3 1,35 3

Strategi 4 4) pemberdayaan tenaga kerja lokal sebagai

pekerjaan sampingan atau utama; S4,S5,O1

1,05

4

Strategi 5 5) pengembangan kawasan budidaya terpadu

untuk mengoptimalkan pemanfaatan

perairan pesisir;

S1,S6,T3,T4,T5 1,05

5

Strategi 6 6) pengembangan sarana dan infrastruktur

budidaya pesisir; W1,O1

0,95

6

Strategi 7 7) pengembangan sistem pemasaran yang bisa

menggerakkan perekonomian lokal; S2,S6,T1,T2

0,60

7

Strategi 8 8) pengembangan akses informasi melalui

kelembagaan yang terkait; W1,W2,T1,T2

0,50

8

Sumber: Analisis Data Primer Setelah memperhatikan segala potensi sumber daya dan aktivitas perikanan

budidaya pesisir di Kabupaten Kutai Timur dan digabungkan dengan faktor dari

analisa SWOT maka disusun rencana program kerja dan rencana strategi dalam

pengembangan perikanan budidaya di pesisir. Selengkapnya rencana strategi yang

kemudian diaplikasikan dalam rencana program adalah sebagai berikut :

Strategi 1

Peningkatan skala usaha perikanan budidaya pesisir.

Pencetakan lahan tambak dan pembuatan unit karamba baru.

Pinjaman lunak, kredit, atau dana bergulir untuk meningkatkan skala

usaha.

Penyediaan sarana produksi seperti benih, pakan, peralatan, dan obat-

obatan untuk operasional budidaya.

Page 49: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

110

110

Peningkatan teknologi untuk mengurangi kematian/kegagalan panen.

Strategi 2

Pengembangan teknik budidaya dan pengolahan/pasca panen.

Pelatihan dan pendampingan teknik budidaya dan pasca panen bagi

masyarakat pembudidaya.

Penganekaragaman spesies budidaya laut selain komoditas yang telah

dibudidayakan selama ini, misalnya pembesaran kepiting bakau, abalone,

lobster, kakap, dan sebagainya.

Melakukan penelitian-penelitian yang mendukung pengembangan

teknologi budidaya laut.

Membuat kawasan percontohan/demplot pada satu desa untuk dijadikan

sentra budidaya, sehingga dapat dijadikan percontohan bagi desa-desa

lainnya.

Strategi 3

Peningkatan kapasitas SDM di pesisir.

Mendirikan sekolah di desa-desa pesisir yang terisolir.

Memasukkan mata pelajaran yang terkait dengan kelestarian sumberdaya

alam, terutama sumberdaya pesisir dan laut, sebagai muatan lokal pada

kurikulum di sekolah-sekolah tersebut.

Strategi 4

Pemberdayaan tenaga kerja lokal sebagai pekerjaan utama atau sampingan.

Mengatur kerjasama antara investor yang melakukan usaha budidaya di

pesisir dengan penduduk lokal agar dapat memberikan peluang usaha bagi

penduduk lokal untuk ikut serta dalam usaha perikanan budidaya.

Menetapkan aturan bagi pengusaha/investor untuk menggunakan tenaga

kerja lokal sebelum menggunakan tenaga dari luar daerah.

Mempermudah pemberian kredit untuk usaha budidaya bagi penduduk

lokal.

Pelatihan bagi wanita di desa pesisir agar dapat melakukan pengolahan

hasil perikanan menjadi makanan khas seperti baso ikan, abon ikan,

krupuk kepiting, dodol, manisan rumput laut, dan lain-lain.

Page 50: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

111

111

Strategi 5

Pengembangan kawasan budidaya terpadu untuk mengoptimalkan

pemanfaatan perairan pesisir.

Perencanaan kawasan terpadu untuk proses produksi budidaya mulai dari

sarana pembenihan, hingga pengolahan pasca panen.

Pembuatan rencana kawasan (zonasi) untuk kegiatan perikanan tangkap,

budidaya, maupun zona konservasi atau perlindungan.

Mensosialisasikan sistem budidaya selain yang budidaya telah eksisting,

seperti sistem budidaya karamba jaring apung, sea ranching, dan

enclosure.

Melakukan analisis kesesuaian lahan bagi sistem budidaya lain selain

sistem budidaya yang telah eksisting saat ini, seperti tersebut diatas.

Strategi 6

Pengembangan sarana dan infrastruktur budidaya laut.

Pembangunan Unit Pelaksana Teknis (UPT) perikanan budidaya pesisir,

sebagai sarana transfer teknologi budidaya yang cepat ke masyarakat.

Pembangunan sarana transportasi darat dan pelabuhan, untuk membuka

akses ke daerah pesisir yang masih terisolir.

Pembangunan hatchery untuk memproduksi benih ikan bagi sistem

budidaya yang telah berlangsung.

Memfasilitasi kerjasama antara masyarakat pembudidaya dengan agen

(pedagang) sarana produksi perikanan budidaya seperti pakan, obat-

obatan, dan peralatan budidaya, untuk memudahkan pembudidaya

memperoleh saprodi perikanan budidaya.

Pengadaan fasilitas dalam pengawetan ikan hasil produksi budidaya (cold

storage maupun es batu).

Strategi 7

Pengembangan sistem pemasaran yang bisa menggerakkan perekonomian

lokal.

Membuat sistem bisnis yang mendukung posisi tawar (bargaining

position) dari pelaku budidaya (produsen), terutama masyarakat lokal.

Page 51: HASIL DAN PEMBAHASAN - repository.ipb.ac.id · pasang yang melimpas suatu lahan tidak selalu berupa air asin atau payau tetapi dapat juga berupa air tawar yang berasal dari sungai

112

112

Mengaktifkan fungsi kelembagaan sosial-ekonomi seperti koperasi,

kelompok pembudidaya, PKK, dan sebagainya untuk mendukung kegiatan

pemasaran produk budidaya.

Menjalin kerja sama pemasaran antara kelompok pembudidaya lokal

dengan pengusaha swasta melalui fasilitator pemerintah.

Strategi 8

Pengembangan akses informasi melalui kelembagaan yang terkait.

Pengadaan sarana prasarana komunikasi (pengefektifan wartel), pendirian

pemancar telepon, dan pengadaan sarana transportasi antar daerah dari

pemerintah.

Pembuatan data informasi pemasaran baik untuk kebutuhan dalam atau

luar negeri, yang dapat diakses secara mudah oleh semua pelaku budidaya

di Kabupaten Kutai Timur.