karyatulisilmiah.com · web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air...

119
SKRIPSI PERBEDAAN KADAR KOLESTEROL TOTAL SETELAH PEMBERIAN GANGGANG RENIK HIJAU-BIRU (Spirulina sp.) SELAMA 14 HARI PADA TIKUS JANTAN (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK Penelitian Eksperimental Laboratoris GUSTI NGURAH KRISNA DINATHA NIM. 2008.04.0.0091 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH 1

Upload: lycong

Post on 09-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

SKRIPSI

PERBEDAAN KADAR KOLESTEROL TOTAL SETELAH PEMBERIAN GANGGANG RENIK HIJAU-BIRU (Spirulina sp.) SELAMA 14 HARI PADA TIKUS JANTAN (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR YANG

DIBERI DIET TINGGI LEMAK

Penelitian Eksperimental Laboratoris

GUSTI NGURAH KRISNA DINATHANIM. 2008.04.0.0091

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HANG TUAH

S U R A B A Y A2012

1

Page 2: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangIndonesia sebagai negara maritim mempunyai prospek yang

cukup cerah dalam memproduksi rumput laut dan turunannya. Hal

ini terbukti beberapa daerah telah menghasilkan berbagai jenis

rumput laut yang mampu memasok bahan baku produk primernya.

Di beberapa negara timur dan kepulauan pasifik, rumput laut

digunakan sebagai sumber makanan, sejumlah besar penduduk

daerah maritim secara langsung ataupun tidak langsung

mengkonsumsi atau berhubungan dengan berbagai bentuk produk

alga laut, dimana rumput laut ini berguna bagi makanan manusia

ataupun untuk hewan, juga obat-obatan, dan sebagai sumber

bahan baku industri (Sulistyowaty, 2009).

Spirulina sp. merupakan gangang renik (mikroalga) laut

hijau-biru yang termasuk dalam kelas Cyanophyceae, ordo

Nostocales, famili Oscilatoriacee, dan genus Spirulina. Jenis

Spirulina sp. tersebar luas di perairan pantai Indonesia dan sudah

dibudidayakan secara intensif. Rumput laut banyak digunakan

sebagai bahan makanan secara langsung karena mempunyai serat

dan kandungan gizi yang cukup baik sehingga dapat menyehatkan.

Zat gizi yang yang terkandung dalam Spirulina sp. antara lain,

karbohidrat, protein berkisar antara (50-70%) berat kering, vitamin

(provitamin A, inositol, tocupherol, dan niasin), asam amino

esensial (isoleusin, leusin, metionin, cystin, phenilalamin, tyrosin,

threonin, thriptofan, valin), asam lemak tak jenuh, dan berbagai

enzim lainnya. Nutrisi yang optimal dalam rumput laut mampu

memberikan fungsi imun terbaik, merevitalisasi tubuh, mendukung

2

Page 3: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

kesehatan jantung, memperbaki pencernaan, menguatkan sistem

saraf, dan menyeimbangkan hormon. Bahan pangan ini juga baik

untuk menyehatkan rambut, memperkuat kuku dan gigi. Beberapa

penelitian yang dilakukan pada ganggang telah menunjukkan

bahwa ganggang mengandung berbagai jenis senyawa yang

penting bagi tubuh sehingga ganggang berpotensi sebagai

makanan kesehatan, salah satunya dalam hal menurunkan kadar

kolesterol darah. Secara garis besar kandungan nutrisi yang ada

pada Spirulina sp. berupa protein 60-70%, karbohidrat 15-25%,

lemak 6-8%, mineral 7-13%, serat 8-10%, dan kadar air 3%.

Kandungan Gamma Linolenic Acid (GLA), beta-karotin, dan serat

yang terkandung dalam Spirulina sp. ini sangat membantu dalam

hal menurunkan kadar kolesterol darah pada manusia selama 4

minggu (Kabinawa, 2006).

Dewasa ini muncul berbagai macam penyakit yang

berhubungan dengan tingkat kolesterol dalam darah. Penyakit yang

disebabkan oleh tingginya tingkat kolesterol dalam darah adalah

hiperkolesterolemia. Penyakit hiperkolesterolemia akan

menyebabkan munculnya penyakit arteriosklerosis (penebalan

dinding pembuluh darah) dan pada akhirnya akan menyebabkan

penyakit jantung koroner. Jumlah penderita penyakit

hiperkolesterolemia makin bertambah jumlahnya, selain

disebabkan oleh makanan, hiperkolesterolemia juga dapat

disebabkan oleh faktor genetik, minum alkohol, ketidakaktifan,

kebiasaan merokok, gangguan metabolisme pola makan, dan gaya

hidup masyarakat modern sekarang ini. Masyarakat cenderung

banyak mengkonsumsi makanan cepat saji yang kaya akan

kolesterol dan asam lemak jenuh. Salah satu akibat pola makan

seperti itu adalah munculnya obesitas yang juga memicu

meningkatnya penyakit hiperkolesterolemia. World Health

Organization (WHO) melansir persentase orang kegemukan atau

overweight yang mencengangkan. Data selama 2010, di Indonesia

3

Page 4: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

tercatat 32,9 persen atau sekitar 78,2 juta penduduk dengan

kondisi kegemukan. Persentase tadi bisa dibandingkan dengan

data obesitas WHO 2008 yang hanya 9,4 persen. Dengan

peningkatan jumlah penduduk yang kegemukan ini, ikut mendorong

peningkatan faktor resiko penyakit kronis (Kompas, 2012). Oleh

karena itu, salah satu tindakan pencegahan munculnya obesitas

adalah mengubah pola makan dengan mengurangi konsumsi

makanan kaya kolesterol dan asam lemak jenuh. Selain itu perlu

juga memasyarakatkan olahraga, karena dengan olahraga kita

dapat mengurangi jumlah pemasukan kalori yang berlebihan

sehingga tidak terjadi obesitas. Selain tindakan pencegahan,

pengobatan juga perlu dilakukan untuk mengurangi jumlah

penderita penyakit hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia karena

kelainan genetik dan gangguan metabolisme lebih sulit

disembuhkan (Guyton, Hall, 2007).

Dunia kedokteran dan ilmu pengetahuan mencoba

melakukan berbagai penelitian untuk mencari alternatif pengobatan

bagi penderita hiperkolesterolemia khususnya pada pasien dengan

obesitas. Pada penelitian ini, kandungan pada ganggang renik

hijau-biru (Spirulina sp.) diharapkan mampu menurunkan kadar

kolesterol total selama 14 hari. Proses pengujian yang dilakukan

dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan hewan

percobaan tikus jantan (Rattus norvegicus) galur wistar yang diberi

diet tinggi lemak. Pengujian dilakukan selama 1 bulan dengan

mengukur kadar kolesterol total tikus wistar tersebut (Hariyani,

2011).

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada perbedaan kadar kolesterol total setelah

pemberian ganggang renik hijau-biru (Spirulina sp.) selama 14 hari

dengan dosis 150mg/kgBB tikus/hari pada tikus jantan (Rattus

norvegicus) galur wistar yang diberi diet tinggi lemak ?.

4

Page 5: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

1.3. Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ganggang renik

hijau-biru (Spirulina sp.) selama 14 hari dengan dosis 150mg/kgBB

tikus/hari terhadap kadar kolesterol total pada tikus jantan (Rattus

norvegicus) galur wistar yang diberi diet tinggi lemak.

1.3.2 Tujuan khusus1. Untuk mengetahui adanya perbedaan kadar kolesterol total

sebelum pemberian ganggang renik hijau-biru (Spirulina sp.)

selama 14 hari dengan dosis 150mg/kgBB tikus/hari pada

tikus jantan (Rattus norvegicus) galur wistar yang diberi diet

tinggi lemak.

2. Untuk mengetahui adanya perbedaan kadar kolesterol total

sesudah pemberian ganggang renik hijau-biru (Spirulina sp.)

selama 14 hari dengan dosis 150mg/kgBB tikus/hari pada

tikus jantan (Rattus norvegicus) galur wistar yang diberi diet

tinggi lemak.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi mahasiswa

Sebagai bentuk aplikatif ilmu kedokteran yang selama ini

telah diperoleh.

1.4.2 Bagi tenaga kesehatan dan masyarakat

Memberikan alternatif lain dalam bentuk terapi herbal

khususnya untuk terapi kombinasi dalam mengatasi peningkatan

kadar kolesterol total yang disebabkan oleh penumpukan asam

lemak jenuh.

1.4.3 Bagi universitas hang tuah

5

Page 6: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber dan referensi

pembelajaran untuk perpustakaan Universitas Hang Tuah

khususnya Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya.

1.4.4 Bagi penelitian lain

Sebagai sumbangan informasi dan ilmu yang dapat

digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya.

6

Page 7: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Rumput Laut (Spirulina sp.)

2.1.1. Deskripsi rumput laut Spirulina sp.

Kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari lautan

yang kaya akan berbagai jenis sumber hayati. Salah satu

diantaranya adalah rumput laut yang mempunyai nilai ekonomis

penting bagi masyarakat Indonesia. Meningkatnya kesadaran

masyarakat akan pola hidup dan makan yang sehat membuat

rumput laut dipilih sebagai alternatif makanan sehat karena

kandungannya yang kaya akan serat, vitamin dan mineral

(Kabinawa, 2006).

Rumput laut merupakan tumbuhan tingkat rendah berupa

thallus (batang) yang bercabang-cabang, dapat hidup di laut dan

tambak dengan kedalaman yang masih dapat dijangkau oleh

cahaya matahari. Rumput laut termasuk kelompok tumbuhan algae

yang berukuran besar yang dapat terlihat dengan mata biasa tanpa

alat pembesar dan bersifat bentik atau tumbuh melekat pada suatu

substrat di perairan laut. Berdasarkan kandungan pigmennya,

rumput laut dapat dibedakan menjadi kelas alga merah

(Rhodophyceae) yang memiliki pigmen dominan fikoeretrin

(phycoerethrin) dan fikosianin (phycocyanin); alga coklat

(Phaeophyceae) yang memiliki pigmen dominan fuxocantin; alga

hijau (Chlorophyceae) yang memiliki pigmen dominan klorofil

(Chlorophyl); dan alga biru-hijau (Cyanophyceae), (Sulistyowaty,

2009; Atmadja, 2009; Astawan, 2009).

7

Page 8: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Spirulina sp. merupakan ganggang renik (mikroalga) hijau-

biru yang diklasifikasikan sebagai berikut :

Phyllum : Cyanophyta

Class : Cyanophyceae

Ordo : Nostocales

Family : Oscillatoriaceae

Genus : Spirulina

Species : Spirulina sp

Ganggang renik Spirulina sp. adalah multiseluler berbentuk

filamen (benang) yang tersusun atas sel-sel berbentuk silindris

tanpa sekat pemisah (septa), tidak bercabang dengan trikhoma

(benang) berbentuk heliks (berpilin) dan berwarna hijau kebiruan.

Panjang trikhoma sekitar 20 mm, sehingga terlihat dengan mata

telanjang. Sitoplasma spirulina mempunyai sekat pemisah (septa).

Septa inilah yang oleh para ahli fikologi digunakan untuk membuat

sistematika dari tipe Spirulina sp. (Kabinawa, 2006).

Gambar 2.1 Ganggang renik hijau-biru (Spirulina sp.), dikutip dari :

(Kiat, Superfood Spirulina, sumber : Google.com-Spirulina sp.)

Spirulina sp. adalah ganggang renik (mikroalga) berwarna

hijau kebiruan yang hidupnya tersebar luas dalam semua

ekosistem, mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan

baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya

Spirulina sp. termasuk dalam kelompok tanaman Thallophyta, yaitu

8

Page 9: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

tanaman yang tidak memiliki akar, batang dan daun sejati,

berbentuk filamen (benang) yang tersusun atas sel-sel silindris.

Spirulina sp. mudah tumbuh di danau-danau alami dengan

keasaman air alkalis (pH 8,5-11) sehingga bisa tumbuh monokultur

(murni) seperti di danau Chad, Lembah Rift, Texcoco, Togo,

Ethiopia, Kenya, dan Peru. Di Indonesia mikroalga ini tumbuh

endemik di Situ Ciburuji, Padalarang dan Ranu Kelakah. Spirulina

sp. dapat tumbuh subur pada kisaran suhu 18-400 C dengan

intensitas cahaya rendah sampai tinggi (500-350.000 lux),

(Kabinawa, 2006).

Spirulina sp. memilki zat warna Cyanophysin sehingga

dikenal juga dengan nama Cyanobakterium. Kelompok

Cyanophyceae dicirikan oleh adanya zat warna hijau kebiruan

(Cyanophysin), tidak memiliki flagel dan bergerak dengan

meluncur. Tilakoid Spirulina sp. yang tersebar di dalam

kromoplasma merupakan tempat melakukan fotosintesis yang

menghasilkan klorofil (zat warna hijau). Spirulina sp. juga

mengandung pigmen biru yang umum disebut phycocyanin

(pigmen yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan

menghasilkan anti kanker). Phycocyanin, protein kompleks yang

terdapat lebih dari 20% dalam seluruh berat keringnya, adalah

pigmen terpenting dari mikroalga spirulina. Pigmen ini berfungsi

pula sebagai antioksidan, pewarna alami untuk makanan

kosmetika, dan obat-obatan khususnya sebagai pengganti warna

sintetik dan mampu mengurangi obesitas. Besar maupun kecilnya

keberadaan fikosianin yang terkandung dalam biomassa sel

tergantung banyak sedikitnya suplai nitrogen yang dikonsumsi

Spirulina sp. tersebut. Pigmen lain pada Spirulina sp. adalah

karotenoid yang terdiri atas xantofil dan beta-karoten. Fungsi

karotenoid adalah melindungi klorofil dari reaksi fotooksidasi

dengan mengikat molekul oksigen bebas yang dihasilkan dalam

proses hidrolisis. Dalam keadaan terpapar molekul oksigen,

9

Page 10: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

struktur klorofil menjadi rusak melalui proses oksidasi karena tidak

terlindung oleh karotenoid (Kabinawa, 2006).

2.1.2. Kandungan dan manfaat Spirulina sp.

Bagaikan sekumpulan serat kusut berwarna hijau kehitaman

dan berlendir, wujud rumput laut ketika habis dipanen mungkin

tampak tidak menarik. Namun, tumbuhan berderajat rendah ini

sesungguhnya merupakan “tambang emas”. Dari sumber hayati

laut yang tidak menarik itu, bila diproses lebih lanjut dapat

menghasilkan lebih dari 500 jenis produk komersial, mulai dari

agar-agar dan puding yang menjadi makanan kegemaran anak-

anak, obat-obatan, komestik, sarana kebersihan seperti pasta gigi

dan sampo, kertas, tekstil, hingga pelumas pada pengeboran

sumur minyak (Sulistyowaty, 2009).

Dalam bidang kedokteran dan farmasi rumput laut

merupakan salah satu bahan pangan yang juga telah banyak

digunakan sebagai bahan pembuatan suplemen kesehatan. Hal

tersebut tidaklah mengherankan, karena ternyata rumput laut

mempunyai kandungan nutrisi cukup lengkap. Secara kimia rumput

laut terdiri dari air (27,8%), protein (5,4%), karbohidrat (33,3%),

lemak (8,6%), serat kasar (3%), abu (22,25%). Selain karbohidrat,

protein, lemak, dan serat, rumput laut juga mengandung enzim,

asam nukleat, asam amino, vitamin (A,B,C,D,E dan K) dan makro

mineral seperti nitrogen, oksigen, kalsium dan selenium, serta

mikro mineral seperti zat besi, magnesium, natrium. Kandungan

asam amino, vitamin dan mineral rumput laut mencapai 10-20 kali

lipat dibandingkan dengan tanaman darat (Sulistyowaty, 2009).

Mengkonsumsi rumput laut diyakini dapat mencegah kanker.

Salah satu alasannya adalah kandungan serat, selenium, dan seng

yang yang tinggi pada rumput laut dapat mereduksi estrogen

sehingga dapat mencegah timbulnya kanker. Hal ini didukung oleh

10

Page 11: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

hasil penelitian Harvard School of Public Health Amerika telah

membuktikan bahwa pola konsumsi wanita Jepang yang selalu

menambahkan rumput laut dalam menu makanannya,

menyebabkan wanita premenopause di Jepang mempunyai

peluang lebih kecil terkena kanker payudara dibandingkan dengan

wanita Amerika. Mengkonsumsi rumput laut dapat juga membantu

penyerapan kelebihan garam pada tubuh sehingga dapat

mengatasi hipertensi. Disamping itu, serat pada rumput laut juga

dapat membantu memperlancar proses metabolisme lemak

sehingga akan mengurangi resiko obesitas, menurunkan kolesterol

darah dan gula darah. Rumput laut juga membantu pengobatan

tukak lambung, radang usus besar, susah buang air besar dan

gangguan pencernaan lainnya. Sementara itu, vitamin, mineral,

asam amino, dan enzim dalam rumput laut sangat potensial

sebagai anti oksidan yang berperan dalam penyembuhan dan

peremajaan kulit. Vitamin A (beta carotene) dan vitamin C bekerja

sama dalam memelihara kolagen, sedangkan kandungan protein

dari rumput laut penting untuk membentuk jaringan baru pada kulit.

Dengan kata lain, rumput laut dapat membantu mencegah

terjadinya penuaan dini dan menjaga kesehatan serta kehalusan

kulit. Rumput laut juga mengandung iodium yang sangat tingi

khususnya dari jenis turbinaria dan sargasum, sehingga

mengkonsumsi rumput laut dapat mengatasi defisiensi yodium

yang berdampak pada menurunnya tingkat kecerdasan.

Kandungan klorofil dan vitamin C pada rumput laut (ganggang

hijau) berfungsi sebagai anti oksidan sehingga dapat membantu

membersihkan tubuh dari reaksi radikal bebas yang sangat

berbahaya sehingga dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Rumput laut mengandung kalsium sepuluh kali lebih tinggi

dibandingkan dengan susu, sehingga rumput laut sangat tepat

dikonsumsi untuk mengurangi dan mencegah gejala osteoporosis.

Dengan demikian, nutrisi yang optimal dalam rumput laut mampu

11

Page 12: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

memberikan fungsi imun terbaik, merevitalisasi tubuh, mendukung

kesehatan jantung, memperbaiki pencernaan, menguatkan sistem

saraf, dan menyeimbangkan hormon (Sulistyowaty, 2009).

Kandungan nutrisi yang ada pada Spirulina sp. antara lain :

A. Kandungan Protein

Protein sangat dibutuhkan sekali bagi pertumbuhan

manusia karena berfungsi untuk mengatur metabolisme tubuh.

Kandungan protein Spirulina sp. jauh lebih besar dibandingkan

dengan berbagai sumber protein yang dikandung oleh jenis

bahan pangan lainnya (Kabinawa, 2006).

B. Kandungan Asam Amino

Asam amino digunakan untuk mempertahankan

keseimbangan nitrogen dalam tubuh. Asam amino dapat

menambah kadar oksigen dalam tubuh agar tubuh dapat

bekerja lebih baik, energik, dan membuat daya tahan tubuh

lebih kuat menghadapi penyakit. Kebutuhan asam amino pada

setiap orang berbeda, tergantung pada jenis kelamin, umur,

aktivitas, dan berat badan (Kabinawa, 2006).

C. Kandungan Asam Lemak

Asam lemak berfungsi sebagai makanan cadangan bagi

tubuh dan zat pembakar untuk menciptakan sumber energi.

Asam lemak Spirulina sp. tersusun atas berbagai bahan seperti

myristic, palmitic, palmitolic, heptadecanoic, stearic, oleic,

linoleic, dan gamma linolenic. Kandungan asam lemak tertinggi

adalah palmitic acid sebesar 45% yang berfungsi sebagai

asam lemak jenuh. Sedangkan, kandungan asam lemak

esensial (EFA) rantai panjang tak jenuh (PUFA) sebesar 24,7%

berupa Gamma Linolenic Acid (GLA) kemudian Linoleic Acid

(LA) sebesar 17,8%. Tingginya kandungan LA sangat

menguntungkan karena GLA dapat dibuat dari LA dengan

bantuan enzim delta 6-desturase. Selanjutnya GLA diubah

12

Page 13: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

menjadi PGE-1 yang sangat berguna bagi tubuh. Kekurangan

PGE-1 dapat berpengaruh terhadap pengaturan tekanan

darah, sintesis kolesterol, inflamasi, dan pembelahan sel

(Kabinawa, 2006).

D. Kandungan Pigmen

Pigmen berfungsi sebagai detoksifikasi (pembersih

racun), pengikat partikel-partikel bebas, antioksidan,

meningkatkan kekebalan tubuh, meningkatkan jumlah bakteri

usus, meningkatkan hemoglobin (Hb), darah, dan

meningkatkan zat putih darah (limfosit), (Kabinawa, 2006).

Kandungan pigmen atau zat warna yang ada pada spirulina

adalah :

Kandungan Pigmen PersentaseKlorofil a (hijau) 0,8-1,5Karotenoid (oranye) 0,65Beta-karotin (oranye-merah)

28

Phycocyanin (biru) 20Xanthofil 0,69

Tabel 2.1 Kandungan pigmen (Kabinawa, 2006)

E. Kandungan Karotenoid

Fungsi karotenoid terutama beta-karotin adalah untuk

meminimalkan resiko terjadinya penyakit kanker (Kabinawa,

2006).

F. Kandungan Vitamin

Spirulina adalah pangan alami yang kaya akan

provitamin A dalam bentuk beta-karotin sebesar 23.000 IU per

10 gram biomasa. Berarti kandungan beta-karotinnya 4 kali

lebih tinggi daripada 1/2 mangkok wortel atau 4-5 kali lebih

tinggi daripada mikroalga Chlorella dan 20 kali lebih tinggi

daripada buah semangka. Kandungan provitamin A pada

spirulina 4,8 lebih tinggi daripada standar yang ditetapkan oleh

Badan Pengendali Obat dan Makanan Amerika (USRDA)

13

Page 14: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

sebesar 5000 IU. Hal ini tidak akan berpengaruh negatif

terhadap tubuh kita karena akan diubah menjadi vitamin A

sesuai dengan kebutuhan. Kandungan vitamin lainnya, seperti

vitamin B1 dan B2 nilainya lebih tinggi daripada biji-bijian,

buah-buahan dan berbagai sayuran. Kandungan vitamin B

lainnya seperti B3, B6, dan vitamin E 3-7% lebih besar

daripada kebutuhan yang dianjurkan USRDA (Kabinawa,

2006). Berikut ini tabel yang memperlihatkan kandungan

vitamin yang dimiliki oleh Spirulina sp. :

Jenis/Macam Vitamin Kandungan/10g USRDA %USRDAVitamin A (Beta-Karotin) 23.000 IU 5.000 IU 480Vitamin B1 (Thiamin) 0,31 mg 1,5 mg 21Vitamin B2 (Rioflavin) 0,35 mg 1,7 mg 21Vitamin B3 (Niacin) 1,46 mg 20 mg 7Vitamin B6 (Pyridoxine) 80 mcg 2 mg 4Vitamin B12 (Cobalamine) 32 mcg 6 mcg 533Vitamin C 0,5 mg 60 mg 0,8Vitamin D 1 IU 400 IU _Vitamin E (Omega-Tocoferol)

1 IU 30 IU 3

Folacine 1 mcg 400 mcg _Panthotenic Acid 10 mcg 10 mg 1Bipotin 0,5 mcg _ _Inositol 6,4 mg _ _

Tabel 2.2 Kandungan vitamin (Kabinawa, 2006).

G. Kandungan Mineral Organik

Mineral organik yang terdapat dalam Spirulina sp.dengan

mudah dapat dicerna oleh tubuh manusia. Kandungan mineral

organiknya sangat bervariasi, tergantung pada sifat fisika dan

kimia dari medium tumbuhnya, jenis, dan daerah asalnya

(Kabinawa, 2006).

Secara garis besar kandungan nutrisi yang ada pada

Spirulina sp. berupa protein 60-70%, karbohidrat 15-25%, lemak 6-

8%, mineral 7-13%, serat 8-10%, dan kadar air 3% (Kabinawa,

2006).

14

Page 15: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

2.1.3. Pengaruh Spirulina sp. terhadap kadar kolesterol dalam darah

Spirulina sp. termasuk dalam kelompok rumput laut biru-

hijau yang mengandung Gamma Linolenic Acid (GLA), beta-karotin,

dan serat. Kandungan asam lemak esensial yaitu Gamma Linolenic

Acid (GLA) yang berfungsi untuk mengontrol sintesa kolesterol

dalam liver dan kandungan beta-karotin yang berfungsi untuk

mengurangi formasi dan oksidasi dari protein “Low Density

Lipoprotein” (LDL kolesterol), (Kabinawa, 2006).

Serat yang terkandung dalam Spirulina sp. termasuk dalam

serat makanan (dietary fiber). Serat merupakan nutrisi non-gizi

yang tidak dapat dicerna oleh enzim-enzim pencernaan manusia

sehingga serat tidak menghasilkan energi dan gizi. Meskipun tidak

memiliki nilai gizi, kehadiran serat di dalam makanan sangat

diperlukan. Dengan adanya serat di dalam makanan, pembuangan

air besar menjadi teratur karena kotoran menjadi lebih lunak dan

volumenya lebih besar sehingga dapat meninggalkan saluran

pencernaan dengan lancar (Bangun, 2003). Efek fisiologis dan

metabolik dari serat sangat bervariasi tergantung dari jenis serat

yang dikonsumsi. Efek fisiologis dan metabolik yang timbul sangat

dipengaruhi oleh sifat fisik serat tersebut, seperti kelarutan dalam

air, hidrasi, dan kemampuan menahan air, kemampuan mengikat

bahan organik dan anorganik dan daya fermantabilitas bakteri

(Tala, 2009).

Berdasarkan kelarutannya dalam air, serat dapat dibedakan

menjadi serat larut dan serat tak larut :

1. Serat larut dalam air

Jenis serat makanan larut di dalam air antara lain pektin, gum,

musilago, dan betaglukans. Umumnya serat ini terdapat pada

tepung beras, tepung gandum, kubis buncis, kacang polong,

umbi umbian wortel, bit, jeruk, apel, dan stroberi. Pektin, gum,

15

Page 16: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

betaglukans, dan beberapa jenis hemiselulosa mempunyai

manfaat serat makanan kemampuan tinggi menahan air dan

membentuk cairan kental di dalam saluran pencernaaan. Hal ini

dapat menunda pengosongan lambung oleh makanan dan

menghambat makanan bercampur dengan enzim pencernaan

sehingga mengurangi penyerapan zat makanan di dalam usus.

Proses tersebut menunjukkan bahwa manfaat serat makanan

mampu menurunkan penyerapan asam amino dan asam lemak.

Kedua zat tersebut diduga buruk bagi sistem pencernaan dan

metabolisme tubuh. Di dalam pencernaan, manfaat serat

makanan larut menggandeng asam empedu (produk akhir dari

kolesterol) dan membawa keluar bersama tinja. Dengan

demikian, semakin tinggi konsumsi serat makanan larut,

semakin banyak asam empedu dan lemak yang dikeluarkan

tubuh (Bangun, 2003).

2. Serat tidak larut dalam air

Berbeda khasiat dengan serat makanan larut, manfaat serat

makanan tidak larut air berfungsi melancarkan pencernaan

sehingga buang air besar menjadi teratur. Serat makanan yang

tidak larut dalam air antara lain selulosa, hemiselulosa, dan

liginin. Umumnya manfaat serat makanan ini terdapat pada

gandum, biji bijian  (serealia), buah, sayuran, dan kacang

kacangan. Semua buah dan sayur mengandung manfaat serat

makanan. Kadar serat makanan terutama terdapat pada apel,

anggur, pir, jambu biji, wortel, kapri, dan kacang

kacangan. Manfaat serat makanan banyak terdapat pada

bagian kulit. Jadi sebaiknya beberapa buah di konsumsi

bersama kulitnya, seperti apel, anggur, jambu biji, dan pir. Serat

tersebut sebagian besar berfungsi di bagian hilir usus.

Fungsinya antara lain mempercepat gerak peristaltik usus

(gerak lapisan otot usus), memperbesar masa kotoran, dan

memperlunak kotoran sehingga mudah dikeluarkan. Karena itu,

16

Page 17: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

serat makanan sering dikatakan dapat memperlancar buang air

besar. Kekurangan serat makanan tidak larut menyebabkan

konstipasi atau sembelit, di karenakan kotoran dalam tubuh

mengeras (Bangun, 2003).

Sifat fisik serat yang sangat berperan dalam hubungannya

dengan kadar kolesterol darah adalah kemampuannya yang dapat

berikatan dengan enzim atau nutrien dalam saluran cerna (Tala,

2009). Efek fisiologisnya adalah :

1. Berkurangnya absorpsi lemak

Baik serat larut maupun serat tak larut dapat

mempengaruhi absorpsi lemak dengan mengikat asam lemak,

kolesterol dan garam empedu di saluran cerna. Asam lemak

dan kolesterol yang terikat dengan serat tidak dapat membentuk

micelle yang sangat dibutuhkan untuk penyerapan lemak agar

dapat melewati unstirred water layer masuk ke eritrosit.

Akibatnya lemak yang berikatan dengan serat tidak bisa diserap

dan akan terus ke usus besar untuk dieksresi melalui feses atau

didegradasi oleh bakteri usus (Tala, 2009).

2. Meningkatkan eksresi garam empedu

Serat akan mengikat garam empedu sehingga micelle

tidak dapat terbentuk. Di samping itu garam empedu yang telah

terikat serat ini tidak dapat direabsorpsi dan di-resirkulasi

melalui siklus enterohepatik. Akibatnya garam empedu ini akan

terus ke usus besar untuk dibuang melalui feses atau

didegradasi oleh flora usus (Tala, 2009).

3. Mengurangi kadar kolesterol serum

Konsumsi serat dapat menurunkan kadar kolesterol

serum melalui beberapa cara, antara lain :

a. Dengan meningkatnya eksresi garam empedu dan kolesterol

melalui feses maka garam empedu yang mengalami siklus

enterohepatik juga berkurang. Berkurangnya garam empedu

17

Page 18: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

yang masuk ke hati dan berkurangnya absorpsi kolesterol

akan menurunkan kadar kolesterol sel hati. Ini akan

meningkatkan pengambilan kolesterol dari darah yang akan

dipakai untuk sintesis garam empedu yang baru yang

akibatnya akan menurunkan kadar kolesterol total (Tala,

2009).

b. Terjadi perubahan pool garam empedu dari cholic acid

menjadi chenodeoxycholic acid yang menghambat 3-

hydroxy 3-methylglutaryl (HMG) CoA reductase yang

dibutuhkan untuk sintesis kolesterol (Tala, 2009).

c. Penelitian pada hewan menunjukkan propionat atau asam

lemak rantai pendek lain yang terbentuk sebagai hasil

degradasi serat di kolon akan menghambat sintesis asam

lemak (Tala, 2009).

Pentingnya asupan serat (dalam jumlah yang cukup) bagi

kesehatan telah ditunjukkan melalui efek fisiologis dari masing-

masing jenis serat tersebut. Dengan memperlambat absorpsi

karbohidrat dapat membantu penderita diabetes mellitus dalam

mengatur kadar gula darahnya. Kadar kolesterol yang tinggi

merupakan faktor resiko untuk penyakit jantung, karena itu

konsumsi serat larut yang dapat menurunkan kadar kolesterol

sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya penyakit jantung.

Hasil penelitian membuktikan bahwa pada kelompok populasi

dengan konsumsi serat yang tinggi dijumpai insiden yang lebih

rendah untuk gangguan saluran cerna, penyakit jantung, kanker

kolon dan mammae. Efek kenyang yang timbul setelah konsumsi

serat juga membantu untuk mengontrol berat badan (Tala, 2009).

2.2 Lipid

2.2.1 Definisi lipid

18

Page 19: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang

mempunyai sifat umum, yaitu (1) relatif tidak dapat larut di dalam

air dan (2) larut didalam pelarut nonpolar, seperti eter, kloroform,

serta benzen. Dengan demikian, kelompok lipid mencakup lemak,

minyak, malam (wax), dan senyawa-senyawa lain yang

berhubungan (Murray, et al, 2003).

Lemak disebut juga lipid, adalah suatu zat yang kaya energi,

berfungsi sebagai sumber energi yang utama untuk proses

metabolisme tubuh. Lemak yang beredar di dalam tubuh diperoleh

dari dua sumber yaitu dari makanan dan hasil produksi organ hati,

yang bisa disimpan di dalam sel-sel lemak sebagai cadangan

energi. Lipid merupakan konstituen diet penting bukan karena

hanya nilai energinya yang tinggi melainkan juga karena adanya

vitamin larut-lemak dan asam lemak esensial di dalam lemak

makanan alami (Guyton, Hall, 2007).

2.2.2 Fungsi lipid

Fungsi lipid adalah sebagai sumber energi, pelindung organ

tubuh, pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat angkut

vitamin larut lemak, menghemat protein, memberi rasa kenyang

dan kelezatan, sebagai pelumas, dan memelihara suhu tubuh

(Guyton, Hall, 2007).

2.2.3 Metabolisme lipid

Lemak yang diserap dari makanan dan lipid yang disintesis

oleh hati serta jaringan adiposa harus diangkut ke berbagai

jaringan dan organ tubuh untuk digunakan serta disimpan. Karena

lipid bersifat tak larut dalam air, timbul permasalahan tentang

pengangkutannya di dalam suatu lingkungan akueosa (plasma

darah). Permasalahan ini dipecahkan dengan mengaitkan senyawa

lipid nonpolar (triasilgliserol dan ester kolesterol) dengan lipid

amfipatik (fosfolipid dan kolesterol) dan protein untuk membentuk

19

Page 20: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

lipoprotein yang bisa bercampur dengan air. Sebagian besar lipid

plasma relatif tidak larut dalam larutan air dan tidak beredar dalam

bentuk bebas. Asam lemak bebas (sering disebut FFA, UFA, atau

NEFA) terikat pada albumin, sedangkan kolesterol, trigliserida, dan

fosfolipid diangkut dalam bentuk kompleks lipoprotein. Kompleks ini

sangat meningkatkan daya larut lemak. Maka dari itu, agar lipid

plasma dapat diangkut dalam sirkulasi maka susunan molekul lipid

tersebut perlu di modifikasi yaitu dalam bentuk lipoprotein yang

larut dalam air (Ganong, 2008).

Gambar 2.2 Partikel lipoprotein

Skema lipoprotein seperti dalam gambar diatas

menunjukkan bahwa pada inti terdapat ester kolesterol hidrofobik

dan trigliserida, dikelilingi oleh fosfolipid, kolesterol non-ester dan

apolipoprotein (protein). Kandungan protein pada lipoprotein

disebut apoprotein. Apoprotein utama disebut APO E, APO C,

APO B. APO B memiliki 2 bentuk, bentuk berberat molekul rendah

yang disebut APO B-48, dan merupakan ciri khas sistem eksogen

yang mengangkut lipid eksogen dari makanan, dan bentuk berberat

molekul tinggi yang disebut APO B-100, yang merupakan ciri khas

sistem endogen (Ganong, 2008).

Apolipoprotein Lipoprotein KeteranganApo A-I HDL, kilomikron Aktifator lesitin

kolesterol asil

20

Page 21: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

transferase (LCAT),Ligand untuk reseptorHDL

Apo A-II HDL, kilomikron Inhibitor Apo A-I danLCAT

Apo A-IV Disekresikan bersamadengan kilomikrontetapi berpindah ke HDL

Fungsinya tidakdiketahui, disintesisoleh usus

Apo B-100 LDL, VLDL, IDL Sekresi VLDL dari hati,Ligand untuk reseptor LDL

Apo B-48 Kilomikron, sisaKilomikron

Sekresi kilomikron dari usus

Apo C-I VLDL, HDL, kilomikron Mungkin aktifatorLCAT

Apo C-II VLDL, HDL, kilomikron Aktifator lipoproteinlipase

Apo C-III VLDL, HDL, kilomikron Menghambat Apo C-IIApo D HDL Bisa berlaku sebagai

protein pemindahlipid

Apo E VLDL, IDL, HDL,kilomikron, sisakilomikron

Ligand untuk reseptor sisa kilomikron di hatidan reseptor LDL

Tabel 2.3 Apolipoprotein pada lipoprotein plasma manusia (Ganong,

2008)

Ada empat kelompok utama lipoprotein yang telah

diidentifikasi; keempat kelompok lipoprotein ini mempunyai makna

yang penting secara fisiologis dan untuk diagnosis klinis. Keempat

kelompok ini adalah (1) kilomikron yang berasal dari penyerapan

triasilgliserol/trigliserida di usus; (2) lipoprotein dengan densitas sangat rendah atau very low density lipoprotein (VLDL atau pre-

B-lipoprotein) yang berasal dari hati untuk mengeluarkan

triasilgliserol; (3) lipoprotein dengan densitas rendah atau low density lipoprotein (LDL atau B-lipoprotein) yang memperlihatkan

tahap akhir di dalam katabolisme VLDL; dan (4) lipoprotein dengan densitas tinggi atau high density lipoprotein (HDL atau

A-lipoprotein) yang terlibat di dalam metabolisme VLDL dan

kilomikron serta pengangkutan kolesterol. Triasilgliserol merupakan

21

Page 22: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

unsur lipid yang dominan pada kilomikron dan VLDL, sedangkan

kolesterol dan fosfolipid masing-masing dominan pada LDL dan

HDL. Zat-zat tersebut beredar dalam darah sebagai lipoprotein larut

plasma. Apolipoprotein berfungsi untuk mempertahankan struktur

lipoprotein dan mengarahkan metabolisme lipid tersebut.

Organisasi berbagai lipoprotein ini ke dalam jalur eksogen yang

memindahkan lemak dari usus ke hati, dan jalur endogen yang

memindahkan lemak ke dan dari jaringan, yang berarti lipoprotein

ini bertugas mengangkut lipid dari tempat sintesisnya menuju

tempat penggunaannya. Dengan kata lain lipoprotein memperantai

siklus ini dengan mengangkut lipid dari intestinal sebagai kilomikron

dan dari hati sebagai VLDL ke sebagian besar jaringan tubuh untuk

oksidasi dan ke jaringan adiposa untuk penyimpanan. Lipid

diangkut dari jaringan adiposa sebagai asam lemak bebas (FFA ;

free fatty acid) yang terikat dengan albumin serum (Ganong,

2008).

Gambar 2.3 Transport lipid (Ganong, 2008)

Jalur Eksogen. Kilomikron dan sisanya merupakan suatu

sistem transport untuk lipid eksogen dari makanan. Kilomikron

22

Page 23: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

terbentuk di mukosa usus selama proses penyerapan produk

pencernaan lemak. Senyawa ini adalah kompleks lipoprotein yang

sangat besar yang memasuki sirkulasi melalui pembuluh limfe.

Setelah makan, konsentrasi partikel-partikel ini sedemikian

tingginya dalam darah sehingga plasma dapat tampak seperti susu

(lipemia). Kilomikron dibersihkan dari sirkulasi oleh kerja lipoprotein

lipase, yang terletak di permukaan endotel kapiler. Enzim ini

mengkatalisis pemecahan trigliserida di dalam kilomikron menjadi

FFA dan gliserol, yang kemudian masuk ke sel adiposa dan

direesterifikasi. Kalau tidak, FFA tetap di dalam sirkulasi dengan

terikat pada albumin. Lipoprotein lipase, yang memerlukan heparin

sebagai kofaktor, juga mengeluarkan trigliserida dari lipoprotein densitas sangat rendah (very low density lipoproteins, VLDL).

Kilomikron dan VLDL mengandung APO C, suatu kompleks protein

yang memisahkan diri dari keduanya di kapiler. Satu komponen

dari kompleks tersebut yaitu apolipoprotein C-II, yang mengaktifkan

lipoprotein lipase. Kilomikron yang kehabisan trigliseridanya tetap

berada dalam sirkulasi sebagai lipoprotein kaya-kolesterol yang

disebut sisa kilomikron, yang berdiameter 30-80 nm. Sisa-sisa ini

dibawa ke hati, tempat sisa kilomikron ini berikatan dengan sisa

kilomikron lain dan reseptor LDL. Sisa kilomikron ini segera

diinternalisasi melalui proses endositosis berperantara reseptor,

dan diuraikan di dalam lisosom (Ganong, 2008).

Jalur Endogen. Sistem endogen yang mengangkut

trigliserida dan kolesterol ke seluruh tubuh antara lain : lipoprotein densitas sangat rendah (very low density lipoproteins, VLDL), lipoprotein densitas sedang (intermediate-density lipoproteins, IDL), lipoprotein densitas rendah (lower-density lipoproteins, LDL), dan lipoprotein densitas tinggi (high-density lipoproteins, HDL). VLDL terbentuk di hati dan mengangkut

trigliserida yang terbentuk dari asam lemak dan karbohidrat di hati

ke jaringan ekstrahati. Setelah sebagian besar trigliserida

23

Page 24: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

dikeluarkan oleh kerja lipoprotein lipase, VLDL ini menjadi IDL, IDL

menyerahkan fosfolipid dan, melalui kerja enzim plasma lesitin-kolesterol asiltransferase (lecithin cholesterol acyltransferase, LCAT), mengambil ester kolesterol yang terbentuk dari kolesterol di

HDL. Sebagian IDL diserap oleh hati. IDL sisanya kemudian

melepaskan lebih banyak trigliserida dan protein, kemungkinan di

sinusoid hati, dan menjadi LDL. Selama perubahan ini, sistem

endogen kehilangan APO E, tetapi APO B-100 tetap ada. LDL

menyediakan kolesterol bagi jaringan. Kolesterol adalah suatu

unsur pokok membran sel dan digunakan oleh sel kelenjar untuk

membentuk hormon steroid. Di hati dan kebanyakan jaringan

ekstrahati, LDL diambil melalui endositosis dengan berperantara

reseptor di coated pits (lubang berselubung). Reseptor tersebut

mengenali komponen APO B-100 dari LDL tersebut. Reseptor

tersebut juga mengikat APO E tetapi tidak mengikat APO B-48.

Dalam proses endositisis berperantara reseptor, setiap lubang

berselubung terlepas membentuk vesikel berselubung dan

kemudian membentuk endosom. Kolesterol di dalam sel juga

menghambat sintesis kolesterol intrasel dengan menghambat

HMG-KoA reduktase, merangsang esterifikasi setiap kelebihan

kolesterol yang dilepaskan, dan menghambat sintesis reseptor LDL

baru. Semua reaksi ini menjadi kendali umpan balik bagi jumlah

kolesterol di dalam sel tersebut. LDL juga diserap oleh sistem yang

berafinitas lebih rendah di dalam makrofag dan beberapa sel lain.

Selain itu, makrofag lebih banyak mengambil LDL yang telah

dimodifikasi oleh oksidasi. Oksidasi juga dapat terjadi di dalam

makrofag. Reseptor LDL di makrofag dan sel terkait disebut

scavenger receptor (“reseptor penyapu”). Reseptor ini berbeda

dari reseptor di sel lain dan mempunyai afinitas yang lebih besar

untuk LDL yang telah berubah. Apabila mengandung LDL

teroksidasi dalam jumlah berlebihan, makrofag akan berubah

menjadi “sel busa” (foam cell) yang dijumpai di lesi aterosklerotik

24

Page 25: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

dini. Dalam keadaan mantap (steady state) kolesterol keluar-masuk

sel, dan kemudian kolesterol ini diserap oleh HDL. Lipoprotein ini

disintesis di hati dan usus. Reseptor ini terutama dijumpai di

kelenjar endokrin yang membuat hormon steroid dan di hati. Sistem

HDL memindahkan kolesterol ke hati, yang kemudian dieksresikan

di empedu. Dengan cara ini, kolesterol plasma dapat diturunkan

(Ganong, 2008).

2.2.4 Kelas-kelas lipoprotein plasma beserta sifat dan fungsinyaTerdapat 5 kelas utama menurut Montgomery et al (1993) yaitu :

1. Kilomikron, disintesis dalam mukosa usus, terutama

mengandung trigliserida, dan kurang lebih 98% dari berat

keringnya berupa lipid. Kilomikron berfungsi utama dalam

pengangkutan lemak diet ke dalam tubuh. Selain itu,

mengangkut pula kolesterol yang sebelumnya diubah menjadi

ester kolesterol sebelum bergabung dengan kilomikron

(Montgomery, et al, 1993).

2. Lipoprotein berkepadatan sangat rendah (very low density

lipoprotein/VLDL), mengandung sekitar 90% lipid (50-60%

adalah trigliserida). VLDL disintesis dalam hati dan bertugas

mengangkut trigliserida dari hati (intrahepatika) ke jaringan lain

(ekstrahepatika), terutama jaringan adiposit (Montgomery, et al,

1993).

3. Lipoprotein berkepadatan rendah (low density lipoprotein/LDL),

terdapat sekitar 75% kolesterol di dalamnya dalam bentuk ester

kolesterol. LDL terbentuk dalam plasma selama katabolisme

VLDL. Asupan kolesterol yang berlebih memiliki konsentrasi

LDL yang tinggi. Konsentrasi LDL yang tinggi ini berkontribusi

besar dalam menimbulkan gejala arteriosklerosis (Montgomery,

et al, 1993).

4. Lipoprotein berkepadatan sedang (intermediate density

lipoprotein/IDL), terbentuk dalam plasma selama terjadi

perubahan VLDL menjadi LDL. Memiliki 2 fungsi utama yaitu

25

Page 26: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

mengeluarkan kelebihan asam lemak dari hati dan mengambil

ester kolesterol yang telah terbentuk dalam plasma

(Montgomery, et al, 1993).

5. Lipoprotein berkepadatan tinggi (high density lipoprotein/HDL),

disintesis dalam hati dan usus, namun sintesis terjadi melalui

rute tak langsung. HDLbekerja sebagai katalis, mempermudah

katabolisme VLDL dan kilomikron. HDL berfungsi menyediakan

kolesterol bagi produksi asam empedu, selain itu pula

menyediakan pula kolesterol bagi jaringan pembuat hormon

steroid (korteks adrenal), (Montgomery, et al, 1993).

2.2.5 Peran HDL dan LDL terhadap kolesterol darah

Lipoprotein jenis LDL dan HDL memiliki fungsi yang

berlawanan. Peranan LDL bersifat atherogenik dan disebut juga

dengan kolesterol jahat karena mudah melekat pada pembuluh

darah dan menyebabkan penumpukan lemak yang lambat laun

mengeras (membentuk flak) dan menyumbat pembuluh darah yang

disebut dengan arteriosklerosis (penyempitan dan pengerasan

pembuluh darah arteri). Proses arteriosklerosis yang terjadi di

pembuluh darah jantung dapat memicu terjadinya penyakit jantung

koroner. Penyumbatan pembuluh darah pada otak dapat

menyebabkan terjadinya gejala stroke (Montgomery, et al, 1993).

Peningkatan konsentrasi plasma HDL dapat melindungi dinding

arteri terhadap pengembangan flak aterosklerotik, yang difasilitasi

oleh mekanisme balik transport kolesterol, dalam mengeluarkan

kolesterol pada jaringan peripheral menuju hati. Fungsi HDL inilah

yang mengasumsikan bahwa HDL disebut juga dengan kolesterol

baik, karena memiliki efek antiatherogenik yaitu mengangkut

kolesterol bebas dari pembuluh darah dan jaringan lain menuju

hati, kemudian organ hati mengeksresikannya melalui empedu

(Dorfman, et al, 2004).

2.2.5.1 Kolesterol dan metabolisme

26

Page 27: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

2.2.5.1.1 Definisi kolesterol

Beberapa senyawa kimia di dalam makanan dan tubuh

diklasifikasikan sebagai lipid. Lipid ini meliputi : (1) lemak netral,

yang dikenal sebagai trigliserida; (2) fosfolipid; (3) kolesterol; (4)

dan beberapa lipid lain yang kurang penting. Dari sudut fisiologi,

kolesterol terdapat dalam diet semua orang dan dapat

diabsorbsi dengan lambat dari saluran pencernaan ke dalam

saluran limfe usus. Kolesterol sangat larut dalam lemak tetapi

hanya sedikit larut dalam air. Kolesterol secara spesifik mampu

membentuk ester dengan asam lemak. Hampir 70% kolesterol

dalam lipoprotein plasma memang dalam bentuk ester

kolesterol (Guyton, Hall, 2007). Sedangkan dari sudut biokimia,

senyawa ini juga mempunyai makna penting karena menjadi

prekursor sejumlah besar senyawa steroid (Murray, et al, 2003).

Struktur kimia kolesterol ditunjukkan pada gambar dibawah :

Gambar 2.4 Struktur kimia kolesterol, dikutip dari :

(Infromasitips.com, sumber : Google.com-cholesterol)

2.2.5.1.2 Pembentukan kolesterol

Selain kolesterol yang diabsorbsi setiap hari dari saluran

pencernaan, yang disebut kolesterol eksogen, suatu jumlah

yang bahkan lebih besar dibentuk dalam sel tubuh, disebut

kolesterol endogen. Pada dasarnya semua kolesterol endogen

yang beredar dalam lipoprotein plasma dibentuk oleh hati, tetapi

semua sel tubuh lain setidaknya membentuk sedikit kolesterol,

yang sesuai dengan kenyataan bahwa banyak struktur

27

Page 28: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

membran dari seluruh sel, sebagian disusun dari zat ini

(Guyton, Hall, 2007).

Struktur dasar kolesterol adalah inti sterol. Inti sterol

seluruhnya dibentuk dari molekul asetil-KoA. Selanjutnya, inti

sterol dapat dimodifikasi dengan berbagai rantai samping untuk

membentuk (1) kolesterol; (2) asam kolat, yang merupakan

dasar dari asam empedu yang dibentuk di hati; dan (3)

beberapa hormon steroid penting yang disekresi oleh korteks

adrenal, ovarium, dan testis (Guyton, Hall, 2007).

2.2.5.1.3 Metabolisme kolesterol

Kolesterol adalah prekursor hormon steroid dan asam

empedu dan merupakan unsur pokok yang penting dalam

membran sel. Zat ini hanya ditemukan pada hewan. Sterol yang

serupa ditemukan pada tumbuhan, tetapi sterol tumbuhan

normalnya tidak diabsorpsi dari saluran cerna. Kebanyakan

kolesterol dalam diet terkandung di dalam kuning telur dan

lemak hewani (Ganong, 2008).

Kolesterol diabsorpsi dari usus dan dimasukkan ke dalam

kilomikron yang dibentuk di dalam mukosa usus. Setelah

kilomikron melepaskan trigliseridanya di jaringan adiposa,

kilomikron sisanya menyerahkan kolesterolnya ke hati. Hati dan

jaringan lain juga menyintesis kolesterol. Sebagian kolesterol di

hati diekskresi di empedu, baik dalam bentuk bebas maupun

asam empedu. Sebagian kolesterol empedu direabsorpsi dari

usus. Kebanyakan kolesterol di hati digabungkan ke dalam

VLDL, dan semuanya bersirkulasi dalam kompleks lipoprotein.

Biosintesis kolesterol dari asetat dan juga kolesterol

memberikan umpan balik untuk menghambat sintesisnya sendiri

dengan menghambat HMG-KoA reduktase, enzim yang

mengubah 3-hidroksi-3-metilglutaril-Koenzim A (HMG-KoA)

28

Page 29: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

menjadi asam mevalonat. Dengan demikian, kalau asupan

kolesterol dari makanan tinggi, sintesis kolesterol oleh hati

menurun, dan demikian pula sebaliknya. Namun, kompensasi

umpan balik ini tidak sempurna, karena diet yang rendah

kolesterol dan lemak jenuh hanya menyebabkan penurunan

kolesterol yang bersirkulasi dalam plasma darah dengan jumlah

sedang (Ganong, 2008).

Kadar kolesterol plasma menurun oleh hormon tiroid dan

estrogen. Kedua hormon ini meningkatkan jumlah reseptor LDL

di hati. Estrogen juga meningkatkan kadar HDL plasma. Obat-

obat yang meningkatkan jumlah reseptor LDL di hati saat ini

sedang diujicobakan pada hewan. Kolesterol plasma meningkat

kalau ada obstruksi empedu dan pada diabetes melitus yang

tidak diobati. Jika reabsorpsi asam empedu di usus menurun

akibat resin seperti kolestipol, lebih banyak kolesterol

dibelokkan untuk membentuk asam empedu. Namun,

penurunan kolesterol plasma relatif kecil karena terjadi

kompensasi peningkatan sintesis kolesterol. Obat lain yang

sering digunakan untuk menurunkan kolesterol plasma adalah

vitamin niasin, yang dalam dosis besar menghambat mobilisasi

asam lemak bebas dari simpanan lemak perifer sehingga

menurunkan pembentukan VLDL di hati. Namun, obat yang

paling manjur dan luas digunakan untuk menurunkan kolesterol

adalah lovastatin dan statin lainnya, yang mengurangi

pembentukan kolesterol dengan menghambat HMG-KoA

(Ganong, 2008).

2.2.5.1.4 Pengaturan sintesis kolesterol

Sintesis kolesterol diatur oleh asupan kolesterol dalam

diet, asupan kalori, hormon-hormon tertentu, dan asam-asam

empedu. Kolesterol dalam diet sendiri tidak menghambat

sintesis kolesterol usus, namun ia memiliki pengaruh hambatan

29

Page 30: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

umpan balik yang kuat terhadap sintesis kolesterol dalam hati.

Diketahui ada 3 hambatan umpan balik terhadap sintesis

kolesterol, yaitu : (a) berlangsung dalam hati, hal ini terutama

lewat sisa kilomikron; (b) berlangsung dalam kelenjar endokrin

yang mensintesis kolesterol, seperti ovarium dan korteks

adrenal, yang diperantai oleh HDL; dan (c) berlangsung dalam

jaringan-jaringan selain hati dan kelenjar endokrin, yang

diperantai oleh HDL (Ganong, 2008).

2.2.5.1.5 Peranan asam empedu

Empedu terdiri atas garam empedu, pigmen empedu,

dan zat lain yang larut dalam larutan elektrolit alkalis yang mirip

dengan getah pankreas. Sekitar 500 mL empedu disekresikan

setiap hari. Sebagai komponen empedu direabsorpsi di usus

kemudian diekskresikan kembali oleh hati (sirkulasi enterohepatik). Glukuronida dalam pigmen empedu, yaitu

bilirubin dan biliverdin, membuat empedu menjadi berwarna

kuning keemasan. Garam empedu adalah garam natrium dan

kalium asam empedu, dan semua yang disekresikan ke dalam

empedu dikonjugasikan dengan glisin atau taurin, yakni suatu

turunan sistein. Asam empedu disintesis dari kolesterol. Empat

asam empedu yang ditemukan pada manusia adalah : (1) asam

kolat; (2) asam kenodioksikolat; (3) asam deoksikolat; (4) asam

litokolat. Dua asam empedu utama (primer) yang terbentuk di

hati adalah asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Di kolon,

bekteri mengubah asam kolat menjadi asam deoksikolat dan

asam kenodeoksikolat menjadi asam litokolat. Karena terbentuk

akibat kerja bakteri, asam deoksikolat dan asam litokolat disebut

sebagai asam empedu (sekunder), (Ganong, 2008).

Garam empedu memiliki sejumlah efek penting. Garam-

garam ini menurunkan tegangan permukaan dan, bersama

fosfolipid dan monogliserida, berperan pada emulsifikasi lemak

30

Page 31: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

sebagai persiapan untuk pencernaan dan penyerapannya di

usus halus. Garam-garam ini bersifat amfipatik, yaitu memiliki

ranah hidrofilik dan hidrofobik; salah satu permukaan molekul

bersifat hidrofilik karena ikatan peptida polar dan gugus

karboksil serta hidroksil berada di permukaan tersebut,

sedangkan permukaan lain bersifat hidrofobik. Dengan

demikian, garam empedu cenderung membentuk lempeng

silindris yang disebut misel (struktur bundar). Secara morfologi

misel tersebut memiliki bagian hidrofiliknya menghadap ke luar

dan permukaan hidofobiknya menghadap ke dalam. Semua

garam empedu yang ditambahkan ke dalam larutan membentuk

misel. Lemak berkumpul di dalam misel, dengan kolesterol di

pusat hidrofobik dan fosfolipid amfipatik serta monogliserida

yang berjajar dengan ujung hidrofilik di bagian luar dan ekor

hidrofobiknya di bagian tengah. Misel berperan penting untuk

mempertahankan lemak dalam larutan dan membawanya ke

brush border sel epitel usus, tempat lemak tersebut diserap

(Ganong, 2008).

Sembilan puluh sampai 95% garam empedu diserap dari

usus halus. Sebagian diserap melalui difusi nonionik, tetapi

sebagian besar garam empedu diserap dari ileum terminal oleh

suatu sistem kotranspor Na+-garam empedu yang sangat efisien

dan dijalankan oleh Na+-K+-ATPase basolateral. Sisa garam

empedu sebesar 5-10% masuk ke dalam kolon dan diubah

menjadi garam asam deoksikolat dan asam litokolat. Litokolat

relatif tidak larut dan sebagian besar diekskresikan dalam tinja;

hanya 1% yang diserap, namun deoksikolat diserap. Garam

empedu yang diserap disalurkan kembali ke hati dalam vena

porta dan diekskresikan kembali ke dalam empedu (sirkulasi

enterohepatik). Garam yang keluar melalui tinja diganti melalui

sintesis zat ini di hati; kecepatan normal sintesis garam empedu

adalah 0,2-0,4 g/hari. Jumlah total garam empedu yang

31

Page 32: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

mengalami siklus berulang-ulang melalui sirkulasi enterohepatik

adalah sekitar 3,5 g; telah diperhitungkan bahwa jumlah total

tersebut bersirkulasi dua kali per waktu makan dan enam

sampai delapan kali per hari. Bila empedu tidak ada dalam

usus, hampir 50% lemak yang dimakan akan keluar melalui

feses dan akan terjadi malabsorpsi berat vitamin larut-lemak.

Jumlah lemak dalam tinja akan meningkat jika reabsorpsi garam

empedu terhalang akibat reseksi ileum terminal atau suatu

penyakit di bagian usus halus ini, jumlah lemak dalam tinja juga

akan meningkat jika sirkulasi enterohepatik terputus, sedangkan

hati tidak mampu meningkatkan kecepatan pembentukan garam

empedu untuk dapat mengkompensasi kehilangan yang terjadi

(Ganong, 2008).

Gambar 2.5 Sirkulasi enterohepatik garam empedu, dikutip

dari : (Diana’s Wikispace for Physiology, sumber : Google.com-

enterohepatic cycle)

32

Page 33: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

2.3 Tikus Wistar (Rattus norvegicus)

2.3.1 Tikus percobaan

Malole dan Pramono (1989) menjelaskan sifat-sifat yang

dimiliki tikus atau rat (Rattus Norvegicus) antara lain mudah

dipelihara dan relatif sehat, sehingga memenuhi kriteria sebagai

hewan percobaan di dalam suatu penelitian. Tikus yang digunakan

secar luas di dalam penelitian laboratorium menurut Malole dan

Pramono (1989) adalah tikus putih yang berasal dari Asia Tengah

(Sudrajat, 2008).

2.3.2 Galur tikus

Menurut Malole dan Pramono (1989) terdapat beberapa

galur atau varietas tikus yang memiliki kekhususan tertentu antar

lain galur Sprague-Dawley dengan ciri-ciri berwarna albino putih,

berkepala kecil dan ekornya lebih panjang daripada badannya;

Wistar dengan ciri-ciri kepala besar dan ekor yang lebih pendek;

Long-Evans bercirikan ukuran lebih kecil daripada tikus putih serta

memiliki warna hitam pada kepala dan tubuh bagian depan; serta

galur inbred (Sudrajat, 2008).

2.3.3 Penggunaan tikus percobaan dalam penelitian

Tikus merupakan salah satu alasan pengguna hewan-hewan

ini dalam penelitian berbasis percobaan nutrisi (Smith dan

Mangkoewidjojo, 1988). Penelitian menggunakan tikus percobaan

akan bermanfaat jika digunakan dalam demonstrasi fisiologi dan

farmakologi. Anatomi dan fisiologis tikus mendukung suatu

penelitian percobaan nutrisi dengan menggunakan metode ad

libitum (Muchtadi, 1989). Ada dua sifat yang membedakan tikus

dari hewan percobaan lain, yaitu bahwa tikus tidak dapat muntah

karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus yang

bermuara ke dalam lambung, serta tidak memiliki kantong empedu

33

Page 34: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Pernyataan yang hampir sama

dikemukakan Muchtadi et al,. (1993) bahwa karakteristik tikus

yaitu : (1) tidak memiliki kantung empedu (gall blader), (2) tidak

dapat memuntahkan kembali isi perutnya, (3) tidak pernah berhenti

tumbuh, namun kecepatannya akan menurun setelah berumur 100

hari (Sudrajat, 2008).

Penelitian menggunakan tikus percobaan harus memenuhi

aspek kenyamanan hewan percobaan selama masa penelitian, hal

tersebut dilakukan untuk meminimalkan bias lingkungan penelitian

terhadap hewan percobaan. Kandang tikus harus berlokasi pada

tempat yang bebas dari suara ribut dan terjaga dari asap industri

atau polutan lainnya. Kandang harus cukup kuat, tidak mudah

rusak, terbuat dari bahan yang mudah dibongkar, mudah

dibersihkan dan mudah dipasang kembali. Kandang harus tahan

gigitan, hewan tidak mudah lepas, tetapi hewan harus tampak jelas

dari luar. Alas kandang selalu kering dan tidak berbau untuk

mencegah gangguan respirasi, serta alat-alat dalam kandang

dibersihkan 1-2kali/minggu. Suhu kandang yang ideal berkisar

antar 18-270 C dan kelembaban berkisar antara 40-70%. Cahaya

harus diusahakan agar terdapat keadaan 12 jam terang dan 12 jam

gelap (Malole dan Pramono, 1989; Sudrajat, 2008).

Tikus tergolong hewan yang makan pada malam hari

(nocturnal) dan tidur pada siang hari. Kualitas makanan tikus

merupakan faktor penting yang mempengaruhi kemampuan tikus

mencapai potensi genetik untuk tumbuh, berbiak serta aktifitas

hidup sehari-hari. Makanan tikus tidak berbeda seperti hewan

percobaan lainnya yang membutuhkan protein, lemak, energi serta

mineral. Tikus mengkonsumsi makanan dalam sehari tiap ekor

berkisar 12-20 g dan konsumsi minum 20-45 ml air (Muchtadi,

1989; Sudrajat, 2008).

34

Page 35: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Sebelum penelitian dilakukan, beberapa sifat yang dimiliki

oleh tikus percobaan perlu diketahui. Sifat tersebut salah satunya

adalah nilai fisiologis dari tikus percobaan tersebut. Tabel di bawah

ini menyajikan beberapa nilai biologis dan fisiologis tikus percobaan

yang menunjang kebutuhan penelitian.

Kriteria NilaiTemperatur tubuh (0C) 35,9-37,5Konsumsi makanan (g/100 g bobot badan/hari) 10Konsumsi air minum (ml/100 g bobot badan/hari) 10-12Jumlah pernapasan (/menit) 70-115Detak jantung (/menit) 250-450Trigliserida (mg/dl) 26-145Kolesterol (mg/dl) 40-130

Tabel 2.4 Nilai biologis dan fisiologis tikus (Sumber : Malole dan

Pramono, 1989; Sudrajat, 2008)

Malole dan Pramono (1989) melaporkan bahwa konsentrasi

TPC normal pada tikus adalah 40-130 mg/dl dan trigliserida darah

normal 26-145 mg/dl. Jika dianalogikan dengan manusia, apabila

konsentrasi total darah tikus meningkat ~20% maka dapat

dikatakan bahwa tikus tersebut mengalami hiperkolesterolemia.

Peningkatan kolesterol plasma juga dipengaruhi oleh jenis lemak

yang ada dalam diet. Hal ini dapat dihubungkan dengan berbagai

studi mengenai diet yang berhubungan dengan kolesterolemia

yang telah dikemukakan bahwa, lemak jenuh akan meningkatkan

kolesterol sedangkan lemak tidak jenuh akan menurunkannya

(Purnamaningsih, 2001; Sudrajat, 2008).

2.3.4 Pengambilan sampel darah tikus

Untuk memperoleh darah dalam jumlah besar dan dalam

waktu singkat digunakan cara intracardial. Akan tetapi teknik ini

sulit dilakukan dan membutuhkan seorang operator yang

berpengalaman karena cara ini mudah menyebabkan terjadinya

kematian. Cara ini sebaiknya dilaksanakan pada hewan yang

35

Page 36: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

teranestesi. Jarum ditusukkan melalui dinding abdomen bagian

ventral sedikit di sebelah lateral processus xiphoideus. Untuk

hewan dewasa, jarum ditusukkan melalui dinding thorax, sedikit

lateral daerah palpitasi jantung maksimum (Kusumawati, 2004).

Pengambilan darah dari sinus orbitalis relatif mudah dan

hanya membutuhkan sedikit peralatan. Mata maupun kesehatan

hewan tampaknya tidak terpengaruh bila teknik ini dilakukan

dengan benar. Hewan dipegang dengan ibu jari dan operator

memberi tekanan pada vena jugularis di bagian caudal mandibula.

Cara ini dapat membendung aliran kembali darah vena dari sinus

orbitalis. Selanjutnya jari telunjuk operator tersebut menarik bagian

dorsal kelopak mata kebelakang sehingga akan menimbulkan

sedikit exophthalmus. Alat yang dibutuhkan biasanya tabung

kapiler kaca untuk penetrasi conjunctiva orbitalis dan agar terjadi

ruptura sinus orbitalis. Beberapa pakar menyarankan penggunaan

tabung polyethylen berdiameter kecil dengan ujung menyerong

untuk mengurangi kejadian epistaxis ataupun trauma. Bila sinus

atau plexus telah ruptur maka darah akan mengalir melalui tabung.

Aliran darah akan berhenti bila tabung dilepaskan dan tekanan

pada vena jugularis dihilangkan (Kusumawati, 2004).

Pengambilan darah melalui ekor mudah dikerjakan dan juga

hanya membutuhkan sedikit peralatan. Biasanya dilakukan

amputasi ujung ekor dan darah yang mengalir dapat dikumpulkan

dalam jumlah cukup besar, terutama bila menggunakan alat

vaccum. Kerugian utama teknik pengambilan dari ekor ini adalah

terjadinya bekuan darah sebelum volume darah yang dibutuhkan

tercapai atau bahkan darah tidak dapat mengalir dari luka. Untuk

mengatasi itu, digunakan heparin atau citrate yang dipakai

langsung pada luka guna memperlambat pembentukan bekuan.

Beberapa ahli yang lain menganjurkan menghangatkan ekor lebih

dulu agar aliran darah meningkat (Kusumawati, 2004).

36

Page 37: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Dekapitasi dapat dilakukan bagi rodentia yang lebih kecil

dengan menggunakan gunting besar dengan harapan darah akan

mengalir dari leher yang terpotong dan selanjutnya dikumpulkan ke

dalam tabung. Kerugiannya adalah darah yang diperoleh akan

terkontaminasi dengan sekresi trakhea ataupun saliva. Di samping

itu pengumpulan darah hanya dapat dilakukan satu kali saja (tidak

dapat berulang-ulang). Untuk guinea pig, pengambilan darah atau

suntikan intravena sulit dilakukan karena pembuluh darah

perifernya relatif kecil. Untuk itu darah biasanya diambil melalui

pemotongan sebuah kuku jari atau dapat pula melalui vena di

telinga dengan bantuan alat vacuum. Pengambilan darah

intracardial melalui lateral dinding thorax di daerah palpitasi jantung

maksimum yang telah dianestesi terlebih dahulu (Kusumawati,

2004).

2.3.5 Metabolisme lemak pada tikus

Karnitin, koenzim vital dalam jaringan tubuh hewan dan

berperan dalam metabolisme lemak, merupakan substansi yang

bersifat seperti vitamin. Karnitin disintesis dalam hati. Pada tikus,

kandungan tertinggi ditemukan pada kelenjar adrenalin, jantung,

otot rangka, jaringan adiposa, dan hati serta sedikit terkandung

dalam ginjal dan otak. Pada manusia, kandungan karnitin otot

rangka 40 kali lebih banyak dari yang ada dalam darah. Seperti

vitamin yang larut dalam air, karnitin dipercaya lebih mudah dan

dapat terserap seluruh oleh tubuh (Abdurahman, 2008).

Karnitin memiiki peran penting dalam metabolisme lemak

dan produksi energi pada mamalia, fungsi tersebut adalah sebagai

berikut.

1. Pemindahan dan pembakaran asam lemak

Karnitin memfasilitasi pemindahan melalui membran

mitokondria. Karnitin merupakan bagian dari mekanisme

37

Page 38: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

pembawa, dimana asam lemak rantai panjang dibuat menjadi

turunan asli karnitin dan dibawa melalui membran mitokondria.

Membran mitokondria sendiri tidak dapat dilalui oleh asam

lemak rantai panjang sendirian atau oleh ester koenzim A-nya.

Begitu melalui membran mitokondria, asil karnitin akan diubah

menjadi bentuk koenzim A asam lemak dan dalam kondisi beta-

oksidasi akan melepaskan energi (Abdurahman, 2008).

2. Sintesis lemak

Meskipun peranan ini masih kontroversial, karnitin

berperan dalam pemindahan kelompok asetil kembali ke

sitoplasma untuk sintesis asam lemak (Abdurahman, 2008).

3. Pemanfaatan badan keton

Karnitin memacu oksidasi asetoaseton sehingga

berperan dalam pemanfaatan badan keton (Abdurahman,

2008).

2.4 Diet Tinggi Lemak

2.4.1 Pendahuluan

Lemak merupakan komponen gizi yang sangat penting bagi

tubuh. Fungsi pertama lemak sebagai pemasok energi tertinggi,

yaitu 9 kal/g. Jumlah pasokan tersebut lebih tinggi dari karbohidrat

maupun protein yang hanya 4 kal/gram. Fungsi kedua sebagai

sumber energi yang lebih diutamakan dalam tubuh. Fungsi ketiga

sebagai komponen struktural tubuh dalam membran sel dan

sebagai kerangka senyawa-senyawa mirip hormon yang dikenal

sebagai “prostaglandin” (Subroto, 2008).

Selain memiliki fungsi yang sangat vital dalam tubuh, lemak

pun kerap dituding sebagai penyebab munculnya sejumlah

penyakit degeneratif seperti kanker, hipertensi, penyakit jantung,

stroke, dan diabetes jika dikonsumsi secara berlebihan. Hal ini

disebabkan kelebihan lemak akan dikonversi menjadi lemak tubuh

38

Page 39: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

dan disimpan dalam sel-sel lemak. Oleh sebab itu, konsumsi lemak

tetap penting, tetapi harus dibatasi dan dipilih jenis lemak yang

tepat (Subroto, 2008).

Makanan tinggi lemak, terutama lemak jenuh dan kolesterol,

merupakan penyebab timbulnya penyakit degeneratif. Walaupun

demikian, lemak juga sangat penting bagi tubuh, misalnya

perannya dalam transport vitamin larut lemak (A, D, E, dan K).

Umumnya, para ahli gizi menganjurkan konsumsi lemak dibatasi

hingga kurang dari 30% total kalori. Lemak yang perlu dikurangi

terutama lemak jenuh, asam lemak trans (margarin), dan lemak

omega-6. Sementara asupan asam lemak omega-3 dan asam

lemak tak jenuh tunggal perlu ditingkatkan. Sumber lemak omega-6

yang perlu dihindari adalah daging dan minyak sayur seperti

minyak kedelai, minyak bunga matahari, dan minyak jagung.

Sumber asupan lemak tak jenuh tunggal yang perlu ditingkatkan

adalah kacang-kacangan, biji-bijian, minyak zaitun, dan minyak

lobak. Sementar asupan lemak omega-3 dapat diperoleh dari ikan

dan minyak biji rami (Subroto, 2008). Berikut ini daftar makanan

yang berkadar kolesterol tinggi (Kusuma, 2008) :

Otak babi : 2.500 mg/dl Otak sapi : 2.100 mg/dl Ginjal sapi : 690 mg/dl Hati dan jeroan : 375 mg/dl Kuning telur : 275 mg/dl Udang : 130 mg/dl Daging babi : 70 mg/dl Daging sapi : 70 mg/dl Daging kambing : 70 mg/dl Daging ayam : 60 mg/dl Minyak babi : 95 mg/dl Keju : 35 mg/dl Susu : 33 mg/dl

2.4.2 Klasifikasi kadar lemak darah (kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida)

39

Page 40: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Hasil pemeriksaan kadar lemak darah sangat penting untuk

mengetahui seseorang menderita dislipidemia atau tidak.

Pemeriksaan dilakukan setelah puasa 12-16 jam (selama puasa

hingga pengambilan darah tidak boleh makan dan minum, kecuali

air putih tanpa gula). Parameter yang diperiksa paling sedikit

meliputi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan

trigliserida. Berikut ini pedoman profil lemak darah menurut US

National Cholesterol Education Program (NCEP) hasil revisi tahun

2001 (Kusuma, 2008).

Kolesterol (mg/dl)

Sehat / normal : kadar kolesterol < 200

Mengkhawatirkan / batas tinggi : kadar kolesterol 200-239

Buruk / tinggi : kadar kolesterol ≥ 240

Kolesterol LDL / kolesterol jahat (mg/dl)

Optimal : < 100

Di atas optimal : 100-129

Mengkhawatirkan / batas tinggi : 130-159

Buruk / tinggi : 160-189

Sangat buruk / sangat tinggi : ≥ 190

Kolesterol HDL / kolesterol baik (mg/dl)

Buruk / rendah : < 40

Mengkhawatirkan : 41-59

Diharapkan / tinggi : ≥ 60

Kadar trigliserida (mg/dl)

Sehat / normal : <150

Ambang tinggi : 150-199

Buruk / tinggi : 200-499

Sangat buruk / sangat tinggi : ≥ 500

40

Page 41: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Jika mampu mengendalikan kadar kolesterol total dibawah

200 mg/dl maka proses arteriosklerosis akan terhambat. Selain itu,

kadar kolesterol LDL yang melebihi 160 mg/dl dapat meningkatkan

resiko terjadinya arteriosklerosis 2,5 kali lipat. Sebaliknya,

penurunan kadar LDL menyebabkan berkurangnya resiko penyakit

jantung hingga lebih dari 10 tahun (Kusuma, 2008).

Orang-orang yang mempunyai kadar kolesterol total 200-240

mg/dl memiliki ancaman penyakit jantung koroner dua kali lebih

besar dibandingkan dengan kadar dibawah 200 mg/dl. Ancaman ini

meningkat empat kali lebih besar jika kadar kolesterol mencapai

300 mg/dl. Kadar 200-240 mg/dl banyak disebabkan salah pola

makan yang berkepanjangan. Keadaan ideal kadar kolesterol total

darah dalam tubuh sebaiknya memang selalu berada dibawah

200mg/dl (Kusuma, 2008).

41

Page 42: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 DASAR TEORI

Penyakit yang disebabkan oleh tingginya kadar kolesterol total

dalam darah adalah hiperkolesterolemia. Seseorang yang

obesitas cenderung kadar kolesterol total dalam darahnya

meningkat. Penyakit hiperkolesterolemia akan menyebabkan

munculnya penyakit arteriosklerosis (penebalan dinding

pembuluh darah) dan pada akhirnya akan menyebabkan

penyakit jantung koroner. Selain disebabkan oleh makanan,

hiperkolesterolemia juga dapat disebabkan oleh faktor genetik,

minum alkohol, ketidakaktifan, kebiasaan merokok, gangguan

metabolisme pada makan, dan gaya hidup masyarakat modern

sekarang ini.

Penggunaan ganggang renik hijau-biru (Spirulina sp.) sebagai

penurun kadar kolesterol total. Dimana dalam suatu penelitian,

tikus wistar laboratorium diberikan pakan diet tinggi lemak

dengan kelompok eksperimen yang diberikan suatu zat Gamma

Linolenic Acid (GLA), beta-karotin, dan serat yang terdapat

pada Spirulina sp. tersebut.

Mekanisme kerja Gamma Linolenic Acid (GLA), beta-karotin,

dan serat adalah dalam hal menurunkan kadar kolesterol.

Kandungan asam lemak esensial yaitu Gamma Linolenic Acid

(GLA) mengontrol sintesa kolesterol dalam liver, sementara

kandungan beta-karotinnya mengurangi formasi dan oksidasi

dari protein “Low Density Lipoprotein” (LDL kolesterol). Serat

yang terkandung juga mempunyai daya hisap yang sangat kuat

terhadap asam empedu. Semakin banyak serat makanan,

semakin banyak pula asam empedu yang dibuang, sehingga

kolesterol yang dikeluarkan melalui feses bertambah banyak

42

Page 43: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

3.2 KERANGKA KONSEPTUAL

Gambar 3.1 Bagan kerangka konseptual penelitian

43

Tikus wistar jantan (Rattus norvegicus)

Diet tinggi lemak (pellet + minyak babi ;

500mg : 50ml)

Peningkatan kadar kolesterol total

Pemberian Spirulina sp. 150mg/kg BB tikus/hari

selama 14 hari (disonde)

GLA mengontrol sintesa kolesterol dalam liver, beta-karotin mengurangi

formasi dan oksidasi protein (LDL kolesterol)

Penurunan kadar kolesterol total

Hiperkolesterolemia

Asupan lemak meningkat

Serat meningkatkan daya hisap terhadap

asam empedu

Asupan lemak menurun

Eksresi asam empedu melalui feses meningkat

Ket :

(dilakukan) ------- (tidak dilakukan)

Page 44: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

3.3 HIPOTESISPemberian ganggang renik hijau-biru (Spirulina sp.) selama

14 hari dengan dosis 150mg/kgBB tikus/hari menunjukkan perbedaan kadar kolesterol total pada tikus jantan (Rattus norvegicus) galur wistar yang diberi diet tinggi lemak.

44

Page 45: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

BAB 4

METODA PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni

laboratoris yang dilakukan dalam laboratorium dimana baik sampel

(hewan coba) maupun perlakuan lebih terkendali, terukur dan

pengaruh perlakuan dapat lebih dipercaya. Rancangan penelitian

ini tergolong jenis penelitian The Randomized Separately Pretest-

Posttest Control Group Design (Campbell & Stanley, 1996). Secara

skematis rancangan penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut :

Gambar 4.1 Bagan rancangan penelitian

Keterangan :

R : Randomisasi.

K1 : Kelompok I yang mendapat diet tinggi lemak saja sebagai

kontrol.

K2 : Kelompok II yang mendapat diet tinggi lemak dan Spirulina

sp. sebagai perlakuan.

45

Page 46: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

P1 : Perlakuan dengan memberikan diet tinggi lemak.

P2 : Perlakuan dengan memberikan diet tinggi lemak dan

Spirulina sp. dosis 150 mg/kgBB tikus/hari selama 14 hari

dengan cara disonde.

O1, O2, O3, O4 : Dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol total (PRE

dan POST).

4.2 Populasi, Sampel, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

4.2.1 Populasi

Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah

tikus putih jenis Wistar (Rattus norvegicus strain Wistar) dewasa.

4.2.2 Sampel

Sampel yang digunakan yaitu tikus jantan strain Wistar

berumur 10-12 minggu dengan berat badan awal antara 150-170 gr

sebanyak 16 ekor yang diperoleh dari Laboratorium Biokimia

Fakultas Kedokteran Umum UHT.

Kriteria inklusi :

1. Jenis Wistar.

2. Umur 10-12 minggu.

3. Berat badan 150-170 gram.

4. Jenis kelamin jantan.

5. Sehat selama penelitian (keadaan tikus: gerakan lincah, mata

cerah, bulu halus, nafsu makan baik, anatomi tubuh sempurna).

Kriteria eksklusi :

1. Sakit dalam masa persiapan atau adaptasi (tubuh melemah,

kurang lincah, mata pudar, nafsu makan turun, bulu kasar dan

berdiri).

46

Page 47: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Kriteria drop out :1. Mati selama proses penelitian.

2. Menderita penyakit lain, disamping yang disebabkan oleh

perlakuan.

4.2.3 Besar sampel

Besar sampel yang digunakan untuk setiap kelompok

perlakuan berdasar rumus (Steel & Torrie, 1991) :

n = (Zα/2 + Zβ)² σ²

δ

α = 0,05

Zα/2 = 1,96

1-β = 0,80

Zβ = 0,85

Pada penelitian eksperimental σ²/ δ = 1

Sekarang :

n = (1,96+0,85)² = 7,9 dibulatkan menjadi 8.

Besar sample yang diperlukan untuk masing-masing kelompok

adalah menjadi 8 tikus.

4.2.4 Teknik pengambilan sampel

Pemilihan sampel penelitian untuk pengelompokan

perlakuan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)

atau Randomized Completely Design (RCD) karena sampel hewan

coba diambil secara acak. Pada rancangan ini dimungkinkan setiap

hewan coba berpeluang sama untuk mendapat kesempatan

sebagai sampel baik dalam kelompok perlakuan maupun dalam

kelompok kontrol.

47

Page 48: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

4.3 Variabel dan Definisi Operasional Variabel

4.3.1 Variabel penelitian

Dalam penelitian ini ada 3 variabel, yaitu :

1. Variabel Bebas : ganggang renik hijau-biru (Spirulina sp.).

2. Variabel Terikat : kadar kolesterol total.

3. Variabel Kendali :

a. Jenis hewan coba.

b. Jenis kelamin hewan coba.

c. Umur hewan coba.

d. Kesehatan fisik hewan coba.

e. Makanan.

f. Kondisi lingkungan kandang.

g. Dosis dan waktu pemberian ganggang renik hijau-biru

(Spirulina sp.).

4.3.2 Definisi operasional variabel

1. Spirulina sp. merupakan ganggang renik hijau-biru yang

mengandung Gamma Linoleic Acid (GLA), beta-karotin, dan

serat. Pada penelitian ini Spirulina sp. yang digunakan sebesar

150mg/kgBB tikus/hari yang diberikan peroral melalui sonde.

Pemberian Spirulina sp. dilakukan secara rutin setiap hari

selama 14 hari.

2. Kolesterol adalah prekursor hormon steroid, asam empedu dan

merupakan unsur pokok yang penting dalam membran sel.

Kadar kolesterol diukur dengan alat digital Easy Touch® GCU

yang sudah diberi strip kolesterol. Satuan yang digunakan

dalam pemeriksaan ini adalah mg/dl.

4.4 Bahan Penelitian

1. Hewan coba

48

Page 49: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Hewan coba adalah Rattus norvegicus strain Wistar, jenis

kelamin jantan, umur 10-12 minggu dengan berat badan 150-

170 gram.

2. Bahan untuk perlakuan

a. Spirulina sp. sejumlah 150mg/kgBB tikus/hari.

b. Makanan (pellet + minyak babi).

c. Aquadest.

d. CMCNa 0,5%.

3. Bahan untuk pemeriksaan

a. Easy Touch® GCU, model ET-201 (alat).

b. Easy Touch® Blood Cholesterol Test Strips, code no : 9343.

b. Kapas + alkohol 70%.

c. Handscoen.

4.5 Instrumen Penelitian

1. Kandang ukuran 30 x 40 cm.

2. Botol minum untuk tikus.

3. Timbangan Torbal (Torsion balance) untuk berat badan tikus.

4. Timbangan analitik.

5. Alat pengekang hewan coba.

6. Gunting.

7. Sonde untuk memasukkan Spirulina sp. peroral.

8. Spuit 3 ml.

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.6.1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Laboratorium Biokimia Jurusan

Kedokteran Fakultas Kedokteran Umum Universitas Hang Tuah

Surabaya.

4.6.2 Waktu penelitian

49

Page 50: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Waktu penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, dimulai dari

pengumpulan data untuk dasar teori hingga waktu selama masa

perlakuan.

4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Adapun tahapan pelaksanaan penelitian, antara lain :

a) Mengelompokkan tikus putih percobaan yang berjumlah 16 ekor

secara random dengan acak menjadi 2 kelompok, yaitu satu

kelompok kontrol dan satu kelompok perlakuan. Masing –

masing kelompok 8 ekor tikus.

b) Kelompok I mendapat diet tinggi lemak saja sebagai kontrol

dengan dua kali pemeriksaan. Setelah 14 hari pertama,

dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol untuk mengetahui

kadar kolesterol yang naik setelah pemberian diet tinggi lemak.

Kemudian 14 hari selanjutnya diukur lagi kadar kolesterolnya.

Diet tinggi lemak dengan cara memberikan pakan yang

mengandung pellet + minyak babi = 500 gram : 50 ml, selama 4

minggu.

c) Kelompok II pada 14 hari pertama mendapat diet tinggi lemak

saja untuk mendapatkan peningkatan profil lemak dari tikus dan

dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol. Kemudian 14 hari

selanjutnya diberikan tambahan Spirulina sp. selain diet tinggi

lemak, dan diakhir perlakuan diperiksa kadar kolesterol untuk

melihat hasil dari perlakuan.

Tikus hiperkolesterolemia diperlakukan sebagai berikut :

Kelompok I : Sebagai kontrol positif tanpa diberi Spirulina sp. .

Kelompok II : Diberi Spirulina sp. selama 14 hari dengan dosis

150mg/kgBB tikus/hari peroral (disonde).

Pemberian Spirulina sp. dilakukan peroral, dengan cara

disonde selama 14 hari. Pada akhir hari ke-14 tikus ditimbang dan

50

Page 51: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

sampel darahnya diambil melalui ujung ekor tikus dengan cara

didesinfeksi terlebih dahulu sambil dipijat atau diurut perlahan-

lahan ekor tikus. Sebelumnya tikus dipuasakan 1 malam (kurang

lebih 18 jam), minum tetap diberikan dan pagi hari dilakukan

penimbangan terakhir.

4.8 Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total Darah Tikus

Untuk mengukur kadar kolesterol total darah tikus

menggunakan alat cek darah digital yang mudah dan praktis, yaitu

Easy Touch® GCU. Alat ini dirancang untuk mengukur secara

kuantitatif kadar kolesterol darah. Alat tes darah ini berbentuk alat

elektronik yang bisa mengukur kadar kolesterol darah dengan

menggunakan strip khusus (Easy Touch® Blood Cholesterol Test

Strips) yang ditetesi sampel darah utuh kapiler yang segar. Ketika

sampel darah secara gentel diletakkan pada area target pada strip,

darah secara otomatis menuju zona reaksi pada strip. Hasil tes

akan tampak di layar dalam hitungan 150 detik.

Pada semua kelompok tikus, diukur kadar kolesterolnya

sesudah diberi perlakuan sesuai batas waktu yang ditentukan.

Sebelum dilakukan pengambilan sampel darah, hewan-hewan uji

telah dipuasakan selama 1 malam (kurang lebih 18 jam) tetapi

persediaan air minum tidak dihentikan. Pengukuran dilakukan

dengan cara ujung ekor tikus didesinfeksi terlebih dahulu sambil

memijat ekor tikus dari pangkal sampai ujung ekor agar aliran

darah terkumpul pada ujung ekor, kemudian digunting. Selanjutnya

darah yang menetes dikenakan pada strip kolesterol Easy Touch

dan tunggu beberapa detik (150 detik) sampai hasil kadar

kolesterolnya keluar (satuan mg/dl). Kemudian catat hasil

pemeriksaan (Soemardji, 2004).

4.9 Cara Analisis Data

51

Page 52: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Data yang diperoleh dari penelitian ini, dianalisis dengan

metode parametrik uji-t dua sampel bebas dengan α = 0,05.

Sebelumnya dilakukan analisa deskriptif untuk mengetahui rerata.

Setelah itu dilakukan uji normalitas dengan uji Kolmogorov-Smirnov

( = 0,05) dan uji homogenitas varians.

4.10 Kerangka Operasional Penelitian

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

52

Pemeriksaan kadar kolesterol total

Kelompok I Kelompok II

diet tinggi lemak (pellet + minyak babi = 500gram : 50ml)

Pemeriksaan kadar kolesterol total

diet tinggi lemak (pellet + minyak babi = 500gram : 50ml)

diet tinggi lemak (pellet + minyak babi = 500gram : 50ml)

diet tinggi lemak + Spirulina sp. dosis

150mg/kgBB tikus/hari selama 14 hari

(disonde)

14 HARI PERTAMA

14 HARI KEDUA

Tikus wistar jantan (Rattus norvegicus)

Page 53: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

5.1 Hasil Penelitian Kadar Kolesterol PretestPenelitian yang dilakukan di Laboratorium Biokimia

Universitas Hang Tuah selama 6 bulan dengan menggunakan 16

ekor tikus putih jantan strain wistar (Rattus norvegicus) berumur 10-

12 minggu dengan berat tikus antara 150-170 gram.

Data hasil pengukuran kadar kolesterol pada kelompok

kontrol dan perlakuan sebelum perlakuan tersaji pada table 5.1 dan

5.2.

Tabel 5.1 Kadar kolesterol kelompok kontrol (mg/dl).

kadar kolesterol

(mg/dl)PRE

1 165

2 139

3 131

4 162

5 193

6 118

7 225

8 179

Total N 8

Tabel 5.2 Kadar kolesterol kelompok perlakuan (mg/dl)

53

Page 54: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

kadar kolesterol

(mg/dl)PRE

1 181

2 156

3 194

4 143

5 165

6 184

7 143

8 141

Total N 8

Kita akan melihat deskripsi data pada variabel penelitian,

diperoleh hasil output menggunakan SPSS 20 sebagai berikut :

Tabel 5.3 Deskripsi data variabel penelitian

Descriptive Statistics: Kontrol, Perlakuan

Variable Total Count Mean StDev Minimum Maximum

Kontrol 8 164.00 35.096 118 225

Perlakuan 8 163.38 20.914 141 194

Berdasarkan output dari SPSS 20 dapat kita lihat data yang

digunakan adalah sejumlah 8 data sesuai sampel yang diperlukan

untuk penelitian ini. Pada penelitian kali ini variabel kontrol dan

perlakuan sama-sama dikenakan perlakuan yang sama pada 14

hari pertama yaitu diberikan diet tinggi lemak. Kemudian untuk data

tikus kelompok kontrol diperoleh nilai rata-rata kolesterol sebesar

164.00 mg/dL dengan standar deviasi sebesar 35.096, sedangkan

untuk data pengamatan tikus kelompok perlakuan diperoleh nilai

kolesterol rata-rata sebesar 163.38 mg/dL dengan standar deviasi

sebesar 20.914.

54

Page 55: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

5.2 Analisis Data

Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan yaitu untuk

mengetahui apakah ada perbedaan kadar kolesterol total setelah

pemberian ganggang renik hijau-biru (Spirulina sp.) selama 14 hari

dengan dosis 150mg/kgBB tikus/hari pada tikus jantan (Rattus

norvegicus) galur wistar yang diberi diet tinggi lemak, maka

diperlukan pemenuhan persyaratan analisis dalam menguji

hipotesis penelitian dan dilakukan beberapa langkah meliputi uji

normalitas distribusi data, uji homogenitas variansi data, kemudian

dilanjutkan dengan uji parametrik yaitu uji-t dua sampel bebas.

5.2.1 Uji normalitas distribusi dataKarena data berskala rasio (kadar kolesterol), untuk melihat

perbedaan kadar kolesterol antara kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan, akan digunakan uji-t dua sampel bebas. Untuk itu

dilakukan uji normalitas (dengan menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov) sebagai syarat penggunaan uji-t dan diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 5.4 Deskripsi hasil uji normalitas

Kadar kolesterol (mg/dl)

PRE

N 16

Normal Parameters(a,b)

Mean 163.69

Std. Deviation 27.911

Most Extreme Differences

Absolute .146

Positive .146

Negative -.083

Kolmogorov-Smirnov Z .583

Asymp. Sig. (2-tailed) .886

55

Page 56: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Hipotesis statistika dari uji Kolmogorov-Smirnov adalah:

H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

Diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.886. Jika digunakan α =

0,05 maka dapat disimpulkan H0 diterima (karena α < signifikansi).

Sehingga dapat disimpulkan data kadar kolesterol berdistribusi

normal.

5.2.2 Uji kesamaan varians Setelah diketahui bahwa kedua data telah mengikuti

distribusi normal, kemudian dilakukan uji kesamaan varians dari

kedua data tersebut.

Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : Varian data homogen

H1 : Varian data heterogen

Hasil uji kesamaan varians dengan menggunakan uji Levene

melalui SPSS 20 dapat dilihat pada Tabel 5.6. Berdasarkan Tabel

5.6, bahwa nilai signifikansi bernilai 0.286, apabila menggunakan α

= 0,05 maka H0 diterima (karena α < signifikansi). Sehingga

pembacaan hasil uji-t dua sampel bebas menggunakan hasil varian

data homogen.

5.2.3 Uji-t dua sampel bebas pretestSetelah uji kesamaan varians terpenuhi kemudian dilakukan

uji-t dua sampel bebas untuk mengetahui perbedaan antara kontrol

dan perlakuan. Penelitian ini ingin mengetahui apakah ada

perbedaan pada kadar kolesterol total kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan sebelum perlakuan.

Tabel 5.5 Hasil uji-t dua sampel bebas

56

Page 57: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Kelompok N Mean

Std. Deviatio

n

Std. Error Mean

kadar kolesterol (mg/dl) PRE

Kontrol 8 164.00 35.096 12.408

Perlakuan 8 163.38 20.914 7.394

Tabel 5.6 Lanjutan Hasil uji-t dua sampel bebasLevene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T DfSig. (2-tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error

Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kadar kolesterol (mg/dl) PRE

Equal variances assumed

1.232 .286 .043 14 .966 .63 14.444 -30.355 31.605

Equal variances not assumed

.043 11.415 .966 .63 14.444 -31.026 32.276

Tabel diatas adalah hasil analisis uji-t. Hipotesis statistika dari uji-t dua sampel bebas adalah :

H0 : Tidak ada beda kadar kolesterol sebelum perlakuan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

H1 : Ada beda kadar kolesterol sebelum perlakuan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

Diperoleh statistika uji-t = 0,043 dengan nilai signifikansi

sebesar 0.966. Jika digunakan α = 0,05 maka dapat disimpulkan

H0 diterima (karena α < signifikansi). Sehingga dapat disimpulkan

tidak ada beda kadar kolesterol sebelum perlakuan antara

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

5.3 Hasil Penelitian Kadar Kolesterol Posttest

57

Page 58: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Data hasil pengukuran kadar kolesterol pada kelompok

kontrol dan perlakuan setelah perlakuan tersaji pada table 5.7 dan

5.8.

Tabel 5.7 Kadar kolesterol kelompok kontrol (mg/dl).

kadar kolesterol

(mg/dl)POST

1 131

2 159

3 135

4 169

5 139

6 131

7 156

8 159

Total N 8

Tabel 5.8 Kadar kolesterol kelompok perlakuan (mg/dl)

kadar kolesterol

(mg/dl)POST

1 169

2 119

3 166

4 188

5 188

6 159

7 176

8 148

Total N 8

58

Page 59: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Kita akan melihat deskripsi data pada variabel penelitian,

diperoleh hasil output menggunakan SPSS 20 sebagai berikut :

Tabel 5.9 Deskripsi data variabel penelitian

Descriptive Statistics: Kontrol, Perlakuan

Variable Total Count Mean StDev Minimum Maximum

Kontrol 8 147.38 14.985 131 169

Perlakuan 8 164.13 22.775 119 188

Berdasarkan output dari SPSS 20 dapat kita lihat data yang

digunakan adalah sejumlah 8 data sesuai sampel yang diperlukan

untuk penelitian ini. Pada penelitian kali ini variabel kontrol dan

perlakuan dibedakan pada 14 hari kedua. Pada kelompok kontrol

tetap diberikan diet tinggi lemak, namun pada kelompok perlakuan

selain diberikan diet tinggi lemak juga diberikan Spirulina sp..

Kemudian untuk data tikus kelompok kontrol diperoleh nilai rata-

rata kolesterol sebesar 147.38 mg/dL dengan standar deviasi

sebesar 14.985 Sedangkan untuk data pengamatan tikus kelompok

perlakuan diperoleh nilai rata-rata kolesterol sebesar 164.13 mg/dL

dengan standar deviasi sebesar 22.775.

5.4 Analisis Data

Berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan yaitu untuk

mengetahui apakah ada perbedaan kadar kolesterol total setelah

pemberian ganggang renik hijau-biru (Spirulina sp.) selama 14 hari

dengan dosis 150mg/kgBB tikus/hari pada tikus jantan (Rattus

norvegicus) galur wistar yang diberi diet tinggi lemak, maka

diperlukan pemenuhan persyaratan analisis dalam menguji

hipotesis penelitian dan dilakukan beberapa langkah meliputi uji

normalitas distribusi data, uji homogenitas variansi data, kemudian

dilanjutkan dengan uji parametrik yaitu uji-t dua sampel bebas.

59

Page 60: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

5.4.1 Uji normalitas distribusi dataKarena data berskala rasio (kadar kolesterol), untuk melihat

perbedaan kadar kolesterol antara kelompok perlakuan dan

kelompok kontrol, akan digunakan uji-t dua sampel bebas. Untuk itu

dilakukan uji normalitas (dengan menggunakan uji Kolmogorov-

Smirnov) sebagai syarat penggunaan uji-t dan diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 5.10 Deskripsi hasil uji normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

kadar kolesterol

(mg/dl)

N 16

Normal Parameters(a,b)

Mean 155.75

Std. Deviation 20.535

Most Extreme Differences

Absolute .130

Positive .105

Negative -.130

Kolmogorov-Smirnov Z .519

Asymp. Sig. (2-tailed) .950

Hipotesis statistika dari uji Kolmogorov-Smirnov adalah:

H0 : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

Diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.950. Jika digunakan α

= 0,05 maka dapat disimpulkan H0 diterima (karena α <

signifikansi). Sehingga dapat disimpulkan data kadar kolesterol

berdistribusi normal.

60

Page 61: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

5.4.2 Uji kesamaan varians Setelah diketahui bahwa kedua data telah mengikuti

distribusi normal, kemudian dilakukan uji kesamaan varians dari

kedua data tersebut. Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : Varian data homogen

H1 : Varian data heterogen

Hasil uji kesamaan varians dengan menggunakan uji Levene

melalui SPSS 20 dapat dilihat pada Tabel 5.12. Berdasarkan Tabel

5.12 bahwa nilai signifikansi bernilai 0.553, apabila menggunakan α

= 0,05 maka H0 diterima (karena α < signifikansi). Sehingga

pembacaan hasil uji-t dua sampel bebas menggunakan hasil data

varian homogen.

5.4.3 Uji-t dua sampel bebas posttestSetelah uji kesamaan varians terpenuhi kemudian dilakukan

uji-t dua sampel bebas untuk mengetahui perbedaan antara

perlakuan dan kontrol. Penelitian ini ingin mengetahui apakah ada

perbadaan pada kadar kolesterol kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan.

Tabel 5.11 Hasil uji-t dua sampel bebas

Kelompok N Mean

Std. Deviatio

n

Std. Error Mean

kadar kolesterol (mg/dl) POST

Kontrol 8 147.38 14.985 5.298

Perlakuan8 164.13 22.775 8.052

61

Page 62: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Tabel 5.12 Lanjutan hasil uji-t dua sampel bebasLevene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. T DfSig. (2-tailed)

Mean Differen

ce

Std. Error

Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

kadar kolesterol (mg/dl) POST

Equal variances assumed

.370 .553 -1.738 14 .104 -16.75 9.639 -37.423 3.923

Equal variances not assumed

-1.738 12.104 .108 -16.75 9.639 -37.731 4.231

Tabel diatas adalah hasil analisis uji-t. Hipotesis statistika dari uji-t dua sampel bebas adalah :

H0 : Tidak ada beda kadar kolesterol sesudah perlakuan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

H1 : Ada beda kadar kolesterol sesudah perlakuan antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan

Diperoleh statistika uji-t = -1,738 dengan nilai signifikansi

sebesar 0.104. Jika digunakan α = 0,05 maka dapat disimpulkan

H0 diterima (karena α < signifikansi). Sehingga dapat disimpulkan

tidak ada beda kadar kolesterol sesudah perlakuan antara

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

62

Page 63: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

BAB 6

PEMBAHASAN

Berdasarkan data kelompok pre test yang diberi diet tinggi

lemak terbukti terjadi peningkatan kadar kolesterol total. Kemudian

dilakukan analisa statistika menggunakan uji-t dua sampel bebas

diperoleh statistika uji-t = 0,043 dengan nilai signifikansi sebesar

0.966. Jika α = 0,05 maka dapat disimpulkan H0 diterima (karena α

< signifikansi). Sehingga dapat disimpulkan tidak ada beda kadar

kolesterol total sebelum perlakuan antara kelompok kontrol dan

perlakuan.

Sedangkan pada kelompok post test yang hanya diberi diet

tinggi lemak dengan kelompok post test selain diberi diet tinggi

lemak juga diberi perlakuan ganggang renik hijau-biru (Spirulina

sp.) selama 14 hari dengan dosis 150mg/kgBB tikus/hari, setelah

dilakukan analisa statistika menggunakan uji-t dua sampel bebas

diperoleh statistika uji-t = -1,738 dengan nilai signifikansi sebesar

0.014. Jika α = 0,05 maka dapat disimpulkan H0 diterima (karena α

< signifikansi). Sehingga dapat disimpulkan tidak ada beda kadar

kolesterol sesudah perlakuan antara kelompok kontrol dan

perlakuan.

Hasil analisa statistika diatas menyebutkan bahwa dengan

pemberian ganggang renik hijau-biru (Spirulina sp.) selama 14 hari

dengan dosis 150mg/kgBB tikus/hari tidak menunjukkan hasil yang

bermakna dalam perannya menurunkan kadar kolesterol total pada

tikus jantan (Rattus norvegicus) galur wistar yang diberi diet tinggi

lemak.

Menurut Heidarpour et al (2011) pemberian Spirulina sp.

selama 14 hari dapat menurunkan secara signifikan kadar

kolesterol total. Berdasarkan literatur yang telah dibaca bahwa

kandungan zat gizi pada Spirulina sp. seperti Gamma Linolenic

63

Page 64: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Acid (GLA), beta-karotin, dan serat dapat menurunkan kadar

kolesterol total. Mekanisme kerja dari ketiga zat tersebut dalam hal

menurunkan kadar kolesterol total berbeda-beda. Gamma Linolenic

Acid (GLA) yang merupakan asam lemak esensial yang dimiliki

Spirulina sp. bekerja dengan cara mengontrol sintesa kolesterol

dalam liver, sementara kandungan beta-karotinnya mengurangi

formasi dan oksidasi dari protein “Low Density Lipoprotein” (LDL

kolesterol), (Kabinawa, 2006). Serat yang terkandung dalam

Spirulina sp. juga mempunyai daya hisap yang kuat terhadap asam

empedu. Ini membuktikan semakin banyak serat makanan,

semakin banyak pula asam empedu yang dibuang, sehingga

kolesterol yang dikeluarkan melalui feses bertambah banyak (Tala,

2009). Menurut Hariyani (2011) bahwa pemberian Spirulina sp.

dengan dosis 90 dan 180mg/kgBB tikus/hari menunjukkan hasil

yang bermakna terhadap penurunan kadar kolesterol total tikus

wistar. Selain itu waktu yang ideal untuk menurunkan kadar

kolesterol total adalah selama 4 minggu (Kabinawa, 2006). Disini

menunjukkan bahwa tidak bermaknanya penelitian eksperimental

ini disebabkan salah satunya oleh karena dosis dan juga waktu.

Selain hal tersebut adanya perbedaan hasil pemeriksaan

kadar kolesterol total setelah pemberian pakan lemak juga bisa

disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal yang tidak dapat

dikendalikan, seperti kemampuan adaptasi terhadap lingkungan

yang berbeda pada tiap tikus dan adaptasi terhadap jenis makanan

yang berbeda dari biasanya (pakan lemak) sehingga

mempengaruhi nafsu makan dan jumlah asupan makanan yang

berbeda pula. Adanya perkelahian antar binatang percobaan juga

dapat mempengaruhi nafsu makan. Sedangkan kurang terampilnya

dalam perlakuan pemberian ganggang renik hijau-biru (Spirulina

sp.) dapat menyebabkan jumlah dosis yang diterima masing-

masing tikus berbeda, sehingga penurunan kadar kolesterol total

setelah perlakuan masing-masing tikus berbeda pula.

64

Page 65: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari analisa statistika uji-t dua sampel

bebas, diperoleh statistika uji-t post test = -1,738 dengan nilai

signifikansi sebesar 0.104. Jika α = 0,05 maka H0 diterima (karena

α < signifikansi), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada beda

kadar kolesterol total setelah pemberian ganggang renik hijau-biru

(Spirulina sp.) selama 14 hari dengan dosis 150mg/kgBB tikus/hari

pada tikus jantan (Rattus norvegicus) galur wistar yang diberi diet

tinggi lemak.

7.2 Saran

Berhubung waktu penelitian yang dilakukan selama 14 hari dan

memberikan hasil yang tidak bermakna, maka disini penulis

memberikan beberapa saran untuk dilakukan pembenahan buat

penelitian selanjutnya, seperti :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menetukan dosis

yang efektif dan aman dipergunakan sebagai penurunan kadar

kolesterol total pada manusia.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kandungan serta

cara pengolahan ekstrak ganggang renik hijau-biru (Spirulina

sp.) agar didapatkan cara pengolahan yang tepat untuk hasil

yang baik.

3. Perlu dilakukan penelitian dengan waktu yang lebih panjang agar

dapat diketahui dengan efektif dan tepat waktu kerja dari ekstrak

ganggang renik hijau-biru (Spirulina sp.) terhadap pencegahan

dan pengobatan penderita hiperkolesterolemia.

65

Page 66: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

4. Perlu mengetahui cara pemeliharaan hewan coba yang benar

seperti :

a. Pengisian kandang hendaknya tidak melebihi 1 ekor

tikus/kandang, untuk mengantisipasi perkelahian antar tikus.

b. Ukuran panjang dan lebar kandang sebaiknya lebih panjang

dari panjang tubuh hewan termasuk ekornya.

c. Dipertimbangkan pula kenyamanan kehidupan hewan agar

kandang terbebas dari kebisingan, polusi, air yang menggenang

dan banjir.

d. Konstruksi bangunan harus memiliki ventilasi yang baik

sehingga suhu dan kelembabannya sesuai dengan kehidupan

hewan.

5. Perlu mengetahui secara legeartis kriteria-kriteria apa saja yang

memenuhi persyaratan hewan coba yang digunakan dalam

melaksanakan penelitian yang berbasis eksperimental.

66

Page 67: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

DAFTAR PUSTAKA

1. Astawan M, 2009. Agar-agar pencegah hipertensi dan diabetes

[Internet]. http://rumputlaut.org/Agaragar%20Pencegah

%20Hipertensi%20dan%20Diabetes.pdf, 25 januari 2012.

2. Atmadja WS, 2009. Apa itu rumput laut sebenarnya ? [Internet].

http://www.coremap.or.id/print/article.php?id= 264 , 25 januari 2012.

3. Bangun A.P., 2003. Pola hidup sehat berpantang daging. Edisi

pertama, Jakarta : Agromediapustaka, h : 27-30.

4. Dahlan MS, 2009. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi

4, Jakarta : Salemba medika, h : 1-28.

5. Dvir I, Stark AH, Chayoth R, Madar Z, Arad SM, 2009.

Hypercholesterolemic Effects of Nutraceuticals Produced from the

Red Microalga Porphyridium sp. in Rats [Internet].

www.mdpi.com/journal/nutrients, 20 juli 2012.

6. Dorfman SE, Wang S, Lopez SV, Jauhianen M, Lichtenstein, 2004.

Dietary fatty acids and cholesterol differentially modulate HDL

cholesterol metabolism in Golden-Syrin hamsters. J. of Nutr. 135

(3) : 492-497.

7. Fauci AS, et al, 1999. Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam.

Edisi 13, Jakarta : EGC, h : 497-508.

8. Fauci AS, et al, 2008. Harrisons’s principles of internal medicine.

Seventeenth edition, New York, USA : Mcgraw-hill companies, p :

456.

9. Ganong WF, 2008. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 22,

Jakarta : EGC, h : 312-320, 325, 519-520.

10. Guyton AC, Hall JE, 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11,

Jakarta : EGC, h : 882-894, 909.

11. Hardhani Angela Setya, 2008. Pengaruh pemberian ekstrak daun

salam (Eugenia Polyantha) terhadap kadar trigliserida serum tikus

67

Page 68: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

jantan galur wistar hiperlipidemia. Skripsi, Universitas Diponegoro,

Semarang.

12. Harini M, Astirin OP, 2009. Kadar kolesterol darah tikus (Rattus

norvegicus) hiperkolesterolemik setelah perlakuan VCO. Skripsi,

Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

13. Hariyani Kristina, 2011. Pengaruh Spirulina terhadap profil lipid

serum darah tikus (Rattus norvegicus) wistar jantan yang

dikondisikan hiperkolesterolemia. Skripsi, ITB, Bandung.

14. Herbal Spirulina. Spirulina yang multi fungsi [Internet].

http://herbalspirulina.wordpress.com/category/informasi-spirulina/

spirulina-yang-multi-fungsi/, 25 januari 2012.

15. Heidarpour A, Shahraki ADF, Eghbalsaied S, 2011. Effect of

Spirulina platensis on performance, digestibility and serum

biochemical parameters of Holstein calves. Journal, Department of

Animal Science; Agricultural College; Islamic Azad University,

Khorasgan branch; Isfahan, Iran.

16. Kabinawa I Nyoman, 2006. Spirulina ganggang penggempur aneka

penyakit. Edisi pertama, Tangerang : PT agromediapustaka, h : 1-

20.

17. Kesehatan. Makanan sehat tanpa lemak [Internet].

http://forum.kompas.com/kesehatan/58150-makanan-sehat-tanpa-

lemak-bakalan-nge-tren-di-2012-a.html, 25 januari 2012.

18. Kusharto clara M, Rusilanti, 2007. Makanan berserat. Edisi

pertama, Jakarta : agromediapustaka, h : 1-7.

19. Kusumawati Diah, 2004. Bersahabat dengan hewan coba. Edisi

pertama, Yogyakarta : Universitas Gajah Mada, h : 88-91.

20. Kusuma HMHW, 2008. Ramuan herbal penurun kolesterol. Edisi

pertama, Jakarta : Pustaka bunda (grup puspa swara), anggota

IKAPI, h : 1-25.

21. Malole MBM, Pramono USC, 1989. Penggunaan hewan-hewan

percobaan di laboratorium. Pusat antar universitas, Institut

Pertanian Bogor, Bogor.

68

Page 69: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

22. Montgomery R, Dryer RL, Conway TW, Spector A.S., 1993.

Biokimia : Suatu pendekatan berorientasi kasus. Jilid 2, Edisi

keempat, Terjemahan : M. Ismadi. Gajah Mada Press, Yogyakarta.

23. Mridha MOF, Noor P, Khaton R, Islam D, Hossain M, 2010. Effect

Spirulina platensis on Lipid Profile of Long Evans Rats. Journal,

Department of Molecular Medicine & Bioinformatics, UODA and

Biological Research Division, BCSIR Laboratories, Dhaka-1205,

Bangladesh.

24. Muchtadi D, 1989. Evaluasi nilai gizi pangan. Pusat antar

universitas pangan dan gizi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

25. Muchtadi D, Palupi NS, Astawan M, 1993. Metabolisme zat gizi.

Pustaka sinar harapan, Jakarta.

26. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW, 2003. Biokimia

harper. Edisi 25, Jakarta : EGC, h : 148-155.

27. Organisasi rumput laut. Menggali manfaat rumput laut [Internet].

http://kompas.com/kompascetak/0307/23/bahari/431127.htm, 25

januari 2012.

28. Organisasi rumput laut. Manfaat rumput laut dan algae [Internet].

http://rumputlaut.org/artikel/Manfaat%20Rumput%20Laut%20dan

%20Algae.pdf, 25 januari 2012.

29. Organisasi rumput laut. Rumput laut kaya serat penuh manfaat

[Internet]. http://rumputlaut.org/artikel/Rumput%20Laut%20Kaya

%20Serat%20Penuh%20Manfaat.pdf, 25 januari 2012.

30. Purnamaningsih H, Wuryastuti H, Raharjo S, 2001. Pengaruh

pemberian ransum tinggi kolesterol dan/ atau tinggi lemak terhadap

kolesterol plasma pada tikus spraque dawley. Skripsi, Universitas

Gajah Mada, Yogyakarta.

31. Steel RGD, Torrie JH, 1991. Prinsip dan prosedur statistik. Suatu

pendekatan biometrik. Terjemahan : M. Syah. PT Gramedia,

Jakarta.

32. Sulistyowaty danny, 2009. Efek diet rumput laut Euchema sp.

terhadap kadar glukosa darah tikus wistar yang disuntik aloksan.

69

Page 70: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Penelitian eksperimental laboratoris, Universitas Diponegoro,

Semarang.

33. Sudrajat juliansyah, 2008. Profil lemak, kolesterol darah, dan

respon fisiologis tikus wistar yang diberi ransum mengandung gulai

daging sapi lean. Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

34. Subroto MA, 2008. Real food true health. Edisi pertama, Jakarta :

PT Agromediapustaka, h : 89-103.

35. Tala Zaimah Z, 2009. Manfaat serat bagi kesehatan. Skripsi,

Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.

LAMPIRANLampiran 1 : Jadwal Pelaksanaan

70

Page 71: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

JADWAL PELAKSANAAN

No Waktu Pelaksaan Feb Mar April Mei Juni

1. Persiapan

2. Pelaksanaan penelitian

3. Analisis data

4. Penulisan laporan

Lampiran 2 : Surat Keterangan Identifikasi Spirulina sp.

71

Page 72: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Lampiran 3 : Data Kolesterol Total Dari Laboratorium Biokimia UHT

72

Page 73: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

73

Page 74: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Lampiran 4 : Pembuatan Pakan Pellet Tinggi Lemak

74

Page 75: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Alat :

1. Gelas ukur (buat ukur minyak babi)2. Timbangan (buat pellet standartnya)3. Mesin penggiling

Bahan :

1. Pellet standart2. Minyak babi

Cara pembuatan :

1. Timbang dahulu pellet standart (20 kg).2. Campurkan bahan pellet standart dengan minyak babi (2 L).3. Dilakuan proses penggilingan dan selanjutnya dilakukan

pengeringan dengan sinar matahari.4. Setelah kering siap diberikan pada tikus.

Lampiran 5 : Pembuatan Larutan CMCNa 0,5%

75

Page 76: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Alat :

1. Gelas Becker2. Pengaduk Stiler 3. Timbangan analitik4. Hot plate

Bahan :

1. CMCNa dalam bentuk bubuk2. Aquadest 100 ml

Cara pembuatan :

1. Timbang terlebih dahulu CMCNa dengan timbangan analitik yang akan dilarutkan sebanyak 0,5 gram.

2. Ambil aquadest sebanyak 100 ml.3. Campurkan CMCNa dengan aquadest dalam gelas Becker,

masukkan pengaduk Stiler.4. Letakkan diatas hot plate, tunggu sampai CMCNa tercampur rata

dengan aquadest.

Lampiran 6 : Pembuatan Larutan Spirulina sp. + Larutan CMCNa 0,5%

76

Page 77: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Alat :

1. Gelas ukur2. Mikropipet

Bahan :

1. Spirulina sp.2. Larutan CMCNa

Cara pembuatan :

1. Timbang terlebih dahulu Spirulina sp. yang akan dilarutkan sebanyak 250 mg.

2. Ambil larutan CMCNa 0,5% sebanyak 16,7 ml.3. Campurkan Spirulina sp. dengan larutan CMCNa 0,5%.4. Aduk sampai rata.5. Dibuat untuk 8 tikus.6. Dibuat setiap hari.

Lampiran 7 : Proses Penyondean Spirulina sp.

77

Page 78: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Alat :

1. Spuit ukuran 3 ml2. Feeding tube ukuran 6

Bahan :

1. Larutan Spirulina sp. yang sudah dicampur dengan CMCNa 0,5%

Cara penyondean :

1. Timbang setiap hewan coba dan dicatat.2. Hitung jumlah larutan Spirulina sp. yang akan disondekan.

NO Berat badan hewan coba (gram)

Larutan Spirulina sp. + CMCNa 0,5% yang akan disondekan (ml)

01 194 1,9402 200 2,0003 188 1,8804 203 2,0305 179 1,7906 210 2,1007 171 1,7108 225 2,25

TOTAL 15,73. Hewan coba dipegang kemudian disondekan larutan Spirulina sp. +

CMCNa 0,5% sesuai tabel.4. Dilakukan setiap hari selama 14 hari.

Lampiran 8 : Pengambilan dan Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total

78

Page 79: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Alat dan bahan :

1. Gunting bedah2. Handscoen3. Kapas + alkohol 70%4. Alat pengekang hewan coba untuk menahan gerak tikus5. Easy Touch® GCU, model ET-201 (alat)6. Easy Touch® Blood Cholesterol Test Strips , code no : 9343

Cara pelaksanaan :

1. Pertama, pegang tikus dengan erat atau bisa juga masukkan tikus pada alat pengekang hewan coba untuk menahan gerak tikus.

2. Lalu bersihkan ekor tikus menggunakan kapas yang sudah terisi alkohol 70% sambil diurut dari pangkal sampai ke ujung ekor.

3. Lalu gunting ekor kurang lebih 1 cm, saat darah sudah keluar teteskan pada strip kolesterol Easy Touch yang sudah terpasang pada alat Easy Touch® GCU.

4. Tunggu beberapa detik (150 detik) sampai hasil kadar kolesterolnya keluar (satuan mg/dl).

Lampiran 9 : Gambar Penelitian

79

Page 80: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Gambar 1. Kandang tikus

Gambar 2. Pemberian makan dan minum pada tikus

80

Page 81: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Gambar 3 : Timbangan berat badan tikus

Gambar 4. Easy Touch GCU Gambar 5. Cholesterol test strips

81

Page 82: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Gambar 6. Pengambilan darah dari ujung ekor tikus

Gambar 7. Pengukuran kadar kolesterol darah

Gambar 8. Spirulina sp. yang digunakan

82

Page 83: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Gambar 9. Gelas ukur dan mikropipet

Gambar 10. Serbuk CMCNa dan aquadest

Gambar 11. Penimbangan CMCNa (dengan timbangan analitik)

83

Page 84: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

Gambar 12. Pembuatan larutan CMCNa 0,5% (dipanaskan dengan Hot Plate)

Gambar 13. Spirulina sp. yang sudah tercampur CMCNa 0,5% yang akan disonde ke tikus

Gambar 14. Proses penyondean Spirulina sp.

84

Page 85: karyatulisilmiah.com · Web view... mencakup ekosistem daratan, dan ekosistem perairan baik itu air tawar, air payau, maupun air laut. Pada hakekatnya S pirulina sp. termasuk dalam

85